repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/eva moulia... ·...

82
ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN DENGAN PENDEKATAN Next Generation Sequencing (NGS) EVA MOULIA PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1441 H

Upload: others

Post on 18-Feb-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM

DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN DENGAN

PENDEKATAN Next Generation Sequencing (NGS)

EVA MOULIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

ii

ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM

DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN DENGAN

PENDEKATAN Next Generation Sequencing (NGS)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

EVA MOULIA

11150950000052

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN
Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

vi

ABSTRAK

Eva Moulia. Analisis Komunitas Bakteri Tanah Sulfat Masam dari Dua Tipe

Lahan Rawa di Kalimantan dengan Pendekatan Next Generation Sequencing

(NGS). Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Dibimbing oleh Dr. Nani

Radiastuti, M.Si dan Dr. Dwi Ningsih Susilowati, S.TP, M.Si.

Lahan sulfat masam merupakan salah satu sumberdaya lahan yang dapat

dikembangkan menjadi lahan pertanian. Namun, perlu didukung oleh perbaikan

teknologi dan pemanfaatan bakteri di dalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk

menginvestigasi keanekaragaman bakteri tanah pada dua tipe tanah sulfat masam di

Kalimantan sebagai informasi awal untuk mengoptimalkan peran mikroba dalam

produktivitas tanah dan tanaman di lahan sulfat masam di masa mendatang. Komunitas

bakteri lahan sulfat masam potensial tipe B di Kalimantan Selatan (SKB) dan aktual

tipe C di Kalimantan Tengah (CKB) pada penelitian ini diamati dengan teknik Next

Generation Sequencing. Identifikasi menggunakan analisis FLASH (V1.2.7) dan

QIIME (V1.7.0). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar komunitas

bakteri tanah pada tanah sulfat masam potensial Kalimantan Selatan (SKB) sangat

mirip dengan komunitas bakteri yang ada di tanah sulfat masam aktual di Kalimantan

Tengah (CKB). Jumlah Unit Taksonomi Operasional (OTU) tanah sulfat masam

potential (SKB) lebih tinggi dibanding tanah sulfat masam aktual (CKB) yaitu 1677

OTU berbanding 1317 OTU. Filum dari komunitas bakteri tanah sulfat masam

potensial (SKB) sebanyak 11 filum dan komunitas bakteri tanah sulfat masam aktual

(CKB) sebanyak 10 filum. Filum yang mendominasi di kedua tipe tanah sulfat masam

tersebut di antaranya adalah Proteobacteria, Acidobacteria, dan Actinobacteria.

Perbandingan sifat kimia tanah dan Total Plate Count berdasarkan analisis

laboratorium menunjukkan tanah sulfat masam potensial Kalimantan Selatan memiliki

tingkat kesuburan lebih baik dibandingkan dengan tanah sulfat masam aktual

Kalimantan Tengah yang kemungkinan mempengaruhi keanekaragaman bakteri tanah

yang ada di kedua tipe tanah sulfat masam tersebut.

Kata kunci: Bakteri tanah; Next Generation Sequencing; Tanah sulfat masam; Unit

Taksonomi Operational

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

vii

ABTRACT

Eva Moulia. Analysis of Acid Sulfate Soil Bacteria Communities from Two Types

of Swamp Land in Kalimantan with the Next Generation Sequencing (NGS)

Approach. Undergraduete Thesis. Departement of Biology. Faculty of Science and

Technology. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Advised

by Dr. Nani Radiastuti, M.Si and Dr. Dwi Ningsih Susilowati, S.TP, M.Si.

Acid sulfate land is one of the land resources that can be developed into agricultural

land. However, it needs to be supported by technological improvements and the use of

microorganisms. This research was conducted to investigate the diversity of soil

bacteria in two types of acid sulfate soils in Kalimantan as preliminary information to

optimize the role of microbes in increasing soil and plant productivity in acid sulfate

land in the future. Acid sulfate land bacterial communities in South Kalimantan

(potential type B) and Central Kalimantan (actual type C) in this study were discussed

with Next Generation Sequencing techniques. Identification using FLASH (V1.2.7) and

QIIME (V1.7.0) analysis. The results of this study indicate that most of the soil

bacterial communities in South Kalimantan potential acid sulfate soils (SKB) are

similar to the bacterial communities that exist in actual acid sulfate soils in Central

Kalimantan (CKB). The number of Operational Taxonomy Units (OTU) potentials for

SKB acid sulfate soils is higher than the actual CKB acid sulfate soils, which are 1677

OTU compared to 1317 OTU. Phylum of potential sulfate soil bacterial community

SKB was 11 phylum and the actual CKB sulfate soil bacterial community was 10

phylum. Domination phylum in the two acid sulfate soils mentioned are Proteobacteria,

Acidobacteria, and Actinobacteria. Comparison of soil chemical properties and plate

counts based on laboratory analysis shows South Kalimantan's potential acid sulfate

soils have a better fecundity rate than Central Kalimantan's actual acid sulfate soils

that enhance the compatibility of soil bacteria present in such acid sulfate soils

Keywords: Acid sulfate soil; Next Generation Sequencing; Operational Taxonomy

Unit; Soil bacteria

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah azza wa jalla penulis ucapkan, karena berkat izin-

Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Analisis

Komunitas Bakteri Tanah Sulfat Masam Dari Dua Tipe Lahan Rawa Di

Kalimantan dengan Pendekatan Next Generation Sequencing (NGS)” dalam

rangka Tugas Akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Program Studi Biologi di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis ingin mengucapkan terima kasih karena

adanya dukungan dari banyak pihak terkait dalam penulisan proposal ini, untuk

itu penulis berterimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud. selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Priyanti, M. Si. selaku Ketua Program Studi Biologi, beserta jajarannya

yang telah memberi izin penelitian.

3. Dr. Nani Radiastuti, M. Si dan Dr. Dwi Ningsih Susilowati, S.TP., M.Si selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, nasihat dan saran yang

membangun kepada penulis.

4. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si dan Agustina Senjayani, M.Si selaku dosen

penguji seminar proposal serta seminar hasil atas kesedian dalam memberikan

arahan serta saran yang bermanfaat untuk skripsi yang lebih baik.

5. Dr. Agus Salim, M.Si dan Narti Fitriana, M.Si selaku dosen penguji sidang

Munaqosyah yang telah memberikan arahan serta saran yang membangun

dalam penulisan skripsi.

6. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya

Genetik Pertanian (BB Biogen) atas kesedian dalam memberikan kesempatan,

dan fasilitas pengerjaan penelitian.

7. Kedua orang tua Bapak Holid Halim dan Ibu Laela Bandarela, serta kedua

kakak yakni Harts Muhasibi dan Lailatul Hikmah yang selalu memberikan

dukungan baik berupa moril maupun materil.

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

ix

8. Bapak Jajang dan Ibu Aminah selaku keluarga BB-Biogen yang telah

membantu selama proses penelitian.

9. Teman-teman seperjuangan Luftiara, Shabrina, Nurlaili, Adel, Ratna, Dara,

Yulis, Maul, Lida, Nabila, dan Rafaliq silahudi yang telah memberi support

kepada penulis selama penelitian.

10. Seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat satu

per satu.

Jakarta, November 2019

Penulis

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

x

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................................... vi ABTRACT ........................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR.......................................................................................................viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 3 1.3 Hipotesis ............................................................................................................... 3

1.4 Tujuan ................................................................................................................... 3

1.5 Manfaat ................................................................................................................. 3

1.6 Kerangka Berfikir.................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi dan Karakteristik Lahan Rawa di Kalimantan ............................................ 5 2.2 Tanah Sulfat Masam .............................................................................................. 7

2.3 Bakteri Tanah ........................................................................................................ 8

2.4 Metode Identifikasi Komunitas Mikroba ................................................................ 9 2.5 Next Generation Sequencing (NGS) .................................................................... 11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 14 3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................... 14

3.3 Cara Kerja ........................................................................................................... 14

3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah ................................................................................. 14 3.3.2 Analisis Fisik, Kimia, Sampel Tanah ................................................................... 16

3.3.3 Total Plate Count Bakteri Tanah Mi .................................................................... 17

3.3.4 Penentuan Komunitas Mikroba Dengan Pendekatan NGS .................................... 18

3.3.4.1 Ekstraksi dan pemurnian DNA dari sampel tanah ................................................ 18 3.3.4.2 Amplifikasi gen 16S rRNA (PCR) ....................................................................... 19

3.3.4.3 Kuantifikasi dan Kualifikasi Produk PCR ............................................................ 19

3.3.5 Analisis Data ....................................................................................................... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat-sifat fisik, dan kimia tanah sulfat masam asal Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah ............................................................................................. 21

4.2 Hasil Total Plate Count Bakteri Tanah ................................................................ 27

4.3 Analisis Komunitas Bakteri Asal Sulfat Masam Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Tengah dengan Menggunakan Metode NonKultur dengan NGS ........ 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 38 5.2 Saran ................................................................................................................... 38

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

xi

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 39

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................................. 53

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perkiraan Luas Lahan Rawa di Indonesia (Sumber: BBSDLP, 2014) ........... 6

Tabel 2. Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Tanah ............................................ 15

Tabel 3. Sifat Fisik Tanah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah .................. 21

Tabel 4. Sifat Kimia Tanah Kalimantan Selatan (SKB) dan Kalimantan Tengah

(CKB) ....................................................................................................... 22

Tabel 5. Sifat Kimia Tanah Kalimantan Selatan (SKB) dan Kalimantan Tengah

(CKB) ....................................................................................................... 23

Tabel 6. Sifat Kimia Tanah Kalimantan Selatan (SKB) dan Kalimantan Tengah

(CKB) ....................................................................................................... 26

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian .................................................................... 4

Gambar 2. Peta Wilayah Titik Sampling ................................................................. 16

Gambar 3. Konsentrasi Sel Bakteri Tanah Sulfat Masam Kalimantan Selatan (SKB)

dan Tengah (CKB) yang ditumbuhkan pada pH normal serta dan yang

ditumbuhkan pada pH Asam (SKB-Asam) dan (CKB-Asam)................ 27

Gambar 4. Keragaman Bakteri Berdasarkan OTU (Operational Taxonomy Unit) .... 29

Gambar 5. Diagram Venn Pola Tumpang Tindih antar sampel SKB dan CKB ........ 30

Gambar 6. Komposisi Komunitas Bakteri Tanah Sulfat Masam Kalimantan Selatan

dan Kalimantan Tengah ........................................................................ 31

Gambar 7. Kelimpahan Genus pada Tanah masam Kalimantan Selatan (SKB) dan

Tengah (CKB) ...................................................................................... 33

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perbandingan Teknologi Alat Sekuensing Generasi Kedua ................. 53

Lampiran 2. Kriteria Hasil Analisi Tanah ............................................................... 54

Lampiran 3. Diagram Segitiga Tekstur menurut USDA .......................................... 56

Lampiran 4. Total Populasi Bakteri Asal Tanah Sulfat Masan Kalimantan Selatan

(SKB) dan Kalimantan Tengah (CKB) ............................................. 57

Lampiran 5. Ekstraksi DNA menggunakan Norgen Soil DNA Isolation Plus Kit

#64000 ............................................................................................. 58

Lampiran 6. Visualisasi DNA Jasil PCR ................................................................ 58

Lampiran 7. Keragaman Bakteri Berdasarkan OTU (Operational Taxonomy Unit)…59

Lampiran 8. Keseluruhan Filum, Kelas, Famili, dan Genus serta Kelimpahan Relatif

(KR) Bakteri Tanah Sulfat Masam Kalimantan Selatan (SKB) dan

Kalimantan Tengah (CKB) ................................................................. 60

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan rawa di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai lahan

pertanian. Namun, lahan ini mempunyai beberapa kendala dalam hal kesuburan tanah,

salah satunya yaitu lahan yang bersifat sulfat masam. Tanah sulfat masam memiliki

karakteristik berupa ketersediaan hara P yang rendah karena difiksasi oleh Al dan Fe,

serta rendahnya kejenuhan basa yang memicu larutnya unsur beracun dan

meningkatnya kahat hara (kekurangan unsur hara) sehingga tanah menjadi tidak

produktif (Suastika, Hartatik, & Subiksa, 2010).

Menurut Widjaja dan Alihamsyah (1998) luas tanah sulfat masam di Indonesia

mencapai 6.7 juta hektar dan sekitar 1.7 juta hektar lahan tersebut terdapat di

Kalimantan (Haryono, Noor, Syahbuddin & Sarwani, 2013). Potensi lahan sulfat

masam di Kalimantan yang luas inilah menjadi latar belakang diperlukannya

pengelohan lahan sulfat masam agar berdaya guna untuk meningkatkan lahan produksi

pertanian. Tanah sulfat masam di Kalimantan memiliki karakteristik dan tipe lahan

yaitu Potensial tipe B dengan karakter lahan terluapi air pasang hanya pada musim

hujan dan tipe lahan Aktual tipe C yakni dipengaruhi muka air tanah dengan kedalaman

kurang dari 50 cm. Kedua tipe lahan tersebut banyak dijumpai di Kalimantan Selatan

dan Kalimantan Tengah.

Salah satu cara skrining sumber daya tanah sulfat masam yaitu mengidentifikasi

keanekaragaman mikroba di dalamnya khususnya mikroba yang bersifat dapat

mereduksi sulfat untuk mempelajari hubungan komunitas mikroba tersebut dalam

berkontribusi pada peningkatan produktivitas tanah sulfat masam serta vegetasi di

lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pranatasari (2012) bahwa

vegetasi yang tumbuh pada lahan yang tidak ditanami tumbuhan pangan merupakan

“seed bank” berbagai spesies mikroba yang berkontribusi untuk produktivitas tanah

dan tanaman saat tanam berikutnya. Penelitian terdahulu oleh Kurniawati, Hamzah

Muttaqin, dan Giyanto (2017) mengenai keanekaragaman bakteri pada pertanaman

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

2

padi di lahan rawa sulfat masam Desa Karang Indah, Kab. Barito Kuala, Kalimantan

Selatan, memperoleh hasil isolat bakteri sebanyak 31,75%, di antaranya merupakan

kelompok bakteri Actinomycetes, Bacillus, Cromobacterium dan Pseudomonas.

Namun metode yang digunakan hanya terbatas mengkultivasi mikroba pada media

tertentu seperti media tryptic soy agar (TSA), water yeast extract agar (WYE), dan

nutrient agar (NA). Metode kultivasi dinilai kurang efisien dari segi waktu dan tenaga,

serta kurang memadai untuk menganalisis komunitas mikroba pada lingkungan

alaminya, sehubungan dengan adanya sejumlah besar bakteri yang belum dapat

dikulturkan, sehingga diperlukan cara yang lebih valid dan akurat untuk mengetahui

keragaman mikroba, salah satunya dengan menggunakan Next Generation Sequencing

(NGS).

NGS merupakan salah satu teknologi molekuler berdasarkan pada analisis

DNA total komunitas mikroba dan diharapkan dapat mengatasi keterbatasan teknik

pengkulturan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Jarvis et al, (2013)

menggunakan teknologi NGS memperoleh sebanyak 16.400 Operational Taxonomi

Unit (OTU) terdiri dari filum Proteobacteria, Actinobacteria, Bacteroidetes,

Cyanobacteria dan Verrucomicrobia dari sampel Sungai Mississippi, Amerika Serikat.

Penerapan NGS lainnya pada digunakan pada studi metagenomik dari bakteri endofit

pada tanaman lidah buaya (Akinsanya, Goh, Lim, & Ting, 2015). Penelitian mengenai

keanekaragaman bakteri tanah sulfat masam dengan teknik NGS belum pernah

dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendukung analisis keanekaragaman

bakteri tanah sulfat masam di Kalimantan Selatan (lahan Potensial tipe B) dan

Kalimantan Tengah (Aktual tipe C) perlu dilakukan identifikasi keanekaragaman

bakteri tanah sulfat masam di dalamnya melalui pendekatan molekuler menggunakan

analisis NGS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui informasi keanekaragaman komunitas

bakteri tanah sulfat masam baik yang dapat dikulturkan maupun yang tidak dapat

dikulturkan (viable but not culturable) dengan menggunakan analisis NGS. Informasi

keanekaragaman mikroba tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi genus unik

sebagai plasma nutfah mikroba adaftif dan dapat mengoptimalkan peran mikroba

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

3

tersebut dalam strategi pengelolaan lahan sulfat masam untuk peningkatan

produktivitas tanah dan tanaman.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1) Bagaimana keanekaragaman komunitas bakteri pada tanah sulfat masam dari

dua tipe lahan rawa potensial tipe B di Kalimantan Selatan (SKB) dan Aktual

tipe C di Kalimantan Tengah (CKB) dengan pendekatan NGS?

2) Bagaimana tingkat kesuburan lahan sulfat masam pada kedua tipe rawa

tersebut?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1) Adanya perbedaan tipe lahan rawa (Potensial tipe B dan Aktual tipe C) di

Kalimantan mempengaruhi perbedaan keanekargaman komunitas bakteri.

2) Semakin beragam struktur komunitas bakteri pada lahan rawa maka semakin

baik kualitas atau tingkat kesuburan lahan tersebut untuk dikembangkan

sebagai lahan pertanian.

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengetahui keanekaragaman komunitas bakteri tanah sulfat masam dari dua

tipe lahan rawa, potensial tipe B di Kalimantan Selatan (SKB) dan Aktual tipe

C di Kalimantan Tengah (CKB).

2) Mengetahui tingkat kesuburan lahan sulfat masam pada kedua tipe lahan rawa

tersebut.

1.5 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah :

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui hubungan keanekaragaman

mikroba dari ekosistem tanah sulfat dengan aktivitas atau fungsi tanah yang dapat

digunakan untuk menilai status kesuburan tanah. Adanya informasi tersebut

diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan yang mempelajari optimasi fungsi tanah

sulfat masam untuk peningkatan produksi pertanian secara ramah lingkungan. Saran-

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

4

saran pengelolaan tanah dengan karakter keanekaragaman hayati dan daya dukung

ekosistem yang dimiliki dapat dibuat untuk mengoptimalkan fungsinya dalam

peningkatan produksi pertanian di tanah sulfat masam.

Data-data yang diperoleh dapat menjadi basic data untuk pengembangan

strategi dan teknologi adaptasi untuk penyesuaian kegiatan dan teknologi dengan

kondisi ekosistem lahan rawa.

1.6 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian

Lahan rawa di Indonesia

memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai lahan

pertanian

Lahan Sulfat Masam Lahan Salin Lahan Gambut

Menggali potensi komunitas

mikroba khas guna produktivitas

lahan sulfat masam

Analisis Molekuler NGS Isolasi dengan teknik

TPC

Keanekaragaman komunitas bakteri tanah sulfat masam pada dua tipe lahan rawa di Kalimantan

---- Kendala

Mikroba yang dapat di kultur

(culturable mikroba)

Mikroba yang tidak dapat di kultur

(viable but not culturable)

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi dan Karakteristik Lahan Rawa di Kalimantan

Luas Pulau Kalimantan untuk wilayah Indonesia diketahui sebesar 544.150 km2,

yang terbagi dalam lima provinsi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara (Sosilowati et al.,

2017). Secara geografis, Kalimantan Selatan memiliki kawasan dataran rendah di

bagian barat dan pantai timur yang di dominasi berupa lahan gambut dan rawa,

sedangkan dataran tingginya merupakan hutan hujan tropis (BPS KalSel, 2017).

Vegetasi yang tumbuh pada ekosistem lahan rawa di Kalimantan Selatan secara umum

didominasi oleh tanaman purun tikus (Eleo charisdulcis), karamunting (Melastoma

sp.), Kalaikai (Stochleana palustris J.Sm), tanaman Lombok-lombokan, dan beberapa

tanaman pada varietas lokal (Siam) (Erny et al.,2015)

Wilayah terbesar lainnya yaitu Kalimantan Tengah yang memiliki luas 157.983

km² dan sebesar 80% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah merupakan hutan

primer tersisa sekitar 25% dari luas wilayah (BPS Kalteng, 2017). Rata-rata curah

hujan per tahun di Kalimantan Tengah 1.048-1.930 mm dengan hari hujan 166-169

hari. Kisaran suhu udara adalah Max. 32,4±0,62; Min. 24,23± 1,16 dan kelembapannya

berkisar 86,6±2,23 (Haryono et al., 2013).

Setiap tanah memiliki kandungan sesuai ukuran yang bermanfaat bagi kehidupan

makhluk lain didalamnya, begitu juga dengan luas tanah rawa di Kalimantan yang

berpotensi dikembangkan sebagai lahan pertanian. Sebagaimana Allah SWT berfirman

dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr: 19 bahwa segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan di

bumi ini sudah ada kadarnya masing-masing sesuai ukuran.

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan

Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (QS. AL-Hijr : 19)

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

6

Berdasarkan kompilasi beberapa peta rawa yang dilakukan Balai Besar Sumber

Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) tahun 2014, diketahui bahwa luas rawa di Indonesia

sebesar 34.926.551 ha (Tabel 1).

Tabel 1.Perkiraan Luas Lahan Rawa di Indonesia (Sumber: BBSDLP, 2014)

Pulau Rawa pasang

surut Rawa lebak Rawa gambut Total luas

…………………….…..x 1.000 ha……………………....

Sumatera 2.501.888 3.988.301 6.436.646 12.926.835

Jawa 896.122 0 0 896.122

Kalimantan 2.301.410 2.944.085 4.778.005 10.023.500

Sulawesi 318.030 706.220 23.844 1.048.094

Maluku 74.395 88.159 0 162.554

Papua 2.262.402 3.916.123 3.690.921 9.869.446

Indonesia 8.354.247 11.642.288 14.929.416 34.926.551

Lahan rawa umumnya tergenang dengan vegetasi hutan primer yang terdiri atas

hutan kayu atau hutan sekunder yang mencakup hutan galam, serapat, belangiran dan

sejenisnya. Faktor yang mempengaruhi pembentukan lahan rawa antara lain bahan

induk penyusun, sedimentasi, vegetasi awal, intensitas pelapukan yang ditentukan oleh

curah hujan, suhu, kelembaban sinar matahari, luapan pasang atau banjir, dan waktu

(Haryono et al., 2013).

Lahan rawa pasang surut adalah lahan yang airnya dipengaruhi oleh pasang

surutnya air laut atau sungai. Badan Litbang Pertanian membagi tipe luapan air lahan

pasang surut berdasarkan pasang siklus bulanan menjadi tipe luapan A, B, C dan D

(Wijaya, 1986). Lahan bertipe luapan A selalu terluapi air pasang, baik pada musim

hujan maupun musim kemarau, sedangkan lahan bertipe luapan B hanya terluapi air

pasang pada musim hujan saja. Lahan bertipe luapan C tidak terluapi air pasang tetapi

dipengaruhi muka air tanahnya dengan kedalaman kurang dari 50 cm, sedangkan lahan

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

7

bertipe luapan D adalah seperti tipe C hanya kedalaman air tanahnya lebih dari 50 cm

(Susilawati, Nursyamsi, & Syakir, 2016).

Walaupun lahan rawa pasang surut potensial dan strategis dikembangkan sebagai

lahan pertanian namun, lahan ini mempunyai beberapa permasalahan dari segi

kesuburan tanah, antara lain pH tanah dan kandungan hara yang rendah, kandungan Fe

dan aluminium yang tinggi, genangan air yang sering tidak dapat dikendalikan

(Purnomo et al., 2005), serta kandungan H2S dan Mn yang dapat mencapai tingkat

racun (Andriesse & Sukardi, 1990). Salah satu masalah tersebut ditemukan pada tanah

sulfat masam. Tanah sulfat masam yang mengalami oksidasi karena didrainase akan

menghasilkan logam Fe dalam jumlah yang mencapai racun dan kemasaman yang

sangat tinggi (Shamshuddin et al., 2004).

2.2 Tanah Sulfat Masam

Tanah sulfat masam terbentuk sekitar ribuan tahun yang lalu setelah proses

peningkatan muka air laut atau transgresi dalam membentuk pirit. Pembentukan pirit

dapat terjadi karena kondisi lingkungan anaerob, adanya sumber sulfat (sebagai aseptor

elektron terakhir) terlarut biasanya dibawa dari air laut, bahan organik sebagai sumber

energi bakteri, sumber besi (umumnya berasal dari sedimen yang mengandung besi

oksida dan hidroksida (Dent & Pons, 1995). Reduksi ion sulfat menjadi sulfida

dilakukan oleh bakteri pereduksi sulfat. Sulfida-sulfida yang terbentuk selanjutnya

mengalami oksidasi parsial menjadi sulfur elemental dan ion polisulfida. Reaksi sulfida

terlarut dengan besi menghasilkan besi monosulfida (FeS) (Susilawati et al., 2016).

Reaksi monosulfida dengan sulfur ini yang membentuk pirit. Persamaan reaksi

keseluruhan proses pembentukan pirit dinyatakan sebagai berikut:

Fe2O3(s) + 4SO4 2- (aq) + 8CH2O + 1/2O2(aq) ------ 2FeS2(s) + 8HCO3

- (aq) + 4H2O

Pada keadaan tereduksi, pirit bersifat stabil sesuai dengan suasana lingkungan

pembentukannya. Namun, penurunan air tanah yang dapat disebabkan peristiwa alam

seperti gerakan tektonik, atau pembuatan drainase yang tidak ramah lingkungan dapat

menyebabkan oksigen dapat menembus ke dalam tanah dan menyebabkan oksidasi

pirit. Produk akhir oksidasi pirit adalah Fe3+oksihidroksida, proton, dan sulfat:

FeS2 + 3.75O2 + 3.5H2O → Fe (OH)3 + 4H+ + 2SO42−

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

8

Peristiwa oksidasi pirit secara abiotik dan dilakukan oleh aktivitas mikroba

asidofilik pengoksidasi pirit diistilahkan dengan peristiwa “leaching” yaitu aktivitas

mikroba mempercepat laju reaksi oksidasi pirit dengan co-oksidasi Fe(OH)3 yang

menghasilkan Fe3+ yang berperan sebagai pengoksidasi kuat pirit (Wu et al., 2013).

Oksidasi pirit juga menghasilkan oksida besi (Fe2O) dalam bentuk karat (Yu et al.,

2012). Sedangkan dampak ion sulfat (SO4-2) dan hidrogen (H+) menyebabkan

penurunan pH tanah atau air menjadi sangat masam yang selanjutnya menyebabkan

kelarutan Al3+, Fe2+ dan Mn2+ tinggi dalam tanah sehingga kejenuhan basa menjadi

rendah dan terjadi kekahatan unsur hara di dalam tanah (Widjaja & Alihamsyah, 1998).

Berdasarkan kedalaman pirit dan tingkat intensitas oksidasi yang terjadi, Widjaja

et al., (1986) dalam Suastika et al., (2010) mengklasifikasikan lahan sulfat masam

menjadi tiga golongan yaitu lahan potensial (Sulfat masam Potensial) dengan kadar

pirit <2% pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah; lahan sulfat masam potensial

dengan ciri kadar lapisan pirit sebesar >2% tidak/belum mengalami proses oksidasi,

dan terletak lebih dangkal <50 cm; serta lahan sulfat masam actual dicirikan keadaan

pH tanah <3,5.

Sifat fisika tanah utama sulfat masam adalah tekstur tanah yang umumnya liat

(clay), lempung (loam), dan sebagian berpasir (sandy), kerapatan tergolong rendah,

yaitu berkisar 0,52 – 0,95 g cm-3, dan porositas antara 64,2-80,4% (Nugroho et al.,

1998). Tanah sulfat masam mempunyai karakteristik kimia tanah yang kurang baik

yakni ketersediaan fosfat rendah karena diikat oleh besi atau aluminium dalam bentuk

besi fosfat atau aluminum fosfat. Sumber kemasaman tanah sulfat masam berasal dari

senyawa pirit (FeS2) yang teroksidasi melepaskan ion-ion hidrogen dan sulfat yang

diikuti oleh penurunan pH menjadi sekitar 3 (Subagyo & Widjaja, 1998).

2.3 Bakteri Tanah

Bakteri indigenous yaitu bakteri yang secara alami hidup bebas di alam dan

memiliki berbagai macam manfaat bagi manusia. Beberapa hasil penelitian yang

memanfaatkan bakteri indigenous telah banyak dilaporkan misalnya sebagai agen

bioremediasi limbah (Diswanto & Kardena, 2010) agen pengendali hayati tanaman;

penghasil antibiotik (Ta, 2011); agen pelarut fosfat (Marista et al., 2013); penghasil

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

9

enzim-enzim potensial yang pemanfaatannya dapat digunakan dalam bermacam

bidang industri dan sebagainya (Baehaki et al., 2011).

Secara garis besar komunitas bakteri, fungi aktinomisetes, dan archea di dalam

tanah berperan dalam siklus C, N, P, dan unsur lainnya. Seperti diketahui spesies-

spesies mikroba dari kelompok bakteri, fungi, dan aktinomisetes mampu berperan

sebagai penyedia hara di dalam tanah atau secara langsung bagi tanaman seperti bakteri

penambat N, pelarut fosfat dan Kalium (Pambudi, 2017).

Ketersediaan fosfat dalam tanah umumnya rendah, karena fosfat terikat dalam

bentuk Fe-fosfat dan Al-fosfat pada tanah asam atau dalam bentuk Ca3(PO4)2 pada

tanah basa, sehingga fosfat tidak dapat begitu saja digunakan oleh tanaman (Suliasih

& Rahmat, 2007). Tanah sulfat asam merupakan jenis tanah yang secara alami

mempunyai produktivitas rendah. Tanah jenis ini didominasi oksida Al dan Fe serta

daya ikat P yang tinggi sehingga menyebabkan unsur P rendah atau tidak tersedia

dalam tanah (Silitonga & Priyani, 2013).

Bakteri pelarut fosfat (BPF) di dalam tanah mempunyai kemampuan melepas

Fosfor (P) dari ikatan Fe, Al, Ca dan Mg, sehingga P yang tidak tersedia menjadi

tersedia bagi tanaman (Rao, 1994). Bakteri yang mempunyai kemampuan sebagai

pelarut fosfat dalam tanah beberapa diantaranya adalah dari genus Pseudomonas,

Bacillus dan Rhizobium yang diisolasi dari negara tropis, juga dilaporkan dapat

melarutkan fosfat (Rodríguez & Fraga, 1999).

Sebagian besar bakteri tanah bersifat heterotroph, yang memanfaatkan sumber

energi organik yang sudah jadi seperti gula, tepung pati, selulosa, dan protein,

sedangkan sebagian kecil bakteri tanah yang ditemukan pada tanah sulfat masam

bersifat autotroph, yakni memanfaatkan energi dari sumber anorganik, salah satunya

berasal dari genus Ferrobacillus yang memanfaatkan Fe dan Thiobacillus yang

memanfaatkan belerang (Haryono et al., 2013).

2.4 Metode Identifikasi Komunitas Mikroba

Metode yang umum digunakan untuk identifikasi komunitas mikroba terbagi

menjadi dua, yaitu: (1) metode menggunakan teknik molekuler untuk analisis DNA;

dan (2) metode yang hanya mengidentifikasi mikroba yang dapat dikulturkan.

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

10

Beberapa metode molekuler yang melibatkan ekstraksi dan analisis DNA dari seluruh

komunitas mikroba meliputi Terminal Restriction Fragment Length Polymorphism (T-

RFLP), Denaturing Gradient Gel Electrophoresis (DGGE), Thermal Gradient Gel

Electrophoresis (TGGE), Single Strand Conformation Polymorphism (SSCP),

Automated Ribosomal Intergenic Spacer Analysis (ARISA), amplifikasi fragmen-

fragmen asam nukleat dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), dan

Fluorescent In Situ Hybridization (FISH). Struktur dari profil-profil yang didapatkan

selanjutnya dianalisis melalui Principal Component Analysis (PCA) atau analisis

komputasi (misalnya analisis kluster dan dendrogram) (Susilowati, Suwanto, Sudiana,

& Mubarik, 2015).

Metode identifikasi mikroba yang dapat dikulturkan dilakukan dengan

mengkultivasi berbagai tipe mikroba di dalam sampel pada nutrisi selektif untuk

memacu pertumbuhannya, kemudian diidentifikasi isolat-isolat dari koloni yang

dominan. Prosedur ini tidak efisien dari segi biaya dan tenaga, karena setiap isolat harus

dipelajari lebih lanjut dengan mengamati sifat fisiologi, taksonomi, dan reaktivitasnya

terhadap pewarna (Susilowati et al., 2015).

Populasi bakteri yang diambil dari sampel alam mungkin tidak terwakili secara

akurat pada saat ditumbuhkan pada media agar-agar (Hattori, 1988). Teknik

pengkulturan kurang memadai untuk menganalisis komunitas mikroba pada

lingkungan alaminya, sehubungan dengan adanya sejumlah besar bakteri yang belum

dapat dikulturkan (Amann et al., 1995). Pendekatan culture memiliki kelemahan dalam

hal selektivitas yang rendah dan tidak efisien karena periode pengkulturan yang lama,

dan teknik ini juga kurang akurat menggambarkan komunitas bakteri yang disebabkan

oleh perubahan kondisi lingkungan (Liu et al., 1997).

Menurut Hugenholtz et al, (1998) metode molekuler berdasarkan pada analisis

DNA total komunitas mikroba tanah dapat mengatasi keterbatasan teknik

pengkulturan. Cara analisis komunitas berdasarkan gen 16S rRNA yang melibatkan

PCR DNA lingkungan, membuat pustaka klon, memilah klon ke dalam Operational

Taxonomical Units (OTUs) dengan analisis RFLP dan sekuensing bersifat sangat

efektif untuk analisis komunitas (Grobkopf et al., 1998). Analisis klon-klon sekuen gen

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

11

16S rRNA dari DNA lingkungan dapat memfasilitasi deteksi dan identifikasi mikroba

yang tidak dapat dikulturkan (Lueders & Friedrich, 2000).

2.5 Next Generation Sequencing (NGS)

Metode sekuensing DNA yang pertama kali digunakan adalah metode Sanger

(Sanger dideoxy sequencing). Metode ini menggunakan DNA templat dan memerlukan

primer spesifik untuk reaksi sekuensing. Panjang sekuen yang dihasilkan berkisar

antara 1.000-1.200 pasang basa (bp) dan tidak mampu mencapai lebih dari 2.000 bp

(Tinning & Genome, 2013).

Generasi kedua teknologi sekuensing setelah generasi pertama Sanger dikenal

dengan next generation sequencing (NGS). Filosofi dasar pembentukan mesin NGS

diadaptasi dari metode sekuensing shotgun (Shendure, Mitra, Varma, & Church, 2004).

Istilah NGS secara kolektif digunakan untuk mendeskripsikan semua teknologi

sekuensing selain teknologi sekuensing Sanger. Teknologi ini berpotensi menekan

biaya sekuensing satu genom manusia hanya dengan USD1.000 (Kling, 2005).

Pada metode NGS, templat DNA dipotong dengan enzim restriksi lalu fragmen

DNA diklon pada vektor sekuensing dan individu fragmen DNA setiap klon disekuen

terpisah. Hasil sekuen lengkap dari fragmen DNA yang panjang dapat diperoleh

dengan menjajarkan (alignment) dan menyambung (assembly) sekuen fragmen DNA

berdasarkan bagian sekuen yang berkomplemen (overlapping), yang memungkinkan

pemetaan genom manusia dapat diselesaikan (Tasma, 2015).

Teknologi NGS dapat membaca templat DNA secara acak (random) sepanjang

seluruh genom dengan membuat potongan-potongan pendek DNA genom, kemudian

menyambungkannya dengan adapter (potongan DNA pendek yang didesain khusus

untuk tujuan ini) agar dapat dibaca oleh mesin NGS secara random selama proses

sintesis DNA (Oecd, 2017). Oleh karena itu teknologi NGS sering disebut dengan

sekuensing paralel secara masif (massively parallel sequencing). Panjang bacaan

sekuen DNA yang dihasilkan mesin NGS jauh lebih pendek dibandingkan bila

menggunakan mesin sekuensing dengan metode Sanger. NGS menghasilkan panjang

sekuen DNA antara 50-500 bp (Tinning & Genome, 2013). Karena sekuen yang

dihasilkan NGS pendek, sekuensing setiap fragmen DNA mesti dilakukan lebih dari

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

12

sekali ukuran genom (genome sequence coverage), hal ini dilakukan untuk menjaga

akurasi data hasil sekuensing (Oecd, 2017).

Tiga teknologi NGS utama yang tersedia saat ini adalah Roche/454

pyrosequencing platform, Illumina Solexa polymerase sequencing platform, dan

ABI/SOLID ligase sequencing technology. Jika dibandingkan dengan metode

sekuensing Sanger, ketiga teknologi NGS ini menghasilkan data sekuen yang jauh

lebih banyak dalam sekali menjalankan alat. Oleh karena itu alat ini dikenal dengan

high throughput sequencing platforms (Ansorge, 2009). Prinsip dasar ketiga alat NGS

tersebut berbeda, baik dalam menghasilkan data sekuen, kualitas data yang dihasilkan

maupun biaya sekuensing terlamppir pada (Lampiran 1).

Alat Roche/454 menghasilkan data sekuen terpanjang, tetapi kuantitas data

sekuennya terendah (lowest throughput). Jumlah sekuen basa yang dihasilkan

Illumina/Solexa tertinggi (highest throughput), tetapi panjang bacaannya hanya sekitar

100 basa. Panjang bacaan yang dihasilkan ABI/SOLID terpendek, hanya sekitar 50

basa, tetapi tingkat kesalahan pembacaan DNA pada proses sekuensing (error rate)

paling rendah. Teknologi NGS merupakan revolusi metode sekuensing dan

menghasilkan data sekuen yang luar biasa besar dalam waktu relatif singkat

dibandingkan dengan metode sekuensing Sanger (Gao et al., 2012).

Beberapa penelitian terkait penerapan teknologi NGS dalam mempelajari

keanekaragaman mikroba antara lain yaitu (1) penelitian yang dilakukan oleh Jarvis et

al, (2013) menggunakan teknologi NGS dan hypervariable V6 dari 16S rDNA,

memperoleh sebanyak 16.400 Operational Taxonomi Unit (OTU) yang diamati

(4594±824 OTU per sampel). Proteobacteria, Actinobacteria, Bacteroidetes,

Cyanobacteria dan Verrucomicrobia dicatat 93.6 ±1.3% dari semua urutan yang

terbaca, dan 90.5 ± 2.5% dari OTU dibagi di antara semua situs (n = 552).

(2) penelitian oleh Akinsanya et al, (2015) terkait studi metagenomik dari bakteri

endofit pada tanaman lidah buaya, dengan menilai amplitudo PCR-nya. Urutan 16S

rDNA (wilayah V3-V4) dengan teknik metagenomics Illumina digunakan untuk

menghasilkan total 5.199.102 pembacaan dari sampel. Analisis mengungkapkan

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

13

Proteobacteria, Firmicutes, Actinobacteria dan Bacteriodetes sebagai genera

dominan.

(3) penelitian terkait pusaka genom kakao oleh Tasma, Satyawan, dan Rijzaani

(2012) menggunakan sequencing HiSeq2000, menghasilkan konstruksi pustaka genom

berukuran 300 pasang basa (bp) dengan masing-masing konsentrasi 14,70 ng/µl

(ICCR02), 15,20 ng/µl (ICCR04), dan 12,90 ng/µl (SUL02). Sekuensing ketiga genom

tersebut menghasilkan data sekuen 52,9 x 109bp. Klaster DNA pustaka genom

memiliki nilai Q scores>30 (75,0%) dengan tingkat kesalahan pembacaan basa rendah

(1,47%). Berdasarkan hasil kualitas klaster pustaka genom ketiga genotipe kakao

tersebut termasuk kategori pustaka ideal.

(4) penelitian dengan pengurutan Illumina-MiSeq dari amplikon gen 16S rRNA

dan 18S rRNA oleh Wang et al, (2017) menemukan bahwa komposisi dan

keanekaragaman mikroba tanah berbeda antara tanah yang terinfeksi bakteri layu

(Ralstonia solanacearum) dengan tanah yang sehat. Komunitas mikroba tanah

bervariasi pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman karena perubahan komposisi

eksudat akar dan pH tanah. Tanah yang sehat menunjukkan keanekaragaman mikroba

yang lebih tinggi daripada tanah yang terinfeksi bakteri layu. Mikroba menguntungkan

yang lebih berlimpah termasuk Bacillus, Agromyces, Micromonospora,

Pseudonocardia, Acremonium, Lysobacter, Mesorhizobium, Microvirga,

Bradyrhizobium, Acremonium dan Chaetomium lebih banyak ditemukan pada tanah

sehat daripada tanah yang terinfeksi bakteri yang layu.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

14

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan sejak bulan April sampai Agustus 2019 di Laboratorium

Mikrobiologi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber

Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Jalan Tentara Pelajar 3A Bogor. Penelitian ini

menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan teknologi Next

Generation Sequencing (NGS) dan didukung dengan data kuantitatif berupa hasil

perhitungan total populasi mikroba yang dapat dikulturkan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah neraca analitik,

autoklaf, oven, alat sentrifugasi (Microfuge 22R Beckman CoulterTM), laminary air

flow, penangas air, pH meter, refrigerator, freezer -20℃, deep freezer -80℃ (Laxicon®

ult freezer ESCO), tabung mikro berukuran 2 ml, 1.5 ml, 0.5 ml dan 0.1 ml, pipet mikro,

tip pipet mikro (putih, kuning dan biru), alat Mini Beads Cell Disrupter, nanodrop

(Thermo Scientific nanodrop 2000 spectrophotometer), mesin PCR (Swift Maxi R-

ESCO), alat elektroforesis (Mupid-EXU Sub Marine Electrophoresis System), UV

transiluminator, dan kamera digital, komputer, GPS, bor tanah, peralatan untuk analisis

tanah, plastik zip lock, label, ice box, dan peralatan gelas mikrobiologi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain akuades, kit Wizard DNA

genomic extraction kit (Promega), kit ZIMOBIOMIC, bufer Tris-Acetic acid-EDTA

(TAE) (50x, 1x, dan 0.5x), bufer Tris-EDTA (TE), kloroform, ethanol 70%, natrium

asetat 3 M, GoTaq® Green Master Mix, loading dye (Promega, Madison), nuclease

free water, marker DNA ladder 100 bp dan 1 kb, primer-primer 16S rRNA, agarosa,

gel red serta bahan-bahan habis pakai.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling, dimana

pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik dari masing-masing ekosistem tanah

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

15

sulfat masam. Sampel tanah diambil dari dua lokasi lahan rawa sulfat masam yang

berbeda pada Gambar 2, dengan masing-masing keterangan tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Tanah

Lokasi Lahan Komposit Potensial Tipe B

(SKB) Ordinat

Desa Tanjung

Harapan, Kec.

Alalak, Kab. Barito

Kuala, Kalimantan

Selatan. (Lokasi

berjarak 1.5 jam

perjalanan dari

Banjarbaru

Lahan sudah dibuka namun belum

ditanami berbagai jenis tanaman

(3º10’11’’S-

114º36’20’’E)

Lahan yang sudah dibuka dan telah

ditanami terus-menerus berbagai

macam tanaman

(3º10’09’’-

144º36’16’’E);

Lahan yang masih hutan atau belum

dibuka dan belum

ditanami/diusahakan berbagai

macam tanaman

(3º10’08’’S-

144º36’13’’E).

Lokasi Lahan Komposit Aktual Tipe C

(CKB) GPS

Desa Tamban Baru

Tengah, Kec.

Tamban Catur, Kab.

Kuala Kapuas,

Kalimantan Tengah

(Lokasi berjarak 3.5

jam perjalanan dari

Banjarbaru)

Lahan sudah dibuka namun belum

ditanami berbagai jenis tanaman

(3º12’33’’S-

114º25’44’’E)

Lahan yang sudah dibuka dan telah

ditanami terus-menerus berbagai

macam tanaman

(3º12’32’’S-

114º25’43’’E)

Lahan hutan atau belum dibuka dan

belum ditanami/diusahakan

berbagai macam tanaman

(3º16’12’’S-

114º25’16’’E)

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

16

Gambar 2. Peta Wilayah Titik Sampling

Sampel tanah diambil sampai kedalaman ± 20 cm dan setiap titik merupakan

merupakan komposit dari tiga blok pada tiap lokasi, setelah itu sampel dihomogenkan

dan dimasukan ke dalam kantong plastik zip lock. Kedua tipe lahan rawa masam

tersebut akan dipelajari dan dibandingkan keanekaragaman mikrobanya.

3.3.2 Analisis Fisik, Kimia, Sampel Tanah

Sifat fisik dan kimia tanah dari dua tipe lahan rawa sulfat masam daerah

Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dianalisis terlebih dahulu meliputi total C,

total N, P2O5, K2O, pH, Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Kejenuhan Basa (KB)

dilakukan di Bagian Pelayanan Jasa, Balai Penelitian Tanah. Cara kerja analisis sifat

kimia fisik tanah dilakukan berdasarkan buku panduan analisis kimia tanah, tanaman,

air dan pupuk oleh Balai Penelitian Tanah (Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan

Pupuk, 2009) berdasarkan SK Mentan no: 28/Permentan/SR.130/B/2009.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

17

3.3.3 Total Plate Count Bakteri Tanah Mi

Analisis total bakteri dilakukan di laboratorium mikrobiologi BB. Biogen.

Metode yang digunakan adalah metode plate count agar (PCA). Metode PCA atau

sering disebut dengan Standard Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media

pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung jumlah

bakteri total (semua jenis bakteri) yang terdapat pada setiap sampel. Metode PCA juga

dapat bertujuan untuk dapat membuat kluster bakteri-bakteri tertentu. Kultur mikroba

yang berhasil didapatkan dari analisis total bakteri digunakan untuk aplikasi lebih

lanjut.

Pertama, medium Nutrien Agar (NA) dan Soil Ekstrak Agar (SEA) dibuat untuk

menumbuhkan bakteri. Pembuatan media NA dilakukan dengan cara dimasukkan 11 g

nutrient broth dan 4 g Agar powder dilarutkan dengan akuades 500 mL. Sedangkan

ekstrak tanah instan atau Soil Ekstrak Agar (SEA) yang terdiri atas glukosa 0,1%,

dikalium fosfat 0,05% dan ekstrak tanah 1,775% dimasukan sebanyak 17,125 g

dilarutkan dengan akuades 500 mL. Selanjutnya kedua media dihomogenkan

menggunakan magnetic strirrer di atas hot plate lalu disterilisasi menggunakan

autoklaf pada suhu 121°C dengan tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Kemudian media

yang telah tersterilisasi didinginkan hingga mencapai suhu 45-50 ºC lalu dituang ke

dalam cawan petri steril. Masing-masing media dibuat dengan dua pH yang berbeda

yaitu pH normal (pH 7) dan pH asam mendekati pH tanah dengan ditambahkan asam

HCL sampai pH sekitar 3,5.

Sedangkan pembuatan garam fisiologis 8,5% dalam metode PCA dilakukan

dengan cara menimbang sebayak 0,85 g NaCl dilarutkan dalam 1 liter akuades lalu

dihomogenkan menggunakan magnetic strirrer di atas hot plate lalu disterilisasi

menggunakan autoklaf pada suhu 121°C dengan tekanan 1,5 atm selama 15 menit.

Kemudian sebanyak 10 g sampel tanah dimasukan ke dalam 90 mL larutan garam

fisiologis yang telah tersterilisasi dan dihomogenkan selama 30 menit menggunakan

shaker, lalu dilakukan pengenceran serial 10-1 sampai 10-5. Sebanyak 50 µl dari hasil

pengenceran ditumbuhkan pada dua media yakni ekstrak tanah instan (Himedia-SEA)

dan media Nutrien Agar (NA). Kemudian diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

18

ruang. Koloni yang tumbuh dihitung dan koloni-koloni yang dominan diambil untuk

disimpan.

3.3.4 Penentuan Komunitas Mikroba Dengan Pendekatan NGS

3.3.4.1 Ekstraksi dan pemurnian DNA dari sampel tanah

Ekstraksi dan pemurnian DNA langsung dari sampel tanah (dilakukan duplo

untuk setiap sampel tanah) menggunakan GenElute™ Soil DNA Isolation Kit

(GenEluteTM Soil DNA Isolation Kit Product Number DNB100 Storage: Room

Temperature, n.d.). Pertama, sebanyak 42 ml etanol 96-100% ditambahkan kedalam

botol yang berisi wash solution untuk membuat reagen wash solution. Sebanyak 250

miligram sampel tanah ditempatkan pada tabung beat beads 2 ml kemudian ke dalam

tabung ditambahkan 750 ml larutan Pelisis Buffer G yang mengandung 1% SDS, 100

mM Tris-HCl, 200 mM EDTA, dan 200 mM Na2HPO4, dan 50 µl. Lalu ditambahkan

100 µl larutan lisis aditif A. Selanjutnya larutan divortex sebentar lalu tabung

dihomogenasi menggunakan alat Mini Beads Cell Disrupter dengan kecepatan 14.000

rpm selama 2 menit. Supernatan diambil sebanyak 450 µl dan dipindahkan ke tabung

mikrosentrifuse bebas DNAse, lalu ditambahkan 100 µl Binding Buffer I. Setelah itu

diinkubasi pada suhu -4°C atau diatas es selama 5 menit. Kemudian tabung dibolak-

balik agar larutan homogen. Larutan ini selanjutnya disentrifugasi selama 2 menit pada

kecepatan 14.000 rpm untuk memadatkan protein dan partikel tanah.

Prosedur selanjutnya supernatant diambil sebanyak 450 µl dan dipindahkan ke

tabung mikrosentrifuse bebas DNAse, lalu di tambahlan 50 µl larutan OSR sambil

dibolak balik agar homogen, kemudian diinkubasi selama 5 menit di suhu es. Larutan

ini selanjutnya disentrifugasi selama 2 menit pada kecepatan 14.000 rpm, kemudian

supernatan diambil sebanyak 450 µl dan dipindahkan ke tabung Humic Acid lalu

disentrifugasi kembali dengan kecepatan 8000 rpm selama 1 menit.

O-ring biru pada tabung Humic acid dilepaskan dan dirakit ulang dengan spin

colom yang baru, kemudian campuran larutan hasil sentrifugasi tadi ditambahkan

dengan 230 µl etanol 94-100% dan disentrifugasi kembali selama 1 menit dengan

kecepatan 8000 rpm. Selanjutnya buang flowthrough (sisa larutan) dan rakit kembali

spin colom dengan tabung, lalu ditambahkan larutan Buffer SK sebanyak 500 µl dan

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

19

disentrifugasi kembali selama 1 menit dengan kecepatan 8000 rpm. Diulangi hal yang

sama namun larutan yang ditambahkan adalah 500 µl wash solution A. sentrifugasi

kembali dengan kecepatan 14000 rpm selama 2 menit untuk memastikan spin kolom

benar-benar kering.

Langkah terakhir ialah memindahkan spin colom ke tabung ependof 1,5 ml lalu

ditambakan 50 µl Buffer elution B dan disentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan

8000 rpm, selanjutnya larutan berisi DNA genomic yang telah dimurnikan disimpan

pada suhu -20°C untuk jangka panjang.

3.3.4.2 Amplifikasi gen 16S rRNA (PCR)

Gen 16S rRNA dari daerah yang berbeda (16SV4 / 16SV3 / 16SV3-V4 / 16SV4-

V5,) diamplifikasi menggunakan primer spesifik (16S V4: 515F-806R) dengan

barcode. Semua reaksi PCR dilakukan dengan Phusion® High-Fidelity PCR Master

Mix (Biolab New England).

Proses amplifikasi PCR dibuat dengan mencampurkan secara homogen

komponen-komponen berikut ini: 8.5 μL ddH2O (nuclease free water), 12.5 μL Go Taq

Green Master Mix 2x, masing-masing 1.0 μl primer untuk gen 16S rRNA dan 2.0 μl

DNA cetakan, sehingga total volume 25 µl. Kondisi PCR sama dengan kondisi PCR di

atas dengan suhu penempelan primer 55°C. Kualitas produk PCR diperiksa

menggunakan nanodrop dan dielektroforesis pada gel agarosa.

3.3.4.3 Kuantifikasi dan Kualifikasi Produk PCR

Elektroforesis dilakukan untuk mendeteksi hasil isolasi DNA dan hasil

amplifikasi PCR. Pertama, dilakukan pembuatan gel agarosa dengan 1% gel agarosa

(0.4 g agarosa dalam 40 ml bufer TAE 1x) dipanaskan sampai larut. Gel yang sudah

larut ditunggu sampai hangat kemudian dituang ke dalam cetakan yang telah disiapkan

sebelumnya. Gel dibiarkan memadat selama 30 menit. Kemudian sisir dilepaskan dari

cetakan kemudian gel diletakkan ke dalam tangki elektroforesis yang berisi bufer TAE

1x hingga terendam setinggi 1-2 mm.

Pengecekan hasil isolasi DNA dilakukan dengan mencampurkan 3 μl DNA hasil

ekstraksi dengan 3 μl loading buffer di atas aluminium foil, kemudian diaduk perlahan

dengan pipet dan dimasukkan ke dalam sumur yang terdapat pada gel. Marker dibuat

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

20

dengan mencampurkan 3 μl loading buffer dengan 3 μl marker (1kb). Sedangkan

elektroforesis DNA hasil amplifikasi PCR dideteksi dengan memasukkan 3 μl hasil

PCR dan 2 μl gen penanda DNA ke dalam sumuran pada gel, dan marker dibuat dengan

mencampurkan 3 μl loading buffer dengan 3 μl marker (100 kb).

Selanjutnya alat elektroforesis disambungkan ke sumber tegangan. Proses

elektroforesis berlangsung selama 25 menit pada tegangan 100 volt. Gel direndam di

dalam larutan etidium bromida selama 15 menit kemudian dibilas dalam bufer TAE

1x. Gel diletakkan di atas UV transluminator dan didokumentasikan. Sampel dengan

strip utama yang cerah antara 400-450bp dipilih untuk percobaan lebih lanjut. Apabila

produk DNA hasil PCR kurang baik maka dilakukan pencampuran dan pemurnian

produk PCR dengan cara larutan dicampur dalam rasio kesetimbangan, kemudian,

campuran produk PCR dimurnikan dengan Kit Ekstraksi Gel Qiagen (Qiagen, Jerman).

3.3.5 Analisis Data

Pustaka sequensing dihasilkan menggunakan NEBNext Ultra DNA Library Pre®

Kit untuk Illumina, dengan protokol tahapan kerja sesuai dengan instruksi produsen.

Sampel sekuensing berupa hasil isolasi DNA tanah dianalisis menggunakan DNA

sequencer. Namun dalam penelitian ini pengerjaan DNA sequencing dilakukan oleh

jasa Laboratorium First Base (1ˢᵗ Base) Malaysia.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat-sifat fisik, dan kimia tanah sulfat masam asal Kalimantan Selatan

dan Kalimantan Tengah

Hasil analisis sifat fisik pada tanah sulfat masam Kalimantan Selatan (SKB)

terdiri atas 11% pasir, 43% debu, 46% liat sedangkan tanah sulfat masam Kalimantan

tengah (CKB) terdiri atas 34% pasir, 29% debu, 37% liat (Tabel 3). Berdasarkan

Diagram Segitiga Tekstur menurut USDA Soil Survey Staff tahun 1990 (Lampiran 3)

yang tercantum pada hasil analisis tanah Balai Penelitian Tanah (Analisis Kimia Tanah,

Tanaman, Air dan Pupuk, 2009) tekstur tanah untuk daerah SKB termasuk kategori

tanah liat berdebu (sand clay) sedangkan daerah CKB termasuk kategori tanah

lempung berliat (clay loam).

Tabel 3. Sifat Fisik Tanah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

Karakteristik sifat kimia tanah sulfat masam Kalimantan Selatan (SKB) dan

Kalimantan Tengah (CKB) memiliki perbedaan yang tidak signifikan (Tabel 3)

berdasarkan penilaian hasil analisis tanah (Lampiran 2) dari Balai Penelitian Tanah

(Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk, 2009). Hasil analisis kandungan C

organik tanah di lokasi SKB dan CKB masing-masing sebesar 6,8% dan 13,45%. Hal

ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik pada kedua lahan sulfat masam

tersebut tergolong sangat tinggi (>5%) sebagaimana penilaian hasil analisis tanah

(Lampiran 2) dari Balai Penelitian Tanah (Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan

Sampel

Tekstur

Pasir Debu Liat

--------------------------- % --------------------------

SKB 11 43 46

CKB 34 29 37

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

22

Pupuk, 2009). Selanjutnya, kandungan N organik pada SKB sebesar 0,37% (tergolong

sedang) dan pada CKB 0,59%. (tergolong tinggi) berdasarkan Analisis Kimia Tanah,

Tanaman, Air dan Pupuk, (2009). Nitrogen total tanah digunakan sebagai indeks

penting untuk evaluasi kesuburan tanah dan mencerminkan status nitrogen dalam tanah

dimana unsur N sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar (Tewu, Theffie, &

Pioh, 2016). Menurut Syekhfani (2010) kandungan nitrogen total yang rendah dapat

disebabkan oleh kemampuan penyimpanan nitrogen yang buruk dari tanah berpasir

(tektur kasar) dan tanah yang berkadar bahan organik rendah.

Tabel 4. Sifat Kimia Tanah Kalimantan Selatan (SKB) dan Kalimantan Tengah (CKB)

Nilai rasio C/N merupakan indikator yang sangat sensitif untuk mengetahui

kondisi kesuburan tanah. Hasil menunjukan bahwa nilai rasio C/N kedua tanah sulfat

masam di SKB dan CKB tergolong tinggi (16-25 me/100 g tanah) berdasarkan kriteria

penilaian hasil Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk, (2009). Namun, tanah

sulfat masam asal Kalimantan Selatan (SKB) dapat dikatakan lebih subur karena

memiliki nilai rasio C/N yang relatif lebih rendah sebesar 18,378 me/100 g tanah

daripada C/N CKB sebesar 22,797 me/100 g tanah (Tabel 3). Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Ge, Xu, Ji, & Jiang (2013) bahwa semakin tinggi nilai rasio C/N,

maka semakin lambat laju dekomposisi bahan organik tanah oleh mikroorganisme,

juga sebaliknya semakin rendah nilai rasio C/N maka semakin cepat laju dekomposisi

bahan organik tanah oleh mikroorganisme.

Hasil analisis kadar P pada kedua masing-masing yaitu 26 ppm untuk SKB dan

41 ppm untuk CKB. Nilai tersebut tergolomg sangat tinggi (>15 ppm) berdasarkan

Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk, (2009). Pada penelitian ini, tanah

yang bersifat sulfat masam dan memiliki pH sangat rendah menjadi faktor utama yang

Sampel

pH Bahan organik HCl 25% Bray

1

Morgan

H2O KCl

Walkley

&Black Kjeldahl

C/N P2O5 K2O P2O5 K2O

C N

-------%------ -mg/100 g- --- ppm ----

SKB 3,97 3,59 6,80 0,37 18 43 15 26 122

CKB 3,80 3,52 13,45 0,59 23 62 14 41 177

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

23

mempengaruhi tingginya ketersediaan fosfor di tanah. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Afandi, Siswanto, dan Nuraini (2015) bahwa fosfor di dalam tanah berasal

dari pelapukan batuan mineral alami dan pelapukan bahan organik, sehingga apabila

terjadi reaksi masam-masam organik atau kadar pH dalam tanah rendah dapat

membentuk ikatan dengan Al dan Fe yang mengakibatkan pelepasan fosfat dalam

larutan tanah menjadi tinggi.

Selanjutnya, hasil kadar K pada lokasi SKB sebesar 15 mg/100 g dan CKB

sebesar 14 mg/100 g. Nilai tersebut tergolong rendah (10-20 mg/100 g tanah)

berdasarkan Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk, (2009). Menurut

Yuwono et al., (2012) besar kecilnya kandungan kalium (K) dalam tanah dipengaruhi

oleh kestabilan dan pergerakan (mobile) unsur kalium dalam tanah itu sendiri, serta

penyerapan olehketersedian kadar kalium dalam tanah tanah dapat berkurang

dikarenakan diserap oleh tanaman.

Tabel 5.Sifat Kimia Tanah Kalimantan Selatan (SKB) dan Kalimantan Tengah (CKB)

* >100 Terdapat kation-kation bebas disamping kation-kation dapat ditukar Hasil pengujian ini hanya berlaku bagi contoh yang diuji dan tidak untuk diperbanyak

Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam

menyerap dan menukar sejumlah kation (muatan positif) untuk terjadi keseimbangan

kimia dalam tanah, sedangkan muatan negatif berupa partikel-partikel tanah (lempung

dan bahan organik) berukuran koloid (Rustam, Umar, & Yusran, 2016). Hasil

Kapasitas Tukar kation pada tanah SKB dan CKB masing-masing sebesar 27,66 dan

35,03 cmol(+)/kg (Tabel 3). Kapasitas tukar kation pada kedua lokasi tersebut tergolong

tinggi (25-40 cmolc/kg) berdasarkan penilaian hasil analisis tanah dari Balai Penelitian

Sampel

Nilai Tukar Kation (NH4-Acetat 1N, pH7)

Ca Mg K Na Jumlah KTK KB*

------------------------ cmolc/kg ----------------- %

SKB 0,85 1,40 0,16 0,70 3,11 27,66 11

CKB 0,83 2,13 0,18 0,69 3,83 35,03 11

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

24

Tanah (Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk, 2009). Menurut Sarwono

2010 nilai KTK erat hubungannya dengan kesuburan tanah dikarenakan tanah dengan

KTK tinggi mampu menyerap kation lebih banyak dan menyediakan unsur hara lebih

baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh

kandungan liat, pH dan bahan organik dalam tanah tersebut sebagaimana pernyataan

Kumalasari, Syamsiyah, dan Sumarno (2011) bahwa meningkatnya pH tanah, dan

tingginya kandungan liat serta bahan organik membuat KTK meningkat. Tanah dengan

KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa seperti Ca, Mg, K, Na (Kejenuhan Basa

tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam,

Al, H+ (Kejenuhan Basa rendah) dapat mengurangi kesuburan tanah (Sinaga, 2010).

Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan

pH tanah. Lauber, Hamady, Knight, and Fierer (2009) menyatakan bahwa pH

merupakan indikator yang cukup baik untuk mendeteksi keanekaragaman bakteri di

tanah, merujuk pada hasil penelitiannya yang membuktikan bahwa keragaman tertinggi

di tanah dengan pH mendekati netral. Tinggi rendahnya pH tanah juga dapat

menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap akar tanaman. Sinaga, (2010)

memaparkan pada pH tanah netral unsur hara mudah larut dalam air, sedangkan pada

tanah asam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh

Alumunium (Al).

Hasil pH tanah di lokasi SKB dan CKB berkisar antara 3,5-3,9 (Tabel 3) sehingga

tanah pada kedua lokasi tersebut tergolong sangat asam (<4,5) (Analisis Kimia Tanah,

Tanaman, Air dan Pupuk, 2009). Menurut Foth (2010) jika tanah bereaksi masam,

maka sebagian tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik karena toleransinya

berkurang. Apabila tanah terlalu masam, maka sering terjadi keracunan Al dan Fe serta

sering terjadi fiksasi anion seperti fosfat dan sulfat (Sanchez, 2004).

Kejenuhan basa (KB) merupakan perbandingan jumlah kation basa yang

ditukarkan dengan kapastitas tukar kation (KTK) yang diyatakan dalam persen. Hasil

kejenuhan basa lokasi SKB dan CKB menunjukan hasil sama yaitu sebesar 11% (Tabel

3), nilai tersebut tergolong sangat rendah (<20%). Kondisi tersebut menunjukan bahwa

tanah di lokasi SKB dan CKB tergolong tanah masam, sesuai dengan pernyataan

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

25

Sufardi, Martunis, & Muyassir (2017) bahwa nilai KB yang rendah menunjukan

kemasaman tanah yang tinggi, sedangkan nilai KB yang tinggi menunjukan

kemasaman tanah yang rendah. Menurut Kumalasari et al, (2011) adanya peningkatan

kapasitas pertukaran kation, maka berdampak pada kejenuhan basa dalam tanah yang

semakin meningkat, hal ini disebabkan kation-kation yang dapat diserap oleh koloid

humus yang bermuatan negatif juga semakin banyak. Namun, hal ini terjadi karena

KTK yang dihitung di sini bukanlah KTK yang real (efektif), melainkan KTK

potensial. Sebagaimana pemaparan Uehara & Gillman (1981) bahwa KTK pada tanah-

tanah di daerah tropis tidak selalu menggambarkan jumlah kation yang diserap tanah

melainkan hanyalah sebagai KTK yang terbentuk dari muatan variabel (variable

charge) dan tidak menggambarkan aktual kation yang diserap pada permukaan koloid

(dikutip dalam Sufardi et al., 2017)

Hasil analisis tanah terhadap kadar kation basa tertukar (Ca-dd, Mg-dd, K-dd,

dan Na-dd) memperlihatkan bahwa secara umum kadar kation basa tertukar pada lahan

rawa sulfat masam di Kalimantan Selatan dan Tengah tergolong rendah, dengan jumlah

3,11-3,83 (masing-masing kisarannya dapat dilihat pada Tabel 3). Kadar Kalsium (Ca)

pada kedua lokasi (0,83-0,85 cmolc/kg) tergolong sangat rendah (<2 cmolc/kg). Tanah

yang memiliki kadar Ca rendah berdampak pada terganggunya pertumbuhan tanaman,

karena terpengaruh oleh tingginya ion Al dan Fe (Sufardi et al., 2017). Ca dapat

berperan untuk mengimbangi pengaruh negatif dari kation Al, Fe, dan Mn (Sanchez,

2004). Sama halnya dengan peran Magnesium (Mg) yang hampir sama seperti Ca yaitu

selain sebagai sumber hara juga berguna untuk mengimbangi kelarutan Al dan Fe yang

berlebihan pada tanah masam (Havlin et al., 2010). Kadar Mg pada lokasi SKB maupun

CKB masing-masing sebesar 1,40 dan 2,13. Kadar tersebut tergolong sedang (1,0-2,0

cmolc/kg) sampai tinggi (2,0-8,0 cmolc/kg) berdasarkan kriteria hasil analisis tanah

Balai Penelitian Tanah.

Kadar kalium (K) pada masing-masing lokasi SKB dan CKB menunjukan hasil

sebesar 0,16 dan 0,18 cmolc/kg. Nilai tersebut tergolong rendah (0,1 – 0,3 cmolc/kg).

Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara makro utama yang sangat penting bagi

tanaman (Mengel dan Kikrby, 2007), sehingga jika K tersedia di dalam tanah rendah,

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

26

maka tanaman akan terjadi defisiensi kalium (Sufardi, 2012). Salah satu faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya kandungan kalium dalam tanah adalah mobilitas gerak

ion di dalamnya, unsur hara kalium dalam tanah terbentuk lebih stabil dari unsur hara

nitrogen, dan lebih cepat bergerak dari unsur hara fosfor sehingga mudah berpindah

terbawa air hujan dan temperatur dapat mempercepat pelepasan dan pelapukan mineral

dalam pencucian kalium (Afandi, F.N., Siswanto, B., & Nuraini, Y. 2015). Tanah SKB

dan CKB memiliki kadar Na dalam tanah sebesar 0,70 dan 0,69 cmolc/kg. Berdasarkan

kriteria analisis Balai Penelitian tanah kadar tersebut tergolong sedang (0,4 – 0,7

cmolc/kg). Menurut (Foth, 2010) tanah yang baik adalah tanah yang mengandung

Natirium (Na) rendah atau <1,0 cmol kg-1, jika konsentrasi ion Na tinggi, maka akan

berpengaruh buruk pada tanah dan tanaman.

Tabel 6.Sifat Kimia Tanah Kalimantan Selatan (SKB) dan Kalimantan Tengah (CKB)

Kadar Al pada kedua lokasi SKB dan CKB masing-masing sebesar 7,75 dan 8,20

cmolc/kg (Tabel 3), apabila dikonversi menjadi satuaan ppm maka nilai tersebut

tergolong sangat tinggi (>40 ppm) sebagaimana penilaian hasil analisis tanah dari Balai

Penelitian Tanah (Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk, 2009). Kadar H+

sebesar 0,31 cmolc/kg pada daerah SKB dan 0,45 cmolc/kg pada daerah CKB, dan

kandungan total Fe pada kedua lokasi tersebut tergolong rendah (1-3 ppm). Kadar Al

yang tinggi merupakan salah satu faktor utama permasalan pada tanah sulfat masam.

Kedua lahan sulfat masam Kalimantan Selatan maupun Kalimantan tengah

menunjukan kadar Al yang sangat tinggi. Hal tersebut akan memicu larutnya unsur

beracun dan defisiensi berbagai unsur hara didalamnya sehingga produktivitas tanah

menjadi rendah, dimana Al akan berubah menjadi bentuk yang tidak larut [Al(OH)3]

jika pH di atas 5,5, sedangkan indikasi keracunan Al baru terjadi jika pH tanah <5,50

Sampel

KCl 1N T o t a l (HNO3)

Al 3+ H + Fe S

--------cmolc/kg------- ppm %

SKB 8,20 0,31 2,18 0,05

CKB 7,75 0,45 2,31 0,43

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

27

(Sufardi et al., 2017). Tingginya tingkat kemasaman tanah juga mengakibatkan

bertambahnya kelarutan ion-ion Fe2+, Al3+,dan Mn2+ di dalam tanah yang dapat bersifat

racun bagi tanaman (Sinaga, 2010).

4.2 Hasil Total Plate Count Bakteri Tanah

Perhitungan koloni bakteri tanah sulfat masam yang berasal dari dua tipe lahan

rawa Kalimantan Selatan (SKB) dan Kalimantan Tengah (CKB) tercantum pada

Gambar 2. Populasi bakteri tanah dari lahan sawah sulfat masam kedua lokasi tersebut

berada pada kisaran 4,30-6,30 Log CFU/g tanah. Hasil perhitungan Total Plate Count

(TPC) yang lebih tinggi di lokasi SKB (Lampiran 4) menunjukkan bahwa jumlah

bakteri tanah sulfat masam asal SKB lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bakteri

tanah rawa sulfat masam asal CKB.

Gambar 3. Konsentrasi Sel Bakteri Tanah Sulfat Masam Kalimantan Selatan

(SKB) dan Tengah (CKB) yang ditumbuhkan pada pH normal serta dan yang ditumbuhkan pada pH Asam (SKB-Asam) dan (CKB-

Asam).

Peningkatan total mikroba tanah disebabkan oleh beberapa faktor seperti kadar

air dalam tanah, pH tanah, dan bahan organik. Zahara, Wawan, dan Wardati (2015)

menyatakan bahan organik seperti C- dan N-organik dapat menjadi sumber energi dan

nutrisi bagi mikroba sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba di dalam tanah,

khususnya bakteri yang merupakan mikroorganisme perombak. Kesubururan tanah

juga menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi mikroba karena

semakin suburnya tanah menjadi media tumbuh yang baik untuk mikroba didalamnya.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

SKB SKB-Asam CKB CKB-Asam

5,60

6,23

5,485,00

6,046,30

4,30 4,30

LO

G C

FU

/gra

m t

an

ah

Lokasi

SEA

NA

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

28

Menurut Tolaka (2013) rasio C/N berperan terhadap kemampuan tanah untuk

mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah melalui aktivitas mikroorganisme

tanah. Lingkungan seperti suhu, dan kelembaban juga menjadi faktor yang mendukung

peningkatan total mikroba tanah sesuai yang dipaparkan oleh Hairiah et al. (1992)

bahwa peningkatan populasi mikroba tanah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

terutama suhu dan kelembaban yang sangat mendukung kehidupan mikroba tanah.

Dinilai dari sifat fisik tanah, SKB lebih tinggi persentase debu (43%) dan liatnya

(46%), sementara komposisi pasirnya lebih rendah (11%) dibandingkan dengan CKB

(Tabel 3). Persentase debu dan liat yang tinggi serta persentase pasir yang rendah

membuat struktur tanah pada SKB menjadi lebih padat karena partikel tanahnya lebih

kecil. Berdasarkan penelitian Carson et al, (2010) struktur tanah yang padat dapat

menghalangi kolonisasi dan mobilitas bakteri di dalam tanah, sehingga semakin padat

tanah, maka semakin kecil pula keragaman dan populasi bakteri, sebaliknya semakin

tidak padatnya tanah (pori tanah besar) cenderung menghasilkan kekayaan bakteri yang

lebih tinggi.

Namun pada penelitian ini, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tanah

SKB yang bertekstur agak padat dan memiliki jumlah populasi bakteri lebih banyak

dibandingkan CKB. Hal tersebut diduga karena bakteri tanah didalamnya telah

mengembangkan mekanisme untuk menyesuaikan dengan kondisi asam pada tanah

sehingga tetap dapat bertahan hidup. Menurut (Chau, Bagtzoglou, & Willig, 2011)

bakteri di tanah cenderung asam dapat mengembangkan mekanisme dirinya untuk

menghadapi kondisi cekaman kekeringan, termasuk kemampuan untuk memasuki

keadaan tidak aktif atau istirahat bakteri, dan produksi zat ekstra polimerik/biofilm,

sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup spesies langka dengan menyediakan

habitat terisolasi sehingga persaingan untuk sumber daya berkurang.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

29

4.3 Analisis Komunitas Bakteri Asal Sulfat Masam Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Tengah dengan Menggunakan Metode NonKultur dengan NGS

4.3.1 Keragaman Komunitas Bakteri Tanah Sulfat Masam

Keragaman bakteri di dua lokasi yang diukur berdasarkan Unit Taksonomi Operasional

(OTU) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (Gambar 4).

Gambar 4. Keragaman Bakteri Berdasarkan OTU (Operational Taxonomy Unit)

Daerah SKB memiliki total fragmen hasil pemotongan secara acak (reads)

Sebanyak 140290 fragmen dengan total contig terbaca sebanyak 85070, dan banyaknya

OTU yang berhasil terbaca sebanyak 1677 (Lampiran 7). Sedangkan, pada daerah CKB

memiliki total fragmen hasil shotgun sebanyak 131817 fragmen (reads) dan yang dapat

membentuk contig sebanyak 84814 dengan total OTU sebanyak 1317 (Lampiran 7).

Berdasarkan analisis Chao1 nonparametrik, nilai total OTU yang terbaca pada tanah

sulfat masam di SKB dan CKB tersebut masuk dalam kategori perkiraan jumlah

maksimum nilai OTU yakni berkisar antara 1350-3400 dengan rata-rata perkiraan

kekayaan OTU mendekati 2240 ( ± 360) (Buée et al., 2009).

Berdasarkan hasil analisis Venn, pola tumpang tindih dari kelompok OTU di

antara sampel yang berbeda diperoleh pada Gambar 4, untuk sampel SKB dan CKB

masing-masing menampung 610 OTU dan 225 OTU, dengan gabungan himpunan

antar keduanya yaitu sebesar 1042 OTU. Hasil tersebut menunjukan bahwa komunitas

bakteri tanah di SKB sangat mirip dengan komunitas bakteri tanah di CKB, hal tersebut

1677

1317

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

SKB CKB

Nil

ai O

TU

(O

per

ati

onal T

axo

nom

y

Un

it)

Lokasi

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

30

diduga karena sebagian besar bakteri tanah CKB berasal dari lingkungan tanah yang

sama dengan SKB.

Gambar 5. Diagram Venn Pola Tumpang Tindih antar sampel SKB dan CKB

Sesuai dengan penelitian Hong et al, (2015) yang menghasilkan diagram venn

komunitas bakteri endofit berbagi 4434 OTU dengan sampel rhizoplane dan sedimen,

hal tersebut menunjukan bahwa kolonisasi endofit dalam akar yang sebagian berasal

dari lingkungan endapan rhizosfer. Berdasarkan hasil pembacaan OTU ini dapat

dinyatakan bahwa keragaman bakteri pada sampel SKB lebih tinggi daripada sampel

CKB dan hal ini sejalan dengan hasil pengkulturan pada Gambar 3 di atas.

4.3.2 Taxa phylum

Keragaman filum berdasarkan Taxa Phylum menunjukkan adanya perbedaan

jumlah filum dan besaran kelimpahan relatif masing-masing filum pada kedua lokasi

(Gambar 6). Keragaman filum yang diperoleh dari hasil analisis NGS yaitu sebanyak

11 filum untuk tanah sulfat masam Kalimantan Selatan (SKB) dengan urutan

kelimpahan relatif terbesar hingga terkecil diantaranya Proteobacteria (0,379%),

Acidobacteria (0,188%), Actinobacteria (0,083%), Bacteroidetes (0,094%),

Chloroflexi (0,031%), Spirochaetes (0,036%), Nitrospirae (0,036%), Chlorobi

(0,035%), Fimicutes (0,024%), Ignavibacteriae (0,017%), dan lainnya (0,072%).

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

31

Gambar 6. Komposisi Komunitas Bakteri Tanah Sulfat Masam

Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

Keragaman filum yang diperoleh dari hasil analisis NGS tanah sulfat masam asal

Kalimantan Tengah (CKB) sebanyak 10 filum dengan masing-masing kelimpahan

relatifnya yaitu Proteobacteria (0,393%), Acidobacteria (0,274%), Actinobacteria

(0,133%), Bacteroidetes (0,018%), Chloroflexi (0,04%), Spirochaetes (0,02%),

Nitrospirae (0,028%), Fimicutes (0,012%), Ignavibacteriae (0,008%), dan lainnya

(0,068%) (Gambar 5). Mengacu pada database European Bioinformatics Institute

(EBI) untuk Pra-investigasi komposisi mikroba dari tanah sulfat dari daerah Mobilong

South Australia yang dilakukan pada bulan Oktober 2011 (terakhir diperbaharui 20

Januari 2016), didominasi oleh filum Proteobacteria, Actinobacteria, Acidobacteria,

Chloroflexi, dan Nitrospirae.

Secara garis besar kelimpahan relatif filum bakteri tanah sulfat masam di SKB

dan CKB memiliki perbedaan cukup signifikan kecuali pada filum Proteobacteria.

Filum yang paling mendominasi dari kedua lokasi tersebut yakni filum Protobacteria,

Acidobacteria, dan Actinobacteria. Namun pada lokasi SKB juga memiliki satu filum

yang tidak terdapat di lokasi CKB yaitu filum Chlorobi.

Kel

imp

ah

an

Rel

ati

f (%

) Other Ignavibacteriae

Firmicutes

Chlorobi

Nitrospirae

Spirochaetes

Chloroflexi

Bacteroidetes

Actinobacteria

Acidobacteria

Protobacteria

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

32

Filum Chlorobi hanya ada pada tanah sulfat masam Kalimantan Selatan (SKB)

dengan kandungan sulfur (0,045%) yang dapat digunakan oleh filum ini. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Sakurai, Ogawa, Shiga, & Inoue, (2010) bahwa proses

fotosintesis anoksiogenik yang dilakukan oleh bakteri sulfur hijau yakni menggunakan

ion sulfida dan pada beberapa spesies, thiosufate, molekul hidrogen atau besi tereduksi,

sebagai donor elektron.

Menurut Bryant & Frigaard (2006) bersama dengan Ignavibacteriaceae non-

fotosintesis, mereka membentuk gugus yang diisolasi secara filogenetik dalam domain

Bakteri (Filum Chlorobi), dengan galur air tawar yang terpisah dari galur laut.

Umumnya habitat bakteri sulfur hijau telah ditemukan di kedalaman hingga 145 m di

Laut Hitam, dengan ketersediaan cahaya rendah (Marschall, Jogler, Henßge, &

Overmann, 2010).

Genus yang terdeteksi dari filum Chlorobi adalah Chlorobaculum. Namun,

berdasarkan berdasarkan database European Bioinformatics Institute (ebi.uk) (2016),

kelompok bakteri tanah asam sulfat terdiri dari Ignavibacteria (o- Ignavibacteriales; f-

Ignavibacteriaceae) dan BSV26 yang terdiri dari C20, BSN164, PK329, 180, OPB56)

serta OPB56.

4.3.3 Kelimpahan Genus pada Tanah masam Kalimantan Selatan (SKB) dan

Tengah (CKB)

Kelimpahan genus menunjukkan ada perbedaan pada lokasi tanah sulfat masam

Kalimantan Selatan (SKB) dan Tengah (CKB) (Gambar 7). Kelimpahan genus yang

terdapat di tanah sulfat masam Kalimantan Selatan (SKB) dan Tengah (CKB) terdiri

dari 99 genus yang terkelompok dalam 69 famili, 26 kelas, dan dari 12 filum (Lampiran

8). 12 kelompok filum yang terdeteksi hasil cladogram pada Gambar 6. meliputi filum

Actinobacteria, Proteobacteria, Firmicutes, Clorofleksi, Elusimicrobia, Spirochaetes,

Nitrospirae, Ignavibacteriae, Chlorobi, Bacteroidetes, Acidobacteria dan

Gemmatimonadetes.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

33

Gambar 7. Kelimpahan Genus pada Tanah masam Kalimantan Selatan (SKB) dan

Tengah (CKB)

Keterangan kelompok filum pada Gambar 7.

Actinobacteria

Proteobacteria-

Deltaproteobacteria

Firmicutes

Proteobacteria- Alpha, beta,

gamma-proteobacteria

Cloroflexi

Unidentified (tidak teridentifikasi)

Elusimicrobia

Spirochaetes

Nitrospirae

Ignavibacteriae

Chlorobi

Proteobacteria -

Epsilonproteobacteria

Bacteroidetes

Firmicutes

Acidobacteria

Gemmatimonadetes; Zhang et al. 2003

Verrucomicrobia

CKB

SKB

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

34

Kelompok filum yang mendominasi untuk kedua lokasi (SKB dan CKB) pada

penelitian ini yaitu Protobacteria, Acidobacteria, dan Actinobacteria. Filum yang

paling mendominasi adalah Proteobacteria. Kelas pada filum Proteobacteria

penelitian ini yang terdeteksi adalah delta-, alpha-, beta-, dan gamma-protobacteria.

Urutan ini hampir sama dari struktur komunitas tanah yang lebih khas dengan urutan

alpha-, delta-, beta-, dan kemudian gamma-proteobacteria (Spain, Krumholz, &

Elshahed, 2009). Sedangkan berdasarkan database European Bioinformatics Institute

(ebi.uk) (2016) komposisi mikroba tanah sulfat masam filum Proteobacteria terdiri

atas kelas urutan tinggi (>4%) delta-, beta-, alpha-, gamma- serta (rendah <2%) zeta-

dan epsilonproteobacteria.

Kelas Deltaproteobacteria merupakan yang paling banyak terdeteksi

dibandingkan kelas lainnya (Gambar 6). Famili yang terdeteksi yakni meliputi

Anaeromyxobacteraceae, Desulfobulbaceae, Desulfobacteraceae, Geobacteraceae,

Kofleriaceae, Polyangiaceae, Syntrophaceae, Syntrophaceae, Syntrophaceae,

Syntrophobacteraceae (Lampiran 8). Berdasarkan database European Bioinformatics

Institute (ebi.uk) (2016) famili yang terdeteksi pada tanah sulfat masam terdiri atas

Desulfuromonadaceae, Geobacteraceae, Pelobacteraceae, (dari ordo

Desulfuromonadales); Desulfobacteraceae, Syntrophobacteraceae (dari ordo

Syntrophobacterales); Myxococcaceae (ordo Myxococcales); JTB36 dan

Desulfurellales. Ordo Desulfomonadales mampu melakukan respirasi anaerob

menggunakan berbagai senyawa sebagai akseptor elektron, termasuk sulfur, Mn (IV),

Fe (III), nitrat, Co (III), Tc (VII), U (VI) dan trichloroacetic acid. Penelitian Ling et al,

(2015) juga menyebutkan bahwa keragaman Deltaprotobacteria lebih banyak

dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan keasaman. Air laut digunakan sebagai

sumber sulfat untuk pengurangan bakteri sulfat dan dominasi bakteri pereduksi sulfat

(SRB) di dalam kelas delta (Rabus et al., 2013). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Haryono, Noor, Syahbuddin, dan Sarwani (2013) bahwa mikroba yang berperan dalam

pereduksi sulfat termasuk dalam genus (1) Desulfovibrio yang terdiri atas

Desulfovibrio desulfuricans dan (2) Desulfotomaculum. Bakteri pereduksi sulfat ini

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

35

bersifat obligat anaerob, hanya mampu hidup dan berkembang dalam suasana anaerob.

Bakteri ini memanfaatkan energi dari proses reduksi sulfat sebagai penerima elektron

untuk menghasilkan sulfida (H2S) dengan sangat cepat. Namun menurut Spain et al,

(2009) keragamaan kelas Deltaproteobacteria memungkinkan sulit untuk

dibudidayakan dalam kultur murni di laboratorium menggunakan media pertumbuhan

heterotrofik standar karena silsilah Deltaproteobacteria ini hanya terdiri dari sekuens

klon lingkungan, tidak ada yang mengandung perwakilan yang dibudidayakan.

Selanjutnya dari kelas Alphaproteobacteria, famili yang terdeteksi dari kelas

Alphaproteobacteria yaitu Acetobacteraceae, Rhodospirillaceae, Micropepsaceae,

Bradyrhizobiaceae, Roseiarcaceae, Xanthobacteraceae, Sphingomonadaceae, dan

Sphingomonadaceae (Lampiran 7). Famili ini mirip dengan database European

Bioinformatics Institute (ebi.uk) (2016) bahwa famili yang terdeteksi pada tanah sulfat

masam daerah Mobilong South Australia terdiri atas Rhodospirillaceae,

Acetobacteraceae, Bradyrhizobiaceae, Sphingomonadaceae, dan 1% ordo

Rickettsiales.

Genus yang terdeteksi dari kelas Gammaproteobacteria adalah Sulfurifustis,

Methylomonas, Acinetobacter, Coxiella, Acidibacter, Metallibacterium, dan

Stenotrophomonas (Lampiran 7), sedangkan database European Bioinformatics

Institute (ebi.uk) (2016) menyebutkan ordo yang terdeteksi pada tanah asam sulfat

terdiri dari Chromatiales (Ectothiorhodospiraceae); Xanthomonadales

(Sinobacteraceae); Methylococcales (Methylococcaceae) dan HTCC2188. Kelas

Gammaproteobacteria terbagi menjadi dua kelompok utama satu fotoautotrofik dan

yang lainnya heterotrofik. Bakteri sulfur ungu (Chromatiales) pada

Gammaproteobacteria adalah bakteri anaerob obligat yang memanfaatkan

bakterioklorofil untuk menangkap energi cahaya untuk jalur fotosintesis dan

mengoksidasi hidrogen sulfida daripada air, menghasilkan sulfur sebagai produk

limbah (Williams et al., 2010). Gammaproteobacteria lebih banyak ditemukan pada

pH rendah (Kuang et al., 2013) begitu pula dengan acidobacteria yang didukung

lingkungan pH rendah (Lauber et al., 2009).

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

36

Ordo yang teridentifikasi dari kelas Epsilonproteobacteria adalah

Campylobacterales dengan genus Helicobacter, Sulfurimonas, Sulfuricurvum, dan

sulfurospirillum. Hal ini sesuai dengan database European Bioinformatics Institute

(ebi.uk) (2016) bahwa hanya ordo Campylobacterales yang terdeteksi untuk kelas

Epsilonproteobacteria pada tanah asam sulfat. Menurut Spain et al, (2009)

Epsilonproteobacteria belum banyak terdeteksi di database 16S rRNA menunjukkan

bahwa kelas ini sangat langka di tanah atau tidak ada di mana-mana seperti kelas lain

dalam Proteobacteria hal tersebut diduga disebabkan oleh kemampuan distribusi

ekologis dan kemampuan metabolisme epsilonproteobacteria yang terbatas. Menurut

Takai et al, (2006a) habitat Epsilonproteobacteria pertama kali ditemukan dan diisolasi

dari laut dalam, Epsilonproteobacteria terkait erat dengan Sulfurimonas, yang

memiliki sulfur dan kemampuan oksidasi tiosulfat. Sulfurimonas merupakan bakteri

gram-negatif, bersifat fakultatif anaerob dan termasuk mesofilik, pertumbuhannya

terjadi secara chemolithoautotrophically dengan ion sulfur, thiosulfate dan H2 sebagai

donor elektron dan dengan nitrat, nitrit dan O2 sebagai akseptor elektron (Inagaki,

Takai, Kobayashi, Nealson, & Horikoshi, 2003).

Filum kedua yang mendominasi yaitu Acidobacteria, famili yang terdeteksi pada

filum ini adalah Bryobacteraceae, Solibacteraceae, Acidobacteriaceae,

Thermoanaerobaculacea, Holophagaceae (Lampiran 8). Acidobacteriia dan

Holophagae adalah satu-satunya kelas yang saat ini termasuk dalam edisi terbaru dari

Manual Bergey (Thrash, J.C., & Coates, J.D, 2007). Berdasarkan penelitian Kielak,

Barreto, Kowalchuk, van Veen, & Kuramae, (2016) menggunakan sekuens gen 16S

rRNA, dengan analisis MEGA7 (Tamura et al., 2011), dendogram yang diperoleh saat

ini, ada total 40 spesies yang dimiliki oleh 22 genus yaitu sebelas genus dari subdivisi

1 (kelas Acidobacteriia), tiga subdivisi 3 (genus Bryobacter, Solibacter,

Paludibaculum); empat subdivisi 4, tiga subdivisi 8 (genus Acanthopleuribacter,

Holophaga, Geothrix); satu subdivisi 10 dan satu subdivisi 23 (genus

Thermoanaerobaculum). Selain itu, ada urutan genus Koribacter dan Solibacter, tetapi

ada sedikit informasi tentang fisiologi mereka. Sedangkan berdasarkan database

European Bioinformatics Institute (ebi.uk) (2016) ) menyebutkan famili dari filum

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

37

Acidobacteria yang terdeteksi pada tanah asam sulfat terdiri dari TM1; Acidobacteria-

2, -5, -6; koribacteraceae; Acidobacteriaceae; Solibacteres; EC1113; OS-K;

Chloracidobacteria; iii1-15, CCU21 dan 3035.

Filum ketiga yang mendominasi yaitu Actinobacteria, famili yang terdeteksi dari

filum ini adalah Acidothermaceae, Mycobacteriaceae dan Cellulomonadaceae

(Lampiran 8). Berdasarkan database European Bioinformatics Institute (ebi.uk) (2016)

menyebutkan famili dari filum Actinobacteria yang terdeteksi pada tanah asam sulfat

terdiri dari Streptomycetaceae, Micromonosporaceae, Thermomonosporaceae,

Intrasporangiaceae, Kineosporiaceae, Frankiaceae, Cryptosporangiaceae (o-

Actinomycetales); Gaiellaceae (o- Gaiellales); Solirubrobacterales; 0319-7L14 dan

Acidimicrobiia.

Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa perbedaan tipe lahan rawa dapat

mempengaruhi komunitas bakteri tanah yang ada pada masing-masing lokasi tanah

sulfat masam di Kalimantan Selatan maupun Kalimantan tengah, hal tersebut

dibuktikan dengan perbedaan sifat fisik kimia tanah antara lokasi SKB dan CKB yang

cukup signifikan. Namun secara keseluruhan hasil menunjukan keragaman filum pada

tanah sulfat masam SKB dan CKB cenderung sama, hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Lauber et al, (2009) bahwa keragaman untuk filum apa pun tampaknya

relatif sama di dalam masing-masing tanah.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Keanekaragaman komunitas bakteri tanah sulfat masam pada daerah lahan rawa

potensial tipe B di Kalimantan Selatan (SKB) dan Aktual tipe C di Kalimantan

Tengah yang diperoleh dari hasil analisis NGS masing-masing sebanyak 11 dan

10 filum diantaranya adalah Proteobacteria, Acidobacteria, Actinobacteria,

Bacteroidetes, Chloroflexi, Spirochaetes, Nitrospirae, Chlorobi, Fimicutes, dan

Ignavibacteriae.

2. Tanah sulfat masam Kalimantan Selatan memiliki tingkat kesuburan sedikit

lebih baik dibandingkan dengan Kalimantan Tengah dinilai dari analisis kimia

fisik tanah dan total plate count bakteri tanah yang berhasil tumbuh.

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengelolaan tanah dengan karakter keanekaragaman hayati dan

daya dukung ekosistem yang dimiliki sehingga dapat mengoptimalkan fungsi

tanah dalam peningkatan produksi pertanian di tanah sulfat masam.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

39

DAFTAR PUSTAKA

Abt, B., Göker, M., Scheuner, C., Han, C., Lu, M., Misra, M., … Klenk, H. P. (2013).

Genome sequence of the thermophilic fresh-water bacterium spirochaeta caldaria type

strain (h1t), reclassification of spirochaeta caldaria, spirochaeta stenostrepta, and

spirochaeta zuelzerae in the genus treponema as treponema caldaria comb. nov., trepon.

Standards in Genomic Sciences, 8(1), 88–105. https://doi.org/10.4056/sigs.3096473

Achenbach, L. A., Michaelidou, U., Bruce, R. A., Fryman, J., & Coates, J. D. (2001).

Dechloromonas agitata gen. nov., sp. nov. and Dechlorosoma suillum gen. nov., sp.

nov., two novel environmentally dominant (per)chlorate-reducing bacteria and their

phylogenetic position. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 51(2), 527–533. https://doi.org/10.1099/00207713-51-2-527

Akinsanya, M. A., Goh, J. K., Lim, S. P., & Ting, A. S. Y. (2015). Metagenomics study of

endophytic bacteria in Aloe vera using next-generation technology. Genomics Data, 6,

159–163. https://doi.org/10.1016/j.gdata.2015.09.004

Alou, M. T., Ndongo, S., Frégère, L., Labas, N., Andrieu, C., Richez, M., … Raoult, D.

(2018). Taxonogenomic description of four new Clostridium species isolated from

human gut: ‘Clostridium amazonitimonense’, ‘Clostridium merdae’, ‘Clostridium

massilidielmoense’ and ‘Clostridium nigeriense.’ New Microbes and New Infections,

21, 128–139. https://doi.org/10.1016/j.nmni.2017.11.003

Arisman. (2014). Nitric Oxide Chemistry and Velocity Slip Effects in Hypersonic Boundary

Layers. Thesis, (1), 1–64. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Balk, M., Altinbaş, M., Rijpstra, W. I. C., Damsté, J. S. S., & Stams, A. J. M. (2008).

Desulfatirhabdium butyrativorans gen. nov., sp. nov., a butyrate-oxidizing, sulfate-

reducing bacterium isolated from an anaerobic bioreactor. International Journal of

Systematic and Evolutionary Microbiology, 58(1), 110–115.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.65396-0

Bhandari, V., Ahmod, N. Z., Shah, H. N., & Gupta, R. S. (2013). Molecular signatures for

Bacillus species: Demarcation of the Bacillus subtilis and Bacillus cereus clades in

molecular terms and proposal to limit the placement of new species into the genus

Bacillus. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology,

63(PART7), 2712–2726. https://doi.org/10.1099/ijs.0.048488-0

Bowman, J. P., Sly, L. I., Nichols, P. D., & Hayward, A. C. (1993). Revised taxonomy of the

methanotrophs: Description of Methylobacter gen. nov., emendation of Methylococcus,

validation of Methylosinus and Methylocystis species, and a proposal that the family

Methylococcaceae includes only the group I methanotrophs. International Journal of

Systematic Bacteriology, 43(4), 735–753. https://doi.org/10.1099/00207713-43-4-735

Bryant, D. A., & Frigaard, N. U. (2006). Prokaryotic photosynthesis and phototrophy

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

40

illuminated. Trends in Microbiology, 14(11), 488–496.

https://doi.org/10.1016/j.tim.2006.09.001

Buée, M., Reich, M., Murat, C., Morin, E., Nilsson, R. H., Uroz, S., & Martin, F. (2009). 454

Pyrosequencing analyses of forest soils reveal an unexpectedly high fungal diversity.

New Phytologist, 184(2), 449–456. https://doi.org/10.1111/j.1469-8137.2009.03003.x

Carson, J. K., Gonzalez-Quiñones, V., Murphy, D. V., Hinz, C., Shaw, J. A., & Gleeson, D.

B. (2010). Low pore connectivity increases bacterial diversity in soil. Applied and

Environmental Microbiology, 76(12), 3936–3942. https://doi.org/10.1128/AEM.03085-

09

Chau, J. F., Bagtzoglou, A. C., & Willig, M. R. (2011). The Effect of Soil Texture on

Richness and Diversity of Bacterial Communities. Environmental Forensics, 12(4),

333–341. https://doi.org/10.1080/15275922.2011.622348

Coates, J. D., Ellis, D. J., Gaw, C. V, & Lovley, D. R. (1999). Geothrix ferrnentans.

International Journal of Systematic Bacteriology, 49(1 999), 1615–1622.

Dedysh, S. N., Haupt, E. S., & Dunfield, P. F. (2016). Emended description of the family

Beijerinckiaceae and transfer of the genera Chelatococcus and Camelimonas to the

family Chelatococcaceae fam. nov. International Journal of Systematic and

Evolutionary Microbiology, 66(8), 3177–3182. https://doi.org/10.1099/ijsem.0.001167

Defosse, D. L., Johnson, R. C., Paster, B. J., Dewhirst, F. E., & Fraser, G. J. (1995).

Brevinema andersonii gen. nov., sp. nov., an infectious Spirochete isolated from the

short-tailed shrew (Blarina brevicauda) and the white- footed mouse (Peromyscus

leucopus). International Journal of Systematic Bacteriology, 45(1), 78–84.

Emerson, D., Field, E. K., Chertkov, O., Davenport, K. W., Goodwin, L., Munk, C., …

Woyke, T. (2013). Comparative genomics of freshwater Fe-oxidizing bacteria:

Implications for physiology, ecology, and systematics. Frontiers in Microbiology,

4(SEP), 1–17. https://doi.org/10.3389/fmicb.2013.00254

Fahriansyah Nur Afandi, Bambang Siswanto, Y. N. (2015). Dan Produksi Tanaman Ubi Jalar

Di Entisol. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 2(2), 237–244.

Falagán, C., & Johnson, D. B. (2014). Acidibacter ferrireducens gen. nov., sp. nov.: an

acidophilic ferric iron-reducing gammaproteobacterium. Extremophiles, 18(6), 1067–

1073. https://doi.org/10.1007/s00792-014-0684-3

Feng, G. Da, Yang, S. Z., Xiong, X., Li, H. P., & Zhu, H. H. (2017). Sphingomonas

spermidinifaciens sp. Nov., a novel bacterium containing spermidine as the major

polyamine, isolated from an abandoned lead–zinc mine and emended descriptions of the

genus Sphingomonas and the species Sphingomonas yantingensis and Sphingomona.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 67(7), 2160–2165.

https://doi.org/10.1099/ijsem.0.001905

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

41

Fudou, R., Jojima, Y., Iizuka, T., & Yamanaka, S. (2002). Haliangium ochraceum gen. nov.,

sp. nov. and Haliangium tepidum sp. nov.: Novel moderately halophilic myxobacterial

isolated from coastal saline environments. Journal of General and Applied

Microbiology, 48(2), 109–115. https://doi.org/10.2323/jgam.48.109

Ge, S., Xu, H., Ji, M., & Jiang, Y. (2013). Characteristics of Soil Organic Carbon, Total

Nitrogen, and C/N Ratio in Chinese Apple Orchards. Open Journal of Soil Science,

03(05), 213–217. https://doi.org/10.4236/ojss.2013.35025

GenEluteTM Soil DNA Isolation Kit Product Number DNB100 Storage: Room Temperature.

(n.d.). Retrieved from https://www.sigmaaldrich.com/content/dam/sigma-

aldrich/docs/Sigma/Bulletin/2/dnb100bul.pdf

Gerner-Smidt, P., Kei, H., Ursing, J., Blom, J., Christen, A. C., Christensen, J., … Ying, Y.

T. (1994). Negative motile coccus with unusual morphology isolated from the human

mouth. Microbiology, 140(1 994), 1787–1797.

Gerritsen, J., Fuentes, S., Grievink, W., van Niftrik, L., Tindall, B. J., Timmerman, H. M.,

… Smidt, H. (2014). Characterization of Romboutsia ilealis gen. nov., sp. nov., isolated

from the gastro-intestinal tract of a rat, and proposal for the reclassification of five

closely related members of the genus Clostridium into the genera Romboutsia gen. nov.,

Intestinib. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology,

64(PART 5), 1600–1616. https://doi.org/10.1099/ijs.0.059543-0

Grech-Mora, I., Fardeau, M. L., Patel, B. K. C., Ollivier, B., Rimbault, A., Prensier, G., …

Garnier-Sillam, E. (1996). Isolation and characterization of Sporobacter termitidis gen.

nov., sp. nov., from the digestive tract of the wood-feeding termite Nasutitermes lujae.

International Journal of Systematic Bacteriology, 46(2), 512–518.

https://doi.org/10.1099/00207713-46-2-512

Gupta, R. S., Lo, B., & Son, J. (2018). Phylogenomics and comparative genomic studies

robustly support division of the genus Mycobacterium into an emended genus

Mycobacterium and four novel genera. Frontiers in Microbiology, 9(FEB), 1–41.

https://doi.org/10.3389/fmicb.2018.00067

Haryono, Noor, M., Syahbuddin, H., & Sarwani, M. (2013). Lahan Rawa. Penelitian dan

Pengembangan (M. et al. Noor, ed.). Retrieved from

http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-

3/buku?download=6:lahan-rawa-penelitian-dan-pengembangan-pertanian

Hippe, H. (2000). Leptospirillum gen. nov. (ex Markosyan 1972), nom. rev., including

Leptospirillum ferrooxidans sp. nov. (ex Markosyan 1972), nom. rev. and

Leptospirillum thermoferrooxidans sp. nov. (Golovacheva et al. 1992). International

Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 50(2), 501–503.

https://doi.org/10.1099/00207713-50-2-501

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

42

Holmes, D. E., Nevin, K. P., Woodard, T. L., Peacock, A. D., & Lovley, D. R. (2007).

Prolixibacter bellariivorans gen. nov., sp. nov., a sugar-fermenting, psychrotolerant

anaerobe of the phylum Bacteroidetes, isolated from a marine-sediment fuel cell.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 57(4), 701–707.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.64296-0

Hong, Y., Liao, D., Hu, A., Wang, H., Chen, J., Khan, S., … Li, H. (2015). Diversity of

endophytic and rhizoplane bacterial communities associated with exotic Spartina

alterniflora and native mangrove using Illumina amplicon sequencing. Canadian

Journal of Microbiology, 61(10), 723–733. https://doi.org/10.1139/cjm-2015-0079

Ibrahim, A., Gerner-Smidt, P., & Liesack, W. (1997). Phylogenetic relationship of the

twenty-one DNA groups of the genus Acinetobacter as revealed by 16S ribosomal DNA

sequence analysis. International Journal of Systematic Bacteriology, 47(3), 837–841.

https://doi.org/10.1099/00207713-47-3-837

Iino, T., Mori, K., Uchino, Y., Nakagawa, T., Harayama, S., & Suzuki, K. I. (2010).

Ignavibacterium album gen. nov., sp. nov., a moderately thermophilic anaerobic

bacterium isolated from microbial mats at a terrestrial hot spring and proposal of

Ignavibacteria classis nov., for a novel lineage at the periphery of green sulfur bacteria.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 60(6), 1376–1382.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.012484-0

Iino, T., Sakamoto, M., & Ohkuma, M. (2015). Prolixibacter denitrificans sp. nov., an iron-

corroding, facultatively aerobic, nitrate-reducing bacterium isolated from crude oil, and

emended descriptions of the genus prolixibacter and prolixibacter bellariivorans.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 65(9), 2865–2869.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.000343

Imhoff, J. F. (2001). Transfer of Rhodopseudomonas acidophila to the new genus

Rhodoblastus as Rhodoblastus acidophilus gen. nov., comb. nov. International Journal

of Systematic and Evolutionary Microbiology, 51(5), 1863–1866.

https://doi.org/10.1099/00207713-51-5-1863

Imhoff, Johannes F. (2003). Phylogenetic taxonomy of the family Chlorobiaceae on the basis

of 16S rRNA and fmo (Fenna-Matthews-Olson protein) gene sequences. International

Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 53(4), 941–951.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.02403-0

Inagaki, F., Takai, K., Kobayashi, H., Nealson, K. H., & Horikoshi, K. (2003). Sulfurimonas

autrotrophica gen. nov., sp. nov., a novel sulfur-oxidizing E-proteobacterium isolated

from hydrothermal sediments in the Mid-Okinawa Trough. International Journal of

Systematic and Evolutionary Microbiology, 53(6), 1801–1805. https://doi.org/

10.1099/ijs.0.02682-0

James, K. L., Kung, J. W., Crable, B. R., Mouttaki, H., Sieber, J. R., Nguyen, H. H., …

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

43

McInerney, M. J. (2019). Syntrophus aciditrophicus uses the same enzymes in a

reversible manner to degrade and synthesize aromatic and alicyclic acids.

Environmental Microbiology, 21(5), 1833–1846. https://doi.org/10.1111/1462-

2920.14601

Jarvis, B., Sadowsky, M. J., Gould, T. J., Phillips, J., Cotner, J. B., Unno, T., & Staley, C.

(2013). Application of Illumina next-generation sequencing to characterize the bacterial

community of the Upper Mississippi River. Journal of Applied Microbiology, 115(5),

1147–1158. https://doi.org/10.1111/jam.12323

Jiang, D. M., Zhao, L., Zhang, C. Y., Li, J., Xia, Z. J., Wang, J., … Li, Y. Z. (2008).

Taxonomic analysis of Sorangium strains based on HSP60 and 16S rRNA gene

sequences and morphology. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 58(11), 2654–2659. https://doi.org/10.1099/ijs.0.65806-0

Johnson, D. B., Hallberg, K. B., & Hedrich, S. (2014). Uncovering a Microbial Enigma:

Isolation and Characterization of the Streamer-Generating, Iron-Oxidizing, Acidophilic

Bacterium “Ferrovum myxofaciens.” Applied and Environmental Microbiology, 80(2),

672–680. https://doi.org/10.1128/AEM.03230-13

Johnson, D. B., Stallwood, B., Kimura, S., & Hallberg, K. B. (2006). Isolation and

characterization of Acidicaldus organivorus, gen. nov., sp. nov.: A novel sulfur-

oxidizing, ferric iron-reducing thermo-acidophilic heterotrophic Proteobacterium.

Archives of Microbiology, 185(3), 212–221. https://doi.org/10.1007/s00203-006-0087-

7

Kämpfer, P., Young, C. C., Arun, A. B., Shen, F. T., Jäckel, U., Rosselló-Mora, R., … Rekha,

P. D. (2006). Pseudolabrys taiwanensis gen. nov., sp. nov., an alphaproteobacterium

isolated from soil. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology,

56(10), 2469–2472. https://doi.org/10.1099/ijs.0.64124-0

Kelly, D. P., Uchino, Y., Huber, H., Amils, R., & Wood, A. P. (2007). Reassessment of the

phylogenetic relationships of Thiomonas cuprina. International Journal of Systematic

and Evolutionary Microbiology, 57(11), 2720–2724. https://doi.org/

10.1099/ijs.0.65537-0

Kielak, A. M., Barreto, C. C., Kowalchuk, G. A., van Veen, J. A., & Kuramae, E. E. (2016).

The ecology of Acidobacteria: Moving beyond genes and genomes. Frontiers in

Microbiology, 7(MAY), 1–16. https://doi.org/10.3389/fmicb.2016.00744

Kim, A. D., Mandelco, L., Tanner, R. S., Woese, C. R., & Suflita, J. M. (1990).

Desulfomonile tiedjei. Archives of Microbiology, 154(1), 23–30.

Kodama, Y., & Watanabe, K. (2004). Sulfuricurvum kujiense gen. nov., sp. nov., a

facultatively anaerobic, chemolithoautotrophic, sulfur-oxidizing bacterium isolated

from an underground crude-oil storage cavity. International Journal of Systematic and

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

44

Evolutionary Microbiology, 54(6), 2297–2300. https://doi.org/10.1099/ijs.0.63243-0

Kojima, H., Shinohara, A., & Fukui, M. (2015). Sulfurifustis variabilis gen. nov., sp. nov., a

sulfur oxidizer isolated from a lake, and proposal of Acidiferrobacteraceae fam. nov.

and Acidiferrobacterales ord. nov. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 65(10), 3709–3713. https://doi.org/10.1099/ijsem.0.000479

Kuang, J. L., Huang, L. N., Chen, L. X., Hua, Z. S., Li, S. J., Hu, M., … Shu, W. S. (2013).

Contemporary environmental variation determines microbial diversity patterns in acid

mine drainage. ISME Journal, 7(5), 1038–1050. https://doi.org/10.1038/ismej.2012.139

Kulichevskaya, I. S., Danilova, O. V., Tereshina, V. M., Kevbrin, V. V., & Dedysh, S. N.

(2014). Descriptions of Roseiarcus fermentans gen. nov., sp. nov., a bacteriochlorophyll

a-containing fermentative bacterium related phylogenetically to alphaproteobacterial

methanotrophs, and of the family Roseiarcaceae fam. nov. International Journal of

Systematic and Evolutionary Microbiology, 64(PART 8), 2558–2565.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.064576-0

Kulichevskaya, I. S., Suzina, N. E., Liesack, W., & Dedysh, S. N. (2010). Bryobacter

aggregatus gen. nov., sp. nov., a peat-inhabiting, aerobic chemo-organotroph from

subdivision 3 of the acidobacteria. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 60(2), 301–306. https://doi.org/10.1099/ijs.0.013250-0

Kulichevskaya, I. S., Suzina, N. E., Rijpstra, W. I. C., Sinninghe Damsté, J. S., & Dedysh, S.

N. (2014). Paludibaculum fermentans gen. nov., sp. nov., a facultative anaerobe capable

of dissimilatory iron reduction from subdivision 3 of the Acidobacteria. International

Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 64(PART 8), 2857–2864.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.066175-0

Kurniawati, S., Hamzah Muttaqin, K., & Giyanto. (2017). Prosiding Seminar Nasional

Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi

ASEAN. Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi, 491–498. Retrieved from

http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/7224

Kwon, S. W., Kim, B. Y., Kim, W. G., Yoo, K. H., Yoo, S. H., Son, J. A., & Weon, H. Y.

(2008). Paludibacterium yonneupense gen. nov., sp. nov., isolated from a wetland,

Yongneup, in Korea. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 58(1), 190–194. https://doi.org/10.1099/ijs.0.64831-0

Labrenz, M., Grote, J., Mammitzsch, K., Boschker, H. T. S., Laue, M., Jost, G., … Jurgens,

K. (2013). Sulfurimonas gotlandica sp. nov., a chemoautotrophic and psychrotolerant

epsilonproteobacterium isolated from a pelagic redoxcline, and an emended description

of the genus Sulfurimonas. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 63(PART 11), 4141–4148. https://doi.org/10.1099/ijs.0.048827-0

Lauber, C. L., Hamady, M., Knight, R., & Fierer, N. (2009). Pyrosequencing-based

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

45

assessment of soil pH as a predictor of soil bacterial community structure at the

continental scale. Applied and Environmental Microbiology, 75(15), 5111–5120.

https://doi.org/10.1128/AEM.00335-09

Ling, Y. C., Bush, R., Grice, K., Tulipani, S., Berwick, L., & Moreau, J. W. (2015).

Distribution of iron- and sulfate-reducing bacteria across a coastal acid sulfate soil

(CASS) environment: Implications for passive bioremediation by tidal inundation.

Frontiers in Microbiology, 6(JUL). https://doi.org/10.3389/fmicb.2015.00624

Liu, Yi, Qiao, J. T., Yuan, X. Z., Guo, R. B., & Qiu, Y. L. (2014). Hydrogenispora ethanolica

gen. nov., sp. nov., an anaerobic carbohydrate-fermenting bacterium from anaerobic

sludge. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 64(PART

5), 1756–1762. https://doi.org/10.1099/ijs.0.060186-0

Liu, Yitai, Balkwill, D. L., Henry, C. A., Drake, G. R., & Boone, D. R. (1999).

Characterization of the anaerobic propionate- degrading syntrophs Smithella

propionica. International Journal of Systematic Bacteriology, 49(1 999), 545–556.

https://doi.org/10.1099/00207713-49-2-545

Losey, N. A., Stevenson, B. S., Busse, H. J., Damsté, J. S. S., Rijpstra, W. I. C., Rudd, S., &

Lawson, P. A. (2013). Thermoanaerobaculum aquaticum gen. nov., sp. nov., the first

cultivated member of acidobacteria subdivision 23, isolated from a hot spring.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 63(PART 11),

4149–4157. https://doi.org/10.1099/ijs.0.051425-0

Loubinoux, J., Valente, F. M. A., Pereira, I. A. C., Costa, A., Grimont, P. A. D., & Le Faou,

A. E. (2002). Reclassification of the only species of the genus Desulfomonas,

Desulfomonas pigra, as Desulfovibrio piger comb. nov. International Journal of

Systematic and Evolutionary Microbiology, 52(4), 1305–1308.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.02175-0

Luijten, M. L. G. C., de Weert, J., Smidt, H., Boschker, H. T. S., de Vos, W. M., Schraa, G.,

& Stams, A. J. M. (2003). Description of Sulfurospirillum halorespirans sp. nov., an

anaerobic, tetrachloroethene-respiring bacterium, and transfer of Dehalospirillum

multivorans to the genus Sulfurospirillum a Sulfurospirillum multivorans comb. nov.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 53(3), 787–793.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.02417-0

Lv, Y. Y., Wang, J., Chen, M. H., You, J., & Qiu, L. H. (2016). Dinghuibacter silviterrae

gen. Nov., sp. Nov., isolated from forest soil. International Journal of Systematic and

Evolutionary Microbiology, 66(4), 1785–1791. https://doi.org/10.1099/ijsem.0.000940

Maréchal, J., Clement, B., Nalin, R., Gandon, C., Orso, S., Cvejic, J. H., … Normand, P.

(2000). A recA gene phylogenetic analysis confirms the close proximity of Frankia to

Acidothermus. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology,

50(2), 781–785. https://doi.org/10.1099/00207713-50-2-781

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

46

Marschall, E., Jogler, M., Henßge, U., & Overmann, J. (2010). Large-scale distribution and

activity patterns of an extremely low-light-adapted population of green sulfur bacteria

in the Black Sea. Environmental Microbiology, 12(5), 1348–1362.

https://doi.org/10.1111/j.1462-2920.2010.02178.x

Morotomi, M., Nagai, F., & Watanabe, Y. (2011). Description of Christensenella minuta gen.

nov., sp. nov., isolated from human faeces, which forms a distinct branch in the order

Clostridiales, and proposal of Christensenellaceae fam. nov. International Journal of

Systematic and Evolutionary Microbiology, 62(1), 144–149. https://doi.org/

10.1099/ijs.0.026989-0

Murray, R. G. ., & Stackebrandt, E. (1995). Status Candidatus, 1995. 186–187.

Nevin, K. P., Holmes, D. E., Woodard, T. L., Covalla, S. F., & Lovley, D. R. (2007).

Reclassification of Trichlorobacter thiogenes as Geobacter thiogenes comb. nov.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 57(3), 463–466.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.63408-0

Noar, J. D., & Buckley, D. H. (2009). Ideonella azotifigens sp. nov., an aerobic diazotroph

of the Betaproteobacteria isolated from grass rhizosphere soil, and emended description

of the genus Ideonella. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 59(8), 1941–1946. https://doi.org/10.1099/ijs.0.003368-0

Oecd. (2017). Waste Management Services. Illumina Sequencing Introduction, (October), 1–

8.https://doi.org/http://www.illumina.com/content/dam/illumina-marketing/

documents/products/illumina_sequencing_introduction.pdf

Okamura, K., Kawai, A., Wakao, N., Yamada, T., & Hiraishi, A. (2015). Acidiphilium

iwatense sp. nov., isolated from an acid mine drainage treatment plant, and emendation

of the genus Acidiphilium. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 65(1), 42–48. https://doi.org/10.1099/ijs.0.065052-0

On, S. L. W., Miller, W. G., Houf, K., Fox, J. G., & Vandamme, P. (2017). Minimal standards

for describing new species belonging to the families Campylobacteraceae and

Helicobacteraceae: Campylobacter, Arcobacter, Helicobacter and Wolinella spp.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 67(12), 5296–

5311. https://doi.org/10.1099/ijsem.0.002255

Oren, A., & Garrity, G. M. (2015). Notification of changes in taxonomic opinion previously

published outside the IJSEM. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 65(7), 2028–2029. https://doi.org/10.1099/ijs.0.000286

Ouattara, A. S., Le Mer, J., Joseph, M., & Macarie, H. (2017). Transfer of pseudomonas

pictorum gray and thornton 1928 to genus Stenotrophomonas as Stenotrophomonas

pictorum comb. Nov., and emended description of the genus Stenotrophomonas.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 67(6), 1894–1900.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

47

https://doi.org/10.1099/ijsem.0.001880

Pambudi, A. S. T. W. P. (2017). Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Tanah Sawah di Desa

Sukawali dan Desa Belimbing, Kabupaten Tangerang. AL-KAUNIYAH; Journal of

Biology, 10(2), 105–113. Retrieved from http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah

Rainey, F. A., Weiss, N., & Stackebrandt, E. (1995). Phylogenetic analysis of the genera

Cellulomonas, Promicromonospora, and Jonesia and proposal to exclude the genus

Jonesia from the family Cellulomonadaceae. International Journal of Systematic

Bacteriology, 45(4), 649–652. https://doi.org/10.1099/00207713-45-4-649

Randy W.G.Tewu, Karamoy Lientje Theffie, D. D. P. (2016). ( Study of Soil Physical and

Chemical Properties on the Sandy Soil of.

Rustam, Umar, H., & Yusran. (2016). Lahan Di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu ( Studi

Kasus Desa Toro Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah ). Warta Rimba,

4, 24–31.

Sakurai, H., Ogawa, T., Shiga, M., & Inoue, K. (2010). Inorganic sulfur oxidizing system in

green sulfur bacteria. Photosynthesis Research, 104(2), 163–176. https://doi.org/

10.1007/s11120-010-9531-2

Salvetti, E., Harris, H. M. B., Felis, G. E., & O’Toole, P. W. (2018). Comparative genomics

of the genus Lactobacillus reveals robust phylogroups that provide the basis for

reclassification. Applied and Environmental Microbiology, 84(17), 1–15.

https://doi.org/10.1128/AEM.00993-18

Sánchez-Andrea, I., Sanz, J. L., & Stams, A. J. M. (2014). Microbacter margulisiae gen. nov.,

sp. nov., a propionigenic bacterium isolated from sediments of an acid rock drainage

pond. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 64, 3936–

3942. https://doi.org/10.1099/ijs.0.066241-0

Sanford, R. a, Cole, J. R., & Tiedje, J. M. (2002). Characterization and Description of.

Applied and Environmental Microbiology, 68(2), 893–900. https://doi.org/10.1128/

AEM.68.2.893

Sedano-Núñez, V. T., Boeren, S., Stams, A. J. M., & Plugge, C. M. (2018). Comparative

proteome analysis of propionate degradation by Syntrophobacter fumaroxidans in pure

culture and in coculture with methanogens. Environmental Microbiology, 20(5), 1842–

1856. https://doi.org/10.1111/1462-2920.14119

Sekiguchi, Y., Yamada, T., Hanada, S., Ohashi, A., Harada, H., & Kamagata, Y. (2003).

Anaerolinea thermophila gen. nov., sp. nov. and Caldilinea aerophila gen. nov., sp. nov.,

novel filamentous thermophiles that represent a previously uncultured lineage of the

domain bacteria at the subphylum level. International Journal of Systematic and

Evolutionary Microbiology, 53(6), 1843–1851. https://doi.org/10.1099/ijs.0.02699-0

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

48

Shendure, J., Mitra, R. D., Varma, C., & Church, G. M. (2004). Advanced sequencing

technologies: Methods and goals. Nature Reviews Genetics, 5(5), 335–344.

https://doi.org/10.1038/nrg1325

Silitonga, D. M., & Priyani, N. (2013). Isolasi dan Uji Potesi Isolat Bakteri pelarut Fosfat

dan Bakteri Penghasil Hormon IAA ( Indole Acetic Acid ) Terhadap Pertumbuhan

Kedelai ( Glycine max L .) Pada Tanah Kuning. Saintia Biologi, Vol 1, No, 1–7.

Retrieved from https://jurnal.usu.ac.id/index.php/sbiologi/article/view/1280

Sinaga, N. (2010). Kawasan Pasca Tambang Batubara Berkelanjutan ( Studi Kasus

Kabupaten Kutai Kartanegara ) Nurita Sinaga (Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor). Retrieved from https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/

123456789/55273/1/2010nsi.pdf

Sizova, M. V., Panikov, N. S., Spiridonova, E. M., Slobodova, N. V., & Tourova, T. P.

(2007). Novel facultative anaerobic acidotolerant Telmatospirillum siberiense gen. nov.

sp. nov. isolated from mesotrophic fen. Systematic and Applied Microbiology, 30(3),

213–220. https://doi.org/10.1016/j.syapm.2006.06.003

Skerman, V. B. D., McGowan, V., & Sneath, P. H. A. (1980). Approved lists of bacterial

names. International Journal of Systematic Bacteriology, 30(1), 225–420.

Sosilowati, Nababan, M.L, Wahyudi, Rahman, Mahendra, ZA, Massudi, Wibowo, E. S. .

(2017). Sinkronisasi Program Dan Pembiayaan Pembangunan.

Spain, A. M., Krumholz, L. R., & Elshahed, M. S. (2009). Abundance, composition, diversity

and novelty of soil Proteobacteria. ISME Journal, 3(8), 992–1000.

https://doi.org/10.1038/ismej.2009.43

Stefanie, J. W. ., Elferink, O., Vliet, W. M. A., Jaap, J. B., & M.Stams, A. J. (1999). novel

acetate-degrading sulfate reducer isolated from sulf idogenic granular sludge. (1 999),

345–350.

Su, X. L., Tian, Q., Zhang, J., Yuan, X. Z., Shi, X. S., Guo, R. B., & Qiu, Y. L. (2014).

Acetobacteroides hydrogenigenes gen. nov., Sp. nov., An anaerobic hydrogen-

producing bacterium in the family Rikenellaceae isolated from a reed swamp.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 64, 2986–2991.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.063917-0

Suastika, I. W., Hartatik, W., & Subiksa, I. G. M. (2010). Karakteristik Dan Teknologi

Pengelolaan Lahan Sulfat Masam Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan.

Penelitian Balitbang Di Balai Penelitian Tanah, (1986).

Sufardi, Martunis, L., & Muyassir. (2017). Pertukaran kation pada beberapa jenis tanah di

lahan kering Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh (Indonesia). Prosiding Seminar

Nasional Pascasarjana (SNP) Unsiyah, (2004), 45–53.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

49

Susilawati, A., Nursyamsi, D., & Syakir, M. (2016). Optimalisasi Penggunaan Lahan Rawa

Pasang Surut Mendukung Swsembada Pangan Nasional. Jurnal Sumberdaya Lahan,

10(1), 51–64. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-374984-0.01072-X

Susilowati, D. N., Suwanto, A., Sudiana, I. M., & Mubarik. (2015). Analisis Komunitas dan

Fungsi Bakteri Rhizosfer Tanaman Padi pada Gradien Salinitas Tanah Pesisir (Vol.

151). https://doi.org/10.1145/3132847.3132886

Suzuki, D., Li, Z., Cui, X., Zhang, C., & Katayama, A. (2014). Reclassification of

Desulfobacterium anilini as Desulfatiglans anilini comb. nov. within Desulfatiglans gen.

nov., And description of a 4-chlorophenol-degrading sulfate-reducing bacterium,

Desulfatiglans parachlorophenolica sp. nov. International Journal of Systematic and

Evolutionary Microbiology, 64, 3081–3086. https://doi.org/10.1099/ijs.0.064360-0

Takai, K., Suzuki, M., Nakagawa, S., Miyazaki, M., Suzuki, Y., Inagaki, F., & Horikoshi, K.

(2006). Sulfurimonas paralvinellae sp. nov., a novel mesophilic, hydrogen- and sulfur-

oxidizing chemolithoautotroph within the Epsilonproteo-bacteria isolated from a deep-

sea hydrothermal vent polychaete nest, reclassification of Thiomicrospira denitrificans

as S. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 56(8), 1725–

1733. https://doi.org/10.1099/ijs.0.64255-0

Tanaka, K., Stackebrandt, E., Tohyama, S., & Eguchi, T. (2000). Desulfovirga adipica gen.

nov., sp. nov., an adipate-degrading, Gram- negative, sulfate-reducing bacterium.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 50(2), 639–644.

https://doi.org/10.1099/00207713-50-2-639

Tasma, I. M. (2015). Pemanfaatan Teknologi Sekuensing Genom untuk Mempercepat

Program Pemuliaan Tanaman Utilization of Genome Sequencing Technology to

Accelerate Plant Breeding Program. Jurnal Litbang Pert., 34(2), 159–168.

Tasma, I. M., Satyawan, D., & Rijzaani, H. (2012). Konstruksi Pustaka Genom Kakao

(Theobroma cacao L .) untuk Sekuensing Genom Total Menggunakan Next Generation

SequencingHiSeq2000. 2000, 99–108.

Tegtmeier, D., Belitz, A., Radek, R., Heimerl, T., & Brune, A. (2018). Ereboglobus luteus

gen. nov. sp. nov. from cockroach guts, and new insights into the oxygen relationship

of the genera Opitutus and Didymococcus (Verrucomicrobia: Opitutaceae). Systematic

and Applied Microbiology, 41(2), 101–112. https://doi.org/10.1016/

j.syapm.2017.10.005

Thrash, J. C., & Coates, John, D. (2007). Phylum XVII. Acidobacteria phyl. nov. 725–735.

Tinning, M., & Genome, A. (2013). Next-Generation Sequencing: an overview of

technologies and applications. ARC Centre of Excellence in Bioinformatics, (July).

Retrieved from http://bioinformatics.org.au/wp-content/uploads/ws13/sites/3/

FullPresentations/Matthew-Tinning_2013-Winter-School-presentation.pdf

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

50

Trojan, D., Schreiber, L., Bjerg, J. T., Bøggild, A., Yang, T., Kjeldsen, K. U., & Schramm,

A. (2016). A taxonomic framework for cable bacteria and proposal of the candidate

genera Electrothrix and Electronema. Systematic and Applied Microbiology, 39(5),

297–306. https://doi.org/10.1016/j.syapm.2016.05.006

Ueki, A., Kodama, Y., Kaku, N., Shiromura, T., Satoh, A., Watanabe, K., & Ueki, K. (2010).

Rhizomicrobium palustre gen. nov., sp. nov., a facultatively anaerobic, fermentative

stalked bacterium in the class Alphaproteobacteria isolated from rice plant roots.

Journal of General and Applied Microbiology, 56(3), 193–203. https://doi.org/

10.2323/jgam.56.193

Ueki, I., Koga, Y., Povalko, N., Akita, Y., Nishioka, J., Yatsuga, S., … Matsuishi, T. (2006).

Mitochondrial tRNA gene mutations in patients having mitochondrial disease with

lactic acidosis. Mitochondrion, 6(1), 29–36. https://doi.org/10.1099/ijs.0.63896-0

Wang, R., Zhang, H., Sun, L., Qi, G., Chen, S., & Zhao, X. (2017). Microbial community

composition is related to soil biological and chemical properties and bacterial wilt

outbreak. Scientific Reports, 7(1), 343. https://doi.org/10.1038/s41598-017-00472-6

Wang, Y., Song, J., Zhai, Y., Zhang, C., Gerritsen, J., Wang, H., … Ruan, Z. (2015).

Romboutsia sedimentorum sp. nov., isolated from an alkaline-saline lake sediment and

emended description of the genus Romboutsia. International Journal of Systematic and

Evolutionary Microbiology, 65, 1193–1198. https://doi.org/10.1099/ijs.0.000079

Ward, N. L., Challacombe, J. F., Janssen, P. H., Henrissat, B., Coutinho, P. M., Wu, M., …

Kuske, C. R. (2009). Three genomes from the phylum Acidobacteria provide insight

into the lifestyles of these microorganisms in soils. Applied and Environmental

Microbiology, 75(7), 2046–2056. https://doi.org/10.1128/AEM.02294-08

Weiss, J. V., Rentz, J. A., Plaia, T., Neubauer, S. C., Merrill-Floyd, M., Lilburn, T., …

Emerson, D. (2007). Characterization of neutrophilic Fe(II)-oxidizing bacteria isolated

from the rhizosphere of wetland plants and description of Ferritrophicum radicicola gen.

nov. sp. nov., and Sideroxydans paludicola sp. nov. Geomicrobiology Journal, 24(7–8),

559–570. https://doi.org/10.1080/01490450701670152

Willems, A., Coopman, R., & Gillis, M. (2001). Phylogenetic and DNA-DNA hybridization

analyses of Bradyrhizobium species. International Journal of Systematic and

Evolutionary Microbiology, 51(1), 111–117. https://doi.org/10.1099/00207713-51-1-

111

Willems, Anne, Coopman, R., Gillis, M., & Gent, U. (2001). Comparison of sequence

analysis of 16S – 23S rDNA spacer regions , AFLP analysis and DNA – DNA

hybridizations in Bradyrhizobium groupings in line with previously obtained AFLP data

. DNA – DNA hybridizations profiles reflected the overall genomic similari.

International Journal of Systematic and Evolutionary MMcrobiology, 51(2001), 623–

632.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

51

Williams, K. P., Gillespie, J. J., Sobral, B. W. S., Nordberg, E. K., Snyder, E. E., Shallom, J.

M., & Dickerman, A. W. (2010). Phylogeny of gammaproteobacteria. Journal of

Bacteriology, 192(9), 2305–2314. https://doi.org/10.1128/JB.01480-09

Winda Kumalasari, S., Syamsiyah, J., Sumarno Jurusan Ilmu Tanah, D., Pertanian, F., &

Sebelas Maret Surakarta, U. (2011). Studi Beberapa Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada

Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman Di Sub Das Solo Hulu (The Study of Soil

Physics and Chemical Character on Various Straightened Composition of Crop on Sub

DAS Solo Hulu). Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah Dan Agroklimatologi, 8(2),

119–124.

Wu, X., Wong, Z. L., Sten, P., Engblom, S., Österholm, P., & Dopson, M. (2013). Microbial

community potentially responsible for acid and metal release from an Ostrobothnian

acid sulfate soil. FEMS Microbiology Ecology, 84(3), 555–563.

https://doi.org/10.1111/1574-6941.12084

Yabuuchi, E., Kosako, Y., Fujiwara, N., Naka, T., Matsunaga, I., Ogura, H., & Kobayashi,

K. (2002). Emendation of the genus Sphingomonas Yabuuchi et al. 1990 and junior

objective synonymy of the species of three genera, Sphingobium, Novosphingobium

and Sphingopyxis, in conjuction with Blastomonas ursincola. International Journal of

Systematic and Evolutionary Microbiology, 52(5), 1485–1496.

https://doi.org/10.1099/ijs.0.01868-0

Yamada, T., Sekiguchi, Y., Hanada, S., Imachi, H., Ohashi, A., Harada, H., & Kamagata, Y.

(2006). Anaerolinea thermolimosa sp. nov., Levilinea saccharolytica gen. nov., sp. nov.

and Leptolinea tardivitalis gen. nov., sp. nov., novel filamentous anaerobes, and

description of the new classes Anaerolineae classis nov. and Caldilineae classis nov. in

the . International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 56(6), 1331–

1340. https://doi.org/10.1099/ijs.0.64169-0

Yu, X., Zhao, P., He, C., Li, J., Tang, X., Zhou, J., & Huang, Z. (2012). Isolation of a novel

strain of Monoraphidium sp . and characterization of its potential application as

biodiesel feedstock. Bioresource Technology, 121, 256–262.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.2012.07.002

Yutin, N., & Galperin, M. Y. (2013). A genomic update on clostridial phylogeny: Gram-

negative spore formers and other misplaced clostridia. Environmental Microbiology,

15(10), 2631–2641. https://doi.org/10.1111/1462-2920.12173

Zahara, F., Wawan, & Wardati. (2015). Sifat Biologi Tanah Mineral Masam Dystrudepts di

Areal Piringan Kelapa Sawit yang Diaplikasi Mulsa Organik Mucuna Bracteata di

Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Riau. JOM FAPERTA Vol. 2 No.

2Oktober 2015, 2(2).

Zeng, Y., Selyanin, V., Lukeŝ, M., Dean, J., Kaftan, D., Feng, F., & Koblížek, M. (2015).

Characterization of the microaerophilic, bacteriochlorophyll a-containing bacterium

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

52

Gemmatimonas phototrophica sp. Nov., and emended descriptions of the genus

Gemmatimonas and Gemmatimonas aurantiaca. International Journal of Systematic

and Evolutionary Microbiology, 65(8), 2410–2419. https://doi.org/10.1099/

ijs.0.000272

Zhang, X., Tu, B., Dai, L. R., Lawson, P. A., Zheng, Z. Z., Liu, L. Y., … Cheng, L. (2018).

Petroclostridium xylanilyticum gen. Nov., sp. nov., a xylan-degrading bacterium

isolated from an oilfield, and reclassification of clostridial cluster iii members into four

novel genera in a new hungateiclostridiaceae fam. nov. International Journal of

Systematic and Evolutionary Microbiology, 68(10), 3197–3211.

https://doi.org/10.1099/ijsem.0.002966

Zheng, H., Dietrich, C., Radek, R., & Brune, A. (2016). Endomicrobium proavitum, the first

isolate of Endomicrobia class. nov. (phylum Elusimicrobia) - an ultramicrobacterium

with an unusual cell cycle that fixes nitrogen with a Group IV nitrogenase.

Environmental Microbiology, 18(1), 191–204. https://doi.org/10.1111/1462-

2920.12960

Ziegler, S., Waidner, B., Itoh, T., Schumann, P., Spring, S., & Gescher, J. (2013).

Metallibacterium scheffleri gen. nov., sp. nov., an alkalinizing gammaproteobacterium

isolated from an acidic biofilm. International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology, 63(PART4), 1499–1504. https://doi.org/10.1099/ijs.0.042986-0

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

53

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Perbandingan Teknologi Alat Sekuensing Generasi Kedua (Sumber: Gao et al., 2012)

Nama

alat Instrumen

Metode

sequensing Waktu

Jumlah basa

per

pembacaan

(bp)

Hasil

sequencing

sekali

menjalankan

alat

Tingkat

kesalahan

pembacaan

(%)

Keuntungan Kerugiaan

456 456 FLX+ Pyroquencing 18-20 900 700 1 Hasil pembahacaan

panjang

Biaya tinggi

untuk tiap Mega

basa (Mb)

Illumina Illumina Synthesis 10 100+100 600.000 0,1

Hasil pembaacan

terbanyak (highest

throughput), biaya

per Mb murah

Biaya modal

tinggi dan

memerlukan

komputasi tinggi

Solid

Solid

5500 xl

(4hq)

Ligation 8 75+35 155.100 0,01

Hasil pembacaan

tinggi (highest

throughput)

Hasil bacaan

pendek, analisis

penyambungan

rendah, biaya per

Mb lebih mahal

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

54

Lampiran 2. Kriteria Hasil Analisis Tanah

Parameter tanah * Nilai

Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

C (%) <1 1-2 2-3 3-5 >5

N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75

C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25

P2O5 HCL 25% (mg/100g) <15 15-20 21-40 41-60 >60

P2O5 Bray (ppm P) <4 5-7 8-10 11-15 >15

P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20

K2O HCL 25% (mg/100g) <10 10-20 21-50 41-60 >60

KTK/CEC (me/100g tanah) <5 5-16 17-24 25-40 >40

Susunan kation

Ca (me/100g tanah) <2 2-5 6-10 11-20 >20

Mg (me/100g tanah) <0,3 0,4-1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8

K (me/100g tanah) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1

Na (me/100g tanah) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1

Kejenuhan Basa (%) <20 20-40 41-60 61-80 >80

Kejenuhan alumunium (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40

Cadangan mneral (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40

Salinitas/DHL (sS/m) <1 1-2 2-3 3-4 >4

Persentase natrium dapat tukar/

ESP(%) <2 2-3 4-10 10-15 >15

Unsur Makro & Mikro

Morgan*

Nilai

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Ca (ppm) 71 107 143 286 572

Mg (ppm) 2 4 6 23 60

K (ppm) 8 12 21 36 58

Mn (ppm) 1 1 3 9 23

Al (ppm) 1 3 8 21 40

Fe (ppm) 1 3 5 19 53

P (ppm) 1 2 3 9 13

NH4 (ppm) 2 2 3 8 21

NO3 (ppm) 1 2 4 10 20

SO4 (ppm) 20 40 100 250 400

CI (ppm) 30 50 100 325 600

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

55

Sangat Masam Masam Agak masam Netral Agak Alkalis Alkalis

pH H2O <4,5 4,5-5,5 5,5-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5

Unsur mikro DTPA* Defisiensi Marginal Cukup

Zn (ppm) 0,5 0,5-1,0 1,0

Fe (ppm) 2,5 2,5-4,5 4,5

Mn (ppm) 1,0 - 1,0

Cu (ppm) 0,2 - 0,2

*penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum secara empiris

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

56

Lampiran 3. Diagram Segitiga Tekstur menurut USDA (Soil Survey Staff, 1990)

Clay = liat; Silt = debu; Silty Clay = liat berdebu; Silty Loam = lempung berdebu;

Sandy Clay = liat berpasir; Loam = lempung; Silty Clay Loam = lempung liat berdebu;

Sandy Loam = lempung berpasir; Sandy Clay Loam = lempung liat berpasir;

Loamy Sand = pasir berlempung; Clay Loam = lempung berliat; Sand = pasir

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

57

Lampiran 4. Total Populasi Bakteri Asal Tanah Sulfat Masam Kalimantan Selatan (SKB)

dan Kalimantan Tengah (CKB)

Lokasi Media Pengenceran

Jumlah

koloni Populasi

Bakteri

(CFU/g) I II

Kalimantan Selatan

(SKB)

SEA

Normal

10-2 245 221

0,4 x 106 10-3 53 109

10-4 6 3

NA Normal

10-3 53 >300

1,1 x 106 10-4 0 0

10-5 0 1

SEA

(pH 5)

10-2 >300 >300

1,7 x 106 10-3 77 94

10-4 25 18

NA

(pH 5)

10-2 >300 >300

2.0 x 106 10-3 141 58

10-4 48 40

Kalimantan Tengah

(CKB)

SEA

Normal

10-2 117 100

0,3 x 106 10-3 90 43

10-4 64 84

NA Normal

10-3 13 7

* 0,02 x 106 10-4 1 0

10-5 0 1

SEA

(pH 5)

10-2 58 55

0,1 x 106 10-3 13 9

10-4 2 3

NA

(pH 5)

10-2 3 13

*0,02 x 106 10-3 12 13

10-4 2 3

Ket NA: Media Natrium Agar,

SEA: Soil Ekstrak Agar

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

58

Lampiran 5. Ekstraksi DNA menggunakan Norgen Soil DNA Isolation Plus Kit #64000

No. Sampel Sampel

Code

Volume

(µl)

Conc.

(ng/ µl)

A260/280 A260/230 Qubit

µg/ml

1 Bakteri Lokasi

I

Bakteri I 40 107.1 1.14 0.47 -

2 Bakteri Lokasi

II

Bakteri II 40 179.9 1.16 0.60 -

Hasil ekstrkasi kemudian dibersihkan menggunakan “Spin IV HRC Coloumn zymo, didapatkan

hasil sebagai berikut:

No. Sampel Sampel

Code

Volume

(µl)

Conc.

