neuritis optik refrat

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai penyakit dapat mengenai nervus optikus. Diantara sekian banyak penyakit, terdapat istilah neuritis optik. Neuritis optik dalah suatu peradangan dari saraf optikus. Neuritis optik diklasifikasikan menjadi papilitis dan retrobulbar. Dimana pada papilitis ditemukan kelainan fundus dan pada retrobulbar tidak ditemukan kelainan fundus 1,2 Penyeban terjadinya neuritis optic sangat beragam, Idiopatik, Neuritis optikus herediter, Demyelinating disorders,Parainfeksius Neuritis optikusInfectious Neuritis optikus dan lain-lain. neuritis optic dapat idiopatik, di mana lebih seringterjadi pada perempuan berusia 20-40 tahun,bersifat unilateral. Pada golongan ini penyembuhan disertai tajam pengelihatan berjalan sangat sempurna, walaupun terdapat edema saraf optic yang berat. Pengelihatan warn akan terganggu. 2 Etiopatogenesis terjadinya papilitis adalah adanya peradangan pada serabut retina saraf optik yang masuk pada 1

Upload: dayuwijayanti

Post on 21-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

neuritis optik

TRANSCRIPT

Page 1: Neuritis Optik Refrat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai penyakit dapat mengenai nervus optikus. Diantara sekian banyak penyakit,

terdapat istilah neuritis optik. Neuritis optik dalah suatu peradangan dari saraf optikus.

Neuritis optik diklasifikasikan menjadi papilitis dan retrobulbar. Dimana pada papilitis

ditemukan kelainan fundus dan pada retrobulbar tidak ditemukan kelainan fundus 1,2

Penyeban terjadinya neuritis optic sangat beragam, Idiopatik, Neuritis optikus

herediter, Demyelinating disorders,Parainfeksius Neuritis optikusInfectious Neuritis optikus

dan lain-lain. neuritis optic dapat idiopatik, di mana lebih seringterjadi pada perempuan

berusia 20-40 tahun,bersifat unilateral. Pada golongan ini penyembuhan disertai tajam

pengelihatan berjalan sangat sempurna, walaupun terdapat edema saraf optic yang berat.

Pengelihatan warn akan terganggu. 2

Etiopatogenesis terjadinya papilitis adalah adanya peradangan pada serabut retina

saraf optik yang masuk pada papil saraf optik yang berada dalam bola mata. Neuritis

retrobulbar dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia

pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi yang nantinya menyebabkan peradangan saraf

optik dibelakang bola mata, biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau kedua mata.2

Pada neuritis optik pasien mengeluhkan penurunan tajam penglihatan yang mendadak

dan disertai dengan nyeri pada mata. Pada papilitis pemeriksaan oftalmoskopi dapat

ditemukan tanda-tanda disfungsi nervus optikus seperti hiperemi papil saraf optik dengan

1

Page 2: Neuritis Optik Refrat

batas papil yang kabur, pelebaran vena retina sentral dan edema papil, sedangkan pada

neuritis retrobulbaris tidak ditemukan tanda-tanda kelainan tersebut.. 3

Penatalaksanaan pada neuritis optik yaitu kortikosteroid .Selain itu diberikan juga

terapi penyakit penyebabnya.2

Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai

definisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaan

pada neuritis optik.

1.2. Tujuan

- Mengetahui anatomi dan fungsi saraf optik.

- Mengetahui tentang gejala dari neuritis optik.

- Mengetahui jenis neuritis optik.

- Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk neuritis optik.

- Mengetahui penatalaksanaan awal neuritis optik.

1.3. Rumusan Masalah

- Apa saja gejala dari neuritis optik?

- Apa saja jenis dari neuritis optik?

- Bagaimana cara pemeriksaan neuritis optik?

- Bagaimana cara penatalaksanaan awal untu neuritis optik?

