mikrobiologi 1

29
HOME SINDORO INDOFLOWER CABE BUKU MAKALAH gratis SOFTWARE ENGLISH VERSION MAKALAH Dalam rangka membantu anda yang membutuhkan referensi ilmiah, di halaman ini kami mengekspose karya ilmiah kami yang sudah dipublikasikan di journal dan atau seminar ilmiah. Anda dapat mengkopi dan menggunakannya sebagai rujukan, namun harus mancantumkan penulisnya bilamana anda mensitir dalam karya tulis anda, sebagaimana kode etik yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah. Diharapkan makalah yang akan dimuat akan semakin bertambah dari waktu ke waktu. Kami juga menerima bantuan tulisan dari anda untuk dimuat di halaman ini secara gratis namun juga tanpa honor. Tulisan dapat dikirim dalam format MS word/pdf (untuk teks) dan JPEG (untuk foto/gambar). Kualifikasi tulisan : teknologi terapan, ilmiah populer, atau ilmiah.Bidang pertanian, biotek, biologi, atau yang ada relevansinya dengan pertanian. Tulisan dikirim via email : [email protected] EKSPLORASI, PENGUJIAN, DAN IDENTIFIKASI KHAMIR ANTAGONIS TERHADAP PATOGEN ANTRAKNOS (COLLETOTRICHUM LAGENARIUM) PADA SEMANGKA *) EXPLORATION, EXAMINATION, AND IDENTIFICATION OF ANTAGONISTIC YEAST AGAINST TO ANTRACNOSE PATHOGEN (COLLETOTRICHUM LAGENARIUM) ON WATER MELON *) Kardi Raharjo

Upload: hendra-sandi

Post on 23-Dec-2015

86 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

mikrobiologi

TRANSCRIPT

Page 1: mikrobiologi 1

HOME   SINDORO     INDOFLOWER    CABE    BUKU

MAKALAH gratis      SOFTWARE

  

                                                                                                        ENGLISH VERSION

MAKALAHDalam rangka membantu anda yang membutuhkan referensi ilmiah, di halaman ini kami mengekspose karya ilmiah kami yang sudah dipublikasikan di journal dan atau seminar

ilmiah. Anda dapat mengkopi dan menggunakannya sebagai rujukan, namun harus mancantumkan penulisnya bilamana anda mensitir dalam karya tulis anda, sebagaimana kode etik yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah. Diharapkan makalah yang akan

dimuat akan semakin bertambah dari waktu ke waktu.

Kami juga menerima bantuan tulisan dari anda untuk dimuat di halaman ini secara gratis namun juga tanpa honor. Tulisan dapat dikirim dalam format MS word/pdf (untuk teks) dan

JPEG (untuk foto/gambar). Kualifikasi tulisan : teknologi terapan, ilmiah populer, atau ilmiah.Bidang pertanian, biotek, biologi,  atau yang ada relevansinya dengan pertanian.

Tulisan dikirim via email : [email protected]

 

 

 

EKSPLORASI, PENGUJIAN, DAN IDENTIFIKASI KHAMIR ANTAGONIS TERHADAP PATOGEN ANTRAKNOS (COLLETOTRICHUM LAGENARIUM)

PADA SEMANGKA *)

EXPLORATION, EXAMINATION, AND IDENTIFICATION OF ANTAGONISTIC YEAST AGAINST TO ANTRACNOSE PATHOGEN (COLLETOTRICHUM

LAGENARIUM) ON WATER MELON*)

Kardi Raharjo

PT. Prana Ardita, Temanggung

Christanti Sumardiyono, Nursamsi Poesposendjojo

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada

Sismindari

Page 2: mikrobiologi 1

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Phyllosphere is one of habitat of yeast and the other microorganism included an antagonistic microorganism. The antagonistic yeasts have been isolated from watermelon phyllosphere on YM Agar medium. There are 30 isolates of yeast have been found.

The pure culture of virulent isolate I15 of C. lagenarium used for testing the antagonistic ability of yeast isolates. Two yeast isolates namely K10 and K35 have highest ability to inhibit growth and development of C. lagenarium colony. From microscopic observation, the isolates K10 and K35 caused deflated on C. lagenarium hyphe. The result of identification of K10 is Candida sp. and K35 is Sirobasidium sp

Keywords: Candida, Sirobasidium, Colletotrichum

INTISARI

Filosfer merupakan salah satu habitat khamir dan mikroorganisme lain yang beberapa di antaranya merupakan mikroorganisme antagonis. Khamir antagonis terhadap C. lagenarium diisolasi dari filosfer semangka dengan medium YM Agar. Dari 30 isolat khamir yang diperoleh, diuji kemampuan antagonisme-nya pada Colletotrichum lagenarium isolat I15 yang virulen terhadap tanaman semangka. Dari hasil pengujian ini diketahui dua isolat khamir yakni K10 dan K35 mempunyai kemampuan tertinggi dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan C. lagenarium. Berdasarkan pengamatan mikroskopi diketahui terjadi parasitisme pada miselium C. lagenarium oleh isolat khamir K10 dan K35 dengan gejala pengempisan hifa.

Hasil identifikasi berdasarkan morfologi koloni, organ vegetatif, organ reproduksi aseksual dan seksual diketahui bahwa K10 adalah Candida sp. dan K35 adalah Sirobasidium sp.

Kata kunci: Candida, Sirobasidium, Colletotrichum

*) Sebagian hasil penelitian untuk penyusunan disertasi pada Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

PENGANTAR

Penyakit antraknos merupakan salah satu penyakit penting pada semangka (Sherf dan Macnab, 1986; Semangun, 1991; Sitterly dan Keinath, 1996). Penyakit ini sudah diketahui dan dilaporkan di Italia pada tahun 1867 (Sitterly dan Keinath, 1996). Menurut Sherf dan Macnab (1986) penyakit ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi antara 30-35 persen.

