misi nommensen dengan hkbp kini (suatu perbandingan...

51
BAB III PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI NOMMENSEN DAN HKBP Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan baru bagi bangsa Batak. Bangsa Batak yang dahulu masih didalam “kegelapan”, kini telah sedikit berubah dan siap menuju era modernisasi. Meskipun penjajahan sangatlah dikecam, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya penjajahan akan memberikan dampak baik secara moril maupun materil. Penjajahan di tanah Batak sangatlah membantu para misionar, untuk bisa mengabarkan injil keselamatan bagi bangsa batak yang masih hidup didalam kegelapan. Para misionaris yang datang ke tanah Batak, berhasil membawa keluar bangsa Batak menuju era modern. Perubahan pun banyak terjadi mulai dari kekerabatan, hukum serta agama juga mengalami perubahan. Bangsa Batak yang dahulu hidup dalam masa kehidupan berhala, yang masih percaya kepada dukun dan dewa-dewa, kini berubah mereka telah mau masuk Kristen dan memilih Yesus sebagai Juruselamatnya. Didalam kehidupan sehari-hari juga bangsa batak banyak mengalami perubahan, yang dahulu masih tertutup akan keberadaan orang baru kini menjadi terbuka. Keadaan masyarakat Batak sebelum datangnya para penginjil dari dunia barat, tidak mudah untuk dilukiskan, karena dokumen-dokumen yang mencatat sejarah sosial suku bangsa Batak pra-penginjilan sangat minim. Satu-satunya peristiwa yang membentuk ingatan kolektif masyarakat Batak dan dianggap menjadi titik balik adalah saat pendudukan tanah Batak oleh kaum Pidari atau Bonjol yang datang dari Minangkabau (bagian selatan Tanah Batak). Pada zaman pendudukan yang terjadi tahun 1820-an ini, terjadi tindakan-tindakan pembakaran desa

Upload: phamlien

Post on 04-Feb-2018

258 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

BAB III

PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI

NOMMENSEN DAN HKBP

Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan baru bagi

bangsa Batak. Bangsa Batak yang dahulu masih didalam “kegelapan”, kini telah sedikit berubah

dan siap menuju era modernisasi. Meskipun penjajahan sangatlah dikecam, namun tidak dapat

dipungkiri bahwa dengan adanya penjajahan akan memberikan dampak baik secara moril

maupun materil. Penjajahan di tanah Batak sangatlah membantu para misionar, untuk bisa

mengabarkan injil keselamatan bagi bangsa batak yang masih hidup didalam kegelapan.

Para misionaris yang datang ke tanah Batak, berhasil membawa keluar bangsa Batak menuju

era modern. Perubahan pun banyak terjadi mulai dari kekerabatan, hukum serta agama juga

mengalami perubahan. Bangsa Batak yang dahulu hidup dalam masa kehidupan berhala, yang

masih percaya kepada dukun dan dewa-dewa, kini berubah mereka telah mau masuk Kristen dan

memilih Yesus sebagai Juruselamatnya. Didalam kehidupan sehari-hari juga bangsa batak

banyak mengalami perubahan, yang dahulu masih tertutup akan keberadaan orang baru kini

menjadi terbuka.

Keadaan masyarakat Batak sebelum datangnya para penginjil dari dunia barat, tidak mudah

untuk dilukiskan, karena dokumen-dokumen yang mencatat sejarah sosial suku bangsa Batak

pra-penginjilan sangat minim. Satu-satunya peristiwa yang membentuk ingatan kolektif

masyarakat Batak dan dianggap menjadi titik balik adalah saat pendudukan tanah Batak oleh

kaum Pidari atau Bonjol yang datang dari Minangkabau (bagian selatan Tanah Batak). Pada

zaman pendudukan yang terjadi tahun 1820-an ini, terjadi tindakan-tindakan pembakaran desa

Page 2: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

dan pembantaian masyarakatnya. Tindak kekerasan yang dialami penduduk tanah Batak telah

menimbulkan luka mendalam bagi masyarakat Batak sehingga sulit dilupakan dari generasi ke

generasi.

Perjalanan sejarah Tanah Batak sampai masuknya tiga kekuatan asing secara bersamaan,

yaitu agama Islam, kolonialisme Belanda, dan agama Kristen disimpulkan sebagai zaman Pidari

atau zaman Bonjol. Zaman ini diwarnai dengan situasi yang penuh dengan konflik sosial dan

perang antar desa. Selain itu, praktek judi dan praktek rentenir oleh para raja desa, juga

menambah keterpurukan masyarakat. Ditambah lagi, seringnya masyarakat ditimpa wabah

penyakit seperti begu antuk (penyakit kolera atau penyakit sampar), pengalaman-pengalaman

pahit ditimpa gempa dan minimnya pangan pada musim menanam padi. Zaman pra-penginjilan

ini, sering disebut dengan zaman yang penuh kegelapan, kekacauan, dan zaman penyembahan

berhala (hasipelebeguon).

Para penginjil dari dunia barat tergerak hatinya untuk membuka lapangan penginjilan di

Tanah Batak sekalipun informasi tentang keadaan daerah tersebut masih sangat kurang. Dengan

semangat menginjili, mereka mencoba memasuki daerah Tanah Batak. Satu-satunya pintu masuk

bagi mereka yang datang dari dunia barat (Eropa dan Amerika) adalah melalui pelabuhan di

pantai Sumatera bagian Barat seperti Padang, Natal dan Sibolga. Ada empat penginjil yang

sering disebut sebagai perintis pekabaran Injil di Tanah Batak, yaitu Richard Burton dan

Nathaniel Ward dari Inggris serta Samuel Munson dan Henry Lyman dari Amerika.1

3.1. Penginjilan di Tanah Batak

1. Burton dan Ward (1824)

1

1

J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 25

Page 3: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Tahun1824 Burton dan Ward tiba di Sibolga. Lalu mereka jalan kaki selama dua hari ke

lembah Silindung. Kehadiran mereka nampaknya cukup mendapat sambutan hangat dari

penduduk Silindung. Dalam suatu pertemuan besar bersama penduduk Silindung, kedua

penginjil tersebut sempat menceritakan tentang kesepuluh Dasa Titah. Penduduk Silindung

memahami Dasa Titah itu tidak jauh berbeda dengan apa yang dituntut oleh falsafah hidup Batak

dalam patik dan uhum Batak. Khotbah dari kedua penginjil tersebut menimbulkan rasa ingin tahu

bagi sebagian orang Batak terutama tentang nama Yesus Kristus yang baru didengar. Kunjungan

mereka malah mendapat sambutan dari Raja Sisingamangaraja di Bakkara, yang mengundang

mereka datang ke Bakara. Tetapi kedua penginjil tidak lagi melanjutkan kunjungannya ke

Silindung, mungkin karena mereka tidak didukung oleh sarana dan tenaga yang cukup memadai.2

2. Munson dan Lyman (1834)

Pada tahun 1834, dua keluarga penginjil Amerika, Munson dan Lyman, naik kapal laut

dari Boston –Amerika 10 juni 1833. Tiba di Jakarta (Batavia), 30 September 1833 dijemput oleh

Pdt. Medhurst, seorang penginjil utusan sending Inggris (London Missionary Society-LMS).

Selama di Jakarta mereka memperlengkapi diri dengan belajar bahasa Cina dan Melayu, dua

bahasa yang menjadi bahasa pengantar umum di Jakarta. Sementara menunggu surat izin kerja di

Sumatera dari pejabat Gubernur Jenderal J.C. Baud di Bogor, mereka membuka pelayanan di

bidang kesehatan dan pengobatan sambil membagi-bagikan brosur santapan rohani kepada orang

yang berobat.

Tanpa bersama keluarganya, Munson dan Lyman berangkat dari Jakarta menumpang

kapal laut menuju Padang 7 April 1834 dan tiba 29 April 1834. Mereka berada di Padang sampai

2

2

Ibid, 30

Page 4: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

11 Mei 1834 untuk memperoleh informasi tentang penduduk Sumatera. Mereka bertemu dengan

penduduk pribumi setempat, orang Melayu, Cina dan Nias. Kedua penginjil tersebut juga ingin

mengetahui tentang Padri di Minangkabau dan seberapa Jauh dampak serbuan tentara Padri di

Tanah Batak. Dari padang Munson dan Lyman berangkat 11 Mei 1834 naik sebuah tongkang

penduduk yang biasa mengunjungi Pariaman, Air bangis menuju pulau-pulau batu sampai di

Pulau Nias. Kedua penginjil, bersama para penumpang lain, telah mengalami betapa kencang

angin yang menerpa tongkang tersebut. Mereka merasakan tongkang ibarat sebuah bola kecil

dipermain-mainkan ombak yang bergulung-gulung. Akhirnya, mereka tiba 17 Juni 1834 di Pulo

Pamarenta, demikian sebutan popular dari Pulau Pocan Kete, pusat pemerintahan Inggris

kemudian Belanda, yang sudah dekat dengan Sibolga. Pada tanggal 28 Juni 1834, Munson dan

Lyman berangkat menuju Silindung. Ahli penunjuk jalan memperkirakan bahwa rombongan

akan tiba pada sore hari di desa Sitangka di Silindung, di rumah Raja Barampak Lumbantobing.

Menginap di sana dan direncanakan pada hari minggu pagi akan mengadakan kebaktian Minggu

bersama penduduk desa Sitangka. Menjelang sore mereka tiba di Lobu Sisangka daerah Lobu

Pining, sebuah tempat berupa hutan karena ditumbuhi pepohonan dan lalang serta semak-belukar

yang lebat, yang menghambat penglihatan ke depan. Beberapa saat kemudian, sebuah

rombongan besar yang lengkap dengan senjata tombak datang menyergap Munson dan Lyman.

Munson dan Lyman serta juru masak yang ingin menolong tuannya tewas di tempat karena

hujaman tombak menembus tubuh mereka. Perjalanan mereka terpaksa terhenti di Lobupining

untuk selama-lamanya dan mereka tidak kembali bersama keluarganya yang saat itu ditinggalkan

di jakarta.3

3

3

Ibid, hal 35

Page 5: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

3. Sending Ermelo dari negeri Belanda.

Secara umum Pekabaran Injil di dunia adalah mengikuti pembukaan segala benua melalui

gerakan imperialisme dan kolonialisme. Maka, tak heran apabila misionaris perintis ditanah

batak bertahan di Sipirok dan Angkola yang sudah masuk dalam penaklukan Belanda, belum

masuk ke tanah Batak sebelum daerah itu betul-betul masuk dalam kekuasaan Belanda. Setelah

Burton-Ward dan Munson- Lyman, misionaris perintis lain yang menyusul adalah Gerrit van

Asselt. Dia diutus Ds Wetteven dari kota Ermello, Belanda, tiba di Sumatera mei 1856 dan

berpos di Sipirok, 1857. Organisasi yang mengirimkan Gerrit van Asselt sangat kecil, bahkan

dalam buku sejarah gereja, karangan Dr.H. Berkof dan Dr. IH Enklar sama sekali tidak disebut-

sebut. Ada yang mencatat Zending Ermello berada di bawah naungan Nederlandese Zending-

Genootschap (NZG) yang berdiri pada tahun 1797, sebuah organisasi Zending darimana NZV

berasal.

Karena ketiadaan dana Gerrit van Asselt pun membiayai sendiri tugas-tugasnya sebagai

penginjil. Hasilnya tentu tidak maksimal karena konsentrasinya terbagi sebagai opzichter

(pelaksana) pembangunan jalan di Sibolga dan kemudian menjadi opzichter (administrator)

gudang kopi milik Belanda di Sipirok. Zending Ermelo mengirimkan lagi beberapa misionaris

mendampingi Gerrit van Asselt, yaitu FG Betz, Dammerboer, Koster, dan van Dallen. Misionaris

ini menyusul bekerja sebagai tukang, mengingatkan model Pekabaran Injil yang dilakukan Ds.

OG Heldring di Irian, Sangir dan Talaud.4

Koster dan Van Dallen ditempatkan di Pargarutan. Van Dallen kemudian pindah ke

Simalapil. Dammerbooer jadi opzichter di sekolah Belanda sebelum ke huta Rimbaru dan masuk

4

4

Ibid, 36

Page 6: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

ke Mission Java Komite. Gerrit van Assel sendiri pada 31 Maret 1961 membaptis orang Batak

Kristen pertama, Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon di Sipirok.5

4. Penginjilan RMG

Para penginjil RMG melukiskan kehadiran Injil Yesus Kristus di Tanah Batak bagai

perang antara terang dan kegelapan, antara pemerintahan Tuhan Allah dan pemerintahan iblis

(sibolis). Demi menonjolkan rahmat yang dibawa oleh para penginjil sejak penghujung tahun

1850-an di Mandailing dan Angkola. Daerah tanah Batak di bagian selatan tersebut telah

diduduki Belanda sejak 1830-an dan kemudian Belanda melanjutkan ekspansinya ke Tanah

Batak bagian Utara mulai dari Silindung pada tahun 1878. Namun tidak dapat dimungkiri bahwa

serangan-serangan Padri itu tidak hanya memporak-porandakan seluruh Tanah Batak bagian

Selatan sampai di daerah sekitar Danau Toba di bagian Utara, tetapi juga memicu reaksi berantai

berupa melemahnya hukum tradisional dan terjadinya demoralisasi. Namun yang paling berjasa

merobah wajah tanah Batak adalah pada kepemimpinan Pdt. Ingwer Ludwig Nommensen yang

disebut juga sebagai rasul orang Batak selama 56 tahun melayani di tanah Batak (20 Mei 1864-

23 Mei 1918) dengan metode empat pilar penginjilan, yaitu babtisan, pendidikan, kesehatan dan

komunikasi.6

3.2. Pekerjaan Misi Nommensen

1. Inger Ludwig Nommensen

5

5

http://okahutabarat.wordpress.com/2009/02/27/sejarah-agama-di-tanah-batak/(25-02-2012;21.45)

6

6

T.h. van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 264

Page 7: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Adalah seorang anak kecil dari keluarga Jerman, yang merupakan pasangan dari Peter

Nommensen dan Anna. Mereka merupakan keluarga miskin dan menderita, tinggal di sebuah

pulau kecil di pantai utara Jerman berbatasan dengan wilayah Denmark, di sanalah Ludwig

Nommensen dilahirkan yaitu pada tanggal 6 Februari 1834. Sejak kecil Nommensen telah

diajarkan untuk taat beragama oleh ibunya, dia selalu diajari untuk mengatakan “Amen” oleh

ibunya, agar Nommensen tetap merasa tabah dan ceria. Hal ini di dasarkan atas keluarga mereka

yang sangat miskin. Ayah nommensen, Peter sering kurang sehat namun harus menguras

tenaganya setiap hari demi kelangsungan hidup keluarganya. Peter selalu ramah kepada setiap

teman-temannya, dan merupakan seorang pekerja keras.

Kelahiran Nommensen merupakan sebuah anugerah bagi Peter dan Anna. Karena mereka

mengharapkan agar Nommensen dapat menjadi tumpuan harapan bagi keluarga mereka dan bagi

orang-orang di sekitarnya, yaitu sesuai dengan namanya Inger Ludwig (Inger identik dengan

jenis tanaman lengkuas, jahe, kencur, kunyit, dan sejenisnya). Keinginan Nommensen untuk

menjadi seorang misionaris telah dimulai sejak kecil, karena pada saat itu dia sudah tertarik

dengan cerita gurunya Callisen tentang misionar yang berjuang untuk membebaskan

keterbelakangan, perbudakan pada anak-anak miskin.

Berawal pada saat berumur 12 tahun ketika kedua kakinya sakit parah karena kecelakaan

kereta kuda pulang dari sekolah. Selama setahun lebih tidak dapat berjalan, kakinya hampir

diamputasi. Dia berjanji kepada Tuhan bahwa akan menjadi misionar apabila kedua kakinya

sembuh kembali. Dia akan pergi jauh untuk membebaskan anak-anak miskin yang budak karena

hutang orang tuanya, dia akan memberitakan Firman Tuhan kepada pelbegu (penyembah

berhala) yang sangat terbelakang sebagaimana sering diceritakan gurunya Callisen yang sangat

dikaguminya. 7

7

7

Lothar Schrainer, Adat dan Injil, (Jakarta:BPK Gunung Mulia),2004,32.

Page 8: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Pada tahun 1857 Ingwer Ludwig Nommensen masuk sekolah pendeta di RMG Barmen

setelah menunggu sekian lama. Ketika mendengar berita ada 4 orang Misionar RMG Barmen

serta 3 orang isteri misionar terbunuh di Borneo, berita itu semakin menggugah hati Ingwer

Ludwig Nommensen untuk pergi ke daerah pelbegu dan menjadi seorang misionar.

Setelah Nommensen ditahbiskan sebagai pendeta, ia langsung diberangkatkan oleh Missi

Barmen menjadi misionar ke Tanah Batak. Berbekal sebagai seorang teolog muda, Nommensen

menerima tantangan untuk mendedikasikan ilmu, iman dan pengabdiannya bagi Bangsa Batak

dengan melakukan penginjilan, yang hanya diketahuinya dari buku literatur yang terbatas dan

dengar-dengaran dari sumber-sumber yang belum tentu teruji kemampuannya dalam

menggambarkan sifat, sikap dan alam Batak, nun jauh di timur. Perbedaan budaya, bahasa dan

agama tidak menyurutkan niatnya untuk memulai “pengabdian” di tengah perlawanan dan

ancaman Bangsa Batak yang belum terbiasa menerima kehadiran “orang aneh”, yang berlainan

bahasa, pola hidup, warna kulit dan mata serta rambutnya. 8

2. Pekerjaan Misi Nommensen di tanah Batak

Bagi masyarakat Batak awam, sejarah sosial masyarakat Batak (Toba) yang kelam selama

zaman pidari diakhiri dengan masuknya para penginjil Kristen. Penginjil I.L. Nommensen telah

mendirikan godung (setasi sending) pertama di Silindung 1864, yaitu godung Hutadame. Itulah

jemaat pertama yang berdiri di daerah Batak merdeka. Berselang 14 tahun kemudian, kolonial

Belanda mendirikan pemerintahannya di Silindung 1878. Dari Silindung tentara Belanda

melanjutkan ekspansinya hingga ke daerah-daerah Toba dan Samosir, sehingga seluruh tanah

88 Th.van den end dan J.weitjens,S.J. Ragi Carita 2, (Jakarta:BPK Gunung Mulia),2008, 186.

Page 9: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Batak sekitar Danau Toba menjadi wilayah pendudukan Belanda pada dekade pertama abad ke-

20. Kedatangan Nommensen sama seperti dengan para pendahulunya, masyarakat Batak tidak

menerima kehadiran orang asing di tempat mereka. Sehingga Nommensen mau dipersembahkan

ke Sombaon Siatas Barita(penguasa) dionan Sitahuru. Ribuan orang datang melihat Nommensen

akan dibunuh menjadi kurban persembahan. Nommensen tegar menghadapi tantangan, dia

berdoa, angin puting beliung dan hujan deras membubarkan pesta besar tersebut. Nommensen

selamat, sejak itu terbuka jalan akan Firman Tuhan di negeri yang sangat kejam dan buas. Ingwer

Ludwig Nommensen pantas dijuluki “Apostel di Tanah Batak”.9

Pada masa awal pelayanannya di tanah Batak, Nommensen membangun sebuah rumah

bagi dirinya sendiri yang dimaksudkan sebagai pangkalan missi (zending). Akan tetapi tepat

setelah Nommensen membaptiskan orang-orang Batak yang telah bertobat pada tanggal 27

Agustus 1865, dirasa perlu untuk mendirikan sebuah perkampungan orang Kristen. Hal ini

dikarenakan orang-orang yang telah bertobat ini rupanya dikucilkan dari masyarakat Batak yang

waktu itu masih menyembah dewa-dewa nenek moyang mereka. Alhasil, Nommensen mengobah

pangkalan missi (zending) yang telah disebutkan sebelumnya menjadi sebuah kampung kecil,

sekaligus dilengkapi dengan parit-parit kecil dan tembok tanah serta gerbang pintu masuk,

seperti cara yang umum ketika itu dalam mendirikan sebuah perkampungan orang Batak. Di

dalam perkampungan ini ada pula sebuah gedung gereja yang sederhana, gedung sekolah dan

beberapa rumah lain. Perkampungan baru itu dinamakan dengan Huta Dame (Kampung

Perdamaian) yang sekarang ini berada dalam wilayah Saitnihuta, Tarutung, Kabupaten Tapanuli

Utara. Menurut anaknya (J.T. Nommensen), penamaan sebagai Huta Dame oleh Nommensen

ditujukan untuk mengingat pemeliharaan dan penyertaan Allah dan sekaligus sebagai harapan

99Dikutip dari http://simanjuntak.or.id/2008/05/13/ingwer-ludwig-nommensen-sang-pencerah/ pada tanggal 25 februari 2010 pukul 15 maret pukul 01.15 wib.

Page 10: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

bahwa Tuhan akan membawa damai sejahteraNya ke tanah Batak. Dengan berdirinya Huta

Dame, secara otomatis Nommensen menjadi “kepala kampung” yang dalam adat Batak adalah

raja dan bertanggungjawab atas tingkah-laku penduduk kampungnya. Pada perkembangannya,

ada sekitar 33 orang yang tinggal di koloni yang baru itu. Mereka layaknya sebuah “keluarga

raksasa”, karena selalu mengadakan acara makan bersama-sama. Huta Dame inilah yang

kemudian hari sering disebut sebagai pargodungan, sebuah daerah percontohan untuk komunitas

Kristen.10

Ketika Nommensen melaksanakan misi Pekabaran Injilnya tidak ada sedikitpun ia

menganggap bahwa dengan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat maka ia akan mudah

mengkristenkan mereka. Dalam hal ini Nommensen tidak ingin memanfaatkan masyarakat yang

ada pada saat itu, tetapi Nommensen berusaha mewujudkan kasih sebagai ajaran kekristenan

kepada masyarakat di tanah batak agar mereka juga mendapatkan kehidupan yang layak dan

lebih baik lagi. Pada masa awal Nommensen melakukan pelayanan, dia banyak bekerja dengan

mendatangi masyarakat ke rumah-rumah mereka ataupun mendatangi langsung ke tempat

pekerjaan mereka di sawah. Orang Silindung tertarik karena Nommensen menghibur mereka

dengan harmonikanya, Nommensesn juga memberi obat kepada orang yang membutuhkannya.

Nommensen pergi ke Sipoholon ingin tahu keadaan sebenarnya tentang kondisi lembah

Silindung. Banyak anak-anak mengikuti dia kemanapun dia pergi. Dia kadang disoraki, dicaci-

maki, bahkan ada anak-anak yang meludahinya sambil lari ketakutan. Namun Nommensen selalu

tersenyum dengan ramah, dengan kebijakan (habisuhon) yang ada padanya akhirnya dia

diperkenankan tinggal bersama mereka. Nommensen berhasil meyakinkan orang Silindung yang

10

1

http://pargodungan.org/sedikit-catatan-tentang-pargodungan/

Page 11: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

dijumpainya bahwa dia bukan mata-mata Belanda tetapi pembawa kedamaian dan kesehatan.11

Oleh karena itu dengan pendekatan yang dilakukan Nommnensen, banyak orang yang simpati

kepadanya, termasuk raja-raja batak yang terdahulu. Dengan adanya keadaan seperti ini, maka

para raja memberikan sebidang lahan untuk dijadikan sebagai rumah tempat tinggal

Nommensen, dan di rumah yang diberikan kepadanya, dia memulai segala aktifitas pelayanan

nya, baik menjadi seorang mantri kesehatan ataupun menyampaikan firman Tuhan.

Pendidikan juga merupakan hal yang dibuat Nommensen pada masa awal misi nya. Sejak

kedatangannya, Nommensen sudah menunjukkan pentingnya pendidikan. Kegiatan misinya

selalu dibarengi pendidikan. Sekolah pertama yang berdiri di Tarutung (Silindung) adalah

sekolah Guru Zending di Pansurnapitu yang berdiri pada tahun 1877 dan dilanjutkan dengan

mendirikan Sekolah Pendeta pada tahun 1877. Khusus untuk Sekolah Guru dan Pendeta,

Nommensen menugaskan P.H. Johansen untuk memimpinnya, mereka berbagi tugas. Sekolah-

sekolah lainnya untuk umum (setingkat Sekolah Dasar) berdiri hampir di semua Pargodungan.

Pargodungan adalah komplek tempat berdirinya Gereja, rumah pendeta, rumah Guru Huria, dan

gedung sekolah, sekelilingnya dimanfaatkan untuk contoh pertanian). Dalam hal perdagangan

Nommensen juga membuat suatu hal yang baru. Sebelum Nommnesen datang, pada umumnya

pokan (pasar) di tanah Batak diadakan sekali 4 hari, mereka tidak pernah mengenal hari minggu.

Nommensen merobah kebiasaan tersebut, dimana hari pekan diadakan 7 hari atau sekali

seminggu, pekan kecil bisa dibuat diantaranya.12 Pada masa awal pelayanannya Nommensen

menerapkan langsung tata gereja yang dia bawa, meskipun tata gereja yang sangat sederhana

111 Pasaribu, Patar M. DR. Ingwer Ludwig Nommensen Apostel Di Tanah Batak, (Universitas HKBP Nommensen, 2005), 84-85

121 Pasaribu, Patar M. DR. Ingwer Ludwig Nommensen Apostel Di Tanah Batak, (Universitas HKBP Nommensen, 2005), 270-271

Page 12: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

namun sangat membantu dalam hal pelayanannya dalam hal mengabarkan berita keselamatan.

