malam ini saya sebenarnya masih bingung mau menulis apa untuk kompasiana

30
malam ini saya sebenarnya masih bingung mau menulis apa untuk kompasiana, sejarah sudah sering, tentang kompasiana juga sudah pernah, tentang jogja apalagi. tapi tiba-tiba ada ide menarik untuk menulis tentang agama, tentang agama apa …? tentu saja islam, karena memang itu agama yang saya anut. oke ide tentang agama islam telah muncul, terus yang seperti apa… ? hehhe… maklum saya tidak begitu pandai soal yang satu ini, ilmu saya masih cetek. oia, bagaimana kalau saya mencoba menjawab sebuah pertanyaan “kenapa saya beragama Islam ?” memang perlu saya menjawab pertanyaan ini ???. penting ga sieh.,.,.,. (gaya ABG) hehhe…. tapi… penting ga penting daripada ga nulis, mending nulis apa saja, walaupun agak kontroversial dan penuh pertentangan batin (lebayyyy….) hehhe… akhirnya diputuskan saya beri judul tulisan ini “kenapa saya beragama Islam ?” jawabannya perlu pengkajian yang mendalam soal sejarah dan ilmu pengetahuan nie, dan hampir tidak mungkin saya menjawab dengan waktu cepat sambil mengalir saat menulis…. oke beri waktu sebentar untuk berfikir….. 1 menit, 5 menit, 10 menit, wah sudah lama ya, oke jawabnnya akhirnya ketemu, jawabannya yaitu TAKDIR, hehe… wah ngasal ya… emmmm…. tapi memang itu kenyataan memang TAKDIR Atau, mungkin karena orangtua saya bukan pengikut Budha, Katholik, Hindu, Ahmadiyah, atau Ateis. Sejak saya kecil orangtua saya mengajari saya shalat, doa qunut, kitab kuning, sowan kyai, shalawat, ziarah kubur, juga tahlilan. Sebelum bertemu namanya komik terlebih dahulu baca iqro, saya belajar mengaji. Selain takdir, mungkin saya menjadi orang Islam karena bakat saya memang menjadi orang Islam. mungkin pertanyaan berikutnya, “kenapa harus Islam, memang dengan menjadi Muslim saya kemudian menjadi orang yang bermutu ?” kalo pertanyaannya seperti itu, maka jawabannyaa saya tidak terlalu peduli, saya gembira menjadi orang islam, saya kira alasan gembira sudah lebih dari cukup, saya bisa melaksanakan hobi saya sebagai individu tanpa merasa terbebani, Saya bisa sarungan, tahlilan, ngopi, sowan kyai, dan ziarah kubur, kalo kabur kemasjid, ngaji, silaturahmi, lebaran, sholawatan dan banyak hal yang bisa saya lakukan tanpa kendala karena saya orang Islam.

Upload: hardiangka

Post on 29-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

malam ini saya sebenarnya masih bingung mau menulis apa untuk kompasiana,  sejarah sudah sering, tentang kompasiana juga sudah pernah, tentang jogja apalagi. tapi tiba-tiba ada ide menarik untuk menulis tentang agama, tentang agama apa …? tentu saja islam, karena memang itu agama yang saya anut. oke ide tentang agama islam telah muncul, terus yang seperti apa… ? hehhe… maklum saya tidak begitu pandai soal yang satu ini, ilmu saya masih cetek.

oia, bagaimana kalau saya mencoba menjawab sebuah pertanyaan “kenapa saya beragama Islam ?” memang perlu saya menjawab pertanyaan ini ???. penting ga sieh.,.,.,. (gaya ABG) hehhe…. tapi… penting ga penting daripada ga nulis, mending nulis apa saja, walaupun agak kontroversial dan penuh pertentangan batin (lebayyyy….) hehhe… akhirnya diputuskan saya beri judul tulisan ini “kenapa saya beragama Islam ?”

jawabannya perlu pengkajian yang mendalam soal sejarah dan ilmu pengetahuan nie, dan hampir tidak mungkin saya menjawab dengan waktu cepat sambil mengalir saat menulis…. oke beri waktu sebentar untuk berfikir….. 1 menit, 5 menit, 10 menit, wah sudah lama ya, oke jawabnnya akhirnya ketemu, jawabannya yaitu TAKDIR, hehe… wah ngasal ya… emmmm…. tapi memang itu kenyataan memang TAKDIR Atau, mungkin karena orangtua saya bukan pengikut Budha, Katholik, Hindu, Ahmadiyah, atau Ateis. Sejak saya kecil orangtua saya mengajari saya shalat, doa qunut, kitab kuning, sowan kyai, shalawat, ziarah kubur, juga tahlilan. Sebelum bertemu namanya komik terlebih dahulu baca iqro, saya belajar mengaji. Selain takdir, mungkin saya menjadi orang Islam karena bakat saya memang menjadi orang Islam.

mungkin pertanyaan berikutnya, “kenapa harus Islam, memang dengan menjadi Muslim saya kemudian menjadi orang yang bermutu ?” kalo pertanyaannya seperti itu, maka jawabannyaa saya tidak terlalu peduli, saya gembira menjadi orang islam, saya kira alasan gembira sudah lebih dari cukup, saya bisa melaksanakan hobi saya sebagai individu tanpa merasa terbebani, Saya bisa sarungan, tahlilan, ngopi, sowan kyai, dan ziarah kubur, kalo kabur kemasjid, ngaji, silaturahmi, lebaran, sholawatan dan banyak hal yang bisa saya lakukan tanpa kendala karena saya orang Islam.

kalau seperti ini, sebenarnya Islam seperti apa saya ini, Islam Fundamental, Islam Radikal, Islam Konvensional, Islam Tradisional, Islam Kultural, Islam Liberal… ada Islam apalagi ya….? mungkin ada Islam Struktural, Islam Original, Islam Islam eksistensial, Islam feeling, Islam seksual, Semua itu tak penting bagi saya. Semua itu hanya istilah. Cuma kata-kata. Tapi jika ada yang mau menyebut saya ini jenis Islam apa, sebut saja saya ‘Islam Miring’. Silakan saja. suka-suka anda lah.,.,. hehehe…

karena menurut saya miring itu sangat strategis, secara religius masjid-masjid rata-rata posisinya miring sekian derajat, mengarah kekiblat, hehe… posisi ini juga tidak menempatkan saya pada satu “kaki” tertentu, sehingga bisa lebih fleksibel biar ga ngotot-ngotoan, miring berarti juga egaliter Tak ada yang di bawah atau di atas, tak ada up atau down, tak ada yang menindih atau yang ditindih. Feodalisme dalam Islam harus dibuang kelaut, selanjutnya mungkin soal kematian, posisi mayat ketika dikubur, tidak terlentang begitu saja tapi juga agak dimiringkan posisinya.