Penyebab penyakit antraknos pada semangka adalah jamur Colletotrichum lagenarium (Sherf dan Macnab, 1986; O’Connell, 1991; Semangun, 1991;O’Connell, et al., 1992; Esquerre et al., 1992; Jeffries and Koomen. 1992; Sitterly dan Keinath,

Page 3: mikrobiologi 1

1996) sinonim dengan C. orbiculare ( Sherf dan Macnab, 1986; Sitterly dan Keinath, 1996; Zitter, 1987; Zitter et al., 1998). Jamur ini membentuk stadium teleomorph dengan nama Glomerella lagenarium (Sitterly dan Keinath, 1996) sinonim dengan G. cingulata (Semangun, 1991), G. cingulata var orbiculare (Sherf dan Macnab, 1986) yang jarang dijumpai di alam.

Di Indonesia, belum pernah dilakukan penelitian pengendalian penyakit ini, terutama menggunakan mikroorganisme antagonis sebagai agen hayati. Campbell (1989) menyatakan bahwa pengendalian hayati mempunyai arti penting dalam upaya pengendalian penyakit tumbuhan karena mempunyai beberapa keunggulan antara lain biayanya murah, aman terhadap pekerja, konsumen produk pertanian, dan lingkungan serta mempunyai efek pengendalian yang berkelanjutan. Menurut Jacobsen (1997), dalam hubungannya dengan implementasi PHT (Pengendalian Hama Terpadu), pengendalian hayati merupakan salah satu komponen utama karena PHT merupakan konsep dengan pendekatan yang memaksimalkan peranan pengendalian alamiah .

Sebagai negara yang berada di daerah tropis, Indonesia memiliki potensi sumber keaneka-ragaman mikroorganisme yang tinggi, sehingga terdapat peluang yang besar untuk diperoleh mikroorganisme antagonis yang efektif untuk mengendalikan penyakit antraknos pada semangka.

Filosfer merupakan salah satu habitat mikroorganisme saprofit. Beberapa di antaranya merupakan mikroorganisme antagonis (Preece and Dickinson, 1971). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tantawi et al. (1993) terdapat 26 spesies jamur yang berhasil diisolasi dari daun karet yang berasal dari kebun pembibitan karet Pusat Penelitian Perkebunan Getas. Menurut Leben (1971) pada daun apel terdapat banyak spesies jamur benang dan khamir, di mana 80-90 % di antaranya merupakan khamir. Beberapa jenis khamir (Cryptococus infirmo-miniatus, C. laurentii, Rhodotorula glutinis) efektif untuk mengendalikan penyakit pascapanen pada buah pear (Benbow dan Sugar, 1999).

Sebagaimana telah dilaporkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya bahwa mikroorganisme antagonis dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan patogen melalui mekanisme antibiosis (pembentukan antibiotik, bakteriosin, toksin dan enzim hidrolisis), parasitisme, dan kompetisi (Wells, 1986; Cabib, 1987; Ohtakara et al., 1988; Crawford, 1999; Elad et al., 1999; Johnson dan Dileon, 1999; Mazzola, 1999; Raaijmakers et al., 1999; Sabaratnam, 1999; Singh et al., 1999; Xu et al., 1999; Yedidia et al., 1999; Zhang et al., 1999; Kriger, 2000; Mathivanan et al., 2000; Selitrennikoff, 2001; Suzuki et al., 2000; Tsujibo et al., 2000; Velazhahan et al., 2000; Yoon et al., 2001).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, akan dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi dan menseleksi khamir antagonis dari filosfer yang efektif untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan patogen antraknos (C. lagenarium).

BAHAN DAN METODE

Isolasi Khamir dari Filosfer

Page 4: mikrobiologi 1

Pembuatan suspensi propagul khamir filosfer

Dua lembar daun semangka yang sehat diambil dari tanaman yang berumur 30-60 HST dari pertanaman semangka di kabupaten Temanggung, Purworejo, dan Magelang. Daun yang diambil adalah daun tertua karena pada daun tua terdapat populasi jamur dan khamir yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun muda (Tantawi et al., 1993). Daun selanjutnya dipotong-potong dengan diameter 0,5 cm menggunakan bor gabus. Pada setiap daun diambil 5 potongan dari helaian bagian kanan dan 5 potongan dari helaian bagian kiri daun. Duapuluh potongan daun yang berasal dari 2 daun dari tanaman yang sama selanjutnya dimasukkan ke dalam 100 ml air steril dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian dikocok pada meja shaker selama 30 menit untuk melepaskan mikroorganisme dari permukaan daun (Dickinson, 1971).

Satu ml suspensi propagul tersebut selanjutnya dicampur dengan medium YM agar (3 g ekstrak malt, 5 g peptone, 10 g glukosa, 20 g agar, 40 mg khloramfenikol, 1 l air) yang masih mencair (suhu 45o C) dan kemudian dituangkan ke dalam petridis. Campuran tersebut diinkubasikan pada suhu kamar selama 24-48 jam. Semua koloni yang tumbuh yang diduga khamir dipisahkan satu dengan yang lain berdasarkan warna, bentuk, dan ciri-ciri yang lain (van der Walt dan Yarrow, 1987) dengan cara memindahkan pada medium yang baru. Reisolasi dilakukan 2-4 kali sampai diperoleh biakan murni. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PHPTPH Wilayah Kedu di Temanggung.

2. Pengujian Daya Antagonisme dan Gejala Parasitisme

Pengujian dilakukan dengan modifikasi metode yang dilakukan oleh Campbell (1989) dengan prosedur sebagai berikut:

a. Isolat mono spore C. lagenarium I15 yang telah diuji dalam penelitian sebelumnya dan terbukti mempunyai virulensi tertinggi diantara isolat yang diuji digunakan dalam penelitian ini Biakan murni C. lagenarium berumur 5 hari pada medium YM agar ditetesi dengan suspensi khamir dengan konsentrasi 106 sel/ml. Penetesan dilakukan menggunakan pipet mikro pada 5 posisi, masing-masing ditetesi dengan 0,02 ml suspensi. Tiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan.

b. Luas koloni khamir dan C. lagenarium diukur menggunakan plastik transparan yang pada permukaannya telah dibuat garis membujur dan melintang yang membentuk kotak-kotak berukuran 1 x 1 mm.

c. Pengamatan parasitisme:

Secara makroskopis. Cara kontak antara koloni khamir dengan C. lagenarium: diamati pada areal yang saling bersinggungan.

Secara mikroskopis. Pengamatan kontak antara sel khamir dengan hifa C. lagenarium: sel khamir menempel atau masuk ke dalam hifa C.

Page 5: mikrobiologi 1

lagenarium. Pengamatan dilakukan juga pada perubahan morfologi hifa jamur.

Pengamatan dilakukan tiap hari sekali dimulai 3 hari setelah perlakuan sampai dengan 8 hari setelah perlakuan.

Dari data yang diperoleh dipilih khamir yang mempunyai daya penghambatan yang tinggi melalui mekanisme parasitisme. Penelitian dilakukan di Laboratorium PHPTPH Wilayah Kedu di Temanggung.

Identifikasi Khamir Antagonis Terpilih

Dua isolat khamir antagonis terpilih yang diperoleh dari kegiatan nomor 5 diidentifikasi sampai genus. Menurut van der Walt dan Yarrow (1987), khamir dapat diindentifikasi genusnya dengan pengamatan karakteristik:

A. Reproduksi aseksual (vegetatif)

Cara reproduksi vegetatif

Reproduksi vegetatif dapat terjadi melalui proses pertunasan,

pembelahan, atau gabungannya.

Karakteristik sel vegetatif

a. Morfologi sel vegetatif pada media YM cair dan media YM padat.

b. Pembentukan miselium semu (pseudomycelium) dan miselium sejati ( true mycelium), endospora aseksual, klamidospora, buluh kecambah, ballistospora.

B. Reproduksi seksual

1. Karakteristik pembentukan askospora

2. Karakteristik pembentukan basidiospora

Dari data tersebut di atas, selanjutnya khamir diidentifikasi menggunakan kunci determinasi seperti tertera pada lampiran II (van der Walt dan Yarrow (1987)

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Khamir dari Filosfer

Page 6: mikrobiologi 1

Dari kegiatan isolasi khamir dari daun semangka sehat menggunakan medium YM Agar telah diperoleh 30 isolat yakni K2, K3, K7, K8, K9, K10, K11, K13, K15, K17, K19, K21,K 22, K23, K24, K26, K29, K30, K31, K32, K34, K35, K36, K37, K38, K39, K40, K41, K42, dan K43. Tiga puluh isolat khamir ini digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Pengujian Daya Antagonisme dan Gejala Parasitisme

a. Pengamatan makroskopi

Untuk menguji daya antagonisme isolat khamir digunakan isolat C. lagenarium I15

pada medium YM Agar. Tiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan.

Berdasarkan pengamatan luas koloni C. lagenarium sampai dengan 8 hari setelah perlakuan, terdapat dua isolat khamir yakni K10 dan K35 yang menunjukkan kemampuan paling tinggi dalam menekan pertumbuhan dan perkembangan C. lagenarium.

Tabel 1. Luas koloni C. lagenarium (cm2) hasil pengujian parasitisme

Luas koloni (cm2) pada pengamatan hari ke

3 4 5 6 7 8

Kontrol 9,01 20,43 20,90 22,32 27,10 29,81a

K2 2,10 3,61 4,33 6,92 7,50 8,89ij

K3 1,72 4,50 6,21 8,92 10,09 12,68g

K7 1,21 5,73 7,11 8,89 10,53 11,90g

K8 1,40 1,61 2,31 5,24 6,70 7,61j

K9 1,64 3,62 4,72 6,20 7,91 9,05i

K10 0,80 1,32 1,34 1,36 1,37 1,42l

K11 2,50 7,41 8,89 10,23 11,42 12,33g

K13 1,24 3,61 4,22 6,13 9,57 11,50gh

K15 0,62 3,41 5,14 6,70 7,51 8,25ij

K17 6,22 8,41 8,73 8,96 9,27 9,52i

K19 3,21 8,12 8,27 8,98 9,57 9,83hi

Page 7: mikrobiologi 1

K21 1,61 6,72 8,15 10,02 14,37 16,68e

K22 1,60 4,22 7,21 9,81 12,77 15,76ef

K23 1,61 2,20 3,07 6,28 7,61 8,90i

K24 1,70 4,51 4,92 5,78 6,94 8,19ij

K26 1,62 3,21 5,04 7,76 9,81 11,59gh

K29 2,60 4,50 5,12 6,50 7,83 8,50i

K30 3,70 5,36 7,22 11,45 17,12 22,95c

K31 4,10 5,74 6,97 9,89 10,03 11,48gh

K32 4,10 5,53 5,59 5,67 5,95 5,95k

K34 2,87 3,69 5,17 9,91 15,67 17,43de

K35 0,31 0,34 0,36 0,41 0,80 0,85m

K36 0,85 5,03 9,09 11,87 19,75 26,65b

K37 4,10 6,37 7,89 8,81 10,21 11,70g

K38 0,62 11,61 11,99 12,91 13,48 14,65f

K39 4,05 6,70 8,12 11,45 16,06 18,28d

K40 2,98 6,88 9,05 11,34 14,01 15,73ef

K41 1,60 3,55 5,16 7,44 8,15 9,35i

K42 0,62 3,35 4,16 4,98 5,22 5,42k

K43 5,33 9,06 9,19 10,23 10,55 10,74h

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 %.

Pengamatan mikroskopi

Pengamatan mikroskopi gejala parasitisme dilakukan pada khamir terpilih (K10 dan K35), dengan hasil sebagai berikut:

Khamir K10

Page 8: mikrobiologi 1

Pada pengamatan makroskopi pada bagian koloni C. lagenarium yang bersinggungan dengan koloni khamir K10 tampak terjadinya perubahan warna dari semula putih berubah menjadi coklat. Bila miselia pada bagian ini diamati di bawah mikroskop tampak sel-sel khamir menempel pada hifa C. lagenarium dan diameter hifa tampak lebih kecil dibandingkan dengan hifa normal.

Khamir K35

Berdasarkan pengamatan makroskopi pada bagian koloni C. lagenarium yang bersinggungan dengan koloni khamir K35 menunjukkan terjadinya perubahan warna dari semula putih berubah menjadi hitam (gammbar 1 D). Bila miselium pada bagian ini diamati di bawah mikroskop tampak adanya gejala pengempisan hifa yang tidak merata sehingga tampak lekukan-lekukan.

Identifikasi Khamir Antagonis Terpilih

Khamir K10

Morfologi koloni

Koloni khamir K10 berwarna kuning kecoklatan pada bagian pinggir dengan bagian tengahnya berwarna kuning tua sehingga membentuk lingkaran dalam lingkaran.

Morfologi sel vegetatif

Morfologi sel khamir K10 pada media YM agar berbentuk lonjong dengan ujung runcing berukuran (1-1,5) x (5-9) μm, hialin, sel yang masih muda tidak bersekat setelah dewasa bersekat.

Reproduksi aseksual

Berdasarkan pengamatan mikroskopis, khamir ini membentuk miselium semu (pseudomycelium) tipe mycocandida yang membentuk blastospora.

Khamir K10 juga membentuk miselium sejati (true mycelium) yang bercabang-cabang dan arthrospora (arthrokonidia) yang terbentuk dari fragmentasi miselium sejati. Arthrospora berbentuk agak bulat dengan ukuran (1,5-2) x (5-6) μm, kemudian memanjang dan membelah diri.

Pembentukan tunas merupakan cara reproduksi yang paling penting pada khamir K10. Pada umumnya tunas dibentuk secara monopolar dan kadangkala secara bipolar. Sel khamir dewasa tidak memperbanyak diri dengan pembelahan sel, kecuali pada sel arthrospora.

Reproduksi seksual

Pada khamir ini belum dijumpai adanya organ reproduksi seksual baik askospora maupun basidiospora.

Page 9: mikrobiologi 1

Nama genus khamir

Berdasarkan ciri-ciri morfologi koloni, bentuk sel khamir, dan bentuk blastospora tersebut di atas, khamir K10 mirip dengan Candida boidinii yang merupakan spesies tipikal genus Candida. Menurut Meyer et al. (1987) sel C. boidinii berbentuk oval lonjong sampai silindris atau kadang-kadang berbentuk agak bulat, ukuran (1,5-3-5) x (7-12) μm, koloni krem kekuningan, lembab sampai kering, lunak, lembut berkerut. Miselium semu terdiri dari hifa semu berukuran pendek sampai agak panjang, membentuk percabangan, dan memproduksi blastospora berbentuk oval.

Berdasarkan kemiripan antara khamir K10 dengan C. boidinii tersebut dapat disimpulkan bahwa khamir K10 adalah Candida sp (familia Cryptococcaceae, form-ordo Cryptococcales, sub kelas Blastomycetidae, kelas Deuteromycetes, sub devisi Deuteromycotina, devisi Amastigomicota, kingdom Myceteae).

Khamir K35

Morfologi koloni

Koloni khamir K35 yang masih muda berwarna putih keunguan, kemudian berubah menjadi ungu dan akhirnya pada bagian tengah menjadi coklat kehitaman pada saat tua. Pada biakan murni pada umur 5 hari mulai membentuk benang-benang miselium berwarna putih.

Morfologi sel khamir

Khamir K35 berbentuk batang pendek, ujung agak runcing sampai tumpul, hialin, dengan ukuran (2-3) x (4-5) μm.

Reproduksi aseksual

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopi, khamir K35 dapat membentuk miselium semu yang tidak berlanjut dengan pembentukan blastospora. Miselium semu yang demikian disebut dengan buluh kecambah (germ tube). Khamir ini juga membentuk miselium sejati.

Arthrospora dibentuk oleh khamir ini dengan ukuran yang lebih panjang dari sel induk. Arthrospora ini selanjutnya memanjang lagi dan membelah menjadi dua sel. Cara reproduksi dengan pembelahan sel tidak hanya terjadi pada sel arthrospora namun juga terjadi pada sel khamir dewasa yang lain. Khamir ini juga membentuk balistospora. Pembentukan tunas pada khamir K35 merupakan cara reproduksi aseksual yang penting. Pembentukan tunas terjadi secara monopolar.

Reproduksi seksual

Khamir K35 dapat membentuk basidium dengan 4 basidiospora. Basidium terbentuk pada basidiokarp pada sekat hifa sejati dengan ukuran (3-4,5) x (6-7,5) m. Hifa sejati yang membentuk basidium mengalami pembesaran 5-6 kali diameter hifa normal. Pada tiap sekat hifa terbentuk dua basidia.

Page 10: mikrobiologi 1

Nama genus khamir

Berdasarkan bentuk sel klhamir, basidiokarp, basidium dan basidiospora, dapat disimpulkan bahwa khamir K35 adalah Sirobasidium sp. (familia Sirobasidiaceae, ordo Tremellales, kelas Basidiomycetes, sub devisi Basidiomycotina, devisi Amastigomycota, kingdom Myceteae (Alexopoulos dan Mim, 1979; Bandoni, 1987 ).

KESIMPULAN

Telah diperoleh 30 isolat khamir dari hasil kegiatan isolasi dari daun semangka yang diambil dari beberapa lokasi pertanaman semangka di kabupaten Temanggung, Magelang, dan Purworejo.

Isolat khamir K10 dan K35 menunjukkan kemampuan menekan pertumbuhan dan perkembangan C. lagenarium yang paling tinggi dibandingkan dengan isolat lain yang diuji. Dua isolat ini menunjukkan kemampuan menimbulkan gejala parasitisme terhadap C. lagenarium yang berupa pengempisan hifa.

Berdasarkan hasil identifikasi diketahui nama genus khamir K10 adalah Candida sp dan khamir K35 adalah Sirobasidium sp.

DAFTAR PUSTAKA

Benbow, J. M. and D. Sugar. 1999. Fruit Surface Colonization and Biolo- gical Control of Postharvest Diseases of Pear by Preharvest Yeast Application. Plant Disease 83(6): 839-844.

Cabib, E. 1987. The Synthesis and Degradation of Chitin. In A. Meister (ed.). Advances in Enzymology. And Related Area of Molecular Bio- logy. John Wiley & Sons. New York, Toronto. 59-101 pp.

Campbell, R. 1989. Biological Control of Microbial Plant Pathogens. Cambridge University Press, Cambridge, New York, Sydney.169- 183 pp.

Crawford, D. L. 1999. Mechanism of Biocontrol of Fungal Root Pathogens in The Rhizosphere by Streptomyces lydicus WYEC108. Dissertation Abstracts. University of Idaho. 70 p.

