makna simbolik patung mi lek hut dan patung ta ol...

97
MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL LAO SHI DI VIHARA DHARMA JAYA (SIN TEK BIO) PASAR BARU JAKARTA PUSAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Salwa Anwar NIM: 11140321000021 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL LAO

SHI DI VIHARA DHARMA JAYA (SIN TEK BIO) PASAR BARU

JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Salwa Anwar

NIM: 11140321000021

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

i

Page 3: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

ii

Page 4: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

iii

Page 5: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

iv

ABSTRAK

SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao

Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat.” Skripsi.

Jakarta: Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolik patung Mi

Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar

Baru Jakarta Pusat, serta melihat ritual pemujaan terhadap patung Mi Lek Hut dan

patung Ta Ol Lao Shi. Dalam hal ini penulis berusaha memahami makna simbolik

dan ritual pemujaan patung Mi Lek Hut dan patung Ta Ol Lao Shi di Vihara

Dharma Jaya.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang

bersifat kualitatif. Sumber data dan informasi yang penulis dapatkan dari proses

wawancara langsung maupun dari buku-buku, jurnal, dan artikel yang sesuai

dengan tema dan judul yang dibahas. Penelitian ini menggunakan satu pendekatan

yaitu pendekatan antropologis. Penulis berusaha untuk menjelaskan hasil

penelitian berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan selama beberapa

hari di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat.

Hasil dari penelitian ini adalah prosesi ritual pemujaan patung Mi Lek Hut

dan Ta Ol Lao Shi sama dengan patung-patung lain yaitu berdoa dan kebaktian,

dengan melakukan pembakaran dupa atau hio lalu dan jamaah mempersembahkan

sesajian atau sesajen. Sesajen atau perlengkapan yang dibawa berupa lilin, buah-

buahan yang segar, air, bunga jajanan kue, manisan, nasi kuning, bubur merah,

bubur putih dan wajik. Adapun makna simbolik dari patung Mi Lek Hut

diantaranya adalah senyum yang lebar atau tertawa, melambangkan cinta kasih,

kebahagiaan dan kegemaran membawa kebahagiaan pada makhluk hidup lainnya,

telinga yang panjang melambangkan dengan kelembutan dan kebaikannya, beliau

dengan setia akan mendengarkan dan mengerti semua makhluk hidup, dada lebar

melambangkan pikiran yang luas, ketulusan dan cinta kasih pada semua makhluk

hidup, perut besar melambangkan rasa toleransi yang besar, hati yang terbuka dan

akan menanggung semua beban dunia tanpa membeda-bedakan. Makna filosofis

dari patung Mi Lek Hut untuk memperoleh kebahagiaan, rezeki serta keturunan.

Maka dari itu Mi Lek Hut sering digambarkan sebagai seorang bikkhu gendut

yang sedang tertawa dan dikelilingi lima orang anak kecil. Sedangkan makna

simbolik patung Ta Ol Lao Shi atau Mbah Jugo adalah sebagai penghormatan atas

keampuhan ilmu yang dimilikinya dan menolong terhadap sesama.

Kata Kunci : Simbolik, Patung, Ritual Pemujaan dan Vihara

Page 6: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

Skripsi yang berjudul Makna Simbolik Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta

Ol Lao Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat disusun

guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu, Jurusan Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari

sempurna ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya dukungan dan banyak pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:

1. Kedua Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasihat,

motivasi, saran, dukungan dan dorongan moril maupun materil. Semoga

adinda dapat membalas semua perjuangan Ayahanda H. Abdul Rachman

Anwar dan Ibunda Hj. Lily Nurlailiyah. Beserta kakak-kakak tersayang

Rif’at, Lya Shofwatul Mawaddah dan Hariry Anwar yang telah memberikan

motivasi, dukungan, doa dan keceriaan.

2. Bapak Drs. Dadi Darmadi, MA, sebagai dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan pencerahan dan arahan dalam membimbing pembuatan

proposal skripsi sampai selesai.

3. Bapak Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si, sebagai dosen pembimbing yang

selalu meluangkan waktu serta kesabaran memberikan arahan dan bimbingan

sehingga membuka cakrawala berpikir dan nuansa ilmu yang baru.

4. Bapak Syaiful Azmi, MA., selaku Kepala Jurusan Studi Agama-Agama dan

Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekertaris Jurusan Studi Agama-

Page 7: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

vi

Agama yang memberikan arahan serta motivasi yang luar biasa kepada

penulis dan selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswa/i dengan baik.

5. Seluruh dosen Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu

dan pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

6. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Ushuluddin atas bantuan dalam

persiapan pelaksanaan seminar proposal dan ujian komprehensif.

7. Bapak Santoso Witoyo selaku pimpinan Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio)

Pasar Baru Jakarta Pusat dan Bapak Andy selaku jamaah Vihara Dharma Jaya

yang telah berkenan memberikan izin penelitian sekaligus menjadi

narasumber untuk melengkapi isi skripsi.

8. Handy Rizki Prima teman berjuang bersama dalam mengerjakan skripsi dari

awal hingga selesai.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang selalu memberikan semangat untuk ke

perpustakaan dan menulis skripsi hingga selesai Siti Pheunna Tiara Hati,

Muhammad Wahyu, Ridwan Efendi, Wahyu Vebry Putra, Zikri Sulthoni,

Muhammad Samtoni, Binna Ridhatul Shaumi, Qonita, Nur Afifah, dan Teti

Eliza. Kebaikan dan kekonyolan kalian akan selalu penulis ingat sampai tua

nanti.

10. Bidadari Macho; Nadya Qudsiyyah, Muthia Imantari, dan Sarah Maulidasari

terimakasih sudah bersedia mendengarkan keluh kesah dan selalu

memberikan semangat kepada penulis hingga skripsi selesai.

11. Ulfa Aulia Faradiba sebagai teman satu kost yang selalu menemani dari awal

kuliah hingga lulus, terimakasih banyak atas doa, dukungan, motivasi,

kebersamaan serta dorongan yang telah diberikan.

12. Squad anak bontot Bahauddin Hasan Al-Bisri, Ikhsan Nur Amal, Maulana

terimakasih banyak atas keceriaan yang selalu diberikan selama berada di

ciputat.

13. Seluruh teman-teman Studi Agama-Agama angkatan 2014 terimakasih sudah

memberikan warna kehidupan di Fakultas Ushuluddin.

Page 8: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

vii

14. Kepada teman-teman KKN KLOROFIL 136 yang telah memberikan doa dan

semangat. Semoga kalian diberikan kelancaran dalam menyelesaikan urusan

dan selalu diberikan kesehatan.

15. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan tanpa mengurangi

rasa hormat. Terimakasih banyak.

Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kekurangan dan

keterbatasan, penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih banak

kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk menyempurnakan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak

dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak. Semoga Allah SWT

memberikan keberkahan kepada kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 15 Juli 2019

Salwa Anwar

Page 9: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah.................................................................................................. 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 8

E. Metodologi Penelitian ......................................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 12

BAB II SIMBOLISME ................................................................................................. 14

A. Pengertian Simbol ............................................................................................... 14

B. Fungsi Simbol ..................................................................................................... 19

C. Perbedaan Simbol dengan Tanda ........................................................................ 21

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG VIHARA DHARMA JAYA

(SIN TEK BIO) PASAR BARU JAKARTA PUSAT ................................................ 23

A. Perkembangan Agama Buddha di Jakarta........................................................... 23

B. Profil Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat .................. 25

Page 10: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

ix

BAB IV ANALISIS MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN

PATUNG TA OL LAO SHI DI VIHARA DHARMA JAYA (SIN TEK BIO)

PASAR BARU JAKARTA PUSAT ............................................................................. 33

A. Makna Patung dalam Agama Buddha ................................................................. 33

B. Prosesi Ritual Pemujaan Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi .......... 38

C. Makna Simbolik Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi ...................... 46

1. Mi Lek Hut .......................................................................................................... 46

2. Ta Ol Lao Shi ...................................................................................................... 49

BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 55

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 55

B. Saran ................................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 58

LAMPIRAN .................................................................................................................. 62

Page 11: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Pak Susanto Witoyo

Lampiran II : Lembar Pernyataan Wawancara dengan Pak Andy

Lampiran III : Dokumentasi

Lampiran IV: Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran V: Surat Izin Penelitian Skripsi

Lampiran VI: Hasil Ujian Proposal Skripsi

Lampiran VII: Hasil Ujian Komprehensif

Lampiran VIII: Sertifikat OPAK

Lampiran IX: Sertifikat KKN

Lampiran X: Hasil Ujian Toefl dan Toafl

Page 12: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Buddha lahir dan berkembang pada abad ke-6 SM. Agama

ini memperoleh namanya dari panggilan yang diberikan kepada pendirinya

yaitu Siddharta Gautama, dan mendapat sebutan Buddha setelah menjalani

sikap hidup penuh kesucian, bertapa, berkhalawat, menggembara untuk

mencari kebenaran selama hampir tujuh yahun lamanya, dan dibawah

pohon besar di kota Goya ia memperoleh hikmat dan cahaya hingga sampai

kini pohon tersebut disebut Pohon hikmat.1

Kota Jakarta telah berdiri sejak awal abad XVII yaitu tahun 1527.

Dimulai dengan nama “Gemeente dan Stadgemeente Batavia” atau

singkatnya Batavia.2

Pada tahun 1929 di Batavia (Jakarta) berdiri sebuah organisasi yang

bernama The Association for the Propagation of Buddhism in Java

kemudian organisasi ini berganti nama menjadi Java Buddhist Association

yang diketuai oleh Ernest Erle Power serta sekertarisnya Josias van Dienst.

Di bawah aktivitas anggota Java Buddhist Association ini kemudian

diterbitkan sebuah majalah berbahasa Belanda bernama Nama Buddhaya

pada tahun 1934.3

1 Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983), h.72. 2 https://www.adangdaradjatun.com diakeses pada tanggal 9 Mei 2018 pukul 12:28 WIB. 3 Abdul Syukur, Kebangkitan Agama Buddha (Bandung: Gunung Djati Press, 2009) h. 47

Page 13: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

2

Asal mula peranan kehidupan agama Buddha di Indonesia, dimulai

pada zaman Crivijaya (Sriwijaya) di pulau Suvarnadvipa (Sumatera) sekitar

abad ke-7 sampai tahun 1377 dibawah pemerintahan Wangsa Syailendra.

Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha yang sangat terkenal pada waktu

itu. Di Sriwijaya ada seorang guru besar agama Buddha yang sangat

terkenal bernama Dharmakirti, seeorang pangeran dari India yang datang ke

Sriwijaya dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh dan lama penuh

dengan bahaya. Pangeran tersebut bernama Atisa Dipamkara yang telah

berguru kepada Dharmakirti selama sebelas tahun.4

Catatan-catatan berharga berupa prasasti-prasasti yang apabila

dikumpulkan menunjukkan adanya kerajaan Buddha di Palembang.

Diantara prasasti-prasasti itu adalah prasasti yang tertua ialah Prasasti

Kedukan Bukit (dekat Palembang) yang dipastikan tahun Caka (= 13 April

683) menceritakan perjalanan suci Dapunta Hyang berangkat dari

Minangtamwan.5

Kemudian perjalanan seorang peziarah Buddha dari negeri

Tiongkok yang terkenal dalam perjalanannya ke India yang bernama I-

Tsing (634-713) mengatakan bahwa ia dari negeri Tiongkok ke Sriwijaya

dengan kapal saudagar Persia. Sebelum ia pergi ke India, di Sriwijaya I-

Tsing belajar bahasa Sansekerta selama 6 bulan. Hal ini membuktikan

bahwa Sriwijaya adalah pusat untuk mempelajari agama Buddha Mahayana

pada waktu itu. Ia juga mengatakan bahwa Sriwijaya memiliki 1000 bhiksu,

4 Oka Diputhera, Agama Buddha Bangkit (Denpasar: Arya Suryacandra Berseri, 2006),

h.1. 5 Suwarto, Buddha Dharma Mahayana (Palembang, Majelis Agama Buddha Indonesia,

1995), h. 533.

Page 14: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

3

aturan dan tata upacara mereka sama dengan di India, demikian juga agama

Buddha Mahayana yang ada di negeri Tiongkok.6

Selanjutnya, puncak kejayaan masa agama Buddha di Indonesia

adalah pada masa kerjaan Majapahit. Raden Wijaya mendirikan keratonnya

di Majapahit, tempat markas besarnya di lembah kali Brantas, menjadi

pendiri dinasti besar terakhir dalam sejarah Jawa. Prasasti Negarakertagama

menyatakan bahwa semua orang Jawa bergembira dengan naik tahtanya

Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana dan perkawinannya

dengan keempat putri Kertanegara.7

Pada zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit itu dapat dijadikan

tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia, karena memenuhi persyaratan

sebagai bangsa yang mempunyai negara karena berdaulat, bersatu dan

mempunyai wilayah Nusantara.8

Perkembangan agama Buddha dilandasi oleh ketaatan pemeluknya,

yang menghasilkan karya seni yang tinggi dalam budaya materi. Bangunan-

bangunan stupa dan arca-arca pemujaan merupakan hasil budaya materi

yang tercipta dari dedikasi seniman pada agama. Hasil-hasil budaya materi

ini tak lekang di makan zaman. Dan masih dapat disaksikan di Jawa dan

Sumatera serta beberapa tempat di dataran Asia Tenggara.9

Salah satu jenis ungkapan rasa seni manusia yang paling awal adalah

simbol. Bentuk ini telah dikenal oleh umat manusia beribu-ribu tahun

6 Suwarto, Buddha Dharma Mahayana, h. 535. 7 Suwarto, Buddha Dharma Mahayana, h. 540. 8 Suwarto, Buddha Dharma Mahayana, h.542. 9 Bambang Budi Utomo, Buddha di Nusantara (Jakarta: Buddhist Education Centre,

2008) h.xiv.

Page 15: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

4

sebelum tulisan ditemukan, sehingga tidaklah mengherankan pemakaian

simbol pun telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari peradaban

manusia. Pada umumnya, simbol adalah sarana yang mengandung suatu

pernyataan khusus dimana makna tersebut berhubungan dengan

karakteristik visual dari tanda yang digunakan.10

Dalam sejarah pemikiran ada dua arti simbol yang sangat berbeda

satu sama lainnya, yaitu dalam pengertian agama dan dalam sistem logika

atau ilmu pengetahuan, berikut pemaparannya:

1. Dalam agama simbol dipandang sebagai ungkapan indrawi atas

realitas transenden.

2. Dalam sistem logika atau ilmu pengetahuan, simbol atau

lambang memiliki arti sebagai tanda yang abstrak.11

Simbol merupakan contoh terbaik tentang bentuk ekspresi

pengalaman keagamaan yang bercorak endeiktik. Endeiktik adalah bentuk

pengeskpresian pengalaman keagamaan dengan mengunakan isyarat atau

bentuk-bentuk terselubung lainnya.12

Simbol-simbol keagamaan memperlihatkan ciri umum dari segala

macam simbol dan merupakan gambaran penting yang berfungsi membantu

pikiran dan jiwa orang yang sedang melakukan pemujaan untuk memahami

realitas spiritual.13 Pemujaan yang merupakan perwujudan cinta manusia

10 Buletin Kamadhis UGM, Eka-Citta Bersatu dalam Dhamma: Simbol dalam Buddhisme

(Yogyakarta: Kamadhis UGM, 2008), h.2. 11 Gerald O’collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi. Terjemahan I. Suharyo

(Yogyakarta: Kanisius, 1996) h. 108. 12 Djam’annuri, Ilmu Perbandingan Agama: Pengertian dan Objek Kajian (Yogyakarta:

Kurnia Kalam Semesta, 1998) h. 47. 13 Djam’annuri, Ilmu Perbandingan Agama: Pengertian dan Objek Kajian, h. 58-59.

Page 16: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

5

kepada Tuhan ini adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya.

Adapun cara pemujaanya tergantung pada agama, kepercayaan, kondisi dan

situasinya.14 Keanekaragaman mitos dapat kita kumpulkan dan kita

garisbawahi arti penting penggunaan dan fungsinya dalam hidup

keagamaan manusia.

Di dalam Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) terdapat ratusan patung

yang memiliki makna, yang terdapat di dalam diantaranya patung Mi Lek

Hut (Maitreya) dan patung Ta Ol Lao Shi. Patung Mi Lek Hut dipuja untuk

memperoleh kekayaan dan kebahagian. Ada juga yang mempercayainya

bisa memberikan keturunan kepada orang yang medambakannya. Sebab itu

seringkali dipatung beliau dikelilingi oleh lima orang anak kecil. Tapi

bentuk yang paling umum adalah dalam posisi wajahnya tertawa, perutnya

buncit terbuka dan kantong besar tergeletak disampingnya. Karena

penampilannya selalu tertawa, dijuluki Buddha Tertawa.15 Sedangkan

patung Ta Ol Lao Shi (Kyai Zakaria II atau akrab dengan sebutan Eyang

Djugo), sebuah patung kayu mengenakan sorban dengan sikap berdoa

memangku kitab suci. Eyang Djugo mendapat gelar Taw Low She/ Ta Ol

Lao Shi, artinya guru besar pertama. 16

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik

untuk meneliti tentang makna simbolik yang terdapat di dalam rumah

ibadah agama Buddha yaitu Vihara yang terletak di Pasar Baru Jakarta

14 Sujarwo, Manusia dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas Agama

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) h. 37-38. 15http://lociabio.com/mi-lek-hud/ diakses pada tanggal 8 Juli 2018 pukul 20:07 WIB. 16 Olyvia Bendon, Klenteng Sin Tek Bio Pasar Baru Jakarta diakses dari

https://www.aroengbinang.com/2018/06/klenteng-sin-tek-bio-pasar-baru-jakarta.html pada tanggal

8 Juli 2018 pukul 20:24 WIB.

Page 17: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

6

Pusat. Vihara tersebut diberi nama Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio).

Diyakini vihara ini dibangun pada tahun 1698 yang berdasarkan buku daftar

penyumbang pembangunan vihara ini yang tertulis dalam bahasa

Tionghoa.17

Dari penjeleasan latar belakang diatas skripsi ini diberi judul :

“Makna Simbolik Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi di

Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat”.

17 Pradaningrum, vihara Sin Tek Bio dari Perkebunan Chastelein diakses dari

https://entertaiment.kompas.com/read/2009/Vihara.Sin.Tek.Bio.Vihara.dari.Perkebunan.Chastelein

pada tanggal 18 September 2018 pukul 22:58 WIB.

Page 18: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi masalah dan

mengambil pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses ritual pemujaan patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol

Lao Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio)?

2. Apa makna simbolik yang terkandung dalam setiap unsur dari patung Mi

Lek Hut dan patung Ta Ol Lao Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio)?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui proses ritual pemujaan patung Mi Lek Hut dan

patung Ta Ol Lao Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio).

b. Untuk mengetahui makna simbolik yang terkandung dalam setiap

unsur dari patung Mi Lek Hut dan patung Ta Ol Lao Shi di Vihara

Dharma Jaya (Sin Tek Bio).

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu kegunaan teoritis, praktis

dan akademis.

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sumbangan data ilmiah dan mampu memperkaya khasanah

keilmuan dalam memahami dan menginterpretasikan hasil karya

penulis mengenai makna simbolik patung Mi Lek Hut dan Ta Ol Lao

Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat.

Page 19: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

8

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi para

mahasiswa/i, khususnya jurusan studi agama-agama agar lebih

subjektif lagi dalam menginterpretasikan setiap hasil karya orang

lain, dan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan para peneliti lain

dengan tema atau judul yang serupa.

c. Kegunaan Akademis

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

persyaratan akhir perkuliahan guna untuk mendapatkan gelar

Sarjana Agama (S.Ag) jurusan Studi Agama-Agama Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Tujuan adanya tinjauan pustaka adalah untuk membuktikan bahwa

penelitian yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya memiliki objek dan

kajian yang relevan dengan penelitian ini. Dibawah ini merupakan beberapa

penulis yang pernah menulis atau sekilas mirip dengan penulis gunakan.

Pertama, skripsi Miskaningsih mahasiswa Universitas Negeri

Yogyakarta yang berjudul “ Makna Simbolis Ornamen Pada Bangunan

Utama Vihara Avalokitesvara Di Kawasan Banten Lama” di dalam skripsi

ini mendeskripsikan dan menjelaskan jenis-jenis ornamen yaitu ornamen

Naga yang melambangkan kekuatan dan kebaikan, keberanian dan

pendirian teguh, keberanian dan daya tahan, ornamen Naga ini diletakkan

pada tiang dan langit-langit Patung Dewi Kwan Im. Ornamen Qilin yang

melambangkan panjang umur ,kemegahan, kebahagiaan dan kebijaksanaan,

Page 20: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

9

ornamen Qilin ini diletakkan pada kontruksi kayu atap bagian depan.

Ornamen burung Phoenix melambangkan keabadian, keselarasan, dan

keberuntungan, ornamen burung Phoenix ini selalu dipasangkan dengan

ornamen Naga. Sedangkan ornamen Bunga Teratai melambangkan

kesucian, ornamen Bunga Teratai ini diletakkan pada balok penyangga.18

Kedua, skripsi Kadek Arya mahasiswa Universitas Negeri

Yogyakarta yang berjudul “Kajian Makna Simbolik Bunga Mandarava di

Kuil Hosei-Ji Jakarta Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan Bunga Mandarava serta mendeskripsikan Makna

Simbolik Bunga Mandarava di Kuil Hosei-Ji Jakarta Selatan.19

Ketiga, skripsi Choirulnisah Trisnayanti mahasiswa Institut Seni

Indonesia Surakarta yang berjudul “Studi Bentuk dan Bentuk Makna Relief

Candi Sojiwan”. Skripsi ini membahas tentang bentuk relief dan makna

relief Candi Sojiwan. Yang di fokuskan pokok permasalahannya adalah

bentuk relief dan makna relief Candi Sojiwan.20

Dari ketiga judul diatas, dapat diketahui bahwa judul yang penulis

angkat yaitu Makna Simbolik Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi

di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat, dapat

dipastikan belum ada penelitian ilmiah yang membahas dengan detail.

18 https://eprints.uny.ac.id diakses pada tanggal 26 Juni 2019 pukul 14:57 WIB. 19 https://eprints.uny.ac.id diakses pada tanggal 26 Juni 2019 pukul 14:57 WIB. 20 https://repository.isi-ska.ac.id diakses pada tanggal 26 Juni 2019 pukul 15:00 WIB.

Page 21: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

10

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Reserach)

yang bersifat penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat

dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan

cara-cara lain dari kuantifikasi.21

2. Sumber Data

Terdapat dua model data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sumber data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang

secara langsung berkaitan dengan objek material penelitian. Sedangkan

data sekunder penulis dapatkan dari buku-buku refrensi pelengkap

berupa buku-buku, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan bahan yang

sedang penulis teliti.22

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang sumber datanya

adalah bahan-bahan pustaka dan literatur-literatur lainnya dengan

tujuan sebagai dasar untuk mendapatkan data-data baik itu data

primer maupun data sekunder.23

21 Syamsir Salam, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 30. 22 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2008) h.32 23 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998)

h. 18.

Page 22: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

11

b. Observasi

Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan

langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau

perilaku.24 Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke

lapangan untuk mengetahui makna simbol patung Mi Lek Hut dan

patung Ta Ol Lao Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar

Baru Jakarta Pusat.

c. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Wawancara mendalam adalah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan berpedoman pada panduan atau petunjuk

wawancara yang berisi pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses

wawancara dengan maksud agar pokok-pokok yang direncanakan

tersebut mencakup seluruhnya dengan melakukan dialog antar

pewawancara dan informan terkait dengan tema penelitian.25 Dalam

penelitian ini yang menjadi responden adalah ketua yayasan Vihara

Dharma Jaya (Sin Tek Bio) atau orang lain yang dianggap relevan

dengan objek yang diteliti. Dalam hal ini peneliti juga akan

menggunakan alat bantu lain seperti alat perekam suara, selanjutnya

hasil wawancara dituangkan dalam catatan data lapangan.26

Responden dalam penelitian ini ialah seorang pimpinan yang

24 Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, h.52. 25 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007) h. 159. 26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit

Alfabeta, 2013) h.326.

Page 23: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

12

mengelola vihara, kemudian jamaah yang beribadah di vihara

tersebut.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik.27

4. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

antropologis. Pendekatan antropologis adalah pendekatan yang

berupaya memahami kebudayaan-kebudayaan produk manusia yang

berhubungan dengan agama. Sejauh mana agama memberi pengaruh

terhadap budaya dan sebaliknya; sejauh mana kebudayaan suatu

kelompok masyarakat memberi pengaruh terhadap agama.28

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri lima bab. Dan beberapa bab terdiri dari sub

pembahasan, yaitu:

Bab I Merupakan pendahuluan yang di dalamnya terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian

dan sistematika penulisan.

27 Supardi, Metodologi Penelitian Bisnis (Yogyakarta: UII Press, 2005) h.138. 28 Bahri, Wajah Studi Agama-Agama, h. 47.

Page 24: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

13

Bab II Membahas tentang simbolisme, yang meliputi sub bab :

Pengertian simbol, fungsi simbol dan perbedaan simbol

dengan tanda.

Bab III Membahas gambaran umum tentang Vihara Dharma Jaya

(Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat, yang meliputi sub

bab: perkembangan agama buddha di Jakarta, dan profil

Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat.

Bab IV Membahas tentang Makna Simbolik Patung Mi Lek Hut dan

Patung Ta Ol Lao Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio)

Pasar Baru Jakarta Pusat, yang meliputi sub bab yaitu:

makna patung dalam agama Buddha, makna simbolik Patung

Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi dan ritual pemujaan

Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi.

Bab V Penutup, yang menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran

Page 25: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

14

BAB II

SIMBOLISME

A. Pengertian Simbol

Simbol memiliki arti penting dalam kebudayaan karena simbol

merupakan representasi dari dunia, hal ini terlihat dalam kehidupan sehari-

hari dimana orang-orang sangat memerlukan dan membutuhkan simbol

untuk mengungkapkan tentang suatu hal.1 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) kata simbol memiliki arti yang sama dengan lambang,

yaitu sesuatu yang seperti tanda (lencana, lukisan, dsb) yang menyatakan

sesuatu atau mengandung maksud tertentu.2 Pada awalnya kata “simbol”

berasal dari bahasa Yunani yaitu “symbolos” yang memiliki arti tanda atau

ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang.3

Simbol merupakan sesuatu yang dengan persetujuan bersama

dianggap sebagai gambaran atas realitas dan pemikiran. Simbol tidak

menunjuk langsung pada yang ditandakan. Simbol itu banyak memiliki arti,

merangsang perasaan dan berpartisipasi dalam dirinya. Sedangkan tanda

diubah menurut tuntutan kecocokan. Bagi manusia, membuat simbol adalah

aktivitas primer. Menciptakan simbol merupakan proses berpikir yang

fundamental dan berlangsung sepanjang waktu. Sepanjang hidupnya

1 Agustiano, A., “ Makna Simbol dalam Kebudayaan Manusia”, Jurnal Ilmu Budaya,

vol.8, no.1, tahun 2011, h.2. 2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-4

(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h.557. 3Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: Hanindita, 1983),

h.10.

Page 26: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

15

manusia bergulat dengan simbol dan tanda. Simbol juga merupakan bagian

integral dari hidup dan kehidupan di planet bumi ini.4

Simbol juga merupakan “gambaran yang sakral” sekaligus juga

sebagai mediator manusia untuk berhubungan dengan yang sakral. Sebab,

manusia tidak bisa mendekati Yang Sakral secara langsung, karena yang

sakral itu adalah trasenden sedangkan manusia adalah makhluk temporal

yang terikat di dalam dunianya. Maka manusia bisa mengenal Yang Sakral,

agar bisa dikenal, yaitu melalui simbol. 5

Simbol biasanya sudah disepakati bersama dalam sebuah kelompok,

tetapi mungkin saja tidak dimengerti di luar lingkup kelompok tersebut.

Oleh karena itu, pemakaian simbol sering kali arbitrer6, misalnya seperti

hampir semua mahasiswa dapat mengerti frase “matakuliah ini tanpa

prasyarat”, sementara orang-orang di luar perkuliahan mungkin saja tidak

memahaminya.7

Hal senada itu diungkapkan oleh Sumbo Tinarbuko di dalam

jurnalnya, bahwa simbol merupakan tanda berdasarkan konversi, peraturan,

atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika

seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Seperti

contohnya, Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang

memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki

4B. Rahmanto, Simbolisme Dalam Seni, Basis. Edisi Maret XLI No.03 (Yogyakarta: Andi

Offset, 1992), h. 106. 5Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 63. 6Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Android, arbitrer mengandung arti

sewenang-wenang, sembarang, manasuka. Lihat KBBI Android 2.5.0 atau dapat diakses dari

https://yufid.com. 7Richard West dan Lynn H. Turner, Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Penerjemah

Maria Natalia Damayanti Maer (Jakarta: Salmbe Humanika, 2012),h. 7.

Page 27: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

16

latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya Garuda Pancasila

hanya dipandang sebagai burung elang biasa.8

Menurut Charles Sunders Peirce dalam “Teori Semiotika

Arsitektural” yang sebagaimana dikutip oleh Wawan Junaidi dalam

artikelnya: “Simbol merupakan tanda yang hadir karena mempunyai

hubungan yang sudah disepakati bersama atau sudah memiliki perjanjian

(arbitrary relation) antara penanda dan petanda. Sedangkan dalam Sign,

Symbol an Architecture, Charles Peirce menjelaskan bahwa Symbol adalah

suatu tanda yang kompleks yang diartikan sebagai sesuatu yang dipelajari

dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus.”9

Isyarat adalah suatu keadaan yang diberitahukan oleh si subjek

kepada si objek, artinya subjek berbuat sesuatu untuk memberitahukan

kepada si objek yang diberi isyarat agar si objek mengetahuinya pada saat

itu juga. Isyarat tidak dapat ditangguhkan pemakaiannya, isyarat hanya

berlaku pada waktu itu juga saat dikeluarkan atau dilakukan oleh si subjek.

Isyarat yang dapat ditangguhkan atau di simpan pemakaiannya akan

berubah bentuknya menjadi tanda. Tanda adalah sesuatu hal yang

menerangkan atau memberitahukan sesuatu kepada si objek, sedangkan

simbol atau lambang adalah sesuatu hal yang memimpin pemahaman si

subjek kepada si objek. 10

8Sumbo Tinarbuko, “Semiotika Analisis Tanda Pada Karya Desain Komunikasi Visual”,

Nirmana Vol.5. No. 1 (Januari 2003), h. 34-35. 9Wawan Junaidi, Definisi Tanda, Lambang dan Simbol,di akses pada tanggal 30

November 2018 pukul 20:00 dari http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/definisi-tanda-

lambang-dan-simbol.html. 10Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa, h. 11.

Page 28: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

17

Dari pengertian-pengertian simbol diatas maka Penulis memiliki

kesimpulan bahwa simbol atau lambang adalah suatu tanda atau ciri yang

memiliki maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada seseorang.

Kemudian, simbol akan dapat dipahami jika sekelompok orang telah

menyepakati arti atau makna dari simbol tersebut, yang berarti simbol

menjadi jembatan pemahaman terhadap perilaku realitas yang tersembunyi.

Ernest Cassirer11 cenderung untuk menandai manusia sebagai

Animal Symbolicum atau hewan yang bersimbol. Ia menegaskan bahwa

manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara

langsung tetapi melalui berbagai simbol.12

Untuk memahami arti dari simbol agama, agaknya sangat relevan

untuk merenungkan kembali pemikiran Mircea Eliade13 yang menyatakan

bahwa manusia pada dasarnya adalah Homo Symbolicus, sebagaimana yang

dikatakan oleh Ernest Cassirer bahwa manusia pada dasarnya adalah Animal

Symbolicum. Oleh sebab itu, semua aktivitas manusia mengandung nilai

simbolis. Tidak ada dugaan yang lebih tepat daripada pernyataan bahwa

setiap perilaku keagamaan dan setiap objek pemujaan memiliki tujuan meta

empiris. Umpamanya adalah sebuah pohon atau batu yang menjadi objek

pemujaan, dia bukanlah disembah sebagai pohon atau batu semata,

melainkan sebagai sesuatu yang suci. Demikian pula setiap perilaku

11Ernest Cassirer dilahirkan di Breslau, Jerman pada tanggal 28 Juli 1874. Ia adalah salah

satu figur pengembangan idealisme filosofis di pertengahan abad ke-20, seorang filsuf Yahudi

Jerman. Ia menggunakan tradisi neo-Kantianisme Marburg, mengembangkan suatu filosofi budaya

sebagai teori simbol yang ditemukan di fenomenologi pengetahuan. Ia wafat pada tanggal 13 April

1945. 12Budiono Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa, h. 10. 13Mircea Eliade dilahirkan di Bucharest pada tanggal 9 Maret 1907, anak seorang

pegawai kemiliteran Rumania. Dimasa kecilnya Eliade suka menyendiri, menyenangi sains,

sejarah dan piawai dalam kepenulisan.

Page 29: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

18

manusia yang didasarkan atas semangat keagamaan, adalah merupakan

simbol selama perilaku tersebut menunjuk kepada nilai-nilai supranatural.14

Menurut Mircea Eliade, berpendapat bahwa simbol-simbol

didasarkan pada prinsip-prinsip kemiripan atau analogi. Kualitas, bentuk

dan karakter-karakter sesuatu yang menyebabkan kita berkesimpulan

bahwa sesuatu itu sama dengan sesuatu yang lain. Dalam pengalaman

keagamaan, terdapat hal-hal yang kelihatannya sama dengan Yang Sakral

atau menandakan adanya Yang Sakral dan dapat memberikan petunjuk

mengenai alam supranatural. Sekarang bila kita ingin melihat bagaimana

cara kerja simbol, Eliade mengatakan satu hal yang perlu ditekankan, bahwa

apa saja dalam kehidupan ini yang bersifat biasa-biasa saja adalah bagian

dari Yang Profan. Dia hanya ada untuk dirinya sendiri. Namun, dalam

waktu tertentu, hal-hal Yang Profan dapat ditransformasikan menjadi Yang

Sakral. Seperti sebuah benda, seekor binatang, atau seorang manusia bisa

menjadi tanda Yang Sakral asalkan manusia menemukan dan kemudian

meyakininya.15

Dari uraian diatas, penulis sepaham dengan pengertian simbol

menurut Eliade bahwa simbol-simbol keagamaan memiliki arti penting bagi

manusia dalam mengungkapkan kebutuhan hidupnya baik dalam interaksi

sosial maupun dalam beribadah. Dengan simbol-simbol tersebut manusia

dapat memahami pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Karna

sebuah simbol, berasal dari sebuah benda Yang Profan kemudian terdapat

14Mircea Eliade, dkk, Metodologi Studi Agama, Penerjemah Ahmad Norma Permata

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000), h.182. 15 Daniel L. Pals, Dekonstruksi Kebenaran Kritik Tujuh Teori Agama, Penerjemah Inyiak

Ridwan Mundzir dan M. Syukri (Yogyakarta: IRCiSoD, 2001), h. 258.

Page 30: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

19

suatu peristiwa atau pemaknaan yang diyakini oleh umat manusia. Sehingga

benda Yang Profan ini menjadi Yang Sakral, yang dapat dipercayai

memiliki kekuatan supranatural didalamnya. Yang Profan disini artinya

adalah bidang kehidupan sehari-hari, yaitu hal-hal yang dilakukan secara

teratur, acak dan sebenarnya tidak terlalu penting. Sementara yang Sakral

adalah wilayah yang supranatural, sesuatu yang ekstraordinasi, tidak mudah

dilupakan dan sesuatu yang amat penting. Apabila Profan itu mudah hilang

dan terlupakan, hanya bayangan, sebaliknya Yang Sakral itu abadi, penuh

substansi, dan realitas. Yang Profan adalah dimana manusia tempat berbuat

salah, selalu mengalami perubahan dan terkadang dipenuhi konflik. Yang

Sakral adalah tempat dimana segala keteraturan dan kesempurnaan berada,

tempat berdiamnya roh para leluhur, para kesatria dan dewa-dewi.16

B. Fungsi Simbol

Manusia sebagai makhluk yang dalam perjalanannya telah

mengenal simbol, menggunakan simbol demi tujuan mengungkapkan siapa

dirinya. Manusia menjalani hidupnya tidak mungkin sendirian melainkan

secara berkelompok atau yang disebut dengan masyarakat.

Seringkali manusia memakai simbol maupun lambang dalam

kehidupan sehari-hari untuk membantu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan menggunakan simbol atau lambang realitas kehidupan lebih

bermakna. Contohnya seperti memaknai lampu merah, hijau dan kuning

sebagai pengatur lalu lintas di perempatan jalan raya, ternyata mampu

menertibkan lalu lintas dari kemacetan.

16 Pals, Dekonstruksi Kebenaran Kritik Tujuh Teori Agama, h. 258.

Page 31: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

20

Menurut Ivan Th. J. Weismann, dalam artikelnya yang berjudul

“Simbolisme Menurut Mircea Eliade”, fungsi simbol yang mendasar adalah

fungsi religius, yaitu mentransformasikan suatu hal atau tindakan ke dalam

suatu hal atau suatu tindakan ke dalam sesuatu yang lain (yang kudus), yang

tidak nampak pada pengalaman yang profan (duniawi). Simbol menyatakan

yang kudus atau realitas kosmologis, menimbulkan solidaritas permanen

antara manusia dengan yang kudus. Simbol bukanlah univokal (memiliki

hanya satu macam ideologi atau kognitif) melainkan multivalen atau

polivalen (menyatakan motivasi yang berbeda), sehingga simbol dapat

menyingkap banyak arti pada suatu simbol dapat pula menimbulkan

kontradiksi, akan tetapi juga fungsi simbol adalah mempersatukan.17

Adapun fungsi simbol yang lain diantaranya:

1. Simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia

material dan sosial dengan membolehkan mereka memberi nama,

membuat kategori dan mengingat objek-objek yang mereka temukan

dimana saja. Dalam hal ini bahasa mempunyai peran yang sangat

penting.

2. Simbol menyempurnakan manusia untuk memahami lingkungannya.

3. Simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berfikir. Dalam

arti, berfikir dapat dianggap sebagai interaksi simbolik dengan diri

sendiri.

17 Ivan Th. J. Weismann, “Simbolisme Menurut Mircea Eliade,” diakses pada tanggal 30

Desember 2018 pukul 14:37

darihttps://www.sublibrary.com/simbolisme+menurut+mircea+eliade.pdf.

Page 32: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

21

4. Simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk memecahkan

persoalan manusia. Sedangkan manusia bisa berfikir dengan

menggunakan simbol-simbol sebelum melakukan pilihan-pilihan dalam

melakukan sesuatu.

5. Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia bertransendensi

dari segi waktu, tempat dan bahkan diri mereka sendiri. Dengan

menggunakan simbol-simbol manusia bisa membayangkan bagaimana

hidup dimasa lampau atau akan datang. Mereka juga bisa

membayangkan tentang diri mereka sendiri berdasarkan pandangan

orang lain.

6. Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan

kenyataan-kenyataan metafisis seperti surga dan neraka.

7. Simbol-simbol memungkinkan manusia agar tidak diperbudak oleh

lingkungannya. Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam

mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang mereka perbuat.18

C. Perbedaan Simbol dengan Tanda

Simbol merupakan sebuah objek yang berfungsi sebagai sarana

untuk mempresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak, karena

berhubungan dengan kesan tersendiri, sehingga tidak bersifat langsung dan

alamiah serta harus dipelajari. Misalnya burung sebagai simbol kedamaian.

Simbol memiliki nilai fungsional tertentu untuk menjelaskan hal tertentu

pula serta menyiratkan sebuah arti.

18 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prestasi Pusaka, 2007), h. 110.

Page 33: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

22

Tanda yaitu sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran,

perasaan benda dan tindakan secara langsung dan alamiah. Sederhananya,

tanda cenderung berbentuk fisik atau visual yang dapat ditangkap oleh

panca indera manusia. Misalnya, jika ditandai asap hitam membumbung

tinggi, maka kita tahu bahwa disana ada api, sebab asap merupakan tanda

adanya atau adanya api.19

Maka dari simbol dan tanda tersebut memiliki perbedaan, yaitu

tanda adalah bagian dan dunia fisik, simbol adalah bagian dan dunia makna

manusia. Tanda adalah operator sedangkan simbol adalah designator.20

Tanda merepresentasikan benda atau yang ditunjuk di dalam pikiran si

penafsir, sehingga hanya dalam pemikiran si penafsir saja tanda yang

dimaksud dapat dipahami. Sedangkan simbol banyak pandangan dan

penafsiran.

Seperti yang dijelaskan diatas, simbol memiliki nilai fungsional

tertentu dan bersifat bervariasi bentuk dan warna. Menurut Pierce, simbol

muncul dari kesepakatan umum. Sehingga simbol dapat dipahami apabila

seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.

19 Perbedaan Tanda dan Simbol, diakses dari

https://www.academia.edu/16923551/Perbedaan_Tanda_dan_Simbol pada tanggal 29 Juni 2019

pukul 16:41 WIB. 20 Febry Pradipka Mahendra, “Makna Pesan Dari Lirik Lagu “Bebas Merdeka” Karya

Steven Coconut Treez (Analisis Semiotika Roland Barthes)”, eJournal Ilmu Komunikasi Vol. 2,

No. 3, 2014, h.74.

Page 34: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

23

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG VIHARA DHARMA JAYA (SIN TEK

BIO) PASAR BARU JAKARTA PUSAT

A. Perkembangan Agama Buddha di Jakarta

No. Nama Kabupaten/Kota Jumlah Vihara

1. Kepulauan Seribu 0

2. Jakarta Selatan 8

3. Jakarta Barat 136

4. Jakarta Pusat 34

5. Jakarta Utara 61

6. Jakarta Timur 20

Tabel 1: Data Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kabupaten Kota DKI

Jakarta 2011.1

Tabel 2 : Data Penduduk 2010 Menurut Wilayah dan Agama yang

Dianut.2

1 Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kabupaten Kota, diakses dari https://data.jakarta.go.id

pada tanggal 13 Maret 2019 pukul 12:50 WIB. 2 Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut, diakses dari

https://sp2010.bps.go.id pada tanggal 12 Maret 2019, pukul 12:17 WIB.

Page 35: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

24

Berdasarkan data diatas penulis menyimpulkan bahwa pemeluk

agama Buddha di DKI Jakarta terdiri dari 317.527 jiwa. Pemerintah di DKI

Jakarta juga menyediakan fasilitas untuk beribadah bagi umat Buddha atau

yang biasa kita sebut Vihara sebanyak 259 tempat beribadah yang tersebar

di seluruh kota Jakarta. Kota Jakarta Barat mayoritas penduduknya

memeluk agama Buddha seperti di daerah Glodok terdapat vihara yang

paling banyak di kunjungi oleh umat Buddha. Vihara tersebut bernama

Vihara Dharma Bakti yang letaknya di Jalan Kemenangan III Petak

Sembilan No. 19 RT. 03/RW. 02, Tamansari, Glodok. Selain itu, di Jakarta

Barat juga terdapat wisata yang bernama Chinatown. Chinatown versi

Jakarta Barat ini normalnya untuk yang berkunjung disini dapat melihat

bangunan-bangunan dengan arsitektur China dan suasananya seperti di

China.

Selanjutnya, berdasarkan data Kota Kepulauan Seribu tidak ada

penduduk yang memeluk agama Buddha. Kepulauan Seribu mayoritas

penduduknya paling banyak memeluk agama Islam.

Page 36: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

25

B. Profil Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat

Vihara Dharma Jaya pada zaman dahulu disebut Het Kong Sie Huis

Tek (Sin Tek Bio/Xin-de miao) yang merupakan salah satu vihara tua yang

didirikan pada abad ke-17. Perubahan nama dari Klenteng Het Kong Sie

Huis Tek menjadi Sin Tek Bio diduga setelah dibukanya Passer Baroe (Pasar

Baru) pada tahun 1820. Sejak itulah Klenteng Het Kong Sie Huis Tek disebut

sebagai Sin Tek Bio. Kemudian, pada tanggal 12 Mei 1982 diubah menjadi

Vihara Dharma Jaya yang dikelola oleh Yayasan Vihara Dharma Jaya.3

Berdasarkan data dari perabotan klenteng yang masih ada

keterangan dari pengurusnya atau warga Tionghoa yang secara turun-

temurun tinggal di sekitar sejak abad ke-18, Sin Tek Bio diyakinin didirikan

pada tahun 1698.4 Angka tahun 1698 ini dikuatkan dari buku daftar

penyumbang pembangunan klenteng, yang ditemukan dan kini disimpan

oleh pengurusnya yaitu Santoso Witoyo. Klenteng ini terletak di Jalan Pasar

Baru (Dalam Pasar) No.146, telepon: (021) 3849021-3864320, Jakarta

Pusat 10710. Di dalam buku tua yang berbahasa Mandarin tercantum bahwa

angka 1698 adalah Tahun Macan, yang diperkirakan sebagai tahun

pendirian klenteng; atau sebagai awal usaha pendirian klenteng tersebut.

Selain itu ditemukan juga papan nama para sinbeng yang hingga kini masih

utuh dan terawat dengan baik, tercantum angka tahun pembuatannya, yaitu

3 Bambang S., Riwayat Singkat Sin Tek Bio Vihara Dharma Jaya- Pasar Baru Anno

1698-Batavia (Jakarta: Yayasan Vihara Dharma Jaya, 2006), h. 6. 4 Bambang S., Riwayat Singkat Sin Tek Bio..., h.5.

Page 37: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

26

pada tahun 1769 yang disebut dengan Tahun Tikus, yang cukup menguatkan

keberadaan klenteng ini.5

Sebelum membahas lebih lanjut, vihara dan klenteng memiliki

perbedaan diantaranya adalah klenteng dan vihara sama-sama di dasari oleh

budaya dan keyakinan. Kedua agama ini berpisah karena perbedaan

keyakinan dan acara ritual. Klenteng lebih bersifat perorangan sedangkan

vihara lebih bersifat kebersamaan. Kemudian, nilai-nilai agama yang

diterapkan pada klenteng adalah ajaran konfusius yang mendasari segala

sesuatu kepada alam. Karena menurut pengajaran konfusius, segala sesuatu

harus menghormati alam terlebih dahulu. Aturan ini diatur disebut dengan

Feng Shui. Sedangkan nilai-nilai agama yang diterapkan pada desain sebuah

vihara adalah ajaran sang Buddha dan simbolisme yang mengingatkan

umatnya akan sang Buddha. Penerapan desain pada ruang ibadah sebuah

klenteng terdapat meja untuk sembahyang, dan terdapat tiga bagian altar

yang tiap-tiap altar ditaruh dewa yang menjaga para umat sedangkan pada

penerapan desain ruang ibadah sebuah vihara, hanya terdapat satu altar yang

menaruh patung sang Buddha. Apabila dilihat dari gaya interior yang

digunakan pada klenteng lebih bersifat spiritual karena warna yang

digunakan adalah merah yang didasari tradisi dan ada istiadat cina,

sedangkan pada vihara lebih bersifat modern karena terlihat mengikuti

perkembangan zaman dan berdasarkan filosofi ajaran sang Buddha.6

5 Yoest, Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten (Jakarta: PT Bhuana

Ilmu Populer,2008), h. 189. 6 Jenny Irawan, “Kajian Perbedaan Interior Ruang antara Vihara dan Klenteng di

Tarakan”, Jurnal Intra Vol. 3, No. 2 (2015), h. 519.

Page 38: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

27

Vihara tua ini kini terletak di tengah-tengah pusat keramaian Pasar

Baru. Meski begitu pada abad ke-17 vihara ini terletak di pedalaman, sekitar

5 kilometer di luar tembok kota Batavia. Pada saat itu kawasan Batavia

hanya meliputi Sunda Kelapa, Pasar Ikan sampai Stasiun Jakarta Kota

(Beos). Kawasan Passer Baroe (baca: Pasar Baru) dan sekitarnya dahulu

masih berupa hutan belantara yang dihuni oleh binatang buas, dan di Kali

Ciliwung masih terdapat banyak buaya. Tidak heran jika kawasan itu

disebut pedalaman.7

Pendirian vihara Sin Tek Bio bersamaan dengan mulai banyaknya

petani-petani Tionghoa yang tinggal di Kebun Chastelein. Pada awal

mulanya, vihara ini hanyalah sebuah klenteng kecil, sehingga tidak dikenal

seperti klenteng Kim Tek Ie (Jin-de yuan) dan klenteng Ancol (Da-Bo-gon

an-xu miao). Hal ini dapat dilihat dari ukuran dan bentuk atap bangunan Sin

Tek Bio yang lama dan kini dipergunakan Mie Aboen. Selain ukurannya

kecil, juga tidak dihiasi dengan naga-naga seperti layaknya bangunan

klenteng lainnya pada masa itu.

Kemungkinan Sin Tek Bio dibangun oleh petani-petani Tionghoa

yang tinggal di tepi kali Ciliwung di sekitar Pasar Baru. Perlu diketahui,

pada masa itu orang-orang pribumi dan Tionghoa tidak diperbolehkan

tinggal di dalam Kota Batavia, dan hanya pada siang hari saja sebagian dari

mereka diperbolehkan masuk ke dalam Kota Batavia. Sedangkan di daerah

Glodok atau Pancoran, sebagai pusat pemukiman orang Tionghoa terbesar

7 Yoest, Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten, h.189.

Page 39: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

28

di Batavia, kebanyakan dihuni oleh orang-orang Tionghoa yang mampu

atau sebagai pedagang.8

Oleh karena itu, orang-orang Tionghoa miskin (petani) tinggal jauh

di luar kota Batavia dan Pancoran. Mereka merambah hutan dan rawa untuk

dijadikan perkebunan dan persawahan untuk bercocok tanam sayur-

sayuran, padi, dan tebu di ladang-ladang basah dekat kali Ciliwung. Kali

Ciliwung pada masa itu dijadikan jalur utama transportasi perdagangan,

untuk mengangkut hasil bumi dan hasil hutan ke daerah Kota Batavia dan

Glodok. Pada masa itu juga terdapat beberapa pabrik gula di sepanjang

tepian kali Ciliwung, maka dari itu banyak pula orang-orang Tionghoa yang

menjadi buruh pabrik.

Pada masa itu, sudah menjadi kebiasaan dimanapun orang-orang

perantau biasanya mengikutsertakan kebudayaan, adat-istiadat atau tradisi,

agama bahasa dan cara hidup mereka. Demikian pula dengan orang-orang

Tionghoa yang tinggal disitu, mereka membangun klenteng untuk

menjalankan ibadah dan sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa terima

kasih atas berkah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa dan para

Sinbeng/Shenming (para dewata).9

Pasar Baru mulai dihuni orang pada pertengahan abad ke-17,

menyusul mulai dibukanya persawahan dan perkebunan kopi (Kebun

Chastelein) di sekitar Lapangan Banteng. Pada awal abad ke-18 semakin

berkembang dan semakin banyak orang-orang kaya yang mendirikan

8Bambang S., Riwayat Singkat Sin Tek Bio..., h.4. 9Yoest, Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten, h.190.

Page 40: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

29

rumah-rumah peristirahatan di sekitar waterloopin (Lapangan Banteng-

dahulu sebagai tempat menggembalakan ternak), hal tersebut

mengakibatkan semakin padat dan kurang sehatnya Kota Batavia.10

Semula vihara ini menghadap ke selatan dan terletak di Jalan

Belakang Kongsie No.16. Pada tahun 1812 (Tahun Monyet) pindah ke

belakang bangunan lama dan menghadap ke utara atau ke Jalan Samanhudi

yang dahulunya dikenal sebagai Gang Toapekong yang kini berubah nama

menjadi Jalan Pasar Baru Dalam No. 146, Jakarta Pusat. Kemungkinan

pendirian klenteng ini bersamaan dengan maraknya orang kaya yang pindah

ke daerah sekitar Paviljoensveld atau Waterloopin (Lapangan Benteng),

karena udaranya segar dengan pohon-pohon yang rindang.

Pada pertengahan abad ke-18 bangunan-bangunan megah mulai

berdiri di sekitarnya, seperti Istana Weltevreden kini diubah menjadi Rumah

Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), het Groote Huis atau het Witte Huis

(Rumah Besar/Gedung Putih) yang kini diubah menjadi kantor Departemen

Keuangan, gedung Stadsschouwburg yang pada saat ini berubah menjadi

Gedung Kesenian, dan lain sebagainya. Terlebih lagi setelah Tuan Tanah

Justinus Vick membuka Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang pada tahun

1733. Tak lama kemudian, daerah ini menjadi pusat pemerintahan dan

militer, pusat niaga, dan koloni Belanda.11

Dahulu Vihara Dharma Jaya mudah ditemukan karena letaknya

ditengah keramaian pasar tradisional Pasar Baru dan atapnya nampak dari

10Bambang S., Riwayat Singkat Sin Tek Bio..., h. 3. 11Yoest, Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten, h. 191.

Page 41: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

30

Jalan Raya Samanhudi, karena pada masa itu depan Sin Tek Bio masih

berupa lapangan tempat istal-istal kuda. Kemudian berkembang menjadi

pasar dan banyak berdiri toko-toko. Sejak tahun 1980-an di depannya

dibangun gedung Metro Atom Plaza, karena dibangunnya bangunan

tersebut mengakibatkan vihara ini tidak tampak sama sekali dari jalan raya

dan bagi yang tidak mengenal daerah itu agak sulit menemukannya, karena

harus melewati lorong sempit persis di belakang Gedung Metro atau melalui

gang Kelinci yang dipenuhi pedagang kaki lima dan tempat tinggal

tunawisma.12

Sin Tek Bio memiliki ciri khas yang sama dengan klenteng-klenteng

lainnya. Di ruang utama terdapat ukiran dua naga yang membelit tiang-tiang

utama bangunan. Di kanan – kiri pintu masuk terdapat dua ekor singa batu

penjaga pintu atau Bao-gu-shi. Pada altar pertama, ada patung Kongco Hok

Tek Ceng Sin yang dibuat sekitar abad ke-17. Kemudian di beberapa altar

lain yang berisi sinbeng lainnya seperti Kwan Kong, Mi Lek Hut, Han Tian

Kong dan Ema Kwan Im terdapat di lantai atas.

Sepanjang sejarah Sin Tek Bio terdapat benda-benda dan perabotan

tua yang memiliki riwayat tersendiri. Diantaranya adalah joli atau tandu/kio

dan tempat dupa. Enam buah joli buatan tahun 1768, pada zaman dahulu

digunakan untuk mengarak Dewata Utama klenteng pada setiap peringatan

Cap Go Meh dalam upacara Gotong Toapekong. Tempat dupa produk abad

ke-18 yang terbuat dari kayu berukuran 20 x 50 cm2 dengan tinggi 25 cm

12Bambang S., Riwayat Singkat Sin Tek Bio..., h.7-8.

Page 42: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

31

yang tampak sangat sederhana, tanpa hiasan atau ukiran sama sekali selainn

di kanan-kirinya. Tempat dupa tersebut sekarang sudah tidak dipergunakan

lagi. Kemudian Teng Lung atau Tempat Lilin dan payng kuno yang dibuat

dari kain warna-warni bersulam naga dan burung hong serta bunga. Payung

itu berbentuk silinder yang berfungsi untuk memayungi para sinbeng ketika

diarak.

Selain itu ada tiga buah kotak dupa cendana yang berukir halus dan

artistik. Tidak ketinggalan meja-meja altar dan peralatan sembahyang,

seperti Hio-lo atau tempat dupa, dan lukisan Ema Kwan Im yang telah

berusia kurang lebih 200 tahun. Patung-patung sinbeng dari abad ke-17

sampai abad ke-19, seperti Pai Hu Chang Kun, Kwan Seng Te Kun itu juga

mengisi ruangan Sin Tek Bio.

Vihara ini di dalamnya terdapat 26 altar, yang meliputi sekitar 40

sinbeng yang dipuja. Kurang lebih 146 buah pratima atau patung yang

beberapa diantaranya sudah tua berasal dari abad ke-17 dan 18, selebihnya

patung-patung baru di abad ke-20. Tuan rumah vihara ini adalah Kongco

Hok Tek Ceng Sin atau Dewa Bumi dan Kekayaan.

Sejak tahun 1996, Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) mendapat

tambahan satu bangunan yang letaknya di samping vihara, yang

dipergunakan sebagai tempat beribadah. Mulanya bangunan Kwan Im Bio

ini akan digunakan untuk memindahkan sebagian altar yang ada di Sin Tek

Bio karena apabila dipandang sudah terlalu penuh.

Page 43: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

32

Bangunan baru yang tidak jauh dari pintu belakang Sin Tek Bio ini

disebut Kwan Im Bio, yang terletak di Jalan Belakang Kongsi No.5, Jakarta

Pusat. Didalamnya terdapat altar Dewi Kwan Im dan Kwan Kong.

Patung Dewi Kwan Im yang berasal dari Vihara Dharma Metta itu

konon terbuat dari tulang macan yang ditemukan sekitar tahun 1920. Oleh

penemunya kemudian di-hoksai atau dipuja dan dibuatkan altar.

Bersamaan dengan selesainya pembangunan vihara Kwan Im Bio

ini, pemilik vihara Dharma Metta yang terletak di Gang Mandor III No. 12

RT 008/RW 05, Kartini Jakarta Pusat ini meniggal dunia. Kemudian,

meyerahkan seluruh altar berserta perabotannya kepada Santoso Witoyo,

pengurus vihara Dharma Jaya.13

13 Yoest, Riwaya Klenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten, h. 193-194

Page 44: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

33

BAB IV

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG

TA OL LAO SHI DI VIHARA DHARMA JAYA (SIN TEK BIO) PASAR

BARU JAKARTA PUSAT

A. Makna Patung dalam Agama Buddha

Agama merupakan kebutuhan setiap orang yang berakal sehat. Hal

ini tidak dapat diingkari karena manusia pada dasarnya memiliki fitrah

untuk percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agama dan manusia adalah

dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena Tuhan menciptakan manusia

beserta aturan-Nya, yaitu agama. Agama juga diciptakan hanya untuk

manusia. Walaupun manusia secara fitrah mempunya rasa untuk percaya

kepada Tuhan, namun ada segolongan manusia yang mencari sesuatu yang

cocok dengan kehendaknya untuk di pertuhankan atau setidaknya dijadikan

perantara untuk menyembah sebagai Tuhannya, baik disadari maupun tidak

disadari. Hubungan manusia dengan Yang Maha Tinggi merupakan suatu

yang unik yang tidak dapat secara jelas di ungkapkan.1

Agama Buddha adalah religi humanitis, berpusat pada diri manusia

sendiri dengan segala kekuatannya yang dapat dikembangkan sehingga

mencapai kesempurnaan, berbeda dengan religi otoriter yang menghendaki

penyerahan, kepasrahan atau ketergantungan terhadap kekuatan diluar

manusia.2 Kemajuan belajar untuk meneladani pribadi Sang Buddha maka

1 Arief Wibowo, “Makna Patung Buddha dalam Agama Buddha”, Suhuf Vol. 20, No. 1

(Mei 2008), h. 78. 2 Wang che Kuang, Enam Perbuatan Mulia Sang Pengasih (Jakarta: DPP

MAPANBUMI,tt), h. 18-19.

Page 45: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

34

dengan sembahyang umat dapat mengagungkan-memuliakan Sang Buddha

Gautama dalam kehidupannya.

Agama maupun aliran keagamaan mempunyai hubungan yang erat

bahkan mendasari terciptanya suatu kesenian, khusunya seni rupa.

Hubungan antara agama dengan seni akan tercermin dan mengarah pada

konteks estetika yang mengandung makna simbolis spiritual dalam karya

seni, walaupun relevansi dan cara pemahaman tidak merupakan keharusan.

Dalam arti bahwa agama atau aliran keagamaan bukan hal yang esensial

bagi seni, demikian juga sebaliknya seni bukan merupakan suatu hal yang

esensial bagi agama atau aliran keagamaan.

Keberadaan elemen estetis yang berwujud seni bangunan, seni

patung, seni hias yang bersifat fungsional dalam hubungannya dengan

pemujaan terhadap Tri Dharma dan leluhurnya tampak memiliki ciri-ciri

atau sifat yang spesik dan unik. Oleh karena itu, keunikan dan spesifikasi

elemen-elemen tersebut perlu dikaji melalui struktur, fungsinya, dan

simbolnya.

Salah satu diantara agama-agama yang ada di dunia yang dalam cara

ibadahnya karena Tuhan memakai perantara adalah agama Buddha. Agama

Buddha memakai patung Buddha sebagai tumpuan konsentrasi atau

perantara. Dengan demikian antara umat dengan patung Buddha

mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan. 3

3 Wibowo, “Makna Patung Buddha dalam Agama Buddha”, Suhuf Vol. 20, No. 1 (Mei

2008), h. 79.

Page 46: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

35

Bagi umat Buddha, istilah buddharûpa atau patung Buddha bukan

hal yang asing lagi. Benda ini yang di mengerti sebagai pusat utama umat

Buddha. Buddharûpa berarti bentuk atau perwujudan yang mewakili sang

Buddha. Perwujudan ini bisa berbentuk patung, relief, gambar dan lain-lain.

Ditinjau dari segi tujuannya, buddharûpa adalah salah satu bentuk pujaan

yang digunakan dalam kegiatan ritual sebagai alat pengenang keagungan

dan kebajikan sang guru junjungan Buddha Gotama.4

Dalam membicarakan buddharûpa, tidak lepas membahas cetiya.

Karena buddharûpa dalam tradisi buddhis adalah salah satu bentuk dari

cetiya. Cetiya berarti benda pujaan, tempat memuja, bangunan sakral

(devâlaya), stupa, pohon sakral (cetiyadduma). Yang dimaksud dengan

benda pujaan adalah suatu benda yang dikeramatkan, dihormati untuk

tujuan-tujuan spiritual tertentu. Apabila dikelompokkan, cetiya dalam

tradisi buddhis dibedakan menjadi empat jenis, yakni:

1. Dhâtucetiya

Dhâtucetiya dikenal dengan nama buddhasârîrikacetiya, sârîrikacetiya

atau dalam bahasa sehari-hari disebut dengan relik Sang Buddha. Relik

ini adalah bagian organ jasmaniah Sang Buddha setelah beliau mencapai

parinibbana dan diperabukan. Bagi umat Buddha relik ini di hormati

sebagai simbol keagungan Guru Junjungan Sang Buddha.

4 Bikkhu Dhammadhiro, Buddharûpa Bagaimana Buddhis Menyikapi Objek Pujaan

(Jakarta: Yayasan Sammasayambhu, 2012), h. 1.

Page 47: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

36

2. Paribhogacetiya

Paribhogacetiya adalah benda pujaan berupa benda atau peralatan yang

pernah dipakai oleh Sang Buddha. Benda atau peralatan tersebut adalah

barang keperluan beliau sehari-hari yang berupa jubah, mangkuk

makanan, alas tempat duduk dan yang lainnya.

3. Dhammacetiya

Seiring berjalannya waktu dan berkembang meluasnya penganut ajaran

Sang Buddha, penghormatan terhadap dhâtucetiya dan paribhogacetiya

oleh umat Buddha semakin sulit dilakukan. Beberapa tempat pemujaan

harus ditempuh dengan jarak yang amat jauh dan beberapa yang lain

juga telah menghilang dimakan zaman. Upaya umat Buddha untuk dapat

melakukan penghormatan secara jasmaniah kepada Sang Buddha,

sebagai alternatif adalah umat Buddha menciptakan dhammacetiya

dengan membangun stupa yang disemayamkan sabda atau kata mutiara

yang pernah disampaikan oleh Sang Buddha yang ditulis di atas daun

lontar di dalamnya. Stupa merupakan salah satu objek religius

terpenting, khususnya untuk Buddhisme. Objek ini, dalam berbagai

aspek ajaran Buddha, mempunyai tingkatan yang berbeda pula. Makna

dari terjemahan kata stupa dalam bahasa Tibet adalah “wadah

persembahan”, dan dalam tradisi Tibet rupang Buddha, kitab suci dan

stupa secara berturut-turut merupakan simbol religius dari tubuh,

ucapan, dan pikiran Buddha. Makna yang terdalam dari stupa adalah

bahwa objek ini merupakan simbol dari tubuh Dharma Buddha. Sang

Buddha sendiri menanggap bahwa stupa adalah objek religius dan

Page 48: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

37

merupakan Tubuh Dharma (Dharmakaya). Beliau juga mengatakan

bahwa Arahat, Bodhisatvva, dan Tahtagatha, patut didirikan stupa, dan

siapapun yang melakukan hal ini dan memahaminya, akan mendapatkan

kemajuan dalam batinnya. Dengan demikian, stupa juga sangat

bermanfaat bagi orang hidup yang mengormatinya.5

4. Uddesikacetiya

Uddesikacetiya artinya benda-benda atau tempat-tempat yang

ditetapkan atau dikukuhkan sebagai objek pujaan. Uddesikacetiya

bukan hanya berkaitan dengan benda atau tempat, tapi bisa juga dengan

waktu, misalnya waktu Sang Buddha lahir untuk terakhir kalinya di

lingkar kehidupan, waktu Sang Buddha mencapai penerangan

sempurna, dan waktu mencapai parinibbana yang ketiga hari ini dikenal

dengan “ peringatan Visâkhapûja’, demikian pula waktu Sang Buddha

membabarkan Dhamma untuk pertama kalinya.6

Patung dibuat tentunya ada maksudnya, seperti halnya arca atau

patung Buddha. Patung Buddha dibuat oleh kaum Buddhis untuk

mengenang jasa-jasanya dan keagungan budinya terutama ajaran-ajaran

yang membuat jutaan manusia hidup dalam kedamaian dan ketentraman.

Walaupun wujudnya tidak mirip betul dengan wajah yang sebenarnya, tetapi

lukisan patung tersebut, bagi kaum Buddhis harus selalu dengan benar

membayangkan dan meresapi siapakah tokoh tersebut.

5 Sekilas Mengenal Tentang Stupa, dari

https://ruangmemajangkarya.wordpress.com/2011/12/07/sekilas-mengenal-tentang-stupa/ diakses

pada tanggal 2 Juli 2019 pukul 11:47 WIB. 6 Bikkhu Dhammadhiro, Buddharûpa Bagaimana Buddhis Menyikapi Objek Pujaan

(Jakarta: Yayasan Sammasayambhu, 2012), h. 8-17.

Page 49: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

38

Pak Santoso selaku pimpinan pengurus vihara juga mengatakan

bahwa dalam konsep Buddhis, patung adalah lambang dari kebuddhaan,

oleh karena itu dalam membuat patung biasanya memperhatikan ciri-ciri

Sang Buddha, karena semuanya melambangkan kebudhaannya, bukan

pibadinya. Patung juga merupakan simbol Sang Guru, sehingga apabila kita

mengadakan puja bakti bukanlah untuk menyembah patung tersebut,

melainkan untuk menghormati dan mengingat ajaran Sang Guru.7 Begitu

juga dengan penjelasan Pak Andy selaku jamaah di Vihara, ia mengatakan

bahwa patung dijadikan sebagai simbol saja baik pada zaman dahulu

maupun zaman modern saat ini. Bagaimanapun setiap orang itu memiliki

pegangan hidup.8 Jadi dapat disimpulkan bahwa makna patung atau rupang

adalah sebagai lambang dan kesempatan untuk merenungkan ajaran-ajaran

yang disampaikan oleh Sang Guru.

B. Prosesi Ritual Pemujaan Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi

Vihara Dharma Jaya ini memiliki tradisi unik yang mana tidak semua

vihara melakukan tradisi tersebut. Hanya ada di vihara tua saja, seperti

Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru dan Vihara Bahtera Bhakti

Ancol. Tradisi ini tidak menjadi sebuah keharusan di setiap vihara. Vihara

ini memiliki tradisi memukul gendang sebanyak tiga kali dan satu kali

mendentangkan lonceng. Hal tersebut dilakukan untuk menyambut para

jemaah disana untuk melakukan sembahyang. Dalam penjelasan Pak

7 Wawancara pribadi dengan pimpinan vihara Santoso Witoyo, di Vihara Dharma Jaya

(Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat, 25 Maret 2019. 8 Wawancara pribadi dengan jamaah vihara Andy, di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio)

Pasar Baru Jakarta Pusat, 25 Maret 2019.

Page 50: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

39

Santoso mengenai tradisi tersebut bahwa pukulan gendang yang pertama

ditandai sebagai waktu sembahyang pertama dimulai. Pukulan gendang

yang kedua di bunyikan sebagai tanda memanggil roh bahwa ada jamaah

yang datang ke vihara. Pukulan gendang yang ketiga disusul dengan

dentangan lonceng di bunyikan sebagai tanda tuang teh. Tuang teh ini

dilakukan oleh jemaah untuk persembahan kepada roh-roh yang ada di

vihara ini.9

Pak Santoso juga mengatakan bahwa di dalam Vihara Dharma Jaya

ini melakukan ritual pemujaan terhadap patung Mi Lek Hut dan patung Ta

Ol Lao Shi sama dengan patung-patung yang lain yaitu berdoa dan

kebaktian. Berdoa guna untuk membangkitkan daya kekuatan dalam jiwa

untuk mencapai tujuan, sedangkan kebaktian adalah pembacaan ayat kitab

suci yang berisi pujian, ajaran, pedoman hidup yang diajarkan Buddha.

Biasanya dilakukan didepan altar oleh sekelompok orang atau pribadi.

Umat Buddha melakukan ritual pemujaan sebagai wujud pemujaan terhadap

dewa-dewa yang mereka yakini. Mereka melakukan ritual ini rutin

berdasarkan jadwal yang selalu mereka laksanakan sebagai bakti mereka.

Yang dilakukan dengan menggunakan dupa dan sesajen.10 Ritual pemujaan

ini dilakukan pada waktu:

a. Pagi hari antara pukul 06:30

b. Sore hari antara pukul 18:30

9 Wawancara Pribadi dengan Pimpinan vihara Santoso Witoyo, di vihara Dharma Jaya

(Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat, 25 Maret 2019. 10 Wawancara Pribadi dengan Pimpinan vihara Santoso Witoyo, di vihara Dharma Jaya

(Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat, 25 Maret 2019.

Page 51: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

40

Pagi hari menurut umat buddha merupakan masa positif yang

memiliki energi yang sangat besar. Pelaksanaan ritual pemujaan pada pagi

hari mengandung makna, yaitu pagi hari adalah waktu pertama dimana

melakukan kegiatan atau berkarya, sebelum berkarya diharuskan untuk

menjunjung, berpegang teguh, berlindung dan bernaung pada firman Tuhan,

serta untuk mengagungkan Sang Buddha. Pelaksanaan pada pagi hari

dimaksudkan agar dalam pelaksanaan tugas sehari-hari selalu meneladani

Sang Buddha. Menggunakan energi positif ini dengan sebaik-baiknya

dengan pemujaan. Sore hari pukul 17:00-18:30 merupakan masa negatif,

pada masa ini diharuskan untuk kembali melaksanakan pemujaan sebagai

tanda rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena sudah memberikan

kelancaran dan kesehatan dalam mengerjakan tugas sehari-hari.

Dupa atau hio sudah ada sejak zaman dahulu dan sudah menjadi

tradisi vihara ketika sedang melakukan sembahyang. Dupa atau Hio

mempunyai arti harum, hio dibakar ketika sedang melakukan sembahyang

agar mengeluarkan asap yang berbau wangi dan harum.11 Harumnya dupa

yang menyebar ke segenap penjuru sama halnya dengan harumnya

perbuatan mulia dan nama baik seseorang, yang bahkan menyebar ke segala

penjuru sekalipun berlawan arah angin.12 Dupa yang digunakan terdiri dari

3 batang, yaitu dupa pertama berarti berteduhkan langit, bahwa manusia

benar-benar hidup dibawah langit yang begitu luas. Dupa kedua berarti

11 Muyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu (Sidiarjo: SPOC (Studi Park Of

Confucius)), h. 130. 12 Budiman Sudharma, Buku Pedoman Umat Buddha (Jakarta: FKUB DKI Jakarta dan

Yayasan Avalokitesvara,2007),h.72.

Page 52: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

41

menghirup hawa alam semesta, dimana kehidupan dan nafas manusia sangat

bergantung kepadanya, dan dupa ketiga berarti berinjakan kaki, dapat

bersentuhan dengan tempat manusia berada. Dupa sebagai pernyataan sikap

ketulusan, kesucian, kebesaran Tuhan dan para Dewa yang dapat

membimbing umat kearah kemajuan, ketentraman, kebijaksanaan, dan

dapat mengontak langsung kepada Tuhan, dan para Dewa yang lain dapat

menciptakan suasana nikmat dan sakral. Dupa juga melambangkan jasa dan

kebajikan perbuatan baik tanpa pamrih, akan menambah pahala yang

berlimpah-limpah, bagaikan asap dupa menyebar luas kemana-mana. Asap

dupa ini bisa masuk kedalam syaraf sehingga seseorang dapat menerima

hawa positif dan dapat mengusir hawa negatif sehingga akhirnya bisa

tenang.

Selain dupa atau hio mengeluarkan bau yang harum, dupa juga

berguna untuk menentramkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan

bermeditasi dan juga bisa mengusir hawa atau hal-hal yang bersifat jahat

atau negatif. Dupa atau hio yang dipakai saat melakukan sembahyang boleh

satu atau tiga dalam bentuk ganjil, biasanya tiga batang untuk bersujud ke

hadapan Tuhan, Nabi, atau para suci. Cara menaikkan dan menancapkan

dupa juga mempunyai tata cara sendiri, yaitu dengan melakukan dingli atau

mengangkat tangan sampai dahi atas, setelah itu menancapkan dupa dengan

menggunakan tangan kiri, karena dengan tangan kiri melambangkan sifat

yang positif. 13

13 Liang, Mengenal Agama Khonghucu, h. 134.

Page 53: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

42

Setelah jamaah melakukan pembakaran dan penancapan dupa atau

hio, jamaah juga mempersembahkan sesajen untuk diberikan ke altar vihara.

Sesajen atau sesaji atau perlengkapan yang mereka bawa berupa lilin, buah-

buahan yang segar, air, bunga, jajanan kue, manisan, nasi kuning, bubur

merah, bubur putih dan wajik. Perlengkapan itu memiliki makna sebagai

berikut:

1. Lilin dilambangkan sebagai penerangan batin yang terang. Biasanya

lilin warna merah yang dipergunakan untuk persembahan. Sebelum

menyalakan dupa, terlebih dahulu kita menyalakan lilin. Cara

menyalakan lilin, yang pertama lilin disebelah kanan, baru kemudian

lilin yang berada disebelah kiri. Lilin yang dinyalakan bermakna

memberikan penerangan atau cahaya yang menerangi jalan kehidupan

dan penghidupan di waktu sekarang. Cahaya Buddha Dharma

menerangi hati dan pikiran kita, dengan selalu membimbing kita ke jalan

yang benar, dan membawa kita ke jalan penerangan atau pencerahan

agung. Selain itu juga melambangkan jiwa seorang Boddhisattva yang

bermakna ia mencerahi setiap makhluk yang mengalami kegelapan

bathin tanpa pamrih.14.

2. Buah-buahan yang segar dipersembahkan di altar Hyang Buddha,

Bodhisattva atau Dewa merupakan sikap pengorbanan tulus terhadap

yang dipuja. Buah segar yang dipersembahkan merupakan tekad

mengabdi diri kepada semua makhluk dan membagi hasil pahala kepada

orang lain. Selain itu, ada beberapa makhluk suci (para dewa-dewi) yang

14 Sudharma, Buku Pedoman Umat Buddha, h. 72.

Page 54: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

43

hidup dari persembahan buah-buah segar dan makhluk-makhluk suci

yang telah menerima persembahan itu akan melindungi dari gangguan-

gangguan jahat, serta dapat menimbulkan nilai-nilai kesakralan atau

getaran suci. Di dalam buah yang segar diantaranya itu terdapat pisang,

jeruk dan delima. Pisang dalam bahasa Hokkian nya adalah Cio yang

melambangkan keselamatan, jeruk dalam bahasa Hokkian nya adalah

Kiet yang melambangkan kesejahteraan. Sedangkan delima

melambangkan kelimpahan, karena buah delima ini isinya banyak.

3. Wajik, wajik ini sifatnya lengket dan tidak mudah dicerai beraikan.

Wajik melambangkan bahwa kita semua harus bersatu padu. Jangan

saling membeda-bedakan. Dengan adanya semangat kerjasama dan

gotong royong maka negara akan maju.15

4. Air mempunyai makna agar pikiran, ucapan dan perbuatan anda selalu

bersih. Air dapat membersihkan segala kotoran bathin (klesa) yang

berasal dari keserakahan (lobha), kebencian (dvesa) dan kebodohan atau

kegelapan bathin (moha) dan ia memancarkan kasih sayang (maitri),

welas kasih (karuna), memiliki rasa simpati (mudita) dan keseimbangan

bathin (upeksha).

5. Bunga mempunyai makna ketidakekalan, semua yang berkondisi adalah

tidak kekal atau tidak abadi. Demikian juga dengan badan jasmani anda

tidak kekal; lahir, tumbuh, tua atau lapuk, kemudian meninggal atau

hancur. Yang tertinggal hanyalah keburukan atau keharuman perbuatan

15 Sesaji Yang di Perlukan dalam Sembahyang dari

https://dhammanggala.com/dnews/sesaji-yang-diperlukan-dalam-sembahyang diakses pada

tanggal 14 Mei 2019 Pukul 12:50 WIB.

Page 55: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

44

selama hidupnya saja, yang kelak dikenang oleh sanak saudara dan

handai taulan.16

6. Jajanan kue ini tersirat pesan agar dalam menjalani hidup hendaknya

tidak melupakan “rumah” dan memiliki kepekaan seperti kura-kura.

Kura-kura yang selalu membawa tempurungnya sebagai rumah, dan jika

di sentuh cepat-cepat menyembunyikan kepalanya. Dan juga di dalam

jajanan kue ini terkandung restu leluhur, agar usia panjang menyertai

hidup generasi selanjutnya.17

Ritual mempunyai perilaku yang bersifat simbolis, yang berarti

menyatakan hal-hal yang ada dengan simbol-simbil yang dipergunakan.

Maksudnya, ritual ingin menjelaskan ungkapan-ungkapan dalam diri

manusia melalui simbol-simbol yang mereka miliki. Contohnya, untuk

mengungkapkan rasa syukur, dengan adanya ritual ini disimbolkan dengan

mempersembahkan buah-buahan terbaik yang dimiliki. Ritual juga

memberikan suatu transformasi bagi kehidupan manusia sehingga ada

perubahan-perubahan ke arah situasi yang baru.18

Terdapat tujuan dan manfaat yang menjadi dorongan jamaah setelah

melakukan ritual pemujaan di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio), yaitu:

16 Sudharma, Buku Pedoman Umat Buddha, h. 73. 17 Makna Simbolis Beberapa Jenis Sajian dari https://www.spocjurnal.com/religi/makna-

simbolis-beberapa-jenis-sajian diakses pada tanggal 14 Mei 2019 Pukul 15:56 WIB. 18 Julie Lanz, Komunikasi diakses dari https://academia.edu/23259697/komunikasi pada

tanggal 15 September 2019 Pukul 19:29 WIB.

Page 56: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

45

1. Tujuan mereka berdoa merupakan tradisi dari agama Buddha,

semata-mata untuk memuja Tuhan, Dewa-dewa, Boddhisatva agar

kehidupan mereka diberikan kelancaran oleh Tuhan.

2. Untuk meminta keluarganya menjadi semakin rukun dan harmonis.

Jamaah ada pula yang berdoa untuk negara kita bebas dari segala

masalah dan bencana.

3. Untuk meminta kelancaran dan dipermudah dalam urusan bisnis.

4. Untuk meminta dipertemukan dengan jodoh. 19

5. Menyerahkan diri secara bulat karena menyadari akan kelemahan

dan keterbatasannya.

6. Untuk mengadakan penebusan dosa yang dimiliki.

7. Untuk menolong dan menyelamatkan makhluk-makhluk lainnya

menuju kelepasan.

Adapun manfaat dari pelaksanaan setelah menjalankan ritual pemujaan

adalah:

1. Dapat meningkatkan kesucian hati dan fikiran

2. Dapat menumbuhkan keikhlasan.

3. Menumbuhkan rasa aman dan jiwa yang tenang.

4. Dapat menumbuhkan cinta kasih.

5. Dapat melestarikan alam dan semesta.

6. Dapat memelihara kesehatan jasmani.

19 Wawancara Pribadi dengan jamaah Pak Andy, pada tanggal 25 Maret 2019.

Page 57: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

46

Saat melakukan ritual pemujaan hal yang terpenting adalah pikiran bersih,

penuh konsentrasi agar indra-indra terkendali saat membaca doa untuk

mengagungkan Triratna. Paritta yang dibaca dalam puja bakti berisi doa agar semua

makhluk berbahagia. 20

C. Makna Simbolik Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi

1. Mi Lek Hut

Mi Lek Hut atau Mi Le Fo berasal dari bahasa Sansekerta: Buddha

Maitreya, yang memiliki arti “Yang Maha Pengasih dan Penolong”.

Yang merupakan dewa dari Buddhisme yang sangat terkenal dari

Tiongkok. Ketenarannya hanya berada di bawah Guan Yin, sang Dewi

Welas Asih. Orang-orang yang percaya beranggapan bahwa siapa saja

yang memperoleh pertolongannya asal mau memusatkan pikiran dalam

samadhi dan menyebutkan namanya berulang kali. Karena itu ia sangat

di hormati baik di kalangan Mahayana maupun Theraveda. Menurut

legenda Mi Le Fo telah banyak kali mengalami bertumimbal lahir.

Reinkarnasinya yang paling terkenal adalah sebagai seorang pangeran,

putra raja Varanaisa di Asia Tengah. Menurut cerita zaman dahulu sang

Pangeran lahir lengkap dengan 32 tanda-tanda suci yang menunjukkan

bahwa ia kelak akan menjadi murid Buddha. Oleh sebab itu, walaupun

Maitreya masih dalam tingkat Boddhisattva yang ke-9, ia seringkali

dipuja sebagai Buddha karena dianggap sebagai Buddha pada masa

yang datang.21

20 Sumanera Utamo, Bhakti (Puja) (Jakarta: Sangha Theraveda Indonesia), h.45. 21 Mi Lek Hud dari http://lociabio.com/mi-lek-hud diakses pada tanggal 22 Mei 2019

pukul 14:10.

Page 58: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

47

Pada umumnya, orang Tionghoa memuja Mi Lek Hut atau Mi Le Fo

ini untuk memperoleh kekayaan dan kebahagiaan. Sama hal nya seperti

di dalam Vihara Dharma Jaya, ketika jamaah memuja Mi Lek Hut atau

Mi Le Fo ini mereka membawa uang logam dan disebar disekitar

patung. Uang logam ini dibawa dan disebar guna untuk persembahan.

Dan juga uang logam yang disebar itu disimbolkan supaya dilancarkan

rezeki selama hidup berlangsung selain itu juga untuk beramal. Maka

dari itu Mi Lek Hut disebut juga sebagai dewa rezeki. Ada juga yang

begitu percaya bahwa beliau bisa memberikan keturunan kepada orang

yang mendambakan si buah hati. Oleh karena itu, sering kali beliau di

patungkan dengan di kelilingi oleh 5 orang anak kecil.

Menurut penjelasan Pak Santoso ketua yayasan vihara, bentuk

paling umum patung Mi Lek Hut atau Mi Le FO di vihara-vihara adalah

posisinya setengah berbaring, wajahnya tertawa, perutnya buncit

terbuka dan kantong besar tergeletak di sampingnya. Karena

tampilannya yang selalu tertawa maka dari itu beliau di juluki Buddha

Tertawa.22 Mi Lek Hut yang di juluki sebagai buddha tertawa ini kira-

kira di mulai pada akhir dinasti Tang dan permulaan zaman Lima

Dinasti (907-1060 M). Pada saat itu ada seorang Bikkhu yang berlimu

dan tiap orang memanggilnya sebagai Bu Dai. Bu Dai disini memiliki

arti kantong kain, karena ia selalu membawa kantong yang besar kalau

berpergian. Beliau adalah penduduk asli dari Provinsi Zhe-Jiang. Ia rajin

22 Wawancara pribadi dengan pimpinan vihara Santoso Witoyo, di Vihara Dharma Jaya

(Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat, 25 Maret 2019.

Page 59: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

48

dalam menyebarkan ajaran Buddha. Nama yang sesungguhnya tidak ada

yang tahu. Beliau memiliki watak yang ramah, jenaka, selalu ringan

tangan dalam menolong orang yang sedang menderita. Beliau juga tidak

pernah susah, sering berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain guna

untuk meminta sedekah dan mengajar Dharma kepada siapa saja yang

mau mendengarnya. Seringkali beliau pada saat itu terlihat

mengumpulkan segala macam benda yang di masukkan ke dalam

karung. Bagi seorang yang memikirkan keduniaan, tindakan ini biasa

dianggap tamak atau loba. Yang sesungguhnya perbuatan itu beliau

lakukan dalam arti mencari dan mengumpulkan makhluk-makhluk

untuk mengantarkan mereka ke tanah sua.

Ada beberapa makna simbol dari Mi Lek Hut diantaranya yaitu,

senyum yang lebar atau tertawa, melambangkan cinta kasih,

kebahagiaan dan kegemaran membawa kebahagiaan pada makhluk

hidup lainnya. Telinga yang panjang melambangkan dengan

kelembutan dan kebaikannya, beliau dengan setia akan mendengarkan

dan mengerti semua makhluk hidup. Telinga panjang juga berarti

kebijaksanaan. Dada lebar melambangkan pikiran yang luas, ketulusan

dan cinta kasih pada semua makhluk. Perut besar melambangkan rasa

toleransi yang besar, hati yang terbuka dan akan menanggung semua

beban dunia tanpa membeda-bedakan. Karung kain besar,

melambangkan cinta kasih dan kebijakan tanpa batas serta Dharma.

Karung ini konon ceritanya dapat menyimpan segala sesuatu, termasuk

seluruh alam semesa. Karung ini juga dipercaya membawa kebahagiaan,

Page 60: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

49

cahaya, dan mengusir kekacauan. Karung ini menutup dan membungkus

semua kegelapan, kejahatan, kekacauan, penderitaan, sebagai gantinya

mendatangkan terang, kebaikan, kedamaian, kebahagiaan bagi manusia.

Tangan memegang bola dunia, melambangkan mencintai dan

memberikan berkat pada semua makhluk dan beliau juga berjanji untuk

merubah dunia menjadi tanah murni. Dan yang terakhir adalah tasbih

yang dipegang melambangkan senantiasa mengikat jodoh baik kepada

semua makhluk, membawa kebahagiaan kepada semua makhluk.

Menurut cerita pada zaman dahulu, orang-orang yang akrab dengan

beliau pasti tahu, bahwasanya beliau yang jenaka ini sangat cocok dalam

meramal nasib seseorang dan cuaca. Misalnya, apabila beliau berjalan

dengan terburu-buru dengan menggunakan sendal yang basah, itu

diartikan pasti hujan akan datang. Sedangkan apabila beliau memakai

sepatu dengan santainya berjalan kesana dan kemari, cuaca akan cerah.

Bu Dai atau Mi Lek Hut ini seringkali kelihatan tidur nyenyak diatas

tumpukkan salju di malam musim dingin dan tidak mandi walau udara

panas sekali. Kemudian, pada akhir hidupnya ia meninggal dengan

keadaan duduk dan semedi di lorong sebuah klenteng dengan

meninggalkan serangkum syair.

2. Ta Ol Lao Shi

Ta Ol Lao Shi atau biasa disapa Mbah Jugo di Vihara Dharma Jaya

digambarkan dengan patung yang mengenakan sorban dengan sikap

berdoa memangku kitab suci. Mbah Jugo mendapatkan gelar Taw Low

She atau Ta Ol Lao Shi, yang memiliki arti sebagai guru besar pertama.

Page 61: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

50

23Ta Ol Lao Shi sebutan dari etnis tionghoa yang berarti guru pertama

atau yang biasa dikenal oleh masyarakat sekitar Gunung Kawi adalah

Mbah Djugo merupakan tokoh yang terkenal pada situs keramat Gunung

Kawi yang banyak dikunjungi baik etnis Tionghoa, Jawa, maupun etnis

lainnya. Dengan demikian, banyak yang belum mengenal riwayat

beliau.

Riwayat hidup Mbah Djugo yang mempunyai nama asli Kyai

Zakaria II dapat ditelusuri berdasarkan surat keterangan yang

dikeluarkan oleh pangageng Kantor Tepas Daerah dalam Kraton

Yogyakarta Hadiningrat nomor 55/TD/1964 yang ditanda tangani oleh

Kanjeng Tumenggung Donoehadiningrat pada tanggal 23 Juni 1964. Di

dalam surat itu terdapat silsilah Kyai Zakaria II atau Mbah Djugo yang

diterangkan sebagai berikut: Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

Kanjeng Susuhunan Paku Buwana I (Pangeran Puger) memerintah

keraton Mataram pada tahun 1705 sampai 1719 berputera Bandono

Pangeran Haryo (BPH) Diponegoro. Pangeran ini mempunyai putera

bernama Kanjeng Kyai Zakaria I. Pada saat itu beliau adalah seorang

ulama besar di lingkungan Keraton Kartasura.24

Kanjeng Kyai Zakaria I memiliki putera yang bernama Raden Mas

Soeryokoesoemo atau Raden Mas Soeryodiatmodjo. Di masa mudanya,

23 Olyvia Bendon, Klenteng Sin Tek Bio Pasar Baru Jakarta diakses dari

https://www.aroengbinang.com/2018/06/klenteng-sin-tek-bio-pasar-baru-jakarta.html pada tanggal

8 Juli 2018 pukul 20:24 WIB. 24 Tashadi, Budaya Spiritual Dalam Situs Keramat di Gunung Kawi Jawa Timur (Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h.18.

Page 62: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

51

ia telah tertartik mempelajari pengetahuan keagamaan.25 Setelah

dewasa, karena kemampuannya yang mahir dan ketekunannya dalam

mempelajari hal-hal keagamaan atas perkenan Kanjeng Susuhunan

Paku Buwana II, Raden Mas Soeryokoesoemo mengubah namanya

sesuai pemberian nama oleh Susuhan, nunggak semi26 dengan

ayahandanya, menjadi Kanjeng Kyai Zakaria II. Jadi, Raden Mas

Soeryokoesoemo atau Raden Mas Soeryodiatmodjo itulah Kanjeng

Kyai Zakaria II.

Dalam perjalanan kisahnya Kyai Zakaria II mengembara ke Jawa

Timur dan menyamar sebagai rakyat biasa. Hal ini dimaksudkan agar

identitasnya sebagai bangsawan keraton yang terkenal itu, tidak

diketahui oleh orang lain terutama oleh penjajah Belanda. Kyai Zakaria

II pada saat itu memakai nama Mbah Sadjoego atau singkatnya Mbah

Djoeogo dan nama tersebut sangat populer hingga sekarang. Kyai

Zakaria II memulai perjalanannnya dari Yogyakarta di lanjutkan ke

Sleman, Nganjuk, Bojonegoro, dan yang terakhir Blitar. Sesampainya

di Blitar ia terkejut. Ternyata, tempatnya berdekatan dengan Kadipaten

yang dibawah kekuasaan Belanda. Kemudian ia menepi ke daerah

Kesamben, sekitar 60 km dari kota Blitar. Beliau menetap di tepi sungai

Brantas desa Sonan, kecamatan Kesamben kabupaten Blitar. Di desa ini

Kyai Zakaria II bertemu dengan Pak Tasiman yang menanyakan asal

usulnya. Ketika ditanya asal-usul ia merasa khawatir kehadirannya

25 Riwayat Mbah Jugo dari https://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/2298-

riwayat-mah-jugo diakses pada tanggal 2 Mei 2019 pukul 11:37. 26 Nunggak semi adalah tradisi Jawa yang menggunakan nama sama dengan ayah.

Page 63: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

52

diketahui oleh Belanda, disaat beliau ditanya oleh Pak Tasiman maka

beliau menjawab, “kulo niki sajugo” (saya ini sendirian). Namun, Pak

Tosiman salah sangka, dan mengira bahwa nama beliau adalah Sayugo.

Oleh sebab itu, Kyai Zakaria II dikenal dengan sebutan Mbah Jugo. 27

Pak Santoso selaku pimpinan vihara mengatakan bahwa Mbah Jugo

ini semakin terkenal dan di hormati oleh masyarakat baik karena

kearifannya, kemampuannya di bidang ilmu agama, keampuhan ilmu

yang dimilikinya dan juga pribadinya yang suka menolong sesama

umat.28

Ada salah satu wujud pertolongan beliau yaitu pada saat itu ketika

terjadi wabah penyakit hewan di desa Sonan pada tahun 1860.

Masyarakat disekitar sana panik karena penguasa Belanda tak mampu

mengatasi. Akhirnya dengan keampuhan ilmu Mbah Jugo, wabah

penyakit tersebut berhasil disingkirkan dan masyarakat semakin hormat

kepada Mbah Jugo. Karena peristiwa tersebut, namanya semakin

kondang dan Mbah Jugo melayani berbagai konsultasi dari masyarakat.

Dari soal jodoh, bertanam, berternak, bahkan sampai soal dagang yang

menguntungkan, semuanya dilayani dengan beliau secara memuaskan.

Selama hidupnya Mbah Jugo sangat di hormati dan disegani, sampai ia

meninggal pada tahun 1871 jasadnya di makamkan di komplek Pasarean

Gunung Kawi.29

27 Tashadi, Budaya Spiritual Dalam Situs Keramat di Gunung Kawi Jawa Timur, h. 19. 28 Wawancara pribadi dengan pimpinan vihara Santoso Witoyo, di Vihara Dharma Jaya

(Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat, 25 Maret 2019. 29 Tashadi, Budaya Spiritual Dalam Situs Keramat di Gunung Kawi Jawa Timur, h. 19.

Page 64: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

53

Keikutsertaan warga Tionghoa dalam lingkungan perziarahan di

Pasarean Gunung Kawi dimulai dari seorang yang bernama Tan Kie

Liem. Pada waktu itu ia sempat diobati dan disembuhkan oleh Eyang

Imam Sudjono berkat air guci wasiat dari peninggalan Mbah Jugo.

Kemudian Tan Kie Liem ikuy berguru di padepokan Gunung Kawi dan

tinggal disana. Sebagai seorang Tionghoa, ia mendirikan klenteng kecil

sendiri untuk bersembahyang dan untuk menghormati almarhum

gurunya.

Menurut penelusuran Martinus Herwiratno di dalam artikelnya yang

membuat Pasarean Gunung Kawi ini terkenal adalah ada seorang

Tionghoa ia adalah pendiri perusahaan rokok besar yang pernah berdiri

di Malang yang sekarang sudah bangkrut, ia datang untuk berguru di

padepokan Gunung Kawi. Namun, niat sang pendiri ini di tolak oleh

juru kunci dengan alasan si pendiri perusahaan ini tidak pantas menjadi

seorang pendekar melainkan ia pantas menjadi pedagang. Kemudian

sang juru kunci menyarankan untuk pulang dan membekalinya dua

batang bentoel atau umbi-umbian. Sesampainya dirumah, ia berpikir

bahwa oleh-oleh dua batang bentoel dari sang juru kunci ini pasti

memiliki arti. Akhirnya ia menggunakan Cap Bentoel sebagai merk

usahanya. Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, perusahaan rokok Cap

Bentoel ini maju dan berkembang pesat. Rupanya, dari kesuksesan

rokok bentoel ini dan Pasarean Gunung Kawi dengan cepat menyebar

luas di kalangan masyarakat Tionghoa. Berbondong-bondong warga

Tionghoa datang dan kebetulan banyak yang berhasil. Hasil akhirnya

Page 65: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

54

adalah sekarang komplek Pasarean Gunung Kawi menjadi tempat

percampuran budaya dan ritual khas Jawa dan Tionghoa.30

Vihara Dharma Jaya dengan adanya patung Mbah Jugo memiliki

makna bagi orang-orang yang datang. Patung ini dilambangkan sebagai

penghormatan kepada Mbah Jugo atas keampuhan ilmu yang

dimilikinya dan pribadinya yang suka menolong kepada sesama.

30 Martinus Herwiratno, Eyang Dojego dan Eyang RM Imam Soedjono: Dua Bangsawan

Jawa yang Dihormati Masyarakat Tionghoa diakses dari http://web.budaya.tionghoa.net/eyang-

djoego-dan-eyang-rm-imam-soedjono-bangsawan-jawa-yang-dihormati-masyarakat-tionghoa pada

tanggal 4 Juli 2019 pukul 9:58 WIB.

Page 66: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dikemukakan dalam skripsi ini

mengenai Makna Simbolik Patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao

Shi di Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Pasar Baru Jakarta Pusat,

yaitu sebagai berikut: Tata cara ritual pemujaan patung Mi Lek Hut

dan Ta Ol Lao Shi di Vihara Dharma Jaya sama seperti patung-patung

lainnya, yaitu dengan menggunakan dupa atau hio dan memberikan

sesaji atau sesajen. Sesaji yang dibawa oleh jamaah berupa lilin, buah-

buahan yang segar, air, bunga, jajan kue, manisan, nasi kuning, bubur

merah dan bubur putih serta wajik. Dengan adanya ritual pemujaan,

terdapat tujuan dan manfaat yang menjadi dorongan jamaah setelah

melakukan ritual pemujaan, tujuannya adalah mereka berdoa untuk

memuja Tuhan, Dewa-dewa, Bodhisattva agar kehidupan diberikan

kelancaran, untuk mengadakan penebusan dosa, untuk menolong dan

menyelamatkan makhluk-makhluk lainnya menuju kelepasan.

Adapun manfaatnya adalah dapat meningkatkan kesucian hati dan

fikiran, dapat menumbuhkan rasa keikhlasan, dapat menumbuhkan

cinta kasih, dapat melestarikan alam dan semesta.

Makna simbolik dari patung Mi Lek Hut diantaranya adalah

senyum yang lebar atau tertawa, melambangkan cinta kasih,

kebahagiaan, dan kegemaran membawa kebahagiaan pada makhluk

hidup lainnya. Telinga yang panjang melambangkan dengan

Page 67: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

56

kelembutan dan kebaikannya, beliau dengan setia mendengarkan dan

mengerti semua makhluk hidup. Dada yang lebar melambangkan

pikiran yang luas, ketulusan dan cinta kasih pada semua makhluk.

Perut besar melambangkan rasa toleransi yang besar, hati yang

terbuka dan akan menanggung semua beban dunia tanpa membeda-

bedakan. Makna filosofis dari patung Mi Lek Hut adalah untuk

memperoleh kebahagiaan, rezeki serta keturunan. Maka dari itu Mi

Lek Hut ini sering digambarkan sebagai seorang bikkhu gendut yang

sedang tertawa dan di kelilingi lima orang anak kecil. Sedangkan

makna simbolik dari patung Ta Ol Lao Shi atau Mbah Jugo adalah

sebagai penghormatan atas keampuhan ilmu yang dimilikinya dan

menolong terhadap sesama.

Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) ini memiliki tradisi yang unik

dan tidak semua vihara melakukan tradisi ini. Tradisi tersebut adalah

memukul gendang sebanyak tiga kali dan satu kali mendentangkan

lonceng. Hal tersebut guna untuk menyambut para jamaah vihara

untuk melakukan sembahyang. Tradisi diatas dilakukan hanya di

vihara tua saja dan tidak menjadi sebuah keharusan untuk

melaksanakan tradisi ini untuk vihara-vihara yang lain.

B. Saran

Tidak dapat dihindari bahwa sebuah karya akan luput dari

kesalahan dan kekurangan. Begitu juga dalam penulisan skripsi ini,

penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan

serta kekeliruan. Oleh sebab itu, sumbangan saran dan kritik adalah

Page 68: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

57

sebuah keniscayaan demi istilah kesempurnaan. Meskipun demikian,

tujuan melengkapi penelitan-penelitian terdahulu adalah harapan dari

penulis kedepan. Semoga harapan itu dapat ditemukan dalam skripsi

ini.

Page 69: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

58

DAFTAR PUSTAKA

A, Agustiono. “Makna Simbol dalam Kebudayaan Manusia”,Jurnal Ilmu

Budaya, vol.8, no.1, tahun 2011.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, cetakan pertama, 2015.

Bendon, Olyvia. Klenteng Sin Tek Bio Pasar Baru Jakarta diakses dari

https://www.aroengbinang.com/2018/06/klenteng-sin-tek-bio-pasar-

baru-.html. pada tanggal 8 Juli 2018 pukul 20:24 WIB.

Conze,Edward. Sejarah Singkat Agama Buddha. Jakarta: Karaniya, 2010.

Dhammadhiro, Bikkhu. Buddharupa Bagaimana Buddhis Menyikapi Objek

Pujaan. Jakarta: yayasan Sammasayambhu, 2012.

Diputhera, Oka. Agama Buddha Bangkit. Denpasar: Arya Suryacandra Berseri,

2006.

Djam’annuri. Ilmu Perbandingan Agama: Pengertian dan Objek Kajian.

Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 1998.

Eliade, Mircea, dkk. Metodologi Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2000. Penerjemah Ahmad Norma Permata.

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers,

2008.

Farrugia, Edward G. Dan Gerald O’collins. Kamus Teologi. Terj. I Suharyo.

Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Ghazali, Adeng Muchtar. Antropologi Agama. Bandung: Alfabeta, 2011.

H. Turner, Lynn dan Richard West, Teori Komunikasi: Analasis dan Aplikasi.

Jakarta: Salmbe Humanika, 2012. Penerjemah Maria Natalia Damayanti

Maer.

Herusatoto, Budiono. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita, 1983.

Herwiratno, Martinus. Eyang Djoego dan Eyang RM Imam Soedjono: Dua

Bangsawan Jawa yang Dihormati Masyarakat Tionghoa, diakses dari

https://web.budaya.tionghoa.net/eyang-djoego-dan-eyang-rm-imam-

soedjono-dua-bangsawan-jawa-yang-dihormati-masyarakat-tionghoa

pada tanggal 4 Juli 2019 pukul 9:58 WIB.

Https://eprints.uny.ac.id diakses pada tanggal 26 Juni 2019 pukul 14:57 WIB.

Https://repository.isi-ska.ac.id diakses pada tanggal 26 Juni 2019 pukul 15.00

WIB.

Page 70: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

59

J. Weisman, Ivan Th. Simbolisme Menurut Mircea Eliade, diakses dari

https://www.sublibrary.com/simbolisme+menurut+mircea+elidade.pdf

pada tanggal 30 Desember 2018 pukul 14:37 WIB.

Jakarta Dulu dan Kini,dari https://www.adangdaradjatun.com diakeses pada

tanggal 9 Mei 2018 pukul 12:28 WIB.

Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kabupaten Kota, Jakarta Open Data, diakses

dari https://data.jakarta.go.id pada tanggal 13 Maret 2019 pukul 12:50

WIB.

Junaidi, Wawan. Definisi Tanda, Lambang dan Simbol, diakses dari

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/definisi-tanda-lambang-

dan-simbol.html. Pada tanggal 30 November 2018 pukul 20:00 WIB.

Kebudayaan, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Kuang, Wan che. Enam Perbuatan Mulia Sang Pengasih. Jakarta: DPP

MAPANBUMI,tt.

Lanz, Julie. Komunikasi, diakses dari

https://academia.edu/23259697/komunikasi pada tanggal 15 September

2019 pukul 19:29 WIB.

Liang, Muyadi. Mengenal Agama Khonghucu. Sidiarjo: SPOC (Studi Park Of

Confucius).

Mahendra, Febry Pradipka. “Makna Pesan Dari Lirik Lagu “Bebas Merdeka”

Karya Steven Coconut Treez (Analisis Semiotika Roland Barthes)”,

eJournal Ilmu Komunikasi Vol. 2, No. 3 (2014), h. 74.

Mi Lek Hud, Vihara Bodhi Dharma, diakses dari https://lociabio.com/mi-lek-

hud pada tanggal 22 Mei 2019 pukul 14:10 WIB.

Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Makna Simbolis Beberapa Jenis Sajian, Spoc Jurnal, diakses dari

https://www.spocjurnal/com/religi/makna-simbolis-beberapa-jenis-

sajian pada tanggal 14 Mei 2019 pukul 15:56 WIB.

Pals, Daniel L. Dekonstruksi Kebenaran Kritik Tujuh Toeri Agama.

Yogyakarta: IRCiSoD, 2001. Penerjemah Inyiak Ridwan Mundzir dan

M. Syukri.

Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut, Badan Pusat Statistik,

diakses dari https://sp2010.bps.go.id pada tanggal 12 Maret 2019 pukul

12:17 WIB.

Page 71: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

60

Perbedaan Tanda dan Simbol, diakses dari

https://www.academia.edu/Perbedaan_Tanda_dan_Simbol pada tanggal

29 Juni 2019 Pukul 16:41 WIB.

Pradaningrum, Vihara Sin Tek Bio, Vihara dari Perkebunan Chastelein,

diakseshttps://entertainment.kompas.com/read/2009/06/04/11411482/Vi

hara.Sin.Tek.Bio.Vihara.dari.Perkebunan.Chastelein pada tanggal 18

September 2018 pukul 22:58 WIB.

Rahmanto,B. Simbolisme Dalam Seni, Basis. Yogyakarta: Andi Offset, 1992.

Edisi Maret XLI No. 03.

Raho, Bernard. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Riwayat Mbah Jugo, Budaya Tionghoa Forum Budaya dan Sejarah Tionghoa,

diakses dari https://web.budaya-tionghoa.net/index.php/2298-riwayat-

mah-jugo pada tanggal 2 Mei 2019 pukul 11:37 WIB.

S, Bambang. Riwayat Singkat Sin Tek Bio Vihara Dharma Jaya Pasar Baru

Anno 1698-Batavia. Jakarta: Yayasan Vihara Dharma Jaya, 2006.

Salam, Syamir. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2006.

Sekilas Mengenal Tentang Stupa, diakses dari

https://ruangmemajangkarya.wordpress.com/2011/12/07/sekilas-

mengenal-tentang-stupa pada tanggal 2 Juli 2019 pukul 11:47 WIB.

Sesaji Yang di Perlukan dalam Sembahyang, Dhamma Manggala, diakses dari

https://dhammanggala.com/dnews/sesaji-yang-diperlukan-dalam-

sembahyang pada tanggal 14 Mei 2019 pukul 12:50 WIB.

Sudharma, Budiman. Buku Pedoman Umat Buddha. Jakarta: FKUB DKI

Jakarta dan Yayasan Avalokitesvara, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Penerbit Alfabeta, 2013.

Sujarwo. Manusia dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas

Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Supardi. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Suryabrata, Sumarta. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1998.

Suwarto. Buddha Dharma Mahayana. Palembang: Majelis Agama Buddha

Indonesia, 1995.

Syukur, Abdul. Kebangkitan Agama Buddha. Bandung: Gunung Djati Press,

2009.

Page 72: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

61

Sou’yb, Joesoef. Agama-Agama Besar di Dunia. Jakarta: Pustaka Al Husna,

1983.

Tashadi. Budaya Spiritual Dalam Situs Keramat di Gunung Kawi Jawa Timur.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1995.

Tinarbuko, Sumbo. “Semiotika Analisis Tanda Pada Karya Desain

Komunikasi Visual”, Nirmana (Januari 2003) Vol. 5 No. 1.

UGM, Buletin Kamadhis. Eka-Citta Bersatu dalam Dhamma: Simbol dalam

Buddhisme. Yogyakarta: Kamadhis UGM, 2008.

Utamo, Sumanera. Bhakti (Puja). Jakarta: Sangha Theraveda Indonesia, tt.

Utomo, Bambang Budi. Buddha di Nusantara. Jakarta: Buddhits Education

Centre, 2008.

Wibowo, Arief. “Makna Patung Buddha dalam Agama Buddha”, Suhuf (Mei

2008) Vol.20 No.1.

Wawancara Pribadi dengan Pimpinan Vihara Santoso Witoyo. Jakarta, 25

Maret 2019.

Wawancara Pribadi dengan Jamaah Pak Andy. Jakarta, 25 Maret 2019.

Yoest, Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang di Jakarta & Banten. Jakarta: PT.

Bhuana Ilmu Populer, 2008.

Page 73: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 74: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

63

PEDOMAN WAWANCARA

1. Tahun berapa vihara ini di dirikan?

2. Operasional vihara dibuka dari jam berapa sampai jam berapa?

3. Bagaimana sejarah vihara ini didirikan?

4. Berapa jumlah jamaah sejak pertama kali vihara ini dibangun sampai

sekarang?

5. Apakah ada peningkatan jumlah jamaah dari waktu ke waktu?

6. Bagaimana fungsi vihara pada zaman dahulu dan sekarang?

7. Adakah pengunjung tetapnya disini?

8. Apakah fungsi patung dalam agama Buddha?

9. Ada berapa banyak patung di vihara ini?

10. Bagaimana sejarah dan makna simbolik patung Mi Lek Hut dan patung Ta

Ol Lao Shi?

11. Bagaimana tata cara ritual pemujaan patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol

Lao Shi?

12. Mengapa ada banyak lilin disini? Darimana lilin ini datang?

13. Mengapa setiap orang yang datang, pengurus vihara membunyikan gendang

dan lonceng? Apakah sudah menjadi ciri khas disini?

14. Mengapa tidak semua vihara mengikuti tradisi pukul gendang?

15. Mengapa disekitar patung Mi Lek Hut tersebar banyak uang receh disana?

16. Apa yang dilakukan jamaah di vihara selain berdoa? Adakah kegiatan lain?

17. Apa yang biasa Anda doakan?

Page 75: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

64

18. Bagaimana orang-orang yang berdoa di vihara ini meyakinkan diri jika

doanya di kabulkan? Apa yang biasa dilakukan? Apakah dengan terus

berbuat baik maka doa akan di kabulkan atau yang lain?

19. Menurut Anda, seberapa penting simbol patung dalam prosesi doa?

20. Apa makna patung Mi Lek Hut dan Patung Ta Ol Lao Shi?

21. Apa motivasi yang menjadi dorongan anda setelah melakukan ritual

pemujaan di vihara Dharma Jaya?

22. Menurut Anda, patung di masa modern ini dijadikan sebagai manivestasi

Tuhan atau sebagai simbol saja?

Page 76: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

65

Lampiran I

Page 77: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

66

HASIL WAWANCARA

Nama : Santoso Witoyo

Jabatan : Pimpinan Pengurus Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio)

Waktu Wawancara : 25 Maret 2019 pukul 13:00 WIB

1. Tahun berapa vihara ini di dirikan?

Jawab:

Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) di dirikan pada tahun 1698.

2. Operasional vihara dibuka dari jam berapa sampai jam berapa?

Jawab:

Dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Dari terbit fajar sampai terbenam fajar.

3. Bagaimana sejarah vihara ini didirikan?

Jawab:

Pada awalnya Vihara Dharma Jaya ini sebelumnya disebut Klenteng Het

Kong Sie Huis Tek merupakan salah satu vihara tua yang diyakini dibangun

pada tahun 1698 (Tahun Macan). Angka tahun 1698 ini dikuatkan oleh buku

daftar penyumbang pembangunan klenteng ini, yang ditemukan dan kini

disimpan oleh pengurusnya yang bernama Santoso Witoyo. Vihara ini

terletak di Jalan Pasar Baru (Dalam Pasar) No. 146, Jakarta Pusat 10710.

Vihara tua ini terletak beberapa kilometer diluar tembok Kota Batavia.

Vihara ini awalnya dibangun oleh petani-petani Tionghoa yang tinggal di

tepi Kali Ciliwung disekitar Pasar Baru. Kali Ciliwung pada saat itu

dijadikan sebagai jalur utama transportasi perdagangan, sehingga daerah

pinggiran sungai menjadi cepat berkembang dan lambat laun berdirilah

Page 78: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

67

desa-desa yang ramai. Sudah menjadi kebiasaan dimanapun perantau

tinggal, mereka biasanya akan mengikutsertakan kebudayaan, adat istiadat,

agama, bahasa, dan cara hidup mereka. Dengan adanya orang-orang

Tionghoa yang tinggal itu, mereka membangun tempat ibadah ini untuk

menjalankan ibadah dan sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa terima

kasih atas berkah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Mulanya vihara ini

menghadap ke selatan dan terletak di Jalan Belakang Kongsie No. 16.

Kemudian pada tahun 1812 pindah ke belakang bangunan lama dan

menghadap ke Utara atau ke Jalan Samanhudi yang dulu di kenal sebagai

Gang Toapekong yang kini berubah menjadi Jalan Pasar Baru Dalam No.

146, Jakarta Pusat. Pergantian nama Het Kong Sie Huis Tek menjadi Sin

Tek Bio, diduga jauh sebelum Pasar Baru dibuka. Dugaan ini dikuatkan

dengan ditemukannya catatan yang menyatakan bahwa papan nama Sin Tek

Bio disumbangkan pada tahun 1752 (Tahun Ayam).

4. Berapa jumlah jamaah sejak pertama kali vihara ini dibangun sampai

sekarang?

Jawab:

Jumlah jamaah sejak pertama vihara dibangun sampai sekarang terhitung

sangat banyak. Jamaah yang beribadah disini datang dari 24 provinsi.

Bahkan ada jamaah yang datang dari luar negeri untuk beribadah di vihara

ini.

5. Apakah ada peningkatan jumlah jamaah dari waktu ke waktu?

Jawab:

Setiap tahunnya di vihara ini jumlah jamaahnya meningkat.

Page 79: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

68

6. Bagaimana fungsi vihara pada zaman dahulu dan sekarang?

Jawab:

Fungsi vihara pada zaman dahulu dan sekarang sama, fungsinya untuk

sembahyang, sosial kemasyarakatan.

7. Adakah pengunjung tetapnya disini?

Jawab:

Ada pastinya. Namun tidak bisa disebutkan satu-satu karena banyak.

8. Apakah fungsi patung dalam agama Buddha?

Jawab:

Dalam konsep Buddhis, patung adalam lambang dari kebuddhaan, oleh

karena itu dalam membuat patung biasanya memperhatikan ciri-ciri Sang

Buddha, karena semuanya melambangkan kebuddhaan, bukan pribadinya.

Patung juga merupakan simbol Sang Guru, sehingga apabila kita

mengadakan puja bakti bukanlah untuk menyebambah patung tersebut,

melainkan untuk menghormati dan mengingat ajaran Sang Guru. Jadi

fungsinya sebagai lambang dan kesempatan untuk merenungkan ajaran

Sang Guru.

9. Ada berapa banyak patung di vihara ini?

Jawab :

Tentunya ada banyak. Ada ribuan patung. Karena satu patung terbagi

beberapa macam. Contohnya seperti Kwan Kong bisa terbagi menjadi 20

atau 25 buah dan yang lainnya juga seperti itu.

10. Bagaimana sejarah dan makna simbolik patung Mi Lek Hut dan

patung Ta Ol Lao Shi?

Jawab :

Patung Mi Lek Hut atau Mi Le Fo atau Mi Le Pusa di dalam

bahasa Sansekerta disebut Maitreya, yang memiliki arti Yang Maha

Page 80: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

69

Pengasih dan Penolong, yang merupakan salah satu dewa dari

Buddhisme yang sangat terkenal di Tiongkok. Ketenarannya hanya

ada di bawah Guan Yin atau sang Dewi Welas Asih. Menurut

legenda Mi Le Fo ini banyak sekali bertumimbal lahir. Reinkarnasi

yang paling terkenal adalah sebagai seorang pangeran di Asia

Tengah. Menurut cerita yang berkembang pangeran ini lahir dengan

32 tanda-tanda suci yang menunjukan bahwa ia kelak akan menjadi

murid Buddha. Oleh karena itu, walaupun Maitreya masih dalam

tingkat Boddhisattva yang ke-9, ia seringkali dipuja sebagai seorang

Buddha pada masa yang akan datang. Pada umumnya orang

Tionghoa memuja Mi Lek Hut atau Mi Le Fo ini untuk memperoleh

kekayaan dan kebahagiaan. Ada juga yang sangat percaya beliau

bisa memberikan keturunan kepada orang yang mendambakannya.

Oleh sebab itu seringkali beliau dipatungkan dengan di kelilingi oleh

5 orang anak kecil. Tetapi bentuk yang paling umum di kelenteng-

kelenteng adalah dalam posisi setengah berbaring, wajahnya

tertawa, perutnya buncit terbuka dan kantong besar tergeletak di

sampingnya. Oleh karena itu, karena tampilannya yang selalu

tertawa ini beliau di juluki Buddha Tertawa. Mi Lek Hut sebagai

buddha tertawa ini kira-kira di mulai pada akhir dinasti Tang dan

permulaan zaman Lima Dinasti (907-1060 M). Waktu itu ada

seorang Bikshu yang berilmu dan tiap orang memanggilnya sebagai

Bu Dai. Bu Dai yang berarti kantong kain, karena ia selalu

membawa kantong yang besar kalau berpergian. Beliau adalah

penduduk asli dari Provinsi Zhe-Jiang. Ia rajin dalam menyebarkan

ajaran Buddha. Nama yang sesungguhnya tidak ada yang tahu.

Beliau memiliki watak yang ramah, jenaka, selalu ringan tangan

dalam menolong orang yang menderita. Beliau juga tidak pernah

susah, sering berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain guna

untuk minta sedekah dan mengajar Dharma kepada siapa saja yang

mau mendengarnya. Seringkali beliau pada saat itu terlihat

mengumpulkan segala macam benda yang di masukkan ke dalam

Page 81: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

70

karung itu. Bagi seorang yang memikirkan keduniaan, tindakan ini

biasa dianggap tamak atau loba. Yang sesungguhnya perbuatan itu

dilakukan beliau dalam arti mencari dan mengumpulkan makhluk-

makhluk untuk mengantarkan mereka ke tanah sua. Orang-orang

yang akrab dengan beliau pasti tau bahwasanya beliau yang jenaka

ini sangat cocok dalam meramal nasib orang dan cuaca. Dari segi

tingkah lakunya sendiri, dalam kesehariannya beliau ini dapat

memperkirakan cuaca yang akan terjadi. Misalnya, apabila beliau

berjalan dengan terburu-buru dengan menggunakan sendal yang

basah, pasti hujan akan datang. Sedangkan apabila beliau memakai

sepatu dengan santainya berjalan kesana dan kemari, cuaca akan

cerah. Bu Dai seringkali kelihatan tidur nyenyak diatas tumpukkan

salju di malam musim dingin dan tidak mandi walau udara panas

sekali. Ia meninggal dengan keadaan duduk dan semedi di lorong

sbuah kelenteng dengan meninggalkan serangkum syair.

Patung Ta Ol Lao Shi atau yang biasa disebut Mbah Jugo. Mbah

Jugo ini merupakan tokoh yang terkenal pada situs keramat Gunung

Kawi yang banyak di kunjungi baik etnis Tionghoa, Jawa, maupun

etnis lainnya. Mbah Jugo adalah keturunan Susuhunan Paku

Bowono I yang memerintah Mataram. Beliau berputra Bandono

Pangeran Haryo (BPH) Diponegoro. BPH Diponegoro berputera

Kanjeng Kyai Zakaria I yang mana beliau adalah seorang ulama

besar di Keraton Kartasura. Kanjeng Kyai Zakaria I berputera Raden

Mas Soeryokoesomo atau Raden Mas Seoryodiatmodjo. Masa

mudanya, ia telah tertarik mempelajari pengetahuan keagamaan.

Berkat restu Susuhunan Paku Buwono II, beliau lantas mengubah

namanya, yakni nama yang sama dengan ayahnya. Oleh karena itu,

beliau dikenal sebagai Kyai Zakaria II. Kyai Zakaria II melakukan

pengembaraan ke Jawa Timur dan menyamar sebagai rakyat biasa

demi menghindarkan dirinya dari Belanda yang pengaruhnya

semakin besar di istana. Rute pengembaraan Kyai Zakaria II itu

Yogyakarta-Nganjuk-Bojonegoro-Blitar. Tibanya beliau di Blitar,

Page 82: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

71

Kyai Zakaria ini kurang begitu menyukai kawasan tersebut. Di

karenakan kawasan ini berdekatan dengan kadipaten yang dikuasai

Belanda. Beliau pindah ke Kesamben, yang letaknya 60 km dari

Blitar. Kyai Zakaria II menetap di tepi Sungai Brantas, desa Sonan,

Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Disana beliau berjumpa

dengan Pak Tosiman yang menanyakan asal usulnya. Khawatir

kehadirannya diketahui oleh Belanda, maka beliau menjawab

dengan bahasa Jawa “kulo niki sajugo”. Namun Pak Tosiman salah

sangka dengan jawaban beliau, dan mengira nama beliau itu adalah

Sayugo. Itulah sebabnya Kyai Zakaria II dikenal dengan sebutan

Mbah Jugo. Beliau semakin lama semakin terkenal dan di hormati

oleh masyarakat, baik karena pengetahuan agama, ilmu, maupun

kesediaan beliau menolong ke sesama.

11. Bagaimana tata cara ritual pemujaan patung Mi Lek Hut dan patung

Ta Ol Lao Shi?

Jawab :

Sama seperti patung-patung yang lain. Sama-sama memberikan sesajen.

Sesajennya itu seperti buah-buahan, kue-kue, nasi kuning, bubur merah,

bubur putih dan wajik.

12. Mengapa ada banyak lilin disini? Darimana lilin ini datang?

Jawab:

Lilin di vihara ini datang dari para jamaah yang beribadah disini. Seorang

jamaah yang membawa lilin mempercayai sebuah keyakinan dan

kepercayaan untuk di doakan.

13. Mengapa setiap ada orang yang datang, pengurus vihara

membunyikan gendang dan lonceng? Apakah sudah menjadi ciri khas

disini?

Jawab:

Vihara Dharma Jaya memiliki tradisi memukul gendang sebanyak dua kali

dan satu kali dentang lonceng.

Pukulan gendang yang pertama ditandakan sebagai tanda bahwa

sembahyang petama dimulai. Pukulan gendang kedua di bunyikan sebagai

Page 83: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

72

tanda bahwa ada tamu datang. Semacam Jas Bau saja. Pukulan gendang

yang ketiga disusul dengan dentangan lonceng dibunyikan sebagai tanda

tuang teh. Tuang teh dilakukan oleh jamaah untuk penyembahan kepada

roh-roh yang ada di vihara ini.

Tidak semua vihara memiliki tradisi seperti memukul gendang ini.

Memukul gendang ini hanya ada di vihara-vihara tua saja. Seperti vihara

Dharma Jaya (Sin Tek Bio) dan vihara Bahtera Bhakti di Ancol.

14. Mengapa tidak semua vihara mengikuti tradisi pukul gendang?

Jawab:

Karena memukul gendang ini harus ada pelatihan sebelumnya tidak

sembarang orang bisa melakukan kegiatan ini. Dan tidak menjadi sebuah

keharusan setiap vihara ada tradisi seperti ini.

15. Mengapa di sekitar patung Mi Lek Hut disini tersebar banyak uang

receh disana?

Jawab:

Karena ada jamaah yang mempercayai bahwa uang receh sebagai

persembahan. Sembahyang disini kan menurut kepercayaan masing-

masing. Dari hasil uang tersebut bisa dibelikan untuk keperluan

sembahyang para jamaah disini juga.

Uang tersebut juga disimbolkan supaya dilancarkan rezekinya. Selain itu

untuk beramal juga.

Page 84: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

73

Lampiran II

Page 85: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

74

HASIL WAWANCARA

Nama : Pak Andy

Jabatan : Jamaah Vihara

Waktu wawancara : 25 Maret 2019 pukul 13:30 WIB

1. Apa yang dilakukan jamaah di vihara selain berdoa? Adakah kegiatan

lain?

Jawab:

Di vihara ini tidak ada kumpul-kumpul selain beribadah. Disini hanya fokus

untuk beribadah.

2. Apa yang biasanya anda doakan ?

Jawab:

Yang biasa di doakan itu memintah keberkahan, keselamatan untuk semua

keluarga, murah rezeki, negara aman, rakyat tentram, dan meminta jodoh

yang terbaik.

3. Bagaimana orang-orang yang berdoa di vihara ini meyakinkan diri

jika doanya di kabulkan? Apa yang bisa di lakukan? Apakah dengan

terus berbuat baik maka doa akan di kabulkan atau lainnya?

Jawab:

Harus meyakinkan diri bahwa agama yang kita peluk itu adalah benar. dari

keyakinan tersebut bisa jadi doa yang di panjatkan bisa berhasil atau di

kabulkan. Selain itu kita juga harus berbuat baik kepada sesama pemeluk

agama agar segala yang diharapkan bisa terwujud.

4. Menurut anda, seberapa penting simbol patung dalam prosesi doa?

Jawab:

Tidak ada seberapa penting. Tergantung kepercayaan masing-masing dari

diri kita. Ada yang ikut Kwan Kwong, ada yang ingin memakai dupa atau

yang hanya di sembahkan.

Page 86: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

75

5. Apa makna patung Mi Lek Hut dan patung Ta Ol Lao Shi?

Jawab:

Makna nya adalah apabila menyembah kedua patung tersebut mendapatkan

hasil apa yang di doakan. Yang paling penting apapun yang kita sembah,

hati kita harus bersih dan suci dari segala ketidakbenaran yang ada. Dan

mesti ada pegangan hidup agar bisa melengkapi kehidupan.

6. Apa motivasi yang menjadikan dorongan anda setelah melakukan

ritual pemujaan di vihara Dharma Jaya?

Jawab:

Terdapat beberapa motivasi yaitu semata-mata berdoa hanya untuk memuja

Tuhan, Dewa-dewa, Boddhisatva dan yang lainnya agar kehidupan

diberikan kelancaran oleh Tuhan. Meminta keluarga rukun, hormat dan

harmonis. Setiap hidup pasti menginginkan kebahagiaan, oleh karena itu

saya berdoa agar dibahagiakan di dunia maupun di akhirat. Untuk di

lancarkan segala urusan dan di permudahkan segala rezekinya. Dan yang

terakhir juga meminta untuk dipertemukan dengan pasangan hidup.

7. Menurut anda, patung di masa modern ini dijadikan sebagai

manivestasi Tuhan atau sebagai simbol saja?

Jawab:

Menurut saya, itu hanya sebagai simbol saja. Bagaimanapun setiap orang

harus ada pegangan hidup. Semua agama sebagai pelengkap, pegangan

hidup supaya hidup tidak tawar dan berwarna

Page 87: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

76

Lampiran III

Tampak Depan Vihara

Foto dengan Pimpinan Pengurus Vihara Dharma Jaya (Sin Tek Bio) Bapak Santoso

Witoyo.

Page 88: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

77

Foto Nama-Nama Penyumbang dalam Pembangunan Vihara Dharma Jaya

Salah satu altar di Vihara Dharma Jaya Lilin-lilin yang terdapat di Vihara

(Sin Tek Bio) Dharma Jaya (Sin Tek Bio)

Page 89: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

78

Altar Mi Lek Hut Ta Ol Lao Shi

Replika Makam Embah Surya

Kencana

Page 90: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

79

Pembakaran rumah-rumahan

Page 91: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

80

Lampiran IV

Page 92: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

81

Lampiran V

Page 93: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

82

Lampiran VI

Page 94: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

83

Page 95: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

84

Lampiran VII

Page 96: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

85

Lampiran VIII dan Lampiran IX

Page 97: MAKNA SIMBOLIK PATUNG MI LEK HUT DAN PATUNG TA OL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47483/1/SALWA … · iv ABSTRAK SALWA ANWAR. “Makna Simbolik Patung Mi Lek

86

Lampiran X