Tata gereja yang dipakai pertama sekali adalah Tata Gereja (Jemaat) 1866, yaitu situasi awal

pemberitaan injil di Tanah Batak dan beberapa orang Batak masuk Kristen.

Tata Gereja (Jemaat) 1866 :

a. Mengatur kehidupan jemaat setempat di bidang kekristenan, bidang kebaktian

Minggu dan ibadat harian.

b. Untuk itu diangkat beberapa orang dari anggota jemaat jadi :

b.1. Sintua

b.2. Diakon

b.3. Diakones

b.4. Guru anak-anak

c. Urutan Tata Kebaktian Minggu : Pembacaan Dasa Titah sebelum pengakuan

dosa dan pengampunan dosa, tetap sampai sekarang mewarnai kebaktian HKBP.

Jadi menurut Teologi Kebaktian Martin Luther, bukan Calvin.

d. Khusus tentang jabatan Sintua sebagai jabatan gereja yang tetap berfungsi

hingga kinidengan volume kerja hampir sama yaitu mengurus kehidupan jemaat.

Masalahnya untuk kita (dari sudut teologis) ialah karena seorang Sintua

dibutuhkan harus dari kalangan pria, kawin atau sudah berumur 25 tahun. Ini

dijadikan syarat pada Tata Gereja 1930, dan 1940 (“baoa”).13

Pekerjaan Nommensen diberkati Tuhan sehingga Injil makin meluas. Sekali lagi ia

memindahkan tempat tinggalnya ke kampung Sigumpar pada tahun 1891, dan ia tinggal di sini

sampai wafat. Nommensen menerjemahkan kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Batak

131 Hutauruk, J.R. Menata Rumah Allah (Kumpulan Tata Gereja HKBP) , (Pematang Siantar : STT-HKBP, 1994) 8

Page 13: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

(Silindung - Samosir - Humbang - Toba). Ia juga berusaha memperbaiki pertanian dan

peternakan. Sekolah-sekolah, balai-balai pengobatan dibukanya. Dalam misinya, ia menyadari

perlunya melibatkan orang-orang Batak. Maka dibukanyalah sekolah penginjil yang

menghasilkan penginjil-penginjil Batak pribumi. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan

guru di sekolah, Nommensen membuka pendidikan guru. Kesungguhan dan keteguhan

Nommensen, terbukti mampu memenangkan penolakan besar Bangsa Batak yang berbuah pada

dimulainya era baru bagi kehidupan sosial dan spiritual, hingga berimplikasi luas pada tatanan

mayoritas Batak. Pendekatan sosial religius, tidak terpungkiri mewarnai kehidupan sebagian

besar di antara kita saat ini. Nommensen dalam pelayanannya bukan hanya memberitakan injil

secara verbal tetapi sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat, pendidikan, pemahaman akan

kesehatan serta membangun seluruh aspek kehidupan manusia, rohani kehidupan insan bangsa

Indonesia khususnya yang berasal dari Tapanuli Bagian Utara.

3.3. Berdirinya HKBP

Huria Kristen Batak Protestan sebagai salah satu gereja dengan jemaat terbesar di Asia

Tenggara dan merupakan wadah persekutuan umat Kristen dari suku Batak yang memiliki

dinamika di dalam sejarah perkembangannya dari masa ke masa. Kronologi bertumbuhnya

kekristenan di tanah Batak menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan sejarah gereja HKBP

sebagai inti dari perkembangan gereja-gereja Batak di Sumatera Utara. Penetapan hari jadi

HKBP tanggal 7 Oktober 1861 memiliki makna sejarah sejarah dan teologis yang mendalam.

Tanggal 7 Oktober 1861 menjadi titik balik sejarah penginjilan dan sejarah gereja HKBP. Sejarah

penginjilan dan sejarah gereja ibarat dua sisi dari satu mata uang logam yang sama. Gereja tanpa

penginjilan adalah bukan gereja. Itulah sebabnya peristiwa 7 Oktober 1861 diartikan dan

Page 14: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

dimakanai dari dua segi, yakni penginjilandan gereja. Hasil penginjilan di Tanah Batak adalah

agama Kristen atau kekristenan yang di dalamnya terdapat sejumlah jemaat atau pargodungan

(setasi sending dan sekaligus huria/ jemaat). Jemaat-jemaat tersebutsejak awal sudah diarahkan

dan membentuk sebuah gereja yang kelak menjadi sebuah gereja yang mandiri dari lembaga

sending barat (RMG).

Pada awalnya 7 Oktober 1861 adalah titik balik penginjilan dari lembaga sending Rhein di

dunia ini. Karena jauh sebelum tahun 1861 sending Rhein telah membuka daerah penginjilannya

di Namibia-Afrika Selatan, China, Kalimantan dan di Amerika Utara. Tetapi sejak 7 Oktober

1861 dibuka pula satu daerah penginjilan baru di Sumatera, di Bataklanden atau Tanah Batak.

Daerah penginjilan baru ini diberi nama Battakmission yang kemudian disebut Batakmission atau

Mission-Batak. Tanggal lahir Batakmission ditentukan pada 7 Oktober 1861 bertetapan dengan

tanggal dari rapat pertama para penginjil utusan RMG di Tanah Batak. Batakmission dalam hal

ini berarti himpunan dari seluruh para utusan RMG di Tanah Batak beserta asetnya mencakup

seluruh pargodungandan jemaat serta pelayan Pribumi. Lembaga sending dan lembaga

kegerejaan terpadu dalam suatu lembaga yang bernama Batakmission (bahasa Jerman) atau

Mission-Batak (bahasa Batak). Lembaga Batak-Mission ini sejak 1881 dipimpin oleh seorang

pemimpin dengan jabatan Ephorus yang dilayankan oleh penginjil Ingwer Ludwig Nommensen

(1881-1918).

Nama Batakmission telah melekat dalam ingatan para penginjil RMG dan juga umat Kristen

Batak yang terhimpun dalam berbagai huria/jemaat. Penginjil Dr. Johannes Warneck (Ephorus

sejak 1920-1932) menulis sebuah buku dalam rangka menyambut Jubileum 50 dan 60 tahun

Batak-Mission dengan judul : Sechzig Jahre Batakmission in Sumatera (60 tahun Mission-Batak

di Sumatera). Pemaknaan sedemikian juga telah dijemaatkan oleh para pelaku sejarah

Page 15: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Batakmission sejak 1905; Tanggal 7 Oktober adalah hari jadi Batakmission di Tanah Batak.

Tanggal tersebut sejak 1936 dimaknai oleh HKBP sebagai hari jadi HKBP sebagaimana

termaktub dalam buku Jubileum 75 tahun HKBP: 1861-1936.14

Gereja HKBP bertumbuh di Tanah Batak kemudian berdiaspora ke berbagai tempat di mana

orang Batak merantau baik di berbagai pelosok Indonesia maupun di luar negeri, seperti di

Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Colorado. Saat

ini HKBP memiliki lebih dari 3 juta anggota di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai

beberapa gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York,

Seattle dan di negara bagian Colorado. Umumnya anggota jemaat HKBP adalah orang Batak,

namun banyak juga dari berbagai suku bangsa lainnya. Adanya departemen zending di dalam

HKBP sangatlah membantu kegiatan misi yang HKBP lakukan. Kebanyakan gereja itu

menginjili dalam kalangan suku mereka sendiri-dan dengan sukse besar seperti GBKP-

sedangkan HKBP sejak dahulu berani melampaui batas-batas suku Batak Toba dan menjangkau

tempat-tempat yang jauh, seperti kepulauan Mentawai, pulau Rupat, daerah Jambi dan Riau

dengan banyak transmigran dari pulau Jawa dan beberapa daerah lainnya. Dalam kaitan ini, patut

dihargai karya Pdt. AB Siahaan yang cukup lama bekerja sebagai motor Departemen Zending

HKBP, yang selalu bermotivasi tinggi untuk menjangkau mereka yang “diseberang” batas-batas

suku sendiri. Pola ini menjelma ke satu defini dan pengertian akan misi sebagai crossing

frontiers, artinya melampaui batas-batas.

Misi yang dijalankan Zending Batak ini cukup berhasil. HKBP sudah cukup lama tidak lagi

merupakan suatu objek misi dari luar, yakni dari RMG. Kini HKBP sudah menjadi subjek

pengutusan sambil dapat merancangkan dan melaksanakan misinya sesuai dengan pola dan

141 J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 4-5

Page 16: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

tujuan yang ditetapkan sendiri. Dengan kata lain, satu gereja yang sekian lama diinjili menjadi

gereja yang menginjili.15

Gereja yang berkantor pusat di Pearaja, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera

Utara, ini adalah gereja yang berasaskan ajaran Lutheran dan merupakan anggota dari Federasi

Lutheran se-Dunia (Lutheran World Federation) yang berpusat di Jenewa, Swiss. HKBP juga

anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia

(CCA), dan anggota Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD).16

3.4. Perkembangan Pelayanan HKBP

HKBP berusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat, terutama warga HKBP,

melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu agar mampu melaksanakan amanat Tuhan

Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan

bersama segenap masyarakat manusia di tingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan

global dalam menghadapi tantangan Abad-21. Ini adalah merupakan misi HKBP, maka HKBP

berusaha meningkatakan kesejahteraan tiap-tiap jemaat agar mampu menjalani kehidaupan

sekarang ini. Dalam perjalanannya sebagai gereja, HKBP senantiasa mewujudkan peran

sosialnya baik di bidang ekonomi, politik dan budaya, di masa lalu dan di masa kini. Untuk

memahami peran sosial itu, kita perlu menghargai catatan sejarah, karena peran sosial atau

gerakan diakonia ini sangat tergantung pada kondisi relasional gereja sebagai institusi dan gereja

sebagai gerakan keperdulian sosial dan lingkungan. Baik dalam dinamika kehidupan internalnya,

151 Ulrich, Beyer. Dr. “United Evangelical Mission Bersekutu untuk Misi Bersama-sama” (Menggapai Gereja Inklusif); Kantor Pusat HKBP, Pearaja, Tarutung 2004; hal: 231-232

161 Dikutip dari http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/b/bonar-napitupulu/index.shtml pada tanggal 28-10- 2011 pukul 14.10 wib

Page 17: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

maupun kaitannya dengan dinamika eksternal seperti kekuasaan, modal, agama lain dan

kebudayaan, sangat diperhitungkan dinamikanya.17 Dari segi sejarah kepemimpinan Sending

RMG (1861-1940) dan HKBP (1940-2011) ada tiga kekuatan yang mengawali kemandirian

HKBP.

Pertama, lahirnya jemaat – jemaat sebagai persekutuan orang-orang yang baru dibaptis

sebagai hasil keterbukaan menerima Injil oleh kaum elit desa ( para raja/ pendiri desa dan

warganya. Mereka menyediakan pertapakan gedung gereja dan sekolah. Sejak 1881 jemaat

setempat berhak memilih pendeta pribumi menjadi pelayan sekaligus pemimpin jemaat di bawah

pimpinan tuan pandita yang memimpin resort, seperti tertuang pada pasal 19 Tata Gereja 1881.

Isi pasal ini tidak pernah diberlakukan. Terbentuknya badan majelis jemaat (kerkeraad dan

kasbestur) telah meningkatkan hak kemandirian jemaat setempat sejak 1920. Majelis jemaat

yang terdiri dari para sintua jemaat mengurusi soal-soal kerohanian dan badan kebendaharaan

“kasbestuur” mengurusi keuangan dan inventarsi jemaat. Anggotanya terdiri dari anggota jemaat

yang dianggap mampu mengemban tugas kebendaharaan itu. Majelis jemaat dibentuk oleh

jemaat sendiri. Jemaat dipimpin oleh pendeta pribumi atau guru pribumi. Kelembagaan jemaat

ini mencerminkan sistem presbiterial – sinodal HKBP, yang kemudian tertuang dalam tata

gereja 1930. Kemudian 1960an mengalami perubahan, di mana golongan kasbestuur ditiadakan

dengan alasan hanya mereka yang pemangku jabatan gereja ( sintua ) yang diijinkan jadi anggota

majelis sedang seorang warga jemaat tidak. Dan itulah yang berlaku hingga kini. Sistem

presbiterial-sinodal, yang dulu terdiri dari pemangku jabatan dan anggota jemaat sudah tiada,

dan yang ada kini ialah kumpulan para pejabat gereja. Dulu ada golongan “kas bestuur”, kini

sudah bagian dari masa tempo dulu. Hanya jemaat yang mampu membiayai diri sendiri dan

17

1

Nelson Siregar, Peran Diakonia Mewujudkan HKBP yang Inklusif dalam buku Menggapai Gereja yang Inklusif; (Tarutung: kantor pusat HKBP, 2004), 331.

Page 18: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

mempunyai majelis jemaat, dapat diakui sebagai sebuah jemaat. Kemandirian ditopang oleh

kekuatan kekuangan dan lembaga majelis serta kasbestuurnya.