(ng/ µl)

A260/280 A260/230 Qubit

µg/ml

1 Bakteri Lokasi

I

Bakteri I 40 40.2 1.56 0.56 -

2 Bakteri Lokasi

II

Bakteri II 40 93.5 1.41 0.76 -

Lampiran 6. Visualisasi DNA Jasil PCR

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

59

Lampiran 7. Keragaman Bakteri Berdasarkan OTU (Operational Taxonomy Unit)

Keterangan:

Total sampel yang terbaca (dibaca dengan sumbu Y kanan)

Total Taxon yang terbaca (dibaca dengan sumbu Y kanan)

Spesies yang tidak terindentifikasi = 0 (semua teridentifikasi)

Spesies unik yang terdeteksi

Nilai OTU (dibaca dengan sumbu Y kiri)

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

60

Lampiran 8. Keseluruhan Filum, Kelas, Famili, dan Genus serta Kelimpahan Relatif (KR) Bakteri Tanah Sulfat Masam Kalimantan Selatan

(SKB) dan Kalimantan Tengah (CKB)

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Acidobacteria

(0,188%)

Acidobacteriia

Bryobacteraceae

Paludibaculum (Kulichevskaya, Suzina, Rijpstra,

Sinninghe Damsté, & Dedysh, 2014)

Bryobacter (Kulichevskaya, Suzina, Liesack, &

Dedysh, 2010)

AKIW659

Solibacteraceae

(0,04%)

Solibacteraceae

(0,04%)

Candidatus_Solibacter

(0,023%)

(Ward et al., 2009) dan

(Murray & Stackebrandt, 1995)

Unidentified_Acido

bacteria (0,076%)

Acidobacteriaceae

(0,076%)

Candidatus_koribacter

(0,019%)

(Ward et al., 2009) dan

(Murray & Stackebrandt, 1995)

Acidobacterium Kishimoto N et al. (1991)

Unidentified_Acidobacteriaceae (Subgroup_1) (0,012%)

Firmicutes

(0,024%)

Clostridia Hungateiclostridiaceae Ruminiclostridium_1 (Yutin & Galperin, 2013)

(Zhang et al., 2018)

Clostridia Ruminococcaceae Sporobacter (Grech-Mora et al., 1996)

Bacteriodetes

(0,094%)

Chitinophagia Chitinophagaceae Dinghuibacter (Lv, Wang, Chen, You, & Qiu, 2016)

Bacteroidia

Prolixibacteraceae Prolixibacter

(Holmes, Nevin, Woodard, Peacock, &

Lovley, 2007)

(Iino, Sakamoto, & Ohkuma, 2015)

vadinBC27_wastewater_sludge_

group

Rikenellaceae Acetobacteroides (Su et al., 2014)

Blvii28_wastewater_sludge_grou

p

BSV13

Bacteroidaceae Bacteroides (Skerman, McGowan, & Sneath, 1980)

Porphyromonadaceae Microbacter (Sánchez-Andrea, Sanz, & Stams, 2014)

Paludibacteraceae Paludibacter (I. Ueki et al., 2006)

Proteobacteria

(0,379%)

Epsilonproteobacteria

(0,062%)

Helicobacteraceae

(0,061%)

Helicobacter - (On, Miller, Houf, Fox, & Vandamme,

2017)

Sulfurimonas

(Labrenz et al., 2013)

(Takai et al., 2006)

(Inagaki et al., 2003)

Sulfuricurvum

(0,047%) (Kodama & Watanabe, 2004)

Campylobacteraceae Sulfurospirillum - (Luijten et al., 2003)

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

61

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Chlorobi

(0,035%) Chlorobia

Chlorobiaceae

(0,031%)

Chlorobaculum

(0,031%) (Johannes F. Imhoff, 2003)

Ignavibacteriae

(0, 017% ) Ignavibacteria Ignavibacteriaceae Ignavibacterium (Iino et al., 2010) (Oren & Garrity, 2015)

Nitrospirae

(0,036%)

Nitrospira Nitrospiraceae Leptospirillum (Hippe, 2000)

Unidentified_Nitrospiraceae

Spirochaetes

(0,036%)

Spirochaetia Brevinemataceae Brevinema (Defosse, Johnson, Paster, Dewhirst, &

Fraser, 1995)

M2PT2-76_termite_group

Spirochaetia Spirochaetaceae

(0,035%)

Spirochaeta_2 (Abt et al., 2013)

(Oren & Garrity, 2015)

Treponema_2 (Abt et al., 2013)

(Oren & Garrity, 2015))

Elusimicrobia Endomicrobia Endomicrobiaceae Candidatus_Endomicrobium

( Stingl et al., 2005)

(Zheng, Dietrich, Radek, & Brune, 2016)

VALIDATION LIST No. 180 (2018)

Unidentified (tidak

teridentifikasi)

Unidentified_Chloroplast

Unidentified_Familyl

Cloroflexi

(0,031%) Anaerolineae Anaerolineaceae

Leptolinea (Yamada et al., 2006)

Anaerolinea (Sekiguchi et al., 2003)

(Yamada et al., 2006)

Proteobacteria

Alphaproteobacteria

(0,125%)

Acetobacteraceae (0,032%)

Acidicaldus

(Johnson, Stallwood, Kimura, &

Hallberg, 2006) dan VALIDATION LIST

No. 110 (2006),

Acidiphilium (Okamura, Kawai, Wakao, Yamada, &

Hiraishi, 2015)

VALIDATION LIST No. 56 (1996)

Acidocella VALIDATION LIST No. 56 (1996)

Rhodospirillaceae Telmatospirillum

(Sizova, Panikov, Spiridonova,

Slobodova, & Tourova, 2007)

VALIDATION LIST No. 116 (2007),

Micropepsaceae Rhizomicrobium (A. Ueki et al., 2010)

VALIDATION LIST No. 136 (2010)

Bradyrhizobiaceae

Rhodoblastus

(0,012%)

(Dedysh, Haupt, & Dunfield, 2016)

(Imhoff, J. F., 2001)

Beijerinckia (Skerman et al., 1980)

Roseiarcaceae Roseiarcus (Kulichevskaya, Danilova, Tereshina,

Kevbrin, & Dedysh, 2014)

Bradyrhizobiaceae Bradyrhizobium

(Willems, Coopman, & Gillis, 2001b)

(Willems, Coopman, Gillis, & Gent,

2001c)

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

62

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Proteobacteria

Xanthobacteraceae Pseudolabrys (Kämpfer et al., 2006)

Sphingomonadaceae Novosphingobium (Yabuuchi et al., 2002)

Sphingomonas (Feng, Yang, Xiong, Li, & Zhu, 2017)

Betaproteobacteria

(0,051%)

Burkholderiaceae Lautropia (Gerner-Smidt et al., 1994)

VALIDATION LIST No. 53 (1995)

Alcaligenaceae Unidentified_Alcaligenaceae

Burkholderiaceae Burkholderia-Paraburkholderia

Azonexaceae Dechloromonas - (Achenbach, Michaelidou, Bruce,

Fryman, & Coates, 2001)

Gallionellaceae Sideroxydans (Emerson et al., 2013)

Ferritrophicaceae Ferritrophicum (Weiss et al., 2007)

Ferrovaceae Ferrovum (Johnson, Hallberg, & Hedrich, 2014)

Chromobacteriaceae Paludibacterium (Kwon et al., 2008)

Comamonadaceae

Ideonella (Noar & Buckley, 2009)

VALIDATION LIST No. 50 (1994)

Thiomonas (Kelly, Uchino, Huber, Amils, & Wood,

2007)

Gammaproteobacteria

(0,039%)

Acidiferrobacteraceae Sulfurifustis (Kojima, Shinohara, & Fukui, 2015)

Methylococcaceae Methylomonas (Bowman, Sly, Nichols, & Hayward,

1993) VALIDATION LIST No. 15 (1984)

Moraxellaceae Acinetobacter (Ibrahim, Gerner-Smidt, & Liesack,

1997)

Coxiellaceae Coxiella (Skerman et al., 1980)

Acidibacter

(0,026%)

(Falagán & Johnson, 2014)

VALIDATION LIST No. 173 (2017)

Unidentified_Xantho

Monadales (0,027%)

Unidentified_Xanthomonadales

Rhodanobacteraceae Metallibacterium - (Ziegler et al., 2013)

Xanthomonadaceae Stenotrophomonas (Ouattara, Le Mer, Joseph, & Macarie,

2017)

Firmicutes Clostridia

Clostridiaceae Clostridium_sensu_stricto_12

(Alou et al., 2018) Clostridium_sensu_stricto_9

Clostridiaceae1 Clostridium_sensu_stricto_1

Clostridiaceae Clostridium_sensu_stricto_6

Peptostreptococcaceae Romboutsia - ( Wang, Y. et al., 2015)

(Gerritsen et al., 2014)

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

63

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Firmicutes

Bacilli Bacillaceae Bacillus

(Bhandari, Ahmod, Shah, & Gupta, 2013)

(Rainey, Weiss, & Stackebrandt, 1995)

Lactobacillaceae Lactobacillus - (Salvetti, Harris, Felis, & O’Toole, 2018)

Clostridia Christensenellaceae Christensenellaceae_R-7_group (Morotomi, Nagai, & Watanabe, 2011)

unclassified Firmicutes

sensu stricto Hydrogenispora (Yi Liu, Qiao, Yuan, Guo, & Qiu, 2014)

Proteobacteria Deltaproteobacteria

Kofleriaceae Haliangium

(Fudou, Jojima, Iizuka, & Yamanaka,

2002)

VALIDATION LIST No. 87 (2002)

Anaeromyxobacteraceae Anaeromyxobacter (Sanford, Cole, & Tiedje, 2002)

VALIDATION LIST No. 86 (2002)

Polyangiaceae Sorangium (Jiang et al., 2008)

VALIDATION LIST No. 115 (2007),

Geobacteraceae Geobacter

(0,023%)

(Nevin, Holmes, Woodard, Covalla, &

Lovley, 2007)

VALIDATION LIST No. 78 (2001)

Syntrophaceae Smithella

( Liu, Balkwill, Henry, Drake, & Boone,

1999)

Syntrophus (James et al., 2019)

Desulfobulbaceae Desulfobulbus (Trojan et al., 2016)

Desulfobacteraceae

Desulfatiglans (Suzuki, Li, Cui, Zhang, & Katayama,

2014)

Desulfatirhabdium (Balk, Altinbaş, Rijpstra, Damsté, &

Stams, 2008)

Syntrophaceae Desulfobacca (Stefanie, Elferink, Vliet, Jaap, &

M.Stams, 1999)

H16

(0,01%)

Syntrophaceae Desulfomonile

(Kim, Mandelco, Tanner, Woese, &

Suflita, 1990)

VALIDATION LIST No. 36 (1991)

Syntrophobacteraceae

Desulfovirga - (Tanaka, Stackebrandt, Tohyama, &

Eguchi, 2000)

Syntrophobacter

(Sedano-Núñez, Boeren, Stams, &

Plugge, 2018)

VALIDATION LIST No. 15 (1984)

Actinobacteria

(0,083%)

Actinobacteria

(0,047%)

Acidothermaceae

(0,038%)

Acidothermus

(0,038%) (Maréchal et al., 2000)

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

64

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Actinobacteria

Mycobacteriaceae Mycobacterium

(Gupta, Lo, & Son, 2018)

List of Changes in Taxonomic Opinion

No. 28 (2018)

Cellulomonadaceae Cellulomonas (Rainey et al., 1995)

VALIDATION LIST No. 10 (1983)

Hgcl_clade

CL500-29_marine_group

Acidimicrobiia

(0,029%) Unidentified_Acidimicrobiales

Proteobacteria Deltaproteobacteria Desulfovibrionaceae Desulfovibrio (Loubinoux et al., 2002)

Verrucomicrobia Opitutae Opitutaceae Opitutus

(Tegtmeier, Belitz, Radek, Heimerl, &

Brune, 2018)

List of Changes in Taxonomic Opinion

No. 28 (2018)

Acidobacteria Thermoanaerobaculia Thermoanaerobaculaceae Thermoanaerobaculum (Losey et al., 2013)

Gemmatimonadetes; Gemmatimonadetes Gemmatimonadaceae Gemmatimonas (Zeng et al., 2015)

Acidobacteria Holophagae Holophagaceae Geothrix (Coates, Ellis, Gaw, & Lovley, 1999)

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

65

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Acidobacteria

(0,274%)

Acidobacteriia

Bryobacteraceae

Paludibaculum - (Kulichevskaya, Suzina, et al., 2014)

Bryobacter (Kulichevskaya et al., 2010)

AKIW659

Solibacteres

(0,039%)

Solibacteraceae

(0,039%)

Candidatus_Solibacter

(0,023%)

(Ward et al., 2009) dan

(Murray & Stackebrandt, 1995)

Unidentified_Acido

bacteria

(0,116%)

Acidobacteriaceae

(0,116%)

Candidatus_koribacter

(0,023%)

(Ward et al., 2009) dan

(Murray & Stackebrandt, 1995)

Acidobacterium Kishimoto N et al. (1991)

Unidentified_Acidobacteriaceae

(Subgroup_1) (0,009%)

Firmicutes

(0,012%)

Clostridia Hungateiclostridiaceae Ruminiclostridium_1 (Yutin & Galperin, 2013)

(Zhang et al., 2018)

Clostridia Ruminococcaceae Sporobacter (Grech-Mora et al., 1996)

Bacteriodetes

(0,018%)

Chitinophagia Chitinophagaceae Dinghuibacter (Lv et al., 2016)

Bacteroidia

Prolixibacteraceae Prolixibacter - (Holmes et al., 2007)

(Iino et al., 2015)

vadinBC27_wastewater_sludge_

group

Rikenellaceae Acetobacteroides - (Su et al., 2014)

Blvii28_wastewater_sludge_group

BSV13

Bacteroidaceae Bacteroides (Skerman et al., 1980)

Porphyromonadaceae Microbacter (Sánchez-Andrea et al., 2014)

Paludibacteraceae Paludibacter (I. Ueki et al., 2006)

Proteobacteria

(0,393%)

Epsilonproteobacteria

(0,021%)

Helicobacteraceae

(0,021%)

Helicobacter (On et al., 2017)

Sulfurimonas

(Labrenz et al., 2013)

(Takai et al., 2006)

(Inagaki et al., 2003)

Sulfuricurvum

(0,008%) (Kodama & Watanabe, 2004)

Campylobacteraceae Sulfurospirillum (Luijten et al., 2003)

Chlorobi (0%)

Chlorobia Chlorobiaceae Chlorobaculum - (Johannes F. Imhoff, 2003)

Ignavibacteriae

(0,008%) Ignavibacteria Ignavibacteriaceae Ignavibacterium -

(Iino et al., 2010)

(Oren & Garrity, 2015)

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Nitrospirae Nitrospira Nitrospiraceae Leptospirillum (Hippe, 2000)

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

66

(0,028%) Unidentified_Nitrospiraceae

Spirochaetes

(0,02%)

Spirochaetia Brevinemataceae Brevinema - (Defosse et al., 1995)

M2PT2-76_termite_group -

Spirochaetia Spirochaetaceae

(0,02%)

Spirochaeta_2 (Abt et al., 2013)

(Oren & Garrity, 2015)

Treponema_2 (Abt et al., 2013)

(Oren & Garrity, 2015))

Elusimicrobia Endomicrobia Endomicrobiaceae Candidatus_Endomicrobium

( Stingl et al., 2005) -

(Zheng et al., 2016)

VALIDATION LIST No. 180 (2018)

Unidentified (tidak

teridentifikasi)

Unidentified_Chloroplast

Unidentified_Familyl -

Cloroflexi

(0,04%) Anaerolineae Anaerolineaceae

Leptolinea - (Yamada et al., 2006)

Anaerolinea - (Sekiguchi et al., 2003)

(Yamada et al., 2006)

Proteobacteria

Alphaproteobacteria

(0,125%)

Acetobacteraceae

(0,027%)

Acidicaldus (Johnson et al., 2006) dan VALIDATION

LIST No. 110 (2006),

Acidiphilium (Okamura et al., 2015)

VALIDATION LIST No. 56 (1996)

Acidocella VALIDATION LIST No. 56 (1996)

Rhodospirillaceae Telmatospirillum (Sizova et al., 2007)

VALIDATION LIST No. 116 (2007),

Micropepsaceae Rhizomicrobium (A. Ueki et al., 2010)

VALIDATION LIST No. 136 (2010)

Bradyrhizobiaceae

Rhodoblastus

(0,0009%)

(Dedysh et al., 2016)

(Imhoff, J. F., 2001)

Beijerinckia - (Skerman et al., 1980)

Roseiarcaceae Roseiarcus (Kulichevskaya, Danilova, et al., 2014)

Bradyrhizobiaceae Bradyrhizobium (Willems, Coopman, & Gillis, 2001b) (Willems, Coopman, Gillis, & Gent,

2001c)

Xanthobacteraceae Pseudolabrys (Kämpfer et al., 2006)

Sphingomonadaceae Novosphingobium - (Yabuuchi et al., 2002)

Sphingomonas - (Feng et al., 2017)

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Proteobacteria

Betaproteobacteria

(0,035%)

Burkholderiaceae Lautropia - (Gerner-Smidt et al., 1994)

VALIDATION LIST No. 53 (1995)

Alcaligenaceae Unidentified_Alcaligenaceae

Burkholderiaceae Burkholderia-Paraburkholderia -

Azonexaceae Dechloromonas (Achenbach et al., 2001)

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

67

Gallionellaceae Sideroxydans (Emerson et al., 2013)

Ferritrophicaceae Ferritrophicum (Weiss et al., 2007)

Ferrovaceae Ferrovum (Johnson et al., 2014)

Chromobacteriaceae Paludibacterium - (Kwon et al., 2008)

Comamonadaceae Ideonella -

(Noar & Buckley, 2009)

VALIDATION LIST No. 50 (1994)

Thiomonas (Kelly et al., 2007)

Gammaproteobacteria

(0,057%)

Acidiferrobacteraceae Sulfurifustis (Kojima et al., 2015)

Methylococcaceae Methylomonas - (Bowman et al., 1993) VALIDATION

LIST No. 15 (1984)

Moraxellaceae Acinetobacter - (Ibrahim et al., 1997)

Coxiellaceae Coxiella (Skerman et al., 1980)

Acidibacter

(0,042%)

(Falagán & Johnson, 2014)

VALIDATION LIST No. 173 (2017)

Unidentified_Xantho

monadales (0,042%) Unidentified_Xanthomonadales -

Rhodanobacteraceae Metallibacterium (Ziegler et al., 2013)

Xanthomonadaceae Stenotrophomonas (Ouattara et al., 2017)

Firmicutes

Clostridia

Clostridiaceae Clostridium_sensu_stricto_12 -

(Alou et al., 2018) Clostridium_sensu_stricto_9 -

Clostridiaceae1 Clostridium_sensu_stricto_1 -

Clostridiaceae Clostridium_sensu_stricto_6 -

Peptostreptococcaceae Romboutsia ( Wang, Y. et al., 2015)

(Gerritsen et al., 2014)

Bacilli Bacillaceae Bacillus

(Bhandari et al., 2013)

(Rainey et al., 1995)

Lactobacillaceae Lactobacillus (Salvetti et al., 2018)

Clostridia Christensenellaceae Christensenellaceae_R-7_group - (Morotomi et al., 2011)

unclassified Firmicutes

sensu stricto Hydrogenispora (Yi Liu et al., 2014)

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Proteobacteria Deltaproteobacteria

(0,071%)

Kofleriaceae Haliangium (Fudou et al., 2002)

VALIDATION LIST No. 87 (2002)

Anaeromyxobacteraceae Anaeromyxobacter (Sanford et al., 2002)

VALIDATION LIST No. 86 (2002)

Polyangiaceae Sorangium (Jiang et al., 2008)

VALIDATION LIST No. 115 (2007),

Geobacteraceae Geobacter

(0,004%)

(Nevin et al., 2007)

VALIDATION LIST No. 78 (2001)

Syntrophaceae Smithella - ( Liu, Balkwill, Henry, Drake, & Boone,

1999)

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48297/1/EVA MOULIA... · ii ANALISIS KOMUNITAS BAKTERI TANAH SULFAT MASAM DARI DUA TIPE LAHAN RAWA DI KALIMANTAN

68

Syntrophus - (James et al., 2019)

Desulfobulbaceae Desulfobulbus - (Trojan et al., 2016)

Desulfobacteraceae Desulfatiglans (Suzuki et al., 2014)

Desulfatirhabdium - (Balk et al., 2008)

Syntrophaceae Desulfobacca (Stefanie et al., 1999)

H16

(0,04%)

Syntrophaceae Desulfomonile (Kim et al., 1990)

VALIDATION LIST No. 36 (1991)

Syntrophobacteraceae

Desulfovirga (Tanaka et al., 2000)

Syntrophobacter (Sedano-Núñez et al., 2018)

VALIDATION LIST No. 15 (1984)

Actinobacteria

(0,133%)

Actinobacteria

(0,089%)

Acidothermaceae

(0,085%)

Acidothermus

(0,085%) (Maréchal et al., 2000)

Mycobacteriaceae Mycobacterium

(Gupta et al., 2018)

List of Changes in Taxonomic Opinion

No. 28 (2018)

Cellulomonadaceae Cellulomonas - (Rainey et al., 1995)

VALIDATION LIST No. 10 (1983)

Hgcl_clade

CL500-29_marine_group

Filum/(KR) Kelas/(KR) Famili/(KR) Genus/(KR) Lokasi

SKB/(KR) Referensi

Actinobacteria

Acidimicrobiia

(0,04%) Unidentified_Acidimicrobiales

Proteobacteria Deltaproteobacteria Desulfovibrionaceae Desulfovibrio - (Loubinoux et al., 2002)

Verrucomicrobia Opitutae Opitutaceae Opitutus -

(Tegtmeier et al., 2018)

List of Changes in Taxonomic Opinion

No. 28 (2018)

Acidobacteria Thermoanaerobaculia Thermoanaerobaculaceae Thermoanaerobaculum (Losey et al., 2013)

Gemmatimonadetes; Gemmatimonadetes Gemmatimonadaceae Gemmatimonas (Zeng et al., 2015)

Acidobacteria Holophagae Holophagaceae Geothrix (Coates et al., 1999)