mohamad wildan feb

Upload: basuki-ariawan

Post on 05-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

komunijasi

TRANSCRIPT

  • ANALISIS BALANCE SCORECARD DALAM PENGUKURAN KINERJA

    PERUSAHAAN

    (Studi Kasus pada PT BA Bangunan)

    oleh :

    Mohamad Wildan

    NIM : 205082000271

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010

  • II

    ANALISIS BALANCE SCORECARD DALAM PENGUKURAN KINERJA

    PERUSAHAAN

    (Studi Kasus pada PT BA Bangunan)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

    Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana

    Ekonomi

    Oleh:

    Mohamad Wildan

    205082000271

    Di Bawah Bimbingan

  • III

    Hari ini Rabu Tanggal 2 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan

    ujian Komprehensif atas nama Mohamad Wildan NIM: 205082000271 dengan

    judul skripsi ANALISIS BALANCE SCORECARD DALAM

    PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN Memperhatikan penampilan

    mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

    diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 2 Juni 2010

    Tim Penguji Ujian Komprehensif

  • IV

    Hari ini Selasa Tanggal 15 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan

    ujian Sidang Skripsi atas nama Mohamad Wildan NIM: 205082000271 dengan

    judul skripsi ANALISIS BALANCE SCORECARD DALAM

    PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN Memperhatikan penampilan

    mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

    diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 15 Juni 2010

    Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi

  • VDAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS PRIBADI

    Nama : Mohamad Wildan

    Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 17 Maret 1987

    Alamat : Jl. Benda barat 6 Rt 03/08 Pondok Benda

    Pamulang Permai 2 Tangerang 15416

    Telp : (021) 92809484, 085693398039

    Email : [email protected]

    II. PENDIDIKAN FORMAL

    SD : Madrasah Pembangunan.

    SMP : Madrasah Pembangunan.

    SMA : Madrasah Aliyah Negeri 4 Model Jakarta.

    S1 : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    III. PENDIDIKAN NON FORMAL

    1. Pelatihan MYOB di Bina Sarana Indonesia (BSI).

    2. Brevet Pajak A-B di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

    3. Pelatihan SPSS di Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    IV. PENGALAMAN ORGANISASI

    1. BEMF Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Karate UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Forum Silaturrahmi Mahasiswa (FOSMA) 165 UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

  • VI

    ANALYSIS BALANCE SCORECARD IN MEASUREMENT PERFORMANCE FIRM

    (Case Study at PT. BA Bangunan)

    By :Mohamad Wildan

    Abstract

    The objective of the research is to evaluate performance of BA Bangunan firm. This research use the methode of Balanced Scorecard which balancing measurement of finance performance and non finance. In perspektif of finance can see from finance ratio. In perspective of customer emphasize at the customersatisfaction. In the perspective of internal business process, it emphasize at the innovation, operation and service after selling. In the perspective learning and growth emphasize on the education and employees training, and also employeessatisfaction. The research have result financial perspective estimation with enough performances, customer perspective with good performances, internal business process perspective with good performance, learning and growth perspective with good performance. At general we can assesd performanced of BA Bangunan firm is good and expected to be improved again.

    Keyword: Financial Perspective, Customer perspective, Internal Bussines Process Perspective, Learning and Growth Perspective.

  • VII

    ANALISIS BALANCE SCORECARD DALAM PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN

    (Studi Kasus PT. BA Bangunan)

    Oleh:Mohamad Wildan

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja PT. BA Bangunan. Penelitian ini menggunakan metode balanced scorecard yang menyeimbangkan pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Perspektif keuangan dilihat dari rasio keuangan. Perspektif pelanggan menekankan pada kepuasan pelanggan. Perspektif proses bisnis internal menekankan pada inovasi, operasi, dan pelayanan purna jual. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menekankan pada pendidikan dan pelatihan karyawan serta kepuasan karyawan. Penelitian ini menghasilkan penilaian perpektif keuangan dengan kinerja cukup baik, perspektif pelanggan dengan kinerja baik, perspektif proses bisnis internal dengan kinerja baik, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan kinerja baik. Secara umum dapat dinilai bahwa kinerja PT. BA Bangunan dapat dinyatakan baik, dan diharapkan dapat terus ditingkatkan lagi.

    Kata kunci: Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.

  • VIII

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbilalamin.

    Atas berkat rahmat Allah SWT serta dengan memanjatkan puji syukur

    kehadirat illahi rabbil Izzati yang maha suci, tak lupa shalawat serta salam semoga

    tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabiyullah wa Rasulullah Muhammad

    SAW/

    Dengan penuh rasa tawakal dan syukur pada Allah SWT. Serta atas izin

    dan ridho-Nya akhirnya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini guna

    memenuhi salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi.

    Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu

    dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang semoga selalu dalam kasih

    sayang Allah SWT.

    1. Ayahanda dan Ibunda Tercinta serta adik-adikku yang selalu memberikan

    kasih sayang, cinta, doa dan semangat yang tiada henti-hentinya, semoga

    Allah melimpahkan kasih sayang dan balasan yang terbaik untuk kalian.

    2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu

    Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen pembimbing I

    dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan dan

    arahannya bagi penulis.

    3. Ibu Rini, SE., Ak., M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan

    banyak waktunya, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis,

    memberi inspirasi di setiap pertemuan dan pembicaraan, serta memberikan

    curahan tenaga dan pikirannya untuk membantu demi menyelesaikan

    penulisan skripsi ini.

    4. Tim Penguji Ujian Komprehensif, Bapak Yahya Hamja, MM selaku penguji

    ahli, Ibu Reskino, SE,. M.Si, selaku ketua dan Ibu Rahmawati, SE., MM

    selaku Sekretaris.

    5. Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi, Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM.

    selaku penguji ahli I, Ibu Reskino, SE,. M.Si Selaku penguji ahli II.

  • IX

    6. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

    7. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

    8. Bapak Suhendra S.Ag,. MM selaku Ketua Koordinator Teknis.

    9. Ibu Rahmawati, SE,. MM selaku Sekretaris Koordinator Teknis.

    10. Kepada seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selama

    ini telah memberikan pelajaran, arahan dan bimbingannya.

    11. Kepada seluruh Staf Akademik atas segala bantuan dalam seluruh proses

    administrasi perkuliahan.

    12. Kepada Direktur, Kepala dan Wakil Divisi, Kepala Toko serta Seluruh

    Karyawan PT. BA Bangunan yang telah membantu kelancaran dalam

    penyusunan skripsi.

    13. Kepada someone spesial dihati dan keluarganya, terima kasih atas segala doa

    dan semangatnya. Semoga kebaikan dirimu dan keluarga mendapat balasan

    yang terbaik dari Allah SWT. (^^,RJ

    14. Kepada sahabat setia dan seperjuangan Sol Abe, Bunda Meta, Ja Dini, Nene

    Isti, Mpo Nina, Ce Mumun, Ca Dion, Ca Nafi, Ejun, Bang Lay, Iben, Aa,

    Giri, Reza, Ka iki, Iis, Fiki, Nyun, Gicil, Anne, Ayoen, Bude Iss, Ibu Udoh,

    Lulut, Iksi, Icha, Ifa. Dan seluruh saudaraku di FOSMA 165 UIN dan ATS

    165 yang tak bisa kusebutkan semua namanya. Terima kasih atas doa,

    motivasi dan semangatnya yang terus menerus kalian berikan untuk cepat-

    cepat menyelesaikan skripsi. Semoga kebaikan yang kalian berikan dibalas

    Allah SWT dengan balasan yang terbaik. Amin. Sangat bersyukur bisa

    bertemu dengan kalian semua. =)

    15. Kepada Susanto selaku guru Komprehensif, Wahyu, Ibin, Dodi, Iqbal,

    Khania, Ulfa, Aci, Asep, Teguh, Mas Iwan, Mas Asmui teman seperjuangan

    skripsi. Terima kasih atas semangat, arahan, bantuan dalam penyusunan

    skripsi.

    16. Kepada teman-teman jurusan akuntansi dan manajemen serta seluruh teman-

    temanku di UIN yang tidak bisa kusebutkan namanya. Terima kasih atas

    kebersamaannya selama ini.

  • X17. Kepada teman-teman Karate UIN, Novaz, Tatik, Dadi, Yuni, Rhino, kang

    Jay, Nas, Rabuman dan lainnya yang tak bisa kusebutkan nama-namanya.

    Terima kasih atas semangat dan pengertiannya.

    18. Para responden yang telah membantu sehingga kuesioner penelitian ini dapat

    terisi.

    19. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebut satu persatu, yang secara

    langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis sejak awal hingga

    selesainya skripsi ini.

    Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

    para pembaca. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

    jauh dari sempurna. Kritik dan saran membangun selalu penulis harapkan untuk

    kemajuan penulis di kemudian hari.

    Jakarta, Juni 2010

    Penulis

  • XI

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..

    LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ...

    LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ..

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..

    ABSTRAC

    ABSTRAK ....

    KATA PENGANTAR ..

    II

    III

    IV

    V

    VI

    VII

    VIII

    DAFTAR ISI .....

    DAFTAR TABEL .....

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR LAMPIRAN .

    XI

    XIII

    XVI

    XVII

    BAB I. PENDAHULUAN ...

    A. Latar Belakang ..

    B. Perumusan Masalah

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..

    1. Tujuan Penelitian

    2. Manfaat Penelitian ..

    1

    1

    7

    8

    8

    8

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......

    A. Sistem Pengukuran Kinerja ...

    1. Pengertian Pengukuran Kinerja ..

    2. Tujuan Pengukuran Kinerja

    3. Manfaat Pengukuran Kinerja ..

    B. Sistem Pengukuran Kinerja Balance Scorecard

    1. Sejarah Balance Scorecard .................

    2. Konsep Balance Scorecard .

    3. Pengertian Balance Scorecard

    4. Komponen-komponen Balance Scorecard .....

    5. Perbedaan Balance Scorecard Dengan Sistem

    9

    9

    9

    10

    11

    12

    12

    16

    22

    25

  • XII

    Pengukuran Tradisional ..

    6. Keunggulan Balance Scorecard ..

    7. Faktor-faktor Pemacu Penggunaan Balance Scorecard ..

    8. Hubungan Antara Ukuran-Ukuran Balance Scorecard

    dan Strategi Perusahaan ..

    9. Faktor-faktor Kendala Dalam Proses Penerapan

    Balance Scorecard ..

    C. Kerangka Pemikiran ..............................................................

    D. Penelitian Terdahulu .............................................................

    36

    37

    40

    41

    43

    45

    46

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......

