manifesto politk kampus islami

12
Manifesto Politik Kampus Islami Quo Vadis Aktivis Mahasiswa dan Kemahasiswaan Sejarah telah mengajarkan kepada kita bagaimana aktivis mahasiswa menjadi tokoh masyarakat dan masuk ke lingkaran kekuasaan. Beberapa aktivis ‘66 memilih menanggalkan pakaian idealismenya dan bergabung dengan Golkar yang kemudian dikecam sebagai alat untuk melanggengkan Orde Baru. Orang yang paling keras memprotes perilaku tersebut adalah Soe Hok Gie, aktivis ‘66 yang kemudian meninggal dalam usia muda. Soe Hok Gie mengkritik keras rekan-rekannya yang melebur dalam kekuasaan dan meneguhkan rezim Orde Baru. Fenomena ini juga terjadi pada generasi- generasi selanjutnya pada mereka yang meyakini bahwa organisasi kemahasiswaan adalah karir politik menuju puncak kekuasaan. Banyak politisi yang pernah ada di Parlemen dulunya adalah aktivis mahasiswa. Mulai dari Akbar Tandjung, Fahmi Idris, Pramono Anung, Hatta Rajasa, Zulvan Lindan, atau Marwah Daud, yang mewakili angkatan 1966, 1974, 1977/1978, dan 1980/1990-an, merujuk pada periodisasi sejarah pergerakan mahasiswa dan pergolakan politik di Indonesia. Akhir rezim Orde Baru, tahun 1997-1999, menjadi romantisme perjuangan aktivis mahasiswa ‘98. Hal ini tidak lepas dari peran mahasiswa ‘98 untuk menurunkan Soeharto dan Orde Barunya yang akan selalu dikenang sebagai salah satu prestasi mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Slogan yang selalu terngiang populer diantara aktivis mahasiswa pada saat itu adalah 6 Visi Reformasi : 1. Berantas KKN dan adili Soeharto. 2. Amandemen konstitusi. 3. Otonomi daerah seluas-luasnya. 4. Cabut dwi fungsi TNI (ABRI). 5. Tegakkan supremasi hukum. 6. Wujudkan budaya demokrasi yang wajar dan egaliter. Visi Reformasi ini serasa menjadi dewa penyelamat bagi Indonesia yang tengah mengalami krisis multidimensi. Masih terpampang segar dalam ingatan kita, beberapa aktivis "populer" yang lantang berbicara terkait hal ini seperti : Anas Urbaningrum (Ketua Umum PP HMI), Fahri Hamzah (Ketum KAMMI), dan Rama Pratama (Ketua SM UI).

Upload: urwatul-wusqa

Post on 25-Dec-2014

203 views

Category:

News & Politics


5 download

DESCRIPTION

Manifesto Gerakan Kampus Islami. Sebuah landasan pergerakan mahasiswa yang ideologis, membawa perubahan dalam masyarakat, dan mewujudkan peradaban yang diridhai Allah SWT

TRANSCRIPT

Page 1: Manifesto politk kampus islami

Manifesto Politik Kampus Islami

Quo Vadis Aktivis Mahasiswa dan Kemahasiswaan

Sejarah telah mengajarkan kepada kita bagaimana aktivis mahasiswa menjadi

tokoh masyarakat dan masuk ke lingkaran kekuasaan. Beberapa aktivis ‘66 memilih

menanggalkan pakaian idealismenya dan bergabung dengan Golkar yang kemudian

dikecam sebagai alat untuk melanggengkan Orde Baru. Orang yang paling keras

memprotes perilaku tersebut adalah Soe Hok Gie, aktivis ‘66 yang kemudian meninggal

dalam usia muda. Soe Hok Gie mengkritik keras rekan-rekannya yang melebur dalam

kekuasaan dan meneguhkan rezim Orde Baru. Fenomena ini juga terjadi pada generasi-

generasi selanjutnya pada mereka yang meyakini bahwa organisasi kemahasiswaan

adalah karir politik menuju puncak kekuasaan. Banyak politisi yang pernah ada di

Parlemen dulunya adalah aktivis mahasiswa. Mulai dari Akbar Tandjung, Fahmi Idris,

Pramono Anung, Hatta Rajasa, Zulvan Lindan, atau Marwah Daud, yang mewakili

angkatan 1966, 1974, 1977/1978, dan 1980/1990-an, merujuk pada periodisasi sejarah

pergerakan mahasiswa dan pergolakan politik di Indonesia.

Akhir rezim Orde Baru, tahun 1997-1999, menjadi romantisme perjuangan aktivis

mahasiswa ‘98. Hal ini tidak lepas dari peran mahasiswa ‘98 untuk menurunkan Soeharto

dan Orde Barunya yang akan selalu dikenang sebagai salah satu prestasi mahasiswa

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Slogan yang selalu terngiang

populer diantara aktivis mahasiswa pada saat itu adalah 6 Visi Reformasi :

1. Berantas KKN dan adili Soeharto.

2. Amandemen konstitusi.

3. Otonomi daerah seluas-luasnya.

4. Cabut dwi fungsi TNI (ABRI).

5. Tegakkan supremasi hukum.

6. Wujudkan budaya demokrasi yang wajar dan egaliter.

Visi Reformasi ini serasa menjadi dewa penyelamat bagi Indonesia yang tengah

mengalami krisis multidimensi. Masih terpampang segar dalam ingatan kita, beberapa

aktivis "populer" yang lantang berbicara terkait hal ini seperti : Anas Urbaningrum (Ketua

Umum PP HMI), Fahri Hamzah (Ketum KAMMI), dan Rama Pratama (Ketua SM UI).

Page 2: Manifesto politk kampus islami

Waktu berselang hingga akhirnya 6 visi reformasi ini ternyata tidak menjadi solusi

bagi masalah yang dialami Indonesia. Kesalahan mendasar dari aktivis pada saat itu

adalah mereka berhenti pada pergantian rezim saja. Rezim berganti tetapi nasib rakyat

Indonesia masih saja terpuruk. Reformasi yang digadang-gadang membawa perubahan

sosial-politik, ekonomi, dan budaya terbukti mati suri. Reformasi hanya menjadi bungkus

karena sistem dan mekanisme di dalamnya sama saja. Pembangunan tidak berpihak

kepada rakyat tetapi dilakukan dengan liberalisasi ekonomi dan penguatan pasar bebas.

Korupsi semakin merajalela, bahkan "anak-anak reformasi" yang awalnya berteriak keras

anti korupsi malah terlibat kasus korupsi. Otonomi daerah seluas-luasnya pada akhirnya

melahirkan raja-raja kecil di daerah. Demokrasi egaliter hanyalah utopia karena memang

demokrasi tak akan pernah bisa membangun kesetaraan.

Hal ini diperparah dengan tidak adanya ideologi dan idealisme di kalangan aktivis

mahasiswa. Tidak adanya ideologi membuat mereka terjebak dalam pragmatisme politik

ketika masuk ke ranah kekuasaan. Hal ini ditunjukan dengan ketika mereka mereduksi

politik menjadi sekadar aktivitas praktis untuk meraih tujuan-tujuan jangka pendek

bukan untuk mengurusi kepentingan rakyat. Ketika idealisme hilang, politik tidak

ubahnya menjadi mesin kekuasaan yang akhirnya didominasi oleh faktor dominan yang

ada pada saat ini yaitu ekonomi. Akibatnya uang menjadi faktor penting dalam politik.

Hal ini semakin menguat karena untuk masuk parleman ternyata butuh modal yang besar

sehingga kebijakan politik yang diambil ketika berkuasa tidak bisa dilepaskan dari

kekuatan pemilik modal. Kesimpulannya negara ini sedang disandera oleh pemilik modal

yang ingin melakukan kapitalisasi dalam segala hal.

Mahasiswa dan Perubahan

Jika kita lihat dari struktur sosial kemasyarakatan, mahasiswa dan kampus

merupakan satu kesatuan sistem sosial yang mempunyai peranan penting dalam

perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat. Sejarah telah mengajarkan kita bahwa

setiap peristiwa politik dan pergantian rezim yang terjadi di negeri ini senantiasa

melibatkan mahasiswa. Sedangkan dari potensi manusiawi, mahasiswa merupakan

sekelompok manusia yang memiliki taraf berpikir di atas rata-rata. Dengan demikian,

kedudukan mahasiswa adalah sangat strategis dalam mengambil peran yang menentukan

keadaan masyarakat di masa depan.

