oralswelling om kel 6 2010 fkg ugm

Upload: jennifer-abella-brown

Post on 31-Oct-2015

209 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Oral Sweelling Oral Medicine

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Permasalahan

    Saat ini perkembangan ilmu di dunia kedokteran gigi sangatlah pesat.

    Seorang dokter gigi dituntut untuk mampu menangani keluhan pasien dan

    memeriksa kesehatan umum pasien secara holistik, tidak terbatas pada rongga

    mulut saja. Dokter gigi harus mampu melakukan pemeriksaan ekstraoral dan

    intraoral saat menghadapi kasus pasien. Agar dapat melakukan pemeriksaan

    tersebut dengan baik, penting bagi dokter gigi untuk mengetahui dan mengenali

    kelainan-kelainan serta mengevaluasinya.

    Suatu kelainan atau penyakit dapat menyerang rongga mulut bagian

    jaringan keras (yaitu gigi) dan jaringan lunak. Diferensiasi kelainan atau penyakit

    pada jaringan lunak rongga mulut diklasifikasikan menjadi 3 kategori yang terdiri

    dari hilangnya integritas permukaan mukosa (vesikobuloas dan ulseratif),

    perubahan warna, dan massa atau massa.

    Pembengkakan dapat terjadi di mana saja di mukosa mulut dan cenderung

    bersifat jinak, lesi inflamasi atau reaktif, yaitu lesi yang terbentuk karena luka.

    Pembengkakan mungkin timbul dari daerah mukosa, di atas epitel atau di dasar

    jaringan ikat beserta komponennya, atau daerah yang berhubungan dengan gigi,

    tulang, atau kelenjar ludah. Pembengkakan dari jaringan orofacial bisa

    disebabkan karena trauma, infeksi, reaksi imun, atau neoplasia. Pembengkakan

    bisa terjadi di ekstraoral, intraoral, dan dimanapun. Pembengkakan yang bersifat

    kronis di sekitar mulut biasanya terasa sakit. Sebagian besar massa memiliki

    karakteristik masing-masing. Kombinasi tekstur permukaan, sensitivitas saat

    palpasi, adanya penyebab atau perjalanan klinis yang tampak nyata sangat

    penting dalam kategorisasi awal. Proses penyakit primer penyebab

    pembengkakan atau massa dalam bentuk massa atau tumor dalam rongga mulut

    meliputi kista, retensi, dan mukus ekstravasasi kelenjar saliva, fokus peradangan,

    dan jaringan granulasi, abses dan proliferasi jaringan ikat berkapsul. Diagnosis

    banding pemesaran jaringan lunak mulut antara lain massa papilari permukaan

  • epithelium, massa inflamasi akut, hiperplasia reaktif, kista submukosal benigna

    dan neoplasma, dan neoplasma maligna.

    Banyaknya prevalensi dan insidensi kasus massa atau pembengkakan pada

    jaringan lunak rongga mulut menjadikan penting untuk dipelajari. Dalam

    makalah ini, penulis menguraikan beberapa macam contoh penyakit dengan

    tampakan klinis berupa massa atau pembengkakan jaringan lunak rongga mulut

    yang terlihat secara ekstraoral maupun intraoral.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Menjelaskan pengertian berbagai lesi atau penyakit pada sistem

    stomatognatik dengan karakteristik adanya massa dn neoplasma mulut

    2. Menjelaskan etiologi, patogenesis, perangai klinis, histopathologi, dan

    diagnosis banding berbagai lesi atau penyakit sistem stomatognatik dengan

    karakteristik adanya massa atau pembengkakan berdasarkan kausanya

    3. Menjelaskan etiologi, patogenesis, perangai klinis, histopathologi, dan

    diagnosis banding berbagai lesi dengan karakteristik adanya massa atau

    pembengkakan akibat kelainan atau penyakit tulang baik odontogenik

    maupun non odontogenik

    4. Memahami dan mengetahui konsep dasar perawatan simptomatik berbagai

    lesi dengan karakteristik adanya massa atau pembengkakan berdasarkan

    kausanya

    5. Memahami dan mengetahui konsep rujukan pada pasien dengan kelainan

    sistem stomatognatik dengan karakteristik adanya massa atau pembengkakan

    sesuai ndikasinya

    6. Menjelaskan tanda dan gejala perkembangan ke arah keganasan suatu

    kelainan atau penyakit pada sistem stomatognasi

    7. Memahami dan menjelaskan arti penting peran kelenjar limfe sebagai

    penanda adanya kelainan atau penyakit pada sistem stomatognasi

    C. Manfaat Penulisan

    Manfaat penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut :

    1. Mampu menjelaskan pengertian berbagai lesi atau penyakit pada sistem

    stomatognatik dengan karakteristik adanya massa dn neoplasma mulut

  • 2. Mampu menjelaskan etiologi, patogenesis, perangai klinis, histopathologi, dan

    diagnosis banding berbagai lesi atau penyakit sistem stomatognatik dengan

    karakteristik adanya massa atau pembengkakan berdasarkan kausanya

    3. Mampu menjelaskan etiologi, patogenesis, perangai klinis, histopathologi, dan

    diagnosis banding berbagai lesi dengan karakteristik adanya massa atau

    pembengkakan akibat kelainan atau penyakit tulang baik odontogenik maupun

    non odontogenik

    4. Mampu memahami dan mengetahui konsep dasar perawatan simptomatik

    berbagai lesi dengan karakteristik adanya massa atau pembengkakan

    berdasarkan kausanya

    5. Mampu memahami dan mengetahui konsep rujukan pada pasien dengan

    kelainan sistem stomatognatik dengan karakteristik adanya massa atau

    pembengkakan sesuai ndikasinya

    6. Mampu menjelaskan tanda dan gejala perkembangan ke arah keganasan suatu

    kelainan atau penyakit pada sistem stomatognasi

    7. Mampu memahami dan menjelaskan arti penting peran kelenjar limfe sebagai

    penanda adanya kelainan atau penyakit pada sistem stomatognasi

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Pendahuluan

    Proses penyakit primer yang muncul sebagai pembengkakan dan tumor di

    rongga mulut termasuk kista, ekstravasasi mukus dan retensi pada glandula

    saliva minor, sekelompok jaringan granulasi dan inflamasi, abses dan

    proliferasi jaringan ikat yang memiliki tepi yang tegas atau kapsul, dan

    infiltratif sarkoma (Silverman et al., 2001).

    (Silverman et al., 2001).

    DIAGNOSIS

    Hal penting yang harus diperhatikan dalam menentukan diagnosis yang

    menyebabkan terjadinya pembengkakan:

  • Posisi

    Posisi anatomis harus diperiksa dan keterlibatan struktur lain

    Lesi pada midline biasanya berasal dari gangguan perkembangan

    (contohnya, torus palatinus.

    Lesi bilateral biasanya tergolong benigna (contohnya, sialosis

    pembengkakan glandula saliva akibat alkoholisme, diabetes atau kondisi

    lainnya).

    Kebanyakan neoplasma adalah lesi unilateral

    Perubahan struktur yang relevan atau mirip dengan lesi yang terdapat pada

    rongga mulut harus diperhatikan.

    (Scully, 2003)

    Ukuran

    Ukuran harus selalu diukur dan dicatat. Sebuah diagram dan fotografi

    mungkin dapat membantu (Scully, 2003)

    Bentuk

    Beberapa pembengkakan memiliki karakter bentuk yang dapat mengacu

    kepada diagnosis: contohnya pembengkakan parotid biasanya mengisi ruangan

    antara batas posterior mandibula dan prosessus mastoid (Scully, 2003).

    Warna

    Pigmentasi coklat atau hitam dapat disebabkan oleh bermacam-macam kausa

    contohnya tatoo, naevus atau melanoma. Ungu atau merah dapat mengacu

    kepada haemangioma, Kaposis sarcoma atau lesi giant-cell (Scully, 2003).

    Secara umum, penampakan lesi kuning dapat disebabkan oleh jaringan limfoid

    atau jaringan adiposa, pembekakan merah berasal dari vaskuler,

    pembengkakan biru bersifat musin atau berasal dari vena, pembengkakan

    coklat mengandung melanin atau pigmen darah. Lesi yang berwarna seperti

    mukosa normal umumnya terdiri dari jaringan fibrous atau beberapa jaringan

    lain jauh dibawah jaringan ikat (Silverman et al., 2001).

    Temperatur

    Kulit yang sedang mengalami lesi inflamasi akut, contohnya abses atau

    haemangioma biasanya akan terasa hangat (Scully, 2003).

    Tenderness

    Pembengkakan yang disebabkan oleh inflamasi contohnya abses biasanya

    memiliki karakter tender, walaupun palpasi secara jelas harus dilakukan secara

  • halus untuk menghindari ketidaknyamanan berlebih pada pasien (Scully,

    2003).

    Pengeluaran/Discharge

    Periksa apapun jenis pengeluaran lesi (contohnya, cairan bening, pus, atau

    darah), orifice atau sinus (Scully, 2003).

    Pergerakan

    Pembengkakan harus di uji untuk menentukan bahwa lesi ini melekat pada

    struktur terdekatnya atau dibawah kulit/mukosa, hal ini menunjukkan adanya

    neoplasma (Scully, 2003).

    Konsistensi

    Palpasi menunjukkan konsistensi keras (indurasi) dapat disebabkan oleh

    karsinoma. Palpasi menunjukkan adanya pelepasan cairan (contohnya, pus

    dari abses) atau menyebabkan lesi menjadi memutih (vaskuler) atau biasanya

    menyebabkan munculnya lepuhan (Nikolsky sign) atau menyebar.

    Terkadang palpasi menyebabkan pasien merasakan sakit atau nyeri

    (mengindikasikan lesi inflamasi). Pembengkakan dibawah kista tulang dapat

    terasa bunyi retakan (seperti kulit telur) ketika dipalpasi atau fluktuasi dapat

    diketahui dengan mendeteksi adanya pergerakan cairan ketika pembengkakan

    di tekan. Palpasi dapat memperlihatkan struktur dibawahnya (contohnya

    mahkota gigi pada kista erupsi gigi) atau menunjukkan pembengkakan

    sebenarnya pada struktur yang dalam (contohnya kalkulus submandibula)

    (Scully, 2003). Masa keras dan dapat digerakkan biasanya merupakan

    neoplasma atau granuloma, masa lunak biasanya berasal dari lemak atau tumor

    myxoid; masa fluktuan merupakan kista, mucocele atau retensu duktus-

    mukosa dan abses; masa keras dan cekat kemungkinan adalah maligna dan

    dapat menunjukkan sebuah karsinoma, salivary adenocarcinoma, lymphoma,

    dan sarcoma (Silverman et al., 2001).

    Tekstur permukaan

    Karakter permukaan harus diperhatikan: papilloma memiliki ciri-ciri

    seperti-anemone; karsinoma dan lesi maligna lain dan deep fungal dan infeksi

    kronis lain biasanya memiliki permukaan yang nodular dan mungking dapat

    ulserasi. Pembuluh darah yang abnormal menunjukkan neoplasma (Scully,

    2003).

    Ulserasi

  • Beberapa pembengkakan dapat berkembang menjadi ulserasi superfisial

    seperti contohnya squamous cell carcinoma. Karakter tepi ulkus dan

    penampilan dari base ulkus harus diperhatikan (Scully, 2003).

    Tepi/margin

    Tepi atau margin biasanya berkaitan dengan adanya malignansi, sedangkan

    batas yang jelas mengarah pada lesi benigna (Scully, 2003).

    Jumlah pembengkakan

    Lesi multiple mengacu pada infeksi atau gangguan perkembangan.

    Beberapa kondisi yang terkait dengan lesi pembengkakan multiple adalah

    neurofibromatosis (Scully, 2003).