    A. Ruang Lingkup Penelitian .

    B. Metode Penentuan Sampel

    C. Metode Pengumpulan Data ...

    D. Metode Analisis

    E. Operasional Variabel Penelitian

    49

    49

    49

    50

    52

    55

    BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Perusahaan ...

    1. Sejarah Singkat Perusahaan

    2. Struktur Organisasi Perusahaan ..

    B. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Balance Scorecard ...

    1. Perspektif Keuangan

    2. Perspektif Pelanggan ...

    3. Perspektif Proses Bisnis Internal .

    4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan .....

    C. Hasil Keseluruhan Analisis Balance Scorecad ..

    59

    59

    59

    67

    79

    79

    90

    108

    110

    125

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    B. Implikasi

    C. Keterbatasan ..

    D. Saran ..

    130

    130

    132

    132

    133

    DAFTAR PUSTAKA 134

  • XIII

    DAFTAR TABEL

    NO TABEL HALAMAN

    1. Tabel Penelitian Terdahulu (2.1) 462. Tabel pengukuran masing-masing

    perspektif dalam balance scorecard(3.1) 56

    3. Tabel perhitungan CACL (4.1) 804. Tabel perhitungan TLTA (4.2) 825. Tabel perhitungan OPM (4.3) 836. Tabel perhitungan NIS (4.4) 857. Tabel perhitungan NITA (4.5) 878. Tabel perhitungan TATO (4.6) 889. Tabel Keseluruhan Rasio (4.7) 89

    10. Gambaran distribusi kuesioner kepuasan pelanggan

    (4.8) 90

    11. Gambaran distribusi kuesioner kepuasan pemasok barang (supplier)

    (4.9) 91

    12. Hasil uji validitas atribut, produk dan jasa (pelanggan) Bumi Agung II

    (4.10) 92

    13. Hasil uji validitas citra (image) perusahaan (pelanggan) Bumi Agung II

    (4.11) 92

    14. Hasil uji validitas hubungan dengan pelanggan Bumi Agung II

    (4.12) 92

    15. Hasil uji validitas atribut, produk dan jasa (pelanggan) Bintang Mas

    (4.13) 93

    16. Hasil uji validitas citra (image) perusahaan (pelanggan) Bintang Mas

    (4.14) 93

    17. Hasil uji validitas hubungan dengan pelanggan Bintang Mas

    (4.15) 94

    18. Hasil uji validitas atribut, produk dan jasa (pelanggan) Sentosa

    (4.16) 94

    19. Hasil uji validitas citra (image) perusahaan (pelanggan) Sentosa

    (4.17) 94

    20. Hasil uji validitas hubungan denganpelanggan Sentosa

    (4.18) 95

    21. Hasil uji validitas atribut, produk, dan jasa (pemasok barang atau supplier)

    (4.19) 95

    22. Hasil uji validitas citra (image) perusahaan (pemasok barang atau supplier)

    (4.20) 96

    23. Hasil uji validitas hubungan dengan pemasok barang (supplier)

    (4.21) 96

    24. Hasil uji reabilitas pelanggan Bumi Agung II

    (4.22) 97

    25. Hasil uji reabilitas pelanggan Bintang Mas (4.23) 9726. Hasil uji reabilitas pelanggan Sentosa (4.24) 98

  • XIV

    27. Hasil uji reabilitas pemasok barang (supplier)

    (4.25) 98

    28. Hasil pengukuran atribut produk dan jasa (pelanggan) Bumi Agung II

    (4.26) 99

    29 Hasil pengukuran atribut produk dan jasa (pelanggan) Bintang Mas

    (4.27) 100

    30. Hasil pengukuran atribut produk dan jasa (pelanggan) Sentosa

    (4.28) 101

    31. Hasil pengukuran atribut produk dan jasa (pemasok barang atau supplier)

    (4.29) 102

    32. Hasil pengukuran citra (image) perusahaan (pelanggan) Bumi Agung II

    (4.30) 102

    33. Hasil pengukuran citra (image) perusahaan (pelanggan) Bintang Mas

    (4.31) 103

    34. Hasil pengukuran citra (image) perusahaan (pelanggan) Sentosa

    (4.32) 104

    35. Hasil pengukuran citra (image) perusahaan (pemasok barang atau supplier)

    (4.33) 105

    36. Hasil pengukuran Hubungan dengan pelanggan Bumi Agung II

    (4.34) 106

    37. Hasil pengukuran dengan Hubungan pelanggan Bintang Mas

    (4.35) 106

    38. Hasil pengukuran dengan Hubungan pelanggan Sentosa

    (4.36) 107

    39. Hasil pengukuran hubungan dengan pemasok barang (supplier)

    (4.37) 108

    40. Gambaran distribusi kuesioner kepuasan karyawan

    (4.38) 110

    41. Karakteristik responden penelitian kepuasan karyawan

    (4.39) 111

    42. Hasil uji validitas kapabilitas karyawan Bumi Agung II

    (4.40) 113

    43. Hasil uji validitas kapabilitas sistem informasi Bumi Agung II

    (4.41) 113

    44. Hasil uji validitas motivasi,pemberdayaan dan keselarasan Bumi Agung II

    (4.42) 114

    45. Hasil uji validitas kapabilitas karyawan Bintang Mas

    (4.43) 114

    46. Hasil uji validitas kapabilitas sistem informasi Bintang Mas

    (4.44) 114

    47. Hasil uji validitas motivasi,pemberdayaan dan keselarasan Bintang Mas

    (4.45) 115

    48. Hasil uji validitas kapabilitas karyawan Sentosa

    (4.46) 115

    49. Hasil uji validitas kapabilitas sistem informasi Sentosa

    (4.47) 116

  • XV

    50. Hasil uji validitas motivasi,pemberdayaan dan keselarasan Sentosa

    (4.48) 116

    51. Hasil uji reabilitas karyawan Bumi Agung II

    (4.49) 117

    52. Hasil uji reabilitas karyawan Bintang Mas (4.50) 11753. Hasil uji reabilitas karyawan Sentosa (4.51) 11854. Hasil pengukuran kapabilitas karyawan

    Bumi Agung II(4.52) 119

    55. Hasil pengukuran kapabilitas karyawan Bintang Mas

    (4.53) 120

    56. Hasil pengukuran kapabilitas karyawan Sentosa

    (4.54) 120

    57. Hasil pengukuran kapabilitas sistem informasi Bumi Agung II

    (4.55) 121

    58. Hasil pengukuran kapabilitas sistem informasi Bintang Mas

    (4.56) 122

    59. Hasil pengukuran kapabilitas sistem informasi Sentosa

    (4.57) 122

    60. Hasil pengukuran motivasi, pemberdayaan dan keselarasan

    (4.58) 123

    61. Hasil pengukuran motivasi, pemberdayaan dan keselarasan

    (4.59) 124

    62. Hasil pengukuran motivasi, pemberdayaan dan keselarasan

    (4.60) 124

    63. Hasil keseluruhan pengukuran kepuasaan kinerja pelanggan

    (4.61) 127

    64. Hasil keseluruhan pengukuran kepuasaan kinerja karyawan

    (4.62) 129

  • XVI

    DAFTAR GAMBAR

    NO GAMBAR HALAMAN

    1. Peran Awal Balance Scorecard (2.1) 142. Perkembangan Peran Balance Scorecard (2.2) 153. Perkembangan Implementasi Masa Kini

    Peran Balance Scorecard (2.3) 16

    4. Balance Scorecard Sebagai Suatu Kerangka Kerja Tindakan Strategis

    (2.4) 21

    5. Ukuran Utama Perspektif Pelanggan (2.5) 316. Kerangka Pemikiran (2.6) 457. Struktur Organisasi (4.1) 67

  • XVII

    DAFTAR LAMPIRAN

    NO KETERANGAN HALAMAN

    1. Surat Keterangan Riset dari kampus 1392. Surat Keterangan Penerimaan Riset dari PT. BA Bangunan 1403. Neraca Bumi Agung II Tahun 2008 1414. Neraca Bintang Mas Tahun 2008 1425. Neraca Sentosa Tahun 2008 1436. Neraca Bumi Agung II Tahun 2009 1447. Neraca Bintang Mas Tahun 2009 1458. Neraca Sentosa Tahun 2009 1469. Kuesioner Pelanggan 14710. Kuesioner Supplier 15011. Keusioner Karyawan 15212. Hasil Penghitungan Kuesioner Pelanggan Bumi Agung II 15613. Hasil Penghitungan Kuesioner Pelanggan Bintang Mas 15714. Hasil Penghitungan Kuesioner Pelanggan Sentosa 15815. Hasil Penghitungan Kuesioner Pemasok Barang (Supplier) 15916. Hasil Penghitungan Kuesioner Karyawan Bumi Agung II 16017. Hasil Penghitungan Kuesioner Karyawan Sentosa 16018. Hasil Penghitungan Kuesioner Karyawan Bintang Mas 16119. Uji Validitas dan Realibel Pelanggan Bumi Agung II 16220. Uji Validitas dan Realibel Pelanggan Bintang Mas 16521. Uji Validitas dan Realibel Pelanggan Sentosa 16822. Uji Validitas dan Realibel Karyawan Bumi Agung II 17123. Uji Validitas dan Realibel Karyawan Bintang Mas 17424. Uji Validitas dan Realibel Karyawan Sentosa 177

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dunia usaha di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan

    kemajuan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan dunia bisnis yang juga

    mengalami suatu perubahan yang semakin kompleks dan semakin kompetitif.

    Dalam lingkungan bisnis yang dinamik maka perusahaan-perusahaan harus

    lebih peduli terhadap strategi yang telah dijalankan.

    Perusahaan terus berupaya merumuskan dan menyempurnakan

    strategi-strategi bisnis dalam rangka memenangkan persaingan. Perusahaan

    juga memerlukan pertimbangan terbaik dalam membawa perusahaan menuju

    masa depan yang lebih baik. Pertimbangan terbaik hanya dapat dilakukan jika

    manajemen strategi dilaksanakan secara komprehensif. Dengan demikian

    perusahaan harus memiliki kompetensi agar dapat bertahan hidup dan mampu

    bersaing.

    Agar perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang di era

    globalisasi yang semakin kompetitif ini maka dibutuhkan suatu pengukuran

    kinerja yang lebih komprehensif. Perusahaan harus dapat menghubungkan

    antara strategi jangka panjang dan strategi jangka pendek serta melakukan

    perbaikan secara terus menerus untuk dapat memiliki keunggulan dalam

    bersaing.

  • 2Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan

    perubahan besar yang luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran,

    pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara

    perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan dengan perusahaan lain.

    Perubahan kondisi ekonomi dan sosial secara dinamis juga telah mengubah

    secara drastis perilaku dan sikap konsumen. Dengan demikian banyaknya

    pilihan produk dan jasa, konsumen memiliki ekspektasi yang lebih besar dari

    sebelumnya. Mereka tidak hanya mengharapkan produk dan jasa yang

    berkualitas tinggi, namun juga harga atas produk dan jasa yang terjangkau.

    Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui efektif atau

    tidaknya strategi yang telah digunakan perusahaan selama ini adalah dengan

    cara mengukur kinerja perusahaan. Penilaian atau pengukuran kinerja

    merupakan salah satu faktor penting dalam perusahaan, karena selain

    berfungsi menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat

    digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

    (Srimindarti. 2004:2)

    Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang

    penting dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan

    perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk

    menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan

    tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajeman juga

    dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk

    mengevaluasi pada periode yang lalu.

  • 3Metode penilaian kinerja menggunakan laporan keuangan memang

    cara termudah dalam menilai kinerja manajemen. Ukuran-ukuran keuangan

    tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan karena

    tidak diperhatikan hal-hal lain di luar sisi finansial misalnya sisi pelanggan

    yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua

    hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan (Kaplan,

    Norton,1996:234).

    Pengukuran kinerja yang hanya mengandalkan pada ukuran-ukuran

    keuangan tidaklah cukup dan faktanya dapat menjadi disfungsional karena

    beberapa alasan. Pertama, hal itu dapat mendorong tindakan jangka pendek

    yang tidak sesuai dengan kepentingan jangka panjang perusahaan. Kedua,

    manajer unit bisnis mungkin tidak mengambil tindakan yang berguna untuk

    jangka panjang, guna memperoleh laba jangka pendek. Ketiga, menggunakan

    laba jangka pendek sebagai satu-satunya tujuan dapat mendistorsi komunikasi

    antara manajer unit bisnis dengan manajer senior. Keempat, pengendaliam

    keuangan yang ketat dapat memotivasi manajer untuk memanipulasi data

    (Anthony dan Govindarajan, 2005:171)

    Pengukuran kinerja perusahaan yang terlalu ditekankan pada sudut

    pandang finansial sering menghilangkan sudut pandang lain yang tentu saja

    tidak kalah pentingnya. Seperti, pengukuran kepuasan pelanggan dan proses

    adaptasi dalam suatu perubahan sehingga dalam suatu pengukuran kinerja,

    diperlukan suatu keseimbangan antara pengukuran kinerja finansial dan

    pengukuran kinerja non finansial. Keseimbangan antara pengukuran kinerja

  • 4finansial dan non finansial ini akan dapat membantu perusahaan dalam

    mengetahui dan mengevaluasi kinerja secara keseluruhan (Monika, 2000:23).

    Menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi keuangan akan dapat

    menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai

    dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan.

    Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek

    dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi

    kepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka

    diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan

    dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu aspek keuangan, pelanggan,

    proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang

    (Mutasowifin,2002:245).

    Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek

    keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan

    Balanced Scorecard. Dengan demikian metode balanced scorecard para

    manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka

    melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan

    kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Serta menunjukkan

    bagaimana perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin

    Wijaya Tunggal, 2002:1)

    Pada tahun 1990, Kaplan dan Norton memperkenalkan suatu sistem

    pengukuran kinerja yang disebut dengan balance scorecard. Sejak tahun itu

    pula mereka mensponsori studi tentang Pengukuran Kinerja Dalam

  • 5Organisasi Masa Depan. Studi tersebut didorong oleh kesadaran bahwa pada

    waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan

    tidak memadai lagi. Balance scorecard digunakan untuk menyeimbangkan

    usaha dan perhatian eksekutif pada kinerja keuangan dan non keuangan. Hasil

    studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di

    masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat

    perspektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses

    bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran-ukuran

    tersebut disebut balance scorecard. Dengan demikian balance scorecard

    memiliki keistimewaan dalam cakupan pengukuran yang komprehensif yang

    mencakup perspektif keuangan dan perspektif non keuangan.

    Tujuan dan pengukuran dalam balance scorecard bukan hanya

    penggabungan dari ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan

    merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down) berdasarkan misi

    dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut harus

    diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata (Teuku Mirza,

    1997:14)

    Perusahaan dagang adalah bentuk organisasi yang bergerak dibidang

    jual-beli dan pendistribusian barang. Didalam organisasinya terdapat banyak

    aktivitas, yang diselenggarakan berbagai jenis profesi, baik profesi penjual,

    pembeli dan distributor (pengirim barang). Untuk dapat menjalankan

    fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh yang dimulai dari

    proses perencanaan strategik, baik jangka panjang maupun jangka pendek.

  • 6Suatu perencanaan strategik dapat disebut baik apabila perencanaan tersebut

    dapat ditindaklanjuti secara praktis kedalam program-program operasional

    yang berorientasi kepada economic, equity, dan quality. Artinya perusahaan

    harus dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala lapisan masyarakat

    dengan pelayanan yang berkualitas.

    The BSC was designed to provide management with an overaching view of their organizations overall performan in a relation to its goals. It does not focus on any one specific aspect of the organization, such as finances, but rather seeks to translate an organizations strategic objectives into coherent set of performance measures while minimizing information overload. The scorecard provides a balanced view of the organization and the benefits and risk of strategic and operational decisions. This tool can also help staff and stakeholders, including the public, to better understand and organizations that adopted a BSC reported a number of benefits: alignment of the organization around its mission and strategies; facilitation, monitoring, and assessment of strategy implementation; a mechanism for communiocation and collaboration; Assignment of accountability for performance at all levels of the organization; Contual feedback on the strategy and opportunities for adjustment (Woodward, Manuel, dan Guel, 2004:6)

    Teknik balanced scorecard kini mulai banyak mendapat perhatian

    praktisi maupun peneliti manajemen, padahal keempat perspektif dari

    balanced scorecard ini, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis

    internal serta pembelajaran dan pertumbuhan adalah hal-hal yang

    konvensional dalam perusahaan. Ternyata, perhatian yang demikian itu tidak

    terlepas dari kemampuan teknologi informasi yang memasyarakat. Keempat

    perspektif menawarkan suatu keseimbangan antara tujuan jangka panjang dan

    jangka pendek, yaitu hasil yang diinginkan, pemicu kinerja, dan tolok ukur.

    (Mulyadi, 2001:10)

    Penelitian sebelumnya tentang balanced scorescard banyak dilakukan

    oleh peneliti salah satunya dilakukan oleh Slamet Mulyono (2009) dengan

  • 7judul analisis kinerja perusahaan dengan menggunakan metode balance

    scorecard penelitian tersebut dilakukan pada Rumah Sakit Umum Pusat

    Fatmawati, dengan tujuan untuk mengetahui bukti empiris tentang kinerja

    Rumah Sakit jika diukur dengan menggunakan metode balance scorecard.

    Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa kinerja Rumah Sakit Umum

    Pusat Fatmawati yang diukur dengan balance scorecard menunjukkan bahwa

    kinerja RSUP Fatmawati cukup baik dan diharapkan dapat lebih ditingkat lagi

    kinerjanya.

    Berdasarkan penelitian sebelumnya pada RSUP Fatmawati, maka ada

    keinginan untuk meneliti kinerja perusahaan dagang yang berlokasi di daerah

    Jakarta. Karena perusahaan dagang merupakan perusahaan yang mencakup

    akan empat perspektif seperti perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis

    internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan, ditambah dengan perspektif

    pemasok barang (supplier). Dan menjadikan balance scorecard sebagai topik

    dalam penyusunan skripsi dengan judul Analisis Balance Scorecard Dalam

    Pengukuran Kinerja Perusahaan. (studi kasus pada PT BA Bangunan)

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan

    masalahnya adalah bagaimanakah kinerja perusahaan jika dilihat dari

    penerapan balance scorecard yang mencakup perspektif keuangan, perspektif

    pelanggan, perspektif proses internal bisnis dan perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan dalam dalam pengukuran kinerja perusahaan?.

  • 8C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja

    perusahaan jika dilihat dari penerapan balance scorecard yang mencakup

    perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses internal

    bisnis dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

    2. Manfaat penelitian

    a. Bagi Penulis. Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan

    dapat memberikan gambaran umum yang lebih jelas mengenai

    penerapan balance scorecard. Serta untuk memenuhi sebagian syarat-

    syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

    Auditing, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    b. Bagi perusahaan Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perusahaan

    serta dapat lebih meningkatkan prestasi kinerja yang telah dicapai

    sebelumnya.

    c. Bagi pihak lain. Dijadikan bahan kepustakaan serta hasil penelitian ini

    sebagai suatu informasi bagi penelitian serupa atau peneliti-peneliti

    lain yang berkaitan dengan penelitian balance scorecard. Dan hasil

    penelitian sebagai dasar perumusan kebijakan bagi manajemen

    perusahaan sebagai landasan dalam perencanaan dan pengendalian

    kinerja di masa yang akan datang.

  • 9BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Sistem Pengukuran Kinerja

    1. Pengertian Pengukuran Kinerja

    Penilaian pada intinya adalah ukuran nilai ekonomis pada suatu

    periode berdasarkan tingkat diskonto yang mencerminkan kinerja modal

    (Kuncoro, 2005:268). Mulyadi (2001:419) mendefinisikan penilaian

    kinerja sebagai penentu secara periodik efektifitas operasional suatu

    organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar

    dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada

    dasarnya di operasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja

    sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam

    melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

    Pengukuran kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku

    manusia dalam melaksanakan tugas atau peran yang dimainkannya dalam

    mencapai tujuan perusahaan. Selain itu, pengukuran kinerja dalam sebuah

    perusahaan merupakan suatu proses umpan balik yang menyediakan

    informasi tentang seberapa baik kesesuaian suatu tindakan dengan rencana

    yang dibuat sebelumnya. Bagi setiap organisasi, penilaian kinerja

    merupakan suatu kegiatan yang penting. Ukuran tersebut dapat sebagai

    ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu dan dapat

    dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi.

  • 10

    Jadi pengertian kinerja dapat disimpulkan sebagai suatu usaha

    formal yang dilaksanakan secara sistematik dalam mengevaluasi hasil-

    hasil dari suatu aktivitas yang telah dilakukan atas pemanfaatan sumber

    daya yang dimiliki perusahaan dalam satu periode untuk mengetahui

    apakah hasilnya sudah sesuai dengan rencana atau menyimpang.

    2. Tujuan Pengukuran Kinerja

    Tujuan pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2001:416) adalah

    sebagai berikut:

    Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

    Pengukuran kinerja memperhatikan suatu hubungan antara

    perencanaan yang telah ditetapkan perusahaan dengan hasil yang telah

    dicapai perusahaan untuk menilai keberhasilan suatu perusahaan.

    Perencanaan yang berisi strategi-strategi yang bertujuan untuk

    kelangsungan hidup perusahaan haruslah dapat diukur karena kita tidak

    dapat mengelola apapun dengan baik jika yang direncanakan tidak dapat

    diukur.

    Untuk menjaga agar perusahaan dapat terus bertahan dalam

    menghadapi lingkungan bisnis yang semakin kompetitif maka diperlukan

    suatu pengukuran kinerja yang merupakan alat bagi manajemen dalam

    mengevaluasi kerjanya untuk menilai berhasil atau tidaknya strategi yang

    telah ditetapkan.

  • 11

    Pengukuran kinerja yang ada harus dapat menggabungkan tujuan

    jangka panjang dengan tujuan jangka pendek perusahaan sehingga

    perusahaan memiliki pengukuran kinerja yang dapat mendorong

    perusahaan menjadi lebih baik dalam mencapai tujuan perusahaan.

    3. Manfaat Pengukuran Kinerja

    Pengukuran kinerja dapat dimanfaatkan sebagai proses untuk

    mengidentifikasi bagian dalam organisasi yang memerlukan koreksi atau

    penyesuaian rencana dan pengendalian aktivititas masa yang akan datang.

    Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dapat dimanfaatkan

    oleh manajemen untuk:

    a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

    pemotivasian karyawan secara maksimum.

    b. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan

    seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

    c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan

    untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan

    karyawan.

    d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

    mereka menilai kinerja mereka.

    e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

  • 12

    B. Sistem Pengukuran Kinerja Balance Scorecard

    Pada umumnya perusahaan menilai kinerja perusahaan dengan

    melihat pada aspek keuangan saja. Pengukuran kinerja yang hanya melihat

    dari sisi keuangan saja pada saat ini dinilai sudah tidak memadai lagi. Hal

    tersebut dikarenakan ketidakmampuan untuk mengukur harta tidak berwujud

    (Intangible Asset) dan harta intelektual (sumber daya manusia). Selain itu,

    aspek keuangan hanya mengukur kinerja masa lalu perusahaan dengan tujuan

    peningkatan laba jangka pendek dan cenderung mengabaikan tujuan jangka

    panjang perusahaan (Kusumastuti, 2006:3).

    1. Sejarah Balance Scorecard

    Awalnya balance scorecard digunakan untuk mengatasi

    permasalahan mengenai kelemahan sistem pengukuran kinerja yang

    berfokus pada aspek keuangan, kemudian perkembangan perwujudannya.

    Balance scorecard digunakan tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja

    tetapi berkembang sebagai pendekatan dalam penyusunan rencana

    strategik.

    a. Sejarah awal

    Pada sebelum tahun 1990-an, pengukuran kinerja eksekutif

    diukur hanya berdasarkan perspektif keuangan. Akibatnya, perhatian

    utama dan usaha eksekutif lebih dipusatkan pada kinerja jangka

    pendek untuk mewujudkan kinerja keuangan, sehingga timbulnya

    kecenderungan untuk mengabaikan kinerja nonkeuangan seperti

    kepuasan customers, produktivitas, dan proses untuk menghasilkan

  • 13

    produk dan jasa, serta keberdayaan dan komitmen karyawan dalam

    menghasilkan produk dan jasa.

    Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute bagian riset kantor

    akuntan publik KPMG di USA dipimpin oleh David P Norton

    mensponsori studi tentang Pengukuran Kinerja dalam Organisasi

    Masa Depan yang didorong kesadaran bahwa pengukuran kinerja

    keuangan tidak lagi memadai. Dari studi tersebut dihasilkan sebuah

    artikel Balance Scorecard Measures That Drive Performance dalam

    Harvard Bussines Review (Januari-Februari 1992) yang

    menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa

    depan, diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat

    perspektif: keuangan, customers, proses bisnis intern serta

    pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2001). Ke empat ukuran ini

    disebut balance scorecard yang menyeimbangkan dan cukup

    komprehensif agar keberhasilan kinerja perusahaan sustainable

    (berjangka panjang).

    Gambaran singkat mengenai sejarah awal balance scorecard

    digunakan dalam organisasi dapat dilihat dari gambar 2.1 sebagai

    berikut:

  • 14

    b. Perkembangan

    Balance scorecard pada tahap berikutnya diperluas

    penerapannya pada proses perencanaan strategik setelah keberhasilan

    pada tahun 1992. Kemudian mulai pertengahan tahun 1993,

    Renaissance Solutions Inc (RSI) sebuah perusahaan konsultasi yang

    dipimpin oleh David P Norton (semula CEO Nolan Norton Institute

    menerapkan pendekatan ini pada beberapa perusahaan kliennya yang

    sejak itu berkembang sebagai inti manajemen strategi (strategic

    management system)). Keberhasilan ini dilaporkan dalam suatu artikel

    di Harvard Bussiness Review (januari-februari 1996) yang berjudul

    Using balance Scorecard as a Strategic Management System.

    Pendekatan ini disamping digunakan untuk menghasilkan rencana

    Gambar 2.1Peran awal Balance Scorecard

    Perumusan Strategi

    Perencanaan Strategik

    Penyusunan Program

    Penyusunan Anggaran

    Implementasi

    Pemantauan

    Tahap awal perkembangan (1990-1992) sebagai pengukuran kinerja komprehensif

    Sumber : (Mulyadi, 2001. Alat manajemen kontemporer untuk pelipatganda kinerja keuangan perusahaan).

  • 15

    strategik yang komprehensif, juga digunakan untuk menghasilkan

    rencana yang koheren antara satu sasaran dengan yang memiliki

    hubungan sebab akibat (Mulyadi, 2001) seperti gambar dibawah ini:

    c. Implementasi Pada Masa Kini

    Pada tahun 2000 pendekatan ini telah menjadi inti sistem

    manajemen strategik bagi seluruh personel perusahaan terutama

    perusahaan yang telah memanfaatkan secara intensif teknologi

    informasi dalam operasi bisnisnya. Dengan teknologi informasi,

    balance scorecard dikomunikasikan ke seluruh personel dan

    koordinasasi perwujudan berbagai sasaran strategik yang telah

    ditetapkan dapat dilakukan.

    Gambar 2.2Perkembangan Peran Balance Scorecard

    Perumusan Strategi

    Perencanaan Strategik

    Penyusunan Program

    Penyusunan Anggaran

    Implementasi

    Pemantauan

    Tahap awal perkembangan (1990-1992) sebagai pengukuran kinerja komprehensif

    Sumber : (Mulyadi, 2001. Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan

    (1993-1995) selanjutnya diterapkan untuk rencana strategik yang komprehensif dan koheren

  • 16

    Jika pada awalnya pendekatan ini hanya dimanfaatkan untuk

    memperluas perspektif rencana strategik yang disusun, maka

    perkembangan yang terakhir ini sudah dimanfaatkan sebagai

    menghasilkan konsensus dari knowledge worker dalam menetapkan

    berbagai sasaran strategik yang akan mewujudkan visi oleh

    perusahaan, seperti gambar dibawah ini:

    2. Konsep Balance Scorecard

    Balance scorecard digambarkan sebagai tombol-tombol dan

    indikator-indikator cockpit pesawat udara yang mengungkapkan mengenai

    ketinggian pesawat, temperatur udara, kecepatan atau posisi pesawat yang

    harus dipertimbangkan pilot untuk mengendalikan pesawat. Seorang pilot

    Gambar 2.3Perkembangan Implementasi Masa Kini Peran Balance Scorecard

    Perumusan Strategi

    Perencanaan Strategik

    Penyusunan Program

    Penyusunan Anggaran

    Implementasi

    Pemantauan

    Sumber : (Mulyadi, 2001. Alat Manajemen Kontemporer Untuk PelipatgandaKinerja Keuangan Perusahaan

    Untuk menafsirkan dampak hasil analisis lingkungan makro dan industri dan untuk analisis SWOT

    Untuk menerjemahkan strategi ke dalam action plans yang komprehensif dan koheren

    Kerangka balance scorecarddigunakan untuk pengukuran secara komprehensif kinerja personel

  • 17

    harus mampu memproses informasi dari semua instrument dalam

    mengemudikan pesawat mereka. Demikian halnya kompleksitas

    mengelola perusahaan yang mengharuskan seorang manajer untuk mampu

    melihat secara seimbang faktor yang mempengaruhi kinerja suatu

    organisasi secara keseluruhan.

    Balance scorecard terkonsep dari dua kata yaitu: Kartu skor

    (scorecard) dan berimbang (balance). Kartu skor adalah kartu yang

    digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu ini

    digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan seseorang

    di masa depan. Melalui kartu skor ini, skor yang akan diwujudkan di masa

    depan dibandingkan dengan hasil kinerja yang sesungguhnya. Output

    perbandingan ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja personel.

    Berimbang berarti bahwa kinerja seseorang diukur secara berimbang dari

    dua aspek yakni keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka

    panjang, intern dan ekstern. Jadi, untuk mewujudkan skor di dalam kartu

    skor di masa depan, maka harus memperhatikan keseimbangan dalam

    pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, kinerja jangka pendek

    dan jangka panjang serta kinerja yang bersifat intern dan ekstern (Mulyadi,

    2005:1 dalam Dhika Pratiwi 2007:13).

    Kaplan dan Norton menjelaskan inovasi balance scorecard sebagai

    berikut :

    The balance scorecard retains traditional financial measures. But financial measures tell the story of past event, an adequate story industrial age companies for which investment in long term capabilities andcustomer relationship were not: critical for success. These financial

  • 18

    measures are an adequate, however, for guiding and create future value through investment in customers, suppliers, employees, processes, technology and innovation. (Paul Averson, 2000)

    Balance scorecard tetap mempertahankan berbagai ukuran

    finansial tradisional. Akan tetapi ukuran finansial hanya menjelaskan

    berbagai peristiwa masa lalu yang cocok untuk perusahaan abad industri

    yang investasi dalam kapabilitas jangka panjang dan hubungan dengan

    pelanggan bukanlah faktor penting dalam mencapai keberhasilan, tetapi

    berbagi ukuran finansial tersebut tidak memadai untuk menuntun dan

    mengevaluasi perjalanan yang harus dilalui perusahaan abad informasi

    dalam menciptakan nilai masa depan melalui investasi yang ditanamkan

    pada pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi dan inovasi (Kaplan

    dan Norton, 2000:22).

    Balance scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke

    dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberikan kerangka

    kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis. Selain itu, balance

    scorecard memuat seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu melalui

    ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Seperangkat ukuran itu

    tertuang dalam empat perspektif yang seimbang akan digunakan untuk

    mengukur kinerja perusahaan. Keempat perspektif itu adalah perspektif

    finansial, perspektif pelanggan (customers), perspektif proses bisnis

    internasional serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learn and

    growth).

  • 19

    Balance scorecard memungkinkan perusahaan mencatat hasil

    kinerja finansial sekaligus memantau perjalanan kemajuan perusahaan

    dalam membangun kemampuan untuk pertumbuhan dimasa yang akan

    datang. Anthony dan Govin Darojan didalam Tangkilisan (2003:110),

    menyatakan bahwa penerapan balance scorecard sebagai sistem

    pengukuran kinerja organisasi mendasarkan pada asumsi-asumsi:

    a. Ukuran-ukuran finansial yang berdiri sendiri tidak cukup untuk

    mengoperasikan sebuah organisasi.

    b. Perhatian yang khusus harus dilakukan pada pengembangan ukuran-

    ukuran non finansial.

    Balance scorecard tidak hanya sebagai sistem pengukuran atau

    operasional saja, tetapi perusahaan yang inovatif menggunakannya sebagai

    sebuah sistem manajemen strategik untuk mengelola strategi jangka

    panjang. Perusahaan menggunakan sebagai fokus pengukuran untuk

    menghasilkan berbagai proses manajemen yaitu:

    a. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi. Proses scorecard

    dimulai dengan tim manajemen senior yang bersama-sama

    menerjemahkan strategi unit bisnis ke dalam berbagai tujuan strategis

    yang spesifik sehingga visi dan misi dari perusahaan dapat diperjelas

    dalam strategi dan menghasilkan konsensus atau kesatuan pemahaman

    didalam kelompok eksekutif senior untuk pengembangan balance

    scorecard. Tujuan scorecard menjadi tanggungjawab tim manajemen

    sebagai kerangka kerja serangkaian proses manajemen.

  • 20

    b. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran

    strategis. Scorecard memberikan dasar untuk mengkomunikasikan

    strategi unit bisnis dan mendidik para eksekutif untuk berkomitmen

    dalam dialog tidak hanya mengenai sasaran finansial jangka pendek

    tetapi juga perumusan dan pelaksanaan strategi yang menghasilkan

    terobosan kinerja masa depan.

    c. Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai

    inisiatif strategis. Balance scorecard digunakan untuk menetapkan

    sasaran, memadukan inisiatif strategis, mengalokasikan sumber daya

    dan menetapkan tonggak-tonggak penting. Perencanaan dan proses

    manajemen penetapan sasaran memungkinkan perusahaan untuk:

    1. Mengukur hasil jangka panjang yang ingin dicapai.

    2. Mengidentifikasi mekanisme dan mengusahakan sumber daya

    untuk mencapai hasil tersebut.

    3. Menetapkan tonggak-tonggak jangka pendek bagi ukuran finansial

    dan non finansial scorecard.

    d. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis. Scorecard

    mengartikulasikan visi bersama, memberikan umpan balik strategis

    dan memfasilitasi tinjauan ulang dan pembelajaran strategi (gambar

    2.4). Balance scorecard menerjemahkan misi dan strategi kedalam

    berbagai tujuan dan ukuran yang tersusun pada empat perspektif:

    finansial, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan

    pertumbuhan. Scorecard memberikan kerangka kerja, bahasa untuk

  • 21

    mengkomunikasikan misi dan strategi dan menggunakan pengukuran

    untuk memberikan informasi kepada pekerja tentang faktor yang

    mendorong keberhasilan saat ini dan yang akan datang (Kaplan dan

    Norton, 2000:11).

    Gambar 2.4Balance Scorecard Sebagai Suatu Kerangka Kerja Tindakan Strategis

    Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi: Memperjelas visi Menghasilkan konsensus

    Mengkomunikasikan dan menghubungkan: Mengkomunika

    -sikan dan mendidik

    Menetapkan tujuan

    Mengaitkan imbalan dengan ukuran kinerja tonggak

    Merencanakan dan menetapkan sasaran: Menetapkan

    sasaran Memadukan

    inisiatif strategis Mengalokasikan

    sumber daya Menetapkan

    tonggak-tonggak penting

    Umpan balik dan pembelajaran strategis: Mengartikulasikan visi

    bersama Memberikan umpan

    balik strategis Memfasilitasi tinjauan

    ulang dan pembelajaran strategi

    Balance Scorecard

    Sumber : (Kaplan dan Norton, 2000. Using Balance Scorecard as a strategic Management system.)

  • 22

    3. Pengertian Balance Scorecard

    Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000), definisi

    balance Scorecard adalah:

    Balance scorecard adalah suatu kerangka kerja baru yang mengintegrasikan separangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran kinerja masa depan. Kinerja perusahaan diukur dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

    Mulyadi dan Johny Setyawan (2001) dalam bukunya yang berjudul

    sistem perencanaan dan pengendalian manajemen, mendefinisikan balance

    scorecard sebagai berikut:

    Balance scorecard adalah sekumpulan ukuran kinerja yang mencakup empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balance scorecard berarti bahwa dalam pengukuran kinerja harus terdapat keseimbangan antara keuangan dan non keuangan.

    Sementara, Anthony, Banker, Kaplan dan Young (1997) dalam

    Sony Yuwono (2006:8) mendefinisikan balance scorecard adalah:

    Pengukuran dan pengaturan sistem yang memperlihatkan kinerja unit bisnis berdasarkan empat perspektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, proses pembelajaran dan pertumbuhan.

    Pengertian-pengertian Balance scorecard diatas, maka dapat

    disimpulkan balance scorecard mengintegrasikan seperangkat ukuran

    yang memberikan pemahaman tentang kinerja bisnis secara komprehensif

    yang meliputi perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses

    bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

    Proses pengendalian manajemen, balance scorecard merupakan

    salah satu model sistem pengukuran kinerja yang memerlukan penetapan

  • 23

    lebih duhulu sasaran-sasaran unit bisnis dan kemudian mengukur dari

    perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

    internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

    Metodologi balance scorecard dibangun berdasarkan konsep

    manajemen yang pernah ada seperti sebelumnya seperti: Total Quality

    Management (TQM) Customer Defined Quality, Continous Improvement,

    Employee Empowerment dan paling penting Measurement Based

    Management and Feedback (Amin, Widjaya Tunggal, 2009:324).

    Pengukuran kinerja yang komprehensif dalam perspektif keuangan

    dan non keuangan dapat disusun dengan langkah-langkah penetapan

    strategi, penetapan ukuran strategi, implemantasi strategi, dan review

    ukuran dan hasil-hasil pengukurannya secara integrasi.

    Sebagai suatu sistem pengukuran kinerja yang komprehensif,

    balance scorecard dimaksudkan untuk menjawab empat pertanyaan pokok

    berikut ini:

    1. Bagaimana pemegang saham memandang perusahaan? (perspektif

    keuangan)

    2. Bagaimana pandangan pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif

    pelanggan)

    3. Apa yang menjadi unggulan perusahaan dan proses bisnis apa yang

    ditingkatkan atau diperbaiki? (perspektif proses bisnis internal)

  • 24

    4. Apakah perusahaan dapat meningkatkan dan menciptakan value bagi

    customers secara kesinambungan? (perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan)

    Model balance scorecard memperagakan hubungan sebab akibat

    antara sasaran keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran

    dan pertumbuhan secara berjenjang sebagai ukuran kinerjanya. Cara yang

    baik dalam melayani konsumen dapat meningkatkan pelayanan dan

    mengurangi tingkat kesalahan dalam pelayanan. Peningkatan kepercayaan

    pelanggan, dan pada akhirnya pencapaian sasaran tersebut akan

    mendorong peningkatan pendapatan, dan menghasilkan peningkatan laba.

    Dengan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif

    pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan maka balance scorecard dapat diterapkan pada berbagai

    perusahaan, baik milik swasta maupun perusahaan milik negara,

    perusahaan yang berorientasi memperoleh laba (nirlaba) karena empat

    perspektif tersebut sudah mencakup perspektif yang dibutuhkan untuk

    menilai kinerja organisasi.

    Balance scorecard hanya akan efektif dan memberikan manfaat

    pada perusahaan yang mempunyai visi jauh kedepan karena penerapan

    perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

    internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan harus ditunjang dengan

    investasi yang tidak murah dan tidak dapat dipenuhi dalam satu periode

    akuntansi.

  • 25

    4. Komponen-komponen Balance Scorecard

    Konsep balance scorecard membagi pengukuran kinerja dalam

    perspektif keuangan dan persektif non keuangan. Balance scorecard terdiri

    dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,

    perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan. Keempat perspektif tersebut saling menyeimbangkan antara

    satu dengan lainnya guna memaksimalkan pencapaian tujuan perusahaan.

    a. Perspektif Keuangan

    Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam balance

    scorecard karena ukuran finansial sangat penting dalam memberikan

    ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang diambil. Perspektif

    keuangan menetapkan tujuan kinerja keuangan jangka pendek dan

    jangka panjang.

    Menurut Kaplan dan Norton (2000:48), ukuran kinerja

    keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran strategic, inisiatif

    strategic dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam

    menghasilkan laba bagi perusahaan, kemudian mengidentifikasikan

    tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu pertumbuhan (growth),

    bertahan (sustain stage) dan menuai (harvest) yang akan dijabarkan

    berikut ini:

    1. Tahapan Pertumbuhan (Growth)

    Tahapan ini merupakan tahap awal dari siklus kehidupan

    perusahaan. Perusahaan-perusahaan pada tahap ini menghasilkan

  • 26

    produk atau jasa yang memiliki potensi pertumbuhan. Untuk

    memanfaatkan potensi ini perusahaan harus melibatkan sumber

    daya yang cukup banyak untuk mengembangkan dan

    meningkatkan berbagai produk atau jasa, membangun dan

    memperluas fasilitas produksi, dan sebagainya. Tujuan finansial

    pada tahap pertumbuhan adalah persentase tingkat pertumbuhan

    pandapatan dan petumbuhan penjualan.

    2. Tahapan Bertahan (Sustain stage)

    Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan masih

    melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan

    tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan

    berupaya sekuat tenaga untuk mempertahankan pangsa pasar yang

    dimilikinya. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada

    besarnya tingkat pengembalian investasi yang dilakukan.

