model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013

44
BAB 2 BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN AJARAN INOVATIF DALAM KURIKULUM 2013 Mengingat tuntunan kompetensi yang harus dicapai oleh anak didik, perlu adanya perubahan dalam strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang seharusnya di kembangkan diharapkan dapat melayani dan memfasilitasi peserta didik untuk mampu berbuat dan melakukan sesuatu. Adapun Soekamto (dalam Nurulwati,2000: 10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Arends (1997: 7) menyatakan, “The term teaching model refers to a particular approach to intruction that includes its goals, syntax, environment,and management system.” Artinya, istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya. Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru yang pada dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu. Pengembangan model pembelajaran sangat tergantung dari karakteristik mata pelajaran atau materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga tidak ada model pembelajaran

Upload: jaya

Post on 15-Sep-2015

502 views

Category:

Documents


152 download

DESCRIPTION

model pembelajaran

TRANSCRIPT

BAB 2BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN AJARAN INOVATIF DALAM KURIKULUM 2013Mengingat tuntunan kompetensi yang harus dicapai oleh anak didik, perlu adanya perubahan dalam strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang seharusnya di kembangkan diharapkan dapat melayani dan memfasilitasi peserta didik untuk mampu berbuat dan melakukan sesuatu.Adapun Soekamto (dalam Nurulwati,2000: 10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.Arends (1997: 7) menyatakan, The term teaching model refers to a particular approach to intruction that includes its goals, syntax, environment,and management system. Artinya, istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru yang pada dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu. Pengembangan model pembelajaran sangat tergantung dari karakteristik mata pelajaran atau materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga tidak ada model pembelajaran tertentu yang di yakini sebagai model pembelajaran yang paling baik. Semua tergantung situasi dan kondisinya.Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain: 1) rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang di capai); 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000: 9)Berikut berbagai model pembelajaran inovatif yang bisa di pakai dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan kurikulum 2013.1. ACTIVE DEBATE (DEBAT AKTIF)Model pembelajaran active debate merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa.Model pembelajaran debat merupakan kegiatan adu pendapat atau argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun secara kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Debat aktif bisa menjadi sebuah model pembelajaran berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau peserta didik bisa aktif mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan masing-masing. Hal ini merupakan strategi yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam kelas.Dalam model pembelajaran active debate, siswa juga dilatih mengutarakan pendapat atau pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat di pertanggung jawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa belajar bagaimana menghargai perbedaan.Langkah-langkaha. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra dengan duduk berhadapan antarkelompok.b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok diatas.c. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara. Kemudian, setelah selesai di tanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.d. Ide-ide dari setiap pendapat atau pembicaraan ditulis di papan pendapat sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.e. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkapkan.f. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan yang mengacu pada topik yang ingin di capai.g. Proses penilaian dalam model pembelajar ini adalah berdasarkan pengamatan guru pada aktivitas siswa.

