mengenal naqsabandiyah

69
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tarekat Naqsybandi didirikan oleh Muhammad Baha’udin Naqsybandi (717 H/1318 M–791 H/1389 M). Naqsybandi diambil dari kata “Naqsybandiahmenurut Syaikh Najmuddin Amin al-Kurdi dalam kitabnya “Tanwir Qulubberasal dari dua buah kata bahasa arab, “Naqsy” artinya ukiran atau gambar dan band” artinya bendera atau layar besar. Dinamakan dengan Naqsyabandi karena Syaikh Bahauddin pendiri Tarekat ini senantiasa berdzikir mengingat Allah berkepanjangan sehingga lafadz Allah itu terukir melekat ketat dalam kalbunya. 1 Sejak digunakannya nama Naqsybandi sebagai nama dan identitasnya, tarekat ini bertambah masyur dan memiliki pengaruh yang luas dari masa kemasa. Pada masa ini perkembangan yang dapat dicatat adalah percabangan tarekat ini kedalam beberapa jalur; yang diantaranya adalah Mujaddidiyah, Khalidiyah, dan Mazhariyah. Nama-nama tarekat tersebut mengacu hanya kepada perkembangan dalam hal teknik dan doktrin. Seperti halnya dalam tarekat Naqsybandi Haqqani, yang didirikan oleh Syaikh Muhammad Nizam al-Haqqani (23 April 1922/28 Sya’ban 1340 H) di Siprus, Turki tahun 1973. Tarekat ini dinamakan Naqsyabandi karena ia merupakan satu aliran tarekat dalam tasawuf yang didirikan oleh sufi terkenal, Muhammad Baha’udin Naqsybandi (717 H/1318 M–791 H/1389 M).Sedangkan ”Haqqani” sendiri adalah diambil dari nama Syaikh Nazim karena beliau sudah 1 A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsybandi. (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), h. 7.

Upload: hendrayana1555

Post on 26-Sep-2015

37 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mengenal NAQSABANDIYAH

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Tarekat Naqsybandi didirikan oleh Muhammad Bahaudin Naqsybandi

    (717 H/1318 M791 H/1389 M). Naqsybandi diambil dari kata Naqsybandiah

    menurut Syaikh Najmuddin Amin al-Kurdi dalam kitabnya Tanwir Qulub

    berasal dari dua buah kata bahasa arab, Naqsy artinya ukiran atau gambar dan

    band artinya bendera atau layar besar. Dinamakan dengan Naqsyabandi karena

    Syaikh Bahauddin pendiri Tarekat ini senantiasa berdzikir mengingat Allah

    berkepanjangan sehingga lafadz Allah itu terukir melekat ketat dalam kalbunya.1

    Sejak digunakannya nama Naqsybandi sebagai nama dan identitasnya,

    tarekat ini bertambah masyur dan memiliki pengaruh yang luas dari masa kemasa.

    Pada masa ini perkembangan yang dapat dicatat adalah percabangan tarekat ini

    kedalam beberapa jalur; yang diantaranya adalah Mujaddidiyah, Khalidiyah, dan

    Mazhariyah. Nama-nama tarekat tersebut mengacu hanya kepada perkembangan

    dalam hal teknik dan doktrin.

    Seperti halnya dalam tarekat Naqsybandi Haqqani, yang didirikan oleh

    Syaikh Muhammad Nizam al-Haqqani (23 April 1922/28 Syaban 1340 H) di

    Siprus, Turki tahun 1973. Tarekat ini dinamakan Naqsyabandi karena ia

    merupakan satu aliran tarekat dalam tasawuf yang didirikan oleh sufi terkenal,

    Muhammad Bahaudin Naqsybandi (717 H/1318 M791 H/1389 M).Sedangkan

    Haqqani sendiri adalah diambil dari nama Syaikh Nazim karena beliau sudah

    1 A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsybandi. (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), h. 7.

  • 2

    mendapatkan ijazah yang memberikan wewenang kepada penerimanya yaitu

    Syaikh Nazim sendiri, untuk bertindak sebagai Syaikh dan mengambil Baiat atas

    calon murid dengan namanya sendiri.2 Meskipun seara relatif ia mandiri, ia tetap

    memperlihatkan kepatuhannya yang mutlak kepada Syaikh-Syaikhnya terdahulu,

    sehingga nama Naqsybandi tetap melekat dalam tarekatnya.

    Tarekat tersebut dipercayai oleh para keturunan pengikutnya sehingga

    tarekat ini dinamakan tarekat Naqsybandi Haqqani, yang ajarannya adalah

    Muhabbatilah dan Muhabbatirosulillah yang isinya antara lain taubat, zuhud,

    taqwa, Qanaah dan taslim (berserah diri). Sedangkan amalannya antara lain

    dzikir Mubtadi (dzikir harian untuk pemula), dzikir Mustad (dzikir harian untuk

    tingkat persiapan), dzikir Ahlul Azim (dzikir harian untuk tingkat mapan atau

    dzikir untuk menghidupkan Ashrar kalbu paling dalam), dan dzikir Khatam

    Kwajagan, serta amalan-amalan lainnya.

    Prinsip metode spiritual Tarekat Naqsybandi Haqqani adalah dzikir khafi

    dan dzikir jahir, Syaikh Nazim menggabungkan kedua dzikir tersebut untuk

    diamalkan dan diajarkan kepada murid-murid beliau. Dalam tarekat ini Syaikh

    Nazim juga mempopulerkan lagi tarian berputar (biasa disebut Whirling Darwis

    atau Darwis Rumi) yang pertama kali dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar dan

    dipopulerkan oleh Syaikh Jalaludin Rumi pendiri tarekat Maulawiyah. Tarian ini

    diiringi musik Shalawat (Hadrah).

    Tarekat Naqsybandi Haqqani dalam perkembangannya di Indonesia

    mendapatkan sambutan yang baik karena sererti diketahui tarekat Naqsybandi

    sudah ada sejak dua abad sebelum Belanda mengenalnya untuk pertama kali

    2 Yayasan Haqqani Indonesia, Ahl Haq V. 4 (Jakarta: Yayasan Haqqani Indonesia), h. 7.

  • 3

    kendatipun mungkbentuk tarekat itu berbeda-beda. Dimana ulama dan sufi

    Indonesia yang menyebut taekat ini dalam tulisannya adalah Syaikh Yusuf

    Makassar (1626-1699). Dan dalam perkembangannya di Indonesia juga sudah ada

    cabang-cabang tarekat Naqsybandi ini, diantaranya yaitu: Mujaddidiyah,

    Khalidiyah, setelah itu muncul pula Mazhariyah.

    Perkembangan tarekat Naqsybandi Haqqani sampai ke Jakarta dibawa oleh

    Syaik Hisham Kabbani, yaitu khalifah tarekat Naqsybandi Haqqani. Dimana

    melalui Syaikh Hisham masyarakat Jakarta mulai mengenal tarekat Naqsybandi

    Haqqani ini. Di tengah-tengah masyarakat yang cenderung mengarah ke arah

    dekadensi moral yang gejalanya mulai nampak saat ini, dan akibat negatifnya

    mulai terasa dalam kehidupan maka tarekat ini mulai mendapatkan perhatian dan

    di tuntut peranannya untuk terlibat secara langsung untuk terlibat secara aktif

    mengatasi masalah tersebut dan mengajak umat Islam untuk membersihkan diri

    dan lebih dekat dengan Tuhan.

    Tarekat ini dapat dikatakan sebagai tarekat yang paling transparan untuk

    semua kalangan yang dapat menerimanya, kerena seseorang dapat masuk ke

    dalam tarekat ini dengan syarat yang mudah, ajaran yang paling mudah di

    praktekkan dan paling ringan diamalkan. Karena Syaikh Nazim tidak

    mengharuskan anggotanya mengerjakan semua amalan di karenakan kesibukan

    mereka.

    Demikianlah sedikit gambaran tentang tarekat Naqsybandi Haqqani. Pada

    intinya tarekat adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri (marifat) kepada Allah,

    bagaimanapun sukarnya bentuk amalan dan gerakan yang diajarkannya. Mereka

  • 4

    berusaha meraihnya untuk mendapatkan Muthma-innah, yaitu jiwa yang tenang

    penuh dengan kedamaian abadi.

    Dari uraian tersebut maka penulis mengenggap penting dan menarik untuk

    mengangkat masalah keberadaan perkembangan tarekat Naqsybandi Haqqani di

    Jakarta. Dengan ini penulis mengajukannya sebagai karya ilmiah skripsi dengan

    judul Berdiri dan Berkembangnya Tarekat Naqsybandi Haqqani di

    Jakarta.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di bahas di atas, dan untuk

    memudahkan penulisan ini maka perlu adanya pembatasan dan perumusan

    masalah agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesimpangsiuran dalam

    penggarapan skripsi ini. Pembatasan skripsi ini hanya membatasi dan lebih

    memfokuskan peranan Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani dalam membangun

    dan menembangkan ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta.

    Dari pembatasan di atas agar bahasan tidak keluar dari permasalahan maka

    dirumuskan sebagai berikut:

    1. Bagaimana sejarah masuk dan berkembangnya tarekat Naqsybandi Haqqani

    di Jakarta?

    2. Bagaimana Struktur Organisasi dan kepengurusan tarekat Naqsybandi

    Haqqani di Jakarta?

    3. Bagaimana pengaruh tarekat Naqsybandi Haqqani terhadap kehidupan

    masyarakat di Jakarta?

  • 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Sesuai dengan perumusan yang telah penulis sampaikan maka tujuan

    diadakannya penulisan ini adalah;

    1. Untuk mengetahui sejarah masuk dan berkembangnya tarekat Naqsybandi

    Haqqani di Jakarta.

    2. Untuk mengetahui struktur organisasi dan kepengurusan tarekat

    Naqsybandi Haqqani di Jakarta

    3. Untuk mengetahui pengaruh tarekat Naqsybandi Haqqani terhadap

    kehidupan masyarakat di Jakarta

    Adapun manfaat penulisan ini diharapkan dapat menambah khazanah

    keilmuan mengenai tarekat Naqsybandi Haqqani, dan sebagai bahan penelitian

    lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui sejarah tarekat Naqsybandi Haqqani lebih

    mendalam bagi mahasiswa/i Fakultas Adab khususnya dan bagi masyarakat pada

    umumnya.

    D. Kajian Pustaka

    Sejauh pengetahuan penulis, riset mengenai tarekat Naqsybandi pernah

    dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Akan tetapi penelitian mereka

    hanya terfokus pada tarekat Naqsybandi. Seperti yang ditulis oleh Martin van

    Bruinessen, merupakan orang pertama yang mengkaji secara umum sebuah

    tarekat di Indonesia. Tarekat Naqsybandi yang menjadi sasaran kajiannya, di tulis

    menjadi sebuah buku3 yang tersusun dalam 17 bab permasalahan. Masing-masing

    bab itu tidak mengikuti urutan kronologis secara ketat, yakni di mulai dengan

    3 Martin van Bruinessen. Tarekat Naqsyabandiah di Indonesia, Survei Historis, Geografis dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1992.

  • 6

    periode di penghujung abad ke-19, yakni terutama memperkenalkan sumber-

    sumber belanda dari masa itu yang berisi informasi tentang tarekat. Tiga bab

    berikutnya seara berurutan menyangkut: Tarekat Naqsybandi di Nusantara dari

    awal kehadirannya di abad ke-17 sampai dengan perkembangannya pada abad ke-

    19; perkembangan tarekat itu pada abad ke -17 di Asia Tengah; dan

    perkembangannya pada dua abad selanjutnya di India dan semenanjung Arabia.

    Bab selanjutnya membicarakan dasar dan teknik spiritual Naqsybandi,

    yang dianut oleh cabang-cabangnya yang utama Naqsybandi Mujaddidiyah,

    Naqsybandi Khalidiyah, dan Naqsybandi Mazhariyah. Dalam pembahasan

    selanjutnya ia lebih mefokuskan perhatiannya pada perkembangan tarekat itu di

    daerah-daerah dengan prioritas pembahasan mengenai silsilah guru, ajaran-

    ajarannya dan kecenderungannya politik mereka.

    Kemudian buku kedua yang ditulis oleh Fuad Said, Hakikat Tarikat

    Naqsyabandiah4 mengkaji secara khusus tentang tarekat Naqsybandi. Dimana

    isinya antara lain menguraikan tentang hakikat tarekat Naqsybandi, bagaimana

    perkembangan dan pengaruh tarekat Naqsyabandi, silsilah, dzikir dan kaifiat serta

    adabnya, berkhalwat (bersuluk), Syarat Mursyid dan cara pengangkatannya,

    rabithah, wasilah, dan dilengkapi dengan sejumlah adab-adab.

    Dari pemaparan tentang para peneliti terdahulu di atas, maka dapat dilihat

    bahwa mereka memfokuskan penelitiannya hanya kepada tarekat Naqsybandi.

    Sedangkan buku yang membahas tentang tarekat Naqsybandi Haqqani belum ada

    yang membahasnya. Di sini penulis mencoba meneliti tentang sejarah masuk dan

    berkembangnya tarekat Naqsybandi di Jakarta, struktur organisasi dan pengaruh

    4 Said, A. Fuad. Hakikat Tarikat Naqsyabandiah. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996.

  • 7

    tarekat ini terhadap kehidupan masyarakat. Oleh karena itu penulis ingin

    membahas dalam bentuk penelitian.

    E. Metodelogi Penulisan

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

    sejarah, dengan menggunakan pendekatan ilmu Sosiologi. Dalam konteks studi

    ini, tentu saja konsep keagamaan (Islam), ialah yang pertama-tama diperhatikan.

    Pengumpulan data atau sumber sebagai langkah pertama kali, dilangsungkan

    dengan metode penggunaan bahan dokumen.5 Metode ini dapat berlangsung,

    karena ditemukan sumber-sumber tertulis baik yang memberikan informasi di

    seputar objek maupun informasi langsung mengenai tarekat Naqsybandi Haqqani.

    Sumber tertulis yang berasal dari kalangan tarekat Naqsybandi Haqqani

    berupa, Ahl Haq, amalan shalat harian, Naqshbandi Sufi Way The Story of The

    Golden Chain, artikel-artikel yang di terbitkan oleh Yayasan Haqqani Indonesia

    dan website [email protected]. Selain itu sumber pustaka yang terkait

    dengan topik penelitian di dapat dari Perpustakaan utama UIN, Perpustakaan Iman

    Jama, dan Perpustakaan Nasional.

    Masih mengenai langkah pengumpulan data, observasi lapangan juga

    dilakukan dengan cara mengadakan wawancara kepada pengurus Yayasan

    Haqqani indonesia dan para jamaah tarekat Naqsybandi Haqqani. Dan untuk

    melengkapi data juga dilakukan pengamatan di lokasi kegiatan tarekat dan

    kegiatan ritualnya yang bersifat kontinuitas.

    5 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang 1995), h. 94-95.

  • 8

    Sumber-sumber yang telah dihimpun kemudian di analisa. Analisa sumber

    di fokuskan pada struktur sosial yang melatarbelakangi dinamika kaum tarekat

    dan perubahan-perubahan dalam masyarakat lingkungannya. Tak terkecuali di

    dalam konteks perubahan sosial ini, ialah konflik-konflik sosial, sistem-sistem

    tradisional dan keagamaan, pola hubungan antar kelompok di dalam masyarakat

    yang bersangkutan.6 Sedangkan teknik penulisan berpedoman pada buku

    Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) UIN Jakarta.

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini maka secara sistematis

    pembahasan dalam tulisan ini disusun sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

    masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka, metodelogi

    penelitian, dan sitematika penulisan.

    BAB II : MENGENAL DUNIA TAREKAT

    Membahas tentang arti tarekat dan pengertiannya, hubungan tarekat

    dengan tasawuf dan berkembangnya terekat di dunia Islam.

    BAB III : SEJARAH BERDIRINYA TAREKAT NAQSYBANDI HAQQANI

    Membahas tentang berdirinya tarekat Naqsybandi Haqqani, biografi

    pendiri dan silsilahnya, serta ajaran-ajaran tarekat Naqsybandi

    Haqqani.

    6 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, terj. YASOGAMA (Jakarta: CV.

    Rajawali, 1992), h. 23.

  • 9

    BAB IV : PERKEMBANGAN TAREKAT NAQSYBANDI HAQQANI

    DI JAKARTA

    Membahas tentang masuk dan berkembangnya tarekat Naqsybandi

    Haqqani di Jakarta, struktur organisasi tarekat, serta pengaruh tarekat

    Naqsybandi Haqqani terhadap kehidupan masyarakat di Jakarta.

    BAB V : PENUTUP

    Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

  • 10

    BAB II

    MENGENAL DUNIA TAREKAT

    A. Arti dan Pengertian Tarekat

    Kata Tarekat berasal dari kata Arab Tariqah, yang secara harfiah berarti

    jalan.7 Sedangkan secara estimologis berarti jalan, cara, metode, sistem, dan lain-

    lain.8 Sedangkan secara praktis tarekat dapat dipahami sebagai sebuah

    pengalaman keagamaan yang bersifat esoterik (mementingkan dimensi dalam),

    yang dilakukan oleh orang-orang Islam dengan menggunakan amalan yang

    berbentuk wirid atau dzikir.9

    Selanjutnya istilah tarekat lebih banyak digunakan para ahli tasawuf.

    Mustafa Zahri dalam hal ini mengatakan bahwa tarekat adalah jalan atau petunjuk

    dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan Nabi

    Muhammad dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, tabiin dan tabiin turun-

    temurun sampai kepada guru-guru secara berantai sampai pada masa kita ini.10

    Dalam pada itu Harun Nasution mengatakan tarekat adalah jalan yang harus

    ditempuh seorang sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan Tuhan.11

    Hamka mengatakan bahwa diantara makhluk dan khalik itu ada perjalanan hidup

    yang harus ditempuh, inilah yang kita katakan tarekat.12

    7 Taufik Abdullah, dkk., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Ajaran, Vol. 3 (Jakarta: Ihtiar

    Baru Van Hoeve, 2002), h. 316. 8 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Vol 4 (Jakarta: Ichtiar Baru Van

    Hoeve, 1977), h. 66. 9Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa

    Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), cet. Revisi., h. 9. 10 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf ( Surabaya: Bina Ilmu, 1995), h. 56. 11 Harun Nasution. et. al., Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 89. 12 Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984),

    h. 104.

  • 11

    Dengan memperhatikan berbagai pendapat tersebut diatas, kiranya dapat di

    ketahui bahwa yang dimaksud dengan tarekat adalah jalan yang bersifat spiritual

    bagi seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah dan lainnya yang

    bertemakan menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan yang

    mendalam. Amalan dalam tarekat ini di tujukan untuk memperoleh hubungan

    sedekat mungkin (secara ruhaniah) dengan Tuhan.13

    Tarekat yang tadinya merupakan suatu sistem atau jalan yang ditempuh

    menuju kepada Tuhan, kemudian menjelma dalam bentuk organisasi-organisasi

    yang kemudian dalam perkembangannya timbul tarekat-tarekat cabang yang

    merupakan perpecahan dari tarekat induknya, sehingga dengan demikian

    timbullah banyak macam tarekat. Tarekat yang bermacam-macam itu oleh para

    penyelidik tidak dapat ditetapkan suatu jumlah yang pasti yang disepakati oleh

    mereka bersama.

    Tarekat pokok dan cabang dilihat dari segi sistem ajarannya, maka akan

    didapati perbedaaan-perbedaan. Tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak prinsipil,

    dan dalam perkembangannya juga tidak dapat melepaskan diri dari faktor tempat

    dan faktor keadaan dari suatu bangsa yang menganut tarekat itu. Dari faktor-

    faktor tersebut timbullah ciri yang bersifat khas bagi suatu tarekat, yang kemudian

    membedakan yang satu dengan yang lainnya.14

    Sebuah tarekat biasanya terdiri dari pensucian jiwa, kekeluargaan tarekat,

    upacara keagamaan dan kesadaran sosial.15 Yang dimaksud dengan pensucian

    jiwa adalah melatih rohani dengan hidup zuhud, menghilangkan sifat-sifat jelek

    13 Abuddin Nata, Akhlak tasawuf (Jakarta: RajaGarafindo Persada, 2003), h. 270-271. 14 Abdurrahman Musa, Tarekat-Tarekat Penting (Paper Wajib Peserta Studi Purna

    Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, thn. 1974/75. Yogyakarta), h. 1. 15 Musyrifah Sunarto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo

    Persada, 2005), h. 241.

  • 12

    yang menyebabkan dosa, dan mengisi dengan sifat-sifat terpuji, taat menjalankan

    perintah agama dan menjauhi larangan-Nya. Taubat atas segala dosa dan

    muhasabah, introspeksi, mawas diri terhadap semua amalan-amalannya.

    Kekeluargaan tarekat biasanya terdiri dari Syaikh tarekat, disebut juga

    murad, pir, atau mursyid yang memiliki peran penting bahkan mutlak ada dalam

    sebuah tarekat. Untuk mendeskripsikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh

    seorang guru yang sah, sumber-sumber Naqsybandi tampaknya memilih

    menggunakan dua sifat; sempurna (kamil) dan yang menyempurnakan

    (mukammil atau mukmil). Guru yang sah sudah pasti memenuhi syarat yang

    mencakup tingkat kesempurnaan dan mampu mengantarkan (murid) kepada

    kesempurnaan.16 Seorang Syaikh atau mursyid harus menguasai ilmu syariat dan

    ilmu hakikat secara mendalam dan lengkap. Pemikiran, perkataan, dan

    perilakunya harus mencerminkan akhlak terpuji.17

    Apabila pembangun yang asli meninggal dunia, yang biasanya beroleh

    kehormatan secara wali untuk penguburannya, maka salah seorang muridnya

    mengambil pimpinan menggantikannya. Penggantinya itu biasanya disebut

    khalifah atau Wali al-Sajadah warisan sajadah (gurunya). Dipilih dan di Baiat

    dalam tarekat yang tidak mempunyai larangan untuk menikah, pengganti

    pemimpin itu adalah turun temurun dalam keluarga pembangun semula dari suatu

    tarekat.18

    16 Leonard Lewishon, Et. al. Warisan Sufi, Warisan Sufisme Persia Abad Pertengahan

    (1150-1500). (Jogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), h. 549. 17 Taufik, Ensiklopedi Tematis, h. 318. 18 Abu Bakar, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik. (Solo: Ramadhani, 1986).

    h. 78.

  • 13

    Khalifah juga diberikan wewenang untuk bertindak sebagai wakil

    Syaikhnya dalam memberi pelajaran dan membimbing murid-murid lainnya.19

    Sedangkan pengikut suatu tarekat dinamakan murid atau salik tarekat diisyaratkan

    harus berjanji setia kepada dirinya dihadapan mursyid, bahwa ia akan

    mengamalkan segala bentuk amalan dan wirid yang telah diajarkan guru

    kepadanya dengan sungguh-sungguh. Janji setia itu dikenal dengan istilah baiat

    (Arab: baiah).20

    Sedangkan tempat untuk belajar dan pondokan (semacam asrama) disebut

    Ribath atau Zawiyah dan juga dinamai Taqiyah yang dalam bahasa Persia di sebut

    Khanaqah.21 Sedangkan upacara keagamaan bisa berupa baiat ijazah atau

    khirqah, latihan amalan-amalan tarekat, talqin, wasiat yang diberikan dan

    dilatihkan seorang Syaikh tarekat kepada murid-muridnya.22

    B. Hubungan Tarekat dengan Tasawuf

    Sebagai tindak lanjut dalam perkembangan tasawuf, maka lahirlah

    sejumlah tarekat yang kian hari kian banyak jumlahnya. Seperti juga halnya dalam

    perkembangan ilmu kalam, lahirlah sejumlah aliran (mazhab) ilmu kalam yang

    cukup banyak jumlahnya dengan prinsip masing-masing. Demikianlah tasawuf

    melahirkan pula ajaran yang bermacam-macam yang di sebut thariqat.

    19 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan,

    1996), h. 87. 20 Ada dua jenis baiat yang dikenal dalam kehidupan tarekat, yakni baiat Suwariyah

    adalah baiat kandidat salik yang mengakui bahwa mursyid yang membaiatnya itu adalah gurunya. Baiat yang ke dua yaitu baiat Manawiyah adalah baiat kandidat salik yang mengakui bahwa ia bersedia dididik dan dilatih menjadi sufi yang arif bi-Allah. Taufik Abdullah, Ibid, hal. 319.

    21 H.A. Rivay Siregar, Tasawuf dan Sufisme Klasik ke Neo Sufisme (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 264.

    22 Ibid, h. 79.

  • 14

    Ada anggapan bahwa muncul dan timbulnya ajaran tasawuf yang di

    realisir dalam pelbagai tarekat, adalah karena pengaruh lain. Antara lain Kristen

    dengan faham menjauhi dunia dan mengasingkan diri dalam biara-biara.

    Dikatakan bahwa hidup zahid dan shufi yang membelakangi dunia, memilih hidup

    sederhana dan mengasingkan diri adalah pengaruh cara hidup rahib-rahib kristen.

    Salah satu faktor yang mematangkan timbulnya tarekat adalah adanya

    kecenderungan sebagian sufi untuk beribadat sebanyak-banyaknya. Sehingga

    sadar atau tidak timbullah ibadah dan dzikir yang tidak menurut sunnah nabi

    SAW. (bidah), baik dalam jumlahnya maupun dalam susunannya. Segolongan

    sufi merasa bebas melakukan sesuatu dan menciptakan dzikir-dzikir yang

    dianggap baik susunan dan jumlahnya, maka lama kelamaan bertambah jauhlah

    perbedaan sistem dan isi tashawufnya. Perbedaan-perbedaan itu membuka pintu

    timbulnya tarekat-tarekat yang mempunyai sistematika, ciri dan identitasnya

    masing-masing.23

    Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat itu tidak saja di tujukan kepada aturan

    dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang Syaikh tarekat dan bukan pula

    terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang Syaikh tarekat. Tetapi

    meliputi segala aspek ajaran-ajaran yang ada dalam Islam, seperti shalat, puasa,

    zakat, haji dan sebagainya, yang adalah merupakan jalan atau cara mendekatkan

    diri kepada Tuhan.

    Sedangkan dalam tarekat yang sudah melembaga bahwa tarekat itu

    mencakup semua aspek ajaran Islam seperti shalat, zakat, puasa, jihad, haji dan

    lain-lain, dan pengamalan serta pengalaman seorang Syaikh, tetapi semua itu

    23 Hamzah Yaqub, Tashauf dan Taqarrub: Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan

    Muslim (Bandung: Pustaka Madya, 1987), h. 39-43.

  • 15

    terikat dengan tuntunan dan bimbingan seorang Syaikh melalui baiat. Gambaran

    ini menunjukan bahwa tarekat itu adalah tasawuf yang sedang berkembang

    dengan beberapa variasi tertentu sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang

    guru kepada muridnya, karena ajaran pokok tarekat adalah sama dengan ajaran

    pokok tasawuf.24

    Berdasarkan pemaknaan tarekat tadi, terlihat bahwa lembaga tarekat

    adalah salah satu bentuk kelanjutan usaha para sufi terdahulu dalam

    menyebarluaskan tasawuf sesuai pemahamannya. Dalam ilmu tasawuf, kata

    tarekat diartikan sebagai cara sufi mendekatkan diri kepada Allah yang disebut

    thuruq as sufiyah. Sedangkan dalam tarekat, kata ini di maknai sebagai trade mark

    seorang sufi.

    Peralihan tasawuf yang bersifat personal kepada tarekat sebagai lembaga,

    tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Dengan

    semakin luasnya pengaruh tasawuf ini, maka semakin banyak pula orang yang

    berhasrat mempelajari tasawuf. Untuk itu mereka menemui orang yang memiliki

    pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam pengamalan tasawuf yang dapat

    menuntun mereka. Sebab belajar dari seorang guru dengan metode belajar yang

    disusun berdasarkan suatu pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal

    untuk suatu keharusan. Oleh karena bertemunya kedua kepentingan itulah,

    kemudian seorang guru mempormulasikan suatu sistem pengajaran tasawuf

    berdasarkan pengalamannya sendiri, dalam mengajarkan tasawuf. Sistem

    pengajaran itulah yang menjadi ciri khas suatu tarekat yang membedakannya

    dengan tarekat lain. Dengan kata lain adanya perbedaan dalam ajaran dan sistem

    24 IAIN Sumatera Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf (Sumatera Utara, 1981/1982), h. 273.

  • 16

    pengajaran dalam tarekat, bersumber dari perbedaaan pemahaman dan

    pengalaman masing-masing guru atau Syaikh itu sendiri.

    Sebagaimana telah diupayakan penjelasannya, bahwa tujuan tasawuf

    adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui pensucian jiwa. Ajaran tasawuf

    yang harus diamalkan dalam bimbingan seorang guru, itulah yang disebut tarekat.

    Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwsa tasawuf adalah seperangkat ilmu

    mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah suatu sistem untuk

    mendekatkan diri kepada Allah yang salah satu unsur pokoknya adalah ilmu

    tasawuf. Rumusan ini menunjukan bahwa tarekat adalah sistemisasi pembelajaran

    dan pengamalan tasawuf yang berakar pada pengalaman seorang sufi. Karenanya

    ajaran pokok tarekat adalah tasawuf, atau sebahagiaan dari tasawuf. Sampai sini

    semakin jelas terlihat bahwa hubungan tarekat dengan tasawuf adalah hubungan

    simbiosis hubungan yang saling mengisi dan saling membutuhkan.25

    C. Berkembangnya Tarekat di Dunia Islam

    Tarekat merupakan salah satu perkembangan yang amat menarik dalam

    perhatian sejarah Islam. Tarekat adalah pergerakan populer dalam asasnya, dalam

    cara menarik anggota dan menarik perhatian. Terekat tadi ialah pergerakan

    populer yang pertama, karena pergerakan sufi jemu akan itikad (doktrin) yang

    kaku, ahli kalam dan memudahkan jalan bagi orang yang ingin masuk Islam.26

    Pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi tarekat menjadi suatu metode ilmu

    moral jiwa yang menjadi pedoman praktek individu bagi orang yang dinamakan

    25 Rivay Siregar, Tasawuf dan Sufisme Klasik ke Neo Sufisme (Jakarta: RajaGrafindo

    Persada, 2002), h. 264-265. 26 Mahlan, Sejarah Timbulnya Tarekat (Paper Wajib Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-

    Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn. 1974/75). (Yogyakarta), h. 4. Dikutip dari H.A.R. Gibb, Islam dalam Lintas Sejarah (Bhatarata, terjemahan Abu Salamah, 1964), h. 127.

  • 17

    sufi. Setelah abad ke-11 ia menjadi seluruh sistem dari pada upacara latihan

    kerohanian dalam membina kehidupan bersama dalam berbagai jenis tata tertib

    keagamaan bagi orang muslim yang mulai di bina pada masa itu.

    Sejak abad ke-12 dan ke-13 tarekat-tarekat tersebut mulai meluaskan

    jaringannya di seluruh dunia Islam. Maksudnya yang sederhana memimpin murid-

    murid dalam jalan atau rintis masih terlihat pada namanya yaitu tarekat. Tetapi

    tarekat itu adalah beraneka warna dalam taraf organisasinya. Ada tarekat yang di

    bentuk dalam susunan martabat yang naik dengan ratusan ribu pengikut dan

    penyokong, ada tarekat yang dibentuk dalam susunan yang lebih bebas dari pada

    sufi-sufi yang bersahaja. Perbedaan yang utama terletak dalam upacara mereka,

    dzikir dan dalam diri pendirian keagamaan mereka, apakah mereka kurang atau

    lebih mentaati ibadat kaum ortodok, bersifat sabar, atau senang berperang dan lain

    sebagainya.27

    Perkembangan yang terjadi pada abad ke-18 menyediakan landasan

    penting bagi peristiwa-peristiwa terkemudian dalam kehidupan Islam umumnya

    dan dalam sejarah tarekat khususnya. Adalah dunia Islam sebagaimana abad ke-18

    dan ke-19 yang berjumpa dengan perluasan dan modernisasi Barat. Dalam

    perjumpaan-perjumpaan itu tarekat-tarekat memainkan peranan penting namun

    kadang-kadang tidak memperoleh perhatian sebanyak kegiatan-kegiatan yang

    dilakukan oleh gerakan yang lebih radikal ataupun gerakan-gerakan yang secara

    eksplisit dibentuk dan di pengaruhi oleh Barat.

    Pada abad ke-19 dan ke-20, banyak tema pokok dalam pengalaman-

    pengalaman lama tarekat yang tetap berlanjut. Diantara aspek-aspek sejarah

    27 Mahlan, Ibid, h. 4.

  • 18

    tarekat pada era modern adalah penting untuk memeriksa beberapa hal secara

    lebih dekat; tarekat-tarekat berfungsi sebagai basis penting bagi kehidupan

    pemujaan rakyat; mereka merupakan kekuatan penting dalam merespon kekuatan

    imperial dimana tarekat menyediakan organisasi dan dukungan yang signifikan

    bagi gerakan-gerakan perlawanan terhadap penguasa asing. Keadaan ini

    khususnya benar untuk abad ke-19, ketika banyak perang utama melawan

    perluasan kekuatan Eropa dilakukan oleh organisasi-organisasi muslim yang asal-

    muasalnya tarekat sufi.28

    Corak aktifitas tarekat tidak terbatas pada jihad melawan kolonialisme,

    tetapi juga tampak dalam kancah politik pada umumnya. Secara potensial, tarekat

    dengan kerangka organisasinya yang sentralistis dan hierarkis bisa sangat efektif

    digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu termasuk sebagai alat politik.

    Khususnya pada saat fenomena negara-bangsa mulai dikenal dalam berbagai

    wilayah kaum muslim. Sifat kohesi yang timbul pada organisasi tarekat

    selanjutnya dapat mengembangkan tarekat menjadi struktur otonom dalam tatanan

    sosial politis masyarakat Islam. Dalam karakter seperti ini organisasi tarekat

    bahkan dapat menjadi basis bagi pembentukan negara.29

    Pada masa modern, tarekat terus berfungsi sebagai sarana penting bagi

    perluasan Islam dalam masyarakat-masyarakat yang pada dasarnya non-muslim.

    Mereka menyediakan sarana yang jelas-jelas memuaskan dan efektif guna

    mengekspresikan kehidupan dan nilai-nilai religius dalam masyarakat Barat

    modern serta memiliki daya tarik dikalangan profesional maupun penduduk

    umum komunitas-komunitas yang telah didirikan oleh tarekat-tarekat di Eropa

    28 Rivay, Tasawuf dan Sufisme, h. 219-220. 29 Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Dinamika Masa Kini, Vol. 6.

    (Jakarta: Ihtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 388.

  • 19

    Barat dan Amerika telah diperkuat pada paro ke-2 abad ke-20 oleh pertumbuhan

    komunitas muslim dalam jumlah yang signifikan, baik melalui imigrasi maupun

    peralihan agama. Dengan cara seperti ini, tarekat-tarekat sufi terus berfungsi

    sebagai alat penting bagi perluasan modern Islam.30

    Seperti dikemukakan di atas, organisasi tarekat sangat potensial untuk

    digunakan kepentingan tertentu. Dalam konteks ini, tarekat tidak jarang digunakan

    untuk menjawab berbagai macam tantangan dan masalah yang muncul sebagai

    akibat yang tidak diharapkan dari perkembangan dan tantangan dunia

    kontemporer. Adalah satu contoh penggunaan metode tasawuf dan tarekat untuk

    penyembuhan korban dan penyalahgunaan narkotika seperti yang dilakukan oleh

    pesantren Suralaya, dibawah pimpinan Abah Anom, pemimpin tarekat Qadiriyah

    wa Naqsyabandiyah.

    Lebih jauh lagi organisasi tarekat dalam waktu paling akhir juga

    digunakan untuk kepentingan militer yang terlihat dalam kasus perang Bosnia.

    Semua ini membuktikan bahwa tasawuf dan tarekat tidak hanya tetap relevan

    dengan peningkatan spiritual, tetapi juga dengan usaha perbaikan dan peningkatan

    kualitas hidup, dan bahkan eksistensi kaum muslim itu sendiri.31

    30 Taufik, Ibid, h. 222-223. 31 Ibid., h. 397.

  • 20

    BAB III

    SEJARAH BERDIRINYA TAREKAT NAQSYBANDI HAQQANI

    A. Berdirinya Tarekat Naqsybandi Haqqani

    Dari sudut pandang identitas persaudaraan dan Tarekat yang

    dikembangkan, setidaknya ada tiga periode Naqsybandi yang pernah ada. Periode

    pertama mencakup apa yang disebut oleh Hamid Algar sebagai prasejarah

    berdirinya Tarekat ini. Periode ini dimulai dari masa Abu Bakar dan berakhir

    dengan Khwaja Abu Ali Farmadi (w. 478-79/1085-86). Pada periode ini Tarekat

    Naqsybandi belum mempunyai identitas sendiri, dan disamping itu tokoh-tokoh

    yang nama-nama mereka tercantum dalam garis silsilah Naqsyabandi tidak

    dengan sendirinya dianggap sebagai ekslusif milik Naqsybandiyah.32 Masing-

    masing guru secara relatif mempunyai sedikit murid, yang secara pribadi terikat

    padanya dan ikut dalam latihan mistik di bawah tuntunannya. Sejumlah kecil guru

    memiliki khanaqah, sebuah pemondokan dimana para murid dapat tinggal dan

    sekaligus merupakan tempat latihan mistik dijalankan. Tujuan murid-murid

    tersebut adalah pencapaian pengalaman mistik, dan mereka sering tanpa pikir

    panjang berkelana jauh untuk menjumpai seorang guru yang dapat

    membimbingnya di jalan ini.33

    32 Leonard Lewishon, Et. al. Warisan Sufi, Warisan Sufisme Persia Abad Pertengahan

    (1150-1500). (Jogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), h. 540-541. 33 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan,

    1996), h. 62-63.

  • 21

    Periode ke dua, yang merupakan fase formasi Tarekat ini, adalah fase

    dimana Tarekat ini memperoleh identitasnya sendiri. Pada periode ini terdapat

    beberapa guru (khwajagan), yang terdiri dari 7 Syaikh utama berkebangsaan Asia.

    Urutan pertama adalah Khwaja Abu Yakub Yusuf Hamdani (w. 114) dan yang

    paling akhir adalah Khwaja Amir Sayyid Khulal (w. 772/1371). Bagaimanapun

    juga, figur utama pada periode ini adalah Muhammad bin Bahauddin al-Uwaisi

    al-Bukhari.34

    Ia biasa disebut Naqsybandi diambil dari kata Naqsybandiah menurut

    Syaikh Najmuddin Amin al-Kurdi dalam kitabnya Tanwir Qulub berasal dari

    dua buah kata bahasa arab, Naqsy artinya ukiran atau gambar yang dicap pada

    sebatang lilin atau benda lainnya. Dan band artinya bendera atau layar besar.

    Jadi Naqsyabandi artinya ukiran atau gambar yang terlukis pada suatu benda,

    melekat dan tidak terpisah, seperti tertera pada sebuah bendera atau spanduk

    besar. Dinamakan dengan Naqsyabandi karena Syaikh Bahauddin pendiri tarekat

    ini senantiasa berdzikir mengingat Allah berkepanjangan sehingga lafadz Allah itu

    terukir melekat ketat dalam kalbunya.35 Pada periode ini telah ada sistem yang

    sudah ditetapkan dengan baik dalam hal teknik, yang dipakai oleh guru-guru

    Naqsybandi bersama-sama. Sang murid tidak lagi terikat pada sumpah setia

    kepada gurunya saja, tetapi juga kepada tarekatnya dan silsilah menjadi lebih

    penting.36

    34 Leonard. Warisan Sufi, h. 541.

    35 A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsybandi. (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), h. 7. 36 Martin, Tarekat Naqsyabandiyah, h. 63.

    .

  • 22

    Sejak digunakannya nama Naqsybandi sebagai nama dan identitasnya,

    tarekat ini bertambah masyhur dan memiliki pengaruh yang luas dari masa

    kemasa. Sedangkan periode ke-tiga mencakup sejarah perkembangan sejak

    Bahauddin Naqsyabandi hingga generasi sesudahnya. Pada periode ini kurang

    lebih berkenaan dengan penyebaran tarekat Naqsybandi. Walaupun masih saja ada

    orang-seorang yang mencari pengalaman mistik melalui metode tarekat,

    Naqsybandi pun menjadi suatu gerakan massa, dan bagi kebanyakan pengikutnya

    ritus-ritus tarekat tidak lain dari pada bentuk-bentuk peribadatan. Baiat kepada

    seorang Syaikh condong berkembang menjadi kultus wali. Tarekat telah menjadi

    sebuah organisasi, dengan hierarkinya sendiri dan kecenderungan pada

    rutinitasnya. Ada khanaqah pusat dan ada khanaqah bawahan yang patuh pada

    khanaqah pusat.

    Pada masa ini perkembangan yang dapat dicatat adalah percabangan

    tarekat ini kedalam beberapa jalur; yang diantaranya adalah Mujaddidiyah, yang

    didirikan oleh Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi, dan Khalidiyah

    yang didirikan oleh maulana Khalid al-Baghdadi (w. 1243/1827).37 Setelah itu

    muncul pula Mazhariyah yang didirikan oleh Syamsuddin Habibullah (Mirza

    Mazhar Jan-i Janan (w. 1195/1781)). Nama-nama tarekat tersebut mengacu

    hanya kepada perkembangan dalam hal teknik dan doktrin.

    Setelah ketiga cabang itu muncul, pada abad ini barulah muncul tarekat

    Naqsybandi Haqqani. Seperti halnya dalam tarekat Naqsybandi Mujaddidiyah,

    Khalidiyah, dan Mazhariyah, tarekat Naqsybandi Haqqani juga dinamakan

    Naqsybandi karena ia merupakan satu aliran tarekat dalam tasawuf yang

    37 Leonard, Warisan sufi, h. 541.

  • 23

    didirikan oleh sufi terkenal, Muhammad Bahaudin Naqsybandi (1317-1389).38

    Sedangkan Haqqani sendiri diambil dari nama salah seorang pengikut tarekat

    Naqsyabandi yang bernama Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani (23 April

    1922/28 Syaban 1340 H) di Cyprus.39

    Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani diangkat sebagai Mursyid dalam

    mata rantai tarekat Naqsybandi setelah Syaikh Abdullah Faiz Ad-Daghestani

    berpulang ke Rakhmatullah pada tanggal 30 september 1973 (4 Ramadhan 1393

    H). Dan sejak itu tarekat ini dikenal dengan tarekat Naqsybandi Haqqani. Di

    mulai pada tahun 1974 Syaikh Nazim Haqqani memulai dakwahnya di Eropa,

    khususnya Inggris dan Jerman. Di seantereo Turki, khususnya Cyprus sampai saat

    ini Syaikh Nazim Haqqani di kenal sebagai sebutan Shaykh Qubrusi atau Syaikh

    Nazim Yesilbas (Syaikh Nazim yang berturban hijau). Setelah itu sudah beribu-

    ribu non-muslim yang telah disyahadatkan oleh beliau, sekaligus diambil baiat

    sebagai pengikut tarekat Naqsybandi bermursyidkan Syaikh Abdullah faiz Ad-

    Daghestani dari Damaskus. Sangat banyak para ulama dan Ahlul tarekat yang

    meyakini beliau adalah Sulthanul Awliya Hadzihiz Zaman.

    B. Biografi Pendiri dan Silsilah Tarekat Naqsybandi Haqqani

    Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani adalah pemimpin dunia Tarekat

    sufi Naqsybandi Haqqani. Beliau dilahirkan di Larnaka, Cyprus hari ahad, pada

    tanggal 23 April 1922 (28 Syaban 1340 H). Dari jalur Ayah beliau adalah

    keturunan dari Sayyid Syaikh Abdul Qadir Jailani, pendiri Tarekat Qadiriah.

    38 Hassan Sadily, Ensiklopedi Indonesia V. 4 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1984), h.

    23-30. Lihat juga Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (Ringkas) (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1999), cet. ke-2, h. 302.

    39 Yayasan Haqqani Indonesia, Ahl Haq V. 4 (Jakarta: Yayasan Haqqani Indonesia), hal. 7.

  • 24

    Sedangkan dari sisi Ibunya, beliau adalah keturunan dari Mawlana Jalaluddin

    Rumi, pendiri Tarekat Mawliah.

    Sejak usia belum dewasa beliau telah duduk mengikuti pelajaran dan

    kegiatan tarekat Qadiriah dari Datuknya yang bernama Muhammad Nazim di

    Cyprus yang pada saat itu adalah mursyid dan kaligrafer Kesultanan Ottoman.

    Disaat Syaikh Nazim Adil masih berusia lima tahun, beliau sering ditemui Ibunya

    dikala sedang ber-tafakur di Masjid dan makam Ummu Hiram (r.a), salah seorang

    sahabat Rasul saw..

    Setelah menyelesaikan pendidikan sampai ke tingkat SMA di Cyprus pada

    tahun 1940, beliau pergi ke Istambul untuk melanjutkan pendidikannya di

    University of Istambul hingga mendapat gelar MA di bidang teknik kimia.

    Selama kuliah di Istambul beliau juga mempelajari bahasa Arab dan Syariah, di

    bawah bimbingan Syaikh Jamaluddin al-Lasuni (w. 1375 H/1955 M) dan

    menerima ijazah (otorita) dari beliau. Syaikh Nazim kemudian mengarahkan

    perhatiannya pada jalur spiritual, dengan mempelajari 7 (tujuh) tarekat sufi, yaitu:

    Naqsybandi, Chisti, Qadiri, Mawlawi, Rifai, Syadzili, dan Badawi. Syekh Nazim

    kemudian memperdalam ilmunya pada Tarekat Naqsybandi dibawah bimbingan

    syekhnya pada saat itu, yaitu Syaikh Sulayman Arzurumi (w.1368 H/1948 M)

    yang akhirnya mengirim beliau ke Syams (Syiria).

    Di siang hari Syaikh Nazim menuntut ilmu modern di Universitas,

    sedangkan malam hari beliau selalau berada dalam majelis tarekat yang dibimbing

    oleh Syaikh Sulayman Arzurumi. Syaikh Nazim Adil Haqqani menuntut ilmu

    dalam bidang tafsir al-Quran dari beberapa imam Mursyid.

  • 25

    Dalam perjalanannya ke Damaskus, beliau mengunjungi Aleppo, Hama

    dan Homs. Di Homs atas bimbingan Syaikhnya, beliau melakukan khalwat selama

    satu tahun di kompleks masjid dan makam seorang sahabat Nabi SAW yang

    terkenal, Khalid ibn Walid ra. Di sana, beliau menerima lebih banyak lagi

    instruksi yang intensif di bidang syariah, hadis, dan ilmu al-Quran di bawah

    bimbingan Syaikh Muhammad Ali Uyun al-Sud, Syaikh Abdul Azis Uyun al-sud

    (mufti dari Homs), Syaikh Abdul Jalil Murad dan Syaikh Said as-Subai (mursyid

    Naqsybandi), yang semuanya merupakan Syaikh Naqsybandi dan juga para

    muhadditsun (ahli hadis) dan ulama syariah yang terkenal.

    Pada tahun 1944, Syaikh Nazim pindah ke Tripoli, Lebanon dimana beliau

    menjadi tamu dari Syaikh Munir al-Malik, mufti Lebanon Utara dan Syaikh dari

    Tarekat Qadiri, Rifai dan Naqsybandi. Pada tahun 1945 beliau pindah dari Tripoli

    ke Damaskus, ke hai al-midan dimana akhirnya beliau bertemu dengan Syaikh

    Abdulah ad-Daghestani an-Naqsybandi (Grand Syekh). Pada saat pertemuan

    untuk pertama kali, selesainya baiat diberikan oleh syaik Abdullah ad-Daghestani

    kepada syaik Nazim Adil, diperintahkanlah beliau untuk kembali ke Cyprus. Pada

    tahun 1952 Syaikh Nazim dinikahkan kepada salah seorang murid dari Syaikh

    Abdullah ad-Daghestani, bernama hajjah Amina Hattun Adil. Dari pernikahan

    tersebut mereka di karuniakan dua putri dan dua putra yaitu, Nazziha, Ruqayya,

    Abu Muhammad dan Bahauddin.40

    40 Yayasan Haqqani Indonesia. Profil Yayasan Haqqani Indonesia (Jakarta:

    PT. Jayakarta Agung Offset, t.t.), h. 1.

  • 26

    Syaikh Nazim mempunyai dua orang khalifah yaitu: Syaikh Muhammad

    Hisham Kabbani di tugaskan untuk menyebarkan ajaran tarekat ini ke Argentina,

    Kanada, Eropa, Jerman, Belanda, Inggris dan Jepang selain ke Indonesia.

    Sedangkan khalifah Syaikh Adnan ditugaskan untuk menyebarkan ajaran tarekat

    Naqsybandi Haqqani di Damaskus, Timur Tengah, dan Malaysia.

    Syaikh Nazim melanjutkan perjalanannya ke Timur Tengah dan Turki

    selama 40 tahun. Setelah wafatnya grandsyekh dan dengan perintah spiritualnya,

    beliau meluaskan cakupan perjalanannya termasuk Eropa, Amerika, dan Timur

    Jauh. Beliau mendirikan ratusan pusat sufi di seluruh dunia, menyebarkan Islam

    sekaligus dengan pengetahuan spiritual sufi dan beliau telah membawa begitu

    banyak orang untuk masuk Islam.

    Syaikh Nazim juga sangat Aktif dalam membangun dialog perdamaian

    dengan para pemimpin Agama lain seperti para Misionaris Kristen dan Rabbi

    Yahudi, bahkan dengan aliran New Age. Tidak sedikit dari pemuka agama

    tersebut yang kemudian bersyahadat di tangan beliau, dan di baiat menjadi

    pengikut tarekat Naqsybandi Haqqani. Bukan sesuatu yang berlebihan bila

    dikatakan bahwa beliau adalah seorang mujaddid di abad ini sebagaimana Sayyid

    Abdul Qadir Jailani di masanya, Syaikh Bahauddin Naqsyabandi di masanya, dan

    Jalaludin Rumi di masanya.41

    Silsilah tarekat adalah nisbah hubungan guru terdahulu sambung

    menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi Muhammad SAW.42

    Silsilah itu bagaikan kartu nama dan legitimasi seorang guru; menunjukan ke

    41 Yayasan Haqqani, Ahl haq, h. 7-9.

    42 Abu Bakar, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik. Solo:

    Ramadhani, 1986. h. 79.

  • 27

    cabang tarekat mana ia termasuk dan bagaimana hubungannnya dengan guru-guru

    tarekat lain.43 Oleh karena itu anggota sebuah tarekat sangat menganggap penting

    sebuah silsilah karena silsilah tarekat berperan sebagai sarana untuk menerangkan

    bahwa tarekat itu sah (mutabarah) atau tidak, bahwa dasar-dasar ajaran tarekat

    dan pengalaman-pengalaman tarekat yang mereka ajarkan itu berasal dari Nabi

    atau bukan.

    Pada silsilah seorang guru dari abad ke-20 biasanya tercantum 30-40

    nama. Idealnya setiap guru yang terantum dalam silsilah ini seharusnya murid

    langsung dari guru yang sebelumnya. Akan tetapi pada kenyataannya kadang-

    kadang dua orang yang berurutan dalam silsilah dapat saja tidak pernah berjumpa,

    karena yang pertama wafat sebelum yang ke dua lahir atau karena mereka tinggal

    di negeri yang berbeda dan berjauhan. Sebagian kaum sufi menolak tapi sebagian

    besar tidak menolak. Kemungkinan bahwa seorang wali memerima pelajaran dari

    guru yang mendahuluinya bukan lewat komunikasi langsung tetapi lewat

    komunikasi spiritual, yaitu melalui pertemuan dua wujud ruhaniahnya. Dalam

    silsilah hubungan yang demikian itu kadang-kadang di sebut alam barzakhi atau

    uwaisi.44

    Silsilah guru-guru Naqsybandi yang belakangan berbeda satu sama lain,

    tentu saja tetap turun sampai Bahauddin Naqsyabandi semua silsilah itu serupa.

    43 Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsybandi di Indonesia, Survei

    Historis, Geografis dan Sosiologis. (Bandung: Mizan, 1992), h. 48.

    44 Barzakhi karena pembaiatan ternyata berasal dari alam barzakh, alam antara, yaitu tempat bersemayamnya ruh orang yang meninggal sebelum datangnya hari kebangkitan. Istilah uwaisi berasal dari nama uwais al-qurani, seorang yaman yang sezaman dengan Nabi, yang tidak pernah berjumpa Nabi ketika beliau masih hidup tetapi di percaya telah di Islamkan oleh ruh rasulullah setelah beliau wafat.

  • 28

    Berikut adalah silsilah tarekat Naqsybandi Haqqani yang juga disebut sebagai

    rantai emas:

    1. Nabi Muhammad bin Abdullah saw.

    2. Abu Bakar as-Shiddiq r.a.

    3. Salman al-Farisi r.a.

    4. Qassim bin Muhammad bin Abu Bakar r.a.

    5. Jafar as-Shaddiq r.a.

    6. Thayfur Abu Yazid al-Bistami q.s.

    7. Abul Hassan Ali al-Kharqani q.s.

    8. Abu Ali al-Farmadi q.s.

    9. Abu Yaqub Yusuf al-Hamadani q.s.

    10. Abul Abbas, al-Khidr a.s.

    11. Abdul Khaliq al-Ghujdawani q.s.

    12. Arif ar-Riwakri q.s.

    13. Khwaja Mahmud al-Anjir al-Faghnawi q.s.

    14. Ali ar-Ramitani q.s.

    15. Muhammad Baba as-Samasi q.s.

    16. as-Sayyid Amir Kulal q.s.

    17. Imam Tarekat Muhammad Baha-uddin Shah Naqshband q.s.

    18. Ala'uddin al-Bukhari al-Attar q.s.

    19. Yaqub al-Charkhi q.s.

    20. Ubaydullah al-Ahrar q.s.

    21. Muhammad az-Zahid q.s.

    22. Darwish Muhammad q.s.

  • 29

    23. Muhammad Khwaja al-Amkanaki q.s.

    24. Muhammad al-Baqi Billah q.s.

    25. Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi q.s.

    26. Muhammad al-Masum q.s.

    27. Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi q.s.

    28. as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani q.s.

    29. Syamsuddin Habibullah q.s.

    30. Abdullah ad-Dahlawi q.s.

    31. Khalid al-Baghdadi q.s.

    32. Ismail Muhammad asy-Syirwani q.s.

    33. Khas Muhammad Syirwani q.s.

    34. Muhammad Effendi al-Yaraghi q.s.

    35. Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni q.s.

    36. Abu Ahmad as-Sughuri q.s.

    37. Abu Muhammad al-Madani q.s.

    38. Syarafuddin ad-Daghestani q.s.

    39. Sulthanul Auliya Abdullah al-Fa-iz ad-Daghestani q.s.

    40. Sulthanul Auliya Muhammad Nazim Adil al-Qubrusi al-Haqqani q.s.45

    Berdasarkan data silsilah tarekat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

    Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani mempunyai keterkaitan satu sama lain

    dengan Sayyid Abdul Qadir Jailani dan Jalaludin Rumi, pemimpin-pemimpin

    tarekat besar dan shahih.

    45 Yayasan Haqqani, Profil Yayasan, h. 2.

  • 30

    C. Ajaran-ajaran Tarekat Naqsybandi Haqqani

    Ada berbagai pendekatan yang dilakukan orang dalam menulis sejarah

    sebuah tarekat, dan pendekatan itu tidaklah mudah diperdamaikan satu sama

    lainnya. Anggota-anggota sebuah tarekat cenderung menekankan bahwa ajaran

    dan amalan tarekat mereka tidak pernah berubah dan berlanjut terus, yang mereka

    percayai sepanjang abad, dan diturunkan tanpa perubahan dari sang guru kepada

    murid-muridnya.

    Tarekat Naqsyabandi Haqqani seperti halnya juga dengan tarekat yang

    lainnya mempunyai beberapa tata cara peribadatan, teknik spiritual, dan ritual

    tersendiri. Sebagai tarekat yang terorganisir, tarekat Naqsybandi mempunyai

    sejarah dalam rentangan masa enam abad, yang secara geografis penyebarannya

    meliputi tiga benua. Hal ini berimplikasi pada warna dan tata cara tarekat

    Naqsybandi yang sangat bervariasi, menyesuaikan masa, kondisi, dan tempat

    tumbuhnya. Adaptasi ini terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah karena

    keadaan yang memang berubah, guru-guru yang berbeda memberi penekanan

    yang berbeda dari asas yang sama, atau para pembaharu memperkenalkan sesuatu

    yang lain dengan menghapuskan pola pikir tertentu.46 Walaupun mempunyai tata

    cara yang berfariasi, namun tarekat ini mempunyai asas atau ajaran dasar yang

    sama, sebagai acuan dan pegangan bagi para pengikutnya.

    Ajaran-ajaran tarekat mempunyai kebenaran-kebenaran dan mempunyai

    cita-cita yang tinggi tetapi di dalam amalan-amalannya walaupun pada prinsipnya

    mempunyai kesamaan-kesamaan antara satu organisasi tarekat dengan lainya,

    46 Martin, Tarekat Naqsybandi, h. 76.

  • 31

    namun terdapat fariasi yang berlainan antara satu dengan lainnya, di dalam cara

    mengamalkannya.

    Disamping itu di dalam ajaran tarekat terdapat suatu keyakinan/pendapat

    mengenai adanya wasilah/ tawasul yang harus di pegang oleh murid-murid dan

    ahli-ahli terekat. Untuk sampai kepada Tuhan mereka harus melalui guru, dan

    guru menyampaikan kepada Rasulullah: baru kemudian Rasulullah

    menyampaikan langsung kepada Allah. Pengaruh dari pendapat ini menjadikan

    murid-murid tarekat tidak berani berhadapan langsung kepada Tuhan, dan mereka

    mesti mengikuti dan berserah diri kepada gurunya. Dengan demikian timbullah

    suatu kultus individu yang dibuat oleh murid-murid tarekat terhadap gurunya.

    Pengaruh ini tidak hanya hidup di kalangan murid-murid atau anggota organisasi

    tarekat, tetapi berjangkit pula hidup di tengah-tengah masyarakat umum.

    Betapa besarnya pengaruh dan wibawa guru tarekat di tengah-tengah

    masyarakat, sehingga banyak orang yang tertarik kepada tarekat dan masuk

    menjadi murid tarekat. Mereka mempunyai motifasi yang berbeda-beda di dalam

    memasuki organisasi tarekat itu, baik itu karena adanya silsilah/hubungan dengan

    mursyid tarekat, karena sudah tua dan ingin mendekatkan diri dengan Tuhan

    dengan cara mencari seseorang yang dapat membimbingnya untuk lebih dekat

    dengan Tuhan, atau hanya karena trend. Tetapi pada umumnya mereka masuk

    kedalam tarekat ini karena ingin mendapatkan ketenangan jiwa, dan mendapat

    keridhaan Allah.

    Kemudian terakhir dari pengaruh ajaran tarekat itu ialah bahwa ajaran

    tarekat pada dasarnya berpangkal; ajaran kebatinan atau tasawuf, maka prinsip

    memalingkan perhatian terhadap soal-soal keduniaan, dan justru hanya

  • 32

    memusatkan perhatiannya dan mengarahkan kepada mendapatkan keridhaan

    Allah, dengan menempuh cara-cara seperti; zuhud, sabar, tawakal, uzlah dan

    halwat, serta terus menerus berdzikir selalu dipegang teguh, maka kehidupan

    mereka menjadi berat sebelah terlalu berat kepada akhirat, dan sangat pasif

    terhadap kehidupan duniawi.47

    Manusia yang diberkahi dengan pengetahuan batin memandang dzikir

    senantiasa dan terus menerus mengingat Allah sebagai metode paling efektif

    untuk membersihkan hati dan mencapai kehadirat illahi. Objek segenap ibadah

    ialah mengingat Allah, dan hanya terus-menerus nengingat Allah sajalah yang

    bisa melahirkan cinta kepada Allah serta mengosongkan hati dari kecintaan dan

    keterikatan pada dunia yang fana ini.

    Ajaran Islam paling dasar dan tersirat dalam syahadah atau pengakuan

    keimanan, la ilaha illa Allah, yang berarti tidak ada Tuhan selain Allah,.

    Segenap bentuk ibadah lainnya menekankan pentingnya mengingat Allah. Tujuan

    puasa ialah menghancurkan sensualitas, sebab jika hati di bersihkan dari

    kotorannya, maka ia akan di penuhi dengan mengingat Allah. Tujuan menunaikan

    ibadah haji ialah mengingat Allah dan kerinduan untuk brerjumpa dengannya

    meretas keterikatan dengan dunia dan menjauhi sensualitas dilakukan demi

    memperoleh waktu luang guna menyibukkan diri dengan mengingat Allah saja.

    Jadi dengan dzikir hatipun di penuhi cinta pada Allah sedemikian banyak

    47 Chumaidy Syamsuddin, Organisasi Tarekat dan Pengaruhnya (Paper

    Wajib Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn.

    1974/75). (Yogyakarta), h. 6-7.

  • 33

    sehingga tidak ada lagi tempat bagi yang lainnya; hubungan cinta dengan segala

    sesuatu lainnya pun terputus dan yang tersisa hanyalah kecintaan pada Allah.48

    Prinsip metode spiritual Tarekat Naqsybandi Haqqani adalah dzikir khafi

    dan dzikir jahir, Syaikh Nazim menggabungkan kedua dzikir tersebut untuk

    diamalkan dan diajarkan kepada murid-murid beliau. Dzikir khafi lebih sering

    dilakukan sendiri-sendiri, sedangkan dzikir jahir lebih sering dilakukan secara

    berjamaah.

    Adapun amalan dari Tarekat Naqsybandi Haqqani ini adalah dzikir

    Mubtadi (dzikir harian untuk pemula), dzikir Mustad (dzikir harian untuk tingkat

    Persiapan), dzikir Ahlul Azim (dzikir harian untuk tingkat mapan atau dzikir

    untuk menghidupkan Ashrar qalbu paling dalam), serta dzikir Khatm

    Khwajagan. Khatm artinya penutup, atau akhir, khwajakan, berasal dari bahasa

    Persia, artinya Syaikh-Syaikh. Khatm khwajagan artinya serangkaian wirid, ayat,

    shalawat, dan doa yang menutup setiap dzikir berjemaah, dan selalu dibaca setiap

    selesai mengerjakan shalat wajib. Khatm dianggap sebagai tiang ketiga

    Naqsybandi, setelah dzikir ism al-dzat dan dzikir nafi wa itsbat. Khatm dibacakan

    ditempat yang tidak ada orang diluar, dan pintu harus tertutup. Tidak seorang pun

    boleh ikut serta tanpa izin terlebih dahulu dari Syaikh. Selain itu para peserta

    khatam haruslah dalam keadaan berwudhu.49

    Dalam pelaksanaan dzikir berjamaah ini Syaikh Nazim juga

    mempopulerkan lagi tarian berputar (biasa disebut Whirling Darwis atau Darwis

    48 Mir Valiuddin. Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf. (Bandung: Pustaka Hidayah,

    1997), h. 84-85. 49 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia.

    (Jakarta: Kencana, 2005), h. 112.

  • 34

    Rumi)50 yang pertama kali dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar dan dipopulerkan

    oleh Syaikh Jalaludin Rumi pendiri tarekat Maulawiah. Tarian ini diiringi musik

    Shalawat (Hadrah).51

    Dalam dzikir harian Syaikh Nazim mengajarkan kita untuk

    bermuraqabah,52 kerena dengan bermuraqabah kita dapat menyatukan hati kita

    kepada Tuhan kita dan mata rantai emas (silsilah), dan itu dilakukan hampir

    sesering mungkin. Amalan inilah yang paling di tekankan oleh Syaikh Nazim agar

    kita selalu tetap terhubung dengan Allah dan Syaikh-Syaikh kita

    Dalam tarekat ini Syaikh Nazim mengajarkan Cinta, dalam hal ini Syaikh

    Nazim berkata kita telah diperintahkan untuk mencintai orang-orang suci.

    Mereka adalah Nabi, dan setelah para Nabi, adalah para pewaris mereka, Awliya.

    Kita telah diperintahkan untuk berfirman kepada Nabi, dan iman memberikan

    pada diri kita, Cinta. Cinta membuat manusia untuk mengikuti ia yang dicintai.

    Seseorang yang taat mungkin taat karena paksaan atau karena cinta, tetapi

    tidaklah selalu karena Cinta.

    Dan Allah swt. menginginkan hamba-hambanya untuk mencintai-Nya.

    Dan para hamba tidaklah mampu menggapai secara langsung cinta atas Tuhan

    mereka. Karena itulah, Allah swt. Mengutus, sebagai utusan dari diri-Nya, para

    50 Berdzikir sambil menari, karena kecintaan kita kepada Allah. Suatu hal keindahan

    diwujudkan kedalam tarian dan tarian ini sebenarnya bukan untuk di pelajari tetapi di sini kita seperti kehilangan ingatan dan itu karena kecintaan kita kepada Allah maka terbentuklah tarian ini. (wawancara pribadi dengan Wike di Zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008).

    51 Musik penyambutan berisi syair atau shalawat yang mengiringi kepulangan Nabi Muhammad saw., dari peperangan (wawancara pribadi dengan Sugiarto di Zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008).

    52 Sasaran dan maksud dari muraqabah/meditasi/rabithah syarif adalah untuk memperagakan kehadiran terus-menerus ke dalam realitas syekh. Semakin seseorang memelihara pelatihan ini, semakin terungkapkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-harinya sampai pada titik dia mencapai tataran fana dalam hadirat Syekh. ([email protected])

  • 35

    Nabi yang mewakili-Nya diantara para hamba-Nya. Dan setiap orang yang

    mencintai Awliya dan Anbiya, melalui Awliya akan menggapai cinta para Nabi.

    Dan melalui cinta para Nabi, kalian akan menggapai cinta Allah swt. Jadi Cinta

    adalah pilar utama paling penting dari iman. Tanpa cinta tak akan ada iman.53

    53 [email protected]

  • 36

    BAB IV

    PERKEMBANGAN TAREKAT NAQSYBANDI HAQQANI DI JAKARTA

    A. Masuk dan berkembangnya Tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta

    Tarekat Naqsybandi Haqqani pertama kali masuk ke Jakarta pada bulan

    April 1997. Orang yang pertama membawa tarekat ini ke Jakarta adalah Syekh

    Muhammad Hisham Kabbani. Beliau adalah seorang Ulama Ahl sunnah wal

    Jamaah dengan wawasan dan pengalaman luas, serta memiliki pengaruh dawah

    yang signifikan baik di tempat asalnya Beirut, dan Internasional. Beliau adalah

    keturunan Nabi Muhammad SAW baik dari jalur ayah atau pun ibunya. Latar

    belakang pendidikan beliau diawali dengan bidang kimia di Amerian University

    of Beirut, selanjutnya melanjutkan studi dalam bidang kedokteran specialis anak

    University of Louvain, Belgia. Semua di selesaikan dalam waktu yang singkat

    sehingga beliau sempat menyelesaikan gelar pula dalam bidang Syariah Islam dari

    Al-Azhar University, Damaskus, Syria hingga ke tingkat Masterate dalam bidang

    Tasawwuf, ilmu tafsir Quran, dan Marifah beliau di bimbing oleh Grand Shaykh

    Abdullah Faiz Ad-Daghestani dan Syaikh Muhammad Nazim Al-Haqqani selama

    kurang lebih 30 tahun.

    Ayahnya seorang pendukung kuat gerakan muslim, terutama pada saat

    pemerintahan Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir). Salah seorang pamannya

    adalah pemimpin Majelis Ulama di Lebanon. Beliau juga menantu dari Syaikh

    Muhammad Nazim Adil Haqqani, di mana ia menikahi putrinya yaitu Hj. Nazihe

  • 37

    Adil dan di karuniai 3 putra dan 1 putri, serta beberapa cucu yang semuanya

    menetap di Fenton, Michigan.54

    Pada tahun 1991 atas perintah Syaikh Nazim, Syaikh Hisham

    melangkahkan kakinya untuk memulai dakwah di benua Amerika. Pada saaat itu

    beliau memulai di California, sejak saat itu pula beliau di tasbihkan sebagai

    khalifah Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani. Misi dari Syaikh Hisham adalah

    untuk menyebarkan ajaran sufi dalm konteks persaudaraan umat manusia dan

    kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan

    jalur spiritual. Usahanya diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan

    jalur-jalur spiritual yang beragam kedalam keharmonisan dan kerukunan.55

    Secara kejamaahan, masyarakat Naqsybandi Haqqani di Indonesia secara

    resmi mulai tergelar kebersamaannya sejak di tunjuknya Bapak K.H. Mustafa

    Masud sebagai representatif (wakil) pertama dari As-Sayyid Mawlana Syaikh

    Muhammad Nazim Adil Haqqani an-Naqsybqandi untuk Indonesia pada tanggal 5

    April 1997. Penunjukan dan baiat sebagai representatif dilaksanakan oleh As-

    Sayyid Mawlana Syaikh Muhammad Hisham Kabbani (khalifah Naqsybandi

    Haqqani untuk benua Amerika) pada kunjungan perdana beliau pada saat itu.

    Kedatangan tersebut bermula dari pertemuan beliau dengan beberapa Muslim

    Indonesia yang tinggal di California, dimana mereka secara konstan mengikuti

    ritual sohbet (ceramah) Naqsybandi Haqqani di USA, shalat jumat, dzikir

    Khatam Kwajagan, dan lain sebagainya, di mesjid Mountain View, CA sebagai

    salah satu masjid utama jamaah Naqsybandi Haqqani Amerika. Pada akhirnya

    Syaikh Muhammad Hisham Kabbani selaku khalifah Syaikh Nazim di USA

    54 Yayasan Haqqani Indonesia, Ahl Haq Vol. 4. (Jakarta, t.t.), h. 11

    55 [email protected].

  • 38

    bertemu dengan para muslim Indonesia dan mahasiswa (M. Hadid Subki) yang

    sedang berada di San Jose, CA. Selanjutnya beliau mengutarakan maksudnya

    untuk membuka hubungan ke Indonesia atas perintah Mawlana Syaikh

    Muhammad Nazim Haqqani.

    Persiapan yang dilaksanakan di Jakarta membawa saudara farid Bubbi

    Djamirin bertemu dengan K.H. Mustafa Masud. Pada dua kunjungan berikutnya

    Syaikh Muhammad Hisham Kabbani mentasbihkan empat ulama lainnya sebagai

    representative (wakil) dari Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani yang tersebar

    di Jawa Barat, Jakarta dan Jawa Tengah. Mereka adalah Kyai H. Taufiqurrahman

    al-Subky (Wonopringgo, Pekalongan), Al Habib Lutfi bin Yahya (Pekalongan,

    Jawa Tengah), K.H.Q. Ahmad Syahid (Nagrek, Jawa Barat), dan Al Ustadz H.

    Wahfiuddin, MBA (Jakarta). Mereka ini secara resmi sudah diizinkan untuk

    membaiat, memberikan ceramah kepada para jamaah tarekat Naqsybandi

    Haqqani di daerah masing-masing.

    Kunjungan ke-dua dilaksanakan pada tahun 1998, di mana Syaikh Hisham

    mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Agama dan MUI di Jakarta seperti

    Prof KH. Ali Yafie, dan sesepuh Pengurus Jamiah Thariqoh Mutabaroh, Dr. KH.

    Idham Chalid. Sedangakan kedatangan yang ke-tiga dilaksanakan pada tahun

    2000. Di mana perjalanan dakwah beliau di Indonesia berjalan baik dan mulus

    ditandai dengan didirikannya Zawwiyah Naqsybandi Haqqani pertama kalinya di

    wilayah kampung Melayu, Jakartabeberapa tempat tersebar untuk diadakannya

    dzikir Khatam Kwajagan dua kali semingguseiring bertambahnya jamaah dan

    murid beliau.

  • 39

    Sampai saat ini murid beliau tersebar di Bandung, Jakarta, Cililin, Nagrek

    dan pekalongan. Puluhan ribu santri beserta para pimpinan Pondok pesantren

    Cililin (Al-Bidayah), Nagrek/Cicalengka (Al Falah), Wonopringggo, Pekalongan

    (Al Taufiqy) menyerahkan baiat Tarekat Naqsybandi Haqqani kepada beliau, atas

    nama Shaykh Muhammad Nazim Adil Haqqani An-Naqsybandi.56

    B. Struktur Organisasi Tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta

    Antara abad ke-12 dan ke-13 M. tarekat mulai mengarah bentuknya

    kepada suatu organisasi. Sejak tarekat terbentuk sebagai organisasi, maka

    mulailah tarekat tersebar ke berbagai daerah di dunia. Jumlah organisasi tarekat

    menjadi semakin banyak dan macam-macamnya pun menjadi beraneka ragam.

    Proses pertumbuhan organisassi tarekat itu sebenarnya pada mulanya

    hanya merupakan suatu bentuk persatuan yang sederhana dan sukrela dari orang-

    orang sufi, yang pada umumnya mereka adalah orang-orang miskin, tetapi setelah

    organisasi itu menjadi populer, mulailah timbul jiwa persaudaraan di dalam

    tarekat itu, dan mulai teratur pula sistem organisasinya.

    Sebagaimana organisasi tarekat yang tumbuh dan hidup subur sampai abad

    ke 20 ini, unsur-unsur pokok sebagai kriteria suatu organisasi secara umum,

    kiranya jelas menunjukkan bahwa di dalam organisasi tarekat telah terdapat

    unsur-unsur pokok seperti yang terdapat di dalam organisasi secara umum.

    Di dalam organisasi tarekat terdapat kelompok orang yang terdiri dari

    seorang guru dan wakil-wakilnya serta para anggota atau murid-muridnya yang

    jumlahnya beratus-ratus bahkan bertibu-ribu orang. Sebagaimana diketahui bahwa

    56 Yayasan Haqqani Indonesia, Profil Yayasan Haqqani Indonesia (Jakarta: PT. Jayakarta Agung

    Offset, t.t.), h. 5-6.

  • 40

    dalam organisasi tarekat terdapat tarekat induk dan tarekat cabang sehingga

    membentuk hubungan vertikal. Karena itu jumlah dari kelompok anggota itu akan

    mencapai jutaan orang. Di dalam organisasi tarekat terdapat kerjasama antar

    anggota tarekat itu, karena mereka mempunyai tujuan dan amalan serta ajaran

    yang sama bahkan mereka melakukannya di tempat yang sama. Dengan bentuk

    organisasi tarekat sebagai ikatan dari pada kelompok orang, maka kegiatan dari

    pada tarekat itu telah teroganisir di dalam suatu wadah atau organisasi. Ter-

    organisirnya anggota tarekat di dalam suatu wadah organisasi tarekat, maka

    organisasi itu akan merupakan alat yang sangat efesien untuk mencapai tujuan

    yang hendak dicapai.

    Tentang struktur organisasi sebagai kerangka yang akan menunjukan tata

    kerja dan hubungan di dalam organisasi tarekat, meskipun tidak semodern dan

    sekonkrit seperti di dalam organisasi modern itu, namun melalui petunjuk-

    petunjuk lisan yang langsung diberikan oleh guru tarekat kepada murid-murid

    atau anggota-anggotanya, dan juga dengan ajaran-ajaran yang diberikannya,

    disertai sikap setia dari pada murid-murid atau anggota-anggota tarekat, maka

    sistem dan pelaksanaan serta hubungan yang baik antara murid dengan gurunya,

    atau antara murid dengan murid itu sendiri, telah menjamin hidupnya organisasi

    tarekat itu.

    Dengan teroganisirnya murid-murid tarekat itu, dapat diciptakan suatu

    sistem kerjasama untuk membina dan mengembangkan organisasi tarekat, dan

    ternyata adanya cabang-cabang organisasi tarekat, telah mempermudah tersebar

    luasnya organisassi tersebut ke seluruh dunia. Dengan demikian organisasi tarekat

    merupakan alat perjuangan yang penting, efektif dan efisien. Sewaktu-waktu

  • 41

    potensi yang ada itu dapat digerakakkan dan dimanfaatkan untuk suatu

    perjuangan.57

    Dalam perkembangannya struktur organisasi tarekat Naqsybandi Haqqani

    di Jakarta menggunakan struktur organisasi modern. Sistem itu tetap berada di

    bawah kontrol dan pengawasan seorang mursyid. Sebagaimana layaknya sebuah

    organisasi modern, dalam keorganisasiannya tarekat Naqsybandi Haqqani ini

    terdiri dari seorang ketua yang mengepalai dan memegang peranan penting dalam

    organisasi, wakil, sekretaris, bendahara, dan beberapa staf (pembantu umum) yang

    masing-masing mempunyai fungsi sesuai dengan jabatan yang diembannya.

    Struktur Naqsybandi Haqqani dapat dilihat pada skema berikut:

    Struktur organisasi dan pengurus tarekat Naqsybandi Haqqani ini dinaungi

    oleh Yayasan Haqqani Indonesia yang di dirikan oleh Syekh Muhammad Hisham

    Kabbani. Meskipun kegiatan sudah berjalan sejak tahun 1997, secara hukum

    Yayasan Haqqani Indonesia diresmikan pada akhir tahun 2000 sebagai cabang

    Haqqani Foundation International yang sudah tersebar di beberapa negara.

    Para pengurus Yayasan Haqqani sebagian adalah jamaah tarekat

    Naqsybandi Haqqani, tanpa tertutup untuk muslim/muslimat yang tidak mengikuti

    tarekat untuk berpartisipasi. Pada prinsipnya mempunyai pola dasar ke-

    organisasian yang tidak berbeda dengan Haqqani lainnya. Yayasan mempunyai

    fungsi sebagai payung kegiatan yang bersifat spiritual dan non-spiritual. Dalam

    bentuk kelembagaannya, Yayasan Haqqani diharapkan mampu memiliki peran

    57 Chumaidy Syamsuddin, Organisasi Tarekat dan Pengaruhnya (Paper Wajib Peserta

    Studi Purna Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn. 1974/75). (Yogyakarta). h. 1-2.

  • 42

    yang strategis dan berkesinambungan dalam melaksanakan syiar Islam kepada

    sesama umat manusia.58

    C. Pengaruh Tarekat Naqsybandi Haqqani Terhadap Kehidupan

    Masyarakat

    Sebagaimana manusia pada umumnya, selain menghambakan diri

    sepenuhnya kepada Allah, manusia juga di tuntut untuk selalu hidup

    bermasyarakat, dan tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah

    ditentukan seperti seorang suami yang berkewajiban memberi nafkah kepada

    keluarganya.

    Kewajiban berusaha bagi seorang hamba untuk memenuhi kebutuhan

    hidupnya, tentunya mempunyai batasan yaitu tidak boleh bergantung kepada

    usaha itu karena di khawatirkan akan berkurangnya pengharapan terhadap rahmat

    Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.59 Secara zahir, syariah

    menyuruh manusia berusaha, maka dari itu selain mengajarkan manusia untuk

    selalu dekat kepada Allah, tarekat ini juga mengajarkan kepada para pengikutnya

    agar dapat hidup mandiri dan tidak terperangkap dalam mengartikan kata zuhud,

    dalam artian bahwa hidup bertarekat bukan berarti manusia harus meninggalkan

    kehidupan dunia seutuhnya dan bukan harus bermalas-malasan dalam berusaha

    dengan dalih setiap manusia mempunyai rizki masing-masing dan sudah

    ditetapkan tanpa harus bekerja keras dan berusaha maksimal.

    58 Yayasan Haqqani Indonesia, Profil Yayasan, h. 6.

    59 Syaikh Mamur bin Hasan Suhartawidjaya, Tasawuf (Jakarta: Majlis Naqhtujamin, 1981), hal. 6

  • 43

    Sehingga dalam usaha meningkatkan kesejahteraan ekonomi jamaah

    tarekat Naqsybandi Haqqani ini, dalam hal ini Yayasan Haqqani Indonesia

    memberikan warna tersendiri dengan mendirikan percetakan kitab-kitab yang

    biasa di baca oleh para pengikut tarekat, misalnya amalan harian bagi para salik

    Naqsybandi, kitab Dalail al- Khayrat, Manaqib, Asma ul-Husna, Sohbet dari

    Mursyid tarekat Naqsybandi Haqqani, membuat kerajinan tangan, mendirikan

    band, berternak ikan dan lain sebagainya.

    Dalam bidang keagamaan pengaruh ajaran tarekat ini sangat berarti bagi

    masyarakat, khususnya ikhwan/akhwat tarekat Naqsybandi Haqqani. Setelah ikut

    ke dalam tarekat ini, mereka yang biasanya shalat karena paksaan dan gengsi,

    maka sekarang shalat karena ingin bertemu dengan Allah.60 Semua yang mereka

    kerjakan terasa lebih enak, karena semua dikerjakan dengan rasa cinta. Kalau kita

    sudah mengenal sesuatu dan kita mencintainya pasti kita akan melakukan apapun

    untuk mendapatkannya.61 Mereka yang awalnya mementingkan urusan duniawi

    dan sikap bisa di bilang brutal, tetapi setelah ikut tarekat ini mereka mulai

    memikirkan tentang kehidupan kedepan (surgawi) dan sekarang mereka bisa

    bersikap lebih bersabar terhadap sesuatu hal.62

    Tarekat ini sesungguhnya adalah pelajaran menjaga hati untuk menata diri

    kita sendiri dari ego supaya tidak mencuat keluar, dan untuk sekarang pengaruh

    yang dirasakan dari menjaga hati itu, yaitu lebih bisa bersikap sabar terhadap

    apapun, lebih ikhlas dan bisa lebih mencintai sesama.63 Hidup juga menjadi lebih

    berwarna, karena yang diajarkan dalam tarekat ini adalah cinta, maka yang kita

    60 Wawancara pribadi dengan Syahdan di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. 61 Wawancara pribadi dengan Sugiarto di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. 62 Wawancara pribadi dengan Micky di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. 63 Wawancara pribadi dengan Meni di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.

  • 44

    curahkan adalah cinta dan kasih sayang. Hidup juga menjadi lebih damai tenang

    dan berarti karena semuanya itu jadi lebih indah. Syaikh Nazim juga mengajarkan

    untuk berpikiran positif maka semua yang kita lihat itu menjadi indah. Karena

    suatu hal apapun kalau kita lihat dari hal yang positif insya Allah akan ikut positif

    juga.64 Mereka tidak hanya melakukan ibadah lahir yang telah di tetapkan oleh

    syariat, seperti shalat, puasa maupun menunaikan ibadah haji. Namun mereka juga

    melakukan ibadah batin yaitu dengan mengamalkan ajaran-ajaran tarekat, seperti

    berdzikir dan lain-lain.

    Akan tetapi dzikir ini bukan suatu kewajiban karena sekarang kita berada

    di zaman modern, dan banyak orang yang sibuk dengan kesibukannya masing-

    masing, dan tidak mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan dzikir tersebut.

    Sehingga Syaikh Nazim tidak pernah mempermasalahkan seberapa banyak dan

    lama dzikir yang akan mereka lakukan. Akan tetapi jika kita mempunyai waktu

    untuk melakukannya, baik itu siang, sore, malam ataupun subuh, maka akan baik

    sekali. Karena dengan melakukan dzikir kita seperti menyemir hati hingga hati

    kita menjadi baik dan bersih.

    Bagi yang ingin menjadi ikhwan tarekat tidak ada persyaratan khusus

    kecuali Islam dan baliqh. Dengan kedua syarat tersebut seseorang bisa di baiat

    untuk menjadi ikhwan tarekat. Karena bagi Syaikh Nazim jika ada yang ingin

    masuk ke dalam tarekat ini mereka akan langsung di baiat oleh Syaikh Nazim

    sendiri. Beda dengan zaman dulu, jika kita ingin masuk ke dalam satu tarekat dan

    ingin di baiat kita harus melakukan amalan-amalan tertentu. Setelah mereka di

    baiat, mereka mendapatkan bimbingan khusus secara spiritual yang di bimbing

    langsung oleh Syaik Nazim. Karena pada saat orang itu sudah dibaiat, beliau

    64 Wawancara pribadi dengan Wike di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.

  • 45

    menganggap orang itu sebagai keluarga dan akan beliau rawat melebihi orang

    tuanya sendiri.

    Bagi Syaikh Nazim, murid yang sesungguhnya dalam tarekat Naqsybandi

    Haqqani ini adalah sahabat, penolong dan pendukung dari setiap pembela

    Sayyidina Muhammad saw., dan adalah tugasnya untuk bersahabat dan

    berasosiasi dengan para pembela seperti itu karena mereka berada pada jalan

    Mawlana, tak peduli apakah mereka Naqsybandi atau bukan.

    Telah berkata yang mempunyai Tarekat: Thariqatush Shuhba Wal Khairu

    Fil Jamiiyyah; Tarekat kita adalah persahabatan (kebersamaan) dan kebaikan

    berada dalam kebersamaan.

    Tarekat ini bisa dibilang adalah tarekat yang sangat moderat. Moderat

    dalam arti orang yang masuk ke dalam tarekat ini latar belakangnya beragam dan

    sangat umum. Dan sampai sejauh ini, tidak pernah ada hambatan dalam

    berkembangnya tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta, sehingga sampai sekarang

    jumlah murid (jamaah) tarekat ini terus bertambah. Dan mereka dari berbagai

    kalangan baik itu elit politik; kepala negara, pejabat. Kaum intelektual; tokoh

    Agama, Kyai dan para santri pesantren, serta mahasiswa/mahasiswi. Masyarakat

    awam; pedagang, petani, pengangguran dan lain-lain. Tarekat ini juga di kenal

    dengan profil yang baik, sehingga tidak pernah ada predikat sebagai aliran sesat,

    terlebih jika kita melihat profil Syaikh Nazim.dan di negara-negara non-Muslim

    pun kita sangat dihormati.

    Untuk melaksankan dzikir atau amalan-amalan tarekat Naqsybandi

    Haqqani biasanya dilaksanakan setiap malam jumat seminggu sekali, setelah Isya

    dan dilanjutkan dengan membaca dzikir kurang lebih satu atau setengah jam,

  • 46

    setelah melaksanakan dzikir biasanya ada ceramah atau hanya dzikir, karena

    orang yang mempunyai kapasitas untuk memberikan ceramah atau nasehat-

    nasehat terbatas. Ada yang hanya untuk memimpin dzikir, dzikir dan memberikan

    baiat, ataupun ketiga-tiganya. Karena jika mereka tidak mempunyai kapasitas

    untuk melakukan ketiganya mereka tidak akan di izinkan untuk memberikan

    ceramah ataupun memberikan baiat.

    Sedangkan untuk jamaah yang datang ke dalam zawiyah tersebut sangat

    berfariatif, antara 100-200 orang secara rutin. Tetapi kadang-kadang karena

    kesibukan masing-masing jamaah mereka bisa datang, bisa pula tidak datang

    dalam minggu-minggu yang telah ditentukan, dan kadang selalu ada saja orang

    baru. Karena pengajian ini bersifat terbuka, dan walaupun mempunyai lebel

    tarekat Naqsybandi Haqqani, masyarakat umum pun boleh mengikuti kegiatan ini.

    Sedangkan sikap ikhwan/akhwat terhadap masyarakat yang bukan

    pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat, menganggap mereka semua

    sama, sama-sama makhluk ciptaan Allah. Dan pastinya ada saja yang

    beranggapan bahwa tarekat ini sesat atau apapun, dan jika ada tanggapan yang

    negatif tidak akan dihiraukan, mereka (akhwat/ikhwan) hanya bisa bersabar,

    karena jika tidak bersabar takutnya akan menjadi perdebatan dengan mereka yang

    kontra. Nabi Muhammad saw. Pernah bersabda ada seseorang yang beriman

    tetapi menjadi tidak beriman karena sering berdebat jadi saya hanya bisa

    mendoakan supaya orang itu di berikan kepahaman.

    Jadi walaupun ada yang pro dan kontra, tetapi bagi akhwat/ikhwan tarekat

    selagi mereka tidak berbuat yang aneh-aneh, mereka tidak akan memikirkan

    pendapat mereka yang kontra. Yang penting mereka tunjukan dengan mengikuti

  • 47

    dzikir di zawiyah ini insya Allah segala tingkah laku menjadi lebih baik dan cara

    berfikir lebih lurus.

    Di dalam kehidupan bermasyarakat Syaikh Nazim selalu mengajarkan

    untuk saling berinteraksi satu sama lain baik itu yang pro dengan tarekat ataupun

    yang kontra. Maulana Syaikh Nazim juga mengajarkan untuk tidak

    mempermasalahkan keyakinan, karena keyakinan itu adalah suatu hal yang

    diberikan oleh Allah SWT untuk masing-masing pribadi bukan untuk di

    argumenkan ataupun di adu tetapi untuk dijalankan dengan keyakinannya masing-

    masing. Karena keyakinan apa pun asal dilakukan dengan yakin insya Allah akan

    bertemu di titik yang sama yaitu Allah.65 Dan dengan empat prinsip yang sangat

    di hormati Syaikh Nazim yaitu; cinta, saling menghormati, rendah hati, dan

    ikhlas. Syaikh Nazim berusaha membawa ke-empat prinsip itu ke dalam

    kehidupan bermasyarakat baik muslim maupun non-muslim. Sikap toleran inilah

    yang menjadi salah satu kunci keberhasilan perkembangan tarekat Naqsybandi

    Haqqani.66

    65 Wawancara pribadi dengan Dewi Noli di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.

    66 Wawancara Pribadi dengan Abdurrauf Kurniadi (Sekretaris I) di Yayasan Haqqani Indonesia, pada tanggal 18 Februari 2008

  • 48

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang bermula dari literatur-literatur

    sederhana, uraian-uraian (deskripsi) dan analisis tentang berdiri dan

    berkembangnnya tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta tersebut dapat

    disimpulkan bahwa tarekat Naqsybandi Haqqani merupakan cabang dari tarekat

    Naqsyabandiah yang di dirikan oleh Muhammad bin Bahauddin al-Uwaisi al-

    Bukhari dan berantai hingga Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani sehingga

    tarekat ini di namakan dengan tarekat Naqsybandi Haqqani di Cyprus, Turki. Dan

    dari Cyprus inilah tarekat ini berkembang di seluruh dunia.

    Adapun tarekat Naqsybandi Haqqani yang di kembangkan di Jakarta di

    bawa oleh Syekh Muhammad Hisham Kabbani, beliau adalah khalifah yang di

    tunjuk untuk menyebarkan ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani di Amerika. Di

    sana beliau bertemu dengan orang muslim Indonesia yang tertarik dengan ajaran

    tarekat Naqsybandi Haqqani. Sehingga Syaikh Nazim menugaskan Syaikh

    Hisham untuk menyebarkan luaskan ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani di

    Indonesia.

    Dan dalam perkembangannya tarekat Naqsybandi Haqqani ini berjalan

    dengan baik dan pengikutnya sangat banyak, tetapi tidak dapat digambarkan atau

    di sebutkan dengan angka yang pasti karena belum di lakukan pendataan, yang

    pasti jumlahnya di perkiraan sekitar ratusan ribu orang, yang berasal bukan hanya

  • 49

    di daerah Jakarta saja tetapi juga di luar Jakarta. Dan semuanya itu berada di

    bawah naungan Yayasan Haqqani Indonesia, yang dipimpin langsung oleh ketua

    dan tetap di bawah kontrol seorang Mursyid.

    Sedangkan untuk ajaran yang dikembangkan tarekat Naqsybandi Haqqani

    ini meliputi dzikir Mubtadi (dzikir harian untuk pemula), dzikir Ahlul Azim

    (dzikir harian untuk tingkat mapan atau dzikir untuk menghidupkan Ashrar qalbu

    paling dalam), serta dzikir Khatm Khwajagan.

    Adapun silsilah tarekat adalah bersambung sampai Rasulullah SAW,

    sehingga layak dikategorikan sebagai tarekat yang diakui kebenarannya dan boleh

    diikuti oleh semua kaum muslimin.

    B. Saran

    Untuk lembaga pengawasan tarekat yang ada, sebaiknya bekerja sama

    dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi Islam,dan Ormas Islam. Secara aktif

    menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tarekat Naqsybandi

    Haqqani, serta di publikasikan dan di sebarluaskan kepada masyarakat luas.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah, Taufik, et. al. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Ajaran) Vol. 3.

    Jakarta: Ihtiar Baru Van Hoeve, 2002.

    _ _ ,, _ _ Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Dinamika Masa Kini) Vol. 6. Jakarta:

    Ihtiar Baru Van Hoeve, 2002.

    Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

    1992. Cet. II.

    Aceh, Abubakar. Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik. Solo:

    Ramadhani, 1986.

    Anwar, C. Ramli Bihar. Bertasawuf Tanpa Tarekat Aura Tasawuf Positif. Jakarta:

    Ilman dan Hikmah, 2002.

    Aqib, Kharisudin. Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa

    Naqsyabandiyah. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000, cet. Revisi.

    Bruinessen, Martin Van. Tarekat Naqsyabandiah di Indonesia, Survei Historis,

    Geografis dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1992.

    Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam Vol 4. Jakarta: Ichtiar Baru

    Van Hoeve, 1977.

    Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Suatu Studi Tentang Pandangan Hidup

    Kiai. Jakarta: LP3ES, 1985.

    Ernst, Carl W. Ajaran dan Amaliah Tasawuf; Sebuah Pengantar. Yogyakarta:

    Pustaka Sufi, 2003.

  • 51

    Esposito, John L.. Ensiklopedi Oxfort Dunia Islam Modern vol. 3. Jakarta: Mizan,

    2001.

    _ _ ,,_ _ Ensiklopedi Oxfort Dunia Islam Modern vol. 5. Jakarta: Mizan, 2001.

    Glasse, Cyril. Ensiklopedi Islam (Ringkas). Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999.

    Hamka. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas,

    1984.

    IAIN Sumatera Utara. Pengantar Ilmu Tasawuf. Sumatera Utara 1981/1982.

    Lewishon, Leonard. Et. al. Warisan Sufi, Warisan Sufisme Persia Abad

    Pertengahan (1150-1500). Jogyakarta: Pustaka Sufi, 2003.

    Mahlan. Sejarah Timbulnya Tarekat (Paper Wajib Peserta Studi Purna Sarjana

    Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn. 1974/75). Yogyakarta.

    Mulyati, Sri. Dkk.. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di

    Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.

    Musa, Abdurrahman. Tarekat-Tarekat Penting (Paper Wajib Peserta Studi Purna

    Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn.1974/75).

    Yogyakarta.

    Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi).

    Jakarta: CeQDA, UIN, 2007.

    Nasution, Harun. Et. al. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Vol. 3. Jakarta: Ichtiar

    Baru Van Hoeve, 2002.

    _ _ ,, _ _ Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1963.

    Nata, Abuddin. Akhlak tasawuf. Jakarta: RajaGarafindo Persada, 2003.

    Noer, Deliar. Gerakan Modern Dalam Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:

    LP3ES, 1990.

  • 52

    Said, A. Fuad. Hakikat Tarikat Naqsyabandiah. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996.

    Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia Vol. 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

    1984.

    Shihab, Alwi. Membedah Islam di BaratMenepis Tudingan Meluruskan

    Kesalahpahaman. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

    Siregar, Rivay. Tasawuf dan Sufisme Klasik ke Neo Sufisme. Jakarta:

    RajaGrafindo Persada, 2002.

    Sunarto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo

    Persada, 2005.

    Syamsuddin, Chumaidy. Organisasi Tarekat dan Pengaruhnya (Paper Wajib

    Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia,

    Thn. 1974/75). Yogyakarta.

    Thohir, Ajid. Gerakan Politik Kaum Tarekat; Telaah Historis Gerakan Politik

    Anti Kolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa,

    Pustaka Hidayah, 2002.

    Valiuddin, Mir. Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka

    Hidayah, 1997.

    Yaqub, Hamzah. Tashauf dan Taqarrub: Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan

    Muslim. Bandung: Pustaka Madya, 1987.

    Yayasan Haqqani Indonesia. Ahl Haq Vol. 4. Jakarta, t.t.

    Yayasan Haqqani Indonesia. Amalam Shalat Harian, t.t.

    Yayasan Haqqani Indonesia. Profil Yayasan Haqqani Indonesia. Jakarta: PT.

    Jayakarta Agung Offset, t.t.

    Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 1995.

  • 53

    Rujukan Dokumentasi

    Wawancara pribadi dengan Abdurrauf Kurniadi (Sekretaris I) di Yayasan Haqqani

    Indonesia, pada tanggal 18 Februari 2008.

    Wawancara pribadi dengan Syahdan di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni

    2008.

    Wawancara pribadi dengan Sugiarto di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni

    2008.

    Wawancara pribadi dengan Micky di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.

    Wawancara pribadi dengan Meni di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.

    Wawancara pribadi dengan Wike di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.

    Wawancara pribadi dengan Ela di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.

    Wawancara pribadi dengan Dewi Noli di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni

    2008.

    Rujukan Internet

    [email protected].

  • 54

    Pedoman Wawancara

    1. Apakah perbedaan antara tarekat Naqsybandi Haqqani ini dengan tarekat

    Naqsybandi yang di dirikan oleh Syaikh Bahauddin Naqsybandi