    3. Tahapan Panen (harvest)

    Sebagian bisnis akan mencapai tahap kedewasaan dalam

    siklus hidupnya, tahap dimana perusahaan ingin menuai investasi

    yang dibuat pada tahap sebelumnya. Perhatian dipusatkan pada

    upaya meningkatkan efisiensi untuk memaksimumkan arus kas

    masuk dari kegiatan operasi perusahaan dan tingkat penurunan

    kebutuhan modal kerja.

  • 27

    Selain itu, dalam perspektif ini scorecard memungkinkan para

    eksekutif senior untuk menetapkan bukan hanya ukuran mengevaluasi

    keberhasilan jangka panjang tetapi juga variabel yang dianggap paling

    penting untuk menciptakan dan mendorong tercapainya tujuan jangka

    panjang. Setiap ukuran yang dipilih harus menjadi hubungan sebab

    akibat yang berakhir pada tujuan finansial. Pada umumnya ukuran-

    ukuran yang dipakai adalah rasio-rasio keuangan (Ahmad Rodoni dan

    Herni Ali HT, 2010:178) seperti dibawah ini:

    1. Rasio Likuiditas

    Likuiditas adalah jumlah dana tunai yang diperlukan perusahaan

    untuk membiayai pengeluarannya dan biasanya sangat tergantung

    pada sifat bisnis perusahaan tersebut. Rasio likuiditas disebut juga

    dengan current ratio dengan rumus:

    CACL = Aktiva Lancar . Kewajiban lancar

    2. Rasio Leverage

    Rasio financial leverage adalah alat dalam mempertimbangkan

    kemungkinan kelalaian perusahaan pada kontrak hutang. Semakin

    tinggi hutang perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan

    perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Rasio ini disebut

    juga rasio utang atau debt ratio (Keown et.al, 2001) dapat dihitung

    dengan cara berikut:

    TLTA = Total Kewajiban . x 100 % Total Aktiva

  • 28

    3. Rasio Profit Margin

    Ratio profit margin mengukur tingkat efektifitas manajemen

    perusahaan yang tercermin dari hasil yang dicapai perusahaan

    dalam penjualan investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio yang

    dipakai adalah operating profit margin yaitu rasio yang

    menunjukkan besarnya laba hasil operasi (sesudah semua biaya

    dan pengeluaran dikurangi kecuali bunga dan pajak) yang

    dihasilkan dari setiap rupiah penjualan bersih. Operating profit

    margin dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Operating Profit Margin = Operating Income . Net Sales

    4. Rasio Profitabilitas

    Profitabilitas perusahaan harus dilihat sebagai faktor pendorong

    dalam memantau aspek likuiditas dan solvabilitas. Dalam jangka

    panjang, perusahaan menghasilkan keuntungan yang cukup dari

    usahanya sehingga mampu membayar kewajibannya. Kerugian

    terus menerus akan segera memperburuk solvabilitas perusahaan

    dan apabila perusahaan akan memperluas usahanya, perusahaan

    memerlukan retained earning untuk memenuhi kebutuhannya.

    Dalam jangka pendek, kerugian segera akan menurunkan likuiditas

    perusahaan. Lebih lanjut, profitabilitas perusahaan akan

    mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

    pembiayaan dari luar.

  • 29

    a. Laba bersih terhadap penjualan (Net Income/Sales)

    Rasio ini biasanya disebut margin laba atas penjualan (profit

    margin on sales) Weston dan Copeland, 2003), rasio ini

    menunjukkan sebaik apakah pengelolaan biaya operasi, apakah

    perusahaan telah menghasilkan banyak penjualan untuk

    menutup biaya tetap dan masih menyisakan laba yang layak

    (Gill dan Chatton, 2003). Rasio ini dirumuskan sebagai

    berikut:

    NIS = Laba Bersih x 100 % Penjualan

    b. Laba bersih terhadap total aktiva (Net Income/Total Assets)

    Rasio ini mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya

    oleh perusahaan (Weston dan Copeland, 2003). Dengan

    rumusnya :

    NITA = Laba bersih x 100 % Total Aktiva

    5. Rasio Aktivitas

    Rasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif perusahaan

    menggunakan sumber daya (harta atau modal) yang dimilikinya.

    Penggunaan sumber daya perusahaan untuk menghasilkan

    penjualan. Sebaliknya jika rendah maka menandakan

    ketidakefektifan perusahaan menggunakan sumber daya, sehingga

    dapat dikatakan kinerja perusahaan rendah. Rasio efektivitas yang

    dipakai adalah Total Asset Turn-Over Ratio yaitu rasio yang

  • 30

    mengukur efisiensi penggunaan aktiva untuk menghasilkan

    penjualan. Yang rumusnya :

    Total Assets Turn-Over Ratio = Sales . Total Asset

    b. Perspektif Pelanggan

    Konsumen merupakan pihak luar yang setiap saat

    menggunakan produk atau jasa sebuah perusahaan. Untuk memelihara

    konsumen sebagai pelanggan maka berbagai langkah strategis dapat

    dilakukan.

    Keberadaan perusahaan adalah untuk memenuhi kebutuhan

    konsumen (customers). Konsumen menjadi sangat penting karena

    tidak ada perusahaan yang bisa bertahan hidup jika ditinggalkan oleh

    konsumennya.

    Dalam perspektif pelanggan, balance scorecard melihat bahwa

    aspek pelanggan memainkan peranan penting dalam kehidupan

    perusahaan. Dalam perspektif ini, kinerja diukur dari apa yang

    menjadi keinginan dan kebutuhan para pelanggan menjadi hal yang

    penting dalam perspektif ini (Kaplan dan Norton, 2000:58).

    Customer akan merasa puas jika mereka mendapatkan produk

    atau jasa yang memenuhi kebutuhan mereka pada waktu yang tepat

    dan pada harga yang dipandang memadai bagi customer.

    Perusahaan diharapkan mampu membuat segmentasi pasar dan

    ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan

    sasaran sesuai dengan kemampuan sumber daya dan rencana jangka

  • 31

    panjang perusahaan. Dalam perspektif pelanggan terdapat dua

    kelompok perusahaan yaitu kelompok perusahaan inti pelanggan

    (Customer Core Measurement Group) dan kelompok pengukur nilai

    konsumen (Customer Value Measurement Group) (Kaplan dan

    Norton, 2000:58). Kelompok perusahaan itu akan dijelaskan berikut

    ini:

    1. Customer Core Measurement Group

    Customer Core Measurement Group memiliki beberapa

    komponen pengukuran, yaitu market share (pangsa pasar),

    customer retention (retensi pelanggan), customer acquisition

    (akuisisi pelanggan), customer satisfaction (kepuasan pelanggan),

    dan customer profitability (profitabilitas pelanggan). Dan terdapat

    keterkaitan kelima ukuran tersebut digambarkan pada gambar 2.5

    sebagai berikut:

    Gambar 2.5Ukuran Utama Perspektif Pelanggan

    pangsa pasar

    kepuasan pelanggan

    profitabilitas pelanggan

    Akuisisi pelanggan

    Retensi pelanggan

  • 32

    a) Market Share (pangsa pasar)

    Menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit

    bisnis dipasar tertentu (dalam bentuk pelanggan, uang yang

    dibelanjakan atau satuan volume yang terjual).

    b) Customer Retention (retensi pelanggan)

    Cara yang umumnya disukai untuk mempertahankan dan

    meningkatkan pangsa pasar dalam segmen pelanggan diawali

    dengan mempertahankan pelanggan yang ada disegmen

    tersebut dan selain itu perusahaan menginginkan dapat

    mengukur loyalitas pelanggan melalui persentase pertumbuhan

    bisnis dengan pelanggan yang ada saat ini.

    c) Customer Acquisition (akuisisi pelanggan)

    Mengukur dalam bentuk relatif atau absolut keberhasilan unit

    bisnis menarik atau memenangkan pelanggan dengan cara

    banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.

    d) Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan)

    Mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan produk

    atau jasa.

    e) Customer Profitability (profitabilitas pelanggan)

    Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan

    atau segmen tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran

    yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

    tersebut.

  • 33

    2. Customer Value Measurement Group

    Customer Value Measurement Group menggambarkan

    atribut yang disajikan perusahaan dalam produk atau jasa yang

    dijual untuk mencapai tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen.

    Atribut yang disajikan perusahaan dibedakan menjadi tiga kategori,

    yaitu:

    a) Product or Services Attributes

    Product or services attributes meliputi fungsi dari produk atau

    jasa, harga, dan kualitas. Dalam hal ini, preferensi konsumen

    berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi dari

    produk dan harga yang murah.

    b) Customer relationship

    Dimensi ini mencakup penyampaian produk atau jasa kepada

    pelanggan yang meliputi dimensi waktu tanggap dan

    penyerahan serta bagaimana perasaan pelanggan setelah

    membeli produk atau jasa dari perusahaan yang bersangkutan.

    c) Image and Reputation

    Image and reputation menggambarkan faktor-faktor tidak

    berwujud (intangible) yang menarik seorang konsumen untuk

    berhubungan dengan perusahaan.

    c. Perspektif Proses Bisnis Internal

    Perspektif proses bisnis internal mencakup identifikasi proses

    yang diperlukan untuk mencapai tujuan pelanggan dan keuangan.

  • 34

    Dalam perspektif ini kinerja perusahaan diukur dari bagaimana

    perusahaan dapat memproduksi produk atau jasa secara efektif dan

    efisien.

    Aktivitas penciptaan nilai perusahaan terangkai dalam suatu

    rantai nilai yang dimulai dari proses perolehan bahan baku sampai

    penyampaian produk atau jasa ke konsumen. Robert S. Kaplan dan

    David P. Norton (2000:83) membagi proses bisnis internal menjadi

    tiga, yaitu : inovasi, operasi, dan layanan purna jual.

    1. Proses Inovasi

    Dalam proses inovasi, perusahaan mengidentifikasi keinginan dan

    kebutuhan para pelanggan di masa kini dan masa yang akan

    datang dan menciptakan produk atau jasa untuk memuaskan

    kebutuhan pelanggan (Kaplan dan Norton, 1996 dalam

    Darmawan Wibisono, 2006:110). Tolok ukur yang bisa dipakai

    pada tahapan ini diantaranya persentase penjualan produk baru,

    banyaknya produk baru yang dikembangkan, dan waktu

    mengembangkan produk.

    2. Proses Operasi

    Proses operasi adalah proses menghasilkan dan menyampaikan

    produk atau jasa kepada pelanggan. Tahap operasi merupakan

    tahapan aksi dimana perusahaan secara nyata berupaya untuk

    memberikan solusi kepada pelanggan dalam memenuhi keinginan

    dan kebutuhannya. Tujuannya yaitu peningkatan kualitas proses,

  • 35

    peningkatan efisiensi proses, dan penurunan waktu proses.

