mapri tasnim
DESCRIPTION
mapri TasnimTRANSCRIPT
SURVEILENS EPIDEMIOLOGI , PENCATATAN DAN PELAPORAN
MASALAH KESEHATANDI PUSKESMAS
LUBUK KILANGAN PADANG
Oleh :
AHMAT TASNIM
1110311033
Preseptor :
Dr. Rima Semiarty, MARS
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah pribadi ini dengan judul “Survelans, pencatatan
dan pelaporan masalah kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang”.
Selanjutnya, Shalawat dan Salam kepada Rasulullah SAW.
Penuliasan makalah pribadi ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat
kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Rima
Semiarty, MARS selaku preseptor yang telah memberikan bimbingannya dalam
proses penyelesaian makalah pribadi ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk
moril maupun dalam mencari referensi yang lebih baik, kepada Kepala Puskesmas
Lubuk Kilangan Padang beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah pribadi ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
sangat diperlukan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.Semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Padang, Oktober 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa
ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak
akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data
dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan
benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah
organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau
perkembangan organisasi tersebut.
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi
dinas kesehatan kota dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga
merupakan pondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapkan terciptanya sebuah
informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman
dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data.
Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis, dan dibuat laporan. Data yang disajikan
adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan
masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar
menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing
progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang
disebut dengan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP).
1.2. Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan
pelaporan data surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan serta permasalahan yang ada
dalam rangkaian kegiatan tersebut.
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans,
pencatatan dan pelaporan data surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan serta
permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan tersebut dan sebagai salah satu
syarat menjalankan kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada
berbagai literatur, analisis, dan diskusi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SURVEILENS
2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran
informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan
pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap
kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada
masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil
tindakan efektif.1
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan
yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga
melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan.
Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan,
menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat
untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan
demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam
bentuk yang dapat digunakan.1
2.1.2 Tujuan
Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit
dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan
dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai
tingkat administrasi.2
2.1.3 Komponen survelens
Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti
dibawah ini :2
1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang
jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan
dari pengumpulan data epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok
populasi yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk
menentukan reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab
penyakit dan karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat
menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit
secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya,
cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya
2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya
dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat
berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan
informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat
saran bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru
3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan
interpretasi data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna
menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa
laporan kepada atasan atau kepada lintas sektor yang terkait sebagai
informasi lebih lanjut
Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO,1999) adalah
sebagai berikut:3
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas
informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang
dikumpulkan. Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya
dengan penyakit yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan
surveilans yang baik pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan
terus-menerus.
Tujuan pengumpulan data:
1). Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko
terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan
dan lain-lain.
2). Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.
3). Menentukan reservoir infeksinya
4). Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi
penyakit.
5). Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.
Sumber data yang dikumpulkan barlainan untuk tiap jenis penyakit.Sumber data
sistem surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:
1). Pencatatan kematian
2). Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans.
Data yang diperlukan : nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat,
diagnosis dan tanggal mulai sakit.
3). Laporan kejadian luar biasa atau wabah.
4). Hasil pemeriksaan laboratorium.
5). Penyelidikan peristiwa penyakit menular.
6). Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.
7). Survey : memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.
8). Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan.
9). Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.
10). Data kependudukan dan lingkungan.
b. Pengolahan, analisa dan interpretasi data
Data yang terkumpul segera diolah, dianalisa dan sekaligus diinterpretasikan
berdasarkan waktu, tempat dan orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks,
tabel, spot map dan lain-lain agar bisa menjawab masalah-masalah yang ada,
sehingga segera dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, dibuat tanggapan dan saran-
saran dalam menentukan tindakan pemecahan masalah yang ada.
c. Penyebarluasan Informasi dan umpan balik.
Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit
kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk
disebarkluaskan dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut,
dikirimkan sebagai umpan balik (feed back)kepada unit kesehatan pemberi laporan.
Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data
(pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah,
merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up
2.1.4 Aktifitas Inti Surveilans
Aktivitas surveilans kesehatan masyarakat meliputi delapan aktivitas inti yaitu:
1) Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau
keadaan kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam
penyelenggaraan surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit,
puskesmas, laboratorium, unit penelitian, unit program-sektor dan unit statistik
lainnya.
2) Pencatatan kasus (registration): proses pencatatan kasus hasil identifikasi
peristiwa atau keadaan kesehatan.
3) Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi sampai
pada hasil percobaan laboratorium.
4) Pelaporan (reporting): data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan
surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan
tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat
penelitian dan pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans
epidemiologi. Pengumpulan data kasus pasien dari tingkat yang lebih rendah
dilaporkan kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah atau
nasional.
5) Analisis data (data analysis): analisis terhadap data-data dan angka-angka dan
menentukan indikator terhadap tindakan.
6) Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness) kesiapsiagaan
dalam menghadapi wabah/kejadian luar biasa.
7) Respon terencana (response and control): sistem pengawasan kesehatan
masyarakat hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam
peringatan dini dan munculnya masalah dalam kesehatan masyarakat.
8) Umpan balik (feedback): berfungsi penting dari semua sistem pengawasan, alur
pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih
tinggi.
2.1.5 Kegunaan surveilens epidemiologi
Surveilans epidemiologi mempunyai beberapa kegunaan yaitu:4
a. Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa, epidemi dan untuk memastikan
tindakan pengendalian secara berhasil guna yang dapat dilaksanakan.
b. Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan
memperbandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan
program.
c. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas sasaran program pada
tahap perencanaan program.
d. Mengidentifikasi kelompok resiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat
tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari
waktu ke waktu, menambah pemahaman mengenai vektor penyakit, reservoir
binatang dan cara serta dinamika penularan penyakit menula
2.1.6 Syarat- syarat surveilens yang baik
Syarat-syarat sistem surveilans yang baik hendaknya memenuhi karakteristik sebagai
berikut:
a. Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian
sistem. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis,
sumber pelapor, cara pengiriman data, organisasi yang menerima laporan, kebutuhan
pelatihan staf, pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan
sumber daya yang terlalu besar dan prosedur yang terlalu rumit.
b. Fleksibilitas (Flexibility).
Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam mengatasi
perubahan-perubahan informasi yang dibutuhkan atau kondisi operasional tanpa
memerlukan peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, waktu dan tenaga.
c. Dapat diterima (Acceptability).
Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu,
organisasi dan lembaga kesehatan.lnteraksi sistem dengan mereka yang terlibat,
temasuk pasien atau kasus yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan
pelaporan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa
indikator penerimaan terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor,
kelengkapan pengisian formulir pelaporan dan ketepatan waktu pelaporan.Tingkat
partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan
yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem,
tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia,
adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat.
d. Sensitivitas (Sensitivity).
Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian
kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan
mengidentifikasi adanya KLB.
Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :
1). Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan
2). Kemampuan mendiagmosa secara benar dan kemungkinan kasus yang
terdiagnosa akan dilaporkan
3). Keakuratan data yang dilaporkan
e. Nilai Prediktif Positif (Positive predictive value)
Nilai Prediktif Positif adalah proporsi dari yang diidentifikasi sebagai
kasus, yang kenyataannya memang menderita penyakit atau kondisi sasaran
surveilans.Nilai Prediktif Positif menggambarkan sensitivitas dan spesifisitas
serta prevalensi/ insidensi penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.
f. Representatif (Representative).
Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan secara
akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan
tempat. Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang
representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi
juga diskripsi atau ciri-ciri demografik dan infomasi mengenai faktor resiko
yang penting.
g. Tepat Waktu.
Ketepatan waktu suatu ystem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan
dan kecepatan mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan dengan
tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas
sehingga membahayakan masyarakat.Ketepatan waktu dalam ystem
surveilans dapat dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi untuk
pengendalian penyakit baik yang sifatnya segera maupun untuk perencanaan
program dalam jangka panjang.Tekhnologi komputer dapat sebagai faktor
pendukung sistem surveilans dalam ketepatan waktu penyediaan informasi.
2.2 PENCATATAN DAN PELAPORAN
2.2.1 Pengertian sistem pencatatan dan pelaporan
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas
dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas, disket, pita nam, pita film.
Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara. Selanjutnya untuk
melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan
laporan.
Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan
kegiatan tertentu. Pencatatan (recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman
kepada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).
Beberapa pengertian dasar dari SP2TP menurut DepKes. Ri (1992) adalah sebagai
berikut:
1. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan
pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan
kesehatan di puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan
melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI no.63/Menkes/SK/II/1981
2. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen yang saling
berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu
3. Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas, untuk menghindari adanya pencatatan dan pelaporan
lain yang dapat memperberat beban kerja petugas puskesmas.
4. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga
kesehatan adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan
bagi tenaga kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang
berwenang berupa laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan
menggunakan format yang di tetapkan.
5. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah
melakukan pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan
dan melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan
kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang di
tetapkan
6. Pencatatn dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di selenggarakan setiap
triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam
satu triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam
bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan kepada instansi yang
berwenang dengan menggunakan format yang telah di tetapkan.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam
pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara
masyarakat dengan fasilitas kesehatan. SP2TP/SIMPUS dapat juga membantu dalam
perencanaan program-program kesehatan di puskesmas. Namun dalam kenyataannya
belum berjalan seperti yang harapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan
pelaporan di puskesmas dilihat sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas
puskesmas. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan
pelaporan di Puskesmas, menemukan masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek
teknis dan non teknis.
2.2.2 Manfaat pencatatan dan pelaporan
1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat
pusat,provinsi,dan kab/kota
2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka
pengembangan tenaga kesehatan
3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan
4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil
2.2.3 Jenis pencatatan terpadu puskesmas
Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar
gedung.
1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang
diperoleh dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung
puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan
pelaporan ini menggunakan: family folder, kartu indek penyakit, buku register dan
sensus harian.
2. Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat
berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti
Kegiatan progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan
Pelaporan ini menggunakan kartu register dan kartu murid.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi
laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan pelaporan
terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau
kota setiap awal bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota
mengolahnya dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik tersebut harus dikirimkan kembali secara
rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan progam. Namun
sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak punya kewajiban lagi
mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi dinkes kabupaten/kota
lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Departemen Kesehatan
Pusat.
2.2.4 Hasil penelitian dalam pencatatan dan pelaporan
Proses pelaksanaan SP2TP di Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan, mengalami berbagai hambatan, khususnya yang berkaitan dengan
pengetahuan dan perilaku para pengelola dan pengguna data, yang kurang
mendukung terhadap keberhasilan SP2TP. Kualitas aspek teknis yakni penguasaan
tentang SP2TP, proses datanya, sarananya serta kapasitas SDM belum memadai dan
mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Aspek sistem dalam konteks
organisasional yang berkaitan dengan aspek perilaku khususnya menyangkut dengan
peran, tugas dan tanggung jawab yang diwujudkan lewat sikap, motivasi dan tindakan
nyata dalam pelaksanaan SP2TP dan pemanfaatan data secara konsisten belum
nampak.
2.2.5 Jenis pencatatan
Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:
1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.
2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi
3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin program.
Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:
• LB1, berisi data kesakitan
• LB2, berisi data kematian
• LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll
• LB4, berisi data obat-obatan
Bentuk Formulir Pelaporan :
1. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO
2. Formulir LT: untuk data kegiatan
3. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian
4. LB1: laporan data kesakitan
a. Kasus lama
b. Kasus baru
5. LB2: laporan data kematian (tidak dipakai)
a. laporan obat-obatan (LPLPO)
6. LB3
a. Gizi
b. KB
c. Imunisasi
d. KIA
e. Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru, Kusta,
Filaria, ISPA, Rabies dan lain-lain.
