motivasi siswa putri terhadap pelajaran...

70
MOTIVASI SISWA PUTRI TERHADAP PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 23 PADANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang Oleh: FITRI SRI WAHYUNI NIM. 89452 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

Upload: trinhkien

Post on 04-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

1

MOTIVASI SISWA PUTRI TERHADAP PELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

NEGERI 23 PADANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Padang

Oleh:

FITRI SRI WAHYUNI

NIM. 89452

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

2

3

i

ABSTRAK

Fitri Sri Wahyuni.2012.”Motivasi Siswa Putri Terhadap Pelajaran Pendidikan

Jasmanin Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Mnengah Pertama

Negeri 23 Padang.”

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui motivasi siswa putrid

terhadap pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, hal ini muncul

karena selama ini siswa putrid cendrung tidak termotivasi terhadap pelajaran

penjasorkes, sehingga siswa tidak mendapatkan kesegaran jasmani dalam

mengikuti pembelajaran.jenis penelitian ini adalah deskriptif.waktu penelitian di

mulai pada bulan desember 2011.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa putrid SMP negeri 23 Padang

kelas VII 23 Orang dan kelas VIII 22 Orang dengan jumlah 45 orang siswa

mengambil secara keseluruhan dari populasi,jadi sampel berjumlah 45 orang

orang responden.instrumen yang di pakai untuk pengumpulan data adalah angket

atau kuesioner dengan menggunakan skala Guttmant.data di analisis dengan

menggunakan rumus distribusi frekwensi dalam bentuk persentase p= x 100%.

Hasil analisis data di peroleh hasil penelitian sebagai berikut: Variabel

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa putrid terhadap pelaksanaan

mata pelajaran penjasorkes dari 40 pertanyaan yang di ajukan tingkat capaian

responden mencapai 56,56%. Dari temuan tersebut dapat di ambil kesimpulan

bahwa tingkat capaian faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa putrid

terhadap pelaksanaan mata pelajaran penjasorkes di sekolah menengah pertama

negeri23 padang di kategorikan masih kurang.

Kata Kunci: Motivasi Penjasorkes.

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, kerena

berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Motivasi siswa putrid terhadap Pelajaran pendidikan jasmanin olahraga dan

kesehatan di sekolah mnengah pertama negeri 23 Padang.”skripsi ini merupakan

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan

pendidikan olahraga, fakultas ilmu keolahragaan, Universitas Negeri Padang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak.oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih dengan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Drs.Arsil M.Pd. selaku pembimbing I dan Drs. Zalfendi. Kes. Selaku

pembimbing II sekaligus penasehat akademik yang telah memberikan

masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini

2. Dr.H. Syahrial Bakhtiar, M.Pd, Drs.Zulman Mpd, dan Drs. Deswandi.M.Kes

sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam

penyusunan skripsi ini

3. Drs. H. Arsil.Mpd. selaku dekan fakultas ilmu keolahragaan universitas negeri

Padang

4. Drs. Yulifri, M.pd. selaku ketua jurusan pendidikan olahraga fakultas ilmu

keolahragaan universitas negeri padang

5. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materil

6. Bapak Drs. Edi Surya,Mm selaku kepala SMP N23 Padang

iii

7. Selurh Guru dan karyawan SMPN 23 Padang

8. Siswa putrid kelas kelas VII dan VIII SMPN 23 Padang

9. Teman-teman sesame mahasiswa yang ikit membantu dan memberikan

dorongan serta orang tersayang yang selalu memberikan semangat.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kelancaran skripsi ini,emoga atas bimbingan,bantuan,durongan dan

doa serta pengorbanan tersebut dapat menjadi amal sholeh dan dapat imbalan

yang setimpal dari –Nya. Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala

kekurangan dan keterbatasan penulis,skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan.untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya penulis

ucapkan terima kasih.harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak umumnya dan penulis khususnya.

Padang, Juli 2012

Penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6

C. Rumusan dan Pembatasan Masalah ............................................... 6

D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian` ........................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ............................................................................... 8

1. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan . 8

2. Hakikat Motivasi ...................................................................... 13

B. Kerangka Konseptual ..................................................................... 33

C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis, Temapt dan Waktu Penelitian .............................................. 35

B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 35

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 37

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ..................................... 37

E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 37

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Verifikasi Data ............................................................................... 39

B. Deskripsi Data ................................................................................ 39

C. Pembahasan .................................................................................... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 49

B. Saran ............................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi Penelitian ..................................................................................... 36

2. Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Putri Terhadap Pelajaran

Penjasorkes ................................................................................................. 40

3. Deskripsi Motivasi Siswa Putri Terhadap Mata Pelajaran Penjasorkes..... 45

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................................ 34

2. Histogram Motivasi Siswa Putri Terhadap Pelajaran Penjasorkes ............ 46

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Penelitian ....................................................................................... 52

2. Tabulasi Data ............................................................................................. 57

3. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur pemerintah

Indonesia melaksanakan pembangunan disegala bidang, salah satunya

pembangunan dibidang pendidikan. Hal ini merupakan kebijakan yang sangat

tepat sekali oleh pemerintah, karena pendidikan merupakan unsur yang sangat

penting bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia dapat hidup

lebih maju, bahagia, sejahtera dan bermartabat. Kemajuan yang dicapai oleh

manusia dalam suatu bangsa sangat tergantung dari mutu pendidikan bangsa

tersebut. Apabila mutu pendidikan suatu bangsa itu baik maka masyarakatnya

akan memiliki kualitas yang baik pula, sehingga pembangunan dalam segala

bidang akan mudah dicapai dengan waktu yang relatif cepat.

Pendidikan manusia akan mengajarkan bagaimana pemecehan

masalah, serta memprakasai manusia untuk melahirkan penemuan baru dan

peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri, karena pentingnya pendidikan

bagi manusia sehingga pemerintah berusaha memberi kesempatan kepada

seluruh warganegara untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang

layak. Hal ini telah di tuangkan dalam pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945

bahwa: “1). Tiap-tiap warganegara berhak mendapatkan pendidikan dan

pengajaran; 2). Pemerintah mengusahakan suatu sistem pengajara nasional

yang diatur dengan undang-undang”.

2

Pernyataan diatas menunjukan betapa besarnya perhatian pemerintah

terhadap pendidikan, sehingga pemerintah dalam undang-undang sistem

pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 menjelaskan fungsi

pendidikan nasional adalah:

“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban

bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Berdasarkan uraian diatas pendidikan memiliki peranan yang besar

dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya pada Bab I pasal 1

dalam undang-undang system pendididkan No.20 Tahun 2003 dijelaskan

bahwa tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseta didik sejaca aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaa, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara”.

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan

usaha sadar yang dilakukan secara terencana, kemudian pendidikan dapat

diperoleh masyarakat melalui jalur formal, informal dan nonformal. Sekolah

merupakan pendidikan formal dalam lingkungan pendidikan, yang dilaksakan

secara teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu-waktu

tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah telah melakukan perbaikan-

perbaikan dan pembaharuan pada sistem pendidikan nasional, seperti

3

perbaikan terhadap kurikulum, penataran guru, pengadaan buku ajar, dan

penyediaan sarana dan prasarana belajar. Melalui usaha ini diharapkan proses

belajar dan mengajar dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Dari sekian banyak mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, salah

satunya adalah pendidikan jasmani olah raga dan kesesehatan (penjasorkes),

dimana mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran wajib

dipelajari siswa mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

pendidikan nasional, pendidikan jasmani pada dasarnya juga untuk

mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir

kritis, stabilitas emosional, dan sosial, pemahaman dan tindakan moral

melalui aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani memiliki peranan yang penting

dalam dunia pendidikan, dimana pada saat proses pembelajaran terjadi siswa

terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas fisik,

bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani supaya proses

pembelajaran dapat berjalan secara aktif, banyak faktor yang mempengaruhi

diantaranya guru di tuntut untuk dapat membuat program pengajaran dengan

benar, metode pengajaran yang bervariasi, sarana dan prasarana, alokasi waktu

yang tersedia, motivasi serta minat siswa dalam belajar. Selain itu guru di

harapkan menggunakan berbagai keterampilan gerak dasar, internalisasi nilai-

nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain sebagainya). Selain itu tujuan

supaya materi yang diajarkan dapat diserap oleh siswa dengan baik dan saat

4

proses pembelajaran tersebut, siswa merasa senang dan tetep konsentrasi pada

meteri yang diajarkan sehingga hasil yang diharapkan dari pembelajaran

tersebut dapat dicapai.

Berdasarkan pengamatan awal di beberapa SMP di kota Padang

ditemui bahwa tidak semua siswa yang serius dan merasa senang dalam

mengikuti mata pelajaran ini, sebagian siswa terutama siswa putri banyak

yang asal-asalan dalam melakukan aktivitas olahraga yang diajarkan, ada juga

yang hanya takut dimarahi guru tersebut, sehingga terkesan terpaksa bukan

karena senang dengan bidang studi ini. Penyebabnya di pengaruhi oleh

motivasi dan minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan, alokasi waktu yang tersedia, program pengajaran ,

metode yang digunakan oleh guru serta sarana dan prasarana. Hal ini jauh

berbeda dengan sikap siswa putra dalam pembelajaran tersebut, dimana siswa

putra terlihat lebih menyenangi belajar pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan.

Bila terjadi respon yang berbeda dalam pembelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan antara siswa putra dan putri tentu akan

menghambat proses pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran tidak

berjalan dengan efektif, tentu ini akan menimbulkan masalah. Dan juga

apabila siswa dalam proses pembelajaran tidak serius dalam mengikuti

pembelajaran tersebut, tentu akan mempengaruhi terhadap hasil belajar yang

diperolehnya, karena dalam belajar siswa tersebut tidak memperhatikan materi

yang diajarkan dengan baik, sehingga pada saat pelaksanaannya siswa tersebut

tidak dapat melakukan dengan baik dan benar.

