novia widyaningsih fst
DESCRIPTION
aaaaTRANSCRIPT
i
SKRIPSI
PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE MENGGUNAKAN
TOGAF VERSI 9 (STUDI KASUS : DEWAN KEHORMATAN
PENYELENGGARA PEMILU (DKPP))
Oleh :
Novia Widyaningsih
NIM : 1110093000022
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
iv
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, September 2014
Novia Widyaningsih
v
ABSTRAK
NOVIA WIDYANINGSIH, Perencanaan Arsitektur Enterprise Menggunakan
TOGAF Versi 9 (Studi Kasus : Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP)). Di bawah bimbingan SYOPIANSYAH JAYA PUTRA dan ELSY
RAHAJENG.
Sebagai lembaga pemerintahan yang melakukan penegakkan kode etik
penyelenggara Pemilu, DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) belum
memiliki sistem informasi dan teknologi informasi yang terintegrasi untuk
mendukung aktivitasnya, seperti pengaduan, persidangan, dan administrasi umum.
Berdasarkan fakta yang ada, maka akan dibuat penelitian yang bertujuan untuk
menghasilkan perencanaan arsitektur enterprise, menghasilkan arsitektur data
untuk pengelolaan data, menghasilkan analisis biaya investasi TIK, dan
menghasilkan solusi aktivitas serta solusi sistem informasi untuk membantu DKPP
dalam pelayanan publik. Pada penelitian ini, perencanaan arsitektur enterprise
dibuat menggunakan TOGAF (The Open Group Architecture Framework) dengan
metode ADM (Architecture Development Method). Perencanaan arsitektur
enterprise ini akan menghasilkan blueprint arsitektur bisnis, arsitektur aplikasi,
arsitektur data, arsitektur teknologi, analisis gap pada setiap arsitektur, ROI (Return
On Investment) untuk investasi TIK, serta roadmap implementasi aplikasi untuk
DKPP.
Kata Kunci : Arsitektur, Enterprise, TOGAF Versi 9, Architecture Development
Method.
V Bab + xxx Halaman + 355 Halaman + 120 Gambar + 52 Tabel + 26 Pustaka + 4
Lampiran
Pustaka Acuan (26, 2002-2013)
vi
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatnya,
Sang Maha Kehendak sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat
manusia menuju kehidupan dan peradaban yang berkeadilan, serta para keluarga
dan para sahabat yang dicintainya.
Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, Penulis
berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
(S1) dalam bidang Sistem Informasi dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi yang berjudul “Perencanaan Arsitektur Enterprise Menggunakan
TOGAF Versi 9 (Studi Kasus : Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP))”, akhirnya dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan Penulis. Selama
penyusunan skripsi ini tentunya ada banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis
hadapi, baik dalam pengumpulan bahan dan lain sebagainya. Namun, berkat
kesungguhan hati dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga segala kesulitan
tersebut dapat diatasi. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi Penulis adalah dapat
mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga, dan
pihak-pihak yang telah ikut andil dalam menyukseskan harapan Penulis.
Sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, izinkan Penulis
menuangkan bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
vii
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Zulfiandri, MMSI selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan baik secara moral maupun
teknis serta motivasi selama melakukan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Elsy Rahajeng, S.Kom, MTI sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan baik secara moral maupun
teknis serta motivasi selama melakukan penulisan skripsi ini.
5. Dosen-dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah membagikan ilmunya
selama Penulis duduk di bangku perkuliahan.
6. Bapak Yusuf, S.Si, MA, Ibu Ir. Dini Yamashinta, M.Si, Bapak DR. Osbin
Samosir, M.Si, dan Bapak Sandhi Setiawan, S.Kom yang telah bersedia
membimbing penulis selama melakukan riset di DKPP agar dapat memperoleh
kelengkapan data yang dibutuhkan.
7. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Carso Parmadi dan Ibunda Hj. Risnawati
Suryani yang telah memberikan doa restu, semangat, dan motivasi untuk
Penulis dalam melakukan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
8. Terima kasih juga untuk Teteh Saras yang sudah banyak memberi motivasi dan
pelajaran untuk penulisan skripsi serta Alisya yang memberikan semangat
kepada Penulis.
viii
9. Nuragisna Eka Sukmadiyana tersayang yang setia menemani Penulis dalam
suka duka dan tidak henti-hentinya memberikan bantuan dan semangat agar
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman kelas seperjuangan, SI A 2010. Terima kasih atas kerja samanya
selama ini.
11. Seluruh pihak yang telah berjasa terhadap proses penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa
terima kasih dari Penulis.
Akhirnya, atas segala bantuan dari semua pihak, Penulis berterima kasih dan
berdoa kepada Allah SWT semoga apa yang telah diberikan, dijadikan sebagai amal
kebajikan dan bermanfaat serta mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat
kelak. Dan mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Jakarta, 8 September 2014
Novia Widyaningsih
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ..............................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................iv
ABSTRAK .........................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xxv
DAFTAR SIMBOL ........................................................................................ xxviii
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................6
1.3. Batasan Masalah........................................................................7
1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................8
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................9
x
1.6. Metodologi Penelitian ...............................................................9
1.7. Sistematika Penulisan................................................................12
2. BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Metode Pengumpulan Data .......................................................14
2.1.1. Wawancara ....................................................................14
2.1.2. Observasi .......................................................................15
2.1.3. Studi Dokumen ..............................................................15
2.1.4. Tinjauan Pustaka ...........................................................15
2.2. Konsep Dasar Sistem Informasi dan Teknologi Informasi .......16
2.2.1. Sistem ............................................................................16
2.2.2. Informasi .......................................................................17
2.2.3. Sistem Informasi ...........................................................17
2.2.4. Komponen Sistem Informasi .........................................19
2.2.5. Teknologi Informasi ......................................................22
2.3. Konsep Perencanaan Strategis Sistem Informasi ......................25
2.3.1. Strategi SI/TI .................................................................29
2.4. Metodologi Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan
Teknologi Informasi ..................................................................31
2.4.1. Metodologi Menurut The Open Group .........................31
2.4.2. Metodologi Menurut Ward dan Peppard .......................32
2.4.3. Metodologi Menurut Tozer ...........................................32
2.4.4. Metodologi Menurut James Martin ...............................33
xi
2.4.5. Alasan Pemilihan Metodologi .......................................33
2.5. Konsep Arsitektur Enterprise ....................................................35
2.5.1. Enterprise ......................................................................35
2.5.2. Arsitektur .......................................................................36
2.5.3. Enterprise Architecture..................................................37
2.6. TOGAF .....................................................................................39
2.7. Metode TOGAF ADM ..............................................................41
2.7.1. Preliminary Phase .........................................................43
2.7.2. Requirements Management ...........................................45
2.7.3. Phase A : Architecture Vision .......................................47
2.7.4. Phase B : Business Architecture ...................................49
2.7.5. Phase C : Information System Architecture ..................53
2.7.6. Phase D : Technology Architecture ..............................56
2.7.7. Phase E : Opportunities and Solutions .........................58
2.7.8. Phase F : Migration Planning ......................................59
2.7.9. Phase G : Implementation Governance ........................60
2.7.10. Phase H : Architecture Change Management ...............62
2.7.11. Tools Pokok Pemodelan TOGAF ..................................64
2.8. Tools Perencanaan Arsitektur Enterprise ..................................66
2.8.1. Value Chain ...................................................................66
2.8.2. SOP (Standar Operasional Prosedur) ............................71
2.8.3. Flowchart ......................................................................76
2.8.4. Rich Picture ...................................................................80
xii
2.8.5. UML (Unified Modelling Language) ............................83
2.8.6. Principles Catalog .........................................................92
2.8.7. Actor/Role Matrix ..........................................................94
2.8.8. Stakeholder Map Matrix ................................................96
2.8.9. Application Portfolio Catalog .......................................98
2.8.10. Application and User Location Diagram ......................100
2.8.11. Technology Portfolio Catalog .......................................102
2.8.12. Platform Decomposition Diagram ................................103
2.8.13. Communication Engineering Diagram .........................104
2.8.14. Matrix Analisis Gap ......................................................106
2.8.15. Pengukuran ROI (Return On Investment) .....................108
2.8.16. Roadmap ........................................................................113
2.9. Penelitian Sejenis ......................................................................114
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data .......................................................120
3.1.1. Metode Observasi ..........................................................120
3.1.2. Metode Wawancara .......................................................121
3.1.3. Metode Studi Dokumen ................................................122
3.1.4. Metode Tinjauan Pustaka ..............................................123
3.2. Metode Perencanaan Arsitektur Enterprise ...............................125
3.2.1. Preliminary Phase .........................................................125
3.2.2. Requirements Management ...........................................126
xiii
3.2.3. Phase A : Architecture Vision .......................................127
3.2.4. Phase B : Business Architecture ...................................127
3.2.5. Phase C : Information System Architecture ..................128
3.2.5.1. Application Architecture ..................................128
3.2.5.2. Data Architecture .............................................129
3.2.6. Phase D : Technology Architecture ..............................129
3.2.7. Phase E : Opportunities and Solutions .........................130
3.2.8. Phase F : Migration Planning ......................................130
3.3. Kerangka Berpikir .....................................................................131
4. BAB IV PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE
4.1. Preliminary Phase .....................................................................132
4.1.1. Prinsip-Prinsip Perencanaan Arsitektur Enterprise .......132
4.1.2. Identifikasi 5W + 1H untuk Perancangan Arsitektur ....135
4.2. Requirements Management .......................................................137
4.2.1. Kondisi Sistem Berjalan ................................................137
4.2.2. Issue Organisasi .............................................................173
4.2.3. Solusi Aktivitas .............................................................180
4.2.4. Solusi Sistem Informasi ................................................182
4.2.5. Data Inventaris Sarana dan Prasarana Pendukung TIK.184
4.3. Phase A: Architecture Vision ....................................................185
4.3.1. Profil Organisasi ............................................................185
4.3.2. Pendefinisian Visi dan Misi ..........................................189
xiv
4.3.3. Struktur Organisasi dan Tupoksi ...................................196
4.3.4. Analisis Value Chain .....................................................200
4.3.4.1. Aktivitas Utama ................................................201
4.3.4.2. Aktivitas Pendukung ........................................203
4.3.5. Struktur Organisasi Usulan ...........................................205
4.3.6. Pelatihan yang Diusulkan ..............................................209
4.3.7. Hubungan Stakeholder dan Aktivitas Organisasi ..........211
4.4. Phase B : Business Architecture ...............................................219
4.4.1. Pemetaan Layanan Bisnis, Proses Bisnis, dan Fungsi
Bisnis di DKPP ...........................................................219
4.4.2. Rancangan Arsitektur Bisnis.......................................241
4.4.3. Analisis Actor/Role Matrix .........................................258
4.5. Phase C :Information System Architecture ...............................264
4.5.1. Application Architecture .............................................264
4.5.2. Data Architecture........................................................284
4.6. Phase D : Technology Architecture ..........................................301
4.6.1. Infrastruktur Jaringan ..................................................301
4.6.2. Platform Teknologi .....................................................310
4.6.3. Konfigurasi Software dan Hardware ..........................311
4.7. Phase E : Opportunities and Solutions .....................................316
4.7.1. Analisis Gap................................................................316
4.7.2. Penghitungan ROI Investasi TIK ................................342
4.8. Phase F : Migration Planning ..................................................345
xv
4.8.1. Urutan Implementasi Aplikasi ....................................345
4.8.2. Roadmap Urutan Implementasi Aplikasi ....................347
5. BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...............................................................................349
5.2. Saran ..........................................................................................350
6. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................352
7. LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Metodologi Kerekayasaan Informasi .......................................... 28
Gambar 2.2 TOGAF ADM ............................................................................. 43
Gambar 2.3 Value Chain ................................................................................ 69
Gambar 2.4 Value Chain di DKPP ................................................................. 71
Gambar 2.5 Contoh SOP AP di DKPP .......................................................... 76
Gambar 2.6 Contoh Rich Picture ................................................................... 82
Gambar 2.7 Use Case Diagram ...................................................................... 89
Gambar 2.8 Class Diagram ............................................................................ 92
Gambar 2.9 Application and User Location Diagram ................................... 101
Gambar 2.10 Platform Decomposition Diagram ........................................... 104
Gambar 2.11 Communication Engineering Diagram .................................... 106
Gambar 2.12 Matrix Analisis Gap Arsitektur Bisnis Monitoring & Evaluasi 108
Gambar 2.13 Roadmap Implementasi Aplikasi .............................................. 114
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 132
Gambar 4.1 Flowchart Sistem Berjalan Level 0 ............................................ 139
Gambar 4.2 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Pengaduan Level 1 ............. 141
Gambar 4.3 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Persidangan Level 1 ........... 142
Gambar 4.4 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Kepegawaian Level 1 ......... 143
Gambar 4.5 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Keuangan Level 1............... 145
Gambar 4.6 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Inventaris Level 1 ............... 147
Gambar 4.7 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Procurement Level 1 .......... 149
xvii
Gambar 4.8 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Monitoring dan Evaluasi
Level 1 .............................................................................................................. 152
Gambar 4.9 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Publikasi dan Sosialisasi
Level 1 .............................................................................................................. 154
Gambar 4.10 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Level 2... 156
Gambar 4.11 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Perkara
Pengaduan Langsung Bawaslu Provinsi di DKPP Level 2 .............................. 158
Gambar 4.12 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Perkara
Pengaduan Level 2............................................................................................ 160
Gambar 4.13 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Nota Dinas
Level 2 .............................................................................................................. 161
Gambar 4.14 Flowchart sistem Berjalan Administrasi Persuratan Hasil Verifikasi
Dismiss Level 2 ................................................................................................ 162
Gambar 4.15 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Hasil
Verifikasi BMS Level 2 .................................................................................. 164
Gambar 4.16 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Undangan
Rapat Verifikasi Materiil Level 2 ................................................................... 165
Gambar 4.17 Flowchart Sistem Berjalan Pemanggilan Pengadu dan Teradu
Level 2 .............................................................................................................. 167
Gambar 4.18 Flowchart Sistem Berjalan Rapat Pleno Putusan Level 2 ........ 168
Gambar 4.19 Flowchart Sistem Berjalan Disposisi Penyerahan Berkas Perkara ke
Bagian Persidangan Level 2. ............................................................................ 169
xviii
Gambar 4.20 Flowchart Sistem Berjalan Disposisi Penetapan Jadwal Sidang
Level 2 .............................................................................................................. 170
Gambar 4.21 Flowchart Sistem Berjalan Disposisi Pembuatan Maklumat
Level 2 .............................................................................................................. 171
Gambar 4.22 Flowchart Sistem Berjalan Kearsipan Level 2 ......................... 172
Gambar 4.23 Struktur Organisasi DKPP ........................................................ 190
Gambar 4.24 Analisis Value Chain DKPP ..................................................... 200
Gambar 4.25 Struktur Organisasi Usulan ....................................................... 206
Gambar 4.26 Tree Diagram Pemetaan Layanan Bisnis, Proses Bisnis, dan Fungsi
Bisnis DKPP..................................................................................................... 220
Gambar 4.27 Layanan Bisnis di DKPP .......................................................... 221
Gambar 4.28 (a) Proses Bisnis pada Pelayanan Umum DKPP ...................... 221
Gambar 4.28 (b) Proses Bisnis pada Pelayanan Pendukung DKPP ............... 222
Gambar 4.28 (c) Sub Proses Bisnis pada Proses Bisnis Administrasi DKPP 222
Gambar 4.28 (d) Sub Proses Bisnis Level 2 pada Sub Proses Bisnis
Persuratan ......................................................................................................... 223
Gambar 4.29 (a) Fungsi Bisnis pada Proses Bisnis Pengaduan ..................... 223
Gambar 4.29 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Penerimaan & Registrasi
Pengaduan ........................................................................................................ 224
Gambar 4.29 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Analisis dan Verifikasi
Perkara.............................................................................................................. 225
Gambar 4.29 (d) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Verifikasi Materiil . 225
Gambar 4.30 Fungsi Bisnis pada Proses Bisnis Persidangan ......................... 226
xix
Gambar 4.31 (a) Fungsi Bisnis pada Sub proses Bisnis Persuratan ............... 227
Gambar 4.31 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Persuratan Perkara . 227
Gambar 4.31 (c) Keterangan Persuratan Nota Dinas sebagai Fungsi Bisnis
Terkecil ............................................................................................................ 228
Gambar 4.31 (d) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Persuratan
Pemberitahuan .................................................................................................. 228
Gambar 4.31 (e) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Persuratan
Undangan ......................................................................................................... 229
Gambar 4.31 (f) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Disposisi ................. 230
Gambar 4.32 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Kearsipan ............... 230
Gambar 4.32 (b) Sub Fungsi Bisnis dari Fungsi Bisnis Pengarsipan Berkas. 231
Gambar 4.33 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Kepegawaian .......... 231
Gambar 4.33 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Rekrutmen
Pegawai ............................................................................................................ 232
Gambar 4.33 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pengelolaan
Pegawai ............................................................................................................ 232
Gambar 4.34 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Keuangan ............... 233
Gambar 4.34 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pengelolaan
Anggaran .......................................................................................................... 233
Gambar 4.34 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Akuntansi
Keuangan.......................................................................................................... 234
Gambar 4.35 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Inventaris ............... 234
xx
Gambar 4.35 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pengelola BMN (Barang
Milik Negara) ................................................................................................... 235
Gambar 4.35 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pengguna BMN (Barang
Milik Negara) ................................................................................................... 235
Gambar 4.36 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Procurement
(Pengadaan) ...................................................................................................... 236
Gambar 4.36 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Persiapan Procurement
(Pengadaan) Barang/Jasa ................................................................................. 236
Gambar 4.36 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pelaksanaan Procurement
(Pengadaan) Barang/Jasa ................................................................................. 237
Gambar 4.37 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Monitoring dan
Evaluasi ............................................................................................................ 237
Gambar 4.37 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Monitoring ............. 238
Gambar 4.37 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Evaluasi.................. 238
Gambar 4.38 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Publikasi dan
Sosialisasi ......................................................................................................... 239
Gambar 4.38 (b) Keterangan Pendokumentasian Kegiatan DKPP sebagai Fungsi
Bisnis Terkecil ................................................................................................. 239
Gambar 4.38 (c) Keterangan Pengumpulan Data untuk Dipublikasikan &
Disosialisasikan sebagai Fungsi Bisnis Terkecil ............................................. 240
Gambar 4.38 (d) Keterangan Publikasi & sosialisasi Informasi dari DKPP
sebagai Fungsi Bisnis Terkecil......................................................................... 240
Gambar 4.39 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Pengaduan .................. 241
xxi
Gambar 4.40 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Persidangan ................ 243
Gambar 4.41 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Persuratan ................... 245
Gambar 4.42 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Kearsipan ................... 247
Gambar 4.43 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Kepegawaian .............. 249
Gambar 4.44 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Keuangan ................... 250
Gambar 4.45 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Inventaris .................... 252
Gambar 4.46 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Procurement ............... 253
Gambar 4.47 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Monitoring dan
Evaluasi ............................................................................................................ 255
Gambar 4.48 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Publikasi dan
Sosialisasi ......................................................................................................... 257
Gambar 4.49 Application and User Location Diagram ................................. 266
Gambar 4.50 Arsitektur Aplikasi E-Pengaduan ............................................. 268
Gambar 4.51 Arsitektur Aplikasi E-Persidangan ........................................... 270
Gambar 4.52 Arsitektur Aplikasi E-Persuratan .............................................. 272
Gambar 4.53 Arsitektur Aplikasi E-Kearsipan............................................... 274
Gambar 4.54 Arsitektur Aplikasi E-Kepegawaian ......................................... 275
Gambar 4.55 Arsitektur Aplikasi E-Keuangan............................................... 277
Gambar 4.56 Arsitektur Aplikasi E-Inventaris ............................................... 278
Gambar 4.57 Arsitektur Aplikasi E-Procurement .......................................... 280
Gambar 4.58 Arsitektur Aplikasi E-Monev ................................................... 282
Gambar 4.59 Arsitektur Aplikasi Website DKPP ........................................... 283
Gambar 4.60 Arsitektur Data E-Pengaduan ................................................... 285
xxii
Gambar 4.61 Arsitektur Data E-Persidangan ................................................. 286
Gambar 4.62 Arsitektur Data E-Persuratan .................................................... 288
Gambar 4.63 Arsitektur Data E-Kearsipan..................................................... 290
Gambar 4.64 Arsitektur Data E-Kepegawaian ............................................... 292
Gambar 4.65 Arsitektur Data E-Keuangan..................................................... 293
Gambar 4.66 Arsitektur Data E-Inventaris ..................................................... 295
Gambar 4.67 Arsitektur Data E-Procurement ................................................ 296
Gambar 4.68 Arsitektur Data E-Monev ......................................................... 298
Gambar 4.69 Arsitektur Data Website DKPP ................................................. 299
Gambar 4.70 Arsitektur Jaringan Awal di DKPP........................................... 302
Gambar 4.71 (a) Arsitektur Jaringan Usulan Keseluruhan di DKPP ............. 305
Gambar 4.71 (b) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Publikasi & Sosialisasi
di DKPP ........................................................................................................... 306
Gambar 4.71 (c) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Tata Usaha & Protokol di
DKPP................................................................................................................ 306
Gambar 4.71 (d) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Penerimaan & Registrasi
Pengaduan di DKPP ......................................................................................... 307
Gambar 4.71 (e) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Monitoring & Evaluasi di
DKPP................................................................................................................ 307
Gambar 4.71 (f) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Analisis & Verifikasi
Wilayah I/II di DKPP ....................................................................................... 308
Gambar 4.71 (g) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Pemanggilan di
DKPP................................................................................................................ 308
xxiii
Gambar 4.71 (h) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Persidangan di
DKPP................................................................................................................ 309
Gambar 4.71 (i) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Risalah & Dokumen
Perkara di DKPP .............................................................................................. 309
Gambar 4.72 Platform Teknologi ................................................................... 311
Gambar 4.73 Roadmap Urutan Implementasi Aplikasi.................................. 347
xxiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Simbol Business Service, Business Process, dan Business
Function ........................................................................................................... 53
Tabel 2.2 Tools Pokok untuk Pemodelan TOGAF .......................................... 65
Tabel 2.3 Daftar Simbol pada Flowchart ........................................................ 79
Tabel 2.4 Daftar Simbol Use Case Diagram................................................... 86
Tabel 2.5 Daftar Simbol Class Diagram ......................................................... 91
Tabel 2.6 Principles Catalog ........................................................................... 94
Tabel 2.7 Actor/Role Matrix ............................................................................ 95
Tabel 2.8 Stakeholder Map Matrix .................................................................. 98
Tabel 2.9 Application Portfolio Catalog ......................................................... 99
Tabel 2.10 Technology Portfolio Catalog ....................................................... 103
Tabel 2.11 Biaya Investasi Awal ..................................................................... 111
Tabel 2.12 Estimasi Biaya dalam 5 Tahun ...................................................... 112
Tabel 2.13 Penghitungan ROI ......................................................................... 113
Tabel 3.1 Perbandingan Penelitian Sejenis ..................................................... 124
Tabel 4.1 Principle Catalog ............................................................................ 135
Tabel 4.2 Identifikasi 5W + 1H ....................................................................... 137
Tabel 4.3 Permasalahan Organisasi ................................................................. 174
Tabel 4.4 Solusi Aktivitas ............................................................................... 180
Tabel 4.5 Solusi Sistem Informasi................................................................... 182
Tabel 4.6 Data Inventaris Sarana dan Prasarana Pendukung TIK................... 191
Tabel 4.7 Daftar Pelatihan Usulan................................................................... 209
xxv
Tabel 4.8 Stakeholder Map Matrix .................................................................. 212
Tabel 4.9 Penjelasan Keterlibatan Stakeholder di Setiap Aktivitas ................ 213
Tabel 4.10 Actor/Role Matrix .......................................................................... 259
Tabel 4.11 Application Portfolio Catalog ....................................................... 264
Tabel 4.12 Rekapitulasi Kebutuhan TIK DKPP.............................................. 303
Tabel 4.13 Konfigurasi Hardware Server ....................................................... 312
Tabel 4.14 Konfigurasi Hardware Switch ....................................................... 312
Tabel 4.15 Konfigurasi Hardware Print Server .............................................. 313
Tabel 4.16 Konfigurasi Software Server ......................................................... 313
Tabel 4.17 Technology Portfolio Catalog ....................................................... 315
Tabel 4.18 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Pengaduan ................................... 318
Tabel 4.19 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Persidangan ................................. 319
Tabel 4.20 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Persuratan .................................... 320
Tabel 4.21 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Kearsipan..................................... 322
Tabel 4.22 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Kepegawaian ............................... 323
Tabel 4.23 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Keuangan..................................... 324
Tabel 4.24 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Inventaris ..................................... 325
Tabel 4.25 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Procurement ................................ 326
Tabel 4.26 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Monitoring & Evaluasi ................ 328
Tabel 4.27 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Publikasi & Sosialisasi ................ 329
Tabel 4.28 Analisis Gap Arsitektur Aplikasi .................................................. 330
Tabel 4.29 Analisis Gap Arsitektur Data Pengaduan ...................................... 331
Tabel 4.30 Analisis Gap Arsitektur Data Persidangan .................................... 332
xxvi
Tabel 4.31 Analisis Gap Arsitektur Data Persuratan ...................................... 333
Tabel 4.32 Analisis Gap Arsitektur Data Kearsipan ....................................... 334
Tabel 4.33 Analisis Gap Arsitektur Data Kepegawaian ................................. 335
Tabel 4.34 Analisis Gap Arsitektur Data Keuangan ....................................... 336
Tabel 4.35 Analisis Gap Arsitektur Data Inventaris ....................................... 337
Tabel 4.36 Analisis Gap Arsitektur Data Procurement .................................. 338
Tabel 4.37 Analisis Gap Arsitektur Data Monitoring & Evaluasi .................. 339
Tabel 4.38 Analisis Gap Arsitektur Data Publikasi & Sosialisasi .................. 340
Tabel 4.39 Analisis Gap Arsitektur Teknologi ............................................... 341
Tabel 4.40 Biaya Investasi Awal ..................................................................... 342
Tabel 4.41 Estimasi Biaya Selama 5 Tahun .................................................... 343
Tabel 4.42 Penghitungan ROI ......................................................................... 344
xxvii
DAFTAR SIMBOL
Simbol Flowchart
(Yatini, 2010 : 32-33)
Simbol Nama Keterangan
Terminator Digunakan untuk
menandai awal dan
akhir dari suatu
flowchart.
Input-Output Digunakan untuk
mempresentasikan
fungsi input-output.
Pencabangan /
Keputusan
Digunakan untuk
melakukan
pencabangan, yaitu
pemeriksaan terhadap
suatu kondisi.
Proses / Penugasan Digunakan untuk
kegiatan pemrosesan
input, pada simbol ini
kita dapat menuliskan
operasi-operasi yang
dikenakan pada input.
Arah aliran Digunakan untuk
menghubungkan setiap
langkah dalam
flowchart dan
menunjukkan ke mana
arah aliran diagram.
Konektor On Page Digunakan untuk
menghubungkan satu
langkah dengan langkah
xxviii
lain dalam satu
halaman.
Konektor Off Page Digunakan untuk
menghubungkan suatu
langkah dengan langkah
lain dalam halaman
yang berbeda.
Preparasi / Persiapan Digunakan untuk proses
inisialisasi / pemberian
harga awal (misalnya
dalam melakukan
iterasi).
Simbol Use Case Diagram
(A.S. & Shalahuddin, 2011 : 131-133)
Simbol Deskripsi
Use Case
Fungsionalitas yang disediakan
sistem sebagai unit-unit yang saling
bertukar pesan antar unit atau aktor.
Aktor (actor)
Orang, proses, atau sistem lain yang
berinteraksi dengan sistem
informasi yang akan dibuat di luar
sistem informasi yang akan dibuat
itu sendiri.
Asosiasi (association) Komunikasi antara aktor dan use
case yang berpartisipasi pada use
case.
Nama Use Case
CasCase
xxix
Ekstensi (extend)
Relasi use case tambahan ke sebuah
use case dimana use case yang
ditambahkan dapat berdiri sendiri
walau tanpa use case tambahan.
Generalisasi (generalization)
Hubungan generalisasi dan
spesialisasi (umum – khusus) antara
dua buah use case dimana fungsi
yang satu adalah fungsi yang lebih
umum dari lainnya.
Menggunakan (include)
Relasi use case tambahan ke sebuah
use case dimana use case yang
ditambahkan memerlukan use case
ini untuk menjalankan fungsinya
atau sebagai syarat dijalankan use
case ini.
Simbol Use Case Diagram
(A.S. & Shalahuddin, 2011 : 123)
Simbol Deskripsi
Kelas
Kelas pada struktur sistem.
xxx
Antarmuka (interface)
Sama seperti konsep interface
dalam pemrograman berorientasi
objek.
Asosiasi (association) Relasi antar kelas dengan makna
umum.
Asosiasi berarah (directed association) Relasi antar kelas dengan makna
kelas yang satu digunakan oleh
kelas yang lain.
Generalisasi (generalization)
Relasi antar kelas dengan makna
generalisasi – spesialisasi (umum –
khusus).
Kebergantungan (depedency)
Relasi antar kelas dengan makna
kebergantungan antar kelas.
Simbol Business Service, Business Process, Business Function
(The Open Group, 2009 : 50 dan 79)
Simbol Keterangan
Business Service
Layanan yang memenuhi
kebutuhan bisnis untuk customer
internal atau eksternal organisasi.
Business Process
Elemen tindakan berdasarkan
pada urutan aktivitas. Proses
bisnis dimaksudkan untuk
menetapkan sekumpulan produk
atau layanan bisnis.
xxxi
Business Function
Elemen tindakan berdasarkan
pada sekumpulan kriteria yang
dipilih (kriteria yang dibutuhkan
sumber daya bisnis).
Triggering
Triggering menjelaskan tentang
hubungan sebab-akibat antara
proses-proses.
Flow
Flow menjelaskan tentang
pertukaran informasi atau nilai
diantara proses bisnis dan fungsi
bisnis.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peranan sistem informasi dan teknologi informasi (SI/TI) dalam
menjalankan proses bisnis di era informasi saat ini sangat diperlukan. SI/TI
memiliki beberapa peran penting dalam suatu organisasi, antara lain untuk
menjadi sarana yang membantu organisasi dalam mewujudkan integrasi antara
bagian manajemen dan operasional, meningkatkan kualitas layanan kepada
konsumen, dan membantu untuk proses pengambilan keputusan. SI/TI pun
berfungsi sebagai sarana untuk membantu organisasi dalam merealisasikan
tujuan strategisnya. Hubungan SI/TI dengan organisasi saling mempengaruhi.
Oleh karena itu, SI/TI harus disesuaikan dengan organisasi agar dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan pada bagian yang membutuhkan di
dalam organisasi. Selain itu, pemanfaatan SI/TI juga dapat memberi pengaruh
kepada organisasi untuk memperoleh keuntungan dan peluang (Loudon dalam
Rapiyadi, 2009 : 2)
Sebuah organisasi membutuhkan penggalian kebutuhan bisnis serta
mengevaluasi sumber daya SI/TI yang dimiliki, sehingga diperoleh peluang
yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh stakeholder yang terlibat di
dalam organisasi. Pada saat ini, sebuah organisasi tidak cukup hanya memiliki
strategi bisnis saja untuk menghadapi persaingan. Strategi bisnis yang
dituangkan dalam business plan harus dilengkapi dengan strategi SI/TI untuk
memanfaatkan penggunaan SI/TI secara optimal. Jika dalam lembaga
2
pemerintahan, konteks strategi bisnis akan menjadi strategi aktivitas dan
konteks business plan akan menjadi activity plan (rencana kegiatan) karena
pada lembaga pemerintahan bukan merupakan suatu perusahaan yang bergerak
pada bidang bisnis.
Sering kita jumpai bahwa penerapan SI/TI kurang berpengaruh dalam
peningkatan kinerja organisasi. Hal ini terjadi karena implementasi SI/TI
organisasi sangat kompleks dan dipengaruhi faktor struktur organisasi,
prosesur operasi standar (SOP), politik, budaya, lingkungan, dan keputusan
manajemen (Loudon dalam Rapiyadi, 2009 : 2). Penyebab utama kegagalan
suatu organisasi dalam menerapkan SI/TI adalah karena kurangnya
perencanaan yang matang terhadap implementasi SI/TI.
Perencanaan implementasi SI/TI harus diselaraskan antara strategis SI/TI
dan strategi SI/TI (Ward dan Peppard, 2002). Perencanaan strategis SI/TI wajib
diperlukan oleh setiap organisasi yang akan memanfaatkan SI/TI dan akan
digunakan untuk menjadi acuan dalam melakukan investasi SI/TI. Tanpa
perencanaan strategis yang jelas, maka investasi SI/TI yang akan dilakukan
menjadi berjalan tanpa arah dan kontribusi yang dihasilkan tidak maksimal dan
tidak selaras dengan tujuan yang diinginkan. Menurut Doherty et al. (dalam
Rapiyadi, 2009 : 3), perencanaan arsitektur enterprise dapat membantu
organisasi dalam menentukan prioritas dalam perencanaan dan pengembangan
sistem informasi secara efisien, efektif dan memiliki nilai strategik yang selaras
dengan strategi organisasi, serta dapat menciptakan keunggulan kompetitif.
3
Menurut survei yang dilakukan oleh Center for Technology in
Government (dalam Rapiyadi, 2009 : 4), ada lima penyebab kegagalan
penerapan perencanaan arsitektur enterprise pada sektor pemerintahan, yaitu :
(1) Kurangnya dukungan dan penerimaan organisasi, dalam hal kurangnya
dukungan top manajemen atau tidak adanya komitmen stakeholder yang akan
menggunakan SI/TI. (2) Kegagalan evaluasi dan perancangan proses bisnis
(aktivitas). (3) Kurangnya pemahaman dari keunggulan dan kekurangan
teknologi. (4) Tidak terciptanya keselarasan antara tujuan organisasi dengan
sasaran implementasi SI/TI. (5) Adanya harapan yang tidak realistis, karena
tidak melihat kemampuan organisasi dari aspek sumber daya pendanaan,
sumber daya manusia, dan faktor penting lainnya.
Agar suatu perencanaan strategis dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan sebuah tool yang digunakan untuk menyediakan struktur dasar
organisasi pada perusahaan secara menyeluruh serta dapat menggambarkan
hubungan antar aspek-aspek yang ada di dalamnya. Tool yang dimaksud adalah
EA (Enterprise Architecture) (Pratiwi, 2013).
EA merupakan kerangka kerja untuk merencanakan, merancang, dan
mengelola infrastruktur SI/TI, serta mampu mengintegrasikan SI/TI di dalam
suatu arsitektur. EA dikonsentrasikan pada infrastruktur yang meliputi
hardware, software, dan network untuk dapat bekerja secara bersama dengan
misi, sasaran, dan tujuan organisasi untuk menjalankan proses bisnis organisasi
dengan didukung oleh Teknologi Informasi (Widodo, 2010).
4
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) merupakan lembaga
pemerintah untuk menegakkan dan menjaga kemandirian, integritas, dan
kredibilitas penyelenggara Pemilu. DKPP dibentuk untuk memeriksa,
mengadili, dan memutuskan pengaduan atau laporan dugaan pelanggaran kode
etik yang dilakukan anggota KPU, anggota Bawaslu, dan jajaran di bawahnya.
Lingkungan DKPP saat ini memanfaatkan SI/TI sebagai penggerak bisnis
utama di dalam proses pengelolaan dan pengarsipan dokumen pengaduan,
putusan sidang dan maklumat, serta di dalam proses pengelolaan persidangan.
Proses pengelolaan persidangan seharusnya terintegrasi dengan proses
pengelolaan dokumen pengaduan dan putusan sidang. Jika semua aktivitas
tersebut terintegrasi maka kinerja pegawai dan layanan DKPP akan menjadi
lebih efektif dan efisien. Pengarsipan dokumen pengaduan dan persidangan pun
menjadi lebih mudah.
Tetapi, pada kenyataannya proses-proses tersebut belum saling terintegrasi
dalam suatu sistem. Hal ini terjadi karena DKPP belum memiliki perencanaan
strategis SI/TI yang dapat mengidentifikasi portfolio aplikasi SI berbasis
komputer yang akan mendukung DKPP dalam melaksanakan proses bisnis dan
merealisasikan tujuan bisnisnya. DKPP juga membutuhkan perencanaan
strategis SI/TI untuk menjelaskan alat, teknik, dan kerangka kerja bagi
manajemen untuk menyelaraskan strategi SI/TI dengan strategi bisnis, bahkan
untuk mencari kesempatan baru melalui penerapan teknologi yang inovatif
(Ward dan Peppard, 2002).
5
Untuk proses verifikasi pengaduan, masyarakat yang memasukkan
pengaduan ke DKPP mengalami kesulitan untuk melakukan pemeriksaan
apakah laporan pengaduan mereka sudah terverifikasi atau justru laporan
pengaduannya ditolak karena masih ada berkas-berkas yang belum lengkap.
Agar investasi DKPP dalam bidang SI/TI dapat tepat sasaran dan sesuai
dengan kebutuhan, maka dibutuhkan suatu perencanaan strategis menggunakan
arsitektur-arsitekur utama untuk memetakan kebutuhan SI/TI di DKPP.
Arsitektur-arsitektur utama yang dimaksud, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur
data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi.
Berdasarkan assessment yang telah dilakukan oleh tim internal DKPP
sebelumnya, ternyata DKPP belum memiliki Perencanaan arsitektur enterprise
(PSSI). PSSI merupakan fondasi untuk pelaksanaan tata kelola SI/TI yang baik.
Tanpa adanya PSSI, penerapan SI/TI di lingkungan DKPP tidak akan
memberikan layanan yang memadai secara efektif dan efisien, serta akan
berdampak dengan tingginya biaya investasi dan operasional TIK.
Untuk mengintegrasikan kegiatan dan memenuhi kebutuhan infrastruktur
SI/TI yang efektif dan efisien pada DKPP, maka diperlukan perencanaan
strategis untuk sistem informasi dan teknologi informasi untuk menyelaraskan
strategi SI/TI dengan strategi bisnis. DKPP belum memiliki arsitektur bisnis
untuk memetakan aktivitas utama, yaitu pengaduan, persidangan, pengarsipan,
dan aktivitas pendukung, yaitu kepegawaian, inventaris, procurement,
keuangan, serta monitoring dan evaluasi. Belum adanya arsitektur sistem
informasi yang menggambarkan arsitektur data dan arsitektur aplikasi untuk
6
mendukung aktivitas dan melakukan pemrosesan data yang sesuai dengan
kebutuhan di DKPP. Proses pendataan dan investasi software, hardware, dan
networking pada DKPP belum dapat dikontrol dengan baik karena belum
adanya arsitektur teknologi untuk pemetaan kebutuhan software, hardware, dan
networking.
Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis tertarik
untuk melakukan kajian studi dengan judul penelitian “PERENCANAAN
ARSITEKTUR ENTERPRISE MENGGUNAKAN TOGAF VERSI 9
(STUDI KASUS : DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA
PEMILU (DKPP))” untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
sarjana sistem informasi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. DKPP belum memiliki perencanaan arsitektur enterprise untuk
penyelarasan strategi aktivitas dan strategi SI/TI.
2. Kegiatan DKPP yang belum sepenuhnya memanfaatkan SI/TI untuk
efisiensi pengelolaan data.
3. Pemanfaatan biaya investasi teknologi yang tidak ekonomis.
4. Pelayanan publik yang belum maksimal untuk bagian pengaduan dan
persidangan.
7
Dari masalah yang telah diidentifikasi, maka dapat dirumuskan masalah
“Bagaimana membuat perencanaan arsitektur enterprise pada DKPP agar dapat
mendukung tugasnya dalam menjaga dan menegakkan kemandirian, integritas,
dan kredibilitas penyelenggara Pemilu?”
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka batasan masalah penelitian
iniadalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Biro Administrasi Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP) pada Bagian Administrasi Umum,
Administrasi Pengaduan, dan Administrasi Persidangan.
2. Perencanaan arsitektur enterprise dilakukan hanya pada aktivitas utama,
yaitu pengaduan, persidangan, dan administrasi umum (kearsipan,
persuratan, kepegawaian, inventaris, monitoring dan evaluasi, publikasi dan
sosilaisasi, procurement dan keuangan).
3. Framework yang digunakan pada penelitian ini adalah The Open Group
Framework (TOGAF) Versi 9 dengan menggunakan Architecture
Development Method (ADM) sebagai metode pengembangan arsitektur.
Penelitian ini dibatasi hanya pada fase preliminary, arsitektur visi, arsitektur
bisnis, arsitektur sistem informasi, arsitektur teknologi, peluang dan solusi,
serta perencanaan migrasi. Penelitian ini tidak membahas fase tata kelola
implementasi dan manajemen perubahan arsitektur.
8
4. Tools yang digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan model
arsitektur, yaitu Rich Picture, Analisis Value Chain, UML (Unified Model
Language), Principle Catalog, Stakeholder Map Matrix, Actor/Role Matrix,
Application Portfolio Catalog, Application and User Location Diagram,
Technology Portfolio Catalog, Platform Decomposition Diagram,
Communication Engineering Diagram, Matrix Gap Analysis, Return of
Investment (ROI), dan Roadmap. Diagram UML yang digunakan, yaitu Use
Case Diagram dan Class Diagram.
1.4. Tujuan Penelitian
Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan perencanaan arsitektur
enterprise untuk menyelaraskan strategi aktivitas dan strategi SI/TI pada
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Sedangkan tujuan khusus
dari penelitian ini, yaitu menghasilkan :
1) Arsitektur data dalam memanfaatkan SI/TI untuk pengelolaan data.
2) Analisis biaya investasi menggunakan ROI (Return On Investment) agar
investasi TIK menjadi lebih ekonomis.
3) Solusi aktivitas dan solusi sistem informasi untuk membantu DKPP dalam
melakukan pelayanan publik (pengaduan dan persidangan).
9
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja sistem informasi pada Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu dari perencanaan arsitektur enterprise
yang akan dibuat.
2. Membantu Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu mengidentifikasi
informasi kegiatan, merencanakan, dan mengimplementasikan strategi
untuk memperoleh nilai dan manfaat kegiatan yang lebih besar.
3. Membantu Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu dalam membangun
Sistem Informasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kegiatan strategis
organisasi.
4. Membantu Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu dalam menentukan
teknologi yang akan dikembangkan untuk menunjang sistem informasi yang
akan dibangun.
1.6 Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode pada saat
mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan. Penulis menggunakan
empat metode pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara, yaitu pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung
dari sumbernya (Guritno, Sudaryono & Rahardja, 2011).
2. Observasi, yaitu pengamatan langsung ke obyek penelitian untuk melihat
kegiatan yang dilakukan dari dekat (Guritno, Sudaryono & Rahardja, 2011).
10
3. Studi Dokumen, yaitu memperoleh data langsung dari buku-buku,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, data penelitian, dll (Guritno,
Sudaryono & Rahardja, 2011).
4. Tinjauan Pustaka, yaitu meninjau penelitian-penelitian sebelumnya untuk
menghindari pembuatan ulang penelitian atau untuk menyempurnakan
penelitian sebelumnya (Guritno, Sudaryono & Rahardja, 2011).
Untuk metodologi perencanaan arsitektur enterprise, penulis
menggunakan metodologi TOGAF Versi 9. Ada 8 tahap yang akan dilakukan
pada penelitian ini, yaitu :
1. Preliminary Phase, yaitu fase awal untuk persiapan perencanaan arsitektur
enterprise. Tahapan ini dilakukan agar pemodelan arsitektur dapat berjalan
dengan baik.
2. Requirement Management, yaitu proses analisis dan pengelolaan
kebutuhan arsitektur di seluruh fase ADM. Pada fase ini akan dijelaskan
sistem yang sedang berjalan (as – is system). Pada tahap ini juga akan
dibuat solusi dari permasalahan yang telah dianalisis berdasarkan sistem
yang sedang berjalan (as-is system).
3. Phase A : Architecture Vision, fase untuk menentukan lingkup arsitektur
yang akan dikembangkan dan menciptakan pandangan yang seragam
mengenai pentingnya arsitektur enterprise guna mencapai tujuan
organisasi yang dirumuskan dalam bentuk strategi.
4. Phase B : Business Architecture, fase untuk menentukan model aktivitas
yang menggambarkan strategi layanan serta aspek lingkungan aktivitas
11
(organisasi, fungsi, proses, dan informasi) berdasarkan pada prinsip
aktivitas, tujuan aktivitas, dan penggerak strategi.
5. Phase C : Information System Architecture, fase yang terdiri atas arsitektur
data yang menetapkan tipe dan sumber utama data yang diperlukan untuk
mendukung aktivitas dan arsitektur aplikasi yang menetapkan jenis sistem
aplikasi utama yang dibutuhkan untuk mengolah data dan mendukung
aktivitas.
6. Phase D : Technology Architecture, fase yang memetakan komponen
aplikasi yang telah ditetapkan pada fase arsitektur aplikasi ke dalam satu
set komponen teknologi yang mewakili komponen software dan hardware.
7. Phase E : Opportunities and Solution, fase untuk mengevaluasi dan
memilih alternatif implementasi dan identifikasi parameter strategis
penilaian keterkaitan antara biaya dan manfaat.
8. Phase F : Migration Planning, fase untuk memilih proyek implementasi
yang bervariasi menjadi urutan prioritas.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis akan menyajikan pembahasan dalam lima
pokok bahasan yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
12
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat, metode penulisan
serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan teori-teori dasar yang terkait dengan teori
pengumpulan data, teori sistem informasi dan teknologi informasi
(SI/TI), teori perencanaan arsitektur enterprise, teori arsitektur
enterprise, teori framework TOGAF, metode TOGAF ADM, dan
teori diagram-diagram yang akan digunakan untuk memodelkan
serta menjelaskan arsitektur yang akan dirancang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi metode pengumpulan data, kerangka penelitian,
serta langkah-langkah yang digunakan terkait dengan perencanaan
arsitektur enterprise menggunakan metode TOGAF ADM. Pada bab
ini akan dijelaskan hal-hal apa saja yang akan dilakukan penulis
dalam setiap fase TOGAF ADM untuk memodelkan dan merancang
arsitektur.
BAB IV PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE
Pada bab ini akan diuraikan hasil dari pengumpulan data saat
penelitian untuk kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data-
data tersebut supaya dapat dibuat perencanaan arsitektur enterprise
menggunakan metode TOGAF ADM bagi Dewan Kehormatan
13
Penyelenggara Pemilu (DKPP). Perencanaan arsitektur enterprise
dibuat dengan cara memodelkan dan merancang visi arsitektur,
arsitektur bisnis (aktivitas), arsitektur sistem informasi, dan
arsitektur teknologi. Selain membuat arsitektur, pada bab ini juga
akan dijelaskan mengenai evaluasi dan analisis gap antara sistem
yang sedang berjalan (as –is system) dengan sistem yang akan
diusulkan (to – be system) melalui pemodelan dan perancangan
arsitektur.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri atas kesimpulan dari
hasil penelitian yang telah dilaksanakan beserta saran-saran untuk
perbaikan dari hasil penelitian ini.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu
kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian
(tes), dokumentasi, dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan, tergantung pada masalah yang dihadapi (Guritno et al. , 2011 : 125).
2.1.1 Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara digunakan bila
ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah
responden sedikit (Guritno et al. , 2011 : 131).
Pedoman wawancara berisi uraian penelitian yang umumnya
dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat
berjalan dengan baik. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data,
pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi responden berkenaan
dengan fokus masalah yang dikaji dalam penelitian.
2.1.2 Observasi
15
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke obyek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Obyek penelitian
bersifat perilaku, tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja dan
penggunaan responden kecil (Guritno et al. , 2011 : 134).
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung.
2.1.3 Studi Dokumen
Studi dokumen, yaitu memperoleh data langsung dari tempat penelitian,
meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-
foto, film dokumenter, serta data yang berkaitan dengan penelitian (Guritno et
al. , 2011 : 137).
2.1.4 Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka, yaitu meninjau penelitian-penelitian sebelumnya
untuk menghindari pembuatan ulang penelitian atau untuk menyempurnakan
penelitian sebelumnya (Guritno et al. , 2011 : 86).
Tinjauan pustaka ditekankan pada hasil-hasil penelitian terdahulu,
dimulai dari yang paling aktual ditelusuri hingga paling awal. Tinjauan pustaka
harus menjadi landasan teoritis untuk penelitian yang akan kita lakukan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan tinjauan pustaka, yaitu
(Guritno et al. , 2011 : 87) :
16
1. Mengidentifikasi kesenjangan penelitian ini.
2. Menghindari membuat ulang sehingga banyak menghemat waktu serta
menghindari kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain.
3. Mengidentifikasi metode yang pernah dilakukan dan relevan terhadap
penelitian ini.
4. Meneruskan capaian penelitian sebelumnya sehingga dengan adanya studi
pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat dibangun di atas
platform pengetahuan atau ide yang sudah ada.
5. Mengetahui orang lain yang ahli dan mengerjakan di area penelitian yang
sama sehingga dapat terjaring dalam komunitas yang dapat memberikan
kontribusi sumber daya yang berharga.
2.2. Konsep Dasar Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
2.2.1 Sistem
Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan,
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta
menghasilkan input dalam proses transformasi yang teratur (Mulyanto, 2009 :
2).
Menurut O’Brien & Marakas (2010 : 26), sistem adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan dengan batas yang sudah ditetapkan
dengan jelas, bekerja sama untuk mencapai sekumpulan tujuan dengan
menerima input dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang telah
diatur.
17
2.2.2 Informasi
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti bagi yang menerimanya, dan merupakan pengetahuan dari
hasil pengolahan data-data yang berhubungan menjadi sebuah kesimpulan
(Mulyanto, 2009 : 12-13).
Menurut Laudon & Laudon (2012 : 15), informasi adalah data yang
sudah dibentuk menjadi sebuah bentuk yang sangat berarti dan berguna untuk
setiap orang.
2.2.3 Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sistem untuk mengumpulkan, memproses,
menyimpan, menganalisis, menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.
Sistem informasi memproses input (data, instruksi) dan menghasilkan output
(laporan, kalkulasi) yang dikirim kepada pengguna atau sistem lainnya
(Sutarman, 2009 : 13)
Sistem informasi merupakan suatu komponen yang terdiri dari
manusia, teknologi informasi, dan prosedur kerja yang memproses,
menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk mencapai suatu
tujuan (Mulyanto, 2009 : 29).
Menurut Laudon & Laudon (2012 : 15), sistem informasi adalah
sekumpulan komponen berhubungan yang mengumpulkan, memproses,
18
menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan
keputusan dan pengawasan di dalam organisasi.
Menurut Sutarman (2009 : 16), sistem informasi memiliki beberapa
kemampuan sebagai berikut :
a. Menyediakan proses transaksi yang cepat dan akurat dengan cara sistem
informasi menangkap, merekam, menyimpan, dan mengupdate data.
b. Menyediakan penyimpanan dengan kapasitas besar dan akses cepat
terhadap penyimpanan.
c. Menyediakan komunikasi yang cepat menggunakan jaringan yang
memungkinkan pekerja dan komputer untuk berkomunikasi secara
langsung.
d. Mengurangi informasi yang terlalu berlebihan menggunakan jaringan
komputer dengan cara merancang sistem informasi yang dapat menyaring
informasi.
e. Span boundaries yang memfasilitasi pengambilan keputusan pada area
fungsional, rekayasa proses bisnis, dan komunikasi.
f. Menyediakan penunjang dalam pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi dan pada semua level organisasi.
2.2.4 Komponen Sistem Informasi
19
Menurut O’Brien & Marakas (2010 : 31), sistem informasi bergantung
pada sumber daya manusia (end user dan ahli sistem informasi), hardware
(mesin da media), software (program dan prosedur), data (data dan
pengetahuan), dan jaringan (media komunikasi dan pendukung jaringan) untuk
melakukan input, proses, output, penyimpanan, dan pengaturan aktivitas yang
mengubah sumber data ke dalam produk informasi.
Sistem informasi terdiri dari lima sumber daya yang dikenal sebagai
komponen sistem informasi. Kelima sumber daya tersebut adalah manusia,
hardware, software, data dan jaringan (Mulyanto, 2009 : 31).
1. Sumber Daya Manusia
Menurut O’Brien & Marakas (2010 : 32), sumber daya manusia merupakan
unsur dasar untuk keberhasilan semua operasi sistem informasi. Yang termasuk
ke dalam sumber daya manusia adalah end user (pengguna akhir) dan ahli
sistem informasi.
End user adalah orang yang menggunakan sistem informasi atau
menggunakan informasi sebagai produk dari sistem informasi. Hampir semua
end user adalah “pekerja pengetahuan”, yaitu orang yang menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dalam tim.
Mereka menciptakan, menggunakan, dan mendistribusikan informasi.
Ahli sistem informasi adalah orang yang mengembangkan dan
mengoperasikan sistem informasi. Yang termasuk ke dalam ahli sistem
informasi, yaitu system analyst, pengembang software, operator sistem. System
analyst merancang sistem informasi berdasarkan kebutuhan informasi dari end
20
user, pengembang software menciptakan program komputer berdasarkan
spesifikasi dari system analyst, dan operator sistem memantau dan
mengoperasikan sistem komputer dan jaringan yang besar.
2. Sumber Daya Hardware
Menurut O’Brien & Marakas (2010 : 32-33), sumber daya hardware adalah
semua peralatan yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Secara spesifik,
sumber daya hardware bukan hanya mesin, seperti komputer dan peralatan
lain, tetapi juga semua media data, seperti objek nyata dalam data yang tercatat
dari lembaran kertas sampai magnetic disk atau optical disk. Contoh hardware
dalam sistem informasi berbasis komputer, yaitu sistem komputer dan
sekeliling komputer (computer peripheral).
Sistem komputer terdiri atas CPU (Central Processing Unit) yang
mengandung microprocessors dan variasi perangkat terhubung, seperti printer,
scanner, monitor, dan lainnya.
Computer peripheral adalah berbagai perangkat seperti keyboard dan
mouse untuk memasukkan data, printer untuk mengeluarkan informasi, dan
magnetic atau optical disk drive untuk penyimpanan sumber data.
3. Sumber Daya Software
Sumber daya software adalah semua rangkaian perintah (instruksi) yang
digunakan untuk memproses informasi yang berupa program dan prosedur.
Program adalah sekumpulan instruksi untuk operasi yang mengatur hardware
komputer. Prosedur adalah sekumpulan instruksi pemrosesan informasi yang
dibutuhkan orang. Yang termasuk ke dalam sumber daya software, yaitu
21
software sistem, software aplikasi, dan prosedur (O’Brien & Marakas, 2010 :
33).
Software sistem adalah program sistem operasi yang mengatur dan
mendukung operasi sistem komputer. Software aplikasi adalah program yang
mengatur pemrosesan untuk penggunaan komputer secara khusus oleh end
user. Prosedur adalah instruksi operasi untuk orang-orang yang akan
menggunakan sistem informasi.
4. Sumber Daya Data
Menurut O’Brien & Marakas (2010 : 34), sumber daya data adalah bahan
baku untuk masukan sebuah sistem informasi yang dapat membentuk sumber
daya organisasi. Sumber daya data dapat berupa teks, gambar, audio, maupun
video.
Sumber daya data dalam sistem informasi adalah untuk dikelola, disimpan
dan diakses oleh teknologi manajemen sumber daya data ke dalam database
dan dasar pengetahuan. Database menyimpan data yang sudah diproses dan
dikelola. Dasar pengetahuan menyimpan pengetahuan dalam bentuk seperti
fakta, aturan, dan contoh kasus tentang praktek bisnis yang berhasil.
5. Sumber Daya Jaringan
Menurut Mulyanto (2009 : 33), sumber daya jaringan merupakan media
komunikasi yang menghubungkan komputer, pemroses komunikasi, dan
peralatan lainnya, serta dikendalikan melalui software komunikasi.
Menurut O’Brien & Marakas (2010 : 34-35), yang termasuk ke dalam
sumber daya jaringan adalah media komunikasi dan infrastruktur jaringan.
22
Contoh media komunikasi adalah kabel coaxial dan fiber optik, serta
teknologi wireless satelit. Infrastruktur jaringan menekankan pada banyak
hardware, software, dan teknologi data yang diperlukan untuk mendukung
operasi dan digunakan pada jaringan komunikasi. Contoh infrastruktur
jaringan adalah modem, sistem operasi jaringan, dan paket internet browser.
2.2.5 Teknologi Informasi
Menurut Information Technology Association of America (ITAA)
(dalam Sutarman, 2009 : 13), teknologi informasi adalah suatu studi,
perancangan, pengembangan, implementasi, dukungan atau manajemen sistem
informasi berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat lunak dan
perangkat keras komputer.
Menurut O’Brien & Marakas (2010 : 565), teknologi informasi adalah
teknologi hardware, software, alat telekomunikasi, manajemen database dan
teknologi pemrosesan informasi lainnya yang digunakan dalam sistem
informasi berbasis komputer.
Menurut Laudon & Laudon (2012 : 648), teknologi informasi adalah
semua teknologi hardware dan software yang dibutuhkan perusahaan untuk
mencapai tujuan bisnis.
Teknologi informasi adalah bagian dari sistem informasi dan
merupakan perkembangan teknologi komputer yang dipadukan dengan
teknologi telekomunikasi (Mulyanto, 2009).
23
Menurut Sutarman (2009 : 18), fungsi teknologi informasi ada enam,
yaitu :
a. Menangkap (capture)
Menangkap data yang relevan dengan kebutuhan user dari kumpulan data
yang tersedia.
b. Mengolah (processing)
Mengolah data masukan untuk menjadi informasi, berupa konversi
(pengubahan data ke bentuk lain), analisis (analisis kondisi), perhitungan
(kalkulasi), sintesis (penggabungan) segala bentuk data dan informasi.
c. Menghasilkan (generating)
Menghasilkan atau mengorganisasikan informasi ke dalam bentuk yang
berguna, misalnya laporan, tabel, dan grafik.
d. Menyimpan (storage)
Menyimpan data dan informasi dalam suatu media penyimpanan yang
dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
e. Mencari kembali (retrieval)
Menelusuri, mendapatkan kembali informasi atau menyalin data dan
informasi yang sudah tersimpan.
f. Transmisi (transmission)
Mengirim data dan informasi dari suatu lokasi ke lokasi lain melalui
jaringan komputer.
24
Keuntungan dari penerapan teknologi informasi (Sutarman, 2009 : 19)
adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan (speed)
Komputer dapat mengerjakan suatu perhitungan yang kompleks dalam
hitungan detik, jauh lebih cepat dari yang dapat dikerjakan oleh manusia.
b. Konsistensi (consistency)
Hasil pengolahan data lebih konsisten dan tidak berubah-ubah karena
format/bentuknya sudah standar.
c. Ketepatan (precision)
Komputer dapat mendeteksi suatu perbedaan yang sangat kecil, yang tidak
dapat dilihat dengan kemampuan manusia, dan juga dapat melakukan
perhitungan yang sulit.
d. Keandalan (reliability)
Hasil keluaran dari komputer lebih dipercaya dibandingkan dengan yang
dilakukan manusia karena kesalahan yang terjadi kemungkinannya lebih
kecil jika menggunakan komputer.
Infrastruktur TI adalah kumpulan perangkat fisik dan aplikasi software
yang dibutuhkan untuk mengoperasikan perusahaan. Infrastruktur TI
merupakan sumber daya teknologi bersama yang menyediakan platform untuk
aplikasi sistem informasi bagi perusahaan. Yang termasuk infrastruktur TI
25
adalah investasi dalam hardware, software, dan layanan (konsultasi,
pendidikan, dan pelatihan) yang dibagikan kepada seluruh perusahaan atau
seluruh unit di dalam perusahaan (Laudon & Laudon, 2012 : 165).
2.3. Konsep Perencanaan arsitektur enterprise
Menurut Lederer & Sethi (dalam Rapiyadi, 2009 : 3), perencanaan
arsitektur enterprise adalah proses untuk mengidentifikasi portfolio aplikasi
berbasis komputer untuk mendukung perusahaan dalam menjalankan rencana
bisnis dan tujuan bisnis.
Perencanaan arsitektur enterprise membantu perusahaan untuk
menentukan prioritas dalam perencanaan dan pengembangan sistem informasi
secara efektif, efisien, dan memiliki nilai strategis yang selaras dengan strategi
perusahaan, serta menciptakan keunggulan kompetitif (Doherty et al. dalam
Rapiyadi, 2009 : 3).
Perencanaan arsitektur enterprise menurut James Martin yang
menggunakan metodologi information engineering adalah perencanaan yang
ditujukan untuk meningkatkan sumber daya modal, manusia, dan sistem
informasi guna mendukung pencapaian visi bisnis (Ulum, 2008 : 10).
Perencanaan arsitektur enterprise menurut Wetherbe yang menggunakan
metodologi four stage model adalah pondasi untuk pengembangan sebuah
portfolio aplikasi yang selaras dengan tujuan perusahaan dan memiliki
kemampuan untuk menciptakan keunggulan di atas pesaing (Ulum, 2008 : 12).
26
Perencanaan arsitektur enterprise menurut Tozer adalah pendekatan yang
praktis dan formal yang berdasarkan pada konsep strategi bisnis yang
menentukan cara mengeksploitasi sumber daya SI/TI beserta pemanfaatannya
(Rapiyadi, 2009 : 8).
Perencanaan arsitektur enterprise menurut Price Waterhouse merupakan
perencanaan yang didasarkan pada empat hal, yaitu arah dan tujuan organisasi,
prioritas strategi SI/TI, nilai pemanfaatan SI/TI, pengalaman praktis yang
mendukung teori (Rapiyadi, 2009 : 13).
Visi dan misi organisasi umumnya dinyatakan dalam bentuk sasaran dan
tujuan yang akan dicapai oleh organisasi tersebut dan kemudian ditentukan
strategi yang diperlukan serta tolok ukur bagi pelaksanaan dan pengukuran
hasil-hasilnya. Hubungan antara strategi organisasi dengan sistem informasi,
yaitu (Surendro, 2009 : 2-3) :
1. Peran sistem informasi, sebagai pendukung terwujudnya tujuan organisasi,
dapat diterjemahkan sebagai misi sistem informasi dalam organisasi.
2. Misi sistem informasi mengarahkan pembangunan dan implementasi
arsitektur organisasi melalui sekumpulan tujuan. Tujuan adalah
pernyataan bagian dari misi sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan
organisasi.
Menurut Surendro (2009 : 4), perencanaan strategis informasi merupakan
bagian dari metodologi kerekayasaan informasi (Martin, 1990) yang digunakan
untuk mengidentifikasi strategi pencapaian visi dan misi sistem informasi
27
melalui pengelolaan dan pengembangan sistem informasi. Pada metodologi
kerekayasaan informasi, perencanaan strategis informasi dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu sisi data dan sisi aktivitas.
Perencanaan strategis informasi di sisi data, arah tinjauan strategisnya
adalah upaya terhadap pemenuhan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh
organisasi. Perencanaan strategis informasi di sisi aktivitas, arah tinjauan
strategisnya adalah dalam hal pemanfaatan teknologi untuk peningkatan kinerja
organisasi.
Gambar 2.1 Metodologi Kerekayasaan Informasi (Martin, 1990)
Tujuan utama perencanaan strategis informasi adalah mempersiapkan
rencana bagi pengelolaan analisis, perancangan dan pengembangan sistem-
sistem aplikasi berbasis komputer. Perencanaan ini menjembatani kesenjangan
antara rencana strategis bisnis dan pengembangan sistem informasi dengan
mengidentifikasi strategi-strategi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
informasi organisasi dalam mencapai tujuan bisnisnya (Surendro, 2009 : 4).
28
Sumber daya (resources) yang dimiliki suatu organisasi untuk mencapai
tujuan memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, sistem informasi yang dibangun
harus benar-benar selaras dengan strategi bisnis dan sistem yang dibangun harus
mampu memberikan dampak positif bagi bisnis. Maka perlu dilakukan
perencanaan strategis SI/TI yang tepat bagi perusahaan.
Menurut Ward dan Peppard (dalam Wedhasmara, 2007 : 3-4), perencanaan
strategis SI/TI merupakan suatu proses yang menggunakan tujuan (goals),
strategi (strategy), sasaran (objectives), proses bisnis serta kebutuhan-
kebutuhan informasi suatu organisasi sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan
memilih sistem teknologi informasi apa yang akan dikembangkan dan kapan
sistem tersebut akan dikembangkan. Perencanaan strategis SI/TI menjelaskan
berbagai tools, teknik dan kerangka kerja bagi manajemen untuk menyelaraskan
strategi SI/TI dengan strategi bisnis, bahkan mencari kesempatan baru melalui
penerapan teknologi yang inovatif.
Menurut Ward & Peppard (dalam Wedhasmara, 2007 : 1) ada tiga sasaran
utama untuk penerapan SI/TI dalam suatu organisasi, yaitu :
1. Memperbaiki efisiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses
yang mengelola informasi.
2. Meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan
informasi guna pengambilan keputusan.
3. Memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif
organisasi dengan mengubah gaya dan cara berbisnis.
29
Sering ditemukan bahwa penerapan TI kurang berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja dan kesuksesan bisnis organisasi maupun peningkatan
daya saing organisasi. Hal tersebut terjadi akibat penerapan SI/TI yang hanya
berfokus pada teknologinya saja. Oleh karena itu, cara efektif untuk
mendapatkan manfaat strategis dari penerapan SI/TI adalah dengan
berkonsentrasi pada kaji ulang bisnis (rethinking business) melalui analisis
masalah bisnis saat ini dan perubahan lingkungannya serta mempertimbangkan
TI sebagai bagian dari solusi (Wedhasmara, 2007 : 1).
2.3.1. Strategi SI/TI
Strategi SI adalah kebutuhan atau permintaan informasi dan sistem untuk
mendukung strategi bisnis secara keseluruhan. Strategi SI didasarkan pada
bisnis dengan mempertimbangkan dampak kompetitif dan persyaratan
penyelarasan SI/TI. Pada dasarnya, strategi SI mendefinisikan strategi dan
memprioritaskan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai portfolio aplikasi
yang ideal dan manfaat yang diharapkan dalam keterbatasan sumber daya dan
sistem yang saling ketergantungan (Ward & Peppard, 2002 : 61).
Strategi TI berkaitan dengan menguraikan visi tentang bagaimana
permintaan organisasi untuk informasi dan sistem akan didukung oleh
teknologi. Strategi TI membahas penyediaan kemampuan dan sumber daya TI
(termasuk hardware, software, dan telekomunikasi) serta layanan, seperti
operasi TI, pengembangan sistem, dan dukungan pengguna (Ward & Peppard,
2002 : 61).
30
Dari dua definisi di atas , dapat disimpulkan bahwa strategi SI
menekankan pada penentuan aplikasi sistem informasi yang dibutuhkan
organisasi atau menjawab pertanyaan “apa?”. Sedangkan strategi TI lebih
menekankan pada pemilihan teknologi, infrastruktur, dan keahlian khusus yang
terkait atau menjawab pertanyaan “bagaimana?”.
Menurut Ward & Peppard (2002 : 135-136), tujuan yang paling umum
organisasi mengadopsi proses strategi SI/TI, yaitu :
1. Menyelaraskan SI/TI dengan bisnis untuk mengidentifikasi dimana SI/TI
berkontribusi paling banyak dan penentuan prioritas untuk investasi.
2. Mendapatkan keunggulan kompetitif dari peluang bisnis yang dibuat
dengan menggunakan SI/TI.
3. Membangun infrastruktur teknologi dengan biaya efektif untuk masa
depan.
4. Mengembangkan sumber daya yang tepat dan kompeten untuk
mengimplementasikanSI/TI di seluruh organisasi dengan sukses.
2.4. Metodologi Perencanaan Strategis Sistem dan Teknologi Informasi
Metodologi merupakan kumpulan dari metode, teknik, dan tools untuk
analisis yang digunakan dalam proses mengerjakan kegiatan. Tujuan
penggunaan metodologi untuk perencanaan arsitektur enterprise adalah untuk
mengurangi kesalahan dan resiko kegagalan serta memastikan keterlibatan
31
semua stakeholder (Rapiyadi, 2009 : 6). Berikut ini adalah beberapa bahasan
singkat tentang metodologi perencanaan arsitektur enterprise menurut The
Open Group, Ward dan Peppard, Tozer, dan Wetherbe.
2.4.1. Metodologi Menurut The Open Group
Metodologi menurut The Open Group adalah TOGAF (The Open
Group Architecture Framework). TOGAF menyediakan metode dan tools
yang lengkap untuk membangun, mengelola, dan mengimplementasikan
sistem informasi secara menyeluruh. TOGAF memiliki komponen ADM
(Architecture Development Method) yang merupakan metode yang dipakai
sebagai panduan untuk merencanakan, merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan sistem informasi untuk organisasi (Surendro dalam
Gandhi, 2012 : 2). TOGAF mempunyai 4 pilar utama untuk pengembangan
arsitektur TIK, yaitu arsitektur organisasi (biasa disebut arsitektur bisnis),
arsitektur aplikasi, arsitektur data, dan arsitektur teknologi.
2.4.2. Metodologi Menurut Ward dan Peppard
Metodologi menurut Ward dan Peppard adalah SPIS (Strategic
Planning for Information System). SPIS bertujuan untuk menangkap peluang
bisnis, serta meningkatkan keunggulan kompetitif untuk memanfaatkan SI/TI
dengan maksimal. SPIS membuat tahapan masukan dan keluaran yang
didasarkan pada kebutuhan bisnis. Tahap masukan berisi identifikasi dan
32
analisis kondisi bisnis internal dan eksternal, serta kondisi sistem informasi
internal dan eksternal. Tahap keluaran berisi strategi SI bisnis, strategi TI dan
strategi manajemen SI/TI (Rapiyadi, 2009 : 6).
2.4.3. Metodologi Menurut Tozer
Metodologi ini merupakan pendekatan praktis dan formal berdasarkan
pada konsep strategi bisnis yang menentukan cara mengeksplorasi sumber daya
SI/TI beserta pemanfaatannya. Tahapan perencanaan arsitektur enterprise
menurut Tozer, yaitu menentukan konteks dan ruang lingkup, menentukan
informasi mengenai bisnis dan kebutuhan pendukungnya, mengevaluasi
kesesuaian sistem dengan kebutuhan saat ini dan mengidentifikasi pilihan
solusi, menentukan solusi strategi, menyiapkan dan melakukan rencana
implementasi (Rapiyadi, 2009 : 8).
2.4.4. Metodologi Menurut James Martin
Metodologi menurut James Martin adalah Information Engineering.
Information engineering ditujukan untuk meningkatkan pengelolaan sumber
daya modal, orang, dan sistem informasi untuk mendukung pencapaian visi
bisnis. Metodologi ini merupakan kumpulan teknik-teknik formal yang
berkaitan dalam tahapan perencanaan, analisis, perancangan, dan konstruksi
33
perencanaan SI/TI organisasi secara menyeluruh. Information engineering
memiliki 4 lapisan, yaitu perencanaan strategi informasi, analisis area bisnis,
perancangan sistem, konstruksi (Ulum, 2008 : 10).
2.4.5. Alasan Pemilihan Metodologi
Kelemahan dari metodologi Ward dan Peppard serta Tozer, yaitu
metodologi mereka terlalu fokus berorientasi terhadap analisis dan solusi untuk
strategi dan peluang bisnis. Sedangkan, untuk membuat perencanaan arsitektur
enterprise bukan hanya aspek bisnis yang diperlukan, tetapi juga aspek
perancangan sistem dan teknologi untuk membangun sistem informasi itu
sendiri. Kedua metodologi itu juga tidak mempunyai tahapan untuk
perancangan, pembangunan dan implementasi sistem informasi, hanya sebatas
sampai tahapan analisis permasalahan dan solusi.
Metodologi James Martin sudah mulai membuat perencanaan arsitektur
enterprise mulai dari tahap perencanaan sampai tahap implementasi.
Sayangnya, metodologi James Martin belum memiliki tools standard untuk
membuat perencanaan arsitektur enterprise. Jadi, hasil akhir dari perencanaan
arsitektur enterprise yang dibuat dengan metodologi ini pasti akan berbeda-
beda dan tidak ada kualitas standard untuk menentukan kelayakan perencanaan
yang dibuat.
Setelah memahami beberapa metodologi perencanaan arsitektur
enterprise, akhirnya penulis memilih metodologi TOGAF. Sebenarnya,
TOGAF adalah metodologi yang digunakan untuk arsitektur enterprise. Tetapi,
34
metodologi ini bersifat fleksibel karena dapat dikolaborasikan dengan
metodologi lain dan metodologi ini juga mampu menyediakan metode yang
sistematis dan tools yang lengkap untuk membangun, mengelola, dan
mengimplementasikan sistem informasi secara menyeluruh.
Tujuan utama perencanaan strategis informasi adalah mempersiapkan
rencana bagi pengelolaan analisis, perancangan dan pengembangan sistem-
sistem aplikasi berbasis komputer. Jika kembali melihat tujuan dari dibuatnya
perencanaan arsitektur enterprise, maka metodologi TOGAF dapat memenuhi
semua kebutuhan untuk membangun suatu perencanaan strategis secara
lengkap dan menyeluruh di sebuah organisasi. TOGAF tidak hanya melakukan
analisis untuk menemukan solusi bagi permasalahan organisasi, tetapi TOGAF
juga membuat perancangan arsitektur dengan tools yang telah terstandarisasi.
Hasil dari perancangan arsitektur tersebut sangat membantu pada tahapan
pengembangan dan implementasi sistem informasi.
2.5. Konsep Arsitektur Enterprise
2.5.1. Enterprise
Menurut para ahli, enterprise didefinisikan sebagai berikut.
1. Enterprise adalah suatu informasi strategis berdasarkan aset yang
mendefinisikan misi, kebutuhan informasi untuk melakukan misi, dan
35
proses peralihan untuk mengimplementasikan teknologi baru dalam
merespon kebutuhan perubahan misi (Rumapea & Surendro, 2007 : 2).
2. Enterprise adalah kumpulan dari integrasi sistem yang ada di suatu
organisasi di bawah kontrol atau pengendalian berupa bisnis, layanan,
maupun keanggotaan guna mencapai tujuan organisasi (Widiatmo, 2012 :
24).
3. Enterprise diartikan sebagai semua kumpulan organisasi yang memiliki
sekumpulan tujuan. Enterprise diartikan sebuah agen pemerintahan,
sebuah korporasi keseluruhan, divisi korporasi, departemen tunggal atau
sebuah rantai organisasi yang terhubung tetapi berjauhan secara geografis
(The Open Group, 2009 : 5).
4. Enterprise bukan hanya perusahaan (company) yang berorientasi kepada
profit saja, tetapi juga bisa berupa organisasi non-profit atau nirlaba seperti
pemerintah, institusi pendidikan maupun organisasi amal (Surendro, 2009
: 9).
2.5.2 Arsitektur
Arsitektur adalah struktur dari komponen dimana masing-masing
komponen saling berelasi dan prinsip serta panduan dalam merancang yang
selalu berevolusi setiap saat (Rumapea & Surendro, 2007 : 2).
36
Arsitektur didefinisikan sebagai dasar sistem organisasi yang terdiri
dari sekumpulan komponen yang memiliki hubungan satu sama lainnya serta
memiliki keterhubungan dengan lingkungan sistem, dan memiliki aturan untuk
perancangan dan evaluasi (The Open Group, 2009 : 9). Arsitektur pada
dasarnya menceritakan bagaimana bentuk konstruksi sebuah sistem,
bagaimana setiap komponen sistem disusun, dan bagaimana semua aturan dan
interface digunakan untuk mengintegrasikan seluruh komponen yang ada.
Arsitektur menyiratkan suatu perencanaan yang diwujudkan dengan
model dan gambar dari bagian atau komponen dari sesuatu dengan berbagai
sudut pandang (Surendro, 2009 : 8).
Definisi arsitektur dalam konteks teknologi informasi adalah organisasi
fundamental dari sebuah sistem dengan software-intensive. Dikatakan sebuah
sistem adalah software-intensive karena bagian yang paling penting dari sebuah
arsitektur TI adalah aplikasinya, bagian yang memungkinkan pengguna dapat
melakukan pekerjaan bisnisnya. Aplikasi dalam sebuah arsitektur TI
memerlukan infrastruktur (fondasi). Fondasi ini terdiri dari komputer server,
desktop workstation, storage dan network. Software server termasuk
middleware application server, database server, dan messaging system. Data
disimpan di fondasi ini, kemudian diolah sebagai suatu aset dan tersedia
dengan akses yang dikendalikan oleh beberapa aplikasi. Fondasi ini merupakan
host untuk solusi integrasi agar aplikasi dapat berkomunikasi satu sama lain.
Dalam konteks teknologi informasi, arsitektur merencanakan
(menggambarkan) sistem secara keseluruhan agar dapat diimplementasikan
37
yang mencakup aplikasi, jaringan, hardware dan software yang diperlukan dan
mendukung aplikasi (Pratiwi, 2013 : 31).
2.5.3 Enterprise Architecture
Enterprise Architecture merupakan salah satu disiplin dalam sistem
informasi, memiliki definisi sebagai berikut (Setiawan, 2009 : 1) :
1. Deskripsi misi para stakeholder yang mencakup parameter informasi,
fungsionalitas, lokasi, organisasi, dan kinerja. Enterprise Architecture
menjelaskan rencana untuk membangun sistem atau sekumpulan sistem.
2. Pendekatan logis komprehensif dan holistik untuk merancang dan
mengimplementasikan sistem dan komponen sistem yang sama.
3. Basis aset informasi strategis yang menentukan misis, informasi dan
teknologi yang dibutuhkan untuk melaksanakan misis dan proses transisi
untuk mengimplementasikan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap
perubahan kebutuhan misi.
Definisi Enterprise Architecture adalah kumpulan prinsip, metode, dan
model yang bersifat masuk akal yang digunakan untuk mendesain dan
merealisasikan sebuah struktur organisasi enterprise, proses bisnis, sistem
informasi dan infrastrukturnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Enterprise
Architecture merupakan cara untuk menggambarkan model operasional
enterprise yang mencakup aspek perencanaan bisnis, operasional bisnis,
otomasi, hingga infrastruktur teknologi informasi pendukungnya. Enterprise
Architecture memiliki empat domain utama, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur
38
informasi, arsitektur teknologi dan arsitektur aplikasi. Sehubungan dengan
keempat domain ini, produk Enterprise Architecture akan berupa grafik, model
atau narasi yang menjelaskan lingkungan dan rancangan enterprise (Surendro,
2009 : 10).
Jadi dapat disimpulkan, Enterprise Architecture adalah blueprint
organisasi yang menentukan bisnis, informasi, dan teknologi yang digunakan
agar tercapai misi organisasi.
Arsitektur enterprise menyediakan strategi, pandangan top-down pada
organisasi untuk memungkinkan para eksekutif, perencana, dan arsitek untuk
berkoordinasi, berintegrasi, dan melakukan kegiatan mereka dengan jelas.
Kerangka arsitektur enterprise menunjuk pada struktur yang
menyiapkan semua unsur arsitektur enterprise. Dan juga menentukan
hubungan antarunsur tersebut secara konsisten dan teratur. Pembangunan suatu
arsitektur enterprise yang adaptif dimulai dengan penciptaan kerangka
arsitektur.
2.6. TOGAF
Menurut The Open Group (2009 : 9), The Open Group Architecture
Framework (TOGAF) adalah kerangka kerja arsitektur yang menyediakan
metode dan tools untuk membantu dalam penerimaan, produksi, penggunaan,
39
dan pemeliharaan arsitektur enterprise. TOGAF didasarkan pada proses yang
berulang-ulang yang didukung oleh best practices dan penggunaan kembali
aset-aset arsitektur yang sudah ada.
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) adalah kerangka
kerja dan metode yang diterima secara luas dalam pengembangan arsitektur
perusahaan. TOGAF memberikan metode yang detail mengenai bagaimana
membangun, mengelola, dan mengimplementasikan arsitektur enterprise dan
sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method
(ADM) (Surendro, 2009 : 59).
TOGAF berperan penting dalam membantu proses pengembangan
arsitektur, memungkinkan pengguna TI membangun solusi berbasis sistem
terbuka untuk kebutuhan bisnis mereka. Menurut The Open Group (2009 : 10),
ada empat jenis arsitektur yang umumnya diterima sebagai bagian dari
keseluruhan Enterprise Architecture, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur data,
arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Kombinasi arsitektur data dan
aplikasi disebut juga arsitektur sistem informasi.
1. Arsitektur Bisnis
Arsitektur yang menetapkan strategi bisnis, tata kelola, organisasi, dan
proses bisnis utama. Arsitektur bisnis menggambarkan strategi, maksud,
fungsi, proses, informasi dan aset bisnis yang penting untuk memberikan
layanan bagi masyarakat, bisnis, pemerintah, dan sebagainya. Kerangka
arsitektur bisnis memberikan struktur untuk pengumpulan detail mengenai
40
motivasi, organisasi, lokasi, kejadian, fungsi, dan aset yang menentukan
arah perusahaan dari sudut pandang bisnis (Surendro, 2009 : 35-36).
2. Arsitektur Data
Arsitektur yang menggambarkan struktur aset data dan sumber daya
manajemen data organisasi secara logis dan fisik. Kerangka arsitektur data
menyediakan struktur untuk mendokumentasikan detail informasi yang
penting bagi organisasi (Surendro, 2009 : 36).
Kerangka kerja konseptual yang menetapkan struktur dasar, konten, dan
hubungan database yang menyediakan data yang dibutuhkan untuk
mendukung proses bisnis dalam organisasi (O’Brien & Marakas, 2010 :
565).
3. Arsitektur Aplikasi
Arsitektur yang menyediakan blueprint untuk sistem aplikasi individu
untuk digunakan, interaksi sistem aplikasi individu, dan hubungan sistem
aplikasi individu dengan proses bisnis inti organisasi. Arsitektur aplikasi
adalah proses yang memusatkan pada pengembangan dan penerapan solusi
atau layanan yang sedang diciptakan untuk organisasi tersebut. Kerangka
arsitektur aplikasi adalah gabungan dari proses yang memanfaatkan
komponen dan model bisnis, informasi, dan teknologi untuk merancnag
suatu aplikasi bisnis yang diinginkan (Surendro, 2009 : 37). Perencanaan
konseptual dalam aplikasi bisnis teknologi informasi yang dirancang
sebagai arsitektur sistem perusahaan yang terintegrasi dan mendukung
proses bisnis (O’Brien & Marakas, 2010 : 557).
41
4. Arsitektur Teknologi
Menggambarkan kemampuan logis software dan hardware yang
diperlukan untuk mendukung penyebaran bisnis, data, dan layanan
aplikasi. Arsitektur teknologi memasukkan infrastruktur TI, middleware,
jaringan, komunikasi, proses dan standar. Arsitektur teknologi adalah
suatu pendekatan dalam menjelaskan struktur dan hubungan teknologi
perusahaan saat ini dan di masa depan untuk memaksimalkan nilai dalam
teknologi tersebut. Kerangka arsitektur teknologi menyediakan
sekumpulan proses yang mendukung penerapan dan penyampaian
arsitektur teknologi (Surendro, 2009 : 36).
2.7. Metode TOGAF ADM
TOGAF ADM (Architecture Development Method) menyediakan proses
yang teruji dan berulang untuk mengembangkan arsitektur. ADM termasuk
membangun kerangka kerja arsitektur, mengembangkan konten arsitektur,
transisi, dan mengatur realisasi arsitektur. Semua kegiatan tersebut dilakukan
dalam siklus berulang yang berkelanjutan dan terealisasi agar memungkinkan
organisasi untuk mengubah perusahaan mereka dengan cara terkontrol dalam
menanggapi tujuan bisnis dan peluang (The Open Group, 2009 : 51).
ADM (Architecture Development Method) merupakan hasil dari kerja
sama praktisi arsitektur dalam Open Group Architecture. ADM adalah metode
generic yang berisi sekumpulan aktivitas yang mempresentasikan progresi dari
42
setiap fase ADM dan model arsitektur yang digunakan dan dibuat selama tahap
pengembangan Enterprise Architecture (Surendro, 2009 : 59).
Inti dari ADM adalah pengelolaan kebutuhan, dimana kebutuhan bisnis,
sistem informasi, dan arsitektur teknologi selalu diselaraskan dengan sasaran
dan kebutuhan bisnis.
Gambar 2.2 TOGAF ADM
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing fase pada TOGAF ADM
menurut The Open Group (2009 : 67 – 202).
2.7.1. Preliminary Phase
Fase preliminary merupakan tahap awal persiapan perencanaan
arsitektur enterpriseuntuk perencanaan arsitektur enterprise. Tahapan ini
dilakukan untuk menentukan framework dan metodologi untuk
43
mengembangkan arsitektur enterprise pada organisasi, mengidentifikasi
stakeholder yang terlibat pada penciptaan arsitektur enterprise, serta
menentukan ruang lingkup arsitektur enterprise yang akan dikembangkan.
Tujuan dari fase preliminary adalah untuk meyakinkan setiap orang yang
terlibat di dalamnya bahwa pendekatan ini berkomitmen untuk kesuksesan dari
setiap arsitektur yang akan dibuat.
Pada fase preliminary dilakukan identifikasi “who”, “what”, “why”,
“when” dan “where” dari arsitektur itu sendiri (The Open Group, 2009 : 68).
1. “What” adalah ruang lingkup dari usaha arsitektur.
2. “Who” adalah siapa yang akan memodelkannya, siapa orang yang
bertanggung jawab untuk mengerjakan arsitektur tersebut, dimana mereka
akan dialokasikan dan bagaimana peranan mereka.
3. “How” adalah bagaimana mengembangkan Enterprise Architecture,
menentukan framework dan metode yang akan digunakan untuk
menangkap informasi.
4. “When” adalah kapan tanggal penyelesaian arsitektur.
5. “Why” adalah mengapa arsitektur ini dibangun. Hal ini berhubungan
dengan tujuan organisasi, yaitu bagaimana arsitektur dapat memenuhi
tujuan organisasi.
6. “Where” adalah penunjukkan lokasi kerja dari organisasi. Memungkinkan
organisasi berada di satu bangunan, beberapa kantor atau di sekeliling
dunia. Jika semua lokasi organisasi saling terkoneksi maka diperlukan
identifikasi terlebih dahulu.
44
Preliminary phase memiliki input, langkah-langkah, dan output
sebagai berikut (The Open Group, 2009 : 75 - 79).
a. Input
1. Prinsip dan tujuan aktivitas.
2. Struktur organisasi.
b. Langkah-Langkah
1. Menentukan ruang lingkup unit-unit inti yang terlibat dalam
perencanaan arsitektur enterprise.
2. Mengidentifikasi stakeholder, kebutuhan bisnis, dan visi arsitektur.
3. Memastikan dukungan kerangka kerja dari para stakeholder.
4. Mendefinisikan dan membuat prinsip-prinsip arsitektur.
c. Output
1. Prinsip-prinsip perencanaan arsitektur enterprise (principles catalog).
Prinsip-prinsip tersebut akan menjadi dasar dalam pengembangan
perencanaan arsitektur enterprise yang menghasilkan beberapa
arsitektur. Prinsip-prinsip dasar akan dibuat dalam principles catalog.
Penjelasan principles catalog dapat dilihat pada bagian 2.7.5.
2. Tabel identifikasi 5W (What, Who, Why, When, Where) + 1H (How),
tabel yang mengidentifikasi dan menguraikan apa yang akan
dilakukan pada objek penelitian, siapa yang akan mengerjakan dan
bertanggung jawab dengan pekerjaan pada objek penelitian,
bagaimana cara kerja pada objek penelitian, kapan waktu
penyelesaian pekerjaan pada objek penelitian, kenapa pekerjaan
45
dalam objek penelitian dilakukan dan dimana tempat objek penelitian
tersebut. Dalam skripsi ini, objek penelitian penulis adalah lembaga
pemerintahan DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu).
2.7.2. Requirements Management
Requirements management adalah proses pengelolaan kebutuhan
arsitektur di seluruh fase TOGAF ADM. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menentukan kebutuhan arsitektur enterprise, kebutuhan itu disimpan, lalu
dimasukkan ke dalam fase yang sesuai (The Open Group, 2009 : 204).
Sumber daya utama yang harus dikembangkan dalam tahapan ini adalah
skenario aktivitas. Skenario aktivitas mencakup process business (alur
aktivitas) dan issue (permasalahan dalam organisasi). Yang dimaksud dengan
process business dalam tahap ini adalah penjelasan sistem yang sedang
berjalan (as – is system) pada organisasi.
Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan input, langkah-langkah,
dan output dari tahapan requirements management adalah sebagai berikut :
a. Input
1. Kondisi sistem saat ini (as-is system)
2. Data inventaris sarana dan prasarana pendukung TIK
b. Langkah-Langkah
1. Menganalisis kekurangan dan kelebihan dari kondisi sistem saat ini
(as-is system).
46
2. Mengidentifikasi permasalahan dari kondisi sistem saat ini (as-is
system).
3. Membuat solusi dari setiap permasalahan pada kondisi sistem saat ini
(as-is system).
c. Output
1. Tabel permasalahan organisasi, yang menjelaskan tentang daftar
permasalahan dari setiap aktivitas organisasi. Dalam tabel tersebut
akan ada kolom tolak ukur yang menjelaskan setiap permasalahan
yang sudah diidentifikasi.
2. Tabel solusi aktivitas, yang berisi tentang permasalahan dari setiap
aktivitas beserta solusi yang akan mengatasi permasalahan tersebut.
3. Tabel solusi sistem informasi, isinya hampir sama dengan tabel solusi
aktivitas. Tetapi, perbedaannya ada pada kolom solusi. Pada tabel ini,
solusi yang diberikan sudah menyebutkan tentang sistem atau aplikasi
apa yang sebaiknya digunakan dalam mengatasi permasalahan.
2.7.3. Phase A : Architecture Vision
Visi arsitektur adalah fase awal pada ADM (Architecture Development
Method) untuk menciptakan keselarasan pandangan mengenai pentingnya
perencanaan arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan perusahaan dan
menentukan lingkup perencanaan strategis yang akan dikembangkan.Visi
arsitektur adalah kesempatan utama untuk menjual keuntungan dari
pengembangan yang disarankan kepada pembuat keputusan enterprise
47
sehingga memungkinkan tujuan bisnis tanggap kepada penggerak strategis,
sesuai dengan prinsip dan mencapai maksud dan tujuan stakeholder, klarifikasi
tujuan tersebut dan menunjukkan bagaimana tujuan dapat dicapai oleh
pengembangan arsitektur yang disarankan.
Tujuan dari fase visi arsitektur adalah :
1. Menjamin evolusi dari siklus pengembangan arsitektur untuk
mendapatkan pengakuan dan dukungan dari manajemen perusahaan atau
organisasi.
2. Melakukan validasi prinsip bisnis, tujuan bisnis, dan penggerak strategi
bisnis organisasi.
3. Mendefinisikan ruang lingkup dan melakukan identifikasi dan
memprioritaskan komponen dari arsitektur saat ini.
4. Mendefinisikan kebutuhan bisnis yang akan dicapai dalam usaha arsitektur
ini dan batasannya.
5. Menghasilkan visi arsitektur yang menunjukkan respon terhadap
kebutuhan dan batasannya.
Fase visi arsitektur memiliki input, langkah-langkah, dan output
sebagai berikut (The Open Group, 2009 : 84 - 91).
a. Input
1. Prinsip aktivitas, sasaran aktivitas, dan penggerak aktivitas.
b. Langkah-Langkah
1. Menguraikan tujuan aktivitas, penggerak aktivitas, dan
kendalaaktivitas.
48
2. Mendefinisikan apa yang ada di dalam dan di luar ruang lingkup
arsitektur saat ini.
3. Mengembangkan visi arsitektur
c. Output
1. Hasil identifikasi semua aktivitas yang ada di dalam organisasi.
Identifikasi tersebut dihasilkan dalam value chain, diagram yang
mengidentifikasi dan mengelompokkan seluruh aktivitas akan masuk
ke dalam kelompok aktivitas utama atau aktivitas pendukung.
Penjelasan value chain dapat dilihat pada bagian 2.7.1.
2. Hasil identifikasi stakeholder dengan aktivitas yang ada di organisasi
untuk mengetahui keterlibatan setiap stakeholder dalam organisasi,
dan untuk mengetahui kebutuhan setiap stakeholder dalam pembuatan
arsitektur. Identifikasi tersebut dijelaskan dalam stakeholder map
matrix, matriks yang menjelaskan hubungan antara stakeholder
dengan aktivitas pada organisasi. Penjelasan stakeholder map matrix
dapat dilihat pada bagian 2.7.5.
3. Visi dan misi organisasi, penjelasan tentang visi dan misi dari
organisasi agar perencanaan arsitektur enterprise yang akan dibuat
dapat selaras dengan visi misi organisasi.
2.7.4. Phase B : Business Architecture
Karena objek penelitian penulis merupakan lembaga pemerintahan,
maka seluruh makna bisnis akan diubah menjadi aktivitas atau tupoksi (tugas
49
pokok dan fungsi). Arsitektur bisnis berisi strategi aktivitas, organisasi, dan
informasi aktivitas utama. Arsitektur bisnis sering diperlukan sebagai sarana
untuk menunjukkan nilai aktivitas dan alur aktivitas yang akan diusulkan
sesuai dengan kebutuhan stakeholder.
Tujuan dari fase arsitektur bisnis adalah :
1. Menguraikan deskripsi dasar arsitektur bisnis (aktivitas).
2. Mengembangkan tujuan arsitektur bisnis, menguraikan strategi layanan
serta aspek geografis, informasi, fungsional, proses dan organisasi dari
lingkungan aktivitas yang berdasarkan pada prinsip dan tujuan aktivitas,
dan penggerak strategis.
3. Menganalisis gap antara arsitektur bisnis (aktivitas) saat ini dan arsitektur
bisnis (aktivitas) tujuan.
Fase arsitektur bisnis memiliki input, langkah-langkah, dan output
sebagai berikut (The Open Group, 2009 : 98 - 107).
a. Input
1. Kondisi aktivitas pada saat ini (as – is system)
b. Langkah-Langkah
1. Mengembangkan deskripsi arsitektur aktivitas dasar.
2. Mengembangkan deskripsi target arsitektur aktivitas.
3. Melakukan analisis gap.
50
4. Membuat arsitektur bisnis (aktivitas).
c. Output
1. Rancangan arsitektur bisnis (aktivitas), yang menggambarkan alur
aktivitas usulan sesuai dengan kebutuhan stakeholders dan didahului
dengan analisis as – is system. Rancangan arsitektur bisnis (aktivitas)
digambarkan menggunakan rich picture. Penjelasan rich picture dapat
dilihat pada bagian 2.7.3.
2. Struktur organisasi usulan, merupakan rancangan struktur organisasi
yang baru untuk menunjang kinerja organisasi dan kinerja sistem
informasi agar dapat berjalan dengan baik.
3. Hasil identifikasi peran setiap aktor (stakeholder) dan pendefinisian
dukungan aktor untuk setiap aktivitas. Hasil identifikasi tersebut
dijelaskan dalam actor/role matrix. Penjelasan actor/role matrix dapat
dilihat pada bagian 2.7.6.
Arsitektur bisnis dijelaskan menggunakan beberapa konsep tambahan
berdasarkan orientasi layanan, yaitu konsep business service (layanan bisnis),
business process (proses bisnis), dan business function (fungsi bisnis).
a. Business Service
Business service merepresentasikan kemampuan yang menawarkan nilai
tambah untuk lingkungan dan kemampuan ini direalisasikan secara
internal dan independen. Business service menetapkan layanan yang
51
memenuhi kebutuhan bisnis untuk customer. Business service
berhubungan dengan sebuah nilai (The Open Group, 2009 : 35-40).
b. Business Process
Business process merepresentasikan alur kerja atau aliran nilai yang terdiri
atas proses atau fungsi lebih kecil. Tujuan dari business process adalah
untuk memuaskan atau menyenangkan customer. Business process
menetapkan elemen perilaku untuk menghasilkan satu set produk atau
business service yang telah didefinisikan (The Open Group, 2009 : 35-36).
Business process adalah cara khusus dalam menyelaraskan dan mengatur
aktivitas kerja, informasi, dan pengetahuan organisasi untuk menghasilkan
sebuah produk atau layanan (Laudon & Laudon, 2012 : 643).
c. Business Function
Business function menetapkan elemen perilaku berdasarkan pada
sekumpulan kriteria terpilih. Business function menjelaskan perilaku
internal oleh business role. Business function mengelompokkan perilaku
berdasarkan pada sumber daya bisnis, kemampuan, kompetensi, dan
pengetahuan yang dibutuhkan (The Open Group, 2009 : 37). Business
function adalah tugas-tugas khusus yang dilakukan dalam sebuah
organisasi (Laudon & Laudon, 2012 : 643).
Tabel 2.1 Daftar Simbol Business Service, Business Process, Business
Function (The Open Group, 2009 : 50 dan 79)
Simbol Keterangan
52
Business Service
Layanan yang memenuhi
kebutuhan bisnis untuk customer
internal atau eksternal organisasi.
Business Process
Elemen tindakan berdasarkan
pada urutan aktivitas. Proses
bisnis dimaksudkan untuk
menetapkan sekumpulan produk
atau layanan bisnis.
Business Function
Elemen tindakan berdasarkan
pada sekumpulan kriteria yang
dipilih (kriteria yang dibutuhkan
sumber daya bisnis).
Triggering
Triggering menjelaskan tentang
hubungan sebab-akibat antara
proses-proses.
Flow
Flow menjelaskan tentang
pertukaran informasi atau nilai
diantara proses bisnis dan fungsi
bisnis.
2.7.5. Phase C :Information System Architecture
Fase arsitektur sistem informasi berfokus pada identifikasi dan
penetapan pertimbangan aplikasi dan data yang mendukung arsitektur bisnis
perusahaan. Fase C melibatkan antara kombinasi arsitektur data dan arsitektur
53
aplikasi. Pada arsitektur data, harus ditentukan tipe dan sumber data utama
yang diperlukan untuk mendukung bisnis. Pemodelan data menggunakan
teknik pemodelan data tradisional, seperti pemodelan data konseptual dan
logis. Pada arsitektur aplikasi, ditentukan jenis aplikasi penting untuk
memproses data dan mendukung bisnis. Kemudian, dibuat matriks dari aplikasi
saat ini dan arsitektur aplikasi tujuan, melakukan analisis gap dan melakukan
korelasi fungsi bisnis dengan aplikasi tujuan.
Tujuan arsitektur data adalah untuk mendefinisikan tipe dan sumber
data utama yang diperlukan untuk mendukung bisnis dengan cara yang dapat
dipahami oleh stakeholder, lengkap, konsisten dan stabil. Perlu diketahui
bahwa arsitektur data tidak memperhatikan perancangan database, tetapi hanya
mendefinisikan entitas data yang relevan dengan enterprise, bukan untuk
merancang sistem penyimpanan fisik dan logik.
Arsitektur data memiliki input, langkah-langkah, dan output sebagai
berikut (The Open Group, 2009 : 117 - 125).
a. Input
1. Data principles saat ini, berisi prinsip-prinsip mengenai data yang
mendukung aktivitas pada organisasi, seperti prinsip penggunaan data
tersebut.
b. Langkah-Langkah
1. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur data.
2. Mengembangkan deskripsi target arsitektur data.
3. Melakukan analisis gap.
54
4. Menyelesaikan arsitektur data.
c. Output
1. Rancangan tipe data dan hubungan antara entiti data penting untuk
mendukung aktivitas pada organisasi. Rancangan tersebut
digambarkan dalam class diagram. Penjelasan class diagram dapat
dilihat pada bagian 2.7.4.
Tujuan arsitektur aplikasi adalah untuk mendefinisikan jenis-jenis
utama dari sistem aplikasi yang penting untuk memproses data dan mendukung
bisnis. Perlu diketahui bahwa arsitektur aplikasi tidak memperhatikan
perancangan sistem aplikasi, tetapi hanya untuk mendefinisikan jenis-jenis
sistem aplikasi yang relevan dengan enterprise dan aplikasi apa saja yang
diperlukan untuk mengatur data dan menghadirkan informasi kepada aktor
manusia dan komputer pada enterprise.
Arsitektur aplikasi memiliki input, langkah-langkah, dan output sebagai
berikut (The Open Group, 2009 : 128 - 136).
a. Input
1. Application Principles saat ini, berisi prinsip-prinsip mengenai
aplikasi yang digunakan pada organisasi, seperti prinsip penggunaan
aplikasi tersebut.
b. Langkah-Langkah
1. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur aplikasi.
2. Mengembangkan deskripsi target arsitektur aplikasi.
55
3. Melakukan analisis gap.
4. Menyelesaikan arsitektur aplikasi.
c. Output
1. Hasil identifikasi semua aplikasi yang digunakan di dalam as-is
system organisasi. Hasil identifikasi tersebut dijelaskan menggunakan
application portfolio catalog. Penjelasan application portfolio
catalog dapat dilihat pada bagian 2.7.8.
2. Rancangan penempatan distribusi aplikasi yang akan digunakan user
di dalam organisasi. Rancangan tersebut digambarkan oleh
application and user location Diagram. Penjelasan Application and
User Location Diagram dapat dilihat pada bagian 2.7.9.
3. Rancangan penggambaran interaksi antara aktor (user) dan perannya
dalam setiap aplikasi. Rancangan ini akan digambarkan dalam use
case diagram. Penjelasan use case diagram dapat dilihat pada bagian
2.7.4.
2.7.6. Phase D : Technology Architecture
Fase arsitektur teknologi berusaha untuk memetakan komponen
aplikasi yang didefinisikan pada arsitektur aplikasi ke dalam satu set komponen
teknologi yang mewakili komponen software, hardware, dan jaringan, dengan
cara membeli ke pihak luar atau dikonfigurasi sendiri oleh organisasi ke dalam
platform teknologi.
56
Arsitektur teknologi akan menetapkan pandangan dasar dan target dari
portfolio teknologi, memperinci roadmap menuju arsitektur target, dan untuk
mengidentifikasi paket pekerjaan utama di dalam roadmap. Arsitektur
teknologi melengkapi sekumpulan informasi arsitektur dan mendukung
penilaian biaya untuk skenario migrasi tertentu.
Fase arsitektur teknologi memiliki input, langkah-langkah, dan output
sebagai berikut (The Open Group, 2009 : 139 - 148).
a. Input
1. Technology principles saat ini, berisi prinsip-prinsip mengenai
teknologi yang digunakan untuk mendukung aktivitas pada
organisasi.
b. Langkah-Langkah
1. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur teknologi.
2. Mengembangkan deskripsi target arsitektur teknologi.
3. Melakukan analisis gap.
4. Menyelesaikan arsitektur teknologi.
c. Output
1. Hasil identifikasi teknologi yang sudah digunakan dalam as-is system
organisasi. Hasil identifikasi ini akan disusun dalam technology
portfolio catalog. Penjelasan mengenai technology portfolio catalog
dapat dilihat pada bagian 2.7.10.
57
2. Platform Decomposition Diagram, menggambarkan platform
teknologi yang mendukung sistem informasi. Penjelasan mengenai
platform decomposition diagram dapat dilihat pada bagian 2.7.11.
3. Rancangan komunikasi di dalam arsitektur teknologi, seperti
rancangan jaringan yang melibatkan hardware-hardware untuk
membuat suatu komunikasi jaringan. Rancangan tersebut akan
digambarkan di dalam communication engineering diagram.
Penjelasan mengenai communication engineering diagram dapat
dilihat pada bagian 2.7.12.
2.7.7. Phase E : Opportunities and Solutions
Fase peluang dan solusi adalah tahap pertama yang langsung berkaitan
dengan struktur bagaimana arsitektur target akan dilaksanakan. Pada fase E
akan dikonsentrasikan pada cara menyampaikan arsitektur. Dibutuhkan
aktivitas organisasi dan perspektif teknis untuk merasionalisasi kegiatan TI dan
mengelompokkan secara logis kegiatan TI tersebut ke dalam paket pekerjaan
proyek dalam portfolio dan juga dalam setiap portfolio lain yang bergantung
pada TI.
Tujuan dari fase peluang dan solusi, yaitu :
1. Meninjau kembali target tujuan dan kemampuan aktivitas.
58
2. Mengidentifikasi parameter organisasi saat ini untuk kemampuan
menyerap perubahan.
3. Memperoleh serangkaian arsitektur transisi yang memberikan nilai
aktivitas yang berkelanjutan melalui eksploitasi peluang.
4. Menghasilkan persetujuan mengenai ringkasan implementasi dan strategi
migrasi.
Fase peluang dan solusi memiliki input, langkah-langkah, dan output
sebagai berikut (The Open Group, 2009 : 152 - 166).
a. Input
1. Hasil analisis gap mulai dari arsitektur bisnis, data, aplikasi, dan
teknologi.
b. Langkah-Langkah
1. Menentukan kendala aktivitas untuk implementasi.
2. Meninjau kembali dan menggabungkan hasil analisis gap dari fase B
sampai fase D.
3. Merumuskan implementasi dan strategi migrasi.
4. Menafsir kebutuhan biaya untuk investasi saat implementasi.
c. Output
1. Hasil analisis gap gabungan dari fase B sampai fase D. Penjelasan
dapat dilihat pada bagian 2.7.13.
59
2. ROI (Return On Investment), penjelasan dapat dilihat pada bagian
2.7.14.
2.7.8. Phase F : Migration Planning
Fokus utama dari fase rencana migrasi adalah penciptaan rencana
implementasi dan migrasi yang layak, bekerja sama dengan portfolio dan
manajer proyek. Aktivitas fase F termasuk menilai ketergantungan, biaya, dan
keuntungan dari berbagai proyek migrasi. Tujuan fase ini untuk
memprioritaskan semua paket pekerjaan dan proyek dengan memberikan nilai
bisnis pada masing-masing pekerjaan dan proyek, serta melakukan analisis
biaya atau bisnis. Daftar prioritas proyek akan berjalan untuk membentuk dasar
dari perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
Fase rencana migrasi memiliki input, langkah-langkah, dan output
sebagai berikut (The Open Group, 2009 : 169 - 183).
a. Input
1. Implementation and Migration Plan, suatu rencana untuk
menjadwalkan migrasi data dan implementasi aplikasi.
b. Langkah-Langkah
1. Memastikan interaksi kerangka kerja manajemen untuk rencana
implementasi dan migrasi.
2. Menetapkan nilai bisnis pada setiap proyek.
3. Memperkirakan kebutuhan sumber daya, pemilihan waktu proyek,
dan ketersediaan saran.
60
4. Memprioritaskan proyek migrasi melalui pelaksanaan penilaian biaya
atau keuntungan dan validasi risiko.
5. Membuat roadmap implementasi arsitektur dan perencanaan migrasi.
c. Output
1. Roadmap untuk implementasi aplikasi. Penjelasan dapat dilihat pada
bagian 2.7.15.
2.7.9. Phase G : Implementation Governance
Pada fase tata kelola implementasi, proyek dilaksanakan sebagai
program rencana kerja dan diolah agar dapat mencapai arsitektur yang
diinginkan. Aspek utama pada fase G adalah memastikan kepatuhan dengan
arsitektur yang didefinisikan, bukan hanya oleh proyek implementasi, tetapi
juga oleh proyek yang sedang berlangsung dalam perusahaan. Fase G membuat
hubungan antara arsitektur dan organisasi implementasi melalui kontrak
arsitektur. Tujuan dari fase ini, yaitu :
1. Merumuskan rekomendasi untuk setiap proyek implementasi.
2. Membangun kontrak arsitektur untuk memerintah proses deployment dan
implementasi secara keseluruhan.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan secara tepat selagi sistem sedang
diimplementasi dan dideploy.
4. Menjamin kecocokan dengan arsitektur yang didefinisikan oleh proyek
implementasi dan proyek lainnya.
61
5. Memastikan solusi program dideploy dengan sukses.
6. Memastikan kesesuaian solusi deploy dengan arsitektur target.
Fase tata kelola implementasi memiliki input, langkah-langkah, dan
output sebagai berikut (The Open Group, 2009 : 187 - 191).
a. Input
1. Architecture Roadmap, menggambarkan jadwal implementasi
aplikasi.
b. Langkah-Langkah
1. Memastikan ruang lingkup dan prioritas untuk deployment dengan
manajemen pengembangan.
2. Mengidentifikasi sumber daya dan keterampilan deployment.
3. Membimbing pengembangan solusi deployment.
4. Melakukan tinjauan kepatuhan arsitektur enterprise.
5. Menerapkan operasi bisnis dan TI.
6. Melaksanakan tinjauan pasca implementasi dan menutup
implementasi.
c. Output
1. Kontrak arsitektur yang telah ditandatangani.
2. Compliance Assessment.
2.7.10. Phase H : Architecture Change Management
Pada fase manajemen perubahan arsitektur akan diuraikan penggerak
perubahan dan bagaimana mengatur perubahan tersebut, mulai dari
62
pemeliharaan sederhana sampai perancangan kembali arsitektur. Fase H akan
secara khusus menyediakan monitoring berkelanjutan dari pengembangan
teknologi baru dan perubahan dalam lingkungan bisnis, serta menentukan
apakah untuk memulai siklus evolusi arsitektur yang baru secara formal. ADM
menguraikan strategi dan rekomendasi pada fase ini. Tujuan dari fase H adalah
untuk memastikan bahwa arsitektur mencapai nilai target bisnis aslinya, serta
membangun dan mendukung arsitektur enterprise diimplementasikan sebagai
arsitektur yang dinamis.
Fase ini menetapkan proses arsitektur manajemen perubahan untuk
arsitektur enterprise baru yang telah selesai diimplementasikan secara
berkelanjutan memonitor perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan
organisasi dan menentukan apakah akan dilakukan siklus pengembangan
arsitektur enterprise berikutnya.
Tujuan dari fase ini, yaitu :
1. Memastikan bahwa arsitektur dasar menjadi cocok dengan tujuan.
2. Menilai kinerja dari arsitektur dan membuat rekomendasi untuk
perubahan.