Kelebihan Memacu siswa aktif dalam pembelajaran. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara baik. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat disertai alasannya. Mengajarkan siswa cara menghargai pendapat orang lain. Tidak membutuhkan banyak media. Kekurangan Tidak digunakan untuk semua mata pelajaran. Pembelajaran kurang menarik (cukup menonton) karena hanya adu pendapat dan tidak menggunakan media. Membutuhkan waktu yang cukup lama karena siswa harus memahami materi terlebih dahulu sebelum melakukan debat. Siswa menjadi takut dan tertekan karena harus bisa berkomunikasi secara langsung untuk mengungkapkan pendapatnya.2. ARTIKULASIartikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntuk siswa untuk bisa berperan untuk sebagai penerima pesan sekaligus sebagai Pembelajaran yang telah diberikan guru, wajib diteruskan oleh siswa lain di dalam pasangan kelompoknyamodel pembelajaran artikulasi sebagai suatu model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa untuk pandai berbicara atau menggunakan kata-kata dengan jelas, pengetahuan dan cara berpikir dalam menyampaikan kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Model pembelajaran ini menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam pembelajaran ini.Langkah-langkah1. Guru menyampaikan kompetensi yang dicapai.2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.4. Guru menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengarkan sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagaian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.7. Kesimpulan/penutup.Kelebihan Semua siswa terlibat (mendapat peran). Melatih kesiapan siswa. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain. Cocok untuk tugas sederhana. Interaksi lebih mudah Lebih mudah dan cepat membentuknya. Meningkatkan partisipasi anak.Kekurangan Hanya bisa diterapkan untuk mata pelajaran tertentu. Waktu yang dibutuhkan banyak. Materi yang didapat sedikit. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. Lebih sedikit ide yang muncul.3. AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITON (AIR)Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectual, dan Repetition. Belajar bermodel auditory, yaitu belajar mengutamakan berbicara dan mendengarkan. Belajar Auditory sangat diajarkan terutama oleh bangsa Yunani kuno karena filsafat mereka adalah jika mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti. 1 Sementara menurut Erman Suherman (2008) auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.Menurut Dave Meier (2003: 99) intellectualy menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulanagan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setiap unit yang diberikan, maupun ketika dianggap perlu pengulangan. Intellectualy juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.Menurut Erman Suherman (2008) repetition merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis. Pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih mendalam, disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis. Dengan pemberian tugas, diharapkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan pengetahuan yang didapat dalam menyelesaikan soal dan mengingat apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar siswa siap menghadapi ujian atau tes yang dilaksanakan sewaktu-waktu serta melatih daya ingat.Langkah-langkah1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota.2. Siswa mendengarkan dan memerhatikan penjelasan dari guru.3. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk di presentasikan didepan kelas (auditory).4. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi.5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (intellectual).6. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugasatau kuis untuk tiap individu (repetition).Kelebihan Siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengikspresikan idenya. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespons permasalahan dengan cara mereka sendiri. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Kekurangan Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. Upaya memperkecilnya guru harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.4. BAMBOO DANCING (TARI BAMBU)Model pembelajaran bamboo dancing bertujuan agar siswa saling berbagi informasi bersama-sama dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pengalaman, pikiran, dan informasi antar siswa.Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau mengadakan tanya jawab tentang apa yang siswa ketahui tentang materi tersebut. Kegiatan saling bertukar pikiran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang memiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok besar (atau disesuaikan dengan jumlah siswa). Jika dalam kelasada 40 orang, tiap kelompok besar terdiri 20 orang. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar, yaitu 10 orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri sejajar. Dengan demikian, di dalam setiap kelompok besar saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut pasangan awal. Kemudian, bagi tugas pada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu, berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mendiskusikan tugas yang diterima.Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini setiap siswa akan mendapatkan pasangan baru untuk berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap siswa kembali kepasangan awal.Model pembelajaran bamboo dancing bertujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa. Meskipun bernama bamboo dancing, tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang di ibaratkan sebagai bambu.Langlah-langkaha. Separuh jumlah siswa dikelas atau seperempatnya jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, siswa bisa berjajar didepan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.b. Separuh kelaslainnya sejajar dan menghadap jajaran yang pertama.c. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan keutuhan.Kelebihan Siswa dapat bertukar pengalaman dan pengetahuan dengan sesamanya dalam proses pembelajaran. Meningkatkan kecerdasan sosial dalam hal kerjasama di antara siswa. Meningkatkan toleransi antara sesama siswa.Kekurangan Kelompok belajarnya terlalu gemuk sehingga menyulitkan proses belajar mengajar. Siswa lebih banyak bermain daripada belajar. Memerlukan periode waktu yang cukup panjang.5. CIRCUIT LEARNINGModel pembelajaran circuit learning adalah memaksimalkan dan mengupayakan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang.Langkah-langkahLangkah-langkahnya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirannya-peta konseo-bahasa khusus, tanya jawab, dan refleksi seperti jabaran lebih rinci dibawah ini.a. Pendahuluan Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa dan absensi. Melakukan apersepsi. Memberitahukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran hari ini. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan.b. Kegiatan Inti Melakukan tanya jawab tentang materi pembelajaran. Bersama dengan siswa menempelkan gambar. Memberikan pertanyaan kepada siswa tentang gambar yang ditempel di papan tulis. Menempelkan peta konsep yang telah dibuat. Menjelaskan tentang peta konsep yang telah ditempel. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok. Menjelaskan kepadasetiap kelompok untuk mengisi lembar kerja siswa dan mengisi dari bagian peta konsep sesuai dengan bahasa mereka sendiri. Menjelaskan bahwa bagian peta konsep yang mereka kerjakan akan dipresentasikan. Mempersentasikan bagian peta konsep yang telah dikerjakan. Memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah atas hasil persentasi yang bagus serta memberikan semangat kepada yang belum mendapatkan pujian atau hadiah untuk berusaha lebih giat. Menjelaskan kembali hasil diskusi siswa terseut agar wawasan siswa menjadi lebih luas.c. Penutup Memancing siswa untuk membuat rangkuman. Melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa. Memberikan pekerjaan rumah bagi siswa. Memberitahukan materi selanjutnya yang akan dipelajari minggu depan. Doa, motivasi atau nasihat, dan salam.Kelebihan Kreativitas siswa dalam merangkai kata dengan bahasa sendiri lebih terasah. Konsentrasi yang terbangun membuat siswa fokus dalam belajar.Kekurangan Memrlukan waktu yang relatif lama. Tidak semua pokok bahasan bisa di sajikan dalam peta konsep.6. COMPLETE SENTENCEPembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.Kata kunci sesuai materi bahan ajar, dan tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci (Guruclub: 2008). Prosedur selanjutnya dalam pembelajaran ini adalah mempresentasikan hasil belajar secara bergantian didepan kelas.Langkah-langkaha. Menyampaikan tujuan : guru menyampaikan tujuan kompetensi yang ingin dicapai.b. Menyajikan informasi : guru menyajikan materi secukupnya.c. Pembentukan kelompok : guru membentuk kelompok yang anggotanya sekitar 4 orang secara heterogen.d. Penyajian informasi kedua : guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang di sajikan.e. Tiap kelompok di arahkan membuat beberapa kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang diberikan.f. Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang di pandu oleh guru.g. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran.Kelebihan Siswa lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran. Siswa yang lebih pandai dapat mengajari siswa kurang pandai.Kekurangan Model ini hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu. Bagi siswa yang pasif dapat mengambil jawaban dari temannya.

8. CONNECTING, OP.GANIZING, REFLECTING, EXTENDINGModel pembelajaran connecting, op.ganizing, reflecting, dan extending atau lebih sering disingkat CORE. Keempat aspek tersebut sebagai berikut.a. Connicting merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan informasi baru dan antar konsep.b. Organizing merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi.

c. Reflecting merupakan kegiatan memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat.d. Extending merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas, menggunakan dan menemukan.Langkah-langkaha. Mengawali pembelajaran dengan kegiatan yang menarik siswa. Cara yang dilakukan bisa menyanyikan lagu berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.b. Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru oleh guru kepada siswa (Connecting [C]).c. Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru (Organizing [O]).d. Pembagian kelompok secara heterogen (campuran antara yang pandai, sedang, dan kurang) yang terdiri dari 4-5 orang. Langkah-langkaha. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.b. Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa di suruh membaca buku atau modul dengan waktu secukupnya.c. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.d. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.e. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.f. Siswa berdiskusi secara berkelompok.g. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki.h. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hafal.i. Kesimpulan.Prinsip Ciri-ciri Complete Sentensea. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap sehingga makna atau arti kalimat tersebut belum dapat dimengerti.b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragraf dan belum sempurna serta belum di mengerti maknanya.c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan.d. Harus diidsi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/kata asing.e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan.

Kelebihan Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangkan satu kata dalam kalimat. Siswa tidak perlu menjawab jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak jawabannya. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi.Kekurangan Guru kurang kreatif dan inovatif dalam membuat soal. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata karena biasanya hanya kata hubung. Kurang cocok untu dipergunakan dalam setiap bidang studi.

7. CONCEPT SENTENSEModel pembelajaran concept sentense merupakan salah satu tipe model pembelajaran yang dikembangkan dari cooperative learning. Model concept sentense adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kartu-kartu yang berisi beberapa kata kunci kepada siswa. Kemudian, kata kunci tersebut disusun menjadi beberapa kalimat dan dikembangkan menjadi paragraf-paragraf. Model ini dilakukan dengan siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi yang disajikan.Model pembelajaran concept sentence merupakan model pembelajaran yang diawali dengan menyampaikan kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan e. Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa (Reflecting [R]).f. Pengembangan, memperluas, menggunakan dan menemukan, melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas (Extending [E]).Kelebihan Mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Mengembangkan dan melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep dalam materi pembelajaran. Mengembangkan daya berpikir kritis sekaligus mengembangkan keterampilan pemecahan suatu masalah Memberikan pengalaman belajar kepada siswa karena mereka banyak berperan aktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna.Kekurangan Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini. Jika siswa tidak kritis, proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan lancar. Memerlukan banyak waktu. Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model CORE.

9. CONTEXTUAL TEACHING AND LERNINGContextual teaching and learning merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.Contextual teaching and learning merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memengaruhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.Terdapat lima strategi pembelajaran ini, yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transfering diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.Jadi, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodalan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).Karakteristik Pembelajaran CTLa. Kerja sama.b. Saling menunjang.c. Menyenangkan, tidak membosankan.d. Belajar dengan bergairah.e. Pembelajaran terintegrasi.f. Menggunakan berbagai sumber.g. Siswa aktif.h. Sharing dengan teman.i. siswa kritis berbagai sumber.j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain.k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, melainkan hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.Langkah-Langkaha.Kegiatan Awal Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Apersepsi sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar b. Kegiatan IntiSiswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk memandu proses penyelesaian permasalahan. Siswa wakili kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru. Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi kerja sama. Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok yang lain menanggapi hasil kerja kelompok yang mendapat tugas. Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami baik, kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran. c. Kegiatan Akhir Guru dan siswa membuat kesimpulan cara menyelesaikan soal perkalian bilangan. Siswa mengerjakan lembar tugas Siswa menukarkan\ lembar tugas satu dengan yang lain, kemudian guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas sekaligusmemberi nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil (ini dapat dilakukan apabila waktu masih tersedia).Kelebihan Pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktivitas berpikir siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Kelas dalam kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh, melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan, Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. KekuranganPenerapan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran, selain juga membutuhkan waktu yang lama.

10. COOPERATIVE LEARNINGCooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesi jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran cooperative learning sesuai dengan fitrah manusia sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar kelompok secara kooperatfi akan melatih siswa untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Mereka juga akan belajar untuk menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi, model pembelajaran cooperative learning adealah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Langkah-LangkahTerdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pelajaran yanpg menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi yang sering kali dengan bahan bacaan daripada verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Pada tahap ini guru membimbing siswa saat mereka bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi persentasi hasil akhir kerja kelpmpok atau evaluasi tentang apa yang telah siswa pelajari dan member penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Enam tahap pembelajaran kooperatif itu dirangkum pada table dibawah ini.FASE-FASEAKTIVITAS GURU

Menyampaikan tujuan dan memotivasi guruGuru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Menyajikan informasiGuru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajarGuru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Memberikan perhagaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Secara lebih rinci, langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning dapat dilakukan dengan cara berikut inia. Pada awal pembelajaran, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap subyek yang akan dipelajari.b. Guru mengatur peserta didik kedalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta didik.c. Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok merekad. Tiap kelompok membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas diantara anggota kelompok. Anggota kelompok didorong untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran, tiap topic kecil harus memberikan kontribusi yang unik bagi usaha kelompok. e. Setelah para peserta didik membagi topic kelompok mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka akan bekerja secara individual. Mereka akan bertanggung jawab terhadap topic kecil masing-masing karena keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan topic kecil dapat dilakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi yang terkait.b. setelah peserta didik menyelesaikan kerja individual, mereka mempersentasikan topic kecil kepada temen satu kelompoknya.c.para peserta didik didorong untuk memadukan semua topic kecil dalam presentasi kelompok.d.tiap kelompok mempersentasikan hasil diskusinya pada topic kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap presentasi kelompok.e.Evaluasievaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat persentasi kelompok di evaluasi oleh kelas, kontribusi individual terhadap kelompok di evaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok di evaluasi oleh semua peserta didik. Kelebihan Meningkatkan harga diri tiap individu Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga konflik antar pribadi berkurang. Sikap apatis berkurang. Pemahan yang lebih mendalam dan retensi atau penyimpanan lebih lama. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistm individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik). Meningkatkan kehadiran peserta dan sikap yang lebih positif. Menambah motivasi dan percaya diri. Menambah rasa senang berada ditempat belajar serta menyenangi temen-temen sekelasnya. Mudah diterapakan dan tidak mahal.Kekurangan Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Banyak peserta tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Banyak peserta takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. 11. COOPERATIVE SCRIPTSCooperative scripts merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin, 1994: 175). Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah.Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran koopertif. Model pembelajaran cooperative script dalm perkembangannya mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antar yang satu dengan yang lainnya. Pengertian model pembelajaran cooperative script menurut Dansereau dalam Slavin (1994) adalah skenario pembelajran kooperatif. Artinya, setiap siswa mempunyai peran dalam saat diskusi berlangsung.Menurut Schank dan Abelson dalam Hadi (2007: 18), model pembelajarn cooperative script adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan social siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Sementara menurut Brousseau (2002) dalam Hadi (2007: 18) menyatakan bahwa model pembelajaran cooperative script adalah secara tidak langsung terdapat kontrak belajar antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi.Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas antara satu dengan yang lainnya memiliki maksud yang sama, yaitu terjadi suatu kesepakatan antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahakan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjasdi dalam kehidupan sosial siswa.Pada pembelajaran cooperative script terjadi kesepakatan antra siswa tentang aturan-aturan berkolaborasi, yaitu siswa satu dengan yang lainnya bersepakat untuk menjalankan peran masing-masing. Siswa yang berperan menjadi pembicara membacakan hasil pemecahan yang diperoleh beserta prosedurnya dan siswa yang menjadi pendengar, menyimak dan mendengar penjelasan dari pembicara serta mengingatkan pembicara jika ada kesalahan. Masalah dipecahkan bersama untuk kemudian disimpulkan bersama. Sementara kesepakatan antara guru dan siswa, yaitu peran guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru mengontrol selama pembelajaran berlangsung dan guru mengarahkan siswa jika merasa kesulitan. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, dan membuat kesimpulan bersama,. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar memberdayakan potensi siwa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya. Jadi, sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini.

Langkah-langkaha. Guru membagi siswa untuk berpasangan.b. Guru membagikan wacana/materi kepada masing-masing siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.c. Guru dan siswa menetapka siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.d. Sesuai kesepakatan, siswa yang menjadi pembicara membacakan ringkasan atau prosedur pemecahan masalah selengkap mungkin dalam memasukan ide-ide pokok dalam ringkasan dan pemecahan masalahnya. Sementara pendengar (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang berkurang lengkap;(b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya serta lakukan seperti diatas.f. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.Kelebihan Melatih pendengaran, ketelitian, dan kecermatan. Setiap siswa mendapat peran. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain.Kekurangan Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu. Hanya dilakukan oleh dua orang.12. COOPERATIVE INTEGRATED, READING AND COMPOSITIONTerjemahan bebas dari Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kelompok. Model CIRRC merupakan model pembelajaran khusus mata pelajaran bahasa dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema sebuah wacana.Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin, dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Cara untuk menentukan anggota kelompoknya sebagai berikut.a. Menentuka peringkat siswaDengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau nilai rapor. Kemudian, diurutkan dengan cara menyususn peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai rendah.b. Menentukan jumlah kelompokJumlah kelompok ditentukan dengan memerhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.c. Penyususnan anggota kelompokPengelompokan ditentukan atasdasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragama sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.Langkah-langkaha. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.b. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.c. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan di tulis pada lembar kertas.d. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.e. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.f. Penutup.Langkah model pembelajaran CIRC dibagi menjadi beberapa fase. Fase tersebut bisa diperhatikan dengan jelas sebagai berikut : Fase pertama, yaitu orientasi. Pada fase ini guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan di berikan. Selain itu, juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa. Fase kedua, yaitu organisasi. Guru membagi siswa kedalam beerapa kelompok, dengan memerhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu, menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung. Fase ketiga, yaitu pengenalan konsep. Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster, atau media lainnya. Fase keempat, yaitu fase publikasi. Siswa mengomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memeragakan tentang materi yang dibahas, baik dalam keompok maupun didepan kelas. Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi. Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, siswa pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.Kelebihan CIRC sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. Membantu siswa yang lemah. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.Kekurangan Model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa sehingga tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran, seperti matematika, fisika, kimia, dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.13. COURSE REVIEW HORAYPembelajaran Course Review Horay merupakan salah satu pembelajaran kooperatif, yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran ini merupakan suatu pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomer untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yelyel lainnya. Melalui pembelajaran course review horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok kecil.Langkah-langkaha. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.b. Guru mendemontrasikan/menyajikan materi.c. Memberikan kesempatan siswa untuk tanya jawab.d. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing.e. Guru membaca soal secara acak siswa menulis jawaban didalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan. Kalau bener () dan salah diidi tanda (x).f. Siswa yang mudah mendapat tanda () vertical atau horizontal atau diagonal harus berteriak horay atau yel-yel lainnya.g. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.h. Penutup.Kelebihan Menarik sehingga mendorong siswa terlibat didalamnya. Tidak menonton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan. Siswa lebih semangat belajar Melatih kerjasama.Kekurangan Adanya Peluang untuk curang. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.14. CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)Menurut Bakharudin, Creative problem solving (CPS) merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan maslah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.Model CPS adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemutusan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan menggembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa berfikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.Ada banyak kegiatan yang melibatkan kreativitas dalam pemecahan masalah, seperti riset dokumen, pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kegiatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, dan penulisan yang kreatif. Dengan CPS, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Sasaran CPS sebagai berikut a. Siswa kan mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam CPS.b. Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah.c. Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada. d. Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal.e. Siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan stategi pemecahan masalah.f. Siswa mampu mengartikulasikan bagaimana CPS dapat digunakan dalam berbagai bidang/situasi.Langkah-langkaha. Klarifikasi Masalah Klarifikasi Masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperi apa yang diharapkan.b. Pengungkapan PendapatPada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.c. Evaluasi dan pemilihanPada tahap ini evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.d. ImplementasiPada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah. Kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.Kelebihan Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. Berfikir dan bertindak kreatif. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relavan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.Kekurangan Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode pembelajran ini. Misalnya keterbatasan alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibangdingkan dengan metode pembelajaran yang lain.15. CYCLE LEARNING (PEMBELAJARAN BERSIKLUS)Model pembelajaran cycle learning (pembelajaran bersiklus), yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Cycle Learning patut dikedapankan karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner dkk., 1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupkan pengembangan aspek kognitif yang meliputi struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas indivdu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sementara fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencangkup adaptasi dan organisasi (Arifin, 1995).Ciri khas model pembelajaran cycle larning adalah setiap siswa secar individu belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru. Kemudian, hasil belajar individual dibawa kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota kelompok dan semua anggota kelompok bertanggung jawab secar bersama-sama atas keseluruhan jawaban.

Langkah-langkahMenurut Piaget (1989) model pembelajaran cycle learning pada dasarnya memiliki lima fase yang disebut (5 E).a. Engagement (Undangan)Bertujuan mempersiapkan pembelajaran agar terkondisikan dalam menempuh fase-fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement,minat dan keingintahuan (curiscity) pembelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pembelajar diajak menmbuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.b. Exploration (Ekplorasi)Siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan, dan mencatat pengamatan serta ide-ide, melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.c. Exsplanation (Penjelasan)Guru mendorong siswa untuk menjelasakan konsep dengan kalimat mereka sendiri, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pembelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.d. Elaboration (Pengembangan)Siswa mengembangkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem Solving. e. Evaluation (Evaluasi)Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik dengan jalan memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima meteri pelajaran.

Daur Balajar Cycle Learning

Fase 4Mengembangkan Baru dalam Konteks berbedaFase 3Siswa Menjelaskan Konsep Fase 2Mengecek Pengetahuan SiswaFase 5MengevaluasiPemahaman Siswa

Gamabar 1.Langkah-langkah daur belajar (Sumber: Johnston, 2001)Berdasarkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran bersiklus seprti dipaparkan diatas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru, tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Berdasarkan uraian diatas, LC dapat diimplementasikan dalam pembelajaran bidang-bidang sains maupun sosial. Implementasi cycle learning dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis, yaitu :a. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan pekerja dan berfikir. Pengetahuan dikontruksi dari pengalaman siswab. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah (Hudojo, 2001). Dengan demikian, proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru kesiswa seperti dalam filsafat Bhviorisme, melainkan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung.Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri pembelajar menjadi pengetahuan fungsional yang setiap saat dapat diorganisasi oleh pembelajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Hasil-hasil penelitian diperguruan tinggi dan sekolah menengah tentang Impletansi cycle learning dalam pembelajaran sains menunjukkan keberhasilan model ini dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.Kelebihan Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar diliatkan secara aktif dalam proses pembelajaran Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain Siswa mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil dan berguna, kreatif, bertanggung jawab, mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi.Kekurangan Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran Menurut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.16. DEMONSTRATIONModel pembelajaran dmontrasi adalah model mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajar yang relavan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000).Langkah-langkaha. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai.b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.d. Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai scenario yang telah disiapkan. e. Seluruh siswa memerhatikan demontrasi dan menganalisisnya.f. Tiap siswa mengemukakan hasil analisis dan mendemontrasikan pengalaman.g. Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan.h. Penutup. Kelebihan Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda. Memudahkan berbagai jenis penjelasan. Kesalahan-kesalahan yang terjadi hasil dari ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.Kekurangan Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang diperuntukkan kepadanya. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan Sukar dimengerti bila didemontrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang akan didemontrasikan (Djamarah, 2000).17. DIRECT INTRUCTION (PEMBELAJARAN LANGSUNG)Arends (1997: 66) mengemukakan bahwa the direct instruction model was specifally designed to promote student learning of proceduralknowledge and dcglarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step- fashion. Artinya, model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah, istilah lain model pengajaran langsung dalam arends (2001: 264) antara lain Itraining model, active teaching model, mastery teaching, explicit instruction.KarakteristikCirri-ciri model pembelajaran langsung menurut Kardi daN Nur (2000: 3) sebagai berikut.a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.b. Sintaks atau pola keseluruhan atau alur kegiatan pembelajaran.c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan. Dalam hal ini model pembelajaran yang memerhatikan variable-variabel lingkungan, yaitu focus akademik, arahan dan control guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak netral dari pembelajaran.Langkah-langkahPada model pembelajaran direct instruction terdapat lima fase yang sangat penting. Suintaks model tersebut disajikan dalam lima tahap, antara lain:fase 1: fase Orientasi/Menyampaikan Tujuan Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi pelajaran. Kegiatan pada fase ini meliputi: Pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Member penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; Menginformasikan kerangka pembelajaran. Memotivasi siswa. fase 2: Fase Presentasi/Demonstasi Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran, baik berupa konsep atau keterampilan. Kegiatan ini meliputi: Penyajian materi dalam langkah-langkah. Pemberian contoh konsep. Pemodelan/peragaan keterampilan. Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit atau kurang dimengerti oleh siswa.