menampar ideologi kampus

4
Catatan KAKI Kaki Tangan Demokrasi & Keadilan Abd. Aziz Direktur Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Tindakan yang dilakukan oleh pihak birokrasi sastra dalam menyelesaikan masalah internal telah termasuk sebagai ndakan represi. Semesnya masalah yang mbul akibat perbedaan pendapat antara mahasiswa dan birokrasi dapat diselesaikan dengan jalan dialog, untuk mempertemukan kedua pendapat yang berbeda. Bukannya terus merepresi mahasiswa dengan aturan dan satpam. Sebab kasus yang dianggap “menghina” oleh birokrasi muncul dari akumulasi kekecewaan mahasiswa terhadap keinerja birokrasi. Sehingga birokrasi juga perlu mengevaluasi diri.” Ostaf Al Mustafa Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) Sulawesi-Selatan Kampus sebagai miniatur negara, selalu membutuhkan ga korban untuk hal apapun, bahkan bisa dilebihkan. Satu korban, biasanya dianggap terlalu kecil untuk diurus oleh beberapa anggota Komisi Disiplin (Komdis). Dua korban, meski sudah genap, tapi masih kurang bila boneka-boneka rektorat dalam Komdis merasa perlu memperpanjang penderitaan mahasiswa. Tiga korban merupakan jumlah yang tepat, agar Komdis kelihatan memiliki pekerjaan dengan durasi kebonekaan yang lebih lama. Tidak sehari, bahkan berhari-hari. Bila teriakan, tak bisa lagi mereka dengar. Tulisan-tulisan protes enggan mereka baca, maka tak ada cara terbaik selain meng-AMUK. AMUK, baik dalam versi singkatan maupun dalam pembesaran kemarahan , harus tetap dilakukan melebihi durasi kerja Komdis. Bila Komdis menggunakan sehari untuk membera ga korban dengan sangsi, maka harus mengamuk selama sepekan. Keka Komdis butuh dua hari untuk menetapkan rekayasa kesalahan, maka harus dilawan dengan mengamuk selama sebulan. Begitulah seterusnya dengan daya tahan pengamukan yang tak boleh leh. Tanpa mengamuk, maka kedaulatan mahasiswa tak akan pernah berenergi lagi. Maka dengan itu, mengamuk perlu diproklamasikan untuk penggejolak kemerdekaan dan penggelegar kedaulatan mahasiswa TESTIMONI... Nirwan Ketua Senat Mahasiswa Ilmu Kelautan Unhas Birokrasi Unhas hari ini sangat bebal, mahasiswa dipandang sebagai makhluk pasif yang harus terus ditekan oleh aturan dan satpam. Oleh karena itu hanya ada satu kata, LAWAN…!!!!!” www.catatankaki.org EDISI KHUSUS

Upload: lpm-catatan-kaki-ukpm-uh

Post on 08-Apr-2016

265 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Menampar Ideologi Kampus

Catatan KAKI

Kaki Tangan Demokrasi & Keadilan

Abd. Aziz Direktur Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

“Tindakan yang dilakukan oleh pihak birokrasi sastra dalam menyelesaikan masalah internal telah termasuk sebagai �ndakan represi. Semes�nya masalah yang �mbul akibat perbedaan pendapat antara mahasiswa dan birokrasi dapat diselesaikan dengan jalan dialog, untuk mempertemukan kedua pendapat yang berbeda. Bukannya terus merepresi mahasiswa dengan aturan dan satpam. Sebab kasus yang dianggap “menghina” oleh birokrasi muncul dari akumulasi kekecewaan mahasiswa terhadap keinerja birokrasi. Sehingga birokrasi juga perlu mengevaluasi diri.”

Ostaf Al Mustafa Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) Sulawesi-Selatan

Kampus sebagai miniatur negara, selalu membutuhkan �ga korban untuk hal apapun, bahkan bisa

dilebihkan. Satu korban, biasanya dianggap terlalu kecil untuk diurus oleh beberapa anggota Komisi

Disiplin (Komdis). Dua korban, meski sudah genap, tapi masih kurang bila boneka-boneka rektorat

dalam Komdis merasa perlu memperpanjang penderitaan mahasiswa. Tiga korban merupakan jumlah

yang tepat, agar Komdis kelihatan memiliki pekerjaan dengan durasi kebonekaan yang lebih lama. Tidak

sehari, bahkan berhari-hari.

Bila teriakan, tak bisa lagi mereka dengar. Tulisan-tulisan protes enggan mereka baca, maka tak ada

cara terbaik selain meng-AMUK. AMUK, baik dalam versi singkatan maupun dalam pembesaran

kemarahan , harus tetap dilakukan melebihi durasi kerja Komdis. Bila Komdis menggunakan sehari

untuk membera� �ga korban dengan sangsi, maka harus mengamuk selama sepekan. Ke�ka Komdis

butuh dua hari untuk menetapkan rekayasa kesalahan, maka harus dilawan dengan mengamuk

selama sebulan. Begitulah seterusnya dengan daya tahan pengamukan yang tak boleh le�h. Tanpa

mengamuk, maka kedaulatan mahasiswa tak akan pernah berenergi lagi. Maka dengan itu,

mengamuk perlu diproklamasikan untuk penggejolak kemerdekaan dan penggelegar kedaulatan

mahasiswa

TESTIMONI...

NirwanKetua Senat Mahasiswa Ilmu Kelautan Unhas

Birokrasi Unhas hari ini sangat bebal, mahasiswa dipandang sebagai

makhluk pasif yang harus terus ditekan oleh aturan dan satpam. Oleh

karena itu hanya ada satu kata, LAWAN…!!!!!”

www.catatankaki.org

EDISI KHUSUS

Page 2: Menampar Ideologi Kampus

Memasuki awal tahun 2013, seper� komune semut yang menyerang caka beberapa bulan terakhir,nama Unhas sedang ramai dan meradang disebut - sebut dalam berbagai media massa, �dak lain karena Unhas saat ini berhasil mendapatkan akreditasi A semenjak ditetapkannya tertanggal 21 Februari 2013 dalam rapat pleno BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi). Atas prestasi ini, Keluarga komune Caka mengucapkan Selamat atas keputusan tersebut, Unhas menjadi satu – satunya Perguruan Tinggi di Indonesia Timur yang mendapat akreditasi A. Yang berar� dalam beberapa pandangan ada banyak kemajuan yang membuat Unhas meraih gelar tersebut. Seper� apa saja kemajuan itu?. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak prestasi berupa terbangunnya infrastruktur yang dapat terlihat dengan mata ditelanjangi dilingkar kampus merah. Pembangunan dua Rumah Sakit pendidikan, gedung olah raga, penataan jalan dan fasilitas-fasilitas lain sebagai penunjang dan wadah proses berkemahasiswaan dan akademik.

Bersamaan dengan itu berbagai aturan yang menyangkut urusan-urusan kemahasiswaan diperketat, direvisi, guna mencegah�mbulnya konflik-konflik yang dapat merusak citrakampus dimata masyarakat luas. Diterbitkannya aturan tahun 2013 adalah salah satu capaiannya, tata ter�b kampus yang baru – baru lahir tersebut adalah langkah �ngkat lanjut menjemput akreditasi yang saat ini sedang diagung-agungkan. Walaupun, beberapa pasang mata menganggap aturan tersebut terkesan dipaksakan dan terburu – buru. Banyak unsur represif yang lebih bersifat personal dan moral dibanding yang bersifat keilmuan.

Sebelum aturan tersebut diterbitkan, beberapa bulan sebelumnya sempat terjadi beberapa konflik antara birokrasi dan masyarakat, serta antara birokrasi dan mahasiswa sendiri. Seper� Ancaman penggusuran pedagang kaki lima di Workshop, pelarangan beroperasinya supir pete-pete di area kampus, tawuran antara mahasiswa FIS dan Teknik serta aksi Mahasiswa Fakultas Sastra dalam upayamenuntut dicabutnya sanksi dan proses skorsing kepadaenam orang mahasiswa sastra.

Tim Redaksi CAKA, setelah sekian lama menghilang akibat konflik yang terjadi antara kami dan pihak birokrasi, dimana terbitan sebelumnya mengenai GOR Unhas mendapat kri�kan keras.Pendanaan untuk memperlancar kerja-kerja kami agak sedikit terhambat namunkami hadir kembali.Hadirnya anggota baru menjadi amunisi sehingga kami dapat menguji kembali eksistensi kami ditengah riak kehidupan Civitas Akademika.

Newsle�er yang hadir dihadapan para pembaca, mencoba merefleksi kembali masalah-masalah kemahasiswaan yang pernah terjadi di kampus ini, melihat bagaimana birokrasi menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi. Sedikit mengin�p permasalahan yang dihadapi Mahasiswa Fakultas Sastra. Aksi disastra yang masih berlangsung hingga saa�ni mencoba menuntut keadilandimana kata ini masih tetap menjadi barang mahal di kampus merah. Birokrasi masih terkesan memanfaatkan kekuatan dengan represi dan in�midasi melalui ruang – ruang dimana demokrasi telah ma�, ruang kelas.

Semangat Perlawanan yang ditunjukkan kawan – kawan di Sastra dan kawan-kawan lain sebelum Sastra memperlihatkan bahwa eksistensi gerakan dalam kampus ini masih membara dan hadir disekitar kita. Kami senang dan bersyukur perlawanan masih dan tetap ada. Jika mereka dapat menghantui kita dengan skorsing dan D.O, pas�kan kita menjadi mimpi buruk bagi mereka. Jika mereka mampu memakai segala cara membuat kita tunduk, pas�kan bahwa kita punya lebih banyak cara untuk membuat hidup mereka �dak tenang. Jika kata �dak lagi menjadi senjata, maka gan�lah kata itu dengan batu. (Vademikum)

Dipenghujung sambutan ini, kami memberikan apresiasi sebesar-besarnya terhadap aksi yang dilakukan oleh kawan-kawan di Fakultas Sastraserta seluruh aksi-aksi yang dilakukan oleh para pembangkang di seantero planet ini.

REDA

KSI

New

-Sh

it-L

e�e

r in

i dit

erb

itka

n o

leh

Un

it K

egi

atan

Pe

rs M

ahas

isw

a (U

KP

M)

Un

ive

rsit

as H

asan

ud

din

Pen

angg

un

g Ja

wab

: Tu

han

Yan

g M

aha

Esa

Pem

imp

in U

mu

m: A

man

Wija

yaPe

mim

pin

Red

aksi

: Pen

iel C

han

dra

Rep

ort

er: R

imb

a, A

man

Wija

ya, P

enie

l Ch

and

raEd

ito

r: R

imb

aIlu

stra

si: P

enie

l Ch

and

raLa

you

t: A

di

Sirk

ula

si: U

li, H

isb

ah, K

urn

i

ww

w.c

ata

tan

kaki

.org

www.catatankaki.org

Panjang umur perlawanan… !!!

Kampus merupakan salah satu sarana mencari ilmu

pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa dan mahasiswi. Dari

segi umur, sebagian besar mahasiswa termasuk dalam kategori

remaja yang masih labil dan berusaha mencari ja� dirinya.

Kampus, sebagai salah satu wadah ilmu perlu mengkondisikan

posisi mahasiswa dan mahasiswi yang notabene memerlukan

perha�an yang cukup. Bukan mengacuhkannya, apalagi

memberi hukuman.

Perha�an yang diberikan kepada mahasiswa �dak dapat

dianalogikan dengan sikap orang tua memberi perha�an

kepada anaknya yang berumur dua atau �ga tahun, tapi lebih

kepada memberikan hak untuk mengutarakan pendapat-

pendapat yang kri�s. Tetapi, pada kenyataannya birokrat

bersikap seakan-akan �dak mau mendengarkan keluhan

mahasiswa. Sikap seper� ini telah menciptakan tembok

pemisah sehingga �dak ada keharmonisan antara pengajar dan

pelajar.

Kejadian seper� ini terjadi di tengah-tengah kita sekarang ini.

Kasus di Fakultas Sastra adalah contohnya. Selama kurang lebih

sebulan mahasiswa mencoba mengutarakan pendapatnya ke

pihak dekanat, tapi seakan-akan mereka berbicara dengan

tembok. Tidak ada ruang yang bisa memposisikan Fakultas

Sastra layaknya “keluarga”. Benar-benar sangat di sayangkan

sebagai wadah mencari ilmu, tempat ini dibuat selayaknya

jalanan saja yang siapapun boleh mengoceh sesuka ha�nya

(itupun masih di tegur oleh Polisi Lalu Lintas).

Lalu bagaimana dengan teman-teman yang dikenakan

hukuman seper� skorsing gara-gara memberi kri�k kepada

kinerja yang kurang maksimal? Hal ini lucu, bagi seseorang yang

ingin mengkri�k, malah dijatuhkan hukuman. Menurut Ilham,

seorang psikolog dari UNM (Universitas Negeri Makassar)

mengatakan bahwa kondisi psikis yang dialami oleh seseorang

berstatus mahasiswa, j ika d ikenakan sanks i ak ibat

mengutarakan pendapatnya, secara �dak langsung dia

mengalami tekanan yang disebut dengan Represi Ideologi.

Represi ini menjadi ul�matum untuk membatasi ruang pikir

mahasiswa yang beranjak kri�s. Dampak yang sangat

mengerikan dari adanya kasus seper� ini adalah sumber daya

yang dihasilkan dari kampus mempunyai mind set penindas dan

berpikir pendek. Lama kelamaan mungkin �dak ada orang yang

bisa berpikir. Selain diberi tekanan mental (membatasi ideologi),

mahasiswa tersebut juga mendapatkan tekanan fisik yang

disebutRepresi Aparatus. Mahasiswa yang merasa benar atas

kri�kannya kemudian �dak menerima sanksi yang diberikan

dengan cara melakukan demonstrasi, maka akan berhadapan

dengan satpam atau Security kampus. Bukannya membuka

ruang untuk berdiskusi, malah menjadikan satpam sebagai

tameng untuk melindungi diri.

Ilham menambahkan, selain itu mahasiswa yang telah

Opini

MENAMPARIDEOLOGI KAMPUS

Page 3: Menampar Ideologi Kampus

“Skorsing maupun DO bukanlah jalan keluar untuk menyelesaikan masalah kemahasiswaan”

Catatan Utama

Melihat sejarah perjalanan perguruan �nggi di Indonesia,

maka kita akan melihat bagaimana konflik, baik

horizontalmaupun ver�kal ikut mengambil peran dalam

mewarnai sejarah itu sendiri.Mulai dari tawuran sesama

Mahasiswa hingga menentang aturan birokrasi, terus terjadi

dari tahun ke tahun. Namun yang perlu kita perha�kan dari

fenomena tersebut adalah, bagaimana birokrasi kampus

menghadapi polemik-polemik kemahasiswaan yang terjadi.

Unhas, salah satu perguruan �nggi negeri yang ada

di Kota Makassar. Jika melihat berbagai konflik yang pernah

terjadi di Unhas, membuk�kan ke�dakberdayaan pihak

b i r o k r a s i d a l a m m e n a n g a n i m a s a l a h - m a s a l a h

kemahasiswaan. Karena itu,ada bagusnya kita melihat

beberapa masalah kemahasiswaan yang pernah terjadi di

kampus ini, kampus dengan akreditasi A, kampus merah.

Tahun 2010, sebanyak ± 150 orang mahasiswa

jurusan teknik geologi dikenakan sanksi skorsing karena

mengadakan pengaderan untuk mahasiswa baru. Tahun

2011, 3 orang tercatat mendapatkan sanksi DO karena

terlibat dalam tawuran antara mahasiswa Fak. Kehutanan

dan Teknik. Bahkankepolisian ikut dilibatkan dalam

menyelesaikan persoalan tersebut, padahal keberadaan

aparat dalam ruang kampus adalah sesuatu yang

seharusnya diminimalkan bahkan �dak boleh terjadi.

Tahun 2012, dua orang mahasiswa yang masing-masing

ak�f di Korpala(Korps Pecinta Alam) dan SAR(Search and

Rescue)harus mendapatkan sanksi skorsing karena dianggap

terlibat dalam konflik yang terjadi dikedua UKM tersebut. Tiga

orang mahasiswa Fak. Kelautan diskorsing berdasar insiden

diawal tahun 2012 dan yang masih hangat adalah tawuran

melibatkan mahasiswa Fak. Sospol dan Teknik beberapa minggu

yang lalu, seorang Mahasiswa Fakultas Sastra terancam

dikenakan skorsing karena diduga melakukan provokasi

bentrokan.Serta skorsing dua Mahasiswa Fakultas Sastra karena

dianggap menghina atribut (pejabat birokrasi) kampus, seper�

yang tercantum dalam SK skorsing tersebut.

Dari seluruh rentetan kejadian tersebut, sanksi

pemecatan dan skorsingadalah solusi yang diberikan oleh

birokrasi kampus. Diluar itu, sanksi diberikan melalui ruang –

ruang kelas seper� ancaman mendapat nilai Erroratau dipersulit

proses akademiknya. Faktanya,semua sanksi tersebut �dak

dapat meredam masalah-masalah kemahasiswaan dan terus

terjadi dari tahun ke tahun. Pemberian sanksi berupa nilai E

hingga D.O menunjukkan bahwa Pihak birokrasi beranggapan

bahwa penyebab dari semua kejadian i tu hanyalah

permasalahan moral semata. Sehingga dibutuhkan tekanan-

Muhammad Juzmail

Muhammad Arsyad Irawan

Perlawanan yang dilakukan di Sastra menurut beberapa

narasumber primer yang dihimpun Tim Caka mengatakan bahwa

tuntutan mereka untuk mencabut skorsing dan proses sanksi

sangat beralasan. Pihak birokrasi yang seharusnya hanya menjadi

mediator perkuliahan menjadi orang yang paling berpengaruh

dalam capaian akademik. Pihak Birokrasi �dak boleh disangsikan,

�dak boleh dihina, �dak boleh dikri�k, �dak boleh salah dalam

proses perkuliahan ataupun kelembagaan. Ancaman berupa

sanksi akademik dan in�midasi dalam kelas adalah hasil yang akan

didapat jika aturan informal itu dilanggar. Aksi solidaritas di

Sastra, bernama AMUK(Aliansi Mahasiswa Untuk Kekerasan

Akademik) adalah buah dari banyak kekecewaan yang

mereka alami, rentetan ancaman skorsing berbentuk

SK(Surat Keputusan) maupun yang masih dalam proses

peradilan KOMDIS (Komisi Disiplin) merupakan latar

belakang kelahiran mereka. Kekecewaan memuncak ke�ka

Enam kawan mereka diproses Komdis. Banyak prosedural

sidang yang �dak dijalankan, �dak ada BAP(Berita Acara

Page 4: Menampar Ideologi Kampus

Melihat sejarah perjalanan perguruan �nggi di Indonesia,

maka k i ta akan mel ihat baga imana konflik , ba ik

horizontalmaupun ver�kal ikut mengambil peran dalam

mewarnai sejarah itu sendiri.Mulai dari tawuran sesama

Mahasiswa hingga menentang aturan birokrasi, terus terjadi

dari tahun ke tahun. Namun yang perlu kita perha�kan dari

fenomena tersebut adalah, bagaimana birokrasi kampus

menghadapi polemik-polemik kemahasiswaan yang terjadi.

Unhas, salah satu perguruan �nggi negeri yang ada di

Kota Makassar. Jika melihat berbagai konflik yang pernah

terjadi di Unhas, membuk�kan ke�dakberdayaan pihak

b i r o k r a s i d a l a m m e n a n g a n i m a s a l a h - m a s a l a h

kemahasiswaan. Karena itu,ada bagusnya kita melihat

beberapa masalah kemahasiswaan yang pernah terjadi di

kampus ini, kampus dengan akreditasi A, kampus merah.

Tahun 2010, sebanyak ± 150 orang mahasiswa

jurusan teknik geologi dikenakan sanksi skorsing karena

mengadakan pengaderan untuk mahasiswa baru. Tahun 2011,

3 orang tercatat mendapatkan sanksi DO karena terlibat dalam

tawuran antara mahasiswa Fak. Kehutanan dan Teknik.

Bahkankepolisian ikut dilibatkan dalam menyelesaikan

persoalan tersebut, padahal keberadaan aparat dalam ruang

kampus adalah sesuatu yang seharusnya diminimalkan bahkan

�dak boleh terjadi.

Tahun 2012, dua orang mahasiswa yang masing-

masing ak�f di Korpala(Korps Pecinta Alam) dan SAR(Search and

Rescue)harus mendapatkan sanksi skorsing karena dianggap

terlibat dalam konflik yang terjadi dikedua UKM tersebut. Tiga

orang mahasiswa Fak. Kelautan diskorsing berdasar insiden

diawal tahun 2012 dan yang masih hangat adalah tawuran

melibatkan mahasiswa Fak. Sospol dan Teknik beberapa minggu

yang lalu, seorang Mahasiswa Fakultas Sastra terancam

dikenakan skorsing karena diduga melakukan provokasi

bentrokan.Serta skorsing dua Mahasiswa Fakultas Sastra karena

dianggap menghina atribut (pejabat birokrasi) kampus, seper�

yang tercantum dalam SK skorsing tersebut.

Menjemput ketidakmerdekaanSatu bulan lebih, Unhas sedang digemparkan oleh aksi yang dilakukan

oleh Aliansi Mahasiswa Untuk Keadilan (AMUK).Mereka memboikot

gedung dekanat Sastra selama seminggu, kemudian dilanjutkan

dengan terus memberikan pressure kepada birokrasi dengan

mendirikan panggung solidaritas an� kekerasan akademik. Aksi

tersebut dilakukan untuk menolak kekerasan akademik yang terjadi

di Unhas,khususnya di fakultas sastra, dan menuntut agar sanksi

skorsing yang dijatuhkan kepada �ga mahasiswa sastra atas tuduhan

yang berbeda-beda segera dicabut. Berikut akan dijelaskan kronologis

kejadian yang menimpa ke�ga mahasiswa sastra diantaranya

Andre Pranata, Muh.Juzmail, Muh.Arsyad Irawan yang dikemas

dalam bentuk ilustrasi.

Andre �ba dikampus untuk

memasuki ruang kuliah,

namun kelas berakhir

lebih awal karena dosen

�dak hadir.

10.00 wita

10.30 wita

Sebagai pengurus himpunan Sastra Inggris,

mendengar kabar tentang bentrokan yang akan terjadi

di depan perpustakaan pusat Andre bergegas menuju

ke Sekretariat Mahasiswa Baru (ex-Foresight) yang

lokasinya berdekatan dengan sumber bentrokan.

10.30-12.10

12.20

Sekitar pukul 12.20 bentrokan terjadi, Andre

kembali ke secretariat mahasiswa baru untuk

mengamankan beberapa inventaris kepani�aan.

Andre meniggalkan kelas

Andre kembali ke Fakultas Sastra untuk memasuki

kembali kuliah pukul 12:50 di FIB lt 3 melewa�

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli�k (FISIPOL). Pada

saat inilah Andre melintas di tengah kerumunan

tawuran dan masuk dalam rekaman video

12.30

KRONOLOGI

Andre berada di Kolonk Sastra bersama

beberapa teman –temannya.

bentrokan belum terjadi saat Andre berada

di Sekretariat maba, namun kedua belah

pihak sedang dalam keadaan bersiaga.

Andre kembali ke Kolonk sastra.