3. Menilai perubahan pada kerangka kerja dan prinsip-prinsip yang
ditetapkan dalam fase sebelumnya.
4. Membuat arsitektur proses manajemen perubahan untuk arsitektur dasar
perusahaan yang baru dan dicapai dengan penyelesaian fase G.
5. Memaksimalkan nilai bisnis dari arsitektur dan operasi yang sedang
berjalan.
63
6. Menjalankan kerangka kerja tata kelola.
Fase manajemen perubahan arsitektur memiliki input, langkah-langkah,
dan output sebagai berikut (The Open Group, 2009 : 198 - 202).
a. Input
1. Change Request pada pengembangan bisnis, inovasi teknologi bisnis,
dan perubahan strategi.
b. Langkah-Langkah
1. Membuat proses realisasi nilai.
2. Menyebarkan tools monitoring.
3. Mengelola risiko.
4. Menyediakan analisis untuk arsitektur manajemen perubahan.
5. Mengembangkan kebutuhan perubahan untuk memenuhi target
kinerja.
6. Mengaktifkan proses untuk menerapkan perubahan.
c. Output
1. Arsitektur yang diperbarui untuk perubahan proses pemeliharaan.
2. Perubahan kerangka arsitektur dan prinsip-prinsip untuk perubahan
proses pemeliharaan.
3. Statement of Architecture Work.
4. Kontrak arsitektur yang sudah diperbarui.
5. Compliance Assessment yang sudah diperbarui.
2.7.11. Tools Pokok Pemodelan TOGAF
64
TOGAF ADM tidak bergantung pada tools atau bahasa pemodelan.
Untuk pemodelan setiap fase ADM menurut The Open Group (2009), kita
dapat menggunakan beberapa tools untuk mengembangkan arsitektur. Tools
yang dimaksud adalah produk kerja arsitektur yang menggambarkan arsitektur
dari sudut pandang tertentu. Berikut ini adalah tools pokok yang dipakai dalam
pemodelan TOGAF.
Tabel 2.2 Tools Pokok untuk Pemodelan TOGAF (The Open Group, 2009)
Fase ADM Tools
Preliminary Principles Catalog
Architecture Vision Stakeholder Map Matrix
Value Chain Diagram
Solution Concept Diagram
Business Architecture Organization / Actor Catalog
Role Catalog
Business Service / Function Catalog
Business Interaction Matrix
Actor / Role Matrix
Business Use Case Diagram
Business Footprint Diagram
Business Service / Information Diagram
Functional Decomposition Diagram
Product Lifecycle Diagram
65
Information Systems
(Data Architecture)
Data Entity / Data Component Catalog
Data Entity / Business Function Matrix
System / Data Matrix
Class Diagram
Data Dissemination Diagram
Information Systems
(Application Architecture)
Application Portfolio Catalog
Interface Catalog
System / Organization Matrix
Role / System Matrix
System / Function Matrix
Application Interaction Matrix
Application Communication Diagram
Application and User Location Diagram
System Use Case Diagram
Technology Architecture Technology Standards Catalog
Technology Portfolio Catalog
System / Technology Matrix
Environtments and Locations Diagram
Platform Decomposition Diagram
Opportunities and
Solutions
Project Context Diagram
Benefits Diagram
Requirements
Management
Requirements Catalog
66
2.8 Tools Perencanaan Arsitektur Enterprise
2.8.1. Value Chain
Analisis value chain adalah metode sistematis untuk mempelajari
kompetensi dan aktivitas utama organisasi agar dapat menentukan keuntungan
kompetitif (Popescu & Dascalu, 2011 : 1). Analisis value chain memungkinkan
perusahaan untuk mengidentifikasi area bisnis yang menciptakan nilai. Untuk
mengetahui sumber daya keuntungan kompetitif, perusahaan harus melakukan
aktivitas lebih baik dari pesaing atau melakukan aktivitas yang menghasilkan
nilai, tetapi aktivitas tersebut tidak dapat dilakukan oleh pesaing.
Analisis value chain menyatakan bahwa semua perusahaan dalam suatu
industri memiliki rantai nilai, termasuk aktivitas seperti, mendapatkan bahan
mentah, mendesain produk, membangun fasilitas produksi, memasarkan
produk, mengembangkan perjanjian kerja sama, dan menyediakan pelayanan
pelanggan. Hasil dari analisis value chain digunakan untuk identifikasi peluang
pemanfaatan SI/TI yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitifnya
(Michael Porter dalam Ward dan Peppard, 2002 : 261).
Model value chain menggarisbawahi aktivitas khusus dalam bisnis,
dimana sistem informasi kemungkinan besat memiliki pengaruh strategi yang
kuat. Model value chain juga mengidentifikasi pengaruh kritis dari perusahaan
yang menggunakan teknologi informasi secara efektif untuk meningkatkan
posisi kompetitif. Model value chain memandang sebuah perusahaan sebagai
67
rangkaian aktivitas dasar yang menambah nilai untuk produk atau layanan
perusahaan (Laudon & Laudon, 2012 : 102).
Jika sebuah perusahaan telah menganalisis langkah-langkah dalam
value chain pada proses bisnisnya maka perusahaan tersebut dapat muncul
dengan calon aplikasi sistem informasi. Jika perusahaan sudah memiliki daftar
calon aplikasi maka perusahaan tersebut dapat memutuskan calon aplikasi
mana yang akan dikembangkan terlebih dahulu (Laudon & Laudon, 2012 :
105).
Value chain menyediakan pandangan orientasi level tinggi pada
perusahaan dan bagaimana interaksi perusahaan dengan dunia luar. Tujuan
value chain adalah menyelaraskan stakeholder untuk inisiatif perubahan
tertentu, sehingga semua yang berpartisipasi memahami konteks fungsional
dan keterlibatan arsitektur organisasi (The Open Group, 2009 : 422).
Analisis value chain dilakukan untuk memetakan seluruh proses kerja
yang terjadi dalam organisasi menjadi dua kategori aktivitas, yaitu aktivitas
utama dan aktivitas pendukung.
Aktivitas utama mengalir secara linier dari satu aktivitas ke aktivitas
lainnya dan harus berhubungan sehingga suatu proses bisnis dapat berjalan.
Aktivitas ini dapat dilihat sebagai bagian dari aliran informasi dalam organisasi
yang berkaitan dengan input, proses, dan output.
Aktivitas pendukung lebih bersifat organisasi dan digunakan untuk
mengawasi aktivitas utama. Analisis yang dilakukan adalah bentuk-bentuk
kontribusi informasi yang diperlukan dari aktivitas utama dan bagaimana
68
aktivitas utama membutuhkan informasi dari aktivitas pendukung dalam kaitan
dengan pengelolaan aktivitas yang benar. Peluang untuk meningkatkan nilai
dari teknologi informasi yang ada dalam aktivitas utama dan pendukung dapat
dipandang sebagai kelemahan dari teknologi yang dipakai. Dibawah ini adalah
bentuk value chain menurut Ward & Peppard (2002 : 282).
Gambar 2.3 Value Chain (Ward & Peppard, 2002 : 282)
Menurut Michael Porter (dalam Ward & Peppard, 2002 : 280), value
chain memiliki dua tipe aktivitas bisnis, yaitu aktivitas utama (primary
activities) dan aktivitas pendukung (support activities). Tujuan dari aktivitas
utama dan pendukung dalam value chain adalah menghasilkan profit
(keuntungan). Profit didapatkan dari nilai yang ditambah (value added)
dikurangi pengeluaran (cost). Pada gambar 2.3, baris pertama sampai keempat
(infrastructure, human resource management, product and technology
development, procurement) adalah aktivitas pendukung (support activities).
Aktivitas pendukung merupakan kebutuhan untuk mengatur dan
mengembangkan bisnis dan hal itu yang menambah nilai secara tidak langsung.
69
Nilai tersebut dicapai melalui keberhasilan aktivitas utama (primary activities).
Pada gambar 2.3, kolom kesatu sampai kelima (inbound logistic, operations,
outbound logistics, sales and marketing, services) adalah aktivitas utama
(primary activities). Aktivitas utama memungkinkan untuk melengkapi value
chain industri dan memuaskan customer. Berikut ini merupakan penjelasan
dari beberapa aktivitas yang masuk ke dalam aktivitas utama seperti pada
gambar 2.3.
a. Inbound Logistics
Pemberlakukan, penerimaan, penyimpanan, dan pengadaan input dan
sumber daya utama dalam kualitas dan kuantitas yang baik untuk bisnis.
b. Operations
Mengubah input menjadi produk atau layanan sesuai kebutuhan customer.
Aktivitas ini melibatkan membawa sumber daya dan bahan-bahan secara
bersama-sama untuk membuat produk atau menyediakan layanan.
c. Outbound Logistics
Mendistribusikan produk kepada customer secara langsung atau melalui
channel distribusi supaya customer dapat memperoleh produk atau
layanan dan membayarnya.
d. Sales and Marketing
Menyediakan cara agar customer mengetahui produk atau layanan dan
bagaimana mereka dapat memperoleh produk atau layanan tersebut.
e. Services
70
Menambahkan nilai lebih jauh lagi dengan memastikan customer
mendapatkan manfaat.
Gambar 2.4 Value Chain di DKPP
Pada gambar 2.4 merupakan contoh value chain sesuai dengan objek
penelitian ini, yaitu DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu).
Aktivitas utama yang ada pada DKPP adalah pengaduan, persidangan,
persuratan perkara, dan kearsipan. Sedangkan aktivitas pendukungnya adalah
kepegawaian, keuangan, persuratan umum, publikasi dan sosialisasi,
monitoring dan evaluasi, inventaris, dan procurement. Karena DKPP
merupakan lembaga pemerintahan dan bukan perusahaan yang bertujuan
mendapatkan profit maka tujuan dari value chain disesuaikan menjadi
terpenuhinya kebutuhan stakeholder, bukan lagi mendapat profit (keuntungan).
2.8.2. SOP (Standar Operasional Prosedur)
71
a. Pengertian SOP
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis
yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan. Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (SOP
AP) adalah standar operasional prosedur dari berbagai proses
penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Republik Indonesia, 2012 : 7).
b. Jenis SOP
Menurut Undang-Undang Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (2012 : 12), ada 4 jenis SOP dalam kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan, yaitu berdasarkan sifat kegiatan, cakupan
dan besaran kegiatan, cakupan dan kelengkapan kegiatan, cakupan dan jenis
kegiatan.
1) SOP Berdasarkan Sifat Kegiatan
SOP Teknis : Prosedur standar yang sangat rinci dari kegiatan
yang dilakukan oleh satu orang pelaksana dengan satu peran atau
jabatan.
72
SOP Administratif : Prosedur standar yang bersifat umum dan
tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang
pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan.
2) SOP Berdasarkan Cakupan dan Besaran Kegiatan
SOP Makro : SOP yang kegiatannya mencakup beberapa SOP
(SOP Mikro) yang mencerminkan bagian dari kegiatan tersebut.
SOP Mikro : SOP yang kegiatannya merupakan bagian dari
sebuah SOP (SOP Makro).
3) SOP Berdasarkan Cakupan dan Kelengkapan Kegiatan
SOP Final : SOP yang kegiatannya menghasilkan produk utama
yang paling akhir atau final.
SOP Parsial : SOP yang kegiatannya belum menghasilkan produk
utama yang paling akhir atau final, sehingga kegiatan ini masih
memiliki rangkaian kegiatan lanjutan.
4) SOP Berdasarkan Cakupan dan Jenis Kegiatan
SOP Generik : SOP yang kegiatannya relatif memiliki kesamaan
baik dari kegiatan yang di-SOP-kan maupun dari tahapan
kegiatan dan pelaksanaannya.
SOP Spesifik : SOP yang kegiatannya relatif memiliki perbedaan
dari kegiatan yang di-SOP-kan , tahapan kegiatan, pelaksana, dan
tempat SOP tersebut diterapkan.
c. Format SOP
73
Menurut Undang-Undang Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (2012 : 20), format SOP AP memiliki format yang telah
distandarkan. Format SOP AP yang telah distandarkan adalah sebagai berikut
ini :
1) Format Diagram Alir Bercabang
Prosedur pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah memuat
kegiatan yang banyak (lebih dari sepuluh) dan memerlukan pengambilan
keputusan yang banyak. Pleh sebab itu, seluruh prosedur pelaksanaan
tugas dan fungsi administrasi pemerintahan harus disamakan formatnya
dalam bentuk diagram alir bercabang.
2) Menggunakan Hanya 5 Simbol Flowcharts
Simbol yang digunakan dalam SOP AP hanya terdiri dari 5 simbol,
yaitu 4 simbol dasar flowcharts dan 1 simbol penghubung ganti halaman.
Kelima simbol tersebut adalah sebagai berikut :
Simbol Kapsul / Terminator untuk mendeskripsikan
kegiatan mulai dan berakhir.
Simbol Kotak / Process untuk mendeskripsikan proses atau
kegiatan eksekusi.
Simbol Belah Ketupat / Decision untuk mendeskripsikan
kegiatan pengambilan keputusan.
Simbol Anak Panah / Panah / Arrow untuk
mendeskripsikan arah kegiatan (arah proses kegiatan).
74
Simbol Segilima / Off page Connector untuk
mendeskripsikan hubungan antar simbol yang berbeda halaman.
3) Pelaksana Dipisahkan dari Kegiatan
Penulisan pelaksana dalam SOP AP dipisahkan dari kegiatan untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu maka penulisan kegiatan
tidak disertai dengan pelaksana kegiatan dan dipisahkan dalam kolom
pelaksana tersendiri.
Gambar 2.5 Contoh SOP AP di DKPP
75
Gambar 2.5 merupakan salah satu contoh flowchart dalam bentuk SOP
AP yang menjelaskan kegiatan penerimaan dan registrasi pengaduan langsung
di DKPP. Flowchart dimulai dengan simbol terminator yang menandakan awal
dari flowchart. Aktivitas pertama dari flowchart adalah penerimaan pengaduan
kode etik penyelenggara Pemilu. Kemudian, dilanjutkan dengan simbol input
yang digunakan untuk menjelaskan aktivitas pengisian buku tamu pengaduan.
Simbol selanjutnya adalah pencabangan atau keputusan. Simbol pencabangan
menjelaskan aktivitas pemeriksaan isian formulir pengaduan dan kelengkapan
berkas pengaduan. Jika semua syarat kelengkapan berkas pengaduan terpenuhi,
maka dapat melanjutkan ke aktivitas selanjutnya. Jika ada syarat kelengkapan
berkas pengaduan yang belum terpenuhi, maka pengadu tidak dapat
melanjutkan ke aktivitas selanjutnya dan terlebih dahulu harus memenuhi
syarat kelengkapan berkas pengaduan. Simbol selanjutnya adalah proses, yaitu
simbol yang menjelaskan aktivitas penyampaian persyaratan administrasi
kepada pengadu. Kemudian, simbol selanjutnya adalah input, yang
menjelaskan proses input form-form yang harus diisi oleh pengadu sebagai
persyaratan administrasi. Simbol selanjutnya yang digunakan adalah proses.
Simbol proses menjelaskan aktivitas penerimaan pengaduan dan formulir
pengisian yang telah diisi. Selanjutnya, digunakan simbol konektor off page
yang menjelaskan bahwa aktivitas penerimaan pengaduan dan formulir
pengisian yang telah diisi akan berhubungan dengan aktivitas lain tetapi dalam
halaman yang berbeda. Semua anak panah di dalam flowchart menunjukkan
arah aktivitas selanjutnya.
76
2.8.3. Flowchart
Flowchart merupakan representasi grafis dalam simbol-simbol yang
digunakan untuk menggambarkan operasi, data, aliran, logika, peralatan, dan
lain-lain (O’Brien & Marakas, 2010 : 563).
Flowchart adalah representasi grafis dan langkah-langkah yang harus
diikuti dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang terdiri dari sekumpulan
simbol, dimana masing-masing simbol merepresentasikan kegiatan tertentu.
Flowchart menolong analis dan programmer untuk memecahkan masalah ke
dalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis
alternatif-alternatif dalam pengoperasian (Yatini B, 2010).
Flowchart diawali dengan penerimaan input dan diakhiri dengan
penampilan output. Flowchart adalah suatu gambaran yang menjelaskan
urutan pembacaan data, pemrosesan data, pengambilan keputusan terhadap
data, dan penyajian hasil pemrosesan data.
Flowchart terbagi dalam lima jenis, yaitu (Yatini B, 2010) :
1. Flowchart Sistem
Merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang
dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan
dari prosedur-prosedur yang ada dalam sistem.
2. Flowchart Dokumen
Menelusuri alur dari data yang ditulis melalui sistem. Kegunaan utamanya
adalah untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke
77
bagian lain, baik bagaimana alur form dan laporan diproses, dicatat, dan
disimpan.
3. Flowchart Skematik
Mirip dengan flowchart sistem, tapi flowchart skematik tidak hanya
menggunakan gambar-gambar komputer, peripheral, form-form atau
peralatan lain yang digunakan dalam sistem. Kegunaan flowchart ini
sebagai alat komunikasi antara analis sistem dengan seorang yang tidak
familiar dengan simbol-simbol flowchart konvensional.
4. Flowchart Program
Flowchart program dihasilkan dari flowchart sistem dan merupakan
keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program
atau prosedur sesungguhnya dilaksanakan.Flowchart ini digunakan
programmer untuk menggambarkan urutan instruksi dari program
komputer. Sedangkan seorang analis menggunakan flowchart ini untuk
menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam suatu prosedur.
5. Flowchart Proses
Merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecahkan
dan menganalisis langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau
sistem.
Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menyusun
flowchart (Yatini, 2010 : 32-33) :
Tabel 2.3 Daftar Simbol pada Flowchart
Simbol Nama Keterangan
78
Terminator Digunakan untuk
menandai awal dan
akhir dari suatu
flowchart. Simbol ini
biasanya diberi label
“Mulai” dan “Selesai”.
Input-Output Digunakan untuk
mempresentasikan
fungsi I/O yang
membuat sebuah data
dapat diproses (input)
atau ditampilkan
(output).
Pencabangan /
Keputusan
Digunakan untuk
melakukan
pencabangan, yaitu
pemeriksaan terhadap
suatu kondisi. Dalam
simbol ini, kita
menuliskan keadaan
yang harus dipenuhi.
Hasil pemeriksaannya
adalah “Ya” atau
“Tidak”. Jika
pemeriksaan
menghasilkan keadaan
“Benar” maka jalur
yang harus dipilih
berlabel “Ya” dan jika
pemeriksaan
menghasilkan keadaan
“Salah” maka jalur yang
harus dipilih berlabel
“Tidak”.
Proses / Penugasan Digunakan untuk
kegiatan pemrosesan
input, pada simbol ini
kita dapat menuliskan
operasi-operasi yang
dikenakan pada input,
79
maupun operasi lainnya,
penulisan dapat
dilakukan satu persatu
maupun keseluruhan.
Arah aliran Digunakan untuk
menghubungkan setiap
langkah dalam
flowchart dan
menunjukkan ke mana
arah aliran diagram.
Anak panah ini
mempunyai arah kiri,
kanan, atas, bawah.
Konektor On Page Digunakan untuk
menghubungkan satu
langkah dengan langkah
lain dalam satu
halaman.
Konektor Off Page Digunakan untuk
menghubungkan suatu
langkah dengan langkah
lain dalam halaman
yang berbeda.
Preparasi / Persiapan Digunakan untuk proses
inisialisasi / pemberian
harga awal (misalnya
dalam melakukan
iterasi).
2.8.4. Rich Picture
Menurut Valente dan Marchetti (2010 : 1), rich picture merupakan
pengetahuan tentang domain dan harus membimbing para pengembang sistem
selama fase awal definisi dan konstruksi prototipe sistem.
80
Penciptaan rich picture adalah kegiatan awal desain, tahap dimana
pengembang sistem harus membingkai masalah untuk menemukan solusi yang
memadai, berfokus pada teknologi berorientasi objek.
Menurut Mathiassen (dalam Khairunisa, 2013 : 33), rich picture adalah
sistem atau situasi dengan menggunakan gambar-gambar. Gambaran
keseluruhan dari orang, objek, proses, struktur dan masalah pada keseluruhan
proses bisnis yang ada di perusahaan. Rich picture juga merupakan gambaran
informal yang mempresentasikan pemahaman ilustrator terhadap situasi yang
ada. Rich picture memberikan deskripsi yang luas mengenai suatu situasi yang
memungkinkan adanya interpretasi yang berbeda-beda. Tahap ini dilakukan
untuk memperoleh pandangan menyeluruh terhadap situasi dan berbagai cara
orang menginterpretasikannya.
Rich picture adalah gambaran dari aspek-aspek penting yang dapat
membantu pengguna sistem untuk memahami sistem yang sedang
dikembangkan (Pratiwi, 2013 : 60). Rich picture difokuskan pada aspek
penting dari sistem yang ditentukan sendiri oleh pengembang sistem dengan
mengunjungi perusahaan untuk melihat bagaimana perusahaan beroperasi,
berbicara dengan banyak orang untuk mengetahui apa yang harus terjadi, dan
mungkin melakukan wawancara formal.
81
Pengadu
E-Pengaduan
1. Login
Subbag Penerimaan & Registrasi
Pengaduan
3. Menerim
a No. P
engaduan &
Tanda Terima B
erkas Pengaduan
4. Mengecek berkas pengaduan
(verifikasi formil)
5. Memberikan hasil verifikasi formil
6. Melihat hasil verifikasi form
il
2. Mengisi form pengaduan
7. Menginput No. Pengaduan (jika lolos
verifikasi formil)
8. Mengupload berkas pelengkap (jika belum
lolos verifikasi formil)
Subbag Analisis & Verifikasi
Pengaduan
9. Mengecek berkas pengaduan sesuai No.
Pengaduan (verifikasi materiil)
10. Memberikan hasil verifikasi materiil
11. Submit berkas pengaduan yang lolos
verifikasi materiil
12. Melihat hasil verifikasi materiil
13. Mengupload berkas pelengkap (jika BMS verifikasi materiil)
Gambar 2.6 Contoh Rich Picture
Gambar 2.6 merupakan contoh rich picture aktivitas pengaduan di
DKPP. Rich picture mempunyai fungsi yang sama dengan flowchart, yaitu
untuk menjelaskan alur suatu aktivitas. Tetapi, rich picture menggunakan
gambar (simbol) yang lebih mudah dimengerti bagi user. Gambar 2.5
melibatkan tiga stakeholder, yaitu Pengadu, Subbagian Penerimaan dan
Registrasi Pengaduan, Subbagian Analisis dan Verifikasi Pengaduan.
Rancangan ini akan mengubah sistem pengaduan yang masih manual menjadi
sistem terkomputerisasi melalui e-Pengaduan.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Pengaduan harus
terlebih dahulu melakukan login. Kemudian, Pengadu akan mengisi form
82
pengaduan dan mengupload berkas pengaduan dalam e-Pengaduan.
Selanjutnya, Pengadu akan menerima nomor pengaduan dan tanda terima
berkas pengaduan dari sistem.
Staf Subbagian Penerimaan dan Registrasi Pengaduan akan mengecek
berkas pengaduan yang telah masuk ke sistem e-Pengaduan. Setelah
dilakukan verifikasi formil, staf Subbagian Penerimaan dan Registrasi
Pengaduan akan memberi tahu hasil verifikasi formil melalui e-Pengaduan.
Pengadu akan melihat hasil verifikasi formil di e-Pengaduan. Jika
berkas pengaduan lolos verifikasi formil, maka Pengadu harus memasukkan
nomor pengaduan ke dalam sistem e-Pengaduan. Jika berkas pengaduan
masih BMS (Belum Memenuhi Syarat), maka Pengadu harus mengupload
kekurangan berkasnya.
Setelah nomor pengaduan dimasukkan ke dalam sistem e-Pengaduan,
maka akan dilakukan verifikasi materiil untuk berkas pengaduan tersebut oleh
Subbagian Analisis dan Verifikasi. Setelah sudah terpilih berkas pengaduan
yang lolos verifikasi materiil, maka staf Subbagian Analisis akan
memasukkan daftar berkas pengaduan yang lolos ke dalam sistem e-
Pengaduan.
Pengadu melihat hasil verifikasi materiil dalam sistem e-Pengaduan.
Jika berkas pengaduannya lolos verifikasi materiil, maka Pengadu tinggal
menunggu pemberitahuan selanjutnya untuk sidang. Jika berkas
pengaduannya BMS (Belum Memenuhi Syarat), maka Pengadu harus segera
83
mengupload kekurangan berkasnya agar pengaduan tersebut dapat segera
dilanjutkan ke dalam sidang.
2.8.5. UML (Unified Modelling Language)
UML (Unified Modelling Language) merupakan bahasa visual untuk
pemodelan dan komunikasi mengenai sebuah sistem dengan menggunakan
diagram dan teks-teks pendukung (A.S & Shalahuddin, 2011 : 118).
UML hanya berfungsi untuk melakukan pemodelan. Jadi, penggunaan
UML tidak terbatas pada metodologi tertentu. UML muncul karena adanya
kebutuhan pemodelan visual untuk menspesifikasikan, menggambarkan,
membangun dan dokumentasi dari sistem perangkat lunak.
UML mempunyai sejumlah elemen grafis yang bisa dikombinasikan
menjadi diagram. Karena UML merupakan sebuah bahasa maka UML
mempunyai sejumlah aturan untuk menggabungkan elemen-elemen tersebut.
Berikut ini adalah beberapa diagram yang ada pada UML.
1. Use Case Diagram
Use case diagram adalah pemodelan untuk behaviour sistem informasi
yang akan dibuat. Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau
lebih aktor dengan sistem informasi yang akan dibuat (A.S & Shalahuddin,
2011 : 130).
Dalam pembicaraan tentang use case, pengguna biasanya disebut dengan
aktor. Aktoradalah sebuah peran yang bisa dimainkan oleh pengguna dalam
interaksinya dengan sistem. Use case adalah alat bantu terbaik untuk
84
menstimulasi pengguna potensial untuk mengatakan tentang suatu sistem dari
sudut pandangnya. Ide dasarnya adalah bagaimana melibatkan pengguna
sistem di fase-fase awal analisis dan perancangan sistem.
Secara kasar, use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang
ada di dalam sebuah sistem informasi dan siapa saja yang berhak
menggunakan fungsi-fungsi tersebut.
Menurut A.S. & Shalahuddin (2011 : 131), use case memiliki dua hal
utama, yaitu :
a. Aktor merupakan orang, proses atau sistem lain yang berinteraksi dengan
sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan
dibuat itu sendiri. Jadi, walaupun simbol dari aktor adalah gambar orang,
tapi aktor belum tentu merupakan orang.
b. Use case adalah fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai unit-unit
yang saling bertukar pesan antar unit atau aktor.
Berikut ini adalah daftar simbol yang digunakan di dalam use case
diagram (A.S. & Shalahuddin, 2011 : 131 – 133) :
Tabel 2.4 Daftar Simbol Use Case Diagram
Simbol Deskripsi
Use Case
Fungsionalitas yang disediakan
sistem sebagai unit-unit yang saling
bertukar pesan antar unit atau aktor;
biasanya dinyatakan dengan
menggunakan kata kerja di awal
frase nama use case.
Nama Use Case
CasCase
85
Aktor (actor)
Orang, proses, atau sistem lain yang
berinteraksi dengan sistem
informasi yang akan dibuat di luar
sistem informasi yang akan dibuat
itu sendiri; biasanya dinyatakan
menggunakan kata benda di awal
frase nama aktor.
Asosiasi (association) Komunikasi antara aktor dan use
case yang berpartisipasi pada use
case.
Ekstensi (extend)
Relasi use case tambahan ke sebuah
use case dimana use case yang
ditambahkan dapat berdiri sendiri
walau tanpa use case tambahan;
biasanya use case tambahan
memiliki nama depan yang sama
dengan use case yang ditambahkan.
Contoh :
Arah panah mengarah pada use case
yang ditambahkan.
Generalisasi (generalization)
Hubungan generalisasi dan
spesialisasi (umum – khusus) antara
dua buah use case dimana fungsi
yang satu adalah fungsi yang lebih
umum dari lainnya. Contoh :
86
Arah panah mengarah pada use case
yang menjadi generalisasinya
(umum).
Menggunakan (include) Relasi use case tambahan ke sebuah
use case dimana use case yang
ditambahkan memerlukan use case
ini untuk menjalankan fungsinya
atau sebagai syarat dijalankan use
case ini.
Dua sudut pandang mengenai
include di use case, yaitu :
1. Include berarti use case yang
ditambahkan akan selalu dipanggil saat use case tambahan
dijalankan. Contoh :
2. Include berarti use case yang
tambahan akan selalu melakukan
pengecekan apakah use case
yang ditambahkan telah
dijalankan sebelum use case
tambahan dijalankan. Contoh :
87
Kedua sudut pandang tersebut dapat
digunakan salah satu atau
keduanya, tergantung pada
pertimbangan dan sudut pandang
yang dibutuhkan.
Gambar 2.7 Use Case Diagram
Gambar 2.7 menjelaskan use case diagram untuk arsitektur aplikasi E-
Pengaduan. Arsitektur aplikasi e-Pengaduan memiliki 10 aktor dan 8 use
case yang dapat dilakukan dalam sistem pengaduan. Aktor-aktor yang
Manajemen User
Verifikasi Administrasi
Registrasi Pengaduan
Pemberitahuan Verifikasi
Verifikasi Materiil
Admin
Staf Subbag Penerimaan &
Registrasi Pengaduan
Pengadu
Staf Subbag TU
Kasubbag Analisis &
Verifikasi
Staf Subbag Analisis
& Verifikasi
Tim Verifikasi
Materiil
Ketua DKPP
Kepala Biro
DKPP
Lihat Laporan
Kabag Administrasi
Pengaduan
Logout
Login
<<include>>
88
terlibat, yaitu Admin, Kepala Bagian Administrasi Pengaduan, Kepala
Subbagian Analisis dan Verifikasi, Kepala Biro DKPP, Ketua DKPP,
Pengadu, Staf Subbagian Analisis dan Verifikasi, Staf Subbagian
Penerimaan dan Registrasi Pengaduan, Staf TU, Tim Verifikasi Materiil.
Use case yang terlibat dalam sistem e-Pengaduan, yaitu login, logout,
manajemen user, laporan, pemberitahuan verifikasi, registrasi pengaduan,
verifikasi administrasi, verifikasi materiil.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case registrasi pengaduan
melibatkan aktor Pengadu dan Staf Subbagian Penerimaan dan Registrasi
Pengaduan. Use case verifikasi administrasi hanya melibatkan aktor Staf
Subbagian Penerimaan dan Registrasi Pengaduan. Use case verifikasi
materiil melibatkan aktor Kepala Subbagian Analisis dan Verifikasi, Staf
Subbagian Analisis dan Verifikasi, Tim Verifikasi Materiil. Use case
pemberitahuan verifikasi melibatkan aktor Pengadu dan Staf TU. Use case
Laporan melibatkan aktor Ketua DKPP, Kepala Biro DKPP, Kepala Bagian
Administrasi Pengaduan.
3. Class Diagram
Class diagram menggambarkan struktur sistem dari segi pendefinisian
kelas-kelas yang akan dibuat untuk membangun sistem (A.S & Shalahuddin,
2011 : 122). Class diagram memiliki atribut dan operasi (metode). Atribut
89
merupakan variabel-variabel yang dimiliki oleh suatu kelas. Operasi (metode)
adalah fungsi-fungsi yang dimiliki oleh suatu kelas.
Class diagram memiliki beberapa jenis kelas, yaitu :
Kelas utama : memiliki fungsi awal dieksekusi ketika sistem dijalankan.
Kelas tampilan sistem : mendefinisikan dan mengatur tampilan ke user.
Kelas dari pendefinisian use case : menangani fungsi-fungsi yang harus
ada, diambil dari pendefinisian use case.
Kelas dari pendefinisian data : digunakan untuk memegang atau
membungkus data menjadi sebuah kesatuan yang diambil maupun akan
disimpan ke basis data.
Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan dalam class diagram
( A.S. & Shalahuddin, 2011 : 123) :
Tabel 2.5 Daftar Simbol Class Diagram
Simbol Deskripsi
Kelas
Kelas pada struktur sistem.
Antarmuka (interface)
Sama seperti konsep interface
dalam pemrograman berorientasi
objek.
Asosiasi (association) Relasi antar kelas dengan makna
umum; biasanya disertai dengan
multiplicity.
90
Asosiasi berarah (directed association) Relasi antar kelas dengan makna
kelas yang satu digunakan oleh
kelas yang lain; biasanya disertai
dengan multiplicity.
Generalisasi (generalization)
Relasi antar kelas dengan makna
generalisasi – spesialisasi (umum –
khusus).
Kebergantungan (depedency)
Relasi antar kelas dengan makna
kebergantungan antar kelas.
Gambar 2.8 Class Diagram
91
Gambar 2.8 merupakan class diagram dari arsitektur data E-Pengaduan.
Arsitektur data e-Pengaduan memiliki 13 kelas, yaitu, Bagian, Subbagian,
Level, Jabatan, Pegawai, User, Panel_Majelis, Saksi, Pengaduan,
Pencatatan_Perkara, Pengadu, Teradu, Form_Pengaduan.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Panel_Majelis, kelas Saksi, kelas
Pengaduan, kelas Pencatatan_Perkara, kelas Pengadu, dan kelas Teradu.
Kelas User memiliki multiplicity 1 1..* (satu ke antara satu sampai
banyak) terhadap kelas Form_Pengaduan. Kelas Teradu memiliki
multiplicity 1 1..* (satu ke antara satu ke banyak) terhadap kelas
Pencatatan_Perkara. Kelas Pengadu memiliki multiplicity 1 1..* (satu ke
antara satu sampai banyak)terhadap kelas Pencatatan_Perkara. Kelas
Pengaduan memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Pencatatan_Perkara.
2.8.6. Principles Catalog
92
Principles catalog bertujuan untuk menangkap prinsip-prinsip bisnis
dan arsitektur yang menggambarkan solusi atau arsitektur seperti apa yang
baik. Prinsip-prinsip digunakan untuk mengevaluasi dan menyetujui hasil
keputusan arsitektur. Prinsip juga digunakan sebagai alat bantu untuk
membantu dalam tata arsitektur perubahan (The Open Group, 2009 : 421).
Tabel 2.6 Principles Catalog
No. Prinsip Tujuan
1. Arsitektur yang dibuat harus
sesuai dengan tujuan, aktivitas,
serta tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) di DKPP
Mendukung aktivitas dan tupoksi di DKPP.
Memperkuat hubungan antara aktivitas dan infrastruktur
untuk memudahkan
penyelarasan aktivitas
terhadap perubahan.
2. Pengelolaan arsitektur harus user
friendly Meningkatkan kemampuan
sharing data dan sumber daya
lain dalam pelayanan kepada
user.
Membantu kerja sama antar
bagian.
3. Arsitektur yang dikembangkan
harus aman Agar tidak membahayakan
keamanan dan kerahasiaan
data, serta teknologi yang ada
di DKPP.
Meminimalkan dampak dari
bencana.
Mampu bertahan dari serangan virus, spyware, hack, worm.
Tabel 2.6 menjelaskan prinsip-prinsip beserta tujuan masing-masing
dari tiap prinsip untuk membantu stakeholder dalam mengevaluasi dan
93
menyetujui perubahan arsitektur yang akan diusulkan. Salah satu prinsip, yaitu
arsitektur yang dikembangkan harus aman. Tujuan dari prinsip itu agar
arsitektur yang diusulkan tidak membahayakan keamanan dan kerahasiaan data
dan teknologi yang ada di DKPP, arsitektuur yang diusulkan pun harus mampu
bertahan dari serangan virus, spyware, hack, worm, atau bencana.
2.8.7. Actor/Role Matrix
Tujuan actor/role matrix adalah untuk menunjukkan aktor dan juga
peranannya. Memahami hubungan aktor dengan peranannya adalah pendukung
utama dari pendefinisian kebutuhan pelatihan, pengaturan keamanan user dan
manajemen perubahan organisasi (The Open Group, 2009 : 426).
Tabel 2.7 Actor/Role Matrix
94
Tabel 2.7 merupakan actor/role matrix untuk aktivitas pengaduan di
DKPP. Kolom pada matriks adalah bagian dan subbagian yang ada di DKPP
(aktor), sedangkan baris pada matriks adalah unit aktivitas terkecil (business
function) dalam aktivitas pengaduan. Dalam matriks ini ada keterangan RACI
(Responsible, Accountable, Consulted, Informed) yang menghubungkan kolom
aktor dengan baris unit aktivitas terkecil pada aktivitas pengaduan. Keterangan
Responsible menyatakan bahwa suatu aktor melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Keterangan Accountable menyatakan bahwa suatu aktor
bertanggung jawab dan memiliki otoritas untuk memutuskan perkara.
Keterangan Consulted menyatakan bahwa seorang aktor diperlukan saran dan
kontribusinya terhadap suatu kegiatan. Keterangan Informed menyatakan
bahwa seorang aktor perlu mengetahui hasil dari keputusan dalam suatu
tindakan.
Untuk kegiatan penerimaan dan registrasi pengaduan, Kepala DKPP
RI, Kepala Biro Administrasi DKPP, Kabag Administrasi Pengaduan, dan
Kasubbag Penerimaan dan Registrasi Pengaduan memiliki keterangan
Informed, yang berarti mereka perlu mengetahui laporan dari kegiatan
penerimaan dan registrasi pengaduan. Sedangkan, Staf Subbag Penerimaan dan
Registrasi Pengaduan memiliki keterangan Responsible, yang berarti staf
tersebut yang secara langsung melakukan kegiatan penerimaan dan registrasi
pengaduan.
Untuk kegiatan pemberkasan perkara, Kabag Administrasi Pengaduan
memiliki keterangan Informed, yang berarti Kabag Administrasi Pengaduan
95
perlu mengetahui laporan mengenai pemberkasan perkara. Kasubbag
Penerimaan dan Registrasi Perkara memiliki keterangan Accountable dan
Consulted, yang berarti Kasubbag Penerimaan dan Registrasi Perkara
bertanggung jawab dan sarannya dibutuhkan dalam kegiatan pemberkasan
perkara. Sedangkan, Staf Subbag Penerimaan dan Registrasi Pengaduan
memiliki keterangan Responsible, yang berarti staf tersebut yang secara
langsung melakukan kegiatan pemberkasan perkara.
Untuk kegiatan analisis dan verifikasi pengaduan, Kepala DKPP RI,
Kepala Biro Administrasi DKPP, Kabag Administrasi Pengaduan, dan
Kasubbag Penerimaan dan Registrasi Pengaduan memiliki keterangan
Informed, yang berarti mereka perlu mengetahui laporan dari kegiatan analisis
dan verifikasi pengaduan. Kasubbag Analisis dan Verifikasi Pengaduan
Wilayah 1 dan 2 memiliki keterangan Accountable dan Consulted, yang berarti
Kasubbag Analisis dan Verifikasi Pengaduan Wilayah 1 dan 2 bertanggung
jawab dan sarannya dibutuhkan dalam kegiatan analisis dan verifikasi
pengaduan. Sedangkan, Staf Subbag Analisis dan Verifikasi Pengaduan
Wilayah 1 dan 2 memiliki keterangan Responsible, yang berarti staf tersebut
yang secara langsung melakukan kegiatan analisis dan verifikasi pengaduan.
2.8.8. Stakeholder Map Matrix
Tujuan stakeholder map matrix adalah untuk mengidentifikasi
stakeholder untuk keterlibatannya di dalam aktivitas utama dan aktivitas
penunjang pada perusahaan (The Open Group, 2009 : 421).
96
Tabel 2.8 Stakeholder Map Matrix
Pada tabel 2.8 digambarkan pemetaan keterlibatan stakeholder terhadap
aktivitas yang ada di DKPP. Kolom pada matriks tersebut merupakan
stakeholder yang ada di DKPP. Sedangkan, baris yang ada pada matriks
tersebut merupakan aktivitas-aktivitas yang ada di DKPP dan aktivitas tersebut
sebelumnya terlebih dahulu dianalisis menggunakan value chain. Analisis
value chain membagi aktivitas di DKPP menjadi dua bagian, yaitu aktivitas
97
utama dan aktivitas pendukung. Warna merah yang ada dalam matriks
menandakan siapa saja stakeholder yang terlibat dalam setiap aktivitas.
Sebagai contoh, aktivitas pengaduan melibatkan stakeholder Pengadu,
Subbagian Penerimaan dan Registrasi Pengaduan, dan Subbagian Analisis dan
Verifikasi Pengaduan Wilayah 1 dan 2. Aktivitas persidangan melibatkan
stakeholder Pengadu, Teradu, Subbagian Pemanggilan, Subbagian
Persidangan, Subbagian Risalah dan Dokumen Perkara.
2.8.9. Application Portfolio Catalog
Menurut The Open Group (2009 : 432), Application portfolio catalog
berguna untuk mengidentifikasi dan memelihara semua daftar aplikasi yang
ada di perusahaan. Daftar ini membantu untuk menentukan ruang lingkup
perubahan yang dapat mempengaruhi jenis-jenis aplikasi tertentu.
Menurut O’Brien & Marakas (2010 : 557), application portfolio adalah
tools perencanaan yang digunakan untuk mengevaluasi aplikasi sistem
informasi saat ini dan yang diusulkan dalam syarat jumlah pendapatan atau aset
yang diinvestasikan dalam sistem informasi yang mendukung business
function dan business process utama.
Tabel 2.9 Application Portfolio Catalog
98
Application portfolio catalog sebenarnya membantu untuk
mengidentifikasi aplikasi apa saja yang sudah digunakan dalam perusahaan
(DKPP) dan juga mengidentifikasi aplikasi saja yang dibutuhkan untuk
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di perusahaan (DKPP).
Tetapi, pada saat ini di DKPP belum ada aplikasi yang dijalankan untuk
menunjang kinerja para pegawai. Semua pekerjaan masih dilakukan secara
manual. Oleh karena itu, application portfolio catalog seperti pada tabel 2.9
hanya mengidentifikasi aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan saat ini untuk
DKPP. Aplikasi yang diusulkan akan menunjang kinerja para pegawai, selaras
dengan tujuan dibuatnya perencanaan arsitektur enterprise yang akan
mengotomatisasi sistem kerja di DKPP.
Setelah melakukan analisis pada as-is system di DKPP, maka pada tabel
2.9 diusulkan beberapa aplikasi usulan untuk menunjang aktivitas utama di
DKPP, yaitu e-Pengaduan, e-Persidangan, e-Persuratan, dan e-Kearsipan.
99
Dalam tabel 2.9 juga dijelaskan fungsi dari masing-masing aplikasi yang
diusulkan. Fungsi-fungsi tersebut akan menjadi alasan mengapa setiap aplikasi
diusulkan. Diharapkan dengan dibuatnya application portfolio catalog akan
menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi para stakeholder dalam
pengembangan arsitektur aplikasi.
2.8.10. Application and User Location Diagram
Menurut The Open Group (2009 : 435), diagram ini digunakan untuk
menunjukkan dimana aplikasi akan digunakan oleh end user dan distribusi
dimana aplikasi akan dikembangkan, diuji coba, dan dirilis. Tujuan diagram ini
adalah untuk menggambarkan dengan jelas lokasi aktivitas dari user yang
berinteraksi dengan aplikasi.
100
E-Pengaduan
E-PersidanganE-Persuratan
E-Kearsipan
Bagian Administrasi
PengaduanSubbagian Tata Usaha
dan Protokol
Bagian Administrasi
Persidangan
Subbagian Monitoring
dan Evaluasi
E-Kepegawaian
Subbagian Tata Usaha
& Protokol
E-Keuangan
Subbagian Tata Usaha
& Protokol
E-Inventaris
Subbagian Tata Usaha
& Protokol
E-Procurement
Subbagian Tata Usaha
& Protokol
E-Monev
Subbagian Monitoring
& Evaluasi
Gambar 2.9 Application and User Location Diagram
Pada gambar 2.9 digambarkan ada sembilan aplikasi dan empat lokasi
user yang menggunakan aplikasi tersebut. Aplikasi-aplikasi tersebuat adalah e-
Pengaduan, e-Persidangan, e-Persuratan, e-Kearsipan, e-Kepegawaian, e-
Keuangan, e-Inventaris, e-Procurement, e-Monev. Lokasi user yang terlibat
adalah Bagian Administrasi Pengaduan, Bagian Administrasi Persidangan,
Subbagian Tata Usaha dan Protokol, Subbagian Monitoring dan Evaluasi.
Aplikasi e-Pengaduan digunakan di Bagian Administrasi Pengaduan. Dan
aplikasi e-Pengaduan akan berintegrasi dengan aplikasi e-Persuratan dan e-
Kearsipan. Aplikasi e-Persidangan digunakan di Bagian Administrasi
101
Persidangan. Dan aplikasi e-Persidangan akan berintegrasi dengan aplikasi e-
Persuratan dan e-Kearsipan. Aplikasi e-Persuratan digunakan di Subbagian
Tata Usaha dan Protokol. Dan aplikasi e-Persuratan akan berintegrasi dengan
aplikasi e-Pengaduan, e-Persidangan dan e-Kearsipan. Aplikasi e-Kearsipan
digunakan di Subbagian Monitoring dan Evaluasi. Dan aplikasi e-Kearsipan
akan berintegrasi dengan aplikasi e-Pengaduan, e-Persidangan dan e-
Persuratan. Aplikasi e-Kepegawaian digunakan di Subbagian Tata Usaha dan
Protokol dan akan berintegrasi dengan aplikasi e-Kearsipan. Aplikasi e-
Keuangan digunakan di Subbagian Tata Usaha dan Protokol dan akan
berintegrasi dengan aplikasi e-Kearsipan dan e-Monev. Aplikasi e-Inventaris
digunakan di Subbagian Tata Usaha dan Protokol dan akan berintegrasi dengan
aplikasi e-Kearsipan dan e-Monev. Aplikasi e-Procurement digunakan di
Subbagian Tata Usaha dan Protokol dan akan berintegrasi dengan aplikasi e-
Kearsipan dan e-Monev. Aplikasi e-Monev digunakan di Subbagian
Monitoring dan Evaluasi dan akan berintegrasi dengan aplikasi e-Kearsipan, e-
Inventaris, e-Procurement, e-Keuangan.
2.8.11. Technology Portfolio Catalog
Menurut The Open Group (2009 : 438), tujuan dari katalog ini adalah
untuk mengidentifikasi dan memelihara daftar semua teknologi yang
digunakan di seluruh perusahaan, di dalamnya terdapat hardware, infrastruktur
software, dan aplikasi software. Sebuah portofolio teknologi yang disetujui
102
mendukung siklus hidup manajemen produk teknologi dan beberapa versi
teknologi, juga membentuk dasar untuk definisi standar teknologi.
Tabel 2.10 Technology Portfolio Catalog
Pada tabel 2.10 dijelaskan teknologi apa saja yang dibutuhkan dan akan
digunakan DKPP dalam arsitektur teknologi usulan untuk setiap aplikasi yang
akan dibangun.
2.8.12. Platform Decomposition Diagram
Menurut The Open Group (2009 : 439), Platform Decomposition
Diagram menggambarkan platform teknologi yang mendukung operasional
arsitektur sistem informasi. Diagram ini mencakup semua aspek platform
infrastruktur dan menyediakan gambaran platform teknologi pada organisasi.
103
PLATFORM TECHNOLOGYP
rese
nta
tio
nN
etw
ork
Ap
plic
atio
nD
ata
ba
se
Clie
nt In
terf
ace
Pengaduan ProcurementInventarisMonev KeuanganKepegawaianKearsipan PersuratanPersidangan
Web Server &
PHP
Web Server &
PHPWeb Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Internet & LAN Internet & LAN Internet & LAN Internet & LAN Internet & LANInternet & LANInternet & LAN LANLAN
Web Browser Web BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb Browser
Aplikasi e-
Pengaduan
Aplikasi e-
Persidangan
Aplikasi e-
Kearsipan
Aplikasi e-
KepegawaianAplikasi e-Monev
Aplikasi e-
Inventaris
Aplikasi e-
Procurement
Aplikasi e-
Persuratan
Aplikasi e-
Keuangan
Website DKPP
DB Platform DB PlatformDB PlatformDB PlatformDB PlatformDB PlatformDB PlatformDB Platform DB Platform
Gambar 2.10 Platform Decomposition Diagram
Pada gambar 2.10 menjelaskan platform teknologi menggambarkan
bahwa keseluruhan sistem yang diusulkan sudah berbasis web. Pada level client
interface, user eksternal dapat mengakses aplikasi yang berada di website
DKPP melalui web browser dan internet. User internal dapat mengakses
keseluruhan sistem aplikasi di website DKPP melalui internet atau jaringan
lokal (LAN). Apache web server digunakan untuk mendukung berjalannya
aplikasi berbasis web. Aplikasi berbasis web dibangun menggunakan bahasa
pemrograman PHP (Hypertext Preprocessor). Bahasa pemrograman ini akan
mengambil data dari data storage.
104
Aplikasi e-Pengaduan akan mengambil data dari data storage
Pengaduan, aplikasi e-Persidangan akan mengambil data dari data storage
Persidangan, aplikasi e-Persuratan akan mengambil data dari data storage
Persuratan, aplikasi e-Kearsipan akan mengambil data dari data storage
Kearsipan, aplikasi e-Kepegawaian akan mengambil data dari data storage
Kepegawaian, aplikasi e-Keuangan akan mengambil data dari data storage
Keuangan, aplikasi e-Inventaris akan mengambil data dari data storage
Inventaris, aplikasi e-Procurement akan mengambil data dari data storage
Procurement, dan aplikasi e-Monev akan mengambil data dari data storage
Monev.
2.8.13. Communication Engineering Diagram
Communication engineering diagram menggambarkan sarana
komunikasi diantara aset arsitektur teknologi. Diagram ini membutuhkan
hubungan logis antara komponen client dan server serta mengidentifikasi batas
jaringan dan infrastruktur jaringan yang diperlukan untuk
mengimplementasikan koneksi secara fisik (The Open Group, 2009 : 441).
105
ISP
(Internet Service Provider)
IDC (Internet Data
Center) Web Server
DKPP
Server
Local Server DKPP
Printer Scanner
Switch
Ruang Tenaga Ahli
Ruang Humas
LANTAI 4
Wireless
Ruang Kabag Pengaduan
Ruang Bagian Pengaduan
Ruang Keuangan
Ruang Kabiro
Ruang Bagian Persidangan
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN KIRI
Switch
Ruang Kabag Umum
Ruang Staf TU
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN TENGAH
Switch
Switch
Ruang Anggota 2
Ruang Sespri Ketua Ruang Anggota 1Ruang Ketua
Ruang Anggota 3Ruang Anggota 4
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN KANAN
Firewall
Router
Gambar 2.11 Communication Engineering Diagram
Gambar 2.11 menggambarkan infrastruktur jaringan usulan di lantai 4
DKPP. Infrastruktur jaringan ini melibatkan jaringan pada Bagian Humas
dan Ruang Tenaga Ahli. DKPP memiliki 2 local server (utama dan backup)
untuk menerima data dan informasi dari central server yang ditransmisikan
melalui internet. Local server terhubung dengan 2 router, yaitu router pada
Bagian Humas dan router pada Ruang Tenaga Ahli. Router pada Bagian
Humas terhubung dengan 2 switch, yaitu switch untuk menghubungkan
jaringan PC para staf dan switch untuk menghubungkan jaringan PC para
Kepala Subbagian. Masing-masing switch terhubung dengan wireless agar
setiap laptop atau smartphone di Bagian Persidangan juga dapat terkoneksi
dengan internet.
106
Router pada Ruang Tenaga Ahli terhubung dengan 1 switch, yaitu switch
untuk menghubungkan jaringan PC para Tenaga Ahli. Switch tersebut
terhubung dengan wireless agar setiap laptop atau smartphone di Ruang
Tenaga Ahli juga dapat terkoneksi dengan internet.
2.8.14. Matrix Analisis Gap
Matrix analisis gap menunjukkan ruang lingkup dari sebuah paket
pekerjaan yang harus diimplementasikan sebagai bagian dari transformasi
roadmap yang lebih luas dengan penggambaran baseline architecture yang ada
pada saat ini dan penggambaran arsitektur target (The Open Group, 2009 :
321).
Relasi yang digunakan pada matrix ini adalah included untuk
komponen arsitektur yang ada pada baseline maupun target dan relasi
eliminated untuk komponen yang tidak ada pada arsitektur target. Sebelum
memberikan relasi eliminated, perlu pemeriksaan dahulu, jika tidak ada atau
benar akan dihapus, maka gunakan relasi eliminated (Pratiwi, 2013 : 71).
Menurut Andri (dalam Pratiwi, 2013 : 72), matrix analisis gap
menghubungkan paket pekerjaan kepada organisasi, fungsi, layanan, proses
bisnis, aplikasi, data dan teknologi yang akan dibuat, dibaca, update dan
dihapus CRUD) pada arsitektur aplikasi yang berkaitan dengan penggunaan
setiap data, selain menggunakan relasi CRUD, pada analisis gap dapat juga
menggunakan relasi Retained yang bermakna pelayanan yang tetap ada, relasi
107
Replace yang bermakna pelayanan yang diganti, dan relasi add yang bermakna
layanan yang akan dibuat baru.
Gambar 2.12 Matrix Analisis Gap Arsitektur Bisnis Monitoring dan
Evaluasi
Pada gambar 2.12 adalah analisis gap arsitektur bisnis monitoring dan
evaluasi. Aktivitas login diberi keterangan “add” karena aktivitas login baru
akan ditambahkan dalam sistem usulan. Aktivitas memantau proses keuangan,
inventaris, dan procurement diberi keterangan “retain” karena aktivitas
tersebut tetap ada di sistem saat ini atau di sistem baru. Aktivitas pencatatan
hasil pemantauan diberi keterangan “remove” karena aktivitas tersebut tidak
akan digunakan kembali dalam sistem yang baru. Aktivitas persiapan evaluasi
sistem, pelaksanaan evaluasi sistem, dan penyusunan laporan monitoring dan
evalusi diberi keterangan “replace” karena ketiga aktivitas tersebut tetap
108
digunakan dalam sistem yang baru, tetapi akan mengalami pengembangan,
yaitu menggunakan sistem terkomputerisasi.
2.8.15. Pengukuran ROI (Return of Invesment)
Menurut Anthony & Govindarajan (dalam Nugroho, 2005 : 24), ROI
adalah rasio untuk mengukur kekuatan penghasilan terhadap aktiva. Rasio
tersebut menyatakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh penghasilan
terhadap operasi bisnis dan menjadi ukuran keefektifan manajemen.
ROI menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi
perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasional tersebut (net operating
asset) (Nugroho, 2005 : 24).
Menurut Nugroho (2005 : 27), kelebihan analisis ROI adalah sebagai
berikut :
1. Rasio ROI bersifat menyeluruh, artinya apabila perusahaan sudah
menjalankan praktek akuntansi yang baik, maka manajemen dengan
menggunakan teknik analisis RPI dapat mengukur efisiensi penggunaan
modal kerja, efisiensi produksi, dan efisiensi penjualan.
2. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang
dilakukan oleh divisi atau bagian-bagian perusahaan, yaitu dengan
mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang
bersangkutan. Arti pentingnya adalah untuk dapat membandingkan
efisiensi suatu bagian dengan bagian lain di dalam perusahaan.
109
3. ROI berguna untuk kepentingan perencanaan, misalnya ROI digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan jika perusahaan akan
melakukan ekspansi.
Return on Invesment biasanyadinyatakan dalam bentuk prosentase.
Prosentase tersebut menunjukkan pengembalian investasi yang mungkin
diperoleh dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil dari pelatihan. Cara lain
untuk mengukur ROI adalah dengan menghitung berapa lama (bulan) jangka
waktu yang dibutuhkan agar biaya yang telah diinvestasikan untuk pelatihan
berhasil diimbangi dengan keuntungan yang diperoleh (Driwantara, 2005 : 4).
Menurut Driwantara (2005 : 4), rumus penghitungan prosentase ROI
adalah sebagai berikut.
ROI (%) = (Keuntungan Bersih Program / Biaya Program) x 100
Payback Period = Biaya Program / Keuntungan Bulanan
Pengukuran ROI untuk investasi biaya TIK di DKPP adalah sebagai
berikut ini :
Analisis Biaya Investasi Awal
Sebelum membuat perhitungan ROI, kita terlebih dahulu harus
menganalisis biaya investasi awal. Biaya investasi awal adalah untuk
hardware, software, dan SDM. Biaya investasi awal untuk hardware
meliputi harga server, alat-alat untuk membangun jaringan. Biaya
investasi awal untuk software meliputi harga operating system. Biaya
investasi awal juga termasuk untuk pembayaran SDM.
110
Tabel 2.11 Biaya Investasi Awal
Keterangan Biaya
Pembelian Server
HP ProLiant ML350pG8-676 4 buah
@ Rp 31.000.000 Rp 124.000.000
Subtotal Biaya Pembelian Server Rp 124.000.000
Pembelian Software
OS Server ; Windows Server 2012 Rp 10.600.000
Microsoft Office Professional 2013 Rp 5.400.000
Subtotal Biaya Pembelian Software Rp 16.000.000
Pembelian Hardware
Switch HP V1910-24G-PoE 8 buah
@ Rp 10.500.000 Rp 84.000.000
Router LINKSYS wireless-G WRT54GL-AS 2 buah
@ Rp 670.000 Rp 1.340.000
UTP Cable SCHNEIDER 500 m @ Rp 32.000 Rp 16.000.000
Subtotal Biaya Pembelian Hardware Rp 101.340.000
Upah Tenaga Ahli (per Bulan)
System Analyst 2 orang @ Rp 5.000.000 Rp 10.000.000
System Administrator 2 orang @ Rp 3.000.000 Rp 6.000.000
Database Administrator 2 orang @ Rp 3.000.000 Rp 6.000.000
Programmer 3 orang @ Rp 6.000.000 Rp 18.000.000
Subtotal Biaya Upah Tenaga Ahli (per Bulan) Rp 40.000.000
Subtotal Biaya Upah Tenaga Ahli (per Tahun) Rp 480.000.000
Total Biaya Rp 721.340.000
111
Estimasi Cost dalam Kurun Waktu 5 Tahun
Dari hasil perhitungan biaya investasi awal untuk hardware, software,
dan SDM maka didapatkan estimasi biaya untuk jangka waktu 5 tahun ke
depan.
Tabel 2.12 Estimasi Biaya dalam 5 Tahun
Kategori Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Pembelian Server - 124000000 - -
Pembelian Software 5400000 10600000 - -
Pembelian Hardware - 101340000 - - -
Upah Tenaga Ahli 216000000 480000000 480000000 480000000 480000000
Total Biaya per Tahun 221400000 715940000 480000000 480000000 480000000
Total Biaya 5 Tahun 2.377.340.000
Pengukuran ROI
Pengadaan pada bidang teknologi informasi merupakan sebuah
investasi. Oleh karena itu, ROI dari pengadaan ini harus dapat diukur.
Untuk mengukur ROI yang harus pertama kali dievaluasi adalah seberapa
besar biaya yang akan dikeluarkan dalam proses pengadaan ini dan
pendapatan dari perusahaan. ROI dinyatakan dalam bentuk persentase.
112
Tabel 2.13 Penghitungan ROI
Biaya-Biaya
Estimasi Total Biaya Pertama Rp 221.400.000
Estimasi Total Biaya Kedua Rp 715.940.000
Estimasi Total Biaya Ketiga Rp 480.000.000
Estimasi Total Biaya Keempat Rp 480.000.000
Estimasi Total Biaya Kelima Rp 480.000.000
Estimasi Anggaran Belanja TIK
Anggaran Belanja Tahun 2013 Rp 1.000.000.000
Anggaran Belanja Tahun 2014 Rp 1.000.000.000
ROI
ROI Tahun 2013
ROI (%) = (Rp 1.000.000.000 /
Rp 221.400.000) x 100 =
451,67%
ROI Tahun 2014
ROI (%) = (Rp 1.000.000.000 /
Rp 715.940.000) x 100 =
139,68%
Estimasi ROI Tahun 2015-2017 *Asumsi
anggaran belanja DKPP pada tahun 2015-
2017 sama dengan anggaran belanja tahun
2013-2014
ROI (%) = (Rp 1.000.000.000 /
Rp 480.000.000) x 100 =
208,33%
Payback Period
Payback Period Tahun 2013 Anggaran Bulanan =
Rp 1.000.000.000 / 12 =
Rp 83.333.333
Payback Period =
Rp 221.400.000 / Rp 83.333.333
= 2,66 bulan
Payback Period Tahun 2014 Anggaran Bulanan =
Rp 1.000.000.000 / 12 =
Rp 83.333.333
Payback Period =
Rp 715.940.000 / Rp 83.333.333
= 8,59 bulan
Estimasi Payback Period Tahun 2015-2017 Anggaran Bulanan =
Rp 1.000.000.000 / 12 =
Rp 83.333.333
113
*Asumsi anggaran belanja DKPP pada
tahun 2015-2017 sama dengan anggaran
belanja tahun 2013-2014
Payback Period =
Rp 480.000.000 / Rp 83.333.333
= 5,76 bulan
2.8.16. Road Map
Roadmap adalah sebuah arahan bagi usaha pengembangan yang
bersifat strategis, berskala besar, dan berdurasi panjang. Esensi sebuah
roadmap adalah adanya jalur-jalur (paths) pengembangan yang bila diikuti
akan membawa pelakunya mencapai tujuan pengembangan tersebut. Jalur-
jalur ini disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan berbagai faktor yang
melekat pada konteks, situasi, dan lingkungan pengembangan, sehingga dapat
mengantarkan pada pencapaian tujuan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi
yang tinggi (Unnes, 2011 : 6).
Tahap 1
E-Pengaduan
E-Persidangan
2014
Tahap 2
E-Persuratan
E-Kearsipan
2015
Website
DKPP
Tahap 3
E-Monev
E-Keuangan
2016
Tahap 4
E-Kepegawaian
2017
Tahap 5
E-Inventaris
E-Procurement
2018
Gambar 2.13 Roadmap Implementasi Aplikasi
114
Gambar 2.13 menggambarkan roadmap implementasi aplikasi usulan di
DKPP. Implementasi akan dibagi menjadi 5 tahap, mulai dari tahun 2014
sampai tahun 2018. Implementasi tahap 1 pada tahun 2014, DKPP akan
mengimplementasikan aplikasi e-Pengaduan, e-Persidangan, dan website
DKPP. Implementasi tahap 2 pada tahun 2015, DKPP akan
mengimplementasikan aplikasi e-Persuratan dan e-Kearsipan. Implementasi
tahap 3 pada tahun 2016, DKPP akan mengimplementasikan aplikasi e-Monev
dan e-Keuangan. Implementasi tahap 4 pada tahun 2017, DKPP akan
mengimplementasikan aplikasi e-Kepegawaian. Implementasi tahap 5 pada
tahun 2018, DKPP akan mengimplementasikan aplikasi e-Inventaris dan e-
Procurement. Urutan prioritas untuk implementasi aplikasi DKPP ditentukan
berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh aplikasi tersebut untuk kinerja
pegawai di DKPP.
2.9 Penelitian Sejenis
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa penelitian sejenis, seperti skripsi
dan thesis tentang Perencanaan arsitektur enterprise dan Arsitektur Enterprise
menggunakan TOGAF, yang penulis jadikan sebagai referensi dalam
penulisan. Dan pada bagian ini juga akan dijelaskan perbedaan skripsi yang
dibuat oleh penulis dengan penelitian sejenis yang dijadikan referensi. Berikut
ini adalah penelitian sejenis yang dijadikan referensi, yaitu :
1. “Perencanaan arsitektur enterprise pada PT. Dian Nikel Mining”
115
Skripsi ini disusun oleh Anis Khairunisa (Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013). Penelitian ini
menghasilkan solusi bisnis bagi PT. Dian Nikel Mining dengan perencanaan
arsitektur enterprise menggunakan TOGAF ADM.
Kelebihan dari penelitian ini adalah analisis arsitektur to be yang dibuat
untuk perencanaan arsitektur enterprise untuk seluruh divisi perusahaan sangat
detail, mulai dari fase preliminary sampai fase migration planning. Penulis
juga membuat tabel permasalahan yang terjadi pada current system serta
membuat solusi untuk masing-masing permasalahan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pada setiap fase TOGAF ADM dan sudah adanya
roadmap untuk urutan implementasi aplikasi sebagai persiapan ke tahap
implementation governance. Kekurangan pada penelitian ini, yaitu current
system pada perusahaan tidak dijelaskan dengan lengkap, tidak adanya analisa
ROI (Return of Invesment) untuk analisa investasi biaya pada fase
opportunities and solutions dan belum semua fase TOGAF ADM dilakukan,
seperti fase implementation governance dan architecture change management.
2. “Perencanaan arsitektur enterprise / Teknologi Informasi
Menggunakan Kerangka The Open Group Architecture Framework
(TOGAF) (Studi Kasus : Pemda Kabupaten Sumba Barat)”
Thesis ini disusun oleh Raimond Lukito Widiatmo (Fakultas Teknologi
Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2012). Penelitian ini
116
menghasilkan usulan strategi SI/TI bagi Pemda Kabupaten Sumba Barat agar
tata laksana dan sistem administrasi pemerintah dapat berjalan dengan efektif
dan efisien.
Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis melakukan analisis pada
semua fase TOGAF ADM, mulai dari fase preliminary sampai fase change
management. Penjelasan pada setiap fase hampir semuanya sangat detail.
Perancangan arsitekturnya pun mudah dipahami. Kekurangan dari penelitian
ini adalah current system tidak dijelaskan lebih dulu sebelum dibuat arsitektur
yang baru, tidak adanya penyusunan anggaran biaya untuk investasi
perencanaan strategis SI/TI dan bagian Pemda Kabupaten Sumba Barat yang
terlibat untuk perencanaan arsitektur enterprise hanya pada Bagian
Informatika.
3. “Perancangan Model Enterprise Architecture dengan Menggunakan
TOGAF Architecture Development Method pada PT. Satya Karya
Utama”
Skripsi ini disusun oleh Vivi Fydiani Pratiwi (Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013). Penelitian ini
menghasilkan blueprint arsitektur perusahaan PT. Satya Karya Utama.
117
Kelebihan dari penelitian ini adalah penjelasan rancangan arsitektur yang
mendetail pada setiap fase TOGAF ADM dan adanya ROI (Return of
Investment) untuk analisis investasi biaya. Kekurangan dari penelitian ini
adalah current system tidak dijelaskan lebih dulu sebelum dibuat arsitektur
yang baru, tidak semua divisi perusahaan terlibat untuk perancangan blueprint
dan belum semua fase TOGAF ADM dilakukan, seperti fase migration
planning, fase implementation governance dan fase architecture change
management.
4. “Analisis dan Pengembangan Enterprise Arsitektur Menggunakan
Framework TOGAF pada Pengadilan Agama Bandung”
Skripsi ini disusun oleh Cecep Rachman Mardiansyah (Fakultas Teknik,
Universitas Widyatama, 2012). Penelitian ini menghasilkan blueprint yang
selaras dengan kebutuhan bisnis dari Pengadilan Agama Bandung.
Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis membuat dua bab berbeda
untuk membahas sistem yang berjalan saat ini dan sistem yang diusulkan. Pada
118
bab 4 dengan judul Analisis Kebutuhan Infrastruktur, penulis fokus membahas
secara mendetail mengenai analisis kebutuhan mulai dari visi arsitektur,
arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi,
sampai tingkat kematangan sistem yang berjalan saat ini. Pada bab 5 dengan
judul Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur, penulis fokus membahas
secara mendetail mengenai rancangan proses kerja dan infrastruktur yang akan
diusulkan berdasarkan kebutuhan dari pembahasan bab sebelumnya.
Kekurangan dari penelitian ini, yaitu penulis melaksanakan fase TOGAF hanya
dari fase A (Visi Arsitektur) sampai fase E (Peluang dan Solusi). Hal ini
disebabkan karena penulis benar-benar ingin fokus dalam analisis kebutuhan
arsitektur dan perancangan arsitektur yang dibutuhkan oleh Pengadilan Agama
Bandung. Kekurangan lainnya dalam penelitian ini adalah tidak adanya ROI
untuk menghitung persentase investasi anggaran yang dikeluarkan untuk
mengembangkan sistem informasi dan tidak adanya roadmap aplikasi sebagai
dasar prioritas untuk implementasi aplikasi yang diusulkan.
Berikut ini adalah hal-hal yang membedakan skripsi ini dengan penelitian-
penelitian sejenis yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu :
1. Skripsi ini akan menggambarkan dan menjelaskan current system pada
DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) sebelum
dirancangnya arsitektur-arsitektur baru.
2. Skripsi ini akan melibatkan semua bagian yang ada pada DKPP (Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu) untuk membuat perencanaan
arsitektur enterprise secara keseluruhan.
119
3. Skripsi ini akan menjelaskan arsitektur bisnis menggunakan konsep
business service, business process, dan business function agar pemetaan
proses kerja di DKPP dapat terbagi ke dalam level atas sampai level
terkecilnya.
4. Skripsi ini akan melengkapi kekurangan dari penelitian Anis Khairunisa,
Vivi Fydiani Pratiwi, dan Cecep Rachman Mardiansyah, yaitu melakukan
fase-fase TOGAF ADM mulai dari fase Preliminary sampai fase
Migration Planning dengan membuat ROI pada fase Opportunities and
Solutions dan membuat roadmap urutan implementasi aplikasi pada fase
Migration Planning.
120
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian skripsi ini menggunakan dua metode, yaitu metode pengumpulan
data dan metode perencanaan arsitektur enterprise. Metode pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, studi dokumen, dan tinjauan pustaka. Metode
perencanaan arsitektur enterprise menggunakan TOGAF Architecture Development
Method (ADM).
3.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ini digunakan agar dapat membantu penulis dalam
mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dari DKPP (Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu) untuk mendapatkan fakta-fakta dan kebenaran
uraian materi untuk pembahasan. Berikut ini adalah beberapa metode pengumpulan
data yang dipakai penulis.
3.1.1. Metode Observasi
Observasi dilakukan dengan melihat langsung aktivitas yang berjalan pada
DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) pada bulan Mei 2014 yang
berlokasi pada Jalan MH. Thamrin No. 14, Jakarta Pusat 10350. Hasil observasi
yang didapat, yaitu :
121
1. Sejarah singkat DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu)
2. Profil, tugas, dan wewenang dari lembaga DKPP (Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu).
3. Sistem yang sedang berjalan, yaitu bagaimana proses pengaduan, persidangan,
kearsipan, persuratan, kepegawaian, inventaris, procurement, keuangan, serta
monitoring dan evaluasi pada DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu).
Teknik observasi dilakukan untuk mempelajari dan memperoleh gambaran
nyata dari aktivitas pengaduan, persidangan, kearsipan, persuratan, kepegawaian,
inventaris, procurement, keuangan, serta monitoring dan evaluasi, dan apa saja
dukungan yang sudah ada agar aktivitas-aktivitas tersebut dapat berjalan sesuai
dengan tujuan DKPP.
Observasi juga mengamati apakah sistem informasi dan teknologi informasi
sudah digunakan sebagai penggerak aktivitas pada DKPP. Tetapi, pada
kenyataannya teknologi informasi hanya digunakan sebagai technical support. Hal
ini dibuktikan dengan tidak adanya bagian khusus untuk menangani permasalahan
sistem informasi dan teknologi informasi pada DKPP.
3.1.2. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan
kegiatan pengaduan, persidangan, kearsipan, persuratan, kepegawaian, inventaris,
procurement, keuangan, serta monitoring dan evaluasi di DKPP dengan cara
berinteraksi secara langsung dengan pihak yang terkait. Setelah dilakukan tanya-
122
jawab, didapatkan hasil berupa data dan informasi tentang aktivitas utama yang
sedang berjalan (pengaduan, persidangan, kearsipan, persuratan), pengelolaan
sistem informasi dan teknologi informasi, perencanaan arsitektur enterprise, serta
infrastruktur teknologi yang ada. Berikut ini adalah daftar pertanyaan pada
wawancara yang dilakukan di DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu).
1. Strategi aktivitas apa yang sudah diterapkan oleh DKPP?
2. Apa saja aktivitas yang ada di DKPP? Dan bagaimana alur pada masing-
masing aktivitas tersebut?
3. Data-data apa saja yang dibutuhkan pada masing-masing aktivitas di DKPP?
4. Aplikasi apa saja yang sudah ada di DKPP untuk mendukung kinerja para
pegawai dalam menjalankan tugasnya?
5. Bagaimana pengelolaan sistem informasi dan teknologi informasi di DKPP?
6. Apakah DKPP sudah memiliki perencanaan arsitektur enterprise? Jika sudah,
bagaimana strategi SI/TI nya?
7. Bagaimana infrastruktur jaringan yang ada di DKPP?
3.1.3. Metode Studi Dokumen
Metode ini dilakukan untuk menambah referensi teori-teori yang menunjang
penelitian dengan cara mencari data dan informasi yang berkaitan dengan
perencanaan arsitektur enterprise, arsitektur enterprise, dan TOGAF ADM dari
buku-buku, jurnal-jurnal, situs internet, artikel, hasil penelitian dan dokumen-
dokumen dari DKPP. Referensi teori-teori diharapkan dapat membantu penulis
dalam melakukan analisis dan menyusun pembahasan.
123
3.1.4. Metode Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengumpulkan dan membandingkan
beberapa hasil penelitian sejenis, seperti skripsi dan thesis terdahulu mengenai
perencanaan arsitektur enterprise dan arsitektur enterprise, kemudian
mempelajarinya untuk memperoleh perbandingan kekurangan dan kelebihan dari
setiap penelitian. Membandingkan hasil penelitian terdahulu juga membantu
penulis untuk menemukan hal yang membedakan antara penelitian penulis dengan
penelitian-penelitian sebelumnya.
Penulis menggunakan empat referensi thesis dan skripsi untuk perbandingan
penelitian sejenis. Sumber referensi yang digunakan untuk perbandingan, yaitu :
Tabel 3.1 Perbandingan Penelitian Sejenis
No. Penulis Judul Masalah Hasil Penelitian
1. Anis
Khairunisa
(2013)
Perencanaan arsitektur
enterprise pada PT.
Dian Nikel Mining
Perusahaan tidak
memiliki
perencanaan strategis
SI pada bidang SI/TI.
Divisi TI belum
masuk dalam
struktur organisasi
perusahaan.
Aplikasi yang
digunakan
perusahaan hanya
Microsoft Office.
Rancangan kerangka
kerja berdasarkan
TOGAF ADM.
Analisis kebutuhan dari
perencanaan strategis SI.
Rancangan arsitektur
visi.
Rancangan arsitektur
bisnis.
Rancangan arsitektur
sistem informasi.
Rancangan arsitektur
teknologi.
Rancangan Peluang dan
Solusi.
Rancangan Perencanaan
Migrasi
124
2. Raimond
Lukito
Widiatmo
(2012)
Perencanaan arsitektur
enterprise / Teknologi
Informasi
Menggunakan
Kerangka The Open
Group Architecture
Framework (TOGAF)
(Studi Kasus : Pemda
Kabupaten Sumba
Barat)
Bagaimana
menyusun usulan
strategi SI/TI bagi
Pemda Kabupaten
Sumba Barat.
Bagaimana
mendefinisikan
TOGAF ADM untuk
pemodelan EA
dalam mendukung
aktivitas bisnis
Pemda Kabupaten
Sumba Barat.
Bagaimana
membangun model
infrastruktur SI/TI
berbasis EA yang
sesuai.
Usulan strategi SI/TI
bagi Pemda Kabupaten
Sumba Barat.
Model infrastruktur
SI/TI berbasis EA sesuai
dengan aktivitas bisnis
Pemda Kabupaten
Sumba Barat.
3. Vivi Fydiani
Pratiwi
(2013)
Perancangan Model
Enterprise
Architecture dengan
Menggunakan TOGAF
Architecture
Development Method
pada PT. Satya Karya
Utama
Perusahaan belum
mempunyai
rancangan aplikasi
pendukung berbasis
elektronik untuk
menunjang proses
bisnis.
Perusahaan belum
mempunyai
kerangka dasar
arsitektur teknologi
informasi.
Tidak adanya divisi
TI dalam struktur
organisasi
perusahaan.
Rancangan berdasarkan
konsep EA
menggunakan TOGAF
ADM.
Analisis kebutuhan EA
yang dibutuhkan
perusahaan.
Rancangan arsitektur
bisnis perusahaan.
Rancangan arsitektur
sistem informasi.
Rancangan arsitektur
teknologi.
Rancangan peluang dan
solusi.
Analisis biaya investasi
untuk implementasi EA.
4. Cecep
Rachman
Mardiansyah
(2012)
Analisis dan
Pengembangan
Enterprise Arsitektur
Menggunakan
Framework TOGAF
pada Pengadilan
Agama Bandung
Bagaimana caranya
membangun
rancangan EA.
Bagaimana data yang
tersebar di setiap unit
Pengadulan Agama
Rekomendasi model
arsitektur bisnis.
Arsitektur sistem
informasi.
Arsitektur teknologi.
125
Bandung bisa
terintegrasi.
Bagaimana cara
menjalankan fungsi-
fungsi yang
menerapkan
perencanaan
kebutuhan TI.
Solusi terbaik yang
diterapkan dalam
pembuatan blueprint.
3.2. Metode Perencanaan Arsitektur Enterprise
Metode perancangan arsitektur enterprise yang digunakan adalah TOGAF
Architecture Development Method (ADM). Langkah awal untuk menerapkan
TOGAF ADM adalah melakukan persiapan-persiapan, yaitu mengidentifikasi
konteks arsitektur yang akan dikembangkan. Langkah selanjutnya, mendefinisikan
strategi dari arsitektur dan menetapkan bagian-bagian arsitektur yang akan
dirancang, seperti arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur
teknologi. Ada tujuh tahap dalam metodologi TOGAF ADM yang digunakan
penulis, yaitu :
3.2.1. Preliminary Phase
Pada fase preliminary dilakukan pendefinisian bagaimana melakukan
perancangan di DKPP. Langkah-langkah yang akan dilakukan pada fase ini adalah
sebagai berikut.
1. Membuat prinsip-prinsip perencanaan arsitektur enterprise sebagai acuan
untuk pengembangan arsitektur.
2. Menentukan ruang lingkup perencanaan arsitektur enterprise (what).
126
3. Menentukan siapa saja actor yang akan bertanggung jawab untuk mengerjakan
perencanaan arsitektur enterprise (who).
4. Menentukan lokasi perencanaan arsitektur enterprise yang akan dibuat (where).
5. Menentukan waktu mulai dan target penyelesaian perencanaan arsitektur
enterprise (when).
6. Menetapkan alasan perencanaan arsitektur enterprise ini dibangun (why).
7. Menetapkan bagaimana perencanaan arsitektur enterprise ini dibuat (how).
Tools yang digunakan pada fase ini, yaitu Principles Catalog.
3.2.2. Requirement Management
Pada fase ini dilakukan analisis kebutuhan dari DKPP dan kebutuhan dari
user. Tujuan fase ini, yaitu untuk menganalisis dan mengelola kebutuhan
arsitektur di seluruh fase ADM.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam fase ini, yaitu :
1. Mengidentifikasi permasalahan pada DKPP.
2. Membuat solusi aktivitas dari permasalahan yang telah diidentifikasi.
3. Membuat solusi sistem informasi dari permasalahan yang telah diidentifikasi.
3.2.3. Phase A : Architecture Vision
Fase A bertujuan untuk membuat keseragaman pandangan mengenai
pentingnya perencanaan arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan DKPP yang
dirumuskan dalam bentuk strategi, serta menentukan ruang lingkup dari arsitektur
127
yang akan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dibuat pada fase
preliminary. Langkah-langkah untuk menentukan visi arsitektur, yaitu :
1. Mendefinisikan visi DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu).
2. Menentukan seluruh aktivitas di DKPP, meliputi aktivitas utama dan aktivitas
pendukung.
3. Mendefinisikan stakeholder.
4. Menentukan hubungan stakeholder dengan aktivitas utama dan pendukung
menggunakan stakeholder map matrix.
5. Membuat rancangan arsitektur visi.
Tools yang digunakan pada fase ini, yaitu Value Chain Diagram dan
Stakeholder Map Matrix.
3.2.4. Phase B : Business Architecture
Pada fase B, penulis akan menentukan model aktivitas (sejarah perusahaan,
proses, dan fungsi) yang diinginkan untuk menentukan arah DKPP di masa depan
melalui sudut pandang organisasi. Model aktivitas ini berupa skenario aktivitas
organisasi dari aspek informasi, fungsional, dan organisasi dari lingkungan
DKPP. Penjelasan alur skenario aktivitas tupoksi (tugas pokok dan fungsi)
menggunakan salah satu diagram UML, yaitu Business Use Case Diagram.
Langkah-langkah untuk membuat arsitektur bisnis adalah :
1. Menjelaskan sejarah DKPP.
2. Menjelaskan struktur organisasi DKPP beserta job description setiap bagian
dan menentukan struktur organisasi usulan untuk DKPP.
128
3. Membuat rancangan arsitektur proses aktivitas DKPP.
Tools yang digunakan pada fase ini, yaitu Rich Picture dan Actor/Role
Matrix.
3.2.5. Phase C : Information System Architecture
Fase C menentukan bagaimana membangun arsitektur sistem informasi
yang meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan pada
DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu).
3.2.5.1.Application Architecture
Arsitektur aplikasi digunakan untuk merancang suatu aplikasi yang
telah didefinisikan pada arsitektur bisnis (aktivitas tupoksi). Pada fase ini
dilakukan identifikasi jenis aplikasi yang dibutuhkan untuk memproses data dan
mendukung aktivitas di DKPP, serta membuat rancangan arsitektur aplikasi.
Langkah-langkah untuk membuat arsitektur aplikasi, yaitu:
1. Mengidentifikasi aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan.
2. Membuat pemodelan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan.
3. Menjelaskan manfaat aplikasi yang dirancang.
Tools yang digunakan pada fase ini, yaitu Application Portfolio Catalog,
Application and User Location Diagram, dan Use Case Diagram.
3.2.5.2.Data Architecture
Arsitektur data akan mengidentifikasi seluruh komponen data yang
digunakan oleh aplikasi untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh
129
DKPP. Jadi, pembuatan arsitektur data harus didahului oleh pembuatan arsitektur
aplikasi agar semua komponen data yang diperlukan pada setiap aplikasi dapat
didokumentasikan struktur datanya. Langkah-langkah untuk membuat arsitektur
data, yaitu :
1. Mengidentifikasi struktur data yang diperlukan pada setiap aplikasi.
2. Membuat pemodelan arsitektur data.
Tools yang digunakan pada fase ini, yaitu Class Diagram.
3.2.6. Phase D : Technology Architecture
Arsitektur teknologi menggambarkan struktur teknologi yang dibutuhkan
DKPP untuk menunjang operasional aplikasi yang telah dimodelkan pada
arsitektur aplikasi. Langkah-langkah untuk membuat arsitektur teknologi, yaitu :
1. Memodelkan konfigurasi jaringan awal pada DKPP.
2. Membuat konfigurasi jaringan usulan.
3. Menentukan software dan hardware yang diperlukan.
4. Merancang platform teknologi yang akan digunakan.
Tools yang digunakan pada fase ini, yaitu Communications Engineering
Diagram, Platform Decomposition Diagram, dan Technology Portfolio Catalog.
3.2.7. Phase E : Opportunities and Solutions
Pada fase E akan diuraikan hasil dari analisis gap mulai dari fase B sampai
fase D, serta akan ada perhitungan estimasi biaya investasi pada DKPP. Berikut
ini adalah langkah-langkah pada fase E :
130
1. Mengevaluasi model arsitektur yang sudah dibuat pada fase B, C, dan D, yaitu
arsitektur bisnis, aplikasi, data, dan teknologi menggunakan matrix analysis
gap.
2. Membuat pengukuran dan perhitungan investasi menggunakan ROI (Return
On Investment).
Tools yang digunakan pada fase ini, yaitu Matrix Analysis Gap dan Return
On Investment (ROI).
3.2.8. Phase F : Migration Planning
Pada fase ini akan dilakukan persiapan dan perencanaan migrasi untuk
implementasi arsitektur aplikasi baru yang dibangun pada fase sebelumnya.
Berikut ini adalah langkah-langkah pada fase F :
1. Membuat rencana migrasi dan urutan prioritas pengimplementasian aplikasi.
2. Menetapkan dan menggambarkan roadmap aplikasi pada DKPP.
Tools yang digunakan pada fase ini, yaitu roadmap implementasi aplikasi.
3.3. Kerangka Berpikir
131
Mulai
Metode Pengumpulan Data (Guritno, Sudaryono,
& Rahardja, 2011)
Metode Perencanaan Arsitektur Enterprise
(The Open Group, 2009)
Observasi
Tinjauan Pustaka
Studi Dokumen
Wawancara
Phase F : Migration Planning
Phase E : Opportunities &
Solutions
Phase D : Technology Architecture
Phase C : Information System Architecture
Phase B : Business Architecture
Phase A : Architecture Vision
Preliminary Phase Principles Catalog
Stakeholder Map Matrix
Value Chain Diagram
Actor/Role Matrix
Application Architecture
Data Architecture
Use Case Diagram
Application Portfolio Catalog
Class Diagram
Technology Portfolio Catalog
Platform Decomposition Diagram
Communications Engineering Diagram
Return Of Investment
Matrix Analysis Gap
Roadmap Aplikasi
Selesai
TOGAF 9Architecture Development
Methodology
Rich Picture
Application and User Location Diagram
Requirements Management
Flowchart
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
132
BAB IV
PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE
Dalam bab pembahasan ini, untuk mempersiapkan perencanaan arsitektur
enterprise maka akan dilakukan tiga tahapan awal dari TOGAF ADM, yaitu
Preliminary Phase, Requirement Management, Architecture Vision, dan Business
Architecture untuk melakukan proses pengenalan pada objek penelitian, yaitu
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Tahapan selanjutnya adalah
membahas secara mendalam mengenai Information System Architecture,
Technology Architecture, Opportunities and Solution, dan Migration Planning
sebagai usulan untuk Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.
4.1. Preliminary Phase
4.1.1. Prinsip – Prinsip Perencanaan Arsitektur Enterprise
Pada tahapan ini akan dibuat prinsip-prinsip perencanaan arsitektur
enterprise yang merupakan bagian dari kebijakan sistem informasi dan teknologi
informasi di DKPP yang akan sangat berpengaruh terhadap seluruh proses
perencanaan arsitektur enterprise. Prinsip-prinsip ini berguna untuk menjadi acuan
dalam pengambilan keputusan arsitektur pada bidang sistem informasi dan
teknologi informasi, menentukan struktur dan komposisi dari komponen-komponen
arsitektur, menentukan kriteria pemilihan teknologi, serta menjadi acuan dalam
perencanaan dan pengimplementasian arsitektur. Selain itu, prinsip-prinsip
133
perencanaan arsitektur enterprise juga memodelkan karakteristik dari arsitektur
sistem informasi dan teknologi informasi yang akan dikembangkan.
Prinsip-prinsip perencanaan arsitektur enterprise memiliki sifat yang umum
untuk digunakan dalam tahapan awal pengembangan perencanaan arsitektur
enterprise. Prinsip – prinsip tersebut juga menggambarkan karakteristik serta tujuan
dari arsitektur sistem informasi dan teknologi informasi yang akan dikembangkan.
Prinsip – prinsip yang akan digunakan sebagai acuan pengembangan adalah sebagai
berikut :
1. Arsitektur yang dibuat harus sesuai dengan tujuan, aktivitas, serta tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) di DKPP.
2. Pengelolaan arsitektur harus user friendly agar dapat membantu kerja sama
antar bagian.
3. Arsitektur yang dikembangkan harus aman agar tidak membahayakan
keamanan dan kerahasiaan data, serta teknologi yang ada di DKPP.
4. Data dan informasi dari sistem harus dilindungi dari akses oleh pihak-pihak
yang tidak berwenang.
5. Arsitektur harus dirancang untuk memudahkan penambahan dan
pengembangan di masa depan.
6. Penerapan teknologi interkoneksi dan akses data standar.
7. Penerapan arsitektur multi-tier dan arsitektur berbasis komponen.
8. Menggunakan software, hardware, dan platform yang telah distandarkan untuk
mencegah data yang tidak kompatibel dengan teknologi yang digunakan.
134
9. Pendefinisian dan pengelolaan data sebagai aset harus konsisten di semua
bagian agar data dapat tersedia bagi pihak yang membutuhkan dan pemilik data
dapat bertanggung jawab atas kualitas data yang dimilikinya.
Setelah ditetapkan maka prinsip-prinsip tersebut akan dimasukkan ke dalam
tabel principle catalog yang menggambarkan prinsip-prinsip yang akan dipakai
oleh DKPP dan menjelaskan tujuan dari setiap prinsip-prinsipnya. Di bawah ini
adalah principle catalog untuk perencanaan arsitektur enterprise di DKPP.
Tabel 4.1 Principle Catalog
No. Prinsip Tujuan
1. Arsitektur yang dibuat harus
sesuai dengan tujuan, aktivitas,
serta tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) di DKPP
Mendukung aktivitas dan tupoksi di DKPP.
Memperkuat hubungan antara aktivitas dan infrastruktur
untuk memudahkan
penyelarasan aktivitas
terhadap perubahan.
2. Pengelolaan arsitektur harus user
friendly Meningkatkan kemampuan
sharing data dan sumber daya
lain dalam pelayanan kepada
user.
Membantu kerja sama antar
bagian.
3. Arsitektur yang dikembangkan
harus aman Agar tidak membahayakan
keamanan dan kerahasiaan
data, serta teknologi yang ada
di DKPP.
Meminimalkan dampak dari
bencana.
Mampu bertahan dari serangan virus, spyware, hack, worm.
4. Data dan informasi dari sistem
harus dilindungi dari akses oleh
pihak-pihak yang tidak
berwenang
Melindungi data dari akses
oleh pihak-pihak yang tidak
berwenang.
Mengatur stakeholder untuk pengelolaan data.
135
5. Arsitektur harus dirancang untuk
memudahkan penambahan dan
pengembangan di masa depan
Memudahkan respon yang
cepat untuk mengikuti
perubahan trend IT.
Efisiensi biaya pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur
6. Penerapan teknologi interkoneksi
dan akses data standar
Meningkatkan produktivitas kerja
dengan penggunaan Personal
Computer (PC) dan jaringan LAN
untuk koneksi antar bagian di
DKPP.
7. Penerapan arsitektur multi-tier
dan arsitektur berbasis komponen Memudahkan penggantian
komponen yang rusak.
Memudahkan upgrading
komponen arsitektur.
Mengurangi kompleksitas saat proses integrasi arsitektur.
8. Menggunakan software,
hardware, dan platform yang
telah distandarkan
Mencegah data yang tidak
kompatibel dengan teknologi
yang digunakan.
Meminimalkan keragaman software, hardware dan
platform.
Memudahkan pemeliharaan software, hardware¸dan
platform.
9. Pendefinisian dan pengelolaan
data sebagai aset harus konsisten
di semua bagian
Meningkatkan availability data bagi pihak yang
membutuhkan.
Memudahkan pengelolaan dan pertanggungjawaban terhadap
kualitas data.
4.1.2. Identifikasi 5W + 1H untuk Perancangan Arsitektur
Setelah principle catalog sudah ditentukan, kemudian langkah selanjutnya
adalah mengidentifikasi 5W + 1H untuk perancangan arsitektur dalam perencanaan
arsitektur enterprise. Tujuan dari identifikasi 5W + 1H adalah untuk menjelaskan
dan mengidentifikasi objek-objek yang terlibat selama perancangan arsitektur.
136
Berikut ini adalah tabel 5W + 1H yang mengidentifikasi objek-objek dalam
perancangan arsitektur untuk DKPP.
Tabel 4.2 Identifikasi 5W + 1H
No. Driver Objek dan Deskripsi
1. What Objek : DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu)
Deskripsi : Membuat perencanaan strategis sistem
informasi
2. Who Objek : Siapa yang membuat perencanaan strategis sistem
informasi dan yang bertanggung jawab
Deskripsi :
Pembuat perencanaan : Peneliti
Penanggung jawab : Kepala Biro beserta jajarannya di DKPP
3. Where Objek : Lokasi tempat penelitian
Deskripsi : DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu) Jl. MH Thamrin No.14
Jakarta Pusat 10350
4. When Objek : Waktu penyelesaian perencanaan strategis sistem
Informasi
Deskripsi : Agustus 2014
5. Why Objek : Mengapa perencanaan arsitektur enterprise
dibuat
Deskripsi : Untuk membuat pondasi atau rencana dalam
pelaksanaan tata kelola TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi) yang baik agar
penerapan TIK di DKPP dapat memberikan
layanan memadai yang efektif dan efisien, serta
mengontrol pengeluaran untuk biaya investasi
dan operasional TIK di DKPP.
6. How Objek : Menentukan bagaimana perencanaan strategis
sistem informasi dibuat.
Deskripsi : Perencanaan arsitektur enterprise dibuat
menggunakan metodologi TOGAF ADM versi
9.
137
4.2. Requirements Management
Tujuan dari fase requirement management adalah untuk menentukan
kebutuhan proses dalam pengembangan perencanaan arsitektur enterprise untuk
DKPP. Skenario aktivitas menjadi sumber daya utama yang harus dikembangkan
dalam fase ini. Skenario aktivitas harus mencakup core business, process business,
dan issue organisasi. Tetapi, sebelum skenario aktivitas dikembangkan, terlebih
dahulu sistem yang sedang berjalan di DKPP harus dipahami dan dianalisis.
4.2.1. Kondisi Sistem Berjalan
Pada bagian ini akan digambarkan flowchart sistem yang sedang berjalan
pada aktivitas Pengaduan, Persidangan, Persuratan, Kearsipan, Kepegawaian,
Keuangan, Inventaris, Procurement, Monitoring dan Evaluasi, Sosialisasi dan
Publikasi di DKPP. Flowchart digambarkan dalam beberapa level. Semakin besar
levelnya maka penjelasan flowchart semakin mendetail dari flowchart pada level
sebelumnya.
1. Flowchart Level 0
138
Kearsipan
Pengaduan PersidanganPersuratan
Kepegawaian
Keuangan
Inventaris
Procurement
Monitoring &
Evaluasi
Sosialisasi &
Publikasi
Gambar 4.1 Flowchart Sistem Berjalan Level 0
Flowchart pada level 0 ini menggambarkan semua proses group yang ada di
dalam DKPP. Proses group untuk aktivitas utama, yaitu pengaduan,
persidangan, persuratan, dan kearsipan. Sedangkan, proses group untuk aktivitas
pendukung, yaitu kepegawaian, inventaris, keuangan, procurement, monitoring
dan evaluasi, sosialisasi dan publikasi. Setiap proses group memiliki alur
aktivitas masing-masing.
Arah dan warna tanda panah pada gambar di atas menunjukkan apakah proses
group tersebut berkaitan dengan proses group lainnya dengan alur aktivitas
searah atau bolak-balik.
Proses group Pengaduan dan Persidangan memiliki tanda panah berwarna
biru menuju proses group Kearsipan. Hal itu menandakan bahwa alur aktivitas
139
dari bagian Pengaduan dan Persidangan terhadap bagian Kearsipan hanya satu
arah. Bagian Pengaduan dan Persidangan hanya memberikan berkas-berkas
untuk proses pengarsipan. Jadi, berkas-berkas tersebut hanya akan menjadi arsip
pasif di bagian Kearsipan. Oleh karena itu, alur aktivitasnya hanya satu arah dari
bagian Pengaduan dan Persidangan ke bagian Kearsipan.
Proses group Persuratan memiliki tanda panah berwarna merah terhadap
proses group Pengaduan, Persidangan, dan Kearsipan. Hal itu menandakan
bahwa proses group Persuratan memiliki alur aktivitas bolak-balik, yang berarti
bagian Persuratan selalu terlibat dalam aktivitas di Bagian Pengaduan,
Persidangan, dan Kearsipan. Bukan hanya sekedar menerima dokumen, tapi
bagian Persuratan juga membuat surat-surat yang diperlukan dalam setiap proses
group.
Proses group Kearsipan memiliki tanda panah berwarna merah terhadap
proses group Kepegawaian, Keuangan, Inventaris, dan Procurement. Hal itu
menandakan bahwa proses group Kearsipan memiliki alur aktivitas bolak-balik.
Data pegawai, data keuangan, data inventaris aset, dan data procurement akan
diarsipkan pada bagian Kearsipan. Tetapi, data-data tersebut akan menjadi arsip
aktif karena pada periode tertentu akan digunakan kembali dalam keperluan
laporan untuk pimpinan.
Proses group Keuangan memiliki tanda panah berwarna merah terhadap
proses group Kepegawaian, Inventaris, Procurement, Monitoring dan Evaluasi.
Hal itu menandakan bahwa proses group Keuangan memiliki alur aktivitas
bolak-balik. Bagian Kepegawaian membutuhkan bagian Keuangan untuk
140
membayar gaji, bagian Inventaris membutuhkan bagian Keuangan untuk
membayar biaya pemeliharaan aset, Procurement membutuhkan bagian
Keuangan untuk mengeluarkan biaya pembelian kebutuhan di DKPP, dan
Monitoring dan Evaluasi membutuhkan data-data keuangan untuk proses
monitor dan evaluasi pengeluaran DKPP. Sedangkan, bagian Keuangan
membutuhkan laporan pembayaran gaji, laporan pemeliharaan inventaris aset,
dan laporan procurement untuk dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Serta,
bagian Keuangan membutuhkan laporan dari monitoring dan evaluasi untuk
perbaikan kinerja bagian Keuangan kedepannya.
Proses group monitoring dan evaluasi memiliki tanda panah berwarna merah
terhadap proses group Keuangan, Inventaris, dan Procurement. Hal itu
menandakan bahwa proses group Monitoring dan Evaluasi memiliki alur
aktivitas bolak-balik. Bagian Monitoring membutuhkan data keuangan, data
inventaris barang, dan data pengadaan barang di DKPP untuk melakukan
kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja ketiga bagian tersebut. Sedangkan,
bagian Keuangan, bagian Inventaris, dan bagian Procurement membutuhkan
laporan hasil monitoring dan evaluasi untuk perbaikan kinerja mereka masing-
masing di kemudian hari.
Proses group Persidangan memiliki tanda panah berwarna biru menuju proses
group Sosialisasi dan Publikasi. Hal itu menandakan bahwa alur aktivitas dari
bagian Persidangan terhadap bagian Sosialisasi dan Publikasi hanya satu arah.
Bagian Persidangan akan memberikan data jadwal persidangan, putusan sidang,
141
dan maklumat sidang kepada bagian Sosialisasi dan Publikasi agar data-data
tersebut dapat dipublikasikan kepada masyarakat melalui website DKPP.
2. Flowchart Level 1
a. Pengaduan
1: Penerimaan dan
Registrasi Pengaduan
Langsung di DKPP
Mulai
2: Verifikasi Formil
(Administrasi)
Pengaduan Langsung
di DKPP
Disposisi
3 : Verifikasi
Materiil
Persuratan
Pemberitahuan
1
Persuratan
Pemberitahuan
1: Penerimaan dan
Registrasi Pengaduan
Tidak Langsung
Elektronik
1: Penerimaan dan
Registrasi Pengaduan
Tidak Langsung
Non-Elektronik
1: Penerimaan dan
Registrasi Pengaduan
Langsung di Bawaslu
Provinsi
2: Verifikasi Formil
(Administrasi)
Pengaduan Tidak
Langsung Non-
Elektronik
2: Verifikasi Formil
(Administrasi)
Pengaduan Tidak
Langsung Elektronik
2: Verifikasi Formil
(Administrasi)
Pengaduan Langsung
di Bawaslu Provinsi
Gambar 4.2 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Pengaduan Level 1
Pada flowchart sistem berjalan bagian Pengaduan di level 1, digambarkan
bahwa proses penerimaan dan registrasi pengaduan dibagi menjadi 4 macam,
yaitu langsung di DKPP, langsung di Bawaslu Provinsi, tidak langsung non-
elektronik (melalui pos), dan tidak langsung elektronik (melalui fax).
Karena proses penerimaan dan registrasi pengaduan ada 4 macam, maka
masing-masing proses tersebut juga memiliki verifikasi formil (administrasi)
142
yang berbeda pula. Walaupun verifikasi formilnya berbeda-beda, tetapi semua
verifikasi formil melibatkan persuratan pemberitahuan yang sama.
Setelah verifikasi formil selesai dilakukan, maka akan ada disposisi berkas
pengaduan yang sudah lolos administrasi kepada subbagian verifikasi materiil.
Saat semua berkas pengaduan sudah didisposisikan, verifikasi materiil baru
dilaksanakan. Di dalam proses group verifikasi materiil melibatkan persuratan
pemberitahuan juga.
Saat verifikasi materiil selesai dilaksanakan, proses selanjutnya adalah tindak
lanjut verifikasi materiil. Semua berkas pengaduan yang sudah lolos verifikasi
materiil akan diberikan ke bagian persidangan untuk diproses lebih lanjut.
b. Persidangan
4 : PemanggilanPersuratan
Pemanggilan
5 : Persidangan
Selesai
6 : Penyusunan Putusan
1
SOP PERSIDANGAN LEVEL 1
Pengarsipan Putusan
Gambar 4.3 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Persidangan Level 1
143
Pada flowchart sistem berjalan bagian Persidangan di level 1, proses pertama
adalah menerima berkas pengaduan yang sudah lolos verifikasi materiil.
Selanjutnya, dilakukan pemanggilan pengadu dan teradu. Proses pemanggilan
melibatkan persuratan pemanggilan untuk memberikan surat resmi kepada
pengadu dan teradu untuk datang ke persidangan.
Setelah pengadu dan teradu dipanggil, maka akan dilaksanakan persidangan.
Setelah persidangan, proses selanjutnya adalah penyusunan putusan. Setelah
putusan selesai dibuat maka akan dibuat salinannya dan akan diarsipkan.
c. Kepegawaian
Mulai
1 : Menyusun
rencana kebutuhan
pegawai
2 : Menyiapkan
bahan rekrutmen
pegawai
3 : Rekrutmen
pegawai
4 : Pengangkatan
pegawai
5 : Pengelolaan
administrasi
pegawai
Selesai
Gambar 4.4 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Kepegawaian Level 1
144
Pada flowchart sistem berjalan Bagian Kepegawaian level 1, proses pertama
yang dilakukan adalah menyusun rencana kebutuhan pegawai. Rencana tersebut
dibuat berdasarkan permintaan pegawai dari setiap bagian yang membutuhkan.
Proses kedua adalah menyiapkan bahan rekrutmen pegawai. Bahan yang
disiapkan seperti tim rekrutmen, kriteria penilaian rekrutmen pegawai, tahap-
tahap rekrutmen, dan jadwal rekrutmen. Setelah semua bahan rekrutmen sudah
selesai disiapkan, proses selanjutnya adalah rekrutmen pegawai yang
dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.
Saat rekrutmen pegawai selesai dilaksanakan, maka akan terpilih orang-orang
yang sesuai kriteria. Proses selanjutnya adalah pengangkatan pegawai. Jadi,
orang-orang yang sudah terpilih dari rekrutmen akan diangkat menjadi pegawai
DKPP. Dan proses terakhir adalah pengelolaan administrasi pegawai. Proses
terakhir ini bertujuan untuk menyimpan biodata dari setiap pegawai yang akan
disimpan di Bagian Kepegawaian, dan biodata pegawai tersebut juga berguna
untuk proses penggajian.
145
d. Keuangan
Mulai
1 : Penyusunan
rencana strategis
(renstra) bisnis lima
tahunan
2 : Membuatt
dokumen
pelaksanaan
anggaran
3 : Pengesahan
dokumen pelaksanaan
anggaran
4 : Penarikan dana
dari APBN
5 : Pengelolaan
pendapatan,
belanja, kas, utang
dan piutang
6 : Melakukan
akuntansi keuangan
7 : Membuat
laporan keuangan
Selesai
Gambar 4.5 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Keuangan Level 1
Pada flowchart sistem berjalan nagian Keuangan level 1, proses pertama yang
dilakukan adalah penyusunan rencana strategis bisnis lima tahunan. Proses
kedua adalah membuat dokumen pelaksanaan anggaran (Rencana Bisnis dan
Anggaran) yang berdasarkan pada rencana strategis bisnis lima tahunan yang
sudah dibuat. Dokumen pelaksanaan anggaran harus mencakup seluruh
pendapatan dan belanja, arus kas, serta utang dan piutang.
146
Proses ketiga adalah pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran oleh Ketua
DKPP yang kemudian akan disampaikan kepada bagian Keuangan Bawaslu.
Dokumen pelaksanaan pada akhirnya harus diberikan kepada bagian Keuangan
Bawaslu karena keuangan DKPP saat ini masih dibawah naungan bagian
Keuangan dari Bawaslu. Proses keempat adalah penarikan dana dari APBN.
Setelah bagian Keuangan Bawaslu mendapatkan dana, maka dana tersebut akan
diberikan kepada staf DKPP yang khusus bertugas mengelola keuangan.
Proses kelima adalah pengelolaan pendapatan, belanja, kas, utang dan
piutang. Staf DKPP yang khusus menangani pengelolaan keuangan akan
mengatur semua pemasukan dan pengeluaran keuangan untuk keperluan
operasional DKPP. Proses keenam adalah melakukan akuntansi keuangan. Staf
DKPP yang khusus mengelola keuangan harus mencatat setiap pemasukan dan
pengeluaran ke dalam akuntansi keuangan ke dalam buku besar (general ledger).
Proses terakhir adalah membuat laporan keuangan. Staf DKPP yang khusus
menangani keuangan wajib membuat laporan keuangan pada setiap akhir
periode. Kegunaan dari melakukan akuntansi keuangan adalah untuk membantu
staf DKPP dalam membuat laporan keuangan. Dan laporan tersebut akan
diberikan kepada Ketua DKPP dan bagian Keuangan Bawaslu sebagai bentuk
pertanggungjawaban dari dana yang sudah diberikan.
e. Inventaris
147
Mulai
1 : Melakukan pencatatan
BMN (Barang Milik
Negara) oleh Bagian
Inventaris sebagai
pengelola
2 : Menyusun Laporan
Barang Pengguna
semesteran dan tahunan
oleh para pengguna
barang
3 : Mengumpulkan dan
menyusun Laporan Barang
Pengguna semesteran dan
tahunan oleh Bagian
Inventaris
4 : Membuat Laporan
Pengelola semesteran
dan tahunan oleh
Bagian Inventaris
5 : Menyerahkan Laporan
Pengguna dan Pengelola ke
Bagian Keuangan sebagai
bahan menyusun neraca
Selesai
Gambar 4.6 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Inventaris Level 1
Pada flowchart sistem berjalan nagian Inventaris Level 1, proses pertama
adalah melakukan pencatatan Barang Milik Negara (BMN) oleh bagian
Inventaris sebagai pengelola BMN. Bagian Inventaris akan melakukan
pencatatan awal untuk barang-barang milik negara yang ada dan digunakan di
DKPP. Proses kedua adalah meyusun laporan barang pengguna oleh para
pengguna barang dalam periode semesteran dan tahunan. Dalam hal ini, para
148
pengguna barang merupakan bagian dan subbagian yang ada di DKPP. Jadi,
setiap bagian dan subbagian harus membuat laporan penggunaan BMN setiap
enam bulan sekali dan setahun sekali. Proses ketiga, yaitu bagian Inventaris
mengumpulkan laporan penggunaan barang dari setiap bagian dan subbagian
yang ada di DKPP, kemudian laporan-laporan tersebut disusun menjadi satu.
Bagian Inventaris mengumpulkan dan menyusun laporan tersebut setiap enam
bulan sekali dan setahun sekali.
Proses keempat, bagian Inventaris membuat laporan pengelola berdasarkan
pada laporan penggunaan barang yang dikumpulkan dari setiap bagian dan
subbagian yang ada di DKPP. Laporan ini akan berisi jumlah BMN yang ada,
jumlah BMN yang masih layak pakai dan sudah tidak layak pakai. Laporan ini
juga menjelaskan kerusakan-kerusakan apa saja yang terjadi pada BMN tersebut.
Proses terakhir, bagian Inventaris akan menyerahkan lapora pengguna barang
dan laporan pengelola barang kepada bagian Keuangan. Hal ini dilakukan karena
kedua laporan tersebut merupakan salah satu bahan untuk membuat neraca
keuangan.
f. Procurement
149
Mulai
1 : Perencanaan
pemilihan penyedia
barang/jasa
2 : Pemilihan sistem
pengadaan
(procurement)
3 : Penetapan
metode penilaian
kualifikasi
4 : Penyusunan jadwal
pemilihan penyedia
barang/jasa
5 : Penyusunan
dokumen pengadaan
barang/jasa
6 : Penetapan HPS
(Harga Perkiraan
Sendiri)
7 : Pengumuman
pemilihan penyedia
barang/jasa
8 : Memasukkan
dokumen penawaran
9 : Evaluasi
penawaran
10 : Penunjukkan
penyedia barang/jasa
11 : Penandatanganan
kontrak
12 : Pelaksanaan
kontrak
Selesai
Gambar 4.7 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Procurement Level 1
150
Pada flowchart sistem berjalan bagian procurement level 1, proses pertama
adalah perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa. Perencanaan ini harus
mempertimbangkan jenis, sifat, dan nilai barang yang dibutuhkan serta jumlah
penyedia barang/jasa yang ada. Proses kedua adalah pemilihan sistem pengadaan
(procurement). Sistem pengadaan yang ada yaitu, pelelangan (umum dan
sederhana), penunjukkan langsung, pengadaan langsung, dan kontes
(sayembara). Pemilihan sistem pengadaan harus disesuaikan dengan jenis dan
sifat barang/jasa yang dibutuhkan. Proses ketiga adalah penetapan metode
penilaian kualifikasi. Metode penilaian yang biasanya dipakai ada dua cara, yaitu
metode prakualifikasi (penilaian dilakukan sebelum pemasukan penawaran) dan
metode pasca kualifikasi (penilaian dilakukan setelah pemasukan penawaran).
