mengejar mentari

Upload: nailil-hidayah

Post on 06-Jul-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    1/29

    Mengejar Mentari

     

    “Yaaa itulah tadi penampilan dari d’SunShine!!!nice perform, guys,” ujar Obiet –host acara

    musik yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta– pada sebuah grup band

    yang terdiri dari dua cewek –satuvocalist satu pianist– dan empat cowok –satudrummer,

    dua guitarist, dan satubassist.

     

    “Makasih,” ujar sangvocalist, mewakili grup band yang lagi naik daun di blantika musik

    Indonesia, sambil berlalu meninggalkan panggung menujubackstage.

     

    “LAGIII LAGIII LAGIII LAGIII LAGIII!!!” teriak penonton acara musik itu, sebagian besar yang

    berteriak adalah para Shiners,fans grup band itu sendiri.

     

    “Tenaaaaaanngg Shiners, d’Sunshine pasti bakal tampil lagi kok. Sekarang kita saksikan

    penampilan dari d’Chazha!!!Check this out!!!”

     

    Sementara itu direst area, dua cewek personel grup band itu langsung melepas

    sepatuheels yang melekat di kaki jenjang mereka. Nampaknya keberadaanheels itu justru

    membuat mereka tidak nyaman.

     

    “Aduh kaki gue pegel nih gara-garaheels sialan ini,” rutuk satu diantara dua cewek itu. Seorang

    gadis tirus dengan rambut panjangnya yang sekarang diikat ekor kuda. Dialah

    sang pianist d’SunShine, Ify Sunny –nama panggungnya; Sunny untuk personel perempuan dan

    Shine untuk personel laki-laki.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    2/29

    “Sama, kaki gue juga pegel nih. Urghheels sialan! Untung aja tadi lagunyamellow,” rutuk gadis

    lainnya tak kalah kesal. Via Sunny, gadis chubby yang kali ini mengenakan kupluk untuk

    menutupi rambut pendeknya, dialahvocalist d’SunShine.

     

    Keempat rekannya menatap keduanya dengan tatapan meledek. “Kalian berdua tuh cewek

    bukan sih? Disuruh pakeheels aja ngeluh,” ledek cowok gondrong –Ray Shine;drummer– pada

    Ify dan Via.

     

    “Tau nih, baju sih bolehdress, tapi pakeheels aja takut, cemen ah,” cowok berambut sedikit

     jabrik –Cakka Shine;lead guitarist– menimpali. Matanya menelusuri penampilan dua gadis itusekilas. Ify dengandress putih selutut berlengan pendek dengan ban di pinggang dan Via

    dengan dress yang juga putih berlengan panjang dengan ban hitam di pinggang. Kedua gadis

    itu memiliki selera yang sama dalam masalah penampilan. Walau Via lebih memilih memakai

    kupluk untuk menutupi rambut pendeknya dan Ify yang memilih mengikat kuda rambut

    panjangnya. Tapi tetap saja, dua gadis itu tetap manis dan cantik. Adanyaheels di kaki jenjang

    mereka justru membuat keduanya tampak aneh.

     

    “Dasar cowok ngga berperikemanusiaan!” rutuk Ify sekali lagi.

     

    “Gue ngga pernah suka pakeheels, gila!” timpal Via tak kalah sebal.

     

    “Udah deh, ribut aja yang dibesarin. Nih Vi, Fy, pake ini aja. Daripada perform ntar lo berdua

    bikin malu –jatuh misalnya. Masih untung tadi kita bawain lagumellow jadi lo berdua ngga

    keliatan ngga enaknya,” seru cowok hitam manis –Rio Shine;another guitarist– seraya

    menyerahkan duawedges ke arah Via dan Ify. Dia tau kalau dua gadis itu sangat tidak suka

    kalo disuruh memakaiheels. Tapi entah kenapa manajer mereka –kak Febby– malah menyuruh

    mereka mengenakanheels untuk perform perdana tadi.

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    3/29

     

    “Nah ini baru bener, dari tadi kek,” seru Ify girang sambil memasangwedges hitam bertali itu di

    kaki jenjangnya, setelah sebelumnya melemparheelsnya sembarangan. Meskipun sama-sama

    memiliki hak setinggi 9cm, paling tidak dia tidak perlu menopang seluruh berat badannya padahak yang hanya seukuran jari kelingkingnya lagi.

     

    Berbeda dengan Ify yang langsung menerima dengan girangwedges yang disodorkan Rio, Via

    malah hanya menatapwedges itu tanpa berniat menerimanya.

     

    “Heh, bengong aja. Pake nih, daripada lo ngamuk-ngamuk ngga karuan, bentar lagi

    kita perform nih,” tegur Rio sambil kembali menyodorkanwedges ditangannya untuk Via.

     

    Via melengos dan memilih duduk di tempat yang telah disediakan, tanpa

    mengambilwedges yang disodorkan Rio maupunheels yang tadi dilemparnya asal. Tangannya

    mulai mencari sesuatu di dalam tasnya.Ipoddanearphone tentu saja. Tapi konsentrasinya

    terpecah ketika salah satu rekannya menghampiri dan duduk disampingnya.

     

    Tanpa aba-aba Alvin Shine –bassist d’SunShine– rekan yang duduk disampingnya itu,

    menyodorkan sebuah kotak dihadapannya.

     

    “Apaan nih?” tanya Via heran.

     

    “Buka aja,” jawab Alvin enteng lantas menyambarIpoddanearphone yang dikenakan Via.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    4/29

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    5/29

    “Lo tuh kali yang ngga dikasih jatah sama Rio,” celetuk Ray yang langsung dihadiahi jitakan dari

    Rio.

     

    “Jangan ngelibatin gue bisa kali ya,” ujar Rio jengah.

     

    “Oke guys, udah cukup istirahatnya. 5 menit lagi kalian akan kembali naik panggung!” seruan

    Febby membuat keenam personel d’SunShine mengeluh dan mau tak mau kembali bersiap-

    siap. Bagaimanapun juga, mereka tetap saja remaja yang kadang masih seenaknya sendiri.

    Remaja yang kadang tak mengerti arti tanggung jawab dan profesionalitas kerja.

     

    Alvin memakai kembali jaket yang tadi dilemparnya asal. Melihat itu, Via tergerak untuk

    membetulkan jaket yang dikenakan Alvin. Setelah dirasa oke, Alvin menaikkan sesiku kedua

    lengan jaketnya dan memakai tudung jaket untuk menutupi rambutnya. Via mengacungkan

    kedua ibu jarinya sebelum akhirnya mereka menyusul Rio, Ray, Cakka dan Ify yang telah

    menaiki panggung terlebih dahulu. Tanpa keduanya sadari, teman-temannya tersenyum penuh

    arti melihat kejadian barusan.

     

    ***

     

    “Hoahm…” Ray menguap lebar sambil mengangkat tinggi kedua tangannya. Tampaknya dia

    sedang ngantuk berat, keliatan dari matanya yang sayu.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    6/29

    “Ray, pleasedeh jagaimage dikit kenapa?” tegur Ify yang berjalan disamping kanannya kesal.

    Disamping kiri Ray sendiri ada Cakka, sedangkan di samping kanan Ify ada Rio.

     

    “Tau nih lo Ray. Apa kata Shiners –terlebih RayReady– kalo ngeliat idola mereka ternyata kaya

    gini,” timpal Via yang berjalan dibelakang bersama Alvin.

     

    Ray mencibir mendengar perkataan dua gadis itu. “Dasar perfeksionis! Gue ngantuk, gila! Tadi

    baru tidur jam 3 dan jam 5 udah harus bangun lagi. Bayangin deh gue cuma tidur 2 jam!”

    umpatnya kesal.

     

    “Gue yang tidur jam 2 bangun jam 4 aja ngga ribut tuh,” ujar Via nyeletuk.

     

    Rio terkekeh geli dan tergerak untuk mengacak rambut gondrong Ray. “Justru karna mereka

    perfeksionisimage kita tetep terjaga, bocah!”

     

    Ray cemberut mendengar Rio menyebutnya bocah. Dia memang yang paling muda diantara

    mereka semua. Tapi tetap saja dia ngantuk dan urusan jagaimage semakin membuat

    ngantuknya menjadi.

     

    “Eh Ray, hari ini bu Karin ngga masuk kan? Basket aja yok!” ajak Cakka begitu menyadari kalau

    guru yang mengajar Matematika di dua jam pertama tidak masuk karena sedang sakit. Diantaramereka berenam, Ray dan Cakka sekelas di kelas XA, Ify sekelas dengan Via di XI IA3, dan Rio

    dengan Alvin di XII IA1. Keenamnya bersekolah di sekolah yang sama, VeronaHigh School–

    VHS.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    7/29

    Ajakan Cakka membuat kekesalan Ray sirna. “Ikut main yok, Vin, Yo,” meski Alvin dan Rio dua

    tahun diatasnya, tapi baik Cakka maupun Ray tidak memanggil keduanya dengan embel-embel

    kakak. Begitu juga dengan Ify dan Via.

     

    Rio melirik Alvin yang berjalan di belakangnya, seakan menanyakan pendapat Alvin.

     

    “Terserah. Hari ini kitafree kok, guru-guru pada rapat,” jelas Alvin yang sibuk sendiri dengan

    Via. Kadang mereka membicarakan game yang mereka mainkan dini hari tadi, atau lagu-lagu

    baru dari penyanyi manca negara favorit mereka.

     

    “Rapat apaan?” tanya Ify.

     

    “Rapat ulang tahun sekolah,” jelas Via. Orangtuanya dan Alvin adalah pemilik yayasan dari

    VHS, jadi wajar saja jika mereka tahu –tanpa sengaja diberitahu.

     

    “Lo berdua mau ikut ngga?” tanya Rio pada Ify dan Via.

     

    Keduanya saling pandang sejenak, lantas mengangguk dan mengekor di belakang Alvin, Rio,

    Ray, dan Cakka ke lapangan basketindoor. Lapangan basket yang jarang digunakan murid-

    murid VHS, meskipun pada jam kosong seperti saat ini.

     

    Ray dan Cakka langsung melepas dasi dan kemeja biru mereka, menampakkan T-shirt hitam

    yang dikenakan sebagai dalaman. Via dan Ify mengangkat alis melihat pemandangan itu.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    8/29

    “Tumben lo berdua pake dalaman. Biasa juga kalo buka baju langsung telanjang dada,” tanya

    Ify heran.

     

    Ray dan Cakka tersenyum licik. “Kenapa, kalian––”

     

    “––ngga usah mesum deh Ray, Cakka!” sewot Via kesal begitu menyadari senyuman licik Ray

    dan Cakka.

     

    Alvin dan Rio terkekeh geli melihat pertengkaran mereka berempat. Keduanya tidak melepas

    kemeja, hanya melonggarkan ikatan dasi yang membelit leher mereka.

     

    “Jadi main ngga?” seruan Rio menghentikan pertengkaran tak jelas Ify-Via dan Ray-Cakka.

     

    Ray dan Cakka juga Alvin dan Rio langsung memulai permainan mereka, memperebutkan satubola bundar berwarna oranye untuk dimasukkan ke dalam ring.

     

    Sementara cowok-cowok itu main basket, Ify dan Via tampak sibuk dengan kertas juga pen dan

    laptop milik Ify. Seperti biasa, keduanya tengah sibuk mengaransemen lagu baru mereka. Ah

    bukan mengaransemen, memperbaiki lebih tepatnya. Rio dan Cakka sudah

    membuatdraftkasar lagu baru mereka nanti, tinggal mereka berdua yang memperbaikinya.

    Tentu saja termasuk lirik yang sesuai. Selama ini yang membuat nada dan irama adalah paraShine, sedangkan Sunny yang memperbaiki dan membuat liriknya.

     

    “Kayanya bagian reffnya kurang greget deh, Fy,” usul Via begitu mendengar sekilas aransemen

    yang dibuat Rio.

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    9/29

     

    “Gue bingung deh, ini sebenernya lagumellow ato RnB sih?” tanya Ify bingung.

     

    “Kayaknyamellow deh, Fy. Gimana kalo kita bikin tentang Ibu aja? Gue tiba-tiba kangen Nyokap

    nih,” jelas Via sambil menatap jauh ke depan. Diantara mereka berenam, hanya Via yang tak

    pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu. Ibunya meninggal ketika dia berusia lima tahun.

    Dan selama ini, Mama Alvin yang menggantikan peran Ibu dihatinya. Makanya dia bisa dekat

    dengan Alvin.

     

    Ify mengelus punggung tangan Via perlahan. “Keluarin aja kalo lo emang mau nangis, ada gue

    disini,” ujarnya lembut.

     

    Via mengerjapkan matanya perlahan lantas menatap Ify, “Gue ngga pa-pa kok. Ohya, gue udah

    punya bayangan liriknya nih, lo selesein aransemennya ya, ntar sore kita diskusiin lagi sama

    mereka,” jelas Via sambil menunjuk Rio, Alvin, Ray, dan Cakka yang tengah asyik dengan bola

    bundar oranye itu.

     

    Ify tersenyum melihat Via yang –seperti biasa– bisa mengendalikan emosinya dengan baik.

    “Oke, mari kita buat mereka terkesan dengan hasil kerja kita ini.”

     

    Sementara itu, seseorang melirik keduanya dan mengernyitkan keningnya melihat mata gadis

    itu berkaca-kaca.Kenapa, Mentari? Merindukan Ibumu?Dan nampaknya dia tak lagi terkejut

    begitu raut sedih gadis itu menghilang, digantikan dengan senyum ceria seperti biasa. Tapi dia

    tau, senyum ceria itu palsu.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    10/29

    Kenapa kau harus berpura-pura, Mentari? Menangis saja jika memang kau ingin menangis.

     Jangan pernah berpura-pura sementara hatimu menjerit, Mentari. Atau kau ingin menangis

    disisiku?

     

    ***

     

    “I’m in love with you … and all these little things …”

     

    “Lagu apaan, Vi? Baru denger gue,” ujar Ify yang memasuki mini studio di rumah Alvin bersama

    Rio. Ray dan Cakka sendiri masih menyibukkan diri dimini bar yang terletak tak jauh darimini

    studioini.

     

    Seperti biasa, sore ini mereka latihan dimini studio yang ada di rumah Alvin.Studio ini memiliki

    satu setdrummilik Ray, piano milik Ify, serta gitar milik Rio, Cakka, dan Alvin tentu saja.

    Sembari menunggu teman-temannya berkumpul, Via yang memang rumahnya berdekatan

    dengan rumah Alvin memilih mengutak-atik gitar hitam Alvin, seperti saat ini.

     

    “Little ThingsnyaOne Direction. Gue baru tau ni lagu dari SH ato apa deh gue juga ngga tau

    tufandom apa yang ngemention gue tadi,” jelas Via sambil memperlihatkanIphone soft bluenyapada Ify.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    11/29

    @V_ANHcover laguLittle Things dari 1D dongs @SunnyVia @AlvShine ! Tu lagu keren

    gila!

    @Are_thaSH ngbayangin klo @AlvShine nyanyiin laguLittle Things buat @SunnyVia

    pastisweetabis!

    @RayShineotewe to@AlvShinehouse cc @RioShine @CakkaShine @SunnyIfy

    @SunnyVia

    @Cherry_NH NW :Little Things - @AlvShine @SunnyVia *ngayalmodeon*

    @CakkaShine sbelum k rumah @AlvShine mampir KFC dulu bareng @RayShine

     

    “Oh jadi lo disuruhcover lagu sama Alvin olehfans lo itu?” tanya Ify begitu membaca

    beberapamention yang masuk di akun twitter Via.

     

    “Gue juga kaget pas buka twitter, kok mendadak banyak yangrequesttu lagu. Tapi lagunya

    emang keren sih, lo harus kudu wajib dengerin lagunya!”

     

    “Dan dia langsung maksa gue nyari kunci gitar tu lagu. Dikira gampang apa nyarinya,” rutuk

    Alvin yang sedari tadi berkutat dengan gitar putihnya. Ditelinganya menjuntaiheadset merah

    yang terhubung denganIpod soft bluemilik Via.

     

    Via langsung nyengir dan menampilkan wajah tanpa dosanya. “Abis lagunya keren sih. Kapan-

    kapan kitacoverlagu itu yah,” usul Via enteng.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    12/29

    Rio memutar matanya lantas menyambar gitar miliknya dan duduk berselonjor di dekat Alvin.

    “Jadi, gimana dengan lagu baru kita? Lo berdua udah ada gambaran?” tanya Rio.

     

    “Tadi gue udah ngutak-ngatik dikit aransemen lo, dan Via juga udah ngasih lirik buat lagunya.

    Kita tunggu Ray dan Cakka aja dulu,” ujar Ify sambil merebahkan diri di sofa dekat Via.

     

    “Sekarang, kita ngapain?” tanya Via.

     

    “Terusin lagu kalian tadi aja, gue belum denger lagunya kaya gimana,” usul Ify, sembari

    mengeluarkan kertas binder tempatnya mencoret-coret aransemen dan lirik lagu dari Via tadi.

     

    Via menatap Alvin sekilas, seolah mengkode untuk melanjutkan lagu yang tadi mereka

    mainkan. Alvin memutar matanya malas lantas kembali memetik gitarnya, mengikuti kemauan

    gadis chubby itu.

     

    You can't go to bed,

    Without a cup of tea,

    And maybe that's the reason why you talk in your sleep

    And all those conversations

    Are the secrets that I keep

    Though it makes no

    sense to me

     

    I know you've never loved the sound of your voice on tape

    You never want to know

    how much you weigh

    You still have to squeeze into your jeans

    But you're perfect to

    me

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    13/29

     

    Ify dan Rio terdiam mendengar bait-bait nada dan lirik yang keluar dari mulut Via. Terasa sangat

    menyentuh. Seolah mereka –Alvin dan Via– tengah berusaha menyampaikan perasaan mereka

    lewat lagu itu. Seolah mereka telah sangat mengenal satu sama lain. Ify teringat salah

    satumention darifans Via dan Alvin yang mengatakan bahwa lagu itu sungguh romantis jika

    mereka yang membawakan. Dan gotcha!Nilai seratus untukfanstersebut.

     

    Iseng, Ify mengarahkan tatapannya ke Alvin yang mengiringi Via dengan permainan gitarnya.

    Walau tak sebagus Rio dan Cakka, tapi Alvin masih lebih baik dibanding Ray dan dirinya, jugaVia. Alvin bisa mencari kunci lagu hanya dengan mendengar lagu tersebut berulang kali.

     

    Dan betapa terkejutnya Ify melihat Alvin menatap Via. Penuh cinta! Sangat intens, seolah takut

    kehilangan gadis itu bahkan untuk sedetik. Sangat memuja, seolah Via adalah dewi dari

    kahyangan. Sangat mendamba, seolah tanpa Via semua terasa sia-sia. Dan sangat mencinta

    tentu saja, tampak dari senyumnya yang tak pernah lepas saat memandang gadis itu.

     

    Diam-diam Ify menarik napas tegang begitu menyadari reaksi Via. Tatapan mata terluka, takut

    berharap, takut untuk kembali jatuh cinta, terlihat jelas di kedua manik mata gadis chubby itu.

    Luka masa lalu yang teramat dalam membuat Via menutup rapat hatinya, bahkan dari Alvin

    sahabatnya sendiri. Tapiwho knows? Bisakah Ify sedikit berharap sahabatnya akan kembali

    seperti Via yang dulu? Via yang tak ragu untuk jatuh cinta.

     

     And I've just let these little things slip out of my mouth,

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    14/29

    Because it's you,

    Oh it's you,

    It's you,

    They add up to

    And

    I'm in love with you,

    And all these little things,

    “Hayoooo latian ngga ngajak-ngajak yaa!”

     

    ***

     

    Via menatapmention yang masuk di akun twitternya satu persatu. Banyak yang memuji

    penampilan dan lagu baru mereka yang dibawakannya tak kurang dari setengah jam yang lalu.

    Tapi banyak juga yang mencela dan mencemoohnya. Tidak apa-apa, sudah biasa baginya.

     

    @SunnyVia Miss you Mama :* {} Tidur yang nyenyak ya disana :)

     

    Sementara itu tak jauh dari tempatnya berada, ada seseorang yang mengawasi tindak tanduk

    Via. Di tangannya tergenggamIphone dengan aplikasi twitter yang sedang dibukanya. Salah

    satutimeline membuatnya menatap gadis chubby itu.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    15/29

    Merindukan Ibumu, Mentari?

     

    ***

     

    @AlvShine mengejar mentari. Wish me luck, guys!

    @SunnyIfy bawa mentari pulang yak! Sukses Vin! RT @AlvShine mengejar mentari. Wishme luck, guys!

     

    ***

     

    “Mau kemana sih, Vin?” tanya Via heran begitu pulang sekolah Alvin men’culik’nya ketika dia

    tengah bersama Ify dan teman-teman sekelasnya.

     

    Tanpa menjawab Alvin melajukan Mazda merahnya menjauhi VeronaHigh School menuju

    tempat-yang-hanya-Alvin-yang-tau.

     

    “Alvin!” seru Via kesal karna Alvin tak kunjung menjawab pertanyaannya.

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    16/29

     

    “Hm?”

     

    “Kita mau kemana?” tanya Via berusaha sabar. Kalau saja dia tidak kenal lama Alvin, mungkin

    dia sudah melempar cowok oriental itu dengan tas sekolahnya. Sayangnya, dia dan Alvin sudah

    bersahabat sejak mereka masih bayi. Dan dia memang sudah harus terbiasa dengan sikap

    cuek Alvin.

     

    “Menurut lo?” tanya Alvin balik.

     

    Via mendengus kesal. “ALVIN!”

     

    “Cerewet deh. Duduk diem aja disitu, bentar lagi nyampe kok,” ujar Alvin sambil

    memberhentikan mobilnya sejenak karena lampu lalu lintas di depannya berwarna merah.

     

    Via mengerucutkan bibirnya sebal. Lantas membuka aplikasi twitter dariIphone soft bluenya

    dan mengetikkan sesuatu.

     

    @SunnyVia @AlvShine sialan!

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    17/29

    “Heh, ngetweet yang aneh-aneh lagi nih pasti!” tanya Alvin curiga.

     

    Via tersenyum tanpa dosa. “Itu karena lo ngga mau jawab pertanyaan gue!” ujarnya penuh

    kemenangan.

     

    Alvin memutar matanya malas. Gadis ini selalu saja punya cara untuk menaklukkannya.

    “Emang lo nanya apaan?”

     

    “Kita mau kemana?”

     

    “Mengejar Mentari,” jawab Alvin singkat, tapi mampu membuat Via bungkam seribu bahasa.

     

    “Men… Mentari?”

     

    “Kita bakal ngejar mentari yang dulu pernah hilang,” ucap Alvin yakin tanpa memandang Via

    sedikitpun.

     

    Via? Dia membeku di tempatnya. Kepingan memori di otaknya seakan memaksa untuk keluar,

    membuatnya menutup kedua telinganya seketika.

     

    “NGGA! MENTARI UDAH MATI! NGGA ADA LAGI MENTARI! MENTARI UDAH LAMA MATI!”

    teriak Via sambil menutup mata dan telinganya, seolah enggan menerima atau mendengar

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    18/29

    apapun tentang Mentari. Sayangnya kepingan memori di otaknya selalu saja muncul tanpa

    ampun, seolah ingin menunjukkan kenyataan yang ada padanya.

     

    “Bagi gue, Mentari masih ada. Dia masih hidup di hati dan hidup gue,” tandas Alvin yakin.

     

    “LO EGOIS! GUE BENCI LO, ALVIN!” raung Via, matanya menatap Alvin terluka. Tidak

    mengertikah Alvin, dia tengah membuka kembali luka lama Via?

     

    “Gue ngga egois. Gue cuma mau Mentari gue balik. Itu aja.”

     

    Selesai. Pembicaraan itu selesai dengan sendirinya.

     

    ***

     

    “Ngapain kesini?” tanya Via ketus begitu menyadari kemana Alvin membawanya. Dufan.

     

    “Kan udah gue bilang gue mau ngejar Mentari, gimana sih lo?” sahut Alvin santai tanpa

    mempedulikan nada ketus yang digunakan Via. Alvin juga tak peduli reaksi Via setelah

    mendengar kata-katanya. Dia dengan entengnya menarik tangan Via menuju salah satu stan

    yang menjual pakaian ganti untuk para pengunjung. Jelas mereka harus mengganti bajunya

    karena mereka masih mengenakan seragam VHS.

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    19/29

     

    “Mau ngapain?” tanya Via curiga saat Alvin kembali dengan bungkusan di tangannya. Kemeja

    sekolahnya sudah berganti dengan T-shirt hitam lengan panjang yang ditarik sesiku.

     

    Alvin menyeringai dan menyerahkan bungkusan di tangannya pada Via, kemudian setengah

    memaksa menyeret gadis chubby itu ke ruang ganti.

     

    “Aturan pertama : ganti baju lo dengan baju ini, sekarang!” titah Alvin lantas mendorong Via

    masuk ruang ganti tanpa berminat mendengar apapun dari gadis itu.

     

    Sementara di dalam, Via membatu. Tangannya menatap kosong T-shirt putih di depannya.

     

    "Aturan pertama: ganti baju lo dengan baju ini, sekarang!”

     

    “Kenapa harus ganti baju sih? Pake baju ini kenapa?”

     

    “Kita masih pake seragam, nona bawel! Lo mau kita diusir gara-gara ni seragam? Udah deh

    ngga usah cerewet ikutin aja aturan gue.”

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    20/29

    Tanpa diduga, air mata jatuh membasahi wajah chubbynya. Isakan kecil terdengar menggema

    di ruang ganti ini.

     

    “Kenapa? Kenapa lo lakuin ini, Alvin?” isaknya pilu.

     

    Alvin menghela napas mendengar isakan gadis chubby itu. “Maaf, Vi. Hanya ini satu-satunya

    cara. Gue cuma mau Mentari gue balik. Maaf kalo gue harus ngebuat lo ngerasain luka itu lagi,”

    gumamnya penuh sesal. Lantas dia menutup matanya sejenak dan membukanya lagi.

     

    “Udah belom? Lama amat sih ganti baju doang? Tidur ya?” tanya Alvin. Dia bukannya tidak

    mendengar isakan Via tapi ini demi keberhasilan rencana yang sudah disusunnya jauh-jauh hari

    demi mendapatkan kembali Mentarinya yang dulu hilang.

     

    Tak lama Via keluar dengan bibir mengerucut. Cemberut. Ngambek. Itu yang ditangkap Alvin

    begitu gadis chubby itu keluar. Tapi dia tak peduli. Gadis itu memang sering ngambek

    dengannya, tapi tak lama gadis itu pasti akan mengajaknya bicara lagi.

     

    “Mau ngapain sih disini?” tanyanya ketus. Tuhkan.

     

    “Aturan kedua: ngga boleh ada protes selama lo sama gue hari ini,” ujar Alvin sambil menarik –

    menggenggam lebih tepatnya– tangan Via menuju beberapa wahana yang ada di depanmereka.

     

    Lagi, Via tertegun. Kilatan masa lalu kembali terngiang di benaknya.

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    21/29

     

    “Aturan kedua: ngga boleh ada protes selama lo sama gue hari ini,”

     

    “Kok gitu sih? Ngga adil dong!”

     

    “Suka-suka gue, orang lo lagi sama gue ini. Udah ah dibilang ngga usah protes juga,”

     

    “Tapi––”

     

    “––Lo protes sekali lagi gue cium nih!”

     

    “Iya iya iya ngga bakal protes lagi,”

     

    “Nah gitu dong, anak manis,”

     

    “Nyebelin!”

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    22/29

    Via mengerjapkan matanya perlahan.Ngga! Gue ngga bakal kalah sama Mentari! Gue bakal

    buktikan Mentari itu udah mati! “Lepasin!” ujarnya dingin sambil berusaha menyentakkan tangan

    Alvin.

     

    Alvin menoleh mendengar nada dingin yang digunakan Via. Dia mendesah. Gadis itu kembali

    menutup dirinya. “Gue udah bilang ngga ada protes, kan? Atau lo mau gue cium disini?”

     

    “Cium aja kalo berani!” tantang Via. Sebenarnya dia takut juga sih, tapi entah kenapa berada di

    Dufan bareng Alvin jauh lebih menakutkan.

     

    “Gue ngga pernah main-main sama ucapan gue. Lo tau itu kan?” secara perlahan Alvin

    mempersempit jarak antara mereka. Tangan kanannya meraih dagu Via dan mendekatkan

    wajahnya pada gadis chubby itu. Tepat ketika bibir mereka akan bersentuhan, Via memekik

    histeris.

     

    “Okay fine!Lo menang kali ini. Silakan kejar mentari lo tanpa gue!”

     

    “Lo gila? Mana mungkin gue ngejar mentari kalo lo ngga ada!” tukas Alvin kesal. Sial! Ternyata

    gadis ini benar-benar menutup dirinya sendiri.

     

    “Kenapa? Bukannya lo bisa ngedapetin apapun yang lo mau tanpa ngelibatin gue?”

     

    “Karna lo itu Mentari, Via!”

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    23/29

    “GUE BUKAN MENTARI! MENTARI UDAH MATI! NGGA ADA LAGI MENTARI!” raung Via

    sambil berlari menjauhi Alvin.

     

    Alvin mengacak rambutnya frustasi. Sial! Dia tidak mengira akan sesulit ini mengejar mentarinya

    yang dikubur rapat-rapat oleh Via itu.

     

    ***

     

    Via terduduk di pantai dengan kedua lengan yang memeluk lututnya. Terlalu banyak kenangan

    masa lalu yang melintas di benaknya membawanya ke pantai ini.

    Sebuah jaket yang tersampir di bahunya tidak membuatnya merubah posisinya tadi. Dia tau

    siapa pemilik jaket yang sudah duduk disampingnya sekarang.

     

    “Kenapa lo lakuin ini ke gue?” tanyanya datar. Dan dingin.

     

    “Gue cuma mau Mentari gue balik. Itu aja,” ujar Alvin cuek. Dia memang sudah

    memperhitungkan semuanya, dan tidak akan melepaskan Mentarinya lagi untuk yang kedua

    kali.

     

    “Mentari udah mati!” desis Via.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    24/29

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    25/29

    Via diam. Matanya menatap kosong laut di depannya. Entahlah, mungkin luka dihatinya sudah

    teramat besar hingga sekarang dia mati rasa.

     

    “Gue minta maaf karna ngga bisa ada disamping lo dulu, ngga bisa nemenin lo saat masa-

    masa suram dalam hidup lo. Tapi gue mohon, Vi, jangan siksa diri lo kaya gini. Sakit tau ngga

    ngeliatnya,”

     

    Lagi-lagi Via tak menjawab. Sinar ceria dimatanya meredup.

     

    “Sivia Mentari …” ujar Alvin akhirnya. Dia tau satu kata itu akan kembali membangkitkan jiwa

    kelam Via.

     

    “GUE BUKAN MENTARI! DAN JANGAN PERNAH SEBUT NAMA ITU DI DEPAN GUE LAGI!”

     

    “SIVIA MENTARI!” tanpa sadar Alvin membentak Via, membuat Via diam tak berkutik.

     

    “Bagus, bahkan sekarang lo berani ngebentak gue gara-gara mentari. Ucapkan selamat tinggal

    pada Mentari, Alvin, karna dia benar-benar udah mati sekarang!” ujar Via dingin lantas berdiri

    dan berlalu meninggalkan Alvin.

     

    “Please… jangan pergi lagi. Jangan tinggalin gue lagi. Maaf kalo selama ini gue ngga pernah

    ada saat lo perlu gue. Gue tau gue salah, tapi tolong jangan giniin gue lagi. Sakit Vi ngeliat lo

    kaya gini terus,” ujar Alvin yang kini memeluk erat Via dari belakang. Masa bodo dengan

    statusnya sebagaientertainer, yang penting dia bisa mendapatkan Mentarinya kembali.

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    26/29

     

    “Alvin, lepasin! Gue bukan Mentari! Mentari udah lama mati!”

     

    “Udah Via berhenti! Berhenti pura-pura! Berhenti bilang lo bukan Mentari! Berhenti nipu diri lo

    sendiri! Gue mohon…”

     

    “Siapa lo nyuruh-nyuruh gue? Papa gue aja udah ngga peduli sama gue lagi! Kenapa lo harus

    pura-pura perhatian sama gue?” tanya Via dingin. Tapi Alvin bersumpah suara gadis itu

    bergetar, dan ada genangan air mata di pelupuk matanya.

     

    “Gue Langit lo, Via. Lo lupa? Alvin Cakrawala! Lo selalu punya gue, jadi kenapa harus

    menghindar lagi?”

     

    “Ngga pernah ada LANGIT! Ngga pernah ada MENTARI! Mereka berdua udah mati! Lo sendiri

    yang bunuh mereka, Alvin!” ujar Via sambil berusaha melepaskan rangkulan Alvin. Tapi sia-sia,

    sekuat apapun dia mencoba, Alvin tak akan pernah melepasnya. Hingga akhirnya dia terduduk

    lemah di pasir pantai, diikuti Alvin tentu saja.

     

    “Gue benci lo, Alvin! Lo pembohong! Lo bilang bakal selalu ada buat gue, tapi mana? Lo ngga

    ada saat gue perlu lo banget! Lo lebih milih temen-temen lo daripada gue, PACAR LO! Uups,

    mantan pacar, maksud gue,” ujar Via lirih, tapi nadanya mendingin saat menyebut kata ‘mantan’.

     

    Alvin terdiam. Dia memang tak berniat membalas ucapan Via tadi. Dia lebih memilih

    mendengarkan seluruh unek-unek gadis di pelukannya ini daripada mengelak segala tuduhan

    yang dituduhkan padanya. Untuk apa mengelak? Toh dia memang seperti itu. Kenyataannya dia

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    27/29

    tidak ada saat gadis itu terpuruk. Dia lebih –bukan kemauannya– memilih teman-temannya

    daripada pacarnya. Kali ini dia tidak akan menyangkal lagi. Tidak jika hal itu bisa

    mengembalikan Mentarinya.

     

    “Lo egois, Alvin! Pernah ngga sih sekali aja lo mikirin gue waktu itu? Mikirin perasaan gue?

    Mikirin mental gue? Saat kakak kesayangan gue meninggal di depan mata kepala gue sendiri,

    orang yang gue harapkan menjadi penopang waktu gue rapuh malah ngga ada. Lo malah

    ngebentak gue waktu gue nangis-nangis mohon-mohon minta lo temenin waktu itu. Lo lupa?

    Sekarang lo dengan seenaknya minta Mentari balik lagi? At your dreams!”seru Via penuh

    emosi.

    Lagi, Alvin membiarkannya mengeluarkan semua unek-uneknya. Lagi, Alvin tidak menyangkalapapun yang diucapkan Via.

     

    “Lo jahat banget sih, Vin? Setelah apa yang lo lakuin ke gue dulu, sekarang dengan seenaknya

    lo nuntut gue yang dulu? Lo lupa kalo lo yang udah bunuh gue yang dulu? Kenapa sekarang lo

    berubah pikiran? Kenapa, Alvin? KENAPA?!”

     

    “…”

     

    “Lo jahat banget, Alvin… jahat… jahat… jahat…” kali ini Via terisak. Badannya gemetar.

    Rasanya semuanya terlalu berat untuk ditanggung sendiri. Luka yang terus-menerus

    dipendamnya sendiri.

     

    Alvin hanya bisa diam sambil mempererat pelukannya di tubuh gadis rapuh itu. Sebenarnya

    hatinya teriris pilu mendengar isakan pedih gadis chubby itu. Tapi hanya ini yang bisa dia

    lakukan. Hanya ini yang bisa dia perbuat untuk mengembalikan Mentarinya yang dulu hilang.

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    28/29

     

    “Udah?” tanya Alvin saat disadarinya tubuh itu tak lagi gemetar.

     

    Via menatap Alvin, seolah menumpahkan semua luka dan sakit hatinya lewat tatapan mata.

     

    “Sekarang giliran gue ngomong. Selama gue ngomong, gue harap lo ngga nyela pembicaraan

    gue kaya dulu lagi, karna gue ngga bakal bilang ini lebih dari satu kali, ngerti?” tanya Alvin.

     

    Tanpa jawaban dari Via. Toh Alvin sendiri tidak membutuhkan jawaban.

     

    “Gue tau gue salah ninggalin lo dulu. Gue juga tau percuma gue minta maaf karna lo ngga

    bakal pernah mau maafin gue. Gue ngga ngarepin maaf dari lo karna gue tau kesalahan gue di

    mata lo ngga termaafkan. Gue juga ngga bakal ngebelain diri gue kaya dulu lagi. Gue cuma

    mau lo tau, gue masih Langit yang akan selalu jadi tempat kembali buat Mentari. Gue masih

    Langit yang akan selalu ada buat Mentari. Gue masih Langit yang akan memberikan apapun

    buat Mentari. Dan gue juga masih Langit yang akan selalu sayang sama Mentari. Langit ngga

    akan pernah berubah buat Mentari, dan gue harap Mentari juga ngga akan pernah berubah

    demi Langit. Gue pengen Mentari gue kembali, itu aja. Maaf kalo gue udah berani meminta

    sama lo. Gue tau lo ngga bakal ngabulin permintaan gue kali ini, tapi gue bener-bener minta

    sama lo, kembali jadi Mentari buat gue,” ujar Alvin panjang lebar. Kali ini mereka berdua duduk

    berhadapan dengan tangan Alvin menggenggam erat kedua tangan Via.

     

    “Gue tau gue egois, dan gue ngga menampik hal itu. Sekali lagi, gue pengen egois sekali lagi,

    bolehkah gue berharap Mentari bakal balik ke gue lagi?” tanya Alvin penuh harap.

     

  • 8/16/2019 Mengejar Mentari

    29/29

    Selesai. Selesai semua perjuangannya. Perjuangan selama bertahun-tahun demi mendapatkan

    Mentarinya kembali. Sekarang semuanya tergantung kepada Via. Perjuangannya bertahun-

    tahun ada di tangan gadis chubby itu.

     

    ***

     @AlvShine perjuangan berat, doain gue guys!

    @AlvShine selesai … semuanya selesai sampai disini … Selamat tinggal Mentari …

    mungkin aku emang harus relakan dirimu …

    @AlvShine I love you, My Sun