mekanisme corporate governance, efisiensi …/mekanisme-corporate...syarat-syarat untuk mencapai...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI
MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
VERIAN WINDI ASTARI NIM. F0307091
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI
MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI
INDONESIA
Surakarta, Januari 2012
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing Skripsi
Arif Lukman Santoso, SE., M.Si., Ak.
NIP. 198005232005011003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi.
Surakarta, 21 Januari 2012
Tim Penguji Skripsi:
1. Drs. Wartono, M.Si., Ak. (........................... )
NIP : 196003091987021001 Ketua
2. Taufiq Arifin, SE., M.Sc., Ak. (........................... )
NIP : 198210112009121004 Sekretaris
3. Arif Lukman Santoso, SE., MM, Master, Ak. (............................ )
NIP : 198005232005011003 Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecil yang kupersembahkan untuk:
1. Masa Depanku
2. Orang tuaku tercinta (Bapak dan Mamah)
3. Saudaraku semua yang ku sayang
4. Sahabat-sahabat yang selalu mensupportku
(Mel,Ifa,Erna,Umi,Lulu)
5. Teman-teman Akuntansi Angkatan ’07.
6. Almamaterku.
Terimakasih atas pengertian dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
>> Where there is a will,, There is a way <<
-Hitam Putih-
>> Belajarlah dari kesalahan orang lain. Kita tak dapat hidup cukup lama
untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri <<
-Martin Vanbee-
>> Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang baik.
Jangan menjadi orang tua yang masih melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakukan saat muda <<
-Mario Teguh-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga skripsi ini yang berjudul “MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE, EFISIENSI MANAJEMEN DAN KINERJA
PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA” dapat diselesaikan oleh penulis
sebagai syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ada beberapa
hambatan yang dihadapi, namun berkat dukungan, bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret.
2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Arif Lukman Santoso, SE., MM, Master, Ak., selaku Pembimbing
Akademik serta Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan dan arahan, sekaligus menjadi pemotivasi bagi
penulis serta penulis juga meminta maaf jika selama proses bimbingan
ada kata dan tingkah laku atau perbuatan yang tidak berkenan di hati
Bapak.
4. Keluarga besarku, Bapak, mamah, kakak-kakakku serta adikku yang
selalu mendukung dan mendoakanku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
5. Semua sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan selama ini,
ayo kita raih kesuksesan bersama, masa depan indah menunggu kita J
6. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan dari skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i
ABSTRAKSI ……………………………………………………... ii
ABSTRACT ....................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............…………… iv
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………..... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………….. vi
HALAMAN MOTTO …………………………………................. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………. viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..……………………………… 1
B. Perumusan Masalah ………………………………….. 9
C. Tujuan Penelitian ……………………………………… 10
D. Manfaat Penelitian ……………………………………. 11
E. Sistematika Penelitian ………………………………… 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 13
A. Landasan Teori ………………………………………... 13
1. Teori Keagenan (Agency Theory)............................... 13
2. Good Corporate Governance (GCG)......................... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
2.1. Definisi Good Corporate Governance............... 15
2.2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance..... 17
2.3. Tujuan dan Manfaat GCG bagi Perusahaan........ 20
2.4. Penerapan Good Corporate Governance............ 21
2.5. Mekanisme Corporate Governance.................... 24
3. Efisiensi Manajemen.................................................. 31
4. Kinerja Keuangan....................................................... 38
B. Perumusan Hipotesis ....................................................... 42
1. Struktur Kepemilikan – Efisiensi Manajemen............ 45
2. Struktur Kepemilikan – Kinerja Keuangan................. 45
3. Struktur Dewan Komisaris – Efisiensi Manajemen.... 45
4. Struktur Dewan Komisaris – Kinerja Keuangan......... 45
5. Karakteristik Komite Audit – Efisiensi Manajemen.... 45
6. Karakteristik Komite Audit – Kinerja Keuangan........ 45
7. Efisiensi Manajemen – Kinerja Keuangan...………… 45
C. Kerangka Konseptual ........................................................ 46
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................... 47
A. Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel.......................... 47
B. Jenis dan Sumber Data....................................................... 47
C. Definisi dan Operasional Variabel...................................... 48
1. Variabel Struktur Kepemilikan...................................... 48
2. Variabel Struktur Dewan Komisaris.............................. 48
3. Variabel Karakteristik Komite Audit............................ 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
4. Variabel Efisiensi Manajemen........................................ 49
5. Variabel Kinerja Keuangan............................................ 54
D. Metode Analisis Data........................................................... 55
1. Perumusan Persamaan Struktural................................... 57
E. Pengujian Hipotesis.............................................................. 58
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................... 61
A. Hasil Pengumpulan Data ..................................................... 61
B. Deskripsi Objek Penelitian .................................................. 64
C. Analisis Data ........................................................................ 65
1. Pengujian Model Struktural............................................ 65
D. Pembahasan........................................................................... 67
1. Hipotesis 1 ...................................................................... 67
2. Hipotesis 2 ...................................................................... 68
3. Hipotesis 3....................................................................... 69
4. Hipotesis 4 ...................................................................... 70
5. Hipotesis 5 ...................................................................... 71
6. Hipotesis 6 ....................................................................... 72
7. Hipotesis 7 ....................................................................... 73
BAB V. PENUTUP ................................................................................. 74
A. Kesimpulan ……………………………………………....... 74
B. Keterbatasan …………………………………………........ 76
C. Saran ....................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
4.1 Proses Pemilihan Sampel............................................................. 62
4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel............………………………. 63
4.3 Statistika Deskriptif................................................……………. 64
4.4 Koefisisen Jalur pada Pengujian Model Struktural..................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
2.1 Kerangka Konseptual.................................................................. 46
4.1 Tampilan Output Model Struktural............................................. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAKSI
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA
VERIAN WINDI ASTARI
NIM: F0307091
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bukti empiris adanya
pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi); 2) penggunaan metode DEA untuk mengukur efisiensi manajemen; dan 3) penggunaan metode analisis SEM untuk menguji pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi). Populasi dalam penelitian ini sebesar 68 perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan (2008-2010). Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 24 perusahaan yang dapat dianalisis selama tahun pengamatan.
Metode analisis menggunakan Struktural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program VPLS. Statistik nonparametrik dari SEM (alternatif statistik parametrik) digunakan dalam penelitian ini karena sampel tidak memenuhi syarat kecukupan sampel untuk parametrik (data dibawah 100) serta tidak terdistribusi normal.
Hasil dari analisis diperoleh bahwa: 1) Struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan karakteristik komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen karena t-statistik pada struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan karakteristik komite audit berada di dalam daerah kritis yaitu antara -1,96 dan 1,96. Nilai koefisien beta sebesar 0,047 dan t-statistik 0,3291 untuk struktur kepemilikan, koefisien beta sebesar 0,071 dan t-statistik 0,6381 untuk struktur dewan komisaris, dan koefisien beta sebesar 0,321 dan t-statistik 1,6786 untuk karakteristik komite audit; 2) Efisiensi manajemen, karakteristik komite audit dan struktur dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan karena uji signifikansi t-statistiknya sebesar 1,8548 untuk efisiensi manajemen, -0,0957 untuk karakteristik komite audit, dan -0,3861 untuk struktur dewan komisaris berada diantara nilai tabel -1,96 dan 1,96; 3) Sedangkan struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dengan koefisien beta sebesar -0,35 dan t-statistik -2,2791 < -1,96 (tingkat signifikansi 5%). Kata Kunci: Struktur Kepemilikan, Struktur Dewan Komisaris, Karakteristik
Komite Audit, Efisiensi Manajemen, Kinerja Keuangan Perusahaan, DEA, SEM, dan VPLS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRACT
MECHANISM OF CORPORATE GOVERNANCE, MANAGEMENT EFFICIENCY AND PERFORMANCE PUBLIC COMPANIES IN
INDONESIA
VERIAN WINDI ASTARI NIM: F0307091
This study aims to: 1) find empirical evidence of the influence of ownership structure, board structure, characteristics of audit committees, management efficiency and financial performance of public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance); 2) measure of management efficiency using DEA method, and 3) examine the effect of ownership structure, board structure, characteristics of audit committees, management efficiency and financial performance of public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance) using SEM analysis method. The population in this study is 68 public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance) that are listed in Indonesian Stock Exchange (BEI) in the observation period (2008-2010). The amount samples used in this study is 24 companies that could be analyzed during the years of observation.
Method of analysis using Structural Equation Modeling (SEM) with VPLS software. Nonparametric statistical programs of the SEM (statistical parametric alternative) is used in this study because the adequacy of the sample did not qualify for parametric samples (data below 100) and not normally distributed.
Analysis results obtained showed that: 1) The ownership structure, board structure, and characteristics of audit committees has no significant effect on the management efficiency because of t-statistics on ownership structure, board structure, and characteristics of audit committees being in a critical area that are between -1.96 and 1.96. Beta coefficient is 0.047 and t-statistics is 0.3291 for ownership structure, the beta coefficient is 0.071 and t-statistics is 0.6381 for the board structure, and the beta coefficient is 0.321 and t-statistics is 1.6786 for the characteristics of audit committees; 2) The management efficiency, characteristics of audit committees and board structure has no significant effect on financial performance because the t-statistic significance test are 1.8548 for management efficiency, -0.0957 for the characteristics of audit committees, and -0.3861 for the board structure, suit to t-statistic table values between -1.96 and 1.96; 3) the ownership structure significantly influence the financial performance of the beta coefficient -0.35 and t-statistic -2.2791 <-1.96 (5% significance level). Keywords: Ownership Structure, Board Structure, Characteristics of Audit
Committees, Management Efficiency, Corporate Financial Performance, DEA, SEM, and VPLS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun
waktu 1997-1998 merupakan pukulan yang sangat berat bagi sistem
perekonomian Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya
perusahaan di Indonesia yang tidak menjalankan prinsip-prinsip
pengelolaan perusahaan yang baik (Pieris dan Jhon, 2007). Hal ini terlihat
dari banyaknya praktek-praktek pengelolaan perusahaan secara tidak sehat
pada berbagai sektor di perusahaan-perusahaan Indonesia. Oleh karena itu
diperlukan adanya perbaikan-perbaikan secara terus-menerus. Dari
perbaikan ini diharapkan adanya pembenahan pengelolaan dalam
perusahaan untuk meningkatkan kualitas dari produk yang ditawarkan.
Produk yang berkualitas ini ditujukan untuk pencapaian tujuan perusahaan,
baik tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek.
Indonesia menerapkan Corporate Governance (CG) sejak
menandatangani Letter of Intent dengan International Monetery Fund yang
salah satu bagian terpentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan
pengelolaan perusahaan di Indonesia. Sebagai bagian dari upaya tersebut,
Komite Nasional telah mengeluarkan Pedoman umum Good Corporate
Governance (GCG) Indonesia 2006. Melalui Keputusan Menteri
Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN Nomor:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kep-23/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000, Pemerintah Indonesia
telah menerbitkan aturan tentang Pengembangan Praktek GCG di
perusahaan-perusahaan Indonesia. Dengan aturan tersebut, berbagai
perusahaan termasuk perbankan diharapkan mampu menerapkan prinsip-
prinsip GCG ke dalam struktur dan juga proses di perusahaan, yang
meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian dan
keadilan. Keputusan ini kemudian disempurnakan dengan Surat Keputusan
No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan
Praktek GCG. Ketentuan peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan
pedoman yang lebih rinci dalam menerapkan GCG pada perusahaan
masing-masing.
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum. Adanya pengelolaan perbankan yang baik melalui
aplikasi GCG akan meningkatkan efisiensi perbankan dan pertumbuhan
ekonomi. Perbankan yang efisien akan memberikan dampak positif bagi
peningkatan keuntungan bank, membaiknya kualitas pelayanan kepada
nasabah, mendorong keamanan operasional, kesehatan perbankan serta
meningkatkan keuntungan kepada shareholder dan stakeholder. GCG juga
dikukuhkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai pilar
keempat dengan landasan berpikir bahwa aplikasi GCG akan memperkuat
kondisi internal perbankan nasional. Ada baiknya GCG dijadikan budaya
perusahaan maupun pemerintahan yang terintegrasi dalam keseharian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
karena inti dari GCG adalah moral dan etika yang ditunjang dengan
perangkat hukum yang baik.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh RUPS, Direksi dan Komisaris untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perseroan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan para stakeholders lainnya, berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Tujuannya adalah
mengarahkan dan mengontrol perusahaan melalui distribusi hak dan
tanggungjawab semua pihak dalam perusahaan (PPM Institut of
Manajement, 2007).
Penerapan good corporate governance juga menjadi permasalahan
yang penting dalam dunia perbankan. Krisis keuangan yang melanda
Indonesia tahun 1997 telah menghancurkan berbagai sendi perekonomian,
salah satunya perbankan yang mengakibatkan krisis perbankan terparah
dalam sejarah perbankan nasional, yang menyebabkan penurunan kinerja
perbankan nasional. Penerapan GCG dalam jangka panjang mempunyai
relevansi terhadap kinerja atau performance di perbankan karena GCG
merupakan landasan bagi proses penyelenggaraan perusahaan. GCG
sangat diperlukan untuk penyelenggaraan suatu Bank yang harus
mempertanggungjawabkan tindakan dan pekerjaannya kepada publik dan
perusahaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance juga penting
bagi perusahaan-perusahaan keuangan lainnya seperti agen kredit, sekuritas,
dan asuransi. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut lebih banyak
berinteraksi langsung dengan pelayanan terhadap konsumen mereka, sehingga
sangat diperlukan suatu tata kelola perusahaan yang baik untuk tetap
mempertahankan konsumen mereka. Bagi perusahaan asuransi, saat ini telah
memasuki era baru dengan diperkenalkannya Pedoman Good Corporate
Governance Sektor Perasuransian yang dikeluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) bekerjasama dengan Indonesian Senior
Executive Association (ISEA). Penerbitan pedoman ini, yang nantinya akan
ditindaklanjuti oleh regulator, menjadikan perusahaan asuransi perlu
memastikan bahwa proses bisnis yang dilakukan telah berdasarkan pada
ketentuan ini.
Pedoman Good Corporate Governance perasuransian yang telah
diterbitkan merupakan langkah awal yang patut dihargai dan memerlukan
penjabaran dalam implementasinya. Jika ternyata pada awalnya perusahaan
asuransi tersebut belum terkelola dengan baik, maka dengan adanya Good
Corporate Governance akan menunjukkan adanya perubahan. Diharapkan
pula suatu saat nanti penerapan Good Corporate Governance bisa dijadikan
salah satu faktor dalam menilai peringkat (rating) perusahaan asuransi serta
menjadi bahan pertimbangan bagi calon pemegang polis dalam memilih suatu
perusahaan asuransi (Astanti, 2007).
Perusahaan-perusahaan keuangan dituntut untuk dapat
menyalurkan dana dari konsumen yang kelebihan dana kepada konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang membutuhkan dana secara efektif dan efisien. Efektif lebih memiliki
arti sebagai ketepatan pemberian pembiayaan kepada pihak yang
membutuhkan, sedangkan efisien lebih memiliki arti kesesuaian hasil
antara input yang digunakan dan output yang dihasilkan. (Atmawardhana,
2006).
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara
teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja
sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal
dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada
saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi
bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input
yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat
output tertentu. Dengan diidetifikasikannya alokasi input dan output, dapat
dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter
kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban
atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja
perbankan. Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan
kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari
sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri perbankan adalah industri
yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus
menjadi ukuran kinerja dunia perbankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Bank harus menerapkan GCG secara serius dan efektif untuk
berkembang dan maju. Pedoman GCG Perbankan Indonesia menyatakan
bahwa untuk terciptanya kondisi yang mendukung implementasi GCG
yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintah
dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang-undangan yang
memungkinkan dilaksanakannya GCG secara efektif. Selain itu,
pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan
bahwa law enforcement dilakukan secara serius.
Untuk mencapai good corporate governance dibutuhkan suatu
mekanisme cara kerja secara tersistem untuk memantau terhadap seluruh
kebijakan yang diambil. Mekanisme corporate governance merupakan
suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang
mengambil keputusan dengan baik yang melakukan control atau
pengawasan terhadap keputusan tersebut (Arifin, 2005).
Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen.
Mengawasi berarti melihat dan memperhatikan apakah yang dilaksanakan
(kenyataan) sesuai dengan yang seharusnya dilaksanakan (rencana).
Mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua
kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal mechanism
adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan
struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham,
komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan
dengan board of director. Sedangkan external mechanism adalah cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme
internal, seperti pengendalian perusahaan dan mekanisme pasar (Iskandar
dan Chamlao, 2000).
Penelitian tentang good corporate governance telah banyak
dilakukan. Destefanis dan Sena (1997) menganalisis hubungan antara
sistem corporate governance (CG) dengan efisiensi teknikal pada
perusahaan manufaktur Italia. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase
kepemilikan saham terbesar serta fakta perusahaan termasuk grup piramid
berhubungan positif terhadap efisiensi teknikal.
Lin, et.al. (2002) meneliti 461 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di China tahun 1999-2002. Mereka menguji apakah corporate
governance mempengaruhi efisiensi perusahaan, dimana efisiesi
perusahaan dihitung menggunakan DEA. Hasilnya menunjukkan bahwa
efisiensi berhubungan negatif terhadap kepemilikan saham negara, tetapi
hubungan positif terhadap kepemilikan saham publik dan karyawan,
proporsi direksi luar, jumlah rapat dewan, dewan independen,
pengembangan pasar provinsi, serta restrukturisasi BUMN dengan CG.
Ying Huang, et.al. (2004) menggunakan sampel perusahaan
asuransi di U.S tahun 2000-2004 untuk menguji hubungan antara CG
dengan efisiensi kinerja. Hasilnya yaitu jumlah rapat dewan, proporsi
auditor independen, kompensasi komite independen berhubungan positif
terhadap efisiensi alokasi dan biaya. Dewan independen berhubungan
positif terhadap efisiensi biaya tetapi negatif terhadap efisiensi teknikal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pembedaan komisaris dengan CEO memiliki hubungan negatif dengan
efisiensi alokasi dan biaya.
Sukamulja (2004) meneliti dampak good corporate governance
terhadap kinerja. Hasil penelitian ini menunjukan pelaksanaan good
corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja yang tercermin
dari nilai pasar perusahaan dilihat dari segi profitabilitas, umur perusahaan
dan ukuran perusahaan. Meskipun demikian, penelitian sebelumnya
menemukan perbedaan dalam praktik tata kelola perusahaan di berbagai
industri, khususnya di pasar negara berkembang.
Lehmann, et.al. (2004) menguji 361 perusahaan yang terdaftar di
Jerman dari tahun 1991-1996. Mereka bertujuan untuk menggabungkan
hubungan antara struktur governance dan efisiensi perusahan pada
profitabilitas perusahaan (ROA). Hasilnya menunjukkan bahwa skor
efisiensi sangat signifikan untuk menjelaskan perbedaan profitabilitas
antar perusahaan.
Darmawati, dkk (2005) meneliti hubungan antara corporate
governance dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel corporate governance secara statistik signifikan
mempengaruhi ROE namun tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Cheng Hsu, et.al. (2006) menguji pengaruh CG terhadap efektifitas
manajemen dengan menggunakan metode SEM, dan untuk menghitung
efisiensi manajemen digunakan metode DEA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (proporsi kepemilikan saham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
direksi dan komisaris, proporsi kepemilikan saham institusi, proporsi
kepemilikan saham manajer, proporsi saham kolateral dimiliki oleh direksi
dan komisaris) dan struktur dewan komisaris (komisaris sama dengan
CEO, ukuran dewan direksi, proporsi direksi dan komisaris independen,
proporsi gaji dan kompensasi direksi dan komisaris) sebagai indikator CG
berpengaruh signifikan pada efisiensi manajemen.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul : “Mekanisme
Corporate Governance, Efisiensi Manajemen, Dan Kinerja Perusahaan
Publik Di Indonesia.”
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang
diangkat pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan, dalam hal ini proporsi
kepemilikan saham manajer dan komisaris, proporsi kepemilikan
saham institusional, terhadap efisiensi manajemen dan kinerja
keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan
asuransi)?
2. Bagaimana pengaruh struktur dewan komisaris, dalam hal ini
pembedaan CEO dengan komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi
komisaris independen, proporsi gaji dan kompensasi direktur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
komisaris, terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?
3. Bagaimana pengaruh karakteristik komite audit, dalam hal ini proporsi
anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, jumlah rapat komite
audit, terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan perusahaan
publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?
4. Bagaimana pengaruh efisiensi manajemen dengan kinerja keuangan
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bukti empiris adanya pengaruh antara struktur
kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit,
efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik
(perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
2. Penggunaan metode DEA untuk mengukur efisiensi manajemen.
3. Penggunaan metode analisis SEM untuk menguji pengaruh antara
struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite
audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik
(perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan
perbankan, asuransi, dan jasa keuangan yang terdaftar di BEI dalam
menyikapi fenomena yang terjadi terkait good corporate governance
serta pengaruhnya terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan
perusahaan.
2. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang akuntansi
keuangan khususnya tentang good corporate governance, efisiensi
manajemen, dan kinerja keuangan.
3. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan
dan praktisi penyelenggara perusahaan untuk memahami mekanisme
good corporate governance serta efisiensi manajemen, sehingga dapat
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
4. Sebagai referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang
akan meneliti pengaruh mekanisme good corporate governance
terhadap efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan di
masa mendatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
E. SISTEMATIKA PENELITIAN
Sistematika penelitian ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJUAN PUSTAKA
Berisi tinjauan pustaka yang memuat landasan teori yang terkait
dengan topik penelitian, beberapa penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran, dan pengembangan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel
dan teknik pengambilan sampel, pengukuran variabel, sumber data,
serta metode analisis data yang terdiri dari pengujian data dan
pengujian hipotesis.
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
Menguraikan hasil pengumpulan data, analisis variabel independen
dan variabel dependen, pengujian data, pengujian hipotesis, dan
pembahasan hasil analisis.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan keterbatasan
serta saran bagi penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam rangka memahami corporate governance maka
digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak
antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik
kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak
tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya
keagenan (agency cost).
Penyebab timbulnya manajemen laba akan dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab
secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal)
dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian
terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002).
Eisenhardt (1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia
guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu: (1) manusia pada umum nya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan
bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan
kepentingan pribadinya (Haris, 2004).
Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan
lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di
masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh
karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh
manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan
keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi
para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002).
Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu
munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information
asymmetry). Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent)
dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer
untuk melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan. Penelitian Richardson (1998) menunjukkan adanya hubungan
positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate
governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin
bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan
ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.
Selain itu Corporate Governance juga berkaitan dengan bagaimana
para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).
Dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan akan dapat
berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
2. Good Corporate Governance (GCG)
2.1. Definisi Good Corporate Governance
Menurut Tangkilisan (2003), GCG adalah sistem dan struktur
untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai
pemegang saham serta mengalokasi berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) seperti kreditor,
supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan
masyarakat luas.
World Bank mendefinisikan GCG sebagai kumpulan hukum,
peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan
bagi stakeholder dan shareholder maupun masyarakat sekitar secara
keseluruhan. Sedangkan menurut United Nation Development
Program (UNDP), GCG adalah kerangka, struktur, pola, dan sistem
yang menjelaskan, mengarahkan dan mengendalikan hubungan antara
shareholders, manajemen, kreditor, pemerintah dan stakeholders
lainnya dalam hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak tersebut.
Dan IIGC mendefinisikan CG sebagai proses dan struktur yang
diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama
meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. (www.nccg-
indonesia.org, 2007).
GCG dalam terjemahannya sering disebut “tata kelola
korporasi yang baik”, dijabarkan secara longgar sebagai suatu pola
hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan
dan rapat umum pemegang saham guna memberikan nilai tambah
secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang
saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. GCG
dapat disimpulkan menjadi, pertama, suatu struktur yang mengatur
pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, dewan
direksi, pemegang saham dan stakeholder lainnya. Kedua, suatu sistem
pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perusahaan yang dapat membatasi peluang pengelolaan yang salah dan
peluang penyalahan penggunaan aset perusahaan. Ketiga, suatu proses
yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan
pengukuran kinerjanya.
2.2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
a. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Menurut Syakhroza (2005), transparansi adalah pengungkapan
informasi penting bagi semua pihak berkepentingan agar mengetahui
dengan pasti apa yang telah dan bisa terjadi. Inti dari transparansi
yaitu:
1. Meningkatkan keterbukaan dari kinerja perusahaan secara teratur
dan tepat waktu serta benar.
2. Perusahaan harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.
3. Informasi yang harus diungkapkan tidak terbatas pada hal-hal yang
bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang
saham, pengendalian intern, sistem dan pelaksanaan GCG serta
kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
Menurut Komisi nasional Hak Asasi Manusia (2000),
transparansi berkaitan dengan keterbukaan yang menyangkut kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
keuangan dan pengelolaan perusahaan yang ditujukan kepada lembaga
yang berwenang dan publik.
b. Accountable (Akuntabilitas)
Inti dari akuntabilitas yaitu terciptanya sistem pengendalian
yang efektif didasarkan atas distribusi dan keseimbangan kekuasaan
diantara anggota direksi, pemegang saham, komisaris dan pengawas.
Manajemen wajib memiliki kemampuan dan integrasi untuk
menjalankan usaha sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku
(Tangkilisan, 2003).
c. Responsible (Tanggungjawab)
Menurut Tangkilisan (2003) inti dari tanggung jawab atau
responsibilitas yaitu selain bertanggungjawab untuk menjalankan
perusahaan kepada pemegang saham, direksi dan komisaris serta
jajarannya juga bertanggung jawab kepada stakeholder lainnya,
termasuk karyawan dan masyarakat. Perusahaan memiliki
tanggungjawab untuk mematuhi hukum dan ketentuan yang berlaku,
termasuk tanggap lingkungan dimana perusahaan berada. Menurut
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (2000), responsibilitas berkaitan
dengan ketaatan suatu perusahaan dalam melaksanakan peraturan dan
Undang-Undang yang berlaku.
d. Independent (Kemandirian)
Tangkilisan (2003), mendefinisikan independent sebagai suatu
keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional diantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berbagai benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Berkaitan dengan aspek
kemandirian, manajemen suatu perusahaan memiliki pendapat yang
independen dalam setiap keputusan yang diambil. Selain itu,
dimungkinkan pula untuk memperoleh saran dari konsultan
independen, konsultan legal dan komite audit untuk menunjang
kelancaran tugas manajemen Bank.
e. Fairness (Keadilan dan Kewajaran)
Menurut komisi nasional Hak Asasi Manusia (2000),
kewajaran berkaitan dengan keadilan bagi semua kepentingan
shareholder dan semua transakasi yang berhubungan dengan
stakeholder. Menurut Syafruddin (2004), fungsi dari GCG yaitu:
1. Menyediakan pedoman kerja untuk menetapkan tujuan, sasaran
perusahaan, cara-cara untuk mencapainya, maupun pengukuran
keberhasilannya.
2. Menyediakan sistem insentif untuk dewan direksi dan manajemen
dalam pencapaian tujuan sesuai dengan kinerja perusahaan dan
kepentingan pemegang saham.
3. Memfasilitasi pengawasan yang efektif dan mendukung
perusahaan untuk menggunakan sumberdayanya secara efisien.
4. Memperhatikan kepentingan stakeholders melalui disclosure
informasi yang relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2.3. Tujuan dan Manfaat GCG bagi Perusahaan
Menurut Syafruddin (2004), tujuan dan manfaat dari GCG
yaitu:
a. Tujuan GCG bagi perusahaan yaitu:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non
pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dan manajemen
perusahaan.
5. Meningkatkan mutu hubungan dewan direksi dengan
manajemen senior.
b. Manfaat GCG bagi perusahaan yaitu:
1. Perbaikan dalam komunikasi.
2. Minimalisasi potensial benturan.
3. Fokus pada strategi-strategi utama.
4. Peningkatan dalam produktifitas dan efisiensi.
5. Kesinambungan manfaat.
6. Promosi citra corporate.
7. Peningkatan kepuasan pelanggan.
8. Perolehan kepercayaan investor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2.4. Penerapan Good Corporate Governance
Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat
tersendiri. Ada dua faktor yang memegang peranan, yakni faktor
eksternal dan internal.
1. Faktor Eksternal
Yang dimaksud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang
berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan
penerapan GCG.
Diantaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin
berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga
pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan good
governance dan clean governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices)
yang dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan
professional. Dengan kata lain semacam brenchmark (acuan).
d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan
GCG di masyarakat. Ini penting karena melalui sistem ini
diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat
untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat
keberhasilan implementasi GCG terutama di Indonesia adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan
publik dimana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah
kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat
dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat
mempengaruhi kualitas dan rating perusahaan dalam
implementasi GCG.
2. Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan
pelaksanan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan.
Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang
mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja
manajemen di perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan
mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada
kaidah-kaidah standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam
perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang
mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu
memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam
perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mengikuti setiap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
Berdasarkan Bassle Committee on Banking Supervision, 1999
(Oktapiyani, 2009) menerangkan bahwa setidaknya terdapat tujuh
standar yang harus digunakan dalam menerapkan GCG secara efektif
pada industry perbankan, antara lain:
1. Bank harus menerapkan sasaran strategis dan serangkaian nilai
perusahaan yang dikomunikasikan ke setiap jenjang jabatan pada
organisasi.
2. Bank harus menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang
jelas pada setiap jenjang jabatan pada organisasi.
3. Bank harus memastikan bahwa pengurus bank memiliki
kompetensi yang memadai dan integritas yang tinggi. Serta
memahami peranannya dalam mengelola bank yang sehat, dan
independen terhadap pengaruh pihak eksternal.
4. Bank harus memastikan keberadaan pengawasan yang tepat oleh
direksi.
5. Bank harus mengoptimalkan efektifitas peranan fungsi auditor
eksternal dan satuan kerja audit intern.
6. Bank harus memastikan bahwa kebijakan ramunerasi telah
konsisten dengan nilai etik, sasaran, strategi, dan lingkungan
pengendalian bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
7. Bank harus menerapkan praktek-praktek transparansi kondisi
keuangan dan non keuangan kepada publik.
2.5. Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem
untuk memenuhi persyaratan tertentu. Mekanisme corporate
governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan
yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang
melakukan kontrol/ pengawasan terhadap keputusan tersebut.
Mekanisme corporate governance diarahkan untuk menjamin dan
mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi
(Arifin, 2005). Untuk meminimalkan konflik kepentingan antara
principal dan agent akibat adanya pemisahan pengelolaan perusahaan,
diperlukan suatu cara efektif untuk mengatasi masalah
ketidakselarasan kepentingan tersebut. Menurut Boediono (2005),
mekanisme corporate governance merupakan suatu sistem yang
mampu mengendalikan dan mengarahkan kegiatan operasional
perusahaan serta pihak-pihak yang terlibat didalamnya, sehingga dapat
digunakan untuk menekan terjadinya masalah keagenan.
Dalam paper Bassel Committee on Banking Supervision-
Federal Reserve, telah menyoroti fakta bahwa strategi dan teknik yang
didasarkan pada prinsip-prinsip OECD (Brigham dan Erhardt, 2005),
yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata kelola perusahaan
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a. Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan perilaku lain yang sesuai
standar dan sistem yang digunakan untuk memastikan kepatuhan
mereka.
b. Pembentukan mekanisme untuk interaksi dan kerjasama di antara
dewan direksi, manajemen senior, dan para auditor.
c. Sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi-fungsi
audit internal dan eksternal, manajemen risiko fungsi independen
dari lini bisnis, dan check and balance lainnya.
Penelitian Ying Huang, et.al. (2004) mengkaji mekanisme
good corporate governance terhadap efisiensi kinerja perusahaan.
Mekanisme GCG terdiri dari jumlah rapat dewan, proporsi auditor
independen, kompensasi komite independen, dewan independen,
pembedaan komisaris dengan CEO, jumlah rapat komite audit, ahli
keuangan dalam komite audit. Zulkafli dan Samad (2007) membagi
mekanisme GCG menjadi ukuran dewan direksi, ukuran dewan
komisaris, komisaris independen, rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio), serta pengungkapan yang dilakukan oleh Auditor
Eksternal Big 4.
Cheng Hsu, et.al. (2006) menguji pengaruh CG terhadap
efektifitas manajemen dengan menggunakan metode SEM, dan untuk
menghitung efisiensi manajemen digunakan metode DEA. Variabel
CG yang digunakan diantaranya proporsi kepemilikan saham direksi
dan komisaris, proporsi kepemilikan saham institusi, proporsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kepemilikan saham manajer, proporsi saham kolateral dimiliki oleh
direksi dan komisaris, komisaris sama dengan CEO, ukuran dewan
direksi, proporsi direksi dan komisaris independen, proporsi gaji dan
kompensasi direksi dan komisaris. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa struktur kepemilikan dan struktur dewan komisaris (indikator
CG) berpengaruh signifikan pada efisiensi manajemen.
Dalam penelitian ini lebih banyak mengkaji secara mendalam
mekanisme corporate governance yang dilakukan oleh Cheng Hsu,
et.al (2006) serta menambahkan beberapa variabel dari penelitian Ying
Huang dan Zulkafli. Mekanisme GCG sendiri dapat dikelompokkan
menjadi struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik
komite audit. Sehingga variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini
diantaranya struktur kepemilikan (proporsi kepemilikan saham
manajer dan komisaris, proporsi kepemilikan saham institusional),
struktur dewan komisaris (pembedaan CEO dengan komisaris, ukuran
dewan komisaris, proporsi komisaris independen, proporsi gaji dan
kompensasi direktur dan komisaris), dan karakteristik komite audit
(proporsi anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, jumlah
rapat komite audit).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1. Struktur Kepemilikan
a. Proporsi Kepemilikan Saham Manajer dan Komisaris
Yaitu kepemilikan saham yang dimiliki manajer, direksi,
komisaris yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Kepemilikan
manajerial merupakan salah satu isu penting dalam teori
keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling
(1976) yang menyatakan bahwa dengan semakin besarnya
proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka
manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi
kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri.
Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase kepemilikan
saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi
tindakan manajemen laba (Boediono, 2005) .
b. Proporsi Kepemilikan Saham Institusional
Yaitu kepemilikan saham yang dimiliki institusional dan
blockholders. Institusional yang dimaksud misalnya LSM,
pemerintah maupun swasta, perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain dalam
bentuk perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja insider. Sedangkan yang
dimaksud dengan blockholders adalah kepemilikan individu
atas nama perorangan diatas 5% tetapi tidak termasuk dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kepemilikan insider (Oktapiyani, 2009). Institusi sebagai
pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi
kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi
lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual.
Dengan demikian akan membatasi manajemen dalam
memainkan angka-angka dalam laporan keuangan yang dapat
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Persentase
saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi
proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup
kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak
manajemen (Boediono, 2005).
2. Struktur Dewan Komisaris
a. Pembedaan CEO dengan Komisaris (Variabel Dummy)
Chief Executive Officer (CEO) cenderung menjadi orang
dengan kekuatan lebih dan paling berpengaruh dalam
perusahaan, dan ada minat dalam peran CEO dalam proses tata
kelola perusahaan. Dewan kepemimpinan dapat dicirikan oleh
peran ganda dari CEO dan komisaris. Dualitas CEO/Komisaris
berkonsentrasi kekuasaan di posisi CEO, berpotensi
memungkinkan manajemen yang lebih bijaksana. Hermalin dan
Weisbach (1991) dan Diacon dan O'Sullivan (1995)
menemukan bukti yang mendukung bahwa dualitas CEO dapat
mengkonsolidasikan keputusan manajemen dan proses kontrol,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dan juga kinerja perusahaan. Boyd (1995) dan Brickley, dkk.
(1997) memberikan bukti yang menunjukkan bahwa kinerja
operasi dapat ditingkatkan sebagai hasil dari kepentingan
antara dewan direksi dan CEO. Dalam penelitian ini, apabila
CEO sama dengan komisaris maka akan bernilai 1, begitu pula
sebaliknya akan diberi nilai 0.
b. Ukuran Dewan Komisaris
Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner,
et.al (2003) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa
ukuran komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate
governance. Hal ini didukung oleh penelitian Yermack (1996),
Beaslley (1996) dan Jensen (1993) yang menyimpulkan bahwa
ukuran dewan komisaris yang kecil akan lebih efektif
dibandingkan dewan komisaris yang berukuran besar karena
dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya, sulit
berkomunikasi dalam pembuatan keputusan.
c. Proporsi Komisaris Independen
Secara umum dewan komisaris ditugaskan untuk melakukan
pengawasan terhadap kualitas informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya
kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba
yang berdampak pada penurunan kepercayaan investor.
Menurut Fama dan Jensen (1983) komisaris independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang memiliki good
corporate governance.
d. Proporsi Gaji dan Kompensasi Direktur dan Komisaris
Adalah mekanisme governansi yang menyatukan kepentingan
manajer dan pemilik melalui gaji, bonus, kompensasi insentif
jangka panjang. Selanjutnya, pemilikan saham (kompensasi
insentif jangka panjang) membuat manajer lebih rentan
terhadap perubahan pasar yang sebagian di luar jangkauan
mereka. Sistem insentif tidak menjamin bahwa manajer
membuat keputusan yang “benar”, tetapi meningkatkan
kemungkinan manajer akan melakukan untuk sebuah
penghargaan.
3. Karakteristik Komite Audit
a. Proporsi Anggota Komite Audit dengan Keahlian Akuntansi
Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris independen dan
komisaris terafiliasi. Salah satu anggota dewan komisaris
independen harus mempunyai keahlian di bidang akuntansi
atau keuangan. Bidang keahlian yang berpengaruh terhadap
keefektifan proses pengawasan adalah keahlian di bidang
akuntansi atau keuangan. Komisaris independen dengan
keahlian di bidang akuntansi atau keuangan juga dapat
merangkap menjadi bagian dari anggota komite audit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
perusahaan. Kompetensi merupakan proporsi anggota
komisaris independen yang mempunyai keahlian di bidang
akuntansi atau keuangan terhadap total anggota dewan
komisaris (Johari, et.al., 2008, Hasim, 2009).
b. Jumlah Rapat Komite Audit
Komite audit terbaik dapat menjamin kualitas laporan
keuangan dengan memiliki minimal 4 kali pertemuan dalam
setahun (Morrissey, 2000). Jika frekuensi pertemuan komite
dapat meningkatkan proses akuntansi keuangan, kami menduga
hubungan positif antara atribut-atribut ini dan efisiensi kinerja
perusahaan.
3. Efisiensi Manajemen
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran
(output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu
input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi
apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan
lain untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit
input yang sama, dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar.
(Permono dan Darmawan, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila:
1. Menggunakan jumlah input yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan jumlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain
dengan menghasilkan output yang sama.
2. Menggunakan jumlah unit input yang sama dapat menghasilkan
jumlah output yang lebih besar (Muharram dan Purvitasari, 2000).
Efisiensi dapat didefinisikan sebagai rasio antara output dengan
input (Verdyana, 1997). Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi,
yaitu apabila dengan input yang sama menghasilkan output yang lebih
besar, dengan input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama
dan dengan input yang besar menghasilkan output yang lebih besar.
Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu
efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi (Ghafur, 2007). Efisiensi
ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai
jangkauan lebih luas dibandingkan dengan efisiensi teknik yang
bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik cenderung
terbatas pada hubungan teknis dan operasional proses konversi input
menjadi output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis
hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu
dengan pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal.
Menurut Muharram dan Purvitasari (2007), pengukuran
efisiensi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1. Pendekatan rasio
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan
cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.
Pendekatan rasio akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila
dapat memproduksi jumlah output yang maksimal dengan input yang
seminimal mungkin.
Chu-Fen Li (2007) melihat pendekatan rasio sebagai ”the most
critical limitation of the financial ratio is that they fail to consider the
multiple input-output...” Oleh karena itu pendekatan ini belum mampu
menilai kinerja lembaga keuangan secara menyeluruh.
2. Pendekatan regresi
Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan
sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai
tingkat input tertentu. Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (X1 ,X2 , X3 , X4 ,......................X n)
Dimana Y = output, X = input
Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak
output, karena hanya satu indikator output yang dapat ditampung
dalam sebuah persamaan regresi.
3. Pendekatan frontier
Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu pendekatan frontier parametrik dan non
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
parametrik. Pendekatan parametrik dapat diukur dengan tes statistik
parametrik seperti menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA)
dan Distribution Free Approach (DFA). Pendekatan frontier non
parametrik diukur dengan tes statistik non parametrik yaitu dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Dalam
penelitian ini efisiensi manajemen akan diukur dengan menggunakan
metode DEA (Data Envelopment Analysis).
Menurut Hadad, dkk. (2003), konsep-konsep yang digunakan
dalam menjelaskan hubungan input output dalam tingkah laku institusi
keuangan pada metode parametrik maupun non parametrik adalah, (1).
Pendekatan produksi (the production approach), (2). Pendekatan
intermediasi (the intermediation approach), dan (3). Pendekatan asset
(the asset approach). Pendekatan produksi melihat lembaga keuangan
sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan usaha dalam
menghasilkan keuntungan berupa pinjaman kepada nasabah.
Sedangkan dalam pendekatan intermediasi, lembaga keuangan
ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan
transformasi bentuk dana yang dihimpun kedalam berbagai bentuk
pinjaman. Sedangkan pendekatan asset menurut Muharram dan
Purvitasari (2007), pendekatan ini mencerminkan fungsi primer
sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans).
Dalam pendekatan ini output benar-benar didefinisikan kedalam
bentuk aset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Menurut penelitian Ying Huang, et.al. (2004), ada tiga
pendekatan konsep dasar model efisiensi, yaitu efisiensi teknis
(technical efficiency), efisiensi biaya (price efficiency), dan efisiensi
alokatif (allocative efficiency). Efisiensi teknis merupakan proses
pengubahan input menjadi output. Konsep ini hanya berlaku pada
hubungan internal yang bersifat teknis antara input dengan output.
Pengukuran efisiensi juga dapat dinilai dengan menggunakan
informasi harga atau biaya input dan/atau output (efisiensi biaya).
Efisiensi alokatif dikaitkan dengan bagaimana mengkombinasikan
berbagai macam input agar mampu menghasilkan berbagai output
yang maksimal. Jika terdapat lebih dari satu input dan/atau output,
manajemen akan tertarik menggunakan bauran input yang sesuai
untuk melayani pasien sehingga organisasi dapat menjadi efisien.
Dalam penelitiannya, mereka meneliti perusahaan asuransi
menggunakan input berupa biaya tenaga kerja, pelayanan bisnis, dan
ekuitas. Sedangkan outputnya adalah (i) jumlah manfaat yang terjadi
dan penambahan cadangan untuk asuransi jiwa individu dan anuitas,
(ii) jumlah manfaat yang terjadi dan penambahan cadangan untuk
kehidupan kelompok asuransi dan anuitas (iii) jumlah manfaat yang
terjadi dan penambahan cadangan untuk asuransi kecelakaan dan
kesehatan.
Lestari (2001) yang meneliti tentang efisiensi teknik
perbankan di Indonesia dan membandingkannya sebelum dan selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
krisis berlangsung (1995-1999). Penelitian ini menggunakan 30
sampel bank yang mewakili lima kelompok bank yang ada di
Indonesia mulai tahun 1995-1999. Input yang digunakan adalah
tenaga kerja, modal dan biaya operasional. Sedangkan outputnya
adalah nilai kredit dan nilai deposito berjangka masing-masing bank.
Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara
umum perbankan di Indonesia mengalami penurunan efisiensi selama
krisis, dengan perhitungan DEA menunjukkan bank asing pada masa
krisis ekonomi justru mengalami kenaikkan efisiensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Yudistira (2003) adalah
mengetahui tingkat efisiensi pada bank Islam dengan melakukan
analisis empirik terhadap 18 bank berbeda yang tersebar di seluruh
dunia. Penelitian ini menggunakan tiga buah input yaitu biaya tenaga
kerja, aset tetap, dan total simpanan, serta tiga buah output yaitu total
kredit, pendapatan operasional lain, dan aset likuid. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa tingkat inefisiensi pada bank islam tergolong
rendah yaitu sekitar 10 persen jika dibandingkan dengan bank-bank
konvensional. Pada tahun 1998-1999 kinerja bank Islam terkena
imbas krisis global tetapi kemudian setelah masa sulit tersebut kinerja
bank Islam berjalan sangat baik.
Penelitian Radam et.al, (2002) mengkaji tingkat efisiensi dan
produktifitas dari bank komersial di Indonesia periode 1991-1999.
Dengan menggunakan Data Envelopment Analysis serta Malmquist
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Productivity Index. Data input yang digunakan adalah biaya tenaga
kerja, bunga yang diberikan, serta aset. Sedangkan data output yang
digunakan adalah deposito, total pinjaman, serta total pendapatan
bunga. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat efisiensi
serta produktivitas bank komersial di Indonesia bergerak pada garis
frontier selama periode tersebut, meskipun pada tahun 1997
mengalami penurunan, akan tetapi penurunan ini disebabkan dampak
krisis sektor keuangan serta perbankan. Berdasarkan hasil tingkat
efisiensi yang dicapai, disimpulkan juga bahwa variabel aset bank
merupakan faktor utama terjadinya inefisiensi. Sehingga bank-bank
tersebut perlu merubah atau memperbaiki manajemen asetnya.
Sufian (2007) mengukur tingkat efisiensi relatif antara bank
Islam asing dan bank Islam domestik di Malaysia dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total deposits, labour cost,
fixed assets sebagai varabel input dan total loans, income sebagai
variabel output. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa
perbankan Islam Malaysia mengalami penurunan tingkat efisiensi
pada periode 2002 dan kembali menjadi sedilkit lebih baik pada
periode 2003 dan 2004. Dan bank Islam domestik memiliki tingkat
efisiensi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan bank Islam asing.
Ansah-Adu, et.al. (2008) melakukan penilitian tentang
efisiensi biaya pada perusahaan asuransi di Ghana. Mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mengevaluasi efisiensi perusahaan menggunakan prosedur dua tahap
untuk memastikan apakah perusahaan asuransi merupakan biaya yang
efisien dan juga memeriksa faktor-faktor penentu efisiensi dari
perusahaan asuransi. Dengan menggunakan data 30 perusahaan
selama periode 2006-2008, penelitian ini mengevaluasi
skor efisiensi dengan menerapkan Data Envelopment Analysis (DEA)
yang memungkinkan masuknya beberapa input dan output dalam
produksi perbatasan. Input yang digunakan antara lain total capital,
total operating cost, dan total invesment. Sedangkan outputnya adalah
profit or loss, net premium, dan investment income.
Hasil empiris penelitian ini di tahap pertama menunjukkan
nilai efisiensi yang lebih tinggi, rata-rata untuk bisnis asuransi jiwa
dibandingkan perusahaan asuransi non-jiwa. Pada tahap kedua,
diamati bahwa drive untuk pangsa pasar, ukuran perusahaan dan rasio
ekuitas terhadap total aset yang diinvestasikan adalah determinan
penting dari efisiensi sebuah perusahaan asuransi.
4. Kinerja Keuangan
Performance atau kinerja merupakan suatu pola tindakan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diukur dengan mendasarkan
pada suatu perbandingan dengan berbagai standar. Kinerja adalah
pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk
mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Penilaian kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasionalperusahaan.
Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan
suatu metode atau pendekatan. Pengukuran kinerja perusahaan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran kinerja non keuangan (non
financial performance measurement dan pengukuran kinerja keuangan
(financial performance measurement). (Hiro, 2000). Informasi yang
digunakan dalam mengukur kinerja non keuangan adalah informasi yang
disajikan tidak dalam satuan uang atau rupiah (non financial information)
namun dengan satuan ukur non keuangan (Bugshan, 2005). Adapun
informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah
informasi keuangan (financial information), yaitu informasi akuntansi
manajemen dan informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak,
tingkat pengembalian investasi, dan sebagainya.
Penilaian kinerja bank sangat penting untuk setiap stakeholders
bank yaitu manajemen bank, nasabah, mitra bisnis dan pemerintah di
dalam pasar keuangan yang kompetitif. Bank yang dapat selalu menjaga
kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitasya yang tinggi dan
mampu membagikan deviden dengan baik serta prospek usahanya dapat
selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking
regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai sahamnya dan
jumlah dana pihak ketiga akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah
dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan
masyarakat kepada bank yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif
antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur
dengan return on assets (ROA) dan Tobin’s Q. Penemuan penting lainnya
adalah bahwa penerapan corporate governance di tingkat perusahaan lebih
memiliki arti dalam negara berkembang dibandingkan dalam negara maju.
Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan yang menerapkan corporate
governance yang baik akan memperoleh manfaat yang lebih besar di
negara-negara yang lingkungan hukumnya buruk.
Lastanti (2004) meneliti hubungan struktur corporate governance
dengan kinerja perusahaan dan reaksi pasar. Struktur corporate
governance diukur dengan komposisi Dewan Komisaris independen,
struktur kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan institusional.
Sedangkan reaksi pasar diproksi dengan nilai perusahaan (diukur dengan
Tobin’s Q) dan kinerja perusahaan (diukur dengan ROA dan ROE). Hasil
penelitian menunjukan terdapat hubungan positif yang signifikan antara
independensi Dewan Komisaris dengan Tobin’s Q. Sementara variabel
yang lain tidak berpengaruh secara signifikan, baik terhadap nilai
perusahaan maupun kinerja perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rosyana (1997) terhadap
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode 1990-
1993 dengan indikator EVA, MVA dan ROA untuk mengukur kinerja
saham menunjukan bahwa EVA belum banyak digunakan oleh para
investor baik domestik ataupun asing. Hasil korelasi antara EVA dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
MVA pada perusahaan-perusahaan yang listed di BEJ tidak menunjukan
korelasi yang signifikan. Penelitian ini menyebutkan bahwa di Indonesia
indikator ROA merupakan pengukuran umum terhadap kinerja
perusahaan. Hal ini disebakan belum efisiennya pasar modal Indonesia,
para investor belum sepenuhnya menggunakan informasi yang tersedia
untuk menganalisis saham, sehingga harga saham yang terjadi belum
mencerminkan informasi yang ada.
Faccio dan Ameziane (1999) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa kepemilikan manajerial dan struktur dewan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan yang diukur menggunakan return on equity (ROE).
Kang dan Asghar (2000) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa
terdapat hubungan secara signifikan antara struktur kepemimpinan dewan
dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on investment
(ROI).
Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur rasio ROA dan ROE
sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan perusahaan. ROA digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
operasi dengan total aktiva yang ada. Copeland dan Weston, 1994
menyatakan bahwa ROA mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumber dayanya. Tinggi rendahnya ROA
mengindikasikan seberapa besar efisinsi penggunaan modal dan turun naik
pendapatan. ROE menunjukkan kemampuan modal yang ditanamkan oleh
pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. PERUMUSAN HIPOTESIS
Lemahnya pengawasan yang independen dan terlalu besarnya
kekuasaan eksekutif telah menjadi sebagian dari penyebab tumbangnya
perusahaan-perusahaan dunia seperti Enron Corp., World.Com, dan lain-
lain. Sebab itu, lemahnya pengawasan terhadap manajemen juga
diindikasikan sebagai salah satu penyebab krisis finansial di Asia,
termasuk Indonesia yang diharapkan akan menjadi penggerak GCG telah
menjadi bagian dari reformasi kehidupan bisnis di Indonesia pasca krisis
(Alijoyo dan Zaini, 2004).
Harapan dari penerapan sistem good corporate governance adalah
tercapainya nilai perusahaan (Tumirin, 2007). Dengan adanya salah satu
mekanisme good corporate governance ini diharapkan monitoring
terhadap manajer perusahaan dapat lebih efektif sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan.
Hastuti (2005) meneliti hubungan antara GCG dan struktur
kepemilikan dengan kinerja keuangan. Hasil penelitian menunjukan (1)
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan
dengan kinerja perusahan, (2) tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara manajemen laba dengan kinerja keuangan, (3) terdapat hubungan
yang signifikan antara disclosure dengan kinerja perusahaan.
Mohammed Belkhir (2005) dari UAE University memeriksa
hubungan antara ukuran dewan komisaris dengan kinerja perbankan.
Dimana kinerja bank diproksikan dengan Tobins’Q dan ROA. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol berupa Bank Size yang
diproksikan dengan logaritma matural dari total asset, CEO ownership,
serta CEO-chairman duality. Dari penelitian yang menggunakan metode
regresi ini, didapatkan suatu hasil yang mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan positif antara ukuran dewan komisaris dengan kinerja perbankan
dan lembaga keuangan lainnya.
Cai, et.al. (2001) menemukan hubungan yang berlawanan antara
kinerja saham dengan kepemilikan saham institusional. Perusahaan dengan
kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5 persen) mengindikasikan
kemampuannya dalam memonitor manajemen. Semakin besar
kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva
perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak
sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen.
Dewan komisaris yang ukurannya besar kurang efektif daripada dewan
komisaris yang ukurannya kecil. Faisal (2005) menyatakan jumlah dewan
komisaris yang kecil akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dari hasil
pengujian teori diatas, maka ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif
terhadap kinerja perusahaan
Barnhart dan Rosenstein (1998) melakukan penelitian mengenai
“Board Composition, Managerial Ownership and Firm Performance”,
yang membuktikan bahwa semakin tinggi perwakilan dari outsider
director (komisaris independen), maka semakin tinggi independensi dan
efektivitas corporate board sehingga dapat meningkatkan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
perusahaan. Hubungan antara komisaris independen dan kinerja perbankan
juga didukung oleh perspektif bahwa dengan adanya komisaris independen
diharapkan dapat memberikan fungsi pengawasan terhadap perusahaan
secara objektif dan independen, menjamin pengelolaan yang bersih dan
sehatnya operasi perusahaan sehingga dapat mendukung kinerja
perusahaan (Jones, 1979)
Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki
peranan penting dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu
aspek penting dalam pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi yang
antara lain dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya (reducing cost)
dalam proses produksi. Berger, et al. (1993), mengatakan jika terjadi
perubahanan struktur keuangan yang cepat maka penting
mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan. Bank yang lebih
efisien diharapkan akan mendapat keuntungan yang optimal, dana
pinjaman yang lebih banyak, dan kualitas servis yang lebih baik pada
nasabah.
Tingkat efisiensi yang dicapai merupakan cerminan dari kualitas
kinerja yang baik. Pada dasarnya pengukuran kinerja sebuah lembaga
keuangan hampir sama. Pengukuran efisiensi sebenarnya tidak akan
menghadapi kendala jika bank hanya memiliki satu input dan satu output
saja untuk proses produksinya, namun hal demikian jarang dijumpai
karena bank biasanya memerlukan multi input dan menghasilkan berbagai
output. Pengukuran efisiensi teknik yang menggunakan multi input dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
output diharapkan akan memberi nuansa baru pada pengukuran kinerja
perbankan dan dapat menjelaskan kinerja bank secara riil (Sutawijaya dan
Lestari, 2009).
Dari uraian dan penjelasan di atas, berikut ini hipotesis yang akan
diperkirakan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap efisiensi manajemen
perusahaan.
H2 : Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
H3 : Struktur dewan komisaris berpengaruh terhadap efisiensi
manajemen perusahaan.
H4 : Struktur dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
H5 : Karakteristik komite audit berpengaruh terhadap efisiensi
manajemen perusahaan.
H6 : Karakteristik komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
H7 : Efisiensi manajemen berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. KERANGKA KONSEPTUAL
Di bawah ini adalah kerangka mengenai hubungan antar masing-
masing variabel:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
ROE
Allocative
Efficiency
Technical
Efficiency
Proporsi Kepemilikan
Saham Manajer dan
Komisaris
Proporsi Kepemilikan
Saham Institusional
Apa CEO = Komisaris
Proporsi Gaji dan
Kompensasi Direktur
dan Komisaris
Ukuran Dewan Komisaris
Proporsi Komisaris
Independen
Proporsi Anggota Komite
Audit dengan Keahlian
Akuntansi
Jumlah Rapat Komite
Audit
Struktur
Kepemilikan
Kinerja
Keuangan
Efisiensi
Manajemen
Struktur
Dewan
Komisaris
Karakteristik
Komite
Audit
ROA
Cost
Efficiency
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. POPULASI DAN PROSEDUR PENENTUAN SAMPEL
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di bidang
perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun
2008-2010. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan kiteria-kriteria tertentu (purposive sampling), yaitu: (1)
Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun
2007 sehingga tersedia data yang lengkap, (2) Perusahaan yang memiliki
data kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit, (3)
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang
berakhir 31 Desember selama periode 2008-2010.
B. JENIS DAN SUMBER DATA
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan
data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan
dari tahun 2008-2010. Data sekunder diperoleh dari Pojok BEJ Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), dan situs Bursa Efek Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. DEFINISI DAN OPERASIONAL VARIABEL
Penelitian ini akan menguji variabel dependen/endogen (efisiensi
manajemen dan kinerja keuangan), dan variabel independen/eksogen
(struktur kepemilikan dan struktur dewan komisaris, dan karakteristik
komite audit).
a. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dalam hal ini dapat dijelaskan melalui
kepemilikan manajerial dan dewan komisaris, dan kepemilikan
institusional. Kepemilikan manajerial dan dewan komisaris adalah jumlah
kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham
perusahaan yang dikelola (Gideon, 2005). Indikator yang digunakan untuk
mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang
dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang
beredar. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh kepemilikan institusi
dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak
menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak
manajemen.
b. Struktur Dewan Komisaris
Struktur dewan komisaris dalam hal ini dapat dijelaskan melalui
pembedaan CEO dengan komisaris sebagai variabel dummy dimana
dimana nilai 1 untuk CEO sama dengan komisaris dan 0 untuk CEO
berbeda dari komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
independen, proporsi gaji dan kompensasi direktur dan komisaris yang
dapat diukur dengan cara membagi gaji dengan total aset perusahaan.
c. Karakteristik Komite Audit
Karakteristik Komite Audit dalam hal ini dapat dijelaskan melalui
proporsi anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, dan jumlah
rapat komite audit. Kualitas laporan keuangan dapat terjamin bila komite
audit setidaknya memiliki minimal 4 kali pertemuan dalam setahun
(Morrissey, 2000).
d. Efisiensi Manajemen
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output)
dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang
dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila
mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan
output yang sama, atau menggunakan unit input yang sama, dapat
menghasilkan jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan,
2000)
Efisiensi bank merupakan salah satu indikator penting untuk
menganalisa performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih
meningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Terdapat 3 pendekatan konsep
dasar model efisiensi menurut Ying Huang, et.al. (2004), yang juga akan
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1. Efisiensi teknis (technical efficiency)
Efisiensi teknis merupakan proses pengubahan input menjadi output.
Konsep ini hanya berlaku pada hubungan internal yang bersifat teknis
antara input dengan output.
2. Efisiensi biaya (price/cost efficiency)
Pengukuran efisiensi yang dinilai dengan menggunakan informasi
harga atau biaya input dan/atau output.
3. Efisiensi alokatif (allocative efficiency).
Efisiensi alokatif dikaitkan dengan bagaimana mengkombinasikan
berbagai macam input agar mampu menghasilkan berbagai output
yang maksimal.
Untuk mengukur tingkat efisiensi digunakan alat analisis DEA
(Data Envelopment Analysis) dengan bantuan software WDEA (Warwick
DEA). Setelah variabel input dan variabel output diolah dengan metode
DEA, maka akan diperoleh nilai efisiensi pada masing-masing bank
dengan kisaran nilai 0-100% dan jika pada bank menghasilkan nilai 100%
maka bank tersebut efisien. Namun, jika diperoleh nilai kurang dari 100%
maka bank tersebut mengalami inefisiensi serta dapat diketahui bank
tersebut mengalami inefisiensi pada variabel apa serta solusi untuk
mencapai kondisi efisien.
Dalam penelitian ini terdapat pembedaan input dan output yang
akan digunakan antara perusahaan perbankan, agen kredit, sekuritas,
dengan perusahaan asuransi. Dalam perusahaan perbankan, agen kredit,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sekuritas, digunakan input dan output sesuai penelitian dari Sufian (2007).
Inputnya yaitu:
1) total deposits
2) labour cost
3) fixed assets
sedangkan outputnya menggunakan:
1) total loans
2) income
Untuk perusahaan asuransi, digunakan input dan output sama
seperti penelitian Ansah-Adu, et.al. (2008). Inputnya yaitu
1) total capital
2) total operating cost
3) total investment
sedangkan outputnya adalah
1) profit or loss
2) net premium
3) investment income
Data Envelopment Analysis (DEA)
Metode ini adalah metode non parametrik. DEA mengasumsikan
bahwa tidak semua entitas adalah efisien. DEA mampu menganalisis lebih
dari satu input dan/atau output dengan menggunakan model program linier
yang menghasilkan nilai efisiensi tunggal untuk setiap penelitian. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
DEA merupakan metode pengukuran efisiensi yang digunakan dalam
penelitian ini, maka akan dibahas dalam sub bab tersendiri.
1). Konsep Data Envelopment Analysis (DEA)
Menurut Ramanathan (2003), DEA adalah teknik berbasis program
linier untuk mengukur efisiensi unit organisasi yang dinamakan Decision
Making Units (DMU). Sementara menurut Purwantoro (2006), DEA
merupakan suatu teknik pemrograman matematis yang digunakan untuk
mengevaluasi efisiensi relatif dari sebuah kumpulan unit-unit pembuat
keputusan (DMU) dalam mengelola sumber daya (input) sehingga menjadi
hasil (output) dimana hubungan bentuk fungsi dari input ke output tidak
diketahui. Thanassoulis (2002) mendefinisikan DEA sebagai suatu metode
yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi komparatif dari unit
operasi homogen seperti sekolah, rumah sakit, dan sebagainya. Menurut
Cooper et.al. (2002), DEA menggunakan teknis program matematis yang
dapat menangani variabel dan batasan yang banyak, dan tidak membatasi
input dan output yang akan dipilih karena teknis yang dipakai dapat
mengatasinya.
DMU adalah organisasi-organisasi atau entitas-entitas yang akan
diukur efisiensinya secara relatif terhadap sekelompok entitas lainnya yang
homogen. Homogen berarti input dan output dari DMU yang dievaluasi
harus sama/sejenis. DMU dapat berupa entitas komersial maupun publik,
seperti bank komersial atau pemerintah, sekolah swasta atau negeri, rumah
sakit, dan sebagainya. DEA ditemukan pertama kali oleh Farrell pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tahun 1957 dan dikembangkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes tahun
1978 yang dikenal dengan model CCR. Dalam model ini, suatu tingkat
efisiensi dihitung melalui rasio output terhadap input dengan
pembobotannya masing-masing. Untuk menentukan bobot tersebut
dilakukan dengan program linier. Program linier merupakan sebuah model
matematis yang mempunyai 2 komponen tujuan dan kendala. Fungsi
tujuan (objective function) terdiri dari variabel-variabel keputusan. Contoh
dari fungsi tujuan misalnya maksimasi laba atau minimasi biaya. Kendala
merupakan pembatasan atas pencapaian yang ingin dicapai yang
didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki.
2). Model DEA
Dalam perkembangannya, DEA mengalami modifikasi yang
pertama kali diperkenalkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper pada tahun
1984, sehingga modelnya dinamakan model BCC. Berbeda dengan model
CCR yang menggunakan asumsi constant return to scale (CRS), model
BCC menggunakan asumsi variable return to scale (VRS). Asumsi CRS
mensyaratkan suatu DMU mampu menambah atau mengurangi input dan
outputnya secara linier tanpa mengalami kenaikan atau penurunan nilai
efisiensi. Sedangkan asumsi VRS tidak mengharuskan perubahan input
dan output suatu DMU berlangsung secara linier, sehingga diperbolehkan
terjadinya kenaikan (increasing returns to scale/IRS) dan penurunan
(decreasing returns to scale/DRS) nilai efisiensi. Asumsi CRS cocok
digunakan ketika semua DMU bekerja pada kapasitas optimal (skala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
ekonomis). Namun, pada kenyataannya banyak kondisi yang
menyebabkan suatu produksi tidak bekerja optimal. Oleh karena itu,
model BCC lebih tepat digunakan dalam kondisi ini.
3). Formula DEA
Secara matematis, DEA dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan:
Em adalah efisiensi dari DMU ke m
yjm adalah output ke j dari DMU ke m
vjm adalah bobot dari output di atas
xim adalah input ke i dari DMU ke m
uim adalah bobot dari input di atas
yjn dan xin adalah output ke j dan input ke i, berturut-turut, dari DMU ke n,
n = 1,2, N
e. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan.
Variabel kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio ROA dan ROE.
1. ROA (Return On Assets)
2. ROE (Return On Equity)
D. METODE ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan model
Structural Equation Model (SEM) berbasis component atau variance-PLS.
Seperti dinyatakan oleh Wold (1985) dalam Ghozali (2008), Partial Least
Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerfull oleh karena tidak
didasarkan banyak asumsi. Data tidak harus berdasarkan normal
multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai
rasio dapat digunakan pada model yang sama, dan sampel tidak harus
besar). Selain PLS digunakan untuk mengkonfirmasi teori, dapat juga
digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel
laten. Oleh karena lebih menitikberatkan pada data dan dengan prosedur
estimasi yang terbatas, maka misspesification model tidak begitu
berpengaruh terhadap estimasi parameter. Dibandingkan dengan CBSEM
(Covariance-Based Structural Equation Model), component-based SEM-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
PLS menghindari dua masalah serius, yaitu inadmissible solution dan
factor indeterminacy (Fornell dan Bookstein, 1982) dalam Ghozali (2008).
Partial Least Square (PLS) dikembangkan pertama kali oleh Wold
(1985) sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang
menggunakan konstruk laten dengan multiple indicator. Pendekatan PLS
adalah distribution free (tidak mengasumsikan data tertentu, dapat berupa
nominal, kategori, ordinal, interval, dan rasio).
Partial Least Square merupakan factor indeterminacy, metode
analisis yang powerfull oleh karena tidak mengasumsikan data harus
dengan pengukuran skala tertentu dan jumlah sampel kecil. Untuk tujuan
prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. PLS dapat dianggap sebagai model
alternatif dari covariance-based SEM. Partial Least Square (PLS) sering
disebut juga dengan soft modeling yang bertujuan mencari hubungan
linear prediktif antar variabel. Jadi Partial Least Square (PLS) hanya
digunakan jika data yang kita miliki tidak dapat diselesaikan dengan
Covariance-Based Structural Equation Model (CBSEM).
Teknik pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Partial Least Square (PLS). Hal ini dikarenakan pada
pengujian sebelumnya dimana menggunakan teknik analisis Covariance-
Based Structural Equation Model (CBSEM) dengan memakai software
AMOS 16.0 data penelitian tidak dapat dianalisis karena beberapa kondisi
data yang tidak memenuhi persyaratan software AMOS, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1. Data mengandung beberapa nilai ekstrim yang menyebabkan software
AMOS tidak dapat dipakai.
2. AMOS mensyaratkan data memiliki minimal 100 data untuk dapat
dianalisis, akan tetapi penelitian ini hanya memiliki data sebanyak 72
perusahaan.
a. Perumusan Persamaan Struktural
1. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Struktur Dewan Komisaris, dan
Karakteristik Komite Audit terhadap Efisiensi Manajemen.
η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + γ3ξ3 + ζ1 ........................................................................ (1)
2. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Struktur Dewan Komisaris,
Karakteristik Komite Audit, dan Efisiensi Manajemen terhadap
Kinerja Keuangan.
η2 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + γ3ξ3 + β1 η1 + ζ2 ...................................................................... (2)
Keterangan :
ξ1 = Struktur Kepemilikan sebagai variabel eksogen (bebas)
ξ2 = Struktur Dewan Komisaris sebagai variabel eksogen (bebas)
ξ3 = Karakteristik Komite Audit sebagai variabel eksogen (bebas)
η1 = Efisiensi Menejemen sebagai variabel endogen (terikat) pada
persamaan
η2 = Kinerja Keuangan sebagai variabel endogen (terikat)
γ1…3 = Koefisien regresi antara variabel eksogen dengan variabel
endogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
β1 = Koefisien regresi antara variabel endogen dengan variabel
endogen
ζ1,2 = error atau nilai residual regression
E. PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat
dari koefisien jalur yang ada. Dan berdasarkan dari penelitian-penelitian
sebelumnya, serta mengacu pada hipotesis teori, maka dalam penelitian ini
peneliti merumuskan Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Alternatif (Ha)
yang kemudian akan dilakukan pengujian atas Hipotesis Nol (H0) tersebut
untuk membuktikan apakah Hipotesis Nol (H0) tersebut ditolak atau
diterima. Hipotesis tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut :
Ho1 : b1≤ 0; Struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap efisiensi
manajemen.
Ha1: b1 > 0; Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap efisiensi
manajemen.
Ho2 : b2≤ 0; Struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Ha2: b2 > 0; Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Ho3 : b3≤ 0; Struktur dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
efisiensi manajemen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Ha3: b3 > 0; Struktur dewan komisaris berpengaruh terhadap efisiensi
manajemen.
Ho4 : b4≤ 0; Struktur dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Ha4 : b4> 0; Struktur dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Ho5 : b5≤ 0; Karakteristik komite audit tidak berpengaruh terhadap
efisiensi manajemen.
Ha5 : b5 > 0; Karakteristik komite audit berpengaruh terhadap efisiensi
manajemen.
Ho6 : b6≤ 0; Karakteristik komite audit tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Ha6 : b6 > 0; Karakteristik komite audit berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Ho7 : b7≤ 0; Efisiensi manajemen tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Ha7 : b7 > 0; Efisiensi manajemen berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Setelah perumusan hipotesis, selanjutnya dirumuskan mengenai
tingkat signifikansi ”Level Of Significant” dimana ditetapkan sebesar 5%.
Dan untuk membuat kesimpulan dari hipotesis ditetapkan kriteria-kriteria
pengujian hipotesis sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Jika P < 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Jika P > 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti empiris adanya
pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris,
karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan alat uji statistik non
parametrik V-PLS (Visual Partial Least Square). V-PLS digunakan karena
data dalam penelitian yang memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian
sebanyak 24 perusahaan. Alat uji statistik parametrik (AMOS)
mensyaratkan sebuah penelitian memiliki sampel data yang berukuran
besar yaitu minimal 100 sampel, oleh karena itu penelitian ini
menggunakan alat uji V-PLS yang merupakan bagian dan alternatif dari
SEM (Structural Equation Modeling).
A. HASIL PENGUMPULAN DATA
Data yang diperoleh didasarkan pada kriteria sampel yang telah
ditentukan, dan ditemukan 24 sampel diteliti selama tiga tahun. Dalam
penelitian ini 24 sampel tersebut akan digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.1
Proses Pemilihan Sampel
No. Keterangan Jumlah
1
2
3
4
5
Perusahaan publik (perbankan, agen kredit,
sekuritas, dan asuransi) yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode
pengamatan (2008-2010).
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan pada periode pengamatan
Perusahaan yang tidak memiliki data
kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan
komite audit.
Perusahaan yang tidak memenuhi syarat
analisis DEA.
Perusahaan yang tidak memenuhi syarat
analisis SEM (AMOS).
68
(11)
(10)
(7)
(16)
Jumlah sampel final 24
Berdasarkan kriteria penarikan sampel yang telah dilakukan
terdapat 24 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Oleh karena periode penelitian ini selama tiga tahun, yaitu dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2010, maka diperoleh data observasi sebanyak 72
(24 x 3 = 72). Daftar perusahaan sampel dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan Kode
1 PT Bank Capital Indonesia Tbk BACA
2 PT Bank Bukopin Tbk BBKP
3 PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
4 PT Bank Eksekutif Tbk BEKS
5 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI
6 PT Bank Internasional Indonesia Tbk BNII
7 PT Bank Permata Tbk BNLI
8 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN
9 PT Bank Victoria International Tbk BVIC
10 PT Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR
11 PT Bank MEGA Tbk MEGA
12 PT Bank OCBC NISP Tbk NISP
13 PT Bank PAN Indonesia Tbk PNBN
14 PT BFI Finance Indonesia Tbk BFIN
15 PT Equity Development Investment Tbk GSMF
16 PT Sinar Mas Multiartha Tbk SMMA
17 PT Panin Sekuritas Tbk PANS
18 PT Panca Global Securities Tbk PEGE
19 PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk AHAP
20 PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk AMAG
21 PT Asuransi Bintang Tbk ASBI
22 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk ASDM
23 PT LIPPO General Insurance Tbk LPGI
24 PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk MREI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
B. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
Untuk dapat memberikan gambaran objek pengamatan secara
umum dalam penelitian ini digunakan statistika deskriptif. Pada penelitian
ini, statistika deskriptif yang digunakan adalah rata-rata (Mean) dan
simpangan baku (Standar Deviasi).
Tabel 4.3
Statistika Deskriptif
Variabel Indikator Mean StDev
SK X1 0.057917 0.157435
X2 0.6825 0.231375
0.370209 0.194405
SDK X3 0 0
X4 4.583333 1.75828
X5 0.533361 0.150775
X6 0.008556 0.035176
2.562625 0.972116
KKA X7 0.444097 0.172555
X8 9.263889 7.17977
4.853993 3.676163
EM AE 0.746667 0.472813
TE 23.50542 116.9889
CE 5.907083 24.10854
15.07958 70.78514
KK ROA 3.297222 4.388543
ROE 9.508889 26.44352
6.403056 15.41603
Dari table 4.3 diketahui nilai rata-rata untuk variabel SK sebesar
0.370209 dan simpangan bakunya sebesar 0,194405 yang berarti bahwa
data SK memiliki selisih antara satu dengan yang lainnya sebesar
0,194405. Rata-rata untuk variabel SDK sebesar 2.562625 dan simpangan
bakunya sebesar 0.972116 yang berarti bahwa data SDK memiliki selisih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
antara satu dengan yang lainnya sebesar 0.972116. Rata-rata untuk
variabel KKA sebesar 2.562625 dan simpangan bakunya sebesar 4.853993
yang berarti bahwa data KKA memiliki selisih antara satu dengan yang
lainnya sebesar 4.853993. Rata-rata untuk variabel EM sebesar 15.07958
dan simpangan bakunya sebesar 70.78514 yang berarti bahwa data EM
memiliki selisih antara satu dengan yang lainnya sebesar 70.78514. Rata-
rata untuk variabel KK sebesar 6.403056 dan simpangan bakunya sebesar
15.41603 yang berarti bahwa data KK memiliki selisih antara satu dengan
yang lainnya sebesar 15.41603.
C. ANALISIS DATA
1. Pengujian Model Struktural
Model struktural dalam V-PLS dievaluasi dengan menggunakan R2
untuk variabel dependen dan koefisien path (β) pada variabel independen
yang kemudian dinilai signifikansinya berdasarkan nilai t-statistik setiap
path. Model struktural dalam penelitian ini adalah :
Gambar 4.1 Tampilan Output Model Struktural
0,047
0,071
-0,059
0,321
0,252
-0,350*
RSq=0,121 0,006
RSq=0,17
SK
SDK
KKA
KK
EM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Hasil pengujian t-statistik menggunakan V-PLS sebagai berikut :
Tabel 4.4
Koefisisen Jalur pada Pengujian Model Struktural
Entire Sample Estimate (β)
Mean of Subsamples
Standar Error
T-Statistic
SK->EM 0.047 0.1597 0.1428 0.3291
SDK->EM 0.071 0.1809 0.1113 0.6381
KKA->EM 0.321 0.3498 0.1912 1.6786
EM->KK 0.252 0.2399 0.1359 1.8548
SK->KK -0.35 -0.3555 0.1536 -2.2791
KKA->KK 0.006 0.1019 0.0874 0.0687
SDK->KK -0.059 -0.2109 0.1528 -0.3861
Berdasarkan nilai t-statistik di atas, maka dapat diketahui hasil
pengujian hipotesis sebagai berikut :
Struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan karakteristik
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen
karena t-statistik pada struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan
karakteristik komite audit berada didalam daerah kritis yaitu antara -1,96
dan 1,96. Nilai koefisien beta sebesar 0,047 dan t-statistik 0,3291 untuk
struktur kepemilikan, koefisien beta sebesar 0,071 dan t-statistik 0,6381
untuk struktur dewan komisaris, dan koefisien beta sebesar 0,321 dan t-
statistik 1,6786 untuk karakteristik komite audit.
Efisiensi manajemen, karakteristik komite audit dan struktur dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan karena
uji signifikansi t-statistiknya sebesar 1,8548 untuk efisiensi manajemen, -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
0,0957 untuk karakteristik komite audit, dan -0,3861 untuk struktur dewan
komisaris berada diantara nilai tabel -1,96 dan 1,96.
Sedangkan struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan dengan koefisien beta sebesar -0,35 dan t-statistik -
2,2791 < -1,96 (tingkat signifikansi 5%).
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian analisis menggunakan alat uji Visual
Partial Least Square diperoleh nilai t-statistik untuk ketiga pengujian
hipotesis pada perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Hipotesis 1 : Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap
efisiensi manajemen.
Hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa struktur
kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi
manajemen. Sehingga H0 dapat diterima. Hal ini berarti bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari struktur kepemilikan, dalam hal
ini proporsi kepemilikan saham manajer dan komisaris, proporsi
kepemilikan saham institusional, terhadap efisiensi manajemen
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Destefanis dan Sena (1997), Lin, et.al. (2002), dan Cheng Hsu,
et.al. (2006) yang menemukan adanya pengaruh positif. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
penelitian ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang mengatakan
bahwa institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada
current earnings (Porter, 1992 dalam Pranata dan Mas’ud 2003).
Akibatnya manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat
meningkatkan laba jangka pendek, misalnya dengan melakukan
manipulasi laba. Berger, et al. (1993), mengatakan jika terjadi
perubahanan struktur keuangan yang cepat maka penting
mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan dari perusahaan.
Selain itu alasan lain penyebabnya adalah karena penerapan
Corporate Governance baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang
panjang, setelah semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang
ada. Dalam penyesuaian ini membutuhkan waktu yang cukup lama,
sehingga belum terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi manajemen.
2. Hipotesis 2 : Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Hasil pengujian t-statistik terhadap pengaruh struktur kepemilikan
terhadap kinerja keuangan menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan dari struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan.
Sehingga H0 ditolak. Pengaruh yang diberikan oleh struktur
kepemilikan adalah negatif, yaitu sebesar -0,35. Yang artinya bahwa
setiap bertambahnya 1 lembar saham dalam struktur kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
(kepemilikan saham manajerial dan komisaris, serta institusional),
akan menurunkan kinerja keuangan sebesar 0,35 satuan kinerja
keuangan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Cai, et.al. (2001)
yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif antara kinerja
saham dengan struktur kepemilikan. Hal ini dapat dijelaskan
perusahaan dengan kepemilikan managerial yang tinggi, akan lebih
dimungkinkan melakukan manipulasi laba, yang berdampak pada
efisiensi dan kinerja.
Penyebab hasil penelitian ini diantaranya nilai pasar perusahaan
dilihat dari segi profitabilitas, umur perusahaan dan ukuran perusahaan
yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Profitabilitas pada
perusahaan sampel pada tahun amatan memang menurun sekali akibat
krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008-2009.
3. Hipotesis 3 : Struktur dewan komisaris berpengaruh terhadap
efisiensi manajemen.
Hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa struktur dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen.
Sehingga H0 dapat diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari struktur dewan komisaris, dalam hal ini
pembedaan CEO dengan komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi
komisaris independen, proporsi gaji dan kompensasi direktur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
komisaris, terhadap efisiensi manajemen perusahaan publik
(perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Lin, et.al. (2002),
Ying Huang, et.al. (2004), yang menemukan adanya pengaruh positif.
Sylvia dan Siddharta (2005) menyatakan bahwa pengangkatan dewan
komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan
untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk
menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam
perusahaan. Peningkatan pada struktur dewan komisaris belum tentu
diikuti dengan meningkatnya efisiensi manajemen perusahaan tersebut.
4. Hipotesis 4 : Struktur dewan komisaris berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa struktur dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Sehingga H0 dapat diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari struktur dewan komisaris, dalam hal ini
pembedaan CEO dengan komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi
komisaris independen, proporsi gaji dan kompensasi direktur dan
komisaris, terhadap kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan,
agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
Temuan hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Barnhart
dan Rosenstein (1998), Mohammed Belkhir (2005) yang menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
adanya pengaruh positif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penempatan
atau penambahan anggota dewan komisaris independen, dimungkinkan
hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang
saham mayoritas masih memegang peranan penting sehingga kinerja
dewan tidak meningkat bahkan menurun (Gideon, 2005).
Penyebab lain bisa dikarena dampak krisis keuangan global yang
telah mengakibatkan kinerja perusahaan-perusahaan keuangan di
Indonesia menurun, dimana hal ini dapat dilihat dari nilai
profitabilitasnya yang menurun.
5. Hipotesis 5 : Karakteristik komite audit berpengaruh terhadap
efisiensi manajemen.
Hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa karakteristik
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi
manajemen. Sehingga H0 dapat diterima. Hal ini berarti bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari karakteristik komite audit,
dalam hal ini proporsi anggota komite audit dengan keahlian
akuntansi, jumlah rapat komite audit terhadap efisiensi manajemen
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Lin, et.al. (2002),
Ying Huang, et.al. (2004), yang menemukan adanya pengaruh positif.
Hal ini dapat disebabkan karena komite audit yang dalam hal ini
termasuk dalam proksi Good Corporate Governance (GCG)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
merupakan auditor internal perusahaan. Sehingga kemungkinan
mereka masih belum bertindak secara independen, karena kuatnya
kendali pendiri.
6. Hipotesis 6 : Karakteristik komite audit berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa karakteristik
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Sehingga H0 dapat diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari karakteristik komite audit, dalam hal ini
proporsi anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, jumlah rapat
komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan,
agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
Temuan hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Klein
(2002) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang
membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan
kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen.
Kandungan discretionary accruals tersebut berkaitan dengan kualitas
laba perusahaan.
Penyebab hasil temuan penelitian ini dapat juga dikarenakan
komite audit merupakan auditor internal perusahaan, yang mana
mungkin tidak memiliki pengaruh besar karena kuatnya kendali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pendiri. Selain itu, dapat dikarenakan kinerja perusahaan pada periode
pengamatan yang memang menurun akibat terjadinya krisis keuangan
global yang juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
7. Hipotesis 7 : Efisiensi manajemen berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Hasil pengujian T-statistik terhadap pengaruh efisiensi manajemen
terhadap kinerja keuangan menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan. Sehingga H0 diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari efisiensi manajemen terhadap kinerja
keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan
asuransi).
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Lehmann, et.al.
(2004) yang menemukan adanya pengaruh positif. Hal ini dapat
disebabkan karena kurang efektifnya penerapan efisiensi manajemen
pada perusahaan yang dijadikan sampel penelitian, sehingga pihak
pemakai informasi laporan keuangan seperti investor, kreditur,
regulator, publik dan lainnya akan menganggap bahwa manajemen
telah bersikap opportunity, atau tindakan manipulasi laba, dan hal ini
akan menurunkan nilai perusahaan. Dengan demikian pengaruh
manajemen laba ini belum konsisten dalam meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan, dan terbukti tidak signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti empiris adanya
pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris,
karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
Hasil penelitian diharapkan dapat menjawab perumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan
(proporsi kepemilikan saham manajer dan komisaris, proporsi kepemilikan
saham institusional), struktur dewan komisaris (pembedaan CEO dengan
komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen,
proporsi gaji dan kompensasi direktur dan komisaris), karakteristik komite
audit (proporsi anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, jumlah
rapat komite audit) terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi), dan
bagaimana pengaruh efisiensi manajemen dengan kinerja keuangan
perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan di bidang perbankan, agen kredit, sekuritas, dan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2008-2010. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian yaitu: (1)
Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun
2007 sehingga tersedia data yang lengkap, (2) Perusahaan yang memiliki
data kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit, (3)
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang
berakhir 31 Desember selama periode 2008-2010.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan software V-PLS.
Proses analisis dilakukan terhadap data penelitian diperoleh dari 72
responden. Hasil analisis data tersebut akan menjelaskan pengaruh antara
variabel-variabel yang sedang dikembangkan dalam penelitian ini.
Pengujian hipotesis menggunakan uji t-statistik dengan signifikansi 95%.
Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien beta sebesar
0,047 dan t-statistik 0,3291 untuk variabel struktur kepemilikan, koefisien
beta sebesar 0,071 dan t-statistik 0,6381 untuk struktur dewan komisaris,
dan koefisien beta sebesar 0,321 dan t-statistik 1,6786 untuk karakteristik
komite audit. Maka struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan
karakteristik komite audit tidak mempengaruhi efisiensi manajemen.
Efisiensi manajemen tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja
keuangan pada nilai koefisien beta sebesar 0,252 dan t-statistik 1,8548,
sedangkan struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan dengan koefisien beta sebesar -0,35 dan t-statistik -2,2791.
Karakteristik komite audit dan struktur dewan komisaris tidak berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
baik posistif maupun negatif terhadap kinerja keuangan karena uji
signifikansi t-statistiknya sebesar -0,0687 untuk karakteristik komite audit
dan -0,3861 untuk struktur dewan komisaris berada diantara nilai tabel -
1,96 dan 1,96.
B. KETERBATASAN
Keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini antara
lain:
1. Periode yang digunakan dalam penelitian ini selama tiga tahun
pengamatan, yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
2. Hasil penelitian ini dapat menyebabkan bias dan kurang dapat
menjelaskan obyek yang diteliti karena peneliti hanya mampu
meneliti perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2008-2010, yang memiliki data kepemilikan
manajerial, dewan komisaris, dan komite audit, dan yang
menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31
Desember selama periode 2008-2010.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka peneliti
mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan masukan
bagi penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
1. Perusahaan yang diteliti tidak hanya terbatas pada tahun 2008-
2010, sehingga hasil pengujian dapat mewakili seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah tahun
pengamatan lebih dari tiga tahun pengamatan sehingga dapat
mewakili populasi yang ada, dalam upaya mengungkap realita yang
sesuai dengan kondisi di lapangan.