Page 3: Manifesto politk kampus islami

Dengan potensi intelektualitasnya, mahasiswa sangat pantas untuk menjadi garda

depan dalam barisan yang membawa perubahan. Menjadi pemberi inspirasi dan memberi

semangat pada masyarakat untuk berubah menjadi lebih baik. Namun dalam sejarah

dunia kemahasiswaan ada beberapa pertanyaan yang sangat jelas belum dijawab secara

utuh dan lugas sebelum mengadakan perubahan. Yang mana pertanyaan-pertanyaan ini

menentukan metodologi pergerakan yang diusung oleh mahasiswa itu sendiri, yaitu:

1. Mengapa harus ada perubahan?

2. Bagaimana kondisi yang diharapkan setelah perubahan?

3. Bagaimana metode perubahannya?

Ketiga pertanyaan ini mau tidak mau harus dijawab dengan tepat agar perjuangan

pergerakan yang mengusung perubahan ini memiliki latar belakang, tujuan, dan metode

yang jelas serta dapat dijalankan secara konsisten. Lantas bagaimana cara menjawab

pertanyaan tersebut? Agar dapat menjawab ketiga pertanyaan di atas, diperlukan suatu

landasan yang konsisten atau kita sebut sebagai ideologi. Ideologi adalah suatu pemikiran

mendasar yang dari padanya lahir konsep-konsep serta metode-metode pengaplikasian

ideologi tersebut. Kekuatan ideologi inilah nantinya yang akan menentukan bagaimana

kita menjawab ketiga pertanyaan tersebut. Ideologi ini pula yang akan menentukan

apakah jawaban terhadap ketiga pertanyaan tersebut sudah benar, keliru, atau bahkan

salah total. Sehingga, gerakan mahasiswa harus mempunyai ideologi yang jelas dan

kokoh sebagai landasannya, yang mana ideologi ini pun didasari pada pertanyaan yang

serupa dengan 3 pertanyaan, namun tidak sama persis, yaitu:

1. Dari mana kehidupan?

2. Mau kemana setelah kehidupan?

3. Untuk apa hidup?

Persepsi Dasar

Ketiga pertanyaan di atas harus dijawab dengan benar, yaitu dengan parameter

memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Jawaban atas tiga pertanyaan

mendasar itulah, yang akan menjadi pemikiran mendasar sekaligus landasan kehidupan

bagi manusia. Itulah aqidah. Jawaban dari tiga pertanyaan mendasar ini yang

menentukan gaya hidup seseorang atau model peradaban manusia.

Page 4: Manifesto politk kampus islami

Perbedaan jawaban atas tiga pertanyaan mendasar inilah yang menimbulkan

terjadinya perbedaan aqidah, sekaligus akan melahirkan perbedaan peraturan dalam

berbagai sendi kehidupan.

Aqidah Islam sendiri memiliki jawaban-jawaban khas terhadap tiga pertanyaan

mendasar diatas. Dari mana manusia, alam semesta dan kehidupan ini berasal? Islam

menjawab bahwa dibalik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada sang pencipta (al-

khaliq), yang mengadakan semuanya dari tidak ada menjadi ada.

Bukti adanya pencipta ini terlihat dari realitas alam semesta, manusia dan kehidupan

memiliki sifat yang sangat terbatas. Segala sesuatu yang ada dalam alam semesta, laut,

matahari, gunung, pohon dan sebagainya tampak bersifat terbatas dan mengikuti aturan

tertentu. Lihatlah sebuah pohon yang awalnya sebuah benih, kemudian tumbuh dan terus

tumbuh hingga sampai masanya dan akhirnya mati. Begitu pula halnya dengan manusia

dan kehidupan, bersifat terbatas dan tunduk pada aturan tertentu. Dengan kondisi seperti

itu, tidak mungkin ketiga hal itu, ada dengan dengan sendirinya, pasti ada yang

menciptakannya, Dialah Sang Pencipta (al-khaliq). Al-khaliq ini pasti bukan makhluk,

karena sifat-Nya sebagai Sang Pencipta memastikan diri-Nya bukanlah makhluk. Ia

bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir), wajibul wujud (pasti adanya), dan mutlak

keberadaannya.

