otitis eksterna maligna new

36
BAGIAN ILMU THT-KL REFARAT FAKULTAS KEDOKTERAN Juni 2016 UNIVERSITAS HASANUDDIN OTITIS EKSTERNA MALIGNA Disusun oleh : Desya Dillachsyadina Mokke / C111 11 114 Latifah Husna Zulkafli / C111 11 871 Pembimbing : dr. Ayu Ameliyah 1

Upload: latifah-husna-zulkafli

Post on 07-Jul-2016

270 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Otitis Eksterna Maligna New

TRANSCRIPT

Page 1: Otitis Eksterna Maligna New

BAGIAN ILMU THT-KL REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Juni 2016

UNIVERSITAS HASANUDDIN

OTITIS EKSTERNA MALIGNA

Disusun oleh :

Desya Dillachsyadina Mokke / C111 11 114

Latifah Husna Zulkafli / C111 11 871

Pembimbing :

dr. Ayu Ameliyah

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN

KLINIK

PADA BAGIAN ILMU THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

1

Page 2: Otitis Eksterna Maligna New

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Latifah Husna Zulkafli

NIM : C 111 11 871

Nama : Desya Dillachsyadina Mokke

NIM : C 111 11 114

Judul Referat : Otitis Eksterna Maligna

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juni 2016

Pembimbing :

dr. Ayu Ameliyah

2

Page 3: Otitis Eksterna Maligna New

3

Page 4: Otitis Eksterna Maligna New

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3

I. PENDAHULUAN.................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................52.1 ANATOMI TELINGA.....................................................................52.2 FISIOLOGI PENDENGARAN ......................................................112.3 PENGERTIAN................................................................................122.4 ETIOLOGI.......................................................................................122.5 MANIFESTASI KLINIS.................................................................132.6 PATOGENESIS...............................................................................142.7 DIAGNOSIS....................................................................................162.8 PENATALAKSANAAN.................................................................192.9 KOMPLIKASI.................................................................................202.10 DIAGNOSA BANDING...............................................................212.11 PROGNOSIS.................................................................................22

III. KESIMPULAN......................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................24

4

Page 5: Otitis Eksterna Maligna New

OTITIS EKSTERNA MALIGNA

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna maligna merupakan infeksi telinga luar dan struktur lain

disekitarnya yang ditandai dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga

dan nekrosis kartilago dari tulang liang telinga hingga meluas ke dasar

tengkorak. Keadaan ini sering dijumpai pada orang tua dengan penyakit

diabetes mellitus atau pasien dengan immunocompromised. Otitis eksterna

maligna (OEM) disebut juga otitis eksterna nekrotikan atau osteomielitis.

Gejala dan tanda meliputi otalgia, otorea dengan jaringan granulasi pada liang

telinga dan keterlibatan saraf kranial. P. aeruginosa merupakan kuman

patogen terbanyak ditemukan. Pemeriksaan scan tulang diperlukan untuk

menegakkan diagnosa. Terapi meliputi medikamentosa dan intervensi bedah.

Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Meltzer dan

Kelleman (1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang

disebabkan oleh P. Aureginosa. Chandler (1968) adalah orang yang

menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya dengan Malignant

External Otitis. Otitis eksterna ini disebut maligna karena memiliki sifat klinik

yang agresif, dan memiliki hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate

pada penderita. 1,2

5

Page 6: Otitis Eksterna Maligna New

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi telinga

Telinga secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga

tengah dan telinga dalam.3

6

Page 7: Otitis Eksterna Maligna New

Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang

bunyi ke struktur – struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun telinga

(pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga

terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S,

dengan rangka tulang rawan pada 1/3 bagian luar, sedangkan 2/3 bagian dalam

rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira ½ - 3 cm. Pada sepertiga

bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar

keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.

Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar keringat. 3

Gambar 2. Telinga luar

7

Page 8: Otitis Eksterna Maligna New

Gambar 3. Daun telinga, Auricula

Di telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus

dan stapes. Telinga tengah berbentuk kubus dengan : 3

- Batas luar : membran timpani

- Batas depan : tuba esutachius

- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

- Batas atas : tegmen timpani (meningen / otak )

- Batas dalam : berturut – turut dari atas kebawah ( kanalis

semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tignkap lonjong ( oval

window ), tingkap bundar ( round window ) dan promontorium

8

Page 9: Otitis Eksterna Maligna New

Gambar 4. telinga tengah

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak

koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala

vestibuli. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala

timpani disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. skala

vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media berisi

endolimfe. Dasar vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s

membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran

ini terletak organ corti. 3

9

Page 10: Otitis Eksterna Maligna New

Gambar 5. Organ Corti

Otitis eksterna maligna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian

luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulanng temporal,

biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat

dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Kulit di 1/3 luar liang telinga

mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar

serumen, maka ditempat itu dapat terjadi infeksi pada polisebaseus, sehingga

membentuk furunkel. Karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan

longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium.

Sementara itu 2/3 kulit liang telinga dalam biasanya terjadi otitis eksterna difus.1,3

Arteri – arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang

temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.

10

Page 11: Otitis Eksterna Maligna New

Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang

aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri

aurikular posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Vena telinga bagian

anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara kevena jugularis

eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam

vena temporalis superficial dan vena aurikularis posterior. 3

Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus (N.V)

mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan

superior liang telinga serta sekmen depan membrana timpani. Cabang aurikularis

dari saraf fasialis (N.VII), glosfaringeus (N.IX) dan vagus (N.X) menyebar

kedaerah konka dan cabang –cabang saraf ini mensarafi dinding posterior dan

inferior liang telinga serta segmen posterior dan inferior membrana timpani.1,2,3

Gambar 6. Persarafan

11

Page 12: Otitis Eksterna Maligna New

2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke

koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga

tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran

melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas

membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini

akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa

pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan ke membrana Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran

basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang

menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion

terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini

merupakan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter

ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, lalu

dilanjutkan ke nukleus auditorius samapai ke korteks pendengaran (area 39-40)

dilobus temporalis.3

Gambar 7. Fisiologi pendengaran

12

Page 13: Otitis Eksterna Maligna New

2.3 Pengertian Otitis Eksterna Maligna

Otitis eksterna maligna adalah infeksi bakteri yang progresif dimana dapat

terjadi di liang telinga luar serta tulang mastoid dan tulang tengkorak. Keadaan ini

umumnya terjadi pada penderita diabets melitus dengan usia tua. Otitis eksterna

maligna juga dapat terjadi pada pasien-pasien dengan immunocompromised,

seperti AIDS yang dimana seirng melibatkan populasi yang memiliki usia muda.

Hampir semua kasus disebabkan akibat organisme Pseudomonas Aeruginosia.4

Otitis eksterna radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan

oleh bakteri, peradangan ini sulit dibedakan oleh radang yang disebabkan jamur,

alergi, atau virus. 1

Patologi OEM melibatkan otitis eksterna yang berat, nekrosis kartilago

dan tulang dari liang telinga hingga ke struktur sekitarnya yang meluas ke dasar

tengkorak yang mengenai nervus kranial yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan

terjadinya lower cranial neuropathies, trombosis sinus lateral, sakit kepala yang

berat, meningitis dan kematian. 1

2.4 Etiologi

Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi

berikut :3,4

1. Diabetik (90 - 100 % ), Diabetik merupakan faktor resiko utama

berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan

disfungsi immun yang berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama

predisposisi ini. Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan

menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas anti bakteri lokal.

Tidak ada perbedaan antara DM tipe I dan II.

2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya

immunosupresi karena penggunaan obat.

13

Page 14: Otitis Eksterna Maligna New

3. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena

trauma irigasi telinga pada pasien diabetik.

2.5 Gejala dan tanda1,2,3

1. Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga

2. Diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak.

3. Pembengkakan liang telinga.

4. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup

oleh tumbuhnya jaringan granulasi secara subur.

5. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis

fasial.

6. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang

disebabkan akibat oleh infeksi kuman pseudomonas aeroginosa.

7. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama

dengan kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang

sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat

Penyakit ini dapat membahayakan dan kecurigaan lebih tinggi ditujukan

pada pasien dengan diabetes atau immunocompromised state atau berumur lanjut.

Tanda khas yang dijumpai dari otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna

dengan jaringan granulasi sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada

bonycartilaginou junction) disertai lower cranial neuropathies (n. VII, IX, X, XI)

yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada daerah yang dikenai (otalgia).

Eksudat pada liang telinga dan membran timpani intak. Terjadinya paralisis

fasialis dan sindrom foramen jugularis (Vernet syndrome) merupakan tanda

prognostik yang buruk. 1

14

Page 15: Otitis Eksterna Maligna New

Gambar 8. Otitis eksterna maligna

Benecke membagi OEM atas 3 stadium, yaitu : 1,2

1. Stage I: Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga.

(otalgia yang menetap, terbatas pada liang telinga luar, belum ada

kelumpuhan n.facialis)

2. Stage II: Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan erosi tulang temporal.

(kelumpuhan n.fasialis padaa foramen jugular bagian lateral).

3. III: Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal. (Ekstensi

sampai foramen jugular).

2.6 Patogenesis

Otitis eksterna maligna terjadi karena infeksi bakteri pada telinga bagian

luar. Pseudomonas aeruginosa adalah organisme yang selalu menjadi penyebab

dari infeksi. Pada penderita diabetes PH serumennya lebih tinggi dibanding PH

serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes mudah terjadi

otitis eksterna. Akibat adanya immunocompromize dan mikroangiopati, otitis

eksterna dapat berlanjut menjadi otitis ekterna maligna. Pada otitis eksterna

maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis, tulang rawan, dan

tulang sekitarnya, sehinngga timbul kondritis, osteitis, osteomielitis yang

15

Page 16: Otitis Eksterna Maligna New

menghancurkan tulang temporal. Rasa gatal diliang telinga yang dapat cepat

diikuti oleh nyeri, sekret yang banyak, serta pembengkakan liang telinga

merupakan gejala awal pada penderita ini, gejala akan semakin memburuk dengan

seiring waktu sehingga menyebabkan tertutupnya liang telinga akibat oleh

jaringan granulasi yang tumbuh secara cepat. Saraf fasialis dapat terkena

sehingga menimbulkan parese atau paralisis nervus fasialis. Progresifitas dari

keadaan ini menyebabkan kehancuran dari tulang temporal, dan menyebabkan

ketulian atau ganguan pendengaran.3,5

16

Page 17: Otitis Eksterna Maligna New

2.7 Diagnosis

Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi.

Empat gejala yang menonjol adalah otalgia yang menetap lebih dari 1 bulan,

otorea purulen dan menetap dengan adanya jaringan granulasi dalam beberapa

minggu, riwayat diabetes mellitus, status imun yang rendah dan usia lanjut, dan

adanya gangguan saraf kranial. Sumber lain mengatakan bahwa diagnosis

ditegakan berdasarkan gejala dan tanda yang dijumpai dan pemeriksaan kultur

dari cairan yang didapat dari liang telinga. Biopsi jaringan granulasi pada liang

telinga luar perlu dilakukan untuk meniadakan karsinoma liang telinga.

Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan perluasan penyakit. CT-scan

tulang temporal direkomendasikan untuk menilai perluasan penyakit pada

evaluasi permulaan.1,2,4.5

1. Anamnesis

Pada anamnesis pasien yang menderita otitis eksterna maligna umumnya yaitu

pasien dengan usia lanjut dan memiliki faktor resiko yaitu menderita

diabetes. Dari anamnesis dapat ditanyakan pada pasien yaitu adanya otalgia, sakit

kepala temporal, otore purulent dapat ditemukan pada pasien ini. Jika keadaan ini

sudah dialami cukup lama dapat pula ditanyakan pada pasien adanya penurunan

pendengaran. Serta penting pula menanyakan adanya riwayat diabetes melitus.

Kadang – kadang pasien mempunyai riwayat penggunaan antibiotik dan obat tetes

telinga pada otitis eksterna tanpa adanya perubahan gejala yang bermakna.4,5

2. Pemeriksaan Fisis 

Pada pemeriksaan fisis pasien otitis eksterna maligna dapat dilakukan

pemeriksaan inspeksi dari telinga luar serta pemeriksaan dengan menggunakan

otoskopi untuk melihat liang telinga pada pasien otitis eksterna maligna. Pada

pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya kulit yang mengalami inflamasi,seperti