Proses keempat adalah penyusunan jadwal pemilihan penyedia barang/jasa.
Jadwal ini berisi daftar kegiatan mulai dari pengumuman pengadaan barang/jasa
sampai pada penunjukkan penyedia barang/jasa yang terpilih. Proses kelima
adalah penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa. Dokumen pengadaan
barang/jasa terdiri atas dokumen kualifikasi dan dokumen pemilihan. Proses
keenam adalah penetapan HPS (Harga Perkiraan Sendiri). HPS membantu
bagian Procurement untuk menetapkan batas tertinggi penawaran untuk
pengadaan barang/jasa. Proses ketujuh pengumuman pemilihan penyedia
barang/jasa. Pengumuman tersebut diumumkan secara luas melalui Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE. Proses kesembilan adalah memasukkan
dokumen penawaran. Penyedia barang/jasa yang sudah mendaftarkan diri pada
pemilihan akan memasukkan dokumen penawaran yang ditujukan untuk bagian
151
Procurement. Proses kesepuluh adalah evaluasi penawaran. Dokumen
penawaran yang telah diberikan oleh masing-masing peserta pemilihan akan
dievaluasi oleh bagian Procurement. Penawaran yang memenuhi kriteria akan
dipilih. Proses kesebelas adalah penunjukkan penyedia barang/jasa. Setelah
terpilih dokumen penawaran terbaik yang memenuhi kriteria, maka bagian
Procurement akan menunjuk penyedia barang/jasa yang terpilih dengan cara
memberi pengumuman pemenang dari pemilihan tersebut. Proses keduabelas
adalah penandatanganan kontrak. Penandatanganan kontrak dimaksudkan agar
pihak penyedia barang/jasa dan bagian Procurement harus mematuhi aturan
yang telah disepakati bersama dalam hal pengadaan barang/jasa. Proses terakhir
adalah pelaksanaan kontrak. Pelaksanaan kontrak berarti penyedia barang/jasa
wajib memenuhi kebutuhan di DKPP, sedangkan bagian Procurement wajib
memenuhi pembayaran barang/jasa kepada penyedia.
g. Monitoring dan Evaluasi
152
Mulai
1 : Memantau kinerja
pada proses Keuangan,
Inventaris dan
Procurement
2 : Menyiapkan bahan
evaluasi
3 : Melaksanakan
evaluasi pada bagian
Keuangan, Inventaris,
dan Procurement
4 : Menyusun laporan
pelaksanaan monitoring
dan evaluasi
Selesai
Gambar 4.8 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Monitoring dan Evaluasi Level 1
Aktivitas monitoring dan evaluasi di DKPP dikhususkan untuk memantau
kinerja pada proses keuangan, inventaris, dan procurement karena ketiga proses
tersebut berkaitan dengan pertanggungjawaban penggunaan dana yang diberikan
oleh negara melalui bagian Keuangan Bawaslu.
Pada flowchart sistem berjalan bagian Monitoring dan Evaluasi level 1,
proses pertama adalah staf bagian Monitoring dan Evaluasi memantau kinerja
153
dan operasional dari proses keuangan, inventaris dan procurement. Proses kedua
adalah menyiapkan bahan evaluasi. Staf bagian Monitoring dan Evaluasi akan
menyiapkan kriteria-kriteria penilaian dan tim penilai untuk melakukan evaluasi
kinerja pada proses keuangan, inventaris, dan procurement. Proses ketiga adalah
melaksanakan evaluasi pada proses keuangan, inventaris, dan procurement.
Evaluasi tersebut memeriksa operasional ketiga proses tersebut dan juga
memeriksa laporan keuangan, laporan inventaris barang, dan laporan pengadaan
barang/jasa apakah sesuai dengan yang ada di lapangan. Proses terakhir adalah
menyusun laporan monitoring dan evaluasi. Laporan tersebut akan diberikan
kepada staf-staf yang terkait dengan proses keuangan, inventaris, dan
procurement agar kinerja mereka semakin baik dengan mempelajari
kekurangan-kekurangan mereka yang sudah dievaluasi. Laporan monitoring dan
evaluasi juga akan diperikan kepada Ketua DKPP.
h. Publikasi dan Sosialisasi
154
Mulai
1 : Mendokumentasikan
kegiatan di DKPP
2 : Menerima data
jadwal sidang, putusan
sidang, dan maklumat
sidang
3 : Mempublikasikan
jadwal sidang, putusan
sidang, maklumat sidang,
dan kegiatan DKPP
Selesai
Gambar 4.9 Flowchart Sistem Berjalan Bagian Publikasi dan Sosialisasi Level 1
Pada flowchart sistem berjalan bagian Publikasi dan Sosialisasi level 1,
proses pertama adalah mendokumentasikan kegiatan di DKPP. Semua kegiatan
di DKPP, seperti persidangan atau kegiatan lain yang perlu diketahui oleh
masyarakat akan didokumentasikan oleh staf Publikasi dan Sosialisasi
menggunakan kamera atau video. Proses kedua adalah menerima data jadwal
sidang, putusan sidang, dan maklumat sidang. Semua data tersebut didapatkan
dari bagian Persidangan. Proses ketiga adalah mempublikasikan jadwal sidang,
155
putusan sidang, maklumat sidang, dan kegiatan DKPP. Staf Publikasi dan
Sosialisasi akan memasukkan semua data tersebut ke dalam website DKPP.
Data-data itu perlu diketahui oleh masyarakat agar mereka mengetahui hal-hal
yang berkaitan dengan proses persidangan dan kegiatan yang dilakukan di
DKPP.
3. Flowchart Level 2
a. Persuratan
Flowchart persuratan dimasukkan ke dalam level 2 karena bagian
Persuratan hanya sebagai penunjang dari bagian Pengaduan dan
Persidangan. Jadi, di level 1 flowchart persuratan hanya disebutkan proses
group secara umum. Sedangkan, di level 2 flowchart persuratan sudah
dijelaskan lebih lengkap sesuai dengan proses group masing-masing.
Flowchart persuratan dibagi menjadi 12 macam, yaitu :
156
1) Administrasi Persuratan Perkara Pengaduan Tidak Langsung Non-
Elektronik Level 2
Gambar 4.10 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan
Perkara Pengaduan Tidak Langsung Non-Elektronik Level 2
Administrasi Persuratan Perkara Pengaduan Tidak Langsung Non-
Elektronik Level 2 dimulai saat staf Subbag Tata Usaha dan Protokol
menerima surat Pengaduan dan Berkas Pengaduan melalui pos.
157
Kemudian, staf Subbag Tata Usaha dan Protokol memberikan lembar
Disposisi kepada Ketua DKPP. Setelah membuat disposisi, kemudian
staf Subbag Tata Usaha dan Protokol memberikan lembar Disposisi
beserta berkas pengaduan kepada Kepala Biro Administrasi DKPP.
Kepala Biro Administrasi DKPP memberikan disposisi beserta berkas
pengaduan kepada Kabag Administrasi Pengaduan. Kabag
Administrasi Pengaduan memberikan disposisi dan berkas pengaduan
kepada Kasubbag Analisis dan Verifikasi Wilayah 1 atau 2.
158
2) Administrasi Persuratan Perkara Pengaduan Langsung Bawaslu
Provinsi di DKPP Level 2
Administrasi Persuratan Perkara Pengaduan Langsung Bawaslu Provinsi di DKPP
Mulai
3 : Menggandakan Lembar Disposisi
untuk Ketua DKPP
1 : Menerima Surat Pengaduan dan
Berkas Pengaduan
2 : Memberikan Lembar Disposisi
kepada Sekjen Bawaslu
5 : Kepala Biro Administrasi DKPP
memberikan disposisi kepada Kabag
Administrasi Pengaduan
6 : Kabag Administrasi Pengaduan memberikan
disposisi kepada Kasubbag Analisis dan
Verifikasi
Selesai
4 : Ketua DKPP memberikan disposisi
kepada Kepala Biro Administrasi DKPP
Gambar 4.11 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan
Perkara Pengaduan Langsung Bawaslu Provinsi di DKPP Level 2
159
Administrasi Persuratan Perkara Pengaduan Langsung Bawaslu
Provinsi di DKPP Level 2 dimulai saat staf Sekjen Bawaslu menerima
surat Pengaduan dan Berkas Pengaduan melalui pos. Kemudian, staf
Sekjen Bawaslu memberikan lembar Disposisi kepada Sekjen
Bawaslu. Kemudian, lembar disposisi tersebut beserta berkas
pengaduan akan diberikan kepada Ketua DKPP. Staf Subbag Tata
Usaha dan Protokol menerima surat Pengaduan dan Berkas Pengaduan
melalui staf Sekjen Bawaslu. Kemudian, staf Subbag Tata Usaha dan
Protokol memberikan lembar Disposisi kepada Ketua DKPP. Setelah
membuat disposisi, kemudian staf Subbag Tata Usaha dan Protokol
memberikan lembar Disposisi beserta berkas pengaduan kepada Kepala
Biro Administrasi DKPP. Kepala Biro Administrasi DKPP
memberikan disposisi beserta berkas pengaduan kepada Kabag
Administrasi Pengaduan. Kabag Administrasi Pengaduan memberikan
disposisi dan berkas pengaduan kepada Kasubbag Analisis dan
Verifikasi Wilayah 1 atau 2.
160
3) Administrasi Persuratan Perkara Pengaduan Level 2
Administrasi Persuratan Perkara Pengaduan
Mulai
3 : Menggandakan Lembar Disposisi untuk Kepala Biro Administrasi DKPP
1 : Menerima Surat Pengaduan dan
Berkas Pengaduan
2 : Memberikan Lembar Disposisi
kepada Ketua DKPP
4 : Kepala Biro Administrasi DKPP
memberikan disposisi kepada Kabag
Administrasi Pengaduan
5 : Kabag Administrasi Pengaduan memberikan
disposisi kepada Kasubbag Analisis dan
Verifikasi
Selesai
Gambar 4.12 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Perkara
Pengaduan Level 2
Administrasi Persuratan Perkara Pengaduan Level 2 dimulai saat
staf Subbag Tata Usaha dan Protokol menerima surat Pengaduan dan
Berkas Pengaduan melalui staf Subbag Penerimaan dan Registrasi
Pengaduan. Kemudian, staf Subbag Tata Usaha dan Protokol
memberikan lembar Disposisi kepada Ketua DKPP. Setelah membuat
161
disposisi, kemudian staf Subbag Tata Usaha dan Protokol memberikan
lembar Disposisi beserta berkas pengaduan kepada Kepala Biro
Administrasi DKPP. Kepala Biro Administrasi DKPP memberikan
disposisi beserta berkas pengaduan kepada Kabag Administrasi
Pengaduan. Kabag Administrasi Pengaduan memberikan disposisi dan
berkas pengaduan kepada Kasubbag Analisis dan Verifikasi Wilayah 1
atau 2.
4) Administrasi Persuratan Nota Dinas Level 2
Gambar 4.13 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Nota Dinas
Level 2
162
Administrasi persuratan nota dinas level 2 dimulai saat Kepala Biro
Administrasi DKPP membuat nota dinas hasil verifikasi materiil untuk
disampaikan kepada Ketua DKPP dan anggota DKPP. Kemudian, Kepala
Biro menyerahkan nota dinas kepada Subbagian Tata Usaha dan Protokoler
untuk menyampaikan nota dinas. Staf Subbagian Tata Usaha dan Protokoler
menggandakan nota dinas untuk diarsipkan, kemudian menyampaikan nota
dinas hasil verifikasi materiil kepada Ketua DKPP dan anggotanya.
5) Administrasi Persuratan Hasil Verifikasi Dissmis Level 2
Administrasi Persuratan Hasil Verifikasi Dissmis
3 : Staf Kasubbag Tata Usaha dan Protokoler membuat surat dan memberikan surat
kepada Sekjen Bawaslu untuk ditandatangani
1 : Menerima Perintah Untuk Membuat Surat Pemberitahuan hasil
verifikasi materiil untuk Pengadu
2 : Mendisposisikan perintah kepada Kasubbag Tata
Usaha dan Protokoler
4 : Mengirim surat pemberitahuan kepada Pengadu
5 : Memberikan tembusan surat pemberitahuan
kepada Ketua DKPP dan Sekjen Bawaslu
Selesai
Mulai
Gambar 4.14 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Hasil
Verifikasi Dissmis Level 2
163
Administrasi persuratan hasil verifikasi dismiss level 2 dimulai saat
Kepala Biro Administrasi DKPP memerikan disposisi kepada Kabag
Administrasi Umum untuk membuat surat pemberitahuan hasil verifikasi
dismiss kepada Pengadu. Kabag Administrasi Umum mendisposisikan
kepada Kasubbag Tata Usaha dan Protokoler untuk membuat surat. Staf
Kasubbag Tata Usaha dan Protokoler membuat surat dan memberikan surat
tersebut kepada Sekjen Bawaslu untuk ditandatangani. Staf Subbag Tata
Usaha dan Protokoler mengirim surat tersebut kepada Pengadu serta
memberi tembusan surat pemberitahuan kepada Ketua DKPP dan Sekjen
Bawaslu.
164
6) Administrasi Persuratan Hasil Verifikasi BMS Level 2
Gambar 4.15 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Hasil
Verifikasi BMS Level 2
Administrasi persuratan hasil verifikasi BMS level 2 dimulai saat Kepala
Biro Administrasi DKPP memerikan disposisi kepada Kabag Administrasi
Umum untuk membuat surat pemberitahuan hasil verifikasi BMS kepada
Pengadu. Kabag Administrasi Umum mendisposisikan kepada Kasubbag
165
Tata Usaha dan Protokoler untuk membuat surat. Staf Kasubbag Tata Usaha
dan Protokoler membuat surat dan memberikan surat tersebut kepada
Sekjen Bawaslu untuk ditandatangani. Staf Subbag Tata Usaha dan
Protokoler mengirim surat tersebut kepada Pengadu serta memberi
tembusan surat pemberitahuan kepada Ketua DKPP dan Sekjen Bawaslu.
7) Administrasi Persuratan Undangan Rapat Verifikasi Materiil Level 2
Gambar 4.16 Flowchart Sistem Berjalan Administrasi Persuratan Undangan
Rapat Verifikasi Materiil Level 2
166
Proses pertama yang dilakukan dalam sistem berjalan administrasi
persuratan undangan rapat verifikasi materiil level 2, yaitu Kepala Biro
Administrasi DKPP memberikan disposisi kepada Kabag Administrasi
Umum untuk membuat surat undangan rapat verifikasi materiil. Kabag
Administrasi Umum meneruskan disposisi kepada Kasubbag Tata Usaha
dan Protokoler. Staf Tata Usaha dan Protokoler membuat surat undangan
rapat verifikasi materiil dan memberikan surat tersebut kepada Kepala Biro
untuk ditandatangani. Staf Tata Usaha dan Protokoler mengirim surat
undangan rapat verifikasi materiil kepada Pengkaji dan Tim Pemeriksa.
167
8) Pemanggilan Pengadu dan Teradu Level 2
Gambar 4.17 Flowchart Sistem Berjalan Pemanggilan Pengadu dan Teradu
Level 2
Pemanggilan pengadu dan teradu level 2 dimulai saat Kepala Biro
Administrasi DKPP memberikan disposisi kepada Kabag Admiistrasi
Umum untuk membuat surat pemanggilan. Kabag Administrasi Umum
meneruskan disposisi kepada Kasubbag Tata Usaha dan Protokoler. Staf
168
Kasubbag Tata Usaha dan Protokoler membuat surat pemanggilan Pengadu
dan Teradu. Surat tersebut diberikan kepada Sekjen Bawaslu untuk
ditandatangani. Kemudian, surat pemanggilan tersebut diserahkan kepada
Kasubbag Pemanggilan.
9) Rapat Pleno Putusan Level 2
Gambar 4.18 Flowchart Sistem Berjalan Rapat Pleno Putusan Level 2
169
Rapat pleno putusan level 2 dimulai dari Kepala Biro Administrasi DKPP
memberikan disposisi kepada Kabag Administrasi Umum untuk membuat
surat undangan rapat pleno. Kabag Administrasi Umum meneruskan
disposisi kepada Kasubbag Tata Usaha dan Protokoler. Staf Subbag Tata
Usaha dan Protokoler membuat surat undangan rapat pleno dan memberikan
surat tersebut kepada Kepala Biro untuk ditandatangani. Selanjutnya, surat
tersebut dikirimkan kepada Kasubbag Persidangan.
10) Disposisi Penyerahan Berkas Perkara ke Bagian Persidangan Level 2
Disposisi penyerahan berkas perkara ke bagian persidangan
Mulai
1 : Menerima berkas perkara dan
meregistrasinya
2 : Ketua DKPP membuat disposisi untuk Kepala Biro Administrasi DKPP
3 : Kepala Biro Administrasi DKPP
menerima disposisi dan berkas perkara
4 : Melanjutkan disposisi dan berkas perkara
kepada Kabag Administrasi Persidangan
Selesai
Gambar 4.19 Flowchart Sistem Berjalan Disposisi Penyerahan Berkas Perkara
ke Bagian Persidangan Level 2
170
Disposisi penyerahan berkas pengaduan ke bagian persidangan dimulai
saat Staf Tata Usaha dan Protokol menerima berkas perkara. Staf tersebut
meregistrasi berkas perkara dan memberikan lembar disposisi kepada Ketua
DKPP. Ketua DKPP membuat disposisi kepada Kepala Biro Administrasi
DKPP untuk menindaklanjuti berkas perkara. Kepala Biro Administrasi
DKPP menerima disposisi dan berkas perkara. Disposisi dan berkas perkara
dilanjutkan kepada Kabag Administrasi Persidangan.
11) Disposisi Penetapan Jadwal Level 2
Gambar 4. 20 Flowchart Sistem Berjalan Disposisi Penetapan Jadwal
Level 2
171
Disposisi penetapan jadwal dimulai saat Kabag Administrasi
Persidangan memberikan disposisi kepada Kasubbag Persidangan untuk
membuat jadwal sidang. Kemudian, Kasubbag Persidangan menugaskan
stafnya untuk membuat jadwal sidang. Setelah selesai dibuat, jadwal
tersebut diberikan kepada Kasubbag Persidangan. Kasubbag Persidangan
mempublikasikan jadwal sidang.
12) Disposisi Pembuatan Maklumat Level 2
Gambar 4.21 Flowchart Sistem Berjalan Disposisi Pembuatan
Maklumat Level 2
172
Disposisi pembuatan maklumat dimulai saat Kasubbag Risalah dan
Dokumentasi menerima salinan risalah sidang. Kasubbag Risalah dan
Dokumentasi memberikan disposisi dan salinan risalah sidang kepada
Kabag Administrasi Umum untuk membuat maklumat. Kabag Administrasi
Umum meneruskan disposisi dan salinan risalah sidang kepada Kasubbag
Sosialisasi dan Publikasi. Staf Subbag Sosialisasi dan Publikasi membuat
maklumat dan mengarsipkan salinan risalah sidang. Kasubbag Sosialisasi
dan Publikasi menandatangani maklumat. Staf Subbag Sosialisasi dan
Publikasi mempublikasikan maklumat.
b. Kearsipan
Mulai
1. Kabag dan
Kasubbag
menyerahkan berkas
2. Kasubbag Monev menerima
berkas dan melakukan
pemberkasan
3. Subbag Monev menerima
berkas sebagai arsip (vital dan
dinamis) dan mengolah arsip
4. Kearsipan Bawaslu
menerima berkas sebagai arsip
inaktif dan memberikan arsip
statis
5. ANRI (Arsip Nasional
Republik Indonesia)
menerima arsip statis
Selesai
Gambar 4.22 Flowchart Sistem Berjalan Kearsipan Level 2
173
Kearsipan level 2 dimulai saat Kepala Subbagian Tata Usaha dan
Protokol, Kepala Subbagian Risalah dan Dokumen Perkara, serta Kepala
Bagian Administrasi Pengaduan menyerahkan berkas-berkas yang akan
diarsipkan oleh Subbag Monitoring dan Evaluasi.
Selanjutnya, staf Subbag Monitoring dan Evaluasi menerima berkas
sebagai arsip (vital dan dinamis) dan melakukan pengolahan arsip. Setelah
arsip selesai dikelola, kemudian staf tersebut memberikan arsip-arsip
kepada Subbag Persuratan dan Arsip Bawaslu.
Subbag Persuratan dan Arsip Bawaslu menerima berkas sebagai arsip
inaktif dan memberikan arsip statis kepada ANRI (Arsip Nasional Republik
Indonesia). ANRI menerima arsip statis dari bawaslu dan mengarsipkannya.
4.2.2. Issue Organisasi
Berdasarkan dari hasil pengamatan dan analisis yang dilakukan pada
seluruh aktivitas, maka didapatkan beberapa permasalahan yang dialami oleh
DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) untuk memberikan dukungan
SI/TI, seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Permasalahan Organisasi
174
No. Aktivitas Permasalahan Tolak Ukur
1. Pengaduan Penyampaian
pengaduan
Keamanan data
pengaduan
Pengelolaan data
pengaduan
Sistem pengaduan yang ada
saat ini belum terintegrasi
dengan website DKPP dan
masih bersifat manual.
Belum ada jaminan keamanan
data karena dokumen
pengaduan dapat diakses selain
dari staf Bagian Pengaduan,
seperti staf Bagian
Administrasi Umum dan pihak
ketiga sebagai perantara
pengiriman dokumen.
Tidak tersedianya sistem
informasi untuk pengelolaan
data pengaduan, hanya
mengandalkan Microsoft
Office dan sistem manual
dalam pengecekan dokumen.
2. Persidangan Publikasi
informasi sidang
Pelayanan
persidangan
Pengelolaan data
persidangan
Dibutuhkan waktu lama bagi
masyarakat untuk
mendapatkan informasi sidang
(jadwal, status, hasil sidang).
Pelayanan kepada masyarakat
tidak maksimal karena tidak
ada pemberitahuan data
persidangan (data hakim,
jaksa, notulen, dll).
Arus data lambat dan tidak
efektif karena bagian
Persidangan tidak terintegrasi
dengan bagian Pengaduan.
3. Persuratan Efektivitas
penyampaian
informasi
Efisiensi kerja
Persuratan masih manual
sehingga penyampaian
informasi menjadi lambat.
Pekerjaan menjadi terhambat
karena penyampaian informasi
yang membutuhkan waktu
lama.
175
4. Kearsipan Pengelolaan
kearsipan
Pengelolaan arsip yang masih
manual mengakibatkan
banyaknya tumpukan kertas.
Penyimpanan arsip yang
belum tersusun rapi.
Pencarian data dalam
kearsipan membutuhkan waktu
yang lama.
5. Kepegawaian Pengelolaan data
pegawai
Penggajian
pegawai
Penyimpanan data pegawai
masih bergantung pada
Bawaslu.
Belum ada fasilitas khusus
untuk mengelola penggajian
pegawai.
6. Keuangan Pencatatan
keuangan
Proses pencataan keuangan
masih bersifat manual.
Kesulitan dalam membuat
laporan keuangan yang cepat
dan akurat.
7. Inventaris Pendataan
inventaris barang
Pendataan inventaris barang
masih manual.
Kesulitan dalam pencataan
inventaris jika ada banyak
perubahan.
8. Procurement Pengadaan ATK
Pengadaan
Infrastruktur TIK
Pengadaan
Sarana dan
Prasarana
Belum ada fasilitas yang
mengelola proses pengadaan
(procurement).
9. Monitoring
& Evaluasi
Pengumpulan
hasil monitoring
dan evaluasi
Pembuatan
laporan
Hasil dari monitoring dan
evaluasi masih manual
menggunakan dokumen kertas
yang mengakibatkan
penghimpunan informasi
menjadi lambat.
Penghimpunan informasi yang
lambat menyulitkan untuk
pembuatan laporan terupdate.
176
10. Publikasi &
Sosialisasi Pengelolaan
konten website
Penerimaan data untuk
dipublikasikan
Belum ada yang mengelola
konten website. Masih ada
informais yang sudah
kadaluarsa tetapi belum
diupdate dalam website.
Data yang diterima oleh staf
Subbag Publikasi & Sosialisasi
masih manual dalam bentuk
dokumen kertas. Jadi, staf
masih harus menginput ulang
data yang akan dimasukkan ke
website.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam DKPP dapat dilihat dalam
tabel 4.3. Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas pengaduan, yaitu dalam
penyampaian pengaduan, pengelolaan data pengaduan, dan keamanan data
pengaduan. Belum ada sistem elektronik dan terintegrasi yang mengatur proses
pengaduan, sehingga proses pengaduan bersifat manual. Belum ada sistem
pengelolaan data pengaduan dan hanya mengandalkan Microsoft Office, sehingga
pengelolaan data tidak efisien dan keamanan data juga tidak terjamin.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas persidangan, yaitu dalam
publikasi informasi sidang, pelayanan persidangan, dan pengelolaan data
persidangan. Masyarakat, pengadu, dan teradu masih kesulitan untuk
mendapatkan informasi tentang jadwal, status, atau hasil sidang karena tidak ada
media yang secara cepat memberi informasi terupdate. Karena publikasi
informasi sidang tidak efektif maka pelayanan persidangan pun menjadi
terganggu. Pengelolaan data persidangan tidak efisien karena arus data pengaduan
yang lambat sehingga proses penanganan data persidangan pun menjadi lambat
177
juga. Masalah itu terjadi karena tidak ada sistem terintegrasi yang
menghubungkan bagian Pengaduan dan bagian Persidangan.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas persuratan, yaitu dalam
efektivitas penyampaian informasi dan efisiensi kerja di DKPP. Karena persuratan
di DKPP masih manual, jadi penyampaian informasi ke setiap pegawai menjadi
lebih lama. Penyampaian informasi yang lama membuat pekerjaan setiap pegawai
menjadi terhambat karena pekerjaan tersebut harus menunggu persetujuan dari
atasan melalui persuratan.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas kearsipan, yaitu dalam
pengelolaan arsip. Pengelolaan arsip di DKPP masih manual. Semua tumpukan
arsip disimpan dalam ruangan arsip. Hal ini menyebabkan ruangan tersebut
menjadi banyak sekali tumpukan kertas yang belum tersusun rapi dan
mengakibatkan sulitnya pencarian data.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas kepegawaian, yaitu dalam
pengelolaan data pegawai dan penggajian pegawai. Karena DKPP belum
memiliki bagian khusus yang menangani kepegawaian maka data pegawai DKPP
masih dikelola pada bagian Kepegawaian Bawaslu. Hal ini menyebabkan
birokrasi yang rumit jika DKPP membutuhkan data-data pegawainya. Karena
DKPP belum bisa mandiri dari Bawaslu dalam menangani data pegawainya maka
untuk mengelola penggajian pegawai pun menjadi lebih sulit.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas keuangan, yaitu dalam pencataan
keuangan. DKPP belum memiliki aplikasi khusus untuk melakukan pencatatan
akuntansi keuangan, sehingga pencatatan dilakukan secara manual. Hal ini
178
menyebabkan pembuatan laporan keuangan yang membutuhkan waktu lama
karena pencatatan masih bergantung pada ketelitian staf DKPP yang
kemungkinan besar dapat melakukan banyak kesalahan dalam pencatatan
dibandingkan dengan pencatatan yang dibantu dengan sebuah aplikasi.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas inventaris, yaitu dalam
pencatatan inventaris barang. Pencatatan inventaris barang di DKPP masih
manual, yaitu menggunakan tabel inventaris. Pengelola harus membagikan form
tabel inventaris kepada para pengguna barang (setiap bagian dan subbagian
DKPP) agar form itu diisi dan dikumpulkan kembali kepada pengelola barang
inventaris. Setelah itu, pengelola harus membuat laporan awal untuk penggunaan
barang. Pada periode yang ditentukan, pengelola harus kembali membagikan form
tabel inventaris kepada pengguna barang. Form yang kedua kalinya dibagikan ini
akan dibuat laporan kembali oleh pengelola. Dalam laporan yang kedua, akan
terjadi perubahan-perubahan dalam jumlah inventaris barang. Perubahan tersebut
terjadi karena ada kerusakan-kerusakan yang terjadi pada barang inventaris. Jika
banyak perubahan yang terjadi, maka hal tersebut akan menyulitkan pengelola
inventaris dalam membuat laporan per periode.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas procurement (pengadaan), yaitu
dalam pengadaan ATK, infrastruktur TIK, dan sarana-prasarana di DKPP.
Seluruh pengadaan di DKPP belum dikelola dalam suatu sistem. Oleh karena itu,
pencatatan pengadaan barang masih sering mengalami kesulitan. Untuk mencari
penyedia barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan DKPP pun hanya sebatas
penunjukkan langsung. Hal itu mengakibatkan DKPP dapat mengalami kerugian
179
untuk pengeluaran dana karena bisa saja penyedia yang ditunjuk langsung ternyata
memberikan penawaran harga yang masih cukup tinggi tetapi dengan kualitas
barang/jasa yang ditawarkan dengan kualitas yang kurang baik.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas monitoring dan evaluasi, yaitu
dalam pengumpulan hasil monitoring dan evaluasi serta pembuatan laporannya.
Subbagian Monitoring dan Evaluasi masih melakukan tugas memantau dan
mengevaluasi kinerja aktivitas keuangan, inventaris, dan procurement di DKPP
dengan proses manual, yaitu melakukan penilaian yang masih dicatat dalam form
kertas. Jika form-form tersebut jumlahnya banyak karena hal-hal yang harus
dievaluasi juga banyak, maka proses pengumpulan form membutuhkan waktu
lama. Hal itu juga mengakibatkan pembuatan laporan monitoring dan evaluasi
akan menjadi sulit dan membutuhkan waktu yang lama juga. Sedangkan, bagian-
bagian yang terkait dengan aktivitas keuangan, inventaris, dan procurement di
DKPP membutuhkan laporan tersebut dengan segera agar mereka dapat segera
memperbaiki kinerjanya.
Permasalahan yang terjadi dalam aktivitas publikasi dan sosialisasi, yaitu
dalam pengelolaan konten website DKPP dan penerimaan data yang akan
dipublikasikan. Website DKPP belum memiliki manajemen konten web, sehingga
informasi yang sudah out of date di website masih ada yang terpublikasi dan
belum diganti dengan informasi yang update. Staf Subbagian Publikasi dan
Sosialisasi masih menerima data yang akan dipublikasikan dalam bentuk kertas
(bersifat manual), sehingga staf tersebut harus menginput ulang data-data tersebut
untuk dimasukkan ke dalam website. Hal ini sangat memakan waktu, apalagi jika
180
data yang diberikan masih harus mendapatkan banyak perbaikan sebelum diinput
ke dalam website.
4.2.3 Solusi Aktivitas
Pada pembahasan sebelumnya telah dianalisis permasalahan yang terjadi
pada setiap aktivitas di DKPP. Pada bagian ini akan dianalisis solusi aktivitas
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Solusi yang diberikan
pada bagian ini ditinjau dari sudut pandang proses kerja. Sasaran perbaikannya
terfokus hanya pada alur kerja agar menjadi lebih baik. Solusi aktivitas yang sudah
dianalisis dapat dilihat dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Solusi Aktivitas
No. Permasalahan Solusi Aktivitas
1. Penyampaian pengaduan
Kearsipan dan persuratan di
bagian Pengaduan
Keamanan data pengaduan
Pengelolaan data
pengaduan
Penyediaan fasilitas untuk pengelolaan
pengaduan yang terintegrasi dengan
Bagian Persidangan, Persuratan, dan
Kearsipan.
2. Publikasi informasi sidang
Pelayanan persidangan
Pengelolaan data
persidangan
Penyediaan fasilitas untuk pengelolaan
persidangan yang terintegrasi dengan
Bagian Pengaduan, Persuratan, dan
Kearsipan.
3. Efektivitas penyampaian
informasi
Efisiensi kerja
Penyediaan fasilitas untuk sistem
persuratan yang bersifat paperless agar
penyampaian informasi menjadi cepat
dan pekerjaan tidak akan terhambat
oleh penyampaian informasi yang
lambat.
181
4. Pengelolaan kearsipan Penyediaan fasilitas pengarsipan secara
digital untuk mengurangi tumpukan
kertas dan mempermudah dalam proses
pencarian data.
5. Pengelolaan data pegawai
Penggajian pegawai
Penyediaan fasilitas untuk pengelolaan
data pegawai dan penggajian yang
terintegrasi dengan Bagian Keuangan.
6. Pencatatan keuangan Penyediaan fasilitas untuk pencataan
keuangan yang terintegrasi dengan
Bagian Kepegawaian, Inventaris,
Procurement, dan Kearsipan.
7. Pendataan inventaris
barang
Penyediaan fasilitas untuk pendataan
inventaris barang yang terintegrasi
dengan Bagian Keuangan dan
Kearsipan.
8. Pengadaan ATK
Pengadaan Infrastruktur
TIK
Pengadaan Sarana dan
Prasarana
Penyediaan fasilitas untuk pengadaan
ATK, infrastruktur TIK, dan sarana-
prasaranan yang terintegrasi dengan
Bagian Keuangan dan Kearsipan.
9. Pengumpulan hasil
monitoring dan evaluasi
Pembuatan laporan
Penyediaan fasilitas untuk monitoring
dan evaluasi agar mempermudah
pembuatan laporan.
10. Pengelolaan konten website
Penerimaan data untuk
dipublikasikan
Penyediaan fasilitas untuk
memudahkan pengelolaan konten
website dan penerimaan data untuk
dipublikasikan.
182
4.2.4 Solusi Sistem Informasi
Setelah solusi aktivitas dibuat, maka tahap selanjutnya adalah membuat
solusi sistem informasi agar permasalahan-permasalahan yang ada juga dapat
ditangani dengan bantuan sistem. Solusi sistem informasi ditinjau berdasarkan
pada sudut pandang sistem. Solusi sistem informasi hanya fokus pada
pengembangan aplikasi untuk mendukung proses kerja dan aktivitas di DKPP.
Tabel 4.5 menyajikan solusi sistem informasi dari setiap permasalahan yang ada
dalam setiap bagian di DKPP.
Tabel 4.5 Solusi Sistem Informasi
No. Permasalahan Solusi Sistem Informasi
1. Penyampaian pengaduan
Kearsipan dan persuratan di
bagian Pengaduan
Keamanan data pengaduan
Pengelolaan data
pengaduan
Pembuatan aplikasi e-Pengaduan untuk
pengelolaan pengaduan yang
terintegrasi dengan Bagian
Persidangan, Persuratan, dan
Kearsipan.
2. Publikasi informasi sidang
Pelayanan persidangan
Pengelolaan data
persidangan
Pembuatan aplikasi e-Persidangan
untuk pengelolaan persidangan yang
terintegrasi dengan Bagian Pengaduan,
Persuratan, dan Kearsipan.
3. Efektivitas penyampaian
informasi
Efisiensi kerja
Pembuatan aplikasi e-Persuratan untuk
mempercepat penyampaian informasi
dan mengurangi biaya kertas untuk
pembuatan surat yang terintegrasi
dengan Bagian Pengaduan,
Persidangan, dan Kearsipan.
4. Pengelolaan kearsipan Pembuatan aplikasi e-Kearsipan untuk
mengarsipkan dokumen secara digital
183
dan untuk mempermudah pencarian
data yang terintegrasi dengan Bagian
Pengaduan, Persidangan, Persuratan,
Kepegawaian, Keuangan, Inventaris,
Procurement, Monitoring dan evaluasi.
5. Pengelolaan data pegawai
Penggajian pegawai
Pembuatan aplikasi e-Kepegawaian
untuk pengelolaan data pegawai dan
penggajian yang terintegrasi dengan
Bagian Keuangan dan Kearsipan.
6. Pencatatan keuangan Pembuatan aplikasi e-Keuangan untuk
pencataan keuangan yang terintegrasi
dengan Bagian Kepegawaian,
Inventaris, Procurement, Kearsipan,
Monitoring dan evaluasi.
7. Pendataan inventaris
barang
Pembuatan aplikasi e-Inventaris untuk
pendataan inventaris barang yang
terintegrasi dengan Bagian Keuangan,
Kearsipan, Monitoring dan evaluasi.
8. Pengadaan ATK
Pengadaan Infrastruktur
TIK
Pengadaan Sarana dan
Prasarana
Pembuatan aplikasi e-Procurement
untuk pengadaan ATK, infrastruktur
TIK, dan sarana-prasaranan yang
terintegrasi dengan Bagian Keuangan,
Kearsipan, Monitoring dan evaluasi.
9. Pengumpulan hasil
monitoring dan evaluasi
Pembuatan laporan
Pembuatan aplikasi e-Monev untuk
mempermudah penghimpunan hasil
monitoring dan evaluasi,
mempermudah dalam pembuatan
laporan, serta terintegrasi dengan
Bagian Inventaris, Keuangan, dan
Procurement.
184
10. Pengelolaan konten website
Penerimaan data untuk
dipublikasikan
Pembuatan aplikasi e-Publikasi untuk
memudahkan pengelolaan konten
website agar selalu update dan untuk
memudahkan penerimaan data untuk
dipublikasikan. Jadi, tidak perlu ada
input ulang data untuk publikasi
informasi di website.
4.2.5 Data Inventaris Sarana dan Prasarana Pendukung TIK
Pada saat ini, DKPP memiliki inventaris sarana dan prasarana pendukung
TIK yang terdapat dalam tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.6 Data Inventaris Sarana dan Prasarana Pendukung TIK
No. Barang Fungsi Jumlah
1. Komputer PC Operasional 9
2. Komputer (multimedia) Operasional 2
3. Laptop Operasional 10
4. Printer (BW) Operasional 8
5. Mobile modem Operasional 1
185
4.3 Phase A : Architecture Vision
4.3.1. Profil Organisasi
1. Sejarah Organisasi
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan bangsa melalui
peningkatan kualitas demokrasi maka diperlukan institusi-institusi negara
untuk mengawal proses penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Pemilu
Kada di seluruh Indonesia. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan
Umum Republik Indonesia atau disingkat DKPP RI merupakan lembaga
yang dibentuk dalam praktek demokrasi modern di Indonesia. DKPP
merupakan produk wacana perbaikan kualitas demokrasi khususnya
penyelenggaraan Pemilu. Pemilu seakan-akan menjadi beban sejarah politik
tersendiri bagi perubahan, bahkan begitu berharganya Pemilu dibutuhkan
lembaga khusus yang permanen melakukan penegakan kode etik guna
menghasilkan Pemilu yang tidak saja LUBER JURDIL (Langsung, Umum,
Bebas, dan Rahasia, serta Jujur dan Adil), tapi mewujudkan proses dan hasil
pemimpin yang betul-betul bermartabat.
Keberadaan DKPP bukanlah hal baru karena sebelumnya sudah ada
yang namanya Dewan Kehormatan Komisi Pemilihan Umum (DK KPU)
sejak 2008. DK KPU adalah institusi ethic difungsikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu untuk menyelesaikan
persoalan pelanggaran kode etik bagi penyelenggara. Namun,
wewenangnya tidak begitu kuat, lembaga ini hanya difungsikan memanggil,
186
memeriksa, dan menyidangkan hingga memberikan rekomendasi pada KPU
dan bersifat ad hock.
DK KPU 2008-2011 dari sisi kompetensi keanggotaan cukup baik
tetapi dari aspek struktural kurang balances karena didominasi oleh
penyelenggara Pemilu. DK KPU beberapa kali dipimpin oleh Prof. Dr.
Jimly Asshiddiqie, SH., dan prestasinya pun tidak mengecewakan publik
termasuk pemerintah dan DPR memberikan apresiasi yang positif.
Terobosan memberhentikan beberapa anggota KPUD
Provinsi/Kabupaten/Kota termasuk salah satu mantan anggota KPU 2010
memberi harapan baru bagi publik pada perubahan.
Dari prestasi yang baik dan dengan menampilkan performa
kelembagaan DK KPU yang produktif di mata publik inilah yang kemudian
menjadi titik tolak lahirnya institusi DKPP. Pemerintah, DPR, lembaga
yudikatif dan lembaga-lembaga pemantau Pemilu sontak mendorong misi
mulia ini dengan meningkatkan kapasitas wewenang dan memastikan
institusi ini jadi tetap dan tidak hanya menangani kode etik pada KPU tapi
juga Bawaslu di tiap tingkatan lewat produk hukum Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu.
DKPP secara resmi lahir pada tanggal 12 Juni 2012 dengan komposisi
keanggotaan yang cukup membanggakan. Lima anggota DKPP periode
2012-2017 ini terdiri dari tiga perwakilan unsur DPR yakni Prof. Dr. Jimly
Asshiddiqie, SH., Nur Hidayat Sardini, S.Sos., M.Si., dan Saut
Hamonangan Sirait, M.Th., sedangkan unsur pemerintah Prof. Abdul Bari
187
Azed dan Dr. Valina Singka Subekti, serta dari unsur penyelenggara KPU
dan Bawaslu, Ida Budhiati, SH., MH., dan Ir. Nelson Simanjuntak.
Track record kelimanya tidak diragukan, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,
SH., misalnya, sejak 2008-2011 jadi ketua DK KPU, Nur Hidayat Sardini
pernah jadi ketua Panwas Provinsi terbaik di Indonesia, dan pernah pula jadi
ketua Bawaslu, sedangkan Saut Hamonangan Sirait pernah jadi anggota
Panwas Provinsi Jateng dan sempat jadi anggota KPU Pusat, sementara Dr.
Valina Singka Subekti merupakan mantan anggota KPU 2004, dan Prof.
Abdul Bari Azed beberapa kali jadi Dirjen Kemenkumham RI, dan Ida
Budhiati mantan anggota KPUD Provinsi Jateng serta Nelson Simanjuntak
sebelumnya aktif sebagai tenaga asistensi di Bawaslu.
Sejak dibentuk, DKPP langsung aktif bergerak cepat, kreatif,
profesional, dan produktif, namun tetap dalam bingkai amanat UU.
Kelimanya menyadari betul betapa jalan terjal yang harus dilalui mereka
dalam rangka menegakkan harkat dan martabat politik bangsa khususnya
melalui penyelenggaraan Pemilu. Mereka juga berkomitmen terus
meningkatkan kapasitas penyelenggara Pemilu dari dimensi SDM dan
infrastruktur guna terwujudnya kualitas bangsa dalam berdemokrasi dengan
tujuan menghasilkan pemimpin bangsa yang amanah.
2. Tujuan Organisasi
Beberapa tujuan dari DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu) adalah sebagai berikut :
188
1. Menegakkan dan menjaga kemandirian, integritas, dan kredibilitas
penyelenggara Pemilu.
2. Mengawal proses penyelenggaraan Pemilu dan Pemilu Kada di
seluruh Indonesia.
3. Meningkatkan kapasitas penyelenggara Pemilu dari dimensi SDM
(Sumber Daya Manusia).
3. Tugas Organisasi
Untuk mencapai tujuan, DKPP memiliki kewajiban yang harus
dikerjakan. Kewajiban tersebut dirangkum dalam tugas-tugas. Beberapa
tugas dari DKPP, yaitu :
1. Menerima pengaduan atau laporan dugaan pelanggaran kode etik
oleh Penyelenggara Pemilu.
2. Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan pemeriksaan pengaduan
atau laporan dugaan pelanggaran kode etik oleh Penyelenggara
Pemilu.
3. Menetapkan Putusan hasil pemeriksaan pengaduan atau laporan
dugaan pelanggaran kode etik oleh Penyelenggara Pemilu.
4. Menyampaikan Putusan kepada pihak terkait untuk ditindaklanjuti.
4. Wewenang Organisasi
189
Wewenang merupakan hak resmi untuk bertindak dalam melaksanakan
suatu tugas. Dalam menunjang pelaksanaan tugasnya, DKPP memiliki
beberapa wewenang sebagai berikut :
1. Memanggil penyelenggara Pemilu yang diduga melakukan
pelanggaran kode etik untuk memberikan penjelasan dan
pembelaan.
2. Memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak lain yang terkait untuk
dimintai keterangan termasuk dokumen atau bukti lain.
3. Memberikan sanksi kepada penyelenggara Pemilu yang terbukti
melanggar kode etik.
4.3.2. Pendefinisian Visi dan Misi
Pada saat ini, DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) belum
memiliki visi dan misi. Berdasarkan pada sejarah, tujuan, tugas dan wewenang DKPP
yang telah dipaparkan sebelumnya maka penulis mendefinisikan visi dan misi untuk
DKPP.
Visi DKPP :
“Menciptakan penyelenggara Pemilu yang berintegritas tinggi dan
menghormati hak-hak sipil dan politik dari setiap warga negara.”
Misi DKPP :
190
1. Mengawasi kinerja KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu
(Badan Pengawas Pemilu) dengan jajaran di bawahnya.
2. Menegakkan kode etik penyelenggara Pemilu berdasarkan Peraturan
Kode Etik dan Pedoman Beracara.
4.3.3. Struktur Organisasi dan Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi)
DKPP memiliki tiga bagian dan sembilan subbagian dalam struktur
organisasinya. Berikut ini adalah struktur organisasi DKPP beserta tupoksi (tugas
pokok dan fungsi) :
Gambar 4.23 Struktur Organisasi DKPP
191
Berdasarkan struktur organisasi Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP), berikut ini merupakan uraian tugas dan fungsi pada setiap bagian dan
subbagian yang ada di DKPP :
1. Sekretariat Jenderal Bawaslu RI
Sekretariat Jenderal Bawaslu RI bertugas memberikan dukungan administratif
dan teknis operasional kepada Bawaslu. Sekretariat Jenderal Bawaslu RI
menyelenggarakan fungsi :
Koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas unit organisasi di
lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu, Sekretariat Bawaslu Provinsi,
Sekretariat Panwaslu Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panwaslu
Kecamatan.
Pemberian dukungan administratif kepada Bawaslu.
Pembinaan dan pelaksanaan perencanaan dan pengawasan internal,
administrasi kepegawaian, ketatausahaan, perlengkapan dan
kerumahtanggaan, serta pengelolaan keuangan di lingkungan Sekretariat
Jenderal Bawaslu.
2. Biro Administrasi DKPP
Biro Administrasi DKPP bertugas melaksanakan urusan administrasi perkara
pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu. Biro Administrasi DKPP
menyelenggarakan fungsi :
192
Pelaksanaan urusan administrasi umum, koordinasi penyusunan
perencanaan program dan anggaran, ketatausahaan, keprotokolan,
publikasi dan sosialisasi, serta monitoring dan evaluasi di lingkungan
DKPP.
Pelaksanaan urusan administrasi pengaduan pelanggaran kode etik.
Pelaksanaan urusan administrasi persidangan pelanggaran kode etik.
3. Bagian Administrasi Umum
Bagian Administrasi Umum bertugas melaksanakan urusan administrasi
umum, koordinasi penyusunan perencanaan program dan anggaran,
ketatausahaan, keprotokolan, publikasi dan sosialisasi, serta monitoring dan
evaluasi di lingkungan DKPP. Bagian Administrasi Umum menyelenggarakan
fungsi :
Pelaksanaan urusan tata usaha Biro dan rumah tangga pimpinan DKPP.
Pelaksanaan keprotokolan pimpinan DKPP.
Penyusunan dokumentasi, publikasi dan penerbitan kegiatan penegakkan
kode etik Penyelenggara Pemilu.
Pelaksanaan sosialisasi penegakkan kode etik Penyelenggara Pemilu.
Penyiapan administrasi dan publikasi putusan DKPP.
Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
penegakkan kode etik Penyeleggara Pemilu.
193
Bagian Administrasi Umum memiliki tiga subbagian dengan tugas dan fungsi
sebagai berikut:
a. Subbagian Tata Usaha dan Protokol
Subbagian Tata Usaha dan Protokol bertugas melakukan urusan tata usaha
Biro dan rumah tangga pimpinan dan keprotokolan pimpinan DKPP.
Subbagian Tata Usaha dan Protokol menyelenggarakan fungsi :
Melakukan koordinasi dalam mengagendakan surat masuk dari unit-
unit di lingkungan Bawaslu dan dari lembaga lainnya dalam rangka
tertib administrasi.
Melakukan koordinasi dalam pendistribusian surat sesuai disposisi
Kepala Biro Administrasi DKPP dan segera melakukan penyampaian
kembali surat yang telah selesai diproses ke unit/instansi yang dituju
dalam rangka pemantauan posisi surat agar dapat dengan cepat
diterima oleh unit terkait.
Melakukan koordinasi dalam mengagendakan konsep nota dinas dan
atau konsep surat/keputusan beserta verbal dan berkas pendukung
yang disampaikan oleh bagian-bagian guna penataan dan kerapihan
proses penyelesaian surat.
Meneliti dan memeriksa usul permintaan alat tulis kantor dan
keperluan rumah tangga lainnya dalam rangka kelancaran tugas.
Melakukan koordinasi dalam penggunaan dan perawatan kendaraan
dinas untuk kepentingan kedinasan demi kelancaran tugas.
194
b. Subbagian Publikasi dan Sosialisasi Kode Etik
Subbagian Publiksi dan Sosialisasi Kode Etik bertugas melakukan
penyiapan bahan penyusunan dokumentasi, publikasi dan penerbitan
kegiatan penegakkan kode etik Penyelenggara Pemilu, sosialisasi
penegakkan kode etik Penyelenggara Pemilu, administrasi dan publikasi
putusan DKPP. Subbagian Publikasi dan Sosialisasi Kode Etik
menyelenggarakan fungsi :
Melakukan dokumentasi kegiatan-kegiatan penegkkan kode etik
penyelenggara Pemilu.
Membangun kerjasama dengan media massa, media elektronik dan
pers terkait penegakkan kode etik penyelenggara Pemilu.
Melakukan publikasi dan penerbitan kegiatan penegakkan kode etik
Penyelenggara Pemilu.
Melakukan sosialisasi penegakkan kode etik Penyelenggara Pemilu.
Melakukan administrasi dan publikasi putusan DKPP.
c. Subbagian Monitoring dan Evaluasi
Subbagian Monitoring dan Evaluasi bertugas melakukan pemantauan dan
penyiapan bahan evaluasi, serta penyusunan laporan pelaksanaan
penegakkan kode etik Penyelenggara Pemilu. Subbagian Monitoring dan
Evaluasi menyelenggarakan fungsi :
Melakukan pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi penegkkan
kode etik Penyelenggara Pemilu.
195
Menyusun laporan pelaksanaan penegakkan kode etik Penyelenggara
Pemilu.
4. Bagian Administrasi Pengaduan
Bagian Administrasi Pengaduan bertugas melaksanakan urusan administrasi
pengaduan pelanggaran kode etik. Bagian Administrasi Pengaduan
menyelenggarakan fungsi :
Pelaksanaan penerimaan dan registrasi pengaduan/laporan.
Pelaksanan analisis dan verifikasi pengaduan/laporan.
Pelaksanaan pemberkasan perkara
Koordinasi penerimaan pengaduan yang disampaikan oleh Bawaslu
Provinsi.
Pelaksanaan pemeriksaan pengaduan pelanggaran kode etik di Bawaslu
Provinsi.
Penyiapan pembentukan Panel Majelis Kode Etik.
Bagian Administrasi Pengaduan memiliki tiga subbagian dengan tugas dan
fungsi sebagai berikut:
a. Subbagian Penerimaan dan Registrasi Pengaduan
Subbagian Penerimaan dan Registrasi Pengaduan bertugas melakukan
penerimaan dan pengadministrasian pengaduan/laporan, registrasi
pengaduan/laporan, pencatatan agenda pengaduan/laporan, pelaksanaan
196
pemberkasan perkara, dan menyiapkan panel majelis kode etik. Subbagian
Penerimaan dan Registrasi Pengduan menyelenggarakan fungsi :
Melakukan penerimaan dan pengadministrasian pengaduan/laporan,
registrasi pengaduan/laporan, pencatatan agenda pengaduan/laporan.
Melakukan pemberkasan perkara.
Menyiapkan panel majelis.
b. Subbagian Analisis dan Verifikasi Wilayah I
Subbagian Analisis dan Verifikasi Wilayah I bertugas melakukan
penyiapan bahan analisis terhadap pengaduan/laporan, menyusun resume
pengaduan/laporan, dan membuat rekomendasi atas kelengkapan
persyaratan formil dan materiil pengaduan, serta melaksanakan
pemeriksaan pengaduan/laporan pelanggaran kode etik di wilayah
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan,
Jambi, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan
Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Banten, dan Bali. Subbagian Analisis dan Verifikasi Pengaduan Wilayah
I menyelenggarakan fungsi :
Menyiapkan bahan analisis terhadap pengaduan/laporan.
Menyusun resume pengaduan/laporan.
Membuat rekomendasi atas kelengkapan persyaratan formil dan
materiil pengaduan.
197
Melaksanakan pemeriksaan pengaduan/laporan pelanggaran kode
etik.
c. Subbagian Analisis dan Verifikasi Wilayah II
Subbagian Analisis dan Verifikasi Wilayah II bertugas melakukan
penyiapan bahan analisis terhadap pengaduan/laporan, menyusun resume
pengaduan/laporan, dan membuat rekomendasi atas kelengkapan
persyaratan formil dan materiil pengaduan, serta melaksanakan
pemeriksaan pengaduan/laporan pelanggaran kode etik di wilayah
Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua,
dan Papua Barat. Subbagian Analisis dan Verifikasi Pengaduan Wilayah
II menyelenggarakan fungsi :
Menyiapkan bahan analisis terhadap pengaduan/laporan.
Menyusun resume pengaduan/laporan.
Membuat rekomendasi atas kelengkapan persyaratan formil dan
materiil pengaduan.
Melaksanakan pemeriksn pengaduan/laporan pelanggaran kode etik.
198
5. Bagian Administrasi Persidangan
Bagian Administrasi Persidangan bertugas melaksanakan urusan administrasi
persidangan pelanggaran kode etik. Bagian Administrasi Persidangan
menyelenggarakan fungsi :
Penyiapan administrasi dan ketatausahaan pemangilan, serta pelaksanaan
pemanggilan pengadu dan teradu.
Penyiapan dan penyedian sarana prasarana persidangan.
Koordinasi pengamanan persidangan.
Penyiapan teknis dan administratif rapat panel Majelis Kode Etik dan
Rapat Pleno DKPP.
Penyusunan risalah, dokmen perkara, dan berita acara persidangan.
Bagian Administrasi Persidangan memiliki tiga subbagian dengan tugas dan
fungsi sebagai berikut :
a. Subbagian Pemanggilan
Subbagian Pemanggilan bertugas melakukan penyiapan bahan dan
pelaksanaan administrasi pemanggilan para pihak dan mengoordinasikan
kehadirannya. Subbagian Pemanggilan menyelenggarakan fungsi :
Menyiapkan bahan dan pelaksanaan administrasi pemanggilan para pihak.
Mengoordinasikan kehadiran para pihak.
b. Subbagian Persidangan
199
Subbagian Persidangan bertugas melakukan penyiapan sarana prasarana
persidangan, penyusunan jadwal persidangan, pelaksanaan persidangan,
koordinasi pengamanan persidangan, dan penyiapan pelaksanaan rapat
Panel Majelis Kode Etik dan rapat pleno DKPP. Subbagian Persidangan
menyelenggarakan fungsi :
Menyiapkan sarana prasarana persidangan.
Menyusun jadwal persidangan.
Melaksanakan persidangan.
Melaksanakan koordinasi pengamanan persidangan.
Menyiapkan pelaksanaan rapat Panel Majelis Kode Etik dan rapat
pleno DKPP.
c. Subbagian Risalah dan Dokumen Perkara
Subbagian Risalah dan Dokumen Perkara bertugas melakukan penyiapan
bahan teknis perekaman sidang, mentranskrip hasil perekaman sidang,
pengeditan naskah risalah sidang, menyusun ringkasan risalah sidang,
minutasi putusan kode etik Pemilu dan pelaksanaan penyusunan dokumen
perkara etik Pemilu. Subbagian Risalah dan Dokumen Perkara
menyelenggarakan fungsi :
Penyiapan bahan teknis perekaman sidang.
Mentranskrip hasil perekaman sidang.
Pengeditan naskah risalah sidang dan menyusun ringkasan risalah
sidang.
200
Minutasi putusan kode etik Pemilu.
Pelaksanaan penyusunan dokumen perkara etik Pemilu.
4.3.4 Analisis Value Chain
Analisis value chain bertujuan untuk memetakan dan mengelompokkan
seluruh aktivitas yang ada di dalam DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu). Pengelompokkan aktivitas dalam analisis value chain terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung.
Gambar 4.24 Analisis Value Chain DKPP
4.3.4.1. Aktivitas Utama
201
Aktivitas di DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) yang
termasuk ke dalam aktivitas utama dalam analisis value chain, yaitu pengaduan,
persidangan, persuratan perkara, dan kearsipan. Berikut ini adalah penjelasan dari
setiap aktivitas utama :
1. Pengaduan
Masyarakat (pengadu) dapat membuat suatu pengaduan terhadap
penyelenggara Pemilu apabila mereka diduga melanggar Kode Etik
Penyelenggara Pemilu. Bagian Administrasi Pengaduan di DKPP akan
menerima pengaduan tersebut untuk ditindaklanjuti apabila persyaratan
pengaduan telah dipenuhi oleh setiap pengadu. Setiap berkas pengaduan yang
masuk akan mengalami dua verifikasi, yaitu verifikasi formil (administrasi)
dan verifikasi materiil (kelayakan materi pengaduan).
2. Persidangan
Aktivitas persidangan merupakan tindak lanjut dari pengaduan yang diterima
oleh DKPP. Aktivitas ini dilakukan oleh Bagian Administrasi Persidangan.
Jika berkas pengaduan sudah memenuhi semua persyaratan administrasi dan
materiil maka pengaduan akan dilanjutkan ke dalam persidangan. Pengadu dan
Teradu akan dipertemukan dalam sidang untuk memberikan bukti-bukti atau
penjelasan yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik yang telah dilaporkan.
Panel Majelis Sidang DKPP akan memberikan keputusan hukuman apa yang
akan diterima oleh Teradu jika dia memang terbukti bersalah telah melanggar
Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
3. Persuratan Perkara
202
Persuratan perkara merupakan aktivitas surat-menyurat yang mengalirkan
informasi hanya untuk menunjang aktivitas pengaduan dan persidangan.
Aktivitas ini dilakukan oleh Subbagian Tata Usaha dan Protokol. Biasanya
persuratan perkara hanya membuat surat pemberitahuan untuk Pengadu dan
Teradu terkait dengan pemanggilan sidang, perihal kekurangan persyaratan
dari berkas pengaduan, atau perihal status pengaduan yang layak untuk
dilanjutkan ke dalam sidang atau tidak. Selain membuat surat pemberitahuan,
persuratan perkara juga membuat disposisi berkas-berkas yang berkaitan
dengan pengaduan dan persidangan kepada setiap bagian di DKPP atau kepada
pimpinan DKPP.
4. Kearsipan
Aktivitas ini dilakukan oleh Subbagian Monitoring dan Evaluasi dengan
mengarsipkan berkas-berkas penting dari setiap bagian dan subbagian di
DKPP. Berkas-berkas utama yang biasanya diarsipkan, yaitu berkas pengaduan
yang masuk ke DKPP, hasil putusan sidang, maklumat sidang, data-data
pegawai DKPP, dan laporan keuangan. Jika semua berkas tersebut sudah
diarsipkan oleh staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi maka berkas tersebut
akan diserahkan ke Subbagian Persuratan dan Arsip Bawaslu. Dab pada
akhirnya, berkas-berkas tersebut akan diserahkan ke ANRI (Arsip Nasional
Republik Indonesia).
203
4.3.4.2. Aktivitas Pendukung
Aktivitas di DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) yang
termasuk ke dalam aktivitas pendukung dalam analisis value chain, yaitu
kepegawaian, keuangan, persuratan umum, publikasi dan sosialisasi, monitoring
dan evaluasi, inventaris, procurement (pengadaan). Berikut ini adalah penjelasan
dari setiap aktivitas pendukung :
1. Kepegawaian
Aktivitas kepegawaian meliputi persiapan untuk rekrutmen pegawai baru,
proses rekrutmen pegawai, pengangkatan pegawai, pengelolaan data pegawai,
sampai penggajian pegawai. DKPP sendiri belum memiliki bagian khusus yang
menangani kepegawaian. Jadi, untuk aktivitas kepegawaian di DKPP masih
ditangani oleh Subbagian Sumber Daya Manusia Bawaslu.
2. Keuangan
Aktivitas keuangan meliputi penyusunan rencanna dan program anggaran,
pengelolaan keuangan, dan pembuatan laporan keuangan. DKPP belum
memiliki bagian khusus yang menangani keuangan. Tetapi, ada staf khusus
yang ditunjuk untuk mengelola keuangan di DKPP. Keuangan DKPP masih
dibawah pertanggungjawaban dari Bagian Keuangan Bawaslu.
3. Persuratan Umum
Tidak seperti persuratan perkara yang telah dijelaskan sebelumnya, persuratan
umum merupakan aktivitas surat-menyurat antar instansi atau antar bagian dan
subbagian untuk menunjang kinerja para pegawai di DKPP. Persuratan umum
204
biasanya berisi surat-surat yang hanya sekedar memberikan informasi bagi para
pegawai. Aktivitas ini juga dilakukan oleh Subbagian Tata Usaha dan Protokol.
4. Publikasi dan Sosialisasi
Aktivitas ini dilakukan oleh Subbagian Publikasi dan Sosialisasi. Aktivitas
publikasi dan sosialisasi meliputi pendokumentasian kegiatan yang
dilaksanakan di DKPP, melakukan kerja sama dengan media dan pers,
melakukan sosialisasi penegakkan kode etik, dan melakukan publikasi putusan
sidang DKPP. Biasanya, publikasi dan sosialisasi akan dilakukan melalui
website DKPP dan melalui media cetak atau elektronik.
5. Monitoring dan Evaluasi
Aktivitas ini meliputi kegiatan memantau proses kerja dari aktivitas keuangan,
inventaris, dan procurement (pengadaan), menyiapkan bahan evaluasi,
pelaksanaan evaluasi terhadap ketiga proses kerja tersebut, dan membuat
laporan hasil monitoring dan evaluasi. Aktivitas ini dilakukan oleh Subbagian
Monitoring dan Evaluasi.
6. Inventaris
Aktivitas ini meliputi pencatatan dan pengelolaan barang milik negara,
pengamanan sarana dan prasarana yang digunakan oleh DKPP. Pengelolaan
dan pencatatan barang milik negara dilakukan oleh Subbagian Rumah Tangga
dan Perlengkapan Bawaslu. Tetapi, menjaga dan memelihara sarana dan
prasarana dilakukan oleh seluruh pegawai DKPP yang sudah menggunakan
sarana-prasarana tersebut.
205
7. Procurement (Pengadaan)
Aktivitas ini meliputi pengadaan permintaan ATK dan kebutuhan rumah
tangga di DKPP. Aktivitas pengadaan di DKPP dilakukan oleh Subbagian Tata
Usaha dan Protokol yang akan mengurus seluruh perlengkapan yang
dibutuhkan oleh DKPP. Tetapi, Subbagian Tata Usaha dan Protokol akan
memberikan pertanggungjawaban terkait dengan pengadaan kepada Subbagian
Rumah Tangga dan Perlengkapan Bawaslu.
4.3.5 Struktur Organisasi Usulan
Berdasarkan analisis value chain yang telah dibuat pada subbab
sebelumnya, maka terdapat beberapa aktivitas pendukung, seperti kepegawaian,
keuangan, dan inventaris. Tetapi, jika melihat struktur organisasi saat ini, DKPP
belum memiliki bagian atau subbagian tersendiri untuk fokus menangani aktivitas
kepegawaian, keuangan, dan inventaris. Ketiga aktivitas pendukung tersebut
semuanya ditangani oleh subbagian Tata Usaha dan Protokol. Selain itu, belum ada
bagian yang khusus melakukan pengembangan dan perawatan untuk SI/TI di DKPP.
Sedangkan, jika akan mengimplementasikan arsitektur-arsitektur yang akan dibuat
dalam perencanaan strategis SI/TI maka peran bagian TI sangat dibutuhkan dalam
proses tersebut.
Oleh karena itu, maka terdapat penambahan bagian dan subbagian untuk
struktur organisasi usulan, yaitu menambahkan 2 bagian baru, yaitu bagian keuangan
dan bagian IT. Serta, menambahkan 2 subbagian baru pada bagian Administrasi
206
Umum, yaitu subbagian Kepegawaian dan subbagian inventaris. Berikut ini adalah
gambar untuk struktur organisasi yang diusulkan.
DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU RI BADAN PENGAWAS PEMILU RI
SEKRETARIAT JENDERAL BAWASLU RI / EX OFFICIO
DKPP RI
BIRO ADMINISTRASI DKPP
BAGIAN ADMINISTRASI
PERSIDANGAN
BAGIAN ADMINISTRASI
PENGADUAN
BAGIAN ADMINISTRASI
UMUMBAGIAN KEUANGANBAGIAN IT
SUBBAGIAN
APLIKASI IT
SUBBAGIAN
INFRASTRUKTUR
& JARINGAN
SUBBAGIAN
OPERASIONAL IT
SUBBAGIAN
ANGGARAN &
PEMBAYARAN
SUBBAGIAN
PEMBUKUAN &
VERIFIKASI
SUBBAGIAN
PENYUSUNAN
PROGRAM &
EVALUASI
Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian
Kasubbag
Programmer
System Analyst
Kasubbag
Spesialis Jaringan
Spesialis Hardware
Spesialis Keamanan
Sistem
System
Administrator
Kasubbag
Staf IT
Kasubbag
Staf
Kasubbag
Staf
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN TATA
USAHA &
PROTOKOL
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
PUBLIKASI &
SOSIALISASI
KODE ETIK
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
MONITORING &
EVALUASI
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
KEPEGAWAIAN
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
INVENTARIS
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
PENERIMAAN &
REGISTRASI
PENGADUAN
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
ANALISIS &
VERIFIKASI WIL. 1
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
ANALISIS &
VERIFIKASI WIL. 2
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
PEMANGGILAN
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
PERSIDANGAN
Kasubbag
Staf
SUBBAGIAN
RISALAH &
DOKUMEN
PERKARA
Kasubbag
Staf
Help Desk
Tenaga Ahli
Gambar 4.25 Struktur Organisasi Usulan
207
Tugas masing-masing dari bagian dan subbagian baru yang diusulkan
adalah sebagai berikut :
1. Bagian IT
Bertanggung jawab untuk melakukan pengembangan, pengimplementasian, dan
perawatan sumber daya TIK di DKPP. Tugas dari masing-masing subbagian di
bagian IT, yaitu :
a. Subbagian Aplikasi IT
Bertugas untuk membuat pemodelan dan perencanaan sistem yang sesuai
dengan kebutuhan DKPP, serta mengembangkan pemodelan tersebut
dengan melakukan programming untuk pembuatan aplikasi.
b. Subbagian Infrastruktur dan Jaringan
Bertugas untuk memelihara infrastruktur jaringan komputer, menjaga
keamanan sistem dari ancaman virus atau ancaman lainnya, dan mengelola
jalannya sistem dengan mengatur konfigurasi perangkat keras dengan
perangkat lunak agar sistem dapat berjalan dengan baik.
c. Subbagian Operasional IT
Bertugas untuk membantu end user apabila mendapatkan suatu masalah
dalam menjalankan sistem pendukung untuk aktivitas di DKPP, serta
memberi pelatihan kepada end user setiap ada pengembangan sistem.
2. Bagian Keuangan
Bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan teknis untuk pengelolaan
keuangan, pembukuan keuangan, pelaporan keuangan, dan pelaksanaan urusan
perbendaharaan keuangan.
208
a. Subbagian Anggaran dan Pembayaran
Bertugas pada operasional keuangan, yaitu untuk melakukan
perbendaharaan, seperti pembayaran gaji pegawai dan pembayaran
kebutuhan DKPP.
b. Subbagian Pembukuan dan Verifikasi
Bertugas untuk melakukan pencatatatan akuntansi bagi setiap transaksi
pembayaran yang dilakukan oleh Subbagian Anggaran dan Pembayaran,
serta membuat laporan keuangan berdasarkan pencatatan akuntansi yang
sudah dibuat.
c. Subbagian Penyusunan Program dan Evaluasi
Bertugas untuk membuat daftar program-program kerja dengan masing-
masing kebutuhan anggarannya, serta bertugas untuk melakukan evaluasi
laporan keuangan yang sudah dibuat oleh Subbagian Pembukuan dan
Verifikasi.
3. Subbagian Kepegawaian
Bertugas untuk membuat rencana kebutuhan pegawai, melakukan rekrutmen
pegawai, pengangkatan pegawai, serta pembinaan dan pengelolaan administrasi
data pegawai.
4. Subbagian Inventaris
Bertugas untuk melakukan, pencatatan dan pengelolaan barang milik negara
(BMN), serta mengamankan sarana dan prasarana yang ada di DKPP.
209
4.3.6 Pelatihan yang Diusulkan
Setelah membuat struktur organisasi usulan, maka diperlukan pelatihan-
pelatihan agar pegawai dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik, terutama
pegawai yang ditugaskan pada bagian dan subbagian yang baru diusulkan. Berikut
ini adalah daftar pelatihan usulan yang diperlukan oleh pegawai DKPP.
Tabel 4.7 Daftar Pelatihan Usulan
No. Jabatan Jenis Pelatihan
1. Programmer Pelatihan untuk mengembangkan
kemampuan programming dalam
mengembangkan aplikasi.
2. System Analyst Pelatihan untuk mengembangkan
kemampuan analisis dan perencanaan
sistem.
3. Spesialis Jaringan Pelatihan untuk mengembangkan
kemampuan dalam membuat,
mengembangkan, dan memelihara
infrastruktur jaringan.
4. Spesialis Hardware Pelatihan untuk mengembangkan
kemampuan dalam pemilihan hardware
yang akan digunakan, serta untuk
memelihara dan memperbaiki hardware.
210
5. Spesialis Keamanan Sistem Pelatihan untuk mengembangkan
kemampuan dalam mengelola keamanan
sistem untuk melindungi sistem
informasi dari ancaman virus,
penggunaan tanpa izin, penyusupan, dan
perusakan informasi.
6. System Administrator Pelatihan untuk mengembangkan
kemampuan dalam mengoperasikan dan
memelihara sistem.
7. Staf IT Pelatihan untuk membantu spesialis
hardware dan untuk mengembangkan
kemampuan dalam memberi pelatihan
kepada end user.
8. Help Desk Pelatihan untuk mengembangkan
kemampuan dalam mengatur pengaduan
dari end user mengenai kendala dalam
penggunaan sistem.
211
4.3.7 Hubungan Stakeholder dan Aktivitas Organisasi
Seluruh aktivitas di DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu)
memiliki keterlibatan dengan banyak stakeholder. Stakeholder yang terlibat, yaitu :
1. Pengadu
2. Teradu
3. Subbagian Tata Usaha dan Protokol Biro Administrasi DKPP
4. Subbagian Publikasi dan Sosialisasi Kode Etik Biro Administrasi DKPP
5. Subbagian Monitoring dan Evaluasi Biro Administrasi DKPP
6. Subbagian Penerimaan dan Registrasi Pengaduan Biro Administrasi DKPP
7. Subbagian Analisis dan Verifikasi Pengaduan Wilayah 1 dan 2 Biro
Administrasi DKPP
8. Subbagian Pemanggilan Biro Administrasi DKPP
9. Subbagian Persidangan Biro Administrasi DKPP
10. Subbagian Risalah dan Dokumen Perkara Biro Administrasi DKPP
11. Bagian Keuangan Biro Administrasi Bawaslu
12. Subbagian Persuratan dan Arsip Biro Administrasi Bawaslu
13. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan Biro Administrasi Bawaslu
14. Subbagian Sumber Daya Manusia Biro Administrasi Bawaslu
Berikut ini adalah pemetaan hubungan stakeholder dengan aktivitas DKPP,
beserta penjelasan keterlibatan stakeholder dalam setiap aktivitas :
212
Tabel 4.8 Stakeholder Map Matrix
Stakeholder
Pen
gad
u
Ter
adu
Su
bb
agia
n T
ata
Usa
ha
dan
Pro
tok
ol
Bir
o A
dm
inis
tras
i D
KP
P
Su
bb
agia
n P
ub
lik
asi
dan
Sosi
alis
asi
Kod
e E
tik
Bir
o A
dm
inis
tras
i D
KP
P
Su
bb
agia
n M
on
ito
ring
dan
Ev
alu
asi
Bir
o A
dm
inis
tras
i D
KP
P
Su
bb
agia
n P
ener
imaa
n d
an R
egis
tras
i
Pen
gad
uan
Bir
o A
dm
inis
tras
i D
KP
P
Su
bb
agia
n A
nal
isis
dan
Ver
ifik
asi
Pen
gad
ian
Wil
ayah
1 d
an 2
Bir
o
Ad
min
istr
asi
DK
PP
Subbag
ian P
eman
ggil
an B
iro
Adm
inis
tras
i D
KP
P
Subbag
ian P
ersi
dan
gan
Bir
o
Adm
inis
tras
i D
KP
P
Subbag
ian R
isal
ah d
an D
okum
en
Per
kar
a B
iro A
dm
inis
tras
i D
KP
P
Bag
ian K
euan
gan
Bir
o
Adm
inis
tras
i B
awas
lu
Subbag
ian P
ersu
rata
n d
an A
rsip
Bir
o A
dm
inis
tras
i B
awas
lu
Subbag
ian
Rum
ah T
angga
dan
Per
lengkap
an B
iro A
dm
inis
tras
i
Baw
aslu
Subbag
ian S
um
ber
Day
a M
anusi
a
Bir
o A
dm
inis
tras
i B
awas
lu
Aktivitas
Aktivitas Utama
1. Pengaduan
2. Persidangan
3. Persuratan
4. Kearsipan
Aktivitas Pendukung
1. Keuangan
2. Inventaris
3. Manajemen SDM
4. Monitoring & Evaluasi
5. Procurement
6. Publikasi & Sosialisasi
213
Tabel 4.9 Penjelasan Keterlibatan Stakeholder di Setiap Aktivitas
No. Aktivitas Stakeholder Keterlibatan
1. Pengaduan Pengadu
Memberikan pengaduan/laporan
pelanggaran kode etik.
Subbagian
Penerimaan dan
Registrasi
Pengaduan Biro
Administrasi DKPP
Menerima dan mengadministrasi
pengaduan/laporan, registrasi
pengaduan/laporan, pelaksanaan
pemberkasan perkara, menyiapkan
panel majelis.
Subbagian Analisis
dan Verifikasi
Pengaduan Wilayah
1 dan 2 Biro
Administrasi DKPP
Mempersiapkan bahan analisis
terhadap pengaduan/laporan,
menyusun resume
pengaduan/laporan, membuat
rekomendasi kelengkapan
persyaratan formil dan materiil
pengaduan.
2. Persidangan
Pengadu
Menjelaskan fakta dan bukti dari
pengaduan yang sudah dibuat saat
sidang.
Teradu
Melakukan klarifikasi dari fakta dan
bukti yang telah diberikan Pengadu
saat sidang.
Subbagian
Pemanggilan Biro
Administrasi DKPP
Mempersiapkan bahan dan
pelaksanaan administrasi
pemanggilan Pengadu dan Teradu
dan mengoordinasikan kehadiran
mereka.
Subbagian
Persidangan Biro
Administrasi DKPP
Mempersiapkan sarana dan
prasaranan persidangan, penyusunan
jadwal sidang, pelaksanaan sidang,
menyiapkan pelaksanaan rapat Panel
Majelis, rapat pleno DKPP.
Subbagian Risalah
dan Dokumen
Perkara Biro
Administrasi DKPP
Menyiapkan bahan teknis
perekaman sidang, melakukan
transkrip hasil perekaman sidang,
pengeditan risalah sidang, membuat
ringkasan risalah sidang,
penyusunan dokumen perkara etik
Pemilu.
3. Persuratan Pengadu
Menerima surat pemberitahuan
BMS atau dismiss.
214
Teradu
Menerima surat pemanggilan
sidang.
Subbagian Tata
Usaha dan Protokol
Biro Administrasi
DKPP
Mengagendakan surat masuk,
mendistribusikan surat sesuai
disposisi, membuat surat untuk
kepentingan perkara.
Subbagian
Penerimaan dan
Registrasi
Pengaduan Biro
Administrasi DKPP
Meminta pembuatan surat BMS dan
dismiss untuk pengadu.
Subbagian Analisis
dan Verifikasi
Pengaduan Wilayah
1 dan 2 Biro
Administrasi DKPP
Meminta pembuatan surat undangan
rapat verifikasi materiil.
Subbagian
Pemanggilan Biro
Administrasi DKPP
Meminta pembuatan surat
pemanggilan untuk Pengadu dan
Teradu.
4. Kearsipan Subbagian Tata
Usaha dan Protokol
Biro Administrasi
DKPP
Mengumpulkan berkas-berkas yang
akan diarsipkan, menyerahkan
berkas ke Subbagian Monitoring
dan Evaluasi.
Subbagian
Publikasi dan
Sosialisasi Kode
Etik Biro
Administrasi DKPP
Mengumpulkan berkas-berkas yang
akan diarsipkan, menyerahkan
berkas ke Subbagian Monitoring
dan Evaluasi.
Subbagian
Monitoring dan
Evaluasi Biro
Administrasi DKPP
Menerima berkas, melakukan
pemberkasan, mengelola berkas
menjadi arsip vital dan dinamis,
memberikan arsip ke Subbagian
Persuratan dan Arsip Bawaslu.
Subbagian
Penerimaan dan
Registrasi
Pengaduan Biro
Administrasi DKPP
Mengumpulkan berkas-berkas yang
akan diarsipkan, menyerahkan
berkas ke Subbagian Monitoring
dan Evaluasi.
215
Subbagian Analisis
dan Verifikasi
Pengaduan Wilayah
1 dan 2 Biro
Administrasi DKPP
Mengumpulkan berkas-berkas yang
akan diarsipkan, menyerahkan
berkas ke Subbagian Monitoring
dan Evaluasi.
Subbagian
Pemanggilan Biro
Administrasi DKPP
Mengumpulkan berkas-berkas yang
akan diarsipkan, menyerahkan
berkas ke Subbagian Monitoring
dan Evaluasi.
Subbagian
Persidangan Biro
Administrasi DKPP
Mengumpulkan berkas-berkas yang
akan diarsipkan, menyerahkan
berkas ke Subbagian Monitoring
dan Evaluasi.
Subbagian Risalah
dan Dokumen
Perkara Biro
Administrasi DKPP
Mengumpulkan berkas-berkas yang
akan diarsipkan, menyerahkan
berkas ke Subbagian Monitoring
dan Evaluasi.
Subbagian
Persuratan dan
Arsip Biro
Administrasi
Bawaslu
Menerima arsip dari Subbagian
Monitoring dan Evaluasi DKPP,
membuat arsip statis, memberikan
arsip statis ke ANRI.
5. Keuangan Bagian Keuangan
Biro Administrasi
Bawaslu
Mengelola anggaran dan
perbendaharaan, membayar gaji,
melakukan pencatatan akuntansi
keuangan.
6. Inventaris Subbagian Tata
Usaha dan Protokol
Biro Administrasi
DKPP
Membuat Laporan Barang
Pengguna, Mengumpulkan ke
Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu.
Subbagian
Publikasi dan
Sosialisasi Kode
Etik Biro
Administrasi DKPP
Membuat Laporan Barang
Pengguna, Mengumpulkan ke
Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu.
Subbagian
Monitoring dan
Evaluasi Biro
Administrasi DKPP
Membuat Laporan Barang
Pengguna, Mengumpulkan ke
Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu.
216
Subbagian
Penerimaan dan
Registrasi
Pengaduan Biro
Administrasi DKPP
Membuat Laporan Barang
Pengguna, Mengumpulkan ke
Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu.
Subbagian Analisis
dan Verifikasi
Pengaduan Wilayah
1 dan 2 Biro
Administrasi DKPP
Membuat Laporan Barang
Pengguna, Mengumpulkan ke
Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu.
Subbagian
Pemanggilan Biro
Administrasi DKPP
Membuat Laporan Barang
Pengguna, Mengumpulkan ke
Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu.
Subbagian
Persidangan Biro
Administrasi DKPP
Membuat Laporan Barang
Pengguna, Mengumpulkan ke
Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu.
Subbagian Risalah
dan Dokumen
Perkara Biro
Administrasi DKPP
Membuat Laporan Barang
Pengguna, Mengumpulkan ke
Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu.
Subbagian Rumah
Tangga dan
Perlengkapan Biro
Administrasi
Bawaslu
Mengumpulkan Laporan Barang
Pengguna, membuat Laporan
Pengelola untuk inventaris BMN
(Barang Milik Negara).
7. Manajemen SDM Subbagian Tata
Usaha dan Protokol
Biro Administrasi
DKPP
Menyusun rencana kebutuhan
pegawai.
Subbagian
Publikasi dan
Sosialisasi Kode
Etik Biro
Administrasi DKPP
Menyusun rencana kebutuhan
pegawai.
Subbagian
Monitoring dan
Evaluasi Biro
Administrasi DKPP
Menyusun rencana kebutuhan
pegawai.
217
Subbagian
Penerimaan dan
Registrasi
Pengaduan Biro
Administrasi DKPP
Menyusun rencana kebutuhan
pegawai.
Subbagian Analisis
dan Verifikasi
Pengaduan Wilayah
1 dan 2 Biro
Administrasi DKPP
Menyusun rencana kebutuhan
pegawai.
Subbagian
Pemanggilan Biro
Administrasi DKPP
Menyusun rencana kebutuhan
pegawai.
Subbagian
Persidangan Biro
Administrasi DKPP
Menyusun rencana kebutuhan
pegawai.
Subbagian Risalah
dan Dokumen
Perkara Biro
Administrasi DKPP
Menyusun rencana kebutuhan
pegawai.
Subbagian Sumber
Daya Manusia Biro
Administrasi
Bawaslu
Mempersiapkan bahan rekrutmen
pegawai, melakukan rekrutmen
pegawai, melakukan pengangkatan
pegawai, mengelola administrasi
pegawai.
8. Monitoring dan
Evaluasi Subbagian
Monitoring dan
Evaluasi Biro
Administrasi DKPP
Memantau penegakkan Kode Etik
Penyelenggara Pemilu,
melaksanakan evaluaasi penegakkan
Kode Etik Penyelenggara Pemilu,
menyusun laporan pelaksanaan
penegakkan Kode Etik
Penyelenggara Pemilu.
9. Procurement Subbagian Tata
Usaha dan Protokol
Biro Administrasi
DKPP
Membuat rencana kebutuhan
barang/jasa.
Subbagian
Publikasi dan
Sosialisasi Kode
Etik Biro
Administrasi DKPP
Membuat rencana kebutuhan
barang/jasa.
218
Subbagian
Monitoring dan
Evaluasi Biro
Administrasi DKPP
Membuat rencana kebutuhan
barang/jasa.
Subbagian
Penerimaan dan
Registrasi
Pengaduan Biro
Administrasi DKPP
Membuat rencana kebutuhan
barang/jasa.
Subbagian Analisis
dan Verifikasi
Pengaduan Wilayah
1 dan 2 Biro
Administrasi DKPP
Membuat rencana kebutuhan
barang/jasa.
Subbagian
Pemanggilan Biro
Administrasi DKPP
Membuat rencana kebutuhan
barang/jasa.
Subbagian
Persidangan Biro
Administrasi DKPP
Membuat rencana kebutuhan
barang/jasa.
Subbagian Risalah
dan Dokumen
Perkara Biro
Administrasi DKPP
Membuat rencana kebutuhan
barang/jasa.
Subbagian Rumah
Tangga dan
Perlengkapan Biro
Administrasi
Bawaslu
Mengumpulkan rencana kebutuhan
barang/jasa, melakukan pemilihan
Penyedia barang/jasa, membuat
kontrak dengan Penyedia
barang/jasa yang terpilih,
melaksanakan kontrak dengan
Penyedia barang/jasa.
10. Publikasi &
Sosialisasi Subbagian
Publikasi dan
Sosialisasi Kode
Etik Biro
Administrasi DKPP
Mempublikasikan jadwal sidang dan
informasi sidang lainnya,
mempublikasikan maklumat sidang,
melakukan sosialisasi kode etik
penyelenggara Pemilu
219
4.4. Phase B : Business Architecture
4.4.1. Pemetaan Layanan Bisnis, Proses Bisnis, dan Fungsi Bisnis di DKPP
Karena DKPP merupakan lembaga pemerintahan non-profit maka konteks
bisnis disini sebenarnya adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di DKPP.
Layanan bisnis merupakan top level dalam pemetaan ini. Selanjutnya, setiap
layanan bisnis mempunyai beberapa proses bisnis dan sub proses bisnis. Terakhir,
setiap proses bisnis akan mempunyai beberapa fungsi bisnis dan sub fungsi bisnis.
Sub fungsi bisnis merupakan unit aktivitas terkecil. Jadi, layanan bisnis, proses
bisnis, dan fungsi bisnis berbentuk seperti diagram pohon. Karena diagram pohon
yang kompleks tidak memungkinkan untuk ditampilkan secara jelas disini, maka
pemetaan akan digambarkan dalam bentuk grup agar terlihat lebih jelas dan
terperinci. Berikut ini adalah tree diagram untuk pemetaan gabungan layanan
bisnis, proses bisnis, dan fungsi bisnis beserta pemetaan dalam bentuk group untuk
layanan bisnis, proses bisnis, dan fungsi bisnis yang ada di DKPP.
220
Gambar 4.26 Tree Diagram Pemetaan Layanan Bisnis, Proses Bisnis, dan Fungsi Bisnis DKPP
221
1. Layanan Bisnis
Gambar 4.27 Layanan Bisnis di DKPP
2. Proses Bisnis
Gambar 4.28 (a) Proses Bisnis pada Pelayanan Umum DKPP
222
Gambar 4.28 (b) Proses Bisnis pada Pelayanan Pendukung DKPP
Gambar 4.28 (c) Sub Proses Bisnis pada Proses Bisnis Administrasi DKPP
223
Gambar 4.28 (d) Sub Proses Bisnis Level 2 pada Sub Proses Bisnis
Persuratan
3. Fungsi Bisnis
a. Pengaduan
Gambar 4.29 (a) Fungsi Bisnis pada Proses Bisnis Pengaduan
224
Gambar 4.29 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Penerimaan &
Registrasi Pengaduan
225
Gambar 4.29 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Analisis dan
Verifikasi Perkara
Gambar 4.29 (d) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Verifikasi Materiil
226
b. Persidangan
Gambar 4.30 Fungsi Bisnis pada Proses Bisnis Persidangan
227
c. Persuratan
Persuratan Perkara
Gambar 4.31 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis
Persuratan
Gambar 4.31 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis
Persuratan Perkara
228
Gambar 4.31 (c) Keterangan Persuratan Nota Dinas sebagai
Fungsi Bisnis Terkecil
Gambar 4.31 (d) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis
Persuratan Pemberitahuan
229
Gambar 4.31 (e) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis
Persuratan Undangan
230
Gambar 4.31 (f) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Disposisi
d. Kearsipan
Gambar 4.32 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Kearsipan
231
Gambar 4.32 (b) Sub Fungsi Bisnis dari Fungsi Bisnis Pengarsipan
Berkas
e. Kepegawaian
Gambar 4.33 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Kepegawaian
232
Gambar 4.33 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Rekrutmen
Pegawai
Gambar 4.33 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pengelolaan
Pegawai
233
f. Keuangan
Gambar 4.34 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Keuangan
Gambar 4.34 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pengelolaan
Anggaran
234
Gambar 4.34 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Akuntansi
Keuangan
g. Inventaris
Gambar 4.35 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Inventaris
235
Gambar 4.35 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pengelola BMN
(Barang Milik Negara)
Gambar 4.35 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pengguna BMN
(Barang Milik Negara)
236
h. Procurement
Gambar 4.36 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Procurement
(Pengadaan)
Gambar 4.36 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Persiapan
Procurement (Pengadaan) Barang/Jasa
237
Gambar 4.36 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Pelaksanaan
Procurement (Pengadaan) Barang/Jasa
i. Monitoring dan Evaluasi
Gambar 4.37 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Monitoring &
Evaluasi
238
Gambar 4.37 (b) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Monitoring
Gambar 4.37 (c) Sub Fungsi Bisnis pada Fungsi Bisnis Evaluasi
239
j. Publikasi dan Sosialisasi
Gambar 4.38 (a) Fungsi Bisnis pada Sub Proses Bisnis Publikasi &
Sosialisasi
Gambar 4.38 (b) Keterangan Pendokumentasian Kegiatan DKPP
sebagai Fungsi Bisnis Terkecil
240
Gambar 4.38 (c) Keterangan Pengumpulan Data untuk Dipublikasikan
& Disosialisasikan sebagai Fungsi Bisnis Terkecil
Gambar 4.38 (d) Keterangan Publikasi & Sosialisasi Informasi dari
DKPP sebagai Fungsi Bisnis Terkecil
241
4.4.2. Rancangan Arsitektur Bisnis
Untuk memudahkan user dalam memahami rancangan arsitektur bisnis,
maka rancangan tersebut akan dibuat dalam bentuk rich picture untuk masing-
masing aktivitas di DKPP, yaitu, pengaduan, persidangan, persuratan, kearsipan,
kepegawaian, keuangan, inventaris, procurement, monitoring dan evaluasi,
publikasi dan sosialisasi.
1. Pengaduan
Pengadu
E-Pengaduan
1. Login
Subbag Penerimaan & Registrasi
Pengaduan
3. Menerim
a No. P
engaduan &
Tanda Terima B
erkas Pengaduan
4. Mengecek berkas pengaduan
(verifikasi formil)
5. Memberikan hasil verifikasi formil
6. Melihat hasil verifikasi form
il
2. Mengisi form pengaduan
7. Menginput No. Pengaduan (jika lolos
verifikasi formil)
8. Mengupload berkas pelengkap (jika belum
lolos verifikasi formil)
Subbag Analisis & Verifikasi
Pengaduan
9. Mengecek berkas pengaduan sesuai No.
Pengaduan (verifikasi materiil)
10. Memberikan hasil verifikasi materiil
11. Submit berkas pengaduan yang lolos
verifikasi materiil
12. Melihat hasil verifikasi materiil
13. Mengupload berkas pelengkap (jika BMS verifikasi materiil)
Gambar 4.39 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Pengaduan
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas pengaduan melibatkan tiga
stakeholder, yaitu Pengadu, Subbagian Penerimaan dan Registrasi
Pengaduan, Subbagian Analisis dan Verifikasi Pengaduan. Rancangan ini
242
akan mengubah sistem pengaduan yang masih manual menjadi sistem
terkomputerisasi melalui e-Pengaduan.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Pengaduan harus
terlebih dahulu melakukan login. Kemudian, Pengadu akan mengisi form
pengaduan dan mengupload berkas pengaduan dalam e-Pengaduan.
Selanjutnya, Pengadu akan menerima nomor pengaduan dan tanda terima
berkas pengaduan dari sistem.
Staf Subbagian Penerimaan dan Registrasi Pengaduan akan mengecek
berkas pengaduan yang telah masuk ke sistem e-Pengaduan. Setelah
dilakukan verifikasi formil, staf Subbagian Penerimaan dan Registrasi
Pengaduan akan memberi tahu hasil verifikasi formil melalui e-Pengaduan.
Pengadu akan melihat hasil verifikasi formil di e-Pengaduan. Jika
berkas pengaduan lolos verifikasi formil, maka Pengadu harus memasukkan
nomor pengaduan ke dalam sistem e-Pengaduan. Jika berkas pengaduan
masih BMS (Belum Memenuhi Syarat), maka Pengadu harus mengupload
kekurangan berkasnya.
Setelah nomor pengaduan dimasukkan ke dalam sistem e-Pengaduan,
maka akan dilakukan verifikasi materiil untuk berkas pengaduan tersebut oleh
Subbagian Analisis dan Verifikasi. Setelah sudah terpilih berkas pengaduan
yang lolos verifikasi materiil, maka staf Subbagian Analisis akan
memasukkan daftar berkas pengaduan yang lolos ke dalam sistem e-
Pengaduan.
243
Pengadu melihat hasil verifikasi materiil dalam sistem e-Pengaduan.
Jika berkas pengaduannya lolos verifikasi materiil, maka Pengadu tinggal
menunggu pemberitahuan selanjutnya untuk sidang. Jika berkas
pengaduannya BMS (Belum Memenuhi Syarat), maka Pengadu harus segera
mengupload kekurangan berkasnya agar pengaduan tersebut dapat segera
dilanjutkan ke dalam sidang.
2. Persidangan
E-Persidangan
Subbag Persidangan
Subbag Pemanggilan
Subbag Tata Usaha & Protokoler
Pengadu
Teradu
Subbag Risalah & Dokumen Perkara
Kabag Administrasi Persidangan
1. L
ogin
2. M
endo
wnl
oad
berk
as p
enga
duan
4a. Menerima jadwal sidang
4c. Menerima jadwal sidang
4d. Menerima jadwal sidang
6. Submit surat pemanggilan
7. Mendow
nload surat
pemanggilan
5a. Menerima jadwal sidang
9a. Menerim
a surat pemanggilan
5b. Menerim
a jadwal s
idang
9b. Menerim
a surat pemanggilan
3. Subm
it jadwal sidang
Subbag Publikasi & Sosialisasi Kode Etik
11. Submit risalah sidang
12. Mendownload risalah sidang
13. Submit maklumat sidang
4b. M
ener
ima
jadw
al s
idan
g
8. M
engi
rim s
urat
pem
angg
ilan
POS
Gambar 4.40 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Persidangan
244
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas persidangan melibatkan delapan
stakeholder, yaitu Kepala Bagian Administrasi Persidangan, Subbagian
Persidangan, Subbagian Tata Usaha dan Protokol, Subbagian Risalah dan
Dokumen Perkara, Subbagian Pemanggilan, Subbagian Publikasi dan
Sosialisasi Kode Etik, Pengadu, dan Teradu. Rancangan ini akan mengubah
sistem persidangan yang masih manual menjadi sistem terkomputerisasi
melalui e-Persidangan.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Persidangan harus
terlebih dahulu melakukan login. Subbagian Persidangan mendownload
berkas pengaduan yang dikirim oleh Subbagian Penerimaan dan Registrasi
Pengaduan di dalam e-Persidangan. Setelah berkas pengaduan sudah
diterima, maka Subbagian Pemanggilan mengupload jadwal sidang ke dalam
e-Persidangan. Jadwal sidang tersebut ditujukan kepada Subbagian Tata
Usaha dan Protokol, Subbagian Persidangan, Kepala Bagian Persidangan,
Subbagian Risalah dan Dokumen Perkara, Pengadu, dan Teradu.
Kemudian, Subbagian Tata Usaha dan Protokol mengupload surat
pemanggilan ke dalam e-Persidangan. Subbagian Pemanggilan akan
mendownload surat pemanggilan, lalu akan dicetak, kemudian dikirimkan
kepada Pengadu dan Teradu melalui POS.
Selanjutnya persidangan dilaksanakan, mulai dari sidang pemeriksaan
sampai sidang pembacaan keputusan. Setiap ada persidangan, Subbagian
Risalah dan Dokumen Perkara akan membuat risalah sidang. Saat risalah
sidang sudah dibuat, maka Subbagian Risalah dan Dokumen Perkara akan
245
mengupload risalah sidang tersebut ke dalam sistem e-Persidangan.
Kemudian, Subbagian Publikasi dan Sosialisasi Kode Etik akan
mendownload risalah sidang dari e-Persidangan. Staf Subbagian Publikasi
dan Sosialisasi Kode Etik akan membuat maklumat sidang berdasarkan
risalah sidang yang sudah dibuat. Jika maklumat sidang sudah selesai dibuat,
maka Subbagian Publikasi dan Sosialisasi Kode Etik akan mengupload
maklumat sidang tersebut ke dalam sistem e-Persidangan.
3. Persuratan
E-Persuratan
Subbag Tata Usaha & Protokol
Ketua DKPP
Kepala Biro Administrasi DKPP
Kabag Administrasi Umum
Kabag Administrasi Pengaduan
Kabag Administrasi Persidangan Kasubbag Analisis & Verifikasi
Kasubbag Pemanggilan
Kasubbag Risalah & Dokumentasi
Kasubbag Persidangan
PengaduSekjen Bawaslu
Kasubbag Publikasi & Sosialisasi
1. M
enuli
s sur
at
2a. Menulis, approve & melihat
disposisi
2b. Menulis, approve & melihat
disposisi
2c. Menulis, approve & melihat
disposisi
2d. Menulis
, approve &
melih
at
disposisi
2e. M
enuli
s, ap
prov
e &
meli
hat
dispo
sisi
2g. Menulis, approve & melihat
disposisi
2h. Menulis, approve & melihat disposisi
2i. Menulis, approve &
melihat disposisi
4. R
egist
rasi
sura
t mas
uk
2j. Menulis
, approve &
melihat d
isposisi
2f. Menulis, approve & m
elihat
disposisi
3a. M
eliha
t sur
at
3b. M
eliha
t sur
at
3c. Melihat surat
3d. Melihat surat
3e. M
eliha
t sur
at
3f. Melihat surat
5. Menulis
nota dinas6. Melihat nota dinas
Gambar 4.41 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Persuratan
246
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas persuratan melibatkan 13
stakeholder, yaitu Pengadu, Subbagian Tata Usaha dan Protokol, Sekjen
Bawaslu, Kepala Biro Administrasi DKPP, Kepala Subbagian Risalah dan
Dokumentasi, Kepala Subbagian Pemanggilan, Kepala Subbagian Analisis
dan Verifikasi, Kepala Subbagian Publikasi dan Sosialisasi, Kepala
Subbagian Persidangan, Kepala Bagian Administrasi Persidangan, Kepala
Bagian Administrasi Pengaduan, Kepala Bagian Administrasi Umum, dan
Ketua DKPP. Rancangan ini akan mengubah sistem persuratan yang masih
manual menjadi sistem terkomputerisasi melalui e-Persuratan.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Persuratan harus
terlebih dahulu melakukan login. Subbagian Tata Usaha dan Protokol
membuat surat-surat untuk administrasi di DKPP di dalam sistem e-
Persuratan. Kemudian, Ketua DKPP, Kepala Bagian Administrasi Umum,
Kepala Bagian Administrasi Pengaduan, Kepala Bagian Administrasi
Persidangan, Kepala Subbagian Persidangan, Kepala Subbagian Publikasi
dan Sosialisasi, Kepala Subbagian Analisis dan Verifikasi, Kepala Subbagian
Pemanggilan, Kepala Subbagian Risalah dan Dokumentasi, dan Kepala Biro
Administrasi DKPP dapat membuat disposisi, melakukan approve, dan
melihat status disposisi di dalam e-Persuratan yang ditujukan untuk bawahan
mereka guna memberikan perintah untuk melakukan suatu pekerjaan.
Selanjutnya, Subbagian Tata Usaha dan Protokol, Sekjen Bawaslu,
Pengadu, Ketua DKPP, Kepala Subbagian Persidangan, dan Kepala
Subbagian Pemanggilan dapat melihat surat yang berhubungan atau yang
247
membutuhkan persetujuan mereka melalui sistem e-Persuratan. Subbagian
Tata Usaha dan Protokol melakukan registrasi surat masuk di dalam sistem
e-Persuratan. Kepala Biro Administrasi DKPP membuat nota dinas di dalam
sistem e-Persuratan dan nota dinas tersebut diberikan kepada Ketua DKPP
untuk mendapatkan persetujuan melalui sistem e-Persuratan juga.
4. Kearsipan
E-Kearsipan
Subbag Monitoring & Evaluasi
Ketua DKPP
Kepala Biro Administrasi DKPP
Subbag Tata Usaha & Protokol
Bagian Administrasi Pengaduan
Subbag Persidangan
Subbag Pemanggilan
Subbag Risalah & Dokumentasi
ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia)
1. Menginput data risalah &
maklumat
2. Menginput data jadwal sidang,
data surat pemanggilan
3. M
engi
nput
has
il pu
tusa
n si
dang
dan
data
per
sida
ngan
4. Mengin
put berk
as pengaduan
dan data
perk
ara
5. Menginput surat-surat dan
dokumen administrasi lainnya
6a. Melihat & m
encetak arsip
6b. Melih
at & m
enceta
k ars
ip
7. Mengelola data yang diinput
menjadi arsip
8. M
ener
ima
arsi
p
Gambar 4.42 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Kearsipan
248
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas kearsipan melibatkan sembilan
stakeholder, yaitu Subbagian Monitoring dan Evaluasi, ANRI (Arsip
Nasional Republik Indonesia), Kepala Biro Administrasi DKPP, Subbagian
Risalah dan Dokumentasi, Subbagian Pemanggilan, Subbagian Persidangan,
Bagian Administrasi Pengaduan, Subbagian Tata Usaha dan Protokol, dan
Ketua DKPP. Rancangan ini akan mengubah sistem kearsipan yang masih
manual menjadi sistem terkomputerisasi melalui e-Kearsipan.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Kearsipan harus
terlebih dahulu melakukan login. Aktivitas kearsipan dimulai dari
penginputan data-data yang akan diarsipkan oleh bagian dan subbagian di
DKPP. Subbagian Risalah dan Dokumentasi menginput data risalah dan
maklumat ke dalam sistem e-Kearsipan. Subbagian Pemanggilan menginput
data jadwal sidang dan data surat pemanggilan ke dalam sistem e-Kearsipan.
Subbagian Persidangan menginput hasil putusan sidang dan data persidangan
ke dalam sistem e-Kearsipan. Bagian Administrasi Umum menginput berkas
pengaduan dan data perkara ke dalam sistem e-Kearsipan. Subbagian Tata
Usaha dan Protokol menginput surat-surat dan dokumen administrasi lainnya
ke dalam sistem e-Kearsipan.
Ketua DKPP dan Kepala Biro Administrasi DKPP dapat melihat dan
mencetak arsip dari e-Kearsipan. Subbagian Monitoring dan Evaluasi
melakukan pengelolaan data yang telah diinput ke dalam sistem e-Kearsipan
agar menjadi arsip-arsip. Setelah semua data telah dikonversi menjadi bentuk
arsip di dalam sistem e-Kearsipan, maka arsip-arsip tersebut dikirimkan ke
249
ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) melalui sistem terintegrasi e-
Kearsipan DKPP dengan sistem kearsipan pada ANRI.
5. Kepegawaian
E-Kepegawaian
Subbag Tata Usaha dan ProtokolData Pegawai
Bagian Keuangan Bawaslu
1. Menerima data pegawai baru
2. Login
3. M
engi
nput
dat
a pe
gaw
ai
4. Mengedit data pegaw
ai5. M
engh
apus
dat
a pe
gaw
ai
6. Melakukan absensi
7. Mendownload laporan absensi
Pegawai
Gambar 4.43 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Kepegawaian
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas kepegawaian melibatkan tiga
stakeholder, yaitu Subbagian Tata Usaha dan Protokol, Pegawai, dan Bagian
Keuangan Bawaslu. Rancangan ini akan mengubah sistem kepegawaian yang
masih manual menjadi sistem terkomputerisasi melalui e-Kepegawaian.
250
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Kepegawaian harus
terlebih dahulu melakukan login. Subbagian Tata Usaha dan Protokol akan
menerima dokumen data pegawai baru DKPP. Kemudian staf Subbagian Tata
Usaha dan Protokol akan menginput data-data tersebut ke dalam e-
Kepegawaian. Subbagian Tata Usaha dan Protokol juga dapat mengelola data
pegawai tersebut agar selalu terupdate.
Pegawai melakukan absensi di dalam sistem e-Kepegawaian. Absensi
tersebut kemudian diolah oleh sistem e-Kepegawaian agar menjadi laporan
absensi. Laporan tersebut dapat didownload oleh Bagian Keuangan Bawaslu
untuk keperluan penggajian pegawai.
6. Keuangan
E-Keuangan
Subbag Tata Usaha & Protokol
Ketua DKPP Kepala Biro Administrasi DKPP
1. Melakukan pencatatan
akuntansi
2. Mengatur periode
pembuatan laporan
keuangan
3a. Melih
at lapora
n
keuangan
3b. Melihat laporan
keuangan
Bagian Keuangan Bawaslu
3c. Melihat laporan
keuangan
Gambar 4.44 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Keuangan
251
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas keuangan melibatkan tiga
stakeholder, yaitu Subbagian Tata Usaha dan Protokol, Ketua DKPP, dan
Kepala Biro Administrasi DKPP. Rancangan ini akan mengubah sistem
keuangan yang masih manual menjadi sistem terkomputerisasi melalui e-
Keuangan.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Keuangan harus
terlebih dahulu melakukan login. Subbagian Tata Usaha dan Protokol
memiliki staf yang khusus menangani masalah keuangan di DKPP. Staf
tersebut akan melakukan pengelolaan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
DKPP. Staf tersebut juga akan melakukan pencatatan akuntansi keuangan,
serta mengatur periode pembuatan laporan keuangan di dalam sistem e-
Keuangan. Sistem e-Keuangan akan menghasilkan output berupa laporan
keuangan. Laporan keuangan tersebut dapat dilihat oleh Ketua DKPP dan
Kepala Biro Administrasi DKPP.
252
7. Inventaris
E-Inventaris
Subbag Rumah Tangga & Perlengkapan Biro Administrasi Bawaslu Bagian Keuangan Biro Administrasi Bawaslu
Bagian Administrasi Pengaduan
Bagian Administrasi Umum Bagian Administrasi Persidangan
1a. Menginput d
ata penggunaan BMN
(Bara
ng Milik
Negara
)
1c. Menginput data penggunaan BMN
(Barang Milik Negara)
1b. M
engi
nput
dat
a pe
nggu
naan
BM
N
(Bar
ang
Milik
Neg
ara)
2. M
enge
lola
dat
a pe
nggu
naan
BM
N
3a. Menerim
a laporan inventaris
3b. M
ener
ima
lapor
an in
vent
aris
Gambar 4.45 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Inventaris
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas inventaris melibatkan lima
stakeholder, yaitu Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan Biro
Administrasi Bawaslu, Bagian Keuangan Biro Administrasi Bawaslu, Bagian
Administrasi Umum, Bagian Administrasi Pengaduan, dan Bagian
Administrasi Persidangan. Rancangan ini akan mengubah sistem inventaris
yang masih manual menjadi sistem terkomputerisasi melalui e-Inventaris.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Inventaris harus
terlebih dahulu melakukan login. Bagian Administrasi Umum. Bagian
Administrasi Pengaduan, dan Bagian Administrasi Persidangan menginput
253
data penggunaan BMN (Barang Milik Negara) yang digunakan di bagian
masing-masing ke dalam sistem e-Inventaris.
Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan Biro Administrasi
Bawaslu mengelola data penggunaan BMN yang telah diinput ke dalam
sistem e-Inventaris agar data penggunaan BMN tersebut akan selalu terupdate
pada setiap periode semesteran atau per tahun. Kemudian, sistem e-Inventaris
akan menghasilkan laporan inventaris per periode yang sudah ditentukan.
Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan Biro Administrasi dapat melihat
laporan inventaris tersebut untuk keperluan pemeriksaan BMN (Barang Milik
Negara) yang digunakan oleh DKPP secara berkala. Bagian Keuangan Biro
Administrasi Bawaslu juga dapat melihat laporan inventaris untuk keperluan
pembuatan neraca keuangan.
8. Procurement
Subbag Tata Usaha dan
ProtokolE-Procurement Penyedia Barang/Jasa
1. Upload pengumuman
pengadaan barang/jasa
2. Membaca pengumuman
3. Mendaftar online4. Menerima list pendaftar calon penyedia
barang/jasa
5. Upload dokumen lelang
6. Download dokumen lelang
7. Upload dokumen penawaran
8. Download dokumen penawaran
9. Upload peringkat evaluasi penawaran
10. Upload pengumuman pemenang lelang
11. Melihat pengumuman pemenang lelang
Gambar 4.46 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Procurement
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas procurement melibatkan dua
stakeholder, yaitu Subbagian Tata Usaha dan Protokol, dan Penyedia
254
Barang/Jasa. Rancangan ini akan mengubah sistem procurement yang masih
manual menjadi sistem terkomputerisasi melalui e-Procurement.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Procurement harus
terlebih dahulu melakukan login. Subbagian Tata Usaha dan Protokol
mengupload pengumuman pengadaan barang/jasa untuk DKPP di e-
Procurement. Kemudian, Penyedia Barang/Jasa membaca pengumuman dan
mendaftarkan diri pada sistem e-Procurement. Subbagian Tata Usaha dan
Protokol dapat melihat list pendaftar penyedia barang/jasa. Kemudian,
Subbagian Tata Usaha dan Protokol mengupload dokumen lelang kebutuhan
DKPP ke dalam sistem e-Procurement.
Penyedia Barang/Jasa mendownload dokumen lelang dari sistem e-
Procurement. Kemudian, Penyedia membuat dokumen penawaran
berdasarkan pada dokumen lelang. Dokumen penawaran tersebut diupload ke
dalam sistem. Subbagian Tata Usaha dan Protokol mendownload dokumen
penawaran dari sistem e-Procurement. Setelah semua dokumen penawaran
didownload, maka Subbagian Tata Usaha dan Protokol akan mengevaluasi
dokumen penawaran tersebut dan memilih penawaran mana yang sesuai
dengan kebutuhan dan anggaran keuangan DKPP.
Setelah sudah mendapatkan penawaran yang terbaik, maka Subbagian
Tata Usaha dan Protokol akan membuat daftar peringkat evaluasi penawaran
dan membuat pengumuman pemenang lelang. Daftar peringkat evaluasi
penawaran dan pengumuman pemenang lelang kemudian diupload ke dalam
255
sistem e-Procurement. Penyedia Barang/Jasa dapat melihat pengumuman
pemenang lelang pada e-Procurement.
9. Monitoring dan Evaluasi
E-Monev
Subbag Monitoring & Evaluasi DKPP
Ketua DKPP
1. Login
2. Me
nginp
ut tar
get tr
iwula
n
kegia
tan un
tuk ke
uang
an,
inven
taris
dan p
rocure
ment
3. Menginput data realisasi
kegiatan
4. Me
nginp
ut ind
ikator
sasa
ran ke
giatan
6. Login
7. Me
merik
sa da
ta rea
lisas
i keg
iatan8. Mencentang data sebagai validasi
Laporan Monitoring & Evaluasi
9. Menghasilkan laporan
5. Menginput data hasil
pemantauan & evaluasi kegiatan
keuangan, inventaris, dan
procurement
Gambar 4.47 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Monitoring &
Evaluasi
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas monitoring dan evaluasi
melibatkan dua stakeholder, yaitu Subbagian Monitoring dan Evaluasi, dan
Ketua DKPP. Rancangan ini akan mengubah sistem monitoring dan evaluasi
yang masih manual menjadi sistem terkomputerisasi melalui e-Monev.