Kekuatan kedua. Pada awalnya, penataan otoritas tertinggi di atas semua jemaat yang sedang

tumbuh dan berkembang ialah kepemimpinan para pendeta utusan di bawah pimpinan seorang

Ephorus. Ephorus yang menempatkan guru pribumi dan pendeta di jemaat-jemaat. Para pendeta

utusan berfungsi sebagai penginjil (manca negara) sekaligus sebagai pendeta (resort). Di antara

pendeta resort ada pula yang berfungsi sebagai praeses. Ephorus berada pada puncak hirarkhi

kepemimpinan itu,yang dapat langsung setiap saat berkunjung dan mengawasi semua jemaat.

Kepemimpinan sedemikian rupa mencerminkan apa yang dikenal dengan sebutan episkopal, dan

disebut sinodal-episkopal, karena ephorus,praeses, pendeta resort dan guru atau pendeta yang

memimpin setiap rapat atau sinode mulai dari jemaat hingga ke sinode godang. Kedudukan

ephorus berada pada tingkat tertinggi dari kerucut kepemimpinan itu. Sejarah sending RMG dan

HKBP (1861-2011) telah mencatat adanya kontradiksi kedua unsur itu, dan itu paling sering

nampak di tengah jemaat HKBP yang jauh dari pusat hirakhi-episkopal itu, ketika jemaat-jemaat

itu menuntut hak dan tanggung jawabnya sebagai jemaat yang mandiri. Contoh: jemaat-jemaat

parserahan di Medan dan Jakarta (Batavia) pada tahun 1920an dan 1930an. Kedua unsur itu tetap

dipertahankan hingga kini. HKBP selalu berupaya menarik manfaatnya secara konstruktif dan

kreatif. Itulah dua kekuatan yang menopang kemandirian HKBP, kekuatan-kekuatan yang dalam

dirinya sendiri menyimpaan kontradiksi .

Kekuatan yang ketiga, ialah pemangku jabatan kependetaan itu. Adanya jabatan kependetaan

yang sejak awal melekat pada pribadi setiap misionaris sekaligus pendeta utusan. Karena alasan

praktis di mana pertambahan tenaga pendeta utusan tidak bakal dapat memenuhi kebutuhan

perluasan sending yang melahirkan jemaat, maka sejak 1868 dibuka pendidikan guru pribumi

Page 19: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

dan sejak 1885 dibuka pendidikan pendeta pribumi, yang nanti dapat menjadi perpanjangan

tangan kaum pendeta utusan untuk melaksanakan tugas pelayanan di bidang khotbah termasuk

kedua sakramen baptian dan perjamuan kudus, pengajaran, penggembalaan dan pengelolaan

administrasi jemaat serta memimpin jemaat, status mereka sebagai pembantu, menuntut loyalitas

tinggi terhadap bapa rohani mereka, tuan pandita Jerman. Semua tugas pelayanan mereka dan

kebijakan mereka harus dilaporkan kepada atasannya. Mereka dipersiapkan di seminarium untuk

menjadi pendeta yang mampu membantu pendeta utusan, tuan pandita dalam tugas kegerejaan,

yaitu khotbah, pelayanan kedua sakramen dan penggembalaan. Ketaatan dan loyalitas yang

tinggi sangat menentukan mutu pelayanan mereka di mata para tuan pandita, atasan mereka.18

1.4.1. Struktur Organisasi HKBP19

Struktur organisasi HKBP dari tingkat pusat hingga ke jemaat kecil,beserta dengan departemen-

departemen yang ada, dapat dilihat dalam bagan dibawah ini;

18

1

J.R.Hutauruk, Tinjauan Sejarah Awal, Kemandirian HKBP data dari S. Hutauruk (Pendeta diperbantukan di HKBP Ressort Sutoya Jakarta)

19

1

Data dari Pdt.T.J. Aritonang (sekretaris khusus Ephorus HKBP)

Page 20: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Sesuai yang dikatakan oleh Pdt. T.M. Hasugian bahwa misi HKBP pada awalnya adalah

untuk memberitakan injil, maka setiap pekerjaan ataupun pelayanan yang diberikan HKBP sejak

Nommensen, adalah untuk kemuliaan nama Tuhan. Maka HKBP selalu berusaha untuk

menjangkau setiap segi kehidupan masyarakat, yang miskin hingga yang kaya, di desa maupun

di kota. Berbagai bentuk pelayanan untuk mensejahterakan masyarakat dibentuk oleh HKBP.20

Jika kita mengingat firman Yesus Kristus dalam Matius 5:13-14 perihal “garam dan terang

dunia”, kita pun mengingat bahwa pargodungan memiliki fungsi yang demikian. Sebagai garam

dan terang, ia adalah pelengkap kehidupan manusia. Sebagai pelengkap ia berperan untuk

202 Wawancara dengan Pdt.T.M. Hasugian (Praeses HKBP JABARTENGDIY) pada tanggal 20 Desember 2011, jam 14.00 WIB

Page 21: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

membantu mengatasi seluruh masalah yang dihadapi oleh manusia baik secara jasmani maupun

rohani (meskipun kita tidak harus membedakannya).

Pargodungan yang awalnya merupakan lubang penjerat binatang-binatang liar memang

akhirnya “menjerat” orang-orang Batak untuk masuk ke dalam pelayanan Kristen. Bukan hanya

sebuah lubang, malah menjadi benteng yang kokoh, semua orang dapat melihat dan merasakan

kekuatannya serta rela “bersintesis” ikut mengambil bagian di dalamnya. Di

dalam pargodungan ini pula termaktub hampir seluruh esensi yang diharapkan dari sebuah

kekristenan. Ia adalah wujud dari integrasi ketiga tugas panggilan gereja (Koinonia, Marturia,

dan Diakonia), yang dicita-citakan, diharapkan, dan diusahakan oleh seluruh gereja di dunia ini.21

3.4.2. Bidang Pendidikan

3.4.2.1. Pendidikan Umum

Para penginjil yang datang dari Eropa ke Tanah Batak tidak saja melayani di bidang

kerohanian. Mereka juga menyelenggarakan pendidikan sebagai sarana untuk menyokong

pemberitaan Injil. I.L. Nommensen sebagai perintis pengkristenan di sebelah utara beserta

teman-teman sekerjanya memberikan perhatian yang sangat besar untuk mendirikan sekolah

sebab membina kerohanian saja tidak mungkin membentuk manusia seutuhnya. Artinya, gereja

tak mungkin berdiri sendiri di dalam masyarakat yang buta aksara. Oleh karena itu para penginjil

mendirikan sekolah di tanah batak. Selanjutnya akan dibahas perkembangan pendidikan di tanah

Batak.

Perkembangan pendidikan di tanah Batak :1861-1960-an

21

2

Wawancara dengan Pdt.T.M. Hasugian (Praeses HKBP JABARTENGDIY) pada tanggal 20 Desember 2011, jam 14.00 WIB

Page 22: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Sesuai dengan perkembangan Gereja di Tanah Batak, jumlah guru-guru Injil sangat

kurang dibandingkan dengan jumlah jemaat. Oleh karena itu para penginjil, berusaha membuka

sekolah-sekolah di Tanah Batak, agar para anak Pribumi atau orang Batak yang sudah terdidik

dapat membantu dan kelak menggantikan mereka dalam pemberitaan Injil. Lagi pula, pemerintah

kolonial Belanda juga membutuhkan pegawai. Anak-anak pribumi cukup berminat menjadi

pegawai sehingga gereja pun membuka sekolah dan menerima siswa-siswi untuk dididik. Namun

motif pertama pembangunan sekolah di tanah Batak adalah harapan akan lancarnya pertumbuhan

injil. Penyelenggaraan pendidikan umum sangat signifikan mempengaruhi perkembangan

kekristenan di kalangan orang Batak. Tahun berdirinya lembaga pendidikan umum HKBP adalah

sebagai berikut :

Tahun Keterangan1861 Sekolah-sekolah dasar untuk membaca dan

berhitung.1893 Sekolah dasar (SD) yang terkenal dengan

nama sekolah sending mendapat bantuan dari pemerintah Belanda, karena sekolah Sending ikut meningkatkan pengetahuan masyarakat, antara lain membaca, menulis dan berhitung.

1900 Sekolah Anak ni Raja yang memakai bahasa belanda didirikan di Narumonda. Di tempat itu juga didirikan sekolah teknik yang sangat banyak menamatkan pemuda-pemuda yang terampil di bidang pertukangan kayu dan besi. Tahun 1907 sekolah teknik dipindahkan ke laguboti. Lamanya belajar dua tahun. Kemudian sekolah itu mendapat bantuan dari pemerintah.

1911 Pendidikan yang lebih tinggi dari SD yaitu Hollands Inlands School (HIS) di sigompulon Tarutung dan kemudian terkenal dengan nama sikola Bolanda, sebab berbahasa belanda.

1927 Sekolah MULO Kristen di Tarutung dibuka

Page 23: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

kira-kira setingkat dengan Sekolah menengah pertama (SMP). Pendidikan ini sangat bermutu tinggi, sehingga murid sekolah ini dapat diandalkan di seluruh Indonesia.

1930 Berdiri sekolah Vervolg (Vervolg School) untuk lanjutan dari kelas III SD, sesuai dengan rencana pemerintah.

1932-1942 Sekolah-sekolah dikalangan Kristen Batak tumbuh seperti jamur yang dinamakan Schakelschool, seperti di siorongborong, Balige, Sipoholon, Simorangkir, Sarulla, Garoga dan Pematang Siantar. Juga berdiri HIS Bumi Putera dan HIS Bregonstroth di Pematang Siantar. Semuanya berbahasa Belanda.

1945-1950 Persekolahan di HKBP bahkan di seluruh Indonesia bertumbuh dengan pesat. Seperti sekolah Rakyat (SR) yang tumbuh dimana-mana dan juga sekolah menengah atas (SMA) sebagai pengganti MULO.

1952 SMA dan Sekolah Guru Atas (SGA) HKBP berdiri di Tarutung. Sehubungan dengan pertumbuhan persekongkolan yang pesat di seluruh Indonesia, khususnya di HKBP, pada tahun 1952 telah ada 100 unit SR yang diasuh oleh dewan pengajaran dan pendidikan (DPP) HKBP. Dewan ini kemudian diganti namanya menjadi Departemen Sekolah HKBP.

1954 Sinode Godang HKBP merencanakan pembangunan Universitas milik HKBP, walaupun disadari kesulitan yang akan dihadapi. Pada 7 Oktober 1954 HKBP mendirikan Universitas HKBP Nommensen, dengan tiga fakultas : Teologia, Ekonomi dan Hukum.

1957-1961 Ditengah-tengah pertumbuhan sekolah HKBP terdapat hambatan di berbagai tempat.

Page 24: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Umpamanya didaerah Humbang SR, SMP, Sekolah Menengah Ekonomo Pertama (SMEP) mengalami hambtan karena pengaruh poloitik negara yang belum stabil, gaji guru yang tidak menentu dan guru-guru yang tidak pernah mendapat kenaikan golongan di HKBP sebagaimana pegawai negeri. Pada tahun 1961 perguruan teknik HKBP didirikan di Pematang Siantar.

Data-data diatas memperlihatkan betapa HKBP sebagai pelopor pendidikan di Tanah

Batak, yang menunjukkan peran aktif HKBP untuk mencerdaskan anak bangsa di NKRI.22

Situasi Pendidikan Tahun 1970-1980-an

1. HKBP mengelola dan mengasuh sekolah-sekolah: Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah

Dasar (SD), SMP, SMA sederajat dan Perguruan Tinggi serta kursus-kursus Ketrampilan.

2. Membina sekolah-sekolah dibidang teknis dan administrasi.

3. Mengadakan hubungan yang permanen diantara sekolah-sekolah.

4. Mengadakan hubungan dengan pemerintah untuk meminta petunjuk persamaan kurikulum.

5. Membuka TK yang diasuh sekolah pendidikan guru (SPG) HKBP tahun 1982.

6. Mengusahakan agar gaji guru-guru negeri yang bekerja HKBP dibayar oleh pemerintah

melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setempat.

22

2

J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 201-203

Page 25: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

7. Mengadakan konsultasi, pengarahan dan pertemuan (rapat) antara Departemen Sekolah-

Pimpinan Sekolah Pengurus Yayasan HKBP dan Guru-guru yang bertujuan:

mempersatukan seluruh sekolah HKBP; mengadakan pemerataan murid di sekolah-sekolah

HKBP; dan menanggulangi kesulitan keuangan.

8. Membentuk Badan Serikat Tolong Menolong (BSTM) Guru-guru dan Pegawai Departemen

Sekolah.23

Masalah-Masalah Dalam Pelayanan Pendidikan yang dihadapi pada tahun 1970

-1980-an

Bidang Keuangan : mencari donatur atau mitra penyantun.

Dalam bidang BSTM, ada beberapa orang yang tidak setia memenuhi peraturan.

