membela sahabat yang mulia muawiyyah.pdf

8
7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 1/8 Membela Sahabat Yang Mulia Mu'awiyah Bin Abi Sufyan Radhiyallahu Anhuma Minggu, 6 Desember 2015 09:01:00 WIB Kategori : Al-Masaa'il MEMBELA SAHABAT YANG MULIA, MU‟AWIYAH BIN ABI SUFYAN RADHIYALLAHU ANHUMA Oleh Ustadz Abu Isma‟il Muslim al-Atsari Para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang agung di sisi Allâh, di sisi Rasul-Nya, dan di sisi kaum muslimin lantaran sangat banyak kebaikan dan keutamaan mereka Radhiyallahu anhum. Sebaliknya, sebagian orang ada yang menyimpang dan memiliki kebiasaan mencela sebagian para sahabat Nabi yang mulia, khususnya sahabat Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma. Padahal beliau termasuk sahabat Nabi, saudara ipar Nabi, dan penulis wahyu pada zaman Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam yang memiliki kedudukan dan pujian. Pujian Allah kepada sahabat secara umum, yang pujian ini juga mengenai sahabat Mu‟awiyah  bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhumasebagaimana tertera dalam firman Allâh Ta‟ala: ػ  ءا  ؼ   ا    ه ع س   س  سب ن ا ع  ب ؼ م س   ا ش    ءب   ب ع   ب ا س       ج  حا س ىا     ل   غىا  ش    س ص  ؤ   ش   س ض م  و ا      ع   ػ   عب   عب    ا س ضىا  ت ؼ ػ  ا آ   ا     ػ  سب ن ا   ػ  ا ش  ح ش    دب ب ىا  Muhammad itu adalah utusan Allâh dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allâh dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (maksudnya, pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka). Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Sedangkan sifat-sifat mereka dalam Injil, adalah seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati  penanam-penanamnya, karena Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allâh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [al-Fath/48:29]. Demikian pujian terhadap para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam , dan Mu‟awiyah Radhiyallahu anhuma termasuk di dalamnya. Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma, termasuk sahabat Nabi yang mengikuti  perang Hunain. Allâh Ta‟ala menurunkan beberapa ayat tentang perang ini yang menunjukkan anugerah ketenangan kepada kaum mukminin dan pertolongan-  Nya kepada mereka. Allâh Ta‟ala  berfirman:

Upload: dzuhri-elrich-asakura

Post on 05-Mar-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 1/8

Membela Sahabat Yang Mulia Mu'awiyah Bin Abi Sufyan Radhiyallahu

Anhuma

Minggu, 6 Desember 2015 09:01:00 WIB

Kategori : Al-Masaa'il

MEMBELA SAHABAT YANG MULIA, MU‟AWIYAH BIN ABI SUFYANRADHIYALLAHU ANHUMA

Oleh

Ustadz Abu Isma‟il Muslim al-Atsari

Para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang agung di

sisi Allâh, di sisi Rasul-Nya, dan di sisi kaum muslimin lantaran sangat banyak kebaikan dan

keutamaan mereka Radhiyallahu anhum. Sebaliknya, sebagian orang ada yang menyimpang dan

memiliki kebiasaan mencela sebagian para sahabat Nabi yang mulia, khususnya sahabat

Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma. Padahal beliau termasuk sahabat Nabi,saudara ipar Nabi, dan penulis wahyu pada zaman Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam yang

memiliki kedudukan dan pujian.

Pujian Allah kepada sahabat secara umum, yang pujian ini juga mengenai sahabat Mu‟awiyah

 bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhumasebagaimana tertera dalam firman Allâh Ta‟ala: 

اء ػ

   ؼ

ا   

 ه

 سع

س سب

ن ا

ع بؼ

ا سم ش  

ب بء  ب ع ا س  

    ج

ساح 

 اى    ل

  

ش اىغ    سص  ش ؤ  سضم و  ا    

 ع

 ػ

 بع بع

 

 ا

س

اىض

 ؼت

ػ

 ا آ

 

ا

 

 ػ

 بس

ن ا

  ػ

 شا

 شح

 

 بد ب

ىا  

Muhammad itu adalah utusan Allâh dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah kerasterhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dansujud mencari karunia Allâh dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka

dari bekas sujud (maksudnya, pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati

mereka). Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Sedangkan sifat-sifat mereka dalam Injil,

adalah seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itukuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati

 penanam-penanamnya, karena Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan

kekuatan orang-orang mukmin). Allâh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [al-Fath/48:29].

Demikian pujian terhadap para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam , danMu‟awiyah Radhiyallahu anhuma termasuk di dalamnya. 

Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma, termasuk sahabat Nabi yang mengikuti

 perang Hunain. Allâh Ta‟ala menurunkan beberapa ayat tentang perang ini yang menunjukkan

anugerah ketenangan kepada kaum mukminin dan pertolongan- Nya kepada mereka. Allâh Ta‟ala berfirman:

Page 2: Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 2/8

    

 مش      شح    ػن ا م    ن زن مش ػ  

 

ذ  س ب  س ن ا بذ ػ

﴿ ش ٢عس 

 ػ  عن

 هض  

﴾  ا ةػ

ػ ب  ش   ا   هض   نبش ل ضاء ا

ا    مش

ا  

Sesungguhnya Allâh telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang

 banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain. Yaitu ketika kamu menjadi congkak karena

 banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamusedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakangdengan bercerai-berai. Kemudian Allâh menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada

orang-orang yang beriman, dan Allâh menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan

Allâh menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada

orang-orang yang kafir. [at-Taubah/9:25-26].

Allâh Ta‟ala juga berfirman: 

بس ا   بش ا  

 اى  ػ

 ةب  بم ب ؼ   حشغ

ؼ  عبػخ ا   ؼ

 ا

 ا بة ػ  

   ق ة ش   ض

   

س ف سء  

Sesungguhnya Allâh telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang

Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir

 berpaling, kemudian Allâh menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allâh Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang kepada mereka. [at-Taubah/9:117].

Ayat ini dengan jelas memberitakan kasih sayang dan penerimaan taubat Nabi Shallallahu „alaihi

wa sallam, Muhajirin, dan Anshar, yang telah mengikuti beliau dalam perang Tabuk. AdapunMu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhumatermasuk sahabat Nabi yang mengikuti perang

ini.

Allâh Ta‟ala juga menjanjikan surga bagi para sahabat Nabi g , sedangkan janji Allah adalahhaq. Allâh berfirman:

ز ا

 جو

 

 ق

 

 ن

 غ

  و ؼب

 

 ا

 

ا

 

 سخ

 ػ

 ل

 

  

غ ا

 

 ػ

 م

  ا ب

 ش

  ؼ  

Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum

 penaklukan (Mekkah),[1] mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan(hartanya) dan berperang sesudah itu. Allâh menjanjikan kepada masing-masing mereka

(balasan) yang lebih baik (yaitu surga). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [al-

Hadîd/57:10].

Di dalam ayat ini Allâh Ta‟ala menyebutkan dua golongan sahabat yang dijanjikan mendapatkan

surga, dan Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhumatermasuk salah satunya. Karena

kemungkinan ia telah masuk Islam sebelum Fathu Makkah atau setelahnya. Dia juga telah ikut berinfak dan berperang bersama Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam di Hunain dan Thaif,

sehingga ia termasuk yang mendapatkan janji “husna” berdasarkan nash ayat ini. Husna adalah

surga sebagaimana fir man Allâh Ta‟ala: 

Page 3: Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 3/8

  ؼج ب ػ ل

 

غ  ب ا ذ   ع

 ا

 

Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka al-husna (ketetapan yang baik; surga) dariKami, mereka itu dijauhkan dari neraka. [al-Anbiyâ‟/21:101].

DOA KEBAIKAN NABI SHALLALLAHU „ALAIHI WA SALLAM UNTUK MU‟AWIYAHRADHIYALLAHU ANHUMu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma memiliki keutamaan secara khusus karena

 pernah didoakan kebaikan oleh Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan

dalam hadits berikut ini:

بة   بم حش ػ   ث 

ػ ػج اىش

 

: ػ اى

 ع     ػ

  ه  بهسع  ع    ػ

  ىا خ ب بؼ   ا اؼ ب   ب  

Dari Abdurrahman bin Abi „Amîrah -ia termasuk sahabat Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam - :

dari Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bahwa beliau berdoa untuk Mu‟awiyah: “Ya, Allah!

Jadikanlah ia (Mu‟awiyah) orang yang memberi petunjuk, orang yang diberi petunjuk, dan berilah petunjuk (kepada manusia) dengan sebab dia”[2].

Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah menilai hadits ini termasuk keutamaan yang nyata bagi

sahabat Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma. Dia juga berkata: “Orang yang Allûh berikan keutamaan penggabungan dua tingkatan ini, bagaimana dibayangkan padanya apa yang

dikatakan dengan dusta oleh orang-orang yang membuat kebatilan dan apa yang disifatkan oleh

orang-orang yang menentang”.[Tath-hîrul-Lisân, hlm. 14].

APAKAH MU‟AWIYAH BIN ABI SUFAY RADHIYALLAHU ANHUMA BERSIH DARI

KESALAHAN?

Aqidah Ahlus-Sunnah menyatakan bahwa para sahabat Nabi Radhiyallahu anhum tidak maksum.Mereka adalah manusia yang bisa berbuat salah dan dosa. Namun para sahabat Nabi Shallallahu

„alaihi wa sallam merupakan generasi terbaik, paling bersemangat dalam berbuat kebaikan,

 banyak amal shalih besar yang mereka lakukan. Mereka beriman kepada Allâh dan Rasul-Nya.

Kaum Muhajirin berhijrah dan kaum al-Anshar memberikan pertolongan, membela agama dan Nabi yang mulia dengan harta, jiwa, dan raga. Oleh karena itu, jika ada kesalahan yang mereka

lakukan, maka sesungguhnya tertutupi dengan lautan kebaikan yang telah mereka lakukan. Atau

kesalahan mereka diampuni dengan sebab berbagai musibah yang mereka alami. Atau denganrahmat Allâh yang dekat kepada orang-orang yang berbuat ihsan, yang memohon ampun, dan

mengharapkan rahmat-Nya.

Suatu ketika al-Miswar bin Makhramah bertemu Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu , lalu terjadi

 pembicaraan sebagai berikut:

Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu bertanya kepada al-Miswar bin Makhramah: “Apa yangmenyebabkan engkau mencelaku?”

Al-Miswar menyebutkan seluruh perkara yang menyebabkan ia mencela Mu‟awiyah

Radhiyallahu anhu. Maka Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu berkata: “Bersama ini semua, wahaiMiswar, apakah engkau memiliki kesalahan-kesalahan?” 

Page 4: Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 4/8

 

Dia menjawab, “Ya”. 

Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu bertanya,"Apakah engkau mengharapkan Allah

mengampuninya?”

Dia menjawab,"Ya.".

Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu berkata,"Apa yang menjadikanmu lebih mengharapkan ampunan

Allâh dariku? Sesungguhnya demi Allah, (selain mengharapkan ampunan-Nya) tidaklah aku

disuruh memilih antara Allâh dengan selain-Nya, pasti aku memilih Allâh daripada selain-Nya.Demi Allâh, aku selalu berusaha berjihad, menegakkan hudud (hukum-hukum agama berkaitan

dengan kejahatan), memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran, lebih baik daripada

 perbuatanmu. Dan aku memeluk agama (Islam) yang (agama ini) menerima kebaikan-kebaikan pemeluknya, dan memaafkan kesalahan-kesalahannya. Maka apakah yang menjadikanmu lebih

mengharapkan rahmat Allâh dariku?”

Al-Miswar berkata: “Dia (Mu‟awiyah) telah mengalahkanku (di dalam pembicaraan)”.[Mushannaf, Abdurrazaq, no. 20717, Bab: Man Adzalla as-Sulthan].

BENARKAH NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

MENDOAKAN BURUK KEPADA MU‟AWIYAH RADHIYALLAHU ANHU? 

ب بء ج

ىا  تؼ : مذ  بط به

ػ اث ػ  ذ اس  ع    ػ

 

 

 ه

: بء ؤسع  به بة

 ا

 ت ا

 :به

 بهؤح

 ؤمو

   :ذ

 ذ

 به

 خ ب ؼ

   : ذ

 :به

 خ ب ؼ

   ب

 ت ا

 :  به

 

ذ

 

 

 

   :به

 ؤمو

   : 

Dari Ibnu Ab bas, dia berkata: “Aku sedang bermain dengan anak -anak, lalu Rasûlullâh

Shallallahu „alaihi wa sallam datang, maka aku bersembunyi di balik pintu. Beliau datang lalumenepuk bahuku dan bersabda,'Pergilah! Panggilkan Mu‟awiyah untukku!'. Aku datang

kemudian, aku berkata, 'Dia sedang makan,' lalu beliau bersabda,'Pergilah! Panggilkan

Mu‟awiyah untukku!' Aku datang, kemudian aku berkata,'Dia sedang makan,' maka beliau

 bersabda,'Semoga Allâh tidak mengenyangkan perutnya'.” [HR Muslim, no. 2604; dan lainnya]. 

Sebagian orang menjadikan hadits ini sebagai celaan bagi Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu ,

namun banyak ulama memahaminya sebagai keutamaan bagi Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu .  

Imam Nawawi rahimahullah membuatkan nama bab untuk hadits ini dengan judul,

ع

   

ع

 ػ

 

 

 

اى

 صمبحؼ

   بم

 ل

 

   ظ

 ػ

 ػب

 سخ

 ش

 

(Barang siapa yang Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam melaknatnya, atau mencelanya, atau

mendoakan keburukan baginya, padahal dia tidak berhak mendapatkannya, hal itu menjadikesucian, pahala, dan rahmat baginya).

Imam Nawawi rahimahullah berkata:Adapun doa beliau Shallallahu „alaihi wa sallam terhadap Mu‟awiyah 'agar dia tidak kenyang'

Page 5: Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 5/8

ketika ia terlambat, maka ada dua jawaban yang telah lewat. Pertama, bahwa itu perkataan

dengan lidah yang tidak dimaksudkan. Kedua, bahwa itu adalah hukuman baginya karena

keterlambatannya. (Imam) Muslim rahimahullah memahami dari hadits ini bahwa Mu‟awiyahtidak berhak mendapatkan doa buruk, oleh karena itu ia memasukkan hadits tersebut ke dalam

 bab ini. Selainnya (imam Muslim) ada yang menjadikan hadits ini termasuk keutaamaan

Mu‟awiyah, karena pada hakikatnya ini menjadi doa kebaikan untuknya”. [Al-Minhaj, 16/156].

Di antara yang menguatkan pemahaman tersebut adalah hadits-hadits lain yang diriwayatkan

Imam Muslim dalam bab yang sama, antara lain:

 

 

 ه

سع

 ػ

 و

 :ذ ب

 خ ػب

 ػء

 ب

ن

 س

 

ع

 ػ

 س

   ب

ؼ

 ب ؤ

 

ب شب

 ب

ب ع  ش بة  ا   

 ه

ب سع  : ذ ذ  : ذ  ب ب اك  :  به ا   ب  : ب

ؼ

:  به ب

ج ذ ب بسذع  ب ػ

ش ؤ ب  ب   

: اى ذ  

 س  صمبحػ    بؼ ج  ع   ؼ   غ ا

شا  

Dari „Aisyah, ia berkata: "Ada dua laki-laki menemui Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam .

Keduanya berbicara kepada beliau dengan sesuatu yang aku tidak memahaminya, lalu keduanyamenjadikan beliau murka, maka beliau melaknat keduanya dan mencelanya. Ketika keduanya

telah keluar, aku bertanya,'Wahai, Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam ! Siapakah yang

mendapatkan kebaikan sebagaimana telah didapatkan oleh keduanya?' Beliau (balik)

 bertanya,'Apa itu?' Aku berkata,'Engkau telah melaknat keduanya dan mencelanya,' beliau bersabda,'Tidakkah engkau mengetahui syarat yang aku sampaikan kepada Rabbku? Yaitu aku

 berdoa, Wahai Allâh, sesungguhnya aku adalah manusia biasa, siapa saja umat Islam yang aku

telah melaknatnya dan mencelanya, maka jadikanlah itu kesucian dan pahala baginya'.” [HRMuslim, 2600]

Semakna dengan yang dikatakan oleh Imam Nawawi di atas, Imam adz-Dzahabi rahimahullah

 berkata: “Kemungkinan dikatakan, ini adalah keutamaan bagi Mu‟awiyah berdasarkan sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam 'Wahai Allâh, barangsiapa yang aku telah melaknatnya dan

mencelanya (yaitu dari kalangan umat Islam-pen), maka jadikanlah itu kesucian dan rahmat

 baginya'.” [Siyar A‟lamin-Nubala', 14/130; lihat juga Tadzkiratul- Huffadz, 2/699].

Bahkan sebagian ulama memahami doa Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam itu merupakan

keutamaan Mu‟awiyah seperti hakikatnya, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir

rahimahullah :

Sesungguhnya Mu‟awiyah telah mendapatkan manfaat dengan doa ini di dunia dan akhiratnya.  

Adapun di dunianya, (yaitu) ketika ia menjadi gubernur di Syam. Dia makan tujuh kali sehari.

Didatangkan piring besar yang berisi daging yang banyak dan bawang, lalu dia makan darinya.

Dia makan tujuh kali sehari dengan daging, manisan, dan buah-buahan yang banyak. Dia

 berkata, 'Demi Allâh, aku belum kenyang, namun capek'. Ini adalah nikmat dan sesuatu yangdihitung (dibanggakan) yang disukai oleh raja-raja.

Sedangkan di akhiratnya, Imam Muslim telah menyertakan hadits ini dengan hadits yang jugadiriwayatkan oleh Imam Bukhari dan lainnya dari banyak jalur dari sekelompok sahabat, bahwa

Page 6: Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 6/8

Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam berdoa, 'Wahai Allâh, sesungguhnya aku adalah

manusia biasa, siapa saja hamba yang aku telah mencelanya, atau menderanya, atau mendoakan

keburukan padanya, padahal dia tidak pantas mendapatkannya, maka jadikanlah itu penebus dosadan ibadah yang mendekatkannya di sisi-Mu pada hari kiamat'.

Imam Muslim menggabungkan hadits pertama dengan hadits ini suatu keutamaan bagiMu‟awiyah, dan tidak membawakan hadits itu untuk selainnya. [Al-Bidayah wan-Nihayah,18/119-120].

BENARKAH MU‟AWIYAH RADHIYALLAHU ANHU MELAKNAT ALI BIN ABI THALIB

RADHIYALLAHU ANHU?Memang ada beberapa riwayat di dalam buku-buku tarikh (sejarah) yang menyebutkan

Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu , tetapi riwayat-riwayat itu tidak

shahîh, bahkan dusta. Adapun riwayat shahîh yang dianggap sebagai dalil Mu‟awiyahRadhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu , maka hal itu karena kesalahpahaman

terhadapnya. Oleh karena itu, banyak ulama Ahlus-Sunnah yang mengingkari berita-berita yang

menyebutkan Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu . 

Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu bersih dari tuduhan mencela Ali Radhiyallahu anhu , karena telah

terbukti ia sebagai sahabat Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam yang memiliki berbagai

keutamaan, baik secara umum maupun khusus. Sebagaimana ia Radhiyallahu anhu terpujiriwayat hidupnya, sehingga dipuji pula oleh para sahabat dan tokoh-tokoh tabi‟in. Mereka

memuji Mu‟awiyah dengan kebaikan beragama, pemahaman agama yang baik, keadilan,  

kelapangan dada, dan lain-lain dalam hal sifat-sifat kebaikan.

Jika benar Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu , menceritakan celaan

dan laknat itu di mimbar-mimbar, berarti pujian para sahabat dan tokoh- tokoh tabi‟in serta

orang-orang setelahnya yang memujinya telah bersekongkol dan bersepakat di atas kesesatan,maka hal ini tentu sangat mustahil, karena umat Islam tidak pernah bersatu di atas kesesatan.

Di antara ulama Ahlus-Sunnah yang mengingkari berita-berita yang menyebutkan Mu‟awiyah

Radhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu adalah sebagai berikut:[3]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Jauh (yaitu mustahil) Mu‟awiyah menyatakan laknat

dan celaan terhadapnya (Ali Radhiyallahu anhu ), karena Mu‟awiyah memilki sifat berakal, beragama, santun, dan akhlak yang baik. Adapun yang diriwayatkan darinya tentang hal itu

(celaaan dan laknat terhadap sahabat Ali Radhiyallahu anhu ), kebanyakan adalah dusat, tidak

shahîh”.[Al-Mufhim, 6/278].

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini tidak shahîh dari mereka, semoga Allah

meridhai mereka”. [Lihat dalam al-Bidayah wan-Nihayah, 10/576].

Di antara hadits shahih yang dianggap sebagai bukti Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu mencela Ali

Radhiyallahu anhu ialah hadits berikut ini:

ػش

 به

   ػ

 ب

   ث

 ؼع

 ث

 ػبش

 ؼل

 ب

 به

 عؼا

 ب

ع

   ث

 خ ب بؼ

 ب

 به

 شاة

اى

 ب

 

ت

غ

Page 7: Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 7/8

Page 8: Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 8/8

 buku-buku tarikh, tetapi tidak bisa dipercaya.

Ibnul „Arabi rahimahullah berkata: Jika ada yang mengatakan ia (Mu‟awiyah) menyusupkanorang yang meracun al-Hasan, maka kami katakan, ini mustahil (ditinjau) dari dua sisi.

Pertama, Mu‟awiyah tidak perlu menjaga diri dari serangan al-Hasan, karena al-Hasan telahmenyerahkan urusan (kekuasaan).

Kedua, masalah tersebut merupakan perkara ghaib, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah.

Maka mengapa engkau tuduhkan hal itu dengan tanpa bukti kepada salah seorang dari makhluk-

 Nya setelah zaman yang jauh. Kita tidak meyakini nukilan seseorang yang menukilkan yang berada di tengah-tengah pendapat para pengikut hawa nafsu, dan di dalam keadaan fitnah dan

fanatisme, setiap orang menisbatkan kepada musuhnya perkara yang tidak pantas. Maka nukilan-

nukilan itu tidak diterima kecuali yang bersih (murni) dan tidak didengar kecuali dari seorangyang benar-benar adil (jujur dan baik). [Al-„Awâshim minal-Qawâshim, hlm. 220-221].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata membantah Ibnu Muthahhar: “Adapun perkataan Ibnu Muthahhar „sesungguhnya Mu‟awiyah meracun al-Hasan‟, maka ini memang

disebutkan oleh sebagian orang, tetapi tidak ada bukti yang dibenarkan syari‟at atau pengakuan

yang diterima, dan tidak ada nukilan yang bisa dipastikan. Ini termasuk perkara yang tidak

mungkin diketahui. Maka mengatakan tentang hal ini merupakan perkataan tanpa ilmu. Intinya,hal seperti ini tidak bisa dihukumi dalam syari‟at berdasarkan kesepakatan kaum muslimin”.

[Minhajus-Sunnah, 4/469]

Demikian sedikit penjelasan dan bantahan sebagian syubhat terhadap sahabat yang mulia,

Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma. Sesungguhnya syubhat sangat banyak, tetapi

sedikit isyarat ini mencukupi bagi orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah, wallâhu a‟lam

 bish-shawwab.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVI/1434H/2013. Diterbitkan Yayasan Lajnah

Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –  Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-

761016] _______

Footnote

[1]. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-fath dalam ayat ini ialah perdamaian Hudaibiyah.

[2]. HR Ahmad, 4/216; Bukhâri dalam at-Tarikh, 5/240; Tirmidzi, no. 3842; dan lain-lain.

Dishahîhkan oleh al-Albani di dalam ash-Shahîhah, no. 4/615.[3]. Lihat Sallus-Sinan fiidz-Dzabbi „an Mu‟awiyah bin Abi Sufyan, 1/208