mikrobiologi kelp 8

45
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain- lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Hal itu Nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai pada kematian. Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan, obat-obatan, kosmetika dan lainnya. Alasan utama pengendalian organisme adalah : 1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi. 2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi 3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. B. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah: 1.Mendefinisikan Pengendalian Mikroorganisme secara kimia 2. Mengetahui Istilah-istilah yang terdapat pada pengendalian mikroorganisme secara kimia 3. Menjelaskan Zat Kimia Pengendalian mikroorganisme 4. Menjelaskan Disinfektan dan Antiseptik 5. Manajemen

Upload: dai-bacthiar-purba

Post on 05-Dec-2014

202 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BUFGUC8FBF4FWE8YF8YSD8FY8WEYF8BSDFGUEWGF8TWE8FTYSDFYB8ETF8WETN8F8EWF8WY8FYW89FY98YF98EW9FY

TRANSCRIPT

Page 1: Mikrobiologi Kelp 8

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan

menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti

mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai

kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Hal

itu Nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan

penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai pada kematian. Pengendalian mikroorganisme

sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan, obat-obatan, kosmetika dan

lainnya. Alasan utama pengendalian organisme adalah :

1)   Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.

2)   Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi

3)   Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1.Mendefinisikan Pengendalian Mikroorganisme secara kimia

2. Mengetahui Istilah-istilah yang terdapat pada pengendalian mikroorganisme secara kimia

3. Menjelaskan Zat Kimia Pengendalian mikroorganisme

4. Menjelaskan Disinfektan dan Antiseptik

5. Manajemen

Page 2: Mikrobiologi Kelp 8

2

BAB II. PEMBAHASAN

1. Pengendalian Mikroorganisme secara kimia

Dasar - dasar Pengendalian

Berbagai macam sarana proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan populasi mikroba.

Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara mematikan mikro-organisme, menghambat

pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik menyingkirkannya. Cara pengendalian mana

yang digunakan tergantung kepada keadaan yang berlaku pada situasi tertentu.

Pemberian suhu tinggi/terutama pada uap bertekanan, merupakan salah satu cara yang paling

efisien dan efektif untuk mensterilkan sesuatu bahan. Namun demikian bahan-bahan tertentu yang

biasa digunakan di laboratorium, rumah-rumah penduduk, dan rumah-rumah sakit mudah rusak

bila dikenai suhu tinggi. Prosedur sterilisasi pilihan seperti radiasi, penggunaan berkas elektron,

atau penyaringan harus digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang akan rusak bila diberi

suhu tinggi.

Tersedia berbagai zat kimia dipakai untuk mengendalikan mikroorganisme. Penting sekali

memahami ciri-ciri pembeda masing-masing zat ini dan organisme yang dapat dikendalikannya

serta bagaimana zat-zat tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya. Setiap zat kimia mempunyai

keterbatasan dalam keefektifannya, bila digunakan dalam kondisi praktis keterbatasan-

keterbatasan ini perlu di amati. Tujuan yang dikehendaki dalam hal pengendalian mikroorganisme

tidak selalu sama. Pada beberapa kasus mungkin perlu mematikan semua organisme (sterilisasi)

sedangkan pada kasus-kasus lain mungkin cukup mematikan sebagian mikroorganisme tetapi tidak

semua (sanitasi). Dengan demikian pemilihan suatu bahan kimia untuk penggunaan praktis

dipengaruhi juga oleh hasil antimikrobial yang diharapkan daripadanya.

Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu berbeda-beda,

beberapa diantaranya mengubah struktur dinding sel atau membran sel yang lain menghambat

sintetis komponen-komponen seluler yang vital atau yang mengubah keadaan fisik bahan selular.

Pengetahuan mengenai perilaku khusus tentang bagaimana suatu zat kimia menghasilkan efek anti

mikroba sangat berguna baik untuk mempertimbangkan kemungkinannya bagi penggunaan praktis

maupun untuk mengusulkan perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan untuk merancang

bahan bahan kimia baru.

Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena bertujuan merusak agen-

agen patogen. Berbagai istilah digunakan berkaitan dengan agen-agen kimia sesuai dengan

Page 3: Mikrobiologi Kelp 8

3

kerjanya atau organisme yang khas yang terkena. Istilah-istilah ini meliputi desinfektan, antiseptic,

agen bakteriostasis, bakterisida, germisida, sporisida, virisida, fungisida, dan preservative

(pengawet).

Mekanisme desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke desinfektan yang lain dapat

menyebabkan kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang

khas yang berakibat kematian atau mutasi.

Faktor yang mengubah laju desinfeksi mencakup macam agen konsentrasi, waktu dan suhu,

jumlah mikroorgansime dengan ciri-cirinya (misalnya perbedaan jenis, spora, dan kapsul) dan

keadaan medium yang mengelilinginya.

Dalam merencanakan desinfeksi, desinfektan harus dipilih sesuai organisme yang akan

dihancurkan dan material yang akan diperlakukan. Keamanan selalu menjadi pertimbangan utama,

dan variabel perlu ditangani sebagaimana diperlukan untuk menjamin hasil yang aman.

Berbagai uji dalam penggunaan untuk menilai agen-agen kimia. Semuanya menyediakan jumlah

tertentu informasi yang berguna namun harus diingat keterbatasan uji yang digunakan.

Sumber: http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/

Mikroorganisme, Penyakit-Resistensi dan Pemindah sebarannya

Tubuh manusia mempunyai flora normal yang mulai diperolehnya segera setelah lahir. Setiap

bagian tubuh mempunyai keadaan lingkungan khusus yang didiami berbagai macam mikroba yang

berbeda-beda.

Hasil interaksi antara inang dan mikroba ada yang menyerang inang. Apakah suatu

mikroorganisme itu akan menimbulkan penyakit ditentukan oleh tidak hanya sifat- sifatnya, tetapi

juga oleh kemampuan inangnya untuk menekan infeksi.

Resistensi inang dapat berupa resistensi alamiah atau resistensi khusus. Resistensi alamiah

bergantung kepada sejumlah faktor. Faktor-faktor resistensi yang dibawa sejak lahir adalah;

spesies, ras dan perorangan. Faktor-faktor luar meliputi rintangan mekanis dan kimiawi tubuh.

Diantara faktor-faktor pertahanan internal adalah peradangan, fagositosis, komplemen, dan

interferon.

Page 4: Mikrobiologi Kelp 8

4

Penyakit yang dipindahsebarkan melalui udara meliputi wahana tetesan liur dan sekresi pernafasan

liurnya, debu tercemar, dan fomit. Gerbang masuk bagi penyebab penyakit adalah nasofaring.

Beberapa infeksi asal udara ini menyerang sistem organ lain pada tubuh meskipun mereka

memasuki tubuh melalui hidung maupun tenggorokan.

Penyakit asal makanan ditularkan melalui penelanan makanan yang tercemar oleh jenis-jenis

mikroorganisme tertentu dalam jumlah cukup tinggi sehingga mencakup dosis infektif. Ada dua

mekanisme yang terlibat pada peracunan makanan oleh mikrorganisme, yaitu infeksi asal makanan

dan keracunan makanan.

Sumber infeksi asal air yang sesungguhnya ialah tinja yang telah mencemari air. Bahan tinja

mengandung mikroorganisme patogenik bila berasal dari orang-orang yang terinfeksi atau penular.

Sayangnya, air merupakan wahana yang baik bagi penularan dan penyebaran penyakit-penyakit

enterik semacam itu, yang kesemuanya mempunyai rute tinja ke mulut ke usus. Rute ini harus

dihambat untuk dapat mengendalikan infeksi enterik asal air dengan baik.

Arthropoda tidak hanya merupakan penular mekanis penyakit ( seperti penularan demam tifoid

oleh lalat rumah), tetapi juga merupakan vektor biologis, karena mikroba patogenik yang

ditularkannya berinkubasi dan berkembang di dalam diri mereka.

Terdapat sejumlah besar penyakit yang ditularkan oleh arthropoda. Mereka menyerang berjuta-juta

manusia dan tersebar luas diseluruh muka bumi.

Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat

dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.

Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya adalah

sebagai berikut :

a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi

Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi mikroorganisme pada

suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat

menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar

populasi mikroba.

Page 5: Mikrobiologi Kelp 8

5

b) Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai,

dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada

benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.

c) Antiseptis

Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi

atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat

aktivitas mikroba.

d) Sterilisasi

Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali

dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu :

1)    Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena

menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat

tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur.

Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang

digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.

2)    Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu

efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven.

e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya

Terdapat beberapa macam Pengendalian mikroba dengan suhu panas yaitu sebagai berikut

a)    Pasteurisasi :

Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasarkan  waktu kematian termal

bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh

hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya.

Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu

pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.

b)    Tyndalisasi :

Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat

membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam

makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu

tiga hari berturut-turut.

c)     Boiling :

Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15

menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun

Page 6: Mikrobiologi Kelp 8

6

spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan  pada alat-alat kedokteran gigi,

alat suntik, pipet, dll.

d)    Red heating :

Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar merah.

Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose.

e)    Flaming :

Pembakaran langsung alat-alat laboratorium  diatas pembakar bunsen  dengan alkohol atau spiritus

tanpa terjadinya pemijaran.

f) Pengendalian Mikroba dengan Radiasi

Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV)

dan sinar-sinar ionisasi.

a)        Sinar UV :

Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan suatu benda yang terpapar

sinar UV akan mati.

b)        Sinar Ionisasi :

Sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar

ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi

maupun industri kedokteran;

a)  Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.

b)  Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.

c) Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.

d)  Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan.

f) Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi

Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.

a)     Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan

terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi

prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis

filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari

porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.

b)    Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency

Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang

tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)

g) Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia

Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat mikroba.

Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang baik adalah

Page 7: Mikrobiologi Kelp 8

7

yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa

merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan

menjadi :

a)    Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.

b)    Agen kimia yang merusak enzim mikroba.

c)    Agen kimia yang mendenaturasi protein.

Sumber:http://nurilmiyati-mb.blogspot.com/2011/04/11-pengendalian-mikroorganisme.html

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan mikroba,

yaitu :

a)     Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya

semakin meningkat.

b)     Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka

hasilnya akan semakin baik.

c)     Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten dibandingkan

yang berkapsul dan berspora.

d)     Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan

efektivitas agen kimia.

e)     pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah  seiring dengan perubahan

pH.

a) Agen Kimia yang merusak membran sel

1.     Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan

nonionik.

2.     Golongan fenol.

b) Agen Kimia merusak enzim

1.     Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.

2.     Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan formaldehid.

c) Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein

Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma,

seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.

Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya

dapat dilihat dengan menggunakan lensa pembesar atau mikroskop. Makhluk yang sangat kecil

tersebut disebut mikroorganisme atau mikroba, dan ilmu yang mempelajari tentang mikroba yang

sering ditemukan pada pangan disebut mikrobiologi pangan. Yang dimaksud dengan pangan disini

mencakup semua makanan, baik bahan baku pangan maupun yang sudah diolah.

Sumber:http://nurilmiyati-mb.blogspot.com/2011/04/11-pengendalian-mikroorganisme.html

Page 8: Mikrobiologi Kelp 8

8

2. Istilah-istilah yang terdapat pada pengendalian mikroorganisme secara kimia

Prokariota adalah organisme yang tidak memiliki nuklei dan membran untuk menyimpan bahan-

bahan genetika (berbeda sekali dengan organisme Eukariota yang memiliki nuklei dan membran

pada inti selnya, sehingga bahan-bahan genetikanya terkumpul di nuklei tersebut) dan pada

umumnya merupakan organisme uniselular (tapi pada beberapa kasus, ada juga organisme

prokariota yang multiselular).

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek

menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses

infeksi oleh bakteri.

Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung

aglutinogen dan N-asetilglukosamin

Asam-kubu adalah properti fisik dari beberapa bakteri mengacu pada perlawanan mereka untuk

penghilangan warna dengan asam selama prosedur pewarnaan

asidofilik tahan link asam..

Bakteri gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses

pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop,

sedangkan bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi

antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.

basofilik.. tahan link basa..

Disinfektan adalah zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri

Endositosis adalah proses pemasukan zat ke dalam sel

Fagositosis adalah proses seluler dari fagosit dan protista yang menggulung partikel padat dengan

membran sel dan membentuk fagosom internal

Fenetik adalah suatu studi yang mengklasifikasikan berbagai macam organisme berdasarkan

kesamaan atau kemiripan morfologi dan sifat lainnya yang bisa diobservasi tidak tergantung pada

asal evolusi organisme bersangkutan. Jadi dalam studi ini, lebih ditekankan adanya proses

konvergensi evolusi

Filogenetik adalah studi yang membahas tentang hubungan kekerabatan antar berbagai macam

organisme melalui analisis molekuler dan morfologi.

Glikokaliks merupakan lapisan ekstrasel (terletak di luar sel) yang menyelubungi dinding sel.

Tersusun oleh polisakarida dan polipeptida. Glikokaliks bisa berupa kapsul atau lendir.

Halophiles adalah extremophile organisme yang berkembang dalam lingkungan dengan

konsentrasi yang sangat tinggi garam

homeostasis Kemampuan atau kecenderungan dari suatu organisme atau sel untuk menjaga

keseimbangan internal dengan menyesuaikan proses fisiologis

Page 9: Mikrobiologi Kelp 8

9

hyperthermophile adalah organisme yang tumbuh subur di lingkungan yang sangat panas-dari 60

derajat C (140 derajat F) ke atas. Suhu optimal bagi keberadaan hyperthermophiles di atas 80 ° C

(176 ° F)

lithotroph adalah organisme yang menggunakan substrat anorganik (mineral biasanya asal) untuk

memperoleh mengurangi setara untuk digunakan dalam biosintesis (misalnya, karbon dioksida

fiksasi) atau konservasi energi melalui respirasi aerobik atau anaerobik

mesophile adalah organisme yang tumbuh paling baik di suhu moderat, tidak terlalu panas atau

terlalu dingin, biasanya antara 15 dan 40 ° C (77 dan 104 ° F)

Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel.

Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan

katalisator enzim

Methanogens adalah mikroorganisme yang menghasilkan metana sebagai produk sampingan

metabolik dalam kondisi anoxic

Organisme anaerobik atau anaerob adalah setiap organisme yang tidak memerlukan oksigen

untuk tumbuh.

* Anaerob fakultatif dapat menggunakan oksigen jika tersedia.

* Anaerob obligat akan mati bila terpapar pada oksigen dengan kadar atmosfer.

* Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di sekitarnya, tetapi mereka

tetap anaerobik karena mereka tidak menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor

(akseptor elektron terminal).

organotroph adalah organisme yang memperoleh hidrogen atau elektron dari substrat organik

(suatu bentuk chemotroph)

Peptidoglikan (murein) yaitu susunan yang terdiri dari polimer besar dan terbuat dari N–asetil

glukosamin dan asam N–asetil muramat yang saling berikatan silang (cross linking) dengan ikatan

kovalen

Phototroph adalah organisme (biasanya tumbuhan) yang melakukan fotosintesis untuk

memperoleh energi

Pinositosis merupakan proses dimana partikel-partikel kecil yang berupa cairan ditangkap oleh sel

dengan cara memecah partikel-pertikel kecil tersebut menjadi partikel-partikel yang lebih kecil

thermophile adalah organisme - jenis extremophile - yang tumbuh subur pada suhu relatif tinggi,

antara 45 dan 80 ° C [1] (113 dan 176 ° F)

Tubuh Inklusi sitoplasma nuklir atau stainable agregat dari zat, biasanya protein

Sumber:http://ardiawan-1990.blogspot.com/2011/03/istilah-populer-mikrobiologi.html

Page 10: Mikrobiologi Kelp 8

10

Sterilisasi : Membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun

Disinfeksi: Mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Pada

umumnya disinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel-sel vegetatif yang lebih sensitive tetapi

bukan spora-spora yang tahan panas

Disinfektan: bahan yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi. Biasanya ditujukan untuk

benda-benda mati, seperti lantai, piring, pakaian, dll.

Antiseptika: Bahan-bahan yang dapat mematikan atau menghambat mikroorganisme, khususnya

yang berkontak dengan tubuh tanpa mengakibatkan kerusakan besar pada jaringan.