Dengan demikian, setiap orang yang berakal pasti akan dapat meyakini keberadaan

sang pencipta, karena dengan mengamati segala yang ada di dunia ini akan dapat

memberikan pemahaman bahwa segala sesuatunya membutuhkan adanya Sang Pencipta.

Karena itu, perintah untuk memikirkan alam semesta, manusia dan kehidupan, banyak

sekali kita temukan dalam al-Qur’an, diantaranya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang

terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190)

Juga firman-Nya:

“(Dan) diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah diciptakannya langit dan bumi serta berlain-

lainnya bahasa dan warna kulitmu.” (QS. Ar-Rum: 22).

Page 5: Manifesto politk kampus islami

Demikian, Aqidah Islam mengharuskan beriman akan adanya Sang Pencipta dengan

melakukan aktivitas berfikir terhadap ciptaan-Nya.

Namun, perlu difahami bahwa kemampuan berfikir manusia hanya sampai pada

pemahaman tentang keberadaan Allah. Akal manusia tidak akan bisa langsung

memikirkan tentang zat dan hakikat Allah swt. Karena, Allah swt. berbeda dengan

makhluk-Nya yang dapat diindera.

Setelah mengimani adanya pencipta, manusia pun dituntut untuk mengimani al-

Qur’an sebagai wahyu dari Sang Pencipta. Untuk membuktikannya, jika kita memahami

Bahasa Arab, maka kita akan melihat ketinggian dari Bahasa al-Qur’an yang tidak

mungkin dibuat oleh manusia maupun Nabi Muhammad sendiri. Bahkan, al-Qur’an

sendiri telah menantang manusia untuk membuat satu surat yang semisal dengan ayat al-

Qur’an:

“Dan jika kamu meragukan (al-Qur’an) yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad),

maka buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,

jika kamu orang-orang yang benar.” (al-Baqarah: 23).

Hingga akhir zaman nanti, pasti tidak ada yang sanggup membuat yang semisal

dengan al-Qur’an. Ini menjadi bukti bahwa al-Qur’an berasal dari Sang Pencipta dan

merupakan firman-Nya. Dengan terwujudnya iman terhadap al-Qur’an sebagai pencipta,

maka kitapun akan diantarkan untuk mengimani Nabi Muhammad sebagai Utusan Allah

(Rasulullah). Karena Muhammad lah yang membawa al-Qur’an itu kepada umat manusia,

sehingga ini menjadi bukti bahwa beliau adalah Nabi dan Rasul Allah. Dan bahwa, segala

sesuatu yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. adalah wahyu dari Allah swt.

Demikian, dalil logis untuk mengimani keberadaan Sang Pencipta, al-Qur’an dan

kerasulan Muhammad saw.

Konsekuensi atas Persepsi Dasar

Dengan terwujudnya keimanan akan adanya Sang Pencipta, al-Qur’an dan kerasulan

Muhammad saw. maka kitapun harus percaya dengan segala berita yang dikabarkan oleh

al-Qur’an dan Muhammad saw. melalui sabda-sabdanya. Al-Qur’an menyebut nama Sang

Pencipta dengan nama Allah swt. maka kitapun menyebut pencipta dengan nama Allah

dan nama-nama lain yang disebutkan dalam al-Qur’an. Al-Qur’an maupun Sabda Rasul

Page 6: Manifesto politk kampus islami

mengabarkan tentang hal-hal yang ghaib, maka kita harus mempercayainya, seperti

keberadaan malaikat dan tugas-tugasnya, hari kiamat, hari penghisaban, surga dan

neraka, iblis dan jin, serta perkara-perkara ghaib lainnya, semuanya harus kita yakini,

karena telah dikabarkan dalam al-Qur’an dan sabda (sunnah) Rasul saw.

