motivasi dalam berwisata: studi deskriptif mengenai motivasi berwisata alam

5
Kita tahu bahwa bahwa kepariwisataan alam adalah salah satu bidang yang paling pesat kemajuannya dalam pariwisata dunia. Untuk memahaminya kenapa bisa seperti itu, kita harus mengerti bahwa motivasi intrinsik wisata alam selalu identik dengan kepariwisataan itu sendiri. Untuk memisahkannya kita harus mencari petunjuk di dalam teori-teori yang berkaitan dengan motivasi wisata. Yang ada di sepanjang sejarah literatur kepariwisataan, dan mencoba untuk melihat apakah dengan adanya bermacam-macam teori tersebut dapat membantu kita untuk mengidentifikasi motivasi para wisatawan alam dan sebab-sebab tumbuhnya segmen wisata ini. Berdasarkan karya-karya tulis yang sudah ada, sangat memungkinkan untuk menggambarkan dari beberapa penulis beserta teori-teorinya tentang kesimpulan ahir yang sangat penting apakah model atau kerangka berpikir mereka mampu “mengerti” mengenai wisata alam ini. Pertama-pertama mari kita mendefinisikan apakah wisata alam dan dari sana kita kita akan me-review beberapa teori mengenai motivasi berwisata yang dapat diaplikasikan ke dalam tyoe pariwisata ini. Untuk mengatehui mengenai kepariwisataan alam ini, kita harus tahu mengenai klasifikasi secara garis besar mengenai kepariwisataan yang di dalamnya terdapat kepariwisataan alam yang masuk dalam type alternative tourism. “alternative tourism dapat secara garis besar didefinisikan sebagai form kepariwisataa yang dipersiapkan atau dibuat untuk konsekuen terhadap alam, sosial dan nilai-nilai komunitas dimana diantara guest dan host menikmati interaksi positif dan berguna serta dapat berbagi penglaman diantara keduanya” (Wearing & Neil, 1999, seperti yang disebutkan dalam Newsome, Moore & Dowling, 2002). Newsome, Moore & Dowling memasukkan Adventure (petualangan), nature-based(wisata alam), Wildlife (wisata kehidupan liar), dan ecotourism (wisata pecinta lingkungan hidup) sebagai golongan kepariwisataan alam. Klasifikasi dan konsepsi mengenai kepariwisataan alam ini sebelumnya pernah ditegaskan oleh Ceballos-Láscurain (1996) saat dia mendefinisikan kepariwisataan alam tersebut sebagai semua bentuk kepariwisataan yang langsung bergantung dari sumber daya alam yang biasanya banyak terdapat di negara-negara yang kurang berkembang, kepariwisataan itu Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata Alam Motivasi Dalam Berwisata : By: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.

Upload: darundiyo-pandupitoyo-s-sos

Post on 14-Jun-2015

1.203 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Motivasi Dalam Berwisata: Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata Alam

Kita tahu bahwa bahwa kepariwisataan alam adalah salah satu bidang yang

paling pesat kemajuannya dalam pariwisata dunia. Untuk memahaminya kenapa bisa seperti itu,

kita harus mengerti bahwa motivasi intrinsik wisata alam selalu identik dengan kepariwisataan

itu sendiri. Untuk memisahkannya kita harus mencari petunjuk di dalam teori-teori yang

berkaitan dengan motivasi wisata. Yang ada di sepanjang sejarah literatur kepariwisataan, dan

mencoba untuk melihat apakah dengan adanya bermacam-macam teori tersebut dapat membantu

kita untuk mengidentifikasi motivasi para wisatawan alam dan sebab-sebab tumbuhnya segmen

wisata ini. Berdasarkan karya-karya tulis yang sudah ada, sangat memungkinkan untuk

menggambarkan dari beberapa penulis beserta teori-teorinya tentang kesimpulan ahir yang

sangat penting apakah model atau kerangka berpikir mereka mampu “mengerti” mengenai wisata

alam ini. Pertama-pertama mari kita mendefinisikan apakah wisata alam dan dari sana kita kita

akan me-review beberapa teori mengenai motivasi berwisata yang dapat diaplikasikan ke dalam

tyoe pariwisata ini.

