mekah kecil di tanah besemah : studi terhadap dinamika ...memeluk islam . proses masuknya islam ke...

32
Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237 e-ISSN: 2623-0178 92 online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika Perkembangan Islam di Desa Pardipe Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam Irpinsyah, Nor Huda Ali, Muhammad Syawaludin Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang [email protected], [email protected], [email protected], Abstract This research entitled "Small Mecca in the Land Besemah Study of the Dynamics of the Development of Islam in Pardipe Village" This study aims to explore the dynamics of the development of Islam in the village of Pardipe from the phase of the arrival of Islam to this day. This research includes field research with locations in Pardipe Village, South Dempo Sub-District, Pagaralam City, South Sumatra. This type of research uses a type of qualitative research, namely a procedure that produces qualitative descriptive data in the form of words, images, and not numbers, from people or observable behavior. While the source of data from this study is primary and secondary as for data collection in this study, the primary data source in this study is the source of data obtained through interviews and observations about the condition of the subject and object of research, secondary data sources in this study are various documents or archives, artepak, news, and books relating to problems in research. The results of this study can be concluded as follows the entry of Islam into the village of Pardipe was brought by a mubalihg named Syeh Nurqodim Al-Baharudin or better known as Puyang Awak. The dynamics that occur in the development of Islam in the village of Pardipe is like following a cycle, where there are phases appearing to develop and experience decline. There are several reasons why the village of Pardipe is referred to as the small Mecca, the first because the village was the first place for the entry of Islam on weak land. white people who often gather in the village Keywords: Small Mecca, Besemah, Syeh Nurqodim Al-Baharudin Abstraks Penelitian ini berjudul “Mekah Kecil di Tanah Besemah Studi Terhadap Dinamika Perkembangan Islam di Desa Pardipe” kajian ini bertujuan untuk mengali sejrah mengenai dinamika perkembangan Islam di Desa Pardipe dari fase kedatangan Islam Sampai sekarang ini. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan ( field research) dengan lokasi di Desa Pardipe Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam Sumatera Selatan. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu prosedur yang menghasilakan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Sedangkan sumber data dari penelitian ini adalah primer dan

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

92

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Mekah Kecil Di Tanah Besemah :

Studi Terhadap Dinamika Perkembangan Islam di Desa Pardipe Kecamatan Dempo

Selatan Kota Pagaralam

Irpinsyah, Nor Huda Ali, Muhammad Syawaludin

Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang

[email protected], [email protected], [email protected],

Abstract

This research entitled "Small Mecca in the Land Besemah Study of the Dynamics of the

Development of Islam in Pardipe Village" This study aims to explore the dynamics of the

development of Islam in the village of Pardipe from the phase of the arrival of Islam to this

day. This research includes field research with locations in Pardipe Village, South Dempo

Sub-District, Pagaralam City, South Sumatra. This type of research uses a type of qualitative

research, namely a procedure that produces qualitative descriptive data in the form of words,

images, and not numbers, from people or observable behavior. While the source of data from

this study is primary and secondary as for data collection in this study, the primary data

source in this study is the source of data obtained through interviews and observations about

the condition of the subject and object of research, secondary data sources in this study are

various documents or archives, artepak, news, and books relating to problems in research.

The results of this study can be concluded as follows the entry of Islam into the village of

Pardipe was brought by a mubalihg named Syeh Nurqodim Al-Baharudin or better known as

Puyang Awak. The dynamics that occur in the development of Islam in the village of Pardipe

is like following a cycle, where there are phases appearing to develop and experience decline.

There are several reasons why the village of Pardipe is referred to as the small Mecca, the

first because the village was the first place for the entry of Islam on weak land. white people

who often gather in the village

Keywords: Small Mecca, Besemah, Syeh Nurqodim Al-Baharudin

Abstraks

Penelitian ini berjudul “Mekah Kecil di Tanah Besemah Studi Terhadap Dinamika

Perkembangan Islam di Desa Pardipe” kajian ini bertujuan untuk mengali sejrah mengenai

dinamika perkembangan Islam di Desa Pardipe dari fase kedatangan Islam Sampai sekarang

ini. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dengan lokasi di Desa

Pardipe Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam Sumatera Selatan. Jenis penelitian

menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu prosedur yang menghasilakan data

deskriptif kualitatif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, dari orang-orang atau

perilaku yang dapat diamati. Sedangkan sumber data dari penelitian ini adalah primer dan

Page 2: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

93

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

skunder adapun untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah sumber data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamtan

(observasi) tentang kondisi subjek maupun objek penelitian, sumber data sekunder pada

penelitian ini adalah berbagai dokumen atau arsip, artepak, berita, dan buku-buku yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut masuknya Islam ke desa Pardipe ini dibawa oleh seorang mubalihg yang

bernama Syeh Nurqodim Al-Baharudin atau lebih dikenal dengan sebutan Puyang Awak.

Dinamika yang terjadi dalam perkembangan Islam di desa Pardipe yaitu seperti mengikuti

sebuah siklus, dimana ada fase muncul berkembang dan mengalami kemunduruan. Ada

beberapa alasan mengapa desa Pardipe disebut sebagai Mekah kecil, yang pertama karna desa

tersebut adalah tempat pertama kali masuknya Islam di tanah besemah, yang kedua

pembangunan masjid pada masa Haji Umar sama seperti membangun masjid Nabawi di

Madinah, yang ketinga banyaknya berdatangan orang-orang berbaju putih yang sering

berkumpul di desa tersebut

Kata Kunci: Mekah Kecil, Besemah, Syeh Nurqodim Al-Baharudin

Pendahuluan

Islam dalam perkembangannya merupakan agama yang banyak berkaitan dengan

historis peradabannya. Tidak khayal jika dinamika peradaban Islam pun kerap muncul

berbagai perseptif serta Islam juga bersifat universal dan dinamis, Islam mengalami beberapa

pase dan tahapan dalam perkembangan dan penyebarannya. Ini dapat dilihat dari proses yang

terjadi pada mayarakat dalam penerimaan terhadap Islam sebagai rahmatan lil Alamin

(rahmat atau anugrah bagi seluruh alam)

Salah satu prinsip utama dalam hal ini,( Sutoyo:1992:3) bahwa Islam merupakan agama

yang menjadikan Allah sebagai Tuhan atau kepercayaan. Agama juga berfungsi mengatur

kehidupan sebelum kematian, perintah-perintah, larangan, anjuran, ibrah atau apapun yang ada

dalam al-quran yang ditujukan pada manusia, semuanya menceritakan proses bagaimana

kehidupan di dunia ini seharusnya dijalankan.

Proses penyebaran Islam di Indonesia pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari

peranan para pedagang Islam., ahli-ahli agama Islam dan raja-raja atau penguasa yang telah

memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah,

yakni masyarakat sepanjang pesisir utara. Dalam hal ini, pembawa Islam kepada masyarakat

Nusantara adalah para saudagar-saudagar Muslim, baik yang datang dari Gujarat maupun

Arab. Dari hubungan ini mereka saling mengenal dan terjadi hubungan yang dinamis. Para

saudagar muslim tidak semata-mata hanya berdagang melainkan juga berdakwah

(Abdurrahman Mas’ud : 2009:181).

Masuknya Islam ke wilayah Indonesia oleh (M. C. Ricklefs :1991:3) dibagi menjadi

dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam kemudian

menganutnya. Kedua, orang-orang asing Asia, seperti Arab, India, dan Cina yang telah

Page 3: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

94

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

beragama Islam bertempat tinggal secara menetap di suatu wilayah Indonesia, melakukan

perkawinan dengan penduduk asli dan mengikuti gaya hidup lokal yang sedemikian rupa

sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu atau suku lainnya.

Sama halnya dengan daerah lain, masuknya agama Islam di propinsi Sumatra Selatan

tidak terlepas dari peran para pedagang Islam . Masuknya Agama Islam ke propinsi Sumatera

Selatan sebagaimana yang dihasilkan oleh seminar “Masuk dan Berkembangnya Islam di

Sumatra Selatan” yang di selenggarakan oleh Majlis Ulama Insdonesia daera Sumatera

Selatan pada Tahun 1984 menyebutkan

1. Berdasarkan sumber-sumber sejarah sepanjang yang dapat diketahui, masuknya Islam

ke wilayah Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang diperkirakan terjadi sekitar

abad kedua Hijriah atau abad ketujuh Masehi dengan jalan damai melalui pelayaran dan

perdagangan. Para pedagang yang membawa agama Islam diterima dengan baik sebagai

salah satu kelompok pedagang muslim di lingkungan Kerajaan Sriwijaya.

2. Kelompok pedagang muslim ini, selain berdagang, melakukan hubungan dengan

kelompok masyarakat lainya sehingga berangsur-angsurdan sesuai dengan kondisi

setempat pada masa itu, Munculah agama ini secra lambat laun sepanjang abad ketujuh

sampai abad keempat belas Masehi (K.H.O. GadjahNata, Sri Edi Suasono 1986: 270).

Dengan pesatnya perkembangan Islam pada waktu itu hingga memasuki daerah-daerah

pedalaman yang pada akirnya masuklah di wilayah Besemah, yang lebih tepatnya di Desa

Pardipe Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam yang dipercayai sebagai tempat pertama

kali masuknya Islam di Besemah

Agama Islam diperkirakan sudah masuk atau dikenal di Tanah Besemah pada abad ke-

15 M atau setidak-tidaknya abad ke-16 M. Tokoh yang mula-mula menyiarkan Islam di

Tanah Besemah adalah Syeh Nurqoddim Al-Baharudin atau Syeh Baharudin Nurqodim.

Masyarakat Besemah sendiri sering menyebut dengan sebutan Puyang Awak. Bahkan tokoh

pembawa ajaran Islam di Tanah Besemah sudah dianggap wali (penyiar Islam ). Gadjah Nata

Sri Edi Sumarsono (1985:45) menjelaskan keberadaan Nurqodim di Tanah Besemah “di

antara para mubalihg yang dikenal masyarakat Pedesaan di daerah ini adalah Nurqodim

(Puyang Awak) yang berlokasi di Pardipe di daearah Pagaralam.

Berdasarkan arsip kuno berupa kaghas (tulisan dengan huruf Ulu di atas kulit kayu)

yang ditemukan di Dusun Penghapau, Semende Darat, Kabupaten Muara Enim, Sumatera

Selatan, yang diterjemahkan pada tahun 1974 oleh Drs. Muhammad Nur (ahli purbakala), ada

beberapa catatan sejarah. Bahwa pada tahun 1072 Hijriyah atau 1650 Masehi, telah ada

seorang tokoh ulama yang bernama Syech Nurqodim al-Baharudin yang bergelar Puyang

Awak yang menyebarkan Islam di kaki gunung dempo (Desa Pardipe)

Pardipe adalah sebuah desa kecil yang terletak di Kota Pagaralam, berjarak sekitar 10

km dari pusat Kota. Selain di kenal dengan nama Pardipe, desa ini juga sering disebut dengan

nama Peraudipe, Perahu Dipo atau Pardipe. Pardipe saat ini temasuk dalam wilayah

administratif Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam. Kota Pagaralam degan letak gorafis

terletak di kaki Bukit barisan. Terletak kearah sebelah barat Kota Palembang atau di

Page 4: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

95

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

pedalaman Sumatra Selatan. Terhampar di lereng-lereng bukit dan Gunung Dempo dengan

ketinggian 3200 m di atas permukaan laut.

Penduduk yang menghuni desa Pardipe adalah penduduk asli Kota Pagaralam yang

disebut dengan suku Besemah (Jeme Besemah) Dari segi bahasa penduduk Desa ini selalu

menggunakan bahasa Besemah sebagai bahasa sehari-hari mereka. Bahasa Besemah tidak

bersifat feudal dalam bentuk tingkatan-tingkatan bahasa seperti bahasa Jawa dan Sunda.

Mereka juga memiliki system aksara yang disebut dengan surat ulu. Susunan surat ini adalah

Ke-Ge-Nge dan ditulis di atas Kaghas, yaitu sebuah kulit kayu yang di dalamnya terdapat

tulisan aksara Hurup Ulu (Bastari Suan 2007: 24).

Adapun beberapa bukti yang menguatkan mengapa desa tersebut dikatakan tempat

pertama kali mesuknya Islam di Pagaralam diantaranya adanya makam dari Syeh Nurqoddim

Al-Baharudin atau sering disebut juga sebagai puyang Awak, makam tersebut tidak jauh dari

pemukiman masyarakat desa Pardipe bejarak sekitar 500 meter dari pemukiman, makam ini

juga sangat di keramatkan oleh berbagian masyarakat bahkan masyarakat dari luar Pagaralam

itu sendiri . Syeh Norqoddim Al-Baharudin atau puyang yang dipercayai sebagai pembawa

Islam pertama kali ke tanah Besemah.

Selain makam dari Syeh Nurqodim Al-Baharuddin ada juga masjid tertua di Pagaralam,

sebagai mana yang disampaikan oleh Bujang Karnawi. Bahwa cikal bakal agama Islam di

Pagaralam diduga kuat sudah ada sejak abad ke-15 Masehi. Ini dibuktikan adanya rumah

ibadah di Dusun Prahu Dipo, Kelurahan Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan. Rumah

ibadah ini dibangun ulama asal Jawa, Syech Nurqodim Al-Baharudin, bergelar Puyang Awak.

Masjid ini hanya beratapkan seng tanpa dinding. Masyarakat disini menyebutkan sebagai

Masjid Agung Puyang Awak. Masjid ini sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangun

kembali oleh haji Umar dan Haji Umarla yg melanjutkat dakwah beliau di Desa Pardipe.

Pada masa Haji Umar aktifitas keagamaan di Desa Pardipe semakin aktif sehingga

sering di jadikan tempat perkumpulan tokoh-tokoh agama dari berbagai daerah termasuk dari

luar Besemah itu sendiri seperti dari Lampung, Padang dan lain sebgainya, ada juga yang

mengatakan bahwa Desa Pardipe itu adalah tempat berkumpulnya orang-orang tarekat pada

masa itu. Dari aktifmya aktifitas keagamaan di sana dan sering datangnya orang orang-orang

dari luar yang ikut dalam melaksanakan aktifitas keagamaan. Sehingga muncul di kalangan

masyarakat bawahwa Desa Pardipe itu sebagai Mekah Kecil.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengali tentang Mekkah Kecil di tanah

Besemah, stadi kasus terhadap dinamika perkembangan Islam di Desa Pardipe Kecamatan

Dempo Selatan Kota Pagaralam. Penelitian ini difokuskan dengan sejarah masuknya dan

berkembangnya Islam di tanah Besemah serta menelusuri dinamika yang terjadi di kalangan

masyarakat dalam perkembangan Islam sehingga munculnya istilah Mekka kecil.

Page 5: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

96

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah (metode historis)

Sebagaimana menurut (Endang Rochmiatun 2013:13) bahwa Sejarah sebagai “ilmu”

mempunyai metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Langkah-

langkah heuristik dan kritik- kritik sumber yang dilakukan adalah metode metode objektif

ilmiah yang umum sekali dalam penelitian sejarah. Penelitian sejarah hakekatnya adalah untuk

mencari kebenaran dan kebenaranya berdasar pada metode ilmiah/pengetahuan

Metode Historis yaitu penyelidikan dalam suatu maslah dengan mengaplikasikan jalan

pemecahan darspektif sajarah, metode sejarah ini menggunakan empat langkah kegiatan yaitu:

1. Mengumpulkan objek dan bahan-bahan, tercetak, tertulis atau lisan yang relevan (hioristik)

2. Menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik (analisis data) 3. menyimpulkan kesaksian

yang dapat dipercaya (interpetasi data) 4. Menyusun kesaksian yang dapat dipercaya menjadi

cerita penyajian yang berarti (historiografi). Dalam metode ini menulis gunakan untuk

mengkaji dan mengkostruksi sejrah munculnya istilah Mekkah kecil di desa pardipe

kecamatam Dempo selatan kota Pagaralam

Kerangka Teori

Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat

dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan. Adanya perubahan

tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu

masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat

pada waktu yang lampau. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya

merupakan suatu proses yang terus menerus. ini berarti bahwa setiap masyarakat

kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.

Namun perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang

lain tidak selalu sama. Hal ini di karenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami

perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut

dapat berupa perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu

perubahan yang terjadi di masyarakat. Juga terdapat adanya perubahan yang memiliki

pengaruh yang luas maupun yang terbatas. Disamping itu juga ada perubahan yang prosesnya

lambat, dan ada juga perubahan yang prosesnya berlangsung dengan cepat.

Dengan demikian Peneliti akan membahasnya berdasarkan teori siklus Oswald Spengler dia

mengatakan bahwa masyarakat diibaratkan sebagai manusia yang mengalami masa kanak-

kanak masa remaja masa dewasa dan masa tua mereka lahir tumbuh secara cepat mencapai

tingkat kedewasaan yang disebut sebagai masa keemasan masa kejatuhan dan meninggal

(Steven Vargo, Sosial Change). Dalil yang digunakan Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah

kebudayaan dalam segala-galanya sama dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan hewan dan

manusia, persamaan itu terdapat pula dengan alam semesta makrokosmos dan mikrokosmos

semua dalam susunan dan semua kehidupannya. Adapun persamaan itu berdasarkan

Page 6: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

97

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

kehidupan organisme yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari pada patung hukum

itu tampak pada siklus

Selain itu juga akan dibahas berdasarkan teori perubahan sosial Selo Soemarjan,

Menurut beliau, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi system sosial, termasuk di

dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola prilaku di antara kelompok dalam masyarakat.

Menurutnya, antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang

sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu

perbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan sosial yaitu perubahan

yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek

kehidupan. Sebagia akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang telah didukung

oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari

kestabilannya.

Selanjutnya Teori (Evolusi Piotr Sztomka :2007:125-126) perubahan evolusi dibayangkan

berpola unilinear, mengikuti pola atau lintasan tunggal. Perbedaan antara berbagai bagian

masyarakat atau antara kultur dalam masyarakat manusia selaku keseluruhan dianggap

disebabkan oleh perbedaan langkah proses evolusi di berbagai bagian dunia, yakni ada yang

lambat dan ada juga yang lebih cepat.

Masyarakat yang lebih primitif atau terbelakang, bener-bener terlambat dalam proses,

namun tanpa terelekkan akan bergerak, melalui jalan yang sama, mengikuti masyarakat yang

lebih maju khususnya masyarakat Barat yang paling dewasa. Perubahan masyarakat

dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, terjadi dimana saja, niscaya dan merupakan cirri tak

terhindarkan dari realitas sosial. jika terlihat stabilitas atau stagnasi, itu ditafsirkan sebagai

perubahan yang tertahan, terhalang dan dipandang sebagai perkecualian.

Evolusi meliputi semua kesatuan kultur konkrit. Setiap kultur atau setiap aspek kultur

tertentu bekembang secara berbeda dan mengikuti mekanisme sendiri. Dalam kajian ini kultur

dianggap sebagai suatu bagian yang mempunyai bentuk-bentuk Dalam kajian ini kultur

dianggap sebagai suatu bagian yang mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda di tempat yang

berbeda dan kultur inilah yang lam-kelamaan akan mengalami perubahan secara lambat

(evolusi).

Evolusi ini melingkupi seluruh aspek kebudayaan dan punya metode tertentu dan

bersifat ganda. Adanya dominasi faktor tekno-ekonomi punbersifat ganda. Adanya dominasi

faktor tekno-ekonomi puna peran yang cukup berarti. Kultur ini sangat erat kaitannya dengan

kegiatan sehari-harim suatu masyarakat seperti kegiatan keagamaan.

Adapun teori ini pada dasarnya akan berpijak perubahan yang memerlukan proses yang

cukup panjang, dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk

mencapai perubahan yang sesuai dengan keinginan

Selain itu peneliti juga akan melihat dari segi dakwah yang berupa metode dan

pendekatan dakwah Islamia yakni dakwah bil-hal (perbuatan nyata) yaitu berupa prilaku yang

sopan sesuai dengan ajaran Islam , memelihara lingkungan tolong menolong sesame

Page 7: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

98

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

memberikan pelayanan. Melalui medode dakwah bilhikmah (QS. An-Nahl 125). Melelui

berbagai saluran Islamisasi diantaranya: perdagangan, pernikahan, tasawuf dan kesenian

(Poesponegoro Djoened Soerdjono :2008:169.

Teori-teori di atas dikembangkan dan diselaraskan dengan dengan kondisi umat Islam

pada masa itu yaitu pada akhir abad ke 19 di Desa Pardipe, berdasarkan latar belakang sejarah

masuk dan berkembangnya Islam di Desa Pardipe untuk di kaji diketahui hal-hal yang di

maksudkan dari kerangka teori

Dinamika dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki beberapa definisi, dinamika

sebagai bentuk dinamis, dinamika juga merupakan sebuah tenaga, atau semangat yang

senatiasa bergerak. Dinamika dengan bidang terkait adalah sosial, maka penulis juga

mencantumkan dinamika sosial yang juga dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu sebuah

gerak masyarakat secara terus menerus yang menimbulkan berubahan dalam tata hidup

masyarakat yang bersangkutan.

Selanjutnya untuk mengembangkan tulisan ini perlu di pahami arti kata perubahan.

Menurut kamus terbaru bahasa Indonesia (tim rality 2008, hal. 658) perubahan berasal dari

kata ubah artinya menjadi berbeda, menjadi lain dari semula. Sedangkan perubahan adalah

keadaan berubah, peralihan, pertukaran. Perubahan yang di maksud dlam tulisan ini adalah

perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat seiring perkembangan agama Islam di

Desa Pardipe.

Hasil dan Diskusi

A. Istilah Kata Besemah

Kata Pasemah berasal dari Prasasti Balatentara Yayasana Kedatuan Sriwijaya yang

ditemukan setelah penaklukan Lampung tahun 680 M. Prasasti tersebut yaitu prasasti Palas

Pasemah yang menuturkan, bahwa suku ini telah ada sejak sebelum abad ke-6 M. Pada masa

itu suku Pasemah kaya dengan nilai-nilai adat tradisi dan budaya yang khas. bahkan sampai

dengan abad ke-16 masyarakat di tanah Pasemah sejak dulu sudah memiliki tatanan dan aturan

masyarakat yang bernama "Lapik Empat Mardike Diwe”, yakni "Perwujudan Demokrasi

Murni" yang muncul berkembang dan diterapkan sepenuhnya oleh semua komponen

masyarakat setempat. (Temenggung Citra Mirwan :2013:27.

Berbeda tatanan dan aturan masyarakat Pasemah dimata orang-orang Barat, mereka

mengganggap ketidaktaatan dan ketundukan dengan penjajah, orang-orang Pesemah dianggap

pemberani dan liar. Hal ini diilustrasikan dari tempat orang-orang Pasemah pernah dituliskan

oleh JSG Grambreg (Pegawai Hindia Belanda tahun 1865) bahwa "Barang siapa yang

mendaki Bukir Barisan dari arah Bengkulu, kemudian menjejakkan kaki di tanah Kerajaan

Palembang yang begitu luas; dan barang siapa yang melangkahkan kaki dari arah utara Empat

Lawang (negeri empat gerbang) menuju ke dataran Lintang yang indah, sehingga ia mencapai

kaki sebelah Barat Gunung Dempo, maka sudah pastilah ia di negeri orang Pasemah. Jika ia

berjalan mengelilingi kaki gunung berapi itu, maka akan tibalah ia di sisi Timur dataran tinggi

yang luas yang menikung ke arah Tenggara, dan jika dari situ ia berjalan terus lebih ke arah

Page 8: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

99

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Timur lagi hingga dataran tinggi itu berakhir pada sederetan pengunungan tempat dari sisi itu

terbentuk batasan alami antara negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah kekuasaan Hindia

Belanda "

Djohan Hanafiah menyatakan bahwa awalnya mereka orang-orang luar, khususnya

orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah. Orang Inggris, seperti

Thomas Stamford Rafless Pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811) dan

terakhir mendapar kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnya

dengan Passumah. Orang-orang Pussumah dianggap sebagai orang-orang liar.

Bukti tentang keberanian orang Pasemah seperti diungkap penenalan orang-orang

Eropa, terutama Belanda dan Inggris terhadap orang-orang Pasemah pada awalnya sangat

apriori. Orang Belanda dengan picik sebutan "dat de Pasoembers zonen gebragt" (orang

Pasemah tak akan diajak bicara jika tidak diberi unjuk kekuatan militer) , Demikian juga Sir

Tomas Raffles, seorang Gubernur Jendral di Bengkulu, pertama kali dia menganggap orang

Pasemah sebagai The pasumabs were a svage, ungovernable race, and thet no ternscould ever

be made with them (Orang Pasemah adalah buas, ras yang tidak berpemerintahan dan tidak

ada istilah yang dapat sesuai untuk mereka.) Serelah menempuh perjalanan yang berat dan

melelahkan mendaki Gunung dan bukit serta menembus belantara, bertemula Raffles Dengan

orang Besemah. Perjalanan ini adalah perjalanan khusus untuk mententramkan orang

Pasemah.

Pada waktu itu, wilayah Pasemah masih belum masuk dalam jajahan Hindia Belanda.

Operasi-operasi militer Belanda untuk menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama, dari

tahun 1821 sampai 1867. Johan Hanafiah menyebutkan bahwa "perlawanan orang Pasemah

dan sekitarnya adalah kekerasan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan

abad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya".

Selanjutnya, perlawanan dan perjuangan panjang yang disebutkan oleh Djohan bukan

keliuaran dan ketidaktaatan seperti yang dikatakan oleh orang-orang luar. Perlawanan itu

berarti berjuang mempertahankan tanah kelahiran dan kekuatan dari bangsa lain. Sedangkan

pemakaian nama Passumah oleh orang-orang Inggris yang rupanya sudah pernah muncul pada

laporan orang Portugis jauh sebelumnya.

Memperhatikan pendapat Djohan di atas, maka wajar kiranya Mohammad Saman

seorang budayawan Besemah menyebutkan bahwa kata Pasemah merupakan salah satu

kesalahan orang-orang luar, padahal yang tepat adalah Besemah lazimnya dipakai oleh

penduduk setempat. Dengan hal-hal tersebut, maka sebutan yang sesungguhnya yang lebih

dikenal masyarakat adalah kesalahan pengucapan orang-orang Belanda atau Barat, sedangkan

pengucapan yang benar, yaitu Besemah digunakan oleh penduduk yang bermukim di Tanah

Besemah.

B. Letak Geografis dan Kondisi Alam

Daerah Besemah terletak di kaki Bukit Barisan. Daerahnya meluas dari lereng-lereng

Gunung Dempo ke selatan sampai ke Ulu sungai Ogan ( Kisam ), ke barat sampai Ulu alas (

Page 9: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

100

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Besemah Ulu Alas ), ke utara sampai ke Ulu Musi Besemah ( Ayik Keghuh ),dan ke arah

timur sampai Bukit Pancing, Pada masa Lampik Empat Merdike Due, daerah Besemah sudah

dibagi atas Besemah Lebar, Besemah Ulu Lintang, Besemah Ulu Manak, dan Besemah Ayik

Keghuh.( Marzuki Bedur dkk :2005:38)

Meskipun nama-namanya berbeda, namun penduduknya mempuyai hubungan atau

ikatan kekerabatan yang kuat (genealogis). Daerah Besemah merupakan dataran tinggi dan

pegunungan yang bergelombang. Ketinggian wilayah sangat bervariasi, dari ketinggian sekitar

441 meter dpl, (di atas permukaan laut) sampai dengan 3.000-an meter lebih dpl. Daerah

dataran tinggi 441 meter sampai dengan 1.000 meter dpl, sedangkan daerah berbukit dan

bergunung (bagian pegunungan) berada pada ketinggian di atas 1.000 meter hingga 3.000

meter lebih dpl. Titik tertinggi adalah 3.173 meter dpl, yaitu puncak Gunung Dempo ( Bos,

1947:35 ), yang sekaligus merupakan gunung tertinggi di Sumatera Selatan. Daerah Gunung

Dempo dengan lereng-lerengnya pada sisi timur dan tenggara mencakup 58,19 % dari luas

wilayah Kota Pagar Alam sekarang yang 633,66 hektar ( Bappeda, 2003 : 7-12 ).

Bukit dan gunung yang terpenting di wilayah Kota Pagaralam, antara lain adalah

Gunung Dempo ( 3.173 m), Gunung Patah, ( 2.817 m ), Bukit Raje Mendare, Bukit Candi,

Bukit Ambung Beras, Bukit Tungku Tige ( Tungku Tiga ), dan Bukit Lentur. Bagian wilayah

kota yang marupakan dataran tinggi, terutama bagian timur, umumnya disebut “ Tengah

Padang”. Daerah pusat Kota Pagaralam yang meliputi kecamatan Pagaralam Utara dan

Kecamatan Pagaralam Selatan atau wilayah bekas Marga Sumbay Besak suku alundue terletak

pada ketinggian rata-rata 600 samapai 3.173 meter dpl. .( Marzuki Bedur dkk :2005:38)

Daerah Besemah dialiri sejumlah sungai, satu diantaranya adalah sungai Besemah

(Ayik Besemah). Pada zaman dahulu, keadaan alamnya sangat sulit dilewati, menyebabkan

daerah ini jarang didatangi oleh Sultan Palembang atau wakil-wakilnya (raban dan jenang).

Kondisi alam yang cukup berat ini menyebabkan sulitnya pasukan Belanda melakukan

ekspedisi-ekspedisi militer untuk memadamkan gerakan pelawanan orang Besemah. Mengenai

keadaan alam Besemah pada permulaan abad ke-19, menurut pendatang Belanda dari

karangan van Rees tahun 1870 melukiskan.

Sampai dengan tahun 1866 ada rakyat yang mendiami perbukitan yang sulit di datangi

di sebalah tenggara Bukit Barisan yang tidak pernah menundukkan kepalanya kepada tetangga

walaupun sukunya lebih besar. Walau hanya terdiri dari beberapa suku saja, mereka

menanamkan dirinya rakyat bebas merdeka. Dari barat daya sulit ditembus oleh orang-orang

Bengkulu, dari tiga sudut lain dipagari oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi dan

ditutupi oleh hutan rimba yang lebat dan luas di daerah pedalaman Palembang. (Apriantoni

:2015:72)

C. Asal-usul Suku Besemah

Sampai sekarang masih belum jelas dari mana sebenarnya asal-usul suku Besemah.

Apakah teori-teori tentang perpindahan penduduk yang diikuti sekarang berlaku juga bagi

Page 10: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

101

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

suku Besemah, masih diliputi kabut rahasia. Namun yang jelas, jauh (berabad-abad) sebelum

hadirnya mitos Atung Bungsu, di Tanah Besemah, di lereng Gunung Dempo dan daerah

sekitarnya, telah ada masyarakat yang memiliki kebudayaan (tradisi megalitik) sebagaimana

telah diuraikan oleh penelitian terdahulu dan bukti-bukti budaya megalitik di tanah Besemah

itu sampai sekarang masih ada. Tetapi permasalahannya, apakah jeme Besemah sekarang ini

adalah keturunan dari pendukung budaya megalitik tersebut.

Suku Pasemah atau Besemah adalah suatu masyarakat adat yang bermukim di daerah

perbatasan provinsi Sumatra Selatan dengan provinsi Bengkulu. Wilayah pemukiman suku

Pasemah meliputi daerah sekitar kota Pagar Alam, kecamatan Jarai, kecamatan Tanjung Sakti

dan daerah sekitar Kota Agung kabupaten Lahat. Wilayah pemukiman suku Pasemah ini

berada dekat sekitar kaki Gunung Dempo.

Keberadaan suku Besemah sendiri diperkirakan telah ada di wilayah Sumatra Selatan

sejak ribuan tahun sebelum Masehi, bersama suku Komering dan suku Lampung. Hanya saja

sejak awal kedatangan, telah terpisah-pisah dan berbeda tempat pemukiman. .( Marzuki Bedur

dkk :2005:38)

Suku Besemah, kaya dengan nilai-nilai adat, tradisi dan budaya yang khas.

Masyarakat di tanah Besemah sejak dulu sudah memiliki tatanan dan aturan masyarakat yang

bernama “Lampik Empat, Merdike Due” yakni, "Perwujudan Demokrasi Murni", yang

muncul, berkembang, dan diterapkan sepenuhnya, oleh semua komponen masyarakat

setempat.

Menurut cerita rakyat di Besemah, Atung Bungsu datang ke Besemah pada saat tempat

ini sudah di diami oleh suku Rejang dan Berige. Ia sampai berdialog dengan salah seorang

pimpinan suku Rejang yang bernama Ratu Rambut Selaku dari Lubuk Umbay yang masing-

masing merasa berhak atas Tanah Besemah. Mulai sumpah, akhirnya Ratu Rambut Selake

mengakui bahwa yang lebih berhak adalah Atung Bungsu.

Ucapan Atung Bungsu itu kira-kira sebagai berikut, “Jikalau bulak, jikalau buhung,

tanah ini aku punye, binaselah anak cucungku”. Sedangkan M. Zoem Derahap, yang dijuluki

Pak Gasak, dusun Negeri Kaye, Tanjung Sakti, bercerita bahwa rakyat Lubuk Umbay yang

dipimpin Ratu Rambut Selake setelah mengakui Tanah Besemah milik Atung Bungsu mereka

lalu diberi kedudukan sebagai Sumbay dalam Jagat Besemah, tetapi tidak masuk dalam system

pemerintahan Lampik Empat Merdike Due. Sumbay mereka itu dinamakan Sumbay Lubuk

Umbay.

Sebagian masyarakat Besemah percaya bahwa kedatangan Atung Bungsu bersama

Diwe Semidang (Puyang Serunting Sakti) dan Diwe Gumay. Diwe Gumay menetap di Bukit

Seguntang Palembang, sedangkan Diwe Semidang pada mulanya juga tinggal di Bukit

Seguntang, lalu pagi menjelajah Batanghari sembilan sampai akhirnya menetap di suatu

tempat yang disebut Padang Langgar (Pelang Keniday). Keturunan kesebelas dari Diwe

Gumay, yaitu Puyang Panjang sebagai juray kebalikan baru menetap dibagian Ilir tanah

Besemah, yaitu di Balai Buntar (Lubuk Sempang).

Page 11: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

102

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Selain cerita rakyat yang tetap hidup dan berkembang di Besemah, mengenai asal-usul

suku Besemah, seorang pengelana bangsa Inggris, E.Presgrave, yang mengunjungi daerah

Besemah, memberikan cerita dalam The Journal of The Indian Archipelago (Harian dari

Kumpulan India) sebagai berikut (Gramberg, 1867:351-352).

Sewaktu kerajaan Majapahit runtuh, seorang kakak laki-laki dan seorang adik

perempuan dengan banyak pengikut, telah meninggalkan Majapahit dan mendarat di Pantai

Timur Sumatera. Adik perempuannya menempatkan dirinya di Palembang, dimana ia dalam

waktu singkat telah menjadi ratu yang terpandang. Kakaknya (Atung Bungsu), yang lebih jauh

masuk ke pedalaman, menetapkan diri di Lembah dari Passumah yang subur. Dengan

demikian tanah ini diduduki dan dihuni para pendatang ini.

Mitos atau cerita mengenai Puyang Atung Bungsu terdapat beberapa versi yang antara

lain dapat di baca dalam “Soerat Assal Oerang Mendjadikan Djagat Passumah” dengan kode

ML 608 (BR.157.VIII) dan kode ML 234 yang ada di perpustakaan Museum Nasional,

Jakarta. Sumber dengan kode ML 234 ditulis oleh Muhammad Arif dari dusun Benuakeling

tanggal 28 November 1898 yang disalinnya dari suatu kitab orang dusun Tanahpilih, Marga

Sumbay Ulu Lurah Benuakeling, yaitu Pangeran Samadil. Sumber data ini, sebelumnya disalin

kembali oleh Muhammad Tayib yang pernah magang di kantor Kontrolir dari Bandar tanggal

25 Januari 1889. Jadi, sumber ini sudah disalin beberapa kali. Sumber aslinya dalam bentuk

huruf Arab Gundul (Surat Melayu) yang kemudian ditulis dalam bentuk huruf Latin. .( Marzuki

Bedur dkk :2005:43)

Ada lagi sumber yang ditulis oleh A. Grozali Mengkerin, juga dari dusun Benuakeling

yang berjudul “Benuakeling Puting Jagat Besemah”. Selanjutnya ada lagi versi lain, misalnya

yang ditulis oleh Musa dari dusun Muara Siban, M.S. Panggarbesi, Abdullah (Bedul) dusun

Gelungsakti, dan beberapa tulisan lainnya. Cerita tentang Puyang Atung Bungsu ini banyak

dibumbui dengan cerita-cerita yang berbau mistik, irrasional dan sulit diterima oleh akal sehat.

Pada umumnya cerita tentang Atung Bungsu ini terdapat persamaan, bahwa tokoh ini

berasal dari Kerajaan Majapahit dan dua orang anaknya, Bujang Jawe (Bergelar Puyang

Diwate) dan Riye Rekian. Atung Bungsu dan keturunannya dianggap genre yang menjadikan

“Jagat Besemah”. Konon, menurut cerita, kata “Besemah” berasal dari cerita istri Atung

Bungsu yang Bernama Putri Senantan Buwih (anak Ratu Benuakeling) yang ketika sedang

mencuci beras di sungai, bakul berasnya dimasuki ikan semah

Salah seorang keturunan Bujang Jawe (Puyang Diwate) bernama puyang Mandulake

(Mandulike) yang berputra lima orang, yaitu (1) Puyang Sake Semenung atau Semanung

(menjadikan anak keturunan Pagargunung), (2) Puyang Sake Sepadi, melalui anaknya Singe

Bekkurung yang bertempat tinggal di dusun Benuakeling menjadikan Marga Tanjung Ghaye,

Sumbay Ulu Lurah, Sumbay Besak, Sumbay Mangku Anum, dan Sumbay Penjalang, (3)

Puyang Sake Seratus menjadikan anak keturunan Bayuran (Kisam), (4) Puyang Sake Seketi

(mati bujang, tidak ada keturunan). Puyang Singe Bekurung mempunya anak Puyang Pedane.

Puyang Pedane beranak Puyang Tanjung Lematang. Puyang ini kemudian beranak tiga orang,

yaitu Puyang Riye Lisi, Riye Ugian, dan Riye Lasam. Puyang Riye Lisi pindah ke Kikim

Page 12: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

103

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

menjadikan anak Merge Penjalang di Besemah Libagh, dan Puyang Riye Lasam menjadikan

keturunan Sumbay Ulu Lurah.

Tentang asal-usul suku Besemah, versi lain menceritakan bahwa ada seorang “Wali

Tua” dari salah satu anggota keluarga Kerajaan Majapahit berangkat ke Palembang, kemudian

kawin dengan Putri (anak) Raja Iskandar yang menjadi Raja Palembang. Salah satu keturunan

inilah yang bernama Atung Bungsu yang pada suatu ketika berperahu menyelusuri sungai

Lematang dan akhirnya sampai di sungai yang belum diketahui namanya, tempatnya menetap

dinamakan Benuakeling .

Di sungai itu, Atung Bungsu melihat banyak ikan semah yang mengerumuni bekas-

bekas makanan yang dibuang ke sungai. Atung Bungsu menceritakan kepada istrinya bahwa

di sungai banyak ikan semah-nya. Konon katanya, nama ikan inilah yang menjadi cikal-bakal

asal-usul nama “Besemah” yang artinya “sungai yang ada ikan semahnya”. Sungai itulah yang

sampai sekarang dikenal dengan nama Ayik Besemah diantara dusung Karanganyar dengan

dusun Tebat Gunung Baru sekarang. Jadi, ada beberapa versi cerita mengenai ikan semah

sebagai asal nama Besemah, di antaranya versi Atung Bungsu dan versi Senantan Buih.

D. Awal Masuknya Agama Islam ke Tanah Besemah

Masuk dan berkembangnya agama Islam di Besemah (Kota Pagaralam dan sekitarnya)

tidak bisa lepas dari peran seorang Puyang Awak. Tokoh ini diyakini sebagai penyebar Islam

pertama di Besemah. Dalam menyebarkan agama Islam, Puyang Awak tidak menempuh cara

yang frontal.“Puyang Awak atau Syekh Nurqodim Al-Baharudin merupakan penyebar Islam

pertama di Besemah,” tegas Tuan Guru Fikri Al-Muslim, saat dibincangi Pagaralam Pos, usai

pelaksanaan shalat kusuf (gerhana) di alun-alun Merdeka, Kelurahan Beringin Jaya

Kecamatan Pagaralam Utara, belum lama ini.

Dijelaskannya, Puyang Awak datang ke Besemah untuk menyebarkan Islam pada

tahun 1600-an atau sekitar abad ke-17 M. Saat itu kata Fikri, kondisi sosial masyarakat

Besemah masih belum teratur. Sedangkan dari sisi keagamaan, masyarakat Besemah saat itu

belum mengenal yang namanya Islam. “Saat Puyang Awak datang, masyarakat Besemah

masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme,” tutur Fikri. “Kalau kita tarik lebih

jauh lagi yakni pada zaman orang nek dan nuk. Maka, animisme dan dinamisme itu sudah ada

sejak lama,” sambungnya. Karena kondisi itu, Puyang Awak menyebarkan Islam dengan

mengajarkan soal fondasi keimanan, yakni tentang tauhid. “Puyang Awak mengajarkan tauhid

atau tentang keesaan Tuhan”.

Puyang Awak juga tidak menyebarkan Islam di Besemah secara frontal. Sebab jika

ditempuh dengan cara frontal, belum tentu bisa diterima masyarakat Besemah saat itu, dan

juga bisa menimbulkan perlawanan hingga berujung kekerasan. Maka Puyang Awak lebih

memilih cara-cara yang sejuk. “Dalam menyebarkan Islam di Besemah, Puyang Awak masuk

ke ranah seni budaya. Misalnya melalui seni guritan. Sehingga muncullah adat bersendikan

syara’, syara’ bersendikan kitabullah. Atau Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan

kitab Al-Qur’an,” tutur Fikri.

Page 13: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

104

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

E. Perkembangan Islam Pada Masa Haji Umar (1925)

Setelah kepergian Puyang Awak dari tanah bersama perjuangan ajaran Islam

dilanjutkan oleh keturunannya. Diantaranya yang paling terkenal di Desa Pardipe dan

sekitarnya ialah Puyang Tuan Haji Umar yang merupakan generasi ke 9 Puyang Awak. Haji

Umar terkenal gigih dalam mendakwahkan ajaran Islam Haji Umar mengembangkan ajaran

Islam di desa Pagaruyung kecamatan Kota Agung sebelum pindah ke Pardipe.

Menurut Haji Hari, cucu dari Haji Umar ia menceritakan Haji Umar menetap di Desa

Pagaruyung Lahat. Di sana Haji Umar dan orang tuanya Haji Masagus membuka lahan yang

sangat luas, itu pada masa penjajahan Belanda. Haji umar oleh Belanda di hadiahi sebuah

irigasi dan irigasi itu dimanfaatkan oleh Haji Umar untuk mengairi lahan yg telah ia buaka.

Kemudian beliau memanfaatkan lahan tersebut untuk menjalankan dakwahnya. Haji Umar

mempersilakan masrakat untuk bersawah dan tinggal di tempat itu asalkan tidak nuan (jangan

dijadikan hak milik pribadi) dan apabila akan pindah sawah dan tanah penegaan (tempat

bangunan rumah) tidak boleh di jual, sebelum sawah dan penegaan itu diberikan ada yang

menjadi syarat utama yaitu mengucapkan dua kalmia syahadat Beliau juga menggunakan

metode dakwah dengan pendekatan budaya seperti betadut dan bepuum dan itu sangat efektif,

hal ini selaras dengan yang di kemukakan oleh Nyimas Umi Kalsum bahwah Islam dan

kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang gemilang, namun juga

salah satu kekuatan penting yang cukup diperhitungkan dunia dewasa ini. Al Qur’an terus

menerus dibaca dan dikaji oleh kaum muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktor

pendorong dalam membentuk kehidupan manusia di permukaan bumi.

Setelah perkembangan Islam sagat pesat di desa tersebut kemudian Haji Umar

memutuskan untuk mencari jejak nenek moyangnya tempat pertama kali Puyang Awak

mengijakkan kaki di tanah Besemah yaitu di desa Pardipe. Setelah Haji Umar menetap di

Pardipe beliau mulai melanjutkan Dakwahnya, Haji Umar membangun kembali masjid

Puyang Awak yang sudah hancur dan masjid yang di bangun lebih besar dari masjid

sebelumnya hal ini dapat dilihat dari pondasi tiang yang sangat luas,

Setelah menetapnya Haji Umar di desa Pardipe banyak orang-orang yang berdatangan

untuk belajar agama. Orang belajar di desa tersen]but bukan hanya penduduk di sekitar desa

saja melaikan ada orang-orang yang datang jauh-jauh dari Lampung, Padang, Bengkulu dan

lain sebagainya. Tidak sedikit dari mereka yang belajar itu, tinggal menetap dan menjadi

penduduk desa tersebut. Dengan rutinitas keagamaan dan banyaknya orang-orang dari luar

tanah Besemah yang datang ke Pardipe untuk belajar agama maka desa itu dijuluki oleh

masyarakat sekitar sebagai Mekkah Kecil.

Menurut Haji Heri mengapa itu di juluki mekkah kecil oleh masyarakat sekitar, itu

karna dulu setiap hari Jum'at kumpul orang-orang berbaju putih sholat jum'at di masjid

Pardipe. Sedangkan menurut Haji Bujang Karnowi kenapa tempai ini dinamakan Mekkah

kecil karna pada saat pempangunan masjid, oleh Haji Umar seluruh masyarakat diajak gotong

Page 14: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

105

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

royong sama halnya seperti pembangunan masjid Nabawi di Madinah dan juga Pardipe adalah

tempat pertama masuknya Islam di tanah Besemah

F. Setelah Meninggalnya Haji Umar (1969)

Ulama adalah pelita untuk bumi, pengganti para nabi, pewarisku dan pewaris para nabi

(hadits as-Sayuti, Darul Fiqr, :69). Sepeninggal nabi Muhammad SAW, ulamala yang menjadi

pelita. Dengan ilmu dari para nabi itu, mereka menerangi seluruh penduduk bumi dan segala

islinya.mereka bertugas untuk menggantikan fungsinya para nabi dalam memelihara dan

menyebarluaskan ajaran Islam. Itula sebabnya mereka memperoleh gelar kehormatan menjadi

warasaat Al-anbiya’ , Pewaris para nabi. (Yies Sy’diyah dkk: 2012:17)

Sebagai pemimpin keagamaan, seorang tokoh agama adalah orang yang diyakini

mempunyai otoritas yang besar di dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena pemuka agama

atau dalam Islam ulama adalah tokoh yang dianggap sebagai orang yang suci dan dianugerahi

berkah. Karena peran pemuka agama telah memainkan fungsinya sebagai perantara bagi umat

beragama dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang apa yang terjadi baik di

tingkat lokal maupun nasional.

Tokoh agama diposisikan oleh masyarakat sebagai penerjemah dan memberikan

penjelasan dalam konteks agama dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam kehidupan

masyarakat pada umumnya. Ketegantungan masyarakat dengan Ulama itu sagat besar terbukti

di desa Pardipe kecamatan Dempo Sealatan Kota Pagaralam pada saat ditinggal orang yang

menjadi panutan.

Setelah Haji Umar meninggal banyak orang orang yang meninggalkan desa tersebut sehingga

desa Pardipe menjadi sepi, kebanyakan masyarakat desa itu pindah ke desa Muara Tenang. hal

ini juga disebabkan adanya konflik antara keturunan Haji umar dan Masyarakat Desa Pardipe

menurut (Muhammad Syawaluddin; 2014:14) Isu-isu kritis yang membingkai konflik sosial

yang seringkali dijumpai dalam sistem sosial, diantaranya Konflik sumberdaya alam dan

lingkungan (natural resources conflict) adalah konflik sosial yang berpusat pada isu claim dan

reclaiming penguasaan sumberdaya alam (tanah atau air) sebagai pokok sengketa terpenting.

Dalam banyak hal, konflik sumberdaya alam berhimpitan dengan konflik agrarian.

Menurut Saiman kepala desa Pardipe mengatakan “kalau sekarang ini penduduk pardipe

ini tinggal sedikit tidak lebih dari 40 keluarga, kebnyakan masyarakat desa ini pindah kedesa

lain seperti ke desa Muara Tenang dan desa Rempasai bahkan ada yang pulang kekampung

halaman mereka sendri yaitu tempat tanah kelahiran nenek moyang mereka sebelum mereka

ke desa Pardipe”

Sepeninggalnya Haji Umar aktifitas-aktifitas keagamaan sudah tidak Nampak lagi

masjid Tuan Sayid Haji Umar itupun hanya di gunakan untuk pengajian anak-anak desa

tersebut dan pada saat Sholat jum’at saja, sangat berbanding terbalik pada saat masih dipimpin

oleh Haji Umar seperti yang disampaikan oleh Malikus Wari Tokoh Adat Kel. Lubuk Buntak

“pada saat masih ada Haji Umar desa Pardipe itu rame apalagi setiap hari jum’at banayak

Page 15: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

106

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

orang yang datang dari berbagai daerah berduyun-duyun menuju desa Pardipe namun

sekarang sudah tidak terlihat lagi bahkan yang penduduk di desa itupun pindah ke desa lain.

Desa Pardipe pernah mengalami masa kejayaannya pada masya Haji Umar karana

karisma dan dan daya tarik dari seorang ulama tersebut mampu membangkitkan ajaran Islam

di wlaya besemah terkhusus di desa Pardipe, akan tetapi setelah meninggalnya beliau generasi

penerusnya tidak mampu meneruskan perjunagan dakwah beliau, mayarakat banyak

meninggalkan desa Pardipe sehingga desa tersebut menjadi sepi.

Hal ini sangan berkesinambungan dengan teorinya Oswald Spengler yang mengatakan

bahwa masyarakat diibaratkan sebagai manusia yang mengalami masa kanak-kanak masa

remaja masa dewasa dan masa tua mereka lahir tumbuh secara cepat mencapai tingkat

kedewasaan yang disebut sebagai masa keemasan masa kejatuhan dan meninggal (Steven

Vargo, Sosial Change).

Penutup

Pembawa Islam Pertama kali ke desa Pardipe adalah Syeh Nurqodim Al-Baharudin

atau lebih dikenal dengan sebutan Puyang Awak hal ini di kuatkan dengan sebuah arsip kuno

berupa kaghas (tulisan dengan huruf Ulu diatas kulit kayu) yang ditemukan di Dusun

Penghapau, Semende Darat, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, yang diterjemahkan

pada tahun 1974 oleh Drs. Muhammad Nur (ahli purbakala), ada beberapa catatan sejarah.

bahwa pada tahun 1072 Hijriyah atau 1650 Masehi, telah ada seorang tokoh ulama yang

bernama Syech Nurqodim al-Baharudin yang bergelar Puyang Awak, yang mendakwahkan

Islam di daerah dataran Gunung Dempo Sumatera Selatan.

Masuknya Islam di desa Pardipe dibawah oleh seorang mubalihg dari tanah Jawa,

karena sebelum memutuskan untuk hijrah dan menetap di tanah Besemah Syekh Nurqodim

bermukim di pulau Jawa dan hidup Satu zaman dengan Walisongo. beliau sangat berpengaruh

di bagian Tengah dan Selatan Pulau Jawa. Kemudian Puyang Awak hijrah melalui Banten

menuju Lanpung sempat singgah di desa Tanjung Tuo, lalu menyusuri sungai Komren terus

masuk ke sungai Lematang hingga sampaila ke desa Perdipe.

Desa Perdipe ini dikenal juga dengan nama Mekkah kecil ada beberpahal yang

menyebabkan kenapa desa perdipe ini disebut sebgai Mekkah kecil diantaranya; Pertama,

karena desa ini yang pertama kali menjadi tempat tumbuh dan dikenalkannya agama Islam di

jagat Besemah. Kedua, disetiap hari jum’at banyak orang-orang berdatangan ke desa tersebut

mengunakan baju putih seperti orang yang akan berangkat haji. Ketiga, pada saat pembangunan

masjid pada masa Haji Umar masyarakat bergotong-royong seperti pembangunan masjid

Nabawi di Madina. Dan keempat, bahkan ada juga yang mengtakan beribadah di Pardipe

selama 40 hari pahalanya sama halnya dengan orang yang berangkat haji.

Dinamika perkembangan Islam yang terjadi di desa pardipe ini di bagi beberapa fase

diantaranya: Pertama, pada awal datangnya Islam yaitu pada masa Puyang Awak, pada masa

ini adalah masa pengenalan, namun tidak sedikit yang melakukan penolakan dari masyarakat

sekitar, adapun yang sudah memeluk Islam, akan tetapi belum melaksanak syari’at seutuhnya.

Page 16: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237

e-ISSN: 2623-0178

107

online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Kedua, pada fase pengembangan Islam yaitu pada masa Haji Umar, perkembangan Islam pada

masa ini adalah puncak keemasan Islam di desa Pardipe karna pada masa inilah desa pardipe

dijadikan pusat belajar keagamaan di wilayah Pagaralam walaupun pada masa ini dihadapkan

dengan masa penjajahan. Ketiga, pada fase ini biasa juga disebut dengan fase kemunduran

yaitu masa setelah meninggalnya Haji Umar karana pada masa ini aktivitas-aktivitas

keagamaan sudah tidak berjalan lagi bahkan banyak penduduk desa yang meninggalkan desa

Pardipe.

Daprat Fustaka

Abdurrahman Mas‟ud, Sejarah Peradaban Islam , Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009

A. Bastari Suan dkk. Atung Bungsu Sejarah asal usul Jagad Besemah, Pagaralam: Pecinta

Sejarah dan Kebudayaan, 2007

Dzulfikridin, kepemimpinan meraje dalam masyarakat adat semende dan kesesuaian dengan

kepemimpinan Islam Palembang: Pustaka Auliya, 2001

Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Prenada Media Group, 2006

K.H.O Gajahnata Sry Edi Swarsono Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan,

Jakarta: UI Pres. 1986

Kontowijoyo, penjelasan sejarah, yokyakarta: Tiara Wacana:2008

Nor Huda Ali. Teori dan Metodologi Sejarah Beberapa Konsep Dasar , Palembang: Noer

Fikri 2016

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007

Sutoyo Al-Islam 2, Malang: PDKA, 1992

Yies Sy’diyah dkk. Prof K.H Anwar Musaddad Biografi Pengabdian, dan Pemikiran Uala,

Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012

http://www.pagaralampos.com/2016/03/12/puyang-awak-penyebar-islam-di-besemah , dikses

pada hari senin tanggal 3 september 2018

Page 17: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

92online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Mekah Kecil Di Tanah Besemah :Studi Terhadap Dinamika Perkembangan Islam di Desa Pardipe Kecamatan Dempo

Selatan Kota Pagaralam

Irpinsyah, Nor Huda Ali, Muhammad SyawaludinUniversitas Islam Negri Raden Fatah Palembang

[email protected], [email protected], [email protected],

Abstract

This research entitled "Small Mecca in the Land Besemah Study of the Dynamics of theDevelopment of Islam in Pardipe Village" This study aims to explore the dynamics of thedevelopment of Islam in the village of Pardipe from the phase of the arrival of Islam to thisday. This research includes field research with locations in Pardipe Village, South DempoSub-District, Pagaralam City, South Sumatra. This type of research uses a type of qualitativeresearch, namely a procedure that produces qualitative descriptive data in the form of words,images, and not numbers, from people or observable behavior. While the source of data fromthis study is primary and secondary as for data collection in this study, the primary datasource in this study is the source of data obtained through interviews and observations aboutthe condition of the subject and object of research, secondary data sources in this study arevarious documents or archives, artepak, news, and books relating to problems in research.The results of this study can be concluded as follows the entry of Islam into the village ofPardipe was brought by a mubalihg named Syeh Nurqodim Al-Baharudin or better known asPuyang Awak. The dynamics that occur in the development of Islam in the village of Pardipeis like following a cycle, where there are phases appearing to develop and experience decline.There are several reasons why the village of Pardipe is referred to as the small Mecca, thefirst because the village was the first place for the entry of Islam on weak land. white peoplewho often gather in the village

Keywords: Small Mecca, Besemah, Syeh Nurqodim Al-Baharudin

Abstraks

Penelitian ini berjudul “Mekah Kecil di Tanah Besemah Studi Terhadap DinamikaPerkembangan Islam di Desa Pardipe” kajian ini bertujuan untuk mengali sejrah mengenaidinamika perkembangan Islam di Desa Pardipe dari fase kedatangan Islam Sampai sekarangini. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dengan lokasi di DesaPardipe Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam Sumatera Selatan. Jenis penelitianmenggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu prosedur yang menghasilakan datadeskriptif kualitatif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, dari orang-orang atauperilaku yang dapat diamati. Sedangkan sumber data dari penelitian ini adalah primer dan

Page 18: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

93online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

skunder adapun untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, Sumber data primer dalampenelitian ini adalah sumber data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamtan(observasi) tentang kondisi subjek maupun objek penelitian, sumber data sekunder padapenelitian ini adalah berbagai dokumen atau arsip, artepak, berita, dan buku-buku yangberkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Hasil penelitian ini dapat disimpulkansebagai berikut masuknya Islam ke desa Pardipe ini dibawa oleh seorang mubalihg yangbernama Syeh Nurqodim Al-Baharudin atau lebih dikenal dengan sebutan Puyang Awak.Dinamika yang terjadi dalam perkembangan Islam di desa Pardipe yaitu seperti mengikutisebuah siklus, dimana ada fase muncul berkembang dan mengalami kemunduruan. Adabeberapa alasan mengapa desa Pardipe disebut sebagai Mekah kecil, yang pertama karna desatersebut adalah tempat pertama kali masuknya Islam di tanah besemah, yang keduapembangunan masjid pada masa Haji Umar sama seperti membangun masjid Nabawi diMadinah, yang ketinga banyaknya berdatangan orang-orang berbaju putih yang seringberkumpul di desa tersebut

Kata Kunci: Mekah Kecil, Besemah, Syeh Nurqodim Al-Baharudin

PendahuluanIslam dalam perkembangannya merupakan agama yang banyak berkaitan dengan

historis peradabannya. Tidak khayal jika dinamika peradaban Islam pun kerap munculberbagai perseptif serta Islam juga bersifat universal dan dinamis, Islam mengalami beberapapase dan tahapan dalam perkembangan dan penyebarannya. Ini dapat dilihat dari proses yangterjadi pada mayarakat dalam penerimaan terhadap Islam sebagai rahmatan lil Alamin(rahmat atau anugrah bagi seluruh alam)

Salah satu prinsip utama dalam hal ini,( Sutoyo:1992:3) bahwa Islam merupakan agamayang menjadikan Allah sebagai Tuhan atau kepercayaan. Agama juga berfungsi mengaturkehidupan sebelum kematian, perintah-perintah, larangan, anjuran, ibrah atau apapun yang adadalam al-quran yang ditujukan pada manusia, semuanya menceritakan proses bagaimanakehidupan di dunia ini seharusnya dijalankan.

Proses penyebaran Islam di Indonesia pada umumnya tidak dapat dilepaskan dariperanan para pedagang Islam., ahli-ahli agama Islam dan raja-raja atau penguasa yang telahmemeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah,yakni masyarakat sepanjang pesisir utara. Dalam hal ini, pembawa Islam kepada masyarakatNusantara adalah para saudagar-saudagar Muslim, baik yang datang dari Gujarat maupunArab. Dari hubungan ini mereka saling mengenal dan terjadi hubungan yang dinamis. Parasaudagar muslim tidak semata-mata hanya berdagang melainkan juga berdakwah(Abdurrahman Mas’ud : 2009:181).

Masuknya Islam ke wilayah Indonesia oleh (M. C. Ricklefs :1991:3) dibagi menjadidua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam kemudianmenganutnya. Kedua, orang-orang asing Asia, seperti Arab, India, dan Cina yang telah

Page 19: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

94online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

beragama Islam bertempat tinggal secara menetap di suatu wilayah Indonesia, melakukanperkawinan dengan penduduk asli dan mengikuti gaya hidup lokal yang sedemikian rupasehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu atau suku lainnya.

Sama halnya dengan daerah lain, masuknya agama Islam di propinsi Sumatra Selatantidak terlepas dari peran para pedagang Islam . Masuknya Agama Islam ke propinsi SumateraSelatan sebagaimana yang dihasilkan oleh seminar “Masuk dan Berkembangnya Islam diSumatra Selatan” yang di selenggarakan oleh Majlis Ulama Insdonesia daera SumateraSelatan pada Tahun 1984 menyebutkan

1. Berdasarkan sumber-sumber sejarah sepanjang yang dapat diketahui, masuknya Islamke wilayah Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang diperkirakan terjadi sekitarabad kedua Hijriah atau abad ketujuh Masehi dengan jalan damai melalui pelayaran danperdagangan. Para pedagang yang membawa agama Islam diterima dengan baik sebagaisalah satu kelompok pedagang muslim di lingkungan Kerajaan Sriwijaya.

2. Kelompok pedagang muslim ini, selain berdagang, melakukan hubungan dengankelompok masyarakat lainya sehingga berangsur-angsurdan sesuai dengan kondisisetempat pada masa itu, Munculah agama ini secra lambat laun sepanjang abad ketujuhsampai abad keempat belas Masehi (K.H.O. GadjahNata, Sri Edi Suasono 1986: 270).Dengan pesatnya perkembangan Islam pada waktu itu hingga memasuki daerah-daerah

pedalaman yang pada akirnya masuklah di wilayah Besemah, yang lebih tepatnya di DesaPardipe Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam yang dipercayai sebagai tempat pertamakali masuknya Islam di Besemah

Agama Islam diperkirakan sudah masuk atau dikenal di Tanah Besemah pada abad ke-15 M atau setidak-tidaknya abad ke-16 M. Tokoh yang mula-mula menyiarkan Islam diTanah Besemah adalah Syeh Nurqoddim Al-Baharudin atau Syeh Baharudin Nurqodim.Masyarakat Besemah sendiri sering menyebut dengan sebutan Puyang Awak. Bahkan tokohpembawa ajaran Islam di Tanah Besemah sudah dianggap wali (penyiar Islam ). Gadjah NataSri Edi Sumarsono (1985:45) menjelaskan keberadaan Nurqodim di Tanah Besemah “diantara para mubalihg yang dikenal masyarakat Pedesaan di daerah ini adalah Nurqodim(Puyang Awak) yang berlokasi di Pardipe di daearah Pagaralam.

Berdasarkan arsip kuno berupa kaghas (tulisan dengan huruf Ulu di atas kulit kayu)yang ditemukan di Dusun Penghapau, Semende Darat, Kabupaten Muara Enim, SumateraSelatan, yang diterjemahkan pada tahun 1974 oleh Drs. Muhammad Nur (ahli purbakala), adabeberapa catatan sejarah. Bahwa pada tahun 1072 Hijriyah atau 1650 Masehi, telah adaseorang tokoh ulama yang bernama Syech Nurqodim al-Baharudin yang bergelar PuyangAwak yang menyebarkan Islam di kaki gunung dempo (Desa Pardipe)

Pardipe adalah sebuah desa kecil yang terletak di Kota Pagaralam, berjarak sekitar 10km dari pusat Kota. Selain di kenal dengan nama Pardipe, desa ini juga sering disebut dengannama Peraudipe, Perahu Dipo atau Pardipe. Pardipe saat ini temasuk dalam wilayahadministratif Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagaralam. Kota Pagaralam degan letak gorafisterletak di kaki Bukit barisan. Terletak kearah sebelah barat Kota Palembang atau di

Page 20: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

95online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

pedalaman Sumatra Selatan. Terhampar di lereng-lereng bukit dan Gunung Dempo denganketinggian 3200 m di atas permukaan laut.

Penduduk yang menghuni desa Pardipe adalah penduduk asli Kota Pagaralam yangdisebut dengan suku Besemah (Jeme Besemah) Dari segi bahasa penduduk Desa ini selalumenggunakan bahasa Besemah sebagai bahasa sehari-hari mereka. Bahasa Besemah tidakbersifat feudal dalam bentuk tingkatan-tingkatan bahasa seperti bahasa Jawa dan Sunda.Mereka juga memiliki system aksara yang disebut dengan surat ulu. Susunan surat ini adalahKe-Ge-Nge dan ditulis di atas Kaghas, yaitu sebuah kulit kayu yang di dalamnya terdapattulisan aksara Hurup Ulu (Bastari Suan 2007: 24).

Adapun beberapa bukti yang menguatkan mengapa desa tersebut dikatakan tempatpertama kali mesuknya Islam di Pagaralam diantaranya adanya makam dari Syeh NurqoddimAl-Baharudin atau sering disebut juga sebagai puyang Awak, makam tersebut tidak jauh daripemukiman masyarakat desa Pardipe bejarak sekitar 500 meter dari pemukiman, makam inijuga sangat di keramatkan oleh berbagian masyarakat bahkan masyarakat dari luar Pagaralamitu sendiri . Syeh Norqoddim Al-Baharudin atau puyang yang dipercayai sebagai pembawaIslam pertama kali ke tanah Besemah.

Selain makam dari Syeh Nurqodim Al-Baharuddin ada juga masjid tertua di Pagaralam,sebagai mana yang disampaikan oleh Bujang Karnawi. Bahwa cikal bakal agama Islam diPagaralam diduga kuat sudah ada sejak abad ke-15 Masehi. Ini dibuktikan adanya rumahibadah di Dusun Prahu Dipo, Kelurahan Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan. Rumahibadah ini dibangun ulama asal Jawa, Syech Nurqodim Al-Baharudin, bergelar Puyang Awak.Masjid ini hanya beratapkan seng tanpa dinding. Masyarakat disini menyebutkan sebagaiMasjid Agung Puyang Awak. Masjid ini sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangunkembali oleh haji Umar dan Haji Umarla yg melanjutkat dakwah beliau di Desa Pardipe.

Pada masa Haji Umar aktifitas keagamaan di Desa Pardipe semakin aktif sehinggasering di jadikan tempat perkumpulan tokoh-tokoh agama dari berbagai daerah termasuk dariluar Besemah itu sendiri seperti dari Lampung, Padang dan lain sebgainya, ada juga yangmengatakan bahwa Desa Pardipe itu adalah tempat berkumpulnya orang-orang tarekat padamasa itu. Dari aktifmya aktifitas keagamaan di sana dan sering datangnya orang orang-orangdari luar yang ikut dalam melaksanakan aktifitas keagamaan. Sehingga muncul di kalanganmasyarakat bawahwa Desa Pardipe itu sebagai Mekah Kecil.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengali tentang Mekkah Kecil di tanahBesemah, stadi kasus terhadap dinamika perkembangan Islam di Desa Pardipe KecamatanDempo Selatan Kota Pagaralam. Penelitian ini difokuskan dengan sejarah masuknya danberkembangnya Islam di tanah Besemah serta menelusuri dinamika yang terjadi di kalanganmasyarakat dalam perkembangan Islam sehingga munculnya istilah Mekka kecil.

Page 21: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

96online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Metodologi PenelitianDalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah (metode historis)

Sebagaimana menurut (Endang Rochmiatun 2013:13) bahwa Sejarah sebagai “ilmu”mempunyai metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Langkah-langkah heuristik dan kritik- kritik sumber yang dilakukan adalah metode metode objektifilmiah yang umum sekali dalam penelitian sejarah. Penelitian sejarah hakekatnya adalah untukmencari kebenaran dan kebenaranya berdasar pada metode ilmiah/pengetahuan

Metode Historis yaitu penyelidikan dalam suatu maslah dengan mengaplikasikan jalanpemecahan darspektif sajarah, metode sejarah ini menggunakan empat langkah kegiatan yaitu:1. Mengumpulkan objek dan bahan-bahan, tercetak, tertulis atau lisan yang relevan (hioristik)2. Menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik (analisis data) 3. menyimpulkan kesaksianyang dapat dipercaya (interpetasi data) 4. Menyusun kesaksian yang dapat dipercaya menjadicerita penyajian yang berarti (historiografi). Dalam metode ini menulis gunakan untukmengkaji dan mengkostruksi sejrah munculnya istilah Mekkah kecil di desa pardipekecamatam Dempo selatan kota Pagaralam

Kerangka TeoriPada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat

dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan. Adanya perubahantersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatumasyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakatpada waktu yang lampau. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnyamerupakan suatu proses yang terus menerus. ini berarti bahwa setiap masyarakatkenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.

Namun perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yanglain tidak selalu sama. Hal ini di karenakan adanya suatu masyarakat yang mengalamiperubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebutdapat berupa perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatuperubahan yang terjadi di masyarakat. Juga terdapat adanya perubahan yang memilikipengaruh yang luas maupun yang terbatas. Disamping itu juga ada perubahan yang prosesnyalambat, dan ada juga perubahan yang prosesnya berlangsung dengan cepat.Dengan demikian Peneliti akan membahasnya berdasarkan teori siklus Oswald Spengler diamengatakan bahwa masyarakat diibaratkan sebagai manusia yang mengalami masa kanak-kanak masa remaja masa dewasa dan masa tua mereka lahir tumbuh secara cepat mencapaitingkat kedewasaan yang disebut sebagai masa keemasan masa kejatuhan dan meninggal(Steven Vargo, Sosial Change). Dalil yang digunakan Spengler ialah bahwa kehidupan sebuahkebudayaan dalam segala-galanya sama dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan hewan danmanusia, persamaan itu terdapat pula dengan alam semesta makrokosmos dan mikrokosmossemua dalam susunan dan semua kehidupannya. Adapun persamaan itu berdasarkan

Page 22: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

97online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

kehidupan organisme yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari pada patung hukumitu tampak pada siklus

Selain itu juga akan dibahas berdasarkan teori perubahan sosial Selo Soemarjan,Menurut beliau, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembagakemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi system sosial, termasuk didalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola prilaku di antara kelompok dalam masyarakat.Menurutnya, antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yangsama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatuperbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan sosial yaitu perubahanyang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspekkehidupan. Sebagia akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang telah didukungoleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencarikestabilannya.

Selanjutnya Teori (Evolusi Piotr Sztomka :2007:125-126) perubahan evolusi dibayangkanberpola unilinear, mengikuti pola atau lintasan tunggal. Perbedaan antara berbagai bagianmasyarakat atau antara kultur dalam masyarakat manusia selaku keseluruhan dianggapdisebabkan oleh perbedaan langkah proses evolusi di berbagai bagian dunia, yakni ada yanglambat dan ada juga yang lebih cepat.

Masyarakat yang lebih primitif atau terbelakang, bener-bener terlambat dalam proses,namun tanpa terelekkan akan bergerak, melalui jalan yang sama, mengikuti masyarakat yanglebih maju khususnya masyarakat Barat yang paling dewasa. Perubahan masyarakatdipandang sebagai sesuatu yang alamiah, terjadi dimana saja, niscaya dan merupakan cirri takterhindarkan dari realitas sosial. jika terlihat stabilitas atau stagnasi, itu ditafsirkan sebagaiperubahan yang tertahan, terhalang dan dipandang sebagai perkecualian.

Evolusi meliputi semua kesatuan kultur konkrit. Setiap kultur atau setiap aspek kulturtertentu bekembang secara berbeda dan mengikuti mekanisme sendiri. Dalam kajian ini kulturdianggap sebagai suatu bagian yang mempunyai bentuk-bentuk Dalam kajian ini kulturdianggap sebagai suatu bagian yang mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda di tempat yangberbeda dan kultur inilah yang lam-kelamaan akan mengalami perubahan secara lambat(evolusi).

Evolusi ini melingkupi seluruh aspek kebudayaan dan punya metode tertentu danbersifat ganda. Adanya dominasi faktor tekno-ekonomi punbersifat ganda. Adanya dominasifaktor tekno-ekonomi puna peran yang cukup berarti. Kultur ini sangat erat kaitannya dengankegiatan sehari-harim suatu masyarakat seperti kegiatan keagamaan.

Adapun teori ini pada dasarnya akan berpijak perubahan yang memerlukan proses yangcukup panjang, dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untukmencapai perubahan yang sesuai dengan keinginan

Selain itu peneliti juga akan melihat dari segi dakwah yang berupa metode danpendekatan dakwah Islamia yakni dakwah bil-hal (perbuatan nyata) yaitu berupa prilaku yangsopan sesuai dengan ajaran Islam , memelihara lingkungan tolong menolong sesame

Page 23: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

98online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

memberikan pelayanan. Melalui medode dakwah bilhikmah (QS. An-Nahl 125). Meleluiberbagai saluran Islamisasi diantaranya: perdagangan, pernikahan, tasawuf dan kesenian(Poesponegoro Djoened Soerdjono :2008:169.

Teori-teori di atas dikembangkan dan diselaraskan dengan dengan kondisi umat Islampada masa itu yaitu pada akhir abad ke 19 di Desa Pardipe, berdasarkan latar belakang sejarahmasuk dan berkembangnya Islam di Desa Pardipe untuk di kaji diketahui hal-hal yang dimaksudkan dari kerangka teori

Dinamika dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki beberapa definisi, dinamikasebagai bentuk dinamis, dinamika juga merupakan sebuah tenaga, atau semangat yangsenatiasa bergerak. Dinamika dengan bidang terkait adalah sosial, maka penulis jugamencantumkan dinamika sosial yang juga dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu sebuahgerak masyarakat secara terus menerus yang menimbulkan berubahan dalam tata hidupmasyarakat yang bersangkutan.

Selanjutnya untuk mengembangkan tulisan ini perlu di pahami arti kata perubahan.Menurut kamus terbaru bahasa Indonesia (tim rality 2008, hal. 658) perubahan berasal darikata ubah artinya menjadi berbeda, menjadi lain dari semula. Sedangkan perubahan adalahkeadaan berubah, peralihan, pertukaran. Perubahan yang di maksud dlam tulisan ini adalahperubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat seiring perkembangan agama Islam diDesa Pardipe.

Hasil dan DiskusiA. Istilah Kata Besemah

Kata Pasemah berasal dari Prasasti Balatentara Yayasana Kedatuan Sriwijaya yangditemukan setelah penaklukan Lampung tahun 680 M. Prasasti tersebut yaitu prasasti PalasPasemah yang menuturkan, bahwa suku ini telah ada sejak sebelum abad ke-6 M. Pada masaitu suku Pasemah kaya dengan nilai-nilai adat tradisi dan budaya yang khas. bahkan sampaidengan abad ke-16 masyarakat di tanah Pasemah sejak dulu sudah memiliki tatanan dan aturanmasyarakat yang bernama "Lapik Empat Mardike Diwe”, yakni "Perwujudan DemokrasiMurni" yang muncul berkembang dan diterapkan sepenuhnya oleh semua komponenmasyarakat setempat. (Temenggung Citra Mirwan :2013:27.

Berbeda tatanan dan aturan masyarakat Pasemah dimata orang-orang Barat, merekamengganggap ketidaktaatan dan ketundukan dengan penjajah, orang-orang Pesemah dianggappemberani dan liar. Hal ini diilustrasikan dari tempat orang-orang Pasemah pernah dituliskanoleh JSG Grambreg (Pegawai Hindia Belanda tahun 1865) bahwa "Barang siapa yangmendaki Bukir Barisan dari arah Bengkulu, kemudian menjejakkan kaki di tanah KerajaanPalembang yang begitu luas; dan barang siapa yang melangkahkan kaki dari arah utara EmpatLawang (negeri empat gerbang) menuju ke dataran Lintang yang indah, sehingga ia mencapaikaki sebelah Barat Gunung Dempo, maka sudah pastilah ia di negeri orang Pasemah. Jika iaberjalan mengelilingi kaki gunung berapi itu, maka akan tibalah ia di sisi Timur dataran tinggiyang luas yang menikung ke arah Tenggara, dan jika dari situ ia berjalan terus lebih ke arah

Page 24: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

99online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Timur lagi hingga dataran tinggi itu berakhir pada sederetan pengunungan tempat dari sisi ituterbentuk batasan alami antara negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah kekuasaan HindiaBelanda "

Djohan Hanafiah menyatakan bahwa awalnya mereka orang-orang luar, khususnyaorang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah. Orang Inggris, sepertiThomas Stamford Rafless Pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811) danterakhir mendapar kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnyadengan Passumah. Orang-orang Pussumah dianggap sebagai orang-orang liar.

Bukti tentang keberanian orang Pasemah seperti diungkap penenalan orang-orangEropa, terutama Belanda dan Inggris terhadap orang-orang Pasemah pada awalnya sangatapriori. Orang Belanda dengan picik sebutan "dat de Pasoembers zonen gebragt" (orangPasemah tak akan diajak bicara jika tidak diberi unjuk kekuatan militer) , Demikian juga SirTomas Raffles, seorang Gubernur Jendral di Bengkulu, pertama kali dia menganggap orangPasemah sebagai The pasumabs were a svage, ungovernable race, and thet no ternscould everbe made with them (Orang Pasemah adalah buas, ras yang tidak berpemerintahan dan tidakada istilah yang dapat sesuai untuk mereka.) Serelah menempuh perjalanan yang berat danmelelahkan mendaki Gunung dan bukit serta menembus belantara, bertemula Raffles Denganorang Besemah. Perjalanan ini adalah perjalanan khusus untuk mententramkan orangPasemah.

Pada waktu itu, wilayah Pasemah masih belum masuk dalam jajahan Hindia Belanda.Operasi-operasi militer Belanda untuk menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama, daritahun 1821 sampai 1867. Johan Hanafiah menyebutkan bahwa "perlawanan orang Pasemahdan sekitarnya adalah kekerasan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatanabad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya".

Selanjutnya, perlawanan dan perjuangan panjang yang disebutkan oleh Djohan bukankeliuaran dan ketidaktaatan seperti yang dikatakan oleh orang-orang luar. Perlawanan ituberarti berjuang mempertahankan tanah kelahiran dan kekuatan dari bangsa lain. Sedangkanpemakaian nama Passumah oleh orang-orang Inggris yang rupanya sudah pernah muncul padalaporan orang Portugis jauh sebelumnya.

Memperhatikan pendapat Djohan di atas, maka wajar kiranya Mohammad Samanseorang budayawan Besemah menyebutkan bahwa kata Pasemah merupakan salah satukesalahan orang-orang luar, padahal yang tepat adalah Besemah lazimnya dipakai olehpenduduk setempat. Dengan hal-hal tersebut, maka sebutan yang sesungguhnya yang lebihdikenal masyarakat adalah kesalahan pengucapan orang-orang Belanda atau Barat, sedangkanpengucapan yang benar, yaitu Besemah digunakan oleh penduduk yang bermukim di TanahBesemah.

B. Letak Geografis dan Kondisi AlamDaerah Besemah terletak di kaki Bukit Barisan. Daerahnya meluas dari lereng-lereng

Gunung Dempo ke selatan sampai ke Ulu sungai Ogan ( Kisam ), ke barat sampai Ulu alas (

Page 25: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

100online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Besemah Ulu Alas ), ke utara sampai ke Ulu Musi Besemah ( Ayik Keghuh ),dan ke arahtimur sampai Bukit Pancing, Pada masa Lampik Empat Merdike Due, daerah Besemah sudahdibagi atas Besemah Lebar, Besemah Ulu Lintang, Besemah Ulu Manak, dan Besemah AyikKeghuh.( Marzuki Bedur dkk :2005:38)

Meskipun nama-namanya berbeda, namun penduduknya mempuyai hubungan atauikatan kekerabatan yang kuat (genealogis). Daerah Besemah merupakan dataran tinggi danpegunungan yang bergelombang. Ketinggian wilayah sangat bervariasi, dari ketinggian sekitar441 meter dpl, (di atas permukaan laut) sampai dengan 3.000-an meter lebih dpl. Daerahdataran tinggi 441 meter sampai dengan 1.000 meter dpl, sedangkan daerah berbukit danbergunung (bagian pegunungan) berada pada ketinggian di atas 1.000 meter hingga 3.000meter lebih dpl. Titik tertinggi adalah 3.173 meter dpl, yaitu puncak Gunung Dempo ( Bos,1947:35 ), yang sekaligus merupakan gunung tertinggi di Sumatera Selatan. Daerah GunungDempo dengan lereng-lerengnya pada sisi timur dan tenggara mencakup 58,19 % dari luaswilayah Kota Pagar Alam sekarang yang 633,66 hektar ( Bappeda, 2003 : 7-12 ).

