new skill lab 2013 blok 19

62
BUKU MODUL SKILL LAB BLOK 19 ILMU KESEHATAN MATA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2013

Upload: kardiyus-syaputra

Post on 27-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ini

TRANSCRIPT

BUKU MODUL SKILL LAB

BLOK 19

ILMU KESEHATAN MATA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2013

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB REFRAKSI

NO. MODUL:1

UJI HITUNG JARI

I. PENDAHULUAN

Uji Hitung Jari adalah pemeriksaan untuk mengetahui turunnya tajam penglihatan seseorang. Pada

keadaan normal jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.

.

II. TUJUAN

Dengan melakukan uji hitung jari seorang dapat mengetahui apakah tajam pengelihatan seseorang itu normal apa tidak.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji hitung jari mahasiswa mampu:

1. Melakukan/ mengerjakan uji hitung jari secara benar2. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi pengelihatan seorang normal atau tidak.

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji hitung jariNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji hitung jari secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.

1. Pen light , sentelop2. Snellen chart.

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan

sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat

dilakukan (0)1. Pasien duduk dikamar yang terang

2. Pasien diminta melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak tertentu

3. Bila jari yang diperlihatkan dikenal pada jarak 1 meter maka dikatakan tajam penglihatan seseorang adalah 1/60

4. Bila masih dapat dilihat pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatannya 3/60.

5. Jika penderita bisa melihat objek pada jarak 6 meter pemeriksaan dilanjutkan dengan mengunakan papan snellen chart untuk menilai tajam pengelihatan yang lebik baik lagi.

VII. PELAKSANAAN

Di ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19NO. MODUL:2

UJI LAMBAIAN TANGAN

I. PENDAHULUAN

Uji Lambaian Tangan adalah pemeriksaan untuk mengetahui turunnya tajam penglihatan seseorang.

Pada Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien hanya

dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.

II. TUJUANDengan melakukan uji lambaian tangan seorang dapat mengetahui apakah tajam pengelihatan

seseorang itu normal apa tidak.

III. LEARNING OBJECTIVE

1. Setelah melakukan skill lab uji lambaian tangan mahasiswa mampu a. Melakukan/ mengerjakan uji lambaian tangan dengan baik dan benarb. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi pengelihatan seorang normal atau tidak.

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN

10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji lambaian tanganNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji lambaian tangan secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.

1. Pen light , sentelop2. Snellen chart.

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Pasien duduk dikamar yang terang

2. Pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter

3. Pasien diminta membaca huruf terakhir (terkecil) yang masih dapat terbaca pada katu Snellen

4. Pada mata tersebut dipasang lempeng pinhole5. Pasien diminta membaca kembali kartu Snellen6. Jika penderita masih dapat melihat lebih jelas pada

baris snellen yang lebih kecil artinya pin hole +7. Jika penderita hanya mampu melihat baris tertentu

saja , dipasang lempeng pin hole, penderita tidak dapat membaca kembali kartu snellen artinya pin hole (-)Artinya kelainan bukan karena refraksi.

8. Bila dapat dibaca huruf yang lebih kecil daripada huruf sebelumnya pada kartu Snellen berarti terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi penuh

9. Bila huruf yang terbaca lebih besar daripada huruf yang sebelumnya terbaca pada kartu Snellen berarti terdapat kelainan pada media penglihatan

10. Bila tidak ada perbaikan tajam penglihatan dengan pinhole berarti terdapat kelainan pada media penglihatan (kornea, lensa, akuos humor, dan badan kaca) atau kehilangan fungsi makula dan saraf optik.

VII. PELAKSANAAN

Di Ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII. RUJUKAN :

Dikutip dari buku Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , Prof dr H. Sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19NO. MODUL:3

UJI PROYEKSI SINAR

I. PENDAHULUAN

Pada Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga. Kadang-kadang seseorang

pasien hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini

disebut sebagai tajam penglihatan 1/ tidak berhingga (1/~).

II. TUJUANDengan melakukan uji proyeksi sinar seorang dapat mengetahui apakah tajam pengelihatan seseorang

itu normal apa tidak.

Proyeksi sinar menentukan letak retina yang masih normal atau terganggu, sehingga dapat dinyatakan : 1/~ proyeksi baik, berarti seluruh fungsi retina perifer masih baik. Pada keadaan ini belum tentu

fungsi macula lutea normal. 1/~ proyeksi nasal salah, berarti fungsi retina temporal terganggu.Buta

Bila pasien sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta

total.

III. LEARNING OBJECTIVE

1. Setelah melakukan skill lab uji proyeksi sinar mahasiswa mampu :a. Melakukan/ mengerjakan uji proyeksi sinar dengan baik dan benarb. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi pengelihatan seorang normal atau tidak.

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN

10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara melakukan

uji proyeksi sinarNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji proyeksi sinar secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.

1. Pen light , sentelop2.Snellen chart.

VI. PROSEDUR/ TEKNIK

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Pasien duduk dikamar yang terang2. Dilakukan satu mata terlebih dahulu, didahulukan dari mata

kanan, diikuti oleh mata kiri. Satu mata ditutup dengan penutup. Pastikan pasien benar-benar hanya melihat dari satu mata.

3. Pasien diminta melihat atau menentukan arah proyeksi sinar yang diperlihatkan pada jarak satu meter

4. Bila proyeksi sinar yang diperlihatkan dikenal pada jarak 1 meter maka dikatakan tajam penglihatan seseorang adalah 1/∞ (tak hingga), dilakukan uji dari keempat arah yaitu nasal, temporal, superior dan inferior.jika keempat arah sinar bisa dijawab dengan benar dikatakan proyeksi sinar baik.