Dickinson, C. H. 1971. Cultural Studies of Leaf Saprophytes. In T. F. Preece and C. H. Dickinson (Eds.). Ecology of Leaf surface Microor- ganism. Academic Press. London. New York. 129-157 pp.

Elad, Y., D. R. David, T. Levi, A. Kapat, B. Kirshner, E. Guvrin and A. Levi- ne.1999. Trichoderma harzianum T 39. Mechanisms of Biocontrol of Foliar Pathogens. In I. Lyr, P. E. Russell and H. B. Modern (Eds.). Fungicide and Antifungal Compounds II. 12th International

Reinhardsbrunn Symposium May 24 th - 29 th 1999. Friedrichroda, Thuringia, Germany. Intercept, Andover, Hants, SP 10 1YG, UK. 459-467 pp.

Page 11: mikrobiologi 1

Esquerre-Tugaye, M. T., D. Mazau, J. P. Barthe, C. Lafitte, and A. Touze. 1992. In Colletotrichum. In J. a. Bailey and M. J. Jeger (eds.). Colletrotichum: Biology, Pathology and Control. CAB International. Melksham. 67-87 pp.

Jacobsen, B. J. 1997. Role of Plant Pathology in Integrated Pest Manage- ment. Annu. Rev. Phytopath. 35: 373-391.

Jeffries, P. and I. Koomen. 1992. Strategies and Prospects for Biological Control of Diseases Caused by Colletotrichum. In J. A. Bailey and M. J. Jeger (Eds.). Colletotrichum. Biology, Pathology And Control. C. A. B. International. Melksham. 337-357 pp.

Johnson, K. B. and J. A. Dileon. 1999. Effect of Antibiosis on Antagonist Dose Plant Disease Response Relationships for the Biological Control of Crown Gall of Tomato and Cherry. Phytophatology 89(10): 974-980.

Kriger, P. S. 2000. Regulation of Alpha-1,3-glucanase and Other Polysaccharide-degrading Enzymes From Trichoderma harzianum. Dissertation Abstracts. The University of Rochester. 218 p.

Leben, C. 1971. The Bud in Relation to Epiphytic Microflora. In T. F. Preece and C. H. Dickinson (eds.). Ecology of Leaf Surface. Academic Press. New York. 117-127 pp.

Mathivanan, N., V. Kabilan, and K. Murugesan. 2000. Purification, Characterization, and Antifungal Activity of Chitinase from Fusarium chlamydosporum, A Mycoparasite to Groundnut Rust, Puccinia arachidis. Can. J. Microbiol. 44(7): 646-651.

Mazzola, M. 1999. Transformation of Soil Microbial Community Structure and Rhizoctonia-Suppressive Potential in Respone to Apple Roots. Phytophatology 89(10): 920-927.

Meyer, S. A., D. G. Ahearn, and D. Yarrow. 1987. Candida Berkhout. In N. J. W. Kreger-van Rij (ed.). The Yeast, A Taxonomic Study. Third Revised and Enlarger Edition. Elsevier Science Publishers B. V. Amsterdam. 585-844.

O’Connell, R. J. 1991. Cytochemical Analysis of Infection Structures of Colletotrichum lindemuthianum Using Fluorochrome-labelled Lectins. Physiol. Mol. Plant Pathol. 39 (5):189-200.

O’Connell, R. J. , C. Nash and J. A. Bailey. 1992. Lectin Cytochemistry: A New Approach to Understanding Cell Differentiation, Pathogenesis And Taxonomy. In Colletotrichum. In J. a. Bailey and M. J. Jeger (eds.). Colletrotichum: Biology, Pathology and Control. 67-87 pp.

Page 12: mikrobiologi 1

Ohtakara, A., M. Izume and M. Mitsutomi. 1988. Action Microbial Chitinases on Chitosan with Different Degrees of Deacetylation. Agric. Biol. Chem. 52(12): 3181-3182.

Preece, T. F. and C. H. Dickinson. 1971. Ecology of Leaf Surface Microor-ganism. Academic Press. London. New York

Raaijmakers, J. M. R. , R. F. Bonsall, and D. M. Weller. 1999. Relationship Beetween Root Colonization and In Situ Antibiotic Production by Pseudomonas fluorescens. Phytopathology 89(6): abstract supplement S63.

Sabaratnam, S. 1999. Biological Control of Rhizoctonia Damping-Off of Tomato With a Rhizosphere Actinomycete. Dissertation Abstracts. The University Of Western Ontario, Canada. 209 p.

Selitrennikoff, C. P. 2001. Antifungal Protein. Appl. Environ. Microbiol. 67(7):2883-2894 pp.

Semangun, H.  1991.  Penyakit-penyakit  Penting   Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakata. 850 p.

Sherf, A. F. and A. A. Macnab. 1986. Vegetable Diseases and Their Control. Second Edition. Jhn Wiley & Sons. New York.

Singh, P. P. , Y. C. Shin, C. S. Park ,and Y. R. Chung. 1999. Biological Control of Fusarium Wilt of Cucumber by Chitinolytic Bacteria. Phytopathology 89(1): 92-99.

Sitterly, W. R. and A. P. Keinath. 1996. Antracnose. In Compendium of Cucurbit Diseases. APS Press. New York.

Suzuki, K. , T. Uchiyama, M. Suzuki, N. Nikaidou, M. Regue, and T. Watanabe. 2000. LysR-type Transkripsional Regulator ChiR is Essential for Production of All Chitinase and A Chitin-Binding Protein, CBP 21, in Serratia marcescens 2170. Biosci. Biotechnol. Biochem. 65(2): 338-347.

Tantawi, A. R. , A. Harsojo, H. Semangun. 1993. Jamur Filoplan Tanaman Karet. Tesis S2 Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta.

Tsujibo, H. T. Okamoto, N. Hatano, K. Miyamoto, T. Watanabe, M. Mitsutomi, and Y. Inamori. 2000. Family 19 Chitinase from Streptomyces thermovilaceus OPC-520: Molecular Cloning and Characterization. Biosci. Biotechnol. Biochem. 64(11): 2445-2453.

Van der Walt, J. P. and D. Yarrow. 1987. Methods for the Isolation, Main- tenance, Classification and Identification of Yeast. In N. J. W. Kreger-van Rij (ed.). The Yeasts. A Taxonomic Study (third revised and

Page 13: mikrobiologi 1

enlarged edition). Elsevier Science Publisers B. V. Amsterdam. 45-104 pp.

Velazhahan, R., R. Samiyappan, and P. Vidhyasekaran. 2000. Purification of Elicitor-Inducible Antifungal Chitinase from Suspension-Cultured Rice Cells. Phytoparasitica 28 (2): 1-9

Wells, H. D. 1986. Trichoderma as A Biocontrol Agent. Dalam K. G. Mukerji and K. L. Garg. CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida. 71-82 pp.

Xu, T. , G. E. Harman, Y. L. Wang, and Y. Shen. 1999. Bioassay of Trichoderma harzianum strains for Control of Rice Sheath Blight Phytopathology 89(6): abstract supplement S86.

Yedidia, I., N. Benhamou, and I. Chet. 1999. Induction of Defence Respone in Cucumber Plants (Cucumis sativus L.) by The Biocontrol Agent Trichoderma harzianum. Appl. Environ. Microbiol 65(3):1061-1070.

Yoon, H. G., H. Y. Kim, H. K. Kim, B. S. Hong, D. H. Shin, and H. Y. Cho. 2001. Thermostable Chitosanase From Bacillus sp. Strain CK4: Its Purification, Characterization, and Reaction Patterns. Biosci. Biotechnol. Biochem., 65 (4): 802-809.

Zhang, J. X. ,B. D. Bruton, and C. L. Biles. 1999. Relationship of Cell Wall- degrading Enzymes to Virulence of Didymella bryoniae. Phytophato-logy 89(6): abstract supplemet S89.

Zitter, T. A. 1987. Vegetable Crop. An Antracnose of Cucurbits. Cornell Univ. Ithaca, NY. Vegetable MD Online. http://ppathw3.cals.cornell. edu/extensio…ases/factsheets/cucurbit-antracnose.hatm.

Zitter, T. A., D. L. Hopkins, and C. E. Thomas. 1998. Compendium of cucurbit Diseases. APS Press. Minnesota.

 

 

                                                           

 

 

 

Page 14: mikrobiologi 1

                                                     Hasanah619's Blog

Oktober 27, 2009

MORFOLOGI KAPANG DAN   KHAMIR Diarsipkan di bawah: Mikrobiologi Makanan — Tag:Mikrobiologi — hasanah619 @ 11:14 pm

Khamir, (yeast) adalah mikroorganisme uniseluler yang masuk ke dalam Kingdom Fungi. Anggota kingdom tersebut lainnya yang membentuk jaringan hifa (miselium) disebut kapang (mould).

Ciri-ciri umum fungi, antara lain :

-       Mempunyai inti sel

-       Memproduksi spora

-       Tidak mempunyai klorofil

-       Reproduksi seksual dan aseksual

-       Beberapa ada yang berfilamen dengan dinding sel berselulosa / khitin atau keduanya

Beda fungi dengan tanaman, yaitu :

-       Tidak berklorofil

-       Komposisi dinding sel berbeda

-       Reproduksi dengan spora

-       Tidak ada batang, cabang, akar atau daun

-       Tidak mempunyai system vaskular seperti tanaman

-       Multiseluler namun tidak mempunyai pembagian fungsi seperti tanaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme

1. Oksigen

Mikroorganisme dapat diklasifikasikan dari kebutuhan oksigennya. Mikroba aerob membutuhkan oksigen, sedangkan anaerob tidak membutuhkan oksigen untuk proses pertumbuhannya. Khamir (yeast) tumbuh dengan baik apabila terdapat cukup oksigen, tapi beberapa spesies dapat tumbuh pada kondisi tanpa oksigen. Kapang dapat tumbuh hanya jika terdapat oksigen, sedangkan bakteri ada yang aerob dan sebagian juga anaerob.

2. Kadar air

Page 15: mikrobiologi 1

Ahli mikrobiologi menjelaskan efek dari kadar air lingkungan pada mikroba sebagai water activity (a.w.). Water activity adalah rasio dari tekanan uap air pada larutan dengan tekanan uap pada air murni pada temperatur dan tekanan yang sama. Larutan yang homogen mempunyai rasio mendekati 1. Kebanyakan spesies bakteri, yeast dan kapang membutuhkan nilai a.w. 0.9 – 1 untuk dapat hidup. Tetapi ada juga yang dapat hidup pada kondisi a.w 0.6 – 0.7.

3. Temperatur

Beberapa mikroba dapat hidup pada temperatur tinggi, demikian sebaliknya. Psychrophillic dapat hidup pada temperatur 20 – 30 0C. Spesies mesophillic dapat hidup antara 30 – 40 0C. sedangkan thermophillic dapat hidup pada temperature 45 – 65 0C. bakteri dapat hidup pada range temperature antara 0 – 90 0C. Yeast dan kapang dapat dimatikan pada temperature 60 0C selama 15 menit.

4. pH

Keasaman dari larutan gula menentukan mikroba yang dapat tumbuh pada larutan gula. Yeast dan kapang dapat tumbuh pada pH 2 – 8, sedangkan bakteri sensitif terhadap kondisi pH. Beberapa bakteri dapat tumbuh pada pH 4 – 8, sedangkan beberapa hanya dapat tumbuh pada pH 6.5 – 7.5.

A. KAPANG (MOULD)

Kapang (mould/filamentous fungi) merupakan mikroorganisme anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota.

Jumlah spesies fungi yang telah teridentifikasi hingga tahun 1994 mencapai 70.000 spesies, dengan perkiraan penambahan 600 spesies setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 10.000 spesies merupakan kapang. Sebagian besar spesies fungi terdapat di daerah tropis disebabkan karena kondisi iklim daerah torpis yang hangat dan lembab yang mendukung pertumbuhannya. Habitat kapang sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat tumbuh pada substrat yang mengandung sumber karbon organik.

Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara. Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan gangguan kesehatan.