Untuk mengatehui mengenai kepariwisataan alam ini, kita harus tahu mengenai

klasifikasi secara garis besar mengenai kepariwisataan yang di dalamnya terdapat kepariwisataan

alam yang masuk dalam type alternative tourism. “alternative tourism dapat secara garis besar

didefinisikan sebagai form kepariwisataa yang dipersiapkan atau dibuat untuk konsekuen

terhadap alam, sosial dan nilai-nilai komunitas dimana diantara guest dan host menikmati

interaksi positif dan berguna serta dapat berbagi penglaman diantara keduanya” (Wearing &

Neil, 1999, seperti yang disebutkan dalam Newsome, Moore & Dowling, 2002). Newsome,

Moore & Dowling memasukkan Adventure (petualangan), nature-based(wisata alam), Wildlife

(wisata kehidupan liar), dan ecotourism (wisata pecinta lingkungan hidup) sebagai golongan

kepariwisataan alam. Klasifikasi dan konsepsi mengenai kepariwisataan alam ini sebelumnya

pernah ditegaskan oleh Ceballos-Láscurain (1996) saat dia mendefinisikan kepariwisataan alam

tersebut sebagai semua bentuk kepariwisataan yang langsung bergantung dari sumber daya alam

yang biasanya banyak terdapat di negara-negara yang kurang berkembang, kepariwisataan itu

Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata AlamMotivasi Dalam Berwisata :

By: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.

Page 2: Motivasi Dalam Berwisata: Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata Alam

meliputi pemandangan, topografi, vegetasi, air, dan kehidupan liar. Klasifikasi lain yang

berkembang mengenai kepariwisataan alam adalah dari McKerchner (1998) yang memperluas

cakupan kepariwisataan alam menjadi : Adventure Tourism, Ecotourism, educational tourism,

Anti-tourism, Sustainable tourism, responsible tourism dsb.

Motivasi berwisata dapat didefinisikan sebagai penggabungan secara global

jaringan-jaringan biologi dan kekuatana alam yang memberi nilai dan arah dalam pilihan

berwisata, perilaku dan pengalaman dalam berwisata (Pearce, Morrison & Rutledge, 1998) motif

general yang dapat digarisbawahi oleh para peneliti mengenai mengapa kepariwisataan alam ini

sangat cepat berkembang adalah perilaku lingkungan yang berubah dan sifatnya merata di

seluruh dunia, perkembangan pendidikan, dan perkembangan media massa (Lindberg, Wood &

Engeldrum, 1998). Morrison dan Rutledge pada tahun 1998 pernah mempresentasikan sepuluh

trend yang merepresentasikan persoalan-persoalan penting mengenai gambaran motif berwisata.

Empat diantaranya adalah: motif untuk mengambil pengalaman dari lingkungan, motif untuk

relaks di tempat yang relatif menyenangkan, motif untuk mengejar ketertarikan dan

mengaplikasikan skill, dan motif untuk menjaga kesehatan dan vitalitas tubuh. Motif-motif ini

adalah awal yang baik untuk berdiskusi masalah Kepariwisataan alam.

Pearce & Morrison menulis mengenai bagaimana cara menginterpretasi teori-

teori mengenai motif berwisata, kita perlu mengidentifikasi tujuh kebutuhan, yaitu:

1) memberi saran bagaimana mengukur motivasi

2) dapat dikomunikasikan dengan mudah

3) Dapat digunakan oleh semua golongan,

4) dapat diaplikasikan ke semua motif

5) Dinamik

6) Dapat menghitung motivasi intrinsik dan extrinsik

7) Berfungsi benar-benar sebagai teori

Tujuh kebutuhan ini juga merupakan bahan yang baik dalam memahami motivasi berwisata

alam. Masyarakat yang hidup di kota besar sangat termotivasi untuk mengadakan perjalanan

wisata ke alam liar karena mereka ingin lari dari hal-hal artifisial dan monotone yang ada di kota

(Dann;1977) teori motivasi berwisata dari, Gray memberi kita dua motif untuk menjelaskan

mengapa kita melakukan perjalanan wisata alam.Yang pertama adalah kemauan / dorongan

untuk pergi dari tempat yang sudah diketahui ke tempat yang belum diketahui sebelumnya, yang

Page 3: Motivasi Dalam Berwisata: Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata Alam

oleh Gray disebut dengan “Wanderlust”. Yang kedua adalah dorongan untuk pergi ke tempat

yang menyediakan fasilitas yang spesifik yang tidak tersedia di tempat asalnya, yang oleh Gray

disebut dengan “Sunlust”. Dari teori Gray tersebut akan sangat nampak bahwa wisatawan

kebanyakan mencari sesuatu yang baru dalam kehidupannya sehari-hari, sesuatu yang unik dan

memberinya kesenangan. Ada satu temuan menarik saat Krippendorf selesai menganalisis

delapan teori tentang motivasi berwisata, bersamaan dengan kegiatan analisisnya tersebut,

Krippendorf mencoba untuk mengunjungi berbagai macam tempat wisata terkenal di dunia, dan

hasilnya dia menemukan bahwa “ yang pertama, perjalanan wisata lebih banyak termotivasi oleh

going away from daripada termotivasi oleh going towards something . yang kedua adalah motif

dan perilaku wisatawan benar-benar berorientasi pada pribadinya” (Witt & Wright, 1992).

Sekarang kita mencoba untuk lebih fokus kepada faktor-faktor yang memengaruhi

motivasi seperti misalnya ‘kebutuhan’. Pearce (1988) mengatakan bahwa hierarkhi dari motivasi

berwisata berdasar atas teori motivasi dari Abraham Maslow yang dikombinasikan dengan

gagasan tentang jenjang karir. Jenjang karir menekankan bahwa masyarakat mempunyai range

motif untuk mencari pengalaman dalam hari libur kerja. Analisis mengenai hubungan wisata dan

jenjang karir ini hanya salah satu dari pendekatan untuk memahami motivasi untuk berwisata.

Pendekatan-pendekatan lainnya adalah kebutuhan menjalin hubungan baru, penghargaan

terhadap diri kita sendiri (self esteem), kebutuhan untuk pemenuhan hasrat diri. Dengan melihat

berbagai macam pendekatan tadi, jenjang karir contohnya, lalu berlajut dengan pemikiran

seseorang untuk keluar dari rutinitas sehari-harinya dalam bekerja dan mempertimbangkan untuk

berwisata, maka sebenarnya teori tentang jenjang karir ini dapat digunakan sebagai media

analisis terhadap motivasi seseorang dalam berwisata.

Witt & Wright memperkenalkan Theory of Expectancy (teori harapan) yang sangat

komplit dan menarik serta mampu diaplikasikan ke dalam motivasi berwisata, berdasar pada

teori Vroom tentang motivasi kerja (motivation of work theory). Ini adalah teori yang dapat

menyatukan semua konsep-konsep yang ada dan menghasilkan sebuah kerangka pemikiran,

termasuk juga “needs” yang sangat penting dalam pemahaman terhadap motivasi, namun juga

sebagai alat pengambilan keputusan yang dibutuhkan saat memilih kepada harus pergi saat

liburan tiba. Kesimpulannya adalah expectancy theory menyediakan kerangka pemikiran untuk

menganalisis motivasi berwisata.

Page 4: Motivasi Dalam Berwisata: Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata Alam

Vroom memaparkan dua formula, yang pertama bisa digunakan untuk memahami

motivasi berwisata atau tidak berwisata, dan yang kedua adalah, untuk mengetahui mengapa

wisatawan memilih tujuan tertentu. Sekarang kita akan fokus ke formula pertama, yang bila

dijabarkan lagi akan diperoleh pernyataan bahwa perilaku individu ditentukan oleh keyakinan

bahwa ketertarikan dan valensi akan salah satu type liburan yang akan mereka jalani sangat

membantu untuk memilih type liburan yang lain seperti misal relaxation, spiritual, dan ilmu

pengetahuan dengan ketertarikan yang lebih besar lagi. Dengan kata lain kebutuhan seseorang

sangat bergantung pada nilai yang menempel pada kebutuhan tersebut.

Page 5: Motivasi Dalam Berwisata: Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata Alam