makalah trauma dada dan pneumotoraks
TRANSCRIPT
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata
Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
Oleh:
SHINTA DEWI K.
AKADEMI KEPERAWATAN ANDAKARA JAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat
Tuhan YME., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan segenap
kemampuan saya, walaupun masih banyak kekurangan yang
harus diperbaiki.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Makalah ini kami beri judul
“Trauma Dada dan Pneumotoraks ” yang terdiri dari
pendahuluan, isi dan penutup.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril,
materil, dan saran-saran. Oleh karena itu, sudah selayaknya saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat untuk kita
semua.
Jakarta, September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang…………………………………………………………………
…… 1
B. Tujuan
Penulisan…………………………………………………………………
… 2
C. Ruang
Lingkup……………………………………………………………………
…… 3
D. Metode
Penulisan…………………………………………………………………
… 3
E. Sistematika
Penulisan……………………………………………………………
3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian………………………………………………………………
……………… 5
B. Patofisiologi………………………………………………………………
…………… 6
1. Etiologi………………………………………………………………
……………… 7
2. Manifestasi
klinik……………………………………………………………
8
C. Penatalaksanaan………………………………………………………
……………… 10
D. Pengkajian
Keperawatan………………………………………………………
14
E. Diagnosa
Keperawatan…………………………………………………………
17
F. Perencanaan
Keperawatan…………………………………………………… 17
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian………………………………………………………………
………………… 25
B. Diagnosa
Keperawatan……………………………………………………………
29
C. Perencanaan Keperawatan
……………………………………………………… 29
D. Pelaksanaan
Keperawatan………………………………………………………
29
E. Evaluasi…………………………………………………………………
…………………… 30
BAB IVPENUTUP
3.1 Kesimpulan
………………………………………………………………………………
31
3.2
Saran………………………………………………………………………………
……… 32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan
oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada,
pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda
tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system
pernafasan.
Trauma toraks merupakan penyebab utama kematian. Banyak
penderita trauma toraks datang dengan keadaan kritis, lalu meninggal
setelah sampai di rumah sakit. Untuk itu diperlukan diagnosis yang
cepat dan terapi yang adekuat.
Kurang dari 10% dari cedera tumpul toraks dan 15-30% dari
cedera tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi.
Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan prosedur
resusitasi, peralatan yang lengkap, dan perawatan rawat inap yang
tepat.
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3
kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus
kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks
di Amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di Amerika
Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan
kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25% . Dan
hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan
tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan
sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian. Canadian
Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban
Trauma Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks
sebanyak 96.3% dari seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya
sebanyak 3,7% adalah trauma tajam.
Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks masih
didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan
mortalitas pada setiap trauma yang disertai dengan trauma toraks
lebih tinggi (15.7%) dari pada yang tidak disertai trauma toraks
(12.8%)
Pengelolaan trauma toraks, apapun jenis dan penyebabnya
tetap harus menganut kaidah klasik dari pengelolaan trauma pada
umumnya yakni pengelolaan jalan nafas, pemberian ventilasi dan
kontrol hemodinamik . Oleh karena itu kami akan mencoba membahas
mengenai trauma dada dan pneumotoraks.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Diperoleh pengetahuan mengenai trauma dada dan
pneumotoraks
b. Diperoleh gambaran pelaksanaan keperawatan dengan
trauma dada dan pneumotoraks
2. Tujuan Khusus
a. Mendapat gambaran dalam melakukan pengkajian pada
pasien dengan trauma dada dan pneumotoraks
b. Mendapatkan gambaran dalam menentukan masalah
keperawatan pada pasien dengan trauma dada dan
pneumotoraks
c. Mendapat gambaran dalam merencanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan trauma dada dan
pneumotoraks
d. Mendapat gambaran dalam melaksanakan evaluasi pada
pasien dengan trauma dada dan pneumotoraks
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini kami membahas tentang trauma
dada dan pneumotoraks
D. Metode Penulisan
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan metode
studi kepustakaan yaitu dengan membaca, mnelaah,
mempelajari, memahami buku-buku, diklat, dan sumber lain
untuk mendapatkan hasil dasar ilmiah yang berhubungan
dengan isi makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan makalah ilmiah ini dijelaskan secara
sistematis yang dibagi dalam 4 bab, yaitu:
BAB I :PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II :TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit
(pengertian), patofisiologi (etiologi, proses penyakit,
manifestasi klinis, komplikasi), penatalaksanaan medis,
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
BABIII :TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, pelaksanaan
keperawatan,evaluasi keperawatan.
