metodologi pembelajaran pak dedih

Upload: kaffa-kaifa-kefi

Post on 31-Oct-2015

134 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PENDAHULUAN

    A. Mengajar antara Ilmu dan Seni

    Pendidikan modern menganggap bahwa metode

    pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam

    program pendidikan. Karena itu, banyak sekali penelitian

    tentang metode pembelajaran dilakukan, buku-buku tentang

    metodologi pembelajaran dibuat, bahkan mahasiswa yang

    belajar di berbagai universitas dan institut pendidikan sengaja

    dibekali secara khusus mata kuliah metodologi pembelajaran.

    Upaya tersebut dilakukan mengingat eratnya kaitan antara

    penguasaan metodologi pembelajaran dengan keadaan

    mahasiswa sebagai calon guru profesional di masa mendatang.

    Dengan demikian, mengajar bukanlah kegiatan yang

    sembarangan dan manasuka melainkan berpedoman pada

    landasan-landasan dan aturan-aturan yang jelas. Karena itu,

    kegiatan mengajar selain dilakukan dengan benar juga harus

    menarik. Landasan pemikiran itulah yang memunculkan

    persoalan apakah mengajar itu masuk wilayah kegiatan ilmiyah

    atau seni.

    Untuk menentukan apakah mengajar itu masuk wilayah

    kegiatan ilmiyah atau seni atau kedua-duanya, maka terlebih

    1

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    2 |

    2

    dahulu harus diketahui ciri-ciri ilmu dan seni. Ilmu merupakan

    kumpulan teori-teori yang didasarkan pada fakta dan data

    penelitian yang empiris melalui hasil pikir dan eksperimen

    manusia. Melalui penelitian-penelitian ilmiah inilah kaidah-

    kaidah mengajar yang baik ditemukan. Sehingga muncul

    beberapa metode pembelajaran bahasa asing.

    Sementara seni, ciri utamanya adalah kumpulan

    keterampilan yang sangat beragam dan bervariasi. Maka

    kegiatan menulis, menggambar, bersuara, bernyanyi, bermain

    musik dan bergerak merupakan keterampilan-keterampilan

    tangan, gerak atau suara yang juga diperlukan dalam kegiatan

    belajar mengajar. Semua itu merupakan aktivitas seni (Abdul

    Alim Ibrahim, 1973: 23-24).

    Maka, seseorang yang hanya menguasai teori mengajar

    belum tentu mampu mengajar dengan baik tanpa menguasai

    keterampilan tangan, gerak atau suara. Begitu pula sebaliknya,

    orang yang memiliki keterampilan tangan, gerak dan suara

    yang bagus belum tentu mampu mengajar dengan baik tanpa

    didukung pengetahuan tentang teori mengajar yang memadai.

    Sebab pengetahuan tentang teori mengajar dan keterampilan

    tangan, gerak dan suara merupakan unsur-unsur yang bersatu

    padu dalam menciptakan proses pembelajaran bahasa asing

    yang baik dan sempurna.

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar

    merupakan aktivitas gabungan antara ilmu dan seni. Ilmu

    untuk memberi kaidah pada proses pembelajaran, sedangkan

    seni untuk memberi warna pada aktivitas pembelajaran.

    Keduanya menjadi padu dan saling melengkapi.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    3 |

    B. Pentingnya Metode dalam Pendidikan

    Para ahli pendidikan sejak dulu hingga sekarang tidak

    berhenti meneliti metode-metode untuk mengembangkan dan

    meningkatkan proses pembelajaran dalam segala bidang

    disiplin ilmu, baik dalam bidang bahasa, eksak, agama maupun

    sosial. Bahkan pembicaraan mereka tentang metode mengajar

    hampir mengisi sebagian besar isi buku pendidikan. Dalam

    sejarah perkembangan pendidikan sangat terlihat bahwa dari

    waktu ke waktu selalu ada upaya yang berkesinambungan

    untuk menghasilkan metode mengajar yang baik. Upaya

    tersebut dilakukan berdasar pada anggapan bahwa metode

    merupakan salah satu rukun penting dalam proses

    pembelajaran (Abdul Alim Ibrahim, 1973: 31).

    Jika dideskripsikan, maka kegiatan pembelajaran tidak

    saja melibatkan guru, siswa dan materi, melainkan juga

    metode. Guru bertugas menyampaikan pelajaran, siswa

    menerima materi pelajaran, sementara materi merupakan

    seperangkat bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada

    siswa. Agar guru mencapai tujuan pembelajaran secara efektif

    dan efesien, maka penguasaan metode pembelajaran menjadi

    rukun wajib bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran

    tersebut.

    Dengan dimikian, suksesnya pembelajaran sebagian

    besar tergantung pada metode yang digunakan. Metode yang

    baik bisa membantu meminimalisir atau menutupi kekurangan

    pada kurikulum yang kurang baik, lemahnya kemampuan

    siswa, sukar dipahaminya buku ajar, dan lain sebagainya terkait

    dengan kesulitan belajar. Jika guru yang mengajar sering

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    4 |

    4

    berbeda dalam materi ajar dan kepribadian mereka, maka

    perbedaan metode yang digunakan di antara mereka akan

    memiliki pengaruh yang lebih besar pada siswa. Karena itu,

    para ahli sepakat bahwa metode lebih penting daripada materi

    ajar.

    C. Keragaman Metode

    Metode merupakan proses seni yang sering menuai

    perbedaan dan sering pula melahirkan banyak sudut pandang.

    Karena itu, tidaklah heran jika pada ujungnya banyak sekali

    lahir metode-metode mengajar dalam bidang pendidikan.

    Sebagian besar metode itu diberi nama sesuai dengan

    pencetusnya, atau dengan ciri-ciri utama, dan atau dengan

    karakteristiknya. Contohnya Metode Herbart, Metode Jig Saw,

    Metode al-Wahdaat (kesatuan), metode al-Kulliyaat (dari yang

    general menuju yang rinci), dan lain sebagainya (Abdul Alim

    Ibrahim, 1973: 32).

    Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

    antaranya adalah perbedaan pandangan para ahli pendidikan

    tentang kurikulum pembelajaran. Sebagian ahli berpendapat

    bahwa kurikulum itu saling berkaitan satu sama lain yang

    ujungnya akan mencapai satu tujuan yang sama. Karena itu,

    mereka menyarankan agar memelihara keterkaitan antara

    materi dengan metode pengajarannya. Sebagian lain

    berpandangan bahwa antara materi dan metode adalah dua hal

    yang terpisah. Karena itu, mereka melahirkan metode yang lain

    untuk materi yang berbeda.

    Perbedaan lainnya dipicu oleh perbedaan mereka

    mengenai fungsi pendidikan yang paling mendasar. Sebagian

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    5 |

    berpendapat bahwa fungsi pendidikan yaitu untuk memahami

    warisan masa lalu. Sebagian lainnya berpendapat bahwa fungsi

    pendidikan yaitu untuk menyambut dan menghadapi

    tantangan hari ini dan esok. Karena itu, tidak diragukan bahwa

    setiap pandangan tadi menuntut lahirnya metode tersendiri

    dalam mengajar.

    Faktor lainnya dipengaruhi juga oleh teori-teori ilmu

    jiwa dan pengaruhnya terhadap akal dan pemikiran. Demikian

    pula pengalaman dan hasil penelitian para ahli pendidikan serta

    perbedaan hasil penelitian mereka.

    D. Ciri-ciri Metode yang Baik Setiap metode pembelajaran pada dasarnya, diarahkan

    untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan

    mencapai tujuan. Karena itu, sebuah metode haruslah

    didasarkan pada beberapa kriteria bahwa metode tersebut

    dipandang baik. A. Alim Ibrahim (1973: 34) menjelaskan

    bahwa metode yang baik yaitu:

    1. Metode yang dapat mengantarkan pembelajaran pada

    tujuan yang telah ditetapkan dalam waktu yang singkat

    dan dengan usaha yang ringan lagi mudah. Dengan

    kata lain, metode tersebut harus efektif dan efesien.

    2. Metode yang dapat meningkatkan perhatian dan minat

    belajar siswa, serta memotivasi siswa untuk melakukan

    kegiatan yang positif, kreatif, interaktif dan

    komunikatif.

    3. Metode yang memberikan dorongan kepada siswa

    untuk berfikir bebas dan membuat keputusan yang

    mandiri, sebagaimana dituntut dalam pembelajaran

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    6 |

    6

    tabr (berbicara dan menulis) dan rasa sastra (tadzawwuq

    adaby).

    4. Metode yang memberikan dorongan kepada siswa

    untuk bisa bekerja sama secara kolektif dan

    mengurangi dominasi guru terhadap siswa atau

    dominasi orang dewasa terhadap siswa yang masih

    kecil.

    5. Metode yang lentur dan bervariasi. Satu waktu

    bentuknya diskusi, dan pada waktu lain bentuknya

    bisa ceramah atau problem solving. Penggunaan satu

    metode tertentu secara terus menerus dan

    memaksakan penggunaannya dalam setiap waktu dan

    keadaan, akan membuat metode itu sangat mandul

    dengan seiringnya waktu. Selain itu, siswa pun akan

    merasa jenuh dan bosan.

    Dengan demikian, penggunaan metode yang bervariasi

    itu merupakan suatu keharusan baik dalam suatu kelas, atau

    dalam suatu mata pelajaran tertentu atau bahkan dalam suatu

    materi atau pokok bahasan tertentu. Hal itu disebabkan bahwa

    belajar tidak akan mungkin tercapai hanya dengan satu metode

    saja. Seorang siswa terkadang belajar dengan cara menyimak,

    atau dengan cara melihat, atau dengan cara berbincang, atau

    membaca dan lain sebagainya. Karena itu, metode

    pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk memanfaatkan pelbagai media yang dia miliki untuk

    belajar.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    7 |

    E. Pendekatan, Metode dan Teknik

    Sebelum mempelajari metode pembelajaran bahasa

    Arab, ada baiknya terlebih dahulu mengenal pendekatan.

    Sebab pendekatan akan mempengaruhi pemilihan metode.

    Pemilihan metode akan mempengaruhi pemilihan teknik

    pembelajaran. Ketiga unsur tersebut membentuk sebuah

    piramida yang menunjukkan adanya hubungan yang tak

    terpisahkan.

    Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah

    pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah

    tersebut sering digunakan dengan pengertian yang sama,

    artinya orang menggunakan istilah metode dengan pengertian

    yang sama dengan pendekatan, demikian pula dengan istilah

    teknik dan metode.

    Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna

    yang berbeda, walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya

    saling berkaitan. Berikut ini adalah uraian tentang pendekatan,

    metode dan teknik pengajaran.

    1. Pendekatan

    Ramelan (1982) mengutip pendapat Anthony yang

    mengatakan bahwa pendekatan itu mengacu pada seperangkat

    asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat

    bahasa serta pengajaran bahasa. Sementara Edward Antony

    dalam Douglas Brown (1994:48) menjelaskan bahwa

    pendekatan atau approach is a set of assumptions dealing with the

    nature of language, learning and teaching, yaitu sejumlah asumsi

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    8 |

    8

    tentang hakikat bahasa, belajar dan mengajar. Jadi, pendekatan

    merupakan dasar teoritis untuk suatu metode.