Bakteriostatika: Zat yang bersifat menghambat multiplikasi, akan tetapi bila zat

penghambat itu telah dihilangkan, maka multiplikasi dilanjutkan kembali

Bakterisida: Setiap zat atau agen yang dapat membunuh atau memusnahkan bakteri. Meliputi

antibiotika, antiseptika, dan disinfektan

Bakterin: Vaksin yang dibuat dari bakteri yang mati, dan dapat menimbulkan kekebalan pada

tubuh terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri jenis itu

Bakteriosilin: Jenis antibody yang terbentuk dalam darah dan dapat menghancurkan bakteri

Bakteriolisis: Pembasmian dan pelarutan bacterium

Bakteriostasis: Pencegahan atau penghentian pertumbuhan bakteri

Bakteriostat: Substansi atau agen yang menghambat pertumbuhan atau perkembangbiakan bakteri

Bakterisidal: Berkemampuan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri

Bakteritik: Sifat atau karakter yang ditimbulkan oleh bakteri

Bakteriuria: Terdapatnya bakteri dalam urin

Sepsis: Status toksis atau sakit yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang merusak

setelah berkontak dengan jaringan yang menghasilkan pus atau nanah

Septik: Berkenaan dengan kondisi sepsis

Septikimia: Persistenal dan multiplikasi bakteri hidup di dalam darah

Asepsis: Dalam arti sempit asepsis menunjukkan pada keadaan dimana tidak adanya

mikroorganisme dalam jaringan hidup atau dengan kata lain tidak ada sepsis (pembusukan). Tetapi

istilah asepsis biasanya digunakan untuk teknik pengerjaan dalam menghindarkan adanya

mikroorganisme yang tidak dikehendaki terdapat dalam lingkungan pengamatan itu

Antibiotika: zat yang dihasilkan oleh organisme (mikroorganisme) hidup, yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnahkannya

Sumber: http://rahma02.wordpress.com/2009/04/17/mikrobiologi-umum/

3. Zat Kimia Pengendalian mikroorganisme

Panas, radiasi ultraviolet, antibiotik dan bahan kimia dapat digunakan untuk mengendalikan

bakteri, virus dan mikroorganisme lainnya. 

Page 11: Mikrobiologi Kelp 8

11

Cara Agen/Bahan Pengendali Merusak Mikroba:

 Ada berbagai metode yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.

Namun, modus tindakan pengendalian mikroba umumnya berkisar pada salah satu dari 4 kategori

dasar.

1. Perubahan Dinding Sel: Dinding sel bakteri mempertahankan integritas sel, memungkinkan

untuk menjaga bentuknya bahkan ketika ditempatkan di lingkungan hipotonik. Ketika dinding sel

melemah atau terganggu tidak dapat berfungsi lagi mencegah sel dari luapan/muntahan karena

efek osmotik (air mengalir ke dalam sel).

2. Perubahan Membran Plasma: membran luar sel mengandung sitoplasma dan seluruh isi sel

internal, serta mengendalikan lorong bahan kimia yang masuk dan keluar dari sel. Ketika rusak,

membran plasma memungkinkan isi selular bocor keluar.

Beberapa virus (partikel aselular) dikelilingi oleh membran yang disebut bungkus/selaput virus.

Selaput ini bertanggung jawab pada penggabungan virus pada sel sasaran, sehingga kerusakan

pada selaput virus mengganggu proses replikasi untuk virus yang terbungkus. Virus yang tidak

terselaput (yang hanya memiliki kapsid dan asam nukleat) memiliki toleransi yang lebih besar

terhadap kondisi yang berat.

3. Interferensi/Gangguan Struktur Protein: fungsi protein tergantung pada bentuk molekul 3-D.

Panas yang ekstrim atau bahan kimia tertentu dapat mengubah sifat suatu benda atau mengubah

bentuk protein. Sebuah protein yang terdenaturasi tidak dapat lagi melaksanakan fungsinya dalam

sel.

4. Interferensi/Gangguan Asam nukleat Struktur: asam nukleat (DNA dan RNA) dapat rusak atau

hancur oleh bahan kimia, radiasi, dan panas. Hasilnya bisa berupa produksi mutasi fatal pada DNA

atau gangguan sintesis protein melalui tindakan pada RNA.

Jenis Agen/Bahan Pengendalian Mikroba:

Ada 3 kategori umum agen pengendali mikroba:

* Fisik: panas, pembekuan kering, radiasi ultraviolet dan filtrasi merupakan semua agen

pengendali fisik.

* Kimia: agen pengendali kimia seperti desinfektan Lysol,Karbol atau Clorox dapat

menghancurkan sebagian sel-sel vegetatif dan virus.

Page 12: Mikrobiologi Kelp 8

12

* Kemoterapi: Antimikroba adalah obat (antibiotik) yang digunakan untuk mengobati pasien yang

didiagnosis penyakit menular.

Kepekaan Mikroba terhadap Agen Pengendali

Berbagai jenis mikroba memiliki berbagai tingkat kepekaan terhadap pengaruhi bahan kimia dan

fisik dari agen pengendali. Endospora bakteri dan spora protozoa sangat sulit untuk dihancurkan.

Penggunaan autoclave (panas yang dikombinasikan dengan tekanan) adalah cara yang paling dapat

diandalkan untuk menghilangkannya.

Bahkan beberapa sel vegetatif (sel metabolisme aktif adalah kebalikan endospores dorman) lebih

sulit untuk dihancurkan daripada yang lain. Sebagai contoh, Mycobacterium dan bakteri Nocardia

memiliki dinding sel yang mengandung asam mikolat yang berlilin. Lilin tersebut menyebabkan

sel-sel ini lebih tahan terhadap kerusakan daripada yang lain.

Virus umumnya lebih mudah untuk dihancurkan dari sel-sel vegetatif. Virus yang tidak

terbungkus/terselaput lebih sulit untuk dihancurkan dari virus yang terbungkus.

Selektivitas Agen Pengendali Mikroba 

Baik agen pengendali kimia maupun fisik bukan merupakan agen yang khusus mengarah pada

target/sasaran. Mikroba yang terkena dampak, sel inang dan lingkungan, semuanya rentan

terhadap efek racun dari agen umum ini. Sebaliknya, agen kemoterapi, seperti obat antibiotik

adalah racun yang selektif. Antibiotik dapat membahayakan bakteri selama tidak merugikan sel-sel

kita karena antibiotik menargetkan pada beberapa aspek metabolisme mikroba, seperti sintesis

protein atau produksi sel dinding. Terdapat banyak kelas antibiotik yang berbeda, masing-masing

dengan modus tindakan menargetkan aspek yang berbeda dari metabolisme bakteri.

Cara Pengujian Agen Pengendali Mikroba

Prinsip dasar untuk pengujian agen pengendali (baik suhu, kimia atau antibiotik) selalu sama:

1. Paparkan organisme terhadap agen.

2. Hilangkan agen.

3. Masukkan organisme ke dalam media pertumbuhan yang menguntungkan.

4. Setelah inkubasi, cari reproduksi organisme.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2070409-cara-

membunuh-bakteri-dan-mikroba/#ixzz1b8th3age

Page 13: Mikrobiologi Kelp 8

13

4. Disinfektan dan Antiseptik

Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan

kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik

digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk

membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman

diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih ditujukan

pada benda mati, contohnya wastafel atau meja. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat

mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah

fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik

sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran

penyakit.

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor,

misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan

komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia

membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik

tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi

normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan

persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik

dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.

Jenis-jenis Antiseptik

Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan

mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan)

cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah

hydrogen peroksida, garam merkuri, boric acid, dan triclosan.

1. Hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun tidak

mengiritasi jaringan hidup. Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik pada membrane

mukosa. Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat ini mudah

mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen.

Page 14: Mikrobiologi Kelp 8

14

2. Garam merkuri

Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk

mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000. Senyawa ini dapat membunuh hampir

semua jenis bakteri dalam beberapa menit. Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan

besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat.

3. Asam Borat

Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini dapat digunakan

secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.

4. Triclosan

struktur kimia triclosan

Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur,

deodoran, dan lain-lain. Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat

melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja

triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan

kekuatan dan fungsinya.

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptik

ANTISEPTIK

Banyak zat kimia yang digolongkan sebagai antiseptik. Berikut antiseptik yang umumnya

digunakan :

1. Alkohol 60-90% (etil, atau isopropil, atau ”methylated spirit”).

2. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane).

3. Klorheksidin glukomat dan setrimide, dalam berbagai konsetrasi (Savlon).

4. Yodium 3%, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture (yodium tinktur).

5. Iodofor 7,5-10% berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne).

Page 15: Mikrobiologi Kelp 8

15

6. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi

(Dettol).

7. Triklosan 0,2-2% .

Dalam pemilihan suatu antiseptik, perlu diperhatikan karakteristik yang diinginkan

(misalnya absorpsi dan daya tahan), keamanan, efektivitas, ketersediaan, penerimaan oleh

staf dan yang terpenting biayanya (Boyce dan Pitter 2002; Larson 1995; Rutala 1996).

Larutan antiseptik yang dianjurkan, aktivitas mikrobiologinya dan potensi

penggunaannya. (sistem gradasi yang digunakan pada kolom adalah sangat baik, baik,

cukup dan tidak) .

Sumber: http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-desinfektan.html

KONSEP DASAR DESINFEKTAN

PENGERTIAN DESINFEKTAN

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan

untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus,

juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit

lainnya. 

Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau

membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan

hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai,

ruangan, peralatan dan pakaian.

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan

desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya

batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak

merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan

desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses

pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat

berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan

efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan. Dalam proses

desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia

(penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia,

khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

Page 16: Mikrobiologi Kelp 8

16

Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya

dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia

yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang

mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa

kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus-X; golongan fenol dan fenol

terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan

golongan biguanida.

Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan

glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme

Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan

tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang

dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol. 

Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan

aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi

bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah

diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat

tumbuh. 

Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol

dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan

bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri

Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14 berturut-turut

untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga dengan bakteri

Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif dengan nilai

koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid,

iodium dan hipoklorit.

PENGGUNAAN DESINFEKTAN

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu

mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis

yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh

penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat.

a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : 

1. Golongan pertama

Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.

Page 17: Mikrobiologi Kelp 8

17

1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).

2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).

3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :

1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).

2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena

darah.

Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit

fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan

almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.

2. Golongan kedua

Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.

a). Desinfektan yang melepaskan klorin.

Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid,

Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda

terklorinasi, bubuk pemutih)

b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)

1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.

2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).

3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.

PERBEDAAN STERILISASI DAN DESINFEKSI 

a. Sterilisasi

1. Semua mikroba termasuk spora bakteri akan terbunuh.

2. Dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan uap (autoklav) atau dengan panas

kering.