Gangguan kesehatan yang diakibatkan spora kapang terutama akan menyerang saluran pernapasan. Asma, alergi rinitis, dan sinusitis merupakan gangguan kesehatan yang paling umum dijumpai sebagai hasil kerja sistem imun tubuh yang menyerang spora yang terhirup. Penyakit lain adalah infeksi kapang pada saluran pernapasan atau disebut mikosis. Salah satu penyakit mikosis yang umum adalah Aspergillosis, yaitu tumbuhnya kapang dari genus Aspergillus pada saluran pernapasan. Selain genus Aspergillus, beberapa spesies dari genus

Page 16: mikrobiologi 1

Curvularia dan Penicillium juga dapat menginfeksi saluran pernapasan dan menunjukkan gejala mirip seperti Aspergillosis.

Kerusakan oleh kapang

Kapang mempunyai kisaran pH pertumbuhan yang luas, yaitu 1.5-11. Kebusukan makanan kaleng yang disebabkan oleh kapang sangat jarang terjadi, tetapi mungkin saja terjadi. Kebanyakan kapang tidak tahan panas sehingga adanya kapang pada makanan kaleng disebabkan oleh kurangnya pemanasan (under process) atau karena terjadi kontaminasi setelah proses. Kapang memerlukan oksigen untuk tumbuh sehingga pertumbuhan pada kaleng hanya mungkin terjadi apabila kaleng bocor.

Kapang lebih tahan asam, sehingga kapang sering membusukkan makanan asam, seperti buah-buahan asam dan minuman asam. Kapang seperti Bysochamys fulva, Talaromyces flavus, Neosartorya fischeri dan lain-lain telah diketahui sebagai penyebab kebusukan minuman sari buah kaleng dan produk-produk yang mengandung buah. Spora kapang-kapang ini ternyata mampu bertahan pada pemanasan yang digunakan untuk mengawetkan produk tersebut. Spora kapang ini tahan terhadap pemanasan selama 1 menit pada 920C dalam kondisi asam atau pada makanan yang diasamkan. Akan tetapi untuk mencapai konsistensi yang seperti ini, kapang tersebut memerlukan waktu untuk membentuk spora, sehingga sanitasi sehari-hari terhadap peralatan sangat penting untuk mencegah pertumbuhan kapang ini dan pembentukan sporanya. Pada umumnya kapang yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan panas tidak menyebabkan penyakit pada manusia.

Manfaat kapang dalam produksi pangan

Produk Bahan dasar Jenis Kapang

Tempe Kedelai Rhizopus Oligospora

 

Rhizopus OryzaeOncom merah Bungkil kacang tanah Neurospora sitophia

Oncom hitam Ampas tahu Rhizopus Oligospora

 

Rhizopus OryzaeKecap Kedelai Aspergillus Oryzae

Tauco Kedelai Aspergillus Oryzae

Ragi tape Tepung beras Rhizopus, Aspergillus, khamir

Keju biru Susu Penicililium roqueforti

Keju camembert Susu P. camemberti

Page 17: mikrobiologi 1

B. KHAMIR  (YEAST)

Sejarah Penggunaan Khamir (Yeast) Dalam Makanan

Khamir (yeast) merupakan jasad renik (mikroorganisme) yang pertama yang digunakan manusia dalam industri pangan. Orang-orang Mesir zaman dahulu telah menggunakan yeast dan proses fermentasi dalam memproduksi minuman beralkohol dan membuat roti pada lebih dari 5000 tahun yang lalu.

Setelah ditemukannya mikroskop Louis Pasteur pada akhir tahun 1860 menyimpulkan bahwa yeast merupakan mikroba hidup yang bertindak sebagai agen dalam proses fermentasi dan digunakan sejak zaman dahulu untuk menaikan adonan roti. Tidak lama setelah penemuan tersebut, dilakukan upaya untuk mengisolasi yeast secara murni. Dengan kemampuan ini mulailah dilakukan produksi yeast secara komersial untuk keperluan pembuatan roti. Jenis yang dikembangkan adalah Saccharomyces cerevisiae yang disebut dengan Baker’s yeasts.

Sejak saat itu, perusahan roti, minuman dan para ahli mulai berupaya untuk memproduksi strain murni yeast yang tepat untuk keperluan industri yang disesuaikan dengan rasa dan keperluan kualitas serta karateristik lainnya. Sedangkan di Indonesia yang dikenal dengan ragi untuk tape sebenarnya ada yang tidak murni dari jenis yeast saja akan tetapi dicampur dengan jenis bakteri dimana disesuaikan dengan kebutuhan produk yang akan dihasilkannya.

Kharakteristik Dan Morfologi Khamir

Yeast adalah salah satu mikroorganisme yang termasuk dalam golongan fungi yang dibedakan bentuknya dari mould (kapang) karena berbentuk uniseluler. Reproduksi vegetatif pada khamir terutama dengan cara pertunasan. Sebagai sel tunggal yeast tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibanding dengan mould yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Yeast sangat mudah dibedakan dengan mikroorganisme yang lain misalnya dengan bakteri, yeast mempunyai ukuran sel yang lebih besar dan morfologi yang berbeda. Sedangkan dengan protozoa, yeast mempunyai dinding sel yang lebih kuat serta tidak melakukan fotosintesis bila dibandingkan dengan ganggang atau algae. Dibandingkan dengan kapang dalam pemecahan bahan komponen kimia yeast lebih efektif memecahnya dan lebih luas permukaan serta volume hasilnya lebih banyak.

Yeast dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu bersifat fermentatif dan oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol yaitu memecah gula (glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya pada produk roti.

Sedangkan oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan CO2 dan H2O. Keduanya bagi yeast adalah dipergunakan untuk energi walaupun energi yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang melalui fermentasi.

Dibandingkan dengan bakteri, yeast dapat tumbuh dalam larutan yang pekat misalnya larutan gula atau garam lebih juga menyukai suasana asam dan lebih bersifat menyukai adanya oksigen. Yeast juga tidak mati oleh adanya antibiotik dan beberapa yeast mempunyai sifat antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mould.

Adanya sifat-sifat yang tahan pada lingkungan yang stress (garam, asam dan gula) maka dalam persaingannya dengan mikroba lain yeast lebih bisa hidup normal.

