mandiri pbl kedkom sk 2

38
1. MM KLB & Wabah 1.1. Definisi Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Suatu kejadian penyakit dikatakan wabah / KLB apabila terjadinya peningkatan kasus suatu penyakit di daerah tertentu pada kelompok tertentu dan pada periode waktu tertentu. Menurut UU No 4 tahun 1984 yang dikatakan wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan KLB adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis, pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Ketentuan KLB untuk DBD: Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu Terdapat peningkatan kasus kematian Tujuan Umum KLB : • Mencegah meluasnya (penanggulangan). • Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian). Tujuan khusus : • Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit . • Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB, • Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan • Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB • Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB Jenis penyakit yang menimbulkan KLB : Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit Penyebab Niswah Zakiyah Viviana – 1102012198 PBL KEDKOM SK2 1

Upload: dema-syah-fadli

Post on 17-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas mandiri pbl blok kedkom skenario 2 tentang skenario 2 blok kedkom by b 12 angkatan 2012

TRANSCRIPT

1. MM KLB & Wabah1.1. DefinisiTimbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

Suatu kejadian penyakit dikatakan wabah / KLB apabila terjadinya peningkatan kasus suatu penyakit di daerah tertentu pada kelompok tertentu dan pada periode waktu tertentu. Menurut UU No 4 tahun 1984 yang dikatakan wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan KLB adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis, pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Ketentuan KLB untuk DBD: Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu Terdapat peningkatan kasus kematian

Tujuan Umum KLB : Mencegah meluasnya (penanggulangan). Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).

Tujuan khusus : Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit . Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB, Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB

Jenis penyakit yang menimbulkan KLB : Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit

Penyebab Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB adalah Herd Immunity. Herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit. Kemampuan mengadakan perlindungan atau tingginya herd immunity untuk menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:1. Proporsi penduduk yang kebal,2. Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan3. Kebiasaan hidup penduduk.

1.2. KlasifikasiKarakteristik Penyakit yang berpotensi KLB : Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Klasifikasi KLB menurut Penyebab:1. Toksina. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.c. Endotoxin.2. Infeksi: Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing.3. Toksin Biologis: Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan4. Toksin KimiaZat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida.Zat kimia organik: nitrit, pestisida.Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya

Klasifikasi menurut Sumber KLB1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella.7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella.8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

1.3. KriteriaKLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM & PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.1.4. Pencegahan Pencegahan PrimordialUntuk Menghindari kemunculan dari adanya faktor resiko. Pencegahan primordial memerlukan peraturan yang tegas dari yang berwenang untuk tidak melakukan hal-hal yang akan menjadikan faktor risiko bagi timbulnya penyakit tertentu.

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta pejamu. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan.

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)Pencegahan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)Mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi1.5. PenanggulanganPenaggulangan KLB adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadi.

Tujuan penanggulangan KLB : Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya KLB Melalukan penyelidikan KLB Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnosis KLB Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan KLB Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun perencanaan yang mantap untuk penanggulangan KLB

Upaya Penanggulangan KLB : Penyelidikan epidemiologis Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina Pencegahan dan pengendalian Pemusnahan penyebab penyakit Penanganan jenazah akibat wabah Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah : Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional. Deteksi dan respon dini KLB Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB : Menurunnya frekuensi KLB Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB Memendeknya periode KLB Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB : Jangka pendek Menemukan dan mengobati pasien Melakukan rujukan dengan cepat Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasilingkungan Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral Jangka panjang Memperbaiki faktor lingkungan Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD : Pengobatan/ perawatan penderita Penyelidikan epidemiologi Pemberantasan vektor Penyuluhan kepada mayarakat Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

1.6. Sistem rujukan (macam, tujuan, manfaat, tingkatan rujukan)Definisi Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit). Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk bukti. Nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan.

Jenis-jenis pelayanan 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (prmary healthcare)Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka. Pelayanan ini bersifat pelayanan kesehatan dasar, dan di Indonesia pelayanan ini berbentuk PUSKESMAS.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Secondary health service)Diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Contohnya adalah rumah sakit tipe C dan memerlukan tersedianya tenaga tenaga spesialis

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health service)Pelayanan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak bias ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks, dan memerlukan tenaga super spesialis. Contoh nya adalah Rumah sakit tipe A dan tipe B.

Rujukan menurut SK Menteri Kesehatan RI yakni melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang berkemampuan cukup, atau secara horizontal dalam arti sesame unit yang setingkat kemampuannya. Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja, tapi juga masalah-masalah kesehatan seperti teknologi, sarana, bahan laboratorium, dsb.

Klasifikasi rujukana. Rujukan medisRujukan ini berkaitan dengan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Di samping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.

b. Rujukan kesehatan masyarakatRujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, saran dan operasional.

Jenis-jenis rujukan : Rujukan Medis (rujukan pasien, dan rujukan laboratorium) Berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien, mencakup rujukan konsultasi medis dan bahan-bahan pemeriksaan. Upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. berlaku untuk pelayanan kedokteran (Medical Service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan. Maka rujukan ini dibedakan dengan tiga macam yaitu :1. Rujukan penderita : Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain- lain yang disebut transfer of patien.2. Pengetahuan : Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat disebut transfer of knowlwdge/ personel.3. Bahan-bahan pemeriksaan: Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap disebut transfer of spesimen.

Rujukan Kesehatan(rujukan iptek dan keterampilan yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan) Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Adapun rujukan kesehatan ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan tekhnologi, sarana, dan operasional. Antara lain meliputi bantuan :a. Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menularb. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayahc. Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masald. Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam.e. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umumf. Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dsb

Rujukan Manajemen (pengiriman informasi guna kepentingan monitoring semua kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan sistem informasi)

Tujuan rujukan a. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif.1. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.2. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.3. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (Transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer.

Manfaat rujukan1. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan (Police Maker) : Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap pelayanan kesehatan. Memperjelas system pelayanan kesehatan, krena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia. Memudahkan administrasi pada setiap aspek perencanaan.2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) : Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang- ulang. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana kesehatan.3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider) : Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi. Membantu peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yakni melalui kerjasama yang terjalin. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

2. MM Penyelidikan Epidemiologi (PE)2.1. Definisi Penyelidikan atau survei yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih menyeluruh. Yang diselidiki dalam epidemiology investigation adalah mengenai apakah tempat yang terkena KLB tersebut merupakan endemik atau epidemik penyakit, merupakan penyakit infeksi atau penyakit kronis, dan kondisi kesehatan lainnya. Penyelidikan epidemiologi KLB yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk memastikan adanya penderita penyakit yang dapat menimbulkan KLB, mengenai sifat-sifat penyebabnya dan faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasannya Penyelidikan epidemiologi (PE)adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam bentuk laporan.2.2. Tujuan 1. Mendapatkan gambaran masalah yang sesungguhnya2. Mendapat gambaran klinis tentang suatu penyakit3. Mendapat gambaran mengenai kasus menurut variabel epidemiologi4. Mendapat informasi tentang faktor resiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologiDengan mengetahui tujuan tersebut dapat mengambil tindakan untuk pencegahan maupun penanggulangan penyakit.

Manfaat Epidemiologi antara lain:1. Membantu pekerjaan Administrasi Kesehatan2. Dapat menerangkan penyebab masalah kesehatan3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah penyakit4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan Epidemi (singkat dan tinggi) Pandemi (peningkatan yang sangat tinggi dan telah amat luas) Endemi (frekuansi tetap dalam waktu yang lama) Sporadik (berubah-ubah menurut perubahan waktu)

2.3. ProsedurLangkah-langkah1. Tahap survey pendahuluan :a. Memastikan adanya KLBb. Menegakan diagnosac. Buat hypotesa sementara ( penyebab, cara penularan, faktor yg mempengaruhi)

2. Tahap Pengumpulan Data :a. Identifikasi kasus kedalam variabel epid (orang, tempat, waktu)b. Uji hipotesisc. Menentukan kelompok yg rentan

3. Tahap pengolahan data :a. Lakukan pengolahan menurut variable epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statstik.b. Lakukan analisa data menurut variable epid, ukuran epid,dan nilai statistik. Bandingkan dg nilai yang sudah adac. Buat intepretasi hasil analisad. Buat laporan hasil penanggulangan

4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan :* Tindakan penanggulangan :- Pengobatan penderita- Isolasi kasus* Tindakan pencegahan :- Surveilans yg ketat- Perbaikan mutu lingkungan- Perbaikan status kesehatan masyarakat

Indikasi Pencegahan & Penanggulangan Laporan masyarakat, politik, serta kepentingan legal aspek On the Job Traning Penelitian Masalah Program Pemberantasan

2.4. Rumus (CFR, IR, PR, AR, MR)PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS

1. INCIDENCE RATEIncidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu.Rumus Incidence Rate (IR): Jumlah penyakit baru ------------------------------- k Jumlah populasi berisiko

2. PREVALENCE RATEPrevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. Prevalence Rate yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate.Prevalence Rate yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence RateRumus Prevalence Rate (PR): Jumlah penyakit lama + baru ---------------------------------------- k Jumlah populasi berisiko

3. ATTACK RATEAttack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.Rumus Attack Rate (AR): Jumlah penyakit baru ------------------------------------------------------------------------ k Jumlah populasi berisiko (dalam waktu wabah berlangsung)

PENGUKURAN MORTALITY RATE1. CRUDE DEATH RATECDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun.Rumus: CDR (Crude Death Rate) : Jumlah semua kematian------------------------------- k Jumlah semua penduduk

2. SPECIFIC DEATH RATESDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun.Rumus: SDR (Specific Death Rate) : Jumlah kematian penyakit x ----------------------------------------- k Jumlah semua penduduk

3. CASE FATALITY RATECFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut. Rumus CFR (Case Fatality Rate): Jumlah kematian penyakit x ----------------------------------------- x 100% Jumlah kasus penyakit x

4. MATERNAL MORTALITY RATEMMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup.Rumus MMR (Maternal Mortality Rate): Jumlah kematian Ibu ---------------------------------- x 100.000 Jumlah kelahiran hidup

5. INFANT MORTALITY RATEIMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur