menurut debaut et al

4
Menurut Debaut et al., (2005) asam lemak penyusun minyak nyamplung dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Komposisi asam lemak minyak nyamplung Asam lemak Komposisi (%) Asam palmitoleat (C16:1) 0,5 – 1,0 Asam palmitat (C16) 15,0 – 17,0 Asam oleat (C18:1) 30,0 – 50,0 Asam linoleat (C18:1) 25,0 – 40,0 Asam stearat (C18) 8,0 – 16,0 Asam Arachidat (C20) 0,5- 1,0 Asam Gadoleat (C19:1) 0,5 – 1,0 Sumber: Debaut et al., (2005) II.1 Surfaktan Definisi surfaktan menurut IUPAC (1997), adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan (surface tension) suatu medium dan menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension) antar dua fasa yang sama tetapi berbeda derajat polaritasnya dalam suatu medium yaitu dengan cara melarutkan surfaktan ke dalam medium tersebut. Menurut Perkins (1988), pengertian antarmuka (interface) adalah bidang kontak antara dua senyawa dalam fasa yang sama, sedangkan permukaan (surface) adalah jika antarmuka antara dua senyawa tidak dalam fasa yang sama. Tegangan permukaan dari suatu cairan adalah tekanan internal di bawah permukaan cairan yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik antar molekul cairan itu sendiri. Gaya tarik menarik tersebut menimbulkan tekanan dari dalam cairan

Upload: ika-nur-budiasih

Post on 29-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menurut Debaut Et Al

Menurut Debaut et al., (2005) asam lemak penyusun minyak nyamplung dapat dilihat pada

Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi asam lemak minyak nyamplungAsam lemak Komposisi (%)

Asam palmitoleat (C16:1) 0,5 – 1,0

Asam palmitat (C16) 15,0 – 17,0

Asam oleat (C18:1) 30,0 – 50,0

Asam linoleat (C18:1) 25,0 – 40,0

Asam stearat (C18) 8,0 – 16,0

Asam Arachidat (C20) 0,5- 1,0

Asam Gadoleat (C19:1) 0,5 – 1,0

Sumber: Debaut et al., (2005)

II.1 Surfaktan

Definisi surfaktan menurut IUPAC (1997), adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan

untuk menurunkan tegangan permukaan (surface tension) suatu medium dan menurunkan

tegangan antarmuka (interfacial tension) antar dua fasa yang sama tetapi berbeda derajat

polaritasnya dalam suatu medium yaitu dengan cara melarutkan surfaktan ke dalam medium

tersebut.

Menurut Perkins (1988), pengertian antarmuka (interface) adalah bidang kontak antara dua

senyawa dalam fasa yang sama, sedangkan permukaan (surface) adalah jika antarmuka antara

dua senyawa tidak dalam fasa yang sama. Tegangan permukaan dari suatu cairan adalah tekanan

internal di bawah permukaan cairan yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik antar molekul

cairan itu sendiri. Gaya tarik menarik tersebut menimbulkan tekanan dari dalam cairan melawan

tekanan dari atas permukaan cairan, sehingga cairan tersebut cenderung untuk membentuk

lapisan antarmuka dengan zat yang lain. Surfaktan dapat mempengaruhi kemampuan dari

molekul cairan tersebut agar dapat berinteraksi dengan zat yang lain dengan cara menurunkan

tegangan permukaannya.

Surfaktan merupakan molekul ampifilik yang memiliki dua gugus yaitu, polar dan nonpolar.

Gugus nonpolar biasanya disebut hidrofobik atau lipofilik yang tidak larut dalam air tetapi larut

dalam pelarut non polar. Gugus polar memperlihatkan afinitas (daya ikat) yang kuat dengan

Page 2: Menurut Debaut Et Al

pelarut polar contohnya air, sehingga sering disebut gugus hidrofilik. Surfaktan diklasifikasikan

menjadi empat kelompok besar berdasarkan muatan ion gugus hidrofiliknya (setelah terdiosiasi

dalam media cair), yaitu : (1) anionik: gugus hidrofiliknya bermuatan negatif, (2) kationik: gugus

hidrofiliknya bermuatan positif, (3) nonionik: gugus hidrofiliknya hampir tidak bermuatan, dan

(4) amfoterik: molekul pada gugus hidrofiliknya bermuatan positif dan negatif, tergantung pH

medium (Perkins, 1988). Gugus hidrofilik antara lain adalah gugus hidroksil (-OH), gugus

karboksilat (-COOH), gugus sulfat (-SO4), gugus sulfonat (-SO3), gugus amino (-NH2) sedangkan

gugus lipofil merupakan gugus senyawa hidrokarbon baik jenuh maupun tidak jenuh (Martin,

1993).

Suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus

polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih

kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih

rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu. Demikian pula sebaliknya, bila

gugus non polarnya lebih dominan maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi

lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak

menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu (Genaro, 1990).

Fungsi surfaktan ditentukan dari nilai HLB dari surfaktan yang akan digunakan. HLB

(hydrophilic-lipophilic balance) merupakan ukuran afinitas terhadap air dan minyak yang

pertama kali dikemukakan oleh Griffin (Suryani dkk, 2000). Nilai HLB berkisar diantara 0

hingga 20. Pengelompokkan surfaktan berdasarkan nilai HLB dan penggunaannya disajikan

Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kisaran HLB surfaktan dan penggunaannyaKisaran HLB Aplikasi

3 -6 Emulsi water in oil (w/o)

7-9 Bahan pembasah

8-15 Emulsi oil in water (o/w)

13-15 Deterjen

15-18 Pelarut

Sumber : Swern (1979)

Page 3: Menurut Debaut Et Al

Struktur kimia surfaktan merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap

keefektifan detersif. Diantara asam lemak sabun dan alkil sulfat rantai lurus, detergensi optimum

(pada kondisi pencucian biasa) terjadi pada panjang rantai sekitar 16 atom karbon. Secara umum,

deterjensi optimum terjadi pada atom karbon 12-16 pada rantai hidrofobik, dengan nilai HLB

(hydrophile-lipophile balance) sekitar 12 (Hui, 1996).