membaca sosiologi dan sosiologi pedesaan sebagai ilmu...

9
Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu Pengetahu Copyright Sofyan Sjaf [email protected] http://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu -pengetahuan/ Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu Pengetahuan Sofyan Sjaf Umumnya, sebagian besar pendapat mengatakan bahwa sumber pengetahuan berasal dari dua aras pemikiran yang berbeda, yakni rasionalisme dan empirisme. Mereka yang berpegang pada paham pertama (disebut kaum rasionalis) begitu mengagung-agungkan rasio dengan metode deduksinya sebagai sumber pengetahuan. Berbeda dengan paham pertama ini, kaum empiris (istilah bagi mereka yang berpaham empirisme) menganggap bahwa sumber pengetahuan berasal dari pengalaman empiris dari seseorang yang kemudian ditarik dengan metode induksi sebagai sumber pengetahuan. Meski demikian, tak dapat disangkal bahwa perbedaan kedua pemikiran di atas dapat memberikan ilmu sekaligus pengetahuan bagi manusia untuk memahami fenomena kehidupan dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Dalam bingkai ini, bagaimana menempatkan sosiologi dan sosiologi pedesaan sebagai ilmu pengetahuan atau sumber pengetahuan? Setidaknya makalah ini ditulis, tidak lain dimaksudkan untuk memaparkan sosiologi dan sosiologi pedesaan sebagai ilmu pengetahuan. Untuk menunjukkan keshahihannya, pendekatan yang digunakan untuk mengalisis adalah menggunakan hakekat/filosifis ilmu pengetahuan yang di dalamnya terdapat aspek ontologi dan epistimologi. page 1 / 9

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

59 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaansebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf

Umumnya, sebagian besar pendapat mengatakan bahwa sumber pengetahuanberasal dari dua aras pemikiran yang berbeda, yakni rasionalisme dan empirisme. Mereka yang berpegang pada paham pertama (disebut kaum rasionalis) begitumengagung-agungkan rasio dengan metode deduksinya sebagai sumberpengetahuan.  Berbeda dengan paham pertama ini, kaum empiris (istilah bagimereka yang berpaham empirisme) menganggap bahwa sumber pengetahuanberasal dari pengalaman empiris dari seseorang yang kemudian ditarik denganmetode induksi sebagai sumber pengetahuan.

Meski demikian, tak dapat disangkal bahwa perbedaan kedua pemikiran di atasdapat memberikan ilmu sekaligus pengetahuan bagi manusia untuk memahamifenomena kehidupan dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing.  Dalambingkai ini, bagaimana menempatkan sosiologi dan sosiologi pedesaan sebagai ilmupengetahuan atau sumber pengetahuan?

Setidaknya makalah ini ditulis, tidak lain dimaksudkan untuk memaparkan sosiologidan sosiologi pedesaan sebagai ilmu pengetahuan.  Untuk menunjukkankeshahihannya, pendekatan yang digunakan untuk mengalisis adalahmenggunakan hakekat/filosifis ilmu pengetahuan yang di dalamnya terdapat aspekontologi dan epistimologi.

page 1 / 9

Page 2: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sosiologi maupun Sosiologi Pedesaan sebagai ilmu pengetahuan, tidak lain adalahseperangkat fakta sosial yang terkristal dalam bentuk teori/konsep/cara pandangyang digunakan sebagai tools atau pisau analisis untuk mencari dan menelusurikebenaran-kebenaran yang nampak (realitas) maupun tidak nampak (peramalan)dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, Sosiologi dan Sosiologi Pedesaansebagai ilmu pengetahuan, dapat ditelusi secara hakekat/filosofis dari aspekepistimologi, ontologi, maupun aksiologi sebagai suatu pemikiran yangkonprehensif untuk menelusuri, mencari, dan memperediksi gejala sosial yangterjadi di masyarakat.

JF. Ferrier merupakan seorang filsuf yang pertama kali melakukan pembedaanantara ontologi dan epistimologi pada tahun 1854 (Hunnex, 2004).  Ontologimenurutnya adalah bagaimana mempertanyakan apa realitas yang ada, sedangkanepistimologi merupakan teori pengetahuan yang menanyakan dengan apa manusiabisa mengetahui.  Adapun aksiologi lebih berbicara tentang sumber nilai, yang didalamnya terkandung epistimologi dan ontologi secara bersamaan [1].

Dalam bingkai di atas, Kattsoff (2004) dalam bukunya yang berjudul ”PengantarFilsafat” menguraikan empat paham/teori untuk mengungkapkan cara manusia bisamengetahui suatu realitas (epistimologi).  Adapun keempat teori yang dimaksud,sebagai berikut:

(1).        Teori Koherensi (Coherence Theory), yakni suatu proposisi cenderungbenar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan denganproposisi-proposisi lainnya yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalamkeadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita.  Atau dengan kata lain,paham ini mengatakan bahwa derajat keadaan saling berhubungan merupakanukuran bagi derajat kebenaran, sedangkan keadaan saling berhubungan dengansemua kenyataan memberikan kebenaran mutlak.

(2).        Teori Korespondensi (Correspondence Theory), yakni suatu pernyataan itubenar jika makna yang dikandungnya sungguh-sungguh merupakan halnya. Kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian antara makna yangdimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh

page 2 / 9

Page 3: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

merupakan halnya, atau apa yang merupakan fakta-faktanya.

(3).        Teori Empiris (Empirist Theory), yakni memandang proposisi bersifatmeramalkan (predictive) atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisisebagai terpenuhinya ramalan-ramalan.

(4).        Teori Pragmatis (Pragmatism Theory), yakni proposisi-proposisi yangmembantu kita mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang memuaskan terhadappengalaman-pengalaman kita.

Berbeda dengan epistimologi, makna penting dari ontologi adalah pembedaannyaantara pihak yang mengetahui dan hal yang diketahui (Hunnex, 2004).  Tentang halini, Kattsoff (2004) menegaskan bahwa ontologi merupakan jawaban pertanyaanmengenai hakekat kenyataan.  Untuk itu, Kattsoff merumuskan sejumlahpernyataan mengenai kenyataan, yang terdiri dari:

(1).        Kenyataan bersifat kealaman (naturalisme), yakni kejadian-kejadian dalamruang dan waktu merupakan satuan-satuan penyusunan kenyataan yang ada, dansenantiasa dapat dialami oleh manusia biasa.  Dalam hal ini, kaum naturalismeberpendapat bahwa faktor-faktor penyusun segenap kejadian ialah proses, kualitas,dan relasi.

(2).        Kenyataan benda mati (materialisme), yakni kejadian-kejadian yangnampak dalam kehidupan manusia tersusun dari seperangkat materi.  Dalam halini, kaum materialisme lebih mendalam memaknai segala kejadian dibandingkandengan kamu naturalisme. Meski demikian, seorang materialisme terkadangsependirian dengan seorang naturalisme.

(3).        Kenyataan bersifat kerohanian (idealisme), yakni kejadian-kejadian yangnampak dalam kehidupan manusia pada prinsipnya tidak terlepas dari jiwa atau rohsebagai dasar dari kehidupan manusia.  Dalam hal ini, kaum idealisme terpecahmenjadi dua golongan, pertama, kaum spritualisme yang berpendirian bahwasegenap tatanan alam dapat dikembalikan kepada atau berasal dari sekumpulanroh yang beraneka ragam dan berbeda-beda derajatnya.  Kedua, kaum dualisme

page 3 / 9

Page 4: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

yang berpandangan bahwa yang terdalam ialah jiwa semesta yang berprinsipbahwa materi tidak berasal dari jiwa, meskipun materi berkesinambungan denganjiwa.

(4).        Hylomorfisme, yakni kejadian-kejadian sebagai bentuk kenyataan yang adadisekeliling manusia terdiri dari bahan dan bentuk.  Dengan kata lain, terdapatesensi dan eksistensi dalam diri setiap manusia dalam membentuk kenyataan yangada disekelilingnya.

(5).        Positivisme logis, yakni pandangan yang mendasarkan diri pada penalaranakal dan semuanya memakai perangkat fakta yang sama sebagai landasanpenopang untuk menunjukkan kebenarannya.  Dengan demikian, ontologipositivisme logis meniadakan atau menolak segala bentuk yang berbau metafisika.

Selanjutnya, dari pembedaan epistimologi dan ontologi di atas, kemudian dapatdigunakan sebagai alat (tools) atau kerangka analisis untuk memetakan pemikiranSosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai seperangkat ilmu pengetahuan untukmengalisis gejala sosial yang hadir di masyarakat.  Jika ”aliran” dalam epistimologidan ontologi saling disilangkan (dibuatkan matriks), maka akan terurai 20 selsebagai perwujudan dari peta pemikiran Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagaiilmu pengetahuan berdasarkan aspek ontologi dan epistimologinya, yakni:naturalisme – koherensi, naturalisme – korespondensi, naturalisme – empiris,naturalisme – pragmatis, materialisme – koherensi, materialisme – korespondensi,materialisme – empiris, materialisme – pragmatisme, idealisme – koherensi,idealisme – korespondensi, idealisme – empiris, idealisme – pragmatisme,hylomorfisme  – koherensi, hylomorfisme – empiris, hylomorfisme – korespondensi,hylomorfisme – pragmatisme, positivisme logis – koherensi, positivisme logis –korespondensi, positivisme logis – empiris, dan positivisme logis – pragmatisme.

Meski demikian, perlu kembali ditekankan, bahwa pembuatan matriks di atassekedar mempermudah pemetaan pemikiran Sosiologi dan Sosiologi Pedesaansebagai seperangkat ilmu pengetahuan yang mana tidak mustahil banyaknya selyang ada di dalam matriks menunjukkan jumlah pemetaan pemikiran Sosiologi danSosiologi Pedesaan yang ada hingga saat ini dan sebaliknya.

Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan: Ilmu Pengetahuan yang Berdasar

page 4 / 9

Page 5: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

Slattery (2003) dalam bukunya yang berjudul ”Key Ideas in Sociology” kembalimenegaskan bahwa sosiologi sebagai displin ilmu pengetahuan, dapat dicermatidari beragam isu, meliputi: ketertiban sosial dan perubahan, kekuasaan danpenguasaan sosial, ketidakmerataan dan stratifikasi sosial.

Dari semua itu, Slattery (2003), kemudian merangkumnya berdasarkan pandangandari tokoh sosiologi, yakni: (1) Aguste Comte, sebagai “bapak” sosiologi peletakpositivisme berpendapat bahwa sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yangdidasarkan pada logika penalaran; (2)  F. Tonnies dengan konsep “gemmeinschaft –gesselschaff” untuk mengkaji “The Lass of Communty in Industrial Society”, yaknistudi tentang komunitas dan sosiologi masyarakat kota; (3) Robert Michelsmengkaji tentang sosiologi kekuasaan, khususnya elit penguasa sebagai fokusutama sosiologi modern; (4) George Herbert Mead, peletak dasar teori interaksisimbiolisme; dan (5) E. W. Teller mengembangkan konsep kunci tentangperdebatan sosiologi industri.

Berbeda dengan Slattery, Collins (1994) yang mencoba mendefinisikan teori-teorisosiologi ke dalam empat tradisi besar, yakni: (1) tradisi konflik, yang didasarkanargumen bahwa konflik yang terjadi dimasyarakat bukanlah hal yang sederhana ,tetapi sangat luas dan berkembang dalam kehidupan masyarakat; (2) tradisirasional atau utilitarian, yang berpandangan liberal (tapi lunak) dan rasional darimasing-masing induvidu; (3) tradisi durkheim, yang berpandangan makro danmikro.  Pandangan makro lebih menekankan pada suatu fakta yang dibayangkansebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Sementara itu, pandangan mikronya lebih menekankan pada mekanismeritual-ritual sosial kelompok yang menghasilkan solidaritas; dan (4) tradisi mikrointeraksi, yang berpandangan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk berfikir danmembedakan interaksionisme simbolik dan akar behaviorisme.

Merujuk dari dua pendapat di atas (baik Slattery maupun Collins), jika dianalisisdengan menggunakan kerangka ontologi dan epistimologi, maka sosiologi sebagaiilmu pengetahuan tidak diragukan lagi dalam mennguraikan dan menjelaskangejala sosial yang terjadi di masyarakat.  Meski demikian, tidak dapat dipungkiribahwa tidak semua tradisi atau teori sosiologi yang ada mengisi ruang sel-sel yangada.

Berdasarkan bacaan penulis dari tulisan Slaterry (2003) dan Collins (1994),pemetaan pemikiran sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dapat dibagi ke dalam

page 5 / 9

Page 6: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

delapan kategori, yakni: (1) Naturalisme – Koherensi, meliputi: teori Gemmeinschaftdan Gesselschaff oleh F. Tonnie; (2) Naturalisme – Korespondensi, meliputi: tradisiDurkheim tentang pandangan makronya, yakni kondisi eksternal (alam)mempengaruhi individu; (3) Naturalisme – Empiris, meliputi: teori-teori ekologi; (4)Materialisme – Koherensi, meliputi: tradisi konflik atau teori kelas sosial, teoriketergantungan, dan teori sistem dunia; (5) Materialisme – Empiris, meliputi:teori-teori sosial hijau (Green Social Theory); (6) Idealisme – Korespondensi,meliputi: tradisi mikro interaksi dan teori interaksi simbiolik; (7) Positivisme logis –Koherensi, meliputi: Weber, fenomenologi, strukturalisme, dan neo-fungsionalisme;dan  (8) Positivisme logis – Korespondensi, meliputi: Auguste Comte, tradisiDurkheim tentang pandangan mikronya, tradisi rasional (teori pertukaran, teoripengambilan keputusan rasional), behaviorisme, modernisasi.

Jika uraian di atas, telah memberikan gambaran kepada kita perihal sosiologisebagai ilmu pengetahuan yang berdasar, lalu bagaimanakah dengan sosiologipedesaan itu sendiri dapat dikatakan ilmu pengetahuan?

Seperti halnya dengan analisis sebelumnya, sosiologi pedesaan dikatakan sebagaiilmu pengetahuan apabila secara aspek ontologi dan epistimologi mampumenguraikan kenyataan sebagai kebenaran untuk memahami gejala sosial dimasyarakat.  Untuk menelusuri ini, penulis merujuk buku ”Sosiologi Pedesaan:Kumpulan Bacaan (Jilid 1)” dimana Prof. Dr. Sajogyo dan Prof. Pujiwati Sajogyo(alm.) sebagai penyunting.  Adapun dasar rujukan ini diambil, sebagaimanaungkapan Prof. Dr. Sajogyo dalam bukunya yang berjudul ”Ekososiologi:Deideologisasi Teori, Restrukturisasi Aksi (Petani dan Perdesaan Sebagai KasusUji)”:

”...studi sarjana Sarjana 4 tahun di IPB (1971-1974) yang disertai ukuran bobot SKSdan dua “semester” dalam setahun, terjadilah perkembangan baru dimana sayamemilih menyusun suatu “kumpulan bacaan” berisi topik-topik sosiologi yangpernah ditulis sejumlah peneliti sosiologi/antropologi/penyuluh pertanian danpernah diterbitkan di buku atau majalah...”

Dalam buku kumpulan bacaan tersebut, berisi tujuh bab yang membicarakantentang pola-pola kebudayaan, proses-proses sosial, lembaga kemasyarakatan,grup sosial, organisasi sosial, sistem status dan pelapisan masyarakat, dan polahubungan antarsuku bangsa.  Meski tidak membaca dan menganalisis secarakeseluruhan kumpulan bacaan sosiologi pedesaan yang disunting oleh Prof. Dr.

page 6 / 9

Page 7: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

Sajogyo dan Prof. Pujiwati Sajogyo, akan tetapi tulisan-tulisan yang disajikan padabuku tersebut, memberikan gambaran kepada kita perihal sosiologi pedesaansebagai ilmu pengetahuan yang syarat dengan ontologi dan epistimologinya.

Berangkat dari analisis terhadap beberapa bacaan yang penulis lakukanberdasarkan aspek ontologi dan epistimologi, maka pemetaan pemikiran dalamsosiologi pedesaan dapat dibedakan ke dalam 7 kategori, yakni: pertama,naturalisme – empiris, sebagaimana diuraikan dalam tulisan berjudul ”Timbulnya“Desa Jawa” dari masyarakat transmigrasi spontan”; kedua, materialisme –koherensi, dapat dilihat pada tulisan yang berjudul ”Ciri-ciri penghidupanmasyarakat pedesaan di Indonesia (bagian konflik & persaingan)”, ”Mengembalikankeberadaan gerakan masyarakat”, dan ”Kerjasama dan struktur masyarakat diDesa Cibodas”; ketiga, materialisme – korespondensi, tergambar dalam tulisanyang berjudul ”Mahasiswa dan Keluarganya”.

Keempat, idealisme – koherensi, dapat dilihat pada tulisan yang berjudul”Rintangan-rintangan mental dalam pembangunan ekonomi di Indonesia”; kelima,idealisme – korespondensi, tergambar dalam tulisan yang berjudul ”Sistem budayaBugis – Makassar” dan “Ciri-ciri penghidupan masyarakat pedesaan di Indonesia”; keenam, positivisme logis – koherensi, tergambar dalam tulisan yang berjudul ”Pola perdagangan dan keuangan dalam masyarakat tani di Jawa”; dan ketujuh,positivisme logis – korespondensi, dapat dilihat pada tulisan berjudul ” Prosespembaharuan antar pola kebudayaan” (lihat Tabel 3).

Membandingkan Tradisi Sosiologi Barat dan Tradisi Sosiologi Asia

Dari uraian panjang di atas, penulis sangat sadari bahwa tulisan yang mencobamenguraikan peta pemikiran sosiologi dan sosiologi pedesaan sebagai ilmupengetahuan (merujuk tiga referensi) masihlah sangat minim.  Oleh karena itu,diperlukan analisis lebih lanjut untuk membandingkan dua tradisi sosiologi (Barat

page 7 / 9

Page 8: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

versus Asia) yang berkembangan saat ini.

Upaya ini dirasa sangat penting karena belum terdapat satu kajian yang mendalamperihal tradisi sosiologi yang berkembang di Asia, khususnya di Indonesia.  Dengankata lain, kajian yang mendalam tersebut dimaksudkan untuk membangun tradisibaru tentang ”Sosiologi Indonesia” yang tentunya berangkat dari fenomenamasyarakat Indonesia itu sendiri.  Hal ini disadari harena tradisi sosiologi yangberkembang di Indonesia masih didominasi oleh tradisi sosiologi barat denganberagam perspektifnya.

Referensi

Collins, R., Four sociological traditions, New York and Oxford: Oxford UniversityPress,1994.

Hunnex, MD., Peta Filsafat: Pendekatan Kronologis dan Tematis, Bandung: Teraju,2004.

Kattsoff, LO., Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003.

page 8 / 9

Page 9: Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu ...achamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Sofyan Sjaf Online... · Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sofyan Sjaf Online | Membaca Sosiologi dan Sosiologi Pedesaan sebagai Ilmu PengetahuanCopyright Sofyan Sjaf [email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/membaca-sosiologi-dan-sosiologi-pedesaan-sebagai-ilmu-pengetahuan/

Ritzer, G. dan Goodman, DJ., Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, 2003.

Sajogyo dan Pujiwati Sajogyo [penyunting], Sosiologi Pedesaan: Kumpulan Bacaan(Jilid 1), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999.

Sajogyo, Ekososiologi: Deideologisasi Teori, Restrukturisasi Aksi (Petani danPerdesaan Sebagai Kasus Uji), Yogyakarta-Bogor: SAINS, CINDERALAS, SekretariatBina Desa Sadajiwa, 2006.

Slattery, M., Key ideas in sociology, Cheltenham: Nelson Thornes Ltd., 2003.

[1] Berkaitan dengan aksiologi, Kattsoff (2004) mengatakan bahwa aksiologi adalahilmu pengetahuan yang menyelidiki kakekat nilai atau biasa disebut filsafat nilai.

page 9 / 9