    3. Proses Pelayanan Purna Jual

    Proses pelayanan purna jual adalah jasa pelayanan pada

    pelanggan setelah penjualan produk atau jasa. Kegiatan layanan

    purna jual meliputi penanganan garansi, layanan pemeliharaan

    produk, layanan perbaikan produk rusak (reparasi).

    d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

    Perspektif ini mengidentifikasi penyediaan infrastruktur untuk

    mendukung pencapaian dari tiga perspektif lainnya. Tujuannya adalah

    terwujudnya keunggulan jangka panjang perusahaan dalam

    lingkungan bisnis global melalui pengembangan potensi sumber daya

    manusia. Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton, 2000:110),

    perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terdiri dari:

    1. Kemampuan Pegawai

    Kemampuan perusahaan sangat ditentukan oleh kompetensi dan

    komitmen sumber daya manusia. Oleh karena itu, manajemen

    perlu meningkatkan kemampuan pegawai. Tolok ukur yang

    dipakai dalam employee capabilities adalah kepuasan karyawan,

    loyalitas karyawan, dan produktivitas karyawan.

    2. Kemampuan Sistem Informasi

    Kemampuan sistem informasi dapat ditingkatkan lagi dengan

    memberikan informasi yang lebih akurat dan tepat waktu pada

    karyawan sehingga mereka dapat memperbaiki proses dan secara

  • 36

    efektif melaksanakan proses baru. Tolok ukur kinerja ini bisa

    berupa tersedianya informasi dibandingkan dengan harapan

    kebutuhannya, persentase karyawan yang bisa mengakses

    informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas.

    3. Motivasi, Pemberdayaan, dan Pensejajaran

    Pegawai seharusnya tidak hanya memiliki keahlian yang

    diperlukan, namun juga memiliki kebebasan, motivasi, dan

    inisiatif untuk menggunakan keahlian tersebut secara efektif.

    5. Perbedaan Balance Scorecard Dengan Sistem Pengukuran Tradisional

    Ukuran kinerja tradisional merupakan suatu pendekatan kontrol

    kinerja organisasi 50 tahun lebuh menekankan pada action oriented yang

    memacu pada labour sebagai sebagian penting dalam biaya produksi.

    Ukuran ini mempunyai keterbatasan salah satunya seperti perencanaan,

    pengembangan sumber daya bukan merupakan bagian proses tujuan dan

    sering kali manipulasi terhadap kinerja yang bernilai subyektif. Disamping

    itu ukuran kinerja lebih merupakan faktor manajemen dalam

    memberdayakan bawahannya untuk mencapai tujuan kinerja masing-

    masing (Tangkilisan, 2003:114).

    Manajemen tradisional hanya berfokus pada sasaran-sasaran yang

    bersifat keuangan, sedangkan balance scorecard mencakup perspektif

    yang lebih luas: keuangan, pelanggan, proses bisnis dan intern, serta

    pembelajaran dan pertumbuhan. Sasaran didalam tradisional tidak koheren

    satu dengan lainnya seperti balance scorecard. Disamping itu,

  • 37

    karakteristik keterukuran dan seimbang tidak dimiliki oleh sistem

    tradisional (Mulyadi, 2001:8).

    6. Keunggulan Balance Scorecard

    Seperti yang diuraikan diatas bahwa perbedaan dengan sistem

    tradisional adalah tidak adanya karakteristik strategik, komprehensif,

    koheren, seimbang, terukur, adaptif dan responsif terhadap perubahan

    lingkungan bisnis serta focus terhadap tujuan perusahaan seperti yang

    dimiliki balance scorecard. Maka dapat disimpulkan dari perbedaan

    tersebut merupakan kelebihan balance scorecard seperti berikut (Suwardi

    Luis, 2008:48):

    a. Strategik. Balance scorecard tidak hanya menuntut personel untuk

    merumuskan sasaran yang bersifat strategik dalam tahap perencanaan

    strategik tetapi juga untuk mencari inisiatif-inisiatif strategik dalam

    mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang telah ditetapkan.

    b. Komprehensif. Balance scorecard menekankan pengukuran kinerja

    tidak hanya pada aspek kuantitatif saja, tetapi juga pada aspek

    kualitatif. Aspek finansial dilengkapi dengan aspek customer, inovasi

    dan market development merupakan fokus pengukuran integral.

    Keempat perspektif menyediakan keseimbangan antara pengukuran

    eksternal seperti laba pada pengukuran internal seperti pengembangan

    produk baru. Keseimbangan ini menunjukkan trade off yang

    dilakukan oleh manajer terhadap ukuran-ukuran tersebut mendorong

    manajer untuk mencapai tujuan tanpa membuat trade off diantara

  • 38

    kunci-kunci sukses tersebut melalui empat perspektif balance

    scorecard mampu memandang berbagai faktor lingkungan secara

    menyeluruh. Selain itu, dari aspek kualitatif tersebut menghasilkan

    manfaat seperti dibawah ini :

    1) Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipatganda dan

    berjangka panjang

    2) Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis

    yang kompleks.

    c. Koheren. Didalam menghasilkan perencanaan strategik diantara

    berbagai sasaran diperlukannya suatu personel untuk membangun

    hubungan sebab akibat (causal relationship). Setiap sasaran strategik

    yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai

    hubungan kausal dengan sasaran keuangan baik secara langsung

    maupun secara tidak langsung. Koheren berarti adanya hubungan

    sebab akibat antara keluaran yang dihasilkan sistem perumusan

    strategik dengan keluaran dari sistem perencanaan strategik. Sasaran

    strategik yang dirumuskan dalam sistem perencanaan strategik

    merupakan penerjemahan visi, tujuan dan strategi yang dihasilkan

    perumusan strategik.

    d. Seimbang. Untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang

    diperlukannya keseimbangan dalam sasaran strategik yang dihasilkan

    dalam perencanaan strategik. Seimbang berarti adanya keseimbangan

    pemusatan antara intern dan ektern, pemusatan proses (process

  • 39

    centric) dan orang (people centric) yakni pemusatan yang seimbang

    diantara keempat perspektif.

    e. Terukur. Balance scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang

    tidak mudah diukur: pelanggan, proses bisnis internal serta

    pembelajaran dan pertumbuhan dengan menentukan ukurannya agar

    dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan. Hasil dari perencanaan

    strategik berupa keterukuran sasaran strategik memungkinkan

    ketercapaian berbagai sasaran strategik dari perencanaan sistem

    tersebut (Mulyadi, 2001:18-24).

    f. Adaptif dan Responsif terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis.

    Pengukuran pada aspek keuangan tradisional melaporkan kejadian

    masa lalu tanpa menunjukkan cara meningkatkan kinerja masa depan.

    Aspek customer, inovasi dan pengembangan, learning memberikan

    pedoman terhadap customer yang selalu berubah preferensinya.

    g. Fokus terhadap Tujuan Perusahaan. Adapun tujuan dan sasaran yang

    ingin dicapai pada setiap perspektif adalah Barbara Gunawan (2000)

    dalam Alicia (2009):

    1) Perspektif keuangan, terwujudnya tanggungjawab ekonomi melalui

    penerapan pengetahuan manajemen dalam pengolahan bisnis dan

    peningkatan produktivitas yang dikuasai personil.

    2) Perspektif pelanggan, terwujudnya tanggungjawab sosial sehingga

    perusahaan dikenal secara luas sebagai perusahaan yang akrab

    dengan lingkungan.

  • 40

    3) Perspektif proses bisnis internal, terwujudnya pelipatgandaan

    kinerja seluruh personil perusahaan melalui implementasi.

    4) Perpektif pembelajaran dan pertumbuhan, terwujudnya keunggulan

    jangka panjang perusahaan lingkungan bisnis global melalui

    pengembangan dan pemfokusan potensi sumber daya manusia.

    7. Faktor-faktor Pemacu Penggunaan Balance Scorecard

    Adanya kemajuan zaman dan teknologi menimbulkan banyak

    persaingan yang menuntut perusahana untuk bertahan dan meningkatkan

    kinerjanya. Faktor diatas merupakan contoh sederhana kebutuhan

    pengimplementasian balance scorecard, dibawah ini diuraikan oleh

    Mulyadi (2001:24-27) faktor-faktor pemacu lainnya sebagai berikut:

    a. Lingkungan bisnis yang dimasuki perusahaan sangat kompetitif dan

    turbulen. Lingkungan seperti ini menuntut perusahaan untuk:

    1) Membangun keunggulan kompetitif melalui distinctive capability.

    2) Membangun dan secara berkelanjutan memutakhirkan peta

    perjalanan untuk mewujudkan masa depan perusahaan.

    3) Menempuh langkah-langkah strategik dalam membangun masa

    depan perusahaan.

    4) Mengerahkan dan memusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh

    personel dalam membangun masa depan perusahaan.

    b. Sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan tidak tepat

    dengan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.

    Karakteristik keadaan diatas seperti dibawah ini :

  • 41

    1) Sistem manajemen yang digunakan hanya mengandalkan

    anggaran tahunan sebagai alat perencanaan masa depan

    perusahaan.

    2) Tidak terdapat kekoherenan antara rencanan jangka panjang

    dengan rencana jangka pendek dan implementasiannya.

    3) Sistem manajemen yang digunakan tidak mengikutsertakan secara

    optimum seluruh personel dalam membangun masa depan

    perusahaan.

    8. Hubungan Antara Ukuran-ukuran Balance Scorecard dan Strategi

    Perusahaan

    Evan Jaelani (2009) mengatakan bahwa balance scorecard

    merupakan konsep yang digunakan untuk mengukur suatu kinerja yang

    ada dalam suatu perusahaan baik itu jasa maupun produksi atau

    manufaktur dengan melihat empat perspektif dan kinerja yang ditunjukkan

    oleh perusahaan tersebut. Sedangkan Riri Satria (2009) berpendapat bahwa

    balance scorecard yang dibangun harus mencerminkan sinergi antar unit

    bisnis dan mengimplementasikan value system yang dianut pada tingkat

    korporat.

