membuat simplisia dan teh daun sirsak

81
Membuat simplisia dan teh daun sirsak, Obat Herbal Yang Lagi Digemari DuniaWirausaha.com - Buah sirsak kaya fitonutrien dan fitokimia. Berbagai riset menunjukkan bahwa sirsak kaya antioksidan yang sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Antioksidan yang terkandung dalam buah sirsak antara lain adalah vitamin C. Kandungan vitamin C dalam setiap 100 g jus buah sirsak sebesar 20 mg. Oleh karena itu, buah sirsak merupakan salah satu buah penting sebagai sumber vitamin C. Mekanisme kerja vitamin C sebagai antioksidan yaitu menangkap dan meredam zat-zat berbahaya yang dapat membahayakan dan merusak sel tubuh. Tubuh kita sangat membutuhkan vitamin C. Bila tubuh kekurangan vitamin C maka akan meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, diabetes mellitus, penyakit hati dan penyakit mata. Selain vitamin C, sirsak juga kaya antioksidan lain dalam bentuk fitokimia diantaranya senyawa aseltahid, amiloid, anonain, anomurisin, ananol, atherosperminin, betasitosterol, kampesterol, sitrulin, galaktomanan, prosianidin, dan tanin. Senyawa- senyawa ini bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit terutama kanker sehingga semakin mengukuhkan sirsak sebagai tanaman yang ajaib (panasea) yang bermanfaat sebagai obat herbal alternatif. Bahkan, konon keampuhan manfaat sirsak 10.000 kali lebih ampuh dibandingkan dengan kemoterapi untuk penderita kanker. Bagian tanaman sirsak yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan adalah buah, daun, kulit kayu, bunga dan biji. Berdasarkan riset terhadap kandungan fitokimia sirsak, tanaman ini mempunyai berbagai khasiat untuk pengobatan beragam penyakit. Pada umumnya semua bagian dari pohon sirsak adalah bermanfaat sebagai obat namun untuk keperluan pembuatan simplisia yang digunakan adalah daun, kulit kayu dan bunga sirsak. Dengan segudang manfaat, tanaman sirsak dapat diolah sebagai bahan obat herbal yang selain mendatangkan manfaat kesehatan juga mempunyai peluang ekonomi dengan memproduksinya memperkaya khasanah obat tradisional nusantara. Sebagai wirausaha obat herbal, pada dasarnya sirsak khususnya daunnya dapat diolah menjadi simplisia (ekstrak) menjadi kapsul atau

Upload: noor281982

Post on 21-Nov-2015

316 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Membuat simplisia dan teh daun sirsak, Obat Herbal Yang Lagi Digemari

DuniaWirausaha.com-Buah sirsakkaya fitonutrien dan fitokimia. Berbagai riset menunjukkan bahwa sirsak kaya antioksidan yang sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Antioksidan yang terkandung dalam buah sirsak antara lain adalah vitamin C. Kandungan vitamin C dalam setiap 100 g jus buah sirsak sebesar 20 mg. Oleh karena itu,buah sirsakmerupakan salah satu buah penting sebagai sumber vitamin C.

Mekanisme kerja vitamin C sebagai antioksidan yaitu menangkap dan meredam zat-zat berbahaya yang dapat membahayakan dan merusak sel tubuh. Tubuh kita sangat membutuhkan vitamin C. Bila tubuh kekurangan vitamin C maka akan meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, diabetes mellitus, penyakit hati dan penyakit mata.

Selain vitamin C,sirsakjuga kaya antioksidan lain dalam bentuk fitokimia diantaranya senyawa aseltahid, amiloid, anonain, anomurisin, ananol, atherosperminin, betasitosterol, kampesterol, sitrulin, galaktomanan, prosianidin, dan tanin. Senyawa-senyawa ini bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit terutama kanker sehingga semakin mengukuhkan sirsak sebagai tanaman yang ajaib (panasea) yang bermanfaat sebagaiobatherbal alternatif. Bahkan, konon keampuhan manfaat sirsak 10.000 kali lebih ampuh dibandingkan dengan kemoterapi untuk penderita kanker.

Bagian tanamansirsakyang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan adalah buah, daun, kulit kayu, bunga dan biji. Berdasarkan riset terhadap kandungan fitokimia sirsak, tanaman ini mempunyai berbagai khasiat untuk pengobatan beragam penyakit. Pada umumnya semua bagian dari pohon sirsak adalah bermanfaat sebagai obat namun untuk keperluan pembuatan simplisia yang digunakan adalah daun, kulit kayu dan bunga sirsak.Dengan segudang manfaat, tanamansirsakdapat diolah sebagai bahanobat herbalyang selain mendatangkan manfaat kesehatan juga mempunyai peluang ekonomi dengan memproduksinya memperkaya khasanahobat tradisionalnusantara. Sebagaiwirausahaobat herbal, pada dasarnya sirsak khususnya daunnya dapat diolah menjadi simplisia (ekstrak) menjadi kapsul atau teh herbal. Proses pembuatan simplisia daun sirsak terdiri atas beberapa tahap yaitu pencucian, penirisan, pengirisan, pengeringan dan pengemasan. Semua tahapan diatas harus diperhatikan untuk mencegah hilangnya zat-zat berkhasiat yang terkandung dalam daun sirsak. Simplisia daun sirsak yang baik adalah bila kadar airnya rendah yaitu antara 10 % - 15 %, tidak mengandung kotoran, serta tidak ada penyimpangan warna, rasa dan aroma.

Daunsirsakyang dipilih adalah daun yang tidak terlalu tua atau terlalu muda. Sebaiknya diambil daun ke 4 atau 5 dari ujung. Pemilihan dengan metode ini dikarenakan kandungan annonaceous acetoginin pada kondisi ini adalah paling tinggi. Sedangkan tanaman yang baik yang digunakan sebagai sumber simplisia adalah tanamansirsakyang tumbuh pada ketinggian 50 meter diatas permukaan laut. Daun yang sudah dipetik kemudian dimasukkan kedalam keranjang.

Daun sirsak dicuci dengan air bersih agar bebas dari kotoran, tanah dan debu yang menempel. Hal ini penting dikarenakan kotoran dapat mempengaruhi khasiat yang terkandung dalam bahan baku tersebut. Pencucian dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.Setelah dicuci, daunsirsakdapat ditiriskan dalam wadah keranjang yang berlubang agar airnya dapat menetes kebawah.

Pengeringan bertujuan agar mengurangi kadar air, mempertahankan daya fisiologis bahan serta mengawetkan dan mempertahankan kualitas produk. Metode pengeringan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dijemur dibawah sinar matahari atau diangin-anginkan pada suhu kamar.

Pengeringan simplisia daunsirsakdengan bantuan sinar matahari biasanya dilakukan selama 3-5 hari atau setelah kadar airnya dibawah 8 %. Caranya adalah dengan menjemur daun sirsak diatas tikar atau rangka pengering. Selama pengeringan daunsirsakharus dibolak baliksetiap 4 jam agar merata keringnya.

Cara pengeringan lainnya adalah dengan menggunakan rak oven. Daun sirsak yang sudah ditiriskan dihamparkan dalam loyang lalu dioven dengan suhu 60 derajat celcius selama 30 menit. Selanjutnya simplisia daunsirsaksiap dikemas dan disimpan ditempat yang kering serta terlindungi dari sinar matahari agar tidak rusak.

Pengemasan bertujuan untuk menjaga kualitas simplisia daun sirsak yang sudah diproduksi. Kemasan dipilih sebaiknya yang mampu mencegah uap air masuk kedalam produk yang sudah jadi. Dengan demikian simplisia tidak mudah berjamur yang akan membahayakan kesehatan bila dikonsumsi.Selanjutnya simplisia dapat dibuat dengan berbagai bentuk seperti bahan rebusan, bubuk kering, atau bahan ekstrak daunsirsak.

Pembuatan Teh daun sirsakCara pembuatan teh daunsirsakpada dasarnya adalah sama dengan pembuatan simplisia daun sirsak. Hanya pada pembuatan teh daun sirsak ada proses perajangan daun sirsak setelah tahap penirisan. Dengan demikian bila teh daun sirsak diseduh dengan air panas akan memberi senyawa warna seperti teh pada umumnya. Selain itu, senyawa-senyawa yang terkandung dalam rajangan dapat larut dan diekstraksi oleh air. Tahapan pembuatan teh daun sirsak adalah sebagai berikut:

Daunsirsakyang dipilih adalah daun yang tidak terlalu tua atau terlalu muda. Sebaiknya diambil daun ke 4 atau 5 dari ujung. Pemilihan dengan metode ini dikarenakan kandungan annonaceous acetoginin pada kondisi ini adalah paling tinggi. Sedangkan tanaman yang baik yang digunakan sebagai sumber simplisia adalah tanaman sirsak yang tumbuh pada ketinggian 50 diatas permukaan laut. Daun yang sudah dipetik kemudian dimasukkan kedalam keranjang.

Daunsirsakdicuci dengan air bersih agar bebas dari kotoran, tanah dan debu yang menempel. Hal ini penting dikarenakan kotoran dapat mempengaruhi khasiat yang terkandung dalam bahan baku tersebut. Pencucian dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.Setelah dicuci, daun sirsak dapat ditiriskan dalam wadah keranjang yang berlubang agar airnyanya dapat menetes kebawah.

Perajangan bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan. Sebaiknya daun sirsak dirajang dengan pisau tajam yang berbahan stainless steel. Kemudian bahan sirsak hasil rajangan disimpan dalam wadah yang bersih.

Rajangan daunsirsakdikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu kamar atau dengan menggunakan oven. Pengeringan rajangan daun sirsak dengan bantuan matahari biasanya dilakukan dengan lama waktu antara 3-5 hari atau kadar airnya dibawah 8 %. Selama masa pengeringan rajangan daun sirsak harus sering dibolak balik setiap 4 jam agar kadar kekeringannya merata. Cara pengeringan lain yaitu dengan mengoven rajangan daun dalam loyang pada suhu 60 derajat celcius selama 30 menit. Selanjutnya teh daun sirsak siap untuk dikonsumsi.

http://qsinauobat.blogspot.com/2011/04/pengeringan-simplisia.html

Minggu, 10 April 2011pengeringan simplisiaA. PENDAHULUANPengobatan tradisional, termasuk pengobatan herbal telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat selama hampir dua dekade terakhir. Sayangnya, kemajuan ini juga disertai dengan banyaknya laporan mengenai efek negatif yang diperoleh dari pengobatan herbal tersebut. Dari hasil analisis dan penelitian yang telah dilakukan, salah satu faktor penyebabnya adalah karena rendahnya kualitas dari obat obatan herbal yang mencakup bahan dasar tanaman obat dan penanganan pasca panen yang tidak sesuai. Sehingga diperlukan adanya suatu quality control terhadap penangan pasca panen, agar diperoleh simplisia yang berkhasiat dan terjamin kualitasnya.Penanganan atau pengelolaan lepas panen perlu diperhatikan karena dapat terjadi perkembangan penyakit yang bisa menimbulkan kerusakan atau perubahan sifat hasil tanaman. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam pertumbuhan tanaman sampai menghasilkan ada beberapa jenis jamur tertentu, antara lain Aspergillus sp dan Fusarium sp, serta beberapa mikrobia golongan khamir yang selalu mempengaruhi kemulusan pertumbuhan dan produksinya. Kenyataannya jamur-jamur dan mikrobia tersebut dapat terus berkembang dengan baik pada hasil tanaman lepas panen, sehingga penyakit yang ditimbulkannya dapat menimbulkan kerusakan atau perubahan sifat hasil tanaman lepas panen (terutama dalam penyimpanan). Penanganan atau pengolahan di sini terutama dalam pengeringan dan penyimpanannya, yang dalam hal ini pengeringan harus benar- benar kering dan penyimpanan harus pada wadah yang kering dan ditempatkan pada ruangan yang tidak lembab, sedikit jauh dari kontak dengan lantai dan dinding ruangannya.

B. RUMUSAN MASALAHApa sajakah parameter parameter yang perlu diperhatikan dalam tahap pengeringan agar diperoleh suatu simplisia yang terjaga kualitas dan kuantitasnya?

C. TUJUAN1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan dari dilakukannya tahap pengeringan pada penanganan pasca panen.2. Dapat mengetahui dan memahami parameter - parameter apa saja yang perlu diperhatikan dalam tahap pengeringan pada penanganan Pasca Panen.

D. PEMBAHASAN1. Tujuan dan Alasan PengeringanPengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Selain itu pengeringan akan mencegah agar simplisia tidak berjamur dan kandungan kimia yang berkhasiat tidak berubah karena proses fermentasi.Adanya air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Berbeda pada tumbuhan yang masih hidup, pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak tersebut tidak terjadi karena adanya proses proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan pengunaan isi sel. Keseimbangan ini akan hilang dengan segera setelah sel tumbuhan mati. Sehingga, dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik melalui pengeringan simplisia dapat mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.

2. Cara PengeringanPengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya Face hardening, yakni bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yan terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan air tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. Face Hadening dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan.Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 900 C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 600 C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif dan tidak panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan cara mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg.Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan, yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.1. Pengeringan alamiahTergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan:a. Dengan panas sinar matahari langsung.Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara tradisional. Namun, pada umumnya hasil yang diperoleh bermutu baik. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras, seperti kayu, kulit kayu, biji, dan sebagainya, dan mengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Merupakan cara yang paling mudah dan biayanya relatif murah. Simplisia cukup dihamparkan merata setipis mungkin di atas alas plastik atau tikar dan dijemur di bawah sinar matahari langsung, sambil sering dibalik agar keringnya merata. Aktivitas pembalikan harus dilakukan secara teratur sehingga hasil tanaman benar-benar kering. Setelah batas kering yang dipersyaratkan tercapai, penyimpanannya harus pada wadah yang kering dan steril (bersih). Pengontrolan kualitas kering dapat dilakukan sebulan, sekuartal, sesuai dengan keperluan dengan cara melakukan pengeringan kembali apabila diperlukan.Kerugian pengeringan dengan sinar matahari antara lain :1) Untuk mendapatkan hasil yang benar-benar kering memerlukan waktu yang lama terlebih kalau cuaca kurang menguntungkan.2) Pengeringan akan sangat tergantung pada cuaca (sinar matahari), apabila cuaca buruk untuk beberapa hari, kemungkinan besar kerusakan endogen pada hasil tanaman telah mulai berlangsung.3) Pengeringannya memerlukan tempat yang luas dan beberapa orang tenaga pengering.4) Karena suhu dan waktu sukar diawasi atau diatur fluktuasinya, maka kadang-kadang selama pengeringan dapat terjadi kerusakan akibat aktivitas mikroba.5) kecepatan pengeringan akan sangat tergantung kepada iklim. Oleh karena itu cara ini lebih banyak digunakan di daerah dengan udara panas atau kelembaban rendah, serta tidak turun hujan.

b. Dengan diangin - anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung.Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.

2. Pengeringan buatanKerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur.Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:Udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin diesel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering,yang sederhana, praktis dan murah, dengan hasil yang cukup baik.Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Meskipun demikian, pengadaan alat / mesin pengering membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga biasanya hanya dipakai oleh perusahaan jamu yang sudah cukup besar.

3. Alat yang Digunakan dalam PengeringanUntuk mengurangi kerugian kerugian yang ditimbulkan saat pengeringan , sekarang telah banyak digunakan alat-alat pengering mekanis (buatan). Cara pengeringan dengan alat pengering ini disebut pengeringan buatan atau pengeringan mekanis, sebagai bahan pemanas yang lazim digunakan adalah udara panas yang kering (tidak mengandung uap air), tetapi dapat pula digunakan uap panas yang dialirkan melalui pipa-pipa, dan sebagainya. Bentuk alat pengering beraneka ragam disesuaikan dengan bahan hasil pertanian yang akan dikeringkan. Berikut ini adalah macam-macam alat pengering, yaitu:1. Pengering berbentuk kabinet.Alat pengering ini memiliki rak-rak untuk menempatkan bahan yang akan dikeringkan. Satu alat pengering kabinet rata-rata memiliki 3 atau 4 rak sebagai wadah atau tempat hasil tanaman yang akan dikeringkan, rak-rak ditempatkan secara tersusun dalam alat dan dengan penyebaran udara panas kedalamnya selama waktu yang telah ditentukan, pengeringan akan berlangsung dengan baik mendekati pengeringan sempurna dengan sinar matahari.2. Pengering berbentuk kilnAlat pengering ini hampir sama dengan alat pengering kabinet, tetapi lebih luas dan besar. Alat ini mempunyai pipa-pipa pemanas yang ditempatkan pada bagian bawah (lantai) dan pada bagian atas (atap) ruangan.3. Pengering berbentuk terowongan (tunnel dryer)Prinsipnya tidak berbeda dengan kedua pengering di atas. Ruang pengeringan lebih luas lagi sehingga dapat digunakan untuk mengeringkan lebih banyak bahan.4. Pengering yang dapat berputar (rotary dryer)Alat ini kebanyakan untuk mengeringkan bahan berbentuk biji-bijian, misalnya kedelai, jagung, padi dan lain-lain. Bagian dalam alat yang berbentuk silindris ini, semacam sayap yang banyak. Melalui antara sayap-sayap tersebut dialirkan udara panas yang kering sementara silinder pengering berputar. Dengan adanya sayap-sayap tersebut bahan seolah-olah diaduk sehingga pemanasan merata dan akhirnya diperoleh hasil yang lebih baik. Alat ini dilengkapi 2 silinder, yang satu ditempatkan di bagian dekat pemasukan bahan yang akan dikeringkan dan yang satu lagi di bagian dekat tempat pengeluaran bahan hasil pengeringan. Masing- masing silinder tersebut berhubungan dengan sayap- sayap (kipas) yang mengalirkan secara teratur udara panas disamping berfungsi pula sebagai pengaduk biji- bijian yang dalam proses pengeringan, sehingga dengan cara demikian pengeringan berlangsung merata dengan memuaskan.5. Pengering berbentuk silindris ( drum dryer)Pengering ini digunakan untuk mengeringkan zat-zat berbentuk cairan, misalnya susu atau air buah. Alatnya terdiri dari pipa silinder yang besar, ada yang hanya satu ada yang dua, bagian dalamnya berfungsi menampung dan mengalirkan uap panas. Cairan yang akan dikeringkan disiramkan pada silinder pengering tersebut dan akan keluar secara teratur dan selanjutnya menempel pada permukaan luar silinder yang panas sehingga mengering, dan karena silinder tersebut berputar dan di bagian atas terdapat pisau pengerik (skraper) maka tepung- tepung yang menempel akan terkerik dan berjatuhan masuk ke dalam penampung, sehingga didapat tepung sari hasil tanaman yang kering dan memuaskan.6. Pengering dengan sistem penyemprotan (spray dryer)Jenis pengering ini juga digunakan untuk mengeringkan bahan berbentuk cairan. Pada prinsipnya cairan disemprotkan melelui sebuah alat penyemprot (sprayer) ke dalam ruangan yang panas. Dengan demikian air akan dapat menguap sehingga bahan dapat kering menjadi bubuk atau powder.

Dengan alat pengering mekanis di atas hasil pengeringan berkualitas baik meskipun kalau dibandingkan dengan hasil pengeringan sinar matahari kualitas kering tersebut belum sebanding baiknya. Kelebihan pengeringan dengan alat pengering mekanis antara lain:a. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan relatif lebih singkat.b. Suhu dapat diatur, disesuaikan dengan bahan yang dikeringkan dan hasil yang dikehendaki.c. Tidak memerlukan tempat yang luasd. Hasil yang diperoleh mempunyai mutu yang baik meskipun kadang-kadang mutunya lebih rendah daripada pengeringan sinar matahari.e. Tidak memerlukan banyak tenaga.

4. Perlakuan Terhadap Pengeringan Hasil TanamanPerlakuan pengeringan untuk menghindari atau mengurangi hasil tanaman dari kerusakan, yang umum dilakukan ada dua macam cara, yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan dengan udara panas, uap panas, dan sebagainya yang lebih sering dinamakan pengeringan mekanis.Pengeringan dapat juga dilakukan dengan cara bahan ditempatkan pada rak-rak yang dibuat khusus untuk pengeringan. Ada pula yang pengeringannya dengan cara digantungkan, misalnya tembakau dan jagung. Tetap harus dilakukan pengontrolan yang teratur agar batas kering yang dipersyaratkan tidak terlampaui, sebab bila terlampau kering dapat menimbulkan kerusakan.Dengan adanya keragaman dalam bentuk bahan baku simplisia maka ada perbedaan cara mengeringkan pada masing-masing bahan tersebut. Ada bahan yang langsung dikeringkan di bawah sinar matahari, dikeringkan dibawah naungan, dan ada pula pengeringan lambat atau pemeraman terlebih dahulu setelah panen. Penggunaan alat pengering buatan merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan bahan olahan yang lebih baik karena terhindar dari kontaminasi debu, serangga, burung, atau rodensia. Dari segi biaya, pengeringan matahari lebih menguntungkan, tetapi dari segi kualitas penggunaan alat pengering buatan akan menghasilkan simplisia yang lebih baik.Berikut ini cara pengeringan beberapa bahan tanaman obat.(a) Bahan yang berasal dari daun (folium)Pengolahan bahan tanaman yang berupa daun, seperti daun tempuyung, kumis kucing, dan sambiloto, harus diperlakukan secara hati-hati untuk melindungi warna, aroma, serta kandungan zat berkhasiat dan senyawa kimianya. Daun-daun segar mudah mengalami kerusakan selama pengolahan. Bila penanganannya salah akan mengakibatkan perubahan warna atau bahkan tercemar mikroba. Penanganan yang benar tersebut harus sudah dimulai sejak masa pemanenan.Untuk memperkecil kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap sebaiknya pemanenan daun dilakukan pada pagi atau sore hari. Selanjutnya daun dilayukan dibawah naungan dan tidak dijemur langsung dibawah sinar matahari. Untuk mencegah terjadinya fermentasi atau berjamur maka sebaiknya daun disimpan dalam keadaan kering pada kondisi dingin. Untuk mempertahankan supaya daun tetap segar sebelu dikeringkan maka penyimpanan harus dilakukan pada suhu rendah atau dibawah 100 Celcius.(b) Bahan yang berasal dari kulit (cortex) dan akar (radix)Kulit kayu dan akar dapat langsung di jemur dibawah sinar matahari setelah dibersihkan dari kotoran yang melekat. Bila menggunakan alat pengering buatan maka suhu perlu dijaga anatara 50 - 600 Celcius.(c) Bahan yang berasal dari buah (fructus) atau biji (semen)Bahan yang berupa biji-bijian biasanya setelah panen dapat langsung dijemur tanpa dikupas terlebih dahulu, seperti adas, ketumbar dan kapulaga.(d) Bahan yang berasal dari rimpang (rhizoma)Bahan yang berasal dari rimpang seperti jahe, kencur, bengle, temulawak dan kunyit harus diiris. Pengirisan rimpang dilakukan tanpa dikuliti terlebih dahulu untuk memperkecil penguapan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Arah irisan dapat melintang atau membujur setelah dicuci bersih. Ketebalan yang dianjurkan adalah 7 - 8 mm dan setelah dijemur atau kering ketebalannya menjadi 5 - 6 mm. Pengirisan sebaiknya menggunakan pisau tahan karat. Pada waktu penjemuran bahan jangan ditumpuk terlalu tinggi. Ketebalan penumpukkan bahan waktu penjemuran maksimum antara 3 - 4 cm. Lantai tempat penjemuran sebaiknya dialasi dengantikar atau anyaman dari bambu.Pada waktu penjemuran, bahan harus sering dibolak-balik untuk menghindari fermentasi yang menyebabkan bahan menjadi busuk. Bila cuaca tidak menentu sebaiknya digunakan alat pengering buatan yang dirancang dengan bantuan panas matahari atau panas buatan.Alat pengering hasil rekayasa Balittro yang menggunakan tenaga surya menghasilkan kisaran suhu antara 36,3-45,60 celcius dan kelembaban nisbi 30-40 %.(e) Bahan yang berasal dari bunga (Flos)Pemanenan terhadap bunga sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore hari untuk menghindari kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap. Setelah dipanen, bunga biasanya mudah menjadi kering. Untuk itu, diusahakan bunga tidak dijemur langsung di bawah sinar matahari, tetapidilayukan dibawah naunga. Apabila ruangan yang digunakan aerasi udarnya cukup baik maka dalam waktu dua hari bunga sudah cukup kering. Untuk menghindari berubahnya warna bunga menjadi coklat maka selama pelayuan sebaiknya bahan sering dibalik.(f) Bahan herbaSama dengan pengeringan daun.(g) Bahan batang (tuber)Batang dibersihkan, dipotong-potong kemudian dijemur(h) Bahan umbi (bulbus)Sama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar (sepert bawang merah dan bawang putih).Berikut tabel cara pengeringannya (Sadewo, 2004)Jenis Simplisia Cara PengerjaanDaun (folium)Daun dengan minyak menguap

HerbaRimpang (rhizome)

Batang (tuber)Akar (radix)Buah (fructus)Biji (semen)Kulit (cortex)Kayu (lignum)Bunga (flos)

Umbi (bulbus) Dilayukan dulu baru dijemurDilayukan dulu, dikeringkan tidak dengan sinar matahari langsung (diangin anginkan atau dijemur dengan tutup berupa kain hitam)Sama dengan pengeringan daunRimpang segar dibersihkan dari tanah, dirajang setebal 3 5 mm, baru dijemur.Batang dibersihkan, dipotong potong baru dijemurSama dengan batangDimanfaatkan segar atau diperlakukan seperti rimpangBias dijemur di bawah sinar matahari langsungSama dengan batangSama dengan batangSama seperti daun dengan minyak menguap atau digunakan dalam bentuk segarSama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar (seperti bawang merah dan bawang putih)

Contoh pengeringan:Pada Bunga Cengkeh Cengkeh diperam selama satu malam agar pengeringan lebih cepat selain itu warnanya juga lebih hitam dan mengkilap walaupun waktu pengeringan singkat. Namun kelemahannya rendemen cengkeh kering sedikit berkurang. Pengeringan pada tampah atau tikar bambu, dan dijemur dibawah sinar matahari. Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering kelemahannya tidak dapat mencapai kering patah, keuntungannya dapat disimpan sampai satu bulan tanpa merusak kualitas cengkeh. Kemudian dapat dikeringkan lagi dibawah sinar matahari sampai kering patah. Suhu mesin tidak boleh melebihi 520 celcius, karena jika suhu sangat tinggi kemungkinan sel-sel dalam bunga akan pecah/rusak. Dan bila direndam tidak dapat menyerap air, sedangkan bila dirajang cengkeh akan hancur menjadi tepung sehingga minyak atsirisnya akan keluar (kelenjar minyak pada bunga telah rusak).5. Peraturan tentang PengeringanBerdasarkan WHO guidelines on good agricultural and collection practices (GACP) for medicinal plants Bab Common technical aspects of good agricultural practices for medicinal plants and good collection practices for medicinal plants tentang pengeringan, menerangkan bahwa saat material tanaman obat disiapkan untuk tahap pengeringan, bahan penganggu harus dihilangkan hingga seminimal mungkin untuk mencegah pertumbuhan kapang atau infeksi dari mikroba lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam farmakope atau monografi lainnya. Pada Farmakope Indonesia Edisi IV menerangkan bahwa Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme pathogen dan harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga, dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir atau menunjukkan adanya kerusakan. Jumlah benda anorganik asing dalam simplisia nabati dan simplisia hewani yang dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut dalam asam, tidak boleh lebih dari 2%, kecuali dinyatakan lain.Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, Pengawetan simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau, cemaran atau mikroba dengan pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.(Anonim, 1995).Cara yang sesuai di atas tersebut, salah satunya melalui pengeringan. WHO menerangkan dalam GACP, bahwa Tanaman obat dapat dikeringkan dengan beberapa cara yakni di udara terbuka (di bawah sinar matahari langsung); ditempatkan pada lapisan tipis pada tempat pengeringan; dengan peng-oven-an; dibakar; microwave; dsb. Selain itu, WHO juga menetapkan bahwa tempetur dan kelembaban harus dikontrol untuk mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan dari adanya konstituen kimiawi yang aktif. Sedangkan metode dan temperatur yang digunakan untuk pengeringan dapat mempengaruhi kualitas dari hasil simplisia. Jika memungkinkan, sumber panas untuk pengeringan harus diminimalisir dari adanya campuran gas butane, propane, atau gas berbahaya lainnya, dan temperatur sebaiknya dijaga di bawah 600C. Jika digunakan sumber panas lain selain api, kontak antara material, asap, dan tanaman obat harus dihindari.

E. KESIMPULAN1. Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, dan terhindar dari pertumbuhan kapang dan mikroba lainnya.2. Parameter yang perlu diperhatikan dalam tahap pengeringan agar diperoleh simplisia yang baik dan berkualitas di antaranya :a. Cara pengeringan, melalui 2 cara yakni pengeringan alamiah dan pengeringan bauatanb. Alat pengeringan, disesuaikan dengan bahan hasil pertanian yang akan dikeringkan.c. Perlakuan pengeringan yang tepat dan sesuai untuk tiap - tiap hasil tanaman

F. DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes RI. Jakarta.Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta.Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta.Hadiwiyoto, Soewedo dan Soehardi. 1980. Penanganan Lepas Panen, edisi 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.Sadewo, Bambang. 2004. Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit. Argomedia Pustaka. Yogyakarta.Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.Syukur, Cheppy. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

http://zehablogapa.blogspot.com/2012/11/simplisia.htmlSIMPLISIA

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang merupakan bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain :1.Bahan baku simplisia.2.Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.3.Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, makaketiga faktor tersebut harus memenuhi syarat minimal yang ditetapkan.

A.PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA UMUM1.Bahan BakuTanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati merupakan salahsatu faktor yang dapat mempengaruhi simplisia.Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau ditempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misanya sebagai tanaman hias, tanaman pagar tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman budidaya dapat diperkebunkan secara luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan yang berupa tanaman tumpang sari atau Taman Obat Keluarga. Taman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang secara sengaja digunakan untuk menanam tanaman obat. Taman Obat Keluarga selain bertujuan untuk dijadikan tempat memperoleh bahan baku simplisia, dapat berfungsi pula sebagai tanaman hias, taman gizi, taman buah-buahan, pagar pekarangan dan sebagainya.Tumbuhan liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia jika dibandingkan dengan tanaman budidaya, karena simplisia yang dihasilkan mutunya tdak tetap.

Hal ini terutama disebabkan :1.Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen tidak tepat dan berbeda-beda. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu simplisia yang dihasilkan sering tidak sama, karena umur saat panen tidak sama.2.Jenis (Species) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan, sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama. Contoh pada Rasuk angin(Usnea sp.)bila diperhatikan dapat dipisahkan menjadi 3Usnea.Sering juga terjadi kekeliruan dalam menetapkan suatu jenis tumbuhan, karena dua jenis tumbuhan dalam satu marga (genus) sering mempunyai bentuk morfologis yang sama. Untuk itu pengumpul harus merupakan seorang ahli atau berpengalaman dalam mengenal jenis-jenis tumbuhan. Perbedaan jenis tumbuhan akan memberikan perbedaan pada kandungan senyawa aktif, yang berarti mutu simplisia yang dihasilkan akan berbeda pula.3.Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda seringkali mengakibatkan perbedaan kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi tinggi tempat, keadaan tanah dan cuaca.Perusahaan obat tradisional yang menggunakan simplisia berasal dar tumbuhan liar, selain mutu yang berbeda, sering pula menyebabkan harga yang bervariasi. Usaha membudidayakan tanaman obat untuk simplisia, diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Keseragaman umur pada saat panen, lingkungan tempat tumbuh dan jenis yang benar dapat ditentuka dan diatur sesuai dengan tujuan untuk memperoleh mutu simplisia yang seragam. Selain itu, tanaman budidaya dapat diusahakan untuk meningkatkan mutu simplsia dengan jalan :1.Bibit dipilih untuk mendapatkan tanaman unggul, sehingga simplisia yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa aktif yang tinggi.2.Pengolahan tanah, pemeliharaan, pemupukan dan perlindungan tanaman dilakukan dengan saksama dan bila mungkin menggunakan teknologi tepat guna.

2.Dasar Pembuatana.Simplisa dibuat dengan cara pengeringan.Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlau tinggi. Pengeringan yang dilakukan dengan waktu lam akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibakan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang sama pada pengeringan dan tidak mengalami kerusakan.

b. Simplisia dibuat denganproses fermentasi.Proses fermentasi dilakukan dengan saksama, agar proses tersebut berkelanjutan ke arah yang tidak diinginkan.

c. Simplisia dibuat dengan proses khusus.Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan, eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu yang sesuai dengan persyaratan.

d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman pathogen, logam berat dan lain-lain.

3.Tahapan PembuatanPada umumnya pemuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut :pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu.a.Pengumpulan Bahan Baku.Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain tergantungpada :1.Bagian tanaman yang digunakan.2.Umur tanaman atau bagian tanaman yang digunakan.3.Waktu panen.4.Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawaaktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal didalam didalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Sebagai contoh pada tanamanAtropa belladonna, alkaloid hiosiamina mula-mula terbentuk dalam akar. Dalam tahun pertama, pembentukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau. Pada tahun kedua, batang mulai mulai berlignin dan kadar hiosiamina semakin meningkat. Kadar alkaloid hiosiamina tertinggi dicapai dalam pucuk tanaman saat tanaman berbunga dan kadar alkaloid menurun pada saat tanaman berbuah dan makin turun ketika buah semakin tua. Contoh lain, pada tanamanMentha piperitamuda mengandung mentol banyak dalam daunnya. Kadar minyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini dicapai pada saat tanaman tepat akan berbunga. PadaCinnamomum camphora,kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Disampng waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperatikan pula simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen di pagi hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap sinar matahari.

Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut :1.Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti kedawung(Parkia roxburgiii)pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misalnya jarak(Ricinus communis)2.Tanaman yang pada saat dipanen diambil buahnya, waktu pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada buah, seperti perubahan tingkat kekerasan misalnya labu merah(Cucurbita moschata). Perubahan warna, misalnya asam(Tamarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh(Averrhoe belimbi), jeruk nipis(Citrus aurantifolia), perubahan bentuk buah, misalnya mentimun(Cucumis sativus),pare(Momordica charantia).3.Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil adalah pada pucuk daun kumis kucing(Orthosiphon stamineus).4.Tanaman yang pada saat dipanen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak pada bagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Contoh panenan ini misalnya sembung( Blumea balsamifera ).5.Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak menganggu pertumbuhan sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan, antara lain menjelang musim kemarau.6.Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian atas, misalnya bawang merah (Allium cepa).7.Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan pada musim kering dengan tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan maksimum.Pemanenan dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat maupunmenggunakan mesin. Dalam hal ini ketrampilan pemetik diperlukan agar diperoleh simplisa yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Pemilian terhadap peralatan untuk pemanenan juga perlu dilakukan, seperti penggunaan mesin berbahan logam sebaiknya tidak digunakan karena akan merusak senyawa aktif simlplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya. Cara pengambilanbagiantanaman untuk pembuatan simplisia dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1Bagian tanaman, cara pengumpulan dan kadar air simplisia.No.Bagian TanamanCara PengumpulanKadar Air Simplisia

1Kulit BatangDari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu ;untuk kulit batang mengandung minyak atsiri/ golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam.

10%

2BatangDari cabang dipotong-potong dengan panjang tertentu dan diameter cabang tertentu.10%

3KayuDari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut(disugu) setelah dikelupas kulitnya.10%

4DaunTua dan muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu.5 %

5BungaKuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, dipetik dengan tangan.5 %

6PucukPucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga).8%

7AkarDari bawah permukaan tanah, dipotong dengan ukuran tertentu.10%

8RimpangDicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.8%

9BuahMasak, hampir masak, dipetik dengan tangan.8%

10BijiBuah dipetik:dikupas kulit buahnya dengan pisau atau menggilas, kemudian biji dikumpulkan dan dicuci.10%

11Kulit BuahSeperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.8 %

12BulbusTanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan cara dipotong kemudian dicuci.-

b.Sortasi Buah.Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahanasing lainnya dari bahan simplisia. Mislnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, baan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

c.Pencucian.Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yangmelekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih dari mata air atau air sumur maupun PDAM.Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri umum yang terapat dalam air adalahPseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterbacter dan Escherichia.Pada simplisia akar, batang dan buah dapat dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut tidak memerlukan pencucian apabila pengupasan dilakukan dengan cara yang tepat dan bersih.

d.Perajangan.Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan padabahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan lagsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh sejama 1hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus. Sebagai contoh suatu alat yang disebut RASINGKO (perajang singkong) yang dapat digunakan untuk merajang singkong atau bahan lainnya sampai ketebalan 3mm atau lebih.Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena iu, bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur, dan bahan sejenis lainnya dihindari dari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah kurangnya kadar minyak atsiri. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari.

e.Pengeringan.Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudahrusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat menjadi pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama simplisia tersebut mengandung kadar air.Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolism, yakno proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan simplisia dikeringkan, terlebih dahulu dilakukan proses stabilisasi, yakni proses untuk menghentikan enzim enzimatik. Cara yang lazim , dilakukan pada saat itu adalah merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau mengaliri uap panas.Untuk pembuatan simplisia tertentu proses enzimatik ini justru dikehendaki setelah pemetikan. Dalam hal ini, sebelum proses pengeringan bagian tanaman dibiarkan dalam suhu dan kelembaban tertentu agar reaksi enzimatik dapat berlangsung. Cara lain, dapat pula dilakukan dengan pegeringan perlahan-lahan agar reaksi enzimatik masih berlangsung selama proses pengeringan. Proses enzimatik disini masih perlu dilakukan karena senyawa yang aktif yang dikehendaki masih dalam ikatan kompleks dan baru dipecah dari ikatan kompleks serta dibebaskan oleh enzim tertentu. Contoh simplisia ini adalaha vanili, buah kola dan sebagainya. Pada jenis baan simplisia tertentu, setelah panen langsung dikeringkan, proses ini dilakukan pada bahan simplisia yang mengandung bahan senyawa aktif yang mudah menguap. Selain itu, penundaan proses pengeringan pada bahan simplisia ini akan menurunkan kadar senyawa aktif tersebut serta akan menurunkan mutu dari simplisia tersebut. Meskipun masih banyak jenis simplisia yang masih dapat ditunda pengeringannya, akan tetapi prinsip pengeringan sebaiknya dilakukan setelah pengumpulan bahan selesai dikumpulkan, kecuali apabila bahan simplisia membutuhkan proses fermentasi.Pengeringan simplisia dilakukan dengan cara menggunakan sinar matahari atau menggunakan sebuah alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan simplisia adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia sebaiknya tidak menggunakan peralatan yang terbuat dari plastik. Selama proses pengeringan simplisia hal-hal tersebut harus benar-benar diperhatikan sehingga akan diperoleh hasil simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat juga menyebabkan terjadinya Face Hardening, yakni bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalam masih basah. Hal ini disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pegeringan tinggi atau terjadi suatu keadaan yang menyebabkan penguapan air pada permukaan bahan jauh lebih cepat dari difusi air dari dalam permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. Face Hardening dapat mengakibatkan kerusakan atau kebsukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan.Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30sampai 90, tetapi suhu yang terbaik tidak melebihi 60Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30sampai 45, atau dengan pengeringan vakum yaitu dengan cara mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan sehingga tekanan kira-kira 5mm/Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia, cara pengeringan dan tahap-tahap selama pengeringan, kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan.Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang, pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alami dan buatan.

Gambar 1ALAT PENGERING TENDA SURYAAlat pengering tenda surya ini adalah alat untuk mengeringkan bahan simplisia dengan energi surya berbentuk tenda atau kemah. Kapasitas alat tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Kapasitas alat 35 kg untuk irisan simplisia, dengan waktu pengeringan efektif 8-10 jam dengan suhu pengeringan rata-rata 50

Gambar 2ALAT PENJEMURAlat penjemur dirancang untuk mengeringkan simplisia dengan energi surya sebagai alternative untuk menggantikan penjemuran dengan cara tradisional di atas alas plastic, alas bambu, lantai semen atau tanah. Tujuannya adalah supaya tanaman simplisia lebih cepat kering, tidak terganggu hujan dan terhindar dari kotaminasi kotoran. Suhu rata-rata yang dicapai oleh alat ini adalah 48,5, dengan suhu maksimum 56,2dan suhu minimum 32,5, dengan suhu udara luar rata-rata adalah 33,5. Pengeringan dengan alat ini lebih cepat 60% dari penjemuran tradisional.

1.Pengeringan Alamiah.Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yangdikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan, yakni :a.Dengan panas sinar matahari langsung.Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan lain sebagainya serta mengandung senyawa aktif yang stabil. Pengeringan dengan sinar matahari banyak dipraktekkan di Indonesia, yang mana merupakan salah satu cara dan upaya yang murah dan praktis. Pengeringan ini dilakuan dengan cara membiarkan bahan yang dipotong di udara terbuka diatas tampah-tampah, tanpa kondisi yang terkontrol, seperti suhu kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung pada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya tepat dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberikan kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering.b.Dengan diangin-anginkan an tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini merupakan cara utama yang digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun dan lain sebagainya serta mengandung senyawa aktif yang mudah menguap.Pada kedua cara tersebut, tempa pengeringan mempunyai dasar-dasar berlubang seperti anyaman bambu, kain kasa dan lain sebagainya. Umumnya dasar tempat pengeringan tersebut bukan dari logam karena logam akan bereaksi dan merusak senyawa aktif tertentu. Letak pengeringan juga diatur sehingga memungkinkan terjadinya aliran udara dari atas kebawah atau sebaliknya. Ini berarti bahwa simplisia yang dikeringkan harus dihamparkan setipis mungkin diatas tempat pengeringan dan di bawah tempat pengeringan diberi jarak tertentu dengan lantai atau dengan pengering dibawahnya sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi udara.

2.Pengeringan Buatan.Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan denganpengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah udara dipansakan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, listrik, atau mesin diesel, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan-bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan diatas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang mudah, murah, sederhana dan praktis dengan hasil yang cukup baik. Cara yang lain misalnya dengan menempatkan bahan-bahan yang akan dikeringkan diatas pita atau ban berjalan dan melewatkannya melalui suatu lorong atau ruangan yang berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur alirannya.

Dengan menggunakan pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik, karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan menggunakan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10 sampai 12 %, dengan menggunakan suatau alat pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6-8 jam.Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa jenis simplisia yang dapat tahan lama jika kaar airnya diturunkan 4 sampai 8 %, sedangkan simplisia lainnya mungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.

f.Sortasi Kering.Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahapan akhir daripembutan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudiandisimpan. Seperti halnya dengan sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan cara mekanik. Pada simplisia berbentuk rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Dengan demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lainnya yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

g.Pengepakan dan Penyimpanan.Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luarmaupun dalam, antara lain:1.Cahaya:Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkanPerubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi, rasemisasi dan sebagainya.2.Oksigen udara:Senyawa tertentu pada simplisia dapat mengalamiperubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan lain sebagainya.3.Reaksi Kimia:Perubahan kimiawi pada simplisia yang dapat disebabkanInternoleh reaksi kima intern, misalnya oleh enzim,polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.4.Dehidrasi:Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, makasimplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga semakin lama semakin mengecil (kisut).

5.Penyerapan air:Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, biladisimpan dalam wadah terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal, basah atau mencair (lumer).6.Pengotoran:Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan olehberbagai sumber, misalnya debu atau pasir, eksskresi hewan, bahan-bahan asing(misalnya minyak yang tumpah) dan fragmen wadah (karung goni).7.Serangga:Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan pengotoranpada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya.8.Kapang:Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisiadapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia, zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat menganggu kesehatan.Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia, kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Untuk dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih dahulu sampi kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia.Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta. Berbagai jenis serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada hampir semua jenis simplisia yang berasal dari tumbuhan dan hewan, biasanya jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula. Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang perlu mendapatkan perhatian juga ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus.Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya.Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi(inert) dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya pada simplisia. Selain itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisa terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastic atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain sebagainya.Bungkus yang paling lazim digunakan untuk simplisia adalah karung goni. Sering juga digunakan karung atau kantong plastik, peti atau drum dari kayu atau karton. Beberapa jenis simplisia terutaman yang berbentuk cairan dikemas dalam botol atau guci porselen. Simplisia yang berasal dari akar, rimpang, umbi, kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya dikemas pada karung plastik. Simplisia dari daun atau herba umumnya dimampatkan terlebih dahulu dalam bentuk yang padat dan mampat, dibungkus dalam karung plastik dan dijahit. Untuk keperluan perdagangandan ekspor simplisia dalam bungkus plastik tersebut berbobot antara 50 sampai 125 kg tiap bal.Simplisia yang mudah menyerap air, udara perlu dibungkus rapat untuk mencegah terjadinya penyerapan kelembaban tersebut. Sesudah dikeringkan sampai cukup kering di bungkus dengan karung atau kantong plastic, dalam peti drum atau kaleng besi berlapis. Pada penyimpanannya, simplisia tersebut dimasukkan dalam wada yang tertutup rapat dan seringkali perlu diberi kapur tohor sebagai bahan pengering.Gom dan damar dikemas dalam wadah drum, peti yang terbuat dari karton, kayu atau besi berlapis sedangkan simplisia aroma atau baunya perlu dipertahankan, harus dikemas dalam peti kayu berlapis timah.Kaleng atau aluminium dapat digunakan sebagai wadah untuk simplisia keringterutama jika diperlukan penutupan secara vakum. Akan tetapi kaleng dan bahan aluminium bersifat korosif dan mudah bereaksi dengan bahan yang disimpan di dalamnya, sehingga kaleng atau aluminium biasanya harus diberi lapisan khusus misalnya lapisan oleoresin, vinil, malam ataupun bahan yang lainnya. Sifat wadah gelas yang mengguntungkan adalah tidak beraksi, tetapi penggunaan wadah gelas terbatas, karena gelas mudah pecah dan berat, sehingga menyulitkan dalam pengangkutan. Kertas dan karton tidak dapat digunakan sebagai pembungkus simplisia secara sempurna oleh karena itu, biasanya bahan pembungkus kertas perlu dilapis lagi dengan lilin, damar, atau plastik untuk mencegah keluar masuknya gas dan uap air. Plastik biasanya digunakan untuk membungkus simplisia kering, tetapi penggunaan plastik tidak tahan panas dan mudah menguap. Sekarang ini, aluminium foil mulai banyak digunakan karena sifatnya mengguntungkan, diantaranya mudah dilipat, ringan serta dapat mencegah keluar masuknya air dan zat-zat yang mudah menguap lainnya.Penyimpanan simplisia kering, biasanya dilakukan pada suhu kamar (15sampai 30, tetapi dapat pula dilakukan ditempat sejuk (5sampai 15), atau tempat dingin (0sampai 5), tergantung dari sifat dan ketahanan simplisia tersebut. Kelemaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air. Di Indonesia daun tembakau dikemas dalam keranjang bambu yang bagian dalamnya diberi lapisan pelepah daun pisang yang telah dikeringkan.Simplisia harus disimpan didalam ruangan penyimpanan khusus atau dalam gudang simplisia, terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya maupun alat-alat. Gudang simplisia harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dengan fungsinya, dibuat dengan konstruksi permanen yang cukup kuat dan dipelihara dengan baik. Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup baik dan bebas dari kebocoran dan kemungkinan kemasukan air hujan. Perlu dilakukan pencegahan kemungkinan kerusakan simplisia yang ditimbulkan oleh hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan. Untuk mencegah tertariknya serangga pemakan simplisia ataupun lalat dan nyamuk, gudang harus bersih dan bebas dari sampah. Untuk mencegah masuknya tikus ke dalam gudang simplisia, sedapat mungkun lubang ventilasi, lubang-lubang saluran air dan lubang-lubang lainnya diberi tutup yang sesuai seperti kasa kawat atau yang lainnya.Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk simplisia yang sejenis, harus diberlakukan prinsip pertama masuk, pertama keluar , untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya masing-masing harus diberi label dan dicantumkan nama jenis, asal bahan, tanggal penerimaan, dan pemasukan dalam gudang. Dalam jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara umum, dilakukan pengecekkan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya tumbuh kapang, dimakan serangga, berubah warna, berubah bau dan lain sebagainya dikeluarkan dari gudang dan dibuang.

h.Pemeriksaan MutuPemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan ataupembeliannya dari pengumpul atau pedagang simplisia. Agar diperoleh simplisia dengan mutu yang mantap, seyogyanya disediakan contoh pada tiap-tiap simplisia dengan mutu yang pasti dan memenuhi syarat yang mana dapat dipergunakan sebagai pembanding simplisia. Pada tiap-tiap penerimaan atau pembelian simplisia tertentu diperlukan pengujian mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding. Contoh simplisia pembanding tersebut disimpan pada tempat secara khusus untuk menjaga mutunya, dan setiap jangka waktu tertentu diperiksa kembali mutunya dan apabila kedapatan penurunan mutu maka perlu dilakukan pergantian simplisa pembanding ang baru.Secara umum, simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti kekeringan, ditumbuhi kapang, mengandung lendir, sudah berbau dan berubah warna, berserangga atau termakan serangga harus dilakukan penolakan oleh penerimanya. Pada pemeriksaan mutu simplisia, pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik, mikroskopik atau dengan cara kimia. Beberapa jenis simplisia tetentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi.Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan cara mengamati bentuk, warna dan bau simplisia. Ada kalanya membutuhkan alat optik berupa kaca pembesar maupun mikroskop. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia dan pemeriksaan untuk menetapkan mutu berdasarkan senyawa aktif.Sebelum disortir, sebaiknya simplisia diayak atau ditampi dulu untuk membuang debu/ pasir yang terikut pada simplisia. Besar kcilnya lubang ayakan disesuaikan dengan ukuran simplisia, misalnya ayakan untuk jinten hitam dan ayakan unyuk kulit kina harus berbeda. Untuk memisahkan bahan organik asing dapat dilakukan sortasi manual dengan menggunakan tangan.Cara mencegah kerusakan simplisia pada penyimpanan, terutama adalah memperhatikan dan menjaga kekeringan. Untuk itu pembungkusan dan pewadahan simplisia harus disesuaikan dengan sifat fisika dan kimia dari simplisia tersebut. Simplisia yang dapat menyerap uap air/ udara, dimasukkan atau dibungkus dalam wadah yang rapat, jika perlu dalam wadah yang diberi kapur tohor untuk bahan pengering. Simplisia yang pada saat penerimaan belum cukup bersih, dicuci dengan air bersih, dikeringkan sampai cukup kering, dibungkus atau dimasukkan dalam wadah yang sesuai baru disimpan dalam gudang simplisia.

http://shofipunya.wordpress.com/2011/12/08/pembuatan-simplisia-dan-standarisasi-mutu-simplisia-rimpang-temulawak-curcuma-xanthorriza-rhizoma-dengan-pengeringan-sinar-matahari-naungan-kain-hitam-dan-penyimpanan-terbuka/PEMBUATAN SIMPLISIA DAN STANDARISASI MUTU SIMPLISIA RIMPANG TEMULAWAK ( Curcuma xanthorriza Rhizoma ) dengan PENGERINGAN SINAR MATAHARI NAUNGAN KAIN HITAM dan PENYIMPANANTERBUKAFiled under:Laporan Praktikum Tempoe Kuliah dulu,UncategorizedLeave a commentDecember 8, 2011TUJUAN1. Mengetahui teknik pasca panen dari rimpang temulawak2. Mengetahui pengaruh pengeringan sinar matahari dengan naungan kain hitam dan penyimpanan terbuka terhadap mutu dari simplisia temulawak.DASAR TEORISimplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:1. Bahan baku simplisia2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisiaPemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tahan tempat tumbuh tanaman obat.Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:1. Pengeringan2. Fermentasi3. Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)4. Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)Adapun tahapan tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:1. Pengumpulan bahan bakuKadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:Bagian tanaman yang digunakanUmur tanaman atau bagian tanaman pada saat panenWaktu panenLingkungan tempat tumbuh2. Sortasi basahSortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang3. PencucianPencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali4. PerajanganBeberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.5. PengeringanTujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama6. Sortasi keringTujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.7. Pengepakan dan penyimpananSimplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapangKlasifikasi tanamanCurcuma xanthorriza Roxb.Sinonim :Curcuma zerumbet majusRumph.KlasifikasiDivisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : MonocotyledonaeBangsa : ZingiberalesSuku : ZingiberaceaeMarga : CurcumaJenis :Curcuma xanthorrizaRoxb.Kandungan kimia tanamanKandungan kimia yang terdapat dalam temulawak antara lain; amilum, lemak, tannin, kurkuminoid (zat warna kuning) dan minyak atsiri (Gunawan dkk, 1988). Minyak atsiri 5% (dengan komponen utama 1-cycloisoprene myrcene 85%). Kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin dan demetoksikurkumin (sudarsono dkk, 1996)Kurkumin adalah kristal berwarna kuning gelap, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol. Dalam larutan basa, kurkumin menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokaltan yang apabila ditambahkan larutan asm akan berubah warna menjadi kuning ( Sudarsono dkk, 1996)Bentuk kristal kurkumin, adalah batang atau prisma, dengan titik leleh 183-185oC. Kurkumin sukar larut dalam air, hexana, dan petroleum eter; agak larut daklam benzena, kloroform, dan eter, tetapi larut dalam alkohol, aseton dan asam asetat glasial( Srinivisan, 1953; Stahl, 1985)Kurkumin mempunyai kelarutan yang rendah, tidak stabil dalm larutan, tidak stabil pada pH dan cahaya sehingga sukar untuk dibuat dalam bentuk sediaan (Tonnesen dan Karisen, 1997). Kurkumin stabil pada dibawah pH 6,5. Kurkumin akan terdegradasi di bawah pH 6,5, hal ini disebabkan adanya gugus metilen aktif. Produk degradasi kurkumin dalam lingkungan alkali (pH 7-10) akan menghasilkan asm ferulat dan feruloil metan. Akibat degradasi ini, terjadi perubahan warna larutanya yaitu pada pH 1-7 larutan berwarna kuning, sedang pada pH 7,5-9,1 larutan berwarna merah jingga.Deskripsi Simplisia.Rimpang temulawak adalah rimpang Curcuma xanthorriza Roxb. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 6% v/b .Pemerian. Bau aromatik, rasa tajam dan pahit.Makroskopik. Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks; korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga sampai coklat jingga terangParameter standar simplisiaStandarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat atau sebagai bahan baku harus memenuhi standar mutu. Sebagai parameter standar yang digunakan adalah persyaratan yang tercantum dalma monografi resmi terbitan Departemen Kesehatan RI seperti Materia Medika Indonesia.Penetapan kadar airPrinsip metode uji ini adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi, atau gravimetri.Susut PengeringanSusut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer atau lingkungan udara terbuka.Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringanPenetapan kadar Minyak atsiriPenetapan kadar minyak atsiri ini dengan cara destilasi Stahl. Pada metode ini, simplisia yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidh. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini adlah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih (Ketaren, 1987). Penyulingan ini dilakukan pada tanaman yang dikeringkan dan tidak dirusak oleh pendidihan ( Claus dan Tyler, 1970).Rimpang temulawak mengandung minyak atsiri (7-30%) yang terdiri darixanthorrhizol, -antlatone, borneol, iso-borneol, bisacumol, bisacurol, bisacurone, bisacurone epoxide, camphene, camphor, d-camphore, cineol, 1,8-cineol, curzurene, curzerenone,-curcume, ar-curcumene, curlone, cymene, -elemene, -elemene, turmerone, ar-turmerone, -turmerone, -turmerone, isofurano-germacrene, phellandrene, cycloisoprene, isoprenemyrcene, myrcene, p-toluyl-methyl-carbinol, (R)-()xanthorrizhol, -pinen, linalool,-terpineol, limonene, -farnesene, germacrone, -sesquiphellandrne, bisacurone A,B, 1-cyclo-isaoprenemyrcene, sinamaldehid( anonim, 1979; Wagner dkk, 1984)Kadar Zat AktifKLT DensitometriAda 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan atau bisa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik tersebut. Keempat teknik Kromatografi tersebut yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas cair, dan kromatografi cair kinerja tinggi ( Harborne, 1987)Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, Kromatografi lapis tipis adalah yang paling cocok untuk analisis obat di Laboratorium farmasi karena hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, waktu analisis relatif singkat, jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, selain itu kebutuhan ruang minimum serta paenanganannya sederhana ( Stahl, 1985)KLT yang dimaksudkan untuk uji kuantitatif salah satunya dengan menggunakan densitometer sebagaai alat pelacakbila cara penotolanya dilakukan secara kuantitatif. Prinsip kerja dari densitometer adalah adanya pelacakan pada panjang gelombang maksimal yang telah ditetapkan sebelumnya. Scanning atau pelacakan densitometer ada dua metode yaitu dengan cara memanjang dan sistem zig-zag. Pada umumnya lebih banyak digunakan metode zig-zag karena pengukuranya lebih merata serta ketelitian pengukuran lebih terjamin dibanding pengamatan secara lurus atau memanjang (Soemarno, 2001)Untuk keperluan standarisai sampel yang mengandung kurkumin, dibutuhkan metode analitik yang cocok untuk memisahkan kurkuminoid dari bahn-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan, antara lain dapat dikerjakan dengan KLT dan KCKT, tetapi sulit diterapkan dalam sampel biologi. Analisa kurkumin yang yang telah berhasil dilakukan antara lain dengan cara Kromatografi kolom yang dibantu dengan spektrofotometri ( Srinivasan,k 1953); KLT (Sudibyo, 1996), ataupun KCKT ( Tonnesen dan Karlsen, 1983)I. Alat dan BahanPembuatan SimplisiaBahan : Rimpang temulawak sebanyak 2 kg, didapatAlat : Pisau, Telenan, Pengiris mekanik, Bak Cuci, Alas pengering, Kain Hitam, Alat penumbukSusut PengeringanBahan : Serbuk temulawak 10 gramAlat : Cawan petri, kertas saring, timbangan, batu kapur tohor, tempat eksikator, Pemanas (tara)Penetapan kadar Minyak AtsiriBahan : Serpihan Rimpang temulawak 50 mg, aquadest..Alat ; Destilasi stahl, flakonPenetapan Kadar airBahan : Serbuk temulawak 10,06gr, toluene 200 mlAlat : Destilasi toluenPenetapan kadar zat aktifBahan : Serbuk temulawak 1 gram, etanol 95% 5ml, kurkumin standart, Silika gel 60 F 254, kloroform : metanol : asam formiat ( 95 : 5 : 0,5),Alat : Tabung reaksi, kertas saring, corong, flakon, gelas ukur, chamber, densitometerII. Cara KerjaSistematika KerjaHari keTanggalJenis kegiatan

028 September 2006Sortasi basah , pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan

42 Oktober 2006Sortasi keirng, pengepakan, penyimpanan

4916 November 2006Penggerusan simplisai temualwak

5623 November 2006Penetapan kadar air, susut pengeringan, maserasi serbuk

707 desember 2006Penetapan kadar minyak atsiri, susut pengeringan, penetapan kadar zat aktif (KLT-densitometri)

Pembuatan SimplisiaPenimbangan Curcuma xanthorriza rhizomeSortasi basahPencucian SimplisiaPerajangan Simplisia dengan tebal 3mm-4mmSimplisia dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditutup kain hitamSimplisia dibolak-balik, hingga kering merataSortasi KeringSinplisia ditempatkan di nampan, dan disimpan di tempa terbukaPenulisan EtiketSimplisia diserbuk dan dihancurkanUji kualitas simplisiaSusut PengeringanPanaskan cawan petri kosongMasukkan dalam desikatorDitimbang sebagai bobot awalSimplisia 10 gram dimasukkan dalam cawan petri, lalu ratakanPetri + simplisia ditmbang lagi*Masukkan dalam tara (pemanas) selama 1 jamTutup dibuka untuk menghilangkan uap panasCawan petri + simplisia dimasukkan kembali dalam desikatorCawan petri + simplisia ditimbang lagiUlangi langkah dari * dua kali tapi dengan waktu 30 menitPenetapan Kadar Minyak AtsiriDitimbang 50 mg serbuk kasar temulawakDimasukkan ke dalam labuDitambahkan air secukupnya hingga serbuk terendamDipanaskan dengan destilasi selama 2 jamDihitung volume dan kadar minyak atsiriPenetapan Kadar airSerbuk temulawak 10,06 gr dimasukkan dalam labuDitambah 200 toluen murni yang talah dijenuhkanTunggu sampai mendidihHitung sakal air yang terkumpulPenetapan Kadar Zat aktifDitimbang 1 gram serbuk temulawakMaserasi dalam 5 ml etanolDgojog selama 30 menitMasukkan dalm flakonDitambah etanol ad 5 mlLarutan/maserat diuapkan sampai 1 mlDitotolkan di KLT 3 lOrientasi Kuva Baku KurkuminRandemen ekstrak menurut MMI = 3,5 %Kadar Kurkumin ekstrak etanolik tanpa terpurifikasi = 1,55%Jadi dalam 1 gram temulawak terdapat3,5% x 1000mg = 35 mg sari ekatrakDalam 1 gram temulawak terdapat1,55% x 35 mg = 0,54 mg kurkuminekstrak etanolik diaddkan sampai 1 ml => kadar kurkumin 0,54mg/ml = 0,54 g/lJadi dengan pengambilan 1l kadar kurkumin = 0,54 g/lStok kadar kurkumin standar adalah 1 g/lJadi rentang kadar kurva baku adalah 0,5 g/l 1 g/l 2g/l 4 g/lVolume penotolan adalah 0,5 l 1 l 2l 4 lVolume penotolan sampel adalah 3 lIII. HASIL PERCOBAANPembuatan Simplisia1. Sortasi basahBerat awal : 2 kgJenis pencemar : tanah, debu, akar2. PencucianBerat awal : 2kgBerat setelah dicuci : 2,1 kgMasalah yang dihadapi : -3. PerajanganJenis alat : mekanikTebal : 3mm-4mm4. PengeringanJenis : Sinar matahari di tutup kain hitamLama pengeringan : 4 hari5. PengepakanTidak dikemas, ditempatkan di nampan6. PenyimpananJenis : Penyimpanan terbuka7. Randemen simplisiaBobot basah bahan : 2,1 kgBobot kering simplisia : 0,45 kgPerhitungan randemen ; 0,45/2,1 x 100% = 21,428%8. Susut PengeringanSusut Pengeringan IBerat sampel temulawak = 10 gramBobot petri kosong = 85,32 gramPemansan oven = 105oCMenit keBerat petri kosong + serbuk temulawak

095,34g

6094,23g

9094,20g

12094,17g

Susut pengeringan selama 60 menit10- (94,23 85,32)gram x 100% = 10,9 %10Susut pengeringan selama 90 menit10- (94,20 85,32)gram x 100% = 11,2 %10Susut pengeringan selama 120 menit10- (94,17 85,32)gram x 100% = 11,5 %10Susut Pengeringan IIBerat sampel temulawak = 10 gramBobot petri kosong = 84,66 gramPemansan oven = 105oCMenit keBerat petri kosong + serbuk temulawak

094, 59g

6093,35g

3093,35g

3093,34g

Susut pengeringan selama 60 menit10- (93,35 85,32)gram x 100% = 13,1 %10Susut pengeringan selama 90 menit10- (93,35 85,32)gram x 100% = 13,1 %10Susut pengeringan selama 120 menit10- (93,35 85,32)gram x 100% = 13,2 %10Rata-rata susut pengeringan selama 60 menit =10,9 + 13,1= 12 %2Rata-rata susut pengeringan selama 90 menit =11,5 + 13,1= 12,5%2Rata-rata susut pengeringan selama 120 menit =11,5 + 13,2= 12,35 %29. Penetapan Kadar Minyak AtsiriBerat serbuk kasar = 50 mgVolume minyak atsiri = 0,5 mlKadar minyak atsiri = 0,5ml/ 50 mg = 1 % b/vWarna minyak atsiri = bening agak kuning mudaBau minyak atsiri = khas, getirPenetapan Kadar airToluen 200 ml ditambah 10 ml air, aquadest diambil tersisa 9,6 ml, jadi masih ada 0,4 ml air yang tertinggal di toluenBerat serbuk : 10,06 gramVolume toluene : 200mlVolume air dlm serbuk temulawak = Volume air yang menetes Volume air dlm toluena= 1,0 ml 0,4 ml= 0,6 mlKadar air = 0,6 ml/ 10,0 gr x 100 % = 6 % v/bPenetapan Kadar Zat aktifPenetapan kadar zat aktif secara KLT-DensitometriFase diam : Silika gel 60 F 254Fase gerak : Kloroform : Metanol : asam formiatKadar kurkumin standar : 1 g/lPenotolan untuk kurva baku satandar kurkumin ; 0,5l 1l 2l 4lPenotolan sampel ekstrak etanolik temulawak sampel adalah ; 3lHasil KLTnoRfSinar tampakUV 254UV 366

12,3 / 8 = 0,28Kuning

23,4 / 8 = 0,42Kuning

35,3 / 8 = 0,66Kuning

Data Kurva BakuKonsentrasi kurkumin ( g/l)Luas area

0,51, 10014 x 104

12,07481 x 104

25, 46830 x 104

46, 71978 x 104

Persamaan Kurva baku :a = 0,8055 ; b = 1,6187 ; r = 0,930Y = bx + a y = 1,6187x + 0,8055Luas area sampel kurkumin = 40,69958 x 104Jadi konsentrasi kurkuminY = 1,6187x + 0,805540,69958 = 1,6187x + 0,8055x = 24, 645 g/lVolume pengambilan 3l = > 24,645 g/lJadi dalam 1l konsentrasi kurkumin = >24,645 g/l= 8,215 g/l3= 8,125 mg/ ml= 0,8125 g/100ml= 0,8125 % b/vIV. PembahasanPada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pasca panen pada simplisia rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrizarhizhome). Penanganan pasaca panen ini akan berpengaruh terhadap mutu simplisia yang akan dibuat bahan baku obat. Untuk mengetahui pengaruh pasca panen tanaman obat terhadap mutu dan kandungan simplisia, dapat dilakukan uji kontrol kualitas simplisia. Uji-uji yang dilakukan dalam praktikum ini meliputi uji kadar minyak atsiri, susut pengeringan, kadar zat aktif dan uji kadr air. Uji ini dapat ditindaklanjuti sebagai standarisasi simplisia untuk bahan obat.Penanganan pasca panen tumbuhan obat pada intinya adalah membuat simplisia yang baik, benar dan memenuhi syarat. Untuk itu perlu penanganan yang teliti pada setiap tahap teknologi pasca panen. Tahap-tahap tersebut meliputi sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penyimpananPada sortasi basah, Rimpang temulawak harus dipisahkan dari Pencemar-pencemar lain seperti gulma, rumput, tanah, kerikil, bagian rimpang yang rusak dan bahn tanaman lain atau jenis rimpang lain. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Pada sortasi basah ini juga dipisahkan rimpang dari akar dan batang dari tanaman temulawak. Setelah didapatkan rimpang yang utuh dan bebas dari pencemar, rimpang tersebut ditimbang untuk mengetahui berat basahnya.. Berat awal didapatkan sebesar 2,1 kg.Tahap selanjutnya adalah pencucian. Pencucian dilakukan di air yang mengalir yaitu dari sumur dan ledeng. Pencucian menggunakan air sumur perlu memperhatikan pencemar yang mungkin timbul akibat mikroba. Beberapa bakteri pencemar air yang perlu diketahui adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococus, Streptococcus, Bacillus, Enterobacter, dan Escheria coli. Dari hasil penelitian yang diklakukan oleh Frazier (1978) dilaporkan bahwa untuk pencucian sayuran yang dilakukan sebanyak satu kali akan menurunkan jumlah mikroba sebanak 25%. Namun pencucian yang dilakukan sebanyak tiga kali akan menurunkan mikroba sebanyak 58%. Pada rimpang dalam keadaan basah mungkin masih terbapat pencemar mikroba. Namun setelah pengeringan nanti pencermar tersebut akan berkurang secara drastis, akibat sedikitnya kandungan air. Pencucian menggunakan fasilitas air air PAM (ledeng) sering tercemar dengan kapur khlor. Jika airnya mengandung kapur klor, akan menyebabkan suasana basa, sehingga kemungkinkan, kandungan kurkumin dalam rimpang dapat terdegradasi menjadi asam ferulat dan feruloil metan.Tahap pengubahan bentuk dilakukan dengan merajang rimpang secara melintang dengan tebal kira-kira 3mm-4mm. Tujuan perajangan ini adalah untuk memeperluas permukaan bahan baku, sehingga waktu pengeringan cepat kering. Irisan yang terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Dengan perajangan, akan terbentuk simplisia temulawak yang mempunyai bentuk yang teratur, mudah dikemas dan mudah disimpanPada proses pengeringan, rimpang temulawak yang telah dicuci, dijemur di bawah sinar matahari secara tidak langsung atau ditutup dengan kain hitam. Secara umum , pengeringan bertujuan untuk mencegah kerusakan kandungan zat aktif yang ada dalm tanaman sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kerusakan tersebut akibat peruraian zat aktif secar enzimatis seperti hidroliss, oksidasi dan polimerisasi, sehingga randemenya akan turun. Pengeringan simplisia harus dilakukan secepatnya sebab aktivitas enzim akan naik naik dengan adanya air dalam simplisia, apalagi air tersebut dari sisa pencucian. Dengan pengeringan, kadar air yang terdapat dalam simplisia akan berkurang sampai pada titik tertentu yang menyebabkan enzim-enzim menjadi tidak aktif. Selain itu, dalam keadaan kering, dapt mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri. Kapang sudah dapat berkembang dengan baik pada simplisia dengan kadar air sekitar 18%. Kadar air 10% sudah cukup untuk meperpanjang waktu simpan simplisia(Hutapea, 1992). Selain itu pengeringan memudahkan pada tahap selanjutnya ( ringkas, mudah dikemas, dan mudah disimpan) Penutupan dengan kain hitam bertuuan untukmenghindari penguapan yang terlalu cepat yang dapt berakibat menurunkan mutu minyak atsiri di dalam rimpang temulawak.Penjemuran secara tidak langsung ini bertujuan untuk menghindari kontak langsung dengan pancaran sinar ultra violet. Simplisia ini ditempatkan pada rak besi yang tebuka bagian sisi kanan, kiri, dan bawah, agar aliran atau sirkulasi udara bagus. Selama penjemuran, simplisia terkadang dibalik-balik , agar pengeringanya rata dan tidak terjadiface hardening, mengingat ketebalan irisan temulawak sebesar 3mm-4mm. Pembolak-balikan simplisia selama pengeringa juga untuk menghindari tumbuhnya jamur. Mengingat simplisia dijemur dengan naungan kain hitam maka, kecepatan penguapan air dari simplisia terlalu lambat, jadi harus sering dibalik agar simplisia tidak ditumbuhi jamur. Tumbuhnya jamur pada proses pengeringan dapat mempengaruhi komposisi dari zat aktif maupun minyak atsiri.Menurut teori, pengeringan simplisia sampai kadar airnya kurang dari 10%, namun dalam praktikum ini tidak dapat ditentukan secara pasti apakah kadar air simplisia kurang dari 10%. Proses pengeringan dihentikan bila simplisia sudah kaku dan bila dipatahkan akan muncul suara. Hal ini dikarenakan titik kekeringan yang tepat biasanya dapat ditentukan dari kerapuhan dan mudah patahnya bagian tanaman yang dikeringkan (Claus, 1970)Pengeringan irisan temulawak ini berlangsung selama 4 hari, dengan pemanasan sinar matahari pada siang hari dan tanpa tejadinya hujan. Pengeringan sinar matahari dengan naungan kain hitam, relatif berlangsung lebih lama karena sirkulasi udar kurang bagus, sehingga transfer uap air keluar dari rimpang menjadi lebih lambat, jadi kecepatan pengeringan lebih lambat. Pengeringan dengan matahari mempunyai kelebihan yaitu murah, tetapi mempunyai banyak kekurangan yaitu suhu dan kelembapan yang tidak dapat dikontrol, perlu area penjemuran yang luas, mudah terkontaminasi, simplisia mudah hilang, misalnya diterbangkan angin, dimakan hewan atau mungkin mudah dicuri.Setelah pengeringan, dilakukan sortasi kering. Sortasi kering ini dengan memilah-milah simplisia yang mempunyai penampilan yang bagus, bentuk dan ukuran simplisia yang memenuhi syarat. Mengingat simplisia dijemur di lingkungan luar, maka perlu diperhatikan adnaya pencemar. Pencemar tersebut diantaranya adalah simplisia lain yang diterbangkan angin dan masuk dalam wadah simplisia temulawak.Serangga yang suka hinggap di simplisia, kotoran hewan dan jenis sampah-sampah lain. Setelah itu ditimbang berat bersih dari simplisia yaitu 0,45 kg. Rimpang dengan bobot basah mempunyai berat basah sebesar 2,1 kg, tetapi setelah diolah menjadi simplisia kering yang memenuhi persyaratan bentuk dan penampilan, didapatkan hasil sebesar 0,45kg. Jadi randemen sebesar 21,48%Tahap selanjutnya adalah pengepakan dan penyimpanan. Simplisia yang telah kering, harus segera dikemas dan disimpan. Simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah agar tidak saling bercampur antar simplisia satu dengan yang lain. Simplisia temulawak ditempatkan dalam wadah nampan dan disimpan dalam keadaan terbuka. Simplisia disimpan dalam suhu kamar yaitu pada suhu antara 15o-30oC. Kelembapan tidak diatur. Penyimpanan simplisia temualwak ditempatkan dalam almari tertutup. Hal ini mempunyai keuntungan yaiu mencegah angin masuk, Serangga sukar masuk dan simplisia tidak terkena sinar matahariyang berlebihan, namun sirkulasi udaranya kurang lancar. Penyimpanan simplisia secara terbuka, kurang begitu melindungi simplisia, karena simplisia kontak langsung dengan udara luar, sehingga kurang terjaganya kelembapan, keutuhan zat aktif dan bentuknya. Dalam penyimpanannya simplisia tersebut harus diberi etiket. Etiket tersebut minimal harus memuat nama simplisia, berat kering, berat basah, tanggal pembuatan, lama pengeringan , jenis pengeringan, dan nama pembuat simplisia.Setelah pembuatan simplisia selesai, maka simplisia tersebut di uji kualitasnya, apakah memenuhi syarat apa tidak. Uji-uji yang dilakukan pada praktikum ini diantaranya adalah susut pengeringan, penetapan kadar minyak atsiri, penetapan kadar air, dan penetapan kadar zat aktif. Uji kualitas simplisia setelah penyimpanan terbuka selam 45 hari.1. Susut pengeringanPada uji susut pengeringan, dilakukan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur105oC selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit atau sampai berat konstan. Pada suhu 105oC ini, air akan menguap, dan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih yang lebih rendah dari air akan ikut menguap juga. Susut pengeringan dinyatakan sebagai nilai prosen terhadap bobot awal. Pada praktikum ini uji susut pengeringan tidak sampai pada berat konstan karena keterbatasan waktu. Pada menit ke 60 susut pengeringan sebesar 12%. Pada menit ke 90 susut pengeringan sebesar 12,15%, dan pada menit ke 120 susut pengeringan sebesar 12,35%. Dengan begitu, semakin lama pengeringan, semakin besar nilai susut pengeringannya. Tetapi selisih kenaikan susut pengeringan amatlah sedikit yaitu sekitar 0,15% 0,2%. Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Pada proses pengeringan selama 30 menitnya, simplisia temulawak ini akan kehilangan senyawanya sekitar 12%. Untuk 30 menit berikutnya , simplisia akan kehilangan senyawa dengan kenaikan (selisih) sebesar 0,15% 0,2%.Pada simplisia temulawak ini mengandung minyak menguap, jadi susut pengeringan ini tidak bisa dikatakan identik dengan kadar air, karena berat simplisia yang berkurang bukan hanya disebabkan kehilangan air, namun juga ada zat lain seperti minyak atsiri. Sedangka