5. Jika ada dari keempat arah tersebut salah / tidak dapat menyebutkan arah artinya proyeksi sinar salah 1/∞ proyeksi salah

6. Bila penderita dapat melihat proyeksi sinar pada jarak 1 meter pemeriksaan dilanjutkan dengan uji lambaian tangan

VII. PELAKSANAAN

Di Ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII. RUJUKAN :

Dikutip dari buku Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 NO. MODUL:4

UJI LOBANG KECIL (Pinhole Test)

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan (Uji lobang kecil) ini bermaksud untuk mengetahui apakah tajam penglihatan turun

akibat kelainan refraksi atau kelainan media penglihatan atau saraf optik.

Dengan pinhole dapat ditentukan dengan cepat dan tepat apakah koreksi yang telah dilakukan sudah

sesuai atau belum.

II. Tujuan

Prinsip uji pin hole :makin kecil diameter pupil makin bertambah dalam pandangan (depth of

focus). Kelainan refraksi apapun akan membaik tajam penglihatannya bila diberi pinhole di depan mata

tersebut.

III. LEARNING OBJECTIVE

1. Setelah melakukan skill lab uji pin hole mahasiswa mampu :a. Melakukan/ mengerjakan uji pin hole dengan baik dan benarb. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi pengelihatan seorang mengalami

penurunan akibat kelainan refraksi atau kelainan media atau syaraf optik

IV.RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN

10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji pin holeNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji pin hole secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.

Lempeng pinhole (lempeng dengan celah berdiameter 0,75 mm)

Kartu Snellen

Di kamar ruangan biasa

VI. PROSEDUR/ TEKNIKTeknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan

dilakukan dengan sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1.Pasien duduk dikamar yang terang

2.Pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter

3.Pasien diminta membaca huruf terakhir (terkecil) yang masih dapat terbaca pada katu Snellen

4. Pada mata tersebut dipasang lempeng pinhole 5. Pasien diminta membaca kembali kartu Snellen6.Jika penderita masih dapat melihat lebih jelas pada baris snellen yang lebih kecil artinya pin hole +7.Jika penderita hanya mampu melihat baris tertentu

saja , dipasang lempeng pin hole, penderita tidak dapat membaca kembali kartu snellen artinya pin hole (-) Artinya kelainan bukan karena refraksi.

8. Bila dapat dibaca huruf yang lebih kecil daripada huruf sebelumnya pada kartu Snellen berarti terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi penuh

9. Bila huruf yang terbaca lebih besar daripada huruf yang sebelumnya terbaca pada kartu Snellen berarti terdapat kelainan pada media penglihatan

10.Bila tidak ada perbaikan tajam penglihatan dengan pinhole berarti terdapat kelainan pada media penglihatan (kornea, lensa, akuos humor, dan badan kaca) atau kehilangan fungsi makula dan saraf optik.

VII. PELAKSANAAN

Di Ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII. RUJUKAN : Dikutip dari buku Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19NO. MODUL:5

UJI MIOPIA

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan uji miopia dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk

memperbaiki tajam penglihatan sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam

penglihatan terbaik

II. Tujuan

1. Mata miopia mempunyai daya lensa positif yang lebih sehingga sinar yang sejajar atau datang

dari tidak terhingga difokuskan di depan retina

2. Lensa negatif menggeser bayangan benda ke belakang sehingga dapat diatur tepat jatuh pada

retina

3. Bila dengan S-1.50 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S-1.75 penglihatan 6/6 , sedang

dengan S-2.00 penglihatan 6/7.5 maka pada keadaan ini derajat miopia mata yang diperiksa

adalah S-1.50 dan kacamata dengan ukuran ini diberikan pada pasien

4. Pada pasien miopia selamanya diberikan lensa sferis minus terkecil yang memberikan tajam

penglihatan terbaik

III. LEARNING OBJECTIVE

1. Setelah melakukan skill lab spheris minus mahasiswa mampu :

a. Melakukan/ mengerjakan uji miopia dengan baik dan benar

b. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi pengelihatan seorang mengalami

penurunan akibat kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan lensa minus.

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN

10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji spheris minusNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji spheris minus secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.

1. Bingkai percobaan (trial frame) 2. Lensa percobaan (trial lens) satu set3. Kartu Snellen4. Di kamar ruangan biasa

VI. PROSEDUR/ TEKNIK

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan

dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya

dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat

dilakukan (0)

1. Pasien duduk dikamar yang terang2. Dilakukan satu mata terlebih dahulu, didahulukan dari mata

kanan, diikuti oleh mata kiri. Satu mata ditutup dengan penutup. Pastikan pasien benar-benar hanya melihat dari satu mata.

3. Pasien diminta melihat atau membaca kartu snellen sesuai mulai huruf terkecil yang masih dibaca

4. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan menjadi lebih baik ditambah kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat dibaca huruf pada baris terbawah

5. Sampai terbaca baris 6/66. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama

VII. PELAKSANAAN Di Ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII. RUJUKAN : Dikutip dari buku Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19NO. MODUL:6

UJI HIPERMETROPIA

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan uji hipermetropia dilakukan guna mengetahui derajat lensa positif yang diperlukan untuk

memperbaiki tajam penglihatan sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan

terbaik . Kurangnya kekuatan lensa positif pada hipermetropia disebabkan:

diameter anterposterior bolamata lebih pendek atau mata kecil, hipermetropia aksial

kurang lengkungnya kornea atau lensa, hipermetropia kurvatur (lengkungan)

kurangnya indeks refraksi media penglihatan, hipermetropia refraktif

II. Tujuan

1. Karena mata hipermetropia mempunyai daya lensa positif kurang sehingga sinar yang

sejajar atau datang dari tidak terhingga difokuskan di belakang retina.

2. Diberikan lensa positif agar dapat menggeser bayangan benda ke depan sehingga pada

mata hipermetropia dapat diatur derajat kekuatannya untuk mendapatkan bayangan jatuh tepat pada

retina.

III. LEARNING OBJECTIVE

1. Setelah melakukan skill lab uji hipermetropia mahasiswa mampu :

a. Melakukan/ mengerjakan uji hipermetropia dengan baik dan benar

b. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi pengelihatan seorang mengalami penurunan

akibat kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan lensa positif.

IV.RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN

10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji hipermetropiaNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji hipermetropia secara

Instruktur Mahasiswa

bergantian dengan bimbingan instruktur20 menit Mahasiswa melakukan sendiri,

bergantian antar mahasiswaInstruktur Mahasiswa

V.SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.

1. Bingkai percobaan (trial frame) 2. Lensa percobaan (trial lens) satu set3. Kartu Snellen4. Di kamar ruangan biasa

VI. PROSEDUR/ TEKNIK

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Pasien duduk dikamar yang terang2. Dilakukan satu mata terlebih dahulu, didahulukan dari mata

kanan, diikuti oleh mata kiri. Satu mata ditutup dengan penutup. Pastikan pasien benar-benar hanya melihat dari satu mata.

3. Pasien diminta melihat atau membaca kartu snellen sesuai mulai huruf terkecil yang masih dibaca.

4. Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang diperiksa dan bila tampak lebih jelas oleh pasien lensa positif tersebut ditambah kekuatannya perlahan-lahan dan diminta membaca huruf-huruf pada baris lebih bawah Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf-huruf pada

baris 6/6 Ditambah lensa positif +0.25 lagi dan ditanyakan apakah

masih dapat melihat huruf-huruf diatas.5. Contoh:

a. Beda dengan S+2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S+2.25 tajam penglihatan 6/6 sedang

b. Dengan S +2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan ini derajat hipermetropia yang diperiksa S+2.25 dan kacamata dengan ukuran ini diberikan pada pasien

c. Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa sferis positif terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik

6. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama

VII.PELAKSANAAN Di Ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII.RUJUKAN : Dikutip dari buku Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19NO. MODUL:7

UJI ASTIGMAT

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan uji astigmat dilakukan derajat lensa silinder yang diperlukan dan sumbu silinder yang dipasang

untuk memperbaiki tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik.

II. Tujuan

Pada mata dengan kelainan refraksi astigmat didapatkan 2 bidang utama dengan kekuatan pembiasan

pada satu bidang lebih besar dibanding dengan bidang lain. Biasanya kedua bidang utama ini tegak lurus

satu dengan lainnya. Pada mata astigmat lensa silinder yang sesuai akan memberikan tajam penglihatan

yang maksimal.

III. LEARNING OBJECTIVE

1.Setelah melakukan skill lab uji astigmat mahasiswa mampu :

a. Melakukan/ mengerjakan uji astigmat dengan baik dan benar

b. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi pengelihatan seorang mengalami

penurunan akibat kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan lensa silindris

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN

10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji astigmatNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji astigmat secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.

1.Bingkai percobaan (trial frame)

2. Lensa percobaan (trial lens) satu set

3. Kartu Snellen

4. Kipas astigmat

VI. PROSEDUR/ TEKNIK

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan

dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan

sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat

dilakukan (0)

1. Pasien duduk dikamar yang terang2. Dilakukan satu mata terlebih dahulu, didahulukan dari

mata kanan, diikuti oleh mata kiri. Satu mata ditutup dengan penutup. Pastikan pasien benar-benar hanya melihat dari satu mata.

3. Pasien diminta melihat atau membaca kartu snellen sesuai mulai huruf terkecil yang masih dibaca.

4. Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, dengan lensa positif atau negatif tersebut

5. Pada mata tersebut dipasang lensa + (positif) yang cukup besar (misal S+3.00) untuk membuat pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat miopikus

6. Pasen diminta melihat kartu kipas astigmat 7. Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas

terlihat8. Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat

maka lensa S+3.00 diperlemah sedikit demi sedikit sehingga pasien dapat menentukan garis mana yang terjelas dan mana yang terkabur.

9. Lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga pada satu saat tampak garis yang mula-mula terkabur sama jelasnya dengan garis yang sebelumnya terlihat terjelas

10. Bila sudah tampak sama jelas garis pada kipas astigmat, dilakukan tes melihat kartu Snellen

11. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa positif (+) yang diberikan terlalu berat, sehingga perlu secara perlahan-lahan dikurangi kekuatan lensa positif tersebut atau ditambah lensa negatif

12. Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa negatif (-) ditambah perlahan-lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6

13. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama

VII. PELAKSANAAN Di Ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII.RUJUKAN : Dikutip dari buku Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta

Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19NO. MODUL:8

UJI PRESBIOPIA

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan uji presbiopia bertujuan mengukur derajat berkurangnya kemampuan seseorang berakomodasi

akibat bertambahnya usia. Biasanya dilakukan pada pasien berusia lebih dari 40 tahun.

II. Tujuan

Gangguan akomodasi pada usia lanjut terjadi akibat kurang lenturnya lensa disertai melemahnya kontraksi

badan siliar. Pada presbiopia pungtum proksimum (titik terdekat yang masih dapat dilihat) terletak makin jauh

di depan mata dibanding dengan keadaan sebelumnya. Gejala presbiopia atau sukar melihat pada jarak dekat

yang biasanya terdapat pada usia 40 tahun, dapat diatasi dengan bantuan kacamata untuk melihat dekat.

III. LEARNING OBJECTIVE

1. Setelah melakukan skill lab uji presbiopia mahasiswa mampu :

a. Melakukan/ mengerjakan uji presbiopia dengan baik dan benar

b. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi pengelihatan seorang mengalami penurunan

sudah sesuai dengan umur.

Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna merupakan ukuran lensa yang

diperlukan untuk adisi kacamata baca.

Hubungan lensa addisi dan umur biasanya:

40-45 tahun – 1.0 dioptri

45-50 tahun – 1.5 dioptri

55-60 tahun – 2.0 dioptri

55-60 tahun – 2.5 dioptri

60 tahun – 3.0 dioptri

V. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN.

VI.VII.

VI. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.

1.Bingkai percobaan (trial frame)

2. Lensa percobaan (trial lens) satu set

3. Kartu Jaeger.

4. Kartu Snellen

VII. PROSEDUR/ TEKNIK

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Pasien duduk dikamar yang terang2. Pasien diperiksa akan penglihatan sentral untuk jauhnya

dan diberikan kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat lensa positif, negatif ataupun astigmat)

3. Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca):

4. Pasien diminta membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat (jaeger). Diberikan lensa positif mulai S+1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.

5. Dilakukan pemeriksaan kedua mata sekaligus.

VII. PELAKSANAAN Di Ruangan skill lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besar Lantai 3 Palembang.

VIII. RUJUKAN :Dikutip dari buku Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN

10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji presbiopiaNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji presbiopia secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB SEGMEN ANTERIOR

NO. MODUL:1

UJI SENSIBILITAS KORNEA REFLEKS KEDIP / REFLEKS KORNEA

I. PENDAHULUAN

Uji refleks kornea adalah pemeriksaan untuk menilai fungsi saraf trigeminus (N.V) yang memberikan

respon berupa sensibilitas kornea.

II. TUJUAN

Mata akan terkedip bila terkena sinar kuat, benda yang mendekati mata terlalu cepat, mendengar suara

keras, adanya rabaan pada kornea, konjungtiva, sehingga dibedakan refleks taktil, optik dan pendengaran.

Refleks tatktil kornea didapatkan melalui serabut aferen saraf trigeminus dan serabut eferen saraf fasial.

Terdapat hubungan dengan korteks yang berupa rasa sakit.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab reflex kornea mahasiswa mampu:1. Melakukan/ mengerjakan uji reflex korna secara benar2. Bisa mengetahui dan menyimpulkan apakah fungsi syaraf trigeminus khusus terhadap kornea

apakah normal/ tidak.

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji reflex korneaNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji reflek kornea secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.1. Kapas (yang dipuntir ujungnya)

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Pasien diminta melihat ke sisi yang berlawanan dari bagian kornea yang akan dites.

2. Pemeriksaan menahan kelopak mata pasien yang terbuka dengan jari telunjuk dan ibu jari

3. Dari sisi lain (untuk mencegah terlihat) kapas digeser sejajar dengan permukaan iris menuju kornea yang akan diperiksa

4. Diusahakan datang/ mendekatnya kapas tidak disadari pasien

5. Kapas ditempel pada permukaan kornea. 6. Dilihat:

terjadinya refleks mengedip perasaan tidak enak oleh pasien, yang

dinyatakan dengan perasaan sakit timbulnya lakrimasi.

7. Apabila terjadi refleks kedip berarti sensibilitas kornea baik dan fungsi trigeminus normal

8. Refleks kedip menurun pada keratitis atau ulkus herpes seimpleks dan infeksi herpes zooster

9. Adalah penting diketahui (karakteristik) hilangnya atau berkurangnya reflaks kedip yang dapat berarti adanya tumor pada sudut serebolopontin. Hal ini adalah penting karena refleks kornea hilang sebelum gejala kelainan gangguan saraf trigeminus terlihat.

VII. PELAKSANAAN

Di ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB SEGMEN ANTERIOR

NO. MODUL:2

UJI TES BAYANGAN (IRIS) – SHADOW TEST

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa

II. TUJUAN

Makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besar bayangan iris pada lensa yang

keruh tersebut.

Makin tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa yang keruh.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji bayangan iris mahasiswa mampu:a. Melakukan/ mengerjakan uji bayangan iris secara benarb. Bisa mengetahui dan menyimpulkan derajat kekeruhan lensa

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji bayangan iris Nara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji bayangan iris secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.a. Loupe.

b. Sentelop/ pen light

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris

2. Dengan Loupe dilihat bayangan iris pada lensa yang keruh

3. Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan), ini terjadi pada katarak imatur, keadaan ini disebut shadow test (+)

4. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil berarti lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak matur (shadow test (-).

5. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan ini disebut pseudopositif.

VII. PELAKSANAAN

Di ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB Neuro Oftalmologi

NO. MODUL:1

UJI REFLEKS PUPIL

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat refleks miosis pupil akibat suatu penyinaran pada mata, baik

reaksi penyinaran langsung pada mata yang bersangkutan atau refleks tidak langsung pada mata yang

lainnya.

Refleks langsung terganggu bila saraf optik sakit (atrofi, papilitis, neuritis) atau ada kerusakan saraf

okulomotor mata yang disinari

Refleks tidak langsung terganggu bila pada saraf mata yang disinari ada kelainan atau terdapat

kerusakan saraf okulomotor mata yang sedang diperiksa refleks konsensual.

II. TUJUAN

Pada uji refleks pupil ini menilai:

1. Suatu lingkaran refleks sinar dengan motorik pupil, yang langsung mengenai mata yang disinari yang

disebut refleks langsung (direk).

2. Refleks tidak langsung (indirek = konsensual) terjadi bila mata sebelah dari pada mata yang disinari

memberikan refleks atau reaksi.

3. Mata normal akan memberikan ambang dan intensitas lampu kedua refleks sama.

4. Bila sinar dinaikkan perlahan-lahan maka reaksi akan terjadi sampai ambang rangsang.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji reflex pupil mahasiswa mampu:

a. Melakukan/ mengerjakan uji reflex pupil secara benar

b. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan refleks pupil apakah normal / tidak

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji refleks pupilNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji refleks pupik secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.a. Sentelop/ pen light

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Mata disinari

Dilihat keadaan pupil pada mata yang disinari apakah terjadi miosis (mengecil) pada saat penyinaran

2. Sesudah pupil berkonstraksi kuat akan disusul dilatasi ringan terutama bila penyinaran tidak keras. Bila terjadi hal ini disebut refleks pupil langsung (+)

3. Pada refleks langsung + atau normal berarti visus ada dan motorik saraf ke III berfungsi baik

Refleks sinar konsensual

4. Mata disinari dengan diusahakan sinar tidak masuk pada mata yang lain. Dilihat keadaan pupil mata yang tidak disinari apakah terjadi miosis (mengecil) pada saat penyinaran mata sebelahnya

VII. PELAKSANAAN

Di ruangan skill lab fakultas kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang.

VIII. Referensi:

Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB NEURO OFTALMOLOGI

NO. MODUL:2

UJI . UJI DEFEK AFEREN PUPIL (MARCUS GUNN PUPILLARY RESPONSE TEST)

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah serabut aferen (saraf optik) mata berfungsi baik dengan

melihat reaksi pupil langsung dan tidak langsung.

II. Tujuan

Refleks pupil langsung terjadi akibat penyinaran pada mata maka rangsangan melalui saraf optik atau

serabut aferen akan diteruskan ke nukleus saraf ke III (Edinger Westfall). Akibat rangsangan ini akan terjadi hal

berikut:

pada sisi yang sama serabut eferen atau saraf ke III meneruskan rangsangan ke pupil untuk mengecil.

Dalam hal ini terjadi refleks pupil langsung yang positif.

Pada sisi berlawanan saraf eferen atau n III pun dirangsang oleh nukleus saraf ke III yang akan

meneruskan rangsangan ke pupil sebelahnya. Bila pupil tersebut juga mengecil maka keadaan ini

disebut refleks pupil tidak langsung atau konsensual untuk mata yang tidak disinari adalah positif.

Bila terdapat kerusakan saraf optik atau serabut saraf retina aferen pada satu mata akan mengakibatkan reaksi

pupil tertentu.

Mata dimana saraf optiknya rusak tidak akan memberikan rangsangan pada saraf ke III, sehingga

walaupun mata tersebut dirangsang tidak terjadi miosis dan disebut reaksi langsung negatif.

Keadaan ini juga tidak akan mengecilkan pupil mata sebelahnya pada saat mata yang sakit dirangsang.

Hal ini disebut reaksi konsensual untuk mata terakhir adalah negatif.

Setiap mata menunjukkan tenaga pupilomotor miosis atau midriasis. Pada waktu istirahat biasanya kedua

pupil mempunyai ukuran yang sama. Bila terdapat defek aferen maka akan terjadi midriasis pupil tersebut

sehingga ukuran kedua pupil tidak sama.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji reflex pupil mahasiswa mampu:

c. Melakukan/ mengerjakan uji reflex RAPD secara benar

d. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan refleks pupil apakah normal / tidak

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan uji refleks RAPDNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa uji refleks RAPD secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.a. Sentelop/ pen light

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Mata sehat ditutup sehingga terjadi dilatasi kedua pupil

2. Mata sehat disinari dan terjadi refleks konsensual pada mata sakit yang positif dengan derajat miosis mata sakit sama dengan mata sehat

3. Mata sakit disinari langsung dan dilihat apakah terjadi dilatasi pupil mata yang sehat

4. Bila terdapat dilatasi mata yang sehat waktu mata sakit disinari berarti fungsi makula dan saraf optik (saraf aferen) tidak baik atau terdapat pupil aferen defek.

.VII. PELAKSANAAN

Ruang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

VIII. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB GLAUKOMA

NO. MODUL:1

TONOMETRI DIGITAL PALPASI

I. PENDAHULUAN

Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa.

II. TUJUAN

Pemeriksaan tekanan bola secara digital adalah pemeriksaan yang sangat sederhana dan

penilaiaannya dibutuhkan pengalaman. Sebagai pembanding dapat dinilai dari mata sebelahnya jika

diduga hanya satu mata yang sakit.

Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai

seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara pemeriksaan ini memerlukan

pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subyektif

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab tonometri digital mahasiswa mampu:

a. Melakukan/ mengerjakan secara benar

b. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan tekanan bola mata apakah

normal / tidak

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan tonometri digitalNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa tonometri digital secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.a. Kedua Jari telunjuk

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Mata ditutup2. Pandangan kedua mata menghadap kebawah

3. Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien

4. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian (alternate)

5. Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola mata.

5.1. Didapat kesan berapa ringannya bola mata

dapat ditekan2. Penilaian dilakukan dengan pengalaman

sebelumnya yang dapat dicatat, mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal.

3. Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan bagian lentur telapak tangan dengan tahanan tekanan bola mata bagian superior. Bila tekanan lebih tinggi dapat dicurigai adanya glaukoma.

.VII. PELAKSANAAN

Ruang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

VIII. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB GLAUKOMA

NO. MODUL:2

TONOMETRI SCHIOTZ

I. PENDAHULUAN

Tonometri Schiotz merupakan tonometri indentasi atau menekan permukaan kornea dengan beban yang

dapat bergerak bebas pada sumbunya. Beban yang diletakkan pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata

ke dalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung pada

beban tonometri.

II. TUJUAN

Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometri secara objektif .

Pembacaan skala yang didapat dikonversikan pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam mmHg.

- Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya glaukoma.

- Bila tekanan lebih tinggi daripada 25 mmHg pasien menderita glaukoma.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab tonometri schiotz mahasiswa mampu:

c. Melakukan/ mengerjakan secara benar pemeriksaan tonometri schiotz

d. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan tekanan bola mata apakah

normal / tidak

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan tonometri schiotzNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa tonometri schiotz secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, Instruktur Mahasiswa

bergantian antar mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.a. Tetes mata topical anestesi local (tetrakain)b. Tonometri Schiotzc. Kapas, Alkohol

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Pasien dalam posisi baring terlentang.2. Kedua mata yang akan diperiksa diberikan

tetes mata tetrakain, sehingga didapat efek anestesi.

3. Alat tonometri yang akan dipakai dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas alkohol.

4. Alat tonometri ditera terlebih dahulu sehingga penunjuk jarum berada pada angka 0. Sebelumnya diletakkan beban 7,5 atau 10,0

5. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari pemeriksa. Pasien disuruh meletakkan ibu jari tangannya didepan matanya atau pasien melihat ke langit-langit ruangan pemeriksaan.

6. Alat tonomteri diletakkan pada permukaan kornea, pemeriksa melihat angka sesuai scala yang ada antara 0- 20 .

6.7. Prosedur yang sama dilanjutkan pada mata

sebelah.

.VII. PELAKSANAAN

Ruang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

VIII. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB RETINANO. MODUL: 1

OFTALMOSKOPI /FUNDUSKOPI

I. PENDAHULUAN

Oftalmoskopi adalah tes untuk melihat atau menilai kelainan dan keadaa pada fundus okuli. Prinsip nya

adalah digunakan alat oftalmoskop dengan cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan memberika

refleks fundus.

II. TUJUAN

Melakukan pemeriksaan oftalmoskop dapat menilai gambaran funduskopi secara keseluruhan termasuk

kornea, lensa, vitreus.nervus optikus, retina, makula choroid,

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab oftalmoskop mahasiswa mampu:

a. Melakukan/ mengerjakan secara benar pemeriksaan oftalmoskopi

b. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan oftalmoskopi apakah normal

/ tidak

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan oftalmoskopiNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa oftalmoskopi secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.a. Obat untuk melebarkan pupil,- Tropicamide 0,5% - 1% (mydriacyl) kerja lambat

- Fenilefrin hidroklorida 2,5% (kerja cepat)b. Funduskopi/ Oftalmoskopic. Pen light/ sentelop

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

1. Sebelum pemeriksaan funduskopi pasien harus ditetes dengan obat midriasil, tetapi dipastikan dahulu tekanan bola mata diukur dahulu, karena jika tekanan bola mata diatas 20 mmHg, kontra indikasi pelebaran pupil.

2. Pasien dalam posisi baring terlentang atau duduk. Dan pupil sudah lebar +/- 6 mm.

3. Alat oftalmoskop dinyalakan dan pemeriksa memegang alat dengan tangan kanan untuk memeriksa mata kiri. Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan pasien .Dengan jarak 33 cm diarahkan kearah pupil hingga terlihat refleks merah. Tuas roda lensa oftalmoskop diputar pada angka +12 D.

4. Oftalmoskop didekatkan kearah penderita hingga 10 cm dari mata pasien. Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat bayangan yang hitam pada dasar yang jingga.

5. Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata pasien dan roda lensa oftalmoskop diputar sehingga lensa menunjukkan angka 0.

6. Sinar difokuskan pada papil saraf optik7. Diperhatikan warna, tepi, dan pembuluh

darah yang keluar dari papil saraf optik.8. Mata pasien diminta melihat sumber cahaya

oftalmoskop yang dipegang pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea pasien.

9. Prosedur yang sama dilanjutkan pada mata sebelah.

.VII. PELAKSANAAN

Ruang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

VIII. Referensi:

Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 SUB RETINANO. MODUL: 2

UJI ISHIHARA

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan buta warna mengunakan buku ishihara dapat dilakukan untuk menilai apakah

seseorang mengalami buta warna atau tidak.

II. TUJUAN

Buku tes ishihara berupa gambar-gambar pseudoisokromatik yang disusun oleh titik dengan

kepadatan warna berbeda sehingga orang normal dapat mengenal gambar yang dibentuk oleh titik tersebut.

Gambar titik terdiri atas warna primer dengan dasar warna yang hampir sama atau abu-abu.

Tes ini dipakai untuk mengenal adanya cacat merah dan hijau, dan tidak dapat dipakai untuk

gangguan warna biru dan kuning.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji buta warna mahasiswa mampu:

a. Melakukan/ mengerjakan secara benar pemeriksaan ishihara

b. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan secara benar dan akurat.

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan pemeriksaan tes buta warnaNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa pemeriksaan tes buta warna secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

c. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.- Buku Shinobu Ishihara 12 plate

IX. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

a. Pemeriksa membuka buku Ishihara dan menginstruksikan pasien menyebutkan angka yang ada pada halaman yang ada

b. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan hingga plate terakhir

c. Untuk menghindari pasien menghafal halaman buku, pemeriksaan dapat diacak dari hal belakang dan depan.

d. Ada baiknya pemeriksaan dilakukan secara satu persatu antara mata kanan an kiri.

e. Jika penderita hanya mampu melihat hal pertama saja dapat disimpulkan bahwa pasien buta warna total

f. Jika dapat membaca beberapa halaman saja dengan benar, dapat disimpulkan buta warna partial.