Menyangkut personalia di Departemen Sekolah HKBP: Tenaga guru yang berkurang

di beberapa tempat, karena ada guru yang minta permisi untuk melanjutkan studi; ada

guru yang beralih menjadi pegawai negeri.24

Situasi Pendidikan Tahun 1990-2011

Pada tahun 1990-an, terdapat 144 unit sekolah HKBP yang terdiri dari

TK : 8 Unit

SD : 55 Unit

SLTP : 47 Unit

23

2

Wawancara dengan Pdt.T.M. Hasugian (Praeses HKBP JABARTENGDIY) pada tanggal 20 Desember 2011, jam 14.00 WIB

24

2

J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 203

Page 26: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

SMTA : 7 Unit

SPG dan Sekolah Kejuruan Atas : 13 Unit

Pendidikan keterampilan : 2 Unit.

Tetapi masalah-masalah yang dihadapi relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan

dari periode sebelumnya. Dalam upaya untuk mengatasi permasalah tersebut, pada maret 2000

dibentuk sebuah tim yang bertugas merancang bangunan sistem pendidikan HKBP. Tim ini

terdiri dari tiga orang pakar pendidikan, yaitu Prof. Dr. D.P. Tampubolon, Prof. Dr. J. Naibaho

dan Prof. Dr. Belfrik Manullang. Hasil rumusan tim yang disebut “Kebijakan Dasar Pendidikan

HKBP (KDP-HKBP)” telah disahkan di sinode godang HKBP 2000.

Pengimentlasian KDP-HKBP antara lain dilakukan dengan membentuk Badan

Penyelenggara Pendidikan HKBP (BPP-HKBP) pada 27 September 2007. BPP-HKBP mencatat

data sekolah HKBP (TK, SD, SMP, SMU/ SMK) pada tahun 2007 berjumlah 120 unit. Dari

seluruh sekolah tersebut, sebanyak 31 unit dikelola sepenuhnya oleh BPP-HKBP.

3.4.2.2. Pendidikan Teologi

Dalam sejarahnya, penyelenggaraan pendidikan Teologi selalu berorientasi pada

kebutuhan Gereja. Artinya, pendidikan teologi dimaksudkan sebagai sarana untuk

mempersiapkan generasi penerus yang kelak bekerja menjadi pelayan khusus dalam gereja.

Semangat inilah yang mewarnai pembukaan lembaga-lembaga pendidikan teologi di HKBP.

Hingga kini, HKBP memiliki empat lembaga pendidikan teologi. Sejak tahun 1868

berdiri sekolah Guru Jemaat, yang terkenal dulu dengan nama Sekolah Tinggi yang

menghasilkan guru-guru sending. Mulai tahun 1883 diselenggarakan Sekolah Pendeta. Pada

tahun 1934 dibuka sekolah Bibelvrouw dan tahun 1971 berdiri pendidikan Diakones.

Page 27: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Sekolah Guru Huria (SGH)25

Dalam kurun waktu tujuh tahun setelah konfrensi para penginjil RMG di Tanah Batak

(1861-1868), semakin dirasakan betapa luasnya pekerjaan pekabaran Injil sedangkan jumlah para

penginjil RMG masih sedikit. Keadaan ini terjadi karena masyarakat Batak di berbagai tempat

telah semakin terbuka menerima Injil sehingga membutuhkan banyak tenaga-tenaga untuk

melayani. Guna menambah jumlah tenaga pelayanan, atas dukungan RMG Jerman, para

penginjil RMG di Tanah Batak sepakat untuk mendidik orang Batak menjadi guru yang berjiwa

penginjil. Tenaga guru dimaksud akan mengemban tugas untuk mengajar anak-anak dalam

bidang pengetahuan umum, kerohanian dan sekaligus memimpin satu jemaat.

Pada tahun 1868 didirikan lah sekolah guru Injil di tanah batak bagian selatan, bertempat

di Parausorat, yang kemudian terkenal dengan Seminari Parausorat. Murid yang pertam ada lima

orang, yaitu Thomas, Paulus, Markus, Yohannes dan Ephraim. Setelah tamat, mereka kemudian

lazim disebut sebagai guru sending. Sejak tahun 1962, sekolah Guru di seminari Sipoholon

dipersiapkan khusus hanya untuk menjadi guru jemaat yang melayani di jemaat-jemaat, bukan

lagi menjadi guru jemaat yang melayani di sekolah-sekolah umum. Mulai tahun 1998,

persyaratan masuk SGH adalah lulusan SMU sederajat dan mengikuti pendidikan selama tiga

tahun. Penerimaan mahasiswa baru dilakukan sekali dalam tiga tahun. Para mahasiswa

melakukan kegiatan ekstra-kurikuler, yaitu: pertanian, perikanan, peternakan dan pembibitan

tanaman-tanaman produktif.

25

2

J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 205

Page 28: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Sekolah Tinggi Theologia (STT) 26

Pelayanan pekabaran injil di tanah batak semakin meluas. Para penginjil RMG yang

dibantu oleh para guru sending membawa dampak yang positif dalam usaha pengkristenan di

tanah Batak. Sending RMG di bawah pimpinan I.L. Nommensen merasakan akan perlunya

pendeta Batak, sebagai orang pribumi yang dapat lebih cocok untuk melayani sebagai pendeta

bagi orang Kristen Batak sendiri. Untuk itu,para guru yang telah bekerja dengan baik dan setelah

sepuluh tahun menjalankan tugasnya sebagai guru sekolah sending dan guru jemaat,

dipanggiluntuk melanjutkan ke sekolah pendeta. Untuk memenuhi keinginan itu maka RMG

mendirikan sekolah Pendeta di seminari Pansurnapitu pada tahun1883 dan pada tahun 1901

dipindahkan ke Seminari Sipoholon.

Di samping untuk memenuhi harapan di atas, berdirinya sekolah Pendeta di Pansurnapitu,

juga bertujuan untuk menambah para pendeta yang bekerja melayani gereja Batak yang semakin

bertambah dengan pesat, dan untuk mempersiapkan kemandirian gerja Batak di kemudian hari.

Murid yang pertama dalam sekolah Pendeta, ada empat orang, yaitu: Johannes Siregar, Markus

Siregar, Petrus Nasution dan Johannes Sitompul. Mereka menerima pendidikan selama dua

tahun, kemudian ditahbiskan menjadi pendeta. Penahbisan pertama berlangsung pada 19 Juli

1885di Pearaja Tarutung.

Sejak tahun 1883 sampai tahun1941, sekolah pendeta yang demikian dibuka secara

berkesinambungan di tengah-tengah jemaat. Mereka pada umumnya bertugas membantu para

penginjil Jerman (RMG).

HKBP semakin terpanggil untuk melayani jemaat dan untuk membangun pendidikan di

tengah-tengah bangsa Indonesia yang semakin maju. Sehingga dalam sinode godang HKBP

26

2

Ibid 209-211

Page 29: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

tahun 1952 diputuskan bahwa HKBP akan mendirikan universitas. Pada tahun 1954 berdirilah

Universitas HKBP Nommensen (UHN) dengan salah satu fakultasnya ialah Fakultas Theologia,

yang bertujuan untuk mendidik calon pendeta HKBPdan gerja pendukungnya di Sumatera Utara.

Sejak tahun 1954, SThM (Sekolah Theologia Menengah) di Sipoholon dipindahkan ke

Pematangsiantar dan sebagian siswa-siswanya menjadi mahasiswa Fakultas Teologia. Maka

sejak tahun 1954, Fakultas Teologia UHN berperan sebagai lembaga pendidikan pendeta bagi

gereja HKBP dan beberapa Gereja Protestan lainnya di Sumatera utara.

Pada Sinode Godang HKBP 1978, fakultas theologia UHN diubah menjadi STT-HKBP

dengan alasan agar pendidikan para calon pendeta lebih dekat kepada Gereja HKBP ketimbang

kepada Yayasan UHN. Segala fasilitas fakultas theologia UHN dialihkan menjadi fasilita STT-

HKBP. Demikianlah STT-HKBP hingga kini menjadi suatu lembaga pendidikan teologi HKBP,

yang bertujuan untuk mempersiapkan para calon pendeta bagi Gereja-gereja Protestan lain di

Indonesia.

STT-HKBP berupaya membenahi diri sesuai denga perkembagan perguruan tingi di

Indonesia. Pada tahun 1986, departemen agama RI telah menunjuk STT-HKBPuntuk

menyelenggarakan program Pendidikan Agama Kristen (PAK). Penunjukkan ini telah

diperbaharui pada tahun 1991, 2001 dan 2005. Mulai tahun 1998, STT-HKBp telah membuka

program pasca sarjana S-2 (MTh) dan S-3 (DTh) bekerja sama dengan Persekutuan STT di

Indonesia (Persetia) dan South East Asia Graduate School of Theolgy (SEAGST). Sejak tahun

2007, program ini telah mendapat izin operasional dari Dirjen Kementerian Agama RI.

Sekolah Bibelvrouw27

27

2

Ibid 215-216

Page 30: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Sekolah beibelvrouw berdiri pada tanggal 1 Agustus 1934 oleh Zuster Elfriede Harder di

Narumonda. Kemudian dipindahkan ke Laguboti sejak 21 Nopember 1937. Mulai tahun 1928,

Elfriede Harder telah melakukan kursus kepada ibu-ibu di Laguboti agar mereka mengenal kasih

Kristus di dalam hidup pribadi dan keluarga mereka. Peserta kursus banyak yang datang dari

Balige, Uluan, Pearaja dan Sibolga. Kemudian diadakan pula kursus di Toba, Pematang Siantar,

Samosir dan lain sebagainya. Para peserta kursus merasa terhibur dan bersukacita. Mereka

merasa telah memperoleh kekuatan baru yang menjadi bekal dalam menata kehidupan rumah

tangganya. Mereka selalu rindu untuk mengikuti kursus-kursus yang diadakan oleh Zuster

Efriede Harder.

Sinode Godang HKBP 1981 menetapkan masa studi Sekolah Bibelvrouw menjadi empat

tahun dan bibelvrouw dapat memimpin kebaktian minggu. Bagi bibelvrouw yang sanggup dan

berijazah SLTA diberi kesempatan melanjut ke sekolah Pendeta / STT-HKBP.

Kemudian mulai tahun 1988, siswi Sekolah Bibelvrouw telah dilatih di bidang keluarga

berencana dan perawatan balita agar mampu memahami masalah yang dihadapi kaum ibu. Pada

tahun 2001, kurikulum Sekolah Bibelvrouw ditambah dua mata kuliah, bahasa inggris teologia

dan budi pekerti. Pada saat bersamaan , sekolah Bibelvrouw terus melengkapi fasilitas asrama

dan sarana perkuliahan, termasuk perpustakaan, komputer dan organ.

Pendidikan Diakones 28

Pada 17 Mei 1971 didirikan “Kursus Diakones HKBP” yang kemudian sejak tahun 1976

menjadi Pendidikan Diakones HKBP yang berkedudukan di Balige. Perumahan dan

28

2

Ibid 217-219

Page 31: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

perlengkapan dibangun dengan bantuan dari Luar Negeri (VEM dan EZE Pemerintahan Jerman

Barat) pada tahun 1974. Komplek tersebut terletak di jalan Onanraja Balige (tiga gedung

permanen) yang diresmikan pada tanggal 27 Januari 1976. Sinode Godang HKBP 1981 telah

menetapkan status “Lembaga Pendidikan Diakones HKBP”. Mengenai penggolongan

kepegawaian serta penggajian dari lulusan Pendidikan Diakones, diatur oleh pimpinan/ majelis

pusat HKBP. Bidang studi yang dipelajari: agama Kristen, diakonia/ pekerjaan sosial,

perawatan/kesehatan, keterampilan, seni musik. Kegiatan di luar kelas: praktek tiap tingkat satu

kali tiap semester, sebagai kesempatan mempraktekkan pelajaran-pelajaran dalam pelayanan,

misalnya: di rumah sakit HKBP Balige, di rumah sakit GKPS Betesda Saribudolok Simalungun,

penyuluhan, penyelenggaraan pengasramaan, konsumsi, pelaksana bagian konsumsi pada rapat

pendeta dan sinode godang HKBP, latihan dan praktek di panti-panti asuhan dan lembaga-

lembaga perawatan-perwatan di jemaat-jemaat.

Pada masa konflik HKBP, pendidikan Diakones di Balige terpaksa ditutup dan lalu

dipindahkan ke Tarutung. Namun sejak 6 Agustus 2001, lembaga pendidikan Diakones HKBP

telah kembali diselenggarakn di Balige. Tujuan dari Lembaga Pendidikan Diakones HKBP

adalah mendidik gadis-gadis Kristen selama tiga tahun ajaran untuk pekerjaan Diakones, yaitu

pelayan perempuan di bidang sosial atau petugas sosial gerejawi. Pekerjaan Diakones ialah

melayani sesama manusia (Kristen dan bukan Kristen), membimbing dan membantu untuk hidup

sesuai dengan martabatnya sebagai ciptaan Tuhan.