5

Oleh karena itu dalam mengajarkan pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan disekolah guru harus bisa meningkatkan motivasi siswa tersebut.

Menurut Slamet (2003:170) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses

yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, serta arah umum dari tingkah

laku manusia. Menurut Oemar Hamalik (2005: 106) motivasi juga dapat

dikatakan serangkaian usaha untuk mengharapkan kondisi tertentu sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat simpulkan bahwa

motivasi adalah suatu penggerak atau pendorong untuk mencapai sesuatu.

Setiap tingkah laku yang ditampilkan setiap individu biasanya didahului oleh

adanya suatu motivasi. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai penentu tingkah

laku. Motivasi sering juga disebut motif perbuatan yaitu suatu dorongan bagi

individu untuk berbuat dan melakukan sesuatu sesuai dengan yang di

inginkan.

Berdasarkan fakta di atas maka penulis tetarik untuk meneliti dan

mengetahui apa saja yang mempengaruhi motivasi siswa dan penelitian ini

penulis beri judul “MOTIVASI SISWA PUTRI TERHADAP MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN

KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGRI 23

PADANG ”

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas banyak variabel yang berpengaruh terhadap

masalah kegiatan pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di

SMP Negeri 23 Padang. Variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan guru

2. Metode pengajaran secara bervariasi

3. Minat belajar

4. Motivasi siswa putri dalam belajar pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan

5. Sarana dan prasaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

6. Materi pelajaran yang di berikan.

C. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang dapat muncul dari yang ditemui

dalam pelaksanaan pengajaran, maka penelitian ini hanya dibatasi pada

variabel-variabel tertentu yang dapat diamati dan diukur secara kontinyu.

Karena keterbatasan waktu, dana dan tenaga yang penulis miliki. Maka

batasan masalah yang diteliti berkaitan dengan apa yang mempengaruhi

Motivasi siswa putri terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan di SMP Negri 23 Padang.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi siswa putri

terhadap pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Negri

23 padang.

7

E. Manfaat Penelitian

Dengan memperhatikan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di

atas, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Siswa putri yang masih kurang termotivasi terhadap mata pelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

2. Guru olahraga sebagai bahan pertimbangan untuk memotivasi agar anak

didiknya menyenangi mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan.

3. Untuk mengungkapkan mengenai permasalahan yang timbul dalam

pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

4. Penulis salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan di

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri padang.

5. Mahasiawa bahan bacaan dan literatur (sumber) dalam menjalankan mata

pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang

dirancang untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup aktif, dan sikap

sportif melalui kegiatan jasmani. Lingkungan belajar diatur secara

seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Pengalaman yang disajikan

akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan

bagaimana melakukan gerkan secara aman, efesien dan efektif, selain itu

pengalaman tersebut dilakukan secara terencana, bertahap serta

berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri

sebagai pelaku, dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi

peningkatan kualitas hidup seseorang, sehingga akan terbentuk jiwa positif

dan gaya hidup aktif.

Menurut Bucher (2005:11) mengatakan “Pendidikan jasmani

adalah bagian yang terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh,

bidang sasaran yang diusahakan adalah perkembangan jasmani, mental,

emosional, dan sosial bagi warga Negara yang sehat melalui medium

kegiatan jasmaniah.”

9

Selanjutnya Suparman (1994:9) menerangkan “kesegaran jasmani

adalah suatu aspek fisik dari kesegaran yang menyeluruh (total fitness)

yang memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk sanggup

menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada

setiap pembebanan fisik.”

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan

jasmani merupakan pendidikan yang menyeluruh yang bertujuan untuk

memacu perkembangan jasmani, mental, emosi serta sosial setiap individu

supaya mampu menjalani kehidupan secara produktif. Kesegaran jasmani

yang merupakan cerminan dari kemampuan fungsi sistem-sistem organ

dalam tubuh yang dapat mewujudkan suatu peningkatan kualitas hidup

dalam setiap aktivitas fisik.

Seseorang yang dalam kondisi sehat dapat mempertahankan diri

dari pengaruh luar, karena memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik.

Sebagai bidang studi yang lebih menitikberatkan perhatiannya ranah

psikomotor, tetapi tetap mempertahankan kognitif dan afektif, dalam

Diknas (2003:3) menjelaskan bahwa:

“Bidang studi pendidikan jasmani harus mencakup materi (1)

kesadaran akan tubuh dan gerakan, keterampilan motorik dasar,

(2) Kebugaran jasmani, Aktivitas jasmani,seperti gerakan retmik,

permainan dan tari, aguatik dan senam, (3) aktivitas

pengkondisian tubuh, modifikasi permainan dan olahraga serta

keterampilan hidup di alam terbuka, (4) olahraga perorangan, dan

tim, (5) keterampilan hidup mandiri di alam terbuka dan (6) gaya

hidup aktif dan sikap sportif”.

Menurut keterangan di atas pada materi yang termuat dalam bidang

studi pendidikan jasmani sangat memfokuskan pada ketiga ranah

10

tersebut.Adapun pengertian jasmani menurut Baley dan Field dalam

Alimunar(2004:3) mengatakan “Pendidikan jasmani sebagai proses yang

menguntungkan dalam penyesuaian dan belajar organic, neoro muscular,

intelektual, sosial kebudayaan, ekonomi dan etika sebagai akibat yang

timbul melalui pilihan dan aktivitas kekuatan otot yang agak baik”.

Selanjutnya Nixon dan Cosen dalam Alimunar (2004:3)

menyebutkan bahwa “Pendidikan jasmani sebagai bagian dari pendidikan

keseluruhan dengan melibatkan penggunaan system aktivitas kekuatan otot

untuk belajar sebagai akibat peran serta dalam kegiatan ini”.

Berpedoman pada pendapat di atas dapat dikatakan bahwa

pendidikan jasmani adalah proses pendidikan keseluruhan yang

menggunakan aktivitas untuk mengembangkan kekuatan otot, organik,

control neoro muscular, intelektual, sosial budaya dan ekonomi.

Dalam mengajar pendidikan jasmani pada prinsipnya mengikuti

tiga tahap. Menurut Depdikbud dalam Ningsih (2005:19) disebutkan

bahwa:

1. Latihan pemanasan (warming up) yang bertujuan untuk

menyiapkan kondisi fisik siswa dalam menghadapi pelajaran

inti baik pernafasan dan peredaran darah serta temperatur.

2. Latihan inti tujuannya untuk meningkatkan keterampilan.

Latihan ini terdiri dari dua bagian yaitu: (a) siswa belajar

bentuk gerakan atau latihan yang baru atau mengulang dan

memperbaiki gerakan yang belum dikuasai, (b) siswa

melakukan gerakan-gerakan yang telah dikenal dan dikuasai,

untuk lebih meningkatkan keterampilan dengan hasil yang

lebih cepat dan terkoordinasi.

3. Latihan penenangan tujuannya menyiapkan jasmani dan rohani

siswa untuk dapat kembali pulih dan siap melakukan aktivitas

lain.

11

Berpedoman pada keterangan di atas dengan waktu yang tersedia

selama satu semester tentu akan dapat merubah pengetahuan, keterampilan

dan sikap siswa untuk berpatisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan, hal

ini sesuai dengan penjelasan yang dikeluarkan oleh Diknas(2003:6)

menjelaskan:

“Materi pendidikan jasmani harus meliputi hal sebagai berikut:

pengalaman mempraktekkan latihan untuk mempertahankan

keterampilan atletik, senam, permainan, beladiri dan renang.

Pengetahuan yang berkaitan dengan manfaat kebugaran jasmani,

penilaian kebugran jasmani, masalah kesehatan karena kebugaran

jasmani, nilai-nilai psikologis, pengaturan stres, pengaturan gizi

dan isu konsumerisme untuk kebugaran jasmani. Peraturan,

strategi/taktik, teknik penyelenggaraan pertandingan dalam praktik

pertandingan yang aman dalam kegiatan atletik, beladiri, dan

renang. Prilaku yang menggambarkan jiwa sportifitas dan gaya

hidup yang sehat dan aktif ”.

Berdasarkan keterangan para ahli di atas dapat dipahami, bahwa

mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bukan sekedar

mengajarkan keilmuan saja seperti matematika, bahasa dan lainnya yang

menekankan pada penguasaan materi saja atau menekankan pada suatu

ranah saja. Tujuan pembelajaran bidang studi pendidikan jasmani olahraga

dan kesehatan terlihat sekali keterkaitan antara ranah kognitif, afektif dan

psikomotor, sebab dalam pembelajarannya siswa telihat langsung secara

aktif dalam pembelajaran tersebut, sehingga siswa dituntut untuk dapat

memahami dan menganalisa tentang materi yang diberikan, pada kondisi

seperti inilah terjadi kerja sama antara kognitif, afektif dan psikomotor

siswa dan membentuk tujuan bersama yaitu siswa mampu melakukan

gerakan-gerakan olahraga serta mampu menerapkannya secara individu

dan kelompok. Selanjutnya pada bidang studi pendidikan jasmani olahraga

12

dan kesehatan selain belajar cabang olahraga siswa juga diajarkan

kecakapan hidup di alam bebas, membela diri dari serangan musuh, belajar

tentang arti kesehatan disiplin dan hidup mandiri.

Melihat begitu kompleksnya muatan yang terkandung dalam mata

pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, maka dalam

pembelajarannya sering mendapatkan halangan dan rintangan, salah satu

adalah kurangnya motivasi siswa, terutama siswa putri terhadap mata

pelajaran ini. Hal ini tentu di pengaruhi oleh banyak hal baik dari dalam

maupun dari luar individu siswa tersebut. Apabila siswa kurang

termotivasi dalam mengikuti bidang studi ini, tentu akan melemahkan

motivasi belajar siswa tersebut, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar

dari pada siswa itu sendiri.

Kalau dilihat dari sudut peserta didik kesulitan belajar juga datang

dari dirinya sendiri atau internal, pada dasarnya peserta didik dalam belajar

pendidikan jasmani kesehatan olahraga dan kesehatan disamping

mempunyai potensi yang dapat dikembangkan juga mempunyai kendala-

kendala atas kesulitan sendiri. Agar peserta didik mempunyai motivasi

dalam belajar pendidikan jasmani di sekolah, maka guru ditutut untuk

memberikan pengetahuan praktis tentang manfaat yang dapat diperoleh

melalui kegiatan jasmani, dengan demikian mereka akan sadar terhadap

pentingnya arti pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bagi kehidupan

sekarang maupun di masa yang akan datang, semakin tinggi motivasi

siswa terhadap pelajaran pendidikan jasmani olahrga dan kesehatan maka

tugas guru semakin mudah dalam mengaktifkan mereka belajar.

13

2. Hakikat Motivasi

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Secara umum motif dapat diartikan

sebagai daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan suatu

kegiatan dari terciptnya tujuan yang diharapkan. Barawal dari kata motif,

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Motivasi adalah penting untuk mencapai tujuan suatu kegiatan.

Motivasi merupakan daya pendorong bagi seseorang agar dapat

melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan

(Prayitno,1989:11). Dengan adanya motivasi dapat merangsang sikap dan

prilaku seseorang untuk dapat berbuat serta untuk memenuhi keinginan

atau kebutuhan yang akan dicapai seseorang sesuai dengan tujuannya.

Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan

mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Ada ahli

pendidikan yang menyebutkan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya belajar sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai

dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia,

termasuk perilaku belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental

yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk

perilaku belajar. Dalam motivasi terkadang adanya keinginan yang

mengaktifkan, mengerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan

perilaku individu belajar (Koeswara:1989, Siagian:1989, Biggs dan

Telfer:1987).

14

Berdasarkan pengertian di atas, secara umum dapat disimpulkan

motivasi itu mempengaruhi terjadinya perubahan energi pada individu.

Motivasi merupakan suatu motif-motif yang menjadi aktif dan dapat

mendorong seseorang untuk melekukan suatu motivasi, sehingga

keberadaan motif sebagai dari motivasi tidak dapat dipisahkan.

Memotivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang harus

dilakukan guru dalam mengajar. Jika guru telah berhasil membangun

motivasi siswa dalam belajar tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa

guru itu telah berhasil dalam mengajar. Memotivasi siswa tidaka hanya

mengarahkan siswa untuk aktif dalam belajar, tetapi juga mengarahkan

serta menjadikan siswa terdorong untuk belajar di luar kelas seperti

kegiatan ekstrakurikuler di luar sekolah.

Menurut Sadirman (2001:72) yang mengatakan tentang motivasi,

yakni: “motovasi terbagi dua, pertama motivasi “Instrinsik”ialah motivasi

untuk bertindak atau berbuat yang disebabkan oleh adanya keinginan yang

datang dari dalam diri individu itu sendiri untuk mencapainya. Kedua,

motivasi “Ekstinsik”, yakni motivasi untuk bertindak atau berbuat yang

disebabkan oleh adnya pengaruh dorongan yang datangnya dari luar diri

individu ”.

Kedua motivasi diatas akan saling melengkapi dalam

mempengaruhi prilaku seorang individu untuk mencapai keinginan atau

tujuannya. Motivasi “Instrinsik”secara alamiah sudah sudah tumbuh dari

dalam diri individu sendiri untuk berprilaku, disisi lain motivasi

15

“Ekstrinsik”perlu diupayakan secara positif untuk mendorong perilaku

siswa agar dapat berbuat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan

demikian, kedua motivasi tersebut perlu ditumbuh kembangkan secara

efektif agar kedua bentuk motivasi tersebut dapat dimanfaatkan dalam

mengembangkan potensi siswa dalam menempuh proses pembelajaran.

Dalam penjelasan selanjutnya akan diuraikan kedua tipe motivasi tersebut

disertai dengan indikator-indikator yang terkait.

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik merupakan “motif-motif yang berfungsi

bukan diakibatkan pengaruh rangsangan dari luar”(Surabaya,

1984:28), sedangkan Purwanto (1990:65) disebut motivasi instrinsik

“jika mendorong individu untuk bertindak adalh nilai-nilai yang

terkandung didalam objek itu sendiri”.

Sedangkan winkel (1984,hal.28) mendefenisikan: “sebagai

bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan

dengan motivasi belajar”.

Berdasarkan pendapat di atas seorang individu dalam

memperlihatkan tingkah lakunya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. Tapi karena adanya energi yang berasal dari dalam diri

individu itu sendiri. Kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan oleh tingkah

lakunya merupakan kehendaknya sendiri untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

16

Timbulnya motivasi instrinsik dalam proses belajar ada seorang

peserta didik dapat diperhatikan dari siskap dan tingkah lakunya dalam

mengikuti suatu kegiatan atau proses (Soemanto,1990:38) bahwa:

“setiap siswa akan termotivasi secara instrinsik kalau ada kepuasan di

dalam dirinya dalam menghadapi berbagai permasalahan

dilingkungannya”.

Dengan termotivasinya siswa dalam proses belajar mengajar,

bila dilaksanakan secara kontiniu akan menumbuhkan kemauan dan

kerja keras pada diri peserta didik. Sehingga apabila di salurkan secara

baik dapat di hubungkan dengan tujuannya untuk berprestasi.

Memperhatikan pengaruh yang diakibatkan dengan adanya

motivasi instrinsik menimbulkan kesan kiranya faktor ini dapat terus

dikembangkan dalam usaha menumbuh dan mengembangkan motif

pserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Menurut Yusuf (1987:83), “motivasi instrinsik merupakan

sumber tenaga yang paling tahan lama, karena peserta didik merasa

senang dan pendidik hendaknya dapat memperhatikan faktor-faktor

yang tumbuh dari motivasi instrinsik seperti yang dimaksud dari

pendapat tersebut”.

Indikator-indikator yang termasuk dalam motivasi belajar yang

berasal dari faktor psikis atau dalam diri, menurut pendapat Aderson

dan Faust seperti yang dikutip oleh Prayitno (1989:10)

mengemukakan: adalah: minat, ketajaman perhatian, konsentrasi, dan

17

ketekunan. Sedangkan Winkel (1984:8) mengemukakan: “atas: sikap,

perasaan, minat dan kondisi akibat keadaan kultural/ekonomis”.

Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas, maka

dapatlah disimpulkan bahwa indikator motivasi isnstrinsik adalah:

Sikap, perasaan, minat, bakat, kebutuhan. Selanjutnya dijelaskan

indikator-indikator yang diuraikan di atas.

1) Sikap

Sikap merupakan suatu menifestasi diri seorang individu

dalam menerima dan menolak suatu kesan objek berdasarkan

pertimbangan yang baik dan tidak. Mappiere (1982:58)

mendefenisikan: “Sikap sebagai kecendrungan yang stabil yang

dimiliki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi yang positif maupun

yang negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda,

situasi/kondisi sekitarnya”.

Menurut Winkell (1984:55), sikap merupakan: “kondisi

intern didalam subyek yang berperan terhadap tindakan-tindakan

yang diambil, lebih-lebih bila tersedia berbagai kemungkinan

untuk bertindak”. Sedangkan Sukardi (1984:46), yang dimaksud

sikap adalah “suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak

secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”.

Pembentukan sikap dalam belajar merupakan kondisi

internal bagi individu yang memiliki peranan terhadap tindakan-

tindakannya. Pengungkapan sikap seseorang dalam belajar dapat

18

diperhatikan dari ekspresinya dalam bertingkah laku. Karena

ekspresi merupakan pernyataan individu terhadap suatu stimulus

yang dapat diamati orang lain.

Sarwono (1983:95) mengungkapkan cirri-ciri sikap sebagai

berikut:

“(1) Dalam sikap selalau terdapat hubungan subyek-

subyek, (2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan

dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman,

(3) Sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan

lingkungan disekitar individu yang bersangkutan pada saat-

saat yang berbeda, (4) Dalam sikap tersangkut juga faktor

motivasi dan perasaan, (5) Sikap tidak menghilang

walaupun kebutuhan sudah dipenuhi ”.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan,

pada prinsipnya aspek yang paling penting dalam rangka

menumbuhkan sikap individu adalah dan kerelaan untuk berbuat.

Pelaksaan pendidikan formal terutama mengajarkan sikap-sikap

yang berkaitan dengan kondisi dan situasi, misalnya sikap dalam

belajar, ketelitian belajar, dan pandangan terhadap pendidik.

Seorang pendidik dapat mengaplikasikan ketiga cara di atas

rangkan menemukan dan mengembangkan sikap peserta didik

sesuai dengan situasi dan kondisi yagn dihadapinya. Dengan

terjadinya pelaksanaan pengembangan sikap tersebut aka lebih

memperlancar pelaksanaan proses belajar mengajar dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan.

19

2) Perasaan

Soemanto (1990:35) mendefenisikan perasaan sebagai:

suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi,

dengan jalan membuka diri terhadap sesuatu hal yang berbeda

dengan keadaan atau nilainya dalam diri. Selanjutnya Winkel

(1084:30) menjelaskan sebagai “aktivitas psikis yang didalamnya

subyek menghayati nilai-nilai dari suatu obyek”.

Melalui faktor ini peserta didik akan mengadakan

penilaiaan secara langsung terhadap keadaan-keadaan yang

ditemuinya disekolah. Pengungkapan penilaian yang dilakukan

oleh peserta didik dapat diperhatikan dari tingkah laku yang

diperhatikannya. Apabila penilaian yang dilakukannya

mengandung makna positif, tingkah lakunya akan terungkap

dengan perasaan senang, puas, gembira, dan sebagainya.

Sedangkan jika penilaiannya mengarah kepada hal yang negatif

dapat diperhatikannya dari perasaan tidak senang dari tingkah laku

yang ada.

Agar pelaksaan proses belajar mengajar berlangsung secara

efektif, pendidik hendaknya dapat menciptakan suatu kondisi yang

sedemikian rupa sehingga menimbulkan perasaan yang menunjang

efektivitas belajar peserta didik.

20

3) Minat

Minat merupakan suatu kekuatan kehendak yang dapat

diartikan sebagi kekuatan guna memilih dan menetapkan tujuan

tertentu. Menurut Mappiare (1982: 62) minat merupakan: “suatu

perangkat mental uang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,

harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecendrungan-

kecendrungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu

pilihan tertentu”.

Sedangkan Winkel (1984:30) mengartikannya sebagai

“kecendrungan yang menetap dalam subyek untuk merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu”. Sukardi (1984:46) minat adalah:

“suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi perpaduan

danncampuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan

kecendrungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu

pilihan tertentu”.

Dengan demikian orang yang memiliki minat ditandai

dengan rasa senang atau menyukai untuk melakukan kegiatan yang

berkaitan dengan keinginannya.

Sebagai seorang pendidik banyak cara yang dapat ditempuh

guna menumbuhkan minat peserta didiknya. Menurut Zaidan dan

Bakaruddin (1980-1981: 5) ada beberapa cara yang dapat di

lakukan untuk menimbulkan minat siswa yaitu:

21

“(1) Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya untuk

mendapat ijazah, kedudukan, penghargaan, dan lain-lain,

(2) menghubungkan dengan pengalaman yang lampau, (3)

memberikan kesempatan untuk mencapai hasil yang baik,

hal ini bahan pelajaran harus disesuaikan dengan

kesanggupan individu, (4) menggunakan berbagai macam

bentuk mengajar, misalnya kerja kelompok”.

Pengamatan yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik

guna melihat gejala minat yang ada dalam diri peserta didiknya

juga dapat diperhatikan dari pola tingkah laku peserta didik yang

mengarah kepada materi yang sedang menjadi pokok bahasan.

Dilandasi oleh motivasi yang kuat sebagai faktor utama dalam

mempengaruhi keaktifan belajar berpengaruh terhadap proses

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

4) Bakat

Menurut Winkel (1984:27), “keberhasilan dalam jenjang

dan jenis studi tertentu, mungkin menurut adanya suatu bakat

khusus”. Antara individu yang satu dengan lainnya memiliki bakat

yangberbeda-beda untuk dapat dikembangkan. Sukardi (1984:45),

mendefenisikan bakat: “sebagai suatu kondisi, suatu kualitas yang

dimiliki individu itu untuk berkembang pada masa yang akan

datang”.

Menurut Suryabrata (1984:169) mengemukakan: seorang

akan lebih berhasil kalau dia belajar dalam lapangan yang sesuai

dengan bakatnya, demikian pula dalam lapangan kerja, seseorang

akan lebih berhasil kalau dia bekerja dalam lapangan yang sesuai

dengan bakatnya.

22

Memperhatikan pendapat yang dikemikakan di atas jelaslah

bahwa peserta didik yang berbakat hendaknya dikembangkan

sesuai dengan kemampuannya sehingga memungkinkan bagi

dirinya untuk berhasil dengan baik dalam pekerjaannya.

Dengan demikian bakat merupakan suatu potensi pada diri

seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus

mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.

Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, tentu siswa yang

berbakat pada suatu bidang dapat diharapkan akan memperoleh

hasil yang memuaskan bila dibandingkan dengan siswa yang

kurang atau tidak berbakat dalam bidang tersebut.

5) Kebutuhan

Kebutuhan pada seorang dapat digolongkan menjadi dua:

kebutuhan biologis dan kebutuhan yang tergantung keadaan sosial

(Witherington, 1983:106). Menurut Maslow seperti yang ditulis

oleh Purwanto (1990:77) ada lima tingkatan kebutuhan pokok

manusia, yang terdiri dari:

a) Kebutuhan fisiologis (faal), kebutuhan ini merupakan

kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital yang

menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme

manusia, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan,

ketahanan fisik, seks dan sebagainya.

23

b) Kebutuahan rasa aman dan perlindungan(safety dan security)

seperti terjamin keamanannya, terlindungi dari bahaya dan

ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan

tidak adil dan sebagainya.

c) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain

kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui

sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama.

d) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti

kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki,

pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi

diri.

Dengan demikian jelaslah bahwa kebutuhan dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor internal maupun rangsangan-rangsangan dari alam

sekitar. Dorongan kebutuhan untuk belajar dapat diperhatikan dari

tingkah laku yang diperhatikan peserta didik dalam melibatkan diri

pada proses belajar. Sehingga tujuan pendidikan diharapkan tercapai

dengan adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik.

Karena itu kewajiban seorang pendididk yang utama adalah

motivasi peserta didik dengan menanamkan konsep kebutuhan akan

bekerja demi tujuan yang diharapkan, serta memperoleh tingkah laku

yang diinginkan.

24

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi-motivasi yang akan aktif

dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar, sebagai contoh

seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan uajian dengan

harapan dapt nilai baik, sehingga akan dipuji oleh orang lain. Jadi yang

penting bukan karena ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin

mendaptkan hadiah. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang secara

tidak mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan bukan

berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik sebagai mana

dikemukakan Thornbourgh (1984) yang dikutup Prayitno (1989: 14)

bahwa:

“Antara motivasi instrinsik dan ekstrensik itu saling menambah

atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat

membangkitkan motivasi insrinsik. Bahwa motivasi instrinsik

dapat diperkuat oleh ekstrinsik, dapat dicontohkan dengan

seseorang yang senang bekerja keras, lalu dibayar dengan

pembayaran yang pantas, maka kedua kombinasi motivasi ini

memperkuat motivasi kerjanya”.

Sedangkan menurut Naida (2002:10) menyatakan bahwa,

seseorang siswa yang memiliki motivasi instrinsik mempunyai ciri-

ciri:

“(1) Mengetahui tujuan dan kegunaan belajar, (2) Mempunyai

keinginan untuk berprestasi, (3) Mempunyai minat untuk

menimbulkan kesenangan dan kepuasan bagi diri sendiri, (4)

mempunyai cita-cita yang relevan dengan apa yang

dipelajarinya, (5) Ingin mengembangkan diri dan menjadi

orang terdidik”.

25

Ciri-ciri motivasi ekstrinsik yaitu sebagai berikut:

“(1) mempunyai nilai yang baik dalam belajar, (2) ingin

mendapatkan pujian dan penerimaan dari orang lain, (3) ingin

mengetahui hasil pekerjaan atau tugas yang dikerjakannya, (4)

Ingin mengabulakan (menyaingi) orang lain”.

Dengan demikian indikator untuk melihat motivasi belajar

adalah motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Salah satu untuk

menimbulkan motivasi adalah menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi diri semua sehingga siswa mempunyai

kepercayaan diri tanpa merasa cemas dan melelahkan dalam belajar.

Dengan demikian timbuknya motivasi ekstrinsik tidak dilandasi

oleh kondisi yang ada dalam diri siswa, melainkan keberadaannya

akibat rangsangan dari faktor luar, sehingga tujuan yang hendak

dicapai dari aktivitas tersebut berada diluar proses. Menurut penelitian

Lother seperti yang ditulis Prayitno (1989: 14) banyak sekali siswa

yang dorongan belajarnya adalah motivasi ekstrinsik. Mereka

memerlukan perhatian dan pengarahan serta dorongan yang khusus

dari guru.

Dengan adanya motivasi ekstrinsik akan menggerakkan dan

mendorong peserta didik dalam mencari tujuan yang telah ditetapkan.

Semakin tinggi makna yang hendak dicapainya, akan berpengaruh

terhadap kuatnya tingkat motivasi yang akan ditimbulkan.

Seorang pendidik dalam usaha membangun tingkat motivasi

peserta didiknya secara efektif, yang dilakukan adalah dengan

mempelajari kebutuhannya yang sesuai dengan kebutuhan peserta

26

didiknya. Dengan demikian seorang pendidik dapat mempergunakan

suatu strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didiknya.

Peserta didik yang termotivasi secara instrinsik pada

hakekatnya memandang proses belajar mengajar hanyalah sebagai

sarana atau alat dalam mencapai tujuannya. Sehingga tingkah laku

yang biasanya diperlihatkan menganggap belajar bukan hal yang dapat

mutlak mempengaruhi tujuan yang ingin dicapainya (Winkel, 1984:

28).

Bertolak belakang dari pendapat beberapa ahli tersebut ternyata

banyak memiliki kesamaan. Karena itu penulis disimpulkan indikator

motivator ekstrinsik atas, pujian, pemberitahuan kemajuan belajar,

hadiah, hukuman, penghargaan dan persaingan.

Dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan indikator-

indikator tersebut:

1) Pujian

Kebutuhan akan pujian bagi setiap individu sengatlah

dibutuhkan karena pada hakekatnya tindakan-tindakan yang

dilakukan adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya baik

secara fisik maupun psikis. Salah satu motif belajar menurut

Winkel (1984: 29) adalah untuk mendapatkan pujian dari orang

lain kalau hasil belajar baik.

27

Hasil penelitian yang dilakukan Grace seperti yang ditulis

Priyitno (1989: 17) menyatakan bahwa: “ Siswa menampakkan

hasil belajar yang lebih baik jika mereka dipuji, sebagian lagi

menampakkan hasil belajar yang lebih baik jika di kritik, dan ada

lagi siswa yang lebih baik hasil belajarnya jika tidak dipuji dan

tidak dikritik ”.

Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa peserta didik

yang memperoleh hasil belajar yang baik setelah mendapatkan

perlakuan dalam menyelesaikan diri ditengah masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut sangat dituntut pada seorang

pendidik untuk memberikan penghargaan dan pujian dengan penuh

pertimbangan dan selalu memperhatikan situasi dan kondisi yang

pada saat itu berlangsung (Winkel, 1984: 30 ).

Pemberian penghargaan dan celaan yang berlebihan atau

terus menerus dapat pula menyebabkan terganggunya psikologi

peserta didik. Selain itu perkembangan emosi dan kognitif peserta

didik haruslah selalu menjadi pertimbangan pendidik dalam

menggunakan metode ini untuk menunjang proses belajar

mengajar.

2) Pemberian Kemajuan Belajar

Adanya sistem penilaian yang bersifat terbuka dari seorang

pendidik dengan memberitahukan prestasi belajar yang dicapai

peserta didiknya, akan menimbulkan suatu motivasi untuk

meningkatkan hasil tersebut (Prayitno, 1989: 25).

28

Dengan mengetahui kemajuan dan peningkatan belajar

seorang peserta didik mempengaruhi daya rangsangannya pada

materi-materi pelajaran yang berikutnya. Adanya perasaan selalu

ingin berhasil dan sukses dalam diri peserta didik haruslah

dibentuk serta dibina guna membangun motivasinya dalam

mengikuti suatu proses belajar mengajar.

Dengan demikian kewajiban seorang pendidik adalah

melakukan pertimbangan-pertimbangan kognitif, efektif dan

psikomotif dalam menentukan pola pelajaran, selain itu haruslah

pula di perhatikan kesiapan peserta didik untuk menghadapi

tantangan dalam usaha menghindarkan terjadinya sikap frustasi

yang akhirnya dapat mengganggu tujuan pendidikan.

3) Hadiah

Menurut pendapat (Winkel, 1984: 28) “Salah satu motif

belajar adalah untuk memperoleh hadiah material yang telah

dijanjikan kalau belajar dengan rajin”. Pemberian hadiah kepada

peserta didik yang berhasil dalam mengikuti suatu meteri tertentu

akan dapat menimbulkan dan mendorong serta memperkuat

tingkah laku positif yang telah dilakukannya sehingga memiliki

kecendrungan untuk mengulanginya kembali, penghargaan yang

diberikan dalam bentuk hadiah material akan mempunyai makna

tersendiri bagi peserta didik karena bentuknya yang lebih kongkrit.

29

Hasil penelitian yang dilakuakan oleh Pirnan, Boggino,

Ruble seperti yang di tulis Prayitno (1989: 23) menjelaskan:

pemberian hadiah dalam bentuk verbal tidak lebih baik dari pada

hadiah dalam bentuk benda atau angka.

4) Hukuman

Salah satu motif belajar menurut Winkel (1984: 28) “Untuk

menghindari hukuman yang telah diancamkan kalau tidak belajar”.

Pemberian hukuman menurut pandangan beberapa orang ahli lebih

cendrung memberikan pengaruh kejiwaan yang negatif, jika

hendak dibandingkan dengan harapan penumbuhan motivasi dari

peserta didik yang mengalaminya.

Perbaikan tingakah laku didik yang salah, tidak tahu,

tercela, dan sejenisnya dapat dilakukan dengan pemberian sangsi

hukuman. Karena hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang

tidak diinginkan dalam waktu singkat (Soemanto, 1990: 204)

Menurut Bolla (1983: 17) hukuman dapat mempunyai

pengaruh dalam mengurangi tingkah laku siswa tertentu apabila:

“(1) Pelaksanaannya dilakukan segera setelah perbuatan

atau tingkah laku tersebut muncul, (2) hukuman tersebut

disertai dengan beberapa alasan dari pemberian hukuman,

(3) Terdapat suatu hubungan yang positif diantara guru

sebagai pemberi hukuman dengan siswa, sebelum hukuman

terjadi, (4) Ada suatu tingkah laku alternatif yang yang

patut dipertimbangkan untuk diberi penguatan, (5)

Hukuman tersebut dilaksanakan secara pribadi dan

menyendiri dan tidak dilakukan dimuka umumatau

didengar oleh seluruh kelas”.

30

Menurut Soemanto (1990: 204) ada 2 bentuk hukuman

yang dapat dilakukan yaitu:

a) Pemberian stimulus derita misalnya: bentakan atau

ancaman

b) Pembatasan perlakuan positif, misalnya mengambil

sesuatu yang telah diberikan.

Pelaksanaan sangsi dalam bentuk hukuman akan

menyebabkan perasaan tidak enak pada peserta didik, sehingga

menurut adanya kibijakannya pendidik demi tercapainya tujuan

pendidikan.

5) Penghargaan

Pengembangan motivasi menuntut kemampuan pendidik

untuk membentuk kebiasaan peserta didik agar dapat memusatkan

perhatian dan melahirkan idenya yang dengan memberikan

penghargaan bila peserta didik menunjukan peningkatan prestasi

setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Menurut Brophy seperti yang dikutip oleh Prayitno (1989:

65) ada beberapa syarat yag efektif untuk meningkatkan motivasi

dengan penghargaan antara lain:

a) Hendaknya diberikan kepada setiap anak yang menepatkan

usaha-usaha yang meningkatkan dalam menyelesaikan tugas,

jangan memberikan penghargaan secara acak atau random.

b) Penghargaan hendaknya diberikan kepada prestasi usaha yang

amat hebat bukan untuk sekedar reaksi-reaksi yang positif

secara umum.

31

c) Penghargaan yang diberikan oleh pendidik hendaklah spontan,

bermacam-macam bentuknya dan menunjukan keyakinan

pendidik atas keberhasilan peserta didik.

d) Penghargaan hendaklah diberikan untuk peserta didik yang

menunjukan peningkatan usaha yang memenuhi kriteria yang

telah ditentukan.

Tujuan memberikan penghargaan hendaknya

menggambarkan kesuksesan usaha dan seberapa besar kemampuan

yang dimiliki peserta didik tersebut. Hal bukan hanya

dilatarbelakangi oleh kemampuannya tapi karena adanya keinginan

untuk melakukan usaha sehingga meninggalkan kesan yang bearti

dalam diri.

Dengan demikian pemberian penghargaan tersebut bukan

dalam rangka membandingkan diri antar peserta didik sehingga

dapat mengakibatkan timbulnya rasa persaingan yang tidak sehat.

6) Persaingan

Dalam rangka pengembangan motivasi pada seorang

peserta didik penggunaan metode-metode dan sugeti yang negatif

serta bersifat asosial perlu dihindarkan. Tapi yang penting adalah

bagaimana melakukan pembinaan pribadi peserta didik agar

terbentuk konsep-konsep yang mulia, luhur dan dapat diterima

masyarakat.

32

Untuk itu berbagai cara dapat dilakuakan seperti pengaturan

dan penyediaan situasi-situasi baik dalam lingkungan keluarga ataupun

sekolah, memungkinkan timbulnya persaingan atau kompetisi yang

sehat baik antar peserta didik. Menurut Suryabrata (1984: 76)

„‟Persaingan yang sehat baik antara individu maupun antar kelompok,

dapat menigkatkan motivasi untuk belajar. Pembangkitan motivasi dari

rasa persaingan menurut pandangan beberapa ahli dapat berakibat

negatif terhadap kepribadiaan peserta didik yang terlibat dalam proses

tersebut.m karena dengan adanya forum yang kompetitif menimbulkan

pertentangan antar peserta didik, rasa iri, perasaan ingin mengalah, dan

komplik yang tejadi dalam diri peserta didik itu sendiri.peserta didik

akan merasa dihantui oleh ketegangan-ketegangan dalam rangka

mengalahkan saingan-saingannya.

Sehubungan denga motivasi, Sudirman (2001: 83)

mengemukakan tiga fungsi motivasi:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan

motivasi penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dalam

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan yang serasi

guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak

33

bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang menghadapi

ujian dengan harapan lulus akan melakukan kegiatan belajar

dengan serius dan tidak akan bermain-main dalam belajar.

B. Kerangka Konseptual

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang

tercantum dalam kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran ini bertujauan

untuk menciptakan siswa yang sehat jasmani dan rohaninya, serta mampu

hidup secara mandiri di tengah masyarakat selain memiliki skill dalam bidang

olahraga. Dalam pembelajarannya siswa berperan secara aktif dalam setiap

kegiatan selama proses belajar mengajar berlangsung. Inilah yang

membedakan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan mata

pelajaran lainnya.

Motivasi merupakan daya penggerak atau pendorong untuk melakukan

sesuatu pekerjaan, bila siswa tersebut suka terhadap mata pelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan, maka siswa tersebut akan mengikuti

pelajaran tersebut dengan sungguh-sungguh dan hasil belajarnya akan baik

dan sebaliknya. Motivasi seseorang terhadap suatu objek akan dpat di lihat

dari cara ia bertindak dan bertingkah laku, jadi bila seseorang termotivasi

terhadap sesuatu maka ia akan berbuat, bertindak dan memusatkan

perhatiannya terhadap apa saja yang ia inginkan. Motivasi merupakan

pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek, yang terlihat pada

sedikit banyaknya kekuatan yang menyertai aktivitasnya, besar kemungkinan

keberhasilan akan dicapai. Namun demikian motivasi juga dipengaruhi oleh

34

beberapa faktor yang berasal dari internal dan eksternal siswa, bila faktor

tersebut mendukung maka dalam belajar siswa tersebut akan sungguh-

sungguh dan sebaliknya.

Untuk memahami kerangka konseptual yang telah dikemukakan di

atas, maka berikut ini digambarkan dengan variabel-variabel yang akan di

teliti serta kaitannya:

Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian

C. Pertanyaan Penelitian

Dari kajian teori dan kerangka konseptual dapat diajukan pertanyaan

penelitian yaitu:

1. Berapa besar motivasi instrinsik siswa putri terhadap pelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Negeri 23 Padang.