kemerahan atau hiperemis, udem juga dapat terlihat pada otitis eksterna maligna,

17

Page 18: Otitis Eksterna Maligna New

serta pada pemeriksaan ini akan tampak jaringan granulasi pada dasar meatus

akustikus eksternus. Jika pertumbuhann jaringan granulasi terus menerus maka

akan menyebabkan terjadinya penurunan pendengaran, yang di akbitkan jaringan

granulasi dapat menutup liang telinga. Pemeriksaan nerfus kranialis pada pasien

otitis eksterna maligna sangat penting karena biasanya keadaan ini dapat disertai

dengan kelumpuhan saraf fasial, maka dari itu perlu dilakukan juga saraf kranial

V – XII.2,4,5

3. Pemeriksaan Penunjang

3.a. Pemeriksaan Laboratorium Darah

Pada pemeriksaan laboratorium darah, dapat ditemukan adanya peningkatan

jumlah leukosit, laju endap darah dan gula darah sewaktu. Yang dimana

pemeriksaan ini menandakan pasien mengalami proses inflamasi. Apabila gula

darah sewaktu pasien meningkat maka pasien merupakan penderita diabetes

melitus, yang dimana pada penderita diabetes melitus PH serumennya meningkat,

sehinggah merupakan tempat yang baik untuk bakteri berkembang biak dan

menjadi progresif.2,5 

3.b. Pemeriksaan Laboratorium Kultur

Pemeriksaan kultur yang diperoleh dari sekret liang telinga sangat diperlukan

untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab utamanya adalah P. aeruginosa.

Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas sp

mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis.

Eksotoksin dapat menyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa

golongan lainnya menghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.5

3.c. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan perluasan penyakit. CT

scan pada tulang temporal dan tengkorak dapat menunjukkan adanya dekstruksi

18

Page 19: Otitis Eksterna Maligna New

tulang di sekitar dasar tulang tengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan

dengan teknik nuklir baik digunakan pada stadium awal. 6

Gambar 9. Ct scan tulang temporal

3.d. Histopatologi

Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Proses

infeksi meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaran

histology juga dapat terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis

pada lapisan epidermis dan dermis disertai infiltrate PMN. Kartilago dikelilingi

oleh jaringan inflamasi dan tampak destruksi. Pada dinding pembuluh darah

19

Page 20: Otitis Eksterna Maligna New

menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid menunjukkan adanya sel – sel inflamasi

akut.5

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan standar OEM adalah dengan merawat inap penderita dan

regulasi diabetes. Kombinasi terapi diabetes, pemberian antibiotika yang sesuai

dengan hasil kultur dan debridement MAE setiap hari memberikan angka

kesembuhan yang tinggi. Standar terapi antibiotik kombinasi aminoglikosid

dengan penisilin antipseudomonas atau sefalosporin untuk intervensi primer.

Penggunaan aminoglikosid harus disertai dengan evaluasi fungsi renal mengingat

efek samping nefrotoksik dan ototoksik aminoglikosid.7,9 Karena itulah quinolones

baik peroral atau perenteral saat ini digunakan sebagai alternatif antibiotik dan

dari beberapa penelitian menunjukkan angka keberhasilan yang tinggi. Lama

pemberian antibiotik dapat dievaluasi dengan pemeriksaan serial gallium scans

periodik interval 4 minggu atau dengan melihat kondisi klinis penderita. Beberapa

literatur menganjurkan pemberian antibiotik selama 6-8 minggu untuk mencegah

kekambuhan.5,7,11

Penatalaksaan pembedahan kadang-kadang juga diperlukan dalam kondisi

penderita yang buruk yaitu mastoidektomi dengan dekompresi N. VII atau

petrosektomi subtotal atau bahkan dilakukan reseksi parsial tulang temporal.9

Tanda awal adanya respon terapi terhadap penyakit adalah berkurangnya

rasa nyeri. Diabetes yang terkontrol juga merupakan tanda awal adanya perbaikan.

Pengobatan otitis eksterna nekrotikans sebaiknya harus berkelanjutan sampai

infeksi betul – betul hilang. Ini membutuhkan waktu perawatan yang lama di

rumah sakit dan penggunaan antibiotik sampai enam minggu. 11

2.9 Komplikasi

20

Page 21: Otitis Eksterna Maligna New

Komplikasi yang dapat timbul adalah sebagai berikut

2.9.1 Neuropati kranial

Saraf kranial dapat dipengaruhi oleh peradangan di sepanjang dasar tengkorak

atau oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Pseudomonas. Saraf wajah (VII) paling

sering, biasanya pada foramen stylomastoid. Semakin lama proses penyakit, saraf

kranial IX, X, dan XI juga bisa kena di foramen jugularis, diikuti oleh XII di kanal

hypoglossal. Saraf V dan VI dapat terpengaruh jika penyakit ini meluas ke puncak

petrosa.7

Perkembangan neuropati kranial umumnya dianggap mencerminkan penyakit

stadium lanjut terkait dengan prognosis yang lebih buruk. 7,10

2.9.2 Komplikasi intrakranial

Komplikasi ini jarang terjadi karena tidak adanya kelumpuhan saraf kranial.

