oja isma (1)

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia dengan iklim hujan tropis menyebabkan tingginya tingkat kelembaban udara (Relative humedity > 80%) dengan suhu rata-rata 28-33 0 C. (1) Kondisi ini sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai macam jamur sehingga produk pangan yang rentan terhadap jamur lebih cepat terkontaminasi. (2) Mikotoksin yang umum mencemari biji-bijian adalah aflatoksin, fumonisin, okratoksin dan patulin. (3,4) Biji-bijian sebagai salah satu produk pangan dapat menjadi substrat yang baik bagi jamur toksigenik penghasil mikotoksin. Spesies utama jamur yang dapat mengkotaminasi biji-bijian dan memproduksi mikotoksin antara lain Aspergillus flavus, Aspergillus oryzae, Aspergillus ochraceus, Aspergillus tamari, Aspergillus wentii, Aspergillus melleus, Aspergillus terreus, Aspergillus niger, Penicillium puberulum, Penicillium citrinum, Penicillium italicum, Penicillium chrysogenum, Penicillium expansum dan Alternaria alternate. (4,5) Selain bahan pangan, Aspergillus sp juga dapat menginfeksi manusia. Infeksi yang disebabkan oleh Aspergillus sp sering disebut aspergillosis. Aspergillosis merupakan infeksi jamur opportunistik kedua setelah kandidiasis yang sering dijumpai pada pasien ii

Upload: finggacantik

Post on 02-Dec-2015

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oja isma (1)

TRANSCRIPT

Page 1: oja isma (1)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia dengan iklim hujan tropis menyebabkan tingginya tingkat

kelembaban udara (Relative humedity > 80%) dengan suhu rata-rata 28-330C. (1)

Kondisi ini sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai macam

jamur sehingga produk pangan yang rentan terhadap jamur lebih cepat

terkontaminasi. (2)

Mikotoksin yang umum mencemari biji-bijian adalah aflatoksin, fumonisin,

okratoksin dan patulin. (3,4) Biji-bijian sebagai salah satu produk pangan dapat

menjadi substrat yang baik bagi jamur toksigenik penghasil mikotoksin. Spesies

utama jamur yang dapat mengkotaminasi biji-bijian dan memproduksi mikotoksin

antara lain Aspergillus flavus, Aspergillus oryzae, Aspergillus ochraceus, Aspergillus

tamari, Aspergillus wentii, Aspergillus melleus, Aspergillus terreus, Aspergillus

niger, Penicillium puberulum, Penicillium citrinum, Penicillium italicum,

Penicillium chrysogenum, Penicillium expansum dan Alternaria alternate. (4,5)

Selain bahan pangan, Aspergillus sp juga dapat menginfeksi manusia. Infeksi

yang disebabkan oleh Aspergillus sp sering disebut aspergillosis. Aspergillosis

merupakan infeksi jamur opportunistik kedua setelah kandidiasis yang sering

dijumpai pada pasien immunokompromais. (5) Inhalasi spora jamur Aspergillus sp

dapat menyebabkan infeksi yang invasif pada paru maupun sinus dan sering diikuti

perluasan infeksi secara hematogen ke organ lain. (6)

Indonesia memiliki ribuan macam tanaman, dimana keanekaragaman hayati

yang ada tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan tradisional.

Masyarakat Indonesia telah memakai dan memamfaatkan obat tradisional sejak jaman

dahulu untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sekarang ini dengan semakin

meningkatnya resistensi terhadap berbagai jenis obat kimia maka obat tradisional

menjadi alternatif lain dalam pengobatan. Salah satu tanaman yang sering digunakan

adalah kencur.

ii

Page 2: oja isma (1)

Kencur, temulawak, kunyit dan jahe termasuk dalam kelompok rimpang-

rimpangan (Zingiberaceae) yang sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai obat

tradisional dan diklaim bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit. (7) Berdasarkan

penelitian sebelumnya, semua tanaman tersebut diatas memiliki efek antifungi. (8)

Pada penelitian lain juga menyatakan bahwa minyak fraksi etanol rimpang kencur

(Kaempferia galangal L.) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan beberapa

spesies jamur dan bakteri. (9)

Penelitian antifungi ekstrak Rimpang kencur (Kaempferia galangal L.) terhadap

jamur Aspergillus sp belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut

saya sebagai peneliti tertarik untuk melihat efek antifungi Rimpang kencur

(Kaempferia galangal L.) dalam menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka di ambil beberapa permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) memiliki daya

hambat terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus sp?

2. Berapa konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) yang

dapat memberikan daya hambat optimal terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus

sp?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya daya hambat dari ekstrak etanol rimpang kencur

(Kaempferia galaga L.) terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus sp.

2. Untuk mengetahui berapa konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia

galaga ssL.) yang dapat memberi daya hambat optimal terhadap pertumbuhan

jamur Aspergillus sp.

ii

Page 3: oja isma (1)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai manfaat dari rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) untuk pengobatan

khususnya dalam menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. Hasil penelitian

ini juga diharapkan dapat memberikan dasar penelitian selanjutnya untuk

mendapatkan senyawa aktif lainnya untuk mengobati penyekit-penyakit lainnya.

1.5 Hipotesis

1. Ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) dapat menghambat pertumbuhan

jamur Aspergillus sp.

2. Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galaga L.)

yang diberikan, semakin besar daya hambat optimal terhadap pertumbuhan jamur

Aspergillus sp.

ii

Page 4: oja isma (1)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspergillus sp

Aspergillus sp. adalah saprofit yang terdapat di alam. A. fumigates adalah

patogen yang sering menyerang manusia, selain itu ada juga spesies lain yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia di antaranya A. flavus, A. niger dan A. terreus.

Kapang ini menghasilkan banyak konidia kecil yang mudah di aerosol. Pada orang

yang mengalami atropik sering terjadi reaksi alergi berat terhadap antigen konidia.

(10)

Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin. Aflatoksin merupakan suatu

mikotoksin yang dihasilkan dari hasil metabolisme sekunder jamur Aspergillus

flavus. (3) Aflatoksin dapat mengkontaminasi biji-bijian, buah, daging, keju, produk

olahan makanan hasil fermentasi seperti kecap dan oncom serta rempah-rempah. (11)

A. flavus biasanya mengkontaminasi biji-bijian. Selain menghasilkan aflatoksin, A.

flavus juga mampu menginfeksi manusia dan hewan sehingga menghasilkan penyakit

yang disebut aspergillosis.

Aspergillus terreus dan Aspergillus niger merupakan jamur yang juga mampu

memproduksi mikotoksin. Mikotoksin yang dihasilkan oleh A. terreus antara lain,

aflatoksin, patulin, dan sitrinin. Sedangkan, A. niger memproduksi okratoksin. (12)

Aspergillus fumigatus memiliki tangkai-tangkai panjang (conidiophores) yang

mendukung kepalanya yang besar (vesikel). Pada bagian kepalanya terdapat spora

yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus fumigatus ini

mampu tumbuh pada suhu 370C (sama dengan temperatur tubuh). Pada rumput kering

Aspergillus fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 500C. (10)

2.1.1 Toksonomi Aspergillus sp

Aspergillus sp di klasifikasikan sebagai berikut : (13)

Kingdom : Fungi

Fillum : Ascomycota

Sub fillum : Pezizomycotina

Kelas : Eurotiomycetes

ii

Page 5: oja isma (1)

Ordo : Eurotiales

Family : Trichocomaceae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus sp

2.1.2 Morfologi dan Identifikasi

Pada pemeriksaan mikroskopis langsung Aspergillus sp akan tampak gambaran

cabang dichotomus dan hifa yang bersepta. Secara umum gambaran morfologi

Aspergillus sp yaitu hifa selebar 2,5-8 µm, bersepta, hyalin, bercabang seperti pohon

atau kipas. Namun terdapat sedikit perbedaan, bentuknya sedikit menyerupai hifa

kelompok zygomycetes. Pada Aspergillus fumigates kepala konidia uniseriate,

kolumner, konidia seperti rantai, terlepas atau menyebar. Konidia tunggal atau

berpasangan dapat menyerupai sel khamir. Pada Aspergillus niger gambaran hifa

sama tetapi kepala konidia biseriate. Sedangkan pada Aspergillus terreus gambaran

hifa hampir sama tetapi terdapat konidia berhyalin yang kecil dan berbentuk bulat.

(10) Tes molekuler dan imunologi menghasilkan diagnosis yang lebih baik untuk

aspergilosis tetapi pemeriksaan mikroskopis dan kultur tetap menjadi pemeriksaan

yang paling umum dan sangat diperlukan. Identifikasi umum dari spesies aspergillus

didasarkan pada karakteristik morfologi dari koloni dan pemeriksaan mikroskopis.

(14)

Gambar 1: Aspergillus Sp

( Sumber : Anonimous 2009 )

2.1.2 Patogenesis Aspergillus sp

ii

Page 6: oja isma (1)

Infeksi Aspergillus sp pada umumnya di dapat dengan cara inhalasi conidia ke

paru-paru walaupun cara lain dapat juga dijumpai seperti terpapar secara lokal akibat

luka operasi, kateter intravenous dan armboard yang terkontaminasi. Invasif

aspergillosis jarang di jumpai pada pasien immunokompeten. Spesies Aspergillus sp

pada umumnya memproduksi toksin atau mikotoksin yang dapat berperan pada

manifestasi klinis yaitu aflatoxins, achratoxin A, fumagillin dan gliotoxins.

Gliotoxins dapat menurunkan fungsi magrofag dan neutrophil. (15)

2.1.3 Manifestasi Klinis Infeksi Aspergillus sp

Aspergillosis kutaneus termasuk salah satu manifestasi dari infeksi jamur

Asspergillus. Aspergillosis kutaneus ini merupakan manifestasi disseminated

aspergillosis yang jarang, di jumpai pada 5-10% pasien. Aspergillosis kutaneus dapat

diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Aspergilosis kutaneus primer merujuk

pada kasus yang mengikuti inokulasi langsung, sedangkan aspergillosis kutaneus

sekunder merupakan hasil dari infeksi hematogen. Penampakan lesi dapat bervariasi,

namun biasanya di gambarkan eritematosa hingga keunguan, edematosa, indurasi

plak yang kemudian berkembang menjadi ulserasi nekrotik. (16,17,18) Aspergillosis

kutaneus primer umumnya di sebabkan oleh Aspergillus flavus sedangkan

Aspergillus niger dan Aspergillus ustus dari hasil pemeriksaan kultur dilaporkan juga

dapat menjadi penyebab Aspergillosis Kutaneus Primer . (17)