3. Dapat juga dilakukan dengan penjenuhan dengan glutaraldehid atau formaldehid selama

10 jam.

b. Desinfeksi tingkat tinggi

Page 18: Mikrobiologi Kelp 8

18

1. Semua mikroba, sebagian dari spora bakteri terbunuh.

2. Dapat dilakukan dengan pendidihan selama 20 menit atau dengan penjenuhan dengan

jumlah besar disinfektan selama 30 menit misalnya dengan mengunakan glutaraldehid

atau H2O2

c. Desinfeksi tingkat rendah

Akan menghilangkan jumlah mikroba sehingga peralatan atau permukaan badan aman

untuk dipegang. Desinfeksi ini dapat dilakukan dengan beberapa macam disinfektan.

Desinfeksi dan Antiseptik

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia

atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan dalam

membunuh mikroorganisme patogen. Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan

tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada

jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfectant dapat pula

digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris

organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.

Sumber: http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-desinfektan.html

Cara Membedakan Bahan Kimia Desinfeksi

Untuk berbagai keperluan tentunya kita telah mengenal, bahkan mungkin menggunakan beberapa

produk keperluan rumah tangga, laboratorium, atau rumah sakit yang bernama desinfektan. Tak

jarang istilah desinfektan dirancukan dengan istilah lain yakni antiseptik. Padahal, keduanya

memiliki definisi dan fungsi yang berbeda.

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk

mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk

membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan

antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh

pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan

Page 19: Mikrobiologi Kelp 8

19

desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan

pakaian.

 Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan

desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan

dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan

tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai

salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada

kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses

sterilisasi.

 Walaupun kita sering menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya

belum mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal, bahan kimia

tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi

serta target mikroorganime yang akan dimatikan.

 Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia

(penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya

jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

 Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan

ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -

COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen

atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus

-X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan

pengoksidasi, dan golongan biguanida.

Sumber: http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/1/2/l2.htm

Sterilisasi

Sterilisasi adalah pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang

sangat resisten.

Teknik-teknik sterilisasi (bagian 1: cairan dan   padatan)

Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu mengharapkan tidak

terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh dan mengganggu

proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada jenis material. Bagian pertama

akan menjelaskan secara singkat dan sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.

Page 20: Mikrobiologi Kelp 8

20

Sterilisasi cairan

Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung gula, garam fosfat,

ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain.  Secara umum ada dua cara sterilisasi cairan yaitu

dengan panas dan disaring (filtrasi).  Sterilasi dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana

steam tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 derajat C dan

tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan

dipertahankan pada 121 derajat C selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating

dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi.

Terkadang temperatur bisa diset pada 134 derajat C (untuk medis).

Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa pilihan teknik.

Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan media di industri. Banyak

jenis proses baik secara batch atau continuous yang diterapkan di industri, misalnya direct steam,

indirect heating, indirect steam, dan lainnya.

Page 21: Mikrobiologi Kelp 8

21

Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter berpori 0.22 atau

0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang kecil (1-2 liter) dan bahan kimia

yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein.

Sterilisasi padatan

Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa jenis tabung

dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan dengan autoclave

mirip seperti sterilisasi cairan namun ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan

Page 22: Mikrobiologi Kelp 8

22

dengan bantuan radiasi UV dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan

filter (detilnya akan dibahas di  bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).

A. Sediaan Steril

1. Definisi Sediaan steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi – bagi yang bebas dari

mikroorganisme hidup. Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.

Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran

dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah

istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas

dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba

2. Macam – macam sediaan

Macam-macam sediaan steril umumnya terdiri atas sediaan parenteral, sediaan untuk mata, dan

larutan irigasi.

a. Sediaan parenteral

Merupakan sediaan yang disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa ke bagian dalam tubuh.

Karena sediaan tersebut harus menembus membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus

bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus mempunyai tingkat

kemurnian yang tinggi.

Page 23: Mikrobiologi Kelp 8

23

b. Sediaan untuk mata

Merupak sediaan yang membutuhkan sterilitas karena walaupun sediaan ini tidak dimasukkan

kedalam rongga bagian dalam tubuh , namun ditempatkan berhubungan dengan jaringan-jaringan

yang sangat peka terhadap kontaminasi

c. Larutan irigasi

Larutan irigasi harus memiliki standard yang sama dengan larutan parenteral, karena selama

pemberian dengan irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung

melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membrane mukossa yang lecet.

a. Pelarut air

Pembawa yang paling sering digunakan untuk produk steril adalah air, karena air merupakan

pembawa untuk semua cairan tubuh. Air yang digunakan dalam larutan parenteral dan irigasi harus

bebas pirogen

b. Pelarut bukan air

Dalam formulasi produk farmasi steril, kadang – kadang perlu mengeliminasi air secara

keseluruhan atau sebagian dari bahan pembawa, terutama karena factor kelarutan atau reaksi

hidrolisis

4. Zat-zat Tambahan

Zat-zat tambahan yang lazim digunakan dalam formulasi suatu sediaan steril antara lain pengawet,

pendapar, , antioksidan,kosolven, bahan pengisotonis dan lain-lain. Setiap jenis zat tambahan

mempunyai karakteristik serta keunggulan masing-masing dan agar mendapatkan sediaan yang

baik, karakteristik ini harus dikenal sehingga tidak sampai salah memilh bahan saat formulasi.

a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang

paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein,

Monotiogliseril, Tokoferol.

b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol,

Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil p-hidroksibenzoat, Propil p-

hidroksibenzoat, Fenol.

Page 24: Mikrobiologi Kelp 8

24

c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.

d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).

e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.

f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin, Polietilen glikol, Propilen glikol,

Lecithin

g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.

h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl

i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.

j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.