256
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem e-Monev harus terlebih
dahulu melakukan login. Subbagian Monitoring dan Evaluasi menginput
target triwulan kegiatan untuk proses keuangan, inventaris, dan procurement
ke dalam sistem e-Monev. Staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi
melakukan pemantauan terhadap ketiga proses tersebut. Kemudian, staf
tersebut menginput data realisasi kegiatan sebagai hasil dari pemantauan pada
proses keuangan, inventaris, dan procurement ke dalam sistem e-Monev. Staf
Subbagian Monitoring dan Evaluasi menginput indikator penilaian untuk
sasaran kegiatan. Setelah itu, staf tersebut melakukan evaluasi terhadap
proses keuangan, inventaris dan procurement sesuai dengan indikator
penilaian yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi membuat laporan
hasil evaluasi proses keuangan, inventaris, dan procurement. Kemudian,
laporan tersebut diinput ke dalam sistem e-Monev. Ketua DKPP dapat
memeriksa data realisasi kegiatan hasil pemantauan pada proses keuangan,
inventaris, dan procurement dalam sistem e-Monev. Kemudian, Ketua DKPP
juga dapat melakukan validasi hasil evaluasi kegiatan di dalam sistem. Sistem
e-Monev menghasilkan output berupa laporan monitoring dan evaluasi.
10. Publikasi dan Sosialisasi
257
Website DKPP
Subbag Publikasi & Sosialisasi
Media massa
Subbag Persidangan Subbag Risalah & Dokumentasi
1. Menginput d
ata p
ersidangan &
putusa
n sidang
2. M
engi
nput
ber
ita te
rkai
t DK
PP
3. Menginput m
aklumat persidangan
4. M
enge
lola
dat
a un
tuk
dipu
blik
asik
an
Gambar 4.48 Rancangan Arsitektur Bisnis Aktivitas Publikasi &
Sosialisasi
Rancangan arsitektur bisnis aktivitas publikasi dan sosialisasi
melibatkan empat stakeholder, yaitu Subbagian Publikasi dan Sosialisasi,
Subbagian Persidangan, Subbagian Risalah dan Dokumentasi, dan Media
Massa. Rancangan ini akan mengubah sistem publikasi dan sosialisasi yang
masih manual menjadi sistem terkomputerisasi melalui website DKPP.
Semua stakeholder yang terlibat dalam sistem website DKPP harus
terlebih dahulu melakukan login. Subbagian Persidangan menginput data
persidangan dan putusan sidang ke dalam sistem agar data-data tersebut dapat
dipublikasikan kepada masyarakat. Subbagian Risalah dan Maklumat
258
menginput data maklumat persidangan ke dalam sistem agar data-data
tersebut dapat dipublikasikan kepada masyarakat. Media Massa menginput
berita-berita yang terkait dengan DKPP ke dalam sistem agar berita tersebut
dapat dipublikasikan dalam website DKPP melalui integrasi dengan sistem
website DKPP.
Subbagian Publikasi dan Sosialisasi akan mengelola data-data yang
masuk ke dalam sistem website DKPP. Sebelum dipublikasikan, data-data
tersebut harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan dalam proses
publikasi di website DKPP. Data-data yang sekiranya tidak perlu
dipublikasikan tetapi sudah diinput ke dalam website DKPP, maka data
tersebut akan disaring oleh Subbagian Publikasi dan Sosialisasi dan akan
dipilih mana data yang layak untuk dipublikasikan di website DKPP.
4.4.3. Analisis Actor/Role Matrix
Analisis actor/role matrix akan menjelaskan tentang peranan stakeholder
terhadap aktivitas-aktivitas yang ada di DKPP. Peranan tersebut dibagi menjadi
empat, yaitu R (Responsible), A (Accoutable), C (Consulted), I (Informed). Tabel
4.9 berikut ini akan menjelaskan analisis stakeholder dan peranannya.
259
Tabel 4.10 Actor/Role Matrix
RACI
R = Melakukan suatu kegiatan /
pekerjaan
A = Bertanggung jawab dan memiliki
otoritas untuk memutuskan perkara
C = Diperlukan sarannya dan
berkontribusi terhadap kegiatan
I = Perlu tahu hasil dari suatu
keputusan/tindakan Kep
ala
Dew
an
Keh
orm
ata
n P
en
yele
ng
gara
Pem
ilu
(DK
PP
) R
I
Kep
ala
Bir
o A
dm
inis
trasi
DK
PP
Bagian Administrasi Umum
DKPP
Bagian Administrasi
Pengaduan
Bagian Administrasi
Persidangan
Bag
ian
Keu
an
gan
Bir
o A
dm
inis
trasi
Baw
asl
u
Su
bb
ag
ian
Pers
ura
tan
dan
Ars
ip B
iro
Ad
min
istr
asi
Baw
asl
u
Su
bb
ag
ian
R
um
ah
Tan
gg
a d
an
Perl
en
gkap
an
Bir
o
Ad
min
istr
asi
Baw
asl
u
Su
bb
ag
ian
Su
mb
er
Daya M
an
usi
a B
iro
Ad
min
istr
asi
Baw
asl
u
Kep
ala
Bag
ian
Ad
min
istr
asi
Um
um
Kasu
bb
ag
Tata
Usa
ha d
an
Pro
toko
l
Sta
f Su
bb
ag
ian
Tata
Usa
ha d
an
Pro
toko
l
Kasu
bb
ag
Pu
blikasi
dan
So
sialisa
si
Ko
de E
tik
Sta
f Su
bb
ag
ian
Pu
blikasi
dan
So
sialisa
si
Ko
de E
tik
Kasu
bb
ag
Mo
nit
ori
ng
dan
Evalu
asi
Sta
f Su
bb
ag
ian
Mo
nit
ori
ng
dan
Evalu
asi
Kep
ala
Bag
ian
Ad
min
istr
asi
Pen
gad
uan
Kasu
bb
ag
Pen
eri
maan
dan
Reg
istr
asi
Pen
gad
uan
Sta
f Su
bb
ag
ian
Pen
eri
maan
dan
Reg
istr
asi
Pen
gad
uan
Kasu
bb
ag
An
alisi
s d
an
Veri
fikasi
Pen
gad
ian
Wilayah
1 d
an
2
Sta
f Su
bb
ag
ian
An
alisi
s d
an
Veri
fikasi
Pen
gad
ian
Wilayah
1 d
an
2
Kep
ala
Bag
ian
Ad
min
istr
asi
Pers
idan
gan
Kasu
bb
ag
Pem
an
gg
ilan
Sta
f Su
bb
ag
ian
Pem
an
gg
ilan
Kasu
bb
ag
Pers
idan
gan
Sta
f Su
bb
ag
ian
Pers
idan
gan
Kasu
bb
ag
Ris
ala
h d
an
Do
ku
men
Perk
ara
Sta
f Su
bb
ag
ian
Ris
ala
h d
an
Do
ku
men
Perk
ara
Pengaduan
Penerimaan & registrasi pengaduan I I I IA R
Verifikasi Formil (Administrasi) I AC
R
Pengkajian berkas pengaduan I I I AC
R
Rapat Verifikasi Materiil CI I I I AC
R
Pencatatan Gelar Perkara A R
Penetapan Panel Majelis A
C I I A R
Persidangan
Penerimaan berkas pengaduan I A R
Penetapan jadwal sidang A R I
Pemberitahuan jadwal sidang I I I I I I I I I I I R A R I
Pemanggilan pengadu dan teradu I A R
260
Sidang pemeriksaan AC
AI I AI R A R
Rapat pleno keputusan AC
I I A R I I I I I AI I AI R I
Sidang pembacaan keputusan AC
I I I I I I I I I I A R I R
Penyusunan dokumen perkara etik
Pemilu I I R A R
Pembuatan maklumat I A R
Persuratan
Membuat persuratan perkara
pengaduan A A A R I I I I I I I I I
Membuat persuratan nota dinas I A A A R I I I I I I I I I
Membuat persuratan hasil verifikasi
dismiss A A A R I I I I AI I I I I
Membuat persuratan hasil verifikasi
BMS A A A R I I I I AI I I I I
Membuat undangan rapat verifikasi I A A A R I I I I I I I I
Membuat persuratan pemanggilan A A A R I I I I I AI I I
Membuat undangan rapat pleno
keputusan I A A A R I I I I I I AI I
Membuat disposisi penyerahan berkas
pengaduan ke bagian Persidangan A A A R I I I I I AI I I
Membuat disposisi pembuatan jadwal
sidang A A A R I I I I I I AI I
Membuat disposisi pembuatan
maklumat A A AI R I I I I I I I I
Membuat persuratan umum I A A A R I I I I I I I I
Kearsipan
Mengumpulkan berkas dari setiap
bagian R R A R R R R R R
261
Membuat arsip vital dan dinamis A R
Menyerahkan salinan arsip ke
Bawaslu R R
Menyerahkan salinan arsip ke ANRI R
Keuangan
Penyusunan rencana program &
anggaran I I
AC
RA
R I
Penarikan dana I A R R
A
Pengelolaan dana AI AI R I
Pencatatan akuntansi keuangan I AI R I
Pembuatan laporan keuangan AI AI R I
Inventaris
Pencatatan inventaris BMN I AI R AI
Penyusunan laporan pengguna BMN I I I AI R I R I R I I R I R I I R I R I R R R AI R
Pengumpulan laporan pengguna
BMN AI R
Penyusunan laporan pengelola
inventaris I I I AI R
Penyerahan laporan pengguna &
pengelola R I
Kepegawaian
Penyusunan rencana kebutuhan
pegawai AI CI
C
A
R
A R C C
C
A C C
C
A C C C
R
A
Persiapan bahan rekrutmen pegawai CI R R R CI R R CI R R R RI
Pelaksanaan rekrutmen pegawai CI I I I CI I I CI I I I R
A
Pengangkatan pegawai I I CI I I I CI I I CI I I I R
A
Pengelolaan administrasi
kepegawaian I A R
RA
262
Penggajian pegawai AI A R R RA
Monitoring & Evaluasi
Memantau proses keuangan,
inventaris, & pengadaan I I I I
R
A R
Pencatatan hasil pemantauan A R
Persiapan evaluasi RA
R
Pelaksanaan evaluasi I I I I A R
Penyusunan laporan monitoring &
evaluasi I I I I
RA
R
Procurement
Pemilihan sistem pengadaan CI CI R
A
Perencanaan pemilihan penyedia
barang/jasa CI CI R
R
A
Penetapan metode penilaian
kualifikasi C C
RA
Penyusunan jadwal pemilihan
penyedia
RA
Penyusunan dokumen pengadaan I C R I
Pengumuman pemilihan penyedia I I R
Pengumpulan dokumen penawaran R
Pemilihan dokumen penawaran
terbaik CI CI
Penunjukkan penyedia yang terpilih I I R
A
Penandatanganan kontrak I I R
A
Pelaksanaan kontrak
I
I
RA
263
Publikasi & Sosialisasi
Pendokumentasian kegiatan DKPP A R
Pengumpulan data untuk
dipublikasikan & disosialisasikan C R
Publikasi & sosialisasi informasi dari
DKPP A R
Dalam actor/role matrix di atas, ada empat keterangan peranan stakeholder dalam aktivitas-aktivitas DKPP, yaitu R (Responsible), A
(Accoutable), C (Consulted), I (Informed). Berdasarkan matriks yang sudah dibuat, keterangan Responsible merupakan peranan dari
staf-staf DKPP karena mereka yang melakukan suatu pekerjaan secara langsung dalam setiap aktivitas. Keterangan Accountable
merupakan peranan dari kepala bagian dan subbagian karena mereka bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan oleh stafnya
dan mereka juga memiliki otoritas untuk memutuskan suatu perkara dalam setiap aktivitas. Keterangan Consulted merupakan peranan
dari stakeholder pada top level manajemen DKPP karena saran dan kontribusi mereka sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan
dan pengambilan keputusan dalam setiap kegiatan. Keterangan Informed juga merupakan peranan dari stakeholder pada top level
manajemen DKPP karena mereka perlu mengetahui hasil atau laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh bawahannya.
264
4.5. Phase C : Information System Architecture
4.5.1. Application Architecture
Dalam membuat rancangan arsitektur aplikasi untuk DKPP, akan digunakan
tools Use Case Diagram. Use Case Diagram digunakan untuk menggambarkan siapa
saja aktor yang terlibat dalam setiap aplikasi, apa saja yang dapat dilakukan oleh
setiap aplikasi (use case), serta menunjukkan interaksi setiap aktor terhadap use case
yang ada dalam tiap aplikasi. Terdapat sepuluh rancangan arsitektur aplikasi yang
dibutuhkan oleh DKPP, yaitu e-Pengaduan, e-Persidangan, e-Persuratan, e-
Kearsipan, e-Kepegawaian, e-Keuangan, e-Inventaris, e-Procurement, e-Monev, dan
website DKPP. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing rancangan aplikasi
tersebut.
Tabel 4.11 Application Portfolio Catalog
No. Nama Aplikasi Fungsi
1. e-Pengaduan Mengelola formulir pengaduan,
penerimaan berkas pengaduan,
pengecekan kelengkapan berkas, dan
memudahkan pemberitahuan untuk
status.
2. e-Persidangan Mengelola informasi persidangan dan
hasil persidangan, memudahkan
pemberitahuan tentang persidangan,
memudahkan untuk pencarian dan
menampilkan informasi persidangan.
3. e-Persuratan Memudahkan pembuatan surat perkara
dan surat umum, memudahkan
penyampaian surat secara cepat,
mengurangi kebutuhan kertas untuk
persuratan (paperless).
4. e-Kearsipan Mengelola penyimpanan arsip dari
berkas-berkas setiap bagian,
memudahkan pencarian arsip secara
cepat
265
5. e-Kepegawaian Mengelola data administrasi
kepegawaian, memudahkan pencarian
data pegawai.
6. e-Keuangan Memudahkan pencatatan keuangan,
meudahkan pembuatan laporan
keuangan.
7. e-Monev Mengelola hasil pemantauan dan
evaluasi, memudahkan dalam
pembuatan laporan evaluasi,
memudahkan pencarian informasi
tentang hasil evaluasi.
8. e-Inventaris Mengelola pencatatan BMN untuk
setiap bagian, memudahkan pembuatan
laporan inventaris BMN.
9. e-Procurement Mengelola pendataan kebutuhan alat
tulis dan rumah tangga di DKPP,
membantu pencatatan pengeluaran yang
terintegrasi dengan bagian Keuangan.
10. Website DKPP Mengintegrasikan semua aplikasi,
menghubungkan masyarakat dengan
DKPP untuk melakukan pengaduan atau
mencari informasi persidangan,
mempublikasikan semua hasil sidang
dan berita terkait DKPP.
266
E-Pengaduan
E-PersidanganE-Persuratan
E-Kearsipan
Bagian Administrasi
PengaduanSubbagian Tata Usaha
dan Protokol
Bagian Administrasi
Persidangan
Subbagian Monitoring
dan Evaluasi
E-Kepegawaian
Subbagian Tata Usaha
& Protokol
E-Keuangan
Subbagian Tata Usaha
& Protokol
E-Inventaris
Subbagian Tata Usaha
& Protokol
E-Procurement
Subbagian Tata Usaha
& Protokol
E-Monev
Subbagian Monitoring
& Evaluasi
Gambar 4.49 Application and User Location Diagram
Pada gambar 4.49 digambarkan ada sembilan aplikasi dan empat lokasi
user yang menggunakan aplikasi tersebut. Aplikasi-aplikasi tersebuat adalah e-
Pengaduan, e-Persidangan, e-Persuratan, e-Kearsipan, e-Kepegawaian, e-
Keuangan, e-Inventaris, e-Procurement, e-Monev. Lokasi user yang terlibat
adalah Bagian Administrasi Pengaduan, Bagian Administrasi Persidangan,
Subbagian Tata Usaha dan Protokol, Subbagian Monitoring dan Evaluasi.
Aplikasi e-Pengaduan digunakan di Bagian Administrasi Pengaduan. Dan
aplikasi e-Pengaduan akan berintegrasi dengan aplikasi e-Persuratan dan e-
Kearsipan. Aplikasi e-Persidangan digunakan di Bagian Administrasi
Persidangan. Dan aplikasi e-Persidangan akan berintegrasi dengan aplikasi e-
267
Persuratan dan e-Kearsipan. Aplikasi e-Persuratan digunakan di Subbagian
Tata Usaha dan Protokol. Dan aplikasi e-Persuratan akan berintegrasi dengan
aplikasi e-Pengaduan, e-Persidangan dan e-Kearsipan. Aplikasi e-Kearsipan
digunakan di Subbagian Monitoring dan Evaluasi. Dan aplikasi e-Kearsipan
akan berintegrasi dengan aplikasi e-Pengaduan, e-Persidangan dan e-
Persuratan. Aplikasi e-Kepegawaian digunakan di Subbagian Tata Usaha dan
Protokol dan akan berintegrasi dengan aplikasi e-Kearsipan. Aplikasi e-
Keuangan digunakan di Subbagian Tata Usaha dan Protokol dan akan
berintegrasi dengan aplikasi e-Kearsipan dan e-Monev. Aplikasi e-Inventaris
digunakan di Subbagian Tata Usaha dan Protokol dan akan berintegrasi dengan
aplikasi e-Kearsipan dan e-Monev. Aplikasi e-Procurement digunakan di
Subbagian Tata Usaha dan Protokol dan akan berintegrasi dengan aplikasi e-
Kearsipan dan e-Monev. Aplikasi e-Monev digunakan di Subbagian
Monitoring dan Evaluasi dan akan berintegrasi dengan aplikasi e-Kearsipan, e-
Inventaris, e-Procurement, e-Keuangan.
268
1. E-Pengaduan
Gambar 4.50 Arsitektur Aplikasi E-Pengaduan
Arsitektur aplikasi e-Pengaduan memiliki 11 aktor dan 9 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem pengaduan. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Admin, Kepala Bagian Administrasi Pengaduan, Kepala Subbagian
Analisis dan Verifikasi, Kepala Biro DKPP, Ketua DKPP, Pengadu, Staf
Subbagian Analisis dan Verifikasi, Staf Subbagian Penerimaan dan
Registrasi Pengaduan, Staf TU, Tim Verifikasi Materiil, Staf Subbagian
Persidangan.
Manajemen User
Verifikasi Administrasi
Registrasi Pengaduan
Pemberitahuan Verifikasi
Verifikasi Materiil
Lihat Laporan
Admin
Pengadu
Staf Subbag TU
Kasubbag Analisis &
Verifikasi
Staf Subbag Analisis
& Verifikasi
Tim Verifikasi
Materiil
Ketua DKPP
Kepala Biro
DKPP
Kabag Administrasi
Pengaduan
<<extends>>
Berkas Pengaduan
<<extends>>
Staf Subbag Penerimaan &
Registrasi Pengaduan
Login
Tindak Lanjut Verifikasi Materiil
Logout
Staf Subbag
Persidangan
269
Use case yang terlibat dalam sistem e-Pengaduan, yaitu login, logout,
manajemen user, laporan, pemberitahuan verifikasi, registrasi pengaduan,
verifikasi administrasi, verifikasi materiil, tindak lanjut verifikasi materiil.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case registrasi pengaduan
melibatkan aktor Pengadu dan Staf Subbagian Penerimaan dan Registrasi
Pengaduan. Use case verifikasi administrasi hanya melibatkan aktor Staf
Subbagian Penerimaan dan Registrasi Pengaduan. Use case verifikasi
materiil melibatkan aktor Kepala Subbagian Analisis dan Verifikasi, Staf
Subbagian Analisis dan Verifikasi, Tim Verifikasi Materiil. Use case
pemberitahuan verifikasi melibatkan aktor Pengadu dan Staf TU. Use case
Laporan melibatkan aktor Ketua DKPP, Kepala Biro DKPP, Kepala Bagian
Administrasi Pengaduan.
270
2. E-Persidangan
Gambar 4.51 Arsitektur Aplikasi E-Persidangan
Arsitektur aplikasi e-Persidangan memiliki 13 aktor dan 9 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem persidangan. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Pengadu, Teradu, Admin, Kepala Subbagian Persidangan, Staf Subbagian
Persidangan, Kepala Bagian Administrasi Persidangan, Kepala Biro DKPP,
Ketua DKPP, Staf Subbagian Risalah dan Dokumentasi, Kepala Subbagian
Risalah dan Dokumentasi, Staf Subbagian Pemanggilan, Kepala Subbagian
Pemanggilan, Staf Subbagian TU.
Use case yang terlibat dalam sistem e-Persidangan, yaitu login, logout,
manajemen user, tindak lanjut verifikasi materiil, pembuatan jadwal sidang,
Berkas Pengaduan
Manajemen User
Pembuatan Jadwal Sidang
Admin
Staf Subbag
Persidangan
Kasubbag
Pemanggilan
Staf Subbag
Pemanggilan
Staf Subbag Risalah &
Dokumentasi
Logout
Tindak Lanjut Verifikasi Materiil
Pembuatan Risalah &
Dokumentasi Sidang
Lihat Laporan
Pengadu Teradu
Kasubbag
Persidangan
Kasubbag Risalah
& Dokumentasi
Kepala Biro
DKPP
Ketua DKPP
Kabag Administrasi
Persidangan
Pemanggilan
Login
Pemberitahuan Jadwal Sidang
Staf Subbag TU
<<extends>>
<<extends>>
Surat Pemanggilan
<<extends>>
271
pemberitahuan jadwal sidang, pemanggilan, pembuatan risalah dan
dokumentasi sidang, lihat laporan.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case tindak lanjut verifikasi
materiil melibatkan aktor Kepala Subbagian Persidangan dan Staf
Subbagian Persidangan. Use case pembuatan jadwal sidang hanya
melibatkan aktor Staf Subbagian Pemanggilan. Use case pemberitahuan
jadwal sidang melibatkan aktor Pengadu, Teradu, Kepala Subbagian
Persidangan, Staf Subbagian TU, Kepala Bagian Administrasi Persidangan,
Kepala Biro DKPP, Ketua DKPP, Kepala Subbagian Risalan dan
Dokumentasi. Use case pemanggilan melibatkan aktor Pengadu, Teradu,
Kepala Subbagian Pemanggilan, dan Staf Subbagian TU. Use case
pembuatan risalah dan dokumentasi sidang melibatkan aktor Kepala dan
Staf Subbagian Risalah dan Dokumentasi. Use case lihat laporan melibatkan
aktor Kepala Bagian Administrasi Persidangan, Kepala Biro DKPP, dan
Ketua DKPP.
272
3. E-Persuratan
Gambar 4.52 Arsitektur Aplikasi E-Persuratan
Arsitektur aplikasi e-Persuratan memiliki 19 aktor dan 14 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem persuratan. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Admin, Admin TU, Ketua DKPP, Kepala Biro DKPP, Sekjen Bawaslu,
Kaepala Bagian Administrasi Umum, Kepala Subbagian TU, Staf
Subbagian TU, Kepala Bagian Administrasi Pengaduan, Kepala Subbagian
Analisis dan Verifikasi, Staf Subbagian Analisis dan Verifikasi, Kepala
Bagian Administrasi Persidangan, Kepala Subbagian Persidangan, Staf
Manajemen User
Surat MasukSurat Keluar
Tulis Surat
Lihat Nota Dinas
Tulis Nota Dinas
Approve Surat
Manajemen Disposisi
Manajemen Surat
Lihat Surat
Logout
Admin
Sekjen Bawaslu
Kasubbag Analisis &
Verifikasi
Admin TU
Pengadu
Staf Subbag TU
Staf Subbag Publikasi
& Sosialisasi
Staf Subbag Analisis
& Verifikasi
Staf Subbag
Persidangan
Staf Subbag Risalah &
Dokumentasi
Staf Subbag
Pemanggilan
Ketua DKPP
Login
Lihat Disposisi
Tulis Disposisi
Kasubbag TU
Kepala Biro
DKPP
Kasubbag
Pemanggilan
Kabag Administrasi
Umum
Kabag Administrasi
Pengaduan
Kabag Administrasi
Persidangan Kasubbag
Persidangan
Kasubbag Risalah
& Dokumentasi
Approve Disposisi
Kasubbag Publikasi &
Sosialisasi
<<include>>
<<extend>>
<<extends>>
273
Subbagian Persidangan, Kepala Subbagian Pemanggilan, Kepala Subbagian
Risalah dan Dokumentasi, Kepala Subbagian Publikasi dan Sosialisasi, Staf
Subbagian Sosialisasi dan Publikasi, Pengadu.
Use case yang terlibat dalam sistem e-Persuratan, yaitu login, logout,
tulis surat, tulis disposisi, registrasi surat, lihat surat, lihat disposisi, approve
disposisi, approve surat, tulis nota dinas, lihat nota dinas, manajemen user,
manajemen surat, manajemen disposisi.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case tulis surat
dan registrasi surat hanya melibatkan aktor Staf Subbagian TU. Use case
tulis disposisi dan approve disposisi melibatkan aktor yang menjabat
sebagai Kepala Bagian, Kepala Subbagian, Kepala Biro DKPP, dan Ketua
DKPP. Use case lihat surat melibatkan aktor Staf Subbagian TU, Ketua
DKPP, Sekjen Bawaslu, Kepala Subbagian Pemanggilan, Staf Subbagian
Persidangan, Pengadu. Use case lihat disposisi melibatkan semua aktor,
kecuali Admin dan Pengadu. Use case approve surat melibatkan aktor
Kepala Biro DKPP dan Sekjen Bawaslu. Use case tulis nota dinas hanya
melibatkan aktor Kepala Biro DKPP. Use case lihat nota dinas hanya
melibatkan aktor Ketua DKPP. Use case manajemen user hanya melibatkan
aktor Admin. Use case manajemen surat dan manajemen disposisi hanya
melibatkan aktor Admin TU.
274
4. E-Kearsipan
Gambar 4.53 Arsitektur Aplikasi E-Kearsipan
Arsitektur aplikasi e-Kearsipan memiliki 11 aktor dan 8 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem kearsipan. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Staf Subbagian Risalah dan Dokumentasi, Staf Subbagian Pemanggilan,
Staf Subbagian Persidangan, Staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi, Staf
ANRI, Ketua DKPP, Kepala Biro DKPP, Kepala Subbagian Monitoring dan
Evaluasi, Staf Subbagian TU, Staf Bagian Administrasi Pengaduan, dan
Admin.
Use case yang terlibat dalam sistem e-Kearsipan, yaitu login, logout,
manajemen user, input dokumen dan surat, manajemen dokumen dan surat,
konversi arsip, simpan arsip, lihat laporan.
Manajemen User
Manajemen Dokumen & Surat
Konversi Arsip
Simpan Arsip
Input Dokumen & Surat
Staf Subbag Risalah &
Dokumentasi
Staf Subbag
Pemanggilan
Staf Subbag
Persidangan
Admin
Staf Subbag TU
Staf Subbag
Monitoring & Evaluasi
Staf ANRI
Staf Bagian Administrasi
Pengaduan
Logout
Kepala Biro
DKPP
Ketua DKPP
Login
Lihat Laporan
Kasubbag Monitoring
& Evaluasi
<<extends>>
Dokumen & Surat
<<extends>>
275
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case input dokumen dan surat
melibatkan aktor Staf Subbagian Risalah dan Dokumentasi, Staf Subbagian
Pemanggilan, Staf Subbagian Persidangan, Staf Subbagian TU, dan Staf
Bagian Administrasi Pengaduan. Use case manajemen dokumen dan surat
hanya melibatkan aktor Staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi. Use case
konversi arsip hanya melibatkan aktor Staf Subbagian Monitoring dan
Evaluasi. Use case simpan arsip hanya melibatkan aktor Staf Monitoring
dan Evaluasi. Use case lihat laporan melibatkan aktor Ketua DKPP, Kepala
Biro DKPP, dan Kepala Subbagian Monitoring dan Evaluasi.
5. E-Kepegawaian
Gambar 4.54 Arsitektur Aplikasi E-Kepegawaian
Manajemen User
Absensi
Manajemen Data Pegawai
Manajemen Data Absensi
Manajemen Data Penggajian
Admin
Pegawai DKPP
Staf Subbag TU
Staf Bagian
Keuangan Bawaslu
LogoutLogin
Lihat Laporan
Kasubbag TU
<<extends>>
Data Pegawai
Data Absensi
<<extends>>
<<extends>>
276
Arsitektur aplikasi e-Kepegawaian memiliki 5 aktor dan 8 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem kepegawaian. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Pegawai DKPP, Staf Subbagian TU, Staf Bagian Keuangan Bawaslu,
Kepala Subbagian TU, dan Admin.
Use case yang terlibat dalam sistem e-Kepegawaian, yaitu login, logout,
manajemen user, manajemen data pegawai, absensi, manajemen data
absensi, manajemen data penggajian, lihat laporan.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case manajemen data pegawai
hanya melibatkan aktor Staf Subbagian TU. Use case absensi hanya
melibatkan aktor Pegawai DKPP. Use case manajemen data absensi hanya
melibatkan aktor Staf Subbagian TU. Use case manajemen data penggajian
melibatkan aktor Staf Subbagian TU dan Staf Bagian Keuangan Bawaslu.
Use case lihat laporan melibatkan aktor Staf Bagian Keuangan Bawaslu dan
Kepala Subbagian TU.
6. E-Keuangan
277
Gambar 4.55 Arsitektur Aplikasi E-Keuangan
Arsitektur aplikasi e-Keuangan memiliki 5 aktor dan 6 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem keuangan. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Staf Subbagian TU, Ketua DKPP, Kepala Biro DKPP, Staf Bagian
Keuangan Bawaslu, dan Admin.
Use case yang terlibat dalam sistem e-Keuangan, yaitu login, logout,
manajemen user, pencatatan general ledger, atur periode pelaporan, lihat
laporan.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case pencatatan general ledger
hanya melibatkan aktor Staf Subbagian TU. Use case atur periode pelaporan
hanya melibatkan aktor Staf Subbagian TU. Use case lihat laporan
Manajemen User
Lihat Laporan
Staf Bagian
Keuangan Bawaslu
Admin
Ketua DKPP
Kepala Biro
DKPP
Logout
Login
Pencatatan General Ledger
Atur Periode Pelaporan
Staf Subbag TU
<<extends>>
278
melibatkan aktor Ketua DKPP, Kepala Biro DKPP, dan Staf Bagian
Keuangan Bawaslu.
7. E-Inventaris
Gambar 4.56 Arsitektur Aplikasi E-Inventaris
Arsitektur aplikasi e-Inventaris memiliki 7 aktor dan 6 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem inventaris. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Staf Bagian Administrasi Umum, Staf Bagian Administrasi Pengaduan, Staf
Bagian Administrasi Persidangan, Kepala dan Staf Subbagian Rumah
Tangga dan Perlengkapan Bawaslu, Staf Bagian Keuangan Bawaslu,
Admin.
Manajemen User
Input Data Penggunaan BMN
Manajemen Data Penggunaan
BMN
AdminStaf Bagian
Administrasi Umum
Staf Bagian Administrasi
Pengaduan
Staf Bagian Administrasi
Persidangan
Staf Subbag Rumah Tangga
& Perlengkapan Bawaslu
Staf Bagian
Keuangan Bawaslu
Logout
Login
Lihat Laporan
Kasubbag Rumah Tangga &
Perlengkapan Bawaslu
<<extends>>
Data Penggunaan BMN
<<extends>>
279
Use case yang terlibat dalam sistem e-Inventaris, yaitu login, logout,
manajemen user, input data penggunaan BMN, manajemen data
penggunaan BMN, lihat laporan.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case input data penggunaan BMN
melibatkan aktor Staf Bagian Administrasi Umum, Staf Bagian
Administrasi Pengaduan, dan Staf Bagian Administrasi Persidangan. Use
case manajemen data penggunaan BMN hanya melibatkan aktor Staf
Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan Bawaslu. Use case lihat
laporan melibatkan aktor Kepala Subbagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan Bawaslu dan Staf Bagian Keuangan Bawaslu.
8. E-Procurement
280
Gambar 4.57 Arsitektur Aplikasi E-Procurement
Arsitektur aplikasi e-Procurement memiliki 7 aktor dan 9 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem Procurement. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Staf Bagian Administrasi Umum, Staf Bagian Administrasi Pengaduan, Staf
Bagian Administrasi Persidangan, Kepala Subbagian TU, Staf Subbagian
TU, Admin, Penyedia Barang/Jasa.
Use case yang terlibat dalam sistem e-Procurement, yaitu login, logout,
manajemen user, membuat request order, pemberitahuan lelang,
pendaftaran lelang, input dokumen lelang, input dokumen penawaran, lihat
laporan.
Staf Bagian Administrasi
Pengaduan
Staf Bagian
Administrasi Umum
Input Dokumen Lelang
Staf Subbag TU
Membuat Request OrderStaf Bagian Administrasi
Persidangan
Lihat Laporan
Kasubbag TU
Pemberitahuan Lelang
Pendaftaran Lelang
Input Dokumen Penawaran
Penyedia
Barang/Jasa
Manajemen User
AdminLogin
Logout
<<extends>>
Request Order<<include>>
Pengumuman Lelang
<<include>>
Biodata Penyedia
<<extends>>
Dokumen Lelang
<<extends>>
Dokumen Penawaran
<<extends>>
281
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case membuat request order
melibatkan aktor Staf Bagian Administrasi Umum, Staf Bagian
Administrasi Pengaduan, Staf Bagian Administrasi Persidangan. Use case
pemberitahuan lelang melibatkan aktor Staf Subbagian TU dan Penyedia
Barang/Jasa. Use case pendaftaran lelang hanya melibatkan aktor Penyedia
Barang/Jasa. Use case input dokumen lelang hanya melibatkan aktor Staf
Subbagian TU. Use case input dokumen penawaran hanya melibatkan aktor
Penyedia Barang/Jasa. Use case lihat laporan melibatkan aktor Staf Bagian
Administrasi Umum, Staf Bagian Administrasi Pengaduan, Staf Bagian
Administrasi Persidangan, Kepala Subbagian TU.
9. E-Monev
282
Gambar 4.58 Arsitektur Aplikasi E-Monev
Arsitektur aplikasi e-Monev memiliki 4 aktor dan 8 use case yang dapat
dilakukan dalam sistem Monev. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu Kepala dan
Staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi, Ketua DKPP, dan Admin.
Use case yang terlibat dalam sistem e-Monev, yaitu login, logout,
manajemen user, input target triwulan kegiatan, input data realisasi
kegiatan, input indikator sasaran kegiatan, validasi data, lihat laporan.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case input target triwulan kegiatan
hanya melibatkan aktor Staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi. Use case
input data realisasi kegiatan hanya melibatkan aktor Staf Subbagian
Manajemen User
Input Target Triwulan Kegiatan
Input Data Realisasi Kegiatan
Input Indikator Sasaran Kegiatan
Admin
Staf Subbag
Monitoring & Evaluasi
Logout
Kasubbag Monitoring
& Evaluasi
Login
Lihat Laporan
Validasi Data
Ketua DKPP
<<extends>>
Target Triwulan Kegiatan
<<extends>>
Data Realisasi Kegiatan
<<extends>>
Indikator Sasaran Kegiatan
<<extends>>
283
Monitoring dan Evaluasi. Use case input indikator sasaran kegiatan hanya
melibatkan aktor Staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi. Use case
validasi data hanya melibatkan aktor Ketua DKPP. Use case lihat laporan
melibatkan aktor Kepala Subbagian Monitoring dan Evaluasi dan Ketua
DKPP.
10. Website DKPP
Gambar 4.59 Arsitektur Aplikasi Website DKPP
Arsitektur aplikasi website DKPP memiliki 5 aktor dan 8 use case yang
dapat dilakukan dalam sistem publikasi. Aktor-aktor yang terlibat, yaitu
Staf Subbagian Persidangan, Staf Subbagian Risalah dan Dokumentasi, Staf
Subbagian Publikasi dan Sosialisasi, Media Massa, Admin.
Manajemen User
Input Data Persidangan
Input Putusan Sidang
Input Maklumat Sidang
Manajemen Konten Website
DKPP
Admin
Staf Subbag
Persidangan
Staf Subbag Risalah &
Dokumentasi
Staf Subbag Publikasi
& Sosialisasi
Logout
Login
Input Berita DKPP
Media Massa
Data Persidangan
Putusan Sidang
Maklumat Sidang
Berita DKPP
<<extends>>
<<extends>>
<<extends>>
<<extends>>
<<extends>>
284
Use case yang terlibat dalam sistem website DKPP, yaitu login, logout,
manajemen user, input data persidangan, input putusan sidang, input
maklumat sidang, input berita DKPP, manajemen konten website DKPP.
Use case login dan logout melibatkan semua aktor. Use case manajemen
user hanya melibatkan aktor Admin. Use case input data persidangan hanya
melibatkan aktor Staf Subbagian Persidangan. Use case input putusan
sidang hanya melibatkan aktor Staf Subbagian Persidangan. Use case input
maklumat sidang hanya melibatkan aktor Staf Subbagian Risalah dan
Dokumentasi. Use case input berita DKPP hanya melibatkan aktor Media
Massa. Use case manajemen konten website DKPP hanya melibatkan aktor
Staf Subbagian Publikasi dan Sosialisasi.
4.5.2. Data Architecture
Dalam membuat rancangan arsitektur data untuk DKPP, akan digunakan tools
Class Diagram. Class Diagram digunakan untuk menggambarkan model konseptual
data yang berupa entitas, atribut, dan relasi. Class diagram juga berguna untuk
menunjukkan hubungan antar kelas dalam suatu sistem. Terdapat sepuluh rancangan
arsitektur data yang dibutuhkan oleh DKPP, yaitu e-Pengaduan, e-Persidangan, e-
Persuratan, e-Kearsipan, e-Kepegawaian, e-Keuangan, e-Inventaris, e-Procurement,
e-Monev, dan website DKPP. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing
rancangan aplikasi tersebut.
1. Pengaduan
285
Gambar 4.60 Arsitektur Data E-Pengaduan
Arsitektur data e-Pengaduan memiliki 13 kelas, yaitu, Bagian,
Subbagian, Level, Jabatan, Pegawai, User, Panel_Majelis, Saksi,
Pengaduan, Pencatatan_Perkara, Pengadu, Teradu, Form_Pengaduan.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
286
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Panel_Majelis, kelas Saksi, kelas
Pengaduan, kelas Pencatatan_Perkara, kelas Pengadu, dan kelas Teradu.
Kelas User memiliki multiplicity 1 1..* (satu ke antara satu sampai
banyak) terhadap kelas Form_Pengaduan. Kelas Teradu memiliki
multiplicity 1 1..* (satu ke antara satu ke banyak) terhadap kelas
Pencatatan_Perkara. Kelas Pengadu memiliki multiplicity 1 1..* (satu ke
antara satu sampai banyak)terhadap kelas Pencatatan_Perkara. Kelas
Pengaduan memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Pencatatan_Perkara.
2. Persidangan
Gambar 4.61 Arsitektur Data E-Persidangan
287
Arsitektur data e-Persidangan memiliki 11 kelas, yaitu Bagian,
Subbagian, Level, Jabatan, Pegawai, User, Jadwal_Sidang,
Pencatatan_Perkara, Resume_Sidang, Risalah, Maklumat.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Jadwal_Sidang, kelas
Pencatatan_Perkara, kelas Resume_Sidang, kelas Risalah, dan kelas
Maklumat. Kelas Pencatatan_Perkara memiliki multiplicity 1 1 (satu ke
satu) terhadap kelas Jadwal_Sidang, kelas Resume_Sidang, kelas Risalah,
dan kelas Maklumat.
288
3. Persuratan
Gambar 4.62 Arsitektur Data E-Persuratan
Arsitektur data e-Persuratan memiliki 17 kelas, yaitu Bagian, Subbagian,
Level, Jabatan, Pegawai, User, Nota Dinas, Disposisi_Perkara, Disposisi,
Disposisi_Pengaduan, Sifat, Surat_Pengaduan, Surat_Balasan,
Surat_Undangan, Surat_Pemberitahuan, Jenis.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
289
1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Disposisi, kelas Surat, dan kelas
Nota_Dinas. Kelas Disposisi_Perkara memiliki multiplicity 1 1 (satu ke
satu) terhadap kelas Disposisi. Kelas Disposisi_Pengaduan memiliki
multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas Disposisi. Kelas Sifat
memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas Disposisi. Kelas
Sifat memiliki multiplicity 1 1..* (satu ke antara satu sampai banyak)
terhadap kelas Surat. Kelas Surat memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu)
terhadap kelas Surat_Pengaduan, kelas Surat_Balasan, kelas
Surat_Undangan, kelas Surat_Pemberitahuan. Kelas Jenis memiliki
multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Surat. Kelas
Surat_Pengaduan memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Disposisi_Pengaduan.
290
4. Kearsipan
Gambar 4.63 Arsitektur Data E-Kearsipan
Arsitektur data e-Kearsipan memiliki 14 kelas, yaitu Bagian, Subbagian,
Level, Jabatan, Pegawai, User, Arsip, Klasifikasi_Dokumen, Dokumen,
Surat_Masuk, Klasifikasi_Surat, Konversi_Arsip_Surat, Surat_Keluar,
Konversi_Arsip_Dokumen.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
291
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
1 1..* (satu ke antara satu sampai banyak) terhadap kelas Dokumen.
Kelas Dokumen memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Konversi_Arsip_Dokumen. Kelas Klasifikasi_Dokumen memiliki
multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Dokumen. Kelas User
memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Surat_masuk,
kelas Surat_Keluar, kelas Arsip. Kelas Klasifikasi _Surat memiliki
multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Surat_Masuk dan kelas
Surat_Keluar. Kelas Surat_Masuk dan kelas Surat_Keluar memiliki
multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas Konversi_Arsip_Surat.
Kelas Konversi_Arsip_Surat dan kelas Konversi_Arsip_Dokumen
memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas Arsip.
292
5. Kepegawaian
Gambar 4.64 Arsitektur Data E-Kepegawaian
Arsitektur data e-Kepegawaian memiliki 12 kelas, yaitu Bagian,
Subbagian, Level, Jabatan, Golongan, User, Data_Lengkap_Pegawai,
Golongan, Gaji_Pokok, Tunjangan, Gaji_Total, Absensi.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
293
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User, kelas Bagian, kelas
Subbagian, kelas Golongan memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Data_Lengkap_Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas Data_Lengkap_Pegawai, kelas
Tunjangan, kelas Gaji_Pokok. Kelas Gaji_Pokok memiliki multiplicity 1
1 (satu ke satu) terhadap kelas Gaji_Total. Kelas Tunjangan memiliki
multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas Gaji_Total. Kelas Gaji_Total
memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Data_Lengkap_Pegawai. Kelas Absensi memiliki multiplicity 1 1 (satu
ke satu) terhadap kelas Gaji_Total dan kelas Data_Lengkap_Pegawai.
6. Keuangan
Gambar 4.65 Arsitektur Data E-Keuangan
294
Arsitektur data e-Keuangan memiliki 12 kelas, yaitu Bagian, Subbagian,
Level, Jabatan, Pegawai, User, General_Ledger, Periode, Pendapatan,
Pengeluaran, Klasifikasi_Pendapatan, Klasifikasi_Pengeluaran.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Periode. Kelas User memiliki
multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas General_Ledger. Kelas
Periode, kelas Pendapatan, kelas Pengeluaran memiliki memiiliki
multiplicity 1..* 1 (antara satu sampai banyak ke satu) terhadap kelas
General_Ledger. Kelas Klasifikasi_Pendapatan memiliki multiplicity 1 *
(satu ke banyak) terhadap kelas Pendapatan. Kelas Klasifikasi_Pengeluaran
memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Pengeluaran.
7. Inventaris
295
Gambar 4.66 Arsitektur Data E-Inventaris
Arsitektur data e-Inventaris memiliki 12 kelas, yaitu, Bagian, Subbagian,
Level, Jabatan, Pegawai, User, Registrasi_BMN, Tanah, Bangunan,
Aset_Tak_Berwujud, Kendaraan, Peralatan.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
1 1..* (satu ke antara satu sampai banyak) terhadap kelas
Registrasi_BMN. Kelas Peralatan, kelas Kendaraan, kelas Bangunan, kelas
296
Tanah, kelas Aset_Tak_Berwujud memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu)
terhadap kelas Registrasi_BMN.
8. Procurement
Gambar 4.67 Arsitektur Data E-Procurement
Arsitektur data e-Procurement memiliki 11 kelas, yaitu Bagian,
Subbagian, Level, Jabatan, Pegawai, User, Kebutuhan Lelang,
Penawaran_Barang, Penyedia, Penawaran_Jasa.
297
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
1 1..* (satu ke antara satu sampai banyak) terhadap kelas Kebutuhan.
Kelas User memiliki multiplicity * 1 (banyak ke satu) terhadap kelas
Lelang. Kelas Kebutuhan memiliki multiplicity 1..* 1 (antara satu sampai
banyak ke satu) terhadap kelas Lelang. Kelas Penawaran_Barang, kelas
Penawaran_Jasa, kelas Penyedia memiliki multiplicity * 1 (banyak ke
satu) terhadap kelas Lelang. Kelas Penyedia memiliki multiplicity 1 1..*
(satu ke antara satu ke banyak) terhadap kelas Penawaran_Barang dan kelas
Penawaran_Jasa.
298
9. Monitoring dan Evaluasi
Gambar 4.68 Arsitektur Data E-Monev
Arsitektur data e-Monev memiliki 13 kelas, yaitu Bagian, Subbagian,
Jabatan, Level, Golongan, Pegawai, User, Data_Pimpinan,
Validasi_Penilaian, Realisasi_Kegiatan, Target_Triwulan_Kegiatan,
Indikator_Sasaran_Kegiatan, Program_Kerja.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
299
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User. Kelas User memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas Data_Pimpinan. Kelas Jabatan dan kelas
Golongan memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Data_Pimpinan. Kelas Data_Pimpinan memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Validasi_Penilaian. Kelas User memiliki
multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Realisasi_Kegiatan, kelas
Target_Triwulan_Kegiatan, kelas Indikator_Sasaran_Kegiatan. Kelas
Program_Kerja memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Indikator_Sasaran_Kegiatan. Kelas Program_Kerja memiliki multiplicity *
1 (banyak ke satu) terhadap kelas Target_Triwulan_Kegiatan dan kelas
Realisasi_Kegiatan.
10. Publikasi dan Sosialisasi
Gambar 4.69 Arsitektur Data Website DKPP
300
Arsitektur data e-Publikasi memiliki 15 kelas, yaitu Bagian, Subbagian,
Level, Jabatan, Pegawai, User_Sistem, Media_Massa, Berita,
Kategori_Berita, Konversi_Berita, Publikasi_Persidangan,
Konversi_Publikasi_Persidangan, Publikasi_Maklumat,
Konversi_Publikasi_Maklumat, Manajemen_Konten_Web.
Kelas Bagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas
Subbagian. Kelas Subbagian memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak)
terhadap kelas Pegawai. Kelas Level memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Pegawai. Kelas Jabatan memiliki multiplicity 1 1
(satu ke satu) terhadap kelas Pegawai. Kelas Pegawai memiliki multiplicity
1 1 (satu ke satu) terhadap kelas User_Sistem. Kelas Level memiliki
multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Media_Massa. Kelas
Media_Massa memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
User_Sistem. Kelas User_Sistem memiliki multiplicity 1 * (satu ke
banyak) terhadap kelas Berita, kelas Publikasi_Persidangan, kelas
Publikasi_Maklumat. Kelas User_Sistem memiliki multiplicity 1 1 (satu
ke satu) terhadap kelas Manajemen_Konten_Web. Kelas Kategori_Berita
memiliki multiplicity 1 * (satu ke banyak) terhadap kelas Berita. Kelas
Berita memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Konversi_Berita. Kelas Konversi_Berita, kelas
Konversi_Publikasi_Persidangan, kelas Konversi_Publikasi_Maklumat
memiliki multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Manajemen_Konten_Web. Kelas Publikasi_Persidangan memiliki
301
multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Konversi_Publikasi_Persidangan. Kelas Publikasi_Maklumat memiliki
multiplicity 1 1 (satu ke satu) terhadap kelas
Konversi_Publikasi_Maklumat.
4.6. Phase D : Technology Architecture
Arsitektur teknologi menggambarkan dan menjelaskan infrastruktur jaringan
serta hardware dan software yang terlibat di dalam jaringan tersebut untuk
mendukung pelayanan, arus data dan informasi, serta jalannya aplikasi yang
menunjang kegiatan di DKPP. Dalam arsitektur teknologi akan dijelaskan
infrastruktur jaringan awal dan usulan untuk DKPP, platform teknologi yang
digunakan dalam infrastruktur jaringan, serta konfigurasi hardware dan software
yang diperlukan dalam infrastruktur jaringan.
4.6.1. Infrastruktur Jaringan
a. Jaringan Awal
Pada gambar 4.70 merupakan arsitektur jaringan saat ini di DKPP yang
hanya mengandalkan router agar terhubung dengan internet. Router tersebut
berfungsi sebagai gateway untuk akses internet di DKPP saat ini. Router
menghubungkan internet ke lantai 4 melalui 1 switch, sedangkan
menghubungkan internet ke lantai 5 melalui 3 wireless.
Switch yang digunakan di lantai 4 menghubungkan Ruang Tenaga Ahli
dan Ruang Humas. Penggunaan printer masih menggunakan kabel
302
penghubung di setiap ruangan dan belum bisa sharing pemakaian printer.
Terdapat 3 wireless di lantai 5 yang menghubungkan gedung bagian kiri,
bagian tengah, dan bagian kanan. Wireless untuk gedung bagian kiri
menghubungkan Ruang Bagian Persidangan, Ruang Bagian Pengaduan,
Ruang Kabag Pengaduan, Ruang Kabiro, dan Ruang Keuangan. Wireless
untuk gedung bagian tengah menghubungkan Ruang Kabag Umum dan
Ruang Staf TU. Wireless untuk gedung bagian kanan menghubungkan
Ruang Sespri Ketua, Ruang Ketua, Ruang Anggota 1, Ruang Anggota 2,
Ruang Anggota 3, dan Ruang Anggota 4. Penggunaan printer masih
menggunakan kabel penghubung di setiap ruangan dan belum bisa sharing
pemakaian printer.
ISP
(Internet Service Provider)
Router
Switch
Ruang Tenaga Ahli
Ruang Humas
Ruang Kabag PengaduanRuang Bagian Pengaduan
Ruang Anggota 2
Ruang Keuangan
Ruang Kabiro
Ruang Bagian Persidangan
Ruang Sespri Ketua
LANTAI 4
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN KIRI
Ruang Anggota 1Ruang Ketua
Ruang Kabag Umum
Ruang Anggota 3
Ruang Staf TU
Ruang Anggota 4
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN KANAN
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN TENGAH
Firewall
Gambar 4.70 Arsitektur Jaringan Awal di DKPP
303
b. Jaringan Usulan
Sebelum mengusulkan infrastruktur jaringan yang baru, terlebih dahulu
dilakukan pendataan kebutuhan komputer, laptop, dan printer untuk
jaringan yang baru. Berikut ini adalah rekapitulasi kebutuhan TIK DKPP.
Tabel 4.12 Rekapitulasi Kebutuhan TIK DKPP
No. Bagian dan Subbagian Jumlah
Kebutuhan
1. Bagian Administrasi Umum
Komputer 1
Printer 1
2. Bagian Administrasi Pengaduan
Komputer 1
Printer 1
3. Bagian Administrasi Persidangan
Komputer 1
Printer 1
4. Tenaga Ahli
Komputer 3
Printer 3
5.
Subbagian Penerimaan & Registrasi
Pengaduan
Komputer 4
Laptop 2
Printer 2
6.
Subbagian Verifikasi & Analisis
Wilayah 1
Komputer 5
Laptop 1
Printer 5
7.
Subbagian Verifikasi & Analisis
Wilayah 2
Komputer 5
Printer 2
304
8. Subbagian Pemanggilan
Komputer 3
Laptop 3
Printer 5
9. Subbagian Persidangan
Komputer 8
Laptop 11
Printer 9
10. Subbagian Risalah & Dokumentasi
Laptop 4
Printer 2
11. Subbagian Tata Usaha & Protokol
Komputer 5
Printer 3
12. Subbagian Publikasi & Sosialisasi
Komputer 6
Printer 4
13. Subbagian Monitoring & Evaluasi
Komputer 3
Printer 2
Total Jumlah Komputer 45
Total Jumlah Laptop 21
Total Jumlah Printer 40
Karena DKPP akan membuat SIMDKPPT (Sistem Informasi
Manajemen DKPP Terpadu), maka infrastruktur jaringan adalah salah satu
hal penting yang harus dikembangkan agar dapat menunjang SIMDKPPT
tersebut. Untuk jaringan usulan, DKPP memerlukan Internet Data Center
(IDC) dan local server yang berisi router dan server.
Untuk menghubungkan IDC dan local server akan digunakan jaringan
internet. Local server akan mengatur sharing penggunaan printer dan
scanner untuk semua ruangan di DKPP. Terdapat 4 area jaringan dalam
sistem usulan, yaitu area lantai 4, area lantai 5 bagian kiri, area lantai 5
305
bagian tengah, dan area lantai 5 bagian tengah. Semua area terhubung
dengan local server melalui switch dan wireless. Jadi, terdapat dua pilihan
agar komputer dapat terkoneksi dengan internet, yaitu melalui kabel LAN
atau hotspot.
ISP
(Internet Service Provider)
IDC (Internet Data
Center) Web Server
DKPP
Server
Local Server DKPP
Printer Scanner
Switch
Ruang Tenaga Ahli
Ruang Humas
LANTAI 4
Wireless
Ruang Kabag Pengaduan
Ruang Bagian Pengaduan
Ruang Keuangan
Ruang Kabiro
Ruang Bagian Persidangan
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN KIRI
Switch
Ruang Kabag Umum
Ruang Staf TU
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN TENGAH
Switch
Switch
Ruang Anggota 2
Ruang Sespri Ketua Ruang Anggota 1Ruang Ketua
Ruang Anggota 3Ruang Anggota 4
Wireless
LANTAI 5 BAGIAN KANAN
Firewall
Router
Gambar 4.71 (a) Arsitektur Jaringan Usulan Keseluruhan di DKPP
306
KOMP. UMUM PRINTER
SERVER
TECH. SUPPORT
WEB ADMIN
WEB ADMIN
TENAGA AHLI
KASUBBAG. PUBLIKASI
PRINTER
SCANNER
Komputer untuk publik
Berdiri sendiri (stand alone)
KONTRIBUTOR KONTRIBUTORDOKUMENTASI LIPUTAN JURNALISKONTRIBUTOR
SWITCH/WIRELESS
Gambar 4.71 (b) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Publikasi &
Sosialisasi di DKPP
SERVER
PROTOKOL
TATA USAHA
TATA USAHA
KASUBBAG. TATAUSAHA
& PROTOKOL
PRINTER
SCANNER SWITCH/WIRELESS
Gambar 4.71 (c) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Tata Usaha &
Protokol di DKPP
307
SERVER
KASUBBAG. PENERIMAAN
& REGISTRASI PENGADUAN
PRINTER
SCANNER SWITCH/WIRELESS
Gambar 4.71 (d) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Penerimaan &
Registrasi Pengaduan di DKPP
SERVER
KASUBBAG. MONITORING
DAN EVALUASI
PRINTER
SCANNER SWITCH/WIRELESS
Gambar 4.71 (e) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Monitoring &
Evaluasi di DKPP
308
SERVER
KASUBBAG. ANALISIS
& VERIFIKASI WIL. I/II
PRINTER
SCANNER SWITCH/WIRELESS
Gambar 4.71 (f) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Analisis &
Verifikasi Wilayah 1/2 di DKPP
SERVER
KASUBBAG.
PEMANGGILAN
PRINTER
SCANNER SWITCH/WIRELESS
Gambar 4.71 (g) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Pemanggilan di
DKPP
309
SERVER
KASUBBAG.
PERSIDANGAN
PRINTER
SCANNER SWITCH/WIRELESS
Gambar 4.71 (h) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Persidangan di
DKPP
SERVER
KASUBBAG. RISALAH
& DOKUMEN PERKARA
PRINTER
SCANNER SWITCH/WIRELESS
Gambar 4.71 (i) Arsitektur Jaringan Usulan Subbagian Risalah &
Dokumen Perkara di DKPP
310
4.6.2. Platform Teknologi
Pada gambar 4.72, platform teknologi menggambarkan bahwa keseluruhan
sistem yang diusulkan sudah berbasis web. Pada level client interface, user eksternal
dapat mengakses aplikasi yang berada di website DKPP melalui web browser dan
internet. User internal dapat mengakses keseluruhan sistem aplikasi di website DKPP
melalui internet atau jaringan lokal (LAN). Apache web server digunakan untuk
mendukung berjalannya aplikasi berbasis web. Aplikasi berbasis web dibangun
menggunakan bahasa pemrograman PHP (Hypertext Preprocessor). Bahasa
pemrograman ini akan mengambil data dari data storage.
Aplikasi e-Pengaduan akan mengambil data dari data storage Pengaduan,
aplikasi e-Persidangan akan mengambil data dari data storage Persidangan, aplikasi
e-Persuratan akan mengambil data dari data storage Persuratan, aplikasi e-Kearsipan
akan mengambil data dari data storage Kearsipan, aplikasi e-Kepegawaian akan
mengambil data dari data storage Kepegawaian, aplikasi e-Keuangan akan
mengambil data dari data storage Keuangan, aplikasi e-Inventaris akan mengambil
data dari data storage Inventaris, aplikasi e-Procurement akan mengambil data dari
data storage Procurement, dan aplikasi e-Monev akan mengambil data dari data
storage Monev.
311
PLATFORM TECHNOLOGY
Pre
se
nta
tio
nN
etw
ork
Ap
plic
atio
nD
ata
ba
se
Clie
nt In
terf
ace
Pengaduan ProcurementInventarisMonev KeuanganKepegawaianKearsipan PersuratanPersidangan
Web Server &
PHP
Web Server &
PHPWeb Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Web Server &
PHP
Internet & LAN Internet & LAN Internet & LAN Internet & LAN Internet & LANInternet & LANInternet & LAN LANLAN
Web Browser Web BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb BrowserWeb Browser
Aplikasi e-
Pengaduan
Aplikasi e-
Persidangan
Aplikasi e-
Kearsipan
Aplikasi e-
KepegawaianAplikasi e-Monev
Aplikasi e-
Inventaris
Aplikasi e-
Procurement
Aplikasi e-
Persuratan
Aplikasi e-
Keuangan
Website DKPP
DB Platform DB PlatformDB PlatformDB PlatformDB PlatformDB PlatformDB PlatformDB Platform DB Platform
Gambar 4.72 Platform Teknologi
4.6.3. Konfigurasi Software dan Hardware
Pada bagian ini akan diusulkan konfigurasi kebutuhan software dan hardware
yang akan digunakan pada infrastruktur jaringan usulan untuk DKPP. Konfigurasi
Hardware Server berada pada tabel 4.12, konfigurasi Hardware Switch berada pada
tabel 4.13, konfigurasi Hardware Print Server berada pada tabel 4.14 dan konfigurasi
Software Server berada pada tabel 4.15 seperti di bawah ini.
312
Tabel 4.13 Konfigurasi Hardware Server
Tabel 4.14 Konfigurasi Hardware Switch
Hardware Spesifikasi
Server HP ProLiant ML350pG8-676
Processor Intel Xeon E5-2620
Memory 2x 4 GB RDIMM DDR3-1333
Networking
1 Gb Ethernet 4-port 331i
Adapter
Input Device Mouse, Keyboard
Output Device Monitor LED
Hardware Spesifikasi
Switch HP V1910-24G-PoE 170W
Ports
24x Gigabit 10/100/1000 Mbps PoE Ports
1x Serial Console Port
4x SFP Ports
Media Interfaces RJ45
Manageable
IMC – Intelligent Management Center, limited
command line interface, Web browser, SNMP
Manager, IEEE 802.3 Ethernet MIB
Switching
Features
Latency : 100 Mb Latency : < 5 µs ; 1000 Mb Latency : < 5 µs
Throughput : 41.7 million pps
Routing.switching capacity : 56 Gbps
Routing table size : 32 entries
313
Tabel 4.15 Konfigurasi Hardware Print Server
Tabel 4.16 Konfigurasi Software Server
Software Spesifikasi
Operating System Windows Server 2012
Web Server Apache v.2.4.10
DBMS MySQL
Coding PHP
Web Browser
Mozilla Firefox & Google
Chrome
Word Processing Microsoft Word 2013
Spreadsheet Microsoft Excel 2013
Graphic Presentation Microsoft PowerPoint 2013
Hardware Spesifikasi
Print Server D-LINK DPR-1061
Standards Protocol IEEE 802.3
Interface
2 USB 2.0 ports
1 parallel printer port
1 10/100 BASE-TX
Ethernet LAN port
Device
Management
Through Internet Explorer v6 or later, or other Java-
enabled browsers
DHCP server and client
Print Server Administration program
running under Windows
314
Dari perancangan arsitektur teknologi yang telah dibuat, dapat diidentifikasi
teknologi hardware, software, dan jaringan yang digunakan melalui technology
portfolio catalog seperti pada tabel 4.16 berikut ini:
315
Tabel 4.17 Technology Portfolio Catalog
Aplikasi
E-
Pengaduan
E-
Persidangan
E-
Persuratan
E-
Kearsipan
E-
Kepegawaian
E-
Keuangan
E-
Inventaris
E-
Procurement E-Monev
Domain
Presentation Mozilla
Firefox
Mozilla
Firefox
Mozilla
Firefox
Mozilla
Firefox
Mozilla
Firefox
Mozilla
Firefox
Mozilla
Firefox
Mozilla
Firefox
Mozilla
Firefox
DBMS MySQL MySQL MySQL MySQL MySQL MySQL MySQL MySQL MySQL
Web Platform Windows
Server 2012
Windows
Server 2012
Windows
Server 2012
Windows
Server 2012
Windows
Server 2012
Windows
Server 2012
Windows
Server 2012
Windows
Server 2012
Windows
Server 2012
Application
Platform
Apache &
PHP
Apache &
PHP
Apache &
PHP
Apache &
PHP
Apache &
PHP
Apache &
PHP
Apache &
PHP
Apache &
PHP
Apache &
PHP
Database
Platform
Microsoft
SQL Server
2014
Microsoft
SQL Server
2014
Microsoft
SQL Server
2014
Microsoft
SQL Server
2014
Microsoft
SQL Server
2014
Microsoft
SQL Server
2014
Microsoft
SQL Server
2014
Microsoft
SQL Server
2014
Microsoft
SQL Server
2014
LAN Ethernet Ethernet Ethernet Ethernet Ethernet Ethernet Ethernet Ethernet Ethernet
WAN Internet Internet Internet Internet Internet Internet Internet Internet Internet
WAN Security Firewall Firewall Firewall Firewall Firewall Firewall Firewall Firewall Firewall
316
4.7. Phase E : Opportunities and Solution
Pada fase sebelumnya telah dianalisis kondisi sistem saat ini di DKPP lalu
dibuat rancangan arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, dan arsitektur
teknologi usulan untuk DKPP. Selanjutnya, pada fase peluang dan solusi ini akan
dilakukan analisis gap kondisi sistem saat ini di DKPP terhadap arsitektur bisnis,
arsitektur sistem informasi, dan arsitektur teknologi usulan yang telah dibuat.
Selain akan melakukan analisis gap, pada fase peluang dan solusi ini juga akan
dibuat penghitungan ROI (Return on Investment) yang berguna untuk mengukur
pengembalian biaya investasi TIK yang selama ini telah dilakukan DKPP dalam
memenuhi kebutuhan TIK untuk mendukung aktivitas.
4.7.1. Analisis Gap
Analisis gap berguna untuk menjelaskan komponen-komponen apa saja yang
harus dipertahankan (retain) atau dihilangkan (remove) dari sistem yang sedang
berjalan di DKPP dan untuk menjelaskan komponen-komponen apa saja yang harus
diganti (replace) atau ditambahkan (add) dengan komponen baru dari arsitektur
usulan. Analisis gap dibuat dalam bentuk matriks, dengan ketentuan sebagai berikut
ini :
1. Komponen sistem yang sedang berjalan (existing) ditempatkan pada kolom
pertama paling kiri dari matriks. Komponen arsitektur usulan (future)
ditempatkan pada baris pertama paling atas dari matriks.
2. Tambahkan keterangan “new” (komponen baru) pada baris paling terakhir dan
ditempatkan pada kolom komponen sistem yang sedang berjalan (existing).
317
Tambahkan keterangan “eliminated” (komponen yang akan dihapus) pada
kolom paling kanan dan ditempatkan pada baris komponen arsitektur usulan
(future).
3. Jika komponen sistem yang sedang berjalan (existing) masih ada dalam
komponen arsitektur usulan (future), maka tandai sel yang saling berpotongan
tersebut dengan keterangan “retain” (komponen lama masih dipertahankan
dan digunakan). Jika komponen sistem yang sedang berjalan (existing)
mengalami pengembangan versi pada komponen arsitektur usulan (future)
maka tandai sel yang saling berpotongan dengan keterangan “replace”
(komponen yang lama dikembangkan sehingga mempunyai versi baru).
4. Jika komponen sistem yang sedang berjalan (existing) tidak digunakan lagi
pada komponen arsitektur usulan (future), maka tandai dengan keterangan
“remove” pada kolom “eliminated”. Jika komponen arsitektur usulan (future)
tidak terdapat dalam komponen sistem yang sedang berjalan (existing), maka
tandai dengan keterangan “add” pada baris “new”. Semua komponen yang
diberi keterangan “add” merupakan gap yang harus dipenuhi.
Berikut ini adalah analisis gap dari empat arsitektur usulan, yaitu :
1. Analisis Gap Arsitektur Bisnis
a. Pengaduan
318
Tabel 4.18 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Pengaduan
FUTURE
Logi
n
Pen
erim
aan
& r
egis
tras
i
pen
gad
uan
pad
a si
stem
kom
pu
ter
Ver
ifik
asi f
orm
il
(ad
min
istr
asi)
pad
a
sist
em k
om
pu
ter
Pen
gkaj
ian
ber
kas
pen
gad
uan
Rap
at v
erif
ikas
i mat
eriil
Pen
cata
tan
gel
ar p
erka
ra
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Pen
etap
an p
anel
maj
elis
p
ada
sist
em k
om
pu
ter
ELIM
INA
TED
EXISTING
Penerimaan & registrasi pengaduan sistem manual
replace
Verifikasi formil (administrasi) sistem manual
replace
Pengkajian berkas pengaduan retain
Rapat verifikasi materiil retain
Pencatatan gelar perkara sistem manual
replace
Penetapan panel majelis sistem manual
replace
NEW add
319
b. Persidangan
Tabel 4.19 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Persidangan
FUTURE
Logi
n
Pen
erim
aan
ber
kas
pen
gad
uan
pad
a si
stem
kom
pu
ter
Pen
etap
an ja
dw
al s
idan
g
Pem
ber
itah
uan
jad
wal
sid
ang
pad
a si
stem
kom
pu
ter
Pem
angg
ilan
pen
gad
u &
tera
du
pad
a si
stem
kom
pu
ter
Sid
ang
pem
eri
ksaa
n
Rap
at p
len
o k
epu
tusa
n
Sid
ang
pem
bac
aan
ke
pu
tusa
n
Pen
yusu
nan
do
kum
en
per
kara
eti
k P
emilu
pad
a
sist
em k
om
pu
ter
Pem
bu
atan
mak
lum
at
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
ELIM
INA
TED
EXISTING
Penerimaan berkas pengaduan sistem manual
replace
Penetapan jadwal sidang retain
Pemberitahuan jadwal sidang sistem manual
replace
Pemanggilan pengadu & teradu sistem manual
replace
Sidang pemeriksaan retain
Rapat pleno keputusan retain
Sidang pembacaan keputusan retain
Penyusunan dokumen perkara etik Pemilu sistem manual
replace
Pembuatan maklumat sistem manual
replace
NEW add
320
c. Persuratan
Tabel 4.20 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Persuratan
FUTURE
Logi
n
Mm
ebu
at p
ersu
rata
n
per
kara
pen
gad
uan
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Mem
bu
at p
ersu
rata
n n
ota
din
as p
ada
sist
em
ko
mp
ute
r
Mem
bu
at p
ersu
rata
n h
asil
veri
fika
si d
ism
iss
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Mem
bu
at p
ersu
rata
n h
asil
veri
fika
si B
MS
pad
a si
ste
m
kom
pu
ter
Mem
bu
at u
nd
ang
an r
apat
veri
fika
si p
ada
sist
em
kom
pu
ter
Mem
bu
at s
ura
t
pem
ang
gila
n p
ada
sist
em
kom
pu
ter
Mem
bu
at u
nd
ang
an r
apat
ple
no
kep
utu
san
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Mem
bu
at d
isp
osi
si
pen
yera
han
ber
kas
pen
gad
uan
ke
bag
ian
Per
sid
ang
an p
ada
sist
em
kom
pu
ter
Mem
bu
at d
isp
osi
si
pem
bu
atan
jad
wal
sid
ang
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Mem
bu
at d
isp
osi
si
pem
bu
atan
mak
lum
at
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Mem
bu
at p
ersu
rata
n
um
um
pad
a si
stem
kom
pu
ter
ELIM
INA
TED
EXISTING Membuat persuratan perkara pengaduan sistem manual
replace
Membuat persuratan nota dinas sistem manual
replace
Membuat persuratan hasil verifikasi dismiss sistem manual
replace
Membuat persuratan hasil verifikasi BMS sistem manual
replace
Membuat undangan rapat verifikasi sistem manual
replace
Membuat surat pemanggilan sistem manual
replace
Membuat undangan rapat pleno keputusan sistem manual
replace
321
Membuat disposisi penyerahan berkas pengaduan ke bagian Persidangan sistem manual
replace
Membuat disposisi pembuatan jadwal sidang sistem manual
replace
Membuat disposisi pembuatan maklumat sistem manual
replace
Membuat persuratan umum sistem manual
replace
NEW add
322
d. Kearsipan
Tabel 4.21 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Kearsipan
FUTURE
Logi
n
Men
gu
mp
ulk
an b
erka
s d
ari
seti
ap b
agia
n p
ada
sist
em
kom
pu
ter
Mem
bu
at a
rsip
vit
al d
an
din
amis
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Men
yera
hka
n s
alin
an a
rsip
ke A
NR
I pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
ELIM
INA
TED
EXISTING
Mengumpulkan berkas dari setiap bagian sistem manual
replace
Membuat arsip vital dan dinamis sistem manual
replace
Menyerahkan salinan arsip ke Bawaslu
remove
Menyerahkan salinan arsip ke ANRI sistem manual
replace
NEW add
323
e. Kepegawaian
Tabel 4.22 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Kepegawaian
FUTURE
Logi
n
Ab
sen
si
Pen
yusu
nan
ren
can
a
keb
utu
han
peg
awai
Per
siap
an b
ahan
rekr
utm
en p
egaw
ai
Pel
aksa
naa
n r
ekru
tmen
peg
awai
Pen
gan
gkat
an p
egaw
ai
Pen
gelo
laan
ad
min
istr
asi
peg
awai
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Pen
ggaj
ian
peg
awai
ELIM
INA
TED
EXISTING Penyusunan rencana kebutuhan pegawai
retain
Persiapan bahan rekrutmen pegawai retain
Pelaksanaan rekrutmen pegawai retain
Pengangkatan pegawai retain
Pengelolaan administrasi kepegawaian sistem manual
replace
Penggajian pegawai retain
NEW add add
324
f. Keuangan
Tabel 4.23 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Keuangan
FUTURE
Logi
n
Pen
yusu
nan
ren
can
a
pro
gram
& a
ngg
aran
Pen
arik
an d
ana
Pen
gelo
laan
dan
a
Pen
cata
tan
aku
nta
nsi
ke
uan
gan
pad
a si
stem
kom
pu
ter
Pem
bu
atan
lap
ora
n
keu
anga
n p
ada
sist
em
kom
pu
ter
ELIM
INA
TED
EXISTING
Penyusunan rencana program & anggaran
retain
Penarikan dana retain
Pengelolaan dana retain
Pencatatan akuntansi keuangan sistem manual
replace
Pembuatan laporan keuangan sistem manual
replace
NEW add
325
g. Inventaris
Tabel 4.24 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Inventaris
FUTURE
Logi
n
Pen
cata
tan
inve
nta
ris
BM
N p
ada
sist
em
kom
pu
ter
Pen
yusu
nan
lap
ora
n
pen
ggu
na
BM
N p
ada
sist
em k
om
pu
ter
Pen
yusu
nan
lap
ora
n
pen
gelo
la in
ven
tari
s
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Pen
yera
han
lap
ora
n
pen
ggu
na
& p
enge
lola
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
ELIM
INA
TED
EXISTING
Pencatatan inventaris BMN sistem manual
replace
Penyusunan laporan pengguna BMN sistem manual
replace
Pengumpulan laporan pengguna BMN
remove
Penyusunan laporan pengelola inventaris sistem manual
replace
Penyerahan laporan pengguna & pengelola sistem manual
replace
NEW add
326
h. Procurement
Tabel 4.25 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Procurement
FUTURE
Logi
n
Pem
ilih
an s
iste
m
pen
gad
aan
Per
enca
naa
n p
emili
han
p
enye
dia
bar
ang/
jasa
Pen
etap
an m
eto
de
pen
ilaia
n k
ual
ifik
asi
Pen
yusu
nan
jad
wal
pem
ilih
an p
enye
dia
Pen
yusu
nan
do
kum
en
pen
gad
aan
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Pen
gum
um
an p
emili
han
p
enye
dia
pad
a si
stem
kom
pu
ter
Pen
gum
pu
lan
do
kum
en
pen
awar
an p
ada
sist
em
kom
pu
ter
Pem
ilih
an d
oku
men
pen
awar
an t
erb
aik
Pen
un
jukk
an p
enye
dia
yan
g te
rpili
h p
ada
sist
em k
om
pu
ter
Pen
and
atan
gan
an
kon
trak
Pel
aksa
naa
n k
on
trak
ELIM
INA
TED
EXISTING
Pemilihan sistem pengadaan retain
Perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa
retain
Penetapan metode penilaian kualifikasi
retain
Penyusunan jadwal pemilihan penyedia
retain
Penyusunan dokumen pengadaan sistem manual
replace
Pengumuman pemilihan penyedia sistem manual
replace
Pengumpulan dokumen penawaran sistem manual
replace
Pemilihan dokumen penawaran terbaik
retain
327
Penunjukkan penyedia yang terpilih sistem manual
replace
Penandatanganan kontrak retain
Pelaksanaan kontrak retain
NEW add
328
i. Monitoring dan Evaluasi
Tabel 4.26 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Monitoring & Evaluasi
FUTURE
Logi
n
Mem
anta
u p
rose
s
keu
anga
n, i
nve
nta
ris,
&
pen
gad
aan
Per
siap
an e
valu
asi p
ada
sist
em k
om
pu
ter
Pel
aksa
naa
n e
valu
asi
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
Pen
yusu
nan
lap
ora
n
mo
nit
ori
ng
& e
valu
asi
pad
a si
stem
ko
mp
ute
r
ELIM
INA
TED
EXISTING
Memantau proses keuangan, inventaris, & pengadaan
retain
Pencatatan hasil pemantauan remove
Persiapan evaluasi sistem manual replace
Pelaksanaan evaluasi sistem manual replace
Penyusunan laporan monitoring & evaluasi sistem manual
replace
NEW add
329
j. Publikasi dan Sosialisasi
Tabel 4.27 Analisis Gap Arsitektur Bisnis Publikasi & Sosialisasi
FUTURE
Logi
n
Pen
do
kum
enta
sian
kegi
atan
DK
PP
Pen
gum
pu
lan
dat
a
un
tuk
dip
ub
likas
ikan
&
dis
osi
alis
asik
an p
ada
sist
em k
om
pu
ter
Pu
blik
asi &
so
sial
isas
i
info
rmas
i dar
i DK
PP
p
ada
sist
em k
om
pu
ter
ELIM
INA
TED
EXISTING
Pendokumentasian kegiatan DKPP retain
Pengumpulan data untuk dipublikasikan & disosialisasikan sistem manual
replace
Publikasi & sosialisasi informasi dari DKPP sistem manual
replace
NEW add
330
2. Analisis Gap Arsitektur Aplikasi
Tabel 4.28 Analisis Gap Arsitektur Aplikasi
FUTURE
Web
site
DK
PP v
ersi
terb
aru
Mic
roso
ft W
ord
201
3
Mic
roso
ft E
xcel
201
3
Mic
roso
ft P
ow
erP
oin
t
2013
E-P
enga
du
an
E-P
ersi
dan
gan
E-P
ersu
rata
n
E-K
ears
ipan
E-K
epeg
awai
an
E-K
euan
gan
E-In
ven
tari
s
E-P
rocu
rem
en
t
E-M
on
ev
ELIM
INA
TED
EXISTING
Website DKPP versi lama replace
Microsoft Word 2007 replace
Microsoft Excel 2007 replace
Microsoft PowerPoint 2007 replace
NEW add add add add add add add add add
331
3. Analisis Gap Arsitektur Data
a. Pengaduan
Tabel 4.29 Analisis Gap Arsitektur Data Pengaduan
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r
Pan
el M
aje
lis
Saks
i
Pen
gad
uan
Pen
cata
tan
Per
kara
Pen
gad
u
Tera
du
Form
Pen
gad
uan
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Panel Majelis replace
Saksi replace
Pengaduan replace
Pencatatan Perkara replace
Pengadu replace
Teradu replace
Form Pengaduan replace
NEW add add
332
b. Persidangan
Tabel 4.30 Analisis Gap Arsitektur Data Persidangan
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r
Jad
wal
Sid
ang
Pen
cata
tan
Per
kara
Res
um
e Si
dan
g
Ris
alah
Mak
lum
at
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Jadwal Sidang replace
Pencatatan Perkara replace
Resume Sidang replace
Risalah replace
Maklumat replace
NEW add add
333
c. Persuratan
Tabel 4.31 Analisis Gap Arsitektur Data Persuratan
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r
Dis
po
sisi
Dis
po
sisi
Per
kara
Dis
po
sisi
Pen
gad
uan
No
ta D
inas
Sura
t
Sifa
t
Jen
is
Sura
t P
enga
du
an
Sura
t B
alas
an
Sura
t U
nd
anga
n
Sura
t P
emb
erit
ahu
an
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Disposisi replace
Nota Dinas replace
Surat replace
NEW add add add add add add add add add add
334
d. Kearsipan
Tabel 4.32 Analisis Gap Arsitektur Data Kearsipan
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r
Kla
sifi
kasi
Do
kum
en
Do
kum
en
Sura
t M
asu
k
Sura
t K
elu
ar
Kla
sifi
kasi
Su
rat
Ko
nve
rsi A
rsip
Su
rat
Ko
nve
rsi A
rsip
Do
kum
en
Ars
ip
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Dokumen replace
Surat Masuk replace
Surat Keluar replace
Arsip replace
NEW add add add add add add
335
e. Kepegawaian
Tabel 4.33 Analisis Gap Arsitektur Data Kepegawaian
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r
Dat
a Le
ngk
ap P
egaw
ai
Go
lon
gan
Gaj
i Po
kok
Tun
jan
gan
Gaj
i To
tal
Ab
sen
si
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Golongan replace
Gaji Pokok replace
Tunjangan replace
NEW add add add add add
336
f. Keuangan
Tabel 4.34 Analisis Gap Arsitektur Data Keuangan
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r
Per
iod
e
Gen
eral
Led
ger
Pen
dap
atan
Pen
gelu
aran
Kla
sifi
kasi
Pen
dap
atan
Kla
sifi
kasi
Pen
gelu
aran
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Periode replace
General Ledger replace
Pendapatan replace
Pengeluaran replace
NEW add add add add
337
g. Inventaris
Tabel 4.35 Analisis Gap Arsitektur Data Inventaris
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r
Reg
istr
asi B
MN
Per
alat
an
Ken
dar
aan
Ase
t Ta
k B
erw
uju
d
Ban
gun
an
Tan
ah
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Registrasi BMN replace
NEW add add add add add add add
338
h. Procurement
Tabel 4.36 Analisis Gap Arsitektur Data Procurement
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r
Keb
utu
han
Lela
ng
Pen
awar
an B
aran
g
Pen
awar
an J
asa
Pen
yed
ia
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Kebutuhan replace
Penawaran remove
Lelang replace
Penyedia replace
NEW add add add add
339
i. Monitoring dan Evaluasi
Tabel 4.37 Analisis Gap Arsitektur Data Monitoring & Evaluasi
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Go
lon
gan
Use
r
Dat
a P
imp
inan
Val
idas
i Pen
ilaia
n
Rea
lisas
i Keg
iata
n
Targ
et T
riw
ula
n
Keg
iata
n
Ind
ikat
or
Sasa
ran
Keg
iata
n
Pro
gram
Ker
ja
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Golongan replace
Data Pimpinan replace
Realisasi Kegiatan replace
Target Triwulan Kegiatan
replace
Indikator Sasaran Kegiatan
replace
Program Kerja replace
NEW add add add
340
j. Publikasi dan Sosialisasi
Tabel 4.38 Analisis Gap Arsitektur Data Publikasi & Sosialisasi
FUTURE
Bag
ian
Sub
bag
ian
Jab
atan
Leve
l
Peg
awai
Use
r Si
stem
Med
ia M
assa
Ber
ita
Kat
ego
ri B
erit
a
Ko
nve
rsi B
erit
a
Pu
blik
asi P
ersi
dan
gan
Ko
nve
rsi P
ub
likas
i
Per
sid
anga
n
Pu
blik
asi M
aklu
mat
Ko
nve
rsi P
ub
likas
i M
aklu
mat
Man
aje
men
Ko
nte
n w
eb
ELIM
INA
TED
EXISTING
Bagian replace
Subbagian replace
Jabatan replace
Pegawai replace
Berita replace
Publikasi Persidangan replace
Publikasi Maklumat replace
NEW add add add add add add add add
341
4. Analisis Gap Arsitektur Teknologi
Tabel 4.39 Analisis Gap Arsitektur Teknologi
FUTURE
Pro
xy s
erve
r
Web
bro
wse
r
Ap
ach
e 2.
4.10
web
se
rver
Mic
roso
ft S
QL
serv
er
2014
(D
atab
ase
serv
er)
MyS
QL
Ap
plic
atio
n s
erve
r
Stre
amin
g se
rver
Emai
l ser
ver
Win
do
ws
serv
er
2012
OS
Inte
rnet
Fire
wal
l
Wir
eles
s
Swit
ch
Ro
ute
r
PH
P
ELIM
INA
TED
EXISTING
Proxy server replace
Web browser replace
Apache 2.2.15 web server
replace
LAN
Router replace
Hub remove
Switch replace
Firewall retain
Internet retain
Linux distro server OS replace
PHP retain
NEW add add add add add add
342
4.7.2. Penghitungan ROI (Return On Investment) Investasi TIK
Sebelum mengitung ROI untuk investasi TIK, maka terlebih dahulu harus
dihitung biaya investasi awal untuk pembelian alat-alat untuk membangun jaringan,
seperti server, software, hardware. Tidak hanya untuk biaya pembelian alat-alat,
tetapi juga harus diperhitungkan biaya tenaga ahli untuk menjalankan dan
melaksanakan maintenance jaringan.
1. Investasi Biaya Awal
Tabel 4.40 Biaya Investasi Awal
Keterangan Biaya
Pembelian Server
HP ProLiant ML350pG8-676 4 buah
@ Rp 31.000.000 Rp 124.000.000
Subtotal Biaya Pembelian Server Rp 124.000.000
Pembelian Software
OS Server ; Windows Server 2012 Rp 10.600.000
Microsoft Office Professional 2013 Rp 5.400.000
Subtotal Biaya Pembelian Software Rp 16.000.000
Pembelian Hardware
Switch HP V1910-24G-PoE 8 buah
@ Rp 10.500.000 Rp 84.000.000
Router LINKSYS wireless-G WRT54GL-AS 2 buah
@ Rp 670.000 Rp 1.340.000
UTP Cable SCHNEIDER 500 m @ Rp 32.000 Rp 16.000.000
Subtotal Biaya Pembelian Hardware Rp 101.340.000
343
Upah Tenaga Ahli (per Bulan)
System Analyst 2 orang @ Rp 5.000.000 Rp 10.000.000
System Administrator 2 orang @ Rp 3.000.000 Rp 6.000.000
Database Administrator 2 orang @ Rp 3.000.000 Rp 6.000.000
Programmer 3 orang @ Rp 6.000.000 Rp 18.000.000
Subtotal Biaya Upah Tenaga Ahli (per Bulan) Rp 40.000.000
Subtotal Biaya Upah Tenaga Ahli (per Tahun) Rp 480.000.000
Total Biaya Rp 721.340.000
2. Estimasi Biaya Selama 5 Tahun
Tabel 4.41 Estimasi Biaya Selama 5 Tahun
Kategori Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Pembelian Server - 124000000 - -
Pembelian Software 5400000 10600000 - -
Pembelian Hardware - 101340000 - - -
Upah Tenaga Ahli 216000000 480000000 480000000 480000000 480000000
Total Biaya per Tahun 221400000 715940000 480000000 480000000 480000000
Total Biaya 5 Tahun 2.377.340.000
344
3. ROI (Return On Investment)
Tabel 4.42 Penghitungan ROI
Biaya-Biaya
Estimasi Total Biaya Pertama Rp 221.400.000
Estimasi Total Biaya Kedua Rp 715.940.000
Estimasi Total Biaya Ketiga Rp 480.000.000
Estimasi Total Biaya Keempat Rp 480.000.000
Estimasi Total Biaya Kelima Rp 480.000.000
Estimasi Anggaran Belanja TIK
Anggaran Belanja Tahun 2013 Rp 1.000.000.000
Anggaran Belanja Tahun 2014 Rp 1.000.000.000
ROI
ROI Tahun 2013
ROI (%) = (Rp 1.000.000.000 /
Rp 221.400.000) x 100 =
451,67%
ROI Tahun 2014
ROI (%) = (Rp 1.000.000.000 /
Rp 715.940.000) x 100 =
139,68%
Estimasi ROI Tahun 2015-2017 *Asumsi
anggaran belanja DKPP pada tahun 2015-
2017 sama dengan anggaran belanja tahun
2013-2014
ROI (%) = (Rp 1.000.000.000 /
Rp 480.000.000) x 100 =
208,33%
Payback Period
Payback Period Tahun 2013 Anggaran Bulanan =
Rp 1.000.000.000 / 12 =
Rp 83.333.333
Payback Period =
Rp 221.400.000 / Rp 83.333.333
= 2,66 bulan
Payback Period Tahun 2014 Anggaran Bulanan =
Rp 1.000.000.000 / 12 =
Rp 83.333.333
Payback Period =
Rp 715.940.000 / Rp 83.333.333
= 8,59 bulan
345
Estimasi Payback Period Tahun 2015-2017
*Asumsi anggaran belanja DKPP pada
tahun 2015-2017 sama dengan anggaran
belanja tahun 2013-2014
Anggaran Bulanan =
Rp 1.000.000.000 / 12 =
Rp 83.333.333
Payback Period =
Rp 480.000.000 / Rp 83.333.333
= 5,76 bulan
4.8. Phase F : Migration Planning
Tahapan perencanaan migrasi bertujuan untuk merencanakan proses peralihan
teknologi dari sistem lama (existing system) menuju ke sistem baru (future system).
Rencana migrasi yang dimaksud adalah membuat suatu rencana untuk urutan
pengimplementasian aplikasi sistem informasi.
4.8.1. Urutan Implementasi Aplikasi
Untuk menentukan urutan implementasi aplikasi, maka diperlukan perspektif
organisasi dari sisi operasional dan dari sisi manajemen. Biasanya, aplikasi yang
berada di dalam perspektif operasional akan lebih diutamakan untuk
pengimplementasian pada urutan awal karena aplikasi tersebut berkaitan langsung
dengan berjalannya suatu aktivitas dan aplikasi tersebut juga dapat menentukan
tingkat kinerja dari suatu aktivitas.
a. Perspektif Operasional
Aplikasi dalam perspektif operasional dibagi menjadi dua bagian, yaitu
kelompok aplikasi yang orientasi fungsinya langsung memberikan pelayanan
kepada pengguna di luar organisasi (front office system) dan kelompok aplikasi
yang orientasi fungsinya lebih ditujukan untuk membantu dalam aktivitas
administrasi kepada pengguna di dalam organisasi (back office system).
346
1. Front Office System
Aplikasi yang termasuk ke dalam kelompok front office system, yaitu E-
Pengaduan, E-Persidangan, dan website DKPP. Ketiga aplikasi tersebut
dimasukkan ke dalam kelompok front office system karena aplikasi-
aplikasi itu berfungsi untuk memberi pelayanan langsung kepada
masyarakat.
2. Back Office System
Aplikasi yang termasuk ke dalam kelompok back office system, E-
Persuratan, E-Kearsipan, E-Inventaris, dan E-Procurement. Keempat
aplikasi tersebut dimasukkan ke dalam kelompok back office system
karena aplikasi E-Inventaris, dan E-Procurement berfungsi untuk
membantu kelancaran operasional di dalam organisasi dan aplikasi E-
Persuratan juga E-Kearsipan berguna untuk membantu aktivitas
adminstrasi serta menunjang kelancaran pada aplikasi front office system.
b. Perspektif Manajemen
Aplikasi yang dikelompokkan ke dalam perspektif manajemen berarti aplikasi
tersebut berfungsi untuk melakukan pengorganisasian, pencatatan, atau
pengawasan terhadap para anggota organisasi dan terhadap penggunaan sumber
daya organisasi. Oleh karena itu, aplikasi yang termasuk ke dalam perspektif
manajemen, yaitu aplikasi E-Kepegawaian, E-Keuangan, dan E-Monev. Aplikasi
E-Kepegawaian berfungsi untuk mengorganisasikan data-data pribadi beserta
absensi dan data gaji setiap pegawai. Aplikasi E-Keuangan berfungsi untuk
347
mencatat semua pemasukan dan pengeluaran (sumber daya) organisasi. Dan
Aplikasi E-Monev berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap realisasi
aktivitas yang berhubungan dengan keuangan (sumber daya) organisasi.
4.8.2. Roadmap Urutan Implementasi Aplikasi
Setelah aplikasi-aplikasi dikelompokkan berdasarkan perspektif operasional
dan perspektif manajemen, maka urutan implementasi aplikasi di DKPP adalah
sebagai berikut ini :
Tahap 1
E-Pengaduan
E-Persidangan
2014
Tahap 2
E-Persuratan
E-Kearsipan
2015
Website
DKPP
Tahap 3
E-Monev
E-Keuangan
2016
Tahap 4
E-Kepegawaian
2017
Tahap 5
E-Inventaris
E-Procurement
2018
Gambar 4.73 Roadmap Urutan Implementasi Aplikasi
Website DKPP yang mendapat urutan pertama karena website tersebut
menjadi media untuk mengintegrasikan semua aplikasi. Urutan kedua adalah aplikasi
E-Pengaduan karena pelayanan DKPP dimulai dengan adanya laporan pengaduan
348
yang masuk. Urutan ketiga adalah aplikasi E-Persidangan karena pengaduan akan
ditindaklanjuti dengan aktivitas persidangan. Urutan keempat adalah aplikasi E-
Persuratan karena aktivitas persuratan menunjang berjalannya aktivitas pengaduan
dan persidangan. Urutan kelima adalah aplikasi E-Kearsipan karena semua berkas
yang terlibat dalam aktivitas pengaduan, persidangan, dan persuratan harus segera
diarsipkan. Urutan keenam adalah aplikasi E-Monev karena aplikasi tersebut sangat
membantu dalam pengawasan aktivitas keuangan, inventaris, dan procurement.
Urutan ketujuh adalah aplikasi E-Keuangan karena aplikasi ini akan
berkesinambungan dan berkelanjutan dari aplikasi E-Monev. Urutan kedelapan
adalah aplikasi E-Kepegawaian karena pengorganisasian data pegawai erat kaitannya
dengan penggajian dan keuangan. Urutan kesembilan adalah aplikasi E-Inventaris
karena sebelum adanya aplikasi ini, sistem inventaris di DKPP masih dapat berjalan
baik dengan rutin walaupun dengan sistem manual. Urutan terakhir adalah aplikasi
E-Procurement karena aplikasi ini hanya digunakan sewaktu-waktu jika ada
kebutuhan barang atau jasa yang harus dipenuhi. Sebelum adanya aplikasi ini, sistem
pengadaan di DKPP pun masih dapat berjalan dengan baik walaupun membutuhkan
waktu yang lebih lama.
349
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dalam bab sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut ini :
1. Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang diperoleh dalam penelitian ini
menggambarkan bahwa DKPP belum memiliki perencanaan arsitektur
enterprise dan teknologi informasi. Oleh karena itu, penelitian ini membuat
suatu perencanaan arsitektur enterprise dan teknologi informasi menggunakan
framework TOGAF 9 agar dapat menyelaraskan strategi aktivitas dan strategi
SI/TI. Perencanaan arsitektur enterprise dan teknologi informasi berupa
blueprint (cetak biru) dari arsitektur utama pada TOGAF, yaitu arsitektur
bisnis, arsitektur aplikasi, arsitektur data, dan arsitektur teknologi.
2. Pada fakta di lapangan, DKPP belum memanfaatkan SI/TI secara maksimal
untuk membantu aktivitas disana, seperti untuk pengelolaan data. DKPP hanya
mengandalkan Microsoft Office untuk membantu aktivitas pengelolaan data.
Oleh karena itu, pada perencanaan arsitektur enterprise dan teknologi informasi
akan dirancang arsitektur bisnis dan arsitektur sistem informasi untuk
memaksimalkan penggunaan SI/TI dengan cara mengotomatisasi sistem disana
menggunakan aplikasi yang saling terintegrasi pada setiap subbagian. Dan
akan dirancang pula arsitektur jaringan yang akan mendukung pengembangan
arsitektur sistem informasi yang sudah dirancang.
350
3. Selama ini, DKPP mengeluarkan biaya yang tidak ekonomis untuk investasi
teknologi. Hal itu disebabkan karena belum adanya perencanaan biaya
investasi teknologi. Oleh karena itu, penelitian ini akan membuat suatu
perencanaan biaya investasi teknologi melalui ROI (Return On Investment)
agar pengeluaran biaya dapat tepat sasaran dan disesuaikan dengan kebutuhan
teknologi di DKPP. Penghitungan ROI akan menjelaskan estimasi pengeluaran
investasi biaya untuk pembelian software dan hardware, serta upah tenaga ahli
4. Pada saat ini pelayanan publik DKPP untuk bagian pengaduan dan persidangan
belum maksimal karena belum adanya sistem informasi. Oleh karena itu,
dengan dibuatnya arsitektur aplikasi e-Pengaduan dan e-Persidangan
diharapkan pelayanan publik DKPP akan semakin baik.
5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah diperoleh, maka ada beberapa
saran agar pengembangan penelitian ini di kemudian hari menjadi lebih baik, yaitu
:
1. Pada penelitian selanjutnya, fase-fase TOGAF ADM perlu dilanjutkan sampai
fase tata kelola teknologi informasi dan fase manajemen perubahan agar
pengimplementasian arsitektur pada perusahaan menjadi lebih mudah.
2. Dalam setiap fase TOGAF ADM telah ditetapkan tools-tools yang dapat
digunakan untuk merancang arsitektur. Diharapkan pada penelitian selanjutnya
agar dapat mengembangkan penggunaan tools-tools terbaru agar rancangan
351
arsitektur yang dihasilkan juga dapat mengikuti perkembangan teknologi di
kemudian hari.
3. Pengembangan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang akan
dilakukan di DKPP harus mendapat dukungan dan komitmen dari semua
stakeholder.
4. Infrastruktur teknologi di DKPP harus dipersiapkan terlebih dahulu agar usulan
rencana strategis SI/TI yang telah dibuat dapat diimplementasikan sesuai
dengan perencanaan.
5. Pengembangan dan pengimplementasian aplikasi untuk DKPP harus
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan roadmap implementasi aplikasi
yang telah disusun berdasarkan prioritas kebutuhan DKPP.
6. Dibutuhkan penambahan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam bidang TIK
agar pengembangan, pengimplementasian, dan perawatan TIK di DKPP dapat
berjalan lebih efektif dan lebih baik lagi.
352
DAFTAR PUSTAKA
A.S. Rosa & Shalahuddin M. 2011. Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat
Lunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek). Bandung : Modula.
Driwantara. 2005. Mengukur ROI (Return on Investment) Terhadap Efektivitas
Suatu Pelatihan. Jurnal Sistem Teknik Industri. Volume 6. No 4.
Gandhi, Arfive & Kurniati, Angelina Prima. 2012. Perencanaan arsitektur
enterprise Berbasis TOGAF ADM pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kota Yogyakarta. Yogyakarta : Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi 20012 (SNATI 2012).
Guritno S, Sudaryono, & Rahardja U. 2011. Theory and Application of IT Research
: Metodologi Penelitian Teknologi Informasi. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Khairunisa, Anis. 2013. Perencanaan arsitektur enterprise pada PT. Dian Nikel
Mining. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah.
Laudon, Kenneth C. & Laudon, Jane P. 2012. Management Information Systems :
Managing the Digital Firm Twelfth Edition. USA : Prentice Hall.
Mulyanto, Agus. 2009. Sistem Informasi Konsep & Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Nugroho, Ari Estu. 2005. Analisis Perbandingan Antara Return On Invesment
(ROI) Dengan Economic Value Added (EVA) Sebagai Pengukur Kinerja
353
Keuangan Perusahaan (Survey pada beberapa BUMN di Bandung).
Bandung : Universitas Widyatama.
O’Brien, James A. & Marakas, George M. 2010. Introduction to Information
Systems Fifthteen Edition. New York : McGraw Hill.
Popescu M. & Dascalu A. 2011. Value Chain Analysis in Quality Management
Context. Bulletine of the Transilvania University of Brasov. Volume 4 No 2.
Pratiwi, Vivi Fydiani. 2013. Perancangan Model Enterprise Architecture dengan
Menggunakan TOGAF Architecture Development Method pada PT. Satya
Karya Utama. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah.
Rapiyadi, Pujoko. 2009. Perencanaan arsitektur enterprise pada Direktorat
Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi. Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia.
Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Nomor 35 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Rumapea, Sri Agustina & Surendro, Kridanto. 2007. Perencanaan Arsitektur
Enterprise Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Usulan : Dinas
Perijinan). Yogyakarta : Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
2007 (SNATI 2007).
354
Setiawan, Erwin Budi. 2009. Perancangan Strategis Sistem Informasi IT Telkom
untuk Menuju World Class University. Yogyakarta : Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009).
Surendro, Kridanto. 2009. Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi.
Bandung : Informatika.
Sutarman. 2009. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Bumi Aksara.
The Open Group. 2009. ArchiMate 2.1 Specification. San Francisco : The Open
Group.
The Open Group. 2009. TOGAF Version 9. San Fransisco : The Open Group.
The Open Group. 2009. TOGAF Version 9 : Sample Catalogs, Matrices and
Diagram. San Francisco : The Open Group.
Ulum, Bakhrul. 2008. Perencanaan arsitektur enterprise : Studi Kasus PT.
Krakatau Steel (Persero). Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Universitas Negeri Semarang. 2011. Peta Jalan (Road Map) Pengembangan
teknologi Informasi dan Komunikasi.
http://repo.unnes.ac.id/dokumen/roadmap-tik-unnes.pdf. 3 Maret 2014,
pukul 19.15 WIB.
Valente, A & Marchetti, E. 2010. Development of a Rich Picture Editor : a User –
Centered Approach. Denmark : International Journal on Advances in
Intelligent Systems. Vol. 3 & 4, pp. 187 – 199.
355
Ward, J & Peppard, J. 2002. Strategic Planning for Information Systems. Third
Edition. England : John Wiley & Sons LTD.
Wedhasmara, A. 2007. Langkah-Langkah Perencanaan arsitektur enterprise
dengan Menggunakan Metode Ward and Peppard. Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Sriwijaya.
Yatini B, Indra. 2010. Flowchart, Algoritma, dan Pemrograman Menggunakan
Bahasa C++ Builder. Yogyakarta : Graha Ilmu.
LAMPIRAN 1
TRANSKRIP WAWANCARA
Transkrip Wawancara untuk Sistem dan Teknologi
Nama : Sandhi Setiawan, S.Kom
Jabatan : Staf Subbagian Monitoring dan Evaluasi (Staf IT)
Tanggal : Selasa, 20 Mei 2014
1. P : Apakah DKPP sudah memiliki perencanaan strategis sistem
informasi? Jika sudah, bagaimana strategi SI/TI nya?
J : Belum ada perencanaan strategis sistem informasi di DKPP.
2. P : Bagaimana pengelolaan sistem informasi dan teknologi informasi di
DKPP?
J : Sistem informasi disini masih menggunakan sistem manual dalam
pemrosesan dan pendistribusian informasi. Penggunaan komputer hanya untuk
menjalankan Microsoft Office dalam mendukung pekerjaan setiap pegawai.
Untuk pengelolaan teknologi informasi belum maksimal karena hanya sebatas
untuk maintenance hardware dan software yang digunakan, seperti
maintenance komputer dan install ulang Microsoft Office.
3. P : Aplikasi apa saja yang sudah ada di DKPP untuk mendukung kinerja
para pegawai dalam menjalankan tugasnya?
J : Aplikasi yang digunakan DKPP saat ini hanya Microsoft Word untuk
pembuatan dokumen atau surat-surat, Microsoft Excel untuk pengelolaan data
pengaduan, persidangan, dan keuangan, serta Microsoft PowerPoint untuk
membuat bahan presentasi.
4. P : Bagaimana infrastruktur jaringan yang ada di DKPP?
J : Saat ini, agar semua bagian terkoneksi dengan internet maka DKPP
mengandalkan router di lantai 1 yang berfungsi sebagai gateway. Kemudian,
router tersebut akan terhubung dengan jaringan LAN di lantai 4 dan terhubung
dengan 3 wireless di lantai 5.
Transkrip Wawancara untuk Pengembangan Aktivitas
Nama : Ahmad Khumaidi, SH, MH
Jabatan : Kepala Biro Administrasi DKPP
Tanggal : Selasa, 13 Mei 2014
1. P : Strategi aktivitas apa yang sudah diterapkan oleh DKPP?
J : Strategi aktivitas yang kami terapkan, yaitu melakukan pekerjaan secara
efektif dan efisien agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat, terkait dengan adanya pengaduan mengenai pelanggaran kode etik
penyelenggara Pemilu.
2. P : Apa saja aktivitas yang ada di DKPP? Dan bagaimana alur pada
masing-masing aktivitas tersebut?
J : Aktivitas di DKPP terbagi menjadi 3 bagian, yaitu aktivitas administrasi
umum, aktivitas administrasi pengaduan, dan aktivitas administrasi
persidangan. Untuk alur aktivitas administrasi umum, administrasi pengaduan
dan administrasi persidangan dapat ditanyakan lebih lanjut kepada masing-
masing kepala bagiannya.
Transkrip Wawancara untuk Pengembangan Aktivitas
Nama : Yusuf, S.Si, MA
Jabatan : Kepala Bagian Administrasi Umum
Tanggal : Selasa, 13 Mei 2014
1. P : Apa saja aktivitas yang ada di Bagian Administrasi Umum? Dan
bagaimana alur pada masing-masing aktivitas tersebut?
J : Untuk aktivitas administrasi umum, alur kegiatan yang dilakukan berupa
kegiatan ketatausahaan dan rumah tangga untuk DKPP, seperti persuratan,
kearsipan, kepegawaian, keuangan, inventaris BMN (Barang Milik Negara),
pengadaan barang atau jasa (procurement), monitoring dan evaluasi, serta
publikasi dan sosialisasi.
2. P : Data-data apa saja yang dibutuhkan pada masing-masing aktivitas di
Bagian Administrasi Umum?
J : Untuk kegiatan persuratan, data-data yang diperlukan adalah surat masuk,
surat keluar, disposisi, serta nota dinas. Untuk kegiatan kearsipan, data-data
yang diperlukan adalah surat-surat, berkas pengaduan, maklumat sidang, dan
putusan sidang. Untuk kegiatan kepegawaian, data yang diperlukan adalah
data pribadi dan data lengkap dari setiap pegawai DKPP. Untuk kegiatan
keuangan, data yang diperlukan adalah data pencatatan akuntansi keuangan.
Untuk kegiatan inventaris BMN, data-data yang diperlukan adalah daftar
BMN (Barang Milik Negara) dan laporan penggunaan BMN dari setiap
bagian. Untuk kegiatan pengadaan barang atau
jasa, data-data yang dibutuhkan adalah daftar kebutuhan, data penyedia barang
atau jasa, dan berkas penawaran dari penyedia. Untuk kegiatan monitoring dan
evaluasi, data-data yang dibutuhkan adalah data keuangan, data inventaris, dan
data pengadaan barang atau jasa. Untuk kegiatan publikasi dan sosialisasi,
data-data yang diperlukan adalah jadwal sidang, putusan sidang, maklumat
sidang, dan peraturan-peraturan.
Transkrip Wawancara untuk Pengembangan Aktivitas
Nama : Ir. Dini Yamashinta, M.Si
Jabatan : Kepala Bagian Administrasi Pengaduan
Tanggal : Selasa, 13 Mei 2014
1. P : Apa saja aktivitas yang ada di Bagian Administrasi Pengaduan? Dan
bagaimana alur pada masing-masing aktivitas tersebut?
J : Dalam aktivitas administrasi pengaduan, alur kegiatan yang dilakukan
berupa kegiatan penerimaan dan registrasi pengaduan, serta analisis dan
verifikasi pengaduan.
2. P : Data-data apa saja yang dibutuhkan pada masing-masing aktivitas di
Bagian Administrasi Pengaduan?
J : Untuk kegiatan penerimaan dan registrasi pengaduan, data-data yang
diperlukan adalah berkas pengaduan yang berisi data pengadu, data teradu, data
saksi, pernyataan pelanggaran yang dilakukan teradu dan alat bukti, serta form-
form pengaduan DKPP yang harus diisi oleh setiap pengadu. Untuk kegiatan
analisis dan verifikasi pengaduan, data yang diperlukan adalah berkas
pengaduan yang sudah memenuhi persyaratan verifikasi administrasi.
Transkrip Wawancara untuk Pengembangan Aktivitas
Nama : DR. Osbin Samosir, M.Si
Jabatan : Kepala Bagian Administrasi Persidangan
Tanggal : Selasa, 13 Mei 2014
1. P : Apa saja aktivitas yang ada di Bagian Administrasi Persidangan? Dan
bagaimana alur pada masing-masing aktivitas tersebut?
J : Dalam aktivitas administrasi persidangan, alur kegiatan yang dilakukan
berupa kegiatan pemanggilan, persidangan, serta pembuatan risalah dan
dokumen perkara.
2. P : Data-data apa saja yang dibutuhkan pada masing-masing aktivitas di
Bagian Administrasi Persidangan?
J : Untuk kegiatan pemanggilan, data-data yang diperlukan adalah berkas
pengaduan yang telah memenuhi persyaratan verifikasi materiil, data pengadu,
data teradu, dan surat pemanggilan. Untuk kegiatan persidangan, data yang
diperlukan adalah jadwal sidang, data panel majelis, dan data perkara. Untuk
kegiatan pembuatan risalah dan dokumen perkara, data yang diperlukan adalah
putusan sidang dan risalah sidang.
LAMPIRAN 2
HASIL OBSERVASI
PENELITIAN
Kebutuhan TIK Bagian Administrasi Pengaduan
Kebutuhan TIK Bagian Administrasi Persidangan
Rekapitulasi Kebutuhan TIK di DKPP
DENAH LANTAI 5 DKPP RI
A. BAGIAN KIRI
Office
33 sq. m.
Kassubag
III
Kassubag
II
Kassubag
I
Paulus Anggi Colombus
Ucu
Ariffudin
Jeffri
Rufi
Roma
Abud
Carolina
Susi
Arif
Titi
sF
eri
Rifka HappyR
atna
Purnomo
Zaedi
Anwar
Santo
Rak
ImamRifki Intan
Rifk
i
Oci Mey
Nug
roho
Lukm
an
Ruang Sidang
Ruang Pengaduan
Tangga
Darurat
R. Bag.
Persidangan
Ruang Kabiro
Ruang
Transit
Majelis
Ruang Kabag.
Pengaduan
Mushola
Toilet
Pantry
Ruang
Keuangan
B. BAGIAN KANAN
Office
30 sq. m.
Sespri
Bo
bby
Aju
da
n
Ketua
Bp.NHSBp.SHS
Ibu.VSIbu.AE
R.Server
R.Rapat
R.Sespri
Ketua R. Ketua
R.
Anggota
R.
Anggota
R.
Anggota
R.
Anggota
Toilet
Wanita
Toilet
Pria
Tangga
Darurat
4200mm.
1300
mm
.
4200mm.
2300
mm
.
900m
m.
Receptionist/
Pamdal
Kab
ag
1000mm.
Lift
1600
mm
.
600m
m.
500m
m.
Leon
Rahmat
C. BAGIAN TENGAH
Office
49 sq. ft.
Rau
lU
mi
Rua
ng
Hum
as
Office
35 sq. ft.Sofy
an
Yasi
nIh
at
Dio Irma
SandhiTeten
Arif
Ayu
Ruang
Tenaga Ahli
RUANG
ARSIP
DENAH LANTAI 4
LAMPIRAN 3
SURAT KETERANGAN
PENUNJUKKAN DOSEN
PEMBIMBING
LAMPIRAN 4
SURAT KETERANGAN
TEMPAT RISET