Page 18: mikrobiologi 1

Beda khamir dengan ragi

-       Khamir adl mikroorganisme uniseluler yg msk kedlm kingdom fungi

-       Ragi (starter) merupakan inokulum yang ditambahkan kedlm suatu substrat shg substrat tsb akan berubah atau mengalami fermentasi.

Ex : tape & tempe mengandung lbh dr 1 jenis m.o, baik khamir (saccharomycopsis fibuligera, saccharomycopsis malanga, pichia burtonii, sacharomyces cerevisiae,dan candida utilis), kapang (amylomyces rouxii, mucor sp) dan bakteri (pediococcus sp & bacillus sp)

Jadi, ragi ini mengandung lebih dr 1 jenis m.o didalamnya termasuk khamir, kapang dan juga bakteri.

Kelompok Khamir (Yeast)

a. Kelompok yeast sejati (True yeasts)

Kelompok yeast sejati pada dasarnya termasuk kedalam kelas Ascomycetes, dengan ciri memiliki spora. Termasuk kedalam kelompok ini adalah berbagai spesies Saccharomyces, Schizosaccharomyces, Zygosaccharomyces, Pichia, Hansenula, Debaryomyces dan Hanseniaspora.

Sedangkan pada kelompok jenis yeast sejati ini spesies yang umum digunakan dalam industri adalah Saccharomyces cerevisiae yaitu untuk pembuatan roti, minuman beralkohol, glyserol dan enzim invertase.

b. Kelompok yeast yang liar (wild yeast)

Kelompok yeast ini tidak mempunyai spora. Yeast liar ini pertumbuhannya terkadang diharapkan ada yang tidak diharapkan dalam suatu fermentasi. Termasuk dalam kelompok yeast ini adalah Candida, Torulopsis, Brettanomyces, Rhodotorula, Trichosporon dan Kloeckera.

Kerusakan oleh khamir

Khamir mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-8.5. Namun kebanyakan khamir lebih cocok tumbuh pada kondisi asam, yaitu pada pH 4-4.5, sehingga kerusakan oleh khamir lebih mungkin terjadi pada produk-produk asam. Suhu lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan khamir adalah 25-30oC dan suhu maksimum 35-47oC. Beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0oC atau lebih rendah. Khamir tumbuh baik pada kondisi aerobik, tetapi khamir fermentatif dapat tumbuh secara anaerobik meskipun lambat.

Khamir hanya sedikit resisten terhadap pemanasan, dimana kebanyakan khamir dapat terbunuh pada suhu 60oC. Jika makanan kaleng busuk karena pertumbuhan khamir, maka dapat diduga pemanasan makanan tersebut tidak cukup atau kaleng telah bocor. Pada umumnya kebusukan karena khamir disertai dengan pembentukan alkohol dan gas CO2 yang menyebabkan kaleng menjadi kembung. Khamir dapat membusukkan buah kaleng, jam dan jelly serta dapat menggembungkan kaleng karena produksi CO2. Seperti halnya kapang,

Page 19: mikrobiologi 1

khamir yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan pemanasan tidak menyebabkan penyakit pada manusia.

Manfaat Khamir Dalam Produk Pangan

Dengan memperhatikan aktivitas yeast yang sangat reaktif dan beragam terhadap bahan makanan, maka dapat dikatakan yeast mempunyai potensi yang besar selain sebagai agen fermentasi, dapat memberi perubahan yang sangat signifikan baik dalam rasa, aroma maupun tekstur dari pangan tersebut. Seperti kita lihat selain pada pembuatan roti dan minuman yang beraroma alkohol, atau dari sayur dan buah fermentasi secara umum pemanfaatan yeast dalam

mengembangkan produk pangan dapat diketahui seperti di bawah ini :

a. Susu dan produk olahannya

Produk Yeast spesies

Susu segar, pasteurisasi Rhodotorula spp., Candida famata, C. diffluens, C. curvata, Kluyveromyces marxianus, Cryptococcus flavus.

Mentega Rhodotorula rubra, R. glutinis, Candida famata, C. diffluens, C. lipolytica, Cryptococcus laurentii.

Yogurt Kluyveromyces marxianus, Candida famata,

 

Debaryomyces hansenii, Saccharomyces cerevisiae,

Hansenula anomala. Keju Cottage dan segar Kluyveromyces marxianus, C. lipolytica, Candida famata

 

dan Candida yang lain, Debaryomyces hansenii,

Cryptococcus laurentii, Sporobolmyces roseus. Keju lunak dimatangkan

 

dengan jamur (mold)

Kluyveromyces marxianus, Candida famata, Candida

 

lipolytica, Pichia membranafaciens, P. fermentans,

Debaryomyces hansenii, Saccharomyces cerevisiae,

Zigosaccharomyces rouxii.

b. Daging dan produk olahannya

Page 20: mikrobiologi 1

Produk Yeast spesies

Daging segar merah dan unggas Candida spp., Rhodotorula spp., Debaryomyces spp., Trichosporon (jarang diteliti).

Daging Domba beku Cryptococcus laurentii, Candida zeylanoides,

 

Trichosporon pullulans.Daging kalkun beku Cryptococcus laurentii, Candida zeylanoides.

Daging potong atau cincang Candida lipolytica, C. zeylanoides, C. lambica, C. sake, Cryptococcus laurentii, Debaryomyces hansenii, Pichia membranaefaciens.

Daging yang diolah (sosis, ham) Debaryomyces hansenii, Candida spp., Rhodotorula spp.

Komentar (3)

3 Komentar »

1.

ok terima kasih saudara telah membuat materi sesuai yang akan kami ajarkan ke murid SMK PHP Pangan

Komentar oleh Agus trikoriantono — Januari 21, 2010 @ 5:42 pm

Balas

2.

Saya analis mikrobiologi di salah perusahaan minuman nasional. Kiranya artikel-artikel ini sgt bermanfaat. Mohon jg ditambahkan metode-metode analisa m.o mutakhir untuk bisa dijadikan acuan

Komentar oleh Layung Respati — Februari 11, 2010 @ 11:42 pm

Balas

3.

artikelnya berguna banget buat anak farmasi…thx u….

Komentar oleh ping2 — April 16, 2010 @ 8:35 pm