Page 2: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

inilah yang namanya miring jadi gembira, beragama tanpa beban dan tekanan, menjalankan semuanya dengan bahagia, karena beragama bukan hanya soal neraka dan surga tapi soal hidup dan dunia. dan beragama bagi saya bukan soal dosa dan pahala, dan juga bukanlah sebuah beban dan tenakan. karena beragama adalah soal bahagia, gembira, senang, cinta dan kasih sayang. bagaimana kita menjalani hidup dan seberapa manfaat kita untuk dunia, setelah itu biar Tuhan Yang Maha Adil menilai lewat catatan tangan para Malaikatnya, apakah manusia bernama Aziz Abdul Ngashim, memang berada pada jalan yang benar-benar benar sebenar-benarnya.

bagaimana kalau ada orang yang menghina Rosulluloh, seperti yang terjadi akhir-akhir ini, contohnya kartun nabi, jika seperti ini kasusnya saya makmum Rosul saja, ketika beliau dihina, beliau justru berucap, Allahummahdi qaumi, fainnahum la ya’lamun…….

setelah perjalanan yang tidak terlalu panjang sebagai seorang muslim, dan menjawab pertanyaan kenapa saya beragama Islam, mungkin ada yang penasaran apakah saya pernah ingin keluar dari Islam ….? wahaha… kalau yang ini jawabannya cepat kilat, hehe… Saya selalu harmonis dengan Islam dalam diri saya sendiri. Darah yang mengalir di tubuh saya ini darah orang Islam. Saya menjadi orang Islam karena takdir, bakat, dan keturunan. Bagaimana mungkin saya keluar dari takdir, bakat, dan garis keturunan saya ?”

dan diujung tulisan saya yang ngawur, amburadul dan rada nyeleneh ini, ijinkan saya ingin berpesan Meski sibuk jangan lupa shalat 5 waktu (kecuali yang haid) dan meski jauh dari keluarga jangan tergoda nikah siri dan poligami.

hehehe,,,,

Islam Saya, Islam Anda, Islam Kita Semua,

Islam Gembira dan Bahagia

salam cinta untuk kompasianer

Page 3: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Setidaknya ada sepuluh alasan mengapa kita menganut agama Islam. Kesepuluh alasan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, karena kita ingin hidup di dalam naungan ridha Allah تعالى و Sedangkan . سبحانهAllah تعالى و telah menegaskan di dalam Kitab-Nya bahwa satu-satunya agama yaitu سبحانهjalan hidup yang diridhai-Nya hanyalah agama Islam. Tidak ada seorangpun Muslim yang pernah membaca ayat di bawah ini kecuali pasti akan menjadikan Islam sebagai satu-satunya pilihan agama yang ia anut. Karena Allah تعالى و hanya meridhai atau melegalisir agama سبحانهIslam, bukan agama selain Islam.

اإلس�الم� �ه� الل �د� ن ع� الد�ين� �ن� إ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 19)

Seorang Muslim sangat peduli memperoleh ridha Allah تعالى و dalam hidupnya. Ia tidak سبحانهrisau jika pak RT atau pak RW atau presiden atau bahkan penguasa negara superpower sekalipun tidak ridha kepadanya. Tapi ia sangat risau jika Allah تعالى و Penguasa langit dan bumi سبحانهtidak meridhai hidupnya.

Ayat di atas bukan saja menegaskan bahwa penganut agama Islam bakal memperoleh ridha dan restu Allah تعالى و tetapi secara implisit juga menegaskan bahwa barangsiapa mencari , سبحانهagama selain Islam berarti ia hidup di dunia tanpa keridhaan Allah تعالى و Jika Allah . سبحانه

تعالى و tidak ridha kepadanya berarti ia bakal menderita kerugian di akhirat nanti. Sebab سبحانهmurka Allah تعالى و تعالى menanti dirinya. Bagaimana tidak? Allah سبحانه و telah سبحانهmemberikan begitu banyak nikmat —lahir maupun batin— kepadanya, namun ia malah tidak bersyukur terhadap nikmat yang paling utama, yaitu hidayah agama Islam. Bukti tidak bersyukurnya ialah dia memilih agama selain Islam yang sesungguhnya menjauhkan dirinya dari Ridha Allah تعالى و . سبحانه

�ل� �ق�ب ي �ن� ف�ل !ا د�ين � اإلس�الم �ر� غ�ي �غ� �ت �ب ي ر�ين�  و�م�ن� �خ�اس� ال م�ن� ة� اآلخ�ر� ف�ي و�ه�و� �ه� م�ن

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85)

Keridhaan Allah تعالى و akan tercurah kepada kita karena kita memilih untuk سبحانهberidentitas Islam, bukan yang lainnya. Sebab Allah تعالى و menyuruh kita saat سبحانهberinteraksi dengan penganut agama lainnya agar menawarkan prinsip hidup tauhid kepada mereka sebagai kesepakatan bersama. Tetapi kemudian jika mereka berpaling, kita tidak disuruh untuk berkompromi dengan mereka, misalnya dengan mencari identitas “pertengahan” seperti nasionalisme dan sejenisnya. Allah تعالى و menyuruh kita untuk memproklamirkan diri سبحانهsebagai orang-orang yang beridentitas Islam.

�ال أ �م� �ك �ن �ي و�ب �ا �ن �ن �ي ب و�اء5 س� �م�ة5 �ل ك �ل�ى إ �و�ا �ع�ال ت �اب� �ك�ت ال �ه�ل� أ �ا ي �ا  ق�ل� �ع�ض�ن ب �خ�ذ� �ت ي و�ال !ا �ئ ي ش� �ه� ب ر�ك� �ش� ن و�ال �ه� الل �ال إ �د� �ع�ب ن!ا �اب ب ر�

� أ �ع�ض!ا �م�ون�  ب ل م�س� �ا �ن �أ ب ه�د�وا اش� �وا ف�ق�ول �و�ا �و�ل ت �ن� ف�إ �ه� الل د�ون� م�ن�

Page 4: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

“Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah’. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah kaum muslimin (orang-orang yang berserah diri kepada Allah)’.” (QS. Ali Imran [3] : 64)

Kedua, kita menganut agama Islam karena ingin hidup seirama dengan gerak alam semesta. Seluruh makhluk di langit maupun di bumi bersikap “Islam” atau berserah-diri, bersujud, tunduk dan patuh kepada Allah تعالى و Maka kita tidak ingin memilih irama yang berbeda . سبحانهdengan gerak alam. Kita kaum Muslimin sangat merasa perlu untuk hidup dalam harmoni keserasian dengan alam seluruhnya.

ض� األر� ف�ي و�م�ن� م�او�ات� الس� ف�ي م�ن� �ه� ل ج�د� �س� ي �ه� الل �ن� أ �ر� ت �م� �ل �ال�  أ ب �ج� و�ال Lج�وم� و�الن �ق�م�ر� و�ال م�س� و�الش��اس� الن م�ن� Oير� �ث و�ك Lو�الد�و�اب ج�ر� و�الش�

“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?” (QS. Al-Hajj [22] : 18)

Kita menganut Islam karena kita ingin dengan sukarela berserah diri kepada Allah و سبحانهتعالى Kita sangat sadar bahwa kita semua berasal dari Allah . تعالى و dan akan سبحانهdikembalikan kepada Allah تعالى و .sebagai akhir perjalanan hidup سبحانه

ف�ي م�ن� �م� ل س�� أ �ه� و�ل �غ�ون� �ب ي �ه� الل د�ين� �ر� ف�غ�ي

� ج�ع�ون�  أ �ر� ي �ه� �ي �ل و�إ ه!ا �ر� و�ك ط�و�ع!ا و�األر�ض� م�او�ات� الس�

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3] : 83)

Ketiga, kita menganut agama Islam karena ingin dikumpulkan bersama orang-orang terbaik sepanjang zaman. Dari zaman ke zaman, dari negeri ke negeri Allah تعالى و mengutus سبحانهpara Nabi dan Rasul-Nya untuk menyampaikan pesan Allah تعالى و bahwa hidup di سبحانهdunia ini adalah untuk menjalankan misi beribadah kepada Allah تعالى و semata dan سبحانهmenjauhkan diri dari musuh-musuh-Nya yaitu para thaghut. Berfihak kepada al-haq (kebenaran) dan tidak berkompromi dengan al-bathil (kebatilan).

Para Nabi dan Rasul Allah merupakan manusia-manusia terbaik sepanjang zaman. Kita ingin dikumpulkan bersama mereka kelak di Akhirat nanti. Oleh karena itu kita menganut Islam. Sebab Islam merupakan agama yang telah dianut bahkan diperjuangkan oleh setiap Nabi dan Rasul Allah sepanjang sejarah.