BAB IV :PEMBAHASAN
Pembahasan yang berisi tentang kesenjangan antara teori
dan kasus di seluruh tahapan pada proses keperawatan
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.
BAB IV :PENUTUP
Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Trauma thorak atau trauma dada adalah semua ruda paksa pada
thorak dan dinding thorak, baik trauma atau ruda paksa tajam atau
tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994). Pada trauma toraks bisa terjadi
hematothorak atau pneumothorak.
Hematotorax adalah tedapatnya darah dalam rongga pleura,
sehingga paru terdesak dan terjadinya perdarahan.
Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura,
sehingga paru-paru dapat terjadi kolaps.
anatomi fisiologi
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi
oleh :
- Depan : Sternum dan tulang iga.
- Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).
- Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.
- Bawah : Diafragma
- Atas : Dasar leher.
Isi :
* Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru
beserta pembungkus pleuranya.
* Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-
paru. Isinya meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah
besar, oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan vena
kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar
kelenjar limfe (Pearce, E.C., 1995).
B. Patofisiologi
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang
iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2
pasang iga yang melayang. Di dalam rongga dada terdapat paru-paru
yang berfungsi dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada
mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-paru dan akan
berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada
disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan
masuknya udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan
meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru
kontralateral demikian juga penurunan aliran baik venosa
mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan
adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan tusukan
paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada
rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi
kolaps. Kontusio pasru mengakibatkan tekanan pada rongga dada
akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna dan
ventilasi menjadi terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis
dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi syok.
1. Etiologi
Trauma dada dapat disebabkan oleh :
a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada,
penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan,
penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa
pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan
tulang iga, ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi
sebagai sequele dari PPOM.
Tusukan paru dengan prosedur invasif.
c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan
kendaraan atau tertimpa benda berat.
d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau
luka tembak)
e. Fraktur tulang iga
f. Tindakan medis (operasi)
g. Pukulan daerah torak.
2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma
dada;
a. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
b. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
c. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
d. Dyspnea, takipnea
e. Takikardi
f. Tekanan darah menurun.
g. Gelisah dan agitasi
h. Kemungkinan cyanosis.
i. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
j. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
3. Komplikasi
a. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan
dinding dada, paru.
Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong
tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali. Pembuluh vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya
membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi
keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi
nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan
syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam
rongga pleura maka terjadi tanda – tanda :
1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu
istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian
tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat
ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan)
f. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.
C. Penatalaksanaan
1. Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau
kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi
atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga
pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga
“mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang
seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga
pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan
pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan
agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan
tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk
rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
- Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang
dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien,
sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat
dikurangi.
- Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan
memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan
pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi
tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di
bawah lengan atas yang cedera.
d. Mendorong berkembangnya paru-paru.
- Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru
mengembang.
- Latihan napas dalam.
- Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk,
jangan batuk waktu slang diklem.
- Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 –
800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam,
harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan
keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 – 20 menit selama 1 – 2 jam setelah
operasi dan setiap 1 – 2 jam selama 24 jam setelah
operasi.
- Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan
pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi,
tekanan darah.
- Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai
petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi
pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke
posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari
penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan
darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang
tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
g. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari ,
diukur berapa cairan yang keluar kalau ada
dicatat.
2) Setiap hendak mengganti botol dicatat
pertambahan cairan dan adanya gelembung
udara yang keluar dari bullow drainage.
3) Penggantian botol harus “tertutup” untuk
mencegah udara masuk yaitu meng”klem”
slang pada dua tempat dengan kocher.
4) Setiap penggantian botol/slang harus
memperhatikan sterilitas botol dan slang harus
tetap steril.
5) Penggantian harus juga memperhatikan
keselamatan kerja diri-sendiri, dengan
memakai sarung tangan.
6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan
negatip dalam rongga dada, misal : slang
terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
h. Dinyatakan berhasil, bila :
a) Paru sudah mengembang penuh pada
pemeriksaan fisik dan radiologi.
b) Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow
drainage.
c) Tidak ada pus dari selang WSD
3. Pemeriksaan penunjang
a. X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
b. Diagnosis fisik :
a) Bila pneumotoraks <> 30% atau
hematothorax sedang (300cc) drainase cavum
pleura dengan WSD, dainjurkan untuk
melakukan drainase dengan continues suction
unit.
b) Pada keadaan pneumothoraks yang residif
lebih dari dua kali harus dipertimbangkan
thorakotomi
c) Pada hematotoraks yang massif (terdapat
perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc
segera thorakotomi.
4. Terapi :
a. Antibiotika.
b. Analgetika.
c. Expectorant.
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
1. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3. Pengobatan terakhir.
4. Pengalaman pembedahan.
5. Riwayat penyakit dahulu.
6. Riwayat penyakit sekarang.
7. Dan Keluhan.
Pemeriksaan Fisik :
1. Sistem Pernapasan :
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk.
Terdapat retraksi klavikula/dada.
Pengambangan paru tidak simetris.
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
Adanya suara sonor/hipersonor/timpani.
Bising napas yang berkurang/menghilang.
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2. Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
Takhikardia, lemah
Pucat, Hb turun /normal.
Hipotensi.
3. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
4. Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan.
5. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan.
6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
Kemampuan sendi terbatas.
Ada luka bekas tusukan benda tajam.
Terdapat kelemahan.
Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi
sub kutan.
7. Sistem Endokrine :
Terjadi peningkatan metabolisme.
Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi.
Tidak ada hambatan.
9. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
10. . Pemeriksaan Diagnostik :
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada
area pleural.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.
Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya).
Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret
dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder.
4. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
6. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow
drainage.
7. Resiko terhadap infeksi b/d tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
E. Perencanaan Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekspansi paru yang
tidak maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektive.
Kriteria hasil : Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang
efektive.
Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada
paru.
Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi : a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya
dnegan peninggian kepala tempat
tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong
klien untuk duduk sebanyak mungkin.
b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat
frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan t
ersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
d. Jelaskan pada klien tentang
etiologi/faktor pencetus adanya sesak
atau kolaps paru-paru.
e. Pertahankan perilaku tenang, bantu
pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih
lambat dan dalam.
f. Perhatikan alat bullow drainase
berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :
1) Periksa pengontrol penghisap untuk
jumlah hisapan yang benar.
2) Periksa batas cairan pada botol
penghisap, pertahankan pada batas
yang ditentukan.
3) Observasi gelembung udara botol
penempung.
4) Posisikan sistem drainage slang untuk
fungsi optimal, yakinkan slang tidak
terlipat, atau menggantung di bawah
saluran masuknya ke tempat drainage.
Alirkan akumulasi dranase bela perlu.
5) Catat karakter/jumlah drainage selang
dada.
g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
1) Dengan dokter, radiologi dan
fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemberian analgetika.
Fisioterapi dada.
Konsul photo toraks.
2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.
Tujuan: Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil : Menunjukkan batuk yang efektif.
Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal.
pernapasan.
Klien nyaman.
Intervensi : a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang
efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret
di sal. pernapasan.
b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat
pengontrolan batuk.
1) Napas dalam dan perlahan saat duduk
setegak mungkin.
2) Lakukan pernapasan diafragma.
3) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian
secara
perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut.
4) Lakukan napas ke dua , tahan dan
batukkan dari dada dengan melakukan 2
batuk pendek dan kuat.
c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien
batuk.
d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan
viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang
adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000
sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik
setelah batuk.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Fisioterapi dada.
Konsul photo toraks.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan
dan reflek spasme otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.
Dapat mengindentifikasi aktivitas yang
meningkatkan/menurunkan nyeri.
Pasien tidak gelisah.