    Seperti yang telah diungkapkan bahwa pendekatan ini

    menyelaraskan balance scorecard dengan strategi perusahaan, sehingga

    Kaplan dan Norton (2000) memberikan tiga prinsip yang memungkinkan

    pendekatan ini untuk dikaitkan dengan strategi perusahaan sebagai berikut:

  • 42

    a. Hubungan sebab-akibat. Sebuah strategi adalah sekumpulan hipotesis

    tentang hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat dapat

    dinyatakan dengan suatu urutan pernyataan jika-maka (if-then). Sistem

    pengukuran harus mengidentifikasikan dan membuat eksplisit urutan

    hipotesis-hipotesis tentang hubungan sebab akibat antara ukuran hasil

    dengan faktor pendorong kinerjanya, misalnya keterkaitan antara

    meningkatnya aktivitas pelatihan penjualan kepada para tenaga

    penjual dengan peningkatan keuntungan melalui efektifitas penjualan

    sebagai akibat dari pelatihan tersebut.

    b. Hasil dan faktor pendorong kinerja. Faktor pendorong kinerja, lead

    indicator adalah faktor-faktor yang khusus yang terdapat pada unit

    bisnis tertentu. Faktor ini mencerminkan keunikan dari strategi unit

    bisnis misalnya faktor pendorong finansial dari profitabilitas, segmen

    pasar yang dipilih unit bisnis dan lain-lain. Balance scorecard yang

    baik seharusnya memiliki campuran yang tepat dari ukuran hasil

    (logging indicator) dan faktor pendorong kinerja (leading indicator)

    yang telah disesuaikan kepada strategi unit bisnis. Ukuran hasil tanpa

    faktor pendorong kinerja tidak akan mengkomunikasikan bagaimana

    hasil tersebut dicapai.

    c. Keterkaitan dengan masalah financial. Berdasarkan kesaksian para

    pemenang pengusaha sukses menyatakan bahwa dari berbagai

    masalah finansial yang dihadapi dibutuhkan keterkaitan operasional

    dengan keberhasilan ekonomis perusahaan yang berarti tujuan

  • 43

    peningkatan kinerja unit bisnis akan tercapai bila finansial ditetapkan

    sebagai tujuan akhir itu sendiri.

    9. Faktor-faktor Kendala Dalam Proses Penerapan Balance Scorecard

    Menurut Kaplan dan Norton (2000:167) bahwa para manajer

    perusahaan telah menemukan bahwa scorecard memungkinkan mereka

    menjembatani kesenjangan yang ada didalam perusahaan akan tetapi

    adanya ketidakterikatan yang mendasar antara pengembangan dan

    perumusan strategi dengan pelaksanaannya disebabkan oleh hambatan-

    hambatan sistem manajemen tradisional yang digunakan perusahaan untuk

    menentukan dan mengkomunikasikan strategi dan arah yang akan

    ditempuh perusahaan, mengalokasikan sumber daya, menentukan tujuan

    dan arah bagi departemen, tim dan perorangan, serta memberikan umpan

    balik. Hambatan-hambatan itu adalah:

    a. Visi dan Strategi tidak Actionable. Hambatan ini terjadi karena pada

    saat pelaksanaan strategi perusahaan tidak mampu menerjemahkan

    visi dan strateginya ke dalam istilah yang dapat dipahami dan

    ditindaklanjuti atau tidak adanya konsensus yang tercipta dari kurang

    pemahaman arti visi dan misi mereka.

    b. Strategi Tidak Terkait Dengan Tujuan Departemen, Tim dan

    Perorangan. Hambatan kedua ini muncul ketika kebutuhan jangka

    panjang strategi unit bisnis tidak diterjemahkan ke dalam tujuan

    departemen, tim dan perorangan. Hambatan ini mungkin muncul

    akibat kegagalan para manajer sumber daya manusia untuk

  • 44

    memfasilitasi keselarasan tujuan perorangan dan tim dengan tujuan

    secara keseluruhan.

    c. Strategi Tidak Terkait Dengan Alokasi Sumber daya jangka panjang

    kegagalan untuk mengaitkan program aksi dan alokasi sumber daya

    dengan prioritas strategi jangka panjang perusahaan terjadi karena

    banyak perusahaan memiliki pusat yang terpisah antara perencanaan

    strategis jangka panjang dan anggaran belanja jangka pendek

    (tahunan) yang berakibat pendanaan dan alokasi modal sering kali

    tidak selaras prioritas-prioritas strategis.

    d. Umpan Balik yang Statis Bukan Strategis. Hambatan terakhir ini

    Karena kurangnya umpan balik tentang pelaksanaan dan keberhasilan

    strategi. Sebagian besar sistem manajemen hanya menyediakan umpan

    balik mengenai kinerja operasional jangka pendek dan umpan balik

    pada ukuran keuangan yang biasanya merupakan perbandingan hasil

    sesungguhnya dengan anggaran belanja bulanan atau kuartalan.

    Manfaat penting dari balance scorecard sebagai sistem manajemen

    strategis timbul pada saat perusahaan melakukan tinjauan strategis

    regular, bukan sekedar tinjauan operasional.

  • 45

    C. Kerangka Pemikiran

    Untuk memudahkan penelitian, maka akan digambarkan dalam kerangka

    pemikiran seperti gambar 2.6 dibawah ini :

    Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran

    Analisis Balance Scorecard dan Sistem Pengendalian Intern Dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan

    (Studi Kasus Pada PT. BA Bangunan)

    PENGUMPULAN DATA

    DATAPRIMER

    DATASEKUNDER

    ANALISISDATA

    KESIMPULAN DAN SARAN

    PERUMUSAN MASALAH

    Balance Scorecard

    Perpektif Keuangan

    PerspektifPelanggan

    PerpektifProses Bisnis Internal

    PerspektifPembelajaran dan

    pertumbuhan

    Laporan Keuangan Perusahaan

    Kepuasan Pelanggan dan Supplier (APJ,

    CP, HDP)

    Inovasi, Operasi dan Pelayanan Purna Jual

    Kepuasan Karyawan (KK,

    KSI, MPK)

  • 46

    D. Penelitian Terdahulu

    Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

    Peneliti Judul Perbedaan PersamaanAlat

    AnalisisHasil

    Wihda Farhana(2009)

    Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Balance Scorecard(studi kasus pada Bank Rakyat Indonesia, Tbk)

    Objek yang diteliti pada bank rakyat indonesia

    Meneliti dengan menggunakan metode balance scorecard

    Metode deskriptif

    Uji Validitas dan Reabilitas

    Kinerja pada bank rakyat indonesia, tbk dapat dinilai bahwa kinerja perusahaannya dinyatakan baik

    SlametMulyono (2009)

    Analisis pengukuran kinerja dengan pendekatan balance scorecard (studi kasus pada rumah sakit umum pusat fatmawati)

    Objek yang diteliti pada rumah sakit umum pusat fatmawati

    Meneliti dengan menggunakan metode balance scorecard

    Metode deskriptif kuantitatif

    Uji Validitas dan Reabilitas

    Kinerja pada RSUP Fatmawati cukup baik dan diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi.

    Ismadja Toengkagi(2006)

    Analisis pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan balance scorecard (Studi kasus pada PT. Bursa Berjangka Jakarta)

    Objek yang diteliti pada PT. Bursa Berjangka Jakarta

    Meneliti dengan menggunakan metode balance scorecard

    Metode deskriptif

    Uji Validitas dan Reabilitas

    Kinerja PT. BBJ secara keseluruhan selama 4 tahun yaitu tahun 2001 sampai dengan 2004 berada pada kualifikasi kinerja sangat baik.

    Tabel 2.1 berlanjut ke halaman selanjutnya

  • 47

    Lanjutan Tabel 2.1 dari halaman sebelumnya

    Peneliti Judul Perbedaan PersamaanAlat

    analisisHasil

    Arif Junaedi (2001)

    Analisis pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan balance scorecard (Studi kasus pada PT Gas Negara (Persero))

    Objek yang diteliti pada PT Gas Negara (Persero)

    Meneliti dengan menggunakan metode balance scorecard

    Metode deskriptif

    Uji Validitas dan Reabilitas

    Dengan BSC memberikan gambaran secara menyeluruh, sehingga mencerminkan kondisi kinerja perusahaan yang mendekati kenyataan.

    Riyanto (2000)

    Analisis pengukuran kinerja dan persepsi terhadapp pertumbuhan pembelajaran, bisnis internal, pelanggan dan keuangan dengan pendekatan balance scorecard

    Objek yang diteliti pada PAM JAYA periode 1996-1997

    Meneliti dengan menggunakan metode balance scorecard

    Metode deskriptif

    Uji Validitas dan Reabilitas

    Aspek bisnis internal pegawai terhadap kinerja PAM JAYA lebih banyak yang tidak puas. Aspek pelanggan menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh masih dibawah harapan pelanggan. aspek keuangan menunjukkan bahwa untuk tingkat keakuratan 07 adalah sehat

    Tabel 2.1 berlanjut ke halaman selanjutnya

  • 48

    Lanjutan Tabel 2.1 dari halaman sebelumnya

    Peneliti Judul Perbedaan PersamaanAlat

    analisisHasil

    Mimiyati dan Andriyani

    Analisis pengukuran kinerja dengan balance scorecard

    Objek yang diteliti pada PT. BPR Puji Raharja

    Meneliti dengan menggunakan metode balance scorecard

    Metode deskriptif

    Uji Validitas dan Reabilitas

    Kinerja PT. BPR Puji Raharja dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kinerja cukup baik

  • 49

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada PT. BA Bangunan. Penelitian difokuskan

    pada sistem pengukuran kinerja balance scorecard yang diterapkan oleh

    perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2008-

    2009. Dan perusahaan yang diteliti yaitu Bumi Agung II, Bintang Mas, dan

    Sentosa dari tujuh perusahaan PT. BA Bangunan.

    B. Metode Penentuan Sampel

    Proses pengambilan sampel merupakan proses yang sangat penting,

    proses pengambilan sampel harus dapat menghasilkan sampel yang tepat dan

    akurat. Sampel yang tidak tepat dan tidak akurat akan memberikan kesimpulan

    penelitian yang tidak diharapkan atau dapat menghasilkan kesimpulan yang

    salah bahkan menyesatkan.

    Metode penetuan sampel yang digunakan yaitu metode pemilihan

    sampel berdasarkan kemudahan (Convience sampling). Metode ini memilih

    sampel dari elemen yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen yang

    dipilih sebagai subyek sampel tidak terbatas sehingga peneliti memiliki

    kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan tidak mudah. Selain

    itu, Convience sampling berarti unit sample yang ditarik mudah dihubungi,

    tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.

  • 50

    C. Metode Pengumpulan Data

    Metologi penelitian adalah tata cara dan prosedur yang perlu dilakukan

    oleh seseorang peneliti untuk mengetahui sesuatu, dimana untuk mengetahui

    sesuatu tersebut diperlukan langkah-langkah dan strategis yang bersifat sistematis

    melalui tahapan-tahapan tertentu. Sedangkan metodologi ialah kaitan dengan

    kegiatan pengkajian dalam rangka untuk meneliti dan menganalisa peraturan dan

    ketentuan yang berkaitan dengan suatu