�ي� �وت أ و�م�ا �اط� ب و�األس� �ع�ق�وب� و�ي �س�ح�اق� و�إ م�اع�يل� �س� و�إ اه�يم� �ر� �ب إ ع�ل�ى �ز�ل� ن� أ و�م�ا �ا �ن �ي ع�ل �ز�ل� ن

� أ و�م�ا �ه� �الل ب �ا آم�ن ق�ل��م�ون� ل م�س� �ه� ل �ح�ن� و�ن �ه�م� م�ن �ح�د5 أ �ن� �ي ب ق� �ف�ر� ن ال �ه�م� ب ر� م�ن� Lون� �ي �ب و�الن و�ع�يس�ى م�وس�ى

Page 5: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

“Katakanlah, ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para nabi dari Rabb mereka’. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menjadi kaum muslimun (menyerahkan diri).” (QS. Ali Imran [3] : 84)

Bahkan kita sangat berambisi agar bisa dikumpulkan bersama orang-orang terbaik sesudah level para Nabi dan Rasul Allah, yaitu para shiddiqiin (orang-orang yang selalu dalam kebenaran), syuhada (orang-orang yang mati syahid terbunuh oleh musuh-musuh Allah تعالى و ( سبحانهserta sholihiin (orang-orang yang menyibukkan diri mengerjakan amal ibadah dan amal sholeh). Sebab mereka inilah orang-orang yang paling pantas kita jadikan sebagai sebaik-baiknya teman setia di dunia maupun di Akhirat kelak.

م�ن� �ه�م� �ي ع�ل �ه� الل �ع�م� �ن أ �ذ�ين� ال م�ع� �ك� �ئ �ول ف�أ س�ول� و�الر� �ه� الل �ط�ع� ي ه�د�اء�  و�م�ن� Lو�الش و�الص�د�يق�ين� �ين� �ي �ب النف�يق!ا ر� �ك� �ئ �ول أ و�ح�س�ن� �ح�ين� و�الص�ال

“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa [4] : 69)

Keempat, kita menganut agama Islam karena ingin mati sebagai Muslim yaitu sebagai orang yang berserah diri kepada Allah تعالى و Kita tidak mau mati sebagai seorang yang kafir . سبحانهkepada Allah تعالى و -Demikian pula, kita tidak ingin mati sebagai orang yang berpura . سبحانهpura atau bermain-main menjadi seorang yang beriman alias menjadi seperti kaum munafik. Begitu pula, kita tidak mau mati dalam keadaan sebagai seorang yang murtad. Mengapa? Karena Allah تعالى و menyuruh kita untuk tidak mati kecuali dalam keadaan sebagai seorang سبحانهMuslim.

�م�ون� ل م�س� �م� �ت �ن و�أ �ال إ �ن� �م�وت ت و�ال �ه� �ق�ات ت ح�ق� �ه� الل �ق�وا ات �وا آم�ن �ذ�ين� ال Lه�ا ي� أ �ا ي

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 102)

Orang yang mati dalam keadaan beragama Islam akan mendapat keselamatan dan kebahagiaan hakiki dan abadi di akhirat kelak dengan dimasukkan Allah تعالى و -ke dalam Jannah سبحانهNya (surga-Nya). Sedangkan orang yang mati dalam keadaan selain beragama Islam pasti celaka di Akhirat, karena Allah تعالى و bakal memasukkan dirinya ke dalam api Neraka yang سبحانهmenyala-nyala. Semua orang yang mati dalam keadaan kafir, munafik atau murtad berarti mati tidak dalam keadaan beragama Islam. Ia bakal hidup dalam kesengsaraan hakiki dan abadi di dalam azab Allah tersebut. Wa na’udzubillaahi min dzaalika…

Maka seorang yang mati dalam keadaan beragama Islam berarti telah mempersiapkan dirinya untuk mampu menjawab beberapa pertanyaan fundamental malaikat ketika dirinya sudah

Page 6: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

menjadi mayat berada di dalam kuburnya. Sebagaimana disebutkan Rasulullah و عليه الله صلى:di dalam hadits berikut سلم

�ه� ل ن� �ق�وال� ف�ي �ه� الل �ي� ب ر� �ق�ول� ف�ي Lك� ب ر� م�ن� �ه� ل ن� �ق�وال� ف�ي �ه� ان ل�س� �ج� ف�ي �ان� �ك م�ل �يه� �ت �أ ف�ي د�ه� ج�س� ف�ي وح�ه� ر� �ع�اد� ف�ت ق�ال�ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ه�و� �ق�ول� ف�ي �م� ف�يك �ع�ث� ب �ذ�ي ال ج�ل� الر� ه�ذ�ا م�ا �ه� ل ن� �ق�وال� ف�ي م� ال� �س� اإل� �ي� د�ين �ق�ول� ف�ي �ك� د�ين م�اف�ي �اد5 م�ن �اد�ي �ن ف�ي و�ص�د�ق�ت� �ه� ب �ت� ف�آم�ن �ه� الل �اب� �ت ك ت�

� أ ق�ر� �ق�ول� ف�ي �م�ك� ع�ل و�م�ا �ه� ل ن� �ق�وال� ف�ي �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه� الل�د�ي ع�ب ص�د�ق� �ن� أ م�اء� الس�

Kata Nabi Muhammad سلم و عليه الله lantas rohnya di kembalikan ke jasadnya, kemudian …“ : صلىdua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya dan bertanya, ‘Siapa Rabbmu?’. Ia menjawab, ‘Rabb-ku Allah‘. Tanya keduanya. ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab, ‘Agamaku Islam.’ Keduanya bertanya, ‘Bagaimana komentarmu tentang laki-laki yang diutus kepada kamu ini?‘ Si mayit menjawab, ‘Oh, dia Rasulullah سلم و عليه الله Keduanya bertanya, ‘Darimana kamu ‘. صلىtahu itu semua?‘ Ia menjawab, ‘Aku membaca Kitabullah sehingga aku mengimaninya dan membenarkannya.‘ Lantas ada Penyeru di langit memanggil-manggil, ‘HambaKu benar’.” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)

Kelima, kita menganut agama Islam karena ingin meneladani Nabi Muhammad و عليه الله صلىتعالى yang disebut Allah سلم و .merupakan rahmat bagi semesta alam سبحانه

�م�ين� �ع�ال �ل ل ح�م�ة! ر� �ال إ �اك� �ن ل س� ر�� أ و�م�ا

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya [21] : 107)

Seorang manusia yang menjalani kehidupan mengikuti agama Islam, berarti ia telah mengambil peranan sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Sebab hakikat menjadi rahmat bagi sekelilingnya ialah ketika seseorang loyal dan istiqomah di dalam menganut agama Islam. Jangan dibalik. Bila orang kebanyakan (yang aqidahnya rusak serta terlanjur tenggelam dalam dosa) merasa terganggu oleh kehadiran orang yang sesungguhnya sholeh, maka orang sholeh itu dituduh tidak menjadi rahmat bagi orang-orang sekelilingnya (yang terlanjur gemar kemusyrikan dan bermaksiat alias durhaka kepada Allah تعالى و Akhirnya supaya dianggap menjadi .( سبحانه“rahmat” bagi orang-orang tersebut si sholeh tadi berkompromi dan menunjukkan sikap mencampuradukkan yang haq dengan yang batil. Ini pengertian yang keliru dari makna “rahmat bagi semesta alam”.

Maka, kita menganut agama Islam dan berusaha untuk istiqomah dengannya, karena tahu bahwa satu-satunya tolok-ukur kalau dirinya menjadi rahmat bagi sekelilingnya adalah ketika ia sibuk berusaha meneladani Nabi Muhammad سلم و عليه الله dalam sebanyak mungkin aspek صلىkehidupannya.

�م�ن� ل Oة� ن ح�س� Oو�ة س�� أ �ه� الل س�ول� ر� ف�ي �م� �ك ل �ان� ك �ق�د� ا  ل �ير! �ث ك �ه� الل �ر� و�ذ�ك اآلخ�ر� �و�م� �ي و�ال �ه� الل ج�و �ر� ي �ان� ك

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33] : 21)

Page 7: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Keenam, kita menganut agama Islam karena ingin kehidupan yang baik di Dunia dan kehidupan yang jauh lebih baik lagi di akhirat kelak nanti. Sebab seorang Muslim yakin bahwa hidupnya belum berakhir ketika ia meninggal dunia. Ia sangat yakin bahwa kehidupan Dunia ini fana dan masih ada kehidupan Akhirat yang menantinya. Di Dunia ini ia hanya menjalani kehidupan sementara dan sangat singkat. Sedangkan di Akhirat nanti ia bakal menjalani kehidupan yang abadi dan hakiki. Kesenangan serta penderitaan di dunia merupakan kesenangan dan penderitaan yang artifisial. Sedangkan kesenangan dan derita di Akhirat merupakan kesenangan dan derita yang sejati.

Maka seorang Muslim tentunya ingin hidup baik dan senang di Dunia, tetapi ia lebih fokus mengejar hidup yang baik dan senang di akhirat. Seorang Muslim tentunya tidak ingin hidup yang buruk dan menderita di Dunia, tapi ia lebih tidak ingin lagi hidup buruk dan menderita di Akhirat nanti. Sedangkan Allah تعالى و menjanjikan bahwa jika ia menjadi penganut سبحانهIslam yang baik dan benar, niscaya ia bakal memperoleh hidup yang baik di Dunia dan hidup yang jauh lebih baik lagi di Akhirat kelak nanti.

�ه� �ن �ي ي �ح� �ن ف�ل Oم�ؤ�م�ن و�ه�و� �ى �ث �ن أ و�� أ �ر5 ذ�ك م�ن� �ح!ا ص�ال ع�م�ل� �وا  م�ن� �ان ك م�ا ح�س�ن�

� �أ ب ه�م� �ج�ر� أ �ه�م� �ن �ج�ز�ي �ن و�ل �ة! �ب ط�ي �اة! ي ح��ع�م�ل�ون� ي

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16] : 97)

Yang sering mengecohkan manusia ialah kesalahfahaman mengenai makna “Hidup yang baik di Dunia.” Kebanyakan manusia modern mengartikannya sebagai hidup dengan berkecukupan dan kaya serta sukses meraih gelar akademis bahkan punya jabatan dan menjadi orang yang populer. Padahal tolok-ukur kesuksesan hidup di Dunia, bagi seorang Muslim, bukanlah itu. Kesuksesan diukur berdasarkan “taqwa”. Sedangkan taqwa ialah seberapa jauh seseorang menjalankan perintah-perintah Allah تعالى و .dan menjauhi larangan-larangan-Nya سبحانه

Seringkali karena seseorang patuh menjalankan perintah Allah تعالى و misalnya) سبحانهperintah berda’wah, amar ma’ruf dan nahi mungkar serta berjihad di jalan Allah) malah justeru dituduh sebagai pengacau, ekstrimis atau bahkan teroris, lalu dipenjara oleh penguasa zalim. Atau tatkala ia menjauhi larangan Allah تعالى و ,misalnya larangan mencuri/korupsi) سبحانهberzina, memakan riba/bunga bank serta mentaati/berkompromi/berkoalisi dengan thaghut) malah ia dicap sebagai seorang yang kaku, radikal, kolot serta tidak progresif oleh kaum liberalis yang ingin hidup memperturutkan hawa-nafsu mereka. Apakah orang-orang seperti ini hidupnya tidak baik? Oh tidak, justeru inilah orang-orang yang sesungguhnya memperoleh “hidup yang baik di dunia” jika mereka tetap sabar dan istiqomah mematuhi Allah تعالى و apapun سبحانهresiko yang mesti mereka alami. Subhaanallah….!

Ketujuh, kita menganut agama Islam karena tidak mau menjadi orang yang berdusta sesudah mengaku beriman. Kita sadar bahwa sekedar berikrar syahadatain tidak serta-merta memastikan diri menjadi seorang yang benar imannya. Bahkan berpeluang masuk ke dalam golongan kaum munafik. Wa na’udzubillaahi min dzaalika…!

Page 8: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

�ا �ن ف�ت �ق�د� و�ل �ون� �ن �ف�ت ي ال و�ه�م� �ا آم�ن �وا �ق�ول ي �ن� أ �وا ك �ر� �ت ي �ن� أ �اس� الن �ح�س�ب� �ذ�ين�  أ ال �ه� الل �م�ن� �ع�ل �ي ف�ل �ه�م� �ل ق�ب م�ن� �ذ�ين� ال�ين� �اذ�ب �ك ال �م�ن� �ع�ل �ي و�ل ص�د�ق�وا

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)

Hidup seorang yang mengaku beriman pasti dipenuhi dengan ujian demi ujian dari Allah سبحانهتعالى untuk menyingkap apakah dirinya seorang mukmin yang benar ucapannya ataukah و

seorang munafik yang terbiasa berdusta. Allah تعالى و secara tegas menggolongkan سبحانهkaum munafik yang suka berdusta sebagai orang-orang yang pada hakikatnya tidak beriman walau lisannya mengaku dirinya beriman.

�ين� �م�ؤ�م�ن ب ه�م� و�م�ا اآلخ�ر� � �و�م �ي �ال و�ب �ه� �الل ب �ا آم�ن �ق�ول� ي م�ن� �اس� الن و�م�ن�

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah [2] : 8)

Kedelapan, kita menganut agama Islam karena menyadari bahwa iman tidak bisa diwarisi dari orangtua atau nenek moyang kita. Iman dan Islam bukanlah perkara yang secara otomatis diwariskan dari orang-tua kepada anak-keturunannya. Menjadi orang beriman harus melalui sebuah perjuangan memelihara iman dan tauhid serta kesungguhan doa kepada Allah و سبحانه .agar senantiasa menunjuki kita jalan hidayah dan keselamatan di Dunia dan di Akhirat تعالىSeorang ustadz yang alim dan sholeh tidak serta-merta mempunyai anak-keturunan yang juga alim dan sholeh. Jangankan seorang ustadz, bahkan seorang Nabiyullah-pun tidak selalu anaknya pasti menjadi orang beriman. Hal ini kita dapati di dalam kisah Nabiyullah Nuh ‘alaihis-salam.

�م� �ح�ك أ �ت� �ن و�أ Lح�ق� ال و�ع�د�ك� �ن� و�إ �ه�ل�ي أ م�ن� �ي �ن اب �ن� إ ب� ر� ف�ق�ال� �ه� ب ر� Oوح� ن �اد�ى �ه�  و�ن �ن إ �وح� ن �ا ي ق�ال� اك�م�ين� �ح� ال�ن�ي �ل أ �س� ت ف�ال �ح5 ص�ال �ر� غ�ي Oع�م�ل �ه� �ن إ �ه�ل�ك� أ م�ن� �س� �ي �ين�  ل اه�ل �ج� ال م�ن� �ون� �ك ت �ن� أ �ع�ظ�ك� أ �ي �ن إ Oم� ل ع� �ه� ب �ك� ل �س� �ي ل م�ا

“Dan Nuh berseru kepada Rabbnya sambil berkata, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya’. Allah berfirman, ‘Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan’.” (QS. Huud [11] : 45-46)

Allah تعالى و menegur Nabi Nuh agar jangan menganggap puteranya yang condong سبحانهmemilih kafir daripada iman sebagai bagian dari keluarganya. Bahkan Allah melarang Nabi Nuh mengajukan permohonan doa yang mencerminkan seolah dirinya selaku Nabi tidak berpengetahuan dalam persoalan mendasar ini. Yaitu persoalan aqidah sebagai pengikat sejati antar manusia, bahkan antara anak dan ayah. Pengikat sejati antar manusia adalah iman dan tauhid, bukan darah dan garis keturunan.

Page 9: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Demikian pula dengan Nabi Muhammad سلم و عليه الله Beliau dengan tegas . صلىmemperingatkan kepada anak-keturunannya agar jangan mengandalkan garis keturunan sebagai hal yang otomatis mendatangkan keistimewaan dibandingkan orang lainnya yang tidak bergaris keturunan hingga ke Nabi Muhammad سلم و عليه الله Tidak mentang-mentang seseorang . صلىmerupakan bagian dari ahli bait Rasulullah سلم و عليه الله kemudian ia menjadi yakin dan صلىpasti bahwa dirinya bakal masuk surga dan memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad الله صلى

سلم و !…Tidak . عليه

و كانوا من المتقون منكم أوليائي إن كذلك وليس بي الناس أولى أنهم يرون هؤالء بيتي أهل إنكانوا ثقات – حيث كلهم رجاله صحيح إسناده

“Ahli Baitku berpandangan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling berhak mendapat syafaatku, padahal tidaklah demikian. Sesungguhnya para waliku di antara kamu sekalian adalah yang bertaqwa, siapapun dia dan dimanapun adanya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam “As-Sunnah” dan dipandang shahih oleh Al Al-Bani dalam takhrij beliau)

Kesembilan, kita menganut agama Islam karena faham bahwa zaman yang sedang berlangsung dewasa ini merupakan era penuh fitnah dimana ancaman utama ialah munculnya gejala “Murtad Tanpa Sadar”. Sehingga Nabi Muhammad سلم و عليه الله menggambarkannya seperti صلىsepenggal malam yang gelap-gulita.

� �م �م�ظ�ل ال �ل� �ي الل �ق�ط�ع� ك !ا �ن ف�ت �ع�م�ال� �األ� ب وا �اد�ر� !ا  ب م�ؤ�م�ن �م�س�ي ي و�� أ ا �اف�ر! ك �م�س�ي و�ي !ا م�ؤ�م�ن ج�ل� الر� �ح� �ص�ب �ح�  ي �ص�ب و�ي

�ا �ي الدLن م�ن� �ع�ر�ض5 ب �ه� د�ين �يع� �ب ي ا �اف�ر! ك

Nabi سلم و عليه الله bersabda, “Segeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah صلىseperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Hadits di atas menggambarkan dengan tepat sekali kondisi Dunia dewasa ini. Bila jujur dalam menilai, semua kita pasti merasakan betapa fitnah telah merebak ke segenap lini kehidupan. Entah itu fitnah ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, hukum, pendidikan, media, militer dan lain-lainnya. Sehingga Nabi Muhammad سلم و عليه الله tidak mengatakan bahwa صلىgejala yang muncul ialah “Di pagi hari seorang lelaki berbuat kebaikan, lalu berbuat kejahatan di sore harinya.” Tidak, Nabi tidak berkata demikian..! Sebab sejahat-jahatnya seseorang, namun bila iman dan tauhid masih bersemayam di dalam dadanya, ia masih berpeluang diampuni Allah

تعالى و سلم Jelas-tegas Nabi muhammad . سبحانه و عليه الله ,mengatakan “pagi beriman صلىsorenya kafir..!” Gejala “Murtad Tanpa Sadar” inilah yang harus kita waspadai..!

Dalam hadits lainnya, kita temukan prediksi Nabi muhammad سلم و عليه الله yang dengan صلىtepat menggambarkan keadaan kaum muslimin dewasa ini.

اع5 �ذ�ر� ب اع!ا و�ذ�ر� �ر5 ب �ش� ب ا �ر! ب ش� �م� �ك �ل ق�ب م�ن� �ذ�ين� ال �ن� ن س� �ع�ن� �ب �ت �ت �م�وه�م�  ل �ع�ت �ب ت ال� nض�ب ج�ح�ر� ف�ي �وا ل د�خ� �و� ل �ى �ا  ح�ت �ن ق�لف�م�ن� ق�ال� ى �ص�ار� و�الن �ه�ود� �ي آل �ه� الل س�ول� ر� �ا ي

Page 10: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Rasulullah سلم و عليه الله bersabda, “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan صلىorang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?“ (Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Tidakkah seperti itu kondisi sebagian besar kaum Muslimin dewasa ini? Mereka mengekor secara membabi-buta kepada “The Western Civilization” (Peradaban Darat) yang tidak lain ialah “The Judeo-Christian Civilization” (Peradaban Yahudi-Nasrani) yang sedang mendominasi dunia saat ini. Dalam berideologi meyakini faham Sekularisme, Humanisme, Pluralisme dan Liberalisme. Dalam berhukum menolak hukum Allah تعالى و dan membanggakan سبحانهhukum produk manusia. Dalam berbudaya menjadikan syahwat sebagai tujuan bukan dzikrullah (mengingat Allah). Menjadikan riba sebagai praktek utama berekonomi yang diterima tanpa peduli larangan dan ancaman Allah تعالى و Ikatan sosial dirajut berlandaskan faham . سبحانهNasionalisme bukan aqidah tauhid sebagaimana yang Allah perintahkan. Dalam berpolitik menjadikan faham Machiavelli (tujuan menghalalkan segala cara) serta demokrasi sebagai acuan utama, bukannya memperjuangkan tegaknya kedaulatan Allah تعالى و dengan سبحانهmenerapkan syariah Islam sebagai aturan bersama. Media menjadi sarana penyebar-luasan kebohongan, kerusakan, humbar aurat, kelalaian bahkan kemusyrikan, bukan menjadi penerang yang menyadarkan manusia akan hakikat dan tujuan hidupnya. Sekolah formal sebagai sarana utama pendidikan malah menjadi penyebab utama disintegrasi keluarga serta tempat dimana anak belajar menjadi nakal dan mempersekutukan Allah, bukan menjadi santun dan ber-tauhid.

Pantas bilamana Allah تعالى و memperingatkan kita akan bahaya kaum yahudi dan سبحانهnasrani yang selalu menginginkan kaum muslimin mengekor kepada millah (baca: jalan hidup) mereka. Bahkan Allah تعالى و memperingatkan kita bahwa jika loyalitas diserahkan سبحانهkepada kaum yahudi dan nasrani, maka Allah tidak lagi memandang kita masih beragama Islam, alias murtad..!

�ه�و�اء�ه�م� أ �ع�ت� �ب ات �ن� �ئ و�ل �ه�د�ى ال ه�و� �ه� الل ه�د�ى �ن� إ ق�ل� �ه�م� �ت م�ل �ع� �ب �ت ت �ى ح�ت ى �ص�ار� الن و�ال �ه�ود� �ي ال �ك� ع�ن ض�ى �ر� ت �ن� و�ل�ص�ير5 ن و�ال nي� و�ل م�ن� �ه� الل م�ن� ل�ك� م�ا � �م �ع�ل ال م�ن� ج�اء�ك� �ذ�ي ال �ع�د� ب

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2] : 120)

Allah jelas-tegas menyatakan bahwa, ”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Islam itulah petunjuk Allah. Islam itulah petunjuk yang benar. Mengapa sebagian kita mengikuti petunjuk kaum yahudi dan nasrani? Pantas dewasa ini sebagian besar kaum muslimin tidak merasakan pertolongan dan perlindungan Allah, sebab mereka sibuk mencari pertolongan dan perlindungan dari kaum yahudi dan nasrani..!

�اء� �ي و�ل� أ �ع�ض�ه�م� ب �اء� �ي و�ل

� أ ى �ص�ار� و�الن �ه�ود� �ي ال �خ�ذ�وا �ت ت ال �وا آم�ن �ذ�ين� ال Lه�ا ي� أ �ا �ه�م�  ي م�ن �ه� �ن ف�إ �م� �ك م�ن �ه�م� �و�ل �ت ي و�م�ن� �ع�ض5 ب

�م�ين� الظ�ال �ق�و�م� ال �ه�د�ي ي ال �ه� الل �ن� إ

Page 11: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5] : 51)

Kesepuluh, kita menganut agama Islam karena sadar bahwa saat ini kaum Muslimin sedang hidup di babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam. Dan babak ini merupakan “The Darkest Ages of The Islamic Era” (babak paling kelam dalam sejarah Islam). Di babak ini kaum muslimin hidup di bawah dominasi kepemimpinan mulkan jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan Rasul-Nya). Belum pernah di dalam sejarah ummat Islam kita mengalami babak yang lebih kelam daripada babak ini. Simak hadits Nabi سلم و عليه الله :berikut ini صلى

�ه�اج� م�ن ع�ل�ى Oف�ة خ�ال� �ون� �ك ت �م� ث ف�ع�ه�ا �ر� ي �ن� أ اء� ش� �ذ�ا إ ف�ع�ه�ا �ر� ي �م� ث �ون� �ك ت �ن� أ �ه� الل اء� ش� م�ا �م� ف�يك �و�ة� Lب الن �ون� �ك تم�ا �ون� �ك ف�ي ع�اضsا !ا �ك م�ل �ون� �ك ت �م� ث ف�ع�ه�ا �ر� ي �ن� أ �ه� الل اء� ش� �ذ�ا إ ف�ع�ه�ا �ر� ي �م� ث �ون� �ك ت �ن� أ �ه� الل اء� ش� م�ا �ون� �ك ف�ت �و�ة� Lب الن�م� ث �ون� �ك ت �ن� أ �ه� الل اء� ش� م�ا �ون� �ك ف�ت �ا �ر�ي ب ج� !ا �ك م�ل �ون� �ك ت �م� ث ف�ع�ه�ا �ر� ي �ن� أ اء� ش� �ذ�ا إ ف�ع�ه�ا �ر� ي �م� ث �ون� �ك ي �ن� أ �ه� الل اء� ش�

�ت� ك س� �م� ث �و�ة� Lب الن �ه�اج� م�ن ع�ل�ى ف�ة! خ�ال� �ون� �ك ت �م� ث ف�ع�ه�ا �ر� ي �ن� أ اء� ش� �ذ�ا إ ف�ع�ه�ا �ر� ي

“Masa (1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa (2) Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa (3) Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang masa (4) Raja-raja/para penguasa yang Memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali (5) Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam.” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)

Pada babak ketiga kaum muslimin sempat mengalami kepemimpinan yang juga bermasalah karena yang memimpin adalah para khalifah yang dijuluki Nabi سلم و عليه الله sebagai صلىmulkan aadhdhon (para raja yang menggigit). Mengapa? Sebab pada masa itu pergantian khalifah bak sistem kerajaan yaitu diwariskan dalam lingkup keluarga raja secara turun-temurun. Sehingga mereka dijuluki para raja. Lalu mengapa disebut menggigit? Karena tidak sedikit di antara mereka yang memang berlaku zalim secara pribadinya, namun betapapun para kahliafah tersebut masih memenuhi kriteria sebagai ulil amri dalam hal kepemimpinannya dimana bila ada perselisihan, mereka masih menjadikan Allah (Al-Qur’an) serta Ar-Rasul (As-Sunnah) sebagai rujukan utama. Tidak demikian halnya di babak keempat dewasa ini. Para pemimpin dan pembesar yang ada mengambil rujukan selain Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menyelesaikan persoalan masyarakat di dalam negara yang dipimpinnya. Inilah hal yang paling membedakan antara babak ketiga dengan babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam. Di babak ketiga ummat masih merasakan kepemimpinan “ulil amri” sedangkan di babak keempat ummat tidak memiliki “ulil amri” sebab yang ada hanyalah para “pemimpin dan pembesar” yang mengajak masyarakat bukan menuju keridhoan Allah تعالى و malah menuju kemurkaan-Nya. Wa , سبحانهna’udzubillaahi min dzaalika..!

�ل�ى إ دLوه� ف�ر� ي�ء5 ش� ف�ي �م� ع�ت �از� �ن ت �ن� ف�إ �م� �ك م�ن األم�ر� �ول�ي و�أ س�ول� الر� �ط�يع�وا و�أ �ه� الل �ط�يع�وا أ �وا آم�ن �ذ�ين� ال Lه�ا ي� أ �ا ي

و�يال � �أ ت �ح�س�ن� و�أ Oر� ي خ� ذ�ل�ك� اآلخ�ر� � �و�م �ي و�ال �ه� �الل ب �ون� �ؤ�م�ن ت �م� �ت �ن ك �ن� إ س�ول� و�الر� �ه� الل

Page 12: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa [4] : 59)

�ه� الل �ا �ط�ع�ن أ �ا �ن �ت �ي ل �ا ي �ون� �ق�ول ي �ار� الن ف�ي و�ج�وه�ه�م� �ق�ل�ب� ت �و�م� �ا  ي �ن اد�ت س� �ا �ط�ع�ن أ �ا �ن إ �ا �ن ب ر� �وا و�ق�ال س�وال الر� �ا �ط�ع�ن و�أ�يال ب الس� �ا Lون ض�ل

� ف�أ �ا اء�ن �ر� �ب ا  و�ك �ير! �ب ك !ا �ع�ن ل �ه�م� �ع�ن و�ال �ع�ذ�اب� ال م�ن� �ن� ض�ع�ف�ي �ه�م� آت �ا �ن ب ر�

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, “Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata, “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)

Ya Allah, ajarkanlah kami bagaimana caranya beristiqomah menjadikan Kitab-Mu dan Sunnah Nabi-Mu Muhammad سلم و عليه الله sebagai pemimpin kami di era fitnah ketiadaan ulil صلىamri dewasa ini…

Page 13: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Setidaknya ada sepuluh alasan mengapa kita menganut agama Islam. Tiga alasan pertama sudah kita bahas pada tulisan sebelumnya “Kenapa Kita Menganut Agama Islam? (bagian 1)”. Alasan-alasan selanjutnya ialah:

Keempat, kita menganut agama Islam karena ingin mati sebagai Muslim yaitu sebagai orang yang berserah diri kepada Allah تعالى و Kita tidak mau mati sebagai seorang yang kafir . سبحانهkepada Allah تعالى و -Demikian pula, kita tidak ingin mati sebagai orang yang berpura . سبحانهpura atau bermain-main menjadi seorang yang beriman alias menjadi seperti kaum munafik. Begitu pula, kita tidak mau mati dalam keadaan sebagai seorang yang murtad. Mengapa? Karena Allah تعالى و menyuruh kita untuk tidak mati kecuali dalam keadaan sebagai seorang سبحانهMuslim.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran [3] : 102)

Orang yang mati dalam keadaan beragama Islam akan mendapat keselamatan dan kebahagiaan hakiki dan abadi di akhirat kelak dengan dimasukkan Allah تعالى و -ke dalam Jannah سبحانهNya (surga-Nya). Sedangkan orang yang mati dalam keadaan selain beragama Islam pasti celaka di Akhirat, karena Allah تعالى و bakal memasukkan dirinya ke dalam api Neraka yang سبحانهmenyala-nyala. Semua orang yang mati dalam keadaan kafir, munafik atau murtad berarti mati tidak dalam keadaan beragama Islam. Ia bakal hidup dalam kesengsaraan hakiki dan abadi di dalam azab Allah tersebut. Wa na’udzubillaahi min dzaalika...

Maka seorang yang mati dalam keadaan beragama Islam berarti telah mempersiapkan dirinya untuk mampu menjawab beberapa pertanyaan fundamental malaikat ketika dirinya sudah menjadi mayat berada di dalam kuburnya. Sebagaimana disebutkan Rasulullah و عليه الله صلى:di dalam hadits berikut سلم

Kata Nabi Muhammad سلم و عليه الله ,lantas rohnya di kembalikan ke jasadnya ..." : صلىkemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya dan bertanya, 'Siapa Rabbmu?'. Ia menjawab, 'Rabb-ku Allah'. Tanya keduanya. 'Apa agamamu?' Ia menjawab, 'Agamaku Islam.' Keduanya bertanya, 'Bagaimana komentarmu tentang laki-laki yang diutus kepada kamu ini?' Si mayit menjawab, 'Oh, dia Rasulullah سلم و عليه الله Keduanya bertanya, 'Darimana '. صلىkamu tahu itu semua?' Ia menjawab, 'Aku membaca Kitabullah sehingga aku mengimaninya dan membenarkannya.' Lantas ada Penyeru di langit memanggil-manggil, 'HambaKu benar'." (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)

Kelima, kita menganut agama Islam karena ingin meneladani Nabi Muhammad و عليه الله صلىتعالى yang disebut Allah سلم و .merupakan rahmat bagi semesta alam سبحانه

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya [21] : 107)

Seorang manusia yang menjalani kehidupan mengikuti agama Islam, berarti ia telah mengambil

Page 14: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

peranan sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Sebab hakikat menjadi rahmat bagi sekelilingnya ialah ketika seseorang loyal dan istiqomah di dalam menganut agama Islam. Jangan dibalik. Bila orang kebanyakan (yang aqidahnya rusak serta terlanjur tenggelam dalam dosa) merasa terganggu oleh kehadiran orang yang sesungguhnya sholeh, maka orang sholeh itu dituduh tidak menjadi rahmat bagi orang-orang sekelilingnya (yang terlanjur gemar kemusyrikan dan bermaksiat alias durhaka kepada Allah تعالى و Akhirnya supaya dianggap menjadi .( سبحانه“rahmat” bagi orang-orang tersebut si sholeh tadi berkompromi dan menunjukkan sikap mencampuradukkan yang haq dengan yang batil. Ini pengertian yang keliru dari makna “rahmat bagi semesta alam”.

Maka, kita menganut agama Islam dan berusaha untuk istiqomah dengannya, karena tahu bahwa satu-satunya tolok-ukur kalau dirinya menjadi rahmat bagi sekelilingnya adalah ketika ia sibuk berusaha meneladani Nabi Muhammad سلم و عليه الله dalam sebanyak mungkin aspek صلىkehidupannya.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab [33] : 21)

Keenam, kita menganut agama Islam karena ingin kehidupan yang baik di Dunia dan kehidupan yang jauh lebih baik lagi di akhirat kelak nanti. Sebab seorang Muslim yakin bahwa hidupnya belum berakhir ketika ia meninggal dunia. Ia sangat yakin bahwa kehidupan Dunia ini fana dan masih ada kehidupan Akhirat yang menantinya. Di Dunia ini ia hanya menjalani kehidupan sementara dan sangat singkat. Sedangkan di Akhirat nanti ia bakal menjalani kehidupan yang abadi dan hakiki. Kesenangan serta penderitaan di dunia merupakan kesenangan dan penderitaan yang artifisial. Sedangkan kesenangan dan derita di Akhirat merupakan kesenangan dan derita yang sejati.

Maka seorang Muslim tentunya ingin hidup baik dan senang di Dunia, tetapi ia lebih fokus mengejar hidup yang baik dan senang di akhirat. Seorang Muslim tentunya tidak ingin hidup yang buruk dan menderita di Dunia, tapi ia lebih tidak ingin lagi hidup buruk dan menderita di Akhirat nanti. Sedangkan Allah تعالى و menjanjikan bahwa jika ia menjadi penganut سبحانهIslam yang baik dan benar, niscaya ia bakal memperoleh hidup yang baik di Dunia dan hidup yang jauh lebih baik lagi di Akhirat kelak nanti.

"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl [16] : 97)

Yang sering mengecohkan manusia ialah kesalahfahaman mengenai makna “Hidup yang baik di Dunia.” Kebanyakan manusia modern mengartikannya sebagai hidup dengan berkecukupan dan kaya serta sukses meraih gelar akademis bahkan punya jabatan dan menjadi orang yang populer. Padahal tolok-ukur kesuksesan hidup di Dunia, bagi seorang Muslim, bukanlah itu. Kesuksesan diukur berdasarkan “taqwa”. Sedangkan taqwa ialah seberapa jauh seseorang menjalankan perintah-perintah Allah تعالى و .dan menjauhi larangan-larangan-Nya سبحانه

Page 15: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Seringkali karena seseorang patuh menjalankan perintah Allah تعالى و misalnya) سبحانهperintah berda’wah, amar ma’ruf dan nahi mungkar serta berjihad di jalan Allah) malah justeru dituduh sebagai pengacau, ekstrimis atau bahkan teroris, lalu dipenjara oleh penguasa zalim. Atau tatkala ia menjauhi larangan Allah تعالى و ,misalnya larangan mencuri/korupsi) سبحانهberzina, memakan riba/bunga bank serta mentaati/berkompromi/berkoalisi dengan thaghut) malah ia dicap sebagai seorang yang kaku, radikal, kolot serta tidak progresif oleh kaum liberalis yang ingin hidup memperturutkan hawa-nafsu mereka. Apakah orang-orang seperti ini hidupnya tidak baik? Oh tidak, justeru inilah orang-orang yang sesungguhnya memperoleh “hidup yang baik di dunia” jika mereka tetap sabar dan istiqomah mematuhi Allah تعالى و apapun سبحانهresiko yang mesti mereka alami. Subhaanallah....!

Page 16: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Ketujuh, kita menganut agama Islam karena tidak mau menjadi orang yang berdusta sesudah mengaku beriman. Kita sadar bahwa sekedar berikrar syahadatain tidak serta-merta memastikan diri menjadi seorang yang benar imannya. Bahkan berpeluang masuk ke dalam golongan kaum munafik. Wa na’udzubillaahi min dzaalika...!

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)

Hidup seorang yang mengaku beriman pasti dipenuhi dengan ujian demi ujian dari Allah تعالى و سبحانه untuk menyingkap apakah dirinya seorang mukmin yang benar ucapannya ataukah seorang munafik yang terbiasa berdusta. Allah تعالى و سبحانه secara tegas menggolongkan kaum munafik yang suka berdusta sebagai orang-orang yang pada hakikatnya tidak beriman walau lisannya mengaku dirinya beriman.

"Di antara manusia ada yang mengatakan, 'Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman." (QS. Al-Baqarah [2] : 8)

Kedelapan, kita menganut agama Islam karena menyadari bahwa iman tidak bisa diwarisi dari orangtua atau nenek moyang kita. Iman dan Islam bukanlah perkara yang secara otomatis diwariskan dari orang-tua kepada anak-keturunannya. Menjadi orang beriman harus melalui sebuah perjuangan memelihara iman dan tauhid serta kesungguhan doa kepada Allah تعالى و سبحانه agar senantiasa menunjuki kita jalan hidayah dan keselamatan di Dunia dan di Akhirat. Seorang ustadz yang alim dan sholeh tidak serta-merta mempunyai anak-keturunan yang juga alim dan sholeh. Jangankan seorang ustadz, bahkan seorang Nabiyullah-pun tidak selalu anaknya pasti menjadi orang beriman. Hal ini kita dapati di dalam kisah Nabiyullah Nuh ‘alaihis-salam.

"Dan Nuh berseru kepada Rabbnya sambil berkata, 'Ya Rabbku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya'. Allah berfirman, 'Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan'." (QS. Huud [11] : 45-46)

Allah تعالى و سبحانه menegur Nabi Nuh agar jangan menganggap puteranya yang condong memilih kafir daripada iman sebagai bagian dari keluarganya. Bahkan Allah melarang Nabi Nuh mengajukan permohonan doa yang mencerminkan seolah dirinya selaku Nabi tidak berpengetahuan dalam persoalan mendasar ini. Yaitu persoalan aqidah sebagai pengikat sejati antar manusia, bahkan antara anak dan

Page 17: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

ayah. Pengikat sejati antar manusia adalah iman dan tauhid, bukan darah dan garis keturunan.

Demikian pula dengan Nabi Muhammad سلم و عليه الله صلى . Beliau dengan tegas memperingatkan kepada anak-keturunannya agar jangan mengandalkan garis keturunan sebagai hal yang otomatis mendatangkan keistimewaan dibandingkan orang lainnya yang tidak bergaris keturunan hingga ke Nabi Muhammad سلم و عليه الله صلى . Tidak mentang-mentang seseorang merupakan bagian dari ahli bait Rasulullah سلم و عليه الله صلى kemudian ia menjadi yakin dan pasti bahwa dirinya bakal masuk surga dan memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad سلم و عليه الله صلى . Tidak...!

"Ahli Baitku berpandangan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling berhak mendapat syafaatku, padahal tidaklah demikian. Sesungguhnya para waliku di antara kamu sekalian adalah yang bertaqwa, siapapun dia dan dimanapun adanya." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam “As-Sunnah” dan dipandang shahih oleh Al Al-Bani dalam takhrij beliau)

Kesembilan, kita menganut agama Islam karena faham bahwa zaman yang sedang berlangsung dewasa ini merupakan era penuh fitnah dimana ancaman utama ialah munculnya gejala “Murtad Tanpa Sadar”. Sehingga Nabi Muhammad سلم و عليه الله صلى menggambarkannya seperti sepenggal malam yang gelap-gulita.

Nabi سلم و عليه الله صلى bersabda, "Segeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia." (Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Hadits di atas menggambarkan dengan tepat sekali kondisi Dunia dewasa ini. Bila jujur dalam menilai, semua kita pasti merasakan betapa fitnah telah merebak ke segenap lini kehidupan. Entah itu fitnah ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, hukum, pendidikan, media, militer dan lain-lainnya. Sehingga Nabi Muhammad سلم و عليه الله صلى tidak mengatakan bahwa gejala yang muncul ialah “Di pagi hari seorang lelaki berbuat kebaikan, lalu berbuat kejahatan di sore harinya.” Tidak, Nabi tidak berkata demikian..! Sebab sejahat-jahatnya seseorang, namun bila iman dan tauhid masih bersemayam di dalam dadanya, ia masih berpeluang diampuni Allah تعالى و سبحانه . Jelas-tegas Nabi muhammad الله صلى

سلم و عليه mengatakan “pagi beriman, sorenya kafir..!” Gejala “Murtad Tanpa Sadar” inilah yang harus kita waspadai..!

Dalam hadits lainnya, kita temukan prediksi Nabi muhammad سلم و عليه الله صلى yang dengan tepat menggambarkan keadaan kaum muslimin dewasa ini.

Rasulullah سلم و عليه الله صلى bersabda, "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab, "Siapa lagi kalau

Page 18: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

bukan mereka?" (Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Tidakkah seperti itu kondisi sebagian besar kaum Muslimin dewasa ini? Mereka mengekor secara membabi-buta kepada “The Western Civilization” (Peradaban Darat) yang tidak lain ialah “The Judeo-Christian Civilization” (Peradaban Yahudi-Nasrani) yang sedang mendominasi dunia saat ini. Dalam berideologi meyakini faham Sekularisme, Humanisme, Pluralisme dan Liberalisme. Dalam berhukum menolak hukum Allah تعالى و سبحانه dan membanggakan hukum produk manusia. Dalam berbudaya menjadikan syahwat sebagai tujuan bukan dzikrullah (mengingat Allah). Menjadikan riba sebagai praktek utama berekonomi yang diterima tanpa peduli larangan dan ancaman Allah تعالى و سبحانه . Ikatan sosial dirajut berlandaskan faham Nasionalisme bukan aqidah tauhid sebagaimana yang Allah perintahkan. Dalam berpolitik menjadikan faham Machiavelli (tujuan menghalalkan segala cara) serta demokrasi sebagai acuan utama, bukannya memperjuangkan tegaknya kedaulatan Allah تعالى و سبحانه

dengan menerapkan syariah Islam sebagai aturan bersama. Media menjadi sarana penyebar-luasan kebohongan, kerusakan, humbar aurat, kelalaian bahkan kemusyrikan, bukan menjadi penerang yang menyadarkan manusia akan hakikat dan tujuan hidupnya. Sekolah formal sebagai sarana utama pendidikan malah menjadi penyebab utama disintegrasi keluarga serta tempat dimana anak belajar menjadi nakal dan mempersekutukan Allah, bukan menjadi santun dan ber-tauhid.

Pantas bilamana Allah تعالى و سبحانه memperingatkan kita akan bahaya kaum yahudi dan nasrani yang selalu menginginkan kaum muslimin mengekor kepada millah (baca: jalan hidup) mereka. Bahkan Allah

تعالى و سبحانه memperingatkan kita bahwa jika loyalitas diserahkan kepada kaum yahudi dan nasrani, maka Allah tidak lagi memandang kita masih beragama Islam, alias murtad..!

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah, 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)'. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al-Baqarah [2] : 120)

Allah jelas-tegas menyatakan bahwa, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Islam itulah petunjuk Allah. Islam itulah petunjuk yang benar. Mengapa sebagian kita mengikuti petunjuk kaum yahudi dan nasrani? Pantas dewasa ini sebagian besar kaum muslimin tidak merasakan pertolongan dan perlindungan Allah, sebab mereka sibuk mencari pertolongan dan perlindungan dari kaum yahudi dan nasrani..!

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Maidah [5] : 51)

Kesepuluh, kita menganut agama Islam karena sadar bahwa saat ini kaum Muslimin sedang hidup di babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam. Dan babak ini merupakan “The Darkest Ages of The

Page 19: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Islamic Era” (babak paling kelam dalam sejarah Islam). Di babak ini kaum muslimin hidup di bawah dominasi kepemimpinan mulkan jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan Rasul-Nya). Belum pernah di dalam sejarah ummat Islam kita mengalami babak yang lebih kelam daripada babak ini. Simak hadits Nabi سلم و عليه الله صلى berikut ini:

"Masa (1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa (2) Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa (3) Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang masa (4) Raja-raja/para penguasa yang Memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali (5) Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam." (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)

Pada babak ketiga kaum muslimin sempat mengalami kepemimpinan yang juga bermasalah karena yang memimpin adalah para khalifah yang dijuluki Nabi سلم و عليه الله صلى sebagai mulkan aadhdhon (para raja yang menggigit). Mengapa? Sebab pada masa itu pergantian khalifah bak sistem kerajaan yaitu diwariskan dalam lingkup keluarga raja secara turun-temurun. Sehingga mereka dijuluki para raja. Lalu mengapa disebut menggigit? Karena tidak sedikit di antara mereka yang memang berlaku zalim secara pribadinya, namun betapapun para kahliafah tersebut masih memenuhi kriteria sebagai ulil amri dalam hal kepemimpinannya dimana bila ada perselisihan, mereka masih menjadikan Allah (Al-Qur’an) serta Ar-Rasul (As-Sunnah) sebagai rujukan utama. Tidak demikian halnya di babak keempat dewasa ini. Para pemimpin dan pembesar yang ada mengambil rujukan selain Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menyelesaikan persoalan masyarakat di dalam negara yang dipimpinnya. Inilah hal yang paling membedakan antara babak ketiga dengan babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam. Di babak ketiga ummat masih merasakan kepemimpinan “ulil amri” sedangkan di babak keempat ummat tidak memiliki “ulil amri” sebab yang ada hanyalah para “pemimpin dan pembesar” yang mengajak masyarakat bukan menuju keridhoan Allah تعالى و سبحانه , malah menuju kemurkaan-Nya. Wa na’udzubillaahi min dzaalika..!

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa [4] : 59)

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, "Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata, "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)

Page 20: Malam Ini Saya Sebenarnya Masih Bingung Mau Menulis Apa Untuk Kompasiana

Ya Allah, ajarkanlah kami bagaimana caranya beristiqomah menjadikan Kitab-Mu dan Sunnah Nabi-Mu Muhammad سلم و عليه الله صلى sebagai pemimpin kami di era fitnah ketiadaan ulil amri dewasa ini...