    Frekuensi

    Mayoritas masa yang terdapat pada mukosa rongga mulut merupakan

    proliferasi reaktif, seperti contohnya fibrous hyperplasia, pyogenic granuloma,

    dan reaksi ekstravasasi mukosa. Mesenkimal dan neoplasma glandula saliva

    jarang terjadi, lumphoma dan sarcoma juga jarang menimbulkan

    pembengkakan pada rongga mulut. Namun jelas bahwa kemungkinan masa

    pada mukosa merupakan proses reaktif atau hiperplastik daripada proses

    neoplasma (Silverman et al., 2001).

    2. Tonsilektomi

    Tonsilektomi merupakan tindakan operasi menghilangkan satu atau dua

    tonsila palatina (Bailey, et al., 2001).

    Indikasi

    Infeksi kronis: terjadi 7 kali dalam 1 tahun, 5 kali berturut-urut selama 2

    tahun atau 3 kali berturut-urut selama 3 tahun.

    Cor pulmonale

    Sleep apnea syndrome

    Abses peritonsilar

    Kecurigaan malignansi

    Pertimbangan khusus

    Hemoglobin kurang dari 10 g/100 ml

    Hematokrit kurang dari 30

    Kelainan perdarahan dan koagulasi darah

  • Infeksi saluran pernapasan atas atau asthma

    Komplikasi

    Odinofagi berat yang akan mengarah pada dehidrasi

    Perdarahan postoperatif

    Inkompetensi velopharyngeal

    Pertumbuhan ulang jaringan limfoid

    (Bailey, et al., 2001)

    3. Sistem limfatik

    Sistem limfatik memiliki fungsi:

    Drainase cairan interstisial

    Transpor diet lipid dari saluran pencernaan ke darah

    Melindungi serangan invasi melalui respon imun

    (Tortora and Derrickson, 2009)

    Pengetahuan tentang jalur drainase limfatik dari rongga mulut dan leher

    penting untuk mengetahui penyebaran infeksi dan kanker. Sistem limfatik

    menyediakan mekanisme redirect cairan jaringan kembali ke sirkulasi,

    melewati beberapa limfonodi penyaring sepanjang jalur fungsi imun tubuh

    (Bruch and Treister, 2010).

    Limfonodi servikalis superfisial terdapat sepanjang eksternal dan anterior

    vena jugularis, di superfisial muskulus sternocleidomastoid, menerima

    drainase dari kulit scalp, wajah, leher dan telinga. Drainase limfonodi

    submental berasal dari daerah dagu, bagian dalam bibir bawah, insisivus

    bawah dan gingiva, dan ujung lidah. Limfonodi submental berdrainase ke

    limfonodi submandibula, yang juga menerima drainase dari kulit anterior

    wajah, rongga hidung bagian anterior, dua-pertiga anterior lidah dan sebagian

    besar gigi-geligi, gingiva dan palatum keras (Bruch and Treister, 2010).

    Rantai limfonodi servikalis dalam terletak sepanjang lapisan luar carotid

    sekitar vena jugularis interna yang memanjang dari basis cranium sampai

    akhiran leher. Nodus ini sangatlah penting, karena biasanya merupakan

    drainase dari seluruh drainase limfatik dari regio kepala dan leher. Limfonodi

    jugulodigastrik mendrainase oropharynx termasuk dasar lidah, palatum lunak,

    dan tonsila dan dapat di palpasi dibelakang angulus mandibula (Bruch and

    Treister, 2010).

  • Drainase dari jaringan umumnya ke nodus bagian ipsilateral, namun dapat

    berpindah ke bagian kontralateral, biasanya dengan struktur midline. Hal ini

    merupakan sesuatu yang harus diperhatikan pada kasus lidah, karena memiliki

    banyak sekali suplai limfatik. Perkembangan penyakit, seperti inflamasi,

    infeksi, atau kanker, melewati rantai limfonosi servikalis kadang-kadang

    merupakan kejadian yang mudah di prediksi. Namun, hal ini tidak selalu

    terjadi pada semua kasus, dapat di lihat pada pasien dengan kanker mulut yang

    telah menyebar ke bagian leher dan berpindah ke beberapa kelompok

    limfonodi (Bruch and Treister, 2010).

    (Bruch and Treister, 2010)

    4. Glandula salivarius

    Glandula salivarius mayor

    Terdiri dari glandula parotid, glandula submandibular dan sublingual

    GLANDULA PAROTID

    Berasal dari kata parasekitar dan otictelinga. Berbentuk seperti piramid

    terbalik yang datar.

    Merupakan glandula saliva yang paling besar beratnya masing-masing sekitar

    15 gram.

    Terletak diantara prosesus mastoid dan ramus mandibula vertikal. Muara

    glandula parotid terletak pada fossa retromandibula.

  • Dibagi menjadi bagian superfisial dan lobus dalam oleh nervus fasialis dan

    cabang-cabangnya.

    Membentuk lobulasi yang ireguler yaitu masa kekuningan, terdapat dibawah

    meatus acusticus eksterna, antara mandibula dan sternocleidomastoid.

    Sebagian kecil dari glandula parotid, sedikit atau lebih melekat diantara arcus

    zygomaticus bagian superior dan duktus parotid lebih ke inferior disebut

    bagian aksesoris dari glandula.

    Duktus Stensen

    Duktus glandula parotid disebut dengan duktus Stensen, panjangnya sekitar

    5 cm dan memiliki dinding yang tebal.

    Berawal dari substansi glandula parotid kemudian berjalan ke anterior

    sampai batas muskulus masseter sekitar sepertiga atas dan tengah.

    Ketika melewati muskulus masseter, duktus berbelok tajam ke arah medial,

    terkadang tertanam di dalam groove menonjol ke bantalan lemak pipi.

    Pada perjalanan medialnya, duktus mencapai permukaan luar muskulus

    buccinator, ketika perforasi ke arah oblique anterior dan medial.

    Selanjutnya pada jarak yang singkat secara oblique ke depan, diantara

    buccinator dan membran mukosa rongga mulut dan membuka pada

    permukaan pipi, di molar kedua rahang atas.

    Suplai darahglandula parotid disuplai dari arteri karotid eksterna dan

    cabang-cabangnya didekat glandula.

    Drainase limfatikdrainase pertama kali ke limfonodi parotid dan dari sini

    mengarah ke bagian atas lebih dalam dari limfonodi servikalis.

    Suplai sarafdisuplai dari nervus aurikulotemporalis, plexus disekitar arteri

    karotid eksterna dan nervus aurikularis mayor.

    GLANDULA SUBMANDIBULA

    Merupakan glandula saliva yang bulat bikonveks terletak pada bagian anterior

    digastric triangle.

    Bentuknya iregular dan kira-kira sebesar kacang kenari.

    Ditutupi oleh dua lapisan fascia servikalis internus.

    Bagian dalam glandula submandibula berkontak dengan muskulus stylohyoid,

    digastrikus, dan styloglossus, ke posterior dan dengan muskulus hyoglossus

    batas posterior muskulus mylohyoid ke anterior.

  • Duktus Wharton

    Duktus submandibula yang disebut duktus Wharton memiliki panjang

    sekitar 5 cm dan dinding nya lebih tipis dari duktus parotid.

    Berawal dari pertengahan permukaan dalam bagian superfisial glandula.

    Berjalan ke depan, didalam bagian dalam glandula, diantara musulus

    mylohyoid dan hyoglossus.

    Selanjutnya menuju ke depan diantara permukaan medial glandula

    sublingual dan muskulus genioglossus dan berakhir pada muaranya yaitu

    puncak papilla sublingual yaitu pada dasar mulut di sisi frenulum.

    Beberapa milimeter dari duktus biasanya sedikit ada pelebaran.

    Suplai arterisuplai arteri glandula submandibula didapatkan dari cabang

    lingual dan facial arteri karotid eksterna.

    Drainase venadrainase ke vena fasial dan lingual.

    Suplai sarafsuplai saraf didapatkan dari cabang ganglion submandibula

    yang menerima serabut dari chorda tympani.

    Drainase limfatikmelewati limfonodi submandibula.

    GLANDULA SUBLINGUAL

    Terletak diatas mylohyoid dan mukosa dasar mulut.

    Medial sampai fossa mandibula, pada sisi symphsis menti dan lateral dari

    muskulus genioglossus.

    Memiliki 15 duktus yang bermuara langsungg ke dasar mulut.

    Duktus Bartholin

    Duktus glandula sublingual disebut juga duktus bartholin.

    Jumlahnya 8 sampai 20.

    Beberapa duktus sublingual yang kecil membuka pada lipatan sublingual,

    di dasar mulut, dan pada sisi frenulum.

    Beberapa bermuara pada duktus mandibula dan berkumpul menjadi

    pinciple sublingual duct yang membuka pada dasar mulut.

    Suplai darahmemiliki suplai dari arteri sublingual dan submental.

    Suplai sarafnervus lingualis dan chorda tympani.

    Drainase limfatikmelewati limfonodi submandibula.

    (Ghom, 2007)

  • Pemeriksaan pada glandula salivarius mayor

    Glandula Parotid

    Pembengkakan pada glandula saliva biasanya terkait dengan ekstensi kearah

    lateral lobus telinga dan kesulitan membuka rahang dengan lebar.

    Glandula Submandibula

    Pembengkakan pada glandula submandibula biasanya memiliki karakter yang

    terletak pada ekstensi medial dan inferior, yang akhirnya menghasilkan

    diskontinuitas apabila kontur jaringan terletak pada batas inferior mandibula.

    Glandula Sublingual

    Terletak pada dasar mulut regio sepertiga tengah lidah, dan biasanya melekat

    pada muskulus di bagian medialnya.

    (Ghom, 2007)

    (Tortora and Derrickson, 2009)

    5. Perawatan Saluran Akar

    Respon jaringan periradikular akibat prosedur intrakanal dapat berupa nyeri

    post-operative dan/atau penyakit persistensi. Nyeri post-operative biasanya

    merupakan hasil dari inflamasi akut pada jaringan, sedangkan penyakit post-

    perawatan biasanya dikarakterisasikan dengan adanya persistensi inflamasi

    kronis. Intensitas inflamasi akut langsung menyerang pada daerah yang

  • terkena trauma sedangkan inflamasi kronis biasanya merupakan hasil dari

    persisten trauma ringan (Siqueira Jr, 2005).

    Memahami proses penyakit yang terjadi akan mempengaruhi kesuksesan

    dalam merawat penyakit tersebut, maka sangatlah penting untuk mengetahui

    faktor biologis yang terkait dengan kegagalan perawatan endodontik gigi.

    (Yan, 2006)

    Terdapat 5 faktor utama yang dapat menyebabkan persistensi radiolusen

    periapikal pada gigi yang dirawat endodontik (Yan, 2006):

    Infeksi intra-radikular

    Infeksi ekstraradikular

    Reaksi benda asing

    Kista

    Luka jaringan fibrosa

    (Yan, 2006)

    Diantara faktor-faktor tersebut, persistensi mikroorganisme pada saluran

    akar harus dilakukan perawatan ulang. Namun, lesi yang terkait dengan

    bakteri ekstraradikular, kista dan benda asing dapat di rawat dengan operasi

    periapikal. Lesi periapikal akibat luka jaringan fibrosa tidak membutuhkan

    perawatan apapun (Yan, 2006)

    6. Pemeriksaan darah rutin

    Pemeriksaan darah rutin adalah beberapa macam pemeriksaan hematologi

    yang di anggap dasar atau atau awal dari pemeriksaan selanjutnya yang belum

    dapat di pakai untuk menegakkan diagnosa.

    Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan; yaitu

    Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)

    Hematokrit (Ht)

    Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential

    count)

    Hitung trombosit / platelet count

    Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)

    Hitung eritrosit

    HEMOGLOBIN (Hb)

  • Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita

    hamil 10-15 gram/dL

    Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL,

    neonatus 14-27 gram/dL

    Hb rendah (18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD

    (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis,

    polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari

    obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

    HEMATOKRIT

    Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%

    Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%

    Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.

    Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.

    Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan

    kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare,

    diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.

    Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung,

    perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya

    adalah Ht

  • Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)

    Keracunan berbagai macam zat

    Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan

    sulfonamid.

    Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh

    agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus

    (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari

    segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik,

    arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

    LEUKOSIT (hitung jenis)

    Nilai normal hitung jenis

    Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)

    Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)

    Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)

    Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)

    Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)

    Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)

    Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali

    untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.

    Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding

    limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang

    disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria.

    Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma

    dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa,

    keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.

    Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil

    disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya

    merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to

    the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

    TROMBOSIT

    Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000

    sel/mm3.

  • Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam

    berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang

    bahaya pada 1.000.000 sel/mm3.

    LAJU ENAP DARAH

    Nilai normal dewasa pria

  • HITUNG ERITROSIT

    Nilai normal dewasa wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3, pria 4.5-6.2 juta sel/mm

    3.

    Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.

    Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar,

    perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemia sickle cell.

    Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan,

    penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi

    obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam

    mefenamat)

    7. Lesi Mulut dengan Karakteristik Pembengkakan Termasuk Neoplasma

    Mulut

    A. LYMPHOMA

    Terdapat kelompok penyakit limfoproliferatif yang dapat berasal dari

    kelenjar getah bening dan komponen limfoid dari berbagai organ.

    Definisi

    Merupakan proses neoplastik proliferatif dari bagian lymphopoietic pada

    sistem retikuloendotelial yang melibatkan sel baik yang limfositik maupun

    histiositik, dengan variasi tingkat diferensiasi dan muncul sebagai populasi

    homogen dari tipe sel yang single.

    Tipe

    Limfoma Hodgkin

    Limfoma Non-Hodgkin

    (Ghom, 2007)

    LIMFOMA HODGKIN

    Pertama kali di jelaskan oleh patologis Inggris bernama Thomas Hodgkin

    pada tahun 1832. Limfoma hodgkin memiliki karakter pembesaran yang tidak

    sakit pada jaringan limfoid pada seluruh tubuh.

    Etiologi

    Virusbiasanya oleh virus herpes dan oncorna ditemukan sebagai agen

    etiologi dari penyakit ini.

  • Idiopatikterkadang, dapat muncul tanpa memiliki suatu faktor.

    Ciri-ciri Klinis

    Umur dan jenis kelaminpenyakit ini memiliki insidensi umur yang bimodal,

    pertama pada orang dewasa muda dan kedua pada dekade kelima dalam hidup

    seseorang dengan distribusi jenis kelamin yang sama.

    Onsetonset penyakit ini tersembunyi, biasanya ditandai dengan adanya

    pembesaran pada beberapa kelompok limfonodi superfisial. Limfonodi

    servikal biasanya merupakan lokasi pertama yang terlibat tetapi penyakit dapat

    mulai pada kelenjar getah bening bagian mediastinal, axiallary, abdominal,

    pelvis, atau selangkangan.

    Gejala

    Limfonodi yang terlibat tidak sakit.

    Secara umum pasien menjadi lemah, kehilangan berat badan, batuk,

    dyspnea dan anorexia.

    Sakit pada daerah punggung dan perut karena terjadi pembesaran limpa,

    dan terdapat tekanan yang ditimbulkan oleh pembesaran limfonodi atau

    terlibatnya vertebrae.

    Tanda

    Limfonodi memiliki konsistensi diskrit dan rubbery dengan lapisan kulit

    diatasnya bebas bergerak.

    Splenomegaly biasanya terlihat pada tahap yang sudah lanjut. Beberapa

    pasien memiliki manifestasi pruritis.

    Ciri-ciri lain yang ada pada pasien adalah memiliki demam Pel-Ebstein,

    yaitu sebuah siklus demam tinggi yang ekstrim dan pruritis berat

    menyeluruh dengan etiologi yang tidak diketahui.

    Efek pada struktur disekitarnyatekanan yang diberikan karena pembesaran

    limfonodi pada struktur disekitarnya dapat menyebabkan dyspnea, dysphagia,

    obstruksi vena, jaundice, dan paraplegia.

    Tahapan klinis

    Stage Iketerlibatan satu regio limfonodi atau dengan ekstra-limfatik.

    Stage IIketerlibatan dua atau lebih regio limfonodi atau dengan ekstra-

    limfatik dan regio limfonodi yang terletak pada regio yang sama pada

    diafragma.

  • Stage IIIketerlibatan regio limfonodi pada kedua sisi atau tanpa terlibatnya

    ektra-limfatik dan limpa atau keduanya.

    Stage IVketerlibatan difus satu lagi jaringan ekstra-limfatik yang lain

    contohnya liver atau sumsum tulang.

    Tahapan-tahapan ini memiliki subdivisi menjadi kategori A dan B tergantung

    apakah pasien memiliki gejala sistemik seperti penurunan berat badan, demam

    dan berkeringat ketika malam hari.

    Manifestasi rongga mulut

    Insidenslesi primer rahang biasanya jarang

    Efek sekunderefek sekunder dapat dilihat pada rongga mulut yang tampak

    terinfeksi karena terjadi penurunan sistem pertahanan tubuh.

    Penampakanpada rongga mulut dapat berupa ulkus atau pembengkakan

    atau lesi intra-bony yang muncul sebagai pembengkakan yang keras.

    Histopatologi

    Penyakit ini memiliki ciri-ciri sebagai pergantian dari struktur limfonodi

    normal menjadi campuran sel limfoid maligna dan sel inflamasi non-

    neoplastik.

    Sel-Reed-Sternbergterdapat beberapa sel limfoid yang memiliki ruang

    tervakuola terdiri dati sel dengan ciri-ciri bi-nukleasi mononuklear.

    Terdapat sel raksasa multinukleasi

    Tipe histologis

    Predominan limfositbanyaknya jumlah limfosit yang berlebihan, dan sedikit

    sel plasma, beberapa sel Reed-Sternberg, keterlibatan pada satu sisi diafragma

    dan memiliki prognosis yang baik.

    Campuran selularlimfosit, sel plasma, eosinofil, dengan mudah

    teridentifikasi sel Reed-Sternberg.

    Sklerotik nodularlimfosit yangg tersebar, sel stromal, fibrosis dan beberapa

    sel Reed-Sternberg, memiliki prognosis yang buruk.

    Deplesi atau sedikitnya sel limfositlimfosit, sel plasma, eosinofil dengan

    keterlibatan lokal.

    Penampakan radiografis

    Lokasijarang terlihat di rahang. Regio yang sering adalah posterior maksila

    dan mandibula.

  • Penampakanlimfoma maligna muncul pada rongga mulut tersebar sampai

    ke tulang dan menyebabkan area lesi irregular bone loss. Terdapat area

    radiolusen terpisah satu sama lain dengan tulang normal yang nantinya akan

    bertemu atau bergabung, kecuali telah dilakukan perawatan.

    Tepibiasanya, lesi radiolusen memiliki ciri-ciri difus dengan batas yang

    tidak jelas karena infiltrasi pada tulang.

    Tipe osteoblastipe osteoblas jarang terjadi pada rahang, tetapi terlihat pada

    vertebrae dan pelvis. Didalam nya terdapat sklerosis yang jelas mengisi ruang

    marrow dengan tulang. Terlihat berwarna keabuan atau keputihan yang

    abnormal. Tepi nya berbatas tegas dan tajam atau irregular dan berturut-urut

    tulang normal menghilang.

    Pemeriksaan laboratorium

    Full blood countanemia yang normositik dan normokromik biasanya sering

    ditemukan. Total penghitungan WBC normal tetapi terdapat sedikit meningkat

    pada eosinofil. Pada tahap akhir penyakit ini mungkin pasien memiliki

    leukopenia dan trombositopenia.

    ESRmeningkat.

    Fungsi liverabnormal yang dapat dikarenakan infiltrasi pada liver.

    LDHmeningkat.

    Radiografi dadauntuk melihat tahapan penyakit.

    Perawatan

    Radioterapiperawatan iradiasi 3500-4000 rads/week, keterlibatan regio

    ditambah lokasi lain digolongkan dalam tahap I dan II. Hal ini juga diberikan

    setelah kemoterapi, lokasi yang terdapat banyaknya penyakit berasal.

    Kemoterapidiberikan pada tahap III dan IV. Biasanya dapat diberikan

    kombinasi. Kombinasi pertama adalah MOOPP yaitu mustine HCl (6 mg/m2

    IV pada hari pertama dan hari ke delapan), oncovin yaitu biasa disebut dengan

    vincristine (1,4 mg/m2 peroral pada hari pertama dan ke delapan),

    procarbazine (100 mg/m2 peroral dari hari pertama sampai hari ke 14).

    Kombinasi MOPP diberikan pada 6 macam tindakan tanpa pemberian obat

    pada hari ke 15 dan 28. Kombinasi kedua adalah aturan ABVD yaitu,

    adriamycin (25 mg/m2 IV bolus pada hari ke 1,8 dan 14) bleomycin (10

    mg/m2 bolus pada hari 1 dan 14), vinblastine (6 mg/m2 IV bolus pada hari 1

  • dan 14) dan decarbazine (375 mg/m2 IV bolus pada hari 1 dan 14). Siklus ini

    harus diulang setiap 20 hari.

    Kombinasisebuah kombinasi radioterapi dan kemoterapi dapat

    meningkatkan respon dan keberhasilan dalam jangka waktu panjang tetapi hal

    ini terkait dengan komplikasi komplikasi lain contohnya leukemia, gonadal

    atrophy dan nekrosis avaskular tulang.

    Splenectomysplenectomy dapat dilakukan pada pasien dengan tahap apapun

    kecuali tahap ke IV.

    (Ghom, 2007)

    LIMFOMA NON-HODGKIN

    Dapat disebut juga dengan limfosarkoma. Pada kelompok ini, terdapat

    proloferasi neoplasma dari sel limfoid, biasanya memberi pengaruh terhadap

    limfosit-B. Tidak seperti limfoma Hodgkin, penyakit ini biasanya tersebar

    pada waktu mendiagnosis, jarang melibatkan hanya limfonosi saja namun juga

    pada sumsum tulang, limpa dan jaringan lain. Keterlibatan awal sumsum

    tulang merupakan ciri-ciri dari limfoma jenis ini.

    Tipe

    Nodular

    Difus

    Etiologi

    Virusetiologi virus nya masih belum jelas, tetapi sering dikaitkan dengan

    virus herpes.

    Imunologisdapat di induksi dari efek imunologis yang menyebabkan sel

    maligna berproliferasi

    Penampakan klinis

    Umur dan jenis kelamindapat menyerang pada semua umur dari bayi

    sampai dewasa. Tetapi lebih sering pada pertengahan umur hidup. Laki-laki

    lebih sering terkena penyakit ini daripada wanita.

    Lokasipada rongga mulut sering terdapat pada tonsila, lokasi lain yang

    terlibat adalah glandula saliva atau rahang.

    Onsetonset gelaja dapat tersembunyi. Limfonodi yang membesar pada regio

    abdominal dan mediastinal dirasakan tidak sakit. Sangat sering yang terserang

    pertama kali adalah limfonodi servikalis, axillary atau inguinal.

    Gejala

  • Pasien mengeluh kelelahan, turunnya berat badan, demam dan berkeringat.

    Nyeri merupakan gejala utama pada keterlibatan tulang karena dapat

    menyebabkan fraktur patologis.

    Pasien mungkin mengeluhkan nyeri abdomen, nausea, muntah, diare atau

    obstruksi intestinal yang dapat muncul apabila terdapat keterlibatan saluran

    pencernaan.

    Tekanan yang dihasilkan limfoma dapat menyebabkan disfagia, sesak

    nafas, muntah, obstruksi intestinal atau acsites dan paraplegia.

    Tandaapabila liver dan limpa terlibat maka dapat terjadi

    hepatosplenomegaly. Pertumbuhannya lunak dan cenderung mengarah ke

    ulserasi.

    Manifestasi rongga mulut

    Lokasikemunculan limfoma maligna pada rongga mulut sangatlah jarang

    terjadi, ketika sudah terjadi maka lebih sering muncul pada tonsila, walaupun

    jaringan rongga mulut lain juga dapat terlibat.

    Penampakanlesi palatal telah dikategorikan sebagai pertumbuhan yang

    lambat, tidak sakit, masa kebiruan pada jaringan lunak yang dapat

    membingungkan dengan tumor glandula saliva lain.

    Gejalaparastesia nervus mentalis sering terjadi. Kadang-kadang terdapat

    rasa nyeri dan neuralgia pada regio 2 dan 3 divisi 5 nervus kranialis.

    Tandapada kaus yang jarang proliferasi nekrotik pada palatum dapat juga

    terlihat. Pembengkakan dapat menjadi ulkus dan perubahan warna pada

    bebrapa kasus.

    Penampakan radiografi

    Penampakan

    Selama penyakit berkembang terdapat foci kecil radiolusen tersebar pada

    area yang dapat terlihat.

    Radiografi selanjutnya akan melihat persebaran lesi dapat ditunjukan

    dengan adanya bentukan foci kecil telah menyatu menjadi kumpulan

    multiokular radiolusen yang besar dengan tepi yang tidak jelas.

    Tepilesi bercampur tanpa diketahui dengan tulang normal didekatnya pada

    kebanyakan kasus.

  • Efek pada struktur sekitarlesi dapat menyebabkan persebaran pada tulang.

    Erosi dan perforasi korteks juga dapat terlibat.

    Keterlibatan sinus maksilaapabila lesi melibatkan sinus maksila,

    kemungkinan opasifikasi masa sampai dinding kortikal dan terkait dengan

    para sentral atau intrasentral.

    Gigikortikal dari benih gigi yang belum erupsi dan lamina dura dari gigi

    yang berdekatan akan hilang. Gigi mungkin akan resorpsi.

    Histopatologi

    Nodularpada tipe nodular, sel neoplastik akan mengalami agregasi terlihat

    membentuk kluster besar dari beberapa sel.

    Difuspada tipe difus memiliki karakter distribusi monoton sel tidak

    terdapatnya nodularitas atau pola geminasi senter.

    Pemeriksaan laboratoris

    Blood count biasanya menunjukkan tingkat normal tetapi apabila terkait

    dengan hipersplenisme atau anemia hemotilik maka terdapat penurunan

    jumlah hitung WBC dan RBC bersama dengan penurunan jumlah hemoglobin

    dan retikulositosis.

    Pada beberapa kasus terdapat sedikit peningkatan limfosit dan

    trombositopenia.

    Anemia tingkat sedang juga akan terlihat ketika terdapat keterlibatan sumsum

    tulang.

    Beberapa limfoma non- Hodgkin sangat agresif terkait dengan peningkatan

    jumlah urin dan dapat menyebabkan gagal ginjal.

    Perawatan

    Tidak ada perawatan yang harus dilakukan apabila penyakit tidak parah.

    Kemoterapiapabila diagnosis pada tahap lanjut, kemoterapi merupakan

    pilihan untuk perawatan ini. Sebagian besar kasus satu agen kemoterapi

    (chlorambucil) biasanya diberikan. Kombinasi dengan prednisolon juga dapat

    bermanfaat. Kombinasi cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine,

    bleomycin dengan prednisolon biasanya juga digunakan.

    Radioterapiradioterapi digunakan pada penyakit yang lokal dan pasien

    biasanya diberikan dosis total 150 rads menyebar selama periode 5 minggu.

    Transplantasitransplantasi autologus stem sel sedang dalam penelitian.

    (Ghom, 2007)

  • B. BRANCHIAL CYST

    Branchial (cleft) cysts, atau nama lainnya cervical lymphoepithelial cysts,

    memiliki ciri-ciri klinis: pembengkakan asimptomatic tidak berinflamasi di

    lateral leher, lembut atau fluctuant. Penderitanya biasanya anak-anak dan

    awal-awal dewasa, Jarang terjadi, termasuk lesi yang bisa terus berkembang,

    biasanya berlokasi di bagian lateral dari leher, anterior ke musculus

    sternomastoid seperti gambar di bawah ini.

    Tapi, lesi ini juga bisa terlihat di daerah submandibular, berdekatan ke

    glandula parotid, atau sekitar dari musculus sternomastoid. Lymphoepithelial

    cyst pada area berlawanannya juga memiliki penampakan di daerah intraoral,

    seperti gambar dibawah ini. Lantai/dasar dari mulut menjadi tempat yang

    paling sering ditunjukkannya lesi ini, di ikuti dengan daerah lateral posterior

    lidah.

  • (Regezi, 2003)

    Lesi ini diketahui juga mudah bergerak, nodule yang berbatas jelas, dan

    saat di palpasi dan elevasi diketahui berbatas tegas dengan memiliki warna

    kekuningan atau keputihan. Memiliki ukuran sekitar 0,5 cm sampai 2 cm pada

    diameternya (Laskaris, 2006).

    Etiologi dan Patogenesis

    Diperkirakan branchial cyst terjadi karena obliterasi yang belum selesai

    dari branchial clefts dengan sisa epitel yang terus mengalami perubahan

    cystic. Teori terakhir mengatakan jaringan epithel yang terjebak di cervical

    lymph nodes terjadi saat embryogenesis. Sehingga, sisa-sisa ephitel terus

    berkembang dan mengalami proliferasi.

    Histopatologi

    Branchial cyst adalah jaringan lymphoid yang dikelilingi dengan lapisan

    epithel stratificatum squamosum, ephitelium pseudostratified columnar atau

    keduanya. Epithelium ini didukung oleh jaringan penghubung yang

    mengandung aggregate dari lymphoid.

    Treatment

    Pembedahan untuk mengeksisi (pemotongan) jaringan.

    (Regezi, 2003)

  • C. LYMPHADENITIS

    Lymphadenitis

    Limfonodi akan mengalami perubahan reaktif sebagai respon terhadap

    berbagai stimulus, termasuk infeksi microbial, obat, polutan lingkungan, luka

    jaringan, immune-complexes, dan neoplasia. Bagaimanapun, penyebab

    pembesaran limfonodi yang paling umum adalah inflamatori dan reaksi imun,

    di samping neoplasma maligna primer dan deposit metastasis tumor. Kondisi

    yang menyangkut pada reaksi inflamatori disebut dengan limfadenitis,

    sedangkan kondisi yang berhubungan dengan reaksi imun disebut

    limfadenopati (Mohan, 2005)

    Limfadenitis reaktif adalah respon non spesifik dan dikategorikan menjadi

    tipe akut dan kronis.

    Limfadenitis non-spesifik akut

    Segala macam inflamasi akut dapat menyebabkan limfadenitis nonspesifik

    pada limfonodi di dekat area yang inflamasi. Penyebab yang paling umum

    adalah infeksi mikrobiologi atau produk dari microbial, atau benda asing di

    dalam luka atau di dalam sirkulasi. Limfonodi yang sering terlibat yaitu :

    cervical (infeksi area rongga mulut), axillary (infeksi di area lengan), inguinal

    (infeksi pada ekstremitas inferior) dan mesenteric (apendisitis akut dan

    enteritis akut). (Mohan, 2005)

    Limfadenitis akut pada umumnya bersifat ringan dan sekejap, namun suatu

    saat dapat menjadi lebih parah. Tampakan klinis limfadenitis akut yaitu

    membesar, tenderm dan apabila melibatkan area yang lebih luas maka dapat

    berfluktuasi. Setelah kontrol infeksi, pada umumnya sembuh tanpa

  • meninggalkan luka. Apabila inflamasi tidak ditangani, limfadenitis akut dapat

    menjadi limfadenitis kronis. (Mohan, 2005)

    Limfadenitis non-spesifik kronis

    Limfadenitis nonspesifik kronis, umum disebut limfoid reaktif hyperplasia,

    yaitu bentuk reaksi inflamasi yang terjadi sebagai respon terhadap stimulus

    antigen seperti serangan berulang dari limfadenitis akut dan tumor maligna.

    (Mohan, 2005)

    Riwayat yang perlu diperhatikan untuk penegakan diagnosis limfadenitis

    yaitu sebagai berikut.

    Onset gejala

    Durasi

    Tingkat pembesaran

    Paparan binatang

    Faktor resiko HIV

    Penggunaan antibiotik

    Berpergian keluar negeri

    Kehilangan berat badan

    Demam

    (Baren, 2008)

    Bakterial Limfadenitis

    Bakterial limfadenitis merupakan penyebab umum dari onset yang cepat

    pembesaran limfonodi. Bakteri yang umum menyebabkan limfadenitis adalah

    streptococcus sp. Dan staphylococcus sp, selain itu Neisseria sp, Bacteriodes,

    Fusobacterium, dan bakteri anaerob lainnya. Pada umumnya melibatkan

    polimickrobial, dan 38% dari limfadenitis bacterial pada anak usia 2-16 tahun

    melibatkan bakteri anaerob. Secara patofisiologi, limfadenitis bacterial secara

    umum ditandai dengan infeksi faringeal, yang menyebabkan pembengkakan

    pada limfonodi cervicalis. (Baren, 2008)

    Secara klinis, pasien dengan limfadenitis bacterial di area fairingeal akan

    tampak limfonodi tender, hangat, eritematus, dan limfonodi submandibula

    membengkak. 25% dari kasus limfadenitis bacterial, progress kemunculan

  • fluktuasi umumnya terjadi pada infeksi staphylococcus. Secara umum,

    pernanahan akan terjadi setelah 2 minggu terjadi pembesaran limfonodi.

    (Baren, 2008)

    Pemeriksaan tambahan dibutuhkan untuk memeriksa limfadenitis bacterial

    seperti pemeriksaan darah lengkap, CT Scan untuk melihat apakah terdapat

    abses atau diperlukan pembedahan untuk drainase.(Baren, 2008)

    Metode diagnosa untuk bacterial limfadenitis yaitu dengan kultur bakteri

    untuk mengidentifikasi etiologi spesifik dengan pengecatan gram. (Loachim,

    2009)

    Penanganan untuk limfadenitis bacterial yaitu antibiotik baik oral atau

    intravena, kompres hangat, dan analgesik apabila dibutuhkan. Salah satu

    pillihan untuk terapi oral yaitu amoxicillin, clindamycin, dan cephalosporin.

    (Baren, 2008)

    D. METASTATIK KARSINOMA NODUL LIMFATIK

    Pembesaran limfonodi leher secara terus menerus pada orang dewasa,

    sebagian jika tidak menimbulkan rasa nyeri, dapat diketahui sebagai kanker

    dan harus selalu dievaluasi. Dengan pengecualian dari limfoma, yang

    merupakan kanker primer dari limfonodi, kanker yang ditemukan di limfonodi

    hampir selalu berawal dari tempat lain di tubuh dan dapat merupakan tanda

    pertama dari kanker baru (Ko, 2008)

    Bila ditemukan limfonodi yang keras atau gambaran penting lainnya,

    mengingatkan akan kanker metastasis (multiplikasi, fiksasi, matting, faktor

    resiko) sublokalisasi dari kemungkinan tersering dari tempat tumor primer,

    dapat dikesankan oleh terlibatnya rantai limfonodus servikalis. Oleh karena

    itu, limfonodus servikalis posterior yang terletak tinggi, terutama yang

    bilateral, mengesankan sebuah nasofaring. Nodus submemtalis dan

    submandibularis timbul bersama kanker hidung, bibir, lidah anterior, dan

    paling sering dasar anterior mulut (Williams, 2003)

    Kanker metastasis sel skuamosa dapat juga ditemukan di limfonodi leher.

    Selain itu, kanker tiroid juga dapat bermetastasis di limfonodi leher. Kadang-

    kadang biopsi limfonodi akan memperlihatkan jenis lain dari kanker seperti

    adenokarsinoma. Daerah utamanya mungkin berada di sekitar kepala dan

    leher. Pada pembesaran nodus yang mengandung karsinoma skuamosa di

  • setengah bagian bawah dari leher, daerah utama mungkin termasuk kepala dan

    leher tetapi juga mungkin di esofagus, paru-paru, atau saluran genitourinari.

    Kebanyakan karsinoma sel skuamosa ditemukan di limfonodi pada setengah

    bagian atas dari leher merupahan hasil dari penyebaran dari kanker primer

    kepala dan leher (Ko, 2008)

    E. SJORGENS SYNDROME

    Sindrom Sjogren atau sering disebut autoimmune exocrinopathy adalah

    penyakit autoimun sistemik yang terutama mengenai kelenjar eksokrin dan

    biasanya memberikan gejala kekeringan persisten dari mulut dan mata akibat

    gangguan fungsional kelenjar saliva dan lakrimalis.

    Etiologi Sindrom Sjogren sampai saat ini masih belum diketahui. Terdapat

    peranan faktor genetik dan non genetik pada patogenesis Sindrom Sjogren.

    Dilaporkan adanya kaitan antara Sindrom Sjogren dengan HLA DR dan DQ.

    Kaitan antara HLA dan Sindrom Sjogren didapatkan hanya pada pasien yang

    meliputi antibodi anti SS-A dan atau anti SS-B. Diperkirakan terdapat

    peranan infeksi virus (Epstein-Barr, Coxsackle, HIV dan HCV ) pada

    patogenesis Sindrom Sjogren.

    Hubungan Sindrom Sjogren dengan Hepatitis Virus C dulu masih

    diperdebatkan, baru tahun 1922 Haddad di Spanyol mendapatkan gambaran

    histologi Sindrom Sjogren pada 16 pasien dari 28 pasien Hepatitis virus C,

    sejak saat itu lebih dari 250 kasus Sindrom Sjogren yang berhubungan dengan

    Hepatiti virus C dilaporkan.

    Reaksi imunologi yang mendasari patofisiologi Sindrom Sjogren tidak

    hanya sistim imun selular tetapi juga sistim imun humoral. Bukti keterlibatan

    sistim humoral ini dapat dilihat adanya hipergammaglobulin dan terbentuknya

    autoantibodi yang berada dalam sirkulasi. Adanya infiltrasi limfosit yang

    menganti sel epitel kelenjar eksokrin, menyebabkan penurunan fungsi kelenjar

    yang menimbulkan gejala klinik. Pada kelenjar saliva dan mata menimbulkan

    keluhan mulut dan mata kering. Peradangan pada kelenjar eksokrin pada

    pemeriksaan klinik sering dijumpai pembesaran kelenjar. Faktor genetik,

    infeksi, hormonal serta psikologis diduga berperan terhadap patogenesis, yang

    merangsang sistim imun teraktivasi.

  • Gambaran klinik Sindrom Sjogren sangat luas berupa suatu eksokrinopati

    yang disertai gejala sistemik dan ektraglandular. Xerostomia dan xerotrakea

    merupakan gambaran eksokrinopati pada mulut .Gambaran eksokrinopati

    pada mata berupa mata kering atau keratokonjungtivitis sicca akibat mata

    kering. Manifestasi ektraglandular dapat mengenai paru-paru, ginjal,

    pembuluh darah maupun otot. Gejala sistemik yang dijumpai pada Sindrom

    Sjogren sama seperti penyakit autoimun lainnya dapat berupa kelelahan,

    demam, nyeri otot, artritis. Poliartritis non erosif merupakan bentuk artritis

    yang khas pada Sindrom Sjogren. Raynauds phenomena merupakan gangguan

    vaskuler yang sering ditemukan, biasanya tanpa disertai teleektasis ataupun

    ulserasi pada jari.

    Manifestasi ektraglandular lainnya tergantung penyakit sistemik yang

    terkait misalnya AR, SLE dan skerosis sistemik. Meskipun Sindrom Sjogren

    tergolong penyakit autoimun yang jinak, sindrom ini bisa berkembang menjadi

    suatu malignansi. Hai ini diduga adanya transformasi sel B kearahan

    keganasan.

    PEMBESARAN KELENJAR PARATIROID

    Sekitar 20-30 % pasien Sindrom Sjogren Primer mengalami pembesaran

    kelenjar parotis atau submandibula yang tidak nyeri. Pembesaran kelenjar ini

    bisa mengalami tranformasi menjadi limfoma. Suatu penelitian mendapatkan

    98 orang dari 2311 pasien Sindrom Sjogren (4%) berkembang menjadi

    limfoma, sementara Ioannidis mendapatkan 38 pasien berkembang menjadi

    limfoma pada 4384 pasien Sindrom Sjogren.

    Banyak gejala Sindrom Sjogren yang non spesifik sehingga seringkali

    menyulitkan dalam mendiagnosis. Ketepatan membuat diagnosis diperlukan

    waktu pengamatan yang panjang. Oleh karena manifestasi yang luas dan tidak

    spesifik akhirnya American European membuat suatu konsensus untuk

    menegakkan diagnosis Sindrom Sjogren, kriteria ini mempunyai sensitivitas

    spesifisitas sebesar 95 %.

    Adapun kriteria tersebut :

    Gejala mulut kering

    Gejala mata kering

    Tanda mata kering dibuktikan dengan tes schimer atau tes Rose bengal

  • Tes fungsi kelenjar saliva, abnormal flow rate dengan skintigrafi /sialogram

    Biopsi kelenjar ludah minor

    Autoantibodi (SS-A, SS-B)

    SS bila memenuhi 4 kriteria, satu diantaranya terbukti pada biopsi kelenjar

    eksokrin minor atau positif antibodi. Suatu penelitian melaporkan dari 3000

    pasien Sindrom Sjogren rata-rata waktu mulai timbul keluhan sampai

    diagnosis adalah 6,5 tahun.

    Gambaran histopatologi pada kelenjar lakrimalis dan saliva adalah

    periductal focal lymphocytic infiltration. Limfosit yang paling awal

    mengilfiltrasi kelenjar saliva adalah sel T terutama CD45RO dan sel B

    CD20+. Pada Sindrom Sjogren ini juga didapatkan peningkatan B cell

    Activating Factor (BAFF), yang merangsang pematangan sel B. Kadar plasma

    BAFF pada pasien Sindrom Sjogren berkorelasi dengan autoantibodi

    disirkulasi dan pada jangka panjang mungkin berperanan pada terjadinya

    limfoma.

    Pada sebagian besar pasien Sindrom Sjogren terjadi peningkatan

    imunoglobulin dan autoantibodi. Autoantibodi ini ada yang nonspesifik seperti

    Faktor Reumatik, ANA dan yang spesifik Sindrom Sjogren seperti anti Ro

    (SS-A) dan anti LA (SS-B). Peran anti Ro dan antiLa pada patogenesis

    Sindrom Sjogren masih belum jelas.

    OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK TERAPI SINDROM SJOGREN

    Muskarinik agonis (Pilokarpin dan Cevimelin) digunakan untuk terapi sicca

    symptoms karena merangsang reseptor M1 dan M3 pada kelenjar ludah

    sehingga meningkatkan fungsi sekresi.

    Pilokarpin dapat meningkatkan produksi kelenjar saliva dan mata. Efek

    samping pilokarpin berupa keringat yang berlebih, diare, rasa panas dikulit

    terutama disekitar wajah dan leher, nyeri otot, ingusan dan gangguan

    penglihatan.

    Agen Biologik

    Suatu penelitian oleh steinfeld pada 16 pasien sindrom sjogren primer yang

    diterapi dengan infus Infliximab 3mg/kg pada minggu 0, minggu2, minggu6

    terdapat perbaikan keluhan.

  • Penggunaan Rituximab infus 375 mg/m2 dengan prednison 25 mg i.v pada

    8 pasien sindrom sjogren primer selama 12 minggu dapat mengurangi keluhan

    mata dan mulut kering.

    Terapi lain

    Penelitian Miyawaki 20 pasien Sindrom Sjogren diterapi dengan

    prednisolon secara siknifikan menurunkan serum IgG, anti-

    Ro/SS.Hidroksiklorokuin yang digunakan untuk terapi malaria juga digunakan

    untuk penyakit autoimun dan dari penelitian pada 14 pasien Sindrom sjogren

    primer dapat meningkatkan produksi kelenjar ludah setelah diterapi selama 6

    bulan. Sedangkan penelitian lain yang mengunakan Hidroksiklorokuin dengan

    dosis 400 mg /hari selama 12 bulan pada 19 pasien Sindrom Sjogren tidak

    terdapat perbaikan keluhan.

    F. CAROTID BODY TUMOR (CAROTID BODY PARAGANGLIOMA

    ATAU CHEMODECTOMA)

    Carotid body ialah massa jaringan berukuran kecil yang berada di

    adventitia setiap bifurkasi carotid, mengandung kemoreseptor, yang

    memonitor kandungan gas arterial dan direspon oleh aliran simpatetik

    sehingga mampu mengubah detak jantung, tekanan darah, dan laju respirasi

    (Tinkham, 2010). Kemoreseptor yang ditemukan di adventitia permukaan

    postero-medial pada bifurkasi arteri carotid dan dilekati oleh Mayers ligament

    yang membawa suplai darah dari arteri carotid external (Rekha, 2008). Carotid

    Body Tumor (CBT) ialah kasus yang jarang berupa neoplasma vaskular,

    tumor regio leher (Martinelli et al., 2009), terjadi di sel paraganglionik pada

    bifurkasi carotid (Sajid et al., 2007). Teori lain menyebutkan bahwa

    Paraganglioma adalah tumor neuroendokrin yang ditemukan 0,6% pada

    seluruh kanker regio kepala & leher (Albsoul et al., 2009). CBT merupakan

    Disfungsi atau kelainan fungsi kerja pada proses penelanan yang berkaitan

    dengan kelumpuhan (paralisis) pita suara dan pasien mengeluhkan adanya

    nyeri glossopharyngeal (Ghom, 2005).

    Tergolong kasus penyakit yang jarang ditemukan, namun dapat berbahaya

    jika tidak diwaspadai. Terjadi pada satu area yang sering mengalami

    pembesaran nodus limfatikus pada regio jugulodigastric dan dapat salah

    terdiagnosa sebagai simple cervical lymphadenopathy (Skinner et al., 1997).

  • Baru sebatas diketahui bahwa faktor resiko terjadi CBT ialah stimulasi

    hipoksia kronik dan predisposisi genetik (herediter) (Davidson, 2005).

    Carotid Body Tumor diklasifikan dalam bentuk sporadic (85%), familial

    (10-15%, usia muda), dan hiperplastik (pasien dengan hipoksia kronis) (Sajid,

    2007).

    Familial sifat herediter. Terjadi gangguan pada 4 gen. 3 gen mengkode

    sub-unit enzim suksianat dehidrogenase kompleks bagian dari siklus Krebs.

    Defectif succinate dehidrogenase menyebabkan peningkatan konsentrasi

    intraseluler mediator hipoksia molekuler dan VEGF menghasilkan terjadi

    hiperplasia, angiogenesia, dan neoplasia (Sevilla, 2007)

    Secara makroskopis, CBT tampak berbatas jelas, kenyal (rubbery) dan

    berwarna coklat kemerahan. Secara mikroskopis, CBT ditandai dengan sel

    sarang (Zellballen) yang terdiri dari sel utama (tipe I) dikelilingi lapisan tipis

    dari sel sustentacular (tipe II) (Wieneke, 2009).

    Dapat terjadi pada anak-anak, namun CBT dianggap sebagai tumor yang

    menyerang usia dewasa tengah (rata-rata usia 45 tahun) (Kotelis, 2009).

    Penderita umumnya wanita. Lesi bilateral dengan insidensi sekitar 10%.

    Sebagian besar kasus CBT lesinya masih bersifat benigna, namun kadang

    berupa lesi maligna. 7-9% kasus bersifat herediter (Ridge, 1993).

    Biasanya ditandai dengan tumbuhnya massa cervical asimptomatik bulat di

    leher secara perlahan, terletak di anterior m.sternocleidomastoid dekat angulus

    mandibula, setinggi os hyoid. Massa tumornya dapat digerakkan (mobile),

    karena berada di dalam selubung karotid. N. Craniales yang melintasi

    selubung carotid (n. Vagus, n. Glossopharingeal, n. Accesory, n. Hypoglossus)

    dapat terganggu, berkaitan dengan kejadian disfungsional. Massa tumor

    mampu mensintesa dan mensekresikan cathecolamin, meskipun jumlahnya

    lebih sedikit dari adrenal paraganglioma (Davidovic, 2005).

    Massa cervical non tenderness, asimptomatik. Gejala yang dialami pasien

    biasanya disfagia (akibat n.hypoglossus tertekan), odinofagia, dan suara serak.

    Akibat produksi cathecolamine, pasien mengalami hipertensi fluktuan, kulit

    memerah, obstructive sleep apneau, dan palpitasi.

    Termasuk Klasifikasi tumor Shamblin tipe II dan tipe III.

    Pada CBT terjadi aliran suplai darah dan konsumsi oksigen yang tinggi

    mencapai 0,2 L/g/menit (Atefi, 2006).

  • Pemeriksaan penunjang CBT bisa menggunakan duplex ultrasonography,

    selective carotid angiography, CT scan, atau MRI (Davidovic, 2005).

    Penanganan untuk CBT ialah dengan eksisi bedah (surgical excision),

    walaupun nantinya harus terkena radiasi terapi yang tidak ideal bagi pasien.

    Untuk jenis tumor CBT yang berdekatan dengan arteri carotid,

    direkomendasikan untuk dilakukan bedah vaskular (Davidovic, 2005).

    G. EPIDERMAL CYST

    Definisi

    Kista epidermal atau juga disebut dengan kista sebasea adalah kumpulan

    material seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah digerakkan,

    dan cheesy di dalam dinding kista. Jenis kista ini merupakan yang paling

    umum. Kista epidermal dapat terjadi di bagian kulit mana saja, akan tetapi

  • lebih banyak ditemui di bagian wajah, scalp, telinga, dada, dan punggung.

    Tulang, payudara, genital, dan intracranial jarang ditemukan pada kista

    epidermal. Mukosa okuler dan oral juga bisa terkena serta di konjungtiva

    palpebra, bibir, mukosa mulut, lidah, skrotum, dan uvula.

    Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan

    kecuali mengganggu secara kosmetik atau terinfeksi. Kista epidermal yang

    terinfeksi berwarna merah, bengkak, dan terasa nyeri. Bila hal ini terjadi, harus

    diterapi dengan antibiotik dan dieksisi bila sudah tidak mengalami inflamasi.

    Kunci dari penghilangan kista epidermal adalah menghilangkan seluruh

    dinding kista.

    Etiologi

    Penyumbatan folikel rambut oleh sel kulit. Ketika cedera pada kulit terjadi,

    sel-sel dari permukaan dapat menghalangi folikel rambut yang terletak

    lebih dalam kulit.

    Kerusakan pada folikel rambut karena Jerawat

    Penyumbatan atau cacat dari kelenjar sebaceous. Kelenjar ini dekat dengan

    folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang

    digunakan untuk melumasi kulit dan rambut.

    Kista epidermoid biasanya berasal dari implantasi epidermis ke dermis,

    seperti pada trauma atau operasi.

    Mereka juga dapat disebabkan oleh pori-pori diblokir seperti pada body

    piercing.

    Mereka juga terlihat pada sindrom Gardner pada kepala dan leher.

    Mereka dapat terinfeksi oleh bakteri dan membentuk bentuk seperti

    jerawat.

    Patogenesis

    Kista epidermal terjadi akibat proliferasi sel epidermal dalam ruang yang

    sirkumskrip pada dermis. Pada analisis kista epidermal, struktur dan pola

    lipidnya sama seperti pada sel epidermis. Kista epidermis mengekspresikan

    sitokeratin 1 dan 10. Sumber dari epidermis ini hamper selalu dari

    infundibulum dari folikel rambut.

    Inflamasi dimediasi oleh bagian berkeratin pada kista epdiermal. Pada

    penelitian, ekstrak keratin ini bersifat kemotaktif untuk PMN.

  • Penilitian menyebutkan HPV (Human Papilloma Virus) dan paparan sinar

    UV berperan dalam pembentukan kista epidermal.

    Cara perubahan kista epidermal menjadi bersifat kanker belum diketahui

    secara pasti (walaupun jarang sekali kista epidermal berkembang menjadi

    tumor ganas). Pada kista epidermis dengan karsinoma, hasil imunohistokimia

    untuk HPV negatif, yang dapat disimpulkan HPV tidak mempengaruhi

    perubahan menjadi Karsinoma sel skuamosa. Iritasi kronik dan trauma

    berulang pada batas epitel dari kista epidermis berperan dalam transformasi

    keganasan, akan tetapi bagaimana hubungannya masih belum diketahui.

    Tampakan klinis

    Secara klinis, kista epidermal muncul sebagai nodul bulat, keras berwarna

    daging. Kista epidermal umumnya memiliki lubang kecil yang berhubungan

    dengan kulit namun tidak selalu tampak jelas.

    Penegakan diagnosis dan pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, namun bila terjadi infeksi

    berulang atau tidak ada respon antibiotik, pengkulturan dapat dilakukan.

    Bila kista epidermal ditemukan pada daerah yang tidak biasa terkena,

    seperti payudara, tulang, atau lokasi intracranial dapat dilakukan pencitraan

    dengan Ultrasonografi, Radiografi, CT Scan atau MRI.

    Fine-needle aspiration juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis kista

    epidermal di payudara. Pemeriksaan smears material yang diaspirasi dan

    diwarnai dengan Wright-Giemsa menunjukkan keratinosit berinti dan material

    keratin bergelombang.

    Histopatologis

    Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel

    skuamosa berlapis yang mengandung lapisan granuler. Keratin terlaminisasi

    ditemukan dalam kista. Respon inflamasi dapat ditemukan pada kista yang

    rupture. Kista yang sudah tua dapat terkalsifikasi.

    Treatment

    Pada umumnya kista epidermal tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila

    menimbulkan gangguan dapat dieksisi, atau diseksi seluruh dinding kista

    dengan insisi. Bila bagian dinding tertinggal, kista dapat kambuh. Destruksi

    kista dengan kuret, cairan kimiawi, atau elektrodesikasi memberikan hasil

    kurang memuaskan.

  • Bila terjadi inflamasi, dapat dilakukan injeksi intralesi dengan

    triamcinolone (amcort, aristocort) yang dapat mensupresi migrasi PMN dan

    membuat sempit celah kapiler pembuluh darah. Antibiotik oral juga diberi bila

    perlu.

    H. LYMPHANGIOMA

    Lymphangioma merupakan tumor jinak yang disebabkan dari malformasi

    kongenital sistem limfatik. Tumor ini biasanya terjadi di kepala, leher, dan

    ketiak, namun kadang terjadi pada mediastinum, retroperitoneum, dan paha.

    Sering juga terjadi pada skrotum dan perineum. Kejadian malformasi limfatik

    tidak diketahui, tetapi diyakini melebihi 6,3% dari semua malformasi.

    Limfangioma berasal dari sakus primitive masa embrio, sebagian jaringan

    limfatik yang terlepas kehilangan hubungan dengan system limfatik normal,

    tapi masih memiliki potensi pertumbuhan cepat semula. Secara patologik dapa

    dibagi menjadi : Limfangioma sederhana, limfangioma spongiosa,

    limfangioma kistik.

    Epidemiologi

    Limfangioma sering ditemukan pada bayi baru lahir, jarang pada dewasa,

    kejadian pada pria dan wanita, tidak berbeda mencolok. Usianya berkisar dari

    lahir sampai 12 tahun, namun sebagian besar (73%) adalah usia 4 tahun atau

    lebih muda. Kanker ini berjumlah 6% dari seluruh kanker di dunia tahun 2002

    atau merupakan kanker terbanyak kelima dan diperkirakan 45.000 kasus

    didiagnosis pada 2004.

    Etiologi

    Penyebab terjadinya limfangioma dikarenakan oleh malformasi congenital

    dari system limfatik. Faktor genetik, paparan tembakau, konsumsi alkohol,

    virus dan defisiensi makanan juga dapat menjadi penyebab terjadinya

    limfangioma.

    Patogenesis

    Pola mutasi spesifik di dalam gen memberikan informasi tentang etiologi

    kanker.Gen p53 dapat diinaktivasi oleh berbagai mutasi dan sering diinaktivasi

    pada kanker manusia. Kanker adalah penyakit genetikal kompleks yang

    berasal dari akumulasi berbagai perubahan genetikal. Ynag termasuk

    perubahan genetikal ini adalah aktivasi proto-onkogen dan inaktivasi tumor

  • suppressor gen. Inaktivasi tumor suppressor gen membutuhkan inaktivasi

    semua parental allel, umumnya dengan mutasi titik (point mutation) dan delesi

    kromosom. Model molecular seperti ini merupakan paradigm untuk progresi

    berbagai solid tumor. Limfangioma berasal dari malformasi congenital dari

    system limfatik. Malformasi limfatik adalah beragam kelompok dari anomali

    vascular. Kelainan ini merupakan cacat bawaan dari system limfatik. Hal ini

    merupakan hasil dari penyerapan jaringan dari kantung embrio limfatik yang

    pada gilirannya gagal untuk membuat hubungan dengan sistem aliran limfatik

    normal pada 6-7 minggu dari kehidupan janin yang menghasilkan endothelium

    melebar dan kista formasi yang berisi cairan limfe.

    Gambaran Mikroskopik

    Pada sediaan, tampak spasium limfatik yang dilapisi oleh endotel yang

    menyerupai endotel limfatik normal yang diisi oleh cairan protein yang

    mengandung limfosit.

    Pada sediaan, tampak spasium limfatik kecil memiliki lapisan adventitial

    yang tidak mencolok.

    Pada sediaan, tampak spasium limfatik besar memiliki kumpulan otot polos

    yang berkembang dengan buruk.

    Pada sediaan, tampak jaringan kolagen yang saling bertautan, dan diselingi

    oleh agregat limfoid kecil.

    Gambaran Makroskopik

    Tumor tampak sebagai benjolan tak beraturan

    Lesi yang agak menonjol dari permukaan tubuh

    Pedunculated, Diameter 2 cm

    Konsistensi lunak & kistik & Berbatas baik

    Tanda & Gejala

    Terjadi pembengkakan leher, ketiak, mediastinum, dan skrotum

    Timbul lesi pada leher, ketiak, mediastinum, dan skrotum

    Sering terasa nyeri

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan Fisik

    Anamnesis dilakukan dengan baik dan inspeksi, serta palpasi dilakukan

    secara teliti dapat dipakai sebagai dasar untuk penilaian yang baik mengenai

  • pembengkakan di leher. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang mendalam

    mengenai anatomi normal, patologi dan pola metastasis limfogen tumor-tumor

    maligna di daerah kepala dan leher.

    Pemeriksaan Penunjang

    Fasilitas imaging yang sering diperlukan adalah x-ray, computed

    tomography (CT) scan, magnetic resonance imaging (MRI), USG, dan

    positron emission tomography (PET). Foto toraks membantu adanya

    metastasis jauh (diperkirakan 15% pasien) atau adanya tumor primer kedua

    (second primary, 5-10%). Foto panoramic membantu adany keterlibatan

    mandibula. CT-scan atau MRI dari dasar tengkorak sampai ke klavikula akan

    memberikan informasi detail tentang ekstensi keterlibatan jaringan lunak atau

    tulang oleh tumor dan adanya metastasis regional.

    Biopsi dapat dilakukan scalpel atau biopsy punch untuk tumor primer dan

    fine needle aspiration (FNAB) pada kelenjar getah bening yang dicurigai.

    Apabila ditemukan epidermoid carcinoma pada kelenjar getah bening leher

    dianjurkan untuk dilakukan blind biopsy pada waldeyers ring.

    Visualisasi rongga mulut, rongga hidung, nasopharing, orofaring,

    hipofaring, laring, servikal esophagus dan proksimal trakea adalah penting

    untuk memantapkan adanya tumor dan ekstensinya. Panendoskopi

    intraoperatif dilakukan untuk mendapatkan jaringan yang adekuat untuk

    diagnosis, hemostasis yang lebih baik, dan evaluasi ekstensi tumor.

    Penatalaksanaan

    Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah pembedahan. Karena batas

    limfangioma dan jaringan normal tidak jelas betul, operasi tidak dapat

    memaksakan eksisi radikal, operasi dapat dilakukan bertahap. Umumnya

    dianggap tidak sesuai diterapi dengan injeksi zat sklerotik. Belakangan ini di

    China dilaporkan injeksi pingyangmisin (bleomisin A5) intratumor membawa

    hasil tertentu pada limfangioma servikal. Radio terapi mungkin berefek

    tertentu, tapi tidak sesuai untuk pasien usia muda, sebab mudah timbul

    deformasi pertumbuhan tulang setempat dan mencetuskan karsinoma tiroid.

    Prognosis

    Prognosis mempunyai korelasi yang kuat dengan stadium saat didiagnosis.

    Secara umum prognosis ditentukan oleh ukuran tumor, adanya metastasis

    kelenjar getah bening regional dan metastasis jauh, makin besar masa tumor

  • prognosis makin buruk. Adanya metastasis kekelenjar getah bening regional

    menurunkan survival hingga 50% dan meningkatkan resiko metastasis jauh.

    Berkisar 15% dari kanker kepala dan leher akan berkembang menjadi

    metastasis jauh.

    I. SIALADENITIS

    Definisi

    Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya

    disebabkan oleh batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar. Proses

    inflamasi yang melibatkan kelenjar ludah disebabkan oleh banyak faktor

    etiologi. Proses ini dapat bersifat akut dan dapat menyebabkan pembentukan

    abses terutama sebagai akibat infeksi bakteri. Keterlibatannya dapat bersifat

    unilateral atau bilateral seperti pada infeksi virus. Sedangkan Sialadenitis

    kronis nonspesifik merupakan akibat dari obstruksi duktus karena sialolithiasis

    atau radiasi eksternal atau mungkin spesifik,yang disebabkan dari berbagai

    agen menular dan gangguan imunologi.

    Etiologi

    Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau saluran

    tetapi dapat berkembang tanpa penyebab yang jelas. Terdapat tiga kelenjar

    utama pada rongga mulut,diantaranya adalah kelenjar parotis, submandibular,

    dan sublingual. Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan

    biasanya terjadi pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, pada pasien

    sakit kronis dengan xerostomia, pasien dengan sindrom Sjgren, dan pada

    mereka yang melakukan terapi radiasi pada rongga mulut. Remaja dan dewasa

    muda dengan anoreksia juga rentan terhadap gangguan ini. organisme yang

    merupakan penyebab paling umum pada penyakit ini adalah Staphylococcus

    aureus; organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan berbagai bakteri

    anaerob.

    Tampakan klinis dan gejala

    Meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, terdapat

    pembuangan pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus yang parah,

    demam, menggigil dan malaise (bentuk umum rasa sakit).

    Sialadenitis akut supuratif

  • Acute suppurative sialadenitis pertama kali dilaporkan pada tahun 1828.

    Penyakit ini mendapat perhatian pada tahun 1881, ketika Presiden Garfield

    meninggal dari parotitis akut setelah operasi perut. Sebagian besar kasus

    melibatkan kelenjar parotis, tetapi beberapa juga terjadi pada kelenjar

    submandibular. Kerentanan parotis meningkat karena aktivitas bakteriostatik

    berkurang dari saliva parotis bila dibandingkan dengan saliva submandibular.

    kandungan tinggi berat molekul Glikoprotein dan asam sialic dalam saliva

    mucinous memiliki kemampuan agregasi bakteri yang lebih besar daripada

    saliva serosa.Selain itu, saliva mukoid memiliki konsentrasi lysozymes dan

    IgA yang lebih tinggi.

    Presentasi klasik sialadenitis supuratif akut adalah mendadak terdapat

    pembesaran yang menyebar dari kelenjar yang terlibat terkait indurasi dan

    kelembutan. Air liur dapat Bernanah bias dilihat di orifice duktus, terutama

    dengan pijat pada glandula. air liur harus di culture untuk bakteri aerobik dan

    anaerobik dan spesimen untuk pewarnaan Gram. Organisme yang biasanya

    terlibat mencakup-positif Staphylococcus aureus koagulase, dengan organisme

    aerobik lain yang kadang-kadang terlibat, terutama Streptococcus pneumonia,

    Escherichia coli, dan Haemophilus influenzae. organisme anaerobik yang

    paling umum adalah Bacteroides melaninogenicus dan Streptococcus micros

    .Dua puluh persen adalah bilateral.

    Pemeriksaan histologis

    Menunjukkan kerusakan kelenjar dengan pembentukan abses. Ada erosi

    dari saluran-saluran dengan penetrasi eksudat ke parenkim tersebut.

    SUMBER SISTEMIK dan eksogen dari Disfungsi saliva

    Penyakit Alzheimer Dehidrasi

    Cystic fibrosis Terapi radiasi

    Diabetes Berbagai obat

    HIV / AIDS Kemoterapi

    SLE

    Penyakit Parkinson

    RA

    Sarkoidosis

    Scleroderma

  • Sindrom Sjgren

    HIV/AIDS, human immunodeficiency virus/acquired

    immunodeficiency syndrome; SLE, systemic lupus

    erythematosus;RA, rheumatoid arthritis

    Perawatan

    Perawatan awal harus mencakup hidrasi yang memadai, kebersihan mulut

    baik, pijat berulang pada kelenjar, dan antibiotik intravena. Administrasi

    Empiris dari suatu penisilinase- antibiotik resistant antistaphylococcal- harus

    dimulai sambil menunggu hasil kultur. Angka kematian Dikutip mendekati

    20%.

    Evaluasi USG atau computed tomography (CT) akan menunjukkan apakah

    pembentukan abses telah terjadi. Sialography merupakan kontraindikasi.

    Insisi dan drainase paling baik dilakukan dengan mengangkat penutup

    parotidectomy standar dan kemudian menggunakan hemostat untuk membuat

    beberapa bukaan ke dalam kelenjar, tersebar di arah umum dari syaraf wajah.

    Sebuah saluran kemudian ditempatkan di atas kelenjar dan luka tertutup.

    Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk melakukan aspirasi jarum yang

    dipandu CT atau USG-pada abses parotis, yang dapat membantu menghindari

    prosedur operasi terbuka. Hal ini juga untuk diingat bahwa fluktuasi kelenjar

    parotis tidak terjadi sampai fase sangat terlambat karena beberapa investasi

    fasia dalam kelenjar. Jadi, adalah mustahil untuk menentukan adanya

    pembentukan abses awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja.

    Sialadenitis kronis

    Histologi dari sialadenitis kronis adalah ada berbagai tingkat atrofi

    asinar,infiltrasi limfoid dengan atau tanpa germinal center, serta fibrosis.

    Saluran dilatasi terbuka dan hiperplasia dari lapisan epitel dengan berbagai

    metaplasias. Perluasan dilatasi akan menghasilkan pembentukan kista.

    Metaplasia sel goblet menghasilkan musin yang berlimpah . Arsitektur lobular

    biasanya dipelihara. Contoh Ekstrim perubahan obstruktif dengan ditandai

    oleh atropy asinar ditemui di glandula submandibular dan dikenal sebagai

    chronic sclerosing sialadenitis atau tumor Kttner

    Fitur Sitologi Sialadenitis kronis

  • Karena proses radang kronis menyebabkan kelenjar ludah nodular dan

    keras, sering dilakukan biopsi untuk menyingkirkan kecurigaan terhadap tanda

    klinis neoplasma.

    Aspirasi paucicellular biasanya terdiri dari unsur asinar walaupun sedikit

    fragmen jaringan yang besar dari jaringan asinar dengan arsitektur lobular

    utuh terlihat. asinus mungkin hadir secara individual dan biasanya utuh.

    Tergantung pada tingkat fibrosis, aspirasinya bisa menunjukkan beberapa

    fragmen besar jaringan ikat. Sel-sel inflamasi kronis berbeda dalam angka,

    biasanya pada tipe lymphoplasmacytic. Juga terdapat fragmen dari epitel

    duktus kadang-kadang dengan berbagai jenis metaplasias, seperti skuamosa,

    kolumnar , sel goblet dan oncocytic. Metaplasia sel goblet menyebabkan

    peningkatan sekresi lender. Sialadenitis kronis sekunder karena obstruksi

    saluran oleh calculi sering dikaitkan dengan pelebaran duktus dan

    pembentukan kista. Ini mensimulasikan kista non-neoplastik atau bahkan

    tumor Warthin. Latar belakang menunjukkan angka yang bervariasi dari sel-

    sel inflamasi kronik biasanya pada tipe lymphoplasmacytic. Penyakit ini

    mungkin hadir dalam jumlah besar, menembus jaringan asinar dan

    mengaburkan rincian sitologi. Berat infiltrate limfoid mungkin menyerupai

    gangguan lymphoproliferative. Fragmen dari jaringan adiposa mungkin ada.

    Aspirasi juga menunjukkan puing kalsifikasi dari calculi,Kristal non-tirosin

    dan badan psammoma. Kristal Non-tirosin dianggap mewakili a-amilase yang

    bisa diidentifikasi dalam aspirasi dari sialadenitis kronis.bentuknya non-

    birefringent, persegi panjang, kadang-kadang dengan ujung runcing, variabel

    dalam ukuran antara 20 sampai 300 mikron panjang dengan lebar 10 sampai

    100 mikron berbentuk noda oranye terang dengan Papanicolaou dan noda biru

    yang dalam dengan Romanowsky. Epitel saluran dapat mengalami hiperplasia

    dan menghasilkan fragmen jaringan epitel yang dapat menyebabkan kesulitan

    diagnostik sehingga menghasilkan diagnosis false positif. Presentasi sitologi

    dari sialadenitis kronis biasanya sangat tidak spesifik (lihat Tabel 1 ).

    Fitur Chronic Sialadenitis Kronis Sialadenitis

    Variabel cellularity tetapi biasanya kurang

    Acinar hadir tetapi dalam jumlah yang dikurangi; mungkin akan

    terserap dan tertutup oleh sel inflamasi; struktur asinar utuh tetapi

  • dapat hadir secara individual

    Infiltrasi sel Lymphoplasmacytic dengan atau tanpa sel pusat

    germinal dan histiosit tubuh tingible

    Fragmen-collagenous stroma fibrosa dan jaringan adiposa; mungkin

    mengandung sel-sel inflamasi

    Fragmen Jaringan epitel duktus: kuboid kecil sampai kolumnar,

    skuamosa, oncocytic dengan atau tanpa hiperplasia, biasanya

    menyajikan sebuah arsitektur sarang lebah

    pengaturan syncytial dalam hiperplasia; atypia nuklir + / -

    Non-tyrosine crystals +/-

    Psammoma bodies +/-

    Mucin +/-

    Kronis sclerosing sialadenitis

    Kronik sclerosing sialadenitis yang juga disebut sebagai tumor Kttner

    adalah penyakit peradangan kronis akibat penyumbatan saluran disebabkan

    oleh sialolithiasis dan terjadi hampir secara eksklusif di kelenjar

    submandibular. Para pasien mengalami rasa sakit dan bengkak berulang sering

    dikaitkan dengan konsumsi makanan.

    Histologi, menunjukkan infiltrasi kelenjar dengan pembentukan folikel dan

    perluasan periductal fibrosis.Terdapat atrofi asinar ditandai dengan dilatasi

    duktus.. Arsitektur lobular biasanya dipertahankan. Saluran dapat

    menunjukkan piala metaplasia skuamosa dan sel goblet. Pertambahan fibrosis

    membuat kelenjar keras dan nodular,sehingga meningkatkan kecurigaan klinis

    dari neoplasma ganas.

    Sitologi, dari aspirasi biasanya paucicellular, dengan beberapa bagian

    jaringan stroma dan nomor variabel fragmen jaringan epitel duktal baik-tipe

    kolumnar cuboidal atau dengan metaplasia skuamosa. Diagnostik potensial

    terjadi ketika aspirasinya berisi fragmen jaringan epitel duktal hiperplastik

    yang mensimulasikan pola sitologi dari adenocarcinoma. (Tabel 2 ).

    Fitur Cytopathologic dari tumor Kttner

    Variabel cellularity tapi biasanya sangat kurang

    sel Inflamatory: tipe lymphoplasmacytic, sel-sel pusat germinal,

    histiosit tubuh tingible dan makrofag

  • struktur duktus kecil muncul sebagai inti dikemas ketat dalam

    fragmen jaringan atau sebagai tubulus memanjang dibatasi oleh

    kolagen, mensimulasikan struktur pseudoacinar karsinoma adenoid

    kistik

    inti sel epitel kecil dengan kromatin kompak untuk granula yang

    halus, nukleolus granular tidak jelas

    background latar belakang Irregular fragmen stroma fibrosa

    Asinar elemen absen

    Sialadenitis kronis juga disebabkan oleh agen infeksius tertentu, seperti

    TBC atau Actinomyces. Sitologi, dari aspirasi menunjukkan puing-puing

    seluler, sel-sel epithelioid dan tipe sel-sel multinuklear asing raksasa tubuh

    bersama dengan sel inflamasi kronis. cultur jaringan dan noda khusus

    diperlukan untuk diagnosis yang tepat.

    Individu imunologis comprimised seperti pasien dengan infeksi HIV.

    CMV infeksi kelenjar ludah dilaporkan menjadi sering terjadi pada individu

    ini. Epitel Duct atypia pada infeksi CMV telah dilaporkan sebagai perangkap

    diagnostik untuk diagnosis ganas.

    tampakan histologis sialadenitis kronis

    tampakan klinis sialadenitis kronis

    submandibular sialadenitis

  • J. PLEOMORPHIC ADENOMA

    Berbagai macam neoplasma yang berbeda dapat mempengaruhi kelenjar

    ludah.

    Tumor pada kelenjar ludah utama sebagian besar:

    Hadir sebagai pembengkakan sepihak parotid

    Apakah jinak;

    Apakah adenoma pleomorfik, tumor yang paling umum berikutnya adalah

    karsinoma yang, dalam beberapa kasus, muncul dalam lama pleomorfik

    adenoma saliva. 'Aturan sembilan' merupakan pendekatan yang menyatakan

    bahwa sembilan dari 10 tumor mempengaruhi parotid, sembilan dari 10 jinak

    dan sembilan dari 10 pleomorphic adenoma saliva (ILM).

    The pleomorfik adenoma saliva (PSA, campuran tumor kelenjar ludah) adalah:

    Yang paling umum kelenjar ludah neoplasma;

    Biasanya lambat tumbuh

    Sebuah lobulated, pembengkakan karet dengan kulit di atasnya normal atau

    mukosa tapi penampilan kebiruan jika intraoral

    Biasanya jinak;

    buruk dikemas dan dalam hubungan intim dengan saraf wajah.

    Perubahan ganas jarang namun disarankan klinis oleh:

    Pertumbuhan yang cepat;

    Nyeri;

    Fiksasi untuk jaringan dalam;

    cerebral Facial

    (Scully, 1999)

    MIXED TUMOR (adenoma pleomorfik)

    Definisi

    Adenoma pleomorfik adalah tumor jinak yang paling umum dari kelenjar

    ludah, dan berasal elemen fromductal dan mioepitel.

    Etiologi tidak diketahui

    Penampakan klinis

  • Adenoma pleomorfik dalam kelenjar ludah minor menyajikan sebagai

    asimtomatik, tumbuh lambat, pembengkakan tegas, 2-3 cm. Tumor ini

    biasanya tertutup oleh epitel normal. Hal ini menyumbang 40-45% atau lebih

    tumor kelenjar liur minor. Posterior langit-langit adalah situs intraoral yang

    paling umum, diikuti oleh bibir atas dan mukosa bukal. Campuran tumor, atau

    adenoma pleomorfik, adalah tumor yang paling umum dari kelenjar ludah

    besar dan kecil. Parotid rekening kelenjar sekitar 85% dari tumor ini,

    sedangkan kelenjar submandibular dan intraoral minor ludah akun kelenjar

    selama 8% dan 7%, masing-masing. Campuran tumor terjadi pada semua usia,

    laki-laki sedikit lebih mendukung daripada perempuan, dan yang paling umum

    di keempat melalui dekade keenam dari kehidupan. Mereka merupakan sekitar

    50% dari semua tumor kelenjar liur minor intraoral. Umumnya, mereka yang

    mobile kecuali ketika mereka terjadi pada langit-langit keras. Mereka tampil

    sebagai perusahaan, pembengkakan tanpa rasa sakit dan, dalam sebagian besar

    kasus, tidak menyebabkan ulserasi dari mukosa diatasnya

    Langit-langit adalah situs intraoral yang paling umum, diikuti oleh bibir

    atas dan mukosa bukal. Ketika mereka muncul dalam kelenjar parotis, tumor

    campuran umumnya menyakitkan dan lambat tumbuh. Mereka biasanya

    terletak di bawah telinga dan posterior mandibula. Beberapa tumor dapat

    beralur oleh luasnya posterior ramus mandibula, dengan lesi lama mampu

    menghasilkan tekanan atrofi pada tulang ini. Ketika mereka berada dalam

    kutub inferior atau ekor parotis, tumor dapat hadir di bawah sudut mandibula

    dan anterior ke otot sternokleidomastoid. Tumor campuran berbagai ukuran

    dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dengan diameter dan

    mampu mencapai proporsi raksasa dalam kelenjar ludah besar, terutama

    parotid. Tumor biasanya lobulated dan dikurung di dalam pseudocapsule

    jaringan ikat yang bervariasi dalam ketebalan. Di daerah di mana kapsul

    kekurangan, jaringan neoplastik mungkin terletak pada kontak langsung

    dengan jaringan saliva yang berdekatan dan dapat menyebabkan kambuh. Pola

    pleomorfik dan rasio variabel duktal sel-sel mioepitel bertanggung jawab atas

    sinonim adenoma pleomorfik. Sekitar sepertiga dari tumor campuran

    menunjukkan rasio hampir sama elemen epitel dan mesenchymal (diyakini

    berasal dari sel dibedakan mioepitel). Komponen epitel mungkin muncul

    sebagai saluran, tubulus, pita, dan lembaran padat, dan komponen

  • mesenchymal mungkin muncul sebagai myxoid, jaringan ikat hyalinized.

    Jarang, lemak, tulang rawan, dan / atau tulang dapat dilihat. Sel Myoepkhelial

    mungkin muncul sebagai sel plasmacytoid atau sel spindled. Sel-sel

    plasmacytoid, jika dilihat, sangat karakteristik tumor campuran dan hampir

    tidak pernah ditemukan pada tumor kelenjar ludah lainnya. The pseudocapsule

    sekitar tumor campuran mungkin menunjukkan pulau jaringan di dalamnya

    atau memperpanjang melalui itu. Pulau-pulau ini merupakan outgrowths atau

    pseudopods terus menerus dengan massa tumor utama dan mungkin

    berkontribusi terhadap kambuh, terutama di parotid.

    Histopathologis

    Mikroskopis, tumor campuran menunjukkan spektrum yang luas dari fitur

    histologis. Histogenesis tumor campuran, atau adenoma pleomorfik,

    berhubungan dengan proliferasi sel ganda dengan fitur duktal atau mioepitel,

    memisahkannya dari monomorfik adenoma terdiri dari hanya satu jenis sel.

    The mioepitel-differendated sel mengasumsikan peran penting dalam

    menentukan komposisi keseluruhan dan munculnya tumor campuran.

    Berbagai jenis sel dan pola mikroskopis terlihat dalam campuran tumor yang

    terdiri hampir seluruhnya dari sel epitel di salah satu ujung spektrum dan

    mereka terdiri hampir seluruhnya dari sel mioepitel di ujung lain. Antara

    kedua ekstrem, kurang berkembang dengan baik sel dengan fitur dari kedua

    elemen mioepitel dan duktal dapat dilihat. Atau, telah berteori bahwa daripada

    proliferasi simultan sel epitel dan mioepitel neoplastik, satu sel dengan potensi

    untuk membedakan arah baik sel-sel epitel atau mioepitel mungkin

    bertanggung jawab untuk tumor ini.

    Tes Laboratorium

    Pemeriksaan histopatologi.

    Diagnosis Diferensial

    Tumor jinak dan ganas kelenjar ludah, necrotizing sialadenometaplasia,

    lipoma

    Treatment dan Prognosis

    Pengobatan pilihan adalah eksisi bedah. Enukleasi tumor campuran parotis

    tidak dianjurkan karena risiko kekambuhan akibat perluasan tumor melalui

    cacat kapsuler. Penghapusan tumor campuran yang timbul dalam kelenjar

  • parotis rumit oleh kehadiran saraf wajah. Setiap pendekatan bedah, oleh

    karena itu, harus mencakup pelestarian saraf wajah tidak terlibat. Dalam

    kebanyakan kasus parotidectomy dangkal (lobektomi lateral) dengan

    pelestarian saraf wajah adalah manajemen yang paling tepat bagi mereka

    tumor yang timbul dalam parotid. Reseksi kelenjar submandibular adalah

    pengobatan pilihan untuk tumor campuran di lokasi ini. Lesi dari langit-langit

    atau gusi sering melibatkan atau berbatasan, periosteum atau tulang, sehingga

    penghapusan lengkap sulit kecuali beberapa tulang dihapus. Tumor jinak

    campuran mulut lainnya dapat lebih mudah dipotong, sebaiknya termasuk

    jaringan luar pseudocapsule tersebut. Penghapusan awal memadai tumor

    campuran dalam kelenjar utama dapat menyebabkan kekambuhan, seringkali

    dengan beberapa, fokus tumor diskrit. Lesi berulang dapat didistribusikan

    secara luas dalam wilayah operasi sebelumnya dan mungkin terjadi dalam

    hubungan dengan bekas luka bedah. Dalam kebanyakan kasus tumor berulang

    mempertahan