5. Macam-macam Sterilisasi

Tujuan sterilisasi adalah menjamin sterilitas produk mauppun karakteristik kualitasnya, termasuk

stabilitas produk. Adapun cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril

adalah sebagai berikut ;

a. Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir)

Cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan.

Zat aktif harus stabil terhadap molekul air dan pada suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap

terakhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah lubang-lubangnya ditutup dengan kertas

perkamen, disterilkan dengan cara sterilisasi yang sesuai.

1. overkilled method adalah suatu metode strerilisasi menggunakan uap panas pada 1210 C selama

15 menit. Metode ini dapat digunakan untuk bahan – bahan yang tahan panas dan metode ini

merupakan metode yang lebih efisien, cepat dan aman

Page 25: Mikrobiologi Kelp 8

25

2. Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring yang ketat dan

terkontrol, yaitu tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10-6

b. Cara Aseptik

Terbatas pada sediaan yang mengandung zat aktif peka suhu tinggi dan dapat mengakibatkan

penguraian atau penurunan kerja farmakologinya. Antibiotika dan beberapa hormon tertentu

merupakan zat aktif yang sebaiknya diracik secara aseptik. Cara aseptik bukanlah suatu metode

sterilisasi , melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah

kontaminasi jasad renik dalam sediaan. Dalam FI III hal 18, proses aseptik adalah cara

pengurusan bahan steril menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya

cemaran kuman hingga seminimum mungkin. Teknik aseptik dimaksudkan untuk digunakan

dalam pembuatan sediaan steril yang tidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir karena

ketidakmantapan zatnya. Sterilitas hasil akhir hanya dapat disimpulkan jika hasi itu memenuhi

syarat Uji Sterilitas yang tertera pada Uji Keamanan Hayati. Teknik aseptik penting sekali

diperhatikan pada waktu melakukan sterilisasi menggunakan cara sterilisasi C dan D tepatnya

sewaktu memindahkan atau memasukkan bahan steril kedalam wadah akhir steril. Dalam

pembuatan larutan steril menggunakan proses ini, obat steril dilarutkan atau didispersikan dalam

zat pembawa steril, diwadahkan dalam wadah steril, akhirnya ditutup kedap untuk melindungi

terhadap cemaran kuman. Semua alat yang digunakan harus steril. Ruangan yang digunakan harus

disterilkan terpisah dan tekanan udaranya diatur positif dengan memasukkan udara yang telah

dialirkan melalui penyaring bakteri. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan tabir pelindung atau

dalam aliran udara steril.

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2090149-sterilisasi/

#ixzz1YNqsDdZ9

Macam-macam sterilisasi

a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)

b. Sterilisasi secara fisik

· Pemanasan

- Dengan api langsung

- Panas kering

- Uap air panas

Page 26: Mikrobiologi Kelp 8

26

- Uap air panas bertekanan

· Penyinaran UV

c. Sterilisasi secara kimia à dengan larutan disinfektan

3. Prosedur/Teknik aseptis

a. Mensterilkan meja kerja

b. Memindahkan biakan (streak)

c. Menuang media

d. Pipetting

4. Prinsip cara kerja autoklaf

5. Sterilisasi dengan cara penyaringan

6. Tyndalisasi

7. Sterilisasi dengan udara panas

8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22

mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini

ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.

2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.

-Pemanasan:

a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat :

jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok

untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.

c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat

menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.

d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf

· Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh

mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV

3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.

Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam lab mikrobiologi. Dalam melakukan

sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agar sterilisasi dapat dilakukan secar sempurna, dalam arti

Page 27: Mikrobiologi Kelp 8

27

tidak ada mikroorganisme lain yang  mengkontaminasi media. Sterilisasi adalah proses untuk

menjadikan alat-alat terbebas dari segala bentuk kehidupan. Seperti yang telah disebutkan bahwa

tujuan sterilisasi untuk mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan agar tidak ikut tumbuh.

Ada beberapa teknik sterilisasi, yaitu dengan cara fisik dengan panas, mekanik dengan filtrasi dan

kimia dengan senyawa-senyawa kimia. Dalam praktikum ini kami mencoba mempelajari

bagaimana cara mensterilisasi alat-alat yang nantinya dipakai untuk bekerja di dalam laboratorium

mikrobiologi. Kami mencoba untuk melakukan sterilisasi guna bekal untuk keberhasilan dalam

menumbuhkan suatu biakan koloni mikroorganisme yang diinginkan dengan berhasil.

Ada 5 metode umum sterilisasi, yaitu : Sterilisasi Uap (Panas Lembab), Sterilisasi Panas Kering,

Sterilisasi dengan Penyaringan (Filtrasi), Sterilisasi Gas dan Sterilisasi dengan Radiasi.

Metode yang biasa digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan pengujian mikrobiologi adalah

metode sterilisasi uap (panas lembab) dan metode sterilisasi panas kering.

1. Sterilisasi Uap (Panas Lembab)

Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave dengan prinsipnya memakai uap air dalam

tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121℃, tekanan yang biasa

digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung

dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit

tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama menyebabkan :

Penguraian gula, Degradasi vitamin dan asam-asam amino, Inaktifasi sitokinin zeatin riboside,

perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.

Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih

rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air

panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme

tersebut.

Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap dengan menggunakan autoclave adalah :

- Suhu 115,5 ℃, waktu 30 menit

- Suhu 121,5 ℃, waktu 20 menit

- Suhu 126,5 ℃, waktu 15 menit

Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain

yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air,

Page 28: Mikrobiologi Kelp 8

28

larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastik, dan

media untuk pekerjaan mikrobiologi.