    Ada beberapa definisi tentang bahasa. Namun yang

    paling relevan dengan konteks pengajaran bahasa adalah:

    sistem atau aturan manasuka dalam bentuk lambang-lambang bunyi

    yang digunakan manusia untuk saling bertukar pikiran dan perasaan

    antara anggota masyarakat yang sejenis (Al-Khulli, 1982: 15).

    Dari definisi di atas, diketahui bahwa inti bahasa adalah

    sebagai berikut:

    a. Bahasa adalah aturan. Artinya bahwa bahasa apapun di

    dunia ini tunduk dan patuh pada aturan tertentu baik

    pada aspek ponetik, morfologis, sintaksis dan semantik.

    Jadi, bahasa bukanlah sesuatu yang kacau tanpa aturan.

    b. Bahasa adalah sistem manasuka. Artinya bahwa aturan

    bahasa tidak berdasarkan alasan logika yang standar.

    Sebab faktanya setiap bahasa memiliki aturan tersendiri

    yang berbeda dengan bahasa lain. Kalimat dalam bahasa

    Arab misalnya, terbagi dalam jumlah ismiyah dan filiyah.

    Jumlah ismiyah adalah kalimat yang didahului oleh isim

    (kata benda). Sedangkan jumlah filiyah adalah kalimat

    yang didahului oleh kata kerja. Dalam bahasa Inggris,

    kalimat selalu didahului oleh kata benda, tidak ada

    kalimat yang didahului oleh kata kerja. Contoh lain,

    dalam bahasa Arab, sifat terletak setelah yang disifati.

    Sementara dalam bahasa Inggris, kata adjective (sifat)

    terletak sebelum noun (mausf).

    c. Bahasa pada dasarnya adalah bunyi atau berbicara.

    Artinya bahwa manusia mampu berbicara sebelum dia

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    9 |

    mampu menuliskannya. Sebagaimana anak kecil terlebih

    dahulu akan belajar berbicara sebelum belajar membaca

    dan menulis. Demikian juga banyak ditemukan di dunia

    ini manusia yang mampu berbicara tapi mereka tidak

    bisa membaca dan menulis. Kenyataan ini sebagai bukti

    bahwa bahasa pada dasarnya merupakan aktivitas

    berbicara.

    d. Bahasa merupakan lambang. Artinya bahwa kata-kata itu

    merupakan lambang bagi yang ditunjukinya tetapi bukan

    bendanya itu sendiri. Kata rumah misalnya,

    melambangkan sesuatu yang ditunjuk oleh kata tersebut,

    tetapi bukan bentuk rumah itu sendiri. Karena itu,

    pendengar atau pembaca harus menempatkan lambang-

    lambang bahasa tersebut agar mampu dipahami dengan

    baik.

    e. Bahasa yaitu alat untuk mentransfer pemikiran dan

    perasaan kepada orang lain.

    Asumsi-asumsi tersebut di atas menimbulkan adanya

    pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni:

    a. Pendekatan yang didasari pendapat bahwa belajar

    berbahasa berarti berusaha membiasakan diri

    menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya

    pada pembiasaan.

    b. Pendekatan yang didasari pendapat bahwa belajar

    berbahasa berarti berusaha untuk memperoleh

    kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan

    pembelajarannya pada kemampuan berbicara.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    10 |

    10

    c. Pendekatan yang didasari pendapat bahwa dalam

    pembelajaran bahasa, yang harus diutamakan ialah

    pemahaman terhadap kaidah-kaidah yang mendasari

    ujaran, maka tekanan pembelajarannya terletak pada

    aspek kognitif bahasa bukan pada kemampuan

    menggunakan bahasa.

    2. Metode

    Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran

    bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan

    penyusunan secara sistematis bahan yang diajarkan, serta

    kemungkinan pengadaan remedial dan bagaimana

    pengembangannya. Sementara menurut Edward Antony dalam

    Douglas Brown (1994: 48) is an overall plan for systematic

    presentation of language base upon a selected approach, yaitu rencana

    yang menyeluruh untuk pengajaran bahasa secara sistematik

    berdasar pada pendekatan yang dipilih.

    Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara

    sistematis, dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah

    diserap dan dikuasai oleh siswa. Semua itu didasarkan pada

    pendekatan yang dianut, dengan kata lain, pendekatan

    merupakan penentu metode yang digunakan.

    Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar

    serta kemungkinan pengadaan remedial dan pengembangan

    bahan ajar tersebut. Dalam hal ini guru menetapkan tujuan

    yang hendak dicapai. Kemudian ia mulai memilih bahan ajar.

    Sesudah itu bahan ajar tersebut disusun menurut urutan

    tingkat kesukarannya. Di samping itu, guru juga merencanakan

    pula cara mengevaluasi, mengadakan remedial serta

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    11 |

    pengembangan bahan ajar tersebut. Metode dalam pengertian

    di atas, lebih dimaksudkan dengan persiapan dan perencanaan

    menyeluruh sebelum memulai pembelajaran.

    3. Teknik

    Teknik pengajaran merupakan cara guru menyampaikan

    bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan

    pendekatan yang dianut. Sementara menurut Edward Antony

    dalam Douglas Brown (1994:48) are the specific activities

    manifested in the classroom that are consistent with a method and

    therefore in harmony with an approach as well, yaitu sejumah

    perbuatan yang sangat rinci di kelas sesuai dengan metode dan

    pendekatan yang telah dipilih.

    Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada

    kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses

    belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan

    baik. Dalam menentukan teknik pengajaran ini, guru perlu

    mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa,

    sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi lainnya. Untuk metode

    yang sama, dapat digunakan teknik pengajaran yang berbeda-

    beda, tergantung pada berbagai faktor tersebut.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik

    pengajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam

    pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil

    yang optimal.

    F. Kelenturan Penggunaan Metode

    Para ahli pendidikan sepakat bahwa dalam kegiatan

    mengajar termasuk mengajarkan bahasa asing, penggunaan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    12 |

    12

    metode sangat penting bahkan dianggap lebih penting

    daripada materi. Namun demikian, penggunaan metode pada

    prinsipnya sangat lentur dan tidak kaku. Kelenturan

    penggunaan metode dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:

    1. Tujuan pembelajaran bahasa. Banyak orang belajar

    bahasa dengan tujuan yang berbeda-beda;

    2. Materi pelajaran. Ada materi pelajaran yang bersifat

    teoretis ada pula yang bersifat praktis. Bahkan ada materi

    yang mesti menggunakan media pengajaran seperti

    gambar, photo, kaset atau video dan lain sebagainya;

    3. Tema yang diajarkan;

    4. Keadaan siswa;

    5. Jenjang pendidikan;

    6. Fasilitas belajar; dan

    7. Pengalaman guru.

    G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teknik Pembelajaran Bahasa

    Al-Khuli (1982: 26-29) menyebutkan beberapa faktor

    yang mempengaruhi teknik pengajaran bahasa asing, di

    antaranya yaitu:

    1. Kecakapan guru dalam mengelola teknik pengajaran dan

    menerjemahkan teknik-teknik pengajaran yang baru;

    2. Beban guru. Dengan jadwal pelajaran yang sangat padat,

    guru harus mampu memilih metode dan teknik

    pengajaran yang tidak mengeluarkan keringat terlalu

    banyak;

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    13 |

    3. Motivasi guru. Jika guru tidak mempunyai semangat

    mengajar yang tinggi, maka mengajarnya pun lambat

    laun akan menurun secara drastis. Begitu pula akan

    sangat sulit untuk menggunakan teknik pengajaran yang

    baru;

    4. Kebiasaan guru. Kebiasaan guru yang selalu

    menggunakan teknik pengajaran tertentu dalam jangka

    waktu yang sangat lama, dapat membuat seorang guru

    sulit untuk menerima dan mempraktekan teknik yang

    baru;

    5. Kepribadian guru. Biasanya sebagian guru merasa sangat

    cocok dengan satu teknik tertentu dan sebagian lainnya

    tidak. Semua itu sangat bergantung pada kepribadian

    guru;

    6. Cara guru belajar bahasa asing akan mempengaruhi cara

    dia mengajar, sehingga seolah-olah dia mengatakan

    belajarlah seperti aku belajar dulu;

    7. Minat siswa untuk belajar bahasa asing. Jika minat

    belajar siswa tinggi maka guru akan lebih mudah untuk

    membuat variasi teknik pengajaran bahasa asing yang

    sekiranya dapat menambah semangat siswa;

    8. Kecerdasan siswa. Berdasarkan hasil penelitian

    ditemukan suatu hubungan yang erat antara kecerdasan

    siswa dengan cara siswa belajar bahasa asing;

    9. Usia siswa. Usia yang tidak rata-rata akan mempengaruhi

    proses belajar bahasa asing. Sulit untuk mengajarkan

    bahasa asing kepada anak-anak dan orang dewasa

    sekaligus;

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    14 |

    14

    10. Harapan siswa. Apakah harapan siswa akan terjawab

    dengan belajar bahasa asing atau apakah cara belajar

    yang diterima oleh siswa dirasakan dapat mengantarkan

    siswa untuk mencapai harapannya;

    11. Hubungan antara bahasa Ibu dan bahasa asing. Akan

    sangat membantu siswa bila dalam banyak hal terdapat

    kaitan antara bahasa asing yang dipelajari di sekolah

    dengan bahasa Ibu yang digunakan di rumah. Misalnya

    terdapat beberapa kosa kata yang juga agak mirip

    digunakan dalam bahasa Ibu;

    12. Lamanya program belajar. Waktu belajar yang terlalu

    lama akan membuat siswa menjadi jenuh dan bosan;

    13. Fasilitas belajar. Dalam pengajaran bahasa asing, fasilitas

    belajar bahasa merupakan sebuah keniscayaan yang

    wajib ada. Tanpa itu, belajar bahasa tidak akan

    sempurna;

    14. Tujuan yang ingin dicapai dalam belajar berkaitan erat

    dengan metode dan teknik pengajaran yang digunakan;

    15. Evaluasi pembelajaran juga harus mampu

    mengakomodir aspek-aspek kebahasaan yang dipelajari

    oleh siswa. Jika tidak sesuai, maka siswa akan kurang

    peduli pada kualitas evaluasi tersebut;

    16. Jumlah siswa. Kelas gemuk atau kelas kurus akan sangat

    mempengaruhi penggunaan teknik pengajaran bahasa.

    Bisa jadi, suatu teknik tertentu cocok digunakan pada

    kelas kurus tapi tidak cocok digunakan pada kelas

    gemuk.

  • 15

    PENDEKATAN & TEORI

    PEMBELAJARAN BAHASA

    A. Pendekatan Pembelajaran Bahasa

    Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam

    pembelajaran bahasa, antara lain ialah pendekatan tujuan dan

    pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan yang

    dipandang lebih sesuai dengan hakekat dan fungsi bahasa,

    yakni pendekatan komunitatif.

    1. Pendekatan Tujuan

    Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa

    dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan

    dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak

    dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan

    itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan

    teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan

    pembelajaran tersebut dapat dicapai.

    Jadi proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang

    ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Berdasarkan

    pendekatan tujuan, maka yang penting adalah tercapainya

    tujuan. Adapun proses pembelajarannya, bagaimana

    2

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    16 |

    16

    metodenya, bagaimana teknik pembelajarannya tidak

    merupakan masalah penting.

    Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan

    dengan cara belajar tuntas. Berarti suatu kegiatan belajar

    mengajar dianggap berhasil, apabila sedikitnya 85 % dari

    jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal

    75 % dari bahan ajar yang diberikan guru. Penentuan

    keberhasilan itu didasarkan pada hasil tes sumatif, jika

    sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah siswa dapat

    mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75 %

    dari soal yang diberikan oleh guru maka pelajaran dapat

    dianggap berhasil.

    2. Pendekatan Struktural

    Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan

    dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang

    menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Atas dasar

    anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran

    bahasa harus diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa

    atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu

    dititik beratkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa

    yang tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam

    hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan

    suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif

    bahasa diutamakan.

    Di samping kelemahan, pendekatan ini juga memiliki

    kelebihan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    17 |

    cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami

    kaidah-kaidahnya.

    3. Pendekatan Komunikatif

    Beberapa prinsip yang mendasari pembelajaran dengan

    pendekatan komunikatif, yaitu:

    a. Sedapat mungkin menggunakan teks Arab yang autentik,

    seperti diambil dari kisah, majalah, surat kabar Arab,

    bukan dari materi dialog/wacana yang sengaja

    dipersiapkan untuk materi pelajaran bahasa Arab sebagai

    bahasa asing, karena materi pelajaran tersebut telah

    mengalami 'rekayasa' hingga tidak alami lagi. Bahasa

    Arab difungsikan sebagai alat komunikasi antar pelajar

    dalam pembelajaran.

    b. Siswa dilatih untuk menggunakan berbagai bentuk dan

    pola kalimat -sedapat mungkin- dalam mengungkapkan

    suatu makna.

    c. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan

    komentar, kesan atau pendapat pribadinya tentang

    kandungan materi pelajaran yang didengar dan yang

    dibacanya. Pada tahap-tahap awal, kekeliruan berbahasa

    yang diperbuat siswa dapat ditolerir.

    d. Siswa dilatih untuk memahami sosial budaya Arab yang

    melatar belakangi ungkapan-ungkapan Arab yang

    dipelajarinya.

    e. Guru selalu menciptakan situasi dan kondisi yang

    kondusif sehingga siswa dengan mudah menggunakan

    bahasa Arab dalam situasi yang hidup, bukan sekedar

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    18 |

    18

    menghafal mufradt (kosakata) dan pola-pola kalimat

    secara membeo.

    f. Kegiatan berbahasa yang dilakukan siswa mempunyai

    peranan penting dalam mengembangkan komunikasi.

    g. Peranan bahasa ibu perlu ditekan seminimal mungkin.

    Teknik-teknik pembelajaran yang biasa digunakan dalam

    rangka pengembangan komunikasi dimaksud antara lain:

    bermain peran, teknik problem solving, bermain bahasa. Tiga hal

    yang menandai sesuatu kegiatan berbahasa yang komunikatif,

    sbb:

    a. Adanya 'information gap' ( ) antara orang

    pertama dan orang kedua;

    b. Kemampuan memilih berbagai alternatif ungkapan

    sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada saat itu (

    );

    c. Adanya apa yang disebut sebagai dengan 'feedback' (

    ).

    Sedikitnya ada dua tahap pembelajaran dengan

    pendekatan komunikatif:

    a. Tahap awal (weak version), bertujuan memberikan bekal

    dan situasi kondisi agar siswa dapat menggunakan

    bahasa secara komunikatif. Kegiatan ini diintegrasikan

    ke dalam pembelajaran secara keseluruhan, dengan

    motto belajar bahasa untuk digunakan (

    );

    b. Tahap kedua (strong version), pada intinya adalah

    terwujudnya pemerolehan pengetahuan bahasa (kognitif)

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    19 |

    melalui penggunaan bahasa secara komunikatif, dengan

    motto menggunakan bahasa untuk dipelajari (

    ).

    B. Teori Pembelajaran Bahasa

    1. Teori Unit

    Yang dimaksud dengan pembelajaran Bahasa Arab

    dengan TeoriUnit yaitu kita memandang bahwa bahasa

    merupakan sebuah satu kesatuan yang utuh dan saling

    berkaitan, bukan merupakan cabang-cabang yang terpisah dan

    berdiri sendiri. Dalam praktek pembelajaran bahasa Arab,

    sistem ini menempatkan teks bacaan sebagai pusat dan acuan

    bagi semua materi cabang bahasa dari mulai tabr, iml, kaidah,

    latihan dan lain sebagainya (A. Alim Ibrahim, 1973: 50).

    Selanjutnya, Ibrahim (1973: 50-51) menjelaskan tiga

    landasan dasar yang membangun Teori Unit:

    a. Landasan Psikologis

    Mengajarkan bahasa menggunakan Teori Unit

    secara psikologis akan berdampak sebagai berikut:

    1) Semangat siswa terus tumbuh sementara rasa bosan

    dan jenuh akan hilang karena banyaknya aktivitas

    kebahasaan dan keragaman topik yang dipelajari

    pada satu sesi tertentu.

    2) Banyak pengulangan yang kembali pada teks utama.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    20 |

    20

    3) Memahami suatu objek secara bertahap dari mulai

    materi yang menyeluruh menuju materi yang lebih

    rinci.

    b. Landasan Paedagogis

    Mengajarkan bahasa menggunakan Teori Unit

    secara paedagogis akan berdampak sebagai berikut:

    1) Secara keseluruhan, ragam materi yang diajarkan

    pada satu sesi tertentu mengandung arti adanya

    keteraitan yang sangat erat antara satu dan yang

    lainya.

    2) Kemampuan kebahasaan siswa berkembang secara

    seimbang, meliputi kemahiran menyimak, berbicara,

    membaca, dan menulis.

    c. Landasan Linguistik

    Mengajarkan bahasa menggunakan Teori Unit

    secara linguistik akan sesuai dengan penggunaan

    bahasa. Artinya, ketika anak berbicara, maka dia tidak

    lagi membuka kamus untuk mencari tahu makna kata

    yang akan diucapkan atau melihat terlebih dahulu buku

    kaidah agar bisa membaca kalimat bahasa Arab dengan

    benar. Kemahiran berbahasa nampak sangat spontan

    baik dalam pemilihan kata maupun cara merangkai

    kalimatnya.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    21 |

    2. Teori Parsial

    Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Arab

    dengan Teori Parsial yaitu kita membagi bahasa ke dalam

    beberapa cabang yang terpisah dan berdiri sendiri. Ibrahim

    (1973: 51) menjelaskan ciri-ciri pembelajaran engajaran bahasa

    Arab dengan Teori Parsial adalah:

    a. Setiap cabang bahasa Arab memiliki kurikulum dan

    metode tersendiri.

    b. Setiap cabang bahasa Arab memiliki buku pedoman

    tersendiri.

    c. Setiap cabang bahasa Arab memiliki jadwal pelajaran,

    jadwal ujian dan pengawasan tersendiri dan diberi nilai

    berdasarkan mata pelajaran masing-masing.

    3. Kelemahan Pembelajaran Bahasa

    dengan Teori Parsial

    Ada beberapa kelemahan pada pembelajaran bahasa

    dengan Teori Parsial, diantaranya yaitu:

    a. Pemecahan bahasa menjadi cabang-cabang terpisah

    sebenarnya tidak sesuai dengan inti bahasa dan telah

    keluar dari sifat alamiyah bahasa itu sendiri. Siswa tidak

    mendapatkan pengalaman belajar bahasa secara utuh.

    b. Perkembangan kemampuan berbahasa siswa tumbuh

    secara tidak seimbang. Pendalaman pada satu cabang

    bahasa, akan mengakibatkan siswa lemah pada cabang

    yang lain. Belajar kaidah saja misalnya, akan

    menyebabkan siswa pasif dalam berbahasa.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    22 |

    22

    4. Menggabungkan Teori Unit dan

    Parsial

    Menggabungkan Teori Unit dan Teori Parsial dalam

    pembelajaran bahasa sangatlah mungkin, bahkan akan banyak

    manfaat yang diperoleh. Dasar-dasar penggabungan kedua

    teori tersebut sebagai berikut:

    a. Kita tidak dibenarkan memandang bahwa cabang-

    cabang bahasa merupakan bagian yang berdiri sendiri

    dan terpisah dari yang lainnya, melainkan merupakan

    bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain

    membentuk bahasa itu sendiri.

    b. Guru hendaknya memandang bahwa pembagian bahasa

    ke dalam cabang-cabang merupakan taksm siniy

    (pembagian yang sengaja dibuat) untuk memudahkan

    pengajaran bahasa serta menambah perhatian pada satu

    kajian tertentu pada satu waktu tertentu.

    c. Pembelajaran bahasa asing dengan Teori Unit dapat

    diajarkan pertama kali di kelas-kelas pemula atau pada

    jenjang pendidikan dasar dan menengah contoh pada

    tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah kecuali di

    pondok pesantren. Sementara pengajaran bahasa asing

    dengan Teori Parsial mulai diajarkan pada tingkat

    lanjutan semisal di perguruan tinggi pada Jurusan

    Pendidikan Bahasa Arab atau Sastra Arab, atau bahkan

    di pondok pesantren sudah dimulai pada tingkat

    Tsanawiyah dan Aliyah. Di perguruan tinggi misalnya,

    pembelajaran bahasa Arab dengan Teori Parsial

    diajarkan di Jurusan/Prodi Bahasa Arab dan Jurusan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    23 |

    Bahasa dan Sastra Arab. Di luar kedua jurusan tersebut,

    bahasa Arab diajarkan dengan teori unit. Biasanya tujuan

    pembelajaran bahasa Arab di kedua jurusan tersebut

    lebih diarahkan untuk pendalaman dan kemahiran

    berbahasa secara luas.

    C. Hubungan antar Cabang-cabang Bahasa

    Hubungan antar cabang-cabang bahasa merupakan

    hubungan yang substantif dan alamiyah, sebab setiap cabang

    bahasa saling mendukung untuk mencapai tujuan yang utama,

    yaitu agar siswa mampu menggunakan bahasa dengan baik dan

    benar. Secara rinci uraiannya sebagai berikut:

    1. Pada pelajaran Muthlaah misalnya terdapat latihan

    untuk tabr, rasa sastra (dzauwq adaby), penggunaan

    bahasa, imla selain latihan membaca dan memahami.

    2. Pada pelajaran Nahwu terdapat latihan untuk tabr, rasa,

    imla selain latihan menggunakan bahasa dengan benar.

    3. Pada pelajaran Imla terdapat latihan untuk tabr, rasa

    sastra (dzauwq adaby), penggunaan bahasa, imla selain

    latihan menggambar dan menulis hurup serta kata yang

    benar dan bagus.