Intervensi : a. Jelaskan dan bantu klien dnegan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.
1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk
menurunkan ketegangan otot rangka, yang
dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga
tingkatkan relaksasi masase..
2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri
akut.
b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa
nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal
waktu tidur, belakangnya dipasang bantal
kecil.
c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-
sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama
nyeri akan berlangsung.
d. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian
analgetik.
e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik
klien, 30 menit setelah pemberian obat
analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta
setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan
selama 1 - 2 hari.
yang tepat
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang biodata klien, riwayat
penyakit, dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
kepada klien di ruang Public Wings Lantai 6 RSCM dari tanggal 9-13
Desember 208.
A. Gambaran Kasus
Klien Tn. K umur 33 Tahun, jenis kelamin laki – laki, agama
Islam, suku Jakarta, pendidikan SMA, bahasa yang digunakan
Indonesia, klien bekerja sebagai Hansip (Penjaga Keamanan).
Klien masuk RSCM pada tanggal 29-06-08 karena keadaan
klien semakin parah dan disarankan untuk rawat inap. Sebelumnya
klien pernah berobat ke Puskesmas terdekat. Tapi karena di
Puskesmas tersebut tidak memadai alat-alat dan obatnya maka klien
dirujuk ke RSCM . Klien mendapat terapi amoxicyllin 3 x (gr IV selama
7 hari dari tanggal 3-9 Desember 2008 sebagai antibiotik, inhalasi
dengan ventolin : bisolvon : NaCl = 1:1:1 untuk mengurangi sesak dan
sekret mudah keluar. Rencana streptomicyin 1 x 550 mg IM
(menunggu evaluasi THT) sebagai antibiotik dan diet TKTP 2300 KKal +
ekstra putih telur 3 x 2 butir / hari untuk mengurangi terjadi edema.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian Fisik
Data Klinik
DS : Klien mengatakan sebelum dirawat di RS, Klien kami
mengalami
kecelakaan dan pernah di operasi bagian dada sebelah kiri.
Klien tidak pernah mengeluh sakit, tetapi tiba-tiba klien
menderita batuk dan sesak selama ± 3 minggu.
DO : S : 36,10C, N : 84 x / mnt, RR : 22 x / mnt, TD : 110 / 70
mmHg, Kesadaran : CM terdapat luka bekas operasi di
bagian dada sebelah kiri, badan klien kurus, batuk produktif,
pernafasan kausmul, perkusi dada : Kanan redup dari sela
iga 1-3 : kiri, redup dari sela iga 1-6.
Nutrisi dan Metabolisme
DS : Klien mengatakan
- Makan satu porsi habis
- BB sebelumnya 45 Kg
- Makanan yang membuat alergi adalah ikan
DO : BBI : 54 – 66 Kg, Muntah (-), gigi caries (+), Konstipasi
(-),Diare (-), Bising usus 21 x / mnt, hepar tidak teraba,
lidah bersih, turgor kulit buruk.
Respirasi / Sirkulasi
DS : Batuk sejak ± 3 minggu, lemas.
DO : Terdapat ronhi, batuk produktif, batuk berdarah (-),
sputum kental berwarna putih, penggunaan otot batu
napas (-), pernapasan kaurmaul, kedalaman dangkal,
fremitus kiri <>
Eliminasi
DS : Klien mengatakan
- Lancar, Keluhan (-)
- BAK Lancar, keluhan (-)
DO : Abdomen ; Kembang (-), bising usus 21 x / menit. BAB :
pasien BAB 3 x / hari, konsistensi faeces : setengah padat,
bau khas (-) karakter (-), frekuensi 4-5 x/hari, Rectum :
tidak ada kelainan.
Aktivitas / latihan
DS : Klien mengatakan saat pertama masuk RSCM (tanggal
27-11-08) anaknya masih bisa berjalan sendiri.
DO : Kesinambungan berjalan kurang baik, bentuk kaki
kiri & kanan simetris, tetapi terdapat bengkak pada
telapak kaki, kejang (-).
Sensori Persepsi
DS : Klien mengatakan bahwa pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecap pasiehn masih baik. Dan juga
masih bisa merasakan sentuhan jika diraba.
DO : Dapat merespon rangsang cahaya dengan baik, orientasi
baik, pupil isokor, konjungtiva anemis, pendengaran
normal, penglihatan normal.
Konsep Diri
DS : Walaupun Klien seperti sekarang ini, klien tidak pernah
mengeluh atau tidak pernah mengatakan sakit. Jika
ditanya hanya menjawab seperlunya saja.
DO : Postur tubuh baik, perilaku banyak diam.
Tidur / Istirahat
DS : Klien mengatakan semenjak sakit justru tidur dan
berbaring terus.
DO : klien sering tidur (karena penyakitnya atau karena
mengantuk kurang terkaji)
Dampak hospitalisasi
- Pada klien (Tn. K) : tidak banyak bicara, yang dipikirkan
harapan untuk cepat sembuh.
- Pada keluarga klien : Penghasilan keluarga menjadi
terganggu karena sakit klien.
Tingkat perkembangan saat ini
Klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan , klien tidak
banyak bicara.
Sosialisasi
Klien mengatakan, ia termasuk anggota remaja masjid disekitar
rumahnya.
Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 9-12-08
• Anemia mikrositik hipokrom
• Leukosit : 11.600 (N : 5.000 – 10.000)
• Na : 132 mmol / l (N : 135 – 1147)
• Kalium : 2,9 mmo; / l (N : 3,10 – 5,10)
• Cl : 91 mmol / l (N : 95 – 108)
Penatalaksanaan
Klien mendapatkan terapi
- IVFD Nacl 0,9% 500 cc / S jam (20 ttr/mnt)
- Amoxicyllin 3 x / gr IV HT (Terakhir hari in)
- Ardan 3 x 2 gr (IV) Inhalasi Ventolin : Bisolvon : NaCl
1 : 1 : 1
- Diet TKTP 2300 kkal + ekstra putih telur 3x2 butir / hari
- Rencana Streptomicym 1 x 550 mg(IM) menunggu hari /
evaluasi THT.
B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
Keperawatan.
Dari data di atas penulis menemukan dan mengangkat 1
diagnosa, yang merupakan diagnosa aktual. Penulis melakukan
implementasi dari tanggal 09-12-08 s/d tanggal 11-12-08, karena
tanggal 11-12-08 klien pulang ke rumah dan dirujuk untuk rawat jalan.
Diagnosa keperawatan tersebut adalah :
1. Bersihan jalan napas tak efektif b.d peningkatan produksi sekresi
kental
DS : Klien mengatakan lemas, batuk sejak 3 minggu,
merokok 1
½ bungkus / hari dan sudah merokok sejak kelas 5 SD.
DO : kulit pucat, batuk produktif, sputum kental berwarna
putih
dan fremitus kiri
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam pola
nafas klien efektif.
KH : Klien akan Menunjukan pola nafas yang efektif (tidak ada
ronhi, secret kental) pola napas spontan, konjungtiva
ananemis, fremitus, bunyi napas fermitus, bila batuk,
napas dalam pertahankan posisi senyaman mungkin bagi
klien (fowler atau semi fowler),
Implementasi:
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 09-12-
08 s/d 11-06-08 yaitu : mengatur posisi, observasi :
fremitus, bunyi napas. Memberikan obat streptomicym
(IM), mengganti balutan pada jaringan parut bagian dada
sebelah kiri atas.
Evaluasi : S : Keluhan dan Sesak (-).
O : Pola nafas spontan, sputum berwarna putih 10
cc,
A : Masalah teratasi,
P : Intervensi dihentikan karena klien dirujuk untuk
rawat jalan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang
disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang
rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik
oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
system pernafasan. Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang
berfungsi dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami
kelainan, maka akan terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh
juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan
masuknya udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan
meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru
kontralateral demikian juga penurunan aliran baik venosa
mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan
adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan tusukan
paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada
rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi
kolaps. Kontusio pasru mengakibatkan tekanan pada rongga dada
akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna dan
ventilasi menjadi terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis
dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi syok.
B. Saran
Berdasarkan perumusan dan hambatan yang dijumpai selama
melakