pandangan siswa terhadap islam -...
TRANSCRIPT
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, segala puja, serta syukur saya panjatkan ke hadirat
Allah SWT “for the great inspiration of love“, karena-Nya lah setiap manusia
mempunyai rasa cinta di dalam hatinya, dan atas cinta itulah eksistensi manusia akan
sangat jelas terlihat karena cinta adalah sebuah rasa kemanusiaan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW, manusia utama yang telah memberikan jalan kepada umat manusia
bagaimana cara untuk bereksistensi, yaitu dengan jalan menunjukan bagaimana cara
manusia agar bisa menuju kepada Tuhannya.
Alhamdulillah akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “pandangan siswa Madrasah Aliyah kelas 3 terhadap Filsafat “( Study Kasus
Terhadap MAN 4 Pondok Pinang dan MAN 1 Serpong )”.
Akan tetapi semua akan terasa ringan berkat dukungan dan bantuan dari semua pihak
untuk itu penulis ucapkan Terima kasih yang tulus dari lubuk hati, penulis haturkan
kepada :
1) Bapak. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Bapak. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. selaku pembimbing yang dengan sabar
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
3) Bapak Drs. Harun Rasyid, MA. selaku Direktur Program Ekstensi Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, beserta stafnya.
4) Bapak, Ibu, dan staf dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah
mengajarkan ilmunya kepada penulis sampai dapat menyelesaikan study di
Fakultas ini.
ii
5) Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri I Serpong Ibu Dra. Hj. Iis Aisyah
beserta dewan guru yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
6) Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang Bapak. Drs. H.
Muchyi beserta dewan guru yang telah memberikan fasilitas kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
7) Kedua orang tua yang mulia dan sangat saya hormati yang telah menyokong doa
dan segalanya yang tak terhingga nilainya, sehingga tercapai cita- cita buah
hatinya. Beserta kakak- kakak dan adik- adik tercinta.
8) Rekan rekan yang berada di bawah satu bendera Aqidah Filsafat Fahrul Malik,
Sayid Nur Salim, dan anak-anak HOJEl, ternyata kita bisa melalui ini semua dan
kita semua MERDEKA. !!!!
9) Rekan Rekan yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat semoga kita Sukses.
10) Rekan - Rekan yang berada di Organisasi Forisgab (Forum Remaja Islam
Gabungan ),KOMBA ( Komunitas Bambu ),Okp. GANESPA. Tanpa terkecuali.
Terima kasih atas semua jasa kalian untuk penulis agar selesainya Skripsi ini.
Penulis tidak akan dapat memberi apa yang telah kalian berikan pada penulis hanya
Allah yang akan membalasnya. Amin.
Jakarta, 17 Februari. 2007
Penulis.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..…...…………….i
DAFTAR ISI………………………………...………………..……………………..iii
DAFTAR TABEL MAN 4 PONDOK PINANG………………..........……………v
DAFTAR TABEL MAN 1 SERPONG………………....….........…………………vi
BAB I PENDAHULUAN………….………....………….……….……...…..1
A. Latar Belakang Masalah...................…………….....….………………….1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................…………...…..……7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................... ……………………...……8
D. Metode Penelitian......................………………………………….....…….8
E. Sistematika Penulisan..............………………………………….……….11
BAB II PENGERTIAN FILSAFAT…..........................................................13
A. Pengertian Filsafat............... ……………………………….....…......…..13
B. Tema-Tema Kajian Filsafat............... ………………………..........…….19
BAB III GAMBARAN UMUM MAN 4 PONDOK PINANG & MAN 1
SERPONG…………..........................................................................................……24
A. Gambaran Umum MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1
Serpong………….............................................................................….....24
a) Sejarah Berdirinya MAN 4 Pondok Pinang................…….................24
b) Misi dan Visi MAN 4 Pondok Pinang........…………….....................27
c) Sejarah Berdirinya MAN 1Serpong..............……..........................….30
d) Misi dan Visi MAN 1 Serpong......……..............................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN .........................................................……….34
A. Latar Belakang Siswa Mengetahui Filsafat.......................………….…...34
iv
B. Pandangan Siswa Terhadap Filsafat.........................……...............……….33
1. Pandangan Siswa MAN 4 Pondok Pinang Terhadap
Filsafat.................................................................................................35
2. Pandangan Siswa MAN 1 Serpong Terhadap Filsafat
.............................................................................................................45
BAB V PENUTUP………….…………...………………………………...…55
A. Kesimpulan……………………………....…………………………..….…55
B. Saran dan Kritik.………………………...………………..………………..55
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...….………….56
LAMPIRAN
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Sebagai kajian filosofis, teori filsafat belumlah mendapatkan tempat yang memadai
dalam ranah kajian pemikiran di negeri ini. karya Jujun S. Suryasumantri berjudul
“Filsafat Ilmu” merupakan satu - satunya karya yang telah dicetak berulang kali. Hal ini
menunjukan betapa langkanya kajian filsafat, dan pada akhirnya menuntut suatu kajian
lebih lanjut.
Dalam masyarakat kita, tak terkecuali remaja, kajian filsafat dianggap sebagai ilmu
yang kurang menarik. Filsafat mendapat tempat yang kurang baik di mata para remaja.
Filsafat dianggap sebagai “biang keladi” bagi timbulnya pemberontakan atas dogma-
dogma keagamaan.
Mendengar kata “filsafat”, imajinasi masyarakat langsung mengarah pada sosok
yang menakutkan, bersentuhan dengan filsafat merupakan hal yang dihindari karena
dapat merusak keimanannya selama ini. Secara membabi buta, stigma negatif terhadap
filsafat, terus digulirkan di kalangan masyarakat kita.
Hal inilah yang pada akhirnya menarik penulis untuk melakukan penelitian lebih
jauh seputar stigma negatif terhadap filsafat. Sejauh manakah pemahaman siswa
terhadap ilmu filsafat? dan mengapa paradigma negatif terhadap filsafat yang dianggap
sebagai kajian yang tidak terlalu penting muncul di kalangan umat Islam, khususnya
siswa sekolah tingkat atas?.
vii
Sebagai hipotesis awal, gejala ini muncul sebagai akibat dari adanya dikotomi antara
ilmu syariat dan ilmu non-syariat di tempat-tempat pendidikan yang formal maupun
informal. Ilmu syariat mendapat tempat terhormat dalam dunia pendidikan kita.
Lihat saja misalnya referensi - referensi yang dikaji di pesantren-pesantren, sebuah
lembaga pendidikan Islam, banyak memberikan ruang bagi kajian seperti fiqih, ushul
fiqih, ilmu - ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan lain-lain. Sementara karya-
karya para ulama seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Taimiyah,
yang notabenenya adalah berkutat seputar kajian filsafat, tidak mendapatkan tempat.
Bahkan karya-karya mereka dianggap“membahayakan” bagi eksistensi ideologi
masyarakat.
Para tokoh pendidikan kita memberikan andil yang cukup besar terhadap
berkembangnya stigma negatif terhadap filsafat. Ketidakseimbangan informasi yang
diterima masyarakat menimbulkan kesalah pahaman terhadap filsafat. Filsafat tidak
mendapat perhatian dari para tokoh kita, bahkan mengkajinya pun tidak. Tapi filsafat
senantiasa digambarkan sebagai hal yang negatif.
Yang terjadi selanjutnya adalah tidak adanya obyektifitas dalam memandang
filsafat. Tanpa melakukan penelaahan terhadap karya - karya mereka, filsafat diberikan
label sesat. Stigma negatif ini senantiasa disandarkan pada kritik al-Ghazali terhadap
para filosof muslim. Di sini pula terjadi salah pemahaman terhadap kritik al-Ghazali
kepada filsafat Islam. Benarkah al-Ghazali menolak filsafat?
Maka ketika beberapa siswa ditanyakan apa itu filsafat mereka pada umumnya
berpendapat bahwa kajian ilmu filsafat adalah kajian yang kurang menarik, paling sulit,
dan melelahkan. Hal ini disebabkan selama ini dalam masyarakat tidak adanya ruang
bagi kajian filsafat.
viii
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tehnik penelitian wawancara langsung
guna diperoleh data yang seakurat dan sebaik mungkin. Karena di kalangan siswa
sendiri terdapat beragam pandangan terhadap filsafat, sesuai dengan latar belakang
pendidikan mereka.
Pada siswa di tingkat pelajar, paradigma yang berkembang adalah menolak filsafat.
Selain tidak mendapat pelajaran tentang filsafat, mereka pun tidak mendapat gambaran
yang seimbang dari para pendidiknya. Di sekolah tidak mendapat pelajaran, di luar pun
mereka tidak bisa menemukan wajah filsafat yang sesungguhnya.
Kembali pada kritik al-Ghazali. Al-Ghazali di kalangan umat Islam dikenal sebagai
ulama yang kritis terhadap filsafat. Bahkan al-Ghazali menjadi ikon bagi mereka yang
menolak filsafat Islam. Dalam berbagai kesempatan, al-Ghazali ibarat dewa penyelamat
yang menyelamatkan umat dari bahaya filsafat Islam yang dikembangkan oleh al-Kindi
dan kawan-kawan.
Di sinilah terjadi kekeliruan terhadap pemikiran al-Ghazali dalam hubungannya
dalam kritiknya terhadap Ibnu Sina dan al-Farabi. Kritik al-Ghazali dipahami secara
parsial. Apa yang dipahami dari kritik al-Ghazali hanyalah obyek kritiknya tanpa
menelaah lebih dalam latar belakang sosial politik yang menyebabkan munculnya kritik
ini.
Pada dasarnya, al-Ghazali tidak menolak filsafat secara mutlak. Al-Ghazali sendiri
adalah orang yang memiliki naluri pemikiran yang kritis. Ia banyak bersentuhan dengan
teori-teori filsafat. Salah satu yang menjadi kritiknya adalah munculnya budaya taqlid
dalam masyarakat. Al-Ghazali berpandangan bahwa dalam masalah taqlid, masyarakat
harus mampu mengembangkan daya kritisnya terhadap segala hal yang ditemuinya.
ix
Sesuatu itu dipahami bukan atas dasar asumsi, melainkan berdasar pada hasil pemikiran
yang ketat.
Begitu pula kritiknya terhadap filsafat Islam. Al-Ghazali tidak menolak filsafat
Islam secara mutlak. Hal ini bisa dilihat dari pandangannya bahwa filsafat yang
dikembangkan oleh al-Farabi dan kawan-kawan tidak menghasilkan ilmu yang tetap,
melainkan mengandaikan suatu relativisme. Yang ingin dicapai melalui filsafat,
menurut al-Ghazali, adalah ilmu yaqini, ilmu yang menghadirkan ketetapan dalam jiwa,
bukan relativisme. Al-Ghazali berfilsafat dalam rangka mendapatkan kepastian terhadap
beberapa obyek kajian, baik itu tentang ketuhanan, eskatologi maupun etika.
Al Ghazali sendiri memiliki nama lengkap Abu Hamid ibn Muhammad ibn Ahmad
al – Ghazali. Ia lahir di Thus Kota Khurasan Iran Pada 450 H ( 1056 M. ). Ia wafat di
tanah kelahirannya pada tahun 505 H, ( 111 M ).1
Dari sumber utama pertentangan pemikiran adalah penafsiran yang berlainan. Hal
ini terjadi pada jawaban Ibnu Rusyd terhadap kitab karangan al Ghazali yakni
Kerancuan Filsafat ( Tahafut al Falasifah ) di dalam tulisan tersebut al Ghazali
menyalahkan kaum filosof dengan dibagi menjadi tiga golongan : materialis, naturalis,
theis.2
Pertama golongan materialis mereka merupakan golongan terdahulu yang pada
jamannya mereka beranggapan tidak adanya pencipta yang mengatur alam, alam bisa
dikatakan diatur oleh kekuatan kekuatan yang mereka anggap memiliki kekutan yang
lebih dari mereka, dan alam ada secara azali dengan sendirinya.
Kedua golongan naturalis mereka menganggap sifat – sifat alam dan keajaiban
ciptaan Allah SWT mereka dapat mengakuinya namun mereka mempelajari penemuan
1 Abdul Mustofa, Filsafat Islam ( Jakarta : Pustaka Setia, Bandung, 1997 ), h.215. 2 Al Ghazali, Setitik Cahaya dalam Kegelapan ( Bandung : Pustaka Progresif, 2001 ), h.135.
x
tersebut dan memaksakan pengaturan tuhan diatur kembali dengan pemikiran kaum
Naturalis, dalam pandangan mereka tidak ada hari kebangkitan dan hisab. Mereka ini
disebut oleh al - Ghazali dengan golongan kaum Zindiq.
Golongan Ketiga, golongan theis ( bertuhan ), mereka orang orang yang berfikir
dengan menggunakan logika, dengan menggunakan argumen mereka menghsilkan ilmu
kesesatan golongan ini sama dengan pemikiran Plato dan kawan – kawannya.
Dari sinilah kemudian pemikiran al - Ghazali mendapat bantahan dari seorang yang
bernama Ibnu Rusyd yang lebih dikenal denga nama ( Averreos ). Ia merupakan tokoh
yang sangat berjasa dalam kajian filsafat islam, namun hanya dikenal di kalangan orang
orang tertentu saja.
Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai ahli fiqih. Dia pula yang menyatukan filsafat
dengan syariat. Baginya syariat telah mendorong untuk menalar semua wujud yang
tampak melalui penalaran rasio dan mengambil pengetahuan secara rasional. Dengan
memberi kesimpulan bahwa di samping ilmu qiyas ( analogi syariat ) wajib juga yang
dinamakan qiyas aqli ( dalil rasio ). Maka, wajiblah kiranya filsafat Islam tersebut
dalam pemikiran dan khazanah perkembangan pemikiran Islam, wajib pula kiranya
mempelajari karya karya filsuf – filsuf terdahulu dengan tujuan dan maksud yang
termaktub dalam sebuah hukum syariat.
Ibnu Rusyd yang memiliki nama lengkap Abu Al-Walid Muhammad ibn
Muhammad Ibn Rusyd, dilahirkan di Cordova pada 520 H ( 1126 M ). Ia wafat pada 9
Safar 595 H ( 10 Desember 1198 M ).3
Dapat disimpulkan bahwa syariat dan filsafat dapat dipertemukan tanpa adanya
konflik. Keduanya bahkan dapat saling mendukung satu sama lainnya. Yang menjadi
3 Hasyimsyah Nasution, filsafat Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama (GMP ), 2002 ), h. 113.
xi
persoalan mendasar adalah kurangnya kajian yang mendalam dan seimbang terhadap
filsafat dibanding dengan kajian tentang syariat.
Dia juga sebagai Intelektual dalam di dunia Islam dengan memiliki tugas sebagai
hakim agung di Cordova dan sebagai pengarang kitab paling pluralis ( Bidayatul
Mujtahid. ) Dia juga merupakan ulama yang menafsir secara Tekstual.4
Filsafat mengajarkan manusia untuk menjalankan hidup ini dengan penuh
pertimbangan secara rasional. Dengan berpijak pada Rasionalitas, filsafat mencoba
membawa manusia pada suatu tatanan sosial kemasyarakatan yang berkeadilan dan
sejahtera.
Secara bahasa, Filsafat memiliki arti sebagai pemikir bebas, radikal. Bebas di sini
berarti tidak ada yang menghalangi pikiran untuk bekerja. Tidak ada satu kekuatan pun,
yang menghalangi seseorang untuk berfikir, apalagi untuk menyeragamkannya. Selama
seseorang masih sanggup berpikir walaupun ia berada dalam penjara, tetap saja pikiran
dapat bekerja.5 Radix, artinya akar. Berfikir secara radikal berarti berpikir sampai ke
akar suatu masalah.
Selanjutnya filsafat dapat diartikan sebagai ilmu rasional. Artinya, adanya penggunaan
akal pikiran dan hukum hukum logika yang bisa diterima oleh akal.
Dalam penelitian ini, peneliti hendak melihat sejauh mana tanggapan dan cara
pandang siswa pada tingkat kelas 3 Madrasah Aliyah terhadap kajian ilmu filsafat. Hal
ini dimaksudkan guna memperoleh gambaran yang komperehensif seputar pandangan
siswa yang duduk di bangku sekolah kelas 3 Madrasah Aliyah.
4 Ekky Al Maliki, Why Not ( Remaja Doyan Filsafat ) ( Bandung : Darr Mizan, 2003), h. 114. 5 Musa, Asy’arie, filsafat Islam, sunnah Nabi dalam berfikir ( Yogyakarta : Lesfi, 2002), h.1.
xii
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam skripsi ini penulis perlu untuk memberikan suatu pembatasan masalah.
Penulisan ini dibatasi pada : Pandangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas 3 terhadap
Filsafat ( Studi kasus terhadap MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1 Serpong )
Berdasarkan pembatasan tersebut, kami berusaha menghasilkan pembahasan yang
sistematis, terarah dan jelas maka penulis membuat suatu rumusan masalah, yaitu :
1. Adakah nilai manfaat dari ilmu filsafat bagi Siswa Madrasah Aliyah ?
Tujuan dan kegunaan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
terhadap ilmu filsafat. Selain itu sebagai tugas akhir Akademik Strata 1 ( S1 )
Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :
1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang akan meneliti
masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Sebagai laporan ilmiah kepada Universitas Islam Negeri ( UIN )
Jakarta.
3. Sebagai pengembangan ilmu filsafat.
D. Metodologi Penelitian.
Dengan menggunakan populasi penelitian, menurut Arikunto dalam bukunya
populasi didefinisikan seagai seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.6
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ( Jakarta : Rienika Cipta, 1996 ).h, 115.
xiii
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas 3 MAN I
Serpong dan MAN 4 Pondok Pinang Namun dalam penelitian ini penulis tidak
mengambil seluruh siswa kelas 3 tersebut sebagai subyek penelitian, akan tetapi
sebagian saja yang dalam penelitian tersebut disebut sampel sebagai bagian yang
dianggap mewakili dari populasi yang ada.
Sampel adalah “sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik
yang sama sehingga dapat mewakili populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa dari masing - masing Siswa kelas 3 pada MAN 4 Pondok Pinang & MAN
1 Serpong. Pengambilan dengan teknik random sampling, yaitu pengambilan secara
acak dengan cara mengundi kelas 3 yang berjumlah Beberapa kelas dari kelas 3 yang
ada di MAN 4 Pondok Pinang dan MAN 1 serpong, penelitian ini tidak adanya
manipulasi terhadap variabel – variabel penelitian, tapi nantinya yang diungkap fakta
yang berdasarkan pengukuran gejala yang ada pada diri responden maka penelitian ini
termasuk penelitian survei.
Dengan ide pokok dari tehnik pengambilan sampel melalui informasi mengenai
keseluruhan informasi dan populasi dengan jalan mencari informasi pada sebagian saja
dari populasai tersebut, dan informasi yang ditemukan diberlakukan pada seluruh
populasi.
Penilitian yang dilakukan peneliti bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah suatu methode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, dan suatu
sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa yang terjadi pada masa sekarang.
Penelitian deskriftif mempelajari masalah masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan kegiatan, sikap sikap, serta proses yang sedang berlangsung serta
pengaruh dari suatu fenomena. Dalam penelitian ini akan membuat deskriptif, gambaran secara sistematis faktual dan akurat
mengenai fakta – fakta sejauh mana pemahaman dan pandangan siswa Madrasah Aliyah dalam kajian ilmu filsafat.
xiv
Dalam rangka memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, sebagai bahan
dalam rangka penelitian skripsi ini, maka tehnik pengumpulan data yang penulis
gunakan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dalam suatu penelitian diartikan sebagai metode pengumpulan data
dengan melalui wawancara, di mana dua orang atau lebih secara fisik langsung
berhadap hadapan yang satu dengan yang lain dan masing - masing dapat menggunakan
saluran komunikasi secara lancar. 7 wawancara juga dapat diartikan percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer )
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee ) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.8
2. Angket ( kuesioner )
Angket yaitu sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden tentang hal – hal yang ia ketahui.9 Peneliti menyebarkan
kuesioner, dengan tehnik tujuan agar dapat diambil kesimpulan sejauh mana pandangan
dan respon siswa terhadap kajian ilmu filsafat. Dengan tehnik menyebarkan kesiswa
kelas 3 Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong dan Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok
Pinang.
3. Observasi
7 Badan Penelitian dan Pengembangan depdagri dan Otda, mettode penelitian Sosial ( Jakarta :
2000), h. 39. 8 Lexy J. Maleong, Methode penelitian kwalitatif ( Bandung : PT Rosda Karya, 2000 ), h.135. 9 Koentjaraningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat ( Jakarta, Gramedia, 1985 ), h. 125.
xv
Observasi dalam suatu penelitian berarti pengamatan yang dilakukan secara
langsung terhadap gejala yang diteliti.10 Tehnik ini memungkinkan peneliti menarik
kesimpulan ihwal dan makna sudut pandang responden, terhadap penelitian tersebut.
Lewat penelitian ini pula peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak
terucapkan, bagaimana teori tersebut digunakan langsung dan sudut pandang nara
sumber yang mungkin didapati dari wawancara. Dalam observasi ini peneliti akan
mengambil data seakurat - akuratnya agar didapatkan data yang benar benar valid
4. Analisis data
Setelah data yang penulis perlukan telah terkumpul langkah selanjutnya adalah
menganalisa data dengan methode kuantitatif dengan pendekatan ini penulis
menggunakan tehnik analisis data cara prosentase setelah ditabulasi dengan jumlah,
Frekuensi jawaban responden untuk setiap jawaban. pedoman penulis untuk mencari
setiap jawaban adalah :
%100ΧΝ
=ΡF
keterangan . P : Angka prosentase yang dicari
F : Frekuensi jawaban responden
N : Jumlah Frekuensi / Banyaknya Individu
E. Sistematika Penulisan.
Skripsi ini terdiri dari lima ( 5 ) bab masing masing bab membahas permasalahan
yang berkaitan dengan tema kajian. Kelima bab tersebut antara lain.
10 Badan Penelitian dan Pengembangan depdagri dan Otda, mettode penelitian Sosial ( Jakarta,
2000 ), h. 54.
xvi
Bab I : Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Pembatasan Dan
Perumusan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Metodologi
Penelitian, Sistematika Penelitian.
Bab II : Landasan teori, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
Landasan teori, Pengertian Filsafat, Tema – Tema kajian Filsafat,
Pengertian remaja.
Bab III : Gambaran Umum sekolah MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1
Serpong, sejarah berdirinya MAN 4 Pondok Pinang, Misi dan Visi
MAN 4 Pondok Pinang, Sejarah Berdirinya MAN 1 Serpong, Misi dan
Visi MAN 1Serpong.
Bab IV : Hasil Penelitian. Latar belakang siswa mengetahui Filsafat,
Pandangan Siswa terhadap filsafat, Pandangan siswa MAN 4 pondok
pinang terhadap filsafat, pandangan siswa MAN 1 serpong terhadap
filsafat.
Bab V : Penutup, Kesimpulan , Saran & kritik
xvii
BAB II
FILSAFAT
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara bahasa kata Filsafat merupakan asal kata dari bahasa Yunani yaitu
Philosophia, dengan memiliki dua arti kata Philos dengan arti mencintai, dan sophia
dengan arti kebijaksanaan. Berarti Philosophia berarti : cinta akan kebijaksanaan (
Inggris : love of Wisdom ). Orang yang berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat
disebut “Filsuf” atau “Filosof” artinya pecinta kebijaksanaan.11
Secara arti filsafat diartikan cara berpikir bebas yang masih dalam dataran makna.
Seseorang dapat berpikir dengan bebas selagi pemikiran tersebut bisa dipertanggung
jawabkan dengan argumennya sendiri, berfilsafat adalah cara kerja untuk berfikir bebas
dengan menggunakan akal semampunya hal ini sering disebut sebagai pemikiran yang
radikal dengan sampai pada keakar - akarnya dalam suatu masalah, hal ini pun sampai
pada melewati batas batas fisik dengan memasuki area diluar fisikal ini sering disebut
sebagai metafisis. Filsafat merupakan usaha manusia untuk mencari dan mencari hal –
hal yang baru secara Rasional, Kritis, Sistematis dan radikal.
A. Rasional manusia menggunakan pemikiran dengan hukum hukum logika
yang masuk akal, hal ini merupakan hasil sebuah kegiatan pemikiran dengan
mengandalkan otak dan akal secara bersama sama. Dan ini tidak bisa disebut sebagai
Wahyu atau pun apa yang datang dari tuhan. Jika seorang filsuf menyampaikan hasil
pemikirannya tersebut dan setiap orang mampu untuk memahaminya maka berhasillah
apa yang dicita - citakan seorang Filsuf.
11 Hasyim Syah, Filsafat Islam ( Jakarta : GMP, 2003 ), h. 24.
xviii
B. Kritis artinnya ia tidak akan menerima begitu saja hal - hal yang didapat
ia akan berupaya mengklarifikasi dengan pemikirannya secara hati hati, dengan
mengevaluasi segala pemikiran yang ada.
C. Sistematis adanya suatu aturan tertentu yang memiliki alur yang jelas.
D. Radikal arti kata Radix yang berarti Akar, dalam pengertian bahwa dalam
berfilsafat hendaknya pemahaman digali sampai pada akar - akarnya, sehingga
pemahamam menjadi menyeluruh dan mendalam.12
Mohammad Hatta dalam pendahuluannya Alam Pikiran Yunani menulis “apa
sebenarnya yang disebut filosof, lebih baik jangan dipersoalkan pada permulaan
menempuhnya. Akan hilang jalan nanti karna banyak ragam dan paham. Tiap – tiap ahli
berlainan pendapatnya tentang apa yang dikatakan filosofi. Tiap – tiap filosof pun lain –
lain tujuannya, buat sementara sebagai tempat berpegang kita sebutkan saja sifatnya
yang umum, seperti yang dilukiskan oleh Windelband. Filosofi sifatnya merentang
pikiran sampai sejauh – jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata. Sebab itu
filosofi orang sebut juga berpikir merdeka dengan tiada dibatasi kelanjutannya.”13
Menurut Cicero, penulis Romawi ( 106 – 43 SM ), orang yang pertama - tama
memakai kata filsafat ialah Pythagoras ( 497 – SM ), sebagai reaksi terhadap orang
orang cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya “ahli pengetahuan”.
Pythagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya lengkap tidak sesuai dengan
manusia. Tiap - tiap orang mengalami kesukaran - kesukaran dalam memperolehnya
dan meskipun menghabiskan seluruh hidupnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya.
Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa
12 Bagus Takwin. Dasar - dasar Filsafat. 2004 dari : http : //Psikologi,webhostme.Com
/filsafat/filsafat.htm. 13 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani ( Jakarta : UI Press, 1986. ), h.1.
xix
mencangkup keseluruhannya. Oleh karna itu, maka kita ini bukan ahli pengetahuan,
melainkan pencari dan pecinta pengetahuan, yaitu filosof.14
Namun pengertian bijak seseorang berbeda dengan apa yang diterangkan
diwilayah Timur sejak zaman kuno ditimur telah banyak orang – orang yang melakukan
pencarian kebijaksanaan dan kebenaran. Di India umpamanya, orang bijak adalah orang
yang telah mendapatkan kebijaksanaan yang terdiri dari“atman” adalah “Brahman”,
bahwa jiwa manusia adalah tuhan sendiri. Barang siapa yang mengetahui ini semua
ialah orang bijak.15
Dalam masyarakat modern, filosof adalah ahli pikir yang mengajarkan aliran
paham, yang membentuk pandangan dunia dan sikap hidup. Pandangan dunia dan sikap
hidup itu mengendalikan tingkah laku perbuatan kita. Dengan demikian jelaslah bahwa
filosof itu tidak harus menurut tanggapan umum itu dan filsafat itu sesungguhnya
berada ditengah – tengah kita, dalam tingkah laku perbuatan dan tindakan sehari – hari.
Kehidupan kita dikendalikan dan diarahkan oleh filsafat.16
Kata filsuf memiliki arti orang yang berpikir dengan memikirkan hakekat segala
sesuatu dengan melakukan secara mendalam dengan segala kemampuan yang ada.
Dengan demikian seorang filsuf harus dapat mencari kebenaran dengan melakukan
pencarian yang sungguh - sungguh.
Dikatakan pula filsuf adalah ahli pikir yang radikal, bukan dalam arti, bahwa ia
hendak membuang atau mengubah seluruhnya, tetapi dalam arti yang sebenarnya, yakni
ia berusaha mencapai radix, akarnya. Akar apa? Akar kenyataan, dunia, ujud, akar
pengetahuan tentang diri sendiri. Kalau ditemukan akar itu, maka semua yang berakar
14 Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam ( Jakarta : Bulan Bintang , 1990), h, 3. 15 Harun Hadiwijiono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 ( Jakarta : Kanisius, 1980), h. 7. 16 Gazalba. Sistematika Filsafat. H. 12.
xx
padanya akan dapat dipahami. Berpikir radikal itu ditujukan pada “kedalaman” (diepte).
Sekiranya kedalaman ini tercapai maka dapatlah dipastikan apa yang berasal dari
“kedalaman” itu. Berpikir radikal juga melingkupi yang universal.17
Filsafat, sebagai proses berfikir sistematis dan radikal juga memiliki objek
material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang
ada mencangkup”ada yang tampak” dan ”ada yang tidak tampak”. Ada yang tampak
adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika.
Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu : yang ada
dalam kenyataan, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun
objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan obyektif
tentang yang ada, agar dapat mencapai hakikatnya.18
Mustofa Abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata kata Filsafat dikalangan
Muslim, maka ia berkesimpulan bahwa kata kata “hikmah dan hakim“ dalam bahasa
Arab dipakai dalam arti “filsafat dan filosof” dan sebaliknya, hikmah adalah perkara
tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat - alatnya yang tertentu,
yaitu akal dan methode – methode berpikirnya.19
Al–Kindi sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan
pengertian filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat pada tiga bagian :
1. Imu fisika ( ilm – ut thibiyyat ), merupakan tingkat terendah.
2. Ilmu matematika ( al – ilm – ur – riyadhi ), tingkatan tengah.
3. Ilmu ketuhanan (ilm – ur – rububiyah ), tingkatan tertinggi.
Yang pertama adalah tingkatan alam nyata, terdiri dari benda – benda kongkrit
yang ditangkap panca indra. Yang kedua, berhubungan dengan benda juga, tapi
17 R.F. Beerling, Filsafat Dewasa Ini ( Jakarta : Balai Pustaka, 1994 ), h. 12. 18 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama ( Pamulang : Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 1. 19 Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h.3.
xxi
mempunyai wujud tersendiri, yang dapat dipastikan dengan angka – angka ( Misalnya
ilmu hitung, teknologi, astronomi, musik ). Dan yang ketiga yang tidak berhubungan
dengan benda sama sekali yaitu soal ketuhanan.20
Seperti halnya tokoh filsuf Muslim yang bernama Ibnu Sina memberikan
definisi Filsafat adalah: Ilmu pengetahuan tentang Maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikat yang sebenarnya.
Plato dalam pandangannya terhadap filsafat adalah pengetahuan segala yang
ada. Begitu juga dengan, N. Drikarya berpandangan bahw filsafat adalah perenungan
yang sedalam – dalamnya tentang sebab – sebab “ada” dan “berbuat” perenungan
tentang kenyataan yang sedalam – dalamnya, sampai “mengapa” yang penghabisan.21
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam
semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni
adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka
tujuan filsafat aadalah pengertian dan kebijaksanaan.( Understanding and wisdom ).22
Dari uraian diatas filsafat memiliki kajian yang sangat beragam hal ini
disebabkan karna banyaknya pandangan dan penafsiran yang dilakukan oleh para tokoh
filsafat dengan memegang teguh argumennya tersebut.
Disamping itu, filsafat juga menunjukan bagaimana para filsuf menyelesaikan
dan memberikan jalan keluar dari satu persoalan kepersoalan lain, mengapa persoalan
yang sama dapat muncul dalam variasi bahasa, dari satu filsuf ke filsuf yang lain, dari
20 Gazalba. Sistematika filsafat. h. 19. 21 Bakhtiar, Filsafat Agama, h. 9. 22 A. Mustofa, Filsafat Islam ( Jakarta : CV Pustaka Setia, 1997 ), h. 11.
xxii
satu generasi kegenerasi yang lain pula, dan bagaimana keterkaitan pola pikir antara
satu filsuf ke filsuf yang lain dan seterusnya.23
Dalam buku Why not Remaja Doyan Filsafat. Didefinisikan filsafat adalah
sesuatu yang sangat dekat dengan keseharian kita. Setiap orang pasti bertanya dan
mempertanyakan tentang segala sesuatu. Setiap manusia pasti menanyakan berbagai
fenomena yang ia hadapi. Pertanyaan seperti : Mengapa aku hidup ? mengapa manusia
mati ? Apa tujuan hidup ? dan sebagainya terkadang muncul begitu saja tanpa di undang
dan kita menjadi gelisah dan berusaha mencari jawabannya.24
Dalam pengertiannya filsafat itu sendiri secara umum para ahli filsafat memiliki
argumen yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama terhadap ilmu filsafat.
Bagi Kant, filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.
Diajukannya empat pertanyaaan yang menggariskan lapangan filsafat :
1. Apa yang bisa kita ketahui? dijawab dengan filsafat Metafisika.
2. Apa yang boleh kita kerjakan? dijawab dengan Filsafat Etika
3. Sampai dimana pengharapan kita? dijawab dengan Filsafat Agama
4. Apakah yang dinamakan manusia? dijawab dengan Filsafat
Antropologi.25
2. TEMA - TEMA KAJIAN FILSAFAT
Dalam tulisan ini akan diringkas tentang kajian dan tema – tema dalam Filsafat.
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa filsafat terdiri dari tiga cabang yaitu :
Metafisika, Aksiologi, dan Epistemilogi dari ketiga cabang besar ini masih dibagi lagi
23 Mohammad Muslih, Filsafat umum ( Dalam Pemahaman Praktis ) (Bogor : Belukar, 2005 ),
h.15. 24 Ekky Al Malaky, Why Not ( Remaja Doyan Filsafat ) ( Bandung : Darr Mizan, 2003 ), h.114. 25 Gazalba, Sistematika Filsafat. h.18.
xxiii
cabang yang bisa digambarkan. Metafisika (Teologi, Kosmologi, antropologi) Aksiologi
( Etika, ) Epistemologi (Logika ).26
Dalam tulisan ini akan dibahas secara berurutan tema kajian filsafat mulai dari
Metafisika, Epistemologi dan Aksiologi dengan membahas dari ketiga cabang – cabang
tersebut. Memang masih banyak cabang – cabang kajian yang lain, tapi yang jelas
beberapa cabang ini paling menonjol dan cukup menarik minat para pengkaji filsafat.27
A. Metafisika Metafisika jika diambil dari kata latin metaphysica dan Yunani Meta ta physica
( sesudah Fisika ),dan Meta ( Setelah, melebihi ) dan Phisicos ( menyangkut Alam atau
Physis ( alam ).28
Metafiska merupakan cabang mata rantai tertua dari filsafat. Kelahirannya
diawali dengan ketertarikan untuk mengungkap “misteri” dibalik realitas. Sama dengan
maksud istilahnya, yaitu Meta yang berarti dibalik, dan fisika yang berarti alam fisik (
Dzahir ). Metafisika dalam bahasa Arab dimengerti sebagai ma wara‘ a al thabi’ah.
Maka metafisika adalah pengetahuan spekulatif – filosofis tentang realitas, dimana
pengetahuan spekulatif – filosofis itu dimaksudkan sebagai menjangkau sesuatu yang
fisik.29
1. Teologi
Secara harfiah kata teologi ( Theologie atau theology ) terdiri dari Teo atau Teos
yang berarti tuhan dan Logi atau Logos yang berarti pengetahuan ( Science, Studi,
26 Muslih, Filsafat Umum ( Dalam Pemahaman Praktis), h. 56. 27 Muslih, filsafat umum ( dalam pemahaman Praktis ), h, 56. 28 Lorens Bagus, Kamus Filsafat ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002 ), h. 623. 29 Muslih, filsafat umum ( Dalam Pemahaman Praktis ), h. 57.
xxiv
Discourse), paham, atau pembicaraan : jadi teologi mengandung arti pengetahuan,
paham atau pembicaraan tentang tuhan, teologi bisa di artikan juga dengan ilmu yang
membicarakan tentang hal - hal yang berkaitan dengan ketuhanan atau ilmu
ketuhanan.30
2. Kosmologi
dari bahasa Yunani Kosmos ( Dunia, Alam semesta ) dan Logos ( ilmu tentang
alasan, Pokok bagi). Kosmologi dapat diartikan, ilmu tentang alam semesta sebagai
suatu sistem yang rasional dan teratur, atau juga ilmu yang memandang alam semesta
sebagai kesatuan yang integral.31
3. Antropologi
disebut dengan philosophical Antropology, istilah ini secara harfiyah berarti
pengetahuan filosofis mengenai manusia. Antropologi filsafat berusaha menjawab
pertanyaan apa itu manusia.32
B. Axsiologi Axsiologi dari kata Yunani Oxios ( layak, Pantas ) dan Logos ( ilmu, Study
mengenai ). Ilmu ini merupakan analisis nilai – nilai dengan cara membatasi arti, ciri –
ciri, asal. Aksiologi diartikan sebagai studi filosofis tentang hakikat nilai – nilai.
Pertanyaan hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara. 1. nilai bersifat
30 Achmad Gholib, teologi dalam perspektif Islam, ( Jakarta : UIN jakarta Press, 2005),h. 5. 31 Bagus, Kamus Filsafat, h. 499. 32 Bagus, Kamus Filsafat, h. 58.
xxv
subyaktif. 2. Nilai merupakan kenyataan. 3. Nilai merupakan unsur – unsur obyektif
yang menyusun kenyataan.33
Axsiologi dapat diartikan sebagai bidang filsafat yang mencoba menjawab
pertanyaan “apa yang dilakukan manusia dan apa yang harus dilakukan manusia?” di
sini kita membicarakan tentang nilai – nilai. Axsiologi yang mengkaji pengalaman dan
penghayatan dari pengalaman pengalaman manusia, didalammya dibahas tentang nilai
apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu prilaku baik, selain itu
membicarakan tentang nilai rasa manusia yang dikaitkan dengan keindahan.34
1. Etika
Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiyah, istilah
“etika” pun berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani Ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti : Tempat Tinggal yang biasa; akhlak; watak; perasaan. Dalam
bentuk jamak ( ta etha ) artinya adalah adat kebiasaan. Dan inilah arti terakhir yang
menjadi latar belakang terbentuknya istilah Etika yang oleh Filsuf Yunani besar
Aristoteles (384 – 322 s. M.) sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral jadi, jika
kita membatasi diri pada asal usul kata ini, maka Etika berarti, ilmu tentang apa yang
bisa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.35
33 Bagus, Kamus Filsafat, h. 33. 34 Takwin, http//psikologi.webhostme.com/filsafat/filsafat.htm, 35 K. Bertens, Etika ( Jakarta : Gramedia,cet.ke 7. 2002 ), h. 3.
xxvi
C. Epistemologi Epistemologi dari kata Yunani episteme ( pengetahuan, ilmu pengetahuan ) dan
Logos ( pengetahuan ). Dapat dikatakan pengetahuan tentang pengetahuan ada kalanya
disebut “teori pengetahuan”. Perbedaan pokok antara teori – teori pengetahuan dalam
perbedaan antara metode Rasional dan metode Empiris penekanannya pada pemikir –
pemikir terdahulu seperti. Plato, Descartes, Spinoza, yang kedua dijelaskan oleh.
Francis Bacon, Locke, Hume dan lainnya. Contohnya seperti pengetahuan yang
ilmiyah.36Epistemologi masalah yang bersangkutan dengan pertanyaan – pertanyaan
tentang pengetahuan.37
1. Logika
Berasal dari Bahasa Latin dari kata “Logos” yang berarti perkataan atau sabda.
Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantik. Logika adalah ilmu yang
mempelajari methode dan hukum - hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul betul penalaran yang salah.38
Kata logika dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum sofis, Socrates
dan plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas
jasa Aristoteles, Theoprostus, dan kaum Stoa.39
36 Bagus, Kamus Filsafat, h. 212. 37 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996 ), h.135. 38 Mundiri, Logika, ( Jakarta : Rajagrafindo persada, 2003),h 1-2. 39 Mundari, Logika, h. 2.
xxvii
BAB III
GAMBARAN UMUM MAN 4 PONDOK PINANG & MAN 1 SERPONG
A. GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 PONDOK PINANG
a. SEJARAH BERDIRINYA MAN 4 PONDOK PINANG
Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan adalah lembaga
pendidikan Agama yang merupakan alih fungsi dari PGAN 28 Jakarta yang berlokasi di
jalan. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan Dengan Surat keputusan Menteri
Agama RI nomor 42 tahun 1992 tanggal 27 Januari 1992 dengan status milik
Departemen Agama RI. Dengan luas tanah 21, 980 m2 luas bangunan 7, 317 m2 .
Sesuai dengan perubahan zaman dalam sejarah bangsa ini. Pada akhirnya
pendidikan mengalami penyesuaian – penyesuaian seiring dengan perubahan dan
perkembangan dalam agama Islam diseluruh Indonesia dengan didukungnya pada
keputusan TAP MPRS Nomor II/ 1960 dengan lampiran B ( 3 ) dengan di sebutkan
bahwa :
Hendaknya Madrasah didirikan sebagai badan Otonom dibawah Departemen
Agama bukan dibawah Departemen PP & k. Sedangkan dalam Undang – Undang
pendidikan Nomor : 4 / 50 Jo 12/54 pasal 10 ( 2 ) Dicantumkan :
“belajar disekolah Agama telah Mendapat pengakuan dari Menteri Agama Di anggap
telah memenuhi syarat kewajiban belajar.”
Dalam aturan tersebut diatas tidak hanya belajar di Madrasah hanya pendidikan
Formal dan sekedar memenuhi kebutuhan pendidikan dalam bidang agama. Namun
lebih dari itu pengembangan pendidikan akan lebih penting jika ditunjang dengan
adanya aturan dan pengaturan dari Pemerintah atau dari Deparrtemen Agama terhadap
Madrasah Aliyah ini. Dengan adanya pengakuan tersebut dari Menteri Agama maka
xxviii
lembaga - lembaga yang memiliki pendidikan berbasis Agama Islam hendaknya
memiliki dan meningkatkan kwalitas dalam Hal pengembangan pendidikan agar para
lulusan dapat berperan dan memiliki nilai kwalitas yang baik tidak hanya etika dalam
berbangsa saja, namun memiliki nilai - nilai Keagamaan yang matang.
Dengan berkembangnya lembaga – lembaga pendidikan, dinyatakan dalam SKB
3 menteri ( Menteri Agama, Menteri P & K dan Menteri Dalam Negeri ) pada 24 Maret
1975 Menyatakan : Madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadi mata pelajaran
agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang - kurangnya 30 %
disamping mata pelajaran umum yang diberikan meliputi tiga tingkatan
1. Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar ( SD )
2. Madrasah Tsanawiyah setingkat Sekolah Menengah Pertama ( SMP )
3. Madrasah Aliyah Setingkat dengan Sekolah Tingkat Atas ( SMA )
Sejalan dengan pelaksanaan Undang – Undang pendidikan dan pembaharuan
Madrasah yang pada saat itu banyak ragam seperti PHIN, MAAIN dan lain lain.
Maka tujuan Madrasah harus memiliki mutu dalam rangka menyamaratakan
mata pelajaran umum yang setingkat sehingga mencapai hasil yang diharapkan. Seperti
halnya :
1. Nilai Ijazah memiliki nilai yang sama dengan Sekolah umum
2. Lulusan Madrasah dapat melanjutkan kesekolah umum ataupun Perguruan
Tinggi umum yang setingkat lebih tinggi
3. Siswa Madrasah dapat pindah kesekolah umum tanpa harus tertinggal mata
pelajaran yang umum.
Usaha dalam melakukan penyamaan dengan pelajaran umum dengan melakukan
perbaikan perbaikan yang meliputi :
xxix
1. Kurikulum
2. Buku pelajaran, alat pendidikan dan sarana belajar.
3. Tenaga pendidikan.
Dengan adanya perbaikan - perbaikan seperti yang tertulis diatas maka adanya
perubah - perubahan yang sangat signifikan seperti :
1. Eksistensi Madrsah sebagai lembaga pendidikan Islam menjadi lebih mantap
dan kuat.
2. Memiliki pengetahuan umum yang lebih baik dengan disanding dengan
pengetahuan agama yang lebih baik lagi.
3. Adanya fasilitas fisik yang lebih menunjang didalam Madrasah dan belajar
mengajar akan lebih sempurna.
4. Adanya Civil Effect terhadap Ijazah Madrasah.
Dengan adanya SKB 3 Menteri tersebut maka harapan terhadap Madrsah dapat
terwujud dengan memiliki mutu pendidikan terhadap yang disempurnakan meliputi
penyempurnaan kurikulum dan susunan Organisasi dan tata kerja Madrasah yang lebih
baik lagi. Dengan penyempurnaan seperti ini setiap sepuluh tahun adanya
penyempurnaan kurikulum sebagaimana keputusan Menteri Agama Nomor 10 tahun
1984 dimana dalam kurikulum tahun 1984 merupakan kurikulum yang memberikan
pengalaman belajar siswa dalam bidang pengetahuan dan keterampilan sebagai bakal
untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional yang meningkatkan kwalitas manusia
Indonesia seutuhnya.
b. VISI DAN MISI MAN 4 PONDOK PINANG
Visi : Pengembangan pendidikan Islam unggul dan berprestasi.
xxx
Misi : Menjadikan agama Islam sebagai sumber nilai pengembangan
Madrasah.
Mengembangkan pembelajaran yang bernuansa Islami.
Menempatkan tugas guru mengajar sesuai dengan disiplin ilmu
dan latar belakangnya serta profesionalisme melalui pembinaan dan pelatihan.
FASILITAS BELAJAR MAN 4 PONDOK PINANG
NO JENIS FASILITAS JUMLAH KET
1 RUANG BELAJAR 30 BAIK
2 RUANG LAB. FISIKA 1 BAIK
3 RUANG LAB. KIMIA 1 BAIK
4 RUANG LAB. BIOLOGI 1 BAIK
5 RUANG LAB KOMPUTER 2 BAIK
6 RUANG LAB. BAHASA 1 BAIK
7 RUANG PERPUSTAKAAN 1 BAIK
8 MASJID 1 BAIK
9 LAP. SEPAK BOLA 1 BAIK
10 LAP. BASKET 1 BAIK
11 LAP. BOLA VOLLY 1 BAIK
12 LAP. BULU TANGKIS 1 BAIK
13 LAP. TENIS MEJA 1 BAIK
14 RUANG KESENIAN 1 BAIK
xxxi
FASILITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
NO JENIS EKSKUL KET
1 PRAMUKA AKTIF
2 PMR AKTIF
3 KIR AKTIF
4 ECC AKTIF
5 SEPAK BOLA AKTIF
6 BOLA BASKET AKTIF
7 PRIMA AKTIF
8 KALIGRAFI AKTIF
9 JURNALISTIK AKTIF
10 MARAWIS AKTIF
11 FMIK AKTIF
12 PENCAK SILAT AKTIF
KEADAAN SISWA MAN 4 PONDOK PINANG NO KELAS LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH LOKAL
1 1 ( x ) 148 213 361 10
2 2 ( X I ) I P A 50 94 144 4
3 2 ( X I ) I P S 55 53 108 3
4 2 ( X I ) B. ARAB. 19 29 48 2
5 2 ( X I ) B. JEPANG 12 21 33 1
6 3 ( X I I ) I P A 52 76 128 4
7 3 ( X I I ) I P S 52 65 117 3
8 3 ( X I I ) B. ARAB 25 35 60 2
9 3 ( X I I ) B. JEPANG 4 25 29 1
JUMLAH 417 611 1028 30
xxxii
c. GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
SERPONG
Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong yang berada diwilayah Tanggerang Banten
adalah lembaga pendidikan Agama Islam yang berlokasi di jalan. Raya Serpong
kelurahan Kademangan Cisauk Tanggerang. Dengan Surat keputusan Menteri Agama
RI nomor 107 tahun 1997 tanggal 17 Maret 1997 dengan status milik Departemen
Agama RI. Dengan luas tanah 3000 m2 .
Lembaga yang tidak diragukan lagi eksistensinya dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa memiliki peran dalam masyarakat sekitar melalui pendidikan agama yang relatif
terjangkau dengan menjunjung tinggi nilai – nilai keberagamaan.
Dalam menghadapi perkembangan dalam hal pembangunan secara fisik Madrasah
ini sedang dalam tahap pembangunan yang dimulai sejak tahun 2005. pembangunan
fisik ini diharapkan adanya peningkatan kwalitas pendidikan dan pengajaran walau
hampir sebagian para pengajar tidak diragukan lagi kemampuan dalam mengajar.
Pembangunan gedung baru ini diharapkan dapat memberikan belajar yang lebih
nyaman.
Dengan diberlakukannya Undang – Undang Pendidikan Nasional No. 2 Tahun.
1989 tentang Sekolah Menengah Umum yang berciri khas Islam dengan penyelenggara
Pihak Departemen Agama maka tujuan dan keberadaan harus adanya peningkatan
dalam hal pengetahuan siswa yang lebih baik lagi dengan melalui pengembangan diri
siswa yang sejalan dengan ilmu pengetahuan, Teknologi dan kesenian dengan
penjiwaan Agama Islam.
Berdasarkan tujuan diatas maka tujuan utama dari Madrasah Aliyah adalah
mewujudkan tujuan pendidikan Nasional yang bermuara pada tujuan pembangunan
xxxiii
Nasional dengan memerlukan usaha – usaha yang sistematis secara maksimal sehingga
menjadi bangsa yang maju.
d. MISI DAN VISI MAN 1 SERPONG
MISI
a. Meningkatkan sikap dan tanggung jawab atas dasar keikhlasan seorang guru
kepada Allah SWT.
b. Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan agama
c. Mengembangkan profesionalisme guru dan peningkatan pelayanan
pendidikan demi terciptanya lulusan yang baik
VISI “Sebagai Madrasah Aliyah yang berkwalitas dan berkarya dipercaya dan
dibanggakan serta menghasilkan lulusan yang berkwalitas.”
xxxiv
FASILITAS BELAJAR MAN I SERPONG NO JENIS FASILITAS JUMLAH
KET
1 RUANG BELAJAR 8 BAIK
2 RUANG LAB. FISIKA 1 BAIK
3 RUANG U K S 1 BAIK
4 RUANG LAB. BIOLOGI 1 BAIK
5 RUANG LAB KOMPUTER 1 BAIK
6 RUANG LAB. BAHASA 1 BAIK
7 RUANG PERPUSTAKAAN 1 BAIK
8 MASJID 1 BAIK
9 LAP. SEPAK BOLA 1 BAIK
10 LAP. BASKET 1 BAIK
11 LAP. BOLA VOLLY 1 BAIK
12 LAP. BULU TANGKIS 1 BAIK
13 LAP. TENIS MEJA 1 BAIK
14 RUANG KESENIAN 1 BAIK
KEADAAN SISWA MAN 1 SERPONG NO KELAS JUMLAH SISWA LOKAL
1 1 ( X ) 115 3
2 2 ( X I ) 59 2
3 3 ( X I I ) 61 3
JUMLAH 235 8
xxxv
FASILITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MAN 1 SERPONG
NO JENIS EKSKUL KET
1 PRAMUKA AKTIF
2 PMR AKTIF
3 KIR AKTIF
4 ECC AKTIF
5 SEPAK BOLA AKTIF
6 BOLA BASKET AKTIF
7 PRIMA AKTIF
8 KALIGRAFI AKTIF
9 JURNALISTIK AKTIF
10 MARAWIS AKTIF
11 FMIK AKTIF
12 PENCAK SILAT AKTIF
xxxvi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. LATAR BELAKANG SISWA MENGETAHUI FILSAFAT
Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua Madrasah Aliyah Negeri yakni
Madrsasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyah 1 Serpong. Pengertian
dan pemahaman filsafat siswa kelas 3 diperoleh dari materi pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam ( S K I ) buku tersebut ditulis oleh. Murodi, MA.
Materi filsafat bagi siswa kelas 3 didapat pada BAB. Peradaban Islam di
Andalusia dan imprialisme barat kedunia Islam, selain di lingkungan sekolah siswa juga
mendapati materi filsafat diluar sekolah. Berbeda dengan materi yang didapat disekolah
materi filsafat yang didapat diluar sekolah sebagian siswa menyatakan bingung dengan
filsafat yang ada diluar sekolah atau dimasyarakat.
Penulis menyebarkan angket sebanyak 66 angket pertanyaan dengan
pembagian, 33 lembar pertanyaan disebar ke sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok
Pinang dan 33 lembar pertanyaan untuk sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong.
B. PANDANGAN SISWA TERHADAP FILSAFAT
Untuk itulah penulis mencoba untuk mencari dan memberikan gambaran atau
kenyataan yang ada dalam pemahaman siswa Madrasah Aliyah Negeri kelas 3 yakni
siswa dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyan
Negeri 1 Serpong, dalam memahami filsafat. Seperti terlihat pada tabel berikut ini :
1. PANDANGAN SISWA MAN 4 PONDOK PINANG
TABEL. 1
xxxvii
PENGERTIAN FILSAFAT
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDENPERSENTASE
1 SEPERTI APA PENGERTIAN
FILSAFAT MENURUT MU 33
A MEMAHAMI 19 57, 6 %
B KURANG MEMAHAMI 12 36, 4 %
C TIDAK MEMAHAMI 2 6, 0 %
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 33 siswa / responden
terbagi pada tiga poin jawaban yakni : yang memahami filsafat, yang kurang memahami
dan yang tidak memahami filsafat. Dari Madrasah tersebut yakni Madrasah Aliyah
Negeri 4 Pondok Pinang sekolah tersebut dalam memberikan pandangan terhadap
filsafat sangat beragam.
Dari 33 responden siswa yang memahami filsafat sebanyak 19 siswa atau 57, 6 % bagi
yang kurang memahami 12 siswa atau 36, 4 % dan yang tidak memahami sebanyak 2
siswa atau 6, 0 %.
Bagi siswa yang memahami filsafat secara benar disebabkan siswa tersebut aktif
dalam mengikuti kegiatan – kegiatan Organisasi dan Rohis disekolahnya masing –
masing dan diluar sekolah. Hasil pantauan penulis keperpustakaan sekolah, ternyata ada
buku – buku yang terkait dengan filsafat walaupun hanya beberapa saja koleksi buku –
buku filsafat.
Bagi siswa yang kurang memahami filsafat mereka hanya tahu filsafat adalah
cara berpikir yang sistematis, tanpa tahu apa pengertian filsafat selanjutnya. Hal ini
xxxviii
disebabkan siswa hanya dapat materi dari sekolah tanpa mengikuti kegiatan
keorganisasian dan Rohis didalam dan diluar sekolah. Berbeda halnya bagi siswa yang
tidak memahami filsafat mereka tidak menyimak materi tentang filsafat dan tidak
mengikuti materi pelajaran dengan baik.
TABEL. 2
FILSAFAT PADA KESESATAN
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDENPERSENTASE
2 APAKAH FILSAFAT MEMBAWA
PADA KESESATAN
33
A JAWABAN YA 28 84, 9 %
B JAWABAN TIDAK 5 15, 1 %
Pada tabel diatas dapat dilihat siswa yang menyatakan filsafat dapat membawa
pada kesesatan sebanyak 28 siswa atau 84, 9 % siswa yang menyatakan tidak membawa
pada kesesatan sebanyak 5 siswa atau 15, 1 %.
Bila dilihat dari angket yang tersebar dan penelusuran yang yang dilakukan
penulis, siswa yang menyatakan setuju terhadap filsafat dapat membawa pada kesesatan
dikarenakan adanya kebingungan dalam ilmu filsafat tersebut kebingungan tersebut
dikarenakan kajian filsafat yang didapat disekolah dan dimasyarakat mengalami
perubahan yang sangat jauh bila disekolah hanya diajarkan hanya pada pengenalan para
tokoh dan sedikit tentang pemikirannya, namun berbeda dimasyarat pemahaman filsafat
dianggap sebagai ilmu yang harusnya tidak perlu dipelajari.
xxxix
Berbeda dengan siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa pada kesesatan
sebanyak 5 siswa / responden atau 15, 1 %. Siswa. Siswa yang menyatakan filsafat
tidak membawa kesesatan dikarenakan adanya pemahaman atau cara berpikir siswa
yang lebih baik, dikarnakan siswa melihat pemahaman filsafat dari segi ilmu, dimana
setiap ilmu bagi sebagian siswa harus dipelajari tanpa membeda - bedakan ilmu apa dan
nantinya pemikiranlah yang menyatakan ilmu itu baik atau buruk.
TABEL. 3
MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI ( FILSAFAT )
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
3
APAKAH ANDA SETELAH
LULUS INGIN MEMILIH
JURUSAN FILSAFAT
33
A JAWABAN. YA 12 36, 4 %
B JAWABAN. TIDAK 21 63, 6 %
Berdasarkan data diperoleh, siswa yang menyatakan kesiapan untuk memasuki
filsafat hanya 12 siswa / responden atau 36, 4 %. Dan yang menyatakan tidak masuk
dalam filsafat sebanyak 21 siswa / responden atau 63, 6 %. Dari kedua jawaban tersebut
bagi siswa yang menyatakan ketidak inginan masuk dalam filsafat dikarenakan tidak
ingin pusing dan tidak ingin terjebak dalam pemahaman yang sulit – sulit. Dalam
pemahaman siswa tidak lepas dari pendapat - pendapat para pendidik diluar sekolah
xl
seperti guru – guru agama diluar sekolah yang menyatakan bahwa ilmu filsafat dapat
membawa seseorang pada penyimpangan - penyimpangan agama.
Berbeda dengan siswa yang menyatakan kesetujuannya masuk dalam filsafat
mereka dalam berpikir lebih pada kebebasan cara berpikir. Namun disayangkan dari
hasil wawancara sebagian siswa ada yang menyatakan “kalau saya lulus dari sekolah
saya masuk dalam filsafat dikarnakan jika saya engga masuk dalam perguruan tinggi
yang saya pilih”.40
TABEL. 4
FILSAFAT DIPELAJARI DISEKOLAH
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
4
APAKAH ANDA SETUJU
DENGAN MATERI FILSAFAT
DAPAT DIPELAJARI PADA
SEKOLAH TINGKAT ATAS (
MADRASAH ALIYAH ).
33
A SETUJU 30 90, 9 %
B TIDAK SETUJU 3 9, 1 %
Dari data diatas terlihat jelas dari 33 siswa menyatakan setuju sebanyak 30 siswa
atau sebanyak 90, 9 %, dan yang tidak setuju terhadap materi filsafat sebanyak 3 siswa
atau 9, 1 %.
40. Wawancara pribadi dengan, Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas IPS.
Pamulang. Tanggal, 20 desember 2006.
xli
Dari data tersebut diatas bagi siswa yang menyatakan setuju terhadap materi
filsafast dapat dipelajari disekolah disebabkan, siswa berpandangan untuk menambah
wawasan dan cara berpikir yang lebih baik dikalangan pelajar, dari hasil wawancara
adanya pemahaman siswa bahwa setiap ilmu tidaklah menyesatkan, namun bagaimana
nantinya kita yang akan menilainnya sesat atau tidak ilmu tersebut.
Bagi siswa yang menyatakan ketidak setujuannya terhadap ilmu filsafat
dikarenakan mereka meyakini filsafat merupakan ilmu yang tidak diperlukan dalam
materi sekolah dan juga dikehidupan masyarakat. Ketidak setujuan mereka didasari juga
dengan pemahaman filsafat diangggap menyimpang dari norma norma masyarakat dan
pemahaman keagamaan. Hal ini didasari dengan beberapa tokoh penulis dinegeri ini dan
para pendidik dimasyarakat yang memberikan pmahaman filsafat secara liar. Dari
wawancara yang penulis laksanakan dengan seorang guru / ustadz, menyatakan “masih
labilnya cara berpikir siswa pada akhirnya ditakutkan nantinya mereka menyimpang
dari norma masyarakat dan syariat agama.”41
TABEL.5
FILSAFAT SANGAT SULIT DIPAHAMI
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
5
APAKAH ANDA
MENGALAMI KESULITAN
DALAM MEMAHAMI
33
41 wawancara pribadi dengan, Ust, Lukman Al Hakim, dan beberapa Guru Madrasah Aliyah.
Pamulang. 17, Desember 2006
xlii
FILSAFAT
A JAWABAN. YA 28 84, 8 %
B JAWABAN. TIDAK 5 15, 2 %
Berdasarkan data diatas terlihat pada tabel sebagian siswa menyatakan kesulitan
dalam memahami kajian filsafat sebanyak 28 siswa atau 84, 8 %. Dan yang merasa
tidak mengalami kesulitan dalam memahami filsafat hanya 5 siswa atau 15, 2 %, dari 33
siswa yang menjawab. Bagi siswa yang mengalami kesulitan dikarenakan adanya
perbedaan pemahaman yang didapat disekolah dengan yang didapat di kehidupan sehari
– hari atau masyarakat, jika disekolah siswa mendapat materi filsafat hanya sekedar
tokoh dan sekilas tentang pemikiran tokoh tersebut. Namun di masyarakat atau di
kegiatan ta’lim remaja, siswa dapat pemahaman filsafat secara liar dengan pemberian
materi yang tidak mendasar dari para guru mengaji. Dengan pernyataan dari beberapa
siswa yang penulis wawancarai bahwa “filsafat ilmu yang hanya sekedar melelahkan
dan tidak ada hikmah yang dapat diambil dari ilmu tersebut”.
Berbeda dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan terhadap ilmu filsafat
walaupun secara persentase sangat sedikit. Disebabkan siswa tersebut menyatakan
filsafat merupakan ilmu yang bisa dipelajari siapa saja.
TABEL. 6
SULIT MENDAPAT MATERI
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDENPERSENTASE
6 APAKAH ANDA KESULITAN 33
xliii
DALAM MENDAPATKAN
MATERI FILSAFAT
A JAWABAN YA 23 69, 7 %
B JAWABAN TIDAK 10 30, 3 %
Berdasarkan data diatas yang menyatakan kesulitan mendapat materi filsafat
sebanyak 23 siswa atau 69, 7 % dan yang menyatakan tidak sulit mendapat materi
filsafat sebanyak 10 siswa atau 30, 3 %. Hal yang menyebabkan siswa kesulitan
mendapat materi filsafat tidak semua toko buku dan perpustakaan memiliki buku kajian
filsafat.
Berbeda dengan siswa yang menyatakan tidak sulit mendapat materi filsafat
dikarnakan siswa memiliki teman – teman dari kalangan mahasiswa terkadang siswa
diajak untuk mengikuti kajian – kajian. Terkadang pula materi filsafat didapat dari hasil
kajian tersebut.
TABEL.7
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
7
APAKAH ADA KETERKAITAN
ANTARA FILSAFAT DAN
AGAMA
33
A JAWABAN YA 31 93, 9 %
B JAWABAN TIDAK 2 6, 10 %
xliv
Berdasarkan data di atas siswa yang menyatakan filsafat memiliki hubungan
dengan agama sebanyak 31 siswa atau 93, 9 % siswa dan siswa yang menyatakan
filsafat tidak memiliki hubungan dengan agama sebanyak 2 siswa atau 6, 10. Dari 33
siswa yang diberikan angket.
Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menyatakan
filsafat memilki keterkaitan dengan agama dikarenakan bahwa agama juga
mengajarkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akal dalam bertindak dan
berbuat begitu juga halnya dengan filsafat.
Dari hasil wawancara dinyatakan bahwa keterkaitan antara filsafat dan agama
bisa dilihat pada tokoh tokoh pemikir Islam yang membidangi masalah filsafat. Didalam
ayat Al – Qur’an manusia diperintahkan untuk menggunakan akal untuk berpikir dan
merenungkan alam.
Bagi siswa yang menyatakan tidak adanya hubungan antara filsafat dengan
agama dikarenakan sejarah awal filsafat dari Yunani bukan dari Islam jadi Islam tidak
mengenal filsafat dan ilmu filsafat juga bukan ilmu yang seharusnya dipelajari bagi
umat Islam karena tidak ada ajaran atau perintah dari Al Qur’an maupun hadits.
TABEL. 8
TOKOH DALAM FILSAFAT
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
8 APAKAH ANDA MENGENAL
TOKOH - TOKOH FILSAFAT 33
xlv
A MENGENAL 30 90, 9 %
B TIDAK MENGENAL 3 9, 1 %
Berdasarkan data yang diperoleh dari 33 siswa. Dengan materi pertanyaan
apakah anda mengenal tokoh – tokoh filsafat hampir dari 33 siswa menyatakan
mengenalnya, terlihat Pada table yang mengenal tokoh filsafat sebanyak 30 siswa atau
90, 9 %. Bagi siswa yang mengenal tokoh filsafat siswa dapat mengenal tokoh dari
materi pelajaran SKI dan bagi siswa yang mengenal tokoh hampir semua siswa
menjawab pada tokoh Ibnu Rusyd dan M. Iqbal di karenakan itulah tokoh yang mereka
pelajari di sekolah namun ada sebagian siswa menyatakan tokoh- tokoh filsafat di
Negeri ini seperti tokoh seperti Ulil Abshar Abdala, Abdurahman Wahid/ Gusdur,
Nurcholis Madjid. Bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat di karenakan tidak
mengenal siapa tokoh filsafat. Dan bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat
sebanyak 3 siswa atau 9, 1 %.
2. PANDANGAN SISWA MAN 1 SERPONG
TABEL. 1
PENGERTIAN FILSAFAT
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDENPERSENTASE
1 SEPERTI APA PENGERTIAN
FILSAFAT MENURUT MU 33
A MEMAHAMI 16 48, 4 %
xlvi
B KURANG MEMAHAMI 10 30, 4 %
C TIDAK MEMAHAMI 7 21, 2 %
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 33 siswa / responden
terbagi pada tiga poin jawaban yakni : yang memahami filsafat, yang kurang memahami
dan yang tidak memahami filsafat. Dari Madrasah tersebut yakni Madrasah Aliyah
Negeri 1 Serpong, sekolah tersebut dalam memberikan pandangan terhadap filsafat
sangat beragam.
Dari 33 responden siswa yang memahami filsafat sebanyak 16 siswa atau 48, 4 % bagi
yang kurang memahami 10 siswa atau 30, 4 % dan yang tidak memahami sebanyak 7
siswa atau 21, 2 %.
Bagi siswa yang memahami filsafat secara benar disebabkan siswa tersebut aktif
dalam mengikuti kegiatan – kegiatan Organisasi dan Rohis disekolah masing – masing
dan diluar sekolah. Hasil pantauan penulis keperpustakaan sekolah, ternyata ada buku –
buku yang terkait dengan filsafat walaupun hanya beberapa saja koleksi buku – buku
filsafat.
Bagi siswa yang kurang memahami filsafat mereka hanya tahu filsafat adalah
cara berpikir yang sistematis, tanpa tahu apa pengertian filsafat selanjutnya. Hal ini
disebabkan siswa hanya dapat materi dari sekolah tanpa mengikuti kegiatan
keorganisasian dan Rohis didalam dan diluar sekolah. Berbeda halnya bagi siswa yang
tidak memahami filsafat mereka tidak menyimak materi tentang filsafat dan tidak
mengikuti materi pelajaran dengan baik.
xlvii
TABEL. 2
FILSAFAT PADA KESESATAN
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDENPERSENTASE
2 APAKAH FILSAFAT MEMBAWA
PADA KESESATAN
33
A JAWABAN YA 27 81, 9 %
B JAWABAN TIDAK 6 18, 1 %
Pada tabel diatas dapat dilihat siswa yang menyatakan filsafat dapat membawa
pada kesesatan sebanyak 27 siswa atau 81, 9 % siswa yang menyatakan tidak membawa
pada kesesatan sebanyak 6 siswa atau 18, 1 %.
Bila dilihat dari angket yang tersebar dan penelusuran yang yang dilakukan
penulis, siswa yang menyatakan setuju terhadap filsafat dapat membawa pada kesesatan
dikarenakan adanya kebingungan dalam ilmu filsafat tersebut kebingungan tersebut
dikarenakan kajian filsafat yang didapat disekolah dan dimasyarakat mengalami
perubahan yang sangat jauh bila disekolah hanya diajarkan hanya pada pengenalan para
tokoh dan sedikit tentang pemikirannya, namun berbeda dimasyarat pemahaman filsafat
dianggap sebagai ilmu yang harusnya tidak perlu dipelajari.
Berbeda dengan siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa pada kesesatan
sebanyak 6 siswa / responden atau 18, 1%. Siswa. Siswa yang menyatakan filsafat tidak
membawa kesesatan dikarenakan adanya pemahaman atau cara berpikir siswa yang
lebih baik, dikarnakan siswa melihat pemahaman filsafat dari segi ilmu, dimana setiap
xlviii
ilmu bagi sebagian siswa harus dipelajari tanpa membeda - bedakan ilmu apa dan
nantinya pemikiranlah yang menyatakan ilmu itu baik atau buruk.
TABEL. 3
MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI ( FILSAFAT )
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
3
APAKAH ANDA SETELAH
LULUS INGIN MEMILIH
JURUSAN FILSAFAT
33
A JAWABAN YA 9 27, 3 %
B JAWABAN TIDAK 24 72, 7 %
Berdasarkan data diperoleh, siswa yang menyatakan kesiapan untuk memasuki
filsafat hanya 9 siswa / responden atau 27, 3 %. Dan yang menyatakan tidak masuk
dalam filsafat sebanyak 24 siswa / responden atau 72, 7 %. Dari kedua jawaban tersebut
bagi siswa yang menyatakan ketidak inginan masuk dalam filsafat dikarenakan tidak
ingin pusing dan tidak ingin terjebak dalam pemahaman yang sulit – sulit. Dalam
pemahaman siswa tidak lepas dari pendapat - pendapat para pendidik diluar sekolah
seperti guru – guru agama diluar sekolah yang menyatakan bahwa ilmu filsafat dapat
membawa seseorang pada penyimpangan - penyimpangan agama.
Berbeda dengan siswa yang menyatakan kesetujuannya masuk dalam filsafat
mereka dalam berpikir lebih pada kebebasan cara berpikir. Namun disayangkan dari
hasil wawancara sebagian siswa ada yang menyatakan “kalau saya lulus dari sekolah
xlix
saya masuk dalam filsafat dikarnakan jika saya tidak masuk dalam perguruan tinggi
yang saya pilih”.
TABEL. 4
FILSAFAT DIPELAJARI DISEKOLAH
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
4
APAKAH ANDA SETUJU
DENGAN MATERI FILSAFAT
DAPAT DIPELAJARI PADA
SEKOLAH TINGKAT ATAS (
MADRASAH ALIYAH ).
33
A SETUJU 29 87, 8 %
B TIDAK SETUJU 4 12, 2 %
Dari data diatas terlihat jelas dari 33 siswa menyatakan setuju sebanyak 29 siswa
atau sebanyak 87, 8 %, dan yang tidak setuju terhadap materi filsafat sebanyak 4 siswa
atau 12, 2 %.
Dari data tersebut diatas bagi siswa yang menyatakan setuju terhadap materi
filsafast dapat dipelajari disekolah disebabkan, siswa berpandangan untuk menambah
wawasan dan cara berpikir yang lebih baik dikalangan pelajar, dari hasil wawancara
l
adanya pemahaman siswa bahwa setiap ilmu tidaklah menyesatkan, namun bagaimana
siswa yang akan menilainya sesat atau tidak ilmu tersebut.42
Bagi siswa yang menyatakan ketidak setujuannya terhadap ilmu filsafat
dikarenakan mereka meyakini filsafat merupakan ilmu yang tidak diperlukan dalam
materi sekolah dan juga dikehidupan masyarakat. Ketidak setujuan mereka didasari juga
dengan pemahaman filsafat diangggap menyimpang dari norma norma masyarakat dan
pemahaman keagamaan. Hal ini didasari dengan beberapa tokoh penulis dinegeri ini dan
para pendidik dimasyarakat yang memberikan pmahaman filsafat secara liar. Dari
wawancara yang penulis laksanakan dengan seorang guru / ustadz, menyatakan “masih
labilnya cara berpikir siswa pada akhirnya ditakutkan nantinya mereka menyimpang
dari norma masyarakat dan syariat agama.”43
TABEL.5
FILSAFAT SANGAT SULIT DIPAHAMI
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
5
APAKAH ANDA
MENGALAMI KESULITAN
DALAM MEMAHAMI
FILSAFAT
33
A JAWABAN YA 27 81, 9 %
B JAWABAN TIDAK 6 18, 1 %
42 Wawancara pribadi dengan, M. Farizal fahriz, siswa MAN I Serpong, kelas IPA. Pamulang.
Tanggal 22 Desember. 2006. 43 wawancara pribadi dengan, Ust, Lukman Al Hakim, dan beberapa Guru Madrasah Aliyah.
Pamulang. 17, Desember 2006
li
Berdasarkan data diatas terlihat pada tabel sebagian siswa menyatakan kesulitan
dalam memahami kajian filsafat sebanyak 27 siswa atau 81, 9 %. Dan yang merasa
tidak mengalami kesulitan dalam memahami filsafat hanya 6 siswa atau 18, 1 %, dari
33 siswa yang menjawab. Bagi siswa yang mengalami kesulitan dikarenakan adanya
perbedaan pemahaman yang didapat disekolah dengan yang didapat di kehidupan sehari
– hari atau masyarakat, jika disekolah siswa mendapat materi filsafat hanya sekedar
tokoh dan sekilas tentang pemikiran tokoh tersebut. Namun di masyarakat atau di
kegiatan ta’lim remaja, siswa dapat pemahaman filsafat secara liar dengan pemberian
materi yang tidak mendasar dari para guru mengaji. Dengan pernyataan dari beberapa
siswa yang penulis wawancarai bahwa “filsafat ilmu yang hanya sekedar melelahkan
dan tidak ada hikmah yang dapat diambil dari ilmu tersebut”.
Berbeda dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan terhadap ilmu filsafat
walaupun secara persentase sangat sedikit. Disebabkan siswa tersebut menyatakan
filsafat merupakan ilmu yang bisa dipelajari siapa saja.
TABEL. 6
SULIT MENDAPAT MATERI
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDENPERSENTASE
6
APAKAH ANDA KESULITAN
DALAM MENDAPATKAN
MATERI FILSAFAT
33
A JAWABAN YA 18 54, 6 %
lii
B JAWABAN TIDAK 15 45, 4 %
Berdasarkan data diatas yang menyatakan kesulitan mendapat materi filsafat
sebanyak 18 siswa atau 54, 6 % dan yang menyatakan tidak sulit mendapat materi
filsafat sebanyak 15 siswa atau 45, 4 %. Hal yang menyebabkan siswa kesulitan
mendapat materi filsafat tidak semua toko buku dan perpustakaan memiliki buku kajian
filsafat.
Berbeda dengan siswa yang menyatakan tidak sulit mendapat materi filsafat
dikarnakan siswa memiliki teman – teman dari kalangan mahasiswa terkadang siswa
diajak untuk mengikuti kajian – kajian. Terkadang pula materi filsafat didapat dari hasil
kajian tersebut.
TABEL.7
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
7
APAKAH ADA KETERKAITAN
ANTARA FILSAFAT DAN
AGAMA
33
A JAWABAN YA 29 87, 9 %
B JAWABAN TIDAK 4 12, 1 %
Berdasarkan data di atas siswa yang menyatakan filsafat memiliki hubungan
dengan agama sebanyak 29 siswa atau 87, 9 % siswa dan siswa yang menyatakan
liii
filsafat tidak memiliki hubungan dengan agama sebanyak 4 siswa atau 12, 1 %. Dari
33 siswa yang diberikan angket.
Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menyatakan
filsafat memilki keterkaitan dengan agama dikarenakan bahwa agama juga
mengajarkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akal dalam bertindak dan
berbuat begitu juga halnya dengan filsafat.
Dari hasil wawancara dinyatakan bahwa keterkaitan antara filsafat dan agama
bisa dilihat pada tokoh tokoh pemikir Islam yang membidangi masalah filsafat. Didalam
ayat Al – Qur’an manusia diperintahkan untuk menggunakan akal untuk berpikir dan
merenungkan alam.
Bagi siswa yang menyatakan tidak adanya hubungan antara filsafat dengan
agama dikarenakan sejarah awal filsafat dari Yunani bukan dari Islam jadi Islam tidak
mengenal filsafat dan ilmu filsafat juga bukan ilmu yang seharusnya dipelajari bagi
umat Islam karena tidak ada ajaran atau perintah dari Al Qur’an maupun hadits.
TABEL. 8
TOKOH DALAM FILSAFAT
NO MATERI PERTANYAAN JUMLAH
RESPONDEN PERSENTASE
8 APAKAH ANDA MENGENAL
TOKOH - TOKOH FILSAFAT 33
A MENGENAL 28 84, 5 %
B TIDAK MENGENAL 6 15, 5 %
liv
Berdasarkan data yang diperoleh dari 33 siswa. Dengan materi pertanyaan
apakah anda mengenal tokoh – tokoh filsafat hampir dari 33 siswa menyatakan
mengenalnya, terlihat Pada table yang mengenal tokoh filsafat sebanyak 28 siswa atau
84, 5 %. Bagi siswa yang mengenal tokoh filsafat siswa dapat mengenal tokoh dari
materi pelajaran SKI dan bagi siswa yang mengenal tokoh hampir semua siswa
menjawab pada tokoh Ibnu Rusyd dan M. Iqbal di karenakan itulah tokoh yang mereka
pelajari di sekolah namun ada sebagian siswa menyatakan tokoh- tokoh filsafat di
Negeri ini seperti tokoh seperti Ulil Abshar Abdala, Abdurahman Wahid/ Gusdur,
Nurcholis Madjid. Bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat di karenakan tidak
mengenal siapa tokoh filsafat. Dan bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat
sebanyak 6 siswa atau 15, 5%.
lv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dilihat dari cara pandang dan cara berpikir siswa dalam memberikan jawaban
terhadap pertanyaan yang diberikan. Terlihat semua siswa dapat memberikan
pemahaman filsafat secara baik, namun disayangkan pemahaman yang telah
tertanam dengan baik, mereka tidak dapat pemahaman yang baik pula diluar
sekolah, siswa diluar sekolah dihadapkan pada pemahaman filsafat yang dapat
membawa kepada hal yang positif seperti, pemahaman sebagian masyarakat :
filsafat adalah sebuah penyelewengan agama bahkan akan membawa pada
penyimpangan – penyimpangan norma – norma dimasyarakat.
B. Saran.
Untuk menjadi pertimbangan dan penerapan dalam pembelajaran disekolah,
beberapa poin catatan yang penulis sampaikan yakni :
1. Untuk memberikan pemahaman siswa terhadap kajian ilmu filsafat.
2. Adanya peningkatan kesadaran dalam hal pemikiran yang lebih sistematis,
terarah dan jelas.
3. adanya penambahan buku - buku kajian filsafat diperpustakaan sekolah, tidak
hanya buku yang mengenalkan tokoh tokoh dari Andalusia saja namun ada juga
buku - buku yang mengenalkan tokoh – tokoh filsafat diluar anadalusia.
4. Adanya pendidikan dasar – dasar filsaat bagi siswa sejak dini.
5. Diperlukannya mata plajaran khusus yang membidangi kajian filsafat di setiap
sekolah tingkat atas.
lvi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : Reineka Cipta, 1996.
Asyarie, Musa. Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berpikir. Yogyakarta : Lesfi, 2002.
Badan penelitian dan pengembangan Depdagri dan Otda, Metode Penelitian Sosial.
Jakarta : 2000.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.
Bertens, K. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat. Jakarta : Bulan Bintang, 1992.
Gholib, Ahmad. Teologi Dalam Perspektif Islam. Jakarta : UIN press, 2005.
Hadiwijiono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Jakarta : Kanisius, 1980.
Hanafi. Ahmad. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1996.
Kahruddin, Mahdiyah. Remaja dan Dakwah Islam dan Perjuangan. Jakarta : Kalam
Mulia, 1993.
Kartanegara, Mulyadi. Menyibak Tirai Kejahilan. Bandung : Mizan, 2003.
Kattsoff, Louis.O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996.
Koentjaraningrat. Methodologi Penelitian Masyarakat. Jakart, 1985.
Maleong, lexy J. Methode Penelitian Kwalitatif. Bandung : PT Rosda Karya, 2000.
Maliki, Ekky. Why not (Remaja Doyan Filsafat ). Bandung : Darr Mizan, 2003.
Mundari. Logika. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2003.
Muslih, M. Filsafat Umum ( Dalam Pemahaman Praktis ). Bogor : Belukar. 2005.
Mustofa, Abdul. Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia, 1997.
Nasution, Hasimsyah. Filsafat Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama (GMP), 2002.
lvii
Surya, Mohammad. Psikologi Perkembangan Publikasi Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan. Bandung : Fak. Pendidikan IKIP, 1978.
Takwin, Bagus. “Dasar Dasar filsafat.”artikel diakses tanggal 2 Juli 2003 dari http
://psikologi, webhostme.com/filsafat/filsafat.htm.
Wawancara pribadi dengan Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas IPS.
Pamulang, 20 Desember 2006.
----------------------, M. Farizal Fahriz siswa MAN 1 Serpong. Kelas IPA. Pamulang, 22
Desember. 2006.
----------------------, Ust. Lukman Al Hakim, dan beberapa guru Madrasah Aliyah.
Pamulang. 17 Desember 2006.
lviii