manajemen katarak kongenital

28
Mellisa Sondramelia (406100123) Manajemen Katarak Kongenital MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL Operasi katarak merupakan operasi intraokular yang paling umum dilakukan pada anak-anak. Berdasarkan pengalaman yang ada, metode operasi katarak pada pediatrik dan implantasi lensa intraokular (IOL) senantiasa selalu berkembang di seluruh dunia. Pemasangan IOL pada anak-anak dan bayi setelah menjalani operasi katarak juga mendapatkan penerimaan yang baik. Pada artikel ini akan dibahas mengenai hal-hal yang terkait dalam pengelolaan katarak kongenital, termasuk waktu yang tepat untuk melaksanakan operasi, teknik operasi, dan pemasangan IOL beserta kontroversi dan komplikasi yang ada dari operasi tersebut. Rencana Preoperatif Kapan sebaiknya dilakukan operasi? Katarak Bilateral Jain et al. (JAAPOS 2010; 14 (1) :31-34), dalam peninjauan secara retrospektif terhadap katarak kongenital total bilateral, ditemukan bahwa terjadi penurunan ketajaman visual secara eksponensial setelah disertai adanya durasi dalam pengurangan ketajaman visual. Kepaniteraan Klinik Mata 1 RSUD Kudus Fakultas Kedokteran Tarumanagara

Upload: mellisa-sondramelia

Post on 28-Jun-2015

1.000 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Operasi katarak merupakan operasi intraokular yang paling umum dilakukan pada anak-

anak. Berdasarkan pengalaman yang ada, metode operasi katarak pada pediatrik dan

implantasi lensa intraokular (IOL) senantiasa selalu berkembang di seluruh dunia.

Pemasangan IOL pada anak-anak dan bayi setelah menjalani operasi katarak juga

mendapatkan penerimaan yang baik. Pada artikel ini akan dibahas mengenai hal-hal

yang terkait dalam pengelolaan katarak kongenital, termasuk waktu yang tepat untuk

melaksanakan operasi, teknik operasi, dan pemasangan IOL beserta kontroversi dan

komplikasi yang ada dari operasi tersebut.

Rencana Preoperatif

Kapan sebaiknya dilakukan operasi?

Katarak Bilateral

Jain et al. (JAAPOS 2010; 14 (1) :31-34), dalam peninjauan secara retrospektif terhadap

katarak kongenital total bilateral, ditemukan bahwa terjadi penurunan ketajaman visual

secara eksponensial setelah disertai adanya durasi dalam pengurangan ketajaman visual.

Birch et al. (JAAPOS 2009; 13 (1) :67-71) menilai hasil visual dalam jangka waktu 5

tahun setelah operasi katarak pada bayi yang menderita katarak kongenital total

bilateral. Mereka mencatat bahwa pada bayi yang berusia 0-14 minggu, ketajaman

visual akan menurun 1 baris dengan penundaan operasi masing-masing selama 3

minggu. Pada bayi yang berusia 14-31 minggu, bebas untuk menentukan kapan waktu

yang tepat untuk operasi, dengan rata-rata ketajaman visual 20/80. Selain itu tercatat

juga bahwa operasi setelah usia 4 minggu dikaitkan dengan prevalensi yang lebih besar

terhadap strabismus dan nystagmus dibandingkan operasi sebelum 4 minggu, sedangkan

operasi selama 4 minggu pertama kehidupan dikaitkan dengan prevalensi yang lebih

besar terhadap pembentukan membran sekunder dan glaukoma.

Kepaniteraan Klinik Mata 1RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 2: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Lambert et al. (JAAPOS 2006; 10 (1) :30-6) melakukan analisis retrospektif pada anak-

anak dengan katarak kongenital total bilateral yang menjalani operasi ketika bayi

berumur lebih dari 10 minggu, mencatat bahwa ketajaman visual terbaik yang masih

dapat dikoreksi (best-corrected visual acuity/BCVA) adalah 20/100 atau lebih baik dari

itu. Mereka juga melaporkan bahwa tidak adanya nistagmus sebelum operasi

merupakan petanda positif dari hasil visual yang baik untuk operasi pada umur tersebut.

Watts et al. (JAAPOS 2003; 7 (2) :81-5) mengusulkan bahwa 2 minggu pertama

kehidupan merupakan waktu yang paling baik untuk melakukan operasi guna

mengurangi komplikasi pasca operasi akibat intervensi bedah pada bayi yang menderita

katarak dalam 12 minggu pertama kehidupan.

Katarak unilateral

Birch et al. (Invest Ophthalmol Vis Sci 1993;. 34 (13) :3687-99) mengemukakan bahwa

pengobatan katarak kongenital unilateral yang dimulai pada usia 1-6 minggu akan

mendapatkan hasil yang maksimal untuk memperoleh perkembangan penglihatan yang

normal atau mendekati normal dengan resiko yang kecil atau tidak ada resiko pada lensa

mata lain yang masih normal.

Birch et al. (Invest Ophthalmol Vis Sci 1996;. 37 (8) :1532-8), dalam studi lain pada

katarak kongenital total unilateral, melaporkan bahwa operasi yang dilakukan sebelum

usia 6 minggu dapat mengurangi resiko yang dapat mempengaruhi perkembangan

sistem visual dan rehabilitasi visual.

Birch et al. (Invest Ophthalmol Vis Sci 1998;. 39 (9) :1560-6), dalam studi

perbandingan antara katarak unilateral dan bilateral, mengamati bahwa pasien dengan

riwayat katarak unilateral menunjukkan defisit yang lebih besar terhadap sensitifitas

kontras apabila pengobatan terlambat (yaitu pada usia 12-30 minggu). Hal ini diduga

bahwa terjadi kekurangan perkembangan visual secara aktif sebagai faktor ambliogenik

selama minggu-minggu pertama kehidupan, bila kelainan unilateral terjadi

Kepaniteraan Klinik Mata 2RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 3: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

berkepanjangan selama 12-30 minggu, ketidakseimbangan antara mata yang satu

dengan yang lain berperan juga dalam menyebabkan ambliogenesis.

Apakah operasi secara simultan atau bertahap?

Dave et al. (Arch Ophthalmol 2010;. 128 (8) :1050-4) secara retrospektif,

membandingkan operasi secara simultan dengan operasi secara bertahap pada operasi

katarak kongenital bilateral. Telah dicatat bahwa pada operasi katarak kongenital

bilateral secara simultan dapat mengurangi biaya operasi sekitar 21,9%, tidak ada efek

samping khusus, dan memberikan hasil visual yang berbeda dengan operasi katarak

yang dilakukan secara bertahap.

Nallasamy et al. (JAAPOS 2010; 14 (1) :15-9) meninjau dalam 48 kasus selama 15

tahun, operasi intraokular bilateral secara simultan pada anak-anak dilakukan secara

aman.

Magil et al. (Eur J Ophthalmol 2009;. 19 (1) :24-7) secara retrospektif mempelajari

pasien katarak kongenital bilateral yang telah menjalani ekstraksi katarak dari kedua

mata dalam sesi bedah tunggal. Mereka menyimpulkan bahwa operasi katarak

kongenital bilateral secara simultan dapat dipertimbangkan terutama pada pasien yang

memiliki resiko anestesiologik yang tinggi.

Yu et al. (Eye 2009; 23 (6) :1451-5) menjelaskan tentang pengelolaan katarak bilateral

yang dilakukan implantasi IOL secara bertahap. Pada pasien yang sama, pada mata

dengan katarak total dan ambliopia dilakukan implantasi IOL primer, sedangkan mata

yang lebih baik untuk sementara dijadikan aphakia sebagai alternatif untuk patching.

Sebuah implantasi IOL sekunder dilakukan pada mata aphakia saat BCVA pada mata

ambliopia mencapai potensi terbaiknya. Mereka menyimpulkan bahwa dengan

membuat aphakia sementara pada mata yang masih normal (mata yang lebih dominan)

merupakan cara yang mudah untuk mengobati ambliopia pada anak dengan katarak

bilateral yang tidak sama stadiumnya antara mata yang satu dengan yang lain.

Kepaniteraan Klinik Mata 3RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 4: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Bayi: Lensa kontak atau implantasi lensa intraokular?

Lambert et al. (Infant AphakiaTreatment Study Group) (Arch Ophthalmol 2010;. 128

(7) :810-8) melakukan uji klinis secara acak pada bayi dengan katarak kongenital

unilateral yang ditugaskan untuk menjalani operasi katarak pada usia antara 1-6 bulan,

baik dengan implantasi IOL primer maupun tanpa implantasi IOL primer. Lensa kontak

(CLS) digunakan untuk memperbaiki aphakia pada pasien yang tidak menerima IOLs.

Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan dari hasil ketajaman visual saat usia 1

tahun antara kelompok yang memakai IOL dengan kelompok CL. Namun, operasi

intraokular tambahan dilakukan lebih sering pada kelompok IOL.

Lu et al. (Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol.2010; 248 (5) :681-6) mempelajari hasil

visual dan komplikasi setelah implantasi IOL, terutama pada bayi usia 6-12 bulan.

Dilaporkan bahwa implantasi IOL tersebut aman dan efektif untuk operasi katarak pada

anak-anak. Pada katarak bilateral maupun unilateral, terjadinya nistagmus, strabismus,

dan terapi ambliopia yang tidak adekuat merupakan prediksi negatif pada BCVA.

Ram et al. (India J Ophthalmol.2007; 55 (3) :185-9) melaporkan bahwa implantasi IOL

primer dan kapsulorexis posterior primer dengan vitrektomi anterior dalam dua tahun

pertama kehidupan merupakan metode yang aman dan efektif untuk mengkoreksi

aphakia.

Lundvall et al. (J Katarak Refract Surg.2006; 32 (10) :1672-7) mengevaluasi komplikasi

yang terjadi dan hasil visual pada mata yang telah menjalani ekstraksi katarak dengan

implantasi IOL pada tahun pertama kehidupan. Mereka menemukan bahwa afterkatarak

(katarak sekunder) dengan formasi membran merupakan komplikasi utama pada bayi

yang melakukan implantasi IOL primer.

Birch et al. (JAAPOS 2005; 9 (6) :527-32) melaporkan bahwa penggunaan IOLs dan

CLS aphakia setelah operasi katarak unilateral memberikan perkembangan ketajaman

visual yang sama. Pada kasus lain, mereka berpendapat bahwa IOLs memberikan

pengembangan ketajaman visual yang lebih baik dibandingkan pemakaian CL pada

pasien dengan higiens yang buruk juga pada kasus katarak yang mendapat penanganan

setelah usia 1 tahun.

Kepaniteraan Klinik Mata 4RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 5: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Lambert et al. (Br J Ophthalmol 2004;. 88 (11) :1387-90) membandingkan tajam

penglihatan dan masa penyembuhan setelah operasi ekstraksi katarak unilateral saat

masih bayi, baik dikoreksi dengan CL ataupun IOL. Mereka menemukan bahwa tajam

penglihatan setelah operasi pada kedua kelompok tersebut memberikan hasil yang sama,

namun pada kelompok anak-anak dengan IOL akan mengalami masa penyembuhan

yang lebih cepat setelah operasi.

Biometri

Eibschitz-Tsimhoni et al. (JAAPOS 2008; 12 (2) :173-6) menyimpulkan bahwa

sensitivitas pada perhitungan daya IOL dengan menggunakan panjang aksial (axial

length/AL) dapat terjadi kesalahan pengukuran, dimana terdapat peningkatan 4-14

dioptri (D) / mm pada AL anak sedangkan AL pada orang dewasa dapat terjadi

kesalahan 3-4 D/mm. Pada anak-anak dan orang dewasa, kesalahan dalam perhitungan

sebesar 0,8-1,3 D merupakan kesalahan dalam pengukuran keratometri.

Ben-Sion et al. (JAAPOS 2008; 12 (5) :440-4) membandingkan antara metode

pencelupan dengan metode A-scan biometri pada mata yang mengalami kelainan

katarak kongenital, dimana pada prediksi perhitungan IOL untuk anak-anak tidak

ditemukan perbedaan yang signifikan antara kedua metode tersebut.

Khan (Br J Ophthalmol 2006;. 90 (8) :987-9), dalam peninjauan secara retrospektif

mencatat bahwa pada operasi mata aphakia untuk katarak kongenital, ditemukan nilai

ultrasonik AL dan diperkirakan nilai AL memiliki perbedaan rata-rata 0,05 mm dan

tidak ada perbedaan secara nyata. Mereka mencatat bahwa pengukuran perkiraan AL

yang hanya dari refraksi aphakia merupakan teknik yang berguna untuk mata anak

secara rata-rata, terutama jika pemeriksaan biometri tidak tersedia.

Hug et al. (J Pediatr Ophthalmol Strabismus2004; 41 (4) :209-11) menyamakan antara

penggunaan refraksi aphakia dalam perhitungan daya IOL dan pengukuran AL untuk

perhitungan daya IOL pada anak-anak yang menjalani implantasi IOL sekunder.

Mereka menyimpulkan bahwa penggunaan refraksi aphakia untuk menghitung AL dan

nilai keratometri standar merupakan alternatif pada pasien pediatrik apabila pengukuran

AL secara ultrasonik atau nonsedated ultrasonik tidak mungkin dilakukan.

Kepaniteraan Klinik Mata 5RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 6: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Mittelviefhaus et al. (Ophthalmologe 2000; 97 (3) :186-8) mengevaluasi kesalahan

dalam keratometri pada bayi dan menyimpulkan bahwa kurangnya fiksasi pada anak-

anak yang melakukan keratometri dengan anestesi umum menyebabkan hasil tidak

akurat. Mereka menyarankan bahwa pada kasus-kasus dengan impantasi IOLs,

diharapkan deviasi dari refraksi pasca operasi diperlukan sampai 6,0 D. Mereka

menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil yang akurat, diperlukan pengukuran

dengan keratometri dalam beberapa kali.

Keputusan Intraoperatif

Pemilihan Teknik Operasi

Basti et al. (Ophthalmology1996; 103 (5) :713-20) membandingkan tiga metode

pengelolaan pada katarak kongenital, yaitu: lensektomi serta vitrektomi anterior

(lensectomy anterior vitrectomy /LAV), ekstraksi katarak ekstrakapsular dengan

implantasi IOL (Ecce + IOL) dan Ecce, kapsulotomi posterior primer, vitrektomi

anterior dengan IOL (Ecce + PPC + AV + IOL). Mereka menyimpulkan bahwa Ecce +

PPC + AV + IOL yang memberikan hasil axis visual yang jelas dalam jangka pendek

serta koreksi bias secara optimal, dan tidak terdapat peningkatan risiko komplikasi

jangka pendek.

Eckstein et al. (Br J Ophthalmol 1999; 83 (5):. 524-529) melakukan uji klinis secara

acak pada lensektomi dengan aspirasi lensa dan kapsulotomi primer pada anak-anak

yang menderita katarak bilateral. Mereka menyimpulkan bahwa aspirasi lensa dengan

PPC memberikan hasil visual yang dapat diterima, asalkan ada penanganan lebih lanjut

untuk mengatasi kekeruhan kapsul. Mereka menambahkan bahwa jika tidak

memungkinkan untuk dilakukan intervensi sekunder karena kurangnya kepatuhan

pasien untuk penanganan lebih lanjut, maka lensektomi mungkin dapat memberikan

rehabilitasi visual yang lebih baik untuk jangka panjang.

Chee et al. (J Katarak Refract Surg 2009;. 35 (4) :720-4) melaporkan bahwa sistem

vitrektomi dengan 25-G lebih aman dan efektif untuk pengelolaan katarak pada bayi.

Keuntungannya adalah manipulasi yang lebih tepat dimana mata bayi berukuran lebih

Kepaniteraan Klinik Mata 6RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 7: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

kecil , ruang anterior menjadi lebih stabil, dan mengurangi terjadinya komplikasi

astigma pasca operasi.

Gessner et al. (Ophthalmologe2004; 101 (9) :901-6) melaporkan bahwa pada kasus

katarak bilateral fungsi visual setelah lensektomi dirasakan lebih baik dibandingkan

dengan katarak unilateral. Operasi awal serta terapi orthoptic yang memadai dan

kepatuhan pasien dalam penggunaan CL diperlukan untuk hasil yang lebih baik.

Meier et al. (Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol 2001;. 239 (9) :649-55) juga

melaporkan bahwa lensektomi pars plana atau pars plicata merupakan metode yang

cocok dan aman untuk mengobati katarak pada anak-anak.

Chen et al. (Kedokteran Surg Laser Imaging2005; 36 (1) :6-13) melaporkan bahwa

glaukoma akut (acute glaucom/AG) adalah komplikasi pasca operasi yang paling umum

(20,2%) pada kasus katarak anak setelah lensektomi.

Incisi dan Astigmatisme

Bradfield et al. (J Katarak Refract Surg 2004;. 30 (9) :1948-52), dalam peninjauan

secara retrospektif, menemukan bahwa insisi kecil pada kornea yang jernih (small

incision clear corneal/SMICC) saat ekstraksi katarak disertai implantasi IOL pada anak-

anak dapat menyebabkan astigmatisme pasca operasi yang akan menetap dan stabil dari

waktu ke waktu. Untuk mengurangi angka kejadian astigmat pada anak-anak operasi

sebaiknya dilakukan pada usia ≤ 36 bulan.

Bar-Sela dkk. (Eur J Ophthalmol 2009;. 19 (3) :376-9), dalam peninjauan secara

retrospektif, menemukan bahwa angka kejadian astigmat yang tinggi saat awal pasca

operasi disebabkan karena operasi katarak kongenital yang menggunakan teknik

SMICC, dan secara spontan astigmat akan berkurang setelahnya. Mereka juga mencatat

bahwa semakin muda usia pasien maka angka kejadian astigmatisme dini pasca operasi

akan semakin tinggi.

Spierer et al. (J Pediatr Ophthalmol Strabismus2004; 41 (1) :35-8) mengevaluasi

terjadinya astigmat pada post operasi katarak kongenital dengan implantasi IOL

Kepaniteraan Klinik Mata 7RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 8: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

foldable, dimana secara spontan menunjukkan penurunan angka kejadian astigmat yang

signifikan.

Manajemen kapsul anterior

Guo et al. (J Pediatr Ophthalmol Strabismus 2003;. 40 (5) :268-71) melaporkan bahwa

pewarnaan kapsul anterior dengan zat warna indocyanine green merupakan cara yang

terbaik untuk mempermudah kinerja suatu kapsulorexis anterior pada anak yang

menderita katarak total.

Wilson et al. (Trans Am Ophthalmol Soc 2004;. 102:391-422) membahas mengenai

manajemen kapsul anterior pada operasi katarak anak. Mereka menyimpulkan bahwa

vitrektorhexis cocok digunakan untuk bayi dan anak-anak sedangkan metode

capsuloreksis manual lengkung kontinu (continues curviliniear capsulorhexis/CCC)

paling baik digunakan untuk usia selain bayi. Selain itu, dilaporkan bahwa untuk

operasi pada anak-anak dapat digunakan juga unit Kloti diatermi, Fugo pisau plasma,

dan "can-opener" teknik, meskipun pemakaiannya jarang.

Hazirolan et al. (J Pediatr Ophthalmol Strabismus 2009; 46 (2) :104-7) menyatakan

bahwa kedua forceps pada kapsuloreksis dan vitrektoreksis sama-sama aman dan efektif

untuk capsulorhexis anterior maupun posterior pada katarak kongenital.

Wilson et al. (JAAPOS2007; 11 (5) :443-6) membandingkan vitrektoreksis anterior

dengan CCC pada operasi katarak anak. Mereka melaporkan bahwa vitrektoreksis

cocok digunakan untuk anak-anak yang berusia < 6 tahun dikarenakan kapsul lensa

anterior mereka masih sangat elastis, sedangkan untuk anak usia 6 tahun dan lebih

teknik yang terbaik adalah manual CCC.

Wilson et al. (J Pediatr Ophthalmol Strabismus1996; 33 (4) :237-40), dalam suatu

penelitian secara prospektif, mengamati bahwa teknik capsulectomy anterior dapat

menghasilkan pembukaan sirkuler capsul yang tahan terhadap robekkan selama aspirasi

dan penyisipan IOL. Mereka mencatat bahwa penanganan dengan vitrector-cut,

kapsulektomi dapat dilakukan dengan baik pada pasien yang berusia sangat muda

sekalipun, sedangkan pada kapsuloreksis secara manual akan sulit untuk dikontrol.

Kepaniteraan Klinik Mata 8RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 9: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Comer et al. (J Katarak Refract Surg 1997;. 23 Suppl 1:641-4) membahas hasil

kapsuloreksis diatermi dengan menggunakan frekuensi gelombang radio pada kapsul

anterior dan posterior dalam operasi katarak anak. Hasilnya menunjukkan tidak ada

pertumbuhan epitel kembali ataupun kekeruhan pada kapsul posterior yang telah

dilakukan kapsuloreksis diatermi yang disertai follow up selama 7-16 bulan.

Manajemen kapsul posterior

Jensen et al. (Ophthalmology2002; 109 (2) :324-7) melaporkan bahwa kapsulotomi

posterior lebih utama disarankan pada anak-anak yang melakukan ekstraksi katarak

dengan implantasi IOL pada segmen posterior (IOL PC) saat berusia kurang dari 6

tahun

Raina et al. (J Katarak Refract Surg 2004;. 30 (5) :1082-91) mencatat bahwa manfaat

dari IOL akrilik foldable dalam operasi katarak anak-anak dapat ditingkatkan dengan

cara menggabungkan IOL tersebut dengan kapsuloreksis posterior (PCCC), dengan atau

tanpa vitrektomi anterior, atau dengan menangkap optik IOL tersebut.

Hong et al. (Dapatkah J Ophthalmol 2009;. 44 (4) :441-3) mengamati bahwa

kapsulektomi posterior menggunakan 25-G vitrektomi dapat mencegah kekeruhan

sekunder pada axis visual (visual axis opacification/VAO) setelah operasi katarak

kongenital.

Sharma et al. (BMC Ophthalmol 2006;. 6:12), dalam sebuah studi secara prospektif,

acak, dan terkontrol, melaporkan bahwa zat warna trypan blue membantu pada

kapsuloreksis posterior dalam penangkapan optik pada AcrySof IOL dalam kasus-kasus

katarak pediatrik.

Manajemen vitreus anterior

Parveen et al. (J AAPOS 2010 14 Juli.. [Epub ahead of print]), dalam serangkaian kasus

yang prospektif, melaporkan bahwa bahan pengawet yang mengandung triamcinolone

asetonid bebas memberikan perbaikan pada vitreous selama operasi katarak anak,

Kepaniteraan Klinik Mata 9RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 10: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

sehingga dapat dilakukan vitrectomy anterior secara menyeluruh dan lengkap. Tekanan

intraokular tidak terpengaruh, dan tidak tampak hasil pasca operasi yang merugikan.

Huang et al. (Br J Ophthalmol 2010;. 94 (8) :1024-7) menggunakan 25-G instrumen

untuk melakukan kapsulotomy pars plana dan vitrectomy anterior pada operasi katarak

pediatrik dan melaporkan bahwa teknik tersebut aman dan cukup efektif untuk

pengelolaan kapsul lensa posterior dan vitreous anterior pada operasi katarak anak.

Masalah yang Berkaitan dengan Lensa Intraokular

Lensa intraokular seperti apa yang harus diimplant?

Aasuri et al. (India J Ophthalmol 2006;. 54 (2) :105-9), dalam evaluasi perbandingan

lensa akrilik dengan lensa polimetil metakrilat (PMMA) dalam kasus pediatrik,

dilaporkan bahwa secara signifikan kasus kekeruhan kapsul posterior (PCO) dan

inflamasi uvea (uveitis) pasca operasi lebih sedikit terjadi pada lensa akrilik.

Rowe et al. (Br J Ophthalmol 2004;. 88 (4) :481-5) melaporkan bahwa dibandingkan

dengan lensa akrilik, PMMA IOLs secara bermakna dapat menyebabkan komplikasi

perioperatif. Mereka mencatat bahwa implantasi primer IOLs foldable akrilik yang

lembut pada mata anak memiliki kemungkinan komplikasi perioperatif yang lebih kecil

dibandingkan pemakaian IOLs PMMA yang kaku, sehingga implantasi primer IOLs

foldable akrilik yang lembut diperbolehkan untuk anak-anak.

Basti et al. (J Katarak Refract Surg 1999; 25 (6) :782-7.) mengadakan uji klinis secara

prospektif, acak, dan terkontrol, dilaporkan angka kejadian pembentukan deposit sel

inflamasi dengan permukaan heparin, lebih rendah pada mata PMMA IOLs. Mereka

menyimpulkan bahwa pada operasi katarak anak-anak IOLs tersebut memiliki

biokompatibilitas yang lebih besar dari IOLs yang tidak dimodifikasi.

Koraszewska-Matuszewska et al. (Klin Oczna 2003; 105 (5) :273-6) melaporkan bahwa

pada pasien usia sangat muda penggunaan IOLs modifikasi dengan permukaan heparin

Kepaniteraan Klinik Mata 10RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 11: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

lebih menguntungkan dibandingkan lensa PMMA karena dapat mengurangi inflamasi

pasca operasi dan menunda kejadian PCO pada anak-anak.

Brar et al. (Clin Experiment Ophthalmol 2008;. 36 (7) :625-30), dalam sebuah studi

terkontrol secara acak, melaporkan bahwa operasi katarak pada anak-anak dengan

square-edge PMMA IOLs memberikan keuntungan secara signifikan dalam hal biaya

dibandingkan lensa akrilik dimana keduanya sama-sama memiliki kemungkinan

terjadinya PCO.

Nihalani et al. (J Katarak Refract Surg 2006;. 32 (9) :1527-34) melaporkan bahwa 1-

potong AcrySof IOL pada mata anak –anak dapat memberikan kejelasan axis visual

yang memuaskan, respon peradangan juga dapat diterima secara baik, dan centration

dapat tetap terjaga.

Beauchamp et al. (JAAPOS 2007; 11 (2) :166-9) membandingkan standar nontinted

IOL AcrySof akrilik foldable dengan IOL filtering yang bercahaya biru pada anak-anak.

Mereka melaporkan bahwa angka kejadian inflamasi transient terjadi lebih tinggi pada

pemasangan IOLs berwarna dibandingkan nontinted, namun gejala sisa peradangan

dalam jangka panjang kurang lebih keduanya sama, seperti kasus PCO.

Grueterich et al. (J Katarak Refract Surg 2008;. 34 (4) :591-5) melaporkan bahwa pada

mata remaja penyisipan ACRI Smart (46S) IOL melalui paracentesis sub-2.0 mm dapat

meminimalkan manipulasi.

Perhitungan Daya Lensa intraokular: Formula apa yang harus digunakan?

Mezer et al. (J Katarak Refract Surg 2004; 30:603-610) mengevaluasi hasil refraksi

pada pasien pediatrik yang menggunakan IOL dengan perhitungan menggunakan lima

formula (SRK, SRK II, SRK / T, Hoffer Q, dan Holladay). Mereka mengamati bahwa

untuk mencapai target refraksi pada pasien anak, daya IOL pada kelima formula belum

mencapai target yang memuaskan. Namun, rumus SRK menunjukkan prediksi refraksi

actual yang buruk sampai sedang, sedangkan rumus SRK II memberikan refraksi actual

yang baik.

Kepaniteraan Klinik Mata 11RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 12: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Neely et al. (JAAPOS 2005; 9 (2) :160-5) menganalisis prediksi kesalahan perhitungan

lensa pada anak-anak dengan menggunakan empat formula (SRK II, SRK / T, Holladay

I, dan Hoffer Q). Mereka mencatat bahwa pada teoritis perhitungan IOL menggunakan

formula yang lebih baru tidak sebaik model regresi yang lebih lama. Setiap formula

menunjukkan tingkat variabilitas yang tinggi, SRK II memiliki variabel paling sedikit

dan Hoffer Q yang paling variabel, khususnya pada kelompok anak bungsu dengan AL

kurang dari 19 mm.

Eibschitz et al. (Ophthalmology2007; 114 (2) :383-6) mencatat perbedaan yang

signifikan dalam prediksi kekuatan IOL antara Q Hoffer, Holladay I, dan SRK formula

II dalam jangkauan pediatrik AL dan nilai-nilai keratometry. Holladay I dan formula

Haigis menemukan kesamaan dalam prediksi kekuatan IOL mereka. SRK / T sebanding

dengan Holladay I dan formula Haigis, namun memiliki perbedaan yang tinggi dalam

nilai-nilai keratometri.

Kora et al. (Nippon Ganka Gakkai Zasshi 2002; 106:273-280) mengevaluasi keakuratan

prediksi refraksi yang menggunakan IOL dengan daya perhitungan empat formula

(SRK, SRK II, SRK / T, dan Holladay) pada pasien anak. Mereka menyimpulkan bahwa

semua formula itu kurang akurat pada pasien dengan AL ≤ 22 mm. Mereka juga

menemukan bahwa formula SRK memiliki prediksi refraksi preoperative terbaik

dibandingkan dengan SRK / T dan formula Holladay.

Tromans et al. (Br J Ophthalmol.2001; 85 (8) :939-41) mencatat kesalahan yang lebih

besar terjadi pada perhitungan daya IOL pada mata dengan AL <20 mm dan pada anak-

anak yang berusia kurang dari 36 bulan.

Nihalani et al. (Ophthalmology2010; 117 (8) :1493-1499) melaporkan bahwa Hoffer Q

merupakan formula dengan angka tertinggi yang dapat diterima oleh mata anak. Mereka

juga mencatat bahwa terdapat kemampuan koreksi yang paling rendah, kecuali dengan

metode Hoffer Q.

Kepaniteraan Klinik Mata 12RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 13: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Tujuan Refraksi

Dahan et al. (J Katarak Refract Surg 1997;. 23 Suppl 1:618-23), dalam sebuah

penelitian secara retrospektif, membagi anak-anak dalam dua kategori, yaitu :(1) anak-

anak usia < 2 tahun atau (2) anak usia > 2 tahun. Untuk kelompok pertama, dengan AL

dan pembacaan keratometri yang berubah cepat, mereka disarankan untuk undercorrect

sebesar 20%. Untuk kelompok kedua, dengan perubahan lambat dan lebih moderat,

mereka disarankan untuk undercorrect sebesar 10%.

Wilson et al. (J Katarak Refract Surg.2003; 29 (9) :1811-20) berdasarkan survei

ASCRS dan anggota JAAPOS pada tahun 2001. Mereka menyimpulkan bahwa

pembedahan yang paling baik untuk hyperopia moderat (3 D dan <7 D) dilakukan saat

bayi berusia 6 bulan dan untuk hyperopia ringan (<3 D) paling baik dilakukan saat bayi

bayi berusia 12 bulan.

Enyedi et al. (Am J Ophthalmol 1998;. 126:772-81) merekomendasikan tujuan

pascaoperasi, dimana operasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat sesuai

besarnya kelainan, untuk kelainan sebesar +6 D sebaiknya dilakukan saat usia 1 tahun,

+5 D saat usia 2 tahun, 4 D saat usia 3 tahun, +3 D saat usia 4 tahun, +2 D saat usia 5

tahun, +1 D saat usia 6 tahun, Plano saat usia 7 tua dan untuk -1 dan -2 D saat usia

diatas 8 tahun.

Crouch et al. (JAAPOS 2002; 6 (5) :277-82) merekomendasikan bahwa operasi dengan

kelainan refraksi < +4 D dilakukan sebaiknya saat usia 2 tahun, 2-3 D saat usia 2-4

tahun, 1-2 D saat usia 4-6 tahun dan sampai +1 D saat usia 6-8 tahun.

Multifokal lensa intraokular pada anak-anak

Lin et al. (Eye (Lond) 2010; 24 (6): 1107) melaporkan bahwa implantasi IOL secara

multifokal telah berhasil mengobati ambliopia dan dapat membentuk kembali

kepribadian pasien.

Jacobi et al. (Ophthalmology2001; 108 (8) :1375-80) mempelajari pasien anak-anak

usia 2-14 tahun yang telah melakukan tindak lanjut dari implantasi IOL multifokal lebih

dari 1 tahun. Mereka menemukan bahwa hanya 22% anak yang dilaporkan menggunaan

Kepaniteraan Klinik Mata 13RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 14: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

koreksi dekat tambahan secara permanen. Anak-anak yang tersisa tidak diketahui

apakah menggunakan koreksi hanya untuk jarak jauh (44%) atau tanpa koreksi sama

sekali (33%). Disimpulkan bahwa implantasi IOL multifokal merupakan alternatif

untuk pseudophakia monofokal dalam kelompok usia ini.

Sutured intraocular lense pada anak-anak

Bardorf et al. (JAAPOS 2004; 8 (4) :318-24) melaporkan bahwa implantasi trans-sceral

sutured IOL aman dan efektif untuk memperbaiki aphakia pada mata anak-anak yang

memiliki kekuatan kapsul yang rendah.

Asadi et al. (Oftalmologi 2002; 109:2315-2324) menggambarkan hasil jangka panjang

dari fiksasi scleral pada implantasi IOLs segmen posterior (posterior chamber/PC) pada

anak-anak dan dilaporkan sering terjadi komplikasi.

Ganesh et al. (Kedokteran Laser Imaging Surg 2009; 40 (4) :354-60) mencatat bahwa

fiksasi scleral pada implantasi IOLs PC bermanfaat untuk anak-anak aphakia yang

sudah tidak memiliki kapsul posterior, yang tidak memiliki cara lain untuk rehabilitasi

visual.

Komplikasi

Kekeruhan Axis Visual: Metode pencegahan

Ram et al. (J Katarak Refract Surg.2003; 29 (8) :1579-84) melaporkan bahwa metode

pencegahan ini merupakan manajemen dari kapsul posterior yang lebih baik

dibandingkan dengan pemakaian IOL yang dapat mempengaruhi terjadinya PCO.

Dada et al. (Clin Experiment Ophthalmol 2000;. 28 (5) :361-3) mencatat bahwa aspirasi

lensa menggunakan heparin intracameral, yang dikombinasi dengan capsulorhexis

posterior primer dan capture-optik heparin disertai implantasi IOL, merupakan teknik

yang berguna untuk mencegah VAO sekunder pada katarak pediatrik.

Kepaniteraan Klinik Mata 14RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 15: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Koch et al. (Trans Am Soc Ophthalmol 1997;. 95:351-60) melaporkan bahwa

capsulorhexis posterior disertai vitrectomy anterior merupakan satu-satunya metode

yang efektif untuk mencegah atau menunda pembentukan katarak sekunder pada bayi

dan anak-anak.

Dixit et al. (J Katarak Refract Surg 2010;. 36 (9) :1494-1498) melaporkan bahwa

pemberian triamsinolon intracameral intraoperatif pada mata anak secara signifikan

akan mengurangi angka kejadian radang pada segmen anterior dan kekaburan axis

visual setelah operasi katarak dengan implantasi IOL dapat dicegah.

Raina et al. (J Pediatr Ophthalmol Strabismus.2002; 39 (5) :278-87) mencatat bahwa

PCCC dengan capture optik dari IOL pada segmen posterior dapat mencegah terjadinya

VAO sekunder walaupun tidak dilakukan vitrektomi.

Grieshaber et al. (J Katarak Refract Surg 2005;. 31 (5) :886-94) melaporkan bahwa

capsulotomy posterior dengan jeratan optik IOL telah terbukti merupakan prosedur

pembedahan yang aman dan efisien untuk mencegah PCO pada anak dengan katarak

bawaan. Mereka menyimpulkan bahwa hyaloid anterior yang intak tidak menyebabkan

kekeruhan kapsul yang berhubungan dengan jeratan optik, sehingga vitrectomy

bukanlah ditunjukkan untuk bayi dan anak di bawah 5 tahun.

Chen et al. (Zhonghua Yan Ke Za Zhi 2006;. 42 (5) :400-2) melaporkan bahwa capture

optik dari PC IOL bersifat aman dan efektif dalam pencegahan kekeruhan sekunder

yang bisa terjadi pada axis visual pada anak.

Tassignon et al. (J Katarak Refract Surg 2007;. 33 (4) :611-7) menyimpulkan bahwa

teknik kantong (bag-in-the lens) pada saat implantasi lensa pada anak-anak aman dan

dapat menjaga axis visual menjadi tetap jelas setelah operasi katarak.

Onol et al. (Can Ophthalmol.2008 J; 43 (6) :673-7) melaporkan bahwa lensectomy pars

plana pada teknik implantasi IOL pada anak-anak dengan metode double-kapsul

memiliki batasan waktu PCO dalam jangka panjang.

Kepaniteraan Klinik Mata 15RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 16: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Pengelolaan kekeruhan sumbu visual

Lam et al. (Clin Experiment Ophthalmol 2005;. 33 (5) :495-8) melaporkan bahwa

capsulotomy posterior menggunakan sistem 25-G vitrectomy bersifat aman dan efektif

dalam pengelolaan PCO pada anak-anak pseudophakia. Metode ini memberikan

kemudahan manipulasi dan alat yang lebih kecil dalam mata kecil.

Xie et al. (J Pediatr Ophthalmol Strabismus2008; 45 (6) :362-5) juga mencatat bahwa

kapsulektomi pars plana dan vitrektomi bersifat aman dan efektif dalam PCOs yang

tebal pada anak-anak pseudophakia.

Aktor et al. (JAAPOS 2006; 10 (2) :159-63) melaporkan bahwa Nd. YAG laser

capsulotomy merupakan pilihan yang dapat diterima untuk pengelolaan PCO pada

anak-anak setelah implantasi IOL AcrySof karena memberikan komplikasi yang sangat

minim.

Glaukoma

Vishwanath et al. (Br J Ophthalmol 2004;. 88 (7) :905-10) melaporkan bahwa

lensektomi bilateral yang dilakukan saat bayi berusia 1 bulan memiliki resiko glaucoma

yang lebih tinggi dibandingkan operasi yang dilakukan saat berusia >1 bulan. Mereka

menyarankan sebaiknya dilakukan penundaan operasi selama ± 4 minggu pada kasus

katarak bilateral.

Trivedi et al. (JAAPOS 2006; 10 (2) :117-23) menyimpulkan bahwa pasien yang

menjalani operasi katarak dengan atau tanpa implantasi IOL pada usia dini memiliki

risiko tinggi untuk terjadinya glaukoma.

Swamy et al. (Br J Ophthalmol.2007; 91 (12) :1627-30) melaporkan pada katarak

kongenital terjadinya glaukoma sekunder yang merupakan gejala sisa setelah operasi

penting untuk diperhatikan. Mereka menyimpulkan bahwa pasien ini perlu pengawasan

seumur hidup, seperti halnya pada kasus glaukoma yang terjadi setelah operasi pada

orang dewasa.

Kepaniteraan Klinik Mata 16RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 17: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

Michaelides et al. (BMC Ophthalmol 2007;. 7:13) juga melaporkan bahwa pelaksanaan

operasi katarak bilateral pada awal stadium bertujuan untuk menghindari resiko

terjadinya glaukcoma akut. Mereka menyarankan agar kapsul posterior dibiarkan tetap

utuh untuk mengurangi kemungkinan terjadinya glaukoma akut.

Khan et al. (JAAPOS 2009; 13 (2) :166-9) mencatat bahwa berdasarkan penelitian

kohort operasi yang dilakukan pada usia 3-4 bulan dapat mengurangi risiko terjadinya

glaucoma akut.

Kirwan et al. (Acta Ophthalmol 2010;. 88 (1) :53-9) mencatat bahwa operasi untuk

katarak kongenital pada usia dini dapat meningkatkan resiko terjadinya glaukoma, baik

pada mata aphakia maupun pseudophakia.

Tatham et al. (Eye 2010 Apr 23 [Epub ahead of print]), dalam sebuah penelitian

retrospektif selama 20 tahun, mencatat bahwa terdapat faktor penting lainnya yang

dapat mempengaruhi resiko terjadinya glaukoma selain faktor usia saat dilakukannya

operasi.

Hubungan Katarak Kongenital dengan Anomali pada Mata Lainnya

Vasavada et al. (J Katarak Refract Surg 2009;. 35 (3) :519-28) menyatakan bahwa pada

pasien katarak kongenital dengan microphthalmus akan memberikan hasil visual yang

baik setelah dilakukannya intervensi bedah awal, dengan angka komplikasi pascabedah

yang serius yang masih dapat diterima; mata 10% memiliki kapsuloreksis anterior yang

tidak lengkap, 6,7% mengalami trauma iris, dan 6,7% memiliki ekstensi perifer tepi

pada jahitan kapsulektomi posterior. Komplikasi yang terjadi pasca operasi adalah

sinekia posterior 35,7%, glaukoma 30,9%, dan VAO mata 16,7%.

Yu et al. (Korea J Ophthalmol 2006;. 20 (3) :151-5) untuk meningkatkan hasil operasi

dan untuk menghindari komplikasi, direkomendasikan implantasi PC IOL sekunder

Kepaniteraan Klinik Mata 17RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara

Page 18: MANAJEMEN KATARAK KONGENITAL

Mellisa Sondramelia (406100123)Manajemen Katarak Kongenital

pada pasien katarak pediatrik yang disertai adanya mikrokornea dan / atau

mikrophthalmus.

Mullner-Eidenbock et al. (J Katarak Refract Surg 2004;. 30 (3) :611-9) melaporkan

bahwa pada katarak kongenital yang disebabkan karena adanya pembuluh darah janin

yang persisten atau adanya sisa-sisa pembuluh darah janin, operasi katarak harus

dilakukan secara hati-hati karena berisiko tinggi disebabkan kapsul posterior yang sudah

ada sebelumnya mengalami disfungsi (tidak beraktivitas).

Kuhli-Hattenbach et al. (Am J Ophthalmol 2008;. 146 (1) :1-7) mencatat bahwa pasien

katarak kongenital dengan prediksi praoperatif yang sudah memiliki resiko tinggi,

seperti pembuluh darah janin persisten (PFV), memerlukan perawatan pasca-operasi

yang lengkap.

Khan et al. (Eye Contact Lens 2007;. 33 (4) :199-200) melaporkan bahwa pada katarak

dengan hiperplastik vitreus primer persisten (persistent hyperplactic primary vitreous/

PHPV) , setelah lensectomy dan vitrectomy anterior bisa terjadi emmetropisasi yang

disebabkan karena kornea yang terjal dan elongasi sumbu aksial.

Mullner-Eidenbock et al. (Ophthalmology2004; 111 (5) :906-13) melaporkan bahwa

kelainan dari bagian sentral dari kapsul posterior, seperti translucent opacity atau area

lenticonic yang hampir berlubang selama aspirasi lensa, dapat disebabkan oleh sisa-sisa

minimal PFV.

 

Kepaniteraan Klinik Mata 18RSUD KudusFakultas Kedokteran Tarumanagara