mempertahankan ajaran buddha fileno.20 / mei 2006 2 sutra “jangka waktu hidup sang tathagata,”...

28
1 PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA NO.20 MEI 2006 uji berarti hidup dalam kehidupan ini, dengan mempertahankan ajaran Buddha dengan keyakinan dan kepercayaan yang kuat. Ini adalah prioritas utama dari Lima Macam Pelaksanaan dari seorang Guru Dharma atau Goshu Hosshi-gyō. Ketika kamu melaksanakan dokyo harian, kamu membaca Kaikyō-ge, sajak pembukaan Sutra. Dalam sajak ini, terdapat sebuah kutipan kalimat, “Ware ima kenmonshi juji surukoto wo etari,” yang berarti, “Sekarang kita telah bertemu, mendengar, menerima dan menjaga sutra ini.” Maka Juji adalah sebuah istilah yang sangat dekat dengan kalian. Bagaimanapun, juga terdapat kalimat yang mengatakan, “Hyaku sen man gō nimo aitatematsuru koto katashi,” atau “Sutra ini sangat sulit ditemui meskipun sekali dalam waktu seribu atau seribu juta tahun,” kita harus sadar bahwa tidaklah mudah untuk bertemu dengan ajaran Buddha. Meskipun, Sang Buddha tidak membatasi ajaranNya untuk kita. Sang Buddha berusaha terus menerus berbicara kepada kita setiap waktu dan semua tempat. Meskipun demikian, kita tidak peduli dan terus berkeinginan untuk hidup dalam kehidupan yang penuh dengan segala macam kekacauan disekitar kita ini. Dalam bab XVI, Saddharma Pundarika Mempertahankan Ajaran Buddha Oleh: YM.Bhiksu Jun-ichi Nakamura Illustrasi oleh: Hiroshige Katsu j

Upload: truongkhanh

Post on 29-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

1

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA

NO.20MEI 2006

uji berarti hidup dalam kehidupan ini, dengan mempertahankan a j a r a n B u d d h a d e n g a n

keyakinan dan kepercayaan yang kuat. Ini adalah prioritas utama dari Lima Macam Pelaksanaan dari seorang Guru Dharma atau Goshu Hosshi-gyō. Ketika kamu melaksanakan dokyo harian, kamu membaca Kaikyō-ge, sajak pembukaan Sutra. Dalam sajak ini, terdapat sebuah kutipan kalimat, “Ware ima kenmonshi juji surukoto wo etari,” yang berarti, “Sekarang kita telah bertemu, mendengar, menerima dan menjaga sutra ini.” Maka Juji adalah sebuah istilah yang sangat dekat dengan kalian. Bagaimanapun, juga terdapat kalimat yang mengatakan, “Hyaku sen man gō nimo aitatematsuru koto katashi,” atau “Sutra ini sangat sulit ditemui meskipun sekali dalam waktu seribu atau seribu juta tahun,” kita harus sadar bahwa tidaklah mudah untuk bertemu dengan ajaran Buddha. Meskipun, Sang Buddha tidak membatasi ajaranNya untuk kita. Sang Buddha berusaha terus menerus berbicara kepada kita setiap waktu dan semua tempat. Meskipun demikian, kita tidak peduli dan terus berkeinginan untuk hidup dalam kehidupan yang penuh dengan segala macam kekacauan disekitar kita ini. Dalam bab XVI, Saddharma Pundarika

Mempertahankan Ajaran Buddha

Oleh: YM.Bhiksu Jun-ichi NakamuraIllustrasi oleh: Hiroshige Katsu

j

Page 2: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

2

Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha, “Karena Karma Buruk mereka, orang-orang yang penuh dosa ini tidak mampu mendengarkan bahkan hanya nama dari Tiga Pusaka selama asamkhya kalpa,” dan kepada mereka yang melaksanakan ‘Jalan’, Ia juga menyatakan, “Kepada mereka yang telah mengumpulkan kebajikan, dan mereka yang lemah lembut dan tulus, dan kepada mereka yang melihat Aku tinggal disini, membabarkan, . . . Aku berkata: ‘Sungguhlah sulit bertemu dengan seorang Buddha.’ ” Aku setuju dengan kata-kata Buddha, sebagai orang biasa, kadang-kadang merasa menentang kata-kata tersebut. Hal ini disebabkan dalam jaman modern ini ketika dunia ini telah kehilangan kebenaran dan dipenuhi kepalsuan, sungguhlah sulit bagi orang untuk percaya orang lain tanpa sebuah bukti, bukankah demikian? Kita menerima telepon dari para telemarketing atau email spam setiap hari. Orang lain dapat menipu kita setiap saat. Oleh karena segala keraguan diriKu akan hal-hal seperti itu, kadang-kadang aku merasa tidak enak ketika berdekatan dengan Sang Buddha dalam pelaksanaanku. Aku mencoba untuk tidak mengeluh tentang orang lain tetapi dalam kehidupan masyarakat sekarang, menjadi seorang yang lemah lembut dan tulus adalah sungguh sulit untuk dapat dilaksanakan. Aku tahu bahwa mengeluh tentang orang lain akan membuat orang lain tidak bahagia. Pada suatu saat, seorang guru berkata kepada saya, “Ketika kamu menulis istilah dari “Mengeluh” dalam aksara China, aksara yang benar harusnya adalah (guchi) dibandingkan aksara , yang biasa digunakan orang-orang. Aksara (chi) berarti ‘Suatu keraguan abnormal dari yang lainnya.’ Ini akan membuat kita

menjadi seorang pengeluh setiap saat.” Ia juga berkata, “Kita tidak ragu-ragu karena kita tidak percaya. Kita ragu-ragu karena kita ingin menemukan sesuatu yang dapat kita percaya.” Mungkin hal ini benar. Karena dunia ini penuh dengan segala penipuan, orang-orang mencari ajaran yang sungguh-sungguh dapat mereka percaya dan bergantung kepadanya. K e t i k a a k u s e d a n g memikirkan kembali kata-kata dari guru tersebut, Aku kembali ingat akan kata-kata Nichiren Shonin. Setelah Ia masuk ke Gunung Kiyosumi pada usia 12 tahun, dan Ia berjanji kepada Bodhisattva Kokūzō, “Tolong buatlah Aku menjadi orang yang paling bijaksana di Jepang.” Ia juga mengingat kembali kenangan masa mudanya,“Sejak semua orang sedang berdoa dan Aku juga berdoa kepada Buddha Amitabha dan menerima namaNya, Namu Amidabutsu ketika masa kanak-kanakKu, Aku membuat sebuah janji karena Aku meragukan sesuatu.” (Myōhō Bikuni Gohenji) Pendir i k i ta , Nichi ren S h ō n i n m e m p u n y a i s e b u a h harapan, Ia berjuang, mempunyai sebuah keraguan, kemudian mulai berjalan disebuah jalan menuju sebuah keyakinan baru. Ketika aku mengingat tentang kehidupan pendiri kita, aku merasa bahwa aku telah menerima sebuah kekuatan besar dan dorongan untuk hidup dalam kehidupan ini. Nichiren Shōnin berpikir bahwa Ia tidak dapat yakin dengan ajaran Tanah Suci Buddhisme yang membenci dunia ini, sehingga Ia bangkit untuk mencari jalan ajaran Buddha yang sesungguhnya. Pikiran Nichiren Shonin ini adalah makna sesungguhnya dari “mereka yang lemah lembut dan tulus.” Empat tahun telah berlalu sejak Nichiren Shōnin memasuki Gunung Kiyosumi, Ia merubah nama kanak-kanakNya, Yakuōmaro menjadi Renchō, memotong rambutnya,

dan masuk menjadi bhiksu. Setelah memotong rambutnya, Dozen berpikir, “Renchō adalah seorang anak yang bijaksana. Sekarang hidupku menjadi lebih mudah sebab aku telah mengambil murid ini.” Renchō baru berumur 16 tahun waktu itu. Berdasarkan tulisan Nichiren Shōnin, Guru Dōzen tetap menyebut Nembutsu dan be rke ing inan untuk terlahir kembali di Tanah Suci Sukhawati, dimana sebuah dunia yang dituju seseorang setelah meninggal. Guru Nichiren Shōnin bisa menyebabkan Nichiren ragu akan keyakinanNya tetapi Ia tetap menghormati gurunya dan selalu berpikir, “Aku ingin menemukan sebuah jalan untuk menyelamatkan gurunya .” Aku yakin terdapat perbedaan yang besar antara Nichiren Shōnin dan guruNya, kehidupan mereka menghiasi dunia ini. Betapa indahnya segala macam perbedaan itu. Perwujudan dunia saat sekarang ini kita dapat melihat bahwa orang-orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan materi, mereka mengumpulkan bibit keburukan dan mereka sulit mendengarkan kata-kata Sang Buddha. Terlebih lagi, pertentangan atas nama agama membuat masa depan manusia penuh dengan segala resiko. Kita dapat meragukan tentang dunia ini dan jika semua itu benar, namun kita tidak boleh mengunci diri dalam dunia keluhan. Jika kita dengan sungguh-sungguh mencari pemecahan masalah itu, kita pasti akan menemukannya. Aku percaya bahwa Ju “menerima” dari Juji, melambangkan jalan yang positif dalam kehidupan.

Catatan:

Goshu Hosshi-gyō Hosshi, Guru Dharma atau Pelaksana Saddharma Pundairka Sutra

Page 3: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

3

harus melaksanakan Lina Jenis Pelaksanaan:

Juji – Menerima dan Menjaga Saddharma Pundarika Sutra, Doku – Membaca Sutra,Ju – Menghafal Sutra,Ge – Memahami Sutra,Setsu – Membabarkan Sutra,Shosha – Menyalin Sutra.

D e n g a n m e m p u n y a i keyakinan yang kuat kepada Saddharma Pundarika Sutra, belajar Sutra secara mendalam, membabarkan sutra kepada orang lain dan menyalin sutra dengan tangan, kita akan dapat menghias dan memurnikan ke-enam organ indera kita (mata, telinga, lidah, hidung, tubuh dan pikiran) dengan kebajikan ini. (Saddharma Pundarika Sutra, Bab.XIX) juga dalam Bab XV, Saddharma Pundarika Sutra, Boddhisattva Muncul dari Bumi. Gassho.

1.

2.3.4.5.6. Pencapaian KeBuddhaan

(Bibit Kebuddhaan)

"Suara burung didalam sangkar menarik perhatian burung-burung yang terbang diluar, dan burung-burung yang terbang bebas diluar menarik perhatian burung yang ada didalam sangkar untuk bebas. Hal ini sama seperti penyebutan O'daimoku akan memunculkan Bibit Kebuddhaan dalam diri kita. Bibit Kebuddhaan dari dewa Bonten dan Taishaku terpanggil oleh penyebutan O'daimoku dan karena itu mereka melindungi yang menyebut O'daimoku. Bibit Kebuddhaan dari para Buddha dan Bodhisattva juga terpanggil karena O'daimoku. Untuk mencapai Kebuddhaan secepatnya, seseorang harus melenyapkan segala kesombongan, membuang segala prasangka buruk, dan menyebut Namu Myoho Renge Kyo."

Hokke Shoshin Jobutsu ShoMencapai Penerangan dengan Saddharma Pundarika Sutra(Latar Belakang: 1277, di Minobu, Showa Teihon, p.1433)

-00-

Welas Asih Agung dari Sang Buddha(Sinar Matahari)

"Ketika matahari bersinar, maka daratan pun akan gemerlapan; demikian juga halnya mereka yang percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra akan dapat melihat kepalsuan Dunia. Bagi mereka yang tidak mampu melihat kebenaran dalam ajaran Tiga Ribu Gejala Dalam Sekejap Pikiran, Buddha Sakyamuni, dengan penuh welas asih, membungkus permata agung ini dalam lima aksara Myo Ho Ren Ge Kyo dan mengalungkannya dileher orang-orang Bodoh pada masa akhir dharma. Ke-Empat Bodhisattva Agung akan melindungi mereka, sama seperti T’ai Kung Wang dan Adipati Chou membantu raja muda, Raja Chen, dari Dinasti Cou, atau Ke-Empat Bersaudara Shang-shan melayani Kaisar Hui dari Dinasti Han pada jaman China kuno."

Kanjin Honzon ShoRisalah Yang Mengungkapkan Perenungan

Spiritual Terhadap Objek Pemujaan(Latar Belakang: 25 April 1273, Ichinosawa, Sado, Showa Teihon, p.720)

BAB KEBUDDHAANHal.10-16

A Collection of Nichiren Wisdom, Volume 1Terbitan: Nichiren Buddhist International CenterDiterjemahkan oleh: Josho S.Ekaputra

Page 4: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

4

addharma Pundarika Sutra, Bab XVIII menyatakan “Jasa Kebaj ikan dar i

Orang Ke-Lima Puluh.” Sang Buddha membabarkan, “KeAbadian HidupNya” atau “Hidup Sejati” dalam Saddharma Pundarika Sutra. Pada suatu interval ceramah Sang Buddha, Bodhisattva Maitreya bertanya kepada Sang Buddha, bagaimana jasa kebajikan dari seseorang yang gembira ketika mendengarkan ajaran ini. Sang Buddha menjawab: “Seandainya terdapat seseorang yang bergembira ketika mendengarkan ajaran ini, tidak hanya menyimpan untuk diri sendiri dan memberitahukan kepada kedua orangtuanya, sanak saudara atau teman. Kemudian orang yang mendengar hal ini darinya, gembira dan memberitahukan kepada orang ke-dua, demikian juga ke orang ke-tiga, ke-empat dan seterusnya. Jasa kebajikan dari orang yang ke-lima puluh yang mendengarkan ajaran ini tidaklah terkira dan terhingga.” Kita mudah mengerti tentang jasa kebajikan dari orang yang pertama adalah tidak terhingga dan terbatas, tetapi kebanyakan kita berpikir bahwa isi dan kebajikan akan terus menurun setelah dipindahkan dari yang satu ke yang lain. Sang Buddha melanjutkan: “Seandainya terdapat seseorang yang mempersembahkan segala macam akar kebaikan yang dapat ia pikirkan dan lakukan dan membuat persembahan kepada seluruh mahluk hidup selama 80 tahun, sepanjang

Jasa Kebajikan Orang Ke-Lima Puluh

Oleh YM.Bhiksu Eijo Ikenaga

hidupnya, dipastikan kebajikannya adalah luar biasa. Namun jasa kebajikan orang itu masih sedikit dibandingkan orang yang ke-lima puluh tadi. Secara nyata orang ke-lima puluh mempunyai jasa kebajikan sepuluh ribu kali dari orang tersebut.” Ini memberitahukan kepada kita bahwa sungguh baik untuk mendengarkan kebenaran dan betapa pentingnya menyebarluaskannya kepada orang lain. Pemindahan ajaran disebut “Shishi sojo (Warisan dari Guru).” Ini berarti pemindahan ajaran dari seorang guru kepada seorang murid, dari mereka kepada muridnya bagaikan air dalam gelas yang dipindahkan ke wadah lain tanpa kekurangan sedikitpun, meskpun secara ilmiah dikatakan bahwa air pasti berkurang ketika dipindahkan. Namun , Sang Buddha berkata kepada Sariputra, ‘Yang Paling Bijaksana’ dalam Saddharma Pundarika Sutra, “Bahkan kamu h a n y a m e m a h a m i s u t r a i n i melalui keyakinan, tidak dengan kebijaksanaanmu.” Oleh karena pikiran picik kita, kita berpikir bahwa

kebajikan dari ajaran akan berkurang ketika ia dipindahkan. Pasti, seorang manusia ketika menyebarluaskan ajaran akan berubah dari waktu ke waktu, tetapi apa yang diungkapkan dalam “KeAbadian Hidup” tidak akan berubah. Baik orang yang ke-sepuluh atau ke-lima puluh, semua mereka yang akan gembira mendengarkan kebenaran. Ini adalah “Saat Keyakinan Sejati,” sehingga Sang Buddha membabarkan bahwa orang ke-lima puluh menerima jasa kebajikan lebih banyak dibandingkan bodhisattva agung atau arahat. Tidak ada hal yang perlu kita ragukan. Nichiren Shonin mengatakan, “(Kita akan merubah) penampilan alami kita, dengan Lima Aksara dari Dharma Sejati..” Ketika kita menyebut Namu-Myoho-Renge-Kyo dengan keyakinan sejati, seluruh mahluk hidup termasuk kita menjadi terang dan memperoleh kembali kesejatian dari cahaya keabadian hidup. Betapa indahnya jasa kebajikan dari Saddharma Pundarika Sutra! Semoga kita gembira mendengarkan sutra ini! Gassho.

YM.Bhiksu Eijo Ikenaga

S

Page 5: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

5

ku baru saja berpikir bahwa Ibunda tercintaKu t e l a h d i l a h i r k a n

kembali di Pulau Sado.” Uraian ini diungkapkan oleh Nichiren Shonin tentang Bhiksuni Sennichi, yang telah diberikan Mandala "Pencapaian KeBuddhaan Oleh Wanita" dan 10 paragraf Saddharma Pundarika Sutra yang disalin sendiri oleh Nichiren. Secara diam-diam, ditengah malam, berjalan bermil-mil untuk mencapai Tsukahara, Sennichi dan suaminya memberikan persembahan kepada Nichiren Shonin. Ia menjaga hati kepercayaannya dengan tidak memperdulikan hidupnya. Pendiri kita, Nichiren telah dihukum pembuangan ke Pulau Sado, tidak hanya menghadapi iklim yang keras tetapi juga ancaman keselamatan. "Kebanyakan mereka yang telah dikirim ke Pulau Sado, meninggal dalam pembuangan tersebut, sedikit yang selamat. Sekalipun mereka selamat sampai di pulau itu, tetapi mereka diperlakukan sangat buruk oleh para penduduk.” (Horen-sho) Dalam keadaan demikian, Sennichi melayani pendiri kita dengan penuh rasa kemanusiaan, mengambil resiko melayani Beliau, menjaga hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh kepada Saddharma Pundarika Sutra.Sungguh tidak beruntung, setelah ia mengikuti Nichiren, ia dan suaminya mendapatkan penganiayaan dari para penduduk, mereka diusir dari rumahnya. Bagaimananpun, Nichiren menceritakan bahwa Saddharma

SennichiAma

Oleh: YM.Bhiksuni Shokei Stephanes

YM.Bhiksuni Shokei Stephanes

Pundarika Sutra adalah satu-satunya sutra yang memberikan jalan KeBuddhaan kepada para wanita. Ini adalah sebuah ajaran yang sangat mengembirkan untuk semua! Sennichi dan suaminya adalah seorang penganut Tanah Suci yang fanatik sebelum mereka mengikuti Nichiren Shonin. Dalam sutra yang sering mereka baca, tidak terdapat satu kata pun, yang menyatakan bahwa wanita dapat mencapai keBuddhaan. Wanita dalam sutra itu digambarkan penuh dengan dosa. Pertemuannya dengan Saddharma Pundarika Sutra memberikan kegembiraan yang luar biasa. Melalui pelaksanaan yang tidak kenal lelah, hati kepercayaannya semakin kuat, dengan pemahaman yang mendalam akan ajaran. Kesederhanaan dan kepercayaan diri membuat pikirannya terbuka untuk percaya kepada Nichiren Shonin dan hidup tanpa penyesalan. Kehidupanya menjadi begitu dihormati, dan membawa jalan cerah bagi kaum wanita saat sekarang. Para wanita lebih menghargai dan menjalankan hidupnya dengan lebih serius.

Kita, kaum wanita, yang percaya kepada Saddharma Pundarika Su t ra , harus lah membuang egoisme diri dan penuh keberanian menghadapi kehidupan melalui pemahaman terhadap sutra dan pendiri kita, dan menjaga kebaikan, kebijaksanaan, dan keberanian seperti Sennichi dalam rangka memberikan kontr ibusi bagi perdamaian dunia dan kebahagiaan umat manusia. Dalam era yang penuh kekacauan ini, harus bisa hidup dengan "Pintar," kita harus berani mencoba hidup dengan "Baik." Para wanita yang melaksanakan hal seperti ini, pasti adalah "Wanita yang akan mencapai KeBuddhaan," sama seperti Sennichi pada periode Kamakura dulu. Gassho.

A

Page 6: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

6

DEWAN PENGURUS PUSATYAYASAN BUDDHIS NICHIREN SHU HOKEKYO INDONESIA

Mengucapkan Selamat Ulang

NICHIREN SHU hokekyo INDONESIA KE-3(28 APRIL 2003-2006)

DAN

NICHIREN SHU BUDDHISME KE-753(28 APRIL 1253-2006)

Pada kesempatan ini kami mengucapakan, terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh umat Nichiren Shu Indonesia yang selama tiga tahun ini telah bahu membahu bersama-sama menbangun susunan Nichiren Shu Indonesia, khususnya kepada Bapak Tony Soehartono dan Keluarga, yang telah memberikan dukungannya yang tak terkira baik berupa moril maupun

materi. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan pendukung atau simpatisan Buddhis lainnya.

Semoga segala amal kebajikan yang telah kita buat semakin memberikan kekuatan jiwa kepada semua mahluk hidup agar terlepas dari segala penderitaan dialam Triloka, dan bersama-sama

mencapai Jalan Pencerahan Agung.

Hormat Kami,

Shami Josho S.Ekaputra

Page 7: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

7

ASURA

31 ALAMKEHIDUPAN

c) lam Setan ‘Peta’ terbentuk atas dua kosakata, yaitu ‘pa’ yang berarti ‘ke depan, menyeluruh’, dan ‘ita’

yang berarti ‘telah pergi, telah meninggal’. Berbeda dengan mahluk yang berada di alam neraka yang menderita karena tersiksa, peta atau setan hidup sengsara karena kelaparan, kehausan dan kekurangan. Kejahatan yang membuat suatu mahluk terlahirkan sebagai setan ialah pencurian dan lain-lain. Seperti binatang, setan tidak mempunyai alam khusus milik mereka sendiri. Mereka berada di dunia ini dan bertinggal di tempat-tempat seperti hutan, gunung, tebing, lautan, kuburan, dan sebagainya. Beberapa jenis setan mempunyai kemampuan untuk menyalin rupa dalam wujud seperti dewa, manusia, pertapa, binatang, atau hanya menampakkan diri secara samar-samar seperti bayang-bayang gelap dan lain-lain.

Setan terbagi menjadi empat jenis, yakni:1. yang hidup bergantung pada makanan

pemberian orang lain dengan cara penyaluran jasa dan sebagainya (paradattupajîvika),

2. yang senantiasa kelaparan, kehausan dan kekurangan (khuppîpâsika),

3. y a n g s e n a n t i a s a t e r b e r a n g u s (nijjhâmataóhika),

4. yang tergolong sebagai ib l i s a tau mahluk yang suram (kâlakañcika).

Jenis yang pertama itu dapat menerima

A

( BAGIAN. II)

Seri Pelajaran MahayanaSumber : Berbagai bahan dan buku-buku MahayanaPenerjemah dan rangkuman oleh : Josho S.Ekaputra

Page 8: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

8

penyaluran jasa karena mereka bertinggal di sekitar atau di dekat manusia, sehingga dapat mengetahui pemberian ini dan beranumodanâ [menyatakan kenuragaan atas kebajikan yang diperbuat oleh mahluk lain]. Apabila tak tahu dan tak beranumodanâ, penyaluran jasa ini tidak dapat diterima. Orang yang pada saat-saat menjelang kematian mempunyai ke-31 melekatan yang amat kuat pada kekayaan, harta benda, sanak-keluarga, dan sebagainya niscaya akan terlahirkan di alam setan ini. Dalam Vinaya dan Lakkhaóa-samyutta, disebutkan adanya 21 macam setan, yaitu:

1. yang hanya bertulang tanpa daging (aööhisaõkha-sika),

2. yang hanya berdaging tanpa tulang (maõsapesika),

3. y a n g b e rd a g i n g b e n j o l (maõsapióòa),

4. y a n g t a k b e r k u l i t (nicchavirisa),

5. yang berbulu seperti pisau (asiloma),

6. yang berbulu seperti tombak (sat-tiloma),

7. yang berbulu seperti anak panah (usuloma),

8. yang berbulu seperti jarum (sûciloma),

9. yang berbulu seperti jarum jenis kedua (duti-yasûciloma),

10. y a n g b e r p e l i r b e s a r (kumbhaóòa),

11. yang terbenam dalam tahi (gûthakûpanimugga),

12. y a n g m a k a n t a h i (gûthakhâdaka),

13. yang berjenis betina tanpa kulit (nicchavitaka),

14. y a n g b e r b a u b u s u k (duggandha),

15. yang ber tubuh bara ap i (ogilinî),

16. yang tak berkepala (asîsa),17. yang berperawakan seperti

bhikkhu,18. yang berperawakan seperti

bhikkhunî,19. yang berperawakan seperti calon

bhikkhunî (sikkhamâna),20. yang berperawakan seperti

sâmanera,21. yang berperawakan seperti

sâmanerî.

S e m e n t a r a i t u , K i t a b Lokapaññatti serta Chagatidîpanî menyebutkan adanya 12 macam setan, yaitu:

1. yang makan ludah, dahak dan muntahan (vantâsikâ),

2. yang makan mayat manusia atau binatang (kuópâsa),

3. y a n g m a k a n t a h i (gûthakhâdaka),

4. y a n g b e r l i d a h a p i (aggijâlamukha),

5. yang bermulut sekecil lubang jarum (sûcimukha),

6. yang terdorong keinginan tiada habis (taóhaööita),

7. yang bertubuh hitam pekat (sunijjhâmaka),

8. yang berkuku panjang dan runcing (satthaõga),

9. yang bertubuh sangat besar (pabbataõga),

10. yang bertubuh seperti ular piton (ajagaraõga),

11. yang menderita di siang hari tetapi menikmati kesenangan s u rg a w i d i m a l a m h a r i (vemânika),

12. yang memil ik i kesak- t ian (mahiddhika).

d) Alam Iblis ‘Asurakâya’ terbentuk atas tiga kosakata, yaitu ‘a’ yang merupakan unsur pembalik, ‘sura’ yang berarti ‘cemerlang, gemilang’, dan ‘kâya’ yang berarti ‘tubuh’. Namun, yang dimaksud dengan ‘tak cemerlang’ disini bukanlah tidak adanya cahaya yang memancar dari tubuh,

melainkan suatu kehidupan yang merana dan serba kekurangan seh ingga membua t ba t in tidak berceria. Istilah ‘asura’ mungkin juga berasal dari kisah kejatuhan dari Surga Tâvatimsa [terkalahkan oleh Sakka dan pengikutnya] akibat minuman memabukkan (surâ). Sejak itu, mereka bersumpah untuk tidak meminumnya lagi. Karena sebelumnya pernah bertinggal di alam kedewaan, asurakâya kadangkala juga disebut sebagai ‘pubbadevâ’.

Asurakâya atau iblis terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. iblis berupa dewa (deva-asurâ)2. iblis berupa setan (peti-asurâ),3. iblis berupa penghuni neraka

(niraya-asurâ).

Deva-asurâ terdiri atas vepacitti, râhu, subali,pahâra, sambaratî, dan vinipâtika. Peti-asurâ terdiri atas kâlakañcika,vemânika, dan âvuddhika. Niraya-asurâ hanya terdiri atas satu jenis, yaitu yang menderita kelaparan dan hidupnya bergelantungan seperti kelelawar.

I I . S a t u A l a m M a n u s i a (manussabhûmi)

Manussa’ terbentuk atas dua kosakata, yaitu ‘mano’ yang berarti ‘pikiran, batin’ dan ‘ussa’ yang berarti ‘tinggi, luhur, meningkat, berkembang’. Manussa atau manusia adalah:

Suatu mahluk yang berkembang serta kukuh batinnya [mano ussanti etesanti=manussâ],Yang tahu serta memahami sebab yang layak [kâranâkaranam manatijânâtîti=manusso],Yang tahu serta memahami apa yang bermanfaat dan tak bermanfaat [atthânattam

1.

2.

3.

Page 9: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

9

manati jânâtîti=manusso],Yang tahu serta memahami apa yang merupakan kebajikan dan kejahatan [kusalâkusalam manati jânâtîti=manusso].

Manusia bertinggal di empat tempat, yaitu

Uttarakurudîpa,Pubbavidehadîpa,Aparagoyânadîpa, dan Jambudîpa.

Umat manusia yang berada di Uttarakurudîpa berusia sampai seribu tahun, yang berada di Pubbavidehadîpa berusia sampai tujuh ratus tahun, yang berada di Aparagoyânadîpa berusia sampai lima ratus tahun, sedangkan yang berada di Jambudîpa berusia tidak menentu, tergantung kadar kebajikan serta kesilaan yang dimiliki. Pernah terjadi bahwa umat manusia tidak begitu mengindahkan kebajikan serta kesilaan sehingga usia rata-rata umat manusia menjadi sependek 10 tahun. Pada zaman Buddha Gotama, usia rata-rata umat manusia ialah 100 tahun. Diperkirakan bahwa setiap satu abad, usia manusia memendek selama satu tahun. Karena Buddha Gotama telah mangkat sejak dua puluh lima abad yang lampau, usia rata-rata umat manusia pada saat sekarang ini ialah 75 tahun. Seorang Sammâsambuddha t idak akan muncul apabila usia rata-rata manusia lebih pendek dari 100 tahun karena kesempatan bagi kebanyakan orang untuk dapat memahami kebenaran Dhamma terlalu singkat, tetapi juga tidak akan muncul apabila lebih panjang dari 100,000 tahun karena kebanyakan orang akan merasa sulit untuk dapat menembus hakikat ketakkekalan atau kefanaan hidup. Beliau hanya terlahirkan di Jambudîpa, tidak pernah terlahirkan di tiga tempat lainnya apalagi di alam-alam kehidupan selain alam

4.

1.2.3.4.

manusia. Kitab Majjhima Nikâya bagian Mûlapannâsaka memberikan penjelasan secara terinci mengapa manusia mempunyai keadaan yang berbeda. Antara karena:

Orang yang dalam kehidupan lampau suka membinasakan atau membunuh mahluk lain niscaya akan terlahirkan sebagai manusia dengan umur pendek;Yang suka menganiaya atau menyiksa mahluk lain niscaya a k a n d i h i n g g a p i b a n y a k penyakit;Yang suka murka atau marah niscaya akan berparas buruk;Yang suka cemburu atau irihati niscaya akan tak berwibawa; Yang suka berdana atau murah hati niscaya akan memiliki kekayaan melimpah; Yang suka bersikap angkuh atau sombong niscaya akan terlahirkan di keluarga yang rendah; Yang tak gemar menimba ilmu pengetahuan atau memperdalam pengertian Dhamma niscaya akan terlahirkan dengan sedikit kebijaksanaan.

Demikian pula kebalikannya. Selaras dengan ilmu pengetahuan modern, dalam Aggañña Sutta disebutkan bahwa umat manusia di bumi ini adalah suatu hasil evolusi yang panjang. Manusia bukanlah suatu mahluk yang pada saat pertama kali muncul / lahir di dunia ini sudah berbentuk, berupa atau berwujud sebagaimana yang tertampak pada saat sekarang ini. Dalam wejangan tersebut juga dijelaskan bahwa bumi beserta isinya ini terbentuk dalam suatu proses yang amat panjang, bukan diciptakan secara gaib selama enam hari pada sekitar 6,000 tahun yang lampau sebagaimana yang ditafsirkan dari Alkitab.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

III. E n a m A l a m D e w a (Devabhûmi)

Ada tiga macam deva atau dewa dalam pandangan Agama Buddha, yaitu

1. Upattideva , dewa sebagai mahluk surgawi berdasarkan kelahirannya,

2. S a m m u t i d e v a , d e w a berdasarkan persepakatan atau perandaian misalnya raja, permaisuri, pangeran dan sebagainya,

3. Visuddhideva, dewa yang suci terbebas dari segala noda batin yang tidak lain ialah Arahanta.

Dewa yang dimaksud dalam pembahasan ini hanyalah merujuk pada pengertian yang pertama, Upattideva, yakni mahluk surgawi yang mengenyam kenikmatan inderawi. Mahluk surgawi dalam pandangan Buddhis tidaklah bersifat kekal. Mereka bisa mati karena salah satu dari empat sebab:

Genapnya usia,Habisnya kebajikan, Terlena dalam kenikmatan hingga lupa makan, murka atau irihati.

1.2.3.

BERSAMBUNG

Page 10: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

10

Pengenalan

isalah ini terdiri dari materi diskusi yang dibagi dalam empat bagian yakni tentang

makna sesungguhnya dari Pemfitnah Dharma Sejati, dan Karma Buruk Besar dalam Buddhisme. Pada bagian pertama, digambarkan tentang aspek dari delapan Neraka Besar dan juga dijelaskan tentang karma apa yang menyebabkan terjatuh kedalam neraka tersebut. Pada bagian kedua, Nichiren Shonin membandingkan berat ringannya antara Lima Karma Buruk Besar dan Karma Buruk Pemfitnah Dharma Sejati, kedua kategori karma buruk yang dilakukan, salah satunya menyebabkan terjatuh kedalam Neraka Avici, yang terburuk diantara ke-delapan Neraka Besar. Bagian ketiga, mengklarifikasi tentang makna dari Pemfitnah Dharma Sejati, yang mengambarkan tentang para Guru dari berbagai sekte Buddhis sebagai Pemfitnah Dharma yang akan terjatuh kedalam Neraka Avici. Terakhir, bagian keempat, Nichiren membabarkan bahwa mereka yang akan menyebarluaskan Dharma Buddhis haruslah mempunyai pengertian yang benar dan mengacu kepada Lima Prinsip (gogi atau

Writing of Nichiren Shonin Doctrine 3Terbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion AssociationDistributed by University of Hawai'i PressEdited by Jay SakashitaCompiled by Kyotsu Hori Diterjemahkan oleh Josho S.Ekaputra

Ken Hobo-shoKlarifikasi Tentang Pemfitnahan Dharma Sejati

goko) dengan penuh hormat untuk metode pembabaran ajaran. Bagian ini juga mengklarifikasi tentang sifat alami dari pemfitnah Dharma Sejati dengan membandingkan keyakinan dan welas asih.

BAGIAN KE-DUAPerbedaan Dalam Karma Buruk

Berat, Yang Menyebabkan Orang-orang Terjatuh Ke dalam

Neraka Avici

ada bagian ke-dua ini, Aku akan menjelaskan tentang perbedaan dari

Karma-karma Buruk yang dapat menyebabkan orang-orang terjatuh ke dalam Neraka Avici. Pertanyaan: Apakah terdapat karma buruk lain selain Lima Karma Buruk Besar yang dapat menyebabkan kita terjatuh kedalam Neraka Avici?

BAGIAN 2 DAN 3

Jawab: Ya, ada. Karma Buruk dari Pemfitnah Dharma Sejati. Pertanyaan: Adakah terdapat naskah-naskah yang membuktikan hal itu? J a w a b : S a d d h a r m a Pundarika Sutra, paragraf ke-dua (Bab III “Perumpamaan”), dikatakan, “Mereka yang tidak percaya kepada sutra ini tetapi menfitnahnya….akan terjatuh kedalam Neraka Avici setelah kehidupan mereka berakhir..” Hal ini secara jelas dinyatakan dalam sutra ini bahwa karma buruk dari Pemfitnahan Dharma Sejati akan menyebabkan terjatuh ke dalam Neraka Avici. Pertanyaan: Mana yang lebih berat, Lima Karma Buruk Besar atau Karma Buruk Pemfitnahan Dharma Sejati ? Jawab: Hal ini dibabarkan dalam Sutra Kebijaksanaan Besar: Sariputra bertanya kepada Sang Buddha, “Yang Maha Agung,

r

p

Saddharma Pundarika Sutra, paragraf ke-dua (Bab III “Perumpamaan”), dikatakan, “Mereka yang tidak percaya kepada sutra ini tetapi menfitnahnya….akan terjatuh kedalam Neraka Avici setelah kehidupan mereka berakhir..”

Page 11: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

11

apakah Lima Karma Buruk Besar s a m a d e n g a n K a r m a B u r u k menghancurkan Buddha Dharma?” Sang Buddha berkata kepada Sariputra, “Tidak, mereka tidak sama.Seseorang yang menghancurkan kebi jaksanaan t ransendenta l ( d i b a b a r k a n d a l a m S u t r a Kebijaksanaan), menghancurkan kebijaksanaan seluruh para Buddha di alam semesta untuk dapat menerima semua aspek fenomena sebagaimana kebijaksanaan mereka untuk mencapai penerangan. Itu pada hakekatnya juga menghancurkan Tiga Pusaka Buddhisme (Buddha, Dharma dan Sangha), merobohkan ‘pandangan yang benar’ dunia Ketika merobohkan ‘pandangan yang benar’ dunia, mereka melakukan karma buruk yang tak terhingga, dimana mereka akan menderita terus menerus.”