.X. PELAKSANAAN

Ruang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

XI. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , prof dr H. sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 STRABISMUS:

NO. MODUL: 1

KEDUDUKAN BOLA MATA

I. PENDAHULUAN

Mengukur kedudukan mata adalah suatu keadaan yang kompleks yang memerlukan pula

pengetahuan optik. Perlu latihan dan pengalaman agar hasil/ interpretasi hasil dapat akurat.

II. TUJUAN

Pemeriksaan ini ikut menentukan apakah kedua mata melihat bersama-sama serentak. Pemeriksaan

ini terutama mengamati upaya mata melihat dengan jarak berbeda. Pemeriksaan fungsi pergerakan otot

mata dilakukan untuk melihat setiap kelemahan atau cacat otot ekstra okular yang disebabkan tidak

terkoordinasinya pergerakan mata.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji keseimbangan bola mata mahasiswa mampu:

a. Melakukan/ mengerjakan secara benar pemeriksaan keseimbangan bola mata

b. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan secara benar dan akurat.

V. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan pemeriksaan keseimbangan bola mata.

Nara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa pemeriksaan keseimbangan bola mata secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

VI. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN. - Objek /jari

VII. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

a. Mata pemeriksa melihat kedudukan bola mata penderita secara bersama,

b. Dilihat apakah kedua mata bergerak searah mengikuti arah objek yang ditunjuk oleh pemeriksa diamati apakah ada gerakan yang tidak simultan.

c. Bila tidak terlihat ketembalatan otot tersebut fungsi otot normal.

d. Abduksi merupakan gerakan horizontal ke arah lateral menurut sumbu vertikal. Gerakan ini dilakukan dengan relaksasi rektus medius dan kontraksi rektus lateral.

e. Adduksi merupakan gerakan horizontal ke arah medial menurut sumbu vertikal. Gerakan ini dilakukan dengan relaksasi rektus lateral dan kontraksi rektus medius.

f. Supraduksi merupakan pergerakan vertikal dengan sumbu horizontal . Gerakan ini terjadi dengan relaksasi inferior dan oblik superior.

g. Infra duksi merupakan pergerakan depresi dengan sumbu horizontal. Gerakan terjadi pada kontraksi rektus superior dan oblik inferior.

XII. PELAKSANAANRuang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

XIII. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , Prof dr H. Sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19

STRABISMUS: NO. MODUL: 2 UJI REFLEKS KORNEA (REFLEKS HIRSCHBERG)

I. PENDAHULUAN Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai derajat pengguliran bola mata abnormal dengan melihat

refleks sinar pada kornea.

II. TUJUAN

Uji refleks kornea (Hirschberg)

Pemeriksaan mata berikut menentukan apakah kedua mata melihat bersama-sama serentak. Pemeriksaan

ini terutama mengamati upaya mata melihat dengan jarak berbeda. Pemeriksaan fungsi pergerakan otot

mata dilakukan untuk melihat setiap kelemahan atau cacat otot ekstra okular yang disebabkan tidak

terkoordinasinya pergerakan mata.

IV. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji keseimbangan bola mata mahasiswa mampu:

a. Melakukan/ mengerjakan secara benar pemeriksaan keseimbangan bola mata

b. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan secara benar dan akurat.

VIII. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan pemeriksaan refleks korneaNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa pemeriksaan refleks kornea secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

IX. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.- Pen light/ sentelop

X. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

a. Sentolop disinarkan setinggi mata pasien, sebagai sinar fiksasi

b. Sentolop terletak 30 cm dari pasienc. Refleks sinar pada mata fiksasi diletakkan di

tengah pupild. Dilihat letak refleks sinar pada kornea mata

yang lain.e. Pada keadaan normal refleks kornea ini

sedikit ke nasal dari pusat kornea. Refleks cahaya pada mata yang berdeviasi bila: lebih dekat pertengahan pupil, berarti deviasi 5-6 derajat, sedang bila pada tepi pupil, berarti deviasi 12-15 derajat (20 prisma dioptri).

f. Bila refleks sinar pada kornea terletak antara pinggir pupil dan limbus, berarti deviasi 25 derajat, dan bila pada pinggir limbus berarti deviasi 45-60 derajat

g. Umumnya: pergeseran sinar dari tengah pupil 1 (satu) milimeter atau sama dengan deviasi 7 derajat (15 prisma dioptri)

h. Pada mata normal refleks sinar pada kedua kornea terletak di sentral. Letak sinar bila diluar berarti esodeviasi, bila didalam berarti eksodeviasi. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk pasien yang tidak kooperatif atau fiksasi kurang

XIV. PELAKSANAANRuang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

XV. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , Prof dr H. Sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19 STRABISMUS:

NO. MODUL: 3 UJI POSISI OTOT MATA LUAR

I. PENDAHULUAN

Uji posisi otot mata adalah tes untuk memeriksa fungsi gerak otot penggerak mata. Otot pengerak bola

mata terdiri dari otot rektus superior, rektus inferior, rektus medial, rektus lateral. Otot obliqus inferior dan

inferior. Keenam otot ini secara simultan bekerja sama membuat gerakan bola mata bisa bergulir secara

serentak.

Otot rektus superior berfungsi untuk elevasi, intorsi dan adduksi, dan tes kemampuan elevasi dilakukan

pada kedudukan mata abduksi. Otot oblik superior berfungsi untuk depresi, intorsi dan abduksi, dan tes

kemampuan depresi dilakukan pada kedudukan mata adduksi.