2

Page 3: Neuritis Optik Refrat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik

Nervus optikus adalah saraf yang membawa rangsang dan retina menuju otak. Saraf

optik terdiri dari 1 juta lebih akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina yang

memanjang ke arah korteks oksipital. Panjang saraf optik berkisar antara 35-55 mm (rata-rata

40 mm) dan secara anatomis terbagi menjadi segmen intaokular, intraorbital, intrakanalikular

dan intakranial yang berakhir sebagai kiasma optik.4

Gambar 1. Nervus Optik11

3

Page 4: Neuritis Optik Refrat

Bagian nervus optikus

Intraocular (1 mm) : menembus sclera (lamina kribrosa), koroid dan masuk ke mata

sebagai papil disk.

Intraorbital (30 mm) : memanjang dari belakang mata sampai ke foramen optic. Lebih

ke posterior, dekat dengan foramen optic, dikelilingi oleh annulus zinn dan origo dari

ke empat otot rektus. Sebagian serat otot rektus superior berhubungan dengan

selubung saraf nervus optikus dan berhubungan dengan sensasi nyeri saat

menggerakkan mata pada neuritis retrobulbar. Secara anterior, nervus ini dipidahkan

dari otot mata oleh lemak orbital.

Intrakanalikular (6-9 mm) : sangat dekat dengan arteri oftalmika yang berjalan

inferolateral dan melintasi secara obliq, dan ketika memasuki mata dari sebelah

medial. Ini juga menjelaskan kaitan sinusitis dengan neuritis retrobulbar.

Intracranial (10 mm) : melintas di atas sinus kavernosus kemudian menyatu

membentuk kiasma optikum. 4,9

4

Page 5: Neuritis Optik Refrat

Gambar 2:Schematic representation of blood supply of: (A) the optic nerve head and (B) the

optic nerve. Abbreviations: A = arachnoid; C = choroid; CRA = central retinal artery; Col.

Br. = Collateral branches; CRV = central retinal vein; D = dura; LC = lamina cribrosa; NFL

= surface nerve fiber layer of the disc; OD = optic disc; ON = optic nerve; P = pia; PCA =

posterior ciliary artery; PR and PLR = prelaminar region; R = retina; RA = retinal arteriole;

S = sclera; SAS = subarachnoid space. 11

Jika satu ataupun semua serabut saraf mengalami peradangan dan tak berfungsi

sebagaimana mestinya maka penglihatan akan menjadi kabur. Jika terjadi inflamasi ataupun

demielinisasi nervus optikus, keadaan ini disebut dengan neuritis optikus. Pada neuritis

optikus, serabut saraf menjadi bengkak dan tak berfungsi sebagaimana mestinya. Penglihatan

dapat saja normal atau berkurang, tergantung pada jumlah saraf yang mengalami

peradangan.4,9

2.2. Anatomi dan Fisiologi Jaras Visual 18

Syaraf Optik adalah Meliputi seluruh serabut syaraf optic mata

Chiasma Optikum Merupakan tempat penyilangan serabut syaraf dari dua nervus

optikus yang terdiri dari serat syaraf sentral dan perifer meliputi serabut-serabut

temporal retina yang tidak menyilang dari nervus optikus kontralateral untuk

membentuk traktus optikus.serabut nasal retina yang mengalami penyilangan dan

bersatu dengan serabut syaraf dari

Traktus Optikus meliputi seluruh serat syaraf optikus yang ipsilateral dan serat syaraf

yang mengalami penyilangan

Geniculatum Lateral merupakan traktus optikus bagian akhir.

5

Page 6: Neuritis Optik Refrat

Optic radiation (geniculocalcarine tracts). Serabut kuadran retina inferior yang

melewati lobus temporal kemuadian kuadran superior melewati lobus parietal untuk

menuju lobus oksipital

Primary visual area (Brodmann’s area):serabut syaraf divergen dengan area visual

primer

Nervus kranialis II merupakan indera khusus untuk penglihatan 18

Cahaya dideteksi oleh sel-sel batang dan sel kerucut diretina, ( dapat dianggap

sebagai end-organ sensoris khusus penglihatan). badan sel dari reseptor-reseptor ini

mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang bersinap dengan sel bipolar (neuron kedua

dijaras penglihatan).sel – sel bipolar kemudian bersinap dengan sel-sel ganglion

retina.akson-akson sel ganglion membentuk lapisan serat syaraf pada retina dan

menyatu membentuk nervus optikus

Gambar 4. Lapisan pada Retina 15

6

Page 7: Neuritis Optik Refrat

Dalam tengkorak 2 nervus optikus menyatu membentuk kiasma optikus.dikiasma

lebih dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina) mengalami dekusasi dan

menyatu dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang dari nervus optikus

kontralateral untuk membentuk traktus optikus.