    4. Pada studi sastra yang mencakup nasyd, mahfdht,

    nushsh adabiyah, dan balaghah juga terdapat latihan

    untuk membaca, tabr, penggunaan bahasa selain latihan

    untuk memahami, merasakan, dan pengembangan

    kekayaan bahasa.

    5.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    24 |

    24

    D. Metode Pengajaran Bahasa Asing Berdasarkan Teori Unit

    Beberapa metode pembelajaran bahasa Arab dengan

    teori Unit yang populer adalah sebagai berikut:

    1. Metode Qawid (Grammar Method)

    2. MetodeTarjamah (Translation Method)

    3. Metode Qawid dan Tarjamah (Grammar and Translation

    Method)

    4. Metode Langsung (Direct Method)

    5. Metode Psikologis (Psychological Method)

    6. Metode Ponetik (Phonetic Method)

    7. Metode Alamiyah (Natural Method)

    8. Metode membaca (Reading Method)

    9. Metode Dengar Ucap (Oral Aural Method)

    10. Metode Eklektik (Eclectic Method)

    Di bawah ini akan diuraikan secara singkat metode-

    metode tersebut di atas:

    1. Metode Qawid

    Metode ini sangat kuno dan sudah mulai ditinggalkan.

    Karakteristik metode ini sebagai berikut:

    a. Tujuan

    1) Difokuskan kepada menghapal kaidah-kaidah

    bahasa Arab.

    2) Menguasai kaidah yang mendukung kemampuan

    membaca.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    25 |

    b. Materi Pelajaran

    1) Teks hapalan kaidah

    2) Dimungkinkan materi latihan membaca

    c. Teknik Pengajaran

    1) Tidak menolak digunakannya kata pengantar dalam

    Bahasa Ibu dan kegiatan pembelajaran.

    2) Pembelajaran dimulai dengan latihan menghapalkan

    kaidah-kaidah bahasa Arab dan beberapa contoh

    penggunaan kaidah yang terdapat dalam teks

    hapalan.

    d. Evaluasi

    Merujuk pada teks hapalan

    e. Keunggulan dan Kekurangan Metode

    1) Keunggulan Metode

    a) Siswa mampu menghapal kaidah-kaidah bahasa

    asing

    b) Melatih mental disiplin dan ulet dalam

    mempelajari bahasa

    c) Guru tidak dituntut banyak memiliki

    keterampilan berbicara, melainkan cukup sekadar

    menguasai atau hapal kaidah saja.

    2) Kekurangan Metode

    a) Metode ini tidak memperhatikan keterampilan

    berbicara, sehingga penguasaan berbahasa siswa

    menjadi sangat pasif.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    26 |

    26

    b) Proses pembelajaran bahasa asing menggunakan

    metode ini sangat membosankan karena tidak

    banyak warna dan variasi kegiatan.

    2. Metode Tarjamah

    Yaitu mengajarkan bahasa asing dengan cara

    menerjemahkan teks-teks bacaan bahasa asing ke dalam bahasa

    sehari-hari.

    a. Tujuan

    1) Difokuskan kepada kemampuan menerjemahkan

    2) Menguasai kaidah yang mendukung kemampuan

    menerjemahkan

    b. Materi Pelajaran

    1) Dimungkinkan materi berupa teks bacaan sebagai

    bahan latihan menerjemahkan

    2) Menyimpulkan intisari terjemahan.

    c. Teknik Pembelajaran

    Teknik pembelajaran Metode Tarjamah dapat

    dilakukan dengan dua cara:

    1) Guru langsung membacakan teks dan

    menerjemahkannya secara keseluruhan. Setelah itu

    menerjemahkannya mulai dari kata per kata

    kemudian kalimat per kalimat.

    2) Guru secara bersama-sama melibatkan siswa dalam

    menerjemahkan kata per kata kemudian kalimat per

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    27 |

    kalimat sambil siswa mencatat makna kata yang

    sulit. Setelah selesai, guru bisa mengulanginya sekali

    lagi bila diperlukan. Setelah menyimpulkan pokok-

    pokok pikiran yang terdapat pada teks bacaan

    tersebut, guru meminta salah seorang siswa untuk

    mengulangi terjemahan sementara siswa lain

    mendengarkan dengan seksama dan diminta untuk

    memperbaikinya bila terjadi kesalahan. Cara seperti

    ini akan membuat konsentrasi belajar meningkat.

    d. Evaluasi

    Merujuk pada teks bacaan

    e. Kelebihan Metode

    1) Metode ini membekali siswa kemampuan membaca

    dan menerjemahkan teks dengan baik.

    2) Guru tidak dituntut menguasai empat keterampilan

    berbahasa sekaligus.

    3) Siswa memiliki wawasan yang luas dengan materi

    terjemahan yang beragam.

    f. Kekurangan Metode

    1) Metode ini tidak memperhatikan keterampilan

    berbicara dan menyimak, sehingga penguasaan

    berbahasa siswa menjadi sangat pasif.

    2) Proses pembelajaran bahasa asing menggunakan

    metode ini sangat sulit diterapkan terutama jika

    siswa tidak memiliki kekayaan kosa kata yang

    memadai dan pengusaan materi yang diterjemahkan.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    28 |

    28

    3. Metode Qaw'id dan Tarjamah

    Sejarah Lahirnya

    Metode ini diduga kuat mulai digunakan pada abad ke-

    15 M, merujuk pada abad kebangkitan Eropa (renaissance).

    Ketika itu, banyak sekali sekolah dan universitas di Eropa

    mengharuskan pelajar dan mahasiswa untuk mempelajari

    bahasa Latin karena dianggap mempunyai nilai pendidikan

    yang tinggi guna mempelajari teks-teks klasik (Al-Araby,

    1981). Akan tetapi, penamaan metode klasik ini dengan

    Grammar Translation Method baru dikenal pada abad 19 M.

    Metode ini memiliki banyak nama. Terkadang disebut

    at-tharqoh al-qodmah terkadang pula disebut at-tharqah at-

    taqldiyah. Kedua nama tersebut merujuk pada makna bahwa

    metode ini merupakan cerminan yang tepat dari cara bahasa

    Yunani Kuno dan bahasa Latin diajarkan selama berabad-

    abad. Pada abad ke-19 M, metode ini digunakan secara luas di

    benua Eropa (Brown, 2001). Metode ini kemudian digunakan

    secara meluas di negara-negara Arab, bahkan di hampir semua

    negeri-negeri Islam lainnya termasuk Indonesia, sampai akhir

    abad ke-19 M (Effendi, 2004: 31). Metode ini lahir untuk

    mensistematikakan materi pembelajaran bahasa Arab, sehingga

    tujuan kemahiran membaca, menulis, menerjemahkan dan

    penguasaan tatabahasa menjadi tersampaikan secara baik.

    Lebih dari itu, porsi latihan untuk berbagai kemahiran tadi

    disediakan dalam sub-sub bagian materi ajar dalam setiap

    pertemuannya secara cukup.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    29 |

    Asumsi

    Dasar metode ini adalah sebuah asumsi yang

    mengatakan bahwa ada satu logika semesta yang merupakan

    dasar dari semua bahasa di dunia dan bahwa tatabahasa

    merupakan bagian dari filsafat dan logika. Dengan demikian,

    belajar bahasa dapat memperkuat kemampuan berpikir logis,

    memecahkan masalah, dan menghapal.

    Dengan demikian, para pelajar bahasa dengan metode

    ini didorong untuk menghapal teks-teks klasik berbahasa asing

    dan menerjemahkannya dalam bahasa pelajar, terutama teks-

    teks yang bernilai sastra tinggi, walaupun dalam teks itu,

    terdapat struktur kalimat yang rumit dan kosa kata atau

    ungkapan yang tidak terpakai lagi (Fuad Effendi, 2004: 31).

    Karakteristik

    Karakteristik metode ini adalah sebagai berikut:

    a. Tujuan

    1) Menguasai keterampilan membaca, menulis dan

    menerjemahkan.

    2) Menguasai kaidah sebagai syarat utama untuk

    menguasai ketiga keterampilan tersebut.

    b. Materi Pelajaran

    1) Teks bahasa tulisan ( ), dan untuk tingkat

    lanjut mulai dengan teks sastrawi.

    2) Pelajaran kaidah diajarkan secara sistematis

    3) Latihan membaca, menulis dan menerjemahkan.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    30 |

    30

    c. Teknik Pengajaran

    1) Menggunakan bahasa pengantar Bahasa Ibu (BI)

    2) Menjelaskan makna mufradt dan kalimat dengan BI

    (terjemah dsb)

    3) Latihan menerjemahkan teks.

    4) Menganalisa kalimat dari segi kaidah sharaf, nahwu

    dan i'rb.

    5) Banyak latihan berdasarkan analogi dan deduktif

    6) Membandingkan bahasa Arab dengan bahasa ibu

    d. Sistematika Penyajian Bahan Ajar

    - 1-

    ) )

    2- 3-

    - 1-

    ) )

    2- !

    e. Keunggulan dan Kelemahan Metode

    1) Keunggulan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    31 |

    a) Siswa dapat menguasai kaidah-kaidah bahasa

    asing.

    b) Siswa mampu membaca dan menulis dalam

    waktu relatif singkat dibanding dengan metode

    yang lain.

    2) Kelemahan

    1) Dapat mengakibatkan penguasaan tatabahasa

    sebagai 'tujuan', bukan sebagai alat.

    2) Terpusat pada pembelajaran di dalam kelas

    dengan hanya menggunakan buku pegangan.

    3) Siswa sulit berbahasa lisan sebab fokus

    pembelajaran hanya pada membaca, menulis dan

    tatabahasa.

    4) Beban guru relatif ringan sebab tidak dituntut

    mahir berbicara.

    5) Cocok untuk kelas gemuk dengan jumlah siswa

    yang banyak.

    6) Siswa tidak memiliki kesempatan yang cukup

    untuk berekspresi dan berkreasi bahasa.

    4. Metode Langsung

    Sejarah Lahirnya

    Metode langsung (al-tharqah al-mubsyirah/direct method)

    disebut juga metode Berlitz (Izzan, 2011: 88) dikembangkan

    oleh Charles Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa, di

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    32 |

    32

    Jerman menjelang abad ke-19 M (Hermawan, 2011: 175).

    Metode langsung muncul bersamaan dengan kemunculan

    metode Gouin and the Series Method yang dikembangkan pada

    akhir tahun 1800-an oleh Francois Gouin orang Perancis yang

    mengajar bahasa Latin. Kedua metode ini memiliki kemiripan

    dalam hal menghindari tatabahasa dan terjemahan dalam

    pengajaran bahasa. Metode ini muncul sebagai reaksi

    penolakan terhadap metode tua yang telah berkembang sejak

    berabad-abad sebelumnya yaitu metode klasik atau Grammar

    Translation Method yang menitikberatkan pada penguasaan

    tatabahasa dan kemampuan menerjemahkan. Dalam

    perkembangannya metode langsung menjadi lebih dikenal

    secara meluas daripada Gouin and the Series Method (Lengkawati

    dalam Revitalisasi Pendidikan Bahasa, 2003: 72).

    Asumsi

    Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa Arab

    sama dengan belajar Bahasa Ibu, yakni penggunaan bahasa

    secara langsung dan intensif dalam komunikasi. Para pelajar

    menurut metode ini, belajar bahasa Arab dengan cara

    menyimak dan berbicara, sedangkan membaca dan mengarang

    dapat dikembangkan kemudian, sebab inti bahasa adalah

    menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, mereka harus

    dibiasakan berpikir dengan bahasa Arab. Maka untuk

    mencapai ini semua penggunaan Bahasa Ibu dan Bahasa

    Kedua (Bahasa Nasional) ditiadakan sama sekali. Bahkan

    unsur tata bahasa di dalam metode ini tidak terlalu

    diperhatikan, sebab tekanan intinya adalah bagaimana agar

    pelajar pandai menggunakan bahasa Arab (dirsat al-lughah)

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    33 |

    yang dipelajari, bukan pandai tentang teori bahasa Arab

    (dirsat an al-lughah) yang dipelajari. Tata bahasa nahwu sharaf

    hanya diberikan melalui situasi kontekstual dan dilakukan

    secara lisan, bukan dengan cara menghafalkan kaidah-kaidah

    (Hermawan, 2011: 177).

    Metode langsung dalam pembelajaran bahasa Arab

    memiliki tujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi

    dengan bahasa Arab yang dipelajarinya seperti pemilik bahasa

    asli (native speaker). Untuk mencapai kemampuan ini para

    pelajar diberi banyak latihan secara intensif. Latihan-latihan ini

    diberikan dengan asosiasi langsung antara kata-kata atau

    kalimat-kalimat dengan maknanya, melalui

    demonstrasi/peragaan, gerakan, mimik muka dan sebagainya.

    Inti dari asumsi metode langsung adalah:

    a. Berbahasa adalah berbicara, maka berbicara dalam

    bahasa Arab merupakan aspek yang harus

    diperioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan,

    maka bacaan itu pertama kali disajikan secara lisan.

    b. Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa Arab

    yang dipelajari. Cara ini dilakukan agar pelajar pandai

    menggunakan bahasa Arab secara otomatis layaknya

    Bahasa Ibu.

    c. Penggunaan Bahasa Ibu dan Bahasa Kedua atau

    terjemahan dalam kegiatan pembelajaran bahasa asing

    akan merusak pembelajaran bahasa, hingga tidak perlu

    digunakan.

    d. Penggunaan tata bahasa secara mendalam dan khusus

    dianggap tidak perlu dan tidak bermanfaat dalam

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    34 |

    34

    mempelajari bahasa. Kalaupun ada hanya diberikan

    dengan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan,

    bukan dengan menjelaskan definisi atau

    menghapalkannya (Al-Khuli, 1982: 22).

    Penerapan Metode Langsung

    Ahmad Izzan (2011: 87) menggarisbawahi ciri-ciri

    Metode Langsung dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai

    berikut:

    a. Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata-demi kata,

    kemudian struktur kalimat. Kosa kata dan pola kalimat

    diajarkan melalui teknik meniru dan menghapalkan.

    b. Kaidah nahwu sharaf diajarkan hanya bersifat sambil

    lalu, dan pelajar tidak dituntut menghapal kaidah-kaidah,

    yang utama adalah pelajar mampu berbicara dalam

    bahasa Arab dengan baik.

    c. Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat

    peraga, baik alat praga langsung (miniatur) maupun

    melalui gambar-gambar atau gerakan-gerakan tertentu.

    d. Setelah masuk kelas, pelajar benar-benar dikondisikan

    untuk menerima pelajaran dan bercakap-cakap dalam

    bahasa Arab yang dipelajari, dan dilarang menggunakan

    bahasa lain.

    Mengacu pada uraian di atas, terdapat beberapa intisari

    ciri khas dari metode ini. Karakteristik tersebut bila

    dikelompokkan berkenaan dengan lima hal, yaitu:

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    35 |

    a. Tujuan Pembelajaran

    Tujuan belajar bahasa Arab dengan Metode

    Langsung mengarah pada kemampuan bicara dalam

    bahasa Arab dengan baik dan benar sehingga mampu

    berkomunikasi dengan penutur Arab asli. Sedikitnya ada

    dua tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui

    metode ini:

    1) Menguasai keterampilan berbicara dengan pola fikir

    bahasa Arab itu. Metode ini sebenarnya tidak berarti

    mengabaikan keterampilan bahasa lainnya, tetapi

    porsi latihan berbicara yang sangat banyak,

    membuat keterampilan bahasa lainnya kurang

    mendapat perhatian.

    2) Menguasai ungkapan-ungkapan yang baik dan atas

    dasar kaidah.

    b. Materi Ajar

    Menurut Abdurahman (2010: 21) ada beberapa hal

    yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Metode

    Langsung, terutama dalam materi ajar bahasa Arab,

    antara lain:

    1) Materi yang diajarkan berupa mufrodt (kosakata)

    dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari-

    hari.

    2) Tatabahasa diajarkan melalui contoh-contoh

    ungkapan lisan gurunya, bukan dengan cara

    menghapal. Saat memberi contoh, guru secara tidak

    langsung memberikan pola-pola tatabahasa dalam

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    36 |

    36

    penggunaannya dengan baik dan benar, sehingga

    siswa tidak salah meniru dan menggunakannya

    dalam percakapan mereka.

    3) Pengajaran mufrodt yang maknanya konkret

    diajarkan dengan menunjukkan langsung benda-

    benda perbandingannya (al-iqtirn al-mubsyir),

    misalnya dengan menampilkan miniaturnya, benda

    langsung, atau gambar. Sedangkan mengajarkan

    mufrodt yang maknanya abstrak menjadi kelemahan

    dari metode ini.

    4) Pengajaran kata kerja (fiil) dilakukan dengan

    peragaan secara langsung oleh gurunya atau oleh

    siswa yang dianggap mengerti perkataan gurunya.

    Contoh, ketika mengajarkan maka seketika

    itu guru duduk. Dengan begitu, siswa akan mengerti

    bahwa berarti saya duduk. Jadi, tidak

    memerlukan terjemah dan tidak perlu

    diterjemahkan ke dalam bahasa Ibu.

    5) Latihan mendengar dan meniru percakapan dalam

    bahasa Arab banyak diberikan agar dapat dicapai

    penguasaan bahasa Arab secara otomatis.

    6) Melatih cara berpikir menurut bahasa Arab yang

    diajarkan.

    7) Berani mempraktekkan percakapan, dengan

    menghilangkan rasa malu dan takut salah.

    8) Memperbanyak perbedaharaan kata dan kalimat

    secara terus menerus (Tayar Yusuf, 1985:9), sebagai

    contoh: jika setiap hari kita menghapal lima

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    37 |

    kosakata, maka dalam satu bulan kita telah dapat

    menguasai kosakata bahasa Arab sebanyak 150 kata,

    dan untuk satu tahun kita telah menguasai 1900

    kata, dan begitulah seterusnya.

    9) Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan

    agar menjadi fasih dan lancar.

    10) Terus menerus banyak membaca buku-buku dalam

    bahasa Arab.

    c. Aktivitas Berbahasa dalam Pembelajaran

    Metode Langsung dalam pembelajaran bahasa Arab

    dicirikan dengan aktivitas berbahasa lisan yang

    menonjol, yaitu:

    1) Penggunaan bahasa Arab secara langsung sebagai

    pengantar dalam proses belajar dan mengajar.

    Pengajar sedapat mungkin bahkan sama sekali tidak

    menggunakan Bahasa Ibu atau Bahasa Kedua.

    2) Latihan intensif pada keterampilan menyimak dan

    berbicara sekaligus memupuk kebiasaan cara

    berpikir dalam bahasa Arab. Untuk itu pertama-

    tama guru mengkondisikan peserta didik untuk

    menerima pelajaran dalam bahasa Arab dan

    memberi arahan agar mereka tidak menggunakan

    bahasa lain dalam bertanya jawab. Contoh-contoh

    dialog disajikan untuk disimak dengan baik dan

    ditiru sampai lancar kemudian dipraktekkan antar

    peserta didik secara bergantian. Beberapa peserta

    yang sudah maju diberi kesempatan mengadakan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    38 |

    38

    dialog yang dianalogikan atau dikembangkan dari

    contoh yang disajikan.

    3) Tidak menggunakan BI sama sekali

    4) Menjelaskan makna mufradt dan kalimat, melalui

    sinonim, antonim, konteks (siyq), situasi, dan

    syarhul ma'na (menjelaskan makna kata).

    5) Memperoleh kaidah melalui mumrasah (latihan) dan

    pembiasaan.

    6) Banyak digunakan tanya jawab, menirukan dan

    menghafal (kurang latihan bersifat analogi dan

    induktif ).

    7) Digunakan latihan ta'br hur (ungkapan bebas) sejak

    awal.

    d. Penyajian Materi Ajar

    Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal terkait

    materi ajar yang harus diperhatikan oleh guru,

    diantaranya:

    1) Konten materi disajikan secara bertahap (tadarruj)

    disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik.

    2) Materi ajar disajikan pertama kali secara lisan,

    peserta didik diarahkan untuk menyimak saja tanpa

    melihat bacaan tertulis.

    3) Untuk memberi pemahaman tentang bentuk kata

    dan struktur kalimat, pengajar tidak

    membahas/menganalisis kaidah nahwu-sharafnya

    dan tidak memberi hapalan kaidah, melainkan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    39 |

    cukup dengan contoh-contoh yang relevan secara

    lisan.

    4) Untuk memberi pemahaman makna kata atau

    kalimat, pengajar tidak menerjemahkannya ke

    bahasa lain, tetapi membahasnya dalam bahasa

    Arab melalui asosiasi, padanan kata, peragaan,

    gerakan tertentu, mimik muka dan alat peraga

    seperti benda sebenarnya, benda tiruan dan gambar.

    5) Materi ajar dapat berupa dialog/hiwr antara dua

    orangdan antara lebih dari dua orang atau dapat

    pula berupa teks/wacana.

    6) Tidak ada materi kaidah secara eksplisit, melainkan

    diajarkan melalui pembiasaan. Artinya, Guru

    membiasakan diri berbicara dan memberi contoh

    dengan benar secara kaidah dan mengulang-ulang

    hingga siswa menjadi terbiasa.

    e. Aktivitas Peserta Didik

    Metode Langsung dalam pembelajaran bahasa Arab

    dicirikan dengan partisipasi aktif peserta didik dalam

    kegiatan yang mendukung kemampuan berbahasa lisan,

    yaitu:

    1) Melatih pendengaran dan pengucapan agar terbiasa

    dengan tuturan bahasa Arab.

    2) Banyak mempraktikkan percakapan bahasa Arab

    tanpa dibebani rasa malu dan takut salah.

    3) Memperbanyak perbendaharaan kosa kata dan

    kalimat bahasa Arab

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    40 |

    40

    4) Banyak membaca buku-buku berbahasa Arab.

    f. Evaluasi Hasil Belajar

    Evaluasi hasil belajar bahasa Arab dengan

    menggunakan metode langsung diberikan secara lisan

    dengan penekanan pada keterampilan menyimak dan

    berbicara.

    g. Evaluasi Metode

    1) Dapat menciptakan suasana belajar yang real dan

    hidup.

    2) Motivasi belajar siswa tinggi;

    3) Ketiadaan Bahasa Ibu menyebabkan waktu

    pembelajaran banyak dihabiskan secara tidak efisien.

    4) Ketiadaan kaidah secara eksplisit, siswa tidak

    memiliki pegangan untuk berbahasa yang benar.

    5) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif dan mampu

    berbahasa lisan, bahkan guru terbaik menurut

    metode ini adalah native speaker.

    6) Kegiatan ta'br hur' dapat mengakibatkan intervensi

    BI dalam penggunaan kata-kata atau susunan

    kalimat. Karena itu, guru sedapat mungkin-

    menjauhkan siswa dari pengaruh Bahasa Ibu.

    h. Langkah-langkah Pembejalaran

    Acep Hermawan (2011: 181) mengurai secara

    umum langkah-langkah penerapan metode langsung

    dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai berikut:

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    41 |

    1) Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan

    dengan materi yang akan disajikan baik berupa

    apersepsi, atau tes awal tentang materi atau yang

    lainnya.

    2) Guru memberikan materi berupa dialog-dialog

    pendek yang rilek, dengan bahasa Arab yang biasa

    digunakan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi

    ini mula-mula disajikan secara lisan dengan bantuan

    gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-

    dramatisasi, atau gambar-gambar. Bahkan jika perlu

    pelajar dibawa ke alam nyata untuk memudahkan

    peragaan atau menunjukan benda-benda yang

    berkaitan dengan materi yang disajikan. Jika sudah

    mantap bisa dikembangkan ke dalam tulisan.

    3) Pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-

    dialog tersebut, lalu menirukan dialog-dialog yang

    disajikan sampai lancar.

    4) Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu

    dengan teman-temannya secara bergiliran. Pelajar

    yang sudah maju diberi kesempatan untuk

    mengadakan dialog lain yang dianalogikan dengan

    contoh yang diberikan guru.

    5) Struktur/tata bahasa diberikan bukan dengan

    menganalisa nahwu, melainkan dengan memberikan

    contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin

    menarik perhatian pelajar untuk mengambil

    kesimpulan-kesimpulan sendiri.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    42 |

    42

    6) Sebelum penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir

    berupa pertanyaan-pertanyaan dialog yang harus

    dijawab oleh pelajar sebagaimana pola-pola dialog di

    atas. Pelaksanaannya bisa saja secara individual atau

    kelompok, sesuai dengan situasi dan kondisi. Jika

    tidak memungkinkan karena waktu, misalnya, guru

    dapat menyajikannya berupa tugas yang harus

    dikerjakan di rumah masing-masing pelajar.

    Menurut Ibrasyi (1955: 264), langkah-langkah

    pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan

    metode langsung, yaitu:

    1) Memilih topik yang sesuai dengan taraf kemampuan

    peserta didik;

    2) Kemudian guru mengucapkan kata-kata atau

    kalimat yang sesuai dengan tingkat kemampuan

    anak didik dengan menggunkan alat peraga bila

    diperlukan.

    Hal ini sesuai dengan Yusuf (1997: 193) yang

    mengatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab

    perlu dipersiapkan materi dengan baik dan ditetapkan

    topik pembahasan. Materi disesuaikan dengan taraf

    perkembangan dan kemampuan anak didik, dan dimulai

    dengan kata-kata yang dapat dimengerti anak didik.

    Lebih lanjut Ahmad Fauzi (1998: 14) mengatakan bahwa

    dalam mengajarkan bahasa Arab dengan menggunakan

    Metode Langsung, kosakata yang maknanya konkret

    dijelaskan dengan menggunakan alat peraga berupa

    miniature, gambar, atau media visual. Sedangkan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    43 |

    kosakata yang maknanya abstrak dijelaskan melalui

    asosiasi, bahkan sejak permulaan peserta didik dilatih

    cara berfikir menurut bahasa yang diajarkan. Demikian

    juga latihan mendengar dan meniru banyak diberikan

    agar dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.

    5. Metode Ponetik

    Gambaran Umum

    Metode ini dianggap sebagai fase pembelajaran bunyi

    bahasa dalam Metode Langsung. Penguatan bunyi kata bahasa

    asing secara langsung dipandang sebagai media penting untuk

    dapat mengucapkan kata dengan benar. Sejak berkembangnya

    kajian bahasa tentang bunyi (ponetik) pada paruh kedua abad

    ke-20 M, para pengajar dianggap telah mampu menggunakan

    hasil kajian ini untuk melahirkan dan mengembangkan sistem

    bunyi pada huruf-huruf abjad.

    Lahirnya metode ponetik ini semakin mengembangkan

    Metode Langsung. Dalam aplikasinya, Metode Ponetik mirip

    dengan Metode Psikologis, yaitu berpusat pada latihan

    berbicara. Namun sebelum berbicara, metode ini terlebih

    dahulu memulai pembelajaran dengan mempelajari perangkat

    bunyi (alat-alat yang memproduksi suara) dan cara

    mengeluarkan bunyi huruf. Sebelum pembelajaran bahasa

    dimulai, siswa terlebih dahulu belajar dengan benar

    membunyikan huruf satu per satu hingga tuntas, sebagaimana

    mereka juga belajar membaca dan menulis bunyi huruf

    abjad/Arab (An-Naqah, 1985: 76-77).

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    44 |

    44

    Dalam kegiatan pembelajaran, bahasa yang dominan

    digunakan di kelas adalah bahasa asing, tetapi jika diperlukan

    dalam membantu penjelasan, bisa digunakan Bahasa Ibu. Pada

    awal kegiatan pembelajaran, metode ini menggunakan bentuk

    lisan dan diakhiri dengan bentuk tulisan. Maksudnya, bunyi

    huruf yang diajarkan pada akhirnya akan dituliskan, sehingga

    siswa mengetahui tulisan dari bunyi huruf yang dipelajari.

    Metode ini telah sukses mengembangkan proses

    berbicara yang baik, sehingga mendorong siswa untuk

    mempelajari bahasa ke tahapan selanjutnya. Metode Langsung

    pun terinspirasi oleh Metode Ponetik, sehingga dalam

    mengawali kegiatan pembelajaran bahasa, Metode Langsung

    pun memulainya dengan mengajarkan sistem bunyi yang baru

    selama berbulan-bulan hingga siswa dipandang mampu paling

    tidak mengenal intonasi bunyi, dan pada akhirnya bisa

    mengembangkannya pada cara pengucapan bahasa yang benar

    tanpa terpengaruh lagi bahasa lokal.

    Metode ini mengutamakan ear training dan speak training

    yaitu cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-

    latihan mendengarkan dari mulai kosa kata yang berdekatan

    bunyinya seperti fine, white, knife, wife, atau chair, hair, fair,

    kemudian kalimat yang pendek. Setelah itu, siswa diminta

    untuk mengucapkannya.

    Karakteristik

    Adapun karakteristik metode ini sebagai berikut:

    a. Tujuan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    45 |

    1) Menguasai empat keterampilan menyimak,

    berbicara (menyebutkan dan membedakan bunyi

    huruf dan kata). Sementara keterampilan membaca

    dan menulis mendapat porsi perhatian dan latihan

    yang sedikit.

    2) Menguasai struktur/pola-pola kalimat sederhana

    melalui seringnya mendengar.

    b. Materi Pelajaran

    Materi pelajaran disampaikan secara lisan dan dapat

    berbentuk:

    1) Huruf Hijiyyah, kosakata dan kalimat sederhana

    2) Latihan pola-pola kalimat

    c. Teknik Pengajaran

    1) Digunakan BI pada saat-saat 'terpaksa'

    2) Latihan intensif tentang pola-pola kalimat

    sederhana melalui peniruan dan pengulangan.

    3) Digunakan media: audio, audio visual terutama

    dalam latihan menyimak dan mengucapkan bunyi

    huruf dan kata.

    d. Evaluasi Metode

    1) Siswa mengusai langgam dan intonasi bahasa asing

    dengan baik;

    2) Siswa menguasai struktur/pola kalimat sederhana

    dengan baik;

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    46 |

    46

    3) Latihan yang kurang tepat dapat mengakibatkan

    sikap membeo dan generalisasi yang salah;

    4) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif, mampu

    menyimak, berbicara dan menuliskan bahasa Arab.

    6. Metode Psikologis

    Gambaran Umum

    Metode ini difokuskan untuk mengajarkan kosakata dan

    kalimat seputar aktivitas sehari-hari seperti yang berkaitan

    dengan bangun pagi, sarapan pagi, pergi ke pasar, pergi ke

    sekolah, pergi ke dokter, dan lain sebagainya. Metode ini

    sebagai upaya merubah situasi pembelajaran menjadi situasi

    peragaan, hingga pada penggunaan berbagai benda, miniatur,

    gambar dan lainnya yang dapat dilihat secara langsung oleh

    siswa. Dengan begitu, siswa akan dengan cepat belajar

    kosakata bahasa asing. Metode ini, secara umum, akan

    mengabaikan nilai-nilai sastrawi dan budaya bahasa asing

    tersebut. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, metode

    inipun akan mengakhirkan kegiatan membaca kisah pendek,

    riwayat dan bentuk sastra lainnya hingga sampai pada

    tingkatan yang cukup untuk mempelajarinya (An-Naqah, 1985:

    75).

    Metode inipun senada dengan Metode Langsung yang

    menghindari penggunaan Bahasa Ibu dalam kegiatan

    pembelajaran di kelas. Asumsinya, bahwa anak sejak dini harus

    sudah diajarkan berfikir dengan bahasa asing, yaitu dengan

    cara menghubungkan antara objek, benda, keadaan, dan

    pemikiran dengan padanan kata atau kalimatnya secara

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    47 |

    langsung. Karena itu, penggunaan media ajar menjadi wajib

    dalam metode ini untuk membantu siswa memahami

    perkataan guru. Metode ini juga tidak membatasi pada

    keterampilan berbicara saja, sebab guru juga dianjurkan untuk

    mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami teks,

    membaca dan menulis. Tujuan akhir dari metode ini adalah

    mengembangkan kemampuan berfikir siswa tentang bahasa

    yang dipelajari, baik dalam berbicara, membaca maupun

    menulis.

    Metode ini disebut juga Metode Asosiasi. Maksudnya,

    dalam mengajarkan bahasa asing seorang guru mulai dengan

    memilih kelompok benda yang secara fungsi berdekatan dan

    menjadi paket yang utuh. Contoh, ketika guru mengajarkan

    (pena), maka pena itu merupakan bagian dari alat tulis. Dengan

    demikian, semua benda yang menjadi bagian dari alat tulis

    seperti buku, tas, penghapus, papan tulis, dan lain-lain harus

    juga diajarkan pada sesi yang sama. Inilah inti dari Metode

    Psikologis, selalu mendasarkan pembelajaran pada kebiasaan

    akal manusia ketika mengingat sesuatu benda, yaitu dengan

    mengingat benda lainnya yang paling dekat secara fungsinya.

    Karakteristik

    Metode Psikologis pun memiliki kekhasan tersendiri dari

    metode lainnya. Adapun karakteristik metode ini adalah

    sebagai berikut:

    a. Tujuan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    48 |

    48

    1) Menguasai keterampilan menyimak, berbicara,

    membaca dan menulis. Tetapi prioritas pada

    keterampilan menyimak dan berbicara;

    2) Menguasai struktur/pola-pola kalimat melalui

    seringnya mendengar.

    b. Materi Pelajaran

    Materi Pelajaran disampaikan secara lisan dan dapat

    berbentuk:

    1) Hiwr/dialog antara dua orang dan antara lebih dari

    dua orang dengan tampilan pola-pola kalimat;

    2) Teks/wacana dengan topik-topik yang sesuai;

    3) Latihan pola-pola kalimat.

    c. Teknik Pengajaran

    1) Digunakan BI pada saat-saat 'terpaksa';

    2) Latihan intensif tentang pola-pola kalimat melalui

    peniruan dan pengulangan;

    3) Digunakan media: audio, audio visual terutama

    dalam latihan menyimak, photo, gambar dan lain

    sebagainya.

    d. Evaluasi Metode

    1) Siswa mampu mengusai kosa kata secara asosiatif;

    2) Siswa menguasai struktur/pola kalimat dengan baik;

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    49 |

    3) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif dan mampu

    berbahasa lisan.

    7. Metode Alamiyah

    Gambaran Umum

    Metode ini merupakan lanjutan dari pembelajaran

    bahasa dengan Metode Psikologis. Dalam kegiatan

    pembelajaran di kelas, metode ini menghindari penggunaan

    Bahasa Ibu. Asumsinya bahwa seseorang mampu belajar

    bahasa asing dengan metode yang sama digunakan saat dia

    belajar bahasa ibunya. Metode ini bersandar pada peragaan

    gerak, pengulangan, tanya jawab secara silih berganti sebagai

    media untuk memahami bahasa. Dengan metode ini, kosakata

    yang dipelajari berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Hasil

    pengamatan, ada kesan bahwa guru terasa lelah karena harus

    terus berbicara dan menyusun dialog setiap hari, tetapi hasilnya

    cukup berhasil terutama untuk anak kecil yang belajar bahasa

    asing. Nampak terlihat bahwa pembelajaran dengan metode ini

    dapat mempengaruhi tingginya semangat siswa dalam belajar.

    Sementara untuk pelajar dewasa kurang berhasil, sebab

    sebagian besar siswa dewasa lebih berminat pada kegiatan

    berbahasa yang lain seperti membaca dan penguasaan

    tatabahasa (An-Naqah, 1984: 77-78).

    Adapun teknik pembelajaran dimulai dengan

    mengajarkan kata dan ungkapan-ungkapan asing yang

    berhubungan dengan aktivitas sehari-hari. Jika makna kata sulit

    dipahami dengan penjelasan secara langsung, maka guru

    melakukan peragaan, isyarat atau dengan gambar yang

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    50 |

    50

    memungkinkan bisa menjelaskan makna. Pada prinsipnya,

    apapun bisa dilakukan asal tidak menerjemahkannya ke dalam

    Bahasa Ibu. Tujuannya agar sejak dini, anak sudah terbiasa

    mendengar kalimat-kalimat bahasa asing secara sempurna,

    mendengar dialog dalam bentuk tanya jawab dalam bahasa

    asing serta berusaha memahaminya tanpa menggunakan

    Bahasa Ibu atau Nasional.

    Karakteristik

    Adapun karakteristik metode ini adalah sebagai berikut:

    a. Tujuan

    1) Menguasai keterampilan menyimak, berbicara,

    membaca dan menulis. Tetapi prioritas pada

    keterampilan menyimak dan berbicara.

    2) Menguasai struktur/pola-pola kalimat melalui

    seringnya mendengar.

    b. Materi Pelajaran

    Materi pelajaran disampaikan secara lisan dan dapat

    berbentuk:

    1) Hiwr/dialog antara dua orang dan antara lebih dari

    dua orang dengan tampilan pola-pola kalimat.

    2) Teks/wacana dengan topik-topik yang sesuai

    3) Latihan pola-pola kalimat yang benar secara kaidah,

    sehingga materi kaidah tidak perlu diajarkan secara

    khusus dan mendalam.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    51 |

    c. Teknik Pengajaran

    1) Tidak diperkenankan menggunakan Bahasa Ibu.

    2) Latihan intensif tentang pola-pola kalimat melalui

    peniruan dan pengulangan.

    3) Digunakan media: audio, audio visual terutama

    dalam latihan menyimak, photo, gambar dan lain

    sebagainya.

    d. Evaluasi Metode

    1) Siswa mampu mengusai kosa kata dan

    ungkapanyang berhubungan dengan aktivitas sehari-

    hari.

    2) Siswa menguasai struktur/pola kalimat dengan baik.

    3) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif dan mampu

    berbahasa lisan.

    8. Metode Membaca

    Sejarah Lahirnya

    Metode Membaca lahir karena ketidakpuasan terhadap

    Metode Langsung yang kurang memperhatikan kemahiran

    membaca dan menulis. Karena itu, Prof. Coleman dan kawan-

    kawan dalam sebuah laporan yang ditulis pada tahun 1929

    menyarankan Metode Membaca yang tujuan utamanya

    memberikan porsi latihan lebih banyak pada keterampilan

    membaca dan menulis. Menyikapi adanya upaya satu metode

    yang dapat menjangkau semua keterampilan bebahasa,

    Coleman berpendapat sama sekali tidak realistis dan terlalu

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    52 |

    52

    berlebihan. Tidak ada satu metode pun yang mampu

    menjangkau keempat keterampilan berbahasa secara merata.

    Pada perkembangannya, Metode Membaca ini lebih cocok

    digunakan di Sekolah Tingkat Atas. Di Amerika Serikat dan di

    seluruh negara Eropa, metode ini digunakan di sekolah-

    sekolah menengah dan perguruan tinggi. Meski dinamai

    Metode Membaca tidak berarti dalam kegiatan

    pembelajarannya hanya terbatas pada membaca dan

    memahami teks, melainkan latihan menulis dan berbicara pun

    diberikan meski dengan porsi yang terbatas (Fuad Effendi,

    2004: 41).

    Asumsi

    Asumsi yang mendasari metode ini adalah:

    1) Pembelajaran bahasa tidak bersifat multi-tujuan.

    2) Kemampuan membaca adalah tujuan yang paling

    realistis ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa asing.

    Karakteristik

    Karakteristik metode ini sebagai berikut:

    a. Tujuan

    a) Difokuskan kepada keterampilan membaca dan

    memahami teks.

    b) Menguasai kaidah yang mendukung kemampuan

    membaca

    b. Materi Pelajaran

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    53 |

    Materi Pelajaran berupa teks bacaan yang terdiri

    dari:

    1) Bacaan yang bersifat intensif (mukatsafah)

    2) Bacaan yang bersifat ekstensif (muwassaah)

    3) Daftar kosa kata baru

    4) Dimungkinkan materi latihan terjemah

    c. Teknik Pengajaran

    1) Tidak menolak digunakannya kata pengantar dalam

    Bahasa Ibu dan kegiatan terjemah.

    2) Pembelajaran dimulai dengan latihan mengucapkan

    kata dan kalimat yang terdapat dalam teks bacaan.

    3) Membaca diam dan nyaring. Membaca nyaring

    porsinya lebih banyak digunakan.

    4) Membaca ekstensif (di luar jam tatap muka)

    5) Digunakan berbagai media pelajaran untuk

    memahami makna kata dan kalimat.

    d. Keunggulan dan Kelemahan

    Fuad Effendi (2004: 43) menjelaskan segi

    keunggulan dan kelemahan metode membaca sebagai

    berikut:

    1) Keunggulan

    a) Siswa terlatih memahami bacaan dengan analisis,

    tidak dengan terjemah.

    b) Siswa menguasai kosa kata dengan baik.

    c) Siswa mengasai penggunaan tatabahasa.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    54 |

    54

    2) Kelemahan

    a) Siswa kurang terampil dalam membaca nyaring,

    karena kurang porsi latihan.

    b) Siswa kurang mahir menyimak dan berbicara,

    sebab kurang porsi latihan.

    c) Siswa kurang terampil membuat karangan bebas,

    sebab kurang porsi latihan.

    d) Siswa lemah dalam memahami teks lain yang

    belum dipelajari, sebab kosa kata yang dikuasai

    terbatas pada kosa kata yang terdapat dalam teks

    bacaan saja.

    9. Metode Dengar Ucap

    Sejarah Lahirnya

    Metode ini lahir sebagai penolakan atas Metode Qawid

    dan Tarjamah dan Metode Langsung secara bersamaan.

    Penolakan terhadap Metode Qawid dan Tarjamah karena

    metode tersebut dianggap tidak mengantarkan siswa pada

    penguasaan bahasa secara lisan (mahrat al-kalm). Sementara

    penolakan terhadap metode langsung karena metode tersebut

    dianggap sangat sulit untuk diimplementasikan dalam kegiatan

    pembelajaran. Bagaimana pun tidak diperbolehkannya

    penggunaan Bahasa Ibu dalam Metode Langsung akan terasa

    sangat sulit, usaha dan waktu akan habis terbuang sekedar

    untuk mengajarkan satu kosakata yang dianggap sulit. Karena

    itu, Metode Dengar Ucap ini lahir untuk mengantarkan siswa

    pada kemampuan berbicara serta tidak ragu untuk

    menggunakan Bahasa Ibu (terjemah) dalam keadaan terpaksa,

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    55 |

    bilamana kosakata yang diajarkan sangat sulit, biasanya

    kosakata yang abstrak

    Metode ini memiliki banyak nama, terkadang disebut

    at-tharqoh asy-syafawiyyah terkadang juga disebut at-tharqoh

    al-lughawiyah. Bahkan pertama kali lahir yaitu pada awal abad

    20 M, metode ini disebut uslb al-jaisy (gaya bahasa tentara).

    Sebab metode ini digunakan pertama kali dalam mengajar

    bahasa asing kepada bala tentara yang akan dikirim ke berbagai

    negara yang terlibat dalam Perang Dunia II. Dalam situasi

    Perang Dunia II, Amerika Serikat memerlukan personalia yang

    lancar berbahasa asing untuk ditempatkan di beberapa negara,

    baik sebagai penerjemah dokumen-dokumen maupun

    pekerjaan lain yang memerlukan komunikasi langsung dengan

    penduduk setempat. Untuk itu, Departemen Pertahanan

    Negara Amerika Serikat membentuk badan yang dinamai Army

    Specialized Training Program (ASTP) dengan melibatkan lima

    puluh universitas di AS. Program ini dimulai pada tahun 1943.

    Tujuannya agar peserta program dapat mencapai keterampilan

    berbicara dalam beberapa bahasa asing dengan pendekatan

    dan metode yang baru (Fuad Effendi, 2004: 46).

    Pembelajaran bahasa asing model ASTP ini dianggap

    berhasil mengantarkan peserta program memiliki keterampilan

    berbicara dengan sangat cepat. Karena itu, para ahli linguistik

    bersepakat untuk menggunakan model ini di luar program

    ketentaraan, dalam arti untuk semua siswa yang belajar bahasa

    asing. Model inilah yang kemudian berkembang menjadi

    Metode Audio Lingual (at-tharqat as-samiyyah as-syafawiyyah).

    Tetapi umumnya program ini lebih bersifat intensif, dengan

    jumlah pertemuan yang banyak dalam waktu singkat. Adapun

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    56 |

    56

    penerapannya di sekolah-sekolah dalam program regular

    (hanya satu pertemuan dalam satu minggu) tentu tidak akan

    secepat keberhasilan yang diraih pada program intensif.

    Asumsi

    Metode ini terlahir atas dasar sebuah asumsi bahwa inti

    atau hakikat bahasa adalah ujaran (kalm). Karena itu, dalam

    hal mengajarkan bahasa, maka pertama kali yang harus

    dilakukan adalah sebanyak mungkin siswa diajak untuk

    menyimak bahasa sebelum kemudian dilatih berbicara. Hal

    tersebut senada dengan pengalaman manusia pada umumnya

    ketika belajar Bahasa Ibu. Mula-mula, anak hanya

    mendengarkan perkataan orang-orang sekelilingnya, kemudian

    seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit, anak mampu

    menirukannya, hingga akhirnya berkembang memiliki

    kemampuan berbahasa yang baik. Biasanya belajar menyimak

    dan berbicara pada anak dilakukan sebelum belajar membaca

    dan menulis.

    Asumsi yang kedua adalah bahwa bahasa merupakan

    kebiasaan. Orang bisa karena terbiasa. Demikian pula dengan

    berbahasa. Tidak mungkin seseorang mampu berbahasa

    apabila sejak kecil dia tidak dibiasakan berbahasa. Bahasa itu

    digunakan, maka siapa yang paling sering menggunakannya

    akan lebih lebih cepat memiliki kemampuan berbahasa. Hal ini

    terlihat pada perkembangan berbahasa pada anak kecil,

    sebagian terlihat begitu cepat, sebagian lainnya sangat lambat.

    Asumsi ini dipahami oleh metode ini sebagai dasar

    pembelajaran berbahasa, bahwa suatu perilaku akan menjadi

    kebiasaan apabila dilakukan secara berulang-ulang. Oleh

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    57 |

    karena itu, pengajaran bahasa harus dilakukan dengan teknik

    pengulangan atau repetisi (Fuad Effendi, 2004: 47).

    An-Naqah (1978: 49) dan al-Khulli (1982: 24)

    menjelaskan bahwa pendekatan metode ini merujuk pada hal-

    hal berikut:

    a. Bahasa itu adalah berbicara bukan menulis;

    b. Bahasa itu merupakan sekumpulan kebiasaan yang

    sistematis. Menurut metode ini, metode yang paling baik

    untuk memperoleh bahasa yaitu membentuk kebiasaan

    berbahasa dengan cara memperbanyak latihan

    menggunakan pola-pola bahasa.

    c. Yang dituntut itu mempelajari bahasa atau dirsat al-

    lughah (menggunakannya dalam percakapan sehari-hari)

    bukan mempelajari ilmu tentang bahasa dirsat an al-

    lughah (teori-teori bahasa). Menurut metode ini,

    mengetahui teori dan analisis tatabahasa tidak terlalu

    penting, yang paling penting adalah mengucapkannya;

    d. Bahasa itu apa yang dikatakan oleh pemilik bahasa

    tersebut, bukan materi yang dipaksakan untuk dipelajari.

    Artinya, materi yang disajikan menurut metode ini yaitu

    pola-pola yang umum digunakan oleh kita dalam

    kehidupan sehari-hari. Karena itu, menurut metode ini,

    guru bahasa yang paling baik adalah native speaker yang

    terlatih.

    e. Setiap bahasa memiliki aturan sendiri yang berbeda dari

    bahasa lainnya. Karena itu, belajar suatu bahasa asing

    tidak perlu dibanding-bandingkan dengan bahasa

    lainnya.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    58 |

    58

    Karakteristik

    Adapun karakteristik metode ini sebagai berikut:

    a. Tujuan

    1) Menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu

    menyimak, berbicara, membaca dan menulis, tetapi

    prioritas lebih pada keterampilan menyimak dan

    berbicara;

    2) Menguasai struktur/pola-pola kalimat.

    b. Materi Ajar

    Materi Pelajaran disampaikan secara lisan dan bisa

    berbentuk:

    1) Dialog (hiwr) antara dua orang dan antara lebih dari

    dua orang dengan tampilan pola-pola kalimat;

    2) Teks/wacana dengan topik-topik dalam situasi

    budaya Arab; dan

    3) Latihan pola-pola kalimat

    c. Teknik Pengajaran

    1) Digunakan BI pada saat-saat 'terpaksa'

    2) Latihan intensif tentang pola-pola kalimat melalui

    peniruan dan pengulangan.

    3) Digunakan media: audio, audio visual terutama

    dalam latihan menyimak, gambar, pola-pola, photo

    dan lain sebagainya.

    d. Keunggulan dan Kelemahan Metode

    1) Keunggulan

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    59 |

    a) Siswa mampu mengucapkan bahasa dengan baik.

    b) Siswa menguasai struktur/pola kalimat dengan

    baik.

    c) Suasana kelas sangat hidup, sebab siswa dituntut

    untuk secara terus-menerus merespon stimulus

    dari guru.

    2) Kelemahan

    a) Latihan dapat mengakibatkan sikap membeo &

    generalisasi yang salah.

    b) Materi kaidah tidak mendapatkan porsi yang

    cukup, karena materi kaidah yang dijelaskan

    hanyalah kaidah yang tercermin dalam dialog

    (hiwr).

    c) Memerlukan guru yang kreatif, inovatif dan

    mampu berbahasa lisan.

    10. Metode Eklektik

    Latar Belakang

    Telah dipaparkan dengan jelas bahwa masing-masing

    metode yang telah telah disebutkan di atas memiliki kelebihan

    dan kelemahan. Metode Qawid dan Tarjamah misalnya, lemah

    pada keterampilan berbicara. Metode Langsung (Direct Method)

    dan Metode Dengar Ucap (Audio Lingual Method) lemah pada

    keterampilan membaca dan tatabahasa. Karena itu, metode ini

    lahir sebagai penolakan atas kelemahan-kelemahan metode di

    atas sekaligus sebagai upaya untuk menggabungkan berbagai

    metode dengan hanya mengambil kelebihan-kelebihan tiap

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    60 |

    60

    metodenya saja. Inilah alasan mengapa metode ini diberi nama

    metode eklektik, artinya memilih kelebihan tiap-tiap metode

    dan meninggalkan kelemahan-kelemahannya. Bisa disebut

    bahwa kehadiran metode eklektik itu untuk memecah

    kebuntuan metode-metode lain dalam mengajarkan bahasa

    asing, termasuk mengajarkan bahasa Arab.

    Metode ini memiliki banyak nama, diantaranya adalah at-

    tharqah at-taulfiyyah, at-tharqah al-intiqiyyah, at-tharqah al-

    mukhtrah, at-tharqah al-muzdawwijah, dan at-tarqah at-taufqiyah

    (Fuad Effendi, 2004: 69).

    Asumsi

    Adapun asumsi yang mempengaruhi lahirnya metode ini

    adalah sebagai berikut:

    a. Tidak ada satu pun metode yang sangat baik atau sangat

    buruk, melainkan pada masing-masing terdapat

    kelebihan dan kekurangan.

    b. Kelebihan yang ada pada setiap metode bisa

    dimanfaatkan untuk menyempurnakan metode

    pembelajaran yang lain.

    c. Pada dasarnya, penggunaan metode hanyalah untuk

    menyampaikan pengajaran yang efektif dan efesien

    sehingga materi yang disampaikan dapat diserap dengan

    baik oleh siswa. Karena itu, guru diberi kewenangan dan

    kebebasan penuh untuk memilih dan menggunakan

    metode yang dianggap paling baik dan cocok untuk

    materi yang diajarkan dan tingkat kemampuan siswa.

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    61 |

    d. Tidak ada satu pun metode pengajaran yang sangat

    relevan dan sesuai untuk semua tujuan belajar bahasa,

    semua tingkatan siswa, guru, dan program pembelajaran

    bahasa asing.

    e. Yang paling penting dalam mengajar adalah fokus pada

    guru dan kebutuhannya. Bukankah penerapan metode

    mengajar itu disesuaikan dengan kebutuhan guru.

    f. Guru harus sadar bahwa memilih teknik mengajar adalah

    sangat bebas disesuaikan dengan kebutuhan guru dan

    siswa (Al-Khuli, 1982: 26).

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    62 |

    62

  • 63

    METHODS OF SPIRITED

    SEVENTIES

    A. Community Language Learning (CLL)

    1. Sejarah Lahirnya

    Charles A. Curran, seorang spesialis dalam program

    konseling dan seorang profesor dalam bidang psikologi di

    Logola Universitas Chicago, Amerika Serikat, berusaha

    menerapkan konsep psikoterapi dalam bentuk konseling

    kepada para mahasiswanya setelah ia terinspirasi oleh Carl

    Rogers. Menurut Brown (2000:103), Carl Rogers memiliki

    cara untuk memfasilitasi pembelajaran sehingga setiap

    individu dalam kelompok dapat dihargai dan merasa berharga.

    Karena itu, siswa dan guru harus bergabung bersama-sama.

    Inilah alasan utama mengapa Curran menciptakan sebuah

    metode khusus yang disebut Komunitas Belajar Bahasa atau

    Community Languge Learning (CLL). Dalam metode ini ada dua

    peran yang harus dimainkan dalam proses pembelajaran

    bahasa. Peran pertama adalah seorang konselor, yang

    dimainkan oleh guru dan peran kedua adalah klien, yang

    dimainkan oleh para siswa. Konselor merupakan istilah lain

    yang digunakan untuk merujuk kepada peran guru dalam

    metode ini. Selain menggunakan istilah konselor, istilah bagi

    3

  • M e t o d o l o g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a A r a b

    64 |

    64

    para ahli pendidikan, para pakar konselor dan guru

    pembimbing juga ada.

    Metode ini didasarkan pada beberapa teori. Pertama,

    pada umumnya semua yang dipelajari oleh manusia berada

    pada wilayah kognitif dan afektif (Subiyakto, 1988).

    Maksudnya, bahwa pelajar mendapat semua masukan dari

    dunia luar melalui pikirannya, yang dapat dianggap sebagai

    kemampuan kognitif dan juga melalui perasaannya, yang dapat

    dianggap sebagai kemampuan afektifnya. Menciptakan

    suasana pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk

    berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain secara

    bebas tampaknya menjadi cara terbaik untuk

    memaksimalkan kemampuan kognitif seorang siswa serta

    kemampuan afektifnya.

    Kedua, bahwa belajar bahasa didasarkan pada

    beberapa faktor dalam pikiran seperti sikap, emosi dan