Pada sutra yang sama juga dikatakan: Kombinasi dari Karma Buruk dan Sebab Akibat hubungan antara pemfitnah dan penghancur Dharma Sejati, para pembuat karma buruk itu harus menderita dalam Neraka Besar Avici selama waktu tak terhingga, ratusan, ribuan, sepuluh ribu, dan ratuan juta tahun. Mereka berkelana dari satu neraka besar ke neraka besar lainnya secara terus menerus.Bahkan ketika dunia ini

terbakar habis oleh kalpa api pada akhir masa akhir dharma, mereka akan terus menderita dalam Neraka Besar Avici di dunia lain. Ketika mereka berkelana diseluruh neraka besar diseluruh dunia-dunia dialam semesta, para pembuat karma buruk itu berulang kali menghadapi kalpa api, mati dalam api disini dan disana. Selanjutnya, karena karma buruk mereka dan sebab akibat hubungan penfitnahan dan penghancuran Dharma Sejati belum hilang, mereka akan kembali kedalam Neraka Besar Avici di dunia ini dan akan terus menderita tiada akhir. Saddharma Pundar ika Sutra, paragraf 7 (Bab ‘Bodhisattva Sadaparibhuta), dikatakan: “Diantara ke- l ima go longan penganut , beberapa diantara mereka, belum suci pikirannya dan berjalan dalam jalan kemarahan. Mereka berbicara menjelek-jelekan para bodhisattva, menyebut dia seorang bhiksu bodoh,…..memukulnya dengan tongkat atau pecahan kayu atau pecahan ubin atau sebuah batu….Setelah kematian, mereka mengalami penyiksaan besar didalam Neraka Avici selama 1,000 kalpa.” Pernyataan dalam naskah ini berarti bahwa mereka yang menganiayai pelaksana Saddharma Pundarika Sutra atau memukulnya dengan tongkat, tidak akan mampu membayar karma buruk mereka, harus menderita

dalam Neraka Avici selama 1,000 kalpa lamanya. Karma buruk dari para pemfitnah Dharma Sejati, meskipun menyesalinya, adalah 1,000 kali lebih berat dari Lima Karma Buruk Besar, tidak dapat dikatakan tentang para penfitnah Dharma Sejati yang tidak menyesalinya dan dengan begitu tidak akan pernah terlepas dari Neraka Avici. Oleh karena itu, diajarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra, paragraf ke-2 (Bab Perumpamaan): “Ketika melihat seseorang yang membaca, menghafal, menyalin dan menegakkan sutra ini, jika orang itu meremehkan, membenci, iri atau menaruh dendam kepada mereka,….ia akan terjatuh kedalam Neraka Avici, terkurung disana selama sekalpa penuh, dan terlahir kembali disana ketika kalpa itu berakhir. Ia akan mengulangi hal ini bagaikan lingkaran yang tiada terhitung.”

BAGIAN KE-TIGA Pengertian Dari Pemfitnah

Dharma Sejati

ada bagian ke-tiga ini, Aku akan menjelaskan makna dari pemfitnah Dharma

Sejati dalam bentuk tanya jawab. Pertanyaan (1): Aku bisa memahami dengan sungguh hati perbandingan antara Lima Karma Buruk Besar dan Karma Buruk Pemf i tnahan Dharma Se ja t i . Dapatkah kamu menjelaskan makna sesungguhnya dari Pemfitnahan Dharma Sejati? Jawab (1): Maha Guru T’ien-t’ai menjelaskan dalam komentarnya pada Brahma-net Sutra, “Istilah Pemfitnahan berarti Melawan.” Kita dapat mengatakan bahwa pemfitnahan Dharma Sejati berati ‘Melawan’ ajaran Buddha. Risalah Vasubandhu’ dalam Buddha-nature membabarkan,

p

Saddharma Pundarika Sutra, paragraf ke-2 (Bab Perumpamaan): “Ketika melihat seseorang yang membaca, menghafal, menyalin dan menegakkan sutra ini, jika orang itu meremehkan, membenci, iri atau

menaruh dendam kepada mereka,….ia akan terjatuh kedalam Neraka Avici, terkurung disana

selama sekalpa penuh, dan terlahir kembali disana ketika kalpa itu berakhir. Ia akan mengulangi hal ini bagaikan lingkaran yang tiada terhitung.”

Page 12: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

12

“Benci berarti melawan prinsip.” Ini berarti pemfitnahan Dharma Sejati sama dengan orang-orang yang meninggalkan Dharma. Pertanyaan (2): Aku ingin mengetahui makna Pemfitnahan Dharma Sejati secara terperinci. Tolong jelaskan dalam terminologi. Jawab (2): Sutra Nirvana, paragraf 5, menjelaskan, “Seandainya terdapat seseorang yang menjaga ajaran Buddha hanya sementara. Lidah orang seperti i tu t idak terhindarkan akan mulai membusuk.” Makna dari pernyataan sutra ini adalah bahwa seseorang yang mengatakan bahwa Sang Buddha hanya bersifat sementara keberadaannya, akan kehilangan lidah mereka, akan menyusut dan membusuk. Pertanyaan (3): Ini dibabarkan dalam Sutra Hinayana bahwa Sang Buddha adalah tidak kekal. Terlebih lagi, semua murid-muridNya juga mengatakan hal yang sama. Jika demikian, apakah Sang Buddha dan Murid-muridNya akan kehilangan lidah mereka? Jawab (3): Sekalipun jika Hinayana Buddhis yang memegang Sut ra Hinayana menganggap Buddha adalah tidak kekal, lidah mereka tidak membusuk. Namun, jika mereka menfitnah bahwa para Buddha dalam Sutra Mahayana adalah tidak kekal atau menfitnah sutra-sutra Mahayana dalam memuji sutra Hinayana, maka lidah mereka

akan membusuk. Merenungkan hal ini, Aku berkesimpulan bahwa meskipun mereka mendasarkan diri pada ajaran sutra dimana mereka berlindung akan melakukan karma buruk penfitnahan Dharma Sejati ketika menghina sebuah sutra yang lebih unggul dibandingkan milik mereka. Jika begitu, mereka yang percaya kepada sutra-sutra Semi Mahayana seperti Kan-Muryoju-Kyo dan Kegon-Kyo dapat menfitnah Dharma Sejati, sekalipun mereka melaksanakan Buddhisme sesuai dengan aturan yang mereka percayai, ketika mereka membantah sebuah sutra yang lebih unggul dibandingkan sutra mereka atau menyangkal keunggulannya. Oleh karena itu, jika sebuah sutra muncul dan dibuktikan keunggulannya dibandingkan Kan-Muryoyo-Kyo, bahkan semua penganut ajaran dari berbagai sutra harus mengikuti ajaran sutra yang terunggul. Jika tidak, mereka akan melakukan karma buruk pemfitnahan.

Maha Guru T’ien-t’ai dalam Brahma-net Sutra, “Istilah Pemfitnahan berarti Melawan.” Kita dapat mengatakan bahwa pemfitnahan Dharma Sejati berati ‘Melawan’ ajaran Buddha." Vasubandhu dalam Buddha-nature membabarkan, “Benci berarti melawan prinsip.” Ini berarti pemfitnahan Dharma Sejati sama dengan orang-orang yang meninggalkan Dharma.

Kamu harus mengetahui hal ini dari contoh sutra-sutra Hinayana. Pertanyaan (4): Hal berikut ini diajarkan dalam berbagai sutra seperti Muryogi-Kyo bahwa kita akan terlahir kembali di Tanah Suci hanya jika menyebut Nembutsu, dengan tulus ikhlas, dengan begitu kita harus sepenuh hati melaksanakan Nembutsu sebagaimana yang dibabarkan sehingga kita terlahir kembali di Tanah Suci Buddha. Bukankah ia juga melakukan karma buruk pemfitnahan Dharma Sejati jika kita menyangkal ajaran dalam sutra ini dengan apa yang dikatakan dalam sebuah sutra yang dibabarkan kemudian? Jawab (4): Letakkan semua sutra yang dibabarkan selama 40 tahun juga termasuk Kan-Muryoju-Kyo, Sang Buddha menyatakan dalam Muryogi-Kyo (pengantar kepada Saddharma Pundarika Sutra) bahwa kebenaran sesungguhnya belum diungkapkan. Berdasarkan pernyataan ini dalam Muryogi-kyo, oleh karena itu kita dapat mengatakan bahwa pelaksanaan tulus ikhlas Nembutsu tidak akan membawa kita kepada Tanah Suci. Makna dari pernyataan dalam Muyogi-kyo, sangkallah semua sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra selama periode 40 tahun pembabaran atau jika tidak akan membuat karma buruk pemfitnahan Dharma Sejati.GASSHO "Namu Myoho Renge Kyo."

Sutra Nirvana, paragraf 5, menjelaskan, “"Seseorang yang mengatakan bahwa Sang Buddha hanya bersifat sementara keberadaannya, akan kehilangan lidah mereka, akan menyusut dan membusuk." Muyogi-kyo, "Sangkallah semua sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra selama periode 40 tahun pembabaran atau jika

tidak akan membuat karma buruk pemfitnahan Dharma Sejati.

Page 13: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

13

Nichiji Shonin (1250- ? )

i ch i ren Shonin te lah bebas da r i hukuman pembuangan di Izu pada

tanggal 22 pebruari, tahun Kocho ke-tiga (1263). Dipercaya bahwa Hojo Tokiyori, orang yang paling berkuasa di KeShogunan, yang membuat pengaturan pembebasan t e r sebu t . Mesk ipun i a t e l ah menyerahkan jabatan Bupati Shogun, ia tetap memegang kekuasaan militer pemerintah. Oleh karena itu, Nichiren Shonin menyampaikan tulisan “Rissho-ankoku-ron (Risalah Menyebarkan Perdamaian Keseluruh Negara dengan Menegakkan Dharma Sejati)” kepada mantan Bupati Hojo Tokiyori. Tokiyori menghormati sikap yang berani dari Nichiren Shonin, meskipun ia mengabaikan “Rissho-ankoku- ron.” Ini karena pada masa itu mereka yang berani berjalan berseberangan dengan orang yang berkuasa harus siap menerima hukuman mati. Tokiyori meninggal dalam tahun ketika Nichiren Shonin telah bebas dari hukuman pembuanganNya. Setelah itu, pemerintah menekan Nichiren Shonin lebih keras dari sebelumnya.

Catatan :Riwayat hidup Nichiren Shonin yang tepat dapat kita baca dari berbagai macam surat dan catatan masa lalu dan penelitian sejarah lainnya. Tetapi disini terdapat berbagai macam cerita legenda sehubungan dengan kehidupan Nichiren Shonin, dan akan Saya tuangkan dalam tulisan ini.

Legenda Nichiren ShoninOleh YM.Bhiksu. Gyokai SekidoSumber: Nichiren Shu News, terbitan Nichiren Shu Headquaters dan Kaigai Fukyo KoenkaiDirangkum dan diterjemahkan oleh Josho S.Ekaputra

LEGENDA (BAG.9)

NICHIREN SHONIN

N Sebuah legenda mengatakan bahwa sakit dan mimpi yang tidak menyenangkan menghantui para pemimpin di KeShogunan yang melakukan hukuman pembuangan kepada Nichiren Shonin ke Izu. Hojo Shigetoki, ayah dari Nagatoki, Bupati Shogun ke-enam, mati karena sakit. Nagatoki, dan Tokimune, putera dari Tokiyori dan Bupati Shogun ke-delapan, dihantui mimpi buruk setiap malam. Dalam sebuah mimpin, mereka meliht Shigetoki mengeliat kesakitan dalam sebuah kendaraan yang terbakar. Terlebih lagi, otot mereka menjadi mati rasa meskipun tidak sakit, dan dada mereka linu. Banyak bhiksu menyalin Saddharma Pundarika Sutra, dan melaksanakan upacara khusus dalam usaha menyelamatkan mereka dari semua penderitaan ini. Bagaimanapun penyesalan mereka membuang Nichiren Shonin tidak bisa hilang. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membebaskan Nichiren Shonin.

Ket. Soeseino Mandara disamping ini di-tulis oleh Nichiren Shonin pada tahun 1264 dalam rangka menyembuhkan IbundaNya yang sedang sakit kritis. Nichiren Shonin juga mengutip kalimat dalam BAB.XXIII. Ibunda Nichiren diperpanjang umurnya se-lama 4 tahun

Page 14: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

14

Pada tanggal 22 pebruari tahun Kocho ke-tiga (1263), Nichiren Shonin membaca Saddharma Pundarika Sutra menghadap matahari di pantai Izu. Seorang asing datang kepadanya dan berkata, “Waktunya telah tiba untuk kamu meninggalkan tempat ini.” Kemudian orang asing itu meninggalkan tempat itu dan hilang begitu saja. Pesan tentang pembebasan Beliau datang pada hari itu juga. Setelah Beliau kembali ke Kamakura, Nichiren Shonin memperhatikan keadaan negara dengan seksama. Pada waktu itu, Nichiji (1250 - ?) menjadi murid Nikko (1246-1333). Pada saat itu tahun 1263 ketika itu Nichiji baru berusia 14 tahun. Ketika ia berusia 21 tahun, ia begitu terpesona dengan ajaran Nichiren Shonin, dan menjadi murid Nichiren (pada tahun 1270). Keduanya, Nikko dan Nichiji dipilih menjadi anggota dari “Enam Murid Utama” Nichiren Shonin, beberapa waktu sebelum Nichiren Shonin meninggal. Setelah mengikuti ulang tahun meninggalnya Nichiren Shonin ke-13 pada tahun 1294, Nichiji memutuskan untuk pergi menyebarluaskan ajaran keluar negeri. Jejak perjalanannya

terdapat di Jepang bagian utara, Daeraha Administrasi Aomori dan Hokkaido. Dari sini, ia dikatakan telah menyeberang ke Daratan China, tetapi masih sulit menemukan bukti otentik yang ditinggalkan disana. Menurut legenda Nichiji pergi ke Gunung Minobu pada peringatan ke-13 hari meninggalnya Nichiren Shonin pada 1294 dan mengucapkan selamat tinggal kepada rupang Nichiren Shonin, melaporkan bahwa ia akan pergi melaksanakan tugas misionaris. Ia meninggalkan kuil Ren-eiji, Daerah Administrasi Shizuoka, yang didirikan olehnya, pada hari tahun baru berikutnya, ia melambaikan jubahnya kepada muridnya. Ia telah berusia 46 tahun. Ia berjalan melalui timur laut Jepang, dan tiba di Hirosaki, saat ini Daerah Administrasi Aomori. Disini ia menuliskan O’daimoku di bebatuan disisi jalan, membuat sebuah tanda terakhirnya di Jepang. Dikatakan bahwa Nichiji kemudian menyeberang ke Hokkaido, pulau paling utara di Jepang, dan dari sini ke Daratan China, tetapi setelah itu tidak ada lagi kabarnya. Oleh karena itu, tanggal 1 januari 1295, ketika ia meninggalkan Kuil Reneiji, ditetapkan sebagai hari ia meninggal. T e r d a p a t b e b e r a p a “ P e r k a m p u n g a n S a d d h a r m a Pundarika Sutra” dan banyak “Kuil Saddharma Pundarika Sutra” di China dan Korea. Semua itu diperkirakan didirikan oleh Nichiji. Sebuah buku sejarah mengatakan bahwa sebuah bendera O’daimoku ditemukan di antara tentara China pada waktu Jepang menyerang Korea. Juga dikatakan bahwa 16 orang pelaut jepang yang kapalnya karam telah dibawa ke Kuil Nichiren-zan Hokekyoji, satu dari 18 kuil Saddharma Pundarika Sutra. Mereka menemukan sebuah kuburan Nichiji, yang mencantumkan tanggal 18 mei, merupakan tanggal kematianNya,

tetapi tidak disebutkan tahunnya. Nichiren Shonin kembali ke rumah di Kominato untuk melihat ibunya yang sedang sakit pada tahun 1264. Dalam tulisannya, “Kaen jogo, gosho,” Nichiren menyatakan bahwa hidup ibuNya telah diperpanjang sebanyak empat tahun setalah Ia berdoa bagi ibuNya. Ini adalah sebuah fakta sejarah bahwa Nichiren Shonin memberikan jimat pelindung kepada para pengikut awamnya. Ia juga melaksanakan upacara doa untuk sakit dan mengusir roh jahat yang menganggu untuk yang dalam keadaan kritis. Metode upacara doa Nichiren Shu menjadi sangat terkenal pada masa Edo (1600-1868), yang mempunyai kaitan sangat erat dengan Nichiren Shonin (1222-1282) dan Nichizo Shonin (1267-1342). Khawatir tentang ibunya, Nichiren melakukan perjalanan pulang ke rumah didampingi murid-muridNya. Legenda mengatakan, pada waktu i tu musim gugur 1264, waktunya angsa-angsa liar berterbangan di angkasa. Ketika ia tiba dirumah orangtuaNya, Ia menemukan suara ribut didalam. IbuNya, terlihat sakit berat ditempat tidur, saat yang kritis. Ia berjalan ketempat ibuNya dan memanggilnya, “Ini Nichiren”,

Page 15: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

15

tetapi tidak ada jawaban. Nichiren Shonin, segera menulis sebuah mandala, dan dimulai dengan menulis O’daimoku dan sebuah kutipan dari BAB XXIII, Saddharma Pundarika Sutra, “Bodhisattva Raja Obat,” yang dibaca “Semua penyakit sembuh seketika.” Kemudian, anehnya, ibunya mulai membuka matanya dan mulai menyebut O’daimoku. Nichiren Shonin sungguh gembira melihat hal itu, dan tinggal disisi ibuNya beberapa hari, menceritakan berbagai macam cerita kepadanya. Pada waktu itu, sebuah wabah penyakit menyebar di Kominato, kampung halaman Nichiren. Ia menulis O’daimoku disebuah serpihan jubah putih, dan meminta seorang nelayan meletakkannya di buritan kapal, dan belayar mengelilingi pantai. Ia juga menulis kalimat Saddharma Pundarika Sutra pada sebuah batu, dan menenggelamkannya kedalam

sumur dan orang-orang yang meminum air dari sumur itu akan sembuh dari sakit. Terima kasih kepada metode doa itu, dikatakan wabah penyakit pun mereda. Pada pertengahan September, Nichiren menghubungi Dozenbo, guruNya, dari Kuil Hanabusa Rengej i , saat sekarang Kota Kamogawa, Daerah Administrasi Chiba. Dozenbo mengatasi segala macam rintangan dan datang ke Kuil Rengej i . Ia sangat senang bertemu dengan Nichiren Shonin dengan bercucuran air mata. Setelah ia kembali ke Kuil Seichoji, Tojo Kagenobu, seorang raja lokal marah besar ketika ia belajar dan tinggal

didekat Nichiren Shonin. Ia adalah seorang penganut Buddha Amitabha yang fanatik. Sejak tahun 1253, ketika Nichiren Shonin pertama kali mengumumkan hati kepercayaanNya kepada Saddharma Pundarika Sutra dengan menyebut O’daimoku , mengkritik pemujaan kepada Buddha Amitabha, Penguasa Tojo telah menaruh dendam dengan Nichiren. Sekitar tengah hari, pada tanggal 11 Nopember 1264, Nichiren dan murid-muridNya, sebanyak 10 orang, meninggalkan Kuil Rengeji untuk ketempat kediaman Kudo Yoshitaka untuk memenuhi undangan Tuan Kudo, menyebut O’daimoku. Pada pertengahan jalan, rombongan diserang oleh penguasa Tojo dan pasukannya sebanyak seratus orang. Rombongan Nichiren tidak bersenjata. Dua muridnya pun terbunuh seketika. Mendengar serangan itu, Tuan Kudo

segera berangkat tanpa membawa senjata dan juga terbunuh oleh tentara Tojo. P e n g u a s a To j o y a n g menaiki kuda menyerang kearah Nichiren. Nichiren membaca doa sembilan aksara, “Myo-ho-ren-ge-kyo Jo-hondai-ichi,” mengenakan juzuNya, dan menahan serangan Penguasa Tojo, dan Ia mendapat luka dipelipis dahinya akibat sabetan pedang. Ketika Tojo mencoba untuk mengulang seranganNya, Hariti yang berjanji melindungi Buddhisme, muncul dihadapan Tojo. Tojo terkejut, sehingga ia terjatuh dari kudanya. Nichiren dan muridNya segera melarikan diri. Dengan begitu hidupNya sekali lagi terselamatkan. Karena luka didahinya yang menyakitkan, Nichiren masuk dan bersembunyi disebuah goa pengunungan salju yang dingin untuk istirahat. Ketika ia menyebut O’daimoku, seorang perempuan tua mengenakan juzu dan sebuah tongkat lewat. Melihat luka Nichiren, ia mengambil sebuah bantal yang diisi kapas, dan menutupi luka Nichiren tersebut. Inilah asal mula tradisi di Nichiren Shu yang selalu meletakkan sebuah bantal kapas dirupang kepala Nichiren ketika musim dingin.

Ket. (Atas) Nichiji Shonin, (Bawah) Kuil Ren-eiji, Kota Shizuoka, sebuah kuil yang didirikan oleh Nichiji Shonin

BERSAMBUNG

Page 16: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

16

Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra Oleh: YM.Bhiksu Shokai KanaiSumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu MuranoDiterjemahkan oleh: Josho S.Ekaputra

BODHISATTVA MUNCUL DARI BUMI

BAB XV

RINGKASAN

i akhir Bab.13, Sang Buddha berkata bahwa, “ A k u a k a n s e g e r a

memasuki Nirvana. Adakah seseorang yang bersedia membabarkan Saddharma Pundarika Sutra di dunia ini setelah kemokshaan-Ku? Aku ingin menyerahkannya kepada seseorang agar dapat terus dilestarikan.” Dalam Bab.14, ada delapan puluh milyar nayuta bodhisattva yang memutuskan untuk membabarkan sutra tersebut dan berprasetya akan menahan semua kesukaran atau penganiayaan di atas dunia. Akan tetapi Sang Buddha tidak memberikan tanggapanNya kepada mereka. Pada saat Bab.15 dimulai, para bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya dari dunia lain berkata bahwa mereka akan membabarkan sutra ini di dunia Saha. Namun Buddha Sakyamuni mengejutkan mereka dengan berkata, “Tidak. Kalian tidak perlu melakukannya, karena telah terdapat bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya di dunia ini. Merekalah yang akan membabarkan sutra ini di dunia Saha.” Ketika Ia mengatakan hal tersebut, tanah bergoncang dan

D

Page 17: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

17

membelah, dan para bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya muncul dari dalam tanah. Diantara mereka, terdapat empat Bodhisattva p e m i m p i n : Vi s i s t h a k a r i t r a , Anantakaritra, Visudhakaritra, dan Supratistakaritra.

PENJELASAN

e n g a n i t u p a r a Bodhisattva-mahasattva ... yang telah datang dari

berbagai dunia lain, ... berkata: ‘Jika Anda mengijinkan kami untuk melindungi, menyimpan, membaca, menghafalkan , dan menyalin sutra ini, dan memberikan berbagai persembahan kepadanya tanpa kenal lelah di Dunia-Saha ini setelah kemoshaan Anda, kami akan melakukan semuanya, dan membabarkannya di dalam dunia ini.’ “ (P.228, L.4.):

Buddha Sakyamuni tidak member ikan t anggapan a t a s pengajuan dari para Bodhisattva dari berbagai dunia lain dalam bab terdahulu, namun kali ini Ia menolak pengajuan mereka dengan berkata sebagai berikut:

“Tidak, wahai orang-orang suci! Aku tidak ingin kalian untuk melindungi atau menyimpan sutra ini karena ada Bodhisattva-mahasattva sejumlah enam puluh ribu kali jumlah seluruh pasir Sungai Gangga di dunia ini.” (P.228, L.13.):

Ia menolak bantuan dari berbagai dunia lain. Hal ini berarti bahwa segala permasalahan di dunia ini haruslah dipecahkan oleh orang-orang yang terdapat di dunia ini. “Jangan tergantung kepada orang lain”. “Jangan melarikan diri dari penderitaan di dunia ini”. “Kita harus menyelesaikan segala permasalahan kita sendiri” Saddharma Pundarika

Sutra mengajarkan kepada kita kepercayaan-diri dan kemandirian. Sang Buddha selalu mendorong kita untuk melakukan segala sesuatunya oleh diri kita sendiri. Ia mempercayai kita. Kita tidak mengetahui berapa jumlah pasir yang terdapat di Sungai Gangga, pastilah jumlahnya tak terhitung. Para Buddhis yang tak terhitung jumlahnya terdapat di masa lampau dan akan terdapat di masa mendatang. Jumlahnya mungkin bahkan melebihi enam puluh ribu kali jumlah pasir Sungai Gangga karena sutra ini berbicara mengenai masa yang tak terhitung di masa lalu dan masa yang tak terhitung di masa mendatang. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan mendengar bahwa “Ada Bodhisattva-mahasattva sejumlah enampuluh ribu kali jumlah seluruh pasir Sungai Gangga di dunia ini.”

“ Ta n a h d i D u n i a - S a h a , . . . bergoncang dan membelah, dan bermilyar-milyar Bodhisattva-mahasattva muncul dari dalam tanah secara bersama-sama.’ (P.228, L.19.):

Penting adanya dikatakan bahwa mereka mucul dari dalam bumi. Sebagai contoh, benih-benih dari rumput dan tanaman tersimpan dalam tanah selama musim dingin. Ketika musim semi telah datang mereka akan muncul dari dalam bumi secara hampir bersamaan. Tumbuhan muda tersebut masihlah sangat lemah dan mudah rusak, namun meski demikian, mereka cukup kuat untuk memecahkan dan menerobos tanah yang keras. Beberapa tumbuhan cukup kuat untuk meretakkan aspal atau semen. Sungguh ajaib dan gaib. Inilah yang disebut dengan “MYO-HO.” Kita harus berjuang keras seperti tumbuhan-tumbuhan muda tersebut. Kita harus memiliki kemauan yang keras dan kekuatan dari dalam untuk hidup dengan kokoh.

Para Bodhisattva dari dalam bumi adalah para pelaksana Saddharma Pundarika Sutra di masa kini. Nichiren Daishonin berkata: “Jika Anda bukan seorang Bodhisattva dari dalam Bumi, Anda tidak akan dapat menyebut Odaimoku. Jadi Anda dan saya adalah para Bodhisattva dari dalam bumi."