Meningitis, abses otak, dan trombosis sinus dural mungkin terjadi. Trombosis

sinus kavernosus harus dipertimbangkan jika saraf kranial V atau VI yang terkena

dampak. Komplikasi intrakranial mencerminkan penyakit yang parah dan

biasanya fatal.7,8,10

2.9.3 Kondisi komorbiditas

Pasien dengan otitis eksternal maligna (OEM) hampir selalu memiliki diabetes,

sering dengan masalah medis lain seperti  pneumonia, uremia, infak myocard dan

strok. 7

2.10 Diagnosa Banding

Otitis eksterna sirkumkripta

21

Page 22: Otitis Eksterna Maligna New

Merupakan radang pada 1/3 lateral canalis auditori eksterna yang infeksi

pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus beda dengan otitis eksterna

maligna yang disebabkan oleh Pseudomonas aeroginosa. Gejala rasa nyeri yang

hebat sama seperti nyeri otitis eksterna maligna , nyeri saat aurikula digerakan,

nyeri saat membuka mulut dan tidak sesuai dengan besar bisul/furunkel, karena

kulit liang telinga yang tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya

sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Dapat terjadi

penurunan pendengaran, kalau furunkel yang besar menyumbat telinga.9,11,12,13

Otitis eksterna difus

Merupakan radang canalis auditori eksterna 2/3 medial. Tampak kulit

liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Disebabkan oleh

golongan Pseudomonas dan dapat juga terjadi sekunder pada otitis media

supuratif kronik. Gejala sama dengan otitis media sirkumskripta. Tampak dua

pertiga dalam kulit liang telinga sempit, hiperemis, dan edema tanpa batas yang

jelas, serta tidak ditemukan furunkel. Kadang terdapat sekret yang berbau, tidak

mengandung lendir. Dapat disertai demam dan pembesaran kelenjar getah bening

regional. Biasanya tidak ditemukan jaringan granulasi dan tidak menimbulkan

paresis dan paralisis fasial. 9,11,12

Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga yang tersering disebabkan oleh

Pityrosporum, Aspergilus, dan dapat pula ditemukan Candida albicans.

Pityrosporum berbeda dengan otitis eksterna maligna yang disebabkan oleh

Pseudomonas aeroginosa, yang menyebabkan terbentuknya sisik menyerupai

ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis.

Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di telinga tengah tetapi

sering pula tanpa keluhan. Biasanya tidak disertai nyeri hebat dan tidak ditemukan

jaringan granulasi. ,10,11,12

22

Page 23: Otitis Eksterna Maligna New

2.10 Prognosis

Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan

dengan lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik

berupa sakit kepala dan otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat

kambuh kembali setelah satu tahun pengobatan komplit.7,8,13

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chandler, rata – rata kematian

sekitar 50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan

ditemukannya antibiotik yang cocok. Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka

kematian turun sampai 10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan

neuropati atau adanya komplikasi intracranial.7,8,11,13

BAB III

KESIMPULAN

23

Page 24: Otitis Eksterna Maligna New

1. Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai

dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago

dan tulang liang telinga hingga meluas ke dasar tengkorak.

2. Otitis eksterna maligna merupakan penyakit infeksi MAE yang dapat

meluas ke struktur sekitarnya sehingga dapat menimbulkan komplikasi

dengan resiko kematian.

3. Diagnosis dini membantu keberhasilan penatalaksanaan. Kombinasi

pemberian antibiotik Siprofloksasin, regulasi diabetes dan pembersihan

lokal dengan antibiotik akan memberikan angka kesembuhan yang lebih

baik.

4. Otitis eksterna ini di bagi lagi menjadi beberapa jenis seperti : otitis

eksterna difus, otitis eksterna sirkumskripta, dan otitis eksterna maligna.

5. Dari ke tiga jenis ini masing-masing mempunyai kesamaan dan perbedaan,

yang ditandai dengan : gatal pada liang telinga, adanya benjolan di telinga,

nyeri hebat saat membuka mulut, pendengaran berkurang, telinga terasa

ada cairan.

6. Komplikasinya bisa berupa : paresis atau paralisis nervus fasial, kondritis,

osteitis, osteomielitis, hingga kehancuran tulang temporal, meningitis,

abses otak, tromboflebitis, sinus lateralis, kerusakan pada saraf VII dan

VII.

7. Standar terapi antibiotik kombinasi aminoglikosid dengan penisilin

antipseudomonas atau sefalosporin untuk intervensi primer. Penggunaan

aminoglikosid harus disertai dengan evaluasi fungsi renal mengingat efek

samping nefrotoksik dan ototoksik aminoglikosid.

8. Adapun upaya untuk mencegah hal ini terjadi diantaranya yaitu, liang

telinga di bersihkan secara teratur, jangan mengoreknya terlalu dalam, dan

gunakan bahan yang tidak menimbulkan iritasi.

Daftar Pustaka

24

Page 25: Otitis Eksterna Maligna New

1. Sastrodiningrat, Abdul Gofar. . Otitis Eksterna Maligna. Suplemen Majala

h Kedokteran Nusantara Volume 39 No 3. Dept. THT-KL FK-USU/RSUP

H. Adam Malik, Medan.2006.

2. Illing E, Olaleye O. Malignant Otitis Externa: A Review of Aetiology,

Presentation, Investigations and Current Management Strategies. Webmed

Central : OTORHINOLARYNGOLOGY.2011

3. Hafil, Alfian. Otitis eksterna maligna. Kelainan telinga luar. Buku Ajar Telinga hidung

Tenggorok, FKUI, Jakarta.. edisi 7. Pg 56.2012.

4. Harmesh S Bains, Gurdeep S Dhooria. Depatment of Pediatrics, Dayan

and Medical College, Ludhiana, Punjab, India. Volume 47. 2010.

5. S Hollis, K evans. Management of malignant otitis externa. The journal of

laryngology & otology.125. 2011.

6. Vadisha Bhat, Ajaz Aziz, Satheesh Kumar Bhandary, Rajeshwary Aroor,

Shrinath D Kamath P, Marina Saldanha. Malignant Otitis Externa - A

Retrospective Study of 15 Patients Treated in a Tertiary Healthcare Center

.Department of Otorhinolaryngology, K S Hegde Medical Academy,

Karnataka, India.2015.

7. Nussenbaum B, roland PS. External ear, malignant external otitis. eMedicine specialties Otolaryngology and Facial Plastic surgery. Update: 04/14/06. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview. Accesed 01/15/2009

8. Duvvi SK, Lo S, Kumar R, Blanshard J. Malignant external otitis with

multiple cranial nerve palsies the use of hyperbaric oxygen. The Internet

Journal of Otorhinolaryngology. 2005; Volume 4 Number 1. Available

at : http://wwwispub.com/ostia/index.php?xmlFilePath=jounals. Accesed

3/5/2009

9. Nussenbaum B. External ear,Otitis Externa. eMedicine specialties Otolaryngology. Update: 04/14/06. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview. Accesed 01/15/2009

10. Kroon DF, Strasnick B. Diseases of the auricle, external auditory canal,

and tympanic membran. In : Glasscock ME, Gulya AJ. Glasscock-

25

Page 26: Otitis Eksterna Maligna New

Shambaugh Surgery of the Ear 5th ed. Philadelphia : WB Saunders

Company, 1990 : 357

11. Jung TTK, Jinn TH. Diseases of the external ear. In: Snow JB, Ballenger

JJ eds. Ballenger’s Otorhinolaryngology Surgery 16th ed. Philadelphia :

William & Wilkins; 1996 : 238-241

12. Meyerhoff WL, Caruso VG. Trauma & infections of the external ear. In :

Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL eds.

Otolaryngology 3rd ed. New York : WB Saunders ; 1991: 1230-1

13. Moghaddam M. Malignant external otitis. Acta Medica Iranica 1993; 31: 72-4. Available at: http:// journals.tums.ac.ir/uploadfiles/pdf/4998.pdf. Accesed at 03/15/2009

26