Otot oblik inferior untuk elevasi, ekstorsi dan abduksi, dan tes kemampuan elevasi dilakukan pada

kedudukan mata adduksi. Otot rektus medius untuk adduksi dan otot rektus lateral untuk abduksi

II. TUJUAN

Dengan dilakukannya uji posisi otot bola luar ini dapat melihat kemapuan pergerakan otot pada posisi

yang dibuat untuk mendapatkan nilai kemampuan pergerakan otot, dengan menyuruh pasien mengikuti

gerakan jari.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji keseimbangan bola mata mahasiswa mampu:

a.Melakukan/ mengerjakan secara benar pemeriksaan otot mata luar

b.Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan secara benar dan akurat.

c. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan pemeriksaan otot mata luarNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa pemeriksaan otot mata luar secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

XI. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.- Pen light/ sentelop

XII. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan dengan

sempurna (2)

Prosedur hanya dikerjakan sebagian

(1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan (0)

a. Dilihat kemampuan pergerakan otot pada posisi yang dibuat untuk mendapatkan nilai kemampuan pergerakan otot, dengan menyuruh pasien mengikuti gerakan jari

b. Bila ternyata otot tertentu tidak mampu mengikuti gerakan jari maka mungkin terdapat parese otot tersebut.

c. Bila tidak terdapat keterlambatan pergerakan otot tersebut fungsi otot normal

IV. PELAKSANAANRuang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

V. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , Prof dr H. Sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19

STRABISMUS: NO. MODUL: 4: UJI TUTUP MATA /COVER TEST

I. PENDAHULUAN

Uji tutup mata adalah tes untuk memeriksa adanya heterotropia (juling) pada satu mata

Mata yang heterotropia akan terus menerus berusaha untuk fiksasi dengan matanya yang mata

dominan. Pada mata yang juling pasien tidak bisa mempertahankan fiksasi.

TUJUAN

Uji tutup mata merupakan pemeriksaan yang sangat penting dan perlu dilakukan, karena dapat

menilai berat ringan kelainan juling apakah juling manifes atau laten.

II. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji tutup mata mahasiswa mampu:

a.Melakukan/ mengerjakan secara benar pemeriksaan uji tutup mata

b.Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan secara benar dan akurat.

d. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan pemeriksaan uji tutup mataNara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa pemeriksaan uji tutup mata secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, Instruktur Mahasiswa

bergantian antar mahasiswa

XIII. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.- Kartu snellen. - Ocluder.

XIV. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan

dengan sempurna

(2)

Prosedur hanya

dikerjakan sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan

(0)

a. Bila pasien pakai kacamata, maka kacamata dipasangb. Pasien duduk 6 meter dari kartu uji baca atau optotip

atau 30 cm kertas kaca dengan addisi S+3.00.c. Pasien melihat pada satu titik atau pada baris 20/40

kartu Snellend. Pemeriksa menutup salah satu matae. Dilihat sifat gerakan yang mungkin terjadi mata yang

tidak ditutup, untuk melakukan fiksasi.

III. PELAKSANAANRuang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

IV. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , Prof dr H. Sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.

KETERAMPILAN MEDIS (SKILL LAB) FK UNSRI BLOK 19

STRABISMUS: NO. MODUL: 4: UJI TUTUP BUKA /UNCOVER TEST

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya fusi dan foria.

II. TUJUAN

Uji tutup mata merupakan pemeriksaan yang sangat penting dan perlu dilakukan, karena dapat

menilai berat ringan kelainan juling apakah juling manifes atau laten.

III. LEARNING OBJECTIVE

Setelah melakukan skill lab uji tutup mata mahasiswa mampu:

a. Melakukan/ mengerjakan secara benar pemeriksaan uji tutup buka mata

b. Dapat mengeninterpretasikan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan secara benar dan akurat.

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU AKTIFITAS BELAJAR MENGAJAR KETERANGAN10 menit Pendahuluan Nara Sumber10 menit Demonstrasi oleh instruktur cara

melakukan pemeriksaan uji tutup buka mata

Nara sumber

10 menit Latihan langsung antara instruktur dan mahasiswa pemeriksaan uji tutup buka mata secara bergantian dengan bimbingan instruktur

Instruktur Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan sendiri, bergantian antar mahasiswa

Instruktur Mahasiswa

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN.- Kartu snellen. - Ocluder.

VI. PROSEDUR

Teknik Pemeriksaan Teknik pemeriksaan dilakukan

dengan sempurna

(2)

Prosedur hanya

dikerjakan sebagian (1)

Teknik Pemeriksaan tidak dapat dilakukan

(0)

a. Bila pasien memakai kacamata maka kacamata tersebut dipasang

b. Fiksasi pasien:- diperiksa dalam kedudukan mata posisi primer- benda yang dilihat 1 garis lebih besar daripada

tajam penglihatan terburuk- dapat dipergunakan nonakomodatif target

(sinar)c. Mata ditutup bergantian dengan okluder dari

mata kanan ke kiri dan sebaliknyad. Dilihat kedudukan mata dibawah okluder atau

saat okluder dipindah pada mata yang laine. Bila mata di belakang okluder bergerak ke luar,

ke dalam, ke atas, atau ke bawah menunjukkan adanya heteroforia

f. Bila mata segera sesudah okluder dibuka mencoba berfiksasi sehingga terlihat pergerakan ke luar, ke dalam, ke atas atau ke bawah, hal ini berarti ada foria

g. Derajat foria dapat diukur dengan meletakkan prisma sehingga tidak terjadi pergerakan mata pada saat mata dibuka

VII. PELAKSANAANRuang Skill Lab Fakultas Kedokteran Unsri Kampus Bukit Besat lantai 3 Palembang

VIII. Referensi: Dasar, teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata edisi kedua , Prof dr H. Sidarta Ilyas, SpM FK UI 2003.