mioma uteri

Upload: eirene-simbolon

Post on 13-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mioma uteri atau yang sering disebut dengan leiomioma atau fibroid merupakan salah satu tumor jinak pada uterus yang paling sering dialami perempuan usia reproduktif.

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 mioma uteri

    1/30

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

    penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

    Mioma Uteri. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.

    Hardi Gurning selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan

    masukan selama penulisan laporan kasus ini.

    Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat

    dalam menyelesaikan program internsip dan memberikan informasi mengenai

    Mioma Uteri dari etiologi hingga penatalaksanaannya. Dengan demikian

    diharapkan dapat memberi kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan.

    Penulis menyadari bahwa lapora kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran untuk perbaikan penulisan

    laporan kasus selanjutnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.

    Sidikalang, April 2014

    dr. Eirene Simbolon

  • 5/24/2018 mioma uteri

    2/30

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

    BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3

    2.1. Anatomi Uterus ......................................................................... 3

    2.2. Mioma Uteri .............................................................................. 4

    2.2.1 Definisi ............................................................................ 4

    2.2.2. Epidemiologi .................................................................. 5

    2.2.3. Faktor Risiko ................................................................. 5

    2.2.4. Patogenesis ..................................................................... 7

    2.2.5. Karakteristik dan Klasifikasi ....................................... 9

    2.2.6. Tanda dan Gejala Klinis ............................................... 11

    2.2.7. Diagnosis ........................................................................ 14

    2.2.8. Penatalaksanaan ............................................................ 17

    BAB 3 LAPORAN KASUS ......................................................................... 24

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

  • 5/24/2018 mioma uteri

    3/30

    BAB1

    PENDAHULUAN

    Keluhan dan kelainan reproduksi sering terjadi akibat adanya disfungsi

    alat genital.1 Salah satu kelainan tersebut adalah mioma uteri. Mioma uteri atau

    yang dikenal juga dengan nama fibroid dan leimioma merupakan tumor jinak

    yang berasal dari miometrium uterus dan menjadi tumor paling banyak di rongga

    pelvis.2,3 Insidensi pasti penyakit ini tidak diketahui karena banyak pasien yang

    asimtomatik. Diperkirakan 2-12,8 dari 1000 perempuan usia reproduktif di

    Amerika Serikat menderita mioma. Prevalensi penyakit ini di Amerika Serikat

    diperkirakan mengenai 77% wanita usia reproduktif. Faktor hormonal, riwayat

    keluarga, ras Afrika, dan obesitas meningkatkan risiko mioma.4 Insidensinya

    meningkat pada dekade keempat dan menurun setelah menopause.5,6,7

    Pertumbuhan tumor ini mungkin satu atau lebih dan mempunyai berbagai ukuran

    dari sekecil mikroskopik hingga membentuk tumor seberat 40 kg.3

    Pada beberapa negara, mioma uteri menjadi penyebab utama histerektomi.

    Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap 518.828 histerektomi pada tahun

    2005, 282.291 (54%) diantaranya menderita mioma uteri.4 Di Amerika Serikat,

    mioma menjadi indikasi dilakukannya 600.000 histerektomi per tahun.2 Mioma

    belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarke, sedangkan setelah

    menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Berdasarkan otopsi,

    ditemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma dan pada

    wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak.3

    Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderitaginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20

    tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun. Mioma uteri ini lebih sering

    didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur.7

    Tidak ada bukti yang kuat mengatakan bahwa estrogen menjadi penyebab

    mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor pertumbuhan

    miomatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma memang lebih

  • 5/24/2018 mioma uteri

    4/30

    tinggi dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih rendah

    dibandingkan dengan di endometrium. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil

    atau terpapar estrogen walaupun progesteron dianggap sebagai penyeimbang

    estrogen, tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten.7

    Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling

    sering terjadi. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita

    dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur

    dan tidak teratur. Selain itu, gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah rasa

    nyeri, teraba massa, maupun infertilitas.5,6,7

    Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital

    Korea yang dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus

    mioma uteri tebanyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-

    rata 42,97 tahun. Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah

    perdarahan pervaginam abnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah

    yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi anatomi (51,3%). Kadar

    haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr% dan 37,6%

    diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai

    tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%).8

  • 5/24/2018 mioma uteri

    5/30

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi Uterus

    Uterus merupakan salah satu organ genitalia interna perempuan.

    Umumnya uterus pada orang dewasa terletak di sumbu tulang panggul dengan

    posisi anteversiofleksi dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus

    uteri mengarah ke depan Uterus pada orang dewasa berbentuk seperti buah pir

    yang sedikit gepeng. Panjang uterus 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan berat lebih

    kurang 70 gram.1,2

    Gambar 2.1. Potongan Sagital Genitalis Interna

    Sumber:Monga, 2008

    Gambar 2.2. Dimensi Uterus

    Sumber:Monga, 2008

  • 5/24/2018 mioma uteri

    6/30

    Uterus terdiri dari korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3

    bagian bawah). Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang

    membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis), yang terletak di serviks.

    Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri. Antara

    korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut ismus uteri.1

    Gambar 2.3. Potongan Koronal Kavum Uteri

    Sumber:Monga, 2008

    Bagian atas uterus disebut fundus uteri. Di situ, tuba fallopii kanan dan kiri

    masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri dari endometrium, miometrium, dan

    serosum. Sebagian besarnya merupakan miometrium, yaitu lapisan otot polos

    yang dapat berkontraksi dan berelaksasi. Endometriium merupakan selaput lendir

    yang mengisi kavum uteri. Lapisan ini banyak mengandung kelenjar dan

    pembuluh darah yang berlekuk-lekuk, dan epitel selapis kubik.pertumbuhan dan

    fungsi endometrium sangat dpengaruhi oleh hormon steroid ovarium. Serosum

    merupakan lapisan peritoneum viseral yang melapisi uterus di bagian luar.

    Perdarahan uterus berasal dari arteri uterina dan arteri ovarika.1,2

    2.2. Mioma Uteri

    2.2.1. Definisi

    Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah sel

    otot polos rahim (miometrium).7Dalam literatur penyakit ini sering disebut juga

    fibroid dan leimioma.6

  • 5/24/2018 mioma uteri

    7/30

    2.2.2. Epidemiologi

    Insidensi pasti Mioma Uteri pada perempuan usia reproduktif tidak

    diketahui. Hal ini dikarenakan banyak mioma yang asimptomatik, ukuran fibroid

    mengecil setelah menopause, dan metode diagnostik untuk mendeteksi penyakit

    ini memiliki perbedaan sensitivitas yang tinggi. Penelitian yang dilakukan

    Schwartz di Amerika Serikat mendapati insidensi yang bervariasi dari 2,0-12,8

    per 1000 perempuan per tahunnya.3

    Mioma uteri yang simtomatik terjadi pada 20-25% perempuan.5,7,8Namun

    dari pemeriksaan histopatologi maupun ultrasonografi (USG) insidensinya bisa

    mencapai 70-80%.7,8

    Berdasarkan usia, insidensinya tinggi pada perempuan usia 40-49 tahun.

    Penelitian yang dilakukan Marshall pada 95.061 pasien, insidensi pada usia 25-29

    tahun 4,3 per 1000 orang; usia 30-34 tahun 9 per 1000; 14,7 pada usia 35-39

    tahun, dan 22,5 per 1000 pasien usia 40-49 tahun. Insidensi pada usia 40-49 tahun

    5,2 kali lebih tinggi dibandingkan usia 25-29 tahun.3

    Perbedaan ras juga berperan penting secara epidemiologi. Banyak

    penelitian telah dilakukan dan sama-sama mendapati bahwa insidensi Mioma

    Uteri pada perempuan keturunan Afrika-Amerika lebih tinggi 2-3 kali

    dibandingkan perempuan kulit putih. Baik perempuan premenopause dan post

    menopause keturunan Afrika-Amerika mempunyai angka kejadian Mioma yang

    lebih tinggi dibandingkan perempuan ras lain dengan usia sama. Insidensi paling

    rendah pada perempuan Asia, diikuti perempuan kulit putih dan Hispanik.3,6

    2.2.3. Faktor Risiko

    Selain usia dan ras yang secara epidemiologi merupakan faktor risiko yangpaling signifikan, terdapat faktor-faktor lain yang telah diteliti berpotensi

    meningkatkan kekerapan terjadinya Mioma.

    a. Faktor MenstruasiStudi multipel mendapati peningkatan pertumbuhan mioma akibat respon

    estrogen. Paparan estrogen yang lama meningkatkan insidensi Mioma.

    Penelitian ini mendukung bahwa menstruasi pertama (menarke) dini

  • 5/24/2018 mioma uteri

    8/30

    meningkatkan risiko. Penelitian pada populasi berbeda yang dilakukan

    Marshall dan Faerstein keduanya mendapati insidensi yang meningkat bila

    menarkenya pada usia kurang dari 11 tahun dan rendah pada perempuan yang

    menarkenya usia lebih dari 16 tahun.3

    Pola menstruasi juga berpengaruh dimana insidensinya meningkat bila

    durasi menstruasi lama, jumlah perdarahan banyak dan siklus menstruasi

    pendek.3

    b. Gravida dan ParitasPerempuan dengan paritas tinggi mempunyai insidensi Mioma lebih

    rendah. Insidensinya berkurang 70-80% pada perempuan dengan paritas lebih

    dari 4 kali. Penelitian yang dilakukan Chen et al pada perempuan Kaukasian,

    didapati insidensinya turun 70% bila mempunyai anak hidup minimal 2.

    Namun faktor ini tidak mempunyai peran yang signifikan terhadap insidensi

    Mioma pada perempuan keturunan Afrika-Amerika.3

    c. InfertilitasFaktor ini masih terus diteliti karena sulit menentukan apakah infertilitas

    yang menyebabkan mioma atau mioma yang menyebabkan infertilitas.

    Meskipun demikian, beberapa penelitian menunjukkan infertilitas akan

    meningkatkan paparan estrogen yang meningkatkan ukuran mioma.

    d. Paparan HormonPenelitian pada hewan menunjukkan mioma berespon terhadap paparan

    estrogen dan progestin. Banyak studi yang meneliti hubungan antarakontrasepsi oral dengan mioma, dan hasilnya masih bervariasi dan

    bertentangan. Beberapa penelitian menunjukan kontrasepsi oral meningkatkan

    risiko, beberapa mendapati tidak ada hubungan, sementara lainnya mendapati

    penurunan risiko sebanyak 31% pada perempuan yang memakai kontrasepsi

    oral selama lebih dari 10 tahun. Penelitian pada perempuan Afrika-Amerika

  • 5/24/2018 mioma uteri

    9/30

    yang menggunakan kontrasepsi oral, didapati peningkatan ukuran mioma,

    terutama bila kontrasepsinya dipakai sejak remaja.3

    Ukuran mioma berkurang setelah menopause. Obesitas meningkatkan

    risiko mioma. Indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25,4 kg/m2 mempunyai

    kecenderungan 2,3 kali lebih besar terjadi mioma. Merokok secara konsisten

    menunjukkan penurunan risiko mioma. Penelitian yang dilakukan pada

    perempuan ras Afrika-Amerika perokok menunjukkan tidak ada perubahan

    yang signifikan terhadap angka kejadian mioma. Namun secara teori, merokok

    menyebabkan penurunan kadar estrogen yang menyebabkan perubahan ukuran

    mioma. Meskipun demikian, hubungan ini belum dapat dibuktikan.3

    Tabel 2.1 Hubungan antara Faktor Risiko, Risiko Mioma dan Hormon

    Estrogen

    Faktor Risiko Risiko Mioma Hormon Estrogen

    Postmenopause Berkurang Hipoestrogen

    Menarke Dini Meningkat Lama paparan estrogen meningkat

    Obesitas Meningkat Peningkatan konversi androgen

    menjadi estrogen

    Kehamilan Berkurang Terdapat fase istirahat terpapar

    estrogen dan terjadi remodeling uterus

    selama involusi post partum

    Kontrasepsi Oral

    Kombinasi

    Berkurang Progesteron menghalangi paparan

    estrogen

    Merokok Berkurang Penurunan kadar estrogen dalam darah

    Ras Afrika-Amerika Meningkat Perbedaan genetik dalam produksi dan

    metabolisme hormon

    Riwayat Keluarga Meningkat Perbedaan genetik dalam produksi dan

    metabolisme hormon

    Sumber: Hoffmann, 2008

    2.2.4. Patogenesis

    Berbagai mekanisme diajukan sebagai faktor predisposisi mioma.

    Beberapa hipotesis diantaranya faktor genetik, siklus menstruasi yang

    berhubungan dengan disregulasi mitosis dan perubahan sel miometrium sebagai

  • 5/24/2018 mioma uteri

    10/30

    respon terhadap iskemik. Meskipun banyak hipotesis dan bukti-bukti telah diteliti,

    belum ada penyebab spesifik yang diidentifikasi sebagai penyebab mioma.3

    Dasar genetik terbentuknya mioma adalah abnormalitas genetik. Meskipun

    sebagian besar mioma secara kromosom normal, hampir 40% terdapat kelainan

    kromosom.Gross et al mengklasifikasikannya terhadap 6 subgrup yaitu t(12,14),

    translokasi kromosom, trisomi 12, perubahan pada lengan pendek kromosom 6,

    perubahan pada lengan panjang kromosom 10, dan delesi kromosom 3 dan 7.

    Translokasi kromosom 12-14 signifikan karena keabnormalan ini sering dijupai

    pada neoplasma ginekologik.3 Faktor herediter lain yang berperan adalah defek

    pada gen FH, BHD, TSC2 dan perubahan somatik yang mempengaruhi gen

    HMG2A.5 Winkler dan Hoffman tahun 1938 mendapatkan risiko meningkat 4,2

    kali lebih tinggi bila ibu atau saudara perempuan kandung mempunyai mioma.

    Penelitian lain menunjukkan hasil yang serupa, bahwa ada peningkatan risiko

    mioma pada kerabat tingkat pertama.5

    Gambar 2.4. Patogenesis Mioma Uteri

    Sumber:Laughlin, 2011

    Mioma uteri sendiri menciptakan lingkungan hiperestrogenik, yang

    diperlukan untuk perkembangannya. Bila dibandingkan dengan miometrium

    normal, mioma uteri mempunyai reseptor estrogen yang lebih tinggi, sehingga

    terjadi peningkatan ikatan estradiol. Selain itu, mioma uteri mengubah estradiol

    menjadi estrone yang lemah. Mioma uteri memiliki kadar sitokrom P450

  • 5/24/2018 mioma uteri

    11/30

    aromatase yang lebih tinggi dibandingkan miosit normal. Sitokrom spesifik ini

    mengkonversi androgen menjadi estrogen pada sejumlah sel.Lingkungan ini

    ditambah dengan faktor-faktor risiko yang meningkatkan kadar estrogen dalam

    tubuh meningkatkan pembentukan mioma uteri.6

    2.2.5. Karakteristik dan Klasifikasi

    Mioma uteri dapat berukuran mikroskopik hingga makroskopik. Cukup

    banyak laporan yang mendapati ukuran tumor hingga 45kg. Setiap tumor dibatasi

    oleh pseudokapsul, yang mempermudah jaringan ini dilepaskan (enukleasi) dari

    jaringan miometrium normal. Jumlah mioma bisa satu atau multinoduler dan

    biasanya berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal dan dindingnya licin

    dibandingkan dengan miometrium normal. Secara mikroskopis, mioma memiliki

    sel otot polos yang memanjang. Pada irisan tertentu,mioma menunjukkan pola

    trabekulasi atau pusaran (whorled) otot polos dan jaringan ikat fibrosa dengan

    perbandingan yang bervariasi.7

    Gambar 2.5. Gambaran Degenerasi Gambar 2.6. Potongsn tranversal uterus

    Nekrosis Mioma Uteri menunjukan penurunan suplai arteri padaSumber:Hoffman, 2008 mioma subserosa dan intramural.

    Sumber:Hoffman, 2008

    Jaringan otot pada mioma mudah terjadi degenerasi akibat suplai darah

    yang terbatas dibandingkan dengan ukuran tumor. Akibatnya pada jaringan

    tampak nekrosis dan perdarahan. Dua pertiga mioma yang berukuran besar akan

    mengalami degenerasi yang akhirnya menjadi hemoragik, nekrotik, hingga

    terinfeksi.6 Selain menjadi nekrosis, jaringan mioma yang mengalami penurunan

    pasokan darah dapat mengalami perubahan sekunder sebagai berikut.7

  • 5/24/2018 mioma uteri

    12/30

    Tabel 2.2. Degenerasi Mioma Uteri Akibat Penurunan Suplai Darah

    Atrofi Ukuran tumor mengecil, umumnya terjadi setelah menopause

    atau persalinan.

    Hialin Terjadi pada mioma yang telah matang atau tua. Bagian yang

    awalnya aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan

    pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan,

    melunak, atau melebur menjadi cairan gelatin.

    Kistik Setelah mengalami hialinisasi, cairan gelatin konsistensinya

    menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian

    tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum

    uteri, rongga peritoneum dan retroperitoneum.

    Kalsifikasi Disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai

    mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi,

    sehingga terjadi endapan kalsium karbonat dan fosfat di dalamtumor.

    Septik Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami

    nekrosis di bagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi

    yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut, dan demam

    akut.

    Kaneus Disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan trombosis

    yang diikuti terjadinya bendungan vena dan perdarahan

    sehingga menyebabkan perubahan warna mioma. Sering

    berhubungan dengan kehamilan karena kecepatan pasokannutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih diprioritaskan sehingga

    mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi degenerasi

    aseptik dan infark. Terhadap kehamilannya sendiri, dapat

    terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata

    intravaskular.

    Miksomatosa Atau degenerasi lemak, terjadi setelah proses degenerasi hialin

    dan kistik. sangat jarang dan umumnya asimtomatik.

    Miosarkoma Perubahan menjadi tumor ganan. Terjadi pada 0,1%-0,5%

    penderita mioma uteri.

    Sumber: Adriaansz, 2011

    Berdasarkan lokasi dan arah pertumbuhannya, secara garis besar mioma

    dibagi menjadi tiga.

    a. Mioma submukosaPertumbuhan tumor menempati lapisan di bawah endometrium dan

    menonjol ke dalam (kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas

  • 5/24/2018 mioma uteri

    13/30

    permukaan endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler.

    Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui

    ostium serviks dinamakan mioma geburt. Yang harus diperhatikan dalam

    menangani mioma bertangkai adalah kemungkinan terjadinya torsi dan

    nekrosis sehingga risiko infeksi sangat tinggi.7

    b. Mioma IntramuralMioma yang berkembang di miometrium.7

    c. Mioma SubserosumMioma ini tumbuh di lapisan serosa uterus dan dapat bertumbuh ke arah

    luar dan juga bertangkai. Mioma serosa dapat menjadi parasit omentum atau

    usus untuk vaskularisasi tambaha bagi pertumbuhannya.7

    Gambar 2.7. Lokasi Mioma UteriSumber: Victory, 2006

    2.2.6. Tanda dan Gejala Klinis

    Gejala klinis terjadi pada 35%-50% penderita mioma. Hampir sebagian

    besar penderita tidak mengetahui terdapat kelainan dalam uterusnya, terutama

    sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung pula

  • 5/24/2018 mioma uteri

    14/30

    dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan yang dapat terjadi

    diantaranya:3,6,7

    a. Perdarahan abnormal uterusPerdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini

    terjadi pada 30% penderita. Menoragia merupakan keluhan tersering di

    samping metroragia dan menometroragia. 3,7 Mekanisme perdarahan abnormal

    ini belum diketahui pasti. Diperkirakan lokasi memegang peranan penting

    derajat keparahan perdarahan, dimana pada mioma submukosum lebih sering.3

    Perubahan vaskularisasi yang letaknya dekat dengan mioma menyebabkan

    kompresi pembuluh vena, sehingga terjadi dilatasi vena yang bila ruptur saat

    menstruasi mengakibatkan perdarahan yang banyak. Beberapa interleukin dan

    faktor pertumbuhan, bersama dengan hormon dan prostaglandin juga memiliki

    peranan dengan cara mengganggu proses pembekuan darah dan vasodilatasi

    vena.3

    Gambar 2.8. Vaskulatur Uterus Normal Gambar 2.9. Mioma menekan pembuluhSumber: Hoffman, 2008 vena yang berdekatan dan menyebabkan

    dilatasi distal venula endometrium

    Sumber: Hoffman, 2008

    Bila terjadi secara kronis dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila

    berlangsung lama dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan

    suplementasi besi.3,7

  • 5/24/2018 mioma uteri

    15/30

    b. Nyeri Panggul dan DismenoreaMioma biasanya tidak menyebabkan nyeri kecuali terjadi gangguan

    vaskularisasi. Nyeri lebih banyak terkait proses degenerasi akibat oklusi

    pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai

    upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala abdomen

    akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi

    merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti peritonitis). Mioma yang

    besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk mengedan.

    Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan persarafan

    yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.7

    c. Disfungsi sistem organ akibat efek penekananMioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ

    sekitar. Mioma subserosum bertangkai dapat menyebabkan obstruksi saluran

    cerna dan perlekatan dengan omentum menyebabkan strangulas usus. Bila

    ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih

    dan rektum.7Mioma di anterior dapat menekan kandung kemih yang akibatnya

    terjadi penurunan kapasitas kandung kemih, pasien sering buang air kecil dan

    pengosongan kandung kemih inkomplet.3

    d. Disfungsi Sistem ReproduksiMioma serviks dapat menyebabkan sekret sarosanguin, perdarahan,

    dispareunia, dan infertilitas. Dalam praktek sehari-hari, 27%-40% perempuan

    dengan mioma mengalami infertilitas. Mioma uteri yang lokasinya di subserosum

    dan intramural tidak memiliki peningkatan risiko infertilitas sedangkan miomasubmukosum menurunkan fertilitas secara signifikan. Mioma submukosum

    menurunkan kemampuan implantasi sebesar 68%.3\\

    Sebanyak 1-5% kehamilan dipengaruhi oleh keberadaan mioma.

    Kebanyakan tidak mengalami perubahan signifikan selama kehamilan. Beberapa

    mioma dapat mengecil ukurannya selama kehamilan, namun 25% diantaranya

    dapat mengalami pertambahan ukuran. 10% pasien hamil mengalami komplikasi

  • 5/24/2018 mioma uteri

    16/30

    antepartum, intrapartum, dan post partum akibat mioma uteri. Komplikasi yang

    bisa terjadi diantaranya abortus, perdarahan antepartum dan postpartum, gangguan

    plasenta, dan peningkatan angka seksio sesarea.3

    Tabel 2.3. Pengaruh Jumlah Mioma dengan Kehamilan

    Jumlah Mioma Jumlah Pasien % Kelahiran Hidup % Aborsi

    Uterus Normal 715 92,4 7,6

    1 88 92,0 8,0

    2 25 76 24,0

    3 8 87,5 12,5

    >4 22 72,7 27,3

    Sumber: Victory, 2006

    2.2.7. Diagnosis

    Diagnosis mioma uteri dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk

    menilai ukuran uterus maupun mioma yang lebih akurat, dilakukan ultrasonografi.

    Meskipun demikian, dengan pemeriksaan ini masih sulit untuk membedakan

    lokasi mioma apakah submukosum, serosum, atau intramural. Berbagai modalitas

    pemeriksaan lain dapat digunakan untuk secara akurat menentukan lokasinya,

    seperti histerosalfingografi, sonografi, sonohisterografi, CT-scan, MRI, dan

    histeroskopi. Kelebihan dan kekurangan masing-masing pencitraan tersebut

    diuraikan di bawah.

    a. Ultrasonografi (USG)USG merupakan pencitraan pertama yang dilakukan untuk menilai

    anatomi organ pelvis. Dengan USG 2 dimensi dapat dilihat gambaran mioma

    yang biasanya ukurannya cukup besar, berbatas tegas, bulat dan ekogenik.

    Mioma bisa hipo- atau hiperekoik, tergantung pada rasio otot polos dan

    jaringan ikatnya, dan ada tidaknya degenerasi. Degenerasi kistik dan

    kalsifikasi menciptakan area yang paling berbeda. Kalsifikasi tampak

    hiperekoik sedangkan kistik hipoekoik dengan bentuk yang bulat dan

    ukurannya bervariasi.6

  • 5/24/2018 mioma uteri

    17/30

    Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara transabdominal atau transvaginal.

    Pencitraan USG transabdominal dapat menyajikan lapangan pandang yang

    lebih luas, tidak invasif, namun tidak dapat mendeteksi mioma yang

    ukurannya kurang dari 1 cm. Dengan transvaginal biasanya lebih gambar

    lebih detail, dapat menentukan informasi lokasi yang lebih tepat, dan dapat

    mendeteksi mioma ukuran 4-5 mm. Meskipun demikian, modalitas ini kurang

    sensitif untuk menilai mioma bertangkai, mioma subserosum bertangkai ke

    arah intraabdomen.3

    Gambar 2.10. Dengan USG tampak mioma Gambar 2.11. Mioma intramural dengansubmukosum yang tumbuh ke arah endometrium pinggir yang terkalsifikasi melalui

    Sumber: Victory, 2006 transvaginal sonogram

    Sumber: Hoffman, 2008

    b. Histerosalfingografi (HSG)Merupakan metode yang sering dilakukan untuk menilai patensi tuba.

    Pemeriksaan ini sering dilakukan pada pasien infertil yang mempunyai risiko

    tinggi terjadi mioma. Mioma dapat dideteksi dengan alat ini bila lokasi

    tumornya berada di kavum uteri atau secara signifikan menyebabkan

    perubahan kavum uteri.3

    Dengan modalitas ini sering didapati hasil positif palsu. Contohnya,

    mioma intramural dapat diidentifikasi sebagai mioma submukosum bila

    pertumbuhannya mengarah ke kavum uteri. Tidak dapat dibedakan polip

    endometrium dengan mioma. Prosedur ini termasuk invasif dan tidak

    nyaman.3

  • 5/24/2018 mioma uteri

    18/30

    c. Magnetic Resonance Imaging(MRI)MRI merupakan pencitraan yang paling berguna untuk menegakkan

    diagnosis mioma karena keakuratannya dalam mendeteksi dan menentukan

    lokasinya. Mioma biasanya tampak sebagau massa yang homogen, gelap

    (densitas rendah), berbatas tegas. Polip endometrium dapat dibedakan dengan

    mioma berdasarkan asal massanya. Dengan modalitas ini, mioma yang

    berukuran 5 mm dapat dideteksi. Bila mioma ukurannya lebih dari 3 cm

    biasanya gambarannya tidak homogen karena degenerasi. Kekurangan

    pemeriksaan ini adalah tidak dapat dibedakan mioma uteri atau

    leiomiosarkoma (tumor ganas). Selain itu, karena biayanya mahal,

    penggunaan MRI tidak rutin dilakukan untuk diagnosis mioma.3

    Gambar 2.12. Potongan sagital MRI T1 Gambar 2.13. Potongan aksial MRI T1setelah

    dengan injeksi kontras menunjukkan injeksi gadolinum menunjukkan mioma uteri

    mioma uteri subserosa dengan nekrosis berukuran besar yang melakukan penekanan

    sentral dan kavitasi ke posterior dan mengisi ruang endometrium

    Sumber: Victory, 2006 Sumber: Victory,2006

    d. HisteroskopiHisteroskopi merupakan gold standard pemeriksaan untuk mengevaluasi

    mioma uteri yang mengisi ruang endometrium. Tehnik ini paling efektif pada

    perempuan dengan mioma submukosum dan polip yang dapat segera dilakukan

    intervensi bedah saat dilakukan histeroskopi. Evaluasi histeroskopi

    memungkinkan penentuan lokasi mioma submukosa dengan akurat. Tehnik ini

  • 5/24/2018 mioma uteri

    19/30

    juga memampukan visualisasi mioma yang membesar ke arah endometrium,

    seperti mioma intramural dan mioma yang menekan atau menyumbat tuba

    falopii.3

    Kelebihan tehnik ini termasuk dapat melihat tumor secara langsung, dapat

    sekaligus dilakukan intervensi pembedahan, pasien tidak perlu dirawat inap

    dan komplikasinya minimal. Kekurangannya tidak dapat menilai mioma yang

    membesarnya hanya di daerah miometrium, memerlukan analgesik/ anestesi

    yang signifikan, dan komplikasi yang mungkin jarang dijumpai.3

    2.2.8. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan pasien harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan,

    konservasi fungsi reproduksi, keadaan umum dan gejala yang ditimbulkan. Bila

    kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk

    nutrisi, suplementasi zat esensial, ataupun nutrisi. Pada keadaan gawat darurat

    akibat infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat darurat

    untuk menyelamatkan penderita.7

    Karena kebanyakan mioma asimptomatik, banyak yang tidak memerlukan

    intervensi segera. Pasien yang mempunyai komplikasi akibat mioma, secara

    umum, dapat ditangani dengan beberapa pilihan penanganan, seperti obat-obatan,

    embolisasi, dan pembedahan. Pilhannya bergantung pada banyak faktor, termasuk

    keparahan penyakit, keinginan untuk memiliki anak, akses ke dokter ahli yang

    mempunyai kemampuan dan pengetahuan bedah ginekologi dan peralatan.3

    Penanganan mioma bertujuan untuk mengurangi ukuran tumor, untuk

    mengurangi gejala. Terapi medis melibatkan manipuasi faktor-faktor yang

    berhubungan dengan pertumbuhan tumor. Faktor tersebut diantaranya faktorpertumbuhan, antagonis hormon, mengganggu fungsi reseptor, mengurangi aliran

    darah uterus dan mengganggu komponen endometrium.3

    Terdapat enam modalitas utama pengobatan, yaitu obat yang menekan

    endometrium, agonis GnRH, terapi antisteroid, terapi androgen, antagonis

    reseptor faktor pertumbuhan mioma, dan sekarang ini paling banyak untuk

    mengurangi aliran darah ke uterus.3

  • 5/24/2018 mioma uteri

    20/30

    a. Kontrasepsi Oral dan InjeksiKontrasepsi oral telah lama digunakan untuk mengontrol perdarahan

    abnormal dengan cara mengurangi pertumbuhan endometrium. Obat ini sering

    digunakan untuk mengontrol mioma yang berhubungan dengan perdarahan.

    Meskipun secara teori dan praktik tidak ada bukti obat-obatan ini mengurangi

    nyeri atau rasa penuh. Tidak ada bukti yang menunjukkan pertumbuhan mioma

    dan progestin, namun medroksiprogesteron asetat dapat menstimulasi

    pertumbuhan mioma uteri. Penelitian menunjukkan, kontrasepsi oral dapat

    meningkatkan insidensi mioma bila dimulai pada usia 16 tahun. Karena

    keamanan dan keuntungan kontrasepsi oral, penggunaannya menjadi lini

    pertama untuk mengontrol menoragia akibat mioma.3

    b. Levonorgestrel Intrauterine SystemsSelain dapat mengurangi menoragia, ukuran mioma juga dapat berkurang

    dengan pemberian obat ini. Meskipun efikasinya belum terbukti, pernah dalam

    satu penelitian didapatkan ukuran mioma berkurang setelah pemakaian 5 tahun,

    dan menurunkan angka pembedahan uterus dan histerektomi. Penelitian lain

    mendapati ukuran mioma berkurang setelah 6-18 bulan. Obat ini bekerja

    dengan cara mengurangi insulin-like growth factor binding protein-1, sehingga

    mengurangi faktor pertumbuhan yang berhubungan dengan mioma.3

    c. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug(NSAID)NSAID secar signifikan mengurangi perdarahan uterus abnormal namun

    tidak mengurangi ukuran miomanya. Dari 2 penelitian yang dilakukan, didapati

    tidak ada keuntungan dengan pemberian naproxen-ibuprofen.

    3

    d. Gonadotropin-releasing Hormone Agonist (GnRH)GnRH agonis adalah terapi paling sering untuk mengurangi gejala yang

    berhubungan dengan mioma. Obat ini menginduksi keadaan hipoestrogenik

    yang mengurangi ukuran mioma dan endometrium, yang akhirnya mengurangi

    perdarahan dan efek penekanan tumor ini. Banyak penellitian mendapatkan

  • 5/24/2018 mioma uteri

    21/30

    ukuran tumor berkurang 50%. Namun, respon tiap individu berbeda terhadap

    obat ini, dari 0% hingga 100% setelah 3 -6 bulan. Respon biasanya terlihat

    dalam 1-2 bulan terapi dan respon maksimal setelah 12 bulan. Ukuran yang

    paling cepat mengecil setelah pemberian terapi 1 bulan.3

    Tabel 2.4. Keuntungan GnRH Agonis terhadap Gejala Klinis Mioma

    Gejala Klinis Peningkatan (%)

    Dismenore 95-100

    Perdarahan Abnormal 93-100

    Nyeri Panggul 83-95

    Rasa Penekanan pada Panggul 75-93

    Frekuensi Buang Air Kecil 50-94Dispareunia 68-80

    Perut Kembung 69-75

    Konstipasi 66-78

    Sumber: Victory, 2006

    Penggunaan agonis GnRH merupakan salah satu strategi efektif untuk

    meningkatkan prognosis intervensi bedah. Pemberian obat ini sebelum operasi

    menurunkan jumlah perdarahan sebanyak 50-60cc saat histerektomi dan 60-

    70cc saat miomektomi. Meskipun jumlah darah yang hilang berkurang, namun

    tidak mengurangi jumlah darah yang dibutuhkan untuk transfusi.3

    Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan pemberian terapi ini

    adalah regenerasi mioma yang cepat dan pertumbuhan ulang uterus dalam 6

    bulan setelah menghentikan obat. Dua pertiga pasien mengeluhkan amenore

    selama mendapat terapi ini, yang biasanya kembali normal setelah 4-10 bulan

    menghentikan terapi. Pasien dengan riwayat menoragia berisiko mengalami

    kekambuhan. Gejala muncul kembali seiring pertumbuhan mioma ulang. 65%

    pasien bebas gejala setelah terapi, dan dua per tiga pasien menolak intervensi

    bedah setelah 8-12 bulan menyelesaikan pengobatan. Beberapa pasien merasa

    cukup dengan pengobatan ini dan menolak tindakan histerektomi.3

  • 5/24/2018 mioma uteri

    22/30

    e. EmbolisasiDengan mengurangi aliran darah ke uterus, terjadi penurunan ukuran

    mioma yang signifikan. Tehnik embolisasi arteri uterus pertama kali dilakukan

    pada 16 pasien di Paris. Dengan menggunakan coils, mikrosper dan klem

    transvaginal, arteri uterina yang memperdarahi mioma secara selektif dioklusi.

    Embolisasi arteri uteri mempunyai keuntungan untuk menginduksi

    nekrosis yang ireversibel dan reduksi volume mioma. Sebelum pembedahan,

    pasien harus diobesrvasi oleh spesialis ginekologi untuk menentukan jumlah,

    ukuran, dan lokasi mioma. Hasil embolisasi menunjukkan reduksi ukuran

    mioma yang signifikan, perbaikan gejala, dan kepuasan pasien meningkat. 85%

    pasien melaporkan menoragia berkurang dan gejala akibat efek penekanan

    berkurang. Rata-rata, 50% ukuran mioma berkurang setelah 6 bulan terapi.3

    Efek embolisasi arteri uteri pada kehamilan belum sepenuhnya dimengerti.

    Dari 50 pasien yang telah diembolisasi, terjadi peningkatan risiko

    malpresentasi (17%), pertumbuhan janin terhambat, lahir prematur (28%),

    seksio sesarea (58%) dan perdarahan postpartum (13%). 3

    Meskipun prosedur ini aman dan efektif, beberapa komplikasi tetap ada.

    Secara keseluruhan, komplikasi yang terjadi kurang dari 0,5%. Komplikasi

    yang paling sering terjadi akibat emboli adalah infeksi, yang meningkatkan

    risiko histerektomi. Meskipun demikian, tidak ada konsensus yang

    menganjurkan pemberian antibiotik untuk profilaksis.3

    f. PembedahanTerapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang

    menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetricians andGynecologists (ACOG), terdapat beberapa indikasi pembedahan. Tindakan

    pembedahan yang dapat dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi.8

    Tabel 2.5 Indikasi Pembedahan pada Mioma Uteri

    1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi medikamentosa2. Sangkaan adanya keganasan3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause

  • 5/24/2018 mioma uteri

    23/30

    4. Infertilitas karena gangguan kavum uteri karena oklusi tuba5. Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu6. Gangguan berkemih maupun obstruksi tuba urinarius7. Anemia akibat perdarahan

    Sumber:ACOG, 2011

    1. MiomektomiMiomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan

    fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada

    beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran

    dan lokasi mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi,

    histeroskopi, maupun dengan laparoskopi.

    9,10

    Pada laparotomi dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk

    mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah

    lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap

    perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat

    ditangani dengan segera. Namun, pada miomektomi secara laparotomi, risiko

    perlengketan lebih besar sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pasien.

    Di samping itu, masa penyembuhan paska operasi juga lebih lama, sekitar 4-6

    minggu.9,10

    Miomektomi secara histeroskopi dilakukan untuk mioma submukosum,

    yang terletak di dalam kavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini, ahli nedah

    memasukkan alah histeroskopi melalui serviks dan mengisi kavum uteri

    dengan cairan untuk memperluas dinding uterus. Alat bedah dimasukkan

    melalui lubang yang terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma

    submukosum yang terdapat pada kavum uteri. Keunggulan tehnik ini adalah

    penyembuhan paska operasi yang lebih cepat (2 hari). Komplikasi yang serius

    jarang terjadi, namun dapat timbul perlukaan pada dinding uterus,

    ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.9,10

    Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi.

    Mioma yang bertangkai di luar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah

    secara laparoskopi. Mioma subserosum yang terletak di daerah permukaan

  • 5/24/2018 mioma uteri

    24/30

    uterus juga dapat diangkat secara laparoskopi. Tindakan laparoskopi dilakukan

    dengan ahli bedah memasukkan alat laparoskop ke dalam abdomen melalui

    insisi yang kecil pada dinding abdomen. Keunggulan laparoskopi adalah masa

    penyembuhan paska operasi yang lebih cepat (2-7 hari). Risiko laparoskopi

    termasuk perlengketan, trauma terhadap organ sekitar usus, ovarium, rektum,

    serta perdarahan. Sampai saat ini, miomektomi dengan laparoskopi merupakan

    prosedur standar pada perempuan dengan miomektomi yang masih ingin

    mempertahankan fungsi reproduksinya.9,10

    2. HisterektomiTindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan

    tiga cara, yaitu pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal dan pada beberapa

    kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar

    30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma

    uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan menoragia, metroragia, keluhan

    obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-

    14 minggu.11

    Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total

    abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH).

    Pemilihan jenis pembedahan ini memerlukan keahlian seorang ahli bedah

    yang bertujuan untuk kepentingan pasien. Masing-masing prosedur

    histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Subtotal abdominal

    histerektomi dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar

    seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih,

    rektum. Namun, dengan melakukan STAH, serviks ditinggalkan, dimanakemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan

    meninggalkan serviks, didapati insidensi dispareuni akan lebih rendah

    dibandingkan yang menjalani TAH, sehingga tetap mempertahankan fungsi

    seksual.3,11

    Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi

    sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan paska operasi, dimana

  • 5/24/2018 mioma uteri

    25/30

    kejadian ini tidak didapati pada pasien yang menjalani STAH. Histerektomi

    juga dapat dilakukan melalui pendekatan dari vagina, dimana tindakan operasi

    tidak melalui insisi pada abdomen.3,11

    Secara umum, histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan

    prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat

    minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat

    diminimalisasi. Oleh karena pendekatan operasi tidak melalui dinding

    abdomen, maka pada histerektomi vaginal tidak terlihat parut bekas operasi

    sehingga memuaskan dari segi kosmetik. Selain itu, kemungkinan terjadinya

    perlengketan paska operasi juga lebih minimal. Masa penyembuhan pada

    pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih cepat dibandingkan dengan

    histerektomi abdominal.

    Dengan berkembangnya tehnik dan alat-alat kedokteran, maka tindakan

    histerektomi kini dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Prosedur

    operasi dengan laparoskopi dapat berupa miolisis. Miolisis adalah prosedur

    invasif yang minimal dengan jalan menghantarkan sumber energy yang

    berasal dari laser ke jaringan mioma. Hal ini akan menyebabkan denaturasi

    protein sehingga menimbulkan proses koagulasi dan nekrosis di dalam

    jaringan yang diterapi. Miolisis perlaparoskopi efektif untuk mengurangi

    ukuran mioma dan menimbulkan devaskularisasi mioma, sehingga gejala yang

    dialami pasien berkurang. Miolisis merupakan alternatif terapi prosedur

    miomektomi.11

    Pengangkatan seluruh uterus dengan mioma juga dapat dilakukan dengan

    laparoskopi. Salah satu tujuan melakukan laparoskopi adalah untuk

    mengalihkan prosedur histerektomi abdominal kepada histerektomi vaginalatau histerektomi secara keseluruhan.11

  • 5/24/2018 mioma uteri

    26/30

    BAB 3

    LAPORAN KASUS

    Identitas Pribadi

    Nama : Ny.SS

    Umur : 45 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Kristen Protestan

    Alamat : Jalan 45

    Status : Menikah

    Pekerjaan : Wartawati

    Tanggal Masuk : 11 Maret 2014

    Subjektif

    Keluhan Utama : Benjolan pada perut bawah

    Telaah :

    - Pasien, perempuan, 45 tahun, datang ke UPT Puskesmas Batang Beruh, dengankeluhan utama terasa ada benjolan di perut bawahnya.Hal ini dialami pasien

    3 bulan ini, benjolan terasa bergoyang bila pasien naik sepeda motor dan

    melalui jalan yang berlubang atau polisi tidur. Nyeri tidak dijumpai, hanya rasa

    tidak nyaman dan rasa penuh pada perut bawahnya.

    - Riwayat menstruasi yang lebih panjang dan lama dialami pasien 6 bulan inidan memberat dalam 3 bulan terakhir. Lama menstruasi 7-10 hari dan 1 hari

    bisa sampai 6-7 kali ganti pembalut. Riwayat menstruasi bau amis tidak

    dijumpai. Riwayat keputihan tidak dijumpai. Riwayat nyeri saat berhubungan

    seksual tidak dijumpai.

    - Riwayat penurunan berat badan tidak dijumpai. Riwayat buang air besarberwarna hitam atau bercampur darah tidak dijumpai. Buang air kecil dalam

    batas normal.

    - Riwayat menstruasi pertama kali umur 15 tahun. Pasien sudah punya 3 anak.Riwayat pemakaian KB: pil KB dan alat kontrasepsi dalam rahim.Pasien sudah

    pernah berobat ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan dan sudah pernah

    di USG 6 bulan yang lalu, dan dikatakan pasien menderita mioma uteri. Pasien

    diberi obat dan belum dianjurkan untuk dioperasi. Riwayat keluarga yang

    pernah mengalami keluhan yang sama dengan pasien tidak dijumpai.

  • 5/24/2018 mioma uteri

    27/30

    Objektif

    Status Presens

    Sensorium : compos mentis

    Tekanan Darah : 100/80 mmHg

    Frekuensi Nadi : 80x/menit

    Frekuensi Pernafasan : 20x/menit

    Temperatur : 37C

    Status Generalisata

    Kepala : Normosefali

    Mata : Refleks Cahaya (+/+), pupil isokor, konjungtiva anemis (+/+),

    sklera ikterik (-/-)

    Leher : Tiroid dan KGB tidak teraba membesar, trakea medial

    Thoraks :

    Paru : Inspeksi : simetris fusiformis

    Palpasi : stem fremitus kanan=kiri

    Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

    Auskultasi : SP : vesikuler pada kedua lapangan paru

    ST : -

    Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

    Palpasi : iktus kordis teraba ICR V midklavikularis sinistra

    Perkusi : batas jantung atas: ICR III

    batas jantung kanan: linea parasternalis dextrabatas jantung kiri: linea midklavikularis sinistra

    Auskultasi : bunyi jantung I/II: normal, murmur: (-)

    Abdomen : teraba massa di region hipogastrium sebesar kepalan tangan,

    kenyal, permukaan licin, mobile, nyeri tekan (-)

    Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

    Ekstremitas : akral teraba hangat, sianosis (-), palmar pucat (+)

    Assesment : Mioma Uteri + Anemia et kausa penyakit kronis

    Plan:

    Medikamentosa: - Sulfas Ferrous tab 1x1 (malam)

    - Vitamin C tab 1x1- Parasetamol tab 3x500 mg- Asam traneksamat tab 3x 500 mg

    Konsultasi : Pasien dirujuk ke Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan

    untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.

  • 5/24/2018 mioma uteri

    28/30

  • 5/24/2018 mioma uteri

    29/30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Gunardi, E.R., Wiknjosastro,H. 2011. Anatomi Panggul dan Anatomi IsiRongga Panggul. In:Ilmu Kandungan Edisi 3. Anwar,M. (eds). Jakarta: PT

    Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1-15.

    2. Monga,A.2008. Benign Disease of Uterus and Cevix. In: Gynaecology byTen Teachers. London: Edward Arnold Ltd; 105-108.

    3. Victory,R., Romano,W., Bennett,J., Diamond,M.P. 2006. UterineLeiomyomas. In: Clinical Gynecology. Bieber,E.J (eds). Philadelpia:

    Churcill Livingstone Elsevier; 179-200.

    4. Cheng,M.H., Wang,P.H. 2008. Medical Treatment fo Uterine Myomas.Taiwan J Obstet Gynecol. Diperoleh dari:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18400578 [Diakses: 15 Maret 2014]

    5. Laughlin,S.K., Stewart,E.A. 2011. Uterine Leiomyomas. In: ObstetGynecol. Diperoleh dari:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3150866/ [Diakses: 15Maret 2014]

    6. Hoffman, B.L. 2008. Pelvic Mass. In:Williams Gynecology. Schorge,J.O(eds). China: The McGraw-Hill Companies.

    7. Adriaanzs,G. 2011. Tumor Jinak Organ Genitalia. In:Ilmu KandunganEdisi 3. Anwar,M. (eds). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo; 274-279.

    8. American College of Obstretricians and Gynecologist. 2011. UterineFibroids: A Guide for Patients. Diperoleh dari:

    https://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq074.pdf?

    dmc=1&ts=20140502T1445363451 [Diakses: 15 Maret 2014]

    9. Hurst, B.S., Matthews,M.L., Marshburn P.B. 2005. LaparoscopicMyomectomy for Symptomatic Uterine Myomas; 83(1): 1-22.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18400578https://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq074.pdf?%20%20dmc=1&ts=20140502T1445363451https://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq074.pdf?%20%20dmc=1&ts=20140502T1445363451https://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq074.pdf?%20%20dmc=1&ts=20140502T1445363451https://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq074.pdf?%20%20dmc=1&ts=20140502T1445363451http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18400578
  • 5/24/2018 mioma uteri

    30/30

    10.Namnoum, A.B., Murphy,A.A. 1997. Diagnostic and OperativeLaparoscopy. In: Te Lindes Operative Gynecology,Rock JA, Thompson

    JD,editors. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers; 389-413.

    11.Thompson,J.D., Warshaw,J. 1997. Hysterectomy. In: Te LindesOperative Gynecology,Rock JA, Thompson JD,editors. Philadelphia:

    Lippincott-Raven Publishers; 771-854.