Bukit dan gunung yang terpenting di wilayah Kota Pagaralam, antara lain adalahGunung Dempo ( 3.173 m), Gunung Patah, ( 2.817 m ), Bukit Raje Mendare, Bukit Candi,Bukit Ambung Beras, Bukit Tungku Tige ( Tungku Tiga ), dan Bukit Lentur. Bagian wilayahkota yang marupakan dataran tinggi, terutama bagian timur, umumnya disebut “ TengahPadang”. Daerah pusat Kota Pagaralam yang meliputi kecamatan Pagaralam Utara danKecamatan Pagaralam Selatan atau wilayah bekas Marga Sumbay Besak suku alundue terletakpada ketinggian rata-rata 600 samapai 3.173 meter dpl. .( Marzuki Bedur dkk :2005:38)

Daerah Besemah dialiri sejumlah sungai, satu diantaranya adalah sungai Besemah(Ayik Besemah). Pada zaman dahulu, keadaan alamnya sangat sulit dilewati, menyebabkandaerah ini jarang didatangi oleh Sultan Palembang atau wakil-wakilnya (raban dan jenang).Kondisi alam yang cukup berat ini menyebabkan sulitnya pasukan Belanda melakukanekspedisi-ekspedisi militer untuk memadamkan gerakan pelawanan orang Besemah. Mengenaikeadaan alam Besemah pada permulaan abad ke-19, menurut pendatang Belanda darikarangan van Rees tahun 1870 melukiskan.

Sampai dengan tahun 1866 ada rakyat yang mendiami perbukitan yang sulit di datangidi sebalah tenggara Bukit Barisan yang tidak pernah menundukkan kepalanya kepada tetanggawalaupun sukunya lebih besar. Walau hanya terdiri dari beberapa suku saja, merekamenanamkan dirinya rakyat bebas merdeka. Dari barat daya sulit ditembus oleh orang-orangBengkulu, dari tiga sudut lain dipagari oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi danditutupi oleh hutan rimba yang lebat dan luas di daerah pedalaman Palembang. (Apriantoni:2015:72)

C. Asal-usul Suku BesemahSampai sekarang masih belum jelas dari mana sebenarnya asal-usul suku Besemah.

Apakah teori-teori tentang perpindahan penduduk yang diikuti sekarang berlaku juga bagi

Page 26: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

101online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

suku Besemah, masih diliputi kabut rahasia. Namun yang jelas, jauh (berabad-abad) sebelumhadirnya mitos Atung Bungsu, di Tanah Besemah, di lereng Gunung Dempo dan daerahsekitarnya, telah ada masyarakat yang memiliki kebudayaan (tradisi megalitik) sebagaimanatelah diuraikan oleh penelitian terdahulu dan bukti-bukti budaya megalitik di tanah Besemahitu sampai sekarang masih ada. Tetapi permasalahannya, apakah jeme Besemah sekarang iniadalah keturunan dari pendukung budaya megalitik tersebut.

Suku Pasemah atau Besemah adalah suatu masyarakat adat yang bermukim di daerahperbatasan provinsi Sumatra Selatan dengan provinsi Bengkulu. Wilayah pemukiman sukuPasemah meliputi daerah sekitar kota Pagar Alam, kecamatan Jarai, kecamatan Tanjung Saktidan daerah sekitar Kota Agung kabupaten Lahat. Wilayah pemukiman suku Pasemah iniberada dekat sekitar kaki Gunung Dempo.

Keberadaan suku Besemah sendiri diperkirakan telah ada di wilayah Sumatra Selatansejak ribuan tahun sebelum Masehi, bersama suku Komering dan suku Lampung. Hanya sajasejak awal kedatangan, telah terpisah-pisah dan berbeda tempat pemukiman. .( Marzuki Bedur

dkk :2005:38)

Suku Besemah, kaya dengan nilai-nilai adat, tradisi dan budaya yang khas.Masyarakat di tanah Besemah sejak dulu sudah memiliki tatanan dan aturan masyarakat yangbernama “Lampik Empat, Merdike Due” yakni, "Perwujudan Demokrasi Murni", yangmuncul, berkembang, dan diterapkan sepenuhnya, oleh semua komponen masyarakatsetempat.

Menurut cerita rakyat di Besemah, Atung Bungsu datang ke Besemah pada saat tempatini sudah di diami oleh suku Rejang dan Berige. Ia sampai berdialog dengan salah seorangpimpinan suku Rejang yang bernama Ratu Rambut Selaku dari Lubuk Umbay yang masing-masing merasa berhak atas Tanah Besemah. Mulai sumpah, akhirnya Ratu Rambut Selakemengakui bahwa yang lebih berhak adalah Atung Bungsu.

Ucapan Atung Bungsu itu kira-kira sebagai berikut, “Jikalau bulak, jikalau buhung,tanah ini aku punye, binaselah anak cucungku”. Sedangkan M. Zoem Derahap, yang dijulukiPak Gasak, dusun Negeri Kaye, Tanjung Sakti, bercerita bahwa rakyat Lubuk Umbay yangdipimpin Ratu Rambut Selake setelah mengakui Tanah Besemah milik Atung Bungsu merekalalu diberi kedudukan sebagai Sumbay dalam Jagat Besemah, tetapi tidak masuk dalam systempemerintahan Lampik Empat Merdike Due. Sumbay mereka itu dinamakan Sumbay LubukUmbay.

Sebagian masyarakat Besemah percaya bahwa kedatangan Atung Bungsu bersamaDiwe Semidang (Puyang Serunting Sakti) dan Diwe Gumay. Diwe Gumay menetap di BukitSeguntang Palembang, sedangkan Diwe Semidang pada mulanya juga tinggal di BukitSeguntang, lalu pagi menjelajah Batanghari sembilan sampai akhirnya menetap di suatutempat yang disebut Padang Langgar (Pelang Keniday). Keturunan kesebelas dari DiweGumay, yaitu Puyang Panjang sebagai juray kebalikan baru menetap dibagian Ilir tanahBesemah, yaitu di Balai Buntar (Lubuk Sempang).

Page 27: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

102online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Selain cerita rakyat yang tetap hidup dan berkembang di Besemah, mengenai asal-usulsuku Besemah, seorang pengelana bangsa Inggris, E.Presgrave, yang mengunjungi daerahBesemah, memberikan cerita dalam The Journal of The Indian Archipelago (Harian dariKumpulan India) sebagai berikut (Gramberg, 1867:351-352).

Sewaktu kerajaan Majapahit runtuh, seorang kakak laki-laki dan seorang adikperempuan dengan banyak pengikut, telah meninggalkan Majapahit dan mendarat di PantaiTimur Sumatera. Adik perempuannya menempatkan dirinya di Palembang, dimana ia dalamwaktu singkat telah menjadi ratu yang terpandang. Kakaknya (Atung Bungsu), yang lebih jauhmasuk ke pedalaman, menetapkan diri di Lembah dari Passumah yang subur. Dengandemikian tanah ini diduduki dan dihuni para pendatang ini.

Mitos atau cerita mengenai Puyang Atung Bungsu terdapat beberapa versi yang antaralain dapat di baca dalam “Soerat Assal Oerang Mendjadikan Djagat Passumah” dengan kodeML 608 (BR.157.VIII) dan kode ML 234 yang ada di perpustakaan Museum Nasional,Jakarta. Sumber dengan kode ML 234 ditulis oleh Muhammad Arif dari dusun Benuakelingtanggal 28 November 1898 yang disalinnya dari suatu kitab orang dusun Tanahpilih, MargaSumbay Ulu Lurah Benuakeling, yaitu Pangeran Samadil. Sumber data ini, sebelumnya disalinkembali oleh Muhammad Tayib yang pernah magang di kantor Kontrolir dari Bandar tanggal25 Januari 1889. Jadi, sumber ini sudah disalin beberapa kali. Sumber aslinya dalam bentukhuruf Arab Gundul (Surat Melayu) yang kemudian ditulis dalam bentuk huruf Latin. .( Marzuki

Bedur dkk :2005:43)Ada lagi sumber yang ditulis oleh A. Grozali Mengkerin, juga dari dusun Benuakeling

yang berjudul “Benuakeling Puting Jagat Besemah”. Selanjutnya ada lagi versi lain, misalnyayang ditulis oleh Musa dari dusun Muara Siban, M.S. Panggarbesi, Abdullah (Bedul) dusunGelungsakti, dan beberapa tulisan lainnya. Cerita tentang Puyang Atung Bungsu ini banyakdibumbui dengan cerita-cerita yang berbau mistik, irrasional dan sulit diterima oleh akal sehat.

Pada umumnya cerita tentang Atung Bungsu ini terdapat persamaan, bahwa tokoh iniberasal dari Kerajaan Majapahit dan dua orang anaknya, Bujang Jawe (Bergelar PuyangDiwate) dan Riye Rekian. Atung Bungsu dan keturunannya dianggap genre yang menjadikan“Jagat Besemah”. Konon, menurut cerita, kata “Besemah” berasal dari cerita istri AtungBungsu yang Bernama Putri Senantan Buwih (anak Ratu Benuakeling) yang ketika sedangmencuci beras di sungai, bakul berasnya dimasuki ikan semah

Salah seorang keturunan Bujang Jawe (Puyang Diwate) bernama puyang Mandulake(Mandulike) yang berputra lima orang, yaitu (1) Puyang Sake Semenung atau Semanung(menjadikan anak keturunan Pagargunung), (2) Puyang Sake Sepadi, melalui anaknya SingeBekkurung yang bertempat tinggal di dusun Benuakeling menjadikan Marga Tanjung Ghaye,Sumbay Ulu Lurah, Sumbay Besak, Sumbay Mangku Anum, dan Sumbay Penjalang, (3)Puyang Sake Seratus menjadikan anak keturunan Bayuran (Kisam), (4) Puyang Sake Seketi(mati bujang, tidak ada keturunan). Puyang Singe Bekurung mempunya anak Puyang Pedane.Puyang Pedane beranak Puyang Tanjung Lematang. Puyang ini kemudian beranak tiga orang,yaitu Puyang Riye Lisi, Riye Ugian, dan Riye Lasam. Puyang Riye Lisi pindah ke Kikim

Page 28: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

103online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

menjadikan anak Merge Penjalang di Besemah Libagh, dan Puyang Riye Lasam menjadikanketurunan Sumbay Ulu Lurah.

Tentang asal-usul suku Besemah, versi lain menceritakan bahwa ada seorang “WaliTua” dari salah satu anggota keluarga Kerajaan Majapahit berangkat ke Palembang, kemudiankawin dengan Putri (anak) Raja Iskandar yang menjadi Raja Palembang. Salah satu keturunaninilah yang bernama Atung Bungsu yang pada suatu ketika berperahu menyelusuri sungaiLematang dan akhirnya sampai di sungai yang belum diketahui namanya, tempatnya menetapdinamakan Benuakeling .

Di sungai itu, Atung Bungsu melihat banyak ikan semah yang mengerumuni bekas-bekas makanan yang dibuang ke sungai. Atung Bungsu menceritakan kepada istrinya bahwadi sungai banyak ikan semah-nya. Konon katanya, nama ikan inilah yang menjadi cikal-bakalasal-usul nama “Besemah” yang artinya “sungai yang ada ikan semahnya”. Sungai itulah yangsampai sekarang dikenal dengan nama Ayik Besemah diantara dusung Karanganyar dengandusun Tebat Gunung Baru sekarang. Jadi, ada beberapa versi cerita mengenai ikan semahsebagai asal nama Besemah, di antaranya versi Atung Bungsu dan versi Senantan Buih.

D. Awal Masuknya Agama Islam ke Tanah BesemahMasuk dan berkembangnya agama Islam di Besemah (Kota Pagaralam dan sekitarnya)

tidak bisa lepas dari peran seorang Puyang Awak. Tokoh ini diyakini sebagai penyebar Islampertama di Besemah. Dalam menyebarkan agama Islam, Puyang Awak tidak menempuh carayang frontal.“Puyang Awak atau Syekh Nurqodim Al-Baharudin merupakan penyebar Islampertama di Besemah,” tegas Tuan Guru Fikri Al-Muslim, saat dibincangi Pagaralam Pos, usaipelaksanaan shalat kusuf (gerhana) di alun-alun Merdeka, Kelurahan Beringin JayaKecamatan Pagaralam Utara, belum lama ini.

Dijelaskannya, Puyang Awak datang ke Besemah untuk menyebarkan Islam padatahun 1600-an atau sekitar abad ke-17 M. Saat itu kata Fikri, kondisi sosial masyarakatBesemah masih belum teratur. Sedangkan dari sisi keagamaan, masyarakat Besemah saat itubelum mengenal yang namanya Islam. “Saat Puyang Awak datang, masyarakat Besemahmasih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme,” tutur Fikri. “Kalau kita tarik lebihjauh lagi yakni pada zaman orang nek dan nuk. Maka, animisme dan dinamisme itu sudah adasejak lama,” sambungnya. Karena kondisi itu, Puyang Awak menyebarkan Islam denganmengajarkan soal fondasi keimanan, yakni tentang tauhid. “Puyang Awak mengajarkan tauhidatau tentang keesaan Tuhan”.

Puyang Awak juga tidak menyebarkan Islam di Besemah secara frontal. Sebab jikaditempuh dengan cara frontal, belum tentu bisa diterima masyarakat Besemah saat itu, danjuga bisa menimbulkan perlawanan hingga berujung kekerasan. Maka Puyang Awak lebihmemilih cara-cara yang sejuk. “Dalam menyebarkan Islam di Besemah, Puyang Awak masukke ranah seni budaya. Misalnya melalui seni guritan. Sehingga muncullah adat bersendikansyara’, syara’ bersendikan kitabullah. Atau Adat bersendikan hukum, hukum bersendikankitab Al-Qur’an,” tutur Fikri.

Page 29: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

104online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

E. Perkembangan Islam Pada Masa Haji Umar (1925)Setelah kepergian Puyang Awak dari tanah bersama perjuangan ajaran Islam

dilanjutkan oleh keturunannya. Diantaranya yang paling terkenal di Desa Pardipe dansekitarnya ialah Puyang Tuan Haji Umar yang merupakan generasi ke 9 Puyang Awak. HajiUmar terkenal gigih dalam mendakwahkan ajaran Islam Haji Umar mengembangkan ajaranIslam di desa Pagaruyung kecamatan Kota Agung sebelum pindah ke Pardipe.Menurut Haji Hari, cucu dari Haji Umar ia menceritakan Haji Umar menetap di DesaPagaruyung Lahat. Di sana Haji Umar dan orang tuanya Haji Masagus membuka lahan yangsangat luas, itu pada masa penjajahan Belanda. Haji umar oleh Belanda di hadiahi sebuahirigasi dan irigasi itu dimanfaatkan oleh Haji Umar untuk mengairi lahan yg telah ia buaka.Kemudian beliau memanfaatkan lahan tersebut untuk menjalankan dakwahnya. Haji Umarmempersilakan masrakat untuk bersawah dan tinggal di tempat itu asalkan tidak nuan (jangandijadikan hak milik pribadi) dan apabila akan pindah sawah dan tanah penegaan (tempatbangunan rumah) tidak boleh di jual, sebelum sawah dan penegaan itu diberikan ada yangmenjadi syarat utama yaitu mengucapkan dua kalmia syahadat Beliau juga menggunakanmetode dakwah dengan pendekatan budaya seperti betadut dan bepuum dan itu sangat efektif,hal ini selaras dengan yang di kemukakan oleh Nyimas Umi Kalsum bahwah Islam dankebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang gemilang, namun jugasalah satu kekuatan penting yang cukup diperhitungkan dunia dewasa ini. Al Qur’an terusmenerus dibaca dan dikaji oleh kaum muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktorpendorong dalam membentuk kehidupan manusia di permukaan bumi.

Setelah perkembangan Islam sagat pesat di desa tersebut kemudian Haji Umarmemutuskan untuk mencari jejak nenek moyangnya tempat pertama kali Puyang Awakmengijakkan kaki di tanah Besemah yaitu di desa Pardipe. Setelah Haji Umar menetap diPardipe beliau mulai melanjutkan Dakwahnya, Haji Umar membangun kembali masjidPuyang Awak yang sudah hancur dan masjid yang di bangun lebih besar dari masjidsebelumnya hal ini dapat dilihat dari pondasi tiang yang sangat luas,

Setelah menetapnya Haji Umar di desa Pardipe banyak orang-orang yang berdatanganuntuk belajar agama. Orang belajar di desa tersen]but bukan hanya penduduk di sekitar desasaja melaikan ada orang-orang yang datang jauh-jauh dari Lampung, Padang, Bengkulu danlain sebagainya. Tidak sedikit dari mereka yang belajar itu, tinggal menetap dan menjadipenduduk desa tersebut. Dengan rutinitas keagamaan dan banyaknya orang-orang dari luartanah Besemah yang datang ke Pardipe untuk belajar agama maka desa itu dijuluki olehmasyarakat sekitar sebagai Mekkah Kecil.

Menurut Haji Heri mengapa itu di juluki mekkah kecil oleh masyarakat sekitar, itukarna dulu setiap hari Jum'at kumpul orang-orang berbaju putih sholat jum'at di masjidPardipe. Sedangkan menurut Haji Bujang Karnowi kenapa tempai ini dinamakan Mekkahkecil karna pada saat pempangunan masjid, oleh Haji Umar seluruh masyarakat diajak gotong

Page 30: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

105online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

royong sama halnya seperti pembangunan masjid Nabawi di Madinah dan juga Pardipe adalahtempat pertama masuknya Islam di tanah Besemah

F. Setelah Meninggalnya Haji Umar (1969)Ulama adalah pelita untuk bumi, pengganti para nabi, pewarisku dan pewaris para nabi

(hadits as-Sayuti, Darul Fiqr, :69). Sepeninggal nabi Muhammad SAW, ulamala yang menjadipelita. Dengan ilmu dari para nabi itu, mereka menerangi seluruh penduduk bumi dan segalaislinya.mereka bertugas untuk menggantikan fungsinya para nabi dalam memelihara danmenyebarluaskan ajaran Islam. Itula sebabnya mereka memperoleh gelar kehormatan menjadiwarasaat Al-anbiya’ , Pewaris para nabi. (Yies Sy’diyah dkk: 2012:17)

Sebagai pemimpin keagamaan, seorang tokoh agama adalah orang yang diyakinimempunyai otoritas yang besar di dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena pemuka agamaatau dalam Islam ulama adalah tokoh yang dianggap sebagai orang yang suci dan dianugerahiberkah. Karena peran pemuka agama telah memainkan fungsinya sebagai perantara bagi umatberagama dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang apa yang terjadi baik ditingkat lokal maupun nasional.

Tokoh agama diposisikan oleh masyarakat sebagai penerjemah dan memberikanpenjelasan dalam konteks agama dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam kehidupanmasyarakat pada umumnya. Ketegantungan masyarakat dengan Ulama itu sagat besar terbuktidi desa Pardipe kecamatan Dempo Sealatan Kota Pagaralam pada saat ditinggal orang yangmenjadi panutan.Setelah Haji Umar meninggal banyak orang orang yang meninggalkan desa tersebut sehinggadesa Pardipe menjadi sepi, kebanyakan masyarakat desa itu pindah ke desa Muara Tenang. halini juga disebabkan adanya konflik antara keturunan Haji umar dan Masyarakat Desa Pardipemenurut (Muhammad Syawaluddin; 2014:14) Isu-isu kritis yang membingkai konflik sosialyang seringkali dijumpai dalam sistem sosial, diantaranya Konflik sumberdaya alam danlingkungan (natural resources conflict) adalah konflik sosial yang berpusat pada isu claim danreclaiming penguasaan sumberdaya alam (tanah atau air) sebagai pokok sengketa terpenting.Dalam banyak hal, konflik sumberdaya alam berhimpitan dengan konflik agrarian.

Menurut Saiman kepala desa Pardipe mengatakan “kalau sekarang ini penduduk pardipeini tinggal sedikit tidak lebih dari 40 keluarga, kebnyakan masyarakat desa ini pindah kedesalain seperti ke desa Muara Tenang dan desa Rempasai bahkan ada yang pulang kekampunghalaman mereka sendri yaitu tempat tanah kelahiran nenek moyang mereka sebelum merekake desa Pardipe”

Sepeninggalnya Haji Umar aktifitas-aktifitas keagamaan sudah tidak Nampak lagimasjid Tuan Sayid Haji Umar itupun hanya di gunakan untuk pengajian anak-anak desatersebut dan pada saat Sholat jum’at saja, sangat berbanding terbalik pada saat masih dipimpinoleh Haji Umar seperti yang disampaikan oleh Malikus Wari Tokoh Adat Kel. Lubuk Buntak“pada saat masih ada Haji Umar desa Pardipe itu rame apalagi setiap hari jum’at banayak

Page 31: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

106online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

orang yang datang dari berbagai daerah berduyun-duyun menuju desa Pardipe namunsekarang sudah tidak terlihat lagi bahkan yang penduduk di desa itupun pindah ke desa lain.

Desa Pardipe pernah mengalami masa kejayaannya pada masya Haji Umar karanakarisma dan dan daya tarik dari seorang ulama tersebut mampu membangkitkan ajaran Islamdi wlaya besemah terkhusus di desa Pardipe, akan tetapi setelah meninggalnya beliau generasipenerusnya tidak mampu meneruskan perjunagan dakwah beliau, mayarakat banyakmeninggalkan desa Pardipe sehingga desa tersebut menjadi sepi.

Hal ini sangan berkesinambungan dengan teorinya Oswald Spengler yang mengatakanbahwa masyarakat diibaratkan sebagai manusia yang mengalami masa kanak-kanak masaremaja masa dewasa dan masa tua mereka lahir tumbuh secara cepat mencapai tingkatkedewasaan yang disebut sebagai masa keemasan masa kejatuhan dan meninggal (StevenVargo, Sosial Change).

PenutupPembawa Islam Pertama kali ke desa Pardipe adalah Syeh Nurqodim Al-Baharudin

atau lebih dikenal dengan sebutan Puyang Awak hal ini di kuatkan dengan sebuah arsip kunoberupa kaghas (tulisan dengan huruf Ulu diatas kulit kayu) yang ditemukan di DusunPenghapau, Semende Darat, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, yang diterjemahkanpada tahun 1974 oleh Drs. Muhammad Nur (ahli purbakala), ada beberapa catatan sejarah.bahwa pada tahun 1072 Hijriyah atau 1650 Masehi, telah ada seorang tokoh ulama yangbernama Syech Nurqodim al-Baharudin yang bergelar Puyang Awak, yang mendakwahkanIslam di daerah dataran Gunung Dempo Sumatera Selatan.

Masuknya Islam di desa Pardipe dibawah oleh seorang mubalihg dari tanah Jawa,karena sebelum memutuskan untuk hijrah dan menetap di tanah Besemah Syekh Nurqodimbermukim di pulau Jawa dan hidup Satu zaman dengan Walisongo. beliau sangat berpengaruhdi bagian Tengah dan Selatan Pulau Jawa. Kemudian Puyang Awak hijrah melalui Bantenmenuju Lanpung sempat singgah di desa Tanjung Tuo, lalu menyusuri sungai Komren terusmasuk ke sungai Lematang hingga sampaila ke desa Perdipe.

Desa Perdipe ini dikenal juga dengan nama Mekkah kecil ada beberpahal yangmenyebabkan kenapa desa perdipe ini disebut sebgai Mekkah kecil diantaranya; Pertama,karena desa ini yang pertama kali menjadi tempat tumbuh dan dikenalkannya agama Islam dijagat Besemah. Kedua, disetiap hari jum’at banyak orang-orang berdatangan ke desa tersebutmengunakan baju putih seperti orang yang akan berangkat haji. Ketiga, pada saat pembangunanmasjid pada masa Haji Umar masyarakat bergotong-royong seperti pembangunan masjidNabawi di Madina. Dan keempat, bahkan ada juga yang mengtakan beribadah di Pardipeselama 40 hari pahalanya sama halnya dengan orang yang berangkat haji.

Dinamika perkembangan Islam yang terjadi di desa pardipe ini di bagi beberapa fasediantaranya: Pertama, pada awal datangnya Islam yaitu pada masa Puyang Awak, pada masaini adalah masa pengenalan, namun tidak sedikit yang melakukan penolakan dari masyarakatsekitar, adapun yang sudah memeluk Islam, akan tetapi belum melaksanak syari’at seutuhnya.

Page 32: Mekah Kecil Di Tanah Besemah : Studi Terhadap Dinamika ...memeluk Islam . Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir

Medina-Te : Jurnal Studi Islam, Vol. 15 Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN: 1858-3237e-ISSN: 2623-0178

107online journals http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate

Kedua, pada fase pengembangan Islam yaitu pada masa Haji Umar, perkembangan Islam padamasa ini adalah puncak keemasan Islam di desa Pardipe karna pada masa inilah desa pardipedijadikan pusat belajar keagamaan di wilayah Pagaralam walaupun pada masa ini dihadapkandengan masa penjajahan. Ketiga, pada fase ini biasa juga disebut dengan fase kemunduranyaitu masa setelah meninggalnya Haji Umar karana pada masa ini aktivitas-aktivitaskeagamaan sudah tidak berjalan lagi bahkan banyak penduduk desa yang meninggalkan desaPardipe.

Daprat Fustaka

Abdurrahman Mas‟ud, Sejarah Peradaban Islam , Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009A. Bastari Suan dkk. Atung Bungsu Sejarah asal usul Jagad Besemah, Pagaralam: Pecinta

Sejarah dan Kebudayaan, 2007Dzulfikridin, kepemimpinan meraje dalam masyarakat adat semende dan kesesuaian dengan

kepemimpinan Islam Palembang: Pustaka Auliya, 2001Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Prenada Media Group, 2006K.H.O Gajahnata Sry Edi Swarsono Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan,

Jakarta: UI Pres. 1986Kontowijoyo, penjelasan sejarah, yokyakarta: Tiara Wacana:2008Nor Huda Ali. Teori dan Metodologi Sejarah Beberapa Konsep Dasar , Palembang: Noer

Fikri 2016Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007Sutoyo Al-Islam 2, Malang: PDKA, 1992Yies Sy’diyah dkk. Prof K.H Anwar Musaddad Biografi Pengabdian, dan Pemikiran Uala,

Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012http://www.pagaralampos.com/2016/03/12/puyang-awak-penyebar-islam-di-besemah , dikses

pada hari senin tanggal 3 september 2018