mioma dgn hamil

22
0 Mini C-ex Formatif HAMIL DENGAN MIOMA UTERI Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Tugurejo Semarang Pembimbing : dr. Muhammad Taufiqy, Sp.OG Disusun Oleh : Ina Alfatah H2A009024 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013

Upload: ekabuds

Post on 28-Sep-2015

48 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mioma

TRANSCRIPT

  • 0

    Mini C-ex Formatif

    HAMIL DENGAN MIOMA UTERI

    Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi

    di RSUD Tugurejo Semarang

    Pembimbing :

    dr. Muhammad Taufiqy, Sp.OG

    Disusun Oleh :

    Ina Alfatah

    H2A009024

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

    2013

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya

    penulis boleh diberi kesempatan untuk menyelesaikan mini c-ex formatif yang berjudul

    Hamil dengan Mioma Uteri ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik

    Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Untuk

    itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ka. SMF Obsgyn RSUD Tugurejo dr. Muhammad Taufiqy,Sp.OG

    2. Pengajar di bagian SMF Obsgin RSUD Tugurejo

    3. Pembimbing dr. Muhammad Taufiqy,Sp.OG

    4. Para pengajar Obsgyn Fakultas Kedokteran UNIMUS

    5. Serta pihak-pihak lain yang telah turut membantu dalam menyelesaikan mini c-ex

    formatif ini.

    Penulis menyadari bahwa didalam mini c-ex formatif ini masih ada kekurangan-

    kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

    saran yang bersifat membangun dari para pembacanya agar mini c-ex formatif ini menjadi

    lebih sempurna dan bermanfaat bagi para pembacanya dan perkembangan ilmu pengetahuan,

    khususnya di bidang medis bagian Obsgyn. Terima kasih.

    Semarang, Oktober 2013

    Penulis

  • 2

    PENDAHULUAN

    Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga

    disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu

    keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala

    yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis.1,2

    Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai

    sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri

    belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-

    kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30%

    dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua

    penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35

    45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause.

    Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya

    mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil.

    Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau

    hanya hamil 1 kali.2,3

    Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai

    tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk

    tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang

    dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila

    mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan

    saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim

    yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi

    seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut

    dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat

    besar.4

  • 3

    BAB I

    KASUS

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. Y

    Umur : 26 tahun

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Suku bangsa : Jawa

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Jambe arum rt: 4 rw: 3 Patebon, Kendal.

    Masuk RS : 10-10-2013

    No.CM : 418518

    Nama Suami : Tn. W

    Umur : 30 tahun

    Pekerjaan : Swasta

    Suku bangsa : Jawa

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Jambe arum rt: 4 rw: 3 Patebon, Kendal.

    II. DATA DASAR

    a. Anamnesa

    Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Oktober 2013 jam

    10.00 WIB

    Keluhan utama : Periksa kehamilan dengan benjolan diperut bagian bawah

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke poli kandungan RSUD tugurejo dengan keluhan ingin

    memeriksakan kehamilannya. Kenceng-kenceng (-), keluar lendir darah dari jalan

    lahir (-), keluar air dari jalan lahir (-), gerak janin (+) masih dirasakan.

    1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan adanya gangguan haid. Dalam

    sebulan haid sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-20 hari. Setiap hari ganti

    pembalut 4 sampai 5 kali. Darah haid berwarna merah kehitaman. Nyeri perut

  • 4

    saat haid. Riwayat keputihan tidak ada. Pasien juga mengeluh rasa penuh pada

    perut bagian bawah. Nyeri dan rasa kemeng di daerah perut bagian bawah.

    Gangguan BAK (-), Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada. Pasien

    periksa ke Rumah Sakit dan dilakukan USG dengan hasil terdapat mioma di rahim

    sebesar bola tenis.

    Riwayat Haid :

    Menarche : 14 tahun

    Siklus : 28 hari, teratur.

    Lama haid : 7 hari

    HPHT : 15 Februari 2013

    HPL : 22 November 2013

    Riwayat Pernikahan : 1x, selama 4 tahun dengan suami sekarang

    Riwayat Obstetri : G2P1A0

    1. Laki- laki, 3100 gr, spontan, di bidan, cukup bulan, sekarang usia 3 tahun

    2. Hamil ini

    Riwayat ANC : di bidan > 4x, imunisasi TT (1x)

    Riwayat KB : KB suntik 3 bulan, lepas 1,5 tahun

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Riwayat Darah Tinggi : Disangkal

    Riwayat Kencing Manis : Disangkal

    Riwayat Asma : Disangkal

    Riwayat Jantung : Disangkal

    Riwayat Alergi : Disangkal

    Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : Disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Pasien mengaku di dalam keluarga tidak ada yang menderita mioma uteri

    Riwayat Darah Tinggi : Disangkal

    Riwayat Kencing Manis : Disangkal

    Riwayat Asma : Disangkal

    Riwayat Jantung : Disangkal

    Riwayat Alergi : Disangkal

    Riwayat sosial ekonomi :

    Pasien sebagai ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagai pegawai swasta.

    Biaya pengobatan ditanggung pribadi. Kesan ekonomi : Cukup.

  • 5

    b. Pemeriksaan Fisik

    Dilakukan pada hari Kamis, 10 Oktober 2013,

    1. Status Praesens

    Keadaan umum : baik

    Kesadaran : composmentis

    Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg

    Nadi : 85x/menit

    Frekuensi napas : 20x/menit

    Suhu badan : 370C

    Tinggi badan : 162 Cm

    Berat badan : 63 Kg

    Status gizi : kesan gizi cukup

    2. Status Internus :

    Kulit : turgor kulit cukup, ikterik (-), pucat (-)

    Kepala : mesosephal

    Mata : cunjungtiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-

    Telinga: discharge -/-, serumen -/-

    Hidung : discharge -/-

    Mulut : sianosis (-), gigi caries (-), tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-)

    Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)

    Thoraks :

    Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak

    Palpasi :ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis sinistra

    Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

    Auskultasi : suara jantung I dan II normal, bising (-), gallop (-)

    Pulmo : Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)

    Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

    Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru

    Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

    Abdomen :

    Inspeksi : membuncit, striae gravidarum (+)

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Perkusi : sulit dinilai

  • 6

    Palpasi : hepar dan lien sulit dinilai

    Ekstremitas : Superior Inferior

    Edema -/- -/-

    Akral dingin -/- -/-

    3. Status Obstetri

    Pemeriksaan Luar

    Inspeksi :

    Perut membuncit, membujur

    Palpasi :

    o Pemeriksaan Leopold

    1. TFU 26 cm, teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong.

    2. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan punggung),

    teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan ekstrimitas).

    3. Teraba bagian janin bulat, keras

    4. Bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.

    o His : -

    o DJJ 12-12-12 (140x/menit)

    c. Pemeriksaan penunjang

    - Pemeriksaan USG : tampak janin tunggal intrauterin, presentasi kepala,

    punggung kanan, DJJ (+). EFBW = 2200 gr, plasenta insersi di corpus kiri grade

    II, air ketuban kesan cukup, tak tampak kelainan kongenital mayor. Fetal

    movement (+). Tampak massa hipoechoic yang menonjol ke luar dinding uterus

    dengan ukuran 8x6 cm.

    d. Resume

    Pasien datang ke poli kandungan RSUD tugurejo dengan keluhan ingin

    memeriksakan kehamilannya. Kenceng-kenceng (-), keluar lendir darah dari jalan

    lahir (-), keluar air dari jalan lahir (-), gerak janin (+) masih dirasakan. 1 tahun

    yang lalu pasien mengeluhkan adanya gangguan haid. Dalam sebulan haid

    sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-20 hari. Setiap hari ganti pembalut 4

    sampai 5 kali. Darah haid berwarna merah kehitaman. Nyeri perut saat haid.

    Riwayat keputihan tidak ada. Pasien juga mengeluh rasa penuh pada perut

  • 7

    bagian bawah. Nyeri dan rasa kemeng di daerah perut bagian bawah. Gangguan

    BAK (-), Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada. Pasien periksa ke

    Rumah Sakit dan dilakukan USG dengan hasil terdapat mioma di rahim sebesar

    bola tenis.

    Riwayat Haid :

    Menarche : 14 tahun

    Siklus : 28 hari, teratur.

    Lama haid : 7 hari

    HPHT : 15 Februari 2013

    HPL : 22 November 2013

    Riwayat Pernikahan : 1x, selama 4 tahun dengan suami sekarang

    Riwayat Obstetri : G2P1A0

    1. Laki- laki, 3100 gr, spontan, di bidan, cukup bulan, sekarang usia 3 tahun

    2. Hamil ini

    Riwayat ANC : di bidan > 4x, imunisasi TT (1x)

    Riwayat KB : KB suntik 3 bulan, lepas 1,5 tahun

    Riwayat Penyakit Dahulu : -

    Riwayat Penyakit Keluarga : -

    Riwayat sosial ekonomi : biaya pengobatan ditanggung pribadi, kesan ekonomi

    cukup

    Pemeriksaan Fisik

    - Status Praesens

    Keadaan umum : baik

    Kesadaran : composmentis

    Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg

    Nadi : 85x/menit

    Frekuensi napas : 20x/menit

    Suhu badan : 370C

    Tinggi badan : 162 Cm

    Berat badan : 63 Kg

    Status gizi : kesan gizi cukup

    - Status Internus : dalam batas normal

    - Thoraks : cor dan pulmo dalam batas normal

    - Abdomen : membuncit,membujur

  • 8

    - Ekstremitas : dalam batas normal

    Status Obstetri

    Inspeksi : Perut membuncit, membujur

    Palpasi :

    o Pemeriksaan Leopold

    1. TFU 26 cm, teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong.

    2. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan punggung), teraba

    tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan ekstrimitas).

    3. Teraba bagian janin bulat, keras

    4. Bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.

    o His : -

    o DJJ 12-12-12 (140x/menit)

    Pemeriksaan penunjang

    - Pemeriksaan USG : tampak janin tunggal intrauterin, presentasi kepala,

    punggung kanan, DJJ (+). EFBW = 2200 gr, plasenta insersi di corpus kiri

    grade II, air ketuban kesan cukup, tak tampak kelainan kongenital mayor. Fetal

    movement (+). Tampak massa hipoechoic yang menonjol ke luar dinding

    uterus dengan ukuran 8x6 cm.

    e. Diagnosis

    G2P1A0, 26 tahun, Hamil 33 minggu

    Janin 1 hidup intrauterin

    Letak kepala U PUKA

    Mioma uteri subserosa

    f. Daftar Masalah

    Hamil dengan Mioma Uteri

    g. Initial Plan :

    Hamil dengan mioma uteri

    1. Dx :

    - subjektif : -

    - objektif : laboratorium, USG

  • 9

    2. Tx :

    - Ferro sulfat 1x1 tab

    - Osfit DHA 1x1 tab

    3. Mx : Keadaan umum, Tanda vital, darah lengkap, USG konfirmasi

    4. Ex :

    - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai keadaan

    kehamilannya yang disertai dengan mioma uteri.

    - Menjelaskan kepada pasien pengertian, penyebab, dan penatalaksanaan

    tentang mioma uteri.

    - Kontrol rutin 2 minggu sekali.

  • 10

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

    kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.

    Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau

    uterinefibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan

    dengan keganasan.1,2,3

    B. Epidemiologi

    Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun

    mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.

    Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia

    mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang

    dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang

    lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita postmenopause.1,2

    Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan

    untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil

    atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada

    wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila

    ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.2,3

    C. Etiologi

    Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga

    merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor

    monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.

    Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa

    faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya miomauteri, yaitu 1,2,4:

    1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan

    sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering

    memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

  • 11

    2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,

    tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri

    atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua

    keadaan ini saling mempengaruhi.

    3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,

    angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini

    tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

    4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan

    pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang

    setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

    D. Patofisiologi

    Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari

    penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan

    dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan

    ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah

    mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi

    tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita

    ditemukan aberasi kromosom yaitu (12;14)(q15;q24). Meyer dan De Snoo mengajukan

    teori Cell Nest atau teori genioblast.5,6

    Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan

    ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat

    lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat

    progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi

    hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan

    mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor

    dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor

    progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin like growth factor 1 yang

    distimulasi oleh estrogen.5,7 Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen

    yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal

    dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang

    meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah

    menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang

    berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.3

  • 12

    E. Klasifikasi mioma uteri

    Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena1,2,3 :

    1. Lokasi

    - Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.

    - Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus

    urinarius.

    - Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

    2. Lapisan Uterus

    Mioma uteri pada daerah korpus,sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis,yaitu :

    a. Mioma Uteri Submukosa

    Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,

    kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini

    dapat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks

    dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak

    regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik

    mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan

    dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural

    walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang

    tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu

    memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk

    dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

    b. Mioma Uteri Subserosa

    Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan

    saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus

    melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam

    ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang

    cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan

    dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem

    peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai

  • 13

    makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus

    sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini

    dikenal sebagai jenis parasitik.

    c. Mioma Uteri Intramural

    Mioma Uteri Intramural disebut juga sebagai mioma intraepitelial.

    Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila

    besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar

    dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang

    berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut

    sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan

    kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar,

    padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

    Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan

    halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip

    potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium

    yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi

    degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka

    konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran

    kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok

    sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari

    sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami

    atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi

    perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh

    karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini

    terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam

    sirkulasi atau transformasi maligna.

  • 14

    Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri.

    F. Gejala klinis

    Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

    pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul

    sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus,

    subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut

    dapat digolongkan sebagai berikut1,5,6 :

    1. Perdarahan abnormal

    Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menoragia dan

    dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan

    ini, antara lain adalah :

    - Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai

    adenokarsinoma endometrium.

    - Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

    - Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

    - Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma

    diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh

    darah yang melaluinya dengan baik.

  • 15

    2. Rasa nyeri

    Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

    sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan

    peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula

    pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga

    dismenore.

    3. Gejala dan tanda penekanan

    Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan

    pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan

    retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada

    rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan

    pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

    4. Infertilitas dan abortus

    Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars

    intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya

    abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Apabila penyebab lain infertilitas sudah

    disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka

    merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

    G. Diagnosis1,2,3

    1. Anamnesis

    Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor

    resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

    2. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga

    dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,

    gerakan bebas, tidak sakit.

    3. Pemeriksaan penunjang

    a. Pemeriksaan laboratorium

    Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus

    yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang

    perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar

    Hb. Pemeriksaaan laboratorium lain disesuaikan dengan keluhan pasien.

  • 16

    b. Imaging

    1) USG

    Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada

    uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen

    bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.

    2) Histerosalfingografi

    Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang

    tumbuh kearah kavum uteri pada pasien infertil.

    3) MRI

    MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,

    namun biaya pemeriksaan lebih mahal.

    H. Mioma dan kehamilan6,7,8,9

    Kehamilan dengan mioma merupakan kehamilan dengan resiko tinggi yang

    dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Didapatkan presentasi kehamilan dengan

    mioma sekitar 1% diantara seluruh kehamilan. Angka yang kecil ini diperkirakan akibat

    mioma dalam kehamilan ini tidak menunjukan gejala ataupun luput dari deteksi.

    Mioma dengan kehamilan dan persalinan dapat memberikan pengaruh secara timbal

    balik.

    Mioma dapat memengaruhi kehamilan dan persalinan antara lain mengurangi

    kemungkinan wanita menjadi hamil terutama pada mioma uteri submukosum,

    meningkatkan kemungkinan abortus dan kelahiran prematur, kelainan letak janin dalam

    rahim terutama pada mioma yang besar, menghalangi jalan lahir terutama pada mioma

    letaknya di serviks, inersia uteri dan atonia uteri terutama pada mioma yang letaknya

    dalam rahim atau apabila terdapat banyak mioma, dan mempersulit lepasnya placenta

    terutama pada mioma submukosum dan intramural.

    Sebaliknya, kehamilan dan persalinan-pun dapat memengaruhi mioma uteri

    tersebut, antara lain tumor akan bertambah lebih cepat akibat hipertropi oedema

    terutama pada trimester pertama karena pengaruh hormonal (setelah kehamilan 4 bulan

    tumor tidak bertambah besar lagi). Tumor menjadi lebih lunak dapat berubah bentuk

    dan mudah terjadi gangguan sirkulasi didalamnya sehingga terjadi perdarahan dan

    nekrosis (ditengah tumor dan tumor tampak seperti daging) yang menyebabkan rasa

    nyeri yang disertai gejala-gejala peradangan. Pada mioma uteri subserosum yang

    bertangkai dapat terjadi puntiran akibat desakan uterus yang makin membesar. torsi

  • 17

    dapat menyebabkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi nekrosis dan dapat

    menimbulkan gejala akut abdomen.

    I. Penatalaksanaan10,11,12

    Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma

    uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga

    biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta

    mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri

    terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.

    Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post

    menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif ialah observasi dengan

    pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan, pemberian tablet Fe untuk

    mencegah anemia, dan pemberian NSAID untuk pengobatan nyeri. Pengobatan operatif

    meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah pengambilan sarang

    mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada

    mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.

    Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor

    bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak,

    maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah

    pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat

    dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena

    uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.

    Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total

    umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.

    Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis

    dalam mengangkat uterus.

    Terdapat juga beberapa alternative seperti tindakan myolisis dengan laparoskopi

    untuk pasien dengan simtomatik mioma yang membutuhkan pembedahan seperti

    perdarahan uterus abnormal, nyeri, dan menekan organ-organ sekitar. Tindakan ini

    dapat dipertimbangkan pada wanita yang tidak menginginkan anak lagi dengan mioma

    kurang dari 4 buah dengan diameter kurang dari 5 cm atau jika mioma terbesar

    memiliki diameter kurang dari 10 cm. Oklusi arteri uterine merupakan salah satu

    alternative yang ada untuk pasien dengan simtomatik mioma yang kontraindikasi

    dengan tindakan lainnya. Tindakan paling popular dalam oklusi arteri uterine ini ialah

  • 18

    dengan kateterisasi dan embolisasi, namun tindakan ini memiliki beberapa efek

    samping seperti nyeri panggul, sindrom post embolisasi, infeksi, histerektomi, atau

    kematian.

    Penatalaksanaan kehamilan dengan mioma uteri umumnya dilakukan dengan

    persalinan perabdominam, dimana pada penelitian di Pakistan didapatkan 73% pasien

    dengan mioma uteri ditatalaksana dengan persalinan perabdominam. Umumnya

    persalinan perabdominam ini dilakukan atas indikasi persalinan tidak maju, gawat

    janin, dan malpresentasi (presentasi bokong, letak lintang, dan prolaps tali pusat).

    Penatalaksanaan mioma dengan terapi bedah dalam kehamilan sebaiknya ditunda

    hingga setelah persalinan. Sebaiknya hanya diberi terapi suportif dan penghilang rasa

    nyeri jika menimbulkan nyeri. Tidak disarankan untuk melakukan miomektomi,

    dikarenakan dapat melukai uterus dan menyebabkan terjadinya perdarahan hebat.

    Kecuali pada mioma subserosa simtomatik bertangkai dengan tebal kurang dari 5 cm.

    Histerektomi sesaria mungkin dapat dipertimbangkan jika terdapat mioma multiple

    pada wanita yang telah memiliki cukup anak, namun tindakan ini memiliki angka

    morbiditas yang tinggi dan sebaiknya hanya dilakukan pada keadaan gawat darurat.

    J. Komplikasi

    Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.

    Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan

    sekunder tersebut antara lain6,10,13 :

    1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

    2. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.

    Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian

    besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu

    kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

    3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari

    mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi

    agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe

    sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar

    dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

  • 19

    4. Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita

    berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

    pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras

    dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

    5. Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan

    dan nifas. Patogenesisnya diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai

    gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti

    daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.

    Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai

    emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri

    pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium

    atau mioma bertangkai.

    6. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

    Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri6,10,13 :

    1. Degenerasi ganas: Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya

    0,2-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.

    Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah

    diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar

    dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

    2. Torsi (putaran tangkai): Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,

    timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian

    terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan- lahan, gangguan akut

    tidak terjadi.

    3. Nekrosis dan infeksi: Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang

    diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis - Terapi dan

    Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.

    2. Sutoto J.S.M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan.

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo. Jakarta

    3. Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus Leiomyoma Uteri and the

    Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc. Graw-Hill

    International, Singapore.

    4. Anonim, 2000. Gynecology by Ten Teachers 17th Edition. Editor : Campbell,S.C.,

    Monga, A.

    5. Quyang DW. Norvitz ER. Management of Pregnant Women with lieomyomas.

    Available at: http://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?topicKey=~eWppcY0

    Kn3sfR0e.com

    6. Bromberg JV, Goldberg J, Rychlak K, Weinstein L. The effects of uterinefibroid on

    pregnancy outcomes. Available at:http://orwh.od.nih.gov/health/39-Bromberg.pdf.

    7. Umezurike C, Feyi-Waboso P. Successful myomectomy during pregnancy : a case

    report. Reprod health 2005;2(1):6. Published online 2005 August 16.doi10.1186/1742-

    4755-2-6.

    8. Cornforth T. 10 things to know about uterine fibroid tumours. Available

    at:http://womenshealth.about.com/od/ fibroidtumors/ a/knowabtfibroids.htM

    9. Qidwai GI, Caughey AB, Jacoby AF. Obstetric outcome in women with

    somographically identified uterine leiomyoma at obstetric Obstet Gynecol. 2006

    Feb;107(2 Pt 1):376 82.

    10. Quyang DW: Economy KE. Norwitz ER. Obstetric complications of fibroids. Obstet

    Gynaecol Clin North Am 2006;33(1):153 69

    11. West GP. Uterine fibroids. In: Robert W, Shaw W, Patrick Soutter, Stuart L.Stanton.

    Gynaecology. Second ed. United States: Churchill Livingstone (NJ/IL);2003.p. 441

    56.

  • 21

    12. Youssef A, Ben Aissia N, Gara MF. Association fibromyoma and pregnancy.About 23

    cases. Tunis Med. 2005;83(4):194 7.

    13. Liu WM, Wang PH, Tang WL, Wang IT, Tzeng CR. Uterine ligation for treatment of

    pregnant women with uterine leiomyomas who are under going caesarean section.

    Fertil Steril. 2006;86:423 8.