Lesi utama Aspergillosis dapat berbentuk makula, papul, nodul, ataupun plak

sedangkan bentuk pustula ataupun lesi yang di sertai dengan Purulen Discharge

sering di jumpai pada Neonatus Cutaneous Aspergillosis. Sedangkan pada

Aspergillosis Kutaneus Sekunder, awalnya berupa papul atau plak eritematosa atau

violaceous, indurated, soliter atau multiple. Lesi biasanya nyeri tetapi dapat juga

asimtomatik. Manifestasi ini mengalami perubahan secara cepat menjadi pustula,

vesikel yang hemoragik dan selanjutnya akan berbentuk krusta yang tertutup kropeng

hitam . (17)

ii

Page 7: oja isma (1)

2.2 Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)

Kencur (Kaempferia galaga L.) merupakan salah satu tanaman obat yang

bernilai ekonomis. Sebagai tanaman obat, kencur mempunyai banyak manfaat

terutama rimpangnya. (19) Rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) digunakan

sebagai obat infeksi bakteri, obat batuk, ekspektoran, masuk angin dan sakit perut.

Minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil p-metoksi sinamat (EPMS)

yang banyak dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. (20) Selain itu senyawa

fenol, saponin dan flavonoid yang terdapat didalam rimpang kencur juga memiliki

daya anti jamur. (21)

Di beberapa wilayah di Indonesia kencur memiliki nama yang berbeda-beda,

antara lain ceuko (Aceh), tekur (Gayo), kaciwer (Batak), kopuk (Mentawai), cakue

(Minangkabau), cokur (Lampung), kencur (Melayu), cikur (Sunda), kencur (Jawa),

kencor (Madura), cekor (Nusa Tenggara), cekuh (Bali), sikum (Minahasa), humopoto

(Gorontalo), tukulo (Bual), cekuru (Makasar), eku (Bugis), cekir (Sumba). (13)

2.2.1 Jenis Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)

Berdasarkan tipe daunnya terdapat 2 jenis kencur yaitu : (22)

1. Kencur bedaun lebar, yakni dicirikan dengan bentuk daunnya yang lebar-lebar dan

besar, hampir bundar dan tangkai daun relatif sangat pendek. Jenis kencur inilah

yang saat ini paling banyak di tanam petani. Beberapa kultivar ( klon ) kencur

berdaun lebar banyak ditemukan pada daerah Boyolali, Boro, Kalipare, Ketawang,

Ajosari, Koral, dan Bogor.

2. Kencur berdaun sempit, di cirikan dengan bentuk daunnya yang memanjang dan

ramping – menyempit dan tangkai daun relatif lebih panjang daripada daun yang

berbentuk lebar.

2.2.2 Toksonomi

Rimpang kencur (Kaempferia galaga L.) diklasifikasikan sebagai berikut: (23)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Sub Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

ii

Page 8: oja isma (1)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (Berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galangal L.

2.2.3 Morfologi

Kencur (Kaempferia galaga L.) merupakan tanaman berimpang yang tumbuh

subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak

terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan

susunan berhadapan. Tanaman yang daunnya bulat melebar dengan ujung mengecil,

berwarna hijau gelap ini memiliki batang semu yang tergolong pendek dengan tinggi

10 hingga 50 cm. Rimpang kencur tumbuh bergerombol dan bercabang-cabang.

Warna rimpang cokelat gelap dan berkesan mengkilap. Kencur juga bisa berbunga,

yang muncul disela - sela daun bentuknya kecil . (24)

Gambar 2.Rimpang kencur

( Sumber : Anonimous 2009 )

ii

Page 9: oja isma (1)

2.2.4 Kandungan Kimia dan Manfaat Rimpang Kencur

Rimpang kencur mengandung etil p-metoksi sinamat, salah satu senyawa dari

turunan asam sinamat, beberapa dari turunan asam sinamat ini memiliki berbagai

aktivitas biologis seperti antibakteri, anestetik, antiinflamasi, antispasmodik,

antimutagenik, fungisida, herbisida, serta penghambat enzim tirosinase. (10)

Senyawa kimia lain yang terdapat di dalam rimpang kencur yaitu : carenc,

sneol, bromeol, terpinol, manisaldehid,a- metio, etil sinemat, pentadehane, kandinene,

etil cis p-metoksinamat dan etil trans p- metoksit sinamat. (25)

Masyarakat Indonesia memanfaatkan kencur sebagai ramuan obat-obatan dan

bumbu masakan. Masyarakat mempercayai bahwa kencur dapat mengobati penyakit

tertentu, antara lain dapat menyembuhkan masuk angin , batuk , dan sakit

tenggorokan. Kencur banyak di gunakan sebagai obat tradisional (jamu), fitofarmaka,

industri kosmetik, penyedap makanan dan minuman, rempah, bahkan dapat di

manfaatkan sebagai biointektisida. (22)

2.2.5 Uji Aktifitas antifungi

Penentuan aktivitas antifungi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua

metode utama berikut : (10)

1. Metode dilusi cair dan padat

Sejumlah obat antifungi tertentu dicamurkan pada perbenihan mikotik yang padat

atau cair kemudian ditanami dengan fungi yang diperiksa. Uji ini tidak praktis dan

jarang digunakan karena pengeceran harus dibuat dalam tabung reaksi, namun uji ini

mempunyai keuntungan yaitu memungkinkan adanya suatu hasil kuantitatif yang

menunjukkan jumlah obat yang diperlukan untuk menghambat mikroorganisme yang

diperiksa.

2. Metode difusi cakram

Cakram kertas saring yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan

pada media padat yang telah ditanami dengan biakan fungi yang diperiksa. Setelah

pengeraman, garis tengah daerah hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap

sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organism yang diperiksa.

ii

Page 10: oja isma (1)

2.2.6 Mekanisme Anti Jamur Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)

1. Flavonoid Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar,

mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi

C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang

dapat atau tidak dapat membentuk cincin. Flavonoid merupakan kandungan khas

tumbuhan hijau yang terdapat pada bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu,

kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Flavonoid bersifat polar karena mengandung

sejumlah hidroksil yang tak bersulih atau suatu gula. Flavonoid diketahui bias

meningkatkan kepekaan terhadap berbagai macam stressor abiotik dan berperan

melawan herbivore serta senyawa patogen. (26), (27)

Flavonoid telah dilaporkan berfungsi sebagai antialergi, antivirus, antifungi,

dan antiradang. Sebagai antifungi flavonoid dapat menghambat pertumbuhan jamur

secara in vitro. Flavonoid menunjukkan toksisitas pada mamalia sehingga flavonoid

digunakan sebagai obat bagi manusia. (28)

Gambar 3.Rumus Kimia Flavonoid( Sumber: kar et al., 2006 )

2. Fenolik

Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil

yang menempel di cincin aromatik atau data disebut juga senyawa yang memiliki

sekurang-kurangnya satu gugus fenol. Terdapat lebih dari 8.000 jenis senyawa yang

termasuk kedalam golongan senyawa fenolik. Anggota senyawa fenolik mulai dari

yang paling sederhana dengan berat molekul yang kecil sehingga senyawa yang

kompleks dengan berat molekul lebih dari 30.000 Da. (29)

ii

Page 11: oja isma (1)

Gambar 4. Rumus Kimia Fenolik

(Sumber : Faradila dan andarwulan, 2012)

3. Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida komplek yang kerangka dasarnya

berhubungan dengan struktur gugus glukosa dan triterpenoid. Apabila senyawa

tersebut dihidrolisis, akan terbentuk suatu senyawa triterpenoid dan glikosida (gula).

Glikosida sangat banyak mengandung gugus OH sehingga dapat larut didalam air .

(30)Saponin diyakini memiliki efek biologi, antara lain efek antifungi, sitotoksin

melawan sel tumor, hemolisis, aktivitas kekebalan tubuh dan antikanker. Sebagai

antifungi, saponin dapat merusak membran sel pada jamur, sehingga menyebabkan

kebocoran sel yang akhirnya memacu terjadinya kematian sel. (31)

Gambar 5. Rumus Kimia Saponin ( Sumber : Haralampidis et al., 2002 )

ii

Page 12: oja isma (1)

Kerangka Teori

ii

Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L ) merupakan tananaman yang kandungannya terdapat etil p-metoksi sinamat, senyawa ini turunan asam sinamat, beberapa dari turunan asam sinamat ini memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antibakteri, anestetik, antiinflamasi, antispasmodik, antimutagenik, fungisida, herbisida, serta penghambat enzim tirosinase

SaponinFlavanoid Fenolik

Antifungi

Aspergilus sp

Page 13: oja isma (1)

Gambar 6. Kerangka teori

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboraturium. Rancangan

penelitian yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4

kali pengulangan. Rancangan ini terdiri dari 6 kelompok, yaitu 4 kelompok perlakuan

dan 2 kelompok kontrol. Kelompok perlakuan terdiri dari P1, P2, P3 dan P4 masing-

masing dari kelompok perlakuan adalah ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galaga

L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 40%. Kelompok control terdiri dari P5

sebagai kontrol positif (Nistatin) untuk Aspergillus dan P5 sebagai kontrol negatif

( akuades steril ). Rancangan untuk penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Table 3.1 Rancangan Acak Lengkap

Perlakuan ( P )

Ulangan I II III IV

P0 P0 I P0 II P0 III P0 IVP1 P1 I P1 II P1 III P1 IV P2 P2 I P2 II P2 III P2 IVP3 P3 I P3 II P3 III P3 IVP4 P4 I P4 II P4 III P4 IVP5 P5 I P5 II P5 III P5 IVP6 P6 I P6 II P6 III P6 IV

Keterangan:P1 : Ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 5%.P2 : Ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 10%.P3 : Ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 20%.

ii

Page 14: oja isma (1)

P4 : Ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 40%.P5 : Akuades steril ( kontrol negatif ).P6 : Nistatin ( kontrol positif ).

Dasar pemilihan konsentrasi pada penelitian ini adalah menguji ekstrak

rimpang kencur dari rentang konsentrasi terkecil ( 5% ) sampai konsentrasi terbesar

( 40% ) dan membaginya menjadi 4 kelompok, oleh karena itu konsentrasi yang

digunakan adalah 5%, 10%, 20%, dan 40%. Jumlah pengulangan sebanyak 4 kali

didapatkan berdasarkan penghitungan menggunakan rumus Federer sebagai berikut:

t – 1 (r -1) ≥ 15

Dengan t = 6 perlakuan (4 konsentrasi, 1 kontrol negatif dan 1 kontrol positif)

maka banyaknya jumlah ulangan yaitu:

t - 1 (r - 1) ≥ 15

6 - 1 (r - 1) ≥ 15

5r – 5 ≥ 15

5r ≥ 20

r ≥ 4

Keterangan:

t = jumlah perlakuanr = jumlah pengulangan

Jumlah pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini minimal sebanyak 4

kali.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 - November 2013.

Pembuatan ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.) dan uji fitokimia

dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Syiah kuala. Uji herbarium dilakukan di Laboratorium

Herbarium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah kuala. Jamur

ii

Page 15: oja isma (1)

Aspergillus yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Syiah kuala.pengujian zat anti fungi ekstrak rimpang

kencur terhadap Aspergillus dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

3.3.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini yaitu sterilisator,

autoklaf, inkubator, spektrofotometer, mikroskop, object glass, cover glass,

refrigerator, timbangan analitik, kompor listrik, tabung reaksi, cawan petri, rak

tabung reaksi, erlenmayer, kawat ose, batang pengaduk, pipet tetes, gunting, sarung

tangan, lampu spiritus, labu evaporator, labu penamung etanol, pendingin spiral,

water pump, water bath dan vacuum pump.

3.3.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan adalah jamur Aspergillus dari Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, rimpang kencur (Kaempferia galaga

L.), Saboraud Dextrose Agar (SDA , alkohol 70%, aquades, NaCl 0,9%, Nistatin.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terbagi dalam:

1. Variabel independen : konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur.

2. Variabel dependen : zona hambat pertumbuhan Aspergillus.

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 7.Kerangka Konsep

ii

Konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur

Zona hambat pertumbuhan Aspergillus

Page 16: oja isma (1)

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Semua alat dan bahan disterilisasi terlebih dahulu sebelum melakukan

penelitian, alat-alat seperti cawan petri dan tabung reaksi disemprotkan dengan

alkohol 70% kemudian dikeringkan dengan kasa, mulut dari tabung reaksi disumbat

dengan kapas kemudian dibungkus dengan kertas buram saja dan dimasukkan

kedalam oven dengan suhu 160-1700C selama 1-2 jam. NaCl, akuades, media SDA

(Saboraud Dextrose Agar) disterilkan dengan cara dimasukkan kedalam autoklaf

dengan suhu 1210C tekanan 2 atm selama 15 menit, ose dan pinset cukup dipijarkan

dengan bunsen. (10), (32)

3.5.2 Pembuatan Media Saboraud Dextrose Agar ( SDA)

Bubuk media Saboraud Dextrose Agar (SDA) ditimbang dengan menggunakan

timbangan listrik sebanyak 6,5 gram masukkan kedalam tabung erlenmeyer yang

sudah berisi aquades 100 ml kemudian tutup mulut tabung erlenmeyer dengan

menggunakan kapas yang dibalut dengan kasa, larutan SDA tersebut kemudian

dimasukkan kedalam microwave dipanaskan sampai semua bahan terlarut sempurna,

kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan

2 atm selama 15 menit. Setelah selesai SDA didiamkan sebentar sampai tidak terlalu

panas lagi, kemudian SDA dituang ke dalam cawan petri. Cawan petri yang telah

berisi SDA kemudian diletakkan di atas permukaan yang rata dan tunggu hingga

memadat. SDA cair juga dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml untuk

membuat agar miring sebagai tempet pembiakan fungi, kemudian diletakkan pada

sudut kemiringan 30-450C dan dibiarkan memadat. Setelah SDA yang terdapat dalam

cawan petri dan tabung reaksi berisi SDA miring memadat lalu di-seal dan diinkubasi

dalam incubator dengan 370C selama 24 jam, setelah itu disimpat didalam lemari

pendingin dan agar miring didalam tabung reaksi langsung digunakan sebagai media

pembiakan Aspergillus. (33)

3.5.3 Re-identifikasi jamur Aspergillus

Identifikasi jamur aspergillus berdasarkan mikroskopis, makroskopis dan

biokimia menurut : (10)

ii

Page 17: oja isma (1)

1. Pemeriksaan mikroskois

a. Uji Germ Tube

Serum 0,5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian di inokulasi isolat

aspergillus dan diinkubasi pada suhu 370C selama 3 jam. Lalu ambil dengan

menggunakan ose yang telah di pijarkan terlebih dahulu dengan api spiritus dan

letakkan pada object glass, kemudian tutup dengan cover glass, selanjutnya amati di

bawah mikroskop. Pada pemeriksaan ini dilihat ada tidaknya pembentukan Germ

tube.

b. Uji KOH

Teteskan KOH 10 % sebanyak 1-2 tetes di atas object glass dengan

menggunakn ose yang telah di pijarkan pada spiritus, ambil aspergillus dan letakkan

di atas object gelas, lalu di aduk sampai tercampur merata dengan larutan KOH,

fiksasi sedian dan kemudian tutup dengan cover glass, hindari pembentukan udara.

Sedian di amati di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan di lihat ada tidaknya

pseudohifa, sel ragi, atau sel tunas.

2. Tes Biokimia

Timbang NaCl sebanyak 0,15 gr dan pepton 0,25 gr di masukkan ke dalam labu

erlemeyer yang telah diisi 40 ml aquades. Masukkan larutan NaCl dan pepton ke

dalam microwave sampai kedua zat larut sempurna dan di bagi dalam 4 tabung reaksi

yang telah dimasukkan tabung Durham kedalamanya dengan posisi mulut tabung

Durham berada di bawah, isi masing-masing sebanyak 10 ml. masukkan maltosa,

sukrosa, laktosa, dan glukosa 0,1 gr ke masing-masing tabung reaksi tadi dan

tambahkan bromthymol blue secukupnya tutup mulut tabung dan diseal, kemudian di

sterilkan dalam autoklaf dengan tekanan 2 atm suhu 1210C. Inkubasi keempat larutan

selama 1x24 jam. Setelah di inkubasi ambil biakan aspergillus yang telah di

regenerasi lalu homogenkan ke dalam tabung reaksi. Inkubasi kembali selama 24 jam

dan di lihat hasilnya.

3. Pemeriksaan Makroskopis

ii

Page 18: oja isma (1)

Fungi aspergillus di biakkan dalam media SDA dan di inkubasi selama 24 jam

suhu 370C. Identifikasi aspergillus berdasrkan warna yaitu krem dengan bau seperti

ragi bentuknya bulat dan menonjol dari permukaan.

3.5.4 Ekstraksi Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)

Rimpang kencur di kupas dan di kering aginkan selama 7 hari dengan suhu

ruangan, kemudian di belender. Hasil blender rimpang kencur tersebut di ekstraksi

dengan menggunakan 1 liter pelarut etanol 96 % diuapkan, pelarut etanol 96%

diuapkan pada suhu 500 C menggunakan rotary evaporator samai di dapatkan ekstrak

kental. Ekstrak selanjutnya di bagi dalam 4 konsentrasi, yaitu 25%, 50 %, 75%, dan

100% . (34)

Pengenceran di lakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

V1 = volume awal V2 = volume yang diinginkanM1 = kosentrasi awalM2 = kosentrasi yang diinginkan ∆v = jumlah larutan aquades

3.5.5 Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan pada sampel ekstrak etanol Rimpang Kencur

(Kaempferia galaga L.), berdasarkan : (26)

a. Uji Flavonoid

Ekstrak rimpang kencur di uji dengan 10 ml etanol 80% selanjutnya

ditambahkan 0,5 magnesium dan HCL 0,5 ml, apabila terdapat warna merah muda

atau ungu menunjukan adanya flavonoid .

b. Uji Tanin

Ekstrak rimpang kencur di uji dengan mencampurkan 10 ml FeCl3 apabiala

terdapat warna hijau menunjukan adanya tanin dan apabila terdapat warna ungu

menunjukkan adanya fenol.

ii

V1 M1 = V2 M2

∆ v = v2 – v1

Page 19: oja isma (1)

c. Uji Alkaloid

Ekstrak rimpang kencur di tambahkan asam klorida 5% sebanyak 10 ml, di

kocok selanjutnya di diamkan sampai larutan asam klorida memisah. Lapisan asam

klorida di ambil menjadi 3 tempat dan masing-masing tempat di uji untuk mengetahui

keberadaan alkaloid. Penambahan dengan pereaksi Meyer akan mengakibatkan

endaan putih, dengan reagen D ragendroff akan menyebabkan ada endapan

kemerahan, dan dengan ereaksi Wagner akan menyebabkan endapan coklat

menandakan positif pada alkaloid.

d. Uji Steroid, Terpenoid dan Saponin

Ekstrak rimpang kencur di uji dengan pereaksi Liberman-Bourchard. Apabila

terdapat warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid dan warna merah

nenunjukkan adanya triterpenoid. Pada uji saponin ekstrak tersebut di kocok kuat-

kuat, apabila adanya busa yang stabil selama 30 menit menunjukkan adanya saponin.

3.5.6 Uji Daya Hambat Ekstrak Rimpang Kencur

Berdasarkan WHO ( 2006 ) pembuatan uji daya hambat menggunakan metode

difusi agar adalah sebagai berikut:

1. Suspensi fungi yang telah diukur dengan spektrofotometer diinokulasi ke media

SDA dengan mencelupkan kapas lidi steril kedalam inokulum.

2. Kapas lidi ditekan dan diputar disisi tabung untuk menghindari cairan inokulum

yang berlebihan.

3. Oleskan inokulum ke seluruh permukaan media sebanyak 3 kali dengan sudut

600C setiap pengolesan.

4. Kemudian oleskan kapas inokulum ke sekeliling pinggiran permukaan SDA.

5. Biarkan inokulum mongering selama beberapa menit pada suhu ruang dengan

cawan tertutup.

6. Empat buah cakram kosong ( oxvoid ) masing-masing direndam ada ekstrak

rimpang kencur dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100% selama 30 menit,

kemudian tiriskan cakram selama 15 menit. Untuk kontrol positif digunakan

kertas cakram griseovulfin 100 unit dan untuk kontrol negatif, cakram direndam

dengan akuades steril.

ii

Page 20: oja isma (1)

7. Tempelkan kertas cakram yang telah direndam pada media yang telah dinokulasi.

8. Media yang telah siap diinkubasi didalam incubator selama 18-24 jam dengan

suhu 370C.

3.5 Parameter Penelitian

Parameter yang di ukur adalah diameter zona hambat ekstrak etanol rimpang

kencur terhadap pertumbuhan aspergillus yang terbentuk pada setiap perlakuan.

3.6 Analisa Data

Data yang diperoleh terlebih dahulu di uji normalitas dengan menggunakan uji

Kolomogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji Levene. Bila hasil uji

normalitas dan uji homogenitas terpenuhi maka dilanjutkan dengan menggunakan uji

Analysis of varian ( ANOVA ). Bila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan

uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ). Namun apabila data tidak normal dan homogeny

maka hasil penelitian akan di jabarkan sesuai dengan klasifikasi respon hambat

menurut Morales et al., (2003) klasifikasi respon hambat dapat di lihat pada Tabel 3.2

di bawah ini.

Tabel 3.2 Perbandingan Zona Hambat

Diameter Zona Terang ( mm) Respon Hambat Pertumbuhan >20 mm Sangat kuat 10 -20 mm kuat 5 -10 mm Sedang <5 mm lemah

Sumber : Morales et al., 2003.

ii

Page 21: oja isma (1)

DAFTAR PUSTAKA

x

1.Talanca AH, Masud S. Pengelolaan Cendawan Aspergillus flavus pada Jagung. In Seminar Nasional Serilia; 2009: Balai Penelitian Tanaman Serelia. p. 445-449.

2.Djaafar T, S R. Cemara Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian. 2007; 26(2): p. 67-75.

3.Kasno A. Pencegahan Infeksi A.flavus dan Kontaminasi Aflatoksin Pada Kacang Tanah. Jurnal Litbang Pertanian. 2004; 23(3): p. 75-81.

4.Pitt JL, Hocking AD. Fungi and Food Spoilage. Second Edition ed. New York: Blackie Academic & Professional; 1997.

5.Fitzpatrick's. Aspergillosis. In : Dermatology In General Medicine. Sixth Edition ed. freedberg I, Eisen A, Wolff K, editors. McGraw-Hill; 2003.

6.Richardson M, Warnock D. Asergillosis. In : Fungal Infection Diagnosis dan Management. Second edition ed.: Blacwell Publishing; 1997.

7.Departemen Pertanian (. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian; 2007.

8.Winarti C, Nurdjhanah N. Peluangan Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. 2005; 24(2): p. 47-55.

9.Gholib D. Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia Galanga L.) Terhadap Trichophyton Mentagrophytes dan Cryptococcus Neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap pada Kulit dan Penyakit Paru. Balai Besar Penelitian Veteriner. ; 20 NO.1: p. 59-67.

ii

Page 22: oja isma (1)

10.Brooks G, Butel J, Morse S. Mikrobiologi Kedokteran. 23rd ed. Jakarta: EGC; 2007.

11.Makfoeld D. Mikotoksin Pangan Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 1990.

12.Wang ZG. The first find of Yeast-like cells of Fusarium moniliforme and mechanism of invection injury. In Abstrack of International conference of Antimicrobial Agents and Chemotheraphy; Beijing.

13.Anonimous. Staphylococcal Infection. , World Health Organization; 2010.

14.Diba K, Kordbacheh P, Mirhendi S, Rezaie S, Mahmoudi M. Identification of Aspergillus Spesies Using Morphological Characteristics. 2007; 23 No.6.

15.Patterson T. Aspergillosis. In : Clinical Mycology. Oxford University Press, INC; 2003.

16.Chiu A. Aspergillosis. [Online].; 2010 [cited 2013 Juli 22. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1092247-overview.

17.Lubis RD. Aspergillosis. [Online].; 2008 [cited 2013 Juli 22. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/3432/1/08E00886.pdf.

18.Annaissie EJ, McGinnis MR, Pfaller MA. Clinical Mycology. Second Edition ed.: Churchill Livingstone Elsevier; 2009.

19.Agoes A. Tanaman Obat Indonesia Jakarta: Salemba Medika; 2010.

20.Rostiana O, Rosita S, Mono R, Taryono. Budidaya Tanaman Kencur. Sirkuler:II ed.: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika; 2005.

21.Gandahusada S, D HL, W P. Parasitologi Kedokteran Edisi III: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.

22.Rostiana D, Effendi DS. Teknik Unggulan Kencur Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan; 2007.

23.Anonimous. Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). [Online].; 2009 [cited 2013 Juli 20. Available from: http://www.plantamor.com/index.php?plant=735.

24.Afandi M. Teknologi Buah dan Sayur : Alumni Bandung; 1984.

25.Afriastini JJ. Bertanam Kencur. Edisi Revisi ed.: Penerbit Penebar Swadaya; 2002.

26.Harborne JB. Metode Fitikimia. Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Bandung: ITB-press; 1987.

ii

Page 23: oja isma (1)

27. Janet AM, Kayle , Duthie GG. Flavonoids in Foods Dalam Aderson. Flavonoid: Chemistry, Bichemistry,and Aplication. USA: CRC Press.

28.Roller S. Natural Antimicroba Bials For the Minimal Processing Of Foods.. Washington DC: CRe Press; 2003.

29.Faradilla R, Andarwulan N. Senyawa Fenolik pada Beberapa Sayuran Indegenious di Indonesia. Bogor: Pertanian Bogor, South East Asian Food and Agriculural Science and Technology; 2012.

30.Fessenden RJ, Fessenden JS. Kimia Organik Terjemahan dari Organic Chemistry. In Pudjaatmaka AH, editor.. Jakarta: Erlangga; 1991. p. 590.

31.Zhang YS, Yi HY, Tang HF. Cytotoxic Sulfated Triterene Glicosides From the Sea Cucumber Pseudocolochirus Violeceus Chemistry & Biodiversity. In.; 2006. p. 807 - 817 (3 ).

32.WHO. Manual for The Laboratory Identification and Antimicrobial Susceptibility Testing of Bacterial Pathogenesis of Public Health Importance in the Developing World. Switzerland:; 2003.

33.Mukherje KL, Ghosh S. Medical Laboratory Technologi New Delhi: Tata Mcgraw Hill; 2010.

34.Chitra HR, Madhuri M, Nishita ST, Arijit D, Sourav B, Rohit KC. Evoluation of Antimicrobial Properties phytochemical Contents and Toxidants Capacities of Leaf Extract of. In.; 2012. p. 32-37.

35.Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. Mikologi Dasar dan Terapan Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2006.

x

ii

Page 24: oja isma (1)

Lampiran 1

Jadwal Kegiatan Penelitian Mulai dari Persiapan Hingga Perbaikan Skripsi

N

O

Kegiatan Bulan Ke-/ Tahun

Juni/

2013

Juli/

2013

Agus/

2013

Sep/

2013

Okt/

2013

Nov/

2013

Des/

2013

1 Studi

Kepustakaan

2 Penyusunan

Proposal

3 Penelitian

Pendahuluan

4 Seminar

Proposal

5 Penelitian

6 Pengolahan

Data

7 Penyusunan

Laporan Akhir

8 Seminar Skripsi

dan Perbaikan

Skripsi

ii

Page 25: oja isma (1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................... iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................11.1 Latar Belakang....................................................................................................11.2 Rumusan Masalah...............................................................................................21.3 Tujuan Penelitian................................................................................................21.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................31.5 Hipotesis.............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................42.1 Aspergillus sp......................................................................................................4

2.1.2 Morfologi dan Identifikasi...........................................................................52.1.3 Manifestasi Klinis Infeksi Aspergillus sp.....................................................6

2.2 Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)..........................................................72.2.1 Jenis Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)...........................................72.2.2 Toksonomi....................................................................................................72.2.3 Morfologi.....................................................................................................82.2.4 Kandungan Kimia dan Manfaat Rimpang Kencur......................................92.2.5 Uji Aktifitas antifungi..................................................................................92.2.6 Mekanisme Anti Jamur Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)...........10

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................133.1 Rancangan Penelitian........................................................................................133.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................143.3 Alat dan Bahan Penelitian.................................................................................14

3.3.1 Alat Penelitian............................................................................................143.3.2 Bahan Penelitian.........................................................................................15

3.4 Variabel Penelitian...........................................................................................153.5 Prosedur Penelitian..........................................................................................15

3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan..........................................................................15

ii

Page 26: oja isma (1)

3.5.2 Pembuatan Media Saboraud Dextrose Agar ( SDA).................................153.5.3 Re-identifikasi jamur Aspergillus...............................................................163.5.4 Ekstraksi Rimpang Kencur (Kaempferia galaga L.)..................................173.5.5 Uji Fitokimia..............................................................................................18

3.5 Parameter Penelitian.........................................................................................193.6 Analisa Data......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21LAMPIRAN.............................................................................................................. 22

ii

Page 27: oja isma (1)

DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempfaria Galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN

Aspergillus sp SECARA IN VITRO

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai syarat melakukan penelitian untuk menyusun skripsi

Oleh :

ROUZANNA ISMANIM : 1007101010040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM BANDA ACEH

TAHUN 2013

ii

Page 28: oja isma (1)

DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempfaria Galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN

Aspergillus sp SECARA IN VITRO

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai syarat melakukan penelitian untuk skripsi

Oleh :

ROUZANNA ISMANIM : 1007101010040

Mahasiswa Program Studi Pendidikan DokterFakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, 25 Oktober 2013

Pembimbing I pembimbing II

Drs. Zulfitri, M.Biomed drh. Faisal Jamin, M.Si

NIP : 196507161992031004 NIP: 199709112005011001

Mengetahui,

Dr.dr. Mulyadi, Sp.P (K)

NIP : 196202021989031001

ii

Page 29: oja isma (1)

ii

Page 30: oja isma (1)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat

dan hidayah-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul

“Daya hambat Ekstrak Rimpang kencur (Kaempferia Galanga L.) Terhadap

Pertumbuhan Aspergillus sp Secara In Vitro ”. Shalawat beriringkan salam tidak

lupa kita haturkan atas Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari

alam kegelapan dan kebodohan ke alam yang terang dan penuh dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.

Maksud dan tujuan penyusunan proposal ini adalah salah satu syarat

melakukan penelitian untuk skripsi. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini

dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada para pembimbing

Drs.Zulfitri, M.Biomed dan Drh.Faizal Jamin, M.Si yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan, dorongan, semangat, serta saran-saran yang bermamfaat

kepada penulis mulai dari persiapan judul penelitian hingga penyelesaian proposal

penelitian.

Persembahan terimakasih yang tulus, rasa hormat dan sembah sujud kepada

ayahanda dan ibunda tercinta (Ismail.P dan Salbiah Arifin) yang telah membesarkan

penulis dengan kasih saying yang tulus. Kepada semua teman-teman terimakasih atas

motivasi dan semangat yang diberikan kepada penulis. Semoga dengan selesainya

proposal penelitian ini penulis dapat melakukan penelitian yang menghasilkan skripsi

berkualitas serta sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan membawa mamfaat

untuk kita semua. Amin

Banda Aceh, 25 Oktober 2013

Penulis,

Rouzanna Isma

DAFTAR TABEL

ii

Page 31: oja isma (1)

3.1 Rancangan Acak Lengkap……………………………………………..……… 133.2 Perbandingan Zona Hambat………………………………...………………… 20

DAFTAR GAMBAR

ii

Page 32: oja isma (1)

Gambar 1. Aspergillus sp…………………………………………………………. 5Gambar 2. Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L)…………………………… 8Gambar 3. Rumus Kimia Flavonoid……………………………………………… 10Gambar 4. Rumus Kimia Flenolik……………………………………….……… . 11Gambar 5. Rumus Kimia Saponin……………………………………….……….. 11Gambar 6. Kerangka Teori……………………………………………………….. 12Gambar 7. Kerangka Konsep…………………………………………….………. 15

ii