2. Sterilisasi Panas Kering

Sterilisasi Panas Kering dilakukan menggunakan oven pensteril, karena metode sterilisasi panas

kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan sterilisasi uap. Metode ini

memerlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang, sterilisasi panas kering

biasanya ditetapkan pada temperatur 160-170 ℃ dengan waktu 1-2 jam. Umumnya digunakan

untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak,

minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang

tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.

Karena tingginya suhu yang diterapkan dalam sterilisasi panas kering, maka metode ini dapat

digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan. Contohnya alat ukur dan penutup

karet atau plastik. Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering dengan menggunakan

oven steril adalah :

Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan

mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh

oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.

3. Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)

Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) digunakan untuk

sterilisasi larutan yang termolabil, penyaringan ini menggunakan

filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-

pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam

melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi

tidak bebas dari virus. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi

ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan

mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan

matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya. Cara

sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak tahan terhadap

panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. Teknologi tinggi membran filtrasi

meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika digunakan berpasangan dengan

sistem proses aseptik.

No Suhu waktu

1 170°C 1 jam

2 160°C 2 jam

3 150°C 2,5 jam

4 140°C 3 jam

Page 29: Mikrobiologi Kelp 8

29

4. Sterilisasi Gas

Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan

sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi

adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang

digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan

yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan

yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan

protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi

tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida.

Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50%

kelembaban relatif dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L

membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau

uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,

metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan

biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi

gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein

mengalami kerusakan dan mikroba mati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan

distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya

kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada

pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.

5. Sterilisasi dengan Radiasi

Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan/produk dan alat-alat medis yang peka terhadap

panas (termolabil) dan jika residu etilen oksida tidak diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis

radiasi, yang tidak berhubungan dengan suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi

radiasi selama dengan waktu radiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat sederhana, tetapi kehati-

hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi. Prinsip sterilisasi radiasi adalah

radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba

mengalami mutasi. Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik

(sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β).

Antiseptik, adalah zat fisis atau kimiawi yang mencegah pembusukan, infeksi, dan perubahan

analog seperti pada makanan dan jaringan hidup dengan menghancurkan atau menghentikan

perkembangan mikroorganisme. Sejak dahulu pengawetan makanan menggunakan zat antiseptik

Page 30: Mikrobiologi Kelp 8

30

seperti penggunaan panas pada proses memasak; natrium, garam, dan asam cuka pada asinan dan

acar; dan pengasapan pada daging asap. Di zaman modern, prinsip antiseptik ini digunakan untuk

mengawetkan makanan melalui pemanasan dan pendinginan seperti pada proses pengalengan,

pasteurisasi, dan pembekuan. Iridiasi tengah diteliti sebagai alat pengawet makanan.

Praktik penggunaan antiseptik dalam perawatan dan pengobatan luka dipelopori oleh ahli bedah

Inggris Joseph Lister pada tahun 1865. Dasar penelitiannya adalah temuan dari ahli fisioligi

Jerman Theodor Schwann dan ahli biokimia Perancis Louis Pasteur, Lister melakukan disinfeksi

luka bedah atau luka trauma dengan larutan asam karbolat, dan dalam lima tahun berhasilkan

menurunkan angka kematian utama akibat amputasi yang mencapai 50% menjadi sekitar 12%.

Banyak jenis antiseptik yang digunakan kemudian, di antaranya yang paling sering digunakan

adalah mercury, iodine, boric acid, alcohol, the hypochlorites, mercurochrome, and Merthiolate.

Klorin digunakan untuk mensterilkan air dan terutama sistem air publik (PAM) dan kolam renang.

Sumber: http://yalun.wordpress.com/2009/01/09/teknik-teknik-sterilisasi-bagian-1-cairan-dan-

padata/

5. Manajemen Antiseptik

Page 31: Mikrobiologi Kelp 8

31

BAB 111. DAFTAR PUSTAKA

http://ardiawan-1990.blogspot.com/2011/03/istilah-populer-mikrobiologi.html Diakses pada

tanggal 20 Oktober 2011 Pukul 14.00 WIB

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-desinfektan.html Diakses pada tanggal 20

Oktober 2011 Pukul 15.00 WIB

http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2070409-cara-

membunuh-bakteri-dan-mikroba/#ixzz1b8th3age Diakses Pada tanggal 22 Oktober 2011 Pukul

19.00 WIB

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2090149-sterilisasi/#ixzz1YNqsDdZ9

Diakses Pada tanggal 22 Oktober 2011 Pukul 20.00 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptik Diakses Pada tanggal 23 Oktober 2011 Pukul 20.45 WIB

http://nurilmiyati-mb.blogspot.com/2011/04/11-pengendalian-mikroorganisme.html Diakses Pada

tanggal 24 Oktober 2011 Pukul 11.00 WIB

http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/ Diakses Pada tanggal 24 Oktober 2011 Pukul 13.00 WIB

http://rahma02.wordpress.com/2009/04/17/mikrobiologi-umum/ Diakses Pada tanggal 24

Oktober 2011 Pukul 13.45 WIB

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/1/2/l2.htm Diakses Pada tanggal 24 Oktober 2011

Pukul 14.19 WIB

http://yalun.wordpress.com/2009/01/09/teknik-teknik-sterilisasi-bagian-1-cairan-dan-padata/

Diakses Pada tanggal 24 Oktober 2011 Pukul 15.00 WIB