Gambar 3. Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal) 3

Masing-masing traktus optikus berjalan mengelilingi Pedunkulus Cerebri menuju ke

Nukleus Genikulatus Lateralis, tempat traktus tersebut akan bersinaps.

Semua serabut yang menerima impuls dari separuh kanan lapangan pandang tiap-tiap

mata membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi pada hemisfer serebrum kiri.

Demikian juga, separuh kiri lapangan pandang berproyeksi pada hemisfer serebrum

kanan.

20 % serabut ditraktus menjalankan fungsi pupil.serabut-serabut ini meninggalkan

traktus tepat disebelah anterior nucleus dan melewati brachium coliculli superioris

menuju kenukleus pretectalis otak tengah.

Serat-serat lainnya bersinaps dinukleus genikulatus lateralis. Badan-badan sel

struktur ini membentuk traktus genikulokalkarina.

7

Page 8: Neuritis Optik Refrat

Traktus genikulo kalkarina berjalan melalui crus posterius capsula interna dan

kemudian menyebar seperti kipas dalam radiation optica yang melintasi lobus

temporalis dan parietalis dalam perjalanan kekorteks oksipitalis (korteks kalkarina,

striata, atau korteks penglihatan primer)

Gambar 5. Radiatio Optika16

Gambar 6. Jaras Refleks Pupil 10

8

Page 9: Neuritis Optik Refrat

Lesi Jalur Penglihatan 12

1. Lesi saraf optik.

Ditandai dengan hilangnya penglihatan atau kebutaan lengkap pada sisi yang

terkena dengan hilang nya refleks cahaya langsung pada sisi ipsilateral dan

reflek tidak langsung pada sisi kontralateral. 12

Penyebab umum dari lesi saraf optik adalah: optik atrofi, trauma pada saraf

optik, neuropati optik, dan neuritis optikus akut.

2. Lesi melalui bagian proksimal saraf optik.

Gambaran penting dari lesi tersebut yaitu hemianopsia ipsilateral dan

kontralateral, hilangnya refleks cahaya langsung pada sisi yang terkena dan

reflek cahaya tidak langsung pada sisi kontralateral. 12

3. Lesi kiasma sentral.

Dicirikan oleh hemianopsia bitemporal dan kelumpuhan refleks pupil.

Biasanya diahului oleh atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus.

Penyebab umum lesi kiasma pusat adalah suprasellar aneurisma,tumor

kelenjar hipofise, craniopharyngioma, meningioma suprasellar, glioma

ventrikel ketiga, hidrosefalus akibat obstruktif ventrikel tiga, dan kiasma

arachnoiditis kronis. 12

4. Lesi kiasma lateral.

Gambaran menonjol pada lesi ini yaitu hemianopia binasal dengan

kelumpuhan refleks pupil. Penyebab umum dari lesi tersebut diantaranya

penggelembungan dari ventrikel ketiga yang menyebabkan tekanan pada

setiap sisi kiasma dan ateroma dari carotis atau arteri communican posterior.

9

Page 10: Neuritis Optik Refrat

5. Lesi saluran optik.

Ditandai dengan hemianopia homonim terkait dengan reaksi pupil

kontralateral (Reaksi Wernicke). Lesi ini biasanya diahului oleh atrofi optik

pada sebagian akhir nervus optikus dan mungkin berhubungan dengan

kelumpuhan saraf ketiga kontralateral serta hemiplegic ipsilateral.

Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis, tuberculosis, dan aneurisma

dari cerebellar atas atau arteri serebral posterior.

6. Lesi badan genikulatam lateral.

Lesi ini mengakibatkan hemianopia homonim dengan refleks pupil minimal,

dan mungkin berakhir dengan atrofi optik parsial. 12

7. Lesi radiasi optik.

Gambaran berbeda-beda tergantung pada lokasi lesi. Keterlibatan radiasi optic

total mengakibatkan hemianopsia homonim total. Hemianopia quadrantic

inferior (pie on the floor) terjadi pada lesi lobus parietal (mengandung serat

unggul radiasi optik). Hemianopia quadratic superior (pie on the sky) dapat

terjadi setelah lesi dari lobus temporal (mengandung serat radiasi optik

inferior). Biasanya lesi dari radiasi optik terjadi akibat oklusi pembuluh darah,

tumor primer dan sekunder, serta trauma. 12

8. Lesi korteks visual.

10

Page 11: Neuritis Optik Refrat

Kerusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang dapat

terjadi sebagai akibat cedera kepala atau cedera ditembak senapan. Refleks

cahaya pupil normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi kortetk visual.

Gambar 7. Lesi jalur visual

2.3 NEURITIS OPTIK

11

Page 12: Neuritis Optik Refrat

Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optik akibat berbagai

macam penyakit. 1 Neuritis optic dapat merupakan gejala permulaan penyakit multiple

sklerosis.2 Penyakit ini biasanya mengenai satu mata, dan sering pada orang muda. 3

2.3.1 Etiologi

Etiologi neuritis optikus termasuk: 1

Demielinatif

- Idiopatik

- Sklerosis multiple

- Neuromielitis optika

Diperantarai imun

- Neuritis optic pasca infeksi virus (morbili, cacar dll)

- Neuritis optic pasca imunisasi

- Sindrom Guillain Barre

- Lupus eritematus sistemik

Infeksi langsung

- Herpes Zoster, sifilis, TBC dll

Neuropati optik granulomatosa

- Sarkoidosis

- Idiopati

Penyakit peradangan sekitar

- Peradangan intraocular

- Penyakit orbita,sinus dll.

2.3.2 Faktor Resiko

12

Page 13: Neuritis Optik Refrat

Faktor resiko neuritis optikus termasuk: 6

1. Usia

Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia

rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena

juga tetapi frekuensinya lebih sedikit.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki.

3. Ras

Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih dari pada ras yang

lain

2.3.3 Patofisiologi

Dasar patologi penyebab Neuritis optikus paling sering adalah inflamasi

demielinisasi dari saraf optik. Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi

pada multipel sklerosis (MS) akut, yaitu adanya plak di otak dengan perivascular

cuffing, edema pada selubung saraf yang bermielin, dan pemecahan mielin. 10

Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului demielinisasi

dan terkadang terlihat sebagai retinal vein sheathing. Kehilangan mielin dapat

melebihi hilangnya akson. 10

Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada Neuritis optikus diperantarai

oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum diketahui.

13

Page 14: Neuritis Optik Refrat

Aktivasi sistemik sel T diidentifikasi pada awal gejala dan mendahului perubahan

yang terjadi didalam cairan serebrospinal. Perubahan sistemik kembali menjadi

normal mendahului perubahan sentral (dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel T

menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi yang lain. Aktivasi sel

B melawan protein dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun dapat

terlihat di cairan serebrospinal pasien dengan Neuritis optikus. Neuritis optikus

juga berkaitan dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. Terdapat ekspresi

tipe HLA tertentu diantara pasien Neuritis optikus. 10

2.3.4 Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasinya neuritis optik terbagi menjadi dua, yaitu:

A. PAPILITIS

Papilitis adalah radang pada serabut retina saraf optik yang masuk pada

papil saraf optic yang berada dalam bola mata dan tidak menunjukkan

kelainan.2

Gambar 8. Gambaran Funduskopi pada Papilitis

Gejala dan Tanda

14

Page 15: Neuritis Optik Refrat

lapang pandangan menciut, bintik buta melebar, skotomasentral sekosentral

dan altitudinal. 2

Papil terdapat pendarahan, eksudat, kadang terlihat edema papil yang berat

yang menyebar ke retina sekitarnya, edema papil tidak melebihi 2-3

dioptri.2

Eksudat star figure yang menyebar dari papil ke makula. 2

Dalam waktu yang cepat visus akan sangat menurun, kadang-kadang

sampai buta. Keluhan ini disertai dengan rasa sakit dimata terutama saat

penekanan. Kadang-kadang disertai demam atau setelah demam biasanya

pada anak yang menderita infeksi virus atau infeksi saluran napas bagian

atas.9

Papil saraf optik menjadi pucat sampai putih, tapi tajam pengelihatan masih

normal. 2

Sel radang di dalam kaca, di depan papil saraf optik. 2

Tanda Relative Afferent Papilaris Defect ( RAPD) bila mengenai satu

mata, tidak sama berat pada kedua mata. 2 Sering dijumpai dengan adanya

tanda pupil Marcus Gunn.3 Cara pemerikasaan, mata pasien secara

bergantian diberi sinar, pada sisi mata yang sakit pupil tidak mengecil tetapi

malah membesar. Kelainan ini menunjukan adanya lesi N.II pada sisi

tersebut.4

15

Page 16: Neuritis Optik Refrat

Gambar 9. Tanda pupil Marcus Gunn4

B. NEURITIS RETROBULBAR

Neuritis retrobulbarmerupakan peradangan saraf optik yang terdapat

dibelakang bola mata sehingga tidak menimbulkan kelainan fundus mata.3

Gejala dan Tanda

Berjalan akut, bisa mengenai satu mata atau kedua mata. 2

mengeluhkan bola mata bila digerakkan akan terasa berat dibagian

belakang bola mata. Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan

yang disertai dengan sakit kepala.2

Pada neuritis gambaran fundus normal pada awal, namun lama kelamaan

akan terlihat kekaburan batas papil saraf optik dan degenerasi saraf optik

akibat degenerasi serabut saraf, disertai atrofi desenden akan terlihat papil

pucat dengan batas tegas.2

Gangguan lapang pandang pada neuritis retrobulbar dapat terjadi

sepanjang segmen intraorbita sampai segmen intracranial dan sesuai

16

Page 17: Neuritis Optik Refrat

dengan lokasinya. Gangguan tersebut dapat berupa skotoma sentral,

skotoma sentral unilateral, skotoma sentral bilateral, skotoma sentral pada

mata homolateral dan defek superior temporal pada kampus kontralateral

dan hemiopia bitemporal bila mengenai kiasma optika.4

2.3.5 Diagnosis Banding

Iskhemik optic neuropati

Disebabkan oleh thrombus, emboli atau peradangan pembuluh darah

yang menyubat pembuluh darah papil saraf optic. Gejalanya, pengelihatan

turun mendadak disertai dengan skrotoma atau defek lapang panadang sesuai

dengan gambaran serat retina. Tidak terdapat rasa sakit, tidak progresif,

disertai sakit kepala, sakit saat mengunyah, polimialgia, kadang ada demam. 2,5

Papil edema

Kongesti non inflamasi diskus optik yang berkaitan dengan

peningkatan tekanan intrakranium. Keluhan yang dirasakan pasien biasanya

nyeri kepala hebat, mual, muntah namun ketajaman penglihatan masih

normal. Pada funduskopi didapatkan papil sembab, batas kabur, kapiler dan

vena retina melebar dan berkelok, terdapat perdarahan, eksudat dan terdapat

penonjolan papil yang melebihi 3 dioptri. Tidak terdapat gangguan pada

lapang pandang. Keadaan ini biasanya ditemukan bilateral. 2,5

Ciri khas Papilloedema Papilitis Ischemic Optic

Neuropathy

17

Page 18: Neuritis Optik Refrat

1.Lateral Biasanya bilateral Biasanya unilateral Bisa unilateral

2.Gejala

(i) Visual

(ii) Nyeri

-Serangan transient

atau penglihatan kabur

-visus nanti menurun

karena atropi optikus

-Tidak

-Kehilangan penglihatan

tiba-tiba dengan

refraktif error

-Bisa disertai

pergerakan bola mata

- Kehilangan penglihatan

tiba-tiba

-Tidak

3.Pemeriksaan

Fundus

(i) Media

(ii) Warna

diskus

Pinggir diskus

Edema diskus

(iii) Edema

Peripapillary

(iv) Venous

engorgement

(v) Pedarahan

Retina

(vi) Retinal

exudates

(vii) Makula

-Bening

-Merah

-Kabur

-2-6 diopter

-Ada

-Sangat jelas

-Jelas

-Sangat jelas

-Macular star bisa ada

-Keruh pada posterior

vitreous .

-Hiperemia

-Kabur

-Biasanya tidak lebih 3

diopter

-Ada

-Kurang jelas

-Biasanya tidak ada

-kurang jelas

-Macular Fan bisa ada

-Bening

-Pucat

-Kabur

-Bengkak

-Ada

-Tidak ada

-Jelas

-Jelas

-Tidak ada

4.Lapangan -Membesar

-Blind spot

-Central Scotoma -Central scotoma

5.Fluorescein

Angiography

-Vertical oval pool zat

kontras akibat

kebocoran

-kebocoran zat kontras

yang sedikit

-ada kebocoran

zat kontras di

peripapillary

Tabel.1 diagnosa banding 17

18

Page 19: Neuritis Optik Refrat

2.3.6 Diagnosis

Anamnesis

1. Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur,

kesulitan membaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya

cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau

kaburnya visus untuk sementara. Pada anak, biasanya gejala penurunan

ketajaman penglihatan mendadak mengenai kedua mata. Sedangkan pada

orang dewasa, neuritis optik seringkali unilateral. 7

2. Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan

mendukung diagnosis. Pada orang dewasa, terdapat faktor risiko sklerosis

multipel yang lebih besar.

3. Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak. 2

Pemeriksaan Fisis

1. Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang (≥ 20 /

60), maupun berat (≤ 20 / 70).

2. Pemeriksaan lapang pandang. Tipe-tipe gangguan lapang pandang dapat

berupa: skotoma sentrosecal, kerusakan gelendong saraf parasentral,

kerusakan gelendong saraf yang meluas ke perifer, kerusakan gelendong

saraf yang melibatkan fiksasi dan perifer saja.

3. Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung

yang menurun atau hilang.

4. Penglihatan warna.

19

Page 20: Neuritis Optik Refrat

Pemeriksaan Penunjang

1. Funduskopi

Terdapat beberapa stadium perubahan pada neuritis optikus disertai kelainan

pada bilik mata belakang, yaitu:

a. Perubahan awal

Papilitis dapat ditemukan dalam 38 % kasus. Diskus optikus normal

dalam 44% kasus. Pucatnya bagian temporal menunjukkan adanya lesi

optik neuritis yang berat pada mata yang sama, hal ini dijumpai pada

18% dari pasien yang menjalani pemeriksaan. Papilitis tahap awal di

karakteristikkan dengan adanya batas diskus yang mengabur dan

sedikit hiperemis. 8

b. Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap

Adanya papiledema pada opthalmoskopi tidak memungkinkan untuk

menyatakan hal ini, ditandai dengan adanya pembengkakan, hilangnya

fisiologis cup, hiperemis dan perdarahan yang terpisah. Pembungkus

vena biasanya jarang terlihat. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk

melihat adanya sel pada vitreous adalah hal yang sangat penting. 8

c. Perubahan lanjut

Pada neuritis optikus retrobulbar, diskus yang normal dapat dijumpai

selama 4-6 minggu, saat dimana pucat dijumpai. Papilitis yang

berlanjut kadang-kadang didapati gambaran optik atropi sekunder.

Pada keadaan ini batas diskus dapat mengabur, mungkin terdapat

jaringan glial pada diskus, dan pucatnya diskus bagian stadium akhir

20

Page 21: Neuritis Optik Refrat

optik neuritis. Pada stadium ini, serabut saraf atropi dapat diamati pada

retina dengan perangkat lampu hijau merah. 8

Gambar 10. Edema nervus optikus pada neuritis optikus

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI penting untuk memutuskan apakah daerah di otak telah terjadi

kerusakan myelin, yang mengindikasikan resiko tinggi berkembangnya

sklerosis multipel. MRI juga dapat membantu menyingkirkan kemungkinan

tumor atau kondisi lain. Pada pasien yang dicurigai menderita neuritis optikus,

pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan fat suppression dan gadolinium

sebaiknya dilakukan dengan tujuan untuk konfirmasi diagnosis dan menilai lesi

white matter. MRI dilakukan dalam dua minggu setelah gejala timbul. Pada

pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan fat suppression dan gadolinium

menunjukkan peningkatan dan pelebaran nervus optikus. Lebih penting lagi,

MRI dipakai dengan tujuan untuk memutuskan apakah terdapat lesi ke arah

sklerosis multipel. Ciri-ciri resiko tinggi mengarah ke sklerosis multipel adalah

21

Page 22: Neuritis Optik Refrat

terdapat lesi white matter dengan diameter 3 atau lebih, bulat, lokasinya di area

periventrikular dan menyebar ke ruangan ventrikular.

Gambar 11. Lesi white matter pada MRI6

3. Pemeriksaan cairan serebrospinal

Protein ologinal banding pada cairan serebrospinal merupakan penentu

sklerosis multipel. Terutama dilakukan terhadap pasien-pasien dengan

pemeriksaan MRI normal. 6

4. Test Visually Evoked Potentials

Test Visually evoked potentials adalah suatu test yang merekam sistem

visual, auditorius dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis. Test

Visually evoked potentials menstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat

mendeteksi konduksi sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dari kerusakan

daerah nervus. 6

22

Page 23: Neuritis Optik Refrat

5. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan tes darah NMO-IgG untuk memeriksa antibodi neuromyelitis

optica. Pasien dengan neuritis optikus berat sebaiknya menjalani pemeriksan

ini untuk mendeteksi apakah berkembang menjadi neuromyelitis optica.

Pemeriksaan tingkat sedimen eritrosit (erythrocyte sedimentation rate (ESR))

dipakai untuk mendeteksi inflamasi pada tubuh, tes ini dapat menentukan

apakah neuritis optikus disebabkan oleh inflamasi arteri kranialis. 6

2.3.7 Penatalaksanaan

Terapi steroid : 1

- Methylprednison 1 g/hr iv selama 3 hari, bisa ditambah

prednisolone oral (tapering).

- Methylprednison 500 mg/hr oral selama 3-5 hari dengan atau

tanpa diikuti prednisolone.

- Prednisolone 1 mg/kg/hari oral, diturunkan perlahan dalam 10-

21 hari.

Obati penyebabnya, seperti infeksi dll

23

Page 24: Neuritis Optik Refrat

2.3.8 Prognosis

Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau mendekati sempurna

setelah 6-12 minggu. Sembilan puluh lima persen penglihatan pasien pulih

mencapai visus 20/40 atau lebih baik. Dan sebagian besar pasien mencapai

perbaikan maksimal dalam 1-2 bulan, meskipun pemulihan dalam 1 tahun juga

memungkinan. Derajat keparahan kehilangan penglihatan awal menjadi

penentu terhadap prognosis penglihatan. Meskipun penglihatan dapat pulih

menjadi 20/20 atau bahkan lebih baik, banyak pasien dengan acute

demyelinating optic neuritis berlanjut menjadi kelainan pada penglihatan yang

mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya. Kelainan tajam

penglihatan (15-30%), sensitivitas kontras (63-100%), penglihatan warna (33-

100%), lapang pandang (62-100%), stereopsis (89%), terang gelap (89-100%),

reaksi pupil afferent (55-92%), diskus optikus (60-80%), dan visual-evoked

potensial (63-100%).6

24

Page 25: Neuritis Optik Refrat

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Neuritis optikus merupakan keadaan inflamasi, demielinisasi yang menyebabkan

kehilangan penglihatan secara akut dan biasanya melibatkan satu mata (monokular). Neuritis

optikus tidak berdiri sendiri, namun disebabkan oleh berbagai macam penyakit/keadaan.

Salah satunya adalah multipel sklerosis (MS), suatu penyakit demielinasasi sistem saraf

pusat. Neuritis optikus seringkali dihubungkan dengan penyakit ini. Neuritis optikus menjadi

manifestasi klinik pada 15-20% pasien multiple sklerosis dan terjadi pada 50% perjalanan

penyakit multipel sklerosis

Pasien pada neuritis optik memiliki keluhan penurunan ketajaman penglihatan secara

mendadak, kadang-kadang bisa sampai buta. Selain itu keluhan disertai rasa sakit di mata

terutama pada saat penekanan. Pada papilitis pada funduskopi didapati papil merah, batasnya

tidak tegas dan terjadi papil edema. Namun, pada neuritis retrobulbar tidak didapat kelainan

pada funduskopi oleh karena kerusakkan yang cukup jauh di belakang diskus optik. Oleh

karenanya dilakukanlah pemeriksaan penunjang seperti MRI, analisis cairan serebrospinal

dan serologi.

Neuritis optikus pada anak kebanyakan mengalami pemulihan ketajaman

penglihatan dengan sendirinya dan biasanya pemulihan berlangsung secara spontan

sehingga tidak diperlukan pengobatan secara khusus. Sedangkan pada orang dewasa

neuritis optikus dapat diobati dengan steroid intravena yang sangat direkomendasikan

terutama pada pasien neuritis optikus yang berat di kedua mata dan pasien yang memiliki

risiko tinggi. Penelitian terakhir menyatakan bahwa risiko mendapatkan serangan berulang

25

Page 26: Neuritis Optik Refrat

dapat diturunkan dengan memberikan pengobatan lain setelah pemberian steroid intravena

pada pasien berisiko tinggi.

Proses penyembuhan dan pemulihan ketajaman penglihatan terjadi pada 92%

pasien. Jarang yang mengalami kehilangan penglihatan yang progresif. Meskipun

demikian, penglihatan tidak dapat sepenuhnya kembali normal.

3.2 Saran

Perlunya pemahaman yang luas mengenai jalur visual, etiologi, serta lokasi lesi yang

terjadi pada neuritis optikus sehingga diharapkan dapat memudahkan penegakan

diagnosis penyakit. Dengan penegakan diagnosis yang tepat, tatalaksana penyakit bisa

dilakukan dengan tepat dan optimal.

.

26

Page 27: Neuritis Optik Refrat

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika, 2000.Hall 262-274.

2. Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi

ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hall 179-188.

3. Ilyas Sidharta,Simarmata Monang Dkk, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi-2, Sagung Seto, Jakarta 2002, Hal 195-197

4. Misbach Jusuf. Neuro-Oftalmologi Pemeriksaan Klinis dan Interpretasi. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1999. Hall 1-14, 18-23

5. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Bag/SMF Penyakit Mata Edisi ke-3,Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ,Surabaya 2006, Hal 56-57

6. http://medlinux.blogspot.com/2007/08/neuritis-retrobulbar.html (diakses tanggal 5 Juli 2013).

7. http://www.docstoc.com/docs/29148976/Optic-Neuritis (diakses tanggal 5 Juli 2013)

8. Erhan Ergene, MD. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1217083 (diakses tanggal 5 juli 2013)

9. Wijana Nana S,D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke 6, Abdi Tegal.Jakarta 1993. Hall 332-342.

10. Osborne B, Balcer LJ. Optic neuritis: Pathophysiology, clinical features, and diagnosis. Disit. Dapat diperoleh dari URL: http://www.uptodate.com/opticneuritis.

11. http:/www.google.co.id/images?hl=en&q=optic nerve branch (diakses tanggal 5 juni 2010).

12. A.K. Kurana. Comprehensip Ophthalmology 4th Edition dalam Chapter 12– New Age International 2007. P 288-96.

13. American academy of ophthalmology. Section 5 Neuro-Opthalmology. San Fransisco : LEO. 2008-2009. Page 25-26.

14. Mardjono Mahar, Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke sepuluh, Dian Rakyat. Jakarta.2004. Hall 116-126.

15. http://astaqauliyah.com/2011/01/referat-kedokteran-oklusi-arteri-retina-sentral/#_ 16. Optic Nerve. Sumber: http://www.thebrain.mcgill.ca/splash/jpg. Diakses tanggal 6 Juli 2013.

17. A.K. Kurana. Comprehensip Ophthalmology 4th Edition dalam Chapter 12– New Age International 2007. P 288-96.

18. http://ana-sofyan.blogspot.com/2011_12_01_archive.html Diakses tanggal 10 juli 2013

27