3.4.3. Bidang Kesehatan

Berbagai penyakit telah mengancam kehidupan penduduk di Tanah Batak, terutama

penyakit yang tiba-tiba mewabah seperti kolera. Penyakit ini dijuluki orang Batak sebagi “begu

Page 32: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

antuk”, karena setiap orang yang diserang kolera merasakan seolah-olah ada kekuatan gaib yang

memukulnya (mangantuk). Orang Batak belum mengetahui faktor penyebab dan bagaimana

mencegahnya agar jangan menular. Pemahaman tentang lingkungan yang bersih atau higienis

yang kemudian diperkenalkan para pelayan medis Kongsi Barmen kerap berbenturan dengan

cara pandang Batak. Penyakit kolera sering mewabah dan memakan banyak korban jiwa. Tahun

1875 penyakit kolera mewabah di seluruh daerah Silindung. Situasi ini disaksikan penginjil I.L.

Nommensen yang merasakan betapa besar rasa takut penduduk Silindung. Bahkan ketika itu,

para raja yang bertikai segera menghentikan perang, orang-orang yang sering bermain judi tiba-

tiba juga tertular penyakit kolera sehingga mereka terpaksa berhenti. Sawah pun jadi terlantar

karena belum sempat dikerjakan, lagi pula sebagian penduduk tidak mau bekerja di sawah karena

takut ditangkap pihak musuh dan dijadikan sebagai tawanan atau “hatoban” (budak) selama

rajanya belum menebus dengan uang.

Rumah Sakit Pertama di Tanah Batak tahun 1900

Rumah sakit pertama di tanah Batak berdiri di di Pearaja Tarutung pada 2 Juni 1900

dengan seorang tenaga dokter, yaitu Dr. Med. Julius Schreiber. Inilah wujud nyata kesungguhan

para pemberita Injil untuk menangani bidang kesehatan. Tenaga dokter yang kedua adalah Dr.

Med. Johannes Winkler. Kedua dokter tersebut merintis dan meningkatkan pelayanan medis

dengan menggunakan metode pengobatan yang baru di Tanah Batak berdasarkan diagnosa

penyakit. Mereka juga berupaya mencerahkan pemahaman masyarakat dengan melakukan

penyuluhan langsung kepada penduduk desa.

Para penduduk dari berbagai daerah tidak mudah menjangkau rumah sakit Pearaja.

Seiring dengan kebutuhan ini, di beberapa pargodungan didirikan rumah sakit pembantu, yang

Page 33: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

khusus menangani penyakit disentri (baro buni). Penyakit ini sering mewabah di daerah dataran

tinggi Humbang, sehingga didirikanlah rumah sakit pembantu di Butar dan Pangaribuan di

bawah pimpinan penginjil setempat. Beberapa tenaga perawat pribumi yang andal turut

menangani pelayanan kesehatan, seperti mantri kesehatan Valentin Sitompul di Pangaribuan dan

Julius Lumbantobing di Butar.

Rumah sakit pembantu di pangaribuan dan Butar dibuka tahun 1910. Rumah sakit di

pangaribuan dipimpin penginjil Meisel dan di Butar dipimpin penginjil Wagner. Tahun 1911

sebanyak 10.000 orang pasien telah dirawat di rumah sakit pembantu Pangaribuan. Pada 1911

dibuka pula rumah sakit pembantu di Bonandolok oleh penginjil W. Mueller, untuk melayani

masyarakat yang berdomisili di bagian Barat dataran tinggi Humbang. Kemudian rumah sakit

pembantu keempat di daerah Humbnag dibuka di Doloksanggul. Di daerah Toba dibuka di

Sitorang dan Balige. Di Samosir didirikan rumah sakit pembantu di Nainggolan, Pangururan dan

Ambarita. Juga di belahan Barat Tanah Batak yaitu Tukka dan Barus, serta di daerah Angkola

dibuka di Sipirok. Semua rumah sakit pembantu tersebut adalah cabang dari rumah sakit induk di

Pearaja.29

3.4.4. Bidang Oikumene

Sejak HKBP berdiri, dalam dirinya telah hadir bibit-bibit oikumenis. HKBP sendiri

merupakan buah gerakan oikumene karena para penginjil ke Tanah Batak diutus oleh beberapa

badan sending yang berbeda. Ada yang berasal dari Eropa dan juga dari Amerika, walaupun pada

akhirnya yang lebih berbuah adalah penginjilan yang dilakukan RMG dari Jerman. Dalam

misinya, RMG sejak semula telah menjalin hubungan dengan pekabar injil yang sudah ada.

29

2

J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 276-277

Page 34: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Misalnya, pada tahun 1902 RMG bekerja sama dengan badan pekabar Injil Belanda (NZG) yang

mengutus penginjil H. Guillame ke daerah Karo. RMG juga bekerja sama dengan sending

Methodis yang bekerja di Sumatera Utara sejak 1905, di mana sending Methodis melayani

anggota HKBP yang pindah ke daerah Asahan Labuhan Batu.

HKBP Menjalin Hubungan dengan LWF: 1952

Terjalinnya hubungan HKBP dengan Lutheran World Federation (LWF) bermula dari

kunjungan Uskup Sandegren ke HKBP pada 1947. Kunjungan ini kurang maksimal

karena beliau tidak dapat bertemu dengan Ephorus HKBP di Tarutung berhubung gejolak

politik dan militer yang terjadi di Sumatera Utara. Pada tahun 1948, Dr. Williams dari

gereja Tamil Lutheran berhasil mengunjungi kantor pusat HKBP di Pearaja Tarutung.

Beliau bekerja sebagai pelayan medis oikumenis di rumah sakit HKBP Balige dan

Saribudolok. Beliaulah tenaga pelayan pertama dari luar negeri yang bekerja di HKBP

sesudah perang dunia kedua berakhir.30

HKBP Menjadi Anggota DGD/WCC: 1962

Keberadaan HKBP sebagai anggota LWF tidak mengahambat dirinya untuk menjalin

hubungan dengan lembaga gerejawi lainnya. Tahun 1962, pada sidang raya Dewan

Gereja-gereja se-Dunia (DGD/WCC-World Council of Churches) di New Delhi, HKBP

resmi menjadi anggota DGD/WCC. Utusan HKBP; Ds. T.S. Sihombig terpilih menjadi

anggota badan pekerja lengkap DGD. Sebelumnya, HKBP juga selalu mengirim

utusannya sebagai peninjau untuk menghadiri sidang raya DGD, seperti pada

30

3

J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 295-296

Page 35: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

pembentukan DGD pada tahun 1948 di Amsterdam, HKBP mengutus DS. K. Sitompul

dan Mr. Amir Syarifuddin (Harahap). Pada sidang raya DGD 1954 di Evanston, HKBP

mengutus Ds. K. Sitompul sebagai peninjau. 31

HKBP Menjalin Hubungan dengan EACC/ CCA: 1949

Sejak EACC (East Asia Christian Confrence/ Konfrensi gereja-gereja Asia Timur)

didirikan, HKBP telah menjadi anggota dan teratur mengikuti pertemuan EACC. Gereja-

gereja anggota EACC meliputi Gereja-gereja di kawasan Asia Timur, termasuk Australia

dan New Zealand. Para pimpinan Gereja-gereja Asia Timur dalam konsultasi Bangkok,

Desember 1949, mengajukan usul agar WCC dan anggota International Missionary

Council (IMC) di Asia Timur dalam sebuah konfrensi. Tujuannya untuk memikirkan

secara bersama tugas yang mendesak dan tersedia didepan mereka sebagai Gereja-gereja

yang berakar dan tumbuh di Asia Timur yang baru memasuki zaman dekolonisasi.

Konsultasi EACC 1949 memberi mandat kepada HKBP untuk mempersiapkan segala

sesuatu yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan konfrensi Gereja-gereja anggota

WCC dan IMC di Asia Timur, baik pengadaan saran maupun kegiatan pra konfrensi dan

kebaktian raya. 32

Kerja Sama HKBP dengan Gereja dan Badan-badan Sosial

HKBP menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga Gereja dan badan-badan sosial di

luar negeri, seperti Evangelische Zentralstelle Fur Entwicklungsdients (EZE) di Bonn.

31

3

Ibid 297

32

3

Ibid 297-298

Page 36: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

EZE telah banyak memberikan dana pembangunan kepada HKBP. Begitu pula dengan

Theological Education Fund di London dan Fund for Theological Education di singapura.

Kedua badan ini menopang program pendidikan teologi di HKBP; Missions Akademic di

Hamburg, mulai 1961; Gereja Anglikan di Australia, 1971, yang pernah mengutus

seorang tenaga pengajar untuk Fakultas Teologia (STT-HKBP) di Pematangsiantar.

HKBP juga memiliki kerja sama dengan Evangelical Lutheran Church in America

(ELCA). Sejak 1 Januari 1988, The American Lutheran Church dan The Association of

Evangelical Lutheran Churches dan The Lutheran Church in America dengan keyakinan

bersam dan misi secara resmi membentuk ELCA. Saat ini, ELCA mencerminkan warisan

yang kaya dan beragam dri orang-orang yang dilayaninya.

Pada Mei 2001, Ephorus HKBP dan representasi pengurus pusat ELCA menandatangani

suatu kesepakatan bersama yang tertuang dalam bentuk Convention of interchargr

between HKBP-ELCA. Naskah kesepakatan ditandatangani di kantor pusat ELCA di

Chicago. Isinya meluaskan afiliasi HKBP dengan ELCA, khususnya di Amerika Serikat.

Dalam surat kesepakatan tersebut dicantumkan tentang posisi Gereja HKBP di Amerika

(HKBP California, HKBP Colorado, HKBP Seattle dan HKBP New York), termasuk

bantuan yang akan diterima. Afiliasi HKBP –ELCA telah diterima secara bulat pada

Sinode Godang HKBP Oktober 2002.33

Hubungan HKBP dengan DGI/PGI: 1950

HKBP termasuk pelopor berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) pada 25

Mei 1950. Lembaga ini bertujuan sebagai wadah pembentukan Gereja Kristen yang Esa

33

3

Ibid 302-303

Page 37: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

di Indonesia. Beberapa tokoh dari HKBP yang turut mempelopori pembentukan DGI,

yaitu: Prof. Dr. Mr. Sutan Gunung Mulia, Ds. K. Sitompul dan Dr. A.M. Tambunan.

Mereka ini sangat banyak memberikan sumbangan untuk pembanguna kesatuan dan

persekutuan Gereja-gereja di Indonesia.

Partisipasi HKBP dalam usaha pengembangan DGI juga nyata dalam kesediaannya

memberikan tenaga yang penuh di DGI, yakni Ds. K. Sitompul yang sejak 1957 diangkat

menjadi sekretaris departemen keesaan DGI. Kemudian Pdt. M.P. Sitompul, MTh sebagai

komisi pendidikan agama Kristen, 1964-1971, lalu Pdt. Dr. S.A.E. Nababan sejak 1967

menjadi ketua umum DGI yang berubah nama menjadi PGI (Persekutuan Gerej-gereja di

Indonesia). Selain mereka, pendeta HKBP yang pernah menjadi tenaga penuh waktu di

DGI adalah Pdt. P.M. Sihombing, MTh, mulai 1971 menjadi sekretaris pendidikan dan

komunikasi; Prof. Dr. W.B. Sijabat sebagai pemimpin departemen studi dan penelitian

serta pemimpin proyek leader PSM.34

Hubungan HKBP dengan Gereja Roma Katolik (RK)

Hubungan HKBP dengan Gereja RK memiliki fakta sejarah tersendiri. Intensitas

pengenalan HKBP terhadap Gereja RK baru mulai tahun 1930-an, itupun pengenalan dari

segi persaingan yang tidak sehat dalam usaha menggarap orang Kristen Batak (warga

HKBP) menjadi anggota Gereja RK. Sehingga pada awalnya, HKBP sangat ketat

menjaga anggotanya supaya jangan sampai terpengaruh oleh bujukan RK. Bahkan HKBP

pernah menerapkan ketentuan, siapa yang meyekolahkan anaknya ke sekolah RK akan

34

3

Ibid 303-304

Page 38: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

dikucilkan dari keanggotaan HKBP dan siapa yang menyetujui perkawinan anaknya

dengan warga RK akan dikenakan Disiplin Gereja.

Namun akhir-akhir ini, hubungan HKBP dengan RK telah mengalami beberapa kemajuan

karena bertitik tolak dari segi positif hubungan Gereja universal itu. Kemajuan tersebut

terjadi setelah adanya perubahan di tubuh Gereja RK, yakni setelah Konsili Vatikan II.

Sejak itu, Gereja RK telah menjadi anggota Komisi Faith and Order dari WCC/DGD

sehingga percakapan antara pihak RK dengan HKBP semakin terbuka dan bahkan sampai

kepada maslah dogam. HKBP telah mengakui baptisan Gereja RK, demikian juga

sebaliknya. Para anggota HKBP telah banyak yang mengikuti pendidikan di sekolah

RK.35

3.5 Konflik di HKBP

3.5.1. HKBP dan Politik Kekuasaan

Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda terjadi konflik antara penguasa Belanda

dengan masyrakat Batak, terutama kelompok yang melakukan reaksi demi mempertahankan

eksistensinya. Antara lain, raja-raja di kalangan etnis Batak, secara khusus Sisingamangaraja XII,

golongan parhudamdam, parbaringin, silimin di Pakpak, organisasi kemasyrakatan HKB

(Hatopan Kristen Batak) dan lain-lain.

Pada zaman kemerdekaan Indonesia hingga kini, HKBP sebagai bagian dari etnis Batak di NKRI

mencatat dua peristiwa yang menampakkan wajah kekerasaan kekuasaan dari pemerintah yang

sedang berkuasa. Pertama, peristiwa konfrontasi antara “tentara pusat” dengan “tentara daerah”

di propinsi Sumatera Utara. Kedua, tragedi peristiwa Partai Komunis Indonesia (PKI) di

35

3

Ibid 307

Page 39: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Tapanuli dan Sumatera Utara. Kedua peristiwa ini terjadi dalam kurun waktu 1950-an dan 1960-

an. Bagi HKBP, situasi pada 1958-1961 tidak lepas dari konflik antara kekuatan tentara pusat dan

tentara daerah propinsi Sumatera Utara.36

3.5.2. Konflik pada Zaman Pendirian Pargodungon: 1860-1900-an

Para penginjil RMG tidak luput dari kasus-kasus pertikaian antara para raja maupun

pemuka masyarakat Batak. Termasuk saat para penginjil mengajukan permintaan untuk

memperoleh sebidang tanah pertapakan sebagai tempat membangun pargodungon atau setasi

sending di tengah gugusan desa-desa Batak. Kesediaan atau penolakan para pemuka masyarakat

Batak terhadap permintaan tersebut dapat menimbulkan konflik atau sikap pro-kontra.

Konflik sedemikian itu, pertama sekali dialami oleh penginjil Klammer di Sipirok. Pada tahun

1865, beliau ingin menentukan tempat pemukimannya dan sekaligus membangun Gereja di

Sipirok. Tetapi sebagian masyrakat Batak yang beragama Islam keberatan dan menolak. Lalu

Klamer menjelaskan bahwa di sana juga akan dibangun gedungsekolah sebagai tempat belajar

bagi seluruh anak-anak masyarakat di Sipirok tanpa membedakan apakh Kristen, Islam dan

animis. Penjelasn tersebut dapat mengurangi ketegangan dan konflik.37

3.5.3. Konflik Internal dan Perpecahan dalam Jemaat : 1920-an

Lahirnya media massa cetak dan organisasi kemasyarakatan menunjukkan ciri-ciri baru

masyrakat Batak yang sedang memasuki dunia modern. Mereka juga telah mengkritisi

keberadaan pemerintahan kolonial Belanda. Kaum intelektual Kristen Batak sudah

36

3

J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 308

37

3

Ibid 313-314

Page 40: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

menampakkan eksistensinya melalui HKB dan mendirikan beberapa sekolah dengan swadaya

masyarakat. Arus migrasi spontan dari bona pasogit pun semakin marak dan nyata. Di kota-kota

administrasi dan pusat ekonomi di Sumatera Utara (Pematangsiantar, Tebingtinggi, Medan)

bahkan sampai di pulau Jawa (Jakarta) telah berdiri jemaat-jemaat Kristen Batak yang

didominasi etnis Batak Toba.

Pada pihak lain, para penginjil Jerman sebagai pemimpin jemaat dan Gereja Batak

mencurigai suara-suara kritis dari pihak cendekiawan Kristen Batak. Sehingga jika pada awalnya

hubungan penginjil Jerman dengan kaum intelektual Batak terjalin baik tetapi kemudian muncul

konflik pemikiran dan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan Gereja yang mandiri,

Gereja yang manjunjung baringinna. Kaum intelektual Kristen Batak secara khusus yang

terkordinasi dalam HKB (1917-1930-an) menyuarakan supaya kaum Kristen Batak ikut

memimpin Gereja Batak (HKBP). Suara-suara sedemikian turut mempengaruhi timbulnya jarak

antara sekelompok kaum intelektual Kristen Batak dengan para penginjil Jerman. Karena dalam

pandangan pimpinan Batakmission (didalamnya organisasi Gereja Batak: Huria Kristen Batak

sejak 1925 dan HKBP sejak 1929) Ephorus Dr. J. Warneck masih belum saatnya mengahdirkan

Gereja Batak yang mandiri. Situasi ini memunculkan konflik internal dalam jemaat. Tetapi

konflik tersebut hanya sebatas beda pemahaman dan tidak ada niat kaum intelektual Batak

Kristen untuk membentuk sebuah Gereja Batak yang lepas dari badan sending Rhein.38

3.5.4. Lahirnya Gereja “HChB”: 1 Mei 1927

Skisma pertama dalam jemaat Batak muncul dari kalangan anggota jemaat

Pematangsiantar (Kampung Kristen). Ketika itu, jemaat-jemaat Batak masih menyatu dalam

38

3

Ibid 315-316

Page 41: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

organisasi kegerajaan “Batakmission”: sending Jerman Rhein di Tanah Batak dan Gereja Batak.

Anggota jemaat dimaksud berdomisili di Pantoan, Batu Opat, terpaut jarak sekitar empat

kilometer dari gedung gereja Pematangsiantar (berdiri 1907). Jadi pentas bagi terjadinya skisma

dalam tubuh Gereja Batak bukan daerah bona pasogit (Tapanuli) melainkan daerah transisional

Pematangsiantar, Simalungun. Ide skisma tersebut kemudian disebarkan ke bona pasogit dengan

mengikuti jalur hubungan kekerabatan, yaitu di daerah pemukiman marga Panggabean di

Lumbansiagian. Di sanalah diterima kehadiran “Huria Chisten Batak” (HChB).

Tokoh pendiri HChB Sutan Malu Panggabean, beserta warga jemaat lainnya pernah

memohon izin untuk mendirikan jemaat di Pantoan. Tetapi ditolak oleh majelis jemaat

Pematangsiantar sehingga semua orang Kristen Batak tetap masih harus bergabung di jemaat

Kampung Kristen. Penolakan inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan Sutan Malu

bersama rekan-rekannya antara lain W.O. Simanullang menyatakan bahwa mereka mulai tanggal

1 Mei 1927 tidak lagi menjalin hubungan dengan lembaga sending Rhein Jerman (RMG).

Mereka mengungkapkan, telah membentuk sebuah gereja yang mandiri dalam segala urusan

gerejawi.39

3.5.5. Gereja “Mission Batak”: 17 Juli 1927

Skisma kedua terjadi di jemaat Batak di Medan. Pada tahun 1912, ephorus I.L.

Nomensen menempatkan Gr. Josia Hutabarat melayani di jemaat Medan. Ketika itu, tempat

kebaktian mereka masih berpindah-pindah menggunakan gedung gereja-gereja protestan di

39

3

Ibid 317-318

Page 42: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

sekitar Medan. Mulai 1913, jemaat Medan berupaya menggalang dana pembangunan. Anggota

jemaat dengan sukarela memberikan dana untuk mendirikan sebuah gedung gereja sendiri.

Alasan perpecahan sangat berkaitan erat dengan penetapan lokasi gedung gereja. Ketika itu,

pemerintah menawarkan dua lokasi. Kelompok Andreas Lumbantobing menghendaki lokasi

yang terletak di pusat kota Medan. Namun mayoritas anggota majelis dan panitia pembangunan

menemukan tempat lain, yang akhirnya dipilih sebagai lokasi pembangunan gedung gereja.

Selain perbedaan pendapat tentang lokasi bangunan gereja, terindikasi pula adanya rasa tidk puas

terhadap kebijakan ephorus J. Warneck yang dianggap terlalu bersifat “perintah” dari atas.

Pemilihan “Mission Batak” menjadi nama Gereja yang memisahkan diri itu disertai keinginan

untuk mengangkat kedudukan Gereja Batak setara dengan kedudukan lembaga sending

“Rheinisce Mission” dari Eropa, yang di Hindia Belanda dikenal dengan nama “Batak

Mission”.40

3.5.6. Gereja “HChB Medan Parjolo”: 5 Agustus 1928

Sikap anti sending Rhein Jerman dianggap membahayakan jemaat Batak di Medan

sehingga seorang penginjil Jerman bernama August Theis ditempatkan di Medan. Ketika

penempatan penginjil diberitahukan kepada jemaat, majelis mengalami reaksi keras dari satu

kelompok dengan menentang penempatan tersebut. Mereka berpendapat, jemaat Medan tidak

membutuhkan seorang tuan pendeta Jerman demi mempertahankan status kemandirian jemaat

Medan. Mereka menganggap suatu ciri dari jemaat yang mandiri adalah tanpa dipimpin seorang

tuan pendeta Jerman. Kelompok ini mengajukan penolakan pada 8 Juli 1928. Pada tanggal 5

Agustus 1928, kelompok oposisi tersebut mendirikan sebuah jemaat bernama “Hoeria Chisten

40

4

Ibid 319

Page 43: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Batak Medan Pardjolo” (HChB Medan Parjolo). Inilah skisma yang ketiga dalam sejarah jemaat-

jemaat Batak di parserahan pada zaman sending Rhein RMG.41

3.5.7. Gereja “PKB”: 10 Juli 1927

Skisma keempat terjadi di jemaat parserahan di Jakarta. Sejak 1919 kaum Kristen Batak

di Jakarta telah melakukan ibadah minggu dalam bahasa Batak Toba. Mereka telah membentuk

dirinya sebagai sebuah jemaat, lengkap dengan struktur kepengurusan yang terdiri atas majelis

Jemaat dan pimpinan majelis yang dipilih oleh jemaat. Pada 1922, jemaat Jakarta dilayankan

seorng pandeta Batak, Pdt. Mulia Nainggolan , yang ditempatkan Ephorus J. Warneck atas

permohonan majelis jemaat. Jemaat tersebut juga dapat memenuhi syarat yang ditetapkan, yaitu

mengemban gaji pendeta, atas bantuan Gereja-gereja Protestan di Jakarta antara lain Gereja

Gereformeerd hingga 1927. Ketika timbul perselisihan paham dikalangan majelsi jemaat, mereka

menggelar rapat untuk memilih pengurus baru pada tahun 1926. Policarpus Panggabean terpilih

menjadi ketua majelis. Namun beberapa anggota pengurus lama tidak mengakui hasil rapat

majelis jemaat. Sehingga jemaat terpecah menjadi dua kelompok. Pengurus yang baru meminta

pertimbangan Ephorus Dr. J. Warneck. Atas saran beliau, Pdt. Mulia Nainggolan mengumumkan

agar diadakan pemilihan kembali pemilihan majelis jemaat.

Para pendukung pengurus yang baru tidak menerima pesan Ephorus, mengngat selama ini

jemaat Jakarta menikmati kedudukan mandiri terhadap sending Rhein RMG. Sebaliknya,

anggota pengurus yang lama setuju membentuk “majelis” yang baru. Kemudian kelompok yang

tidak setuju pada kebijakan Ephorus membentuk sebuah gereja yang mereka sebut “punguan

Kristen Batak” (PKB) pada 10 Juli 1927. Perpecahan ini diduga tidak lepas dari unsur

41

4

Ibid 320

Page 44: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

primordialisme kedaerahan, yaitu antara mereka yang berasal daerah Silindung dan mereka yang

berasal dari Angkola.42

3.5.8. Gerakan Kristen Batak Angkola: 1940-an

Pada tahun 1941 beredar brosur dengan judul Paimbaruhon HKBP (pembaharuan

HKBP). Informasi mengenai ini disampaikan seorang penginjil Belanda (BNZ) kepada rekannya

pada Januari 1941 dengan mengatakan: “Kini saya telah menyusun atas permintaan sekelompok

orang Kristen Angkola sebuah rencana pembaharuan untuk HKBP. Dokter rumah sakit, dr. S.C.

Nainggolan, telah menerjemahkannya ke dalam bahasa Batak Angkola dan bahasa Batak Toba,

dan dicetak sebanyak 1500 eks. Penulis brosur yaitu Gramberg, bersembunyi dibalik nama

seorang dokter Batak Angkola. Kedua tokoh tersebut sangat berperan menggalang kekuatan

dalam gereja HKBP berdasarkan sentimen kedaerahan Angkola. Usai sinode Godang HKBP, 26

Oktober 1940, mereka berhasil membentuk sebuah “Komisi Huria Kristen Batak Protestan

Angkola”.43

3.5.9. Konflik Tingkat Distrik: 1959-1960

Sejak tahun 1959 terjadi masalah yang mengakibatkan konflik dikalangan pelayan dan

warga jemaat di distrik IX (Jawa Kalimantan). Pemicunya adalah kehadiran anggota jemaat yang

bukan utusan resmi dari sebuah jemaat pada Sinode Distrik IX tahun 1959 di Palembang.

Pimpinan HKBP saat itu telah mengirimkan petunjuk pelaksanaan Sinode Distrik, yaitu agar

memperhatikan tata cara umum di HKBP. Sebagian pelayan HKBP di distrik IX tidak mengakui

42

4

Ibid 322

43

4

Ibid 324-325

Page 45: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

keputusan Sinode Distrik IX 1959 karena dari antara utusan sinode terdapat anggota jemaat biasa

yang bukan majelis jemaat.

Tetapi nampaknya masalah Distrik IX tidak terselesaikan secara tuntas. Dalam situasi

sedemikian harus ditetapkan pula sebuah Tata Gereja baru di HKBP, 1962-1972. Tata Gereja ini

membawa beragam perubahan dalam penataan organisasi HKBP dari aras jemaat hingga ke

pusat.44

3.5.10. Skisma 1960-an

Skisma tahun 1960-an berkaitan dengan langkah-langkah yang diambil pimpinan pusat

HKBP dalam mengelola pengesahan dan pemberlakuan Tata Gereja 1962-1972 di tingkat

sinodal. Antara lain: cara penyelesaian masalah melalui pemecatan para pelayan penuh waktu

dan anggota jemaat; cara penyelesaian masalah yang timbul di Universitas HKBP Nommensen

(UHN). Dalam situasi ini muncul pula badan-badan yang dibentuk di luar struktur HKBP, seperti

“Panitia Penghubung Hasadaon HKBP (PPH-HKBP), Panitia Panidangi Reformasi HKBP”

(PPR-HKBP) dan “Dewan Keutuhan HKBP” (DK-HKBP) pada Oktober 1963. Dan adanya

perebutan gedung gereja sering terjadi, yaitu antara pihak penentang dengan pihak pengikut

PPH-HKBP dan PPR-HKBP.45

3.5.11. Konflik HKBP tahun 1992 - 199846

444 Ibid 326-327

454 Ibid 327-328

464 J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, (Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011), 331-334

Page 46: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Menjelang memasuki era industrialisasi dan modern, pada tahun 1987 HKBP mengalami

pergumulan yang hebat akibat bencana gempa bumi yang mengguncang daerah Tapanuli Uatra.

Bencana tersebut merupakan ujian berat bagi HKBP. Puluhan ribu masyarakat di darah Silindung

terpaksa hidup ditenda pengungsian karena rumah mereka roboh diguncang gempa bumi. Suatu

tantangan bagi HKBP saaut itu adalah bagaimana memulihkan iman dan pengharapan baru

warga jemaat yang menjadi korban bencana.

Ditengah-tengah situasi itu, HKBP juga mulai mengalami kerikil-kerikil yang mengganggu

berbagai usaha memperbaiki kehidupan spiritual dan sosial jemaatnya. Beberapa persoalan

internal yang terjadi dalam tubuh HKBP secara umum dapat dipahami sebagai wujud

keterbatasan HKBP untuk menata, mengorganisir secara kritis dan dinamis didalam kerangka

mencapai konsensus dan tujuan damai.

Dalam konteks sedemikian, HKBP terjebak ke dalam “konflik internal”. Konflik tersebut,

yaitu :

a. Ketidakpuasan terhadap Praktik Ibadah Penginjilan TEN

Setelah pemungutan suara pada Sinode Godang 1986, terpilih menjadi Ephorus HKBP periode

1987-1992 adalah Pdt. Dr. S.A.E. Nababan dan sekjen adalah Pdt. O.P.T. Simorangkir. Selama

periode ini banyak program kerja yang dilaksanakan untuk memajukan HKBP menghadapi era

Industrialisasi. Pada kurun waktu ini pula banyak pendeta HKBP yang mengikuti program studi

pascasarjana di bidang teologi dan bidang studi lainnya. Bahkan sudah dicanangkan program

memperbaharui Tata Gereja dan Konfesi HKBP. Namun sejak pertengahan 1987 mulai muncul

konflik internal di HKBP karena pimpinan HKBP merestui safari penginjilan Tim Evangelisasi

Nehemia (TEN) dari Jakarta ke Tapanuli. Sekelompok kecil pendeta HKBP yang dianamai

“kelompok sebelas” mengkrirtisi kehadiran dan cara pelaksanaan ibadah TEN yang dinilai

Page 47: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

bernuansa “kharismatik”. Penilaian tersebut disebar-luaskan melalui buku yang mereka terbitkan

dengan judul Quo Vadis HKBP. Isi buku itu dianggap terlalu menyalahkan pimpina HKBP

sehingga dibicarakan dalam rapat majelis pusat HKBP tanggal 24-26 Oktober 1988 dan Sinode

Godang HKBP tanggal 10-15 Nopember 1988. Hasil Sinode Godag memberi sanksi terhadap

“kelompok sebelas” dengan memberhentikan mereka dari jabatan Pendeta. Tetapi konflik

internal HKBP semakin menajam karena kemitraan kerja diantara Ephorus dan Sekjen saat itu

tidak terjalin secara baik. Konflik semakin memanas pada akhir periode kepemimpina HKBP

1987-1992.

b. Kegagalan Sinode Godang HKBP 1992 Memilih Pimpinan Baru

Pada sinode godang HKBP, 23-28 Nopember 1992, direncanakan memilih pimpinan baru

periode 1992-1998. Proses pemilihan Ephorus dan Sekjen itu berlangsung dalam suasana tidak

kondusif dan kacau sehingga menemui jalan buntu dan gagal. Sejak saat itu terdapat dua

kelompok yang berbeda sikap dikalangan para pelayan dan jemaat HKBP. Pertama, kelompok

yang menamakan diri sebagai pro Aturan-Peraturan HKBP, yang kedua, kelompok yang pro

Sindode Godang Istimewa, 11-13 Februari 1993 (Sinode Godang bentukan Pemerintah). Menpan

pada saat itu, T.B. Silalahi berupaya menyelesaikan konflik HKBP dengan mempertemukan Pdt.

Dr. S.A.E. Nababan, LLD dan Pdt. Dr. P.W.T. Simanjuntak. Hasil pertemuan mereka

mewujudkan beberapa butir kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh yang bersangkutan

pada Juni 1994, kesepakatan itu berisikan bahwa pihak Pdt. S.A.E. Nababan mendukung

keputusan pemerintah dengan mengakui Pdt. Dr. P.W.T. Simanjuntak sebagai Ephorus dan

memberi kesempatan kepadanya untuk memimpin HKBP dengan rukun dan damai.

Tetapi isi kesepakatn bersama itu, tidak dilaksanakan dan konflik internal HKBP pun

terus berlanjut hingga Sinode Godang HKBP pada 18-20 Desember 1998.

Page 48: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

3.6. Perkembangan HKBP tahun 2011

3.6.1. Jumlah Pelayan di HKBP47

Sampai tahun 2011, HKBP semakin berkembang bahkan hingga sampai ke penjuru dunia. Dan

diperkirakan jumlah jemaat HKBP ± 2 juta orang. Kini jemaat HKBP bukan hanya di dominasi

oleh orang Batak saja, namun terdapat juga dari berbagai suku.

Pelayan JumlahPendeta 1371 OrangGuru jemaat 290 OrangBibelvrouw 212 OrangDiakones 136 ang

3.6.2. Rekapitulasi Jemaat HKBP

No. Distrik Ressort Pers. Ressort

Jemaat Pos. Pel Pos. PI

1. Tapsel- Sumbar 14 1 123 2 -2 Silindung 38 - 202 - -3. Humbang 26 - 156 - -4. Toba 27 1 166 - -5. Sumatera timur 44 - 213 1 -6. Dairi 30 - 220 - -7. Samosir 21 1 106 - -8. Jawa Kalimantan 20 - 61 - -9. Sibolga 25 - 180 6 -10. Medan Aceh 76 2 233 6 -11. Toba Hasundutan 8 - 28 - -12. Tanah Alas 8 - 45 - -

474 Data dari Kantor Pusat HKBP Tarutung melalui Pdt. T. J. Aritonang (Sekretaris Khusus Ephorus HKBP) 15-03-2012

Page 49: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

13. Asahan Labuhan batu

20 3 188 - -

14. Tebingtinggi Deli 23 - 128 - -15. Sumatera Bagian

Selatan 18 - 99 2 -

16. Humbang Habinsaran

22 - 114 - -

17. Indonesia Bagian Timur

20 - 48 - -

18. JABARTENGDIY 14 1 36 6 -19. Jakarta-2 33 2 72 2 -20. Kepulauan Riau 10 - 46 1 -21. Jakarta-3 22 2 51 4 -22. Riau 40 1 316 29 -23. Langkat 14 - 69 - -24. Tanahjawa 10 - 65 1 -25. Jambi 8 - 45 7 -26. Labuhanbatu 20 - 177 - -27. Amerika serikat 3 - 3 - -28. Pos Pekabaran Injil 25

Jumlah 614 14 3190 67 25

3.7. Kesimpulan Bab III

Perjalanan sejarah Tanah Batak sampai masuknya tiga kekuatan asing secara bersamaan,

yaitu agama Islam, kolonialisme Belanda, dan agama Kristen disimpulkan sebagai zaman Pidari

atau zaman Bonjol. Zaman ini diwarnai dengan situasi yang penuh dengan konflik sosial dan

perang antar desa. Selain itu, praktek judi dan praktek rentenir oleh para raja desa, juga

menambah keterpurukan masyarakat. Ditambah lagi, seringnya masyarakat ditimpa wabah

penyakit seperti begu antuk (penyakit kolera atau penyakit sampar), pengalaman-pengalaman

pahit ditimpa gempa dan minimnya pangan pada musim menanam padi. Zaman pra-penginjilan

ini, sering disebut dengan zaman yang penuh kegelapan, kekacauan, dan zaman penyembahan

berhala (hasipelebeguon). Para penginjil dari dunia barat tergerak hatinya untuk membuka

lapangan penginjilan di Tanah Batak sekalipun informasi tentang keadaan daerah tersebut masih

sangat kurang. Dengan semangat menginjili, mereka mencoba memasuki daerah Tanah Batak.

Page 50: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

Satu-satunya pintu masuk bagi mereka yang datang dari dunia barat (Eropa dan Amerika) adalah

melalui pelabuhan di pantai Sumatera bagian Barat seperti Padang, Natal dan Sibolga.

Para penginjil RMG melukiskan kehadiran Injil Yesus Kristus di Tanah Batak bagai perang

antara terang dan kegelapan, antara pemerintahan Tuhan Allah dan pemerintahan iblis (sibolis).

Demi menonjolkan rahmat yang dibawa oleh para penginjil sejak penghujung tahun 1850-an di

Mandailing dan Angkola. Daerah tanah batak di bagian selatan tersebut telah diduduki Belanda

sejak 1830-an dan kemudian Belanda melanjutkan ekspansinya ke Tanah Batak bagian Utara

mulai dari Silindung pada tahun 1878. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa serangan-serangan

Padri itu tidak hanya memporak-porandakan seluruh Tanah Batak bagian Selatan sampai di

daerah sekitar Danau Toba di bagian Utara, tetapi juga memicu reaksiberantai berupa

melemahnya hukum tradisional dan terjadinya demoralisasi.

Perkembangan HKBP dimulai dari masa sending RMG, tentu bukanlah hal mudah hingga

bisa mencapai usia 150 tahun. Banyaknya “kerikil-kerikil tajam” tentu membuat HKBP lebih

teruji di setiap perkembangan zaman. HKBP pernah mengalami konflik, mengalami perpecahan,

hingga mendapat intervensi dari pemerintah, namun itu semua membuat HKBP menjadi tahan

uji. Dengan berkat dan anugerah dari Allah, kini HKBP menjadi gereja yang inklusif, dialogis

dan terbuka tanpa meninggalkan ke-Batakan nya sesuai dengan visi HKBP saat ini. Dengan

banyaknya jumlah jemaat dan bakal jemaat, maka HKBP banyak menerima tantangan, baik dari

pihak luar maupun dari dalam HKBP sendiri. Harapan baru untuk HKBP dengan usia yang ke-

150 tahun adalah tetap mengabarkan Injil Keselamatan sampai ke seluruh dunia. Dengan hal ini

berarti gereja HKBP tidak sekedar beradaptasi dengan perkembangan zaman, melainkan justru

yang lebih utama harus memberikan kontribusi membentuk arah perjalanan zaman. Karena masa

Page 51: Misi Nommensen dengan HKBP Kini (Suatu Perbandingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2857/4/T1... · Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan

depan yang dibayangkan HKBP adalah terciptanya tatanan kehidupan yang beradab dalam terang

kerajaan Allah.