otitis eksterna
DESCRIPTION
otitis eksterna thtTRANSCRIPT
Anatomi telinga
Menurut anatomi dan fungsi, telinga dapat dibagi menjadi telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar
menangkap bunyi, menghantarnya, dan
memperkuat kira-kira 15 dB pada sekitar
2,5 kHz dan menentukan arah datangnya
bunyi. Telinga tengah mengubah getaran
suara menjadi gelombang cairan.
Kemudian telinga dalam mengubah
mengubah getaran cairan itu menjadi rangsangan saraf.
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga (meatus akustikus eksternus),
dan selaput gendang-telinga (membran timpani) yang merupakan dinding pemisah
antara liang telinga dengan telinga tengah. Bentuk dan besar daun telinga pada
tiap-tiap orang tidak sama, seperti cap jari. Rangka daun telinga dan sepertiga
bagian lateral liang telinga adalah tulang rawan yang dilapisi oleh kulit. Bagian
medial liang telinga adalah tulang yang dilapisi oleh kulit tanpa adneksa kulit.
Epitel kulit dari selaput gendang telinga dan liang telinga yang mati mengelupas
bergerak kearah lateral dan keluar dari liang telinga bersama dengan kotoran
telinga yang dibentuk oleh kelenjar serumen dalam bentuk serumen (tahi telinga)
yang bekerja sebagai pelindung untuk mencegah kuman masuk ke liang telinga.
Aliran darah untuk telinga luar berasal dari cabang a. karotis eksterna. Inervasi
sensoris liang telinga luar didapat dari n.V (trigeminus), 3 cabang di bagian
depan; nn.VII, IX, dan X di bagian kecil dari bagian belakang; dan C2, C3 untuk
sisanya, bagian terbesar.
Kelenjar getah bening terletak di belakang, bawah, dan menempel pada daun
telinga.
Telinga tengah
Telinga tengah (kavum timpani) merupakan rongga tertutup kurang lebih 1 cc, di
sebelah lateral dibatasi oleh selaput gendang-telinga dan sebagian liang telinga
yang terdiri yang terdiri dari tulang, dan di sebelah medial dibatasi oleh labirin. Di
arah ke belakang-atas, terdapat rongga atik yang berhubungan dengan antrum,
yaitu sel pertama dan terbesar pada system sel mastoid. Ke arah depan-medial
menuju ke bawah, terdapat tuba Eustachius (tuba auditiva) 35mm yang
menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Muara tuba Eustachii
berbentuk corong menonjol di nasofaring, disebut torus tubarius. Di belakangnya,
terdapat cekungan yang disebut fossa Rosenmuller.
Selaput gendang dari lateral ke medial, terdiri dari epitel kulit tanpa adneksa,
jaringan ikat, dan selaput lendir. Lapisan jaringan-ikat terdiri dari susunan yang
serupa jaringan laba-laba dari serat kolagen yang terikat pada tangkai martil
(malleus). Rangkaian tulang-pendengaran ialah martil (malleus), landasan (inkus),
dan sanggurdi (stapes) yang bergantung bebas-bergerak pada ligamen jaringan
ikat di sebelah cranial atas dalam rongga atik dan merupakan penghubung antara
selaput gendang telinga dan tingkap lonjong (fenestra ovalis). Sebagian besar
telinga tengah dan mastoid dilapisi oleh epitel kubus; di bagian depan, tuba
Eustachius dilapisi oleh epitel rambut getar.
Pembuluh darah arteri telinga tengah berasal dari percabangan a.karotis eksterna.
Selaput lendirnya dipersarafi oleh serabut saraf n.glosofaringeus melalui pleksus
timpanikus. Otot telinga tengah, m.stapedius dan m.tensor timpani, masing-
masing dipersarafi oleh cabang dari n.VII dan n.V.
Bunyi dari telinga bagian tengah diubah menjadi getaran cairan tampa banyak
kehilangan energi, hal ini terutama karena perbandingan permukaan antara
selaput-gendang dan alas-kaki stapes. Tenaga gerak dari rangkaian tulang
pendengaran serta elastisitas selaput gendang-telinga juga ikut membantu
menghantar bunyi ke telinga dalam.
Tuba Eustachius penting untuk mempertahankan keseimbangan antara tekanan
udara di telinga tengah dan telinga luar. Biasanya pipa ini terbuka secara periodic
pada waktu menelan, mengunyah, dan menguap. Apabila pipa ini tidak cukup
terbuka dalam waktu lama, udara di telinga tengah diresorpsi, sehingga tekanan di
telinga tengah menurun dan terbentuk cairan di sana. Bila terjadi perubahan
tekanan secara cepat di pegunungan, pesawat terbang, atau ketika menyelam
(scuba), tuba Eustachius haruslah terbuka sempurna supaya dapat
mempertahankan tekanan di telinga tengah dan udara luar agar seimbang.
Disfungsi tuba Eustachius ikut menjadi penyebab kebanyakan kelainan telinga
tengah, dan kadang-kadang menyebabkan pasien mendengar suaranya sendiri,
juga napasnya (autofoni, echoing).
Telinga dalam
Telinga dalam yang bertulang (selubung labirin) membungkus cairan perilimfa; di
tempat ini terdapat labirin selaput. Cairan perilimfa (kaya akan natrium)
dihubungkan dengan rongga subaraknoid oleh duktus perilimfatikus (akuaduktus
koklea). Labirin selaput berisi endolimfa (kaya kalium), yang diproduksi oleh
stria vaskularis. Telinga dalam meliputi alat pendengaran (koklea) dan alat
keseimbangan (kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus).
Koklea merupakan pipa yang melingkar 2,5 kali pada sebuah sumbu (modiolus)
yang mengandung urat saraf dan pembuluh darah. Pipa itu dibagi menjadi dua
ruang, yaitu skala vestibuli dan skala timpani, oleh tulang lamina spiralis
(membran basal) dan duktus koklearis. Pada puncak koklea, kedua skala
berhubungan satu sama lain melalui helikotrema. Skala timpani bermula pada
tingkap bundar (fenestra rotundum); sedangkan skala vestibuli pada vestibulum.
Duktus koklearis, yang berhenti di helikotrema mempunyai penampang berbentuk
segitiga. Dinding atas adalah membrane Reissner; dinding luar adalah ligamentum
spirale, yang berisi stria vaskularis di dalamnya; dan dinding bawah dengan
membrane basal. Di atas membrane basal terdapat organ Corti. Membran basal ini
kearah helikotrema makin lebar. Duktus koklearis dihubungkan dengan sakulus
alat keseimbangan melalui duktus reuni.
Organ Corti terdiri dari beberapa macam sel penunjang, satu sel indera bagian
dalam, dan tiga sel indera bagian luar. Sel-sel indera berhubungan dengan
membran tektoria. Karena getaran akibat perpindahan tempat alas-kaki stapes
yang bergerak seperti alat penghisap, timbullah gelombang-gelombang yang
berjalan di dalam perilimfa dan endolimfa. Akibatnya, sel berambut dalam duktus
koklearis akan bergerak terhadap membrane tektoria. Pergeseran mekanik ini akan
merangsang sel-sel rambut luar. Secara berirama sel-sel rambut luar akan
berkontraksi, sehingga pergeseran antara membrane tektoria dan membrane basal
akan diperkuat dan selektivitas frekuensi diperbesar. Akibatnya, timbul
depolarisasi dalam sinaps sel-sel rambut bagian dalam.
Membran basal bekerja sebagai dasar bunyi yang telah disesuaikan, yang saat
stimulus bunyi menerima nada tinggi pada permulaan (pada tingkap lonjong dan
bundar)dan nada rendah di bagian akhir (helikotrema).
Alat keseimbangan, vestibulum dan kanalis semisirkularis, terletak di sebelah
posterior koklea. Terdiri dari dua bagian yang secara morfologis dan fungsional
berlainan. Bagian tersebut adalah organ statolit (sakulus dan utrikulus) dan kanalis
semisirkularis. Sebagaimana organ pendengaran, organ keseimbangan terdiri dari
bagian tulang yang berisi perilimfa dan bagian membranosa (labirin selaput) yang
berisi endolimfa. Sakulus (di bagian koklea) dan utrikulus (di bagian vestibulum)
berhubungan melalui duktus utrikulosakulus. Dari sini keluar duktus
endolimfatikus (aquaduktus vestibuli) yang berakhir di sakus endolimfatikus. Sel-
sel indera organ statolit berkumpul di macula sakuli dan macula utrikuli. Macula
mempunyai orientasi ruang yang spesifik. Makula utrikuli terutama untuk
orientasi horizontal, sedangkan makula sakuli vertical. Di macula terdapat sel-sel
rambut yang sedemikian rupa, sehingga setiap sel rambut bergerak kearah
tertentu. Sensitivitas spesifik organ statolit atas pergeseran linier terjadi karena
kira-kira seratus stereosilia dan satu kinosilium pada setiap sel rambut terletak
dalam suatu membrane gelatin yang berada di atas macula. Di atasnya, terletak
batu-batu kecil kalsium karbonat, statolit dan statokonia. Otokonia terus menerus
dibentuk dan kemudian kembali diabsorpsi (proses yang ternyata penting untuk
terjadinya vertigo-posisi-paroksismal-jinak)
Statolit yang bergerak lambat ketika pergeseran linier kepala tertinggal daripada
sel rambut di macula, sehingga stereosilia dan kinosilium membengkok.
Akibatnya, terjadi rangsangan pada sel-sel indera. Setiap sel rambut mempunyai
orientasi berlainan. Oleh karena itu, utrikulus dapat menerima semua gerakan di
bidang horizontal dan sakulus di bidang vertical.
Sel-sel indera di kanalis semisirkularis terdapat di daerah yang melebar (ampula)
pada setiap kanalis semisirkularis yang terletak pada tiga bidang yang saling tegak
lurus. Ampula bermuara di vestibulum.
Kanalis semisirkularis lateral (horizontal) berbatas pada dinding medial antrum.
Kanalis semisirkularis vertical paling depan membentuk eminensia arkuata di
bidang atas pyramid. Kanalis semisirkularis vertical yang palin belakang berakhir
bersamaan dengan kanalis semisirkularis yang paling depan melalui krus komune
di vestibulum. Labirin selaput, di akhir ampula, mengandung Krista ampularis
pada utrikulus. Masing-masing sel indera dengan kira-kira 50 stereosilia dan satu
kinosilium menusuk ke luar di dalam massa serupa gelatin (kupula) sampai
mencapai atap ampula. Hal ini membuat endolimfa tertutup rapat di labirin
selaput.
Pada saat terjadi perubahan kecepatan sudut kepala, cairan di kanalis
semisirkularis tetap tertinggal di kanalis semisirkularis, karena gerakannya
lambat. Dengan demikian, terjadi aliran cairan relatif, sehingga sel rambut
membengkok. Hal ini menyebabkan perubahan jumlah potensial aksi, karena
system kanalis semisirkularis kanan dan kiri bersikap istirehat selama potensial
aksi terus-menerus berkurang. Pada saat kepala berputar, timbul aliran cairan di
dalam sistem kanalis semisirkularis kanan dan kiri. Dengan demikian, potensial
aksi di satu pihak bertambah, sedangkan secara bersamaan di satu pihak
berkurang. Perubahan ini diteruskan ke pusat vestibuler di batang otak yang
bergabung bersama dengan pusat okulomotor. Akibatnya, terjadi gerakan mata
kompensasi di bidang kanalis semisirkularis tertentu, yaitu refleks vestibule-
okuler yang menunjukkan stabilisasi pandangan pada waktu gerakan kepala.
Pergeseran kupula akibat percepatan rotatoar kepala menyebabkan timbulnya
nistagmus; setelah percepatan berhenti, nistagmus secara beransur berkurang lagi.