7. LB4
a. Kunjungan Puskesmas
b. Kehatan Olahraga
c. Kesehatan Sekolah
d. Rawat Tinggal
e. dll
8. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan)
a. LT 1
• Keadaan sarana Puskesmas
• Dasar UKS
• Kesehatan Lingkungan
• Kesehatan Jiwa
• Program Pendidikan dan Pelatihan
• Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi
b. LT 2 (kepegawaian)
• Tenaga PNS di Puskesmas
• Tenaga PTT di Puskesmas
• Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu
c. LT 3 (peralatan)
• Linen
• Peralatan Laboratorium
• Peralatan untuk Kesehatan Gigi
• Peralatan untuk Penyuluhan
• Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis
2.2.6 Prosedur pengisian sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas
Prosedur pengisian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:
1. Formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun
tahunan.
2. Pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.
3. Penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data
yang ada.
4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.
5. Didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau
staf pengelola program bersangkutan.
6. Data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam
pertangungjawaban akhir minimal 2 tahun.
7. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.
BAB 3
ANALISIS SITUASI
3.1 Sejarah Puskesmas
Gambar 1: Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang
diberikan pada tahun 1981 dengan luas tanah 270 m2 dan gedung puskesmas
sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 m2, pada tahun itu
juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin.
Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang
diberikan saat itu meliputi BP, KIA, dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang
ada pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami
pergantian pimpinan Puskesmas sebanyak 15 kali.
Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah
permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor,
KB, Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang
termasuk Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat
sekarang masih belum mempunyai gudang obat, gudang gizi (PMT) dan
ruangan khusus Pelayanan Lansia.
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6
Upaya Kesehatan Wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program
Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan
Keluarga Berancana (KB), Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Menular (P2M) dan Pengobatan (BP) juga ada Upaya
Kesehatan Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya
Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan
Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia).
3.2 Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah
Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7
kelurahan dengan luas:
a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2
b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2
c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2
d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2
e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2
f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2
g. Kelurahan tarantang : 1.85 Km2
Adapun batas – batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
adalah sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Pauh
Timur : Kabupaten Solok
Selatan : Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Barat : Kecamatan Lubuk Begalung
3.3 Kondisi Demografis
Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah : 51.806 jiwa
yang terdiri dari 12.290 KK dengan perincian sebagai berikut:
Kelurahan Bandar Buat : 14403 jiwa dan 3753 KK
Kelurahan Padang Besi : 7274 jiwa dan 1448 KK
Kelurahan Indarung : 11096 jiwa dan 2885 KK
Kelurahan Koto Lalang : 6972 jiwa dan 1645 KK
Kelurahan Batu Gadang : 6901 jiwa dan 1591 KK
Kelurahan Baringin : 2470 jiwa dan 322 KK
Kelurahan Tarantang : 2690 jiwa dan 646 KK
3.4 Sarana dan Prasarana
1. Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan Puskesmas Lubuk Kilangan sebagai berikut:
Tabel 1: Kondisi Sarana Pendidikan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2014
No Kelurahan TK SD SMP SMA
1 Bandar Buat 9 6 3 0
2 Padang Besi 2 4 0 0
3 Indarung 1 6 1 2
4 Koto Lalang 3 3 0 0
5 Batu Gadang 1 2 0 1
6 Baringin 1 1 0 0
7 Tarantang 0 1 0 0
Jumlah 14 23 4 3
Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2014
2. Sarana Kesehatan
Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:
a. Puskesmas Induk : 1 Unit
b. Puskesmas Pembantu : 4 Unit
- Pustu Indarung
- Pustu Batu Gadang
- Pustu Baringin
- Koto Lalang
c. Rumah Dinas Dokter : 1 Unit
d. Rumah Dinas Perawat : - Unit
e. Poskeskel : 7 Unit
f. Puskesmas Keliling Roda 4 : 1 Unit
g. Ambulance : 1 Unit
h. Sepeda Motor : 5 Unit
i. Komputer : 10 Unit
j. Laptop : 4 Unit
k. Mesin Tik : 1 Unit
l. Laboratorium : 1 Unit
3. Prasarana Kesehatan
1. Posyandu Balita : 43 Pos
2. Posyandu Lansia : 14 Pos
3. Kader Kesehatan : 166 Orang
4. Praktek Swasta Dokter Umum : 5 orang
5. Prakter Swasta Dokter Gigi : 2 Orang
6. Praktek Bidan Swasta : 21 orang
7. Klinik Bersalin : 5 Buah
8. Rumah Obat : 5 Buah
9. Rumah Sakit Swasta : 1 Unit
10. Pos UKK : 3 Pos
11. Pengobatan Tradisional : 38 Buah
12. Toga : 27 Buah
3.5 Ketenagaan
Tabel 2: Kondisi Ketenagaan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2014
No Jenis Ketenagaan Jumlah Status Kepeg
1 Dokter 3 2 PNS, 1 pddk
2 Dokter Gigi 3 PNS
3 Sarjana Kesmas 4 PNS
4 Sarjana Keperawatan 1 PNS
5 Rekam Medik 1 PNS
6 D4 Kebidanan 5 PNS
7 D3 Keperawatan 4 PNS
8 D3 Kebidanan 11 10 PNS, 1 PPT
9 D3 Gizi 1 PNS
10 D3 Teknisi Gigi 2 PNS
11 Bidan ( DI ) 6 4 PNS, 2 PPT
12 Perawat ( SPK ) 6 PNS
13 AAK & Analis Kimia 2 PNS
14 Ass. Apoteker 2 PNS
15 SMA 6 5 PNS, 1 Honor
16 Perawat Gigi 1 PNS
17 D4 Kesling & D3 Kesling 2 PNS
JUMLAH 60
Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2014
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Program Surveilens di Puskesmas Lubuk Kilangan
Petugas surveilens Puskesmas Lubuk Kilangan mengunjungi setiap kelurahan
di wilayah kerja puskesmas dan bertanya tentang adanya penyakit dan siapa yang
meninggal serta bagaimana gejalanya. Apabila data sudah didapatkan, dilakukan
pengamatan dan penyelidikan epidemiologi ke rumah-rumah. Selanjutnya diberikan
pengobatan untuk tindakan segera, memberikan penyuluhan dan melaporkan kejadian
ke Dinas Kesehatan Kota Padang.
Semua data yang dimasukkan kedalam formulir pencatatan dan pelaporan
didapatkan dari laporan harian, mingguan, bulanan dari masing-masing pemegang
program pelayanan kesehatan di puskesmas.
Pengumpulan data kesehatan dilakukan secara sistematik, untuk kasus KLB
(kejadian luar biasa) pengumpulan data didapatkan dari informasi masyarakat, lintas
sektor, lintas program di lingkungan KLB, lalu bekerja sama dengan masyarakat,
lintas sektor, listas program di lingkungan KLB untuk melakukan survey terhadap
kasus tersebut, setelah kasus tersebut dinyatakan kejadian luar biasa, tim surveilens
langsung melaporkan kepada dinas kesehatan kota dalam jangka waktu 24 jam
melalui via internet, SMS, faximile. Dinas kesehatan akan melakukan peninjauan
terhadap kasus KLB tersebut dan melaporkan kembali kepada dinas kesehatan
provinsi, provinsi juga melaporkan kepada dinas kesehatan pusat. Pengumpulan data
mingguan dan bulanan diambil dari pemegang program masing-masing puskesmas.
Semua hasil surveilens, pencatatan dan pelaporan diketahui dan dianalisis kembali
oleh kepala Puskesmas Lubuk Kilangan.
4.1.1 Surveilens Demam Berdarah
Tujuan kegiatan surverlens ini adalah mengusahakan penurunan angka
kematian (CFR) dan insiden DBD serendah mungkin serta membatasi penyebaran
penyakit.
Biasanya pasien dengan wabah sudah langsung ke Rumah Sakit Negri atau
Swasta. Di rumah sakit pasien sudah terdiagnosa dengan demam berdarah sehingga
petugas surveilens bisa langsung melakukan pengamatan epidemiologi ke rumah
pasien. Laporan penderita Demam Berdarah didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Selanjutnya dilakukan pengamatan epidemiologi untuk mengetahui factor-
faktor penting penyebab penularan/wabah. Pelaksanaannya adalah dengan penemuan
alamat penderita, tim surveilens ke lapangan dengan pemegang program demam
berdarah. Setelah sampai di alamat dilakukan investigasi keadaan rumah, pencarian
sarang jentik dan sumber penularan nyamuk, dan mendata pasien secara lengkap,
serta mendata warga yang kontak dengan pasien, juga diambil data sekeliling rumah
dengan radius 100 meter.
Jika ada warga ada demam atau dengan observasi demam, maka diberikan
obat simtomatis. Selanjutnya diberikan penjelasan, apabila demam menunjukkan ciri-
ciri demam berdarah maka segera ke Rumah Sakit.
Penyuluhan dilakukan pada setiap rumah yang dikunjungi tentang kebersihan
lingkungan dan cara pemberantasan DBD dengan 3M. selain itu penyuluhan
diberikan tentang ciri-ciri demam berdarah dan penanggulangan segera.
Kegiatan surveilens DBD dalam 1 tahun terakhir dilakukan di Kelurahan
Indarung berdasarkan laporan warga. Selanjutnya data dan hasil penyelidikan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Padang.
4.1.2 Surveilens campak
Pasien dengan penyakit campak datang ke Puskesmas Lubuk Kilangan
dengan mengeluh demam serta keluar bitnik-bintik merah. Dokter puskesmas
mendiagnosa penyakit yang diderita pasien setelah melihat gejala-gejala yang timbul,
jika sudah didiagnosa campak maka pasien diberi obat.
Pengobatan diberikan dokter puskesmas, dan pasien diberi vitamin A dengan
dosis satu butir pada hari 1,2 dan ke-14. Untuk bayi yang kurang dari 1 tahun
diberikan setengahnya.
Penyuluhan diberikan langsung ke pasien tentang perawatan penyakit campak
dirumah, imunisasi dan kebersihan lingkungan.
Pasien yang sudah terdiagnosa campak ditanya identitasnya secara lengkap
dan keadaan rumah tempat pasien tinggal. Apakah ada tetangga yang dapat campak
atau tidak. Selanjutnya dicatat langsung dalam formulir C1 campak.
4.1.3 Surveilens Chikungunya
Kegiatan surveilens chikungunya hampir sama dengan Demam Berdarah
karena penyebaran chikungunya juga dari nyamuk demam berdarah. Kegiatan
surveilens chikungnya dalam 1 tahun terakhir dilakukan di Kelurahan Bandar Buat di
daerah Rimbo Data dan Komplek Unand berdasarkan laporan warga.
4.1.4 Surveilens Filariasis
Penyakit filariasis di Puskesmas Lubuk Kilangan ditemukan pertama kali
pada tahun 2005 dengan sudah mengalami penyakit kronis. Ada 2 pasien yang
ditemui, yaitu masing- masing di Kelurahan Bandar Buat dan Koto Lalang. Setelah
dilakukan survei darah tepi ditemukan MF>1% sehingga pada tahun 2008 dilakukan
pengobatan massal filariasis sehingga dengan ditetapkannya Kecamatan Lubuk
Kilangan sebagai daerah endemis filariasis.
4.2 Pemasalahan Surveilens di Puskesmas Lubuk Kilangan
Permasalah yang dihadapi Puskesmas Lubuk Kilangan dalam surveilens yaitu:
1. Penderita campak tidak datang ke puskesmas Lubuk Kilangan pada hari
pertama sehingga pengobatan yang didapat tidak optimal. Penyebabnya
adalah kurangnya penyuluhan terhadap penyakit campak. Solusinya adalah
meningkatkan penyuluhan tentang penyakit campak.
2. Pada kasus DBD, Petugas Penyelidik Epidemiologi didesak masyarakat untuk
melakukan fogging, padahal yang berwenang dalam melakukan fogging
adalah dinas kesehatan kota. Solusi yang dapat dilakukan adalah
memberitahukan masyarakat bahwa yang berwenang untuk melakukan
fogging adalah dinas kesehatan kota , dan jumlah alat fogging untuk Kota
Padang hanya 3 unit untuk 11 kecamatan, sehingga diminta kesabaran dari
masyarakat.
3. Kerjasama Lintas Sektoral masih kurang, karena kurangnya laporan dari
kelurahan setempat mengenai penyakit yang sedang terjadi. Solusinya adalah
meningkatkan koordinasi Kepala Puskesmas dengan Camat agar menghibau
kepada tiap-tiap kelurahan untuk lebih memprhatikan masalah kesehatan di
wilayahnya.
4.3 Permalahan Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Lubuk Kilangan
Masalah yang dihadapi Puskesmas dalam pengumpulan dan pencatatan dan
pelaporan maslah kesehatan ke Dinas Kesehatan Kota sering terkendala, hal ini
disebabkan karena:
1. Penyerahan laporan dari masing-masing pemegang program, posyandu, pustu
dan lain-lain terlambat.
2. Formulir yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan untuk pelporan penyakit
terbanyak tidak sesuai dengan data penyakit yang ditemukan di Puskesmas.
3. Sarana dan tenaga SDM untuk pengumpulan dan pencatatan pelaporan
masalah kesehatan belum memadai.
Pemecahan masalah yang telah dilakukan pihak puskesmas untuk
keterlambatan, dengan memberi peringatan waktu kepada pemegang program
Puskesmas masing-masing dan memberikan limit waktu untuk pengumpulan
data. Formulir yang telah ditentukan oleh dinas kesehatan tetap dilaporkan
secara online dan ditambah dengan pemberian data manual yang sesuai
dengan data penyakit yang ditemukan di Puskesmas. Sarana dan SDM yang
dibutuhkan masih menjadi masalah bagi Puskesmas Lubuk Kilangan Padang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh
(terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas, dengan tujuan agar semua
data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang
diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang
pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Pencatatan kegiatan harian progam
puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung dan pelaporannya
dapat berupa, Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit
tertentu, Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang
ditanggulangi dan Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.
5.2. Saran
1. Setiap melakukan surveilens hendaknya mengikuti syarat- syarat system
surveilens yang baik.
2. Pemegang masing- masing program dapat memberikan laporan hasil
pendataannya sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
3. Melakukan pengkajian pelaksanaan surveilens, pencatatan dan pelaporan
masalah kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan.
4. Penguasaan terhaap aspek SP2TP, sarana, kapasitas SDM yang belum
memadai perlu mendapatkan perhatian
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. (2004) WHO comprehensive assessment of the National Disease
surveilans in Indonesia. Washington DC
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004) Kepmenkes tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular
dan Tidak Menular Terpadu
3. WHO, 1999, WHO Recommended Surveillance Standards, The united Kingdom
of Great Britain.
4. Departemen Kesehatan R.I., 1997 “Pedekatan Epidemiologi dan Dasar-dasar
Surveilans”, Pusdiklat : Jakarta.
5. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014