Tidak hanya itu, kita pun harus tunduk pada segala aturan, perintah dan larangan

Allah swt. yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah memerintahkan kita

shalat, maka kita harus shalat. Begitupula jika Allah memerintahkan kita zakat, puasa,

berbakti kepada orangtua, berdakwah, berjihad dan menerapkan syariat Islam secara

menyeluruh, kitapun harus melakukannya.

Demikian pula, jika Allah swt. melarang sesuatu maka kita harus meninggalkannya.

Seperti larangan meminum khamar, berkhalwat (berdua-duaan dengan yang bukan

mahram), berzina, mencuri, merampok, dan memakan riba, maka kitapun harus

meninggalkan semua itu.

Tidak boleh kita mengimani sebagian perintah dan larangan Allah dalam al-Qur’an

dan as-Sunnah, seraya mengingkari sebagian perintah dan larangan Allah dalam al-

Qur’an dan as-Sunnah. Karena mengingkari sebagian itu, oleh al-Qur’an menyebutnya

berarti telah mengingkari seluruh wahyu Allah swt.

“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak

ada balasan yang pantas bagi yang telah berbuat demikian diantara kamu, selain kenistaan dalam

kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. (al-

Baqarah: 85).

Bisa dikatakan, keterpurukan umat manusia saat ini, dikarenakan telah melupakan

atau mungkin telah mengingkari sebagian besar perintah dan larangan Allah swt. Selama

manusia masih bersikap demikian, maka keterpurukan dan kenistaan akan terus

menimpanya.

Dengan demikian, Islam telah menjawab tiga pertanyaan mendasar (al-uqdatu al-

kubra) dengan memuaskan akal, sesuai fitrah manusia dan menentramkan jiwa. Manusia,

alam semesta dan kehidupan ini, berasal dari Allah swt. selaku Sang Pencipta, dan bukan

sekedar menciptakan, Allah juga mengatur dan menuntun makhluk-Nya. Ada kehidupan

setelah kehidupan dunia yaitu akhirat, tetapi bukan sekedar berpindah, tapi juga

merupakan tempat untuk mempertanggungjawabkan seluruh amalan kita di dunia. Di

Page 7: Manifesto politk kampus islami

sanalah, kita akan mendapat balasan. Orang yang berat amalan shalehnya maka akan

diberi ganjaran Surga, sebaliknya orang yang lebih berat amalan buruknya akan

dilemparkan ke dalam neraka. Untuk apa manusia hidup di dunia? Aqidah Islam

menjawabnya tidak lain untuk beribadah kepada Allah swt.

“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk menyembah kepada-Ku,” (QS. Adz-

Dzariat: 56).

Setelah keyakinan terhadap aqidah ini tertancap kuat di dalam diri masyarakat,

maka secara otomatis akan lahir dorongan untuk melaksanakan Islam sebagai ideologi

yang sempurna secara total. Masyarakat wajib melaksanakan hukum Islam seputar

pernikahan, ekonomi, pemerintahan, dan peradilan untuk menegakkan keadilan,

sebagaimana wajib melaksanakan hukum seputar ibadah, seperti puasa, shalat, zakat, haji,

dan sebagainya. Karena mereka yakin akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap

kelalaian dalam pelaksanaan kewajiban ini.

Hanya dengan melaksanakan sistem Islam secara total, manusia secara keseluruhan

akan kembali dapat menikmati kehidupan yang adil, damai, dan sejahtera dalam naungan

ridha Allah SWT. Dalam kehidupan seperti itulah, manusia dapat merealisasikan

ketundukan, ketaatan, dan kepasrahannya kepada Allah SWT. Inilah realisasi dari misi

hidup untuk beribadah kepada Allah SWT secara nyata.

Satu-satunya institusi yang mampu melaksanakan tugas tersebut adalah sebuah

kekuasaan yang menrapkan sistem Islam secara murni dan menyeluruh. Institusi yang

dimaksud tidak lain adalah Daulah Khilafah.

Menuju Perubahan

Dewasa ini sebagian masyarakat telah sadar dan ingin bangun dari kehinaannya.

Berbagai usaha telah dilakukan, tetapi belum banyak pengaruhnya terhadap keadaan

yang sedang terjadi. Hal ini tentu banyak faktor penyebabnya. Oleh karena itu harus

dikembalikan pada masalah utama dan kenyataan yang sebenarnya. Yakni masyarakat

telah jauh dari pemikiran Islam dan kehidupan Islam. Maka sangat diperlukan usaha-

usaha strategis untuk mengembalikan fikrah (pemikiran), tsaqofah (khazanah

pengetahuan), dan kehidupan Islam di tengah-tengah masyarakat.

Page 8: Manifesto politk kampus islami

Kampanye Kampus Islami sebagai gerakan yang menjadikan Islam sebagai pondasi

pergerakannya, memandang bahwa permasalahan terbesar masyarakat ialah salahnya

mereka dalam memandang alam semesta, kehidupan, dan manusia yang kemudian

menyebabkan masyarakat mengambil ideologi yang juga salah, tidak memuaskan akal,

dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sehingga lahirlah permasalahan-permasalahan di

dalam masyarakat yang saling berkaitan secara sistemik akibat dilahirkan dari ideologi

yang salah.

Dengan memahami permasalahan utama ini, maka harus ada usaha menuju pada

perubahan cara pandang masyarakat terhadap alam semesta, kehidupan, dan manusia,

menjadi cara pandang yang benar dan kemudian mengambil ideologi yang dihasilkan

oleh cara pandang tersebut untuk kemudian diterapkan secara institusional oleh Daulah

Khilafah. Sehingga kehidupan akan berjalan secara tenteram, karena didasari oleh

ideologi yang benar, dan secara otomatis mencegah tumbuhnya permasalahan-

permasalahan sejak akarnya.

Dalam rangka mewujudkan hal itu, Kampanye Kampus Islami mengambil peran

dalam hal mencerdaskan masyarakat melalui civitas akademika kampus terhadap

pandangan hidup yang benar. Kegiatan pencerdasan ini dilakukan dengan cara

menjelaskan kerusakan sistem dan ideologi yang diterapkan saat ini. Kemudian

menjelaskan dan mengejawantahkan kebijakan dan langkah praktis yang akan diambil

oleh Daulah Khilafah dalam mengelola kehidupan masyarakat serta menyelesaikan

permasalahan di dalam masyarakat.

Metode Perubahan

Apa yang kami lakukan dalam KM-ITB ini hanya bagian kecil dari kontribusi

mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan utama yaitu tidak diterapkannya. Dalam

menyikapi permasalah utama tersebut kami terpanggil untuk melakukan perubahan.

Panggilan didasarkan kepada panggilan aqidah untuk senantiasa mengatur segala urusan

dengan aturan Allah swt. dan juga tanggung jawab kami sebagai insan inteletual untuk

memberikan solusi atas permasalahan masyarakat.

Berangkat dari dua hal tersebut, kami melihat bahwa kondisi yang ada sekarang sama

dengan kondisi ketika Muhammad saw pertama kali diangkat menjadi seorang

Rasulullah. Kesamaan ini kami lihat dalam aspek bahwa sistem yang mengatur manusia

Page 9: Manifesto politk kampus islami

pada saat ini bukanlah sistem yang berangkat dari aqidah Islam atau dengan kata lain

bukan sistem Islam. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana

kehidupan Islam bisa kembali hadir di tengah-tengah umat manusia.

Untuk mewujudkan kembali kehidupan Islam tersebut, kami mengambil sebagaimana

dulu apa yang dilakukan Rasulullah ketika dulu berjuang mewujudkan Islam dalam

kehidupan. Rasulullah memulai dakwahnya di Mekkah, sampai akhirnya beliau

mendapatkan portolongan Allah dan berhasil mewujudkan kehidupan Islam pertama kali

dalam kerangka Daulah Islamiyyah di Madinah.

Setelah mengkaji perjuangan yang dilakukan Rasulullah dari mulai di Mekkah sampai

mewujudkan Daulah Islamiyyah di Madinah, maka kami menyimpulkan bahwa ada tiga

tahapan yang beliau lakukan. Pertama, pembinaan intensif. Kedua, interaksi dengan

masyarakat. Ketiga, terjadinya peralihan kekuasaan.

Gambar 1. Tiga tahapan perubahan masyarakat

Tahapan pertama dilakukan untuk membangun kelompok ideologis, yaitu kelompok

yang mengambil Islam sebagai aqidah dan sistem hidupnya. Kelompok ini berisi orang-

orang yang mempunyai kepribadian Islam berupa pola pikir dan pola sikap yang Islami.

Setelah berhasil melakukan internalisasi ideologi dan membangun sebuah gerakan, maka

sudah saatnya untuk memasuki tahapan yang kedua yaitu interaksi dengan masyarakat.

Pada tahapan ini dilakukan tiga hal, yaitu menjelaskan fakta rusak yang ada pada saat ini

sehingga masyarakat sadar untuk berubah, menjelaskan fakta pengganti dari fakta rusak

yang ada pada saat ini, dan terakhir mengajak masyarakat untuk besama-sama melewati

tahapan-tahapan perubahan yang telah dibuat. Dari tahapan ini, akan terwujud kesadaran

Page 10: Manifesto politk kampus islami

dalam masyarakat bahwa harus ada perubahan menuju tegaknya Islam. Kesadaran ini

juga yang akan mendorong pihak-pihak yang memiliki kekuatan (ahlu quwwah) untuk

memberikan dukungannya sehingga menjadi pihak yang akan melindungi (ahlu nusrah)

kelangsungan sistem Islam yang terbentuk. Pada saat inilah proses peralihan kekuasaan

terjadi.

Gambar 2. Struktur bangunan politik Indonesia

Bagaimana proses perubahan dalam ranah politik tersebut terjadi diilustrasikan dalam

gambar di atas. Secara faktual, struktur politik di sebuah negara (dalam hal ini Indonesia)

memiliki dua komponen yaitu, suprastruktur politik yang memegang wewenang untuk

mengatur urusan masyarakat dan infrastruktur politik yang menyangga keberlangsungan

proses politik yang terjadi. Dalam hal ini TNI/POLRI memegang peranan memastikan

proses politik tersebut berjalan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Masyarakat

sebagai komponen terbesar dan pemegang kedaulatan dalam sistem demokrasi,

sebenarnya memiliki peranan yang startegis untuk mementukan arah kemana sistem

politik berjalan.

Gambar 3. Dakwah mengubah struktur bangunan politik

Page 11: Manifesto politk kampus islami

Oleh karena ini, kami berusaha untuk untuk mengembalikan ideologi Islam kembali

ke tengah-tengah masyarakat. Ketika masyarakat sudah sadar maka akan terbentuk

sebuah opini umum bahwa sudah seharusnya Islam mengatur segala aktivitas, sudah

seharusnya Islam menjadi sumber rujukan bagi setiap peraturan yang ada di tengah-

tengah masyarakat. Ketika Islam sudah menjadi opini umum di tengah-tengah

masyarakat berbagai elemen masyarakat akan menjadi kelompok penekan (pressure group)

bagi elemen suprastruktur yang ada di atas.

Gambar 4. Penggalangan dukungan ahlu quwwah

Agar pressure group semakin besar, perlu dilakukan penggalangan dukungan dari

berbagai elemen masyarakat. Terutama mereka yang memiliki pengaruh seperti ulama,

pengusaha, intelektual, dan tidak ketinggalan mahasiswa. Masyarakat yang sudah

mengemban ideologi akan menjadikan pemegang keamanan (dalam hal ini militer) untuk

memberikan dukungannya. Masyarakat yang sadar disertai dengan dukungan pemegang

keamanan akan menghantarkan kepada proses peralihan kekuasaan.

Page 12: Manifesto politk kampus islami

Gambar 5. Peralihan kekuasaan

Pada saat itulah proses pergantian di suprasturktur terjadi, dari sistem demokrasi

yang memegang kedaulatan di tangan rakyat menjadi sistem khilafah dimana hukum

syara’-lah yang menjadi sumber hukum dan rujukan bagi hukum-hukum yang lain.

Gambar 6. Peran mahasiswa dalam mendukung perubahan bersama pressure group