Nistagmus spontan pada kepala yang bergerak menandakan gangguan di saluran
saraf vestibuler.
N.VIII (n.vestibulokoklearis) terdiri dari serabut saraf yang berasal dari koklea
(pars kokleris) dan dari sistem keseimbangan (pars vestibularis).
Masing-masing sel rambut koklea terdalam mengirim sebuah serabut aferen,
sedangkan banyak sel rambut koklea terluar setiap kali bersama-sama
mengirimkan satu serabut e gangkion spirale, sekaligus sel rambut koklea terluar
menerima serabut eferen dari nucleus olivaris kontralateral. Dari ganglion spirale,
potensial aksi dipindahkan sebagian menyilang melalui berbagai inti di dalam
sumsum panjang dibawa ke kulit otak auditif. Bagian vestibuler terbentuk dari
n.vestibularis superior dan inferior.
Perdarahan arterial telinga dalam berjalan melalui a.basilaris, a.labirin (a.auditiva
interna) yang percabangannya dapat berubah; pada umumnya dibagi dalam tiga
bagian: a.vestibularis, a.koklearis, a.vestibulokoklearis. Di antara sistem arteri dan
vena, terdapat sistem kapiler yang di dalam stria vaskularis mempunyai fungsi
metabolik penting.
Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut mengetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang diamplifikasi ini akan diteruskan
ke stapes yang mengerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala
vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Definisi
Otitis eksterna adalah suatu inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit dari liang/saluran
telinga luar (meatus akustikus eksterna). Infeksi ini bisa menyerang seluruh
saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul
(furunkel) atau jerawat.
Etiologi
Otitis eksterna terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu Staphylococcus
aureus, Staphylococcus albus, dan Escherichia coli. Penyakit ini dapat juga
disebabkan oleh jamur, alergi, dan virus. Otitis eksterna dapat juga disebabkan
oleh penyebaran luas dari proses dermatologis yang bersifat non infeksi.
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu :
1. Udara. Udara hangat /panas dan lembab memudahkan kuman bertambah
banyak.
2. Derajat keasaman (pH) liang telinga. pH basa mempermudah terjadinya
otitis eksterna. pH asam memproteksi terhadap kuman infeksi.
3. Trauma mekanik. Trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar
(meatus akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga
menggunakan lidi kapas atau benda lainnya.
4. Berenang dan terpapar air. Perubahan warna kulit liang telinga dapat
terjadi setelah terkena air. Hal ini disebabkan adanya bentuk lekukan pada
liang telinga sehingga menjadi media yang bagus buat pertumbuhan
bakteri. Otitis eksterna sering disebut sebagai swimmer's ear.
5. Benda asing. Benda asing menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya
manik-manik, biji-bijian, serangga, dan tertinggal kapas.
6. Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).
7. Alergi. Alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin) dan metal (nikel).
8. Penyakit psoriasis.
9. Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala.
10. Penyakit diabetes. Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul pada pasien
diabetes.
Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, otitis eksterna dapat dibahagi menjadi otitis eksterna
yang disebabkan infeksi bakteri yaitu otitis eksterna sirkumskripta (furunkel),
otitis eksterna difus, otitis eksterna maligna, otomikosis disebabkan infeksi jamur,
manakala herpes zoster otikus, dan otitis eksterna hemoragik disebabkan oleh
infeksi virus. Selain itu ada juga otitis eksterna yang disebabkan oleh proses
dermatologis yang bersifat radang non-infeksi termasuk dermatitis, beberapa di
antaranya merupakan kondisi primer yang langsung menyerang liang telinga.
Shapiro telah menegakan bahwa perbedaan antara otitis eksterna yang berasal dari
dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas.
Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel
kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan
saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah
gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel kulit
yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam
saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran
telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
Manifestasi klinis
Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). Gejala dan
tanda pasien otitis eksterna selengkapnya :
1. Otalgia
2. Gatal-gatal (pruritus)
3. Rasa penuh (fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa terjadi pada tahap
awal otitis eksterna difus dan sering mendahului otalgia dan nyeri tekan
daun telinga.
4. Pendengaran berkurang atau hilang.
5. Deskuamasi
6. Tinnitus
7. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga
(otore). Kadangkadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan
berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak
menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin)
8. Demam.
9. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.
10. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna
sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah
dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.
11. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada
otitis eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak
jelas. Bisa tidak terjadi pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada
kasus yang berat menjadi bengkak yang benar -benar menutup liang
telinga.
Tanda otitis eksterna menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telinga
tampak kemerahan, membengkak, bisa berisi nanah dan serpihan sel-sel kulit
yang mati.
Otalgia. Otalgia merupakan keluhan paling sering ditemukan. Otalgia berat biasa
ditemukan pada otitis eksterna sirkumskripta. Keluhan ini bervariasi dan bisa
dimulai dari perasaan sedikit tidak enak, perasaan penuh dalam telinga, perasaan
seperti terbakar, hingga rasa sakit hebat dan berdenyut. Hebatnya rasa nyeri ini
tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Rasa nyeri terasa makin
hebat bila menyentuh, menarik, atau menekan daun telinga. Juga makin nyeri
ketika pasien sedang mengunyah.
Gatal-gatal. Gatal-gatal paling sering ditemukan dan merupakan pendahulu
otalgia pada otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita otitis eksterna akut,
tanda peradangan diawali oleh rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
pada telinga.
Pendengaran berkurang atau hilang. Tuli konduktif ini dapat terjadi pada otitis
eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh edema kulit liang
telinga, sekret serous atau purulen atau penebalan kulit progresif pada otitis
eksterna lama. Selain itu, peredaman hantaran suara dapat pula disebabkan
tertutupnya lumen liang telinga oleh deskuamasi keratin, rambut, serumen, debris,
dan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan pendengaran pada
otitis eksterna sirkumskripta akibat bisul yang sudah besar dan menyumbat liang
telinga.
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat
terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.
Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini
disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di
bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri
dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi
temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel
besar dan menyumbat liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%
ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses
dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup
berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin
250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid
(dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu adanya
penyakit diabetes melitus.
Otitis eksterna difusa
Infeksi ini juga dikenal dengan nama “swimmer’s ear”. Biasanya terjadi pada
cuaca yang panas dan lembab, terutama disebabkan oleh kelompok Pseudomonas
dan kadang-kadang juga Staphylococcus albus, Escherichia coli dan Enterobacter
aerogenes. Danau, laut dan kolam renang pribadi merupakan sumber potensial
untuk infeksi ini. Gambaran diagnostik antara lain nyeri tekan tragus, nyeri hebat,
pembengkakan sebagian besar dinding kanalis, secret yang sedikit, pendengaran
normal atau sedikit berkurang, tidak adanya partikel jamur, dan mungkin ada
adenopati regional yang nyeri tekan.
Stroma yang menutupi tulang pada duapertiga bagian dalam liang telinga sangat
tipis sehingga hanya memungkinkan pembengkakan minimal. Maka gangguan
subjektif yang dialami pasien seringkali tidak sebanding dengan beratnya penyakit
yang diamati pemeriksa. Karena edema dinding kanalis yang sirkumferensial,
maka untuk menempelkan obat pada dinding kanalis seringkali perlu memakai
sumbu. Untuk itu dapat digunakan gulungan kasa yang kecil. Forsep alligator
dapat dipakai untuk memasukkan sumbu telinga yang telah dibasahi terlebih
dahulu dengan solusio telinga yang dipilih. Terdapat beberapa pilihan obat telinga
untuk terapi. Tetes telinga yang sering digunakan adalah Cortisporin (polimiksin
B, neomisin, hidrokortison), Coli-Mycin S (kolistin, neomisin, hidrokortison),
Pyocidin (polimiksin B, hidrokortison), VoSol HC (asam asetat-nonakueus 2%
hidrokortison), dan Chloromycetin (kloramfenikol)
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus-kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya
diperlukan jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan
telinga. Otitis eksterna difusa dapat pula timbul sekunder dari otitis media akut
atau kronik. Pada kasus demikian, pengobatan terutama ditujukan pada penyakit
telinga tengah.
Otitis eksterna maligna
Pendahuluan
Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan atau
Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang dapat
menyebabkan kematian. Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche
(1838). Meltzer dan Kelleman (1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang
temporal yang disebabkan oleh P. aeruginosa. Chandler (1968) adalah orang yang
menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya dengan “malignant
external otitis”.1, 4 Otitis eksterna ini maligna karena sifat kliniknya yang agresif,
hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita.
Epidemiologi dan patologi
Infeksi telinga ini di mulai dari liang telinga luar dan meluas ke tulang temporal
hingga ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini sering didapati pada pasien usia lanjut
dan menderita penyakit diabetes serta pasien dengan disfungsi imun selular. OEM
juga dapat terjadi pada pasien dengan immunocompromised, seperti AIDS yang
melibatkan populasi yang lebih muda.
Patologi OEM melibatkan otitis eksterna yang berat, nekrosis kartilago dan tulang
dari liang telinga hingga ke struktur sekitarnya yang meluas ke dasar tengkorak
yang mengenai nervus kranial yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya
lower cranial neuropathies, trombosis sinus lateral, sakit kepala yang berat,
meningitis dan kematian.
Nadol menjelaskan urutan progresifitas penyakit ini seperti berikut: liang telinga
luar dengan invasi melalui fisura Santorini atau sutura timpanomastoid ke fossa
retromandibular, keterlibatan foramen stilomastoid dan jugularis, trombosis sepsis
dari sinus venosus lateral dan menyebar ke apeks petrosa melalui pembuluh darah
dan lempeng fasial.
Gejala klinis
Penyakit ini dapat membahayakan dan kecurigaan lebih tinggi ditujukan pada
pasien dengan diabetes atau immunocompromised state atau berumur lanjut.
Tanda khas yang dijumpai dari otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna
dengan jaringan granulasi sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada
bonycartilaginous junction) disertai lower cranial neuropathies (n. VII, IX, X,
XI) yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada daerah yang
dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga dan membran timpani
intakTerjadinya paralise fasialis dan sindrom foramen jugularis (Vernet
syndrome) merupakan tanda prognostik yang buruk.
Benecke membagi OEM atas 3 stadium, yaitu :
I. Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga.
II. Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan erosi tulang temporal.
III. Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal.
Patogen penyebab
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen penyebab yang lazim pada otitis
eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat dijumpai S. aureus, Proteus
dan Aspergillus.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala dan tanda yang dijumpai dan pemeriksaan
kultur dari cairan yang didapat dari liang telinga. Biopsi jaringan granulasi pada
liang telinga luar perlu dilakukan untuk meniadakan karsinoma liang telinga.
Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan perluasan penyakit. CT-scan
tulang temporal direkomendasikan untuk menilai perluasan penyakit pada
evaluasi permulaan. Scan tulang dengan Technetium Tc 99m dilakukan untuk
mendeteksi adanya keterlibatan tulang. Gallium-67 scan merupakan indikator
yang sensitif untuk infeksi.
Terapi
Prinsip terapi adalah:
1. Diagnosis dini pada populasi resiko tinggi.
2. Pemberian terapi antibiotik intravena jangka panjang.
3. Pembersihan liang telinga luar (aural toilet)
4. Pemeriksaan klinis dan scan gallium-67 secara serial untuk menilai perbaikan.
5. Kontrol yang ketat terhadap diabetes mellitus dan intervensi bedah.
Komplikasi
Komplikasi OEM yang dapat terjadi meliputi lower cranial neuropathies,
meningitis, abses otak dan kematian.
Otomikosis
Definisi
Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur
superficial pada kanalis auditorius eksternus.
Otomikosis ini sering dijumpai pada daerah yang tropis. Infeksi ini dapat bersifat
akut dan subakut, dan khas dengan adanya inflammasi, rasa gatal, dan
ketidaknyamanan. Mikosis ini menyebabkan adanya pembengkakan,
pengelupasan epitel superfisial, adanya penumpukan debris yang berbentuk hifa,
disertai suppurasi, dan nyeri.
Epidemiologi
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada daerah
dengan cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah raga
air. 1 dari 8 kasus infesi telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi jamur
ini disebabkan oleh Aspergillus spp, dan selebihnya adalah Candida spp. Angka
prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh pasien yang mengalami
gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai pada daerah
dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis berasal dari
negara tropis dan subtropis. Di United Kingdom ( UK ), diagnosis otitis eksterna
yang disebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim
panas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, Otomikosis
dijumpai lebih banyak pada wanita ( terutama ibu rumah tangga ) daripada pria.
Otomikosis biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada
penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering pada remaja laki-laki, yang juga
sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.
Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso,dkk, dari 102 kasus
ditemukan 55,8% nya merupakan lelaki, sedangkan 44,2% nya merupakan wanita.
Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis, meliputi
ketiadaan serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperature, dan trauma
lokal, yang biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga (cotton buds) dan alat
bantu dengar. Serumen sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang
berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olah raga air misalnya
berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena
paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya
kanalis auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif
pada telinga. Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis
allergika, dan asthma.
Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat saprofit,
terutama Aspergillus niger. Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A.
fumigatus, Allescheria boydii, Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia,
dan Candida Spp. Sebagai tambahan, otomikosis dapat merupakan infeksi
sekunder dari predisposisi tertentu misalnya otitis eksterna yang disebabkan
bakteri yang diterapi dengan kortikosteroid dan berenang.
Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi jamur
yang patogenik, tetapi bagaimana mekanismenya sampai sekarang belum
dimengerti. Beberapa dari faktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya
infeksi, seperti perubahan epitel, peningkatan kadar pH, gangguan kualitatif dan
kuantitatif dari serumen, faktor sistemik ( seperti gangguan imun tubuh,
kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia ), faktor lingkungan (panas,
kelembaban), riwayat otomikosis sebelumnya, Otitis media sekretorik kronik, post
mastoidektomi, atau penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum luas pada
telinga.
Aspergillus niger dilaporkan sebagai penyebab paling terbanyak dari otomikosis
ini. Pada dua penelitian di Babol dan barat laut Iran, A.niger dilaporkan sebagai
penyebab utama. Ozcan dkk, dan Hurst melaporkan A.niger , juga sebagai
penyebab terbanyak otomikosis di Turki dan Australia. Tetapi, Kaur, dkk,
menemukan bahwa A.fumigatus sebagai penyebab terbanyak diikuti dengan
A.niger. Spesies Aspergillus lainnya yang dihubungkan dengan otomikosis adalah
A.flavus. Penicillum juga dilaporkan oleh Pavalenko. Jamur lainnya yang
berhubungan dengan terjadinya otomikosis adalah C.albicans dan C.parapsilosis.
pada penelitian yang dilakukan Ali Zarei di Pakistan tahun 2006, dijumpai
A.niger sebagai penyebab utama diikuti dengan A.flavus.
Aspergillus niger, juga telah dilaporkan sebagai otomikosis pada pasien
immunokompromis, yang tidak berespons terhadap berbagai regimen terapi yang
telah diberikan. (Aspergillus Otomikosis).
Gejala klinis
Dapat ditemukan gejala dan tanda, antara lain:
Gatal-gatal pada otomokosis
Hal ini disebabkan terjadinya eksfoliasi kulit oleh jamur yang tumbuh sehingga
terjadi pengelupasan kulit yang kemudian bercampur dengan jamur itu sendiri
membentuk masa debris yang basah. Massa basah ini selanjutnya mengiritasi kulit
liang telinga yang sudah terkelupas tadi sehingga timbul rasa gatal. Dengan
digaruk akan memperberat rasa gatal tersebut. Seperti disebutkan rasa gatal ini
merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh pasien.
Sakit pada telinga
Keluhan sakit pada dasarnya merupakan keluhan lanjutan setelah gatal dan liang
telinga dikorek-korek, sehingga membuat trauma dan menimbulkan reaksi radang
yang diikuti infeksi bakteri. Keluhan ini merupakan keluhan kedua terbanyak.
Perasaan tidak enak
Perasaan tak enak pada liang telinga ini dirasakan difusi sehingga penderita
sendiri sukar untuk menerangkannya.
Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran biasanya ringan saja akibat adanya massa seperti busa yang
besar pada liang telinga yang terutama disebabkan oleh jamur Aspergillus niger.
Telinga berair
Cairan telinga dapat bervariasi mulai dari serous seropurulent sampai pada cairan
berwarna krem dan kehitam-hitaman.
Tinitus
Keluhan ini sering menetap dan sangat mengganggu penderita sehingga sering
menyebabkan penderita datang berobat tanpa disertai gejala atau lainya yang
berarti. Tinitus ini mungkin hanya disebabkan oleh sumbatan debris dalam liang
telinga yang menekan gendang telinga. Keluhan ini akan hilang setelah debris ini
diangkat.
Pada pemeriksaan klinis umumnya tidak menunjukan kelainan yang berarti pada
daun telinga, kecuali sedikit rasa nyeri saat daun telinga ditarik serta ulserasi
ringan dengan pembentukan krusta. . Pada liang telinga akan tampak berwarna
merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas
sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Pada liang telinga
dapat terjadi penyempitan dalam berbagai derajat. Penyempitan disebabkan reaksi
peradangan pada lapisan kulit liang telinga luar karena infeksi jamur. Didapati
adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang
berwana putih dan panjang dari permukaan kulit. Sedangkan pada membrana
tympani dapat dijumpai kongesti dan peradangan pada gendang telinga meskipun
pada kebanyakan kasus tidak ditemukan kelainan Tempat yang terinfeksi menjadi
merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai kedalam, sampai ke
membran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.
Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya akumulasi
debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan
panjang dari permukaan kulit, hilangnya pembengkakan signifikan pada dinding
kanalis, dan area melingkar dari jaringan granulasi diantara kanalis eksterna atau
pada membran timpani.
Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering, jangan
lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan barang-
barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran
telinga harus sering dibersihkan.15
Pengobatan yang dapat diberikan seperti :
Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang
telinga biasanya dapat menyembuhkan.4,15
Tetes telinga siap beli seperti VoSol ( asam asetat nonakueus 2 % ),
Cresylate ( m-kresil asetat ) dan Otic Domeboro ( asam asetat 2 % )
bermanfaat bagi banyak kasus.16
Larutan timol 2 % dalam spiritus dilutes ( alkohol 70 % ) atau meneteskan
larutan burrowi 5 % satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan
dengan desinfektan biasanya memberi hasil pengobatan yang
memuaskan.8
Dapat juga diberikan Neosporin dan larutan gentian violet 1-2 %.8
Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik,
seperti preparat yang mengandung nystatin , ketokonazole, klotrimazole,
dan anti jamur yang diberikan secara sistemik.2,16
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak secara
komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak
menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini
menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga
harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus itu sendiri, yakni dengan
tidak melakukan manuver-manuver pada daerah tersebut, mengurangi paparan
dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan terapi yang adekuat
ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi apapun yang dapat
merubah homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik, maka
akan membawa kepada resolusi komplit dari penyakit ini.
Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,
dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran
timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani
sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya
perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16
% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan
konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun
merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.
Herpes zoster otikus
Definisi
Herpes Zoster Otikus adalah infeksi virus pada telinga dalam, telinga tengah dan t
elinga luar.
HZO manifestasinya berupa otalgia berat yang disertai dengan erupsi kulit
biasanya pada CAE (canalis akustikus eksternus) dan pinna. Bila disertai
dengan paralisis n.VII maka disebut sebagai Ramsay Hunt Sindrome.
Ramsay Hunt Syndrome adalah Herpes Zoster yang mengenai saraf auditori
us dan fasialis yang disertai paralisis fasial ipsilateral dan biasanya hanya be
rlangsung sebentar, serta
vesikel telinga luar atau membrana tympani yang juga dapat atau tidak dap
at disertai
dengan tinitus, vertigo, dan gangguan pendengaran. Disebut juga geniculate
neuralgia atauotalgia, herpes zoster auricularis atau oticus, otic neuralgia, dan H
unt’s syndrome, disease atau neuralgia.
Ramsay Hunt Syndrome adalah suatu kelainan neurologi yang disebabkan ol
eh suatu virus
yang disebut Varicella Zoster, yang dapat menginfeksi beberapa saraf di kepala
sehingga
menyebabkan paralysis fasial dan ruam baik di telinga, lidah, atau langit-
langit mulut. Lokasi yang paling umum dari infeksi zoster adalah pada kepa
la dan leher, setelah zoster herpes ophthalmicus terjadi, lalu mempengaruhi
bagian telinga. Virus
Varicella Zoster menyebabkan dua jenis penyakit, sindrom Ramsay Hunt dan pe
nyakit lain
yang menyebabkan paralysis fasial, yaitu Bell's Palsy. Virus ini diyakini meng
infeksi saraf
fasial dekat labirin, yang pada kondisi tertentu mengakibatkan peradangan loka
l berupa iritasi dan bengkak.
Gejala-gejala yang timbul
menggambarkan tingkat keparahan dari inflamasi saraf yang terjadi.
Gejala
Penyakit ini ditandai oleh vesikel-penyakit ini ditandai oleh vasikel-vesikel
herpetik yang multipel, tersusun berkelompok di telinga bagian luar, saluran telin
ga bagian luar, dan adakalanya di membrana tympani. Di dalam kasus kasus yan
g berat, kerusakan
pendengaran dan keseimbangan, serta paralysis fasial dapat terjadi. Nervus a
custicus yang terinfeksi virus akan terganggu fungsinya. Selain keluhan nyer
i telinga, muncul kelumpuhan wajah, penurunan pendengaran, dan vertigo. Gejala
dan keluhan ini khas muncul beberapa
minggu setelah terserang virus Herpes Zoster. Penurunan pendengaran dan k
elumpuhan
wajah biasanya menetap sebagai gejala sisa. Jika khas dan lengkap, maka i
ni muncul
sebagai Ramsay Hunt Syndrome. Herpes Zoster Oticus dapat terjadi pada sega
la usia, tetap
sebagian besar terjadi antara umur 40 dan 60 tahun.
Penderita secara umum sakit dengan suhu febris atau subfebris.
Eritema dan vesikel-vesikel dapat dilihat di telinga bagian luar dan saluran
telinga
bagian luar.
Lymphadenitis regional (terpisah).
Nyeri saraf yang berat dapat ditemukan.
Paralysis fasial bagian perifer ditemukan pada 60%-90% kasus.
Ketulian retrocochlear yang berat timbul pada 40% kasus.
Vertigo dan kehilangan keseimbangan terjadi pada 40% kasus dengan
nistagmus
kearah sisi yang sehat.
Patofisiologi
Reaktifasi dari varicella-zoster virus (VZV) yang terdistribus sepanjang saraf
sensoris
yang menginervasi telinga, termasuk didalamnya ganglion genikulatum. Apabila
gejala disertai
kurang pendengaran dan vertigo, maka ini adalah akibat penjalaran infeksi virus l
angsung pada N. VIII pada posisi sudut serebelo pontin, atau melalui vasa vasoru
m.
Diagnosis dan pemeriksaan
Pemeriksaan dan otoscopy menunjukkan vesikel-vesikel di dalam saluran ata
u di membran
timpani. Audiogram menunjukkan ketulian retrocochlear, dan tes vestibular
menunjukkan
nistagmus spontan dan penekanan pada respon suhu labyrinthine. Electrodiagnosi
s dari fungsi
saraf fasial dan test Schirmer juga dilakukan. Pemeriksaan tambahan, termas
uk serologi
dan pemeriksaan pada cairan cerebrospinal belakangan ini menunjukkan suat
u peningkatan
yang sedikit pada jumlah sel-sel dan kadar protein, yang disebabkan oleh meningi
tis serosa.
Penyakit ini sering kali meluas sampai labirin dan menyebabkan suatu neurolabyri
nthitis.
Diagnosa secara umum ditentukan oleh adanya paralysis fasial dan ruam vesicular
yang terjadi.
Adakalanya, suatu pemeriksaan hantaran saraf dilakukan untuk menentukan t
ingkat dari
kerusakan saraf fasial dan untuk mengetahui potensi untuk penyembuhan. S
emakin berat
kerusakan, maka lebih lama penyembuhan terjadi dan menurunkan kesempatan un
tuk kembali kefungsi yang normal.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk menentukan benar atau tidaknya telah terjadi i
nfeksi oleh
virus Varicella Zoster. Suatu teknik laboratorium lain yaitu PCR, dapat men
deteksi
sejumlah virus DNA yang sangat kecil. Teknik ini sekarang banyak digunakan.
Penggunaan neuroimaging (gambar-gambar dari otak), terutama sekali MRI (
Magnetic
Resonance Imaging) kadang-kadang dapat menunjukkan tanda peradangan pa
da saraf
fasial dan menentukan penyebar infeksi ke saraf lain atau otak.
Pemeriksaan Spinal Tap dapat membantu untuk menentukan daerah-daerah l
ain dari
sistem saraf yang telah terkena infeksi. Tetapi Spinal Tap jarang digunakan,
khususnya
pada kasus-kasus yang diagnosisnya belum pasti.
Komplikasi
Paralisis berat akan mengakibatkan tidak lengkap atau tidak sempunanya ke
sembuhan
dan berpotensi untuk menjadi paralysis fasial yang permanen dan synkinesis. Ada
kalanya,
virus dapat menyebar ke saraf-saraf lain atau bahkan ke otak dan jaringan s
araf dalam
tulang punggung, menyebabkan sakit kepala, sakit punggung, kebingungan, k
elesuan, dan
kelemahan. Serangan sempoyongan atau vertigo bisa muncul sebagai kompl
ikasi Herpes Zoster di wajah.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya yaitu dengan pengobatan antiviral, seperti acyclovir atau fam
ciclovir yang
direkomendasikan selama 7-10 hari, beserta obat anti-inflamasi kuat yang disebut
steroid
(seperti prednison) selama 3 -5 hari.
Acyclovir merupakan suatu antivirus yang mencegah sintese DNA dari tipe I dan
II HSV seperti
juga pada varicella-zoster virus. Penatalaksanaan selanjutnya sebagian besar simpt
omatik
dengan obat analgesik, vitamin B kompleks, dan electrotherapy saraf fasial
untuk
mencegah atropi.
Otitis eksterna hemoragika
Penyakit ini ditandai dengan pembentukan bula hemoragik pada membran timpani
dan liang telinga bagian dalam. Penyakit ini berasal dari virus dan dapat dilihat
dalam epidemi influenza. Kondisi ini menyebabkan sakit hebat didalam telinga,
dan keluarnya darah bila bula pecah. Pengobatan dengan analgesik adalah
ditujukan untuk menghilangkan dari rasa sakit. Antibiotik diberikan untuk infeksi
sekunder pada saluran telinga atau telinga tengah, atau jika bula telah pecah ke
dalam telinga tengah.
Otitis eksterna reaktif (non-infeksi)
Otitis eksterna eksema (Dermatitis Ekzematosa)
Hal ini adalah akibat dari hipersensitifitas terhadap organisme infeksi atau
terhadap obat tetes telinga topikal seperti chloromycetin atau neomisin. Hal ini
ditandai dengan iritasi, pembentukan vesikel, keluarnya cairan dan pengerasan
kulit dalam liang telinga. Pengobatan adalah dengan menghentikan penggunaan
antibiotik topikal yang menyebabkan sensitivitas, dan menggunakan krim steroid.
Otitis eksterna seboroik (
Penyakit ini berhubungan dengan seboroik dermatitis pada kulit kepala. Keluhan
utama adalah gatal. Terlihat sisik berwarna kuning berminyak didalam liang
telinga luar, lobule, serta di sulkus postaurikular. pengobatan terdiri dari
pembersihan telinga, menggunakan krim yang mengandung asam salisilat dan
sulfur, serta pengobatan pada seboroik kulit kepala.
Neurodermatitis
Hal ini disebabkan oleh garukan bersifat kompulsif akibat dari faktor psikologis.
Keluhan utama pasien adalah gatal. Otitis eksterna dari jenis bakteri
dapat menyebabkan infeksi pada kawasan luka garukan. Pengobatan ditujukan
pada psikoterapi simpatik dan infeksi sekunder. Ear pack dan perban telinga
sangat membantu untuk mencegah kompulsif menggaruk.
Infeksi dan radang kronik
Infeksi bakteri pada liang telina dapat menjadi kronik karena tidak diobati,
pengobatan yang kurang memadai, trauma berulang, adanya benda asing seperti
cetakan alat bantu dengar, atau otitis media yang terus menerus mengeluarkan
secret. Dalam penatalaksanaan perlu dilakukan identifikasi organism penyebab
dan faktor-faktor yang mendukung sifat kroniknya.
Kasus-kasus yang berlangsung lama lambat laun dapat menyebabkan stenosis
liang telinga akibat penebalan fibrotic dinding kanalis. Suatu tindakan bedah
berupa reseksi jaringan yang menebal dan pencangkokan telah berhasil mengatasi
kondisi yang sebelumnya ireversibel ini.
Infeksi jamur kronik yang paling sering dijumpai oleh THT adalah infeksi pada
rongga mastoid yang memerlukan pembersihan. Setelah pengangkatan debris
infeksi, rongga mastoid perlu diterapi dengan obat tetes antijamur atau dibedaki
dengan kombinasi neomisin dan asam borat.
Prinsip-prinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada semua tipe otitis
eksterna antara lain:
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-
hati
2. Penilaian terhadap secret,edema dinding kanalis, dan membrane timpani
bilamana mungkin
3. Pemilihan pengobatan topical
Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan :
1. Membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga.
Bersihkan dan keringkan menggunakan alat penghisap atau kapas kering.
2. Mengeluarkan mikroorganisme. Masukkan tampon yang mengandung
antibiotik ke dalam liang telinga untuk menghindari infeksi bakterial akut
dan ulserasi. Berikan juga antibiotik sistemik jika perlu.
3. Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat golongan
kortikosteroid misalnya metil prednisolon.
4. Menghilangkan rasa tidak enak.
5. Memulihkan pendengaran.
6. Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi antifungal
untuk menghindari infeksi jamur.
7. Terapi antialergi dan antiparasit.
Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi rekonstruksi liang telinga.
Penggunaan Otolin tetes telinga pada otitis eksterna
Definisi tetes telinga
Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan
lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air (FI III).
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada
telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam
saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk
mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit (Ansel)
Tetes telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga,
yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut
dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan
fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk membersihkan,
menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.
Tetes telinga adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan
mencegah infeksi telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan
saluran telinga (otitis eksterna).
Preparat untuk melepaskan kotoran telinga
Kotoran telinga adalah campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
dari saluran telinga bagian luar. Tumpukan kotoran telinga yang berlebihan dalam
telinga dapat menimbulkan gatal, rasa sakit, gangguan pendengaran dan
merupakan penghalang bagi pemeriksaan secara otologik. Telah bertahun-tahun
minyak mineral encer, minyak nabati, dan hydrogen peroksida digunakan untuk
melunakkan kotoran telinga yang terjepit agar dapat dikeluarkan. Baru-baru ini,
larutan surfaktan sintetik dikembangkan untuk aktivitas cerumenolitik dalam
melepaskan lilin telinga. Salah satu bahan ini, kondensat dari trietanolamin
polipeptida oleat, dalam perdagangan diformulasikan dalam propilen glikol, yang
digunakan sebagai pengemulsi kotoran telinga sehingga membantu
pengeluarannya. Tata cara dalam membuang lilin atau kotoran telinga biasanya
dimulai dengan menempatkan larutan otik pada saluran telinga dengan posisi
kepala pasien miring 45o , lalu memasukkan gumpalan kapas untuk menahan obat
dalam telinga selama 15 – 30 menit, disusul dengan menyemprot saluran telinga
dengan air hangat perlahan-lahan memakai penyemprot telinga dari karet yang
lunak.
Preparat telinga untuk antiinfeksi, antiradang, dan analgetik
Obat-obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk melawan
infeksi adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat, neomisin, polimiksin
B sulfat dan nistatin. Pada umumnya zat – zat ini diformulasikan ke dalam bentuk
tetes telinga (larutan atau suspensi) dalam gliserin anhidrida atau propilen glikol.
Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan
telinga yang lebih lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya, memungkinkan
menarik kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan
membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan mikroorganisme yang
ada. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi
telinga, beberapa preparat otik antiinfeksi juga mengandung bahan analgetika
seperti antipirin dan anestetika local seperti lidokain dan benzokain. pH optimum
untuk larutan berair yang digunakan pada telinga utamanya adalah dalam pH
asam. Fabricant dan Perlstein menemukan range pH antara 5 – 7,8. keefektifan
obat telinga sering bergantung pada pH-nya. Larutan alkali biasanya tidak
diinginkan karena tidak fisiologis dan menyediakan media yang subur untuk
penggandaan infeksi. Ketika pH telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri
dan fungi akan tumbuh lebih cepat. Sering perbedaan dalam keefektifan antara
dua obat yang sama itu adalah karena kenyataan bahwa yang satu asam sedangkan
yang lainnya basa (Scoville’s : 257) Larutan untuk telinga biasanya memakai
wadah botol drop dan harus jernih atau dalam bentuk suspensi yang seragam
(Scoville’s : 257)
Otolin
KOMPOSISI / KANDUNGAN
Tiap ml Otolin mengandung :
Kloramfenikol 5%,
Polimiksin B. Sulfat 10.000 IU,
Benzocaine 1%, dan
Nipagin 1%.
Indikasi
Indikasi Otolin adalah pengobatan otitis eksterna akut dan kronik yang
disebabkan oleh bakteri yang peka terhada kloramfenikol dan polimiksin.
Kloramfenikol
Kloramfenikol diisolasi pertama kali dari Streptomyces venezuelae.
Mekanisme kerja
Kloramfenikol bekerja dengan mengikat sub unit 50S ribosom bakteri dan
menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat ialah enzim peptidil
trasferase yang merupakan katalisator untuk pembentukan ikatan-ikatan peptida
pada proses sintesis protein kuman.
Spektrum antibakteri
Spektrum antibakterinya meliputi D.pneumoniae, Streptomyces pyogenes,
Streptomycesviridans, Neiserria, Haemophilus, Bacillus sp, Listeria, Bartonella,
Brucella, P.multocida, C.diphtheriae, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia,
Treponema, dan kebanyakan kuman anaerob.
Beberapa strain D.pneumoniae, H.influenzae dan N.meningitidis bersifat resisten;
S.aureus umumnya sensitif, sedang Enterobactericeae banyak yang telah resisten.
Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E.coli, K.pneumoniae dan
Pr.mirabilis . Kebanyakan strain Serratia, Providencia, dan Proteus rettgerii
resisten, juga kebanyakan strain Pseudomonas aeruginosa dan strain tertentu
Salmonella typhi.