“Mereka telah hidup di langit di bawah dunia Saha ini.” (P. 228, L.24.):

Bukankah menakjubkan bahwa terdapat langit bukan hanya di atas kita namun juga di dalam bumi? Namun anda tidak boleh mencerna kata tersebut secara harafiah. Langit, atau “ku” dalam bahasa Jepang dan Cina, memiliki arti kehampaan, ketiadaan, ketidak-melekatan, kesetaraan, dll. Para Bodhisattva dari dalam bumi telah hidup di tahap tanpa keterikatan. Mereka dididik di bawah bimbingan sang Buddha Abadi di masa lalu tak terhingga. Meski mereka telah mencapai tahap tanpa-keterikatan, mendengar suara Sang Buddha meminta membabarkan Saddharma Pundarika Sutra di atas bumi ini, mereka kembali hidup bersama kita di atas bumi yang penuh dengan penderitaan ini. Sekali lagi, kita adalah para Bodhisattva dari dalam bumi.

“Para Bodhisattva ini memiliki empat pemimpin: Pelaksana-Terunggul, Pelaksana-Tak Terbatas, Pelaksana-Suci, dan Pelaksana-Teguh Kokoh.” (P.230, L.3):

Dikatakan bahwa ke-empat Bodhisattva agung ini adalah para pemimpin di Jaman Kemerosotan Dharma . Nama dari ke-empat Bodhisattva ini muncul di sebelah Buddha Sakyamuni dan Buddha Taho dalam Mandala Gohonzon Nichiren Shonin. Dikatakan juga

D

Page 18: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

18

bahwa Nichiren adalah reinkarnasi dari Bodhisattva Visisthakaritra.“Sang Bhagava! Apakah Anda baik-baik saja? Apakah Anda tenteram? ... Tidak kah mereka melelahkan Anda?” (P.230, L.9.):

Dengan demikian , ke-empat Bodhisattva dari dalam bumi menanyakan kabar sang Buddha. Menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, ia berkata sebagai berikut:

“Aku merasa tenteram. Aku baik-baik saja. Semua mahkluk hidup telah siap untuk diselamatkan. Mereka tidak membuatku lelah karena Aku telah mengajari mereka secara berturut-turut di kehidupan lampau mereka, dan juga karena mereka telah memberi penghormatan kepada para Buddha di jaman lampau secara sungguh-sungguh dan menanam akar kebajikan.” (P.230, L.23.):

Pada saat kita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak kita inginkan atau kita sukai, dengan mudah kita menjadi lelah. Ketika kita menikmati hal yang kita kerjakan, kita tidak akan mudah merasa lelah dan merasa tertekan. Buddha Sakyamuni sunguh menikmati pembabaran ajaran-ajaranNya karena Ia mengetahui masa lampau kita, masa sekarang, dan akan datang. Ia tahu bahwa kita akan menjadi para Buddha. Jadi, ketika kita memiliki impian untuk masa depan dan berkerja keras demi sebuah tujuan, kita mampu menikmati apa yang kita lakukan.Mereka yang melaksanakan ajaran-ajaran Saddharma Pundarika Sutra memiliki hubungan tertentu dengan sutra itu dimasa lalu. Mereka pastilah telah menerima dan melaksanakan ajaran tersebut sebelumnya. Dengan hubungan sebab akibat inilah, kita melaksanakan ajaran-ajaran ini dan

akan mencapai Kebuddhaan di masa mendatang karena kita adalah anak-anak tercinta Sang Buddha.

“Kami belum pernah melihat Bodhisattva yang berjumlah jutaan ini sebelumnya. Beritahukan kepada Saya, Yang Termulia diantara semua mahkluk hidup! Dari manakah mereka berasal? Mengapa mereka datang?” (P.231, L.24.)

B o d h i s a t t v a M a i t r e y a menanyakan hal di atas mewakili seluruh peserta pesamuan yang berkumpul di Gunung Gridhakurta. Mereka terdiri dari para murid sang Buddha, saudara, para Bodhisattva dari dunia lainnya, dewa-dewi, mahkluk-mahkluk spiritual dan lain-lain. Mereka belum pernah melihat para bodhisattva dari dalam bumi ini sebelumnya. Mereka bertanya-tanya dari mana mereka berasal dan tujuan mereka berada disana.

“Tunggulah sesaat!” Buddha Sakyamuni memastikan Bodhisattva M a i t r e y a a t a s p e n c a p a i a n K e b u d d h a a n n y a d i m a s a mendatang.” (P.234, L.22.):

S e b e l u m m e n j a w a b pertanyaan Maitreya, Sang Buddha ingin memberikannya kepastian pencapaian Kebuddhaannya. Adalah Bodhisattva Maitreya yang akan menjadi seorang Buddha segera setelah Buddha Sakyamuni. Ia dipercayai tinggal di Surga Tusita, menunggu waktunya ketika ia akan turun ke dunia ini dan menggantikan Buddha Sakyamuni. Dikatakan bahwa ia akan muncul di dunia ini lima milyar enam ratus tujuh puluh juta tahun setelah kemokshaan Buddha Sakyamuni. Buddha Maitreya mungkin saja adalah Anda!

“Kata-kata-Ku adalah benar adanya. Percayalah kepada-Ku

dengan segenap hati kalian! Aku telah mengajar mereka semenjak masa lampau yang tak terhingga.” (P.237, L.7):

Sang Buddha akhirnya menjawab pertanyaan Maitreya. Ia berkata: “Memang benar bahwa kalian belum pernah melihat satupun dari Bodhisattva yang jumlahnya tak terhitung ini yang muncul dari dalam bumi. Namun Aku, Sakyamuni, telah mengajar mereka di Dunia Ketabahan semenjak Aku mencapai Kebuddhaan. ... Bagi kalian tampak seolah-olah bahwa, setelah Aku mencapai Kebuddhaan di bawah pohon Bodhi di dekat kota Gaya 40 tahun lebih yang lalu, Aku kemudian mengajar mereka untuk pertama kalinya, dan membuat mereka memasuki jalan Kebuddhaan. Namun sesungguhnya, Aku telah membabarkan hukum ini kepada mereka semenjak masa lampau tak terhingga.” Kalimat ini merupakan pengantar kepada bab berikutnya, “Panjang Usia sang Tathagata (Buddha).”Konsep Buddha Abadi belum pernah diungkapkan sebelumnya. Oleh karena itu orang-orang tidak memahami apa yang dikatakan oleh Sang Buddha dan memunculkan sebuah pertanyaan sebagai berikut:

“Sulit bagi siapapun di dunia ini untuk memahami hal ini. Sama sulitnya untuk mempercayai seorang laki-laki tampan berambut hitam berusia dua-puluh lima tahun yang menunjuk kepada para pria berusia seratus tahun dan berkata, ‘Mereka adalah putra-putraku,’ atau untuk mempercayai para pria berusia seratus tahun yang menunjuk kepada seorang laki-laki muda dan berkata, ‘Inilah ayah kami. Ia yang membesarkan kami.’ Anda (Buddha Sakyamuni) adalah seperti laki-laki muda tersebut. Belumlah lama semenjak Anda mencapai

Page 19: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

19

Kata-Kata MutiaraOleh: Josho S.Ekaputra

Jika kita percaya kata-kata Buddha, mestinya kita tidak

pernah menyalahkan suasana, sebab segala sesuatu yang

terjadi adalah hasil dari perbuatan sendiri

o-o

Saat kamu merasa sendiri dan tertekan, sesungguhnya Buddha selalu bersama mu,

Hanya kesombongan diri kita sendiri yang tidak merasakan

kehadiranNyao-o

Berdoa, berdoalah dengan hati, bukan dengan pikiran. Berdoa, berdoalah dengan welas asih, bukan dengan

egoisme

o-o

Sadar itu berarti menyadari segala pikiran, ucapan dan

perbuatan baik buruk maupun baik. Sadari perbuatan mu setiap detik. Kesadaran ini adalah tahap awal dari buah

pencerahan.

o-o

penerangan.” (P.237, L.30.):

Para pertapa Buddhisme Theravada memiliki tujuan untuk melarikan diri dari dunia kita yang penuh penderitaan ini, terbebas dari segala permasalahannya, dan mencapai sebuah tingkat kesadaran suci murni. Hal ini dapat membuat mereka menjadi tak acuh lagi terhadap dunia. Dengan mudah mereka melupakan tugas terpenting dalam ajaran untuk menyelamatkan m a n u s i a b i a s a . S e b a l i k n y a , Buddhisme Mahayana, dimulai dari sudut pandang orang-orang biasa, meyakini bahwa tingkat penerangan hanya dapat dicapai di tengah-tengah dunia ini, karena para Bodhisattva tidak dapat menyelamatkan manusia tanpa hidup dan tinggal disini ikut merasakan kejahatan dan penderitaan yang ada. Para Bodhisattva tentunya, adalah murni, dan mereka tidak pernah tercemari oleh kejahatan dan keburukan lingkungan mereka. Mereka bagaikan bunga-bunga teratai yang indah, yang muncul dari dalam lumpur di dasar air.

“Mereka tidak terkotori oleh keduniawian sama seperti bunga teratai tidak tercemari oleh air.” (P.239, L.2.):

Kalimat ini adalah salah satu dari kata-kata paling penting dalam sutra ini. Nichiren Shonin mengambil sebagian namanya, “Ren,” dari kalimat ini. Teratai adalah “ren” atau “hasu” dalam bahasa Jepang. Para pengikut Nichiren seharusnya mencoba meniru beliau dan tidak dikotori oleh keduniawian sama seperti bunga teratai tidak dikotori oleh air. Teratai tumbuh dari tanah kotor di dalam air. Batang, daun,

dan bunganya muncul dari air yang kotor. Meski Anda menuangkan air yang kotor tersebut di atasnya, air tersebut akan jatuh dan mereka tidak menjadi kotor, karena tanaman tersebut seperti lilin. Lilin dan air tidak dapat bercampur.

“Bagaimana Anda mengajari para Bodhisattva yang tak terhitung jumlhanya ini dalam waktu yang begitu singkat, dan membuat mereka berkeinginan mencapai penerangan dan tidak tergoyahkan dalam mengejar penerangan?” (P.240, Paragraf terakhir.):

Kalimat ini merupakan akhir dari bab ini. Buddha Sakyamuni seperti yang terdapat dalam sejarah memiliki tubuh dan keterbatasanNya sama seperti semua peserta pesamuan yang berkumpul di puncak gunung Girdhakuta. Tanpa konsep Buddha Pokok Abadi, welas asih sang Buddha pun terbatas.Kita akan mulai siap untuk mengerti konsep Buddha Abadi dalam bab berikutnya.

~ Namu Myoho Renge Kyo ~

Ket. (Depan) Buddha Sakyamuni dan Empat Bodhisattva Muncul dari Bumi. (Akhir) Nichiren Shonin, reinkarnasi dari Bodhisattva Jogyo (Visisthakaritra).

Page 20: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

20

Bodhisattva Muncul Dari Bumi

~EMPAT PEMIMPIN~

Buku "Penjelasan Shutei Gohonzon Nichiren Shonin" (Gohonzon ini ditulis Bulan Ketiga Tahun Koan Ketiga, 1280 dan digunakan oleh seluruh umat Nichiren Shu). Penyusun Oleh: Josho S.Ekaputra

alam Bab.XV Saddharma Pundarika Sutra, bodhisattva yang tak

terhitung jumlahnya muncul dari bawah dunia Saha dengan ke-empat pemimpinnya: Pelaksana Superior (Bodhisattva Visistacaritra), Pelaksana Tak Terbatas (Bodhisattva Anantacaritra), Pelaksana Murni (Bodhisattva Visuddhacaritra), dan Pelaksana Penegakan Kokoh (Bodhisattva Supratisthitacaritra). Mereka adalah para pengikut sejati dari Buddha Pokok yang memiliki ketiga puluh-dua tanda keagungan fisik dan tinggi serta kekuatan yang tak tertandingi bahkan oleh bodhisattva dari ajaran-ajaran sementara. Dalam Bab.XV, Buddha Shakyamuni tidak memberikan tugas penyebaran Saddharma Pundarika Sutra di Masa Akhir Dharma kepada para bodhisattva sementara meski mereka telah terlebih dahulu hadir, dan justru memanggil para bodhisattva muncul dari bumi ini. Dalam Bab.XXI mereka diberikan ajaran terperinci dari Hukum Gaib Saddharma Pundarika Sutra yang terdiri dari ajaran-ajaran, kekuatan supernatural, kekayaan, dan pencapaian dari Sang Tathagata. Oleh karena itu,

merekalah yang bertanggung jawab atas penyebarluasan Saddharma Pundarika Sutra di Masa Akhir Dharma. Siapapun yang mempertahankan O'daimoku (Namu Myoho Renge Kyo) di masa ini dikatakan adalah Bodhisattva Muncul dari Bumi atau dengan rendah hati, sebagai salah satu pengikut mereka. Para Bodhisattva Muncul dari Bumi memiliki hubungan yang erat dengan Buddha Pokok, karena keberadaan kekal abadi dari Buddha Pokok juga berarti keberadaan dari pengikut-pengikut sejatinya. Para Bodhisattva Muncul dari Bumi ini adalah murid utama dan pertama dari Buddha Pokok Abadi, sejak masa lampau yang tak terhingga. Mereka secara abadi tinggal di Dunia Saha ini, dan tidak mempunyai hubungan dengan Buddha dari dunia lain, selain Buddha sakyamuni Abadi. Dalam Bodhisattva Archetypes, Taigen Daniel Leighton menuliskan: “Saddharma Pundarika Sutra juga dikenal karena ajarannya tentang rentang keberadaan Buddha Shakyamuni yang panjang, bahwa Sang Buddha selalu ada, secara sengaja memilih untuk kelihatan telah

meninggal ataupun memperlihatkan diriNya, tergantung mana yang memberikan manfaat lebih. Berkat dari ke ‘Maha-KeberadaanNya’ itulah, para bodhisattva juga mampu menembus waktu dan ruang. Meski kita tidak selalu mengetahui keberadaan mereka, ketika diperlukan mereka bisa muncul dari bumi, dari tanah, dan dari dasar atau akar diri kita sendiri.” Shinjo Suguro, mengomentari Bab.XV, Saddharma Pundarika Sutra dalam bukunya Pengenalan kepada Saddharma Pundarika Sutra, sebagai berikut: “Penting untuk diperhatikan bahwa para Bodhisattva yang muncul dari bumi, yang muncul pertama kalinya dalam bab ini, tidak dikenali oleh siapapun juga dalam pesamuan tersebut, tidak juga oleh Maitreya yang ditakdirkan untuk menjadi Buddha kita yang berikutnya. Para Bodhisattva agung ini muncul hanya di sutra ini dan tidak di sutra-sutra lainnya. Hanya para Bodhisattva inilah, yang muncul dari dalam bumi, yang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra di Dunia Saha pada masa Akhir Dharma. Pada

D

Page 21: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

21

Bab.XXI, ‘Kekuatan Supernatural Sang Tathagata’, Buddha Sakyamuni akan menyampaikan Saddharma Pundarika Sutra langsung kepada mereka. “Disini terungkap bahwa para Bodhisattva yang muncul dari bumi adalah simbol Bodhisattva dari Saddharma Pundarika Sutra. Banyak sudah Bodhisattva yang muncul sebelum bab ini, tetapi hanya merekalah yang sungguh-sungguh bersikap sesuai dengan ajaran-ajaran Sutra ini. Oleh sebab itu, mereka melambangkan contoh yang ideal bagi aktivitas dinamis. Segala tindakan mereka terangkum dalam kalimat: ‘Mereka tidak lagi tercemari oleh hasrat-hasrat duniawi bagaikan sekuntum bunga teratai yang tidak lagi tercemari oleh air tempat ia tumbuh’. Para Bodhisattva Muncul dari Bumi juga merupakan lambang dari Gerbang Pokok dari Saddharma Pundarika Sutra, separuh bagian akhir dari sutra yang mengandung inti hakekat ajaran. Di separuh bagian awal dari sutra, ajaran teoritis dari Kendaraan Tunggal diajarkan. Ajaran ini disebut teoritis, sebab mengajarkan bahwa “secara teorinya” semua manusia mampu menjadi Buddha karena selama ini Sang Buddha mengajarkan ajaran Kendaraan Tunggal yang membimbing kepada Kebuddhaan. Para Bodhisattva sementara,

seperti Bodhisattva Maitreya dan Bodhisattva Prajnakuta, mewakili ajaran ini dengan memberikan contoh dari pemupukan bertahap dalam mencapai Kebuddhaan. Bagi mereka, pelaksanaan Bodhisattva adalah sebab Kebuddhaan yang harus didahului. Sedangkan separuh akhir dari Saddharma Pundarika Sutra adalah inti hakekat ajaran dari Buddha Pokok Sakyamuni. Ajaran pokok ini mengungkapkan bahwa Kebuddhaan tidaklah memiliki awal dan akhir, dan bahwa “sebab” dari pelaksanaan Bodhisattva sesungguhnya adalah bersamaan dengan “akibat” dari Kebuddhaan dalam penerangan abadi dari Buddha Sakyamuni. Seseorang mencapai kemanunggalan antara pelaksanaan dan penerangan ini melalui kepercayaan dalam bukti nyata Kebuddhaan yang telah ada dalam diri Buddha Pokok Sakyamuni. Ini adalah ajaran dari Buddha Pokok, dan hanya para pengikut sejatiNya, para Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dipercayai untuk menyebarluaskan ajaran seperti ini pada masa-masa Akhir Dharma. Ke-empat pemimpin Bodhisattva dari Bumi mewakili ke-empat ciri khas dari Nirvana atau Kebuddhaan seperti yang diajarkan dalam Sutra Nirvana: “diri sejati, kekekalan, kemurnian, dan kebahagiaan.”

Namu Jogyo Bosatsu atau Bodhisattva Visistacaritra atau Pelaksanaan Superior, Bodhisattva ini melambangkan diri yang sejati yakni; “Ke-Tiada Aku-an dari Nirvana”. Nichiren Daishonin dianggap sebagai perwujudan dari Bodhisattva Pelaksana Superior karena hanya Beliau yang mewujudkan tugas dari Bodhisattva Pelaksana Superior dengan menjadi orang pertama yang menyebarkan O'daimoku (Namu Myoho Renge Kyo) dan memenuhi ramalan Sang Buddha dalam Saddharma Pundarika Sutra. Namu Muhengyo Bosatsu atau Bodhisattva Anantacaritra atau Pelaksanaan Tak Terbatas, Bodhisattva ini melambangkan kekekalan yakni “Sifat Tiada Kelahiran dan Tiada Kematian dari Nirvana.” Namu Jyogyo Bosatsu atau Bodhisattva Visuddhacaritra atau Pelaksanaan Murni, Bodhisattva ini melambangkan kemurnian yakni “Kebebasan Nirvana dari Segala Sesuatu yang Tidak Murni.” Namu Anryugyo Bosatsu atau Bodhisattva Supratisthitacaritra atau Pelaksanaan Penegakan Kokoh, Bodhisattva ini melambangkan kebahagiaan yakni “Pembebasan Nirvana atas Penderitaan.”Gassho.

"BULETIN LOTUS" MENGUCAPKAN SELAMAT ULANG TAHUN

NICHIREN SHU buddhisme KE-753 DANNICHIREN SHU HOKEKYO INDONESIA KE-3

28 APRIL 2006

Semoga segala kebajikan yang telah kita buat, dapat memperindah Tanah Suci Buddhadan memberikan kebahagiaan kepada kita semua pada masa sekarang dan akan datang.

Page 22: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

22

ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU(Liputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia dan Luar Negeri)Sumber: Nichiren Shu News, The Bridge, Maillist dan WebsitePerangkum oleh: Josho S.Ekaputra

uil Honolulu Myohoji, Hawaii merayakan hari ulang tahun ke-75. Acara

dimulai dengan upacara "Buka Mata" terhadap monumen O'daimoku yang telah selesai dibangun pada tanggal 20 Nopember yang lalu. Acara ini diikuti oleh lebih dari 200 anggota dan simpatisan Kuil Nichiren Shu di Hawaii. Perayaan ulang tahun dimulai pada pukul 9:20 pagi dengan upacara doa "Buka Mata" untuk Monumen Stupa O'daimoku yang baru. Menurut YM.Bhiksu Eijo Ikenaga, Kepala Kuil Honolulu Myohoji menyatakan, “Ide dari monumen ini datang dari sebuah foto lama. Terlihat dalam foto sejumlah anggota pelopor kuil, mengelilingi sebuah Stupa Perdamaian O'daimoku, yang belum selesai dibangun. Mereka terlihat gembira bekerja bersama membangun s t u p a i t u . K i t a sangat bahagia dapat mempersembahkan monumen ini kepada mereka pada pagi hari ini.” YM.Bhiksu Bunjo Endo memimpin upacara ulang tahun ke-75 dibantu oleh YM.Bhiksu Tansei

Iwama, kepala administrasi kantor pusat. Dalam pidato khususnya, YM.Bhiksu Endo mengungkapkan penderitaan dan pengorbanan dari para bhiksu-bhiksu pendahulu yang membangun kuil Honolulu Myohoji ini. Setelah upacara doa selesai dilaksanakan, sebuah acara perayaan dilaksanakan di Aula Sosial, yang dilaksanakan oleh Ny.Lorraine Akiba. Perayaan dimulai dengan paduan suara dari anggota Fujinkai, yang menyanyikan lagu-lagu Wasan (lagu pujian atas kebajikan dari Saddharma Pundarika Sutra). Setelah pidato dari YM.Bhiksu Bunjo Endo, kepala administrasi YM.Bhiksu Iwama, menyampaikan sebuah pesan selamat ulang tahun, lima anggota kuil menerima penghargaan dari

Kantor Pusat Administrasi Nichiren Shu, Jepang. Penerima penghargaan antara lain: Tuan Hiroo Miyagi, presiden kuil; Tuan Joseph Yuzuru Kamasaki, wakil presiden; Tuan Wilfred Katsumi Fuchino, sekretaris; Tuan dan Ny. James Yoshio Uruu, bendahara; dan Nn. Florence Kiyoko Abe, presiden Fujinkai. Setelah itu, disampaikan juga pesan selamat ulang tahun dari YM.Bhiksu Joyo Ogawa, Bhiksu Tinggi Hawaii, YM.Bhiksu lkenaga dan Tuan Miyagi. Setelah makan siang, para peserta menikmati serangkain hiburan antara lain: Tarian Jepang, Tarian Okinawan, Penampilan Kendo, Paduan suara, dan karaoke. Gassho. (Laporan oleh: YM.Bhiksu Dairyo Tomikawa)

KUIL HONOLULU MYOHOJI, HAWAII

ULANG TAHUN KE-75

K

Page 23: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

23

PEMBINAAN RUTIN OLEH YM.BHIKSUNI MYOSHO OBATA

"KAIDAN" TEMPAT PEMBABARAN

DHARMAada tanggal 15-17 april 2006, Bhiksuni Myosho Obata kembali hadir

ditengah-tengah umat Nichiren Shu Indonesia dalam rangka pembinaan rutin. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Beliau langsung datang dari Singapura. Seperti yang kita ketahui bahwa sejak awal april, Bhiksuni Myosho Obata telah pindah ke Singapura yang sekaligus menjadi pusat Kantor Nichiren Shu Asia Tenggara, dengan alamat No.9 Geylang Road, Lorong 29, #07-01, Singapore 388065. Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Beliau dijemput oleh Sdr.Sidin Ekaputra dan Bpk.Tony Soehartono. Setelah itu, langsung menuju hotel Sanno, Pluit untuk check in. Diskusi membahas tentang rencana-rencana Nichiren Shu

Indonesia kedepan dibahas antara Sdr.Sidin Ekaputra dan Bhiksuni Myosho Obata. Malam harinya, Bpk. Tony Soehartono menjamu Bhiksuni Obata makan malam di Restoran masakan padang. Minggu, 17 April 2006, Acara Kebaktian pukul 10:00 pagi. Kebaktian ini diikuti oleh sekitar 25 anggota dari Jakarta dan Tangerang. Dokyo dimulai dengan membaca Bab.II, XVI, XXV, dan XXVI Dharani. Kemudian dilakukan "Pemberkatan Kito" bagi seluruh anggota yang hadir. Pada saat penyebutan O'daimoku berlangsung satu persatu anggota maju kehadapan Bhiksu Myosho Obata untuk menerima pemberkatan dan dilanjuti dengan Shoko atau persembahan Dupa untuk para Buddha. Uniknya pada pemberkatan kali ini terdapat juga

pemberkatan u n t u k k a n d u n g a n s e o r a n g a n g g o t a Ta n g e r a n g yang sedang mengandung empat bulan yakni Ibu Ai Wen.