2. Berapa besar motivasi ekstrinsik siswa putri terhadap pelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Negeri 23 Padang.

3. Berapa besar motivasi siswa terhadap pelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan.

Mata Pelajaran Pendidikan

Jasmani Olahraga

Kesehatan

Motivasi Siswa

Putri

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian

Di dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui dan

menyelidiki secara empiris bagaimanakah motivasi siswa putri terhadap

pelajaran pendidkan jasmani olahraga dan kesehatan. Oleh karena itu

berdasarkan tujuan penelitian, maka motode penelitian yang dilakuakan adalah

deskriptif.

Menurut Sudjana (1989: 64) Penelitian deskriptif adalah “Penelitian

yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala-gejala, peristiwa, kejadian yang

tejadi pada saat sekarang”. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Lufri (1995:

54) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendskriptifkan atau

memusatkan perhatian kepada masalah aktual yang sedang/sudah tejadi dan

data yang dilengkapka sudah ada tanpa manipulasi”. Dari pendapat diatas

dapat disimpulkan metode deskriptif yakni untuk mengungkapkan masalah

sesuai apa adanya.

Penelitian ini akan dilakukan pada SMP Negeri 23 Padang sedangkan

waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan setelah proposal ini disetujui oleh

pembimbing.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2002) menyatakan populasi adalah jumlah

keseluruahan dari objek yang akan diteliti. Berdasarkan tujuan dari

36

penelitian, maka populasi yang akan digunakan untuk penelitian adalah

seluruh siswa putri kelas VII 23 orang, dan VIII 22 orang.lebi jelasnya

dapat di lihat pada tabel I di bawah:

Tabel 1. Populasi Penelitian

NO Siswa putri populasi

1. VII 23 siswa

2. VIII 22 siswa

Jumlah 45 siswa

2. Sampel

Menurut Arikunto (2002), sampel adalah suatu bagian atau wakil

dari populasi yang akan diteliti. Menurut pendapat Hadi (1993: 321) “Jika

populasinya kurang dari 100 lebih baik semua populasinya dijadikan

sampel, selanjutnya jika populasinya lebih dari 100 maka dapat dilakukan

penarikan sampel”. Karena populasinya hanya 45 orang siswa maka

peneliti mengambil semua populasi dijadikan sampel.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, data dalam

penelitian ini dapat berasal dari data primer dan skunder. Data primer

dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan angket, wawancara, dan

observasi. Data sekunder berasal dari arsip tentang data siswa yang

diperoleh dari tata usaha SMP Negri 23 Padang.

2. Sumber Data

Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari seluruh

siswa putri di SMP Negri 23 Padang.

37

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini melalui angket atau kuesioner yaitu suatu cara

pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diberikan

kepada responden yang bersedia memberikan jawaban sejujurnya. Angket

yang digunakan tertutup (angket berstruktur), yaitu angket yang disajikan

dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih

salah satu jawaban yang tersedia.

Skala pengukuran yang dilakukan adalah Guttman dengan dua

alternatif jawaban yaitu: “YA”dan “TIDAK”. Sebagaimana yang

diungkapkan Ridwan (2005: 16), yang menjelaskan bahwa: “Skala Guttman

adalah skala yang digunakan untuk jawaban “YA”diberi skor 1, sedangkan

jawaban “TIDAK”diberi skor 0.”

E. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari penelitian ini, kemudian dianalisis dengan

statistik deskriptif dengan rumus frekuensi (Sudjana, 1989), sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P= Jumlah Persentase Jawaban

F= Frekuensi

N= Jumlah Responden

(A.Muri Yusuf, 1986: 65)

38

Untuk menentukan kategori penelitian, digunakan adalah klasifikasi

menurut Sudjana (1989: 129), yaitu:

90 – 100 : Sangat Baik

80 – 89 : Baik

65 - 79 : Cukup

55 – 64 : Kurang

0 – 54 : Kurang Sekali

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Verifikasi Data

Pada Bab ini di kemukakan deskripsi data dan pembahsan hasil

penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitian yang di ajukan. Sebelum di

lakukan analisis terhadap data “Motivasi siswa putri terhadap pelajaran

penjasorkes di SMPN 23 Padang”yang di tinbjau dari aspek persepsi siswa

putri, maka di lakukan verifikasi (seleksi) terhadap data yang telah di peroleh.

Tujuan di lakukan verifikasi data adalah apabila ada data yang tidak

lengkap yang di isi oleh responden dalam instrument, maka data tersebut tidak

dapat di olah. Criteria lengkapnya data yang di isi responden terhadap

instrument apabila seluruh pertanyaan di jawab sesuai dengan instuksi yang

ada dalam instrument tersebut. Berdasarkan hasil verifikasi terhadap data yang

di peroleh, ternyata semua data dapat di olah.

B. Deskripsi Data

Deskripsi data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah untuk

melihat karakteristik distribusi data dari variabel pertanyaan yang meliputi

aspek sesuai dengan pembatasan dan pertanyaan penelitian yaitu tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa putri terhadap pelajaran

penjasorkes di SMP Negeri 23 Padang..

Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa putri

terhadap pelajaran penjasorkes penulis memberikan 40 butir pertanyaan.

40

Adapun hasil dari jawaban responden terhadap pertanyaan di sajikan dalam

tebel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Putri Terhadap Pelajaran

Penjasorkes

N

o Pertanyaan

Frekuensi Persentase (%) Kriteria

Ya Tidak Ya Tidak

1 Pelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan tidak di

gemari oleh siswa putri .

14 31 31,11 68,89 Kurang

sekali

2 Saya melakukan pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan

dengan senang hati.

33 12 73,33 26,67 Cukup

3 Ketika guru penjasorkes tidak

datang, saya minta izin kepada

guru kelas untuk melakukan

pendidikan jasmani sendiri .

25 20 55,56 44,44 Kurang

4 Saya sangat senang apabila guru

penjasorkes berhalangan hadir,

sehingga tidak dapat latihan

pendidikan jasmani.

11 34 24,44 75,56 Kurang

sekali

5 Pada saat guru pendidikan

jasmani tidak datang, saya

mengajak teman-teman untuk

tetap melakukan pendidikan

jasmani .

25 20 55,56 44,44 kurang

6 Jika guru pendidikan jasmani

memberikan contoh saya tidak

memperhatikan.

8 37 17,78 82,22 Kurang

sekali

7 Jika dalam melakukan

pendidikan jasmani tidak di

awasi guru,maka saya tetap

melakukan pendidfikan jasmani

dengan sungguh sunguh.

30 15 66,67 33,33 Cukup

8 Saya selslu menegur teman yang

melakukan pendidikan jasmani

sambil bergurau

26 19 57,78 42,22 Kurang

9 Bila saya di suruh guru

pendidikan jasmani untuk

memimpin pemanasan maka saya

akan menolak.

15 30 33,33 66,67 Kurang

sekali

10 Saya semangat bdalam

mengikutigerakan pendidikan

jasmani yang dicontoh kan oleh

guru.

37 8 82,22 17,78 Baik

41

11 Jika ada teman yang belum

menguasai salah satu

gerakan,maka saya akan

mengajari nya.

32 13 71,11 28,89 Cukup

12 Jika ada teman di kelas lain tidak

membawa pakaian olah

raga,maka saya tidak akan

meminjamkan nya.

12 33 26,67 73,33 Kurang

baik

13 Saya akan meminta izin kepada

guru pendidikan jasmani jika ada

teman yang tidak dapat

mengikutipelajaran pendidikan

jasmani.

40 5 88,89 11,11 Baik

14 Pada saat melakukan pendidikan

jasmani tidak di wajibkan

memekai pakaian olah raga.

7 38 15,56 84,44 Kurang

sekali

15 Jika ingin lebih maju saya harus

disiplin waktu.

42 3 93,33 6,67 Sangat

baik

16 Setiap siswa wajib mengikuti

aturan dalam berolah raga.

38 7 84,44 15,56 Baik

17 Saya akan mempelajari gerakan-

gerakan pendidikan jasmani yang

telah di ajarkan oleh guru.

35 10 77,78 22,22 Cukup

18 Saya selalu melekukan gerakan

pendidikan jasmani dengan

seenak nya.

7 38 15,56 84,44 Kurang

sekali

19 Untuk mengikuti pendidikan

jasmani,saya mempersiapkan alat

yang diperlukan

33 12 73,33 26,67 Cukup

20 Jika guru pendidikan jasmani

menyuruh mengulang gerakan-

gerakan yang sulit,maka saya

akan menghafalkan nya sampai

bisa.

35 10 77,78 22,22 Cukup

21 Menurut saya dengan melakukan

pendidikan jasmani dapat

menjadikan tubuh menjadi kuat.

44 1 97,78 2,22 Sangat

baik

22 Dengan melakukan pendidikan

jasmani yang tidak teratur dapat

membuat tubuh menjadi sehat.

1 44 2,22 97,78 Kurang

sekali

23 Disamping bias memulihkan

kondisi tubuh ,pendidikan

jasmani baik untuk semua umur.

38 7 84,44 15,56 Baik

24 Saya berkeinginan menjadi yang

terbaik dalam berolahraga khusus

nya dalam cabang permainan.

39 6 86,67 13,33 Baik

25 Saya mengikuti pendidikan

jasmani dengan tujuan menjadi

wakil sekolah di setiap ajang

lomba.

12 33 26,67 73,33 Kurang

sekali

42

26 Setiap kali ada perlombaan

pendidikan jasmani yang

diselenggarakan oleh sekolah

saya selalu ikut serta.

12 33 26,67 73,33 Kurang

sekali

27 Saya selalu member dorongan

pada teman agar melakukan

gerakan pendidikan jasmani

dengan sunggu-sungguh.

31 14 68,89 31,11 Cukup

28 Walaupun saya kesulitan dalam

mengikuti gerakan pendidikan

jasmani,saya akan terus berlatih.

40 5 88,89 11,11 Baik

29 Untuk lebih menambah wawasan

dalam pendidikan jasmani,saya

sering menonton acara olahraga

di TV.

20 25 44,44 55,56 Kurang

sekali

30 Agar mampu tampil lebih baik

pada saat ujian,saya lebi giat

melatih diri.

38 7 84,44 15,56 Baik

31 Disamping berolahraga, untuk

menambah ilmu saya harus

membaca buku-buku tentang

pendidikan jasmani.

31 14 68,89 31,11 Cukup

32 Saya selalu di tegur teman,setiap

saya malas brerolahraga

35 10 77,78 22,22 Cukup

33 Semua teman saling mendukung

untuk tidak mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani.

7 38 15,56 84,44 Kurang

sekali

34 Saya kesulitan membagi waktu

antara belajar dan pendidikan

jasmani di rumah.

20 25 44,44 55,56 Kurang

sekali

35 Saya memanfaatkan waktu luang

untuk pendidikan jasmani

18 27 40,00 60,00 Kurang

sekali

36 Saya tidak menginginkan guru

pendidikan jasmani yang

professional dan mempunyai

pengalaman banyak tentang

pendidikan jasmani.

9 36 20,00 80,00 Kurang

sekali

37 Guru pendidikan jasmani yang

mempunyai pengalaman,banyak

di sukai para siswi putri.

28 17 62,22 37,78 Kurang

38 Lapangan olahraga disekolah

harus baik dan luas.

40 5 88,89 11,11 Baik

39 Peralatan olahraga di sekolah

tidak perlu lengkap

7 38 15,56 84,44 Kurang

sekali

40 Semua peralatan di sekolah

sebaik nya di simpan dalam

pengambilan dan pengembalian

nya.

43 2 95,56 4,44 Sangat

baik

Jumlah 1018 782 56,56 43,44 Kurang

43

Dari hasil penelitian pada tabel 2 didtribusi frekuensi di atas terlihat

bahwa dari 40 pertanyaan skor tertinggi adalah pada butir pertanyaan nomor

21 yaitu melakukan pendidikan jasmani dapat menjadikan tubuh menjadi kuat

di kategorikan sangat baik, ini terbukti dengan jawaban responden yang

mencapai skor 44 dengan tingkat capaian 97,78%. Selanjutnya adalah pada

butir pertanyaan nomor 13 yaitu siswa yang hadir akan memintakan izin

kepada guru penjasorkes jika ada teman mereka yang tidak dapat mengikuti

pelajaran penjasorkes,kepedulian terhadap teman di kategorikan baik, ini

terbukti dengan jawaban responden yang mencapai skor 40 dengan tingkat

capaian 88,89%.pada butir pertanyaan nomor 15 yaitu siswa putri sudah

memiliki semacam tekad yang sangat baik bahwa jika ingin lebih maju mereka

harus di siplin waktu terutama dalam mengikuti penjasorkes,ini terbukti

dengan jawaban responden yang mencapai skor 42 dengan tingkat capaian

93,33%. Sementara pada butir pertanyaan nomor 28 siswa juga telah

memperlihatkan kesungguhannya dengan baik, yaitu jika mereka mengalami

kesulitan dalam mengikuti gerakan penjasorkes, maka mereka akan terus

berlatih, ini terbukti dengan jawaban responden yang mencapai skor 40

dengan tingkat capaian 88,89%. Kemudian pada butir pertanyaan pertanyaan

nomor 38, siswa putri memiliki pandangan yang baik tentang prasarana bahwa

mereka beranggapan lapangan olahraga di sekolah harus baik dan dan luas, ini

terbukti dengan jawaban responden yang mencapai skor 40 dengan tingkat

capaian 88,89%. Berkaitan dengan pemeliharaan sarana, siswa putri memiliki

pandangan yang sangat baik berkenaan dengan semua peralatan peralatan

44

olahraga sebaiknya di simpan dalam satu tempat agar mudah dalam

pengambilan dan pengembaliannya, ini terbukti dengan jawaban responden

yang mencapai skor 43 dengan tingkat capaian 95,56%.

Sedangkan skor terendah terdapat pada butir pertanyaan nomor 6, pada

dasarnya siswa menjawab kurang sekali, artinya siswa putri tidak sependapat

jika guru penjasorkes memberikan contoh mereka tidak memperhatikan,

initerbukti dengan jawaban respondenyang mencapai skor 8 dengan tingkat

capaian 17,78%. Pada butir soal nomor 14 juga siswa mwmiliki pandangan

yang tidak sependapat bahwa pada saat melakukan penjasorkes tidak

mewajibkan memakai pakaian olahraga, ini terbukti dengan jawaban

responden yang mencapai skor 7 dengan tingkat capaian 15,56%. Kemudian

mereka juga tidak setuju apabila di katakan tidak serius mengikuti penjasorkes

sesuai dengan pertanyaan nomor 18 yaitu mereka selalu melakukan gerakan

pendidikan jasmani dengan seenaknya, ini trbukti dengan jawaban responden

yang mencapai skor 7 dengan tingkat capaian 15,56%. Kemudian pada butir

pertanyaan nomor 23 bahwa dengan melakukan penjasorkes yang tidak teratur

dapat membuat tubuh menjadi sehat, ini terbukti dengan jawaban responden

yang mencapai skor 1 dengan tingkat capaian 2,22%. Sementara pada butir

pertanyaan nomor 33 mereka tidak sependapat jika semua teman saling

mendukung untuk tidak mengikuti pelajaran penjasorkes, ini terbukti dengan

jawaban responden yang mencapai skor 7 dengan tingkat capaian 15,56%.

Sementara itu siswa putri beranggapan bahwa peralatan olahraga sebaiknya

lengkap, hal ini sejalan dengan pertanyaan nomor 39 bahwa mereka

45

membantah jiaka peralatan olahraga di sekolah tidak perlu lengkap, ini

terbukti dengan jawaban responden yang mencapai skor 7 dengan tingkat

capaian 15,56%.

Tabel 3. Deskripsi Motivasi Siswa Putri Terhadap Mata Pelajaran

Penjasorkes

No Kategori

Jawaban

Jumlah

Jawaban

Responden

Persentase

(%)

Tingkat

Capaian

1 YA 1018 56,56

56,56 % 2 Tidak 782 43,44

Jumlah 1800 100

Pada tabel di atas dapat di ketahui bahwa dari 45 orang responden dan

dari 40 butir pertanyaan, yang memilih jawaban “Ya”dengan skor 1018 atau

56,56%, dan yang memilih jawaban “ Tidak”dengan skor 782 atau 43,44%.

Secara keseluruhan tingkat capaian faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi siswa putri terhadap pelajaran penjasorkes yang di peroleh dari 45

orang responden untuk 40 butir pertanyaan adalah sebesar 56,56 % itu artinya

bahwa tingkat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa putri terhadap

pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 23 Padang berada pada klasifikasi

kurang. Gambaran ini jelasnya deskripsi dapat dilihat pada grafik histogram

berikut ini:

46

Gambar 2.

Histogram Motivasi Siswa Putri Terhadap Pelajaran Penjasorkes

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan di atas, variabel

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa putri terhadap pelajaran

penjasorkes di SMP Negeri 23 Padang.

Pada tabel 3 dapat di lihat secara keseluruhan tingkat capaian faktor-

faktor yang mempengaruhi motivasi siswa putri terhadap pelajaran

penjasorkes yang di peroleh dari 45 orang responden untuk 40 butir

pertanyaan adalah sebesar 56,56%, untuk motivasi instrinsik di peroleh

61,11% (kategori sedang). Sedangkan motivasi ekstrinsik di peroleh 38,66%

(kategori kurang).itu artinya bahwa tingkat capaian faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi siswa putri terhadap pelajaran penjasorkes di SMP

Category 1 Category 2

Per

senta

se %

Kategori Jawaban

47

Negeri 23 Padang masih berada pada kategori sangat kurang.Menurut

Sudjana (1989:129) bahwa klasifikasi tingkat capaian antara 55-64 berada

pada kategori kurang.

Dalam hal motivasi pada proses pembelajaran penjasorkes, sangat di

perlukan minat dari siswa itu sendiri yang baik dan matang. Hal ini sejalan

dengan yang di jelaskan Poerdamita (1988:225) di jelaskan bahwa, “minat

adalah kecendrungan bertingkah laku yang terarah terhadap objek kegiatan

atau pengalaman”. Selanjutnya slemato (1995:57) mengatakan “minat adalah

kecendrungan yang tetap untuk tetap memperhatikan dan mengenang berbagai

kegiatanyang di sukai seseorang, yang di perhatikan secara terus menerus dan

di sertai rasa senang”. Pendapat ini di perkuat oleh Suhartin

(1983:56)mengatakan “pada dasarnya orang senang melakukan sesuatu yang

di minatinya”.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa minat merupakan

suatu sikap di mana individu cendrung bertingkah laku melakukan kegiatan

yang di senanginya dan memperhatikannya secara terus menerus. Seseorang

orang akan menaruh minat pada suatu objek atau kegiatan apabila ia

menyadari akan mendapat sesuatu yang menjadi kebutuhannya dan menyadari

kegiatan itu akan bersangkut paut pada dirinya. Kesadaran ini tidak muncul

dengan sendirinya melainkan adanya rangsangan dari luar, karena minat tidak

di bawa dari lahir oleh individu melainkan di kembangkan sesuai dengan

pemahaman individu terhadap suatu objek. Pemahaman ini berasal dari

berfungsinya panca indra menginformasikannya ke pusat saraf untuk di olah

kemudian di ambil suatu keputusan dalam bentuk suatu tindakan.

48

Berdasarkan hasil tersebut di atas, jelas bahwa motivasi siswa putri

terhadap pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 23 padang baik dari segi

intrinsic maupun ekstrinsik perlu untuk di tingkatkan. Jadi salah satu usaha

untuk meningkatkan motivasi atau minat siswa putri terhadap pelajran

penjasorkes, maka perlu di lakukan peningkatan pembelajaran penjasorkes

yang dapat memberikan stimulus kepada siswa putri agar mereka lebih

termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, seperti memberikan penguatan

betapa besar menfat penjasorkes begi kesegaran jasmani sehingga dapat

mengurangi resiko penyakit, atau dengan pengelolaan pembeljaran yang dapat

membuat mereka termotivasi dalam mengikuti penjasorkes di SMP Negeri 23

Padang.

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang motivasi siswa putri terhadap

pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 23 padang maka dapat di tarik

kesimpulan:

1. Motivasi instrinsik siswa putri SMP Negeri 23 Padang dalam mengikuti

pelajaran penjasorkes 61,11%(kategori sedang).

2. Motivasi instrinsik siswa putri SMP Negeri 23 Padang dalam mengikuti

pelajaran penjasorkes 61,11%(kategori sedang).

3. Tingkat capaian motivasi siswa putri terhadap pelajaran penjasorkes di

SMP Negeri 23 Padang berada pada tingkat capaian sebesar 56,56%

(kategori kurang) kurang.

B. Saran

Berdasarkan temuan penelitian ini, maka peneliti mengemukakan

beberapa saran yaitu kepada:

1. Guru pembimbing yang ada di SMP Negeri 23 Padang dalam rangka

meningkatkan kreatifitas dan kesegaran jasmani siswa, dapat menambah

ilmu pengetahuan yang mendalam tentang pembelajaran penjasorkes dan

juga mengikuti penataran-penataran,seminar-seminar khususnya yang

berkenaan dengan pengembangan keterampilan mengajar.

50

2. Kepala sekolah SMP Negeri 23 padang dalam rangka meningkatkan

kualitas pembelajaran dan hasil yang di harapkan, agar dapat memberikan

dukungan, baik itu dukungan moril maupun materil.

3. Siswa SMP Negeri 23 Padang yang mengikuti pelajaran penjasorkes agar

lebih bersemangat belajar agar mencapai hasil belajar dan kesegaran

jasmani yang lebih baik.

4. Orang tua dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas

pembelajaran dan hasil yang di harapkan, agar dapat memberikan

dukungan kepada sekolah, baik itu dukungan moril maupun materil.

51

DAFTAR PUSTAKA

Ali Munar, 2004. Dasar-dasar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Padang:

Universitas Negeri Padang.

Arikunto, suharsimi. 1989. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Cipta Sudirman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Instrinsik Belajar. Jakarta:

Remaja Rosda Karya.

Depdikbud. 1997. Badan Penaran Keolahragaan. Jakarta: Depdikbud.

_________. 1996. Inventarisasi Sarana dan Prasarana. Jakarta: Depdikbud.

_________. 1988. Kamus Besar Bahsa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Diknas. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: balai

pustaka.

Hamalik, O. 1992. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Bandung: Bumi Aksara.

Khairo Herry. 2000. “Motivasi Siswa dalam Kegiatan Ekstrakulikuler Olahraga

Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sungai Limau Kabupaten Padang

Pariaman.” (Skripsi). Padang: FIK UNP.

Prayitno, Elide. 1989. Motivasi Instrinsik Dalam Belajar. Jakarta: Dierjen DIKTI

dan PLPTK.

Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rasdi

Persada.

Sadirmn. 1982. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sudjana. 1984. Metode Statistik. Bandung: Transito.

Sukahan. 1989. Motivasi dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: P3G.

Suparman. 1999. Pendidikan Kesegaran Jasmani Jilid II. Jakarta: Bhratara.

Syaril. 1994. Layanan Bimbingan Belajar. Padang: FIP UNP.

Winkel, WS. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Yusuf, Muri. 2000. Statistik Penelitian. Padang: FKIP/KIP.

52

Lampiran 1

ANGKET PENELITIAN TENTANG MOTIVASI SISWA PUTRI

TERHADAP PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN

KEHATAN DI SMP NEGERI 23 PADANG

Nama :

Umur :

Kelas :

Pengantar

Pertama saya mendoakan semoga adinda dalam keadaan sehat dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari.selanjutnya saya mohon kesediaan adinda untuk

mengisi angket ini dengan benar,dsan diharapkan setelah mengisi angket ini dapat

menggambarkan tentang motivasi siswa putrid terhadap pelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Negeri 23 Padang.

Jawaban yang adinda berikan insyaAllah akan terjamin kerahasiaanya.atas

kerjasama adinda saya ucapkan terima kasih, semoga Allah dapat memberikan

balasan rahmat kepada adinda, Amin,

Petunjuk pengisian angket

Silanglah tanggapan adinda dengan memberikan tanda (X)pada salah satu

alternative jawaban di bawah ini,sesuai dengan kenyataan pengetahuan,dan

perasaan yang adinda alami. Alternative jawabannya adalah:

1. Ya

2. Tidak

53

Tabel Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Putri

Terhadap Pelajaran Penjasorkes

No Pertanyaan Frekuensi Persentase (%) Kriteria

Ya Tidak Ya Tidak

1 Pelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan tidak

di gemari oleh siswa putri .

2 Saya melakukan pendidikan

jasmani olahraga dan

kesehatan dengan senang hati.

3 Ketika guru penjasorkes tidak

datang, saya minta izin kepada

guru kelas untuk melakukan

pendidikan jasmani sendiri .

4 Saya sangat senang apabila

guru penjasorkes berhalangan

hadir, sehingga tidak dapat

latihan pendidikan jasmani.

5 Pada saat guru pendidikan

jasmani tidak datang, saya

mengajak teman-teman untuk

tetap melakukan pendidikan

jasmani .

6 Jika guru pendidikan jasmani

memberikan contoh saya tidak

memperhatikan.

7 Jika dalam melakukan

pendidikan jasmani tidak di

awasi guru,maka saya tetap

melakukan pendidfikan

jasmani dengan sungguh

sunguh.

8 Saya selslu menegur teman

yang melakukan pendidikan

jasmani sambil bergurau

9 Bila saya di suruh guru

pendidikan jasmani untuk

memimpin pemanasan maka

saya akan menolak.

10 Saya semangat bdalam

mengikutigerakan pendidikan

jasmani yang dicontoh kan

oleh guru.

54

11 Jika ada teman yang belum

menguasai salah satu

gerakan,maka saya akan

mengajari nya.

12 Jika ada teman di kelas lain

tidak membawa pakaian olah

raga,maka saya tidak akan

meminjamkan nya.

13 Saya akan meminta izin

kepada guru pendidikan

jasmani jika ada teman yang

tidak dapat

mengikutipelajaran

pendidikan jasmani.

14 Pada saat melakukan

pendidikan jasmani tidak di

wajibkan memekai pakaian

olah raga.

15 Jika ingin lebih maju saya

harus disiplin waktu.

16 Setiap siswa wajib mengikuti

aturan dalam berolah raga.

17 Saya akan mempelajari

gerakan-gerakan pendidikan

jasmani yang telah di ajarkan

oleh guru.

18 Saya selalu melekukan

gerakan pendidikan jasmani

dengan seenak nya.

19 Untuk mengikuti pendidikan

jasmani,saya mempersiapkan

alat yang diperlukan

20 Jika guru pendidikan jasmani

menyuruh mengulang

gerakan-gerakan yang

sulit,maka saya akan

menghafalkan nya sampai

bisa.

21 Menurut saya dengan

melakukan pendidikan

jasmani dapat menjadikan

tubuh menjadi kuat.

22 Dengan melakukan

pendidikan jasmani yang tidak

teratur dapat membuat tubuh

menjadi sehat.

55

23 Disamping bias memulihkan

kondisi tubuh ,pendidikan

jasmani baik untuk semua

umur.

24 Saya berkeinginan menjadi

yang terbaik dalam

berolahraga khusus nya dalam

cabang permainan.

25 Saya mengikuti pendidikan

jasmani dengan tujuan

menjadi wakil sekolah di

setiap ajang lomba.

26 Setiap kali ada perlombaan

pendidikan jasmani yang

diselenggarakan oleh sekolah

saya selalu ikut serta.

27 Saya selalu member dorongan

pada teman agar melakukan

gerakan pendidikan jasmani

dengan sunggu-sungguh.

28 Walaupun saya kesulitan

dalam mengikuti gerakan

pendidikan jasmani,saya akan

terus berlatih.

29 Untuk lebih menambah

wawasan dalam pendidikan

jasmani,saya sering menonton

acara olahraga di TV.

30 Agar mampu tampil lebih baik

pada saat ujian,saya lebi giat

melatih diri.

31 Disamping berolahraga, untuk

menambah ilmu saya harus

membaca buku-buku tentang

pendidikan jasmani.

32 Saya selalu di tegur

teman,setiap saya malas

brerolahraga

33 Semua teman saling

mendukung untuk tidak

mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani.

34 Saya kesulitan membagi

waktu antara belajar dan

pendidikan jasmani di rumah.

56

35 Saya memanfaatkan waktu

luang untuk pendidikan

jasmani

36 Saya tidak menginginkan guru

pendidikan jasmani yang

professional dan mempunyai

pengalaman banyak tentang

pendidikan jasmani.

37 Guru pendidikan jasmani yang

mempunyai

pengalaman,banyak di sukai

para siswi putri.

38 Lapangan olahraga disekolah

harus baik dan luas.

39 Peralatan olahraga di sekolah

tidak perlu lengkap

40 Semua peralatan di sekolah

sebaik nya di simpan dalam

pengambilan dan

pengembalian nya.

Jumlah

57

58

59