Bhiksuni Obata memberikan ceramah tentang "Kaidan" bahwa setiap tempat dimana pengajaran Saddharma Pundarika Sutra dilaksanakan adalah kaidan. Juga dilakukan "Kaimu" atau "Buka Mata" untuk Gohonzon, Rupang Bodhisattva Avalokitesvara, dan Omamori. Selesai acara dilanjutkan makan siang, kemudian kunjungan ke rumah Bpk.Johan, Cengkareng, dan melihat kerajinan Bambu, dan dilanjutkan dengan Upacara Pemasangan Gohonzon di rumah Bpk.Anton TW. Bhiksuni Obata kembali ke Singapura tanggal 17 April. Sayonara. Gassho. (Laporan oleh: Sdr.Sidin Ekaputra)

Ket. (Atas); Bhiksuni Myosho Obata melakukan Upacara "Buka Mata" untuk Gohonzon, (Bawah) Sdr.Bethune mewakili Bpk. Anton TW menerima Gohonzon dari Bhiksuni Obata

P

Page 24: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

24

M.Bhiksu Arnold Shinko Matsuda baru saja menempati tempat baru sebagai Kepala

Kuil San Jose Myokakuji Betsuin, San Jose, Cal ifornia, dengan dilaksanakannya sebuah upacara pada tanggal 22 Oktober 2005. Ia mengantikan YM.Bhiksu Ryusho Matsuda, ayah sekaligus gurunya. Juga dilaksanakan upacara untuk memperingati hari ulang tahun ke-25 kuil sehari sebelumnya. Upacara ulang tahun ini dipimpin oleh YM.Bhiksu Shukai Oikawa, Kepala kuil Joenji, Shinjuku, Tokyo, dibantu oleh YM.Bhiksu Ryusho Matsuda dan YM.Bhiksu Arnold Shinko Matsuda. Beberapa bhiksu misionaris dari berbagai tempat di Amerika Utara ikut bergabung dalam acara ini. Dalam “Laporan kepada Tiga Pusaka,” YM.Bhiksu Oikawa mengungkapkan sejarah kuil ini dan berkata, “Almarhum YM.Bhiksu Shingaku Oikawa, kepala bhiksu Kuil Myokakuji Kyoto, mendirikan kuil ini pada tanggal 2 Nopember I980, dalam rangka peringatan ke-700 tahun dari pendiri kita, Nichiren Shonin.” YM.Bhiksu Shokai Kanai, bhiksu tinggi Nichiren Shu Order of North America, memberikan surat resmi sebagai tanda persetujuan sebagai kepala bhiksu untuk kuil kepada YM.Bhiksu Arnold Shinko

YM.BHIKSU ARNOLD MATSUDA,

Matsuda. Dalam p i d a t o n y a , Y M . B h i k s u Shinko Matsuda m e n g u c a p k a n r a s a t e r i m a k a s i h d a n penghargaannya k e p a d a Y M . B h i k s u Ryusho matsuda dan Ny.Hiroko M a t s u d a , y a n g t e l a h melaksanakan tugas kebhiksuan d iku i l in i se lama 25 t ahun . Memperingati ulang tahun ke-25 ini, kuil menerbitkan “Lotus World” sebuah buku panduan setebal 130 halaman yang mengambarkan tentang Mandala Agung. YM.Bhiksu Arnold Shinko Matsuda lahir pada tanggal 18 maret 1971 di Seattle, anak dari YM.Bhiksu Ryusho dan Ny. Hiroko Matsuda. Ia menerima pemberkatan buddhis pertama di Seattle Nichiren Buddhist Church pada tanggal 18 April 1971. Pada tahun 1978, keluarganya pindah ke San Jose. CA, dengan sebuah misi untuk mendirikan sebuah kuil, untuk memenuhi permintaan dari Almarhum YM.Bhiksu Shingaku Oikawa. Pada umur sepuluh tahun, ia mulai berlatih Kendo di San Jose Kendo Dojo. Dibawah bimbingan dari

gurunya Charlie Tanaka, Ia menjadi juara U.S. Champion pada tahun 1993 dan terpilih sebagai anggota Tim Amerika Serikat untuk World Kendo Championship Tournament sebanyak tiga kali, sekarang ia telah mencapai peringkat Kyoshi 6-dan.Pada tahun 1983, Ia ditabhiskan dibawah YM.Bhiksu Shingaku Oikawa (yang kemudian menjadi kepala bhiksu untuk Kuil Honzan Myokakuji, Kyoto). Ia menyelesaikan pelatihan Shingyo-dojo pada musim panas tahun 1994. Setelah lulus dari Universitas San Jose State pada tahun 1996, ia bekerja diperusahaan Epson dan membantu YM.Bhiksu Ryusho Matsuda sebagai seorang bhiksu di Kuil San Jose Myokakuji Betsuin. Ia kemudian menikah dengan Pauline Chu. Gassho. (Laporan oleh YM.Bhiksu Gen-ichi Oikawa)

KUIL SAN JOSE MYOKAKUJI BETSUIN

KEPALA BHIKSU BARU

ket. (Kiri ke kanan): Ny.Jane, Ny.Hiroko, YM.Bhiksu Ryusho, YM.Bhiksu Shinko dan Ny.Pauline

Y

Page 25: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

25

Nama Resmi: Kuil Minobu Zan Kuon JiSekte: Nichiren Shu BuddhismePendiri Kuil: Nichiren Shonin, Tahun Berdiri: 17 Juni 1274Alamat: Minobu-Cho, Minami-koma-gun, Yamanashi-ken 409-2593, Telp.0556-62-1011Rute: Dari Tokyo, Dengan Kereta: Shinjuku (JR Chile Main Line, Limited Express) Kofu (1 hr. 40 mins); Kofu (JR Minobu Line, Express) Minobu(1 hr.) Tokyo (JR Tokaido Shinkansen)—Shin-Fuji (1 hr15 mins.); Fuji.,(JR.Minobu Line, Express) — Minobu (1 hr.)Penginapan: Tersedia

unung Minobu dilewati oleh dua sungai, sebelah timur Sungai Fuji-kawa dan

sebelah barat Sungai Haya-kawa, dan dilindungi perpohonan cedar yang rimbun. Pepohonan cedar yang begitu indah, menyelimuti bagaikan hamparan permadani, didesign secara alami oleh alam yang indah dan suasana seperti ini mendapat julukan “Seribu Cedar”, yang menghadirkan pemandangan yang luar biasa. Bangunan kuil, mulai dari pintu gerbang luar dan termasuk pintu gerbang kuil, aula utama, aula

••

Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu, Tempat Bersejarah Lainnya di seluruh Jepang dan Dunia)Oleh: Josho S.Ekaputra

Kuil Minobu ZanKuon Ji

G1

Page 26: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

26

2 3

4

5

6

7

8

9

10

Page 27: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

27

peringatan bagi pendiri, dan lain-lain telah ditata sedemikian rupa sehingga menyatu dengan keaslian alam yang indah. Puncak Gunung Minobu setinggi 1,148m diatas permukaan laut, dan disana terdapat bangunan peringatan bagi Nichiren Shonin, yang merindukan kedua orangtuanya yang disebut “Tempat Suci Kerinduan” atau Kuil Shinkaku Ji, sedangkan dikaki Gunung Takatori, bagian dari Gunung Minobu terdapat bekas gubuk Nichiren Shonin ketika tinggal di Gunung Minobu dan juga museum Beliau, disini para pengunjung dapat memberikan penghormatan dan mengenangkan akan perjuangan Beliau. Sebelah barat Gunung Minobu, menjulang tinggi Gunung Shichimen, setinggi 1,982m diatas permukaan laut Pemandangan dari puncak gunung sungguh menawan hati, dan langsung menghadap ke Gunung Fuji, tempat yang ideal untuk melihat matahari terbit, naik dari bagian belakang Gunung Fuji, terdapat pintu gerbang Tempat Suci Shichimen Daimyojin. Kuil Minobusan Kuon Ji, didirikan oleh Nichiren Shonin (1222-82) pada masa Kamakura, sebagai kuil pusat dari Nichiren Shu Buddhisme dan disini juga terdapat banyak tempat-tempat suci dan bersejarah bagi para penganut.Minobusan, atau Gunung Minobu, terletak disebuah lokasi yang disebut Daerah Hakii, propinsi Kai (sekarang, Daerah Administrasi Yamanashi) dan dibawah Nanbu

Sanenaga, penguasa daerah tersebut. Nichiren Shonin setelah memberikan peringatan sebanyak tiga kali kepada pemerintah, tetapi tetap ditolak, sehingga sesuai tradisi, maka Beliau akhirnya mengasingkan diri secara sukarela ke Gunung Minobu, tinggal didalam kerimbunan hutan pegunungan bersama para pengikutnya dan dibawah perlindungan Nanbu Sanenaga. Ia tiba di Gunung Minobu pada tanggal 17 Mei 1274, dimana kemudian Ia mendirikan Kuil Kuon Ji pada tanggal 17 Juni tahun yang sama. Setelah itu, Nichiren Shonin menghabiskan sisa hidupnya untuk membabarkan Saddharma Pundarika Sutra dan mendidik para murid-muridNya. Kemudian pada tanggal 8 September 1282, Ia melakukan perjalanan ke propinsi Hitachi (Sekarang Daerah Administrasi Ibaraki) dalam rangka memulihkan kesehatan Beliau yang semakin akut, dan Ia juga mengunjungi makam kedua orangtuaNya. Tetapi Ia tidak dapat melanjutkan perjalanan, dan meninggal di kediaman Ikegami di propinsi Musashi (sekarang Ota Ward, Tokyo) pada usia 60 tahun. Sesuai dengan permintaan Beliau sebelum meninggal, sebuah makam

dibangun di Gunung Minobu untuk mesemayamkan abu Beliau. Selama lebih dari tujuh ratus tiga puluh tahun setelah meninggalnya Nichiren Shonin, ajaran Beliau diteruskan tanpa perubahan dan sesuai keasliannya. Kuil ini adalah Kuil pusat dari seluruh pengikut dan murid-murid Nichiren Shonin. Hari ini tidak hanya para pengikut yang berdatangan memberikan penghormatan kepada Beliau, tetapi juga dari para pengunjung yang bukan penganut. Gassho.

Keterangan Gambar:Kompleks Kuil Minobusan Kuon JiHondo (Aula Utama) Kuil Kuon Ji, direnovasi kembali tahun 1985Bodaitei (Tangga Penerangan) terdiri dari 287 anak tangga, selesai dibangun pertengahan abad 17Sobyo (Makam Nichiren Shonin)Sanmon (Pintu Gerbang) dibangun abad 17Gosoan-ato (Tempat Bekas Gubuk Nichiren Shonin)Gonyuzan-e (Upacara memperingati kedatangan Nichiren Shonin di Minobu).SuimeiroOeishiki (Acara Peringatan Meninggalnya Nichiren Shonin) setiap tanggal 13 Oktober.Pohon Sakura, berumur 400 tahun.Sosihido (Aula Peringatan Pendiri), renovasi tahun 1881Peta Gunung Minobu

1.2.

3.

4.5.

6.

7.

8.9.

10.11.

12.

11

12

Page 28: Mempertahankan Ajaran Buddha fileNo.20 / Mei 2006 2 Sutra “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata,” ini adalah sebuah ide yang terlupakan oleh kita, dan seperti yang dikatakan oleh

No.20 / Mei 2006

28

Topik Utama:~ Mempertahankan Ajaran

Bdudha, Hal. 01

Ceramah :~Jasa Kebajikan Orang Ke-Lima

Puluh, Hal.04~Sennichi Ama, Hal.05

Goibun:

~Ken Hobo Sho, Bag.2 dan 3, Hal.10

Serba Serbi:~A Collection of Nichiren

Wisdom, Hal.03~Seri Pelajaran

Mahayana, Hal.07~Legenda Nichiren Shonin,

Hal.13~Seri Penjelasan Saddharma

Pundarika Sutra, Hal.16~Seri Penjelasan Shutei

Gohonzon, Hal.20~Seri Pengenalan Kuil-Kuil

Nichiren Shu, Hal.25

Aneka Peristiwa:~Ulang Tahun Ke-75, Kuil Honolulu Myohoji, Hal.22

~Pembinaan Rutin Oleh YM.Bhiksuni Obata, Hal.23

~Kepala Kuil Baru Kui San Jose Myokakuji Betsuin, Hal.24

Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email: [email protected] Website: www.nshi.org

Dana Paramita Rp.6.000,-

PENGUMUMAN

Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo

Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:

Bank Central Asia (BCA)KCP.Muara Karang

No.Account : 637-012-8152A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia

JADUAL DAN BAHAN pelajaranJAKARTA, TANGERANG, BATAM, JAWA TENGAH DAN

D.I.YOGYAKARTA

BAHAN PELAJARAN :::

MINGGU I, 7 Mei 2006Bahan : "Ceramah dan Saddharma Pundarika Sutra"MINGGU II, 14 Mei 2006Bahan: "Meditasi Shodaigyo"MINGGU III, 21 Mei 2006Bahan: "Diskusi"MINGGU IV, 28 Mei 2006Bahan : "Diskusi"

JADUAL PERTEMUAN :::

JAKARTA (MINGGU KE 1 DAN 2):10:00 - 10:40 Dokyo Shodai (Membaca Paritta dan Odaimoku)10:40 - 12:00 Pelajaran / Diskusi

TANGERANG (MINGGU KE 3 DAN 4)14:00 - 14:30 Dokyo Shodai 14:30 - 16:00 Pelajaran / Diskusi

SEMARANG / JAWA TENGAH (SETIAP RABU)19:00 - 21:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi

D.I.YOGYAKARTA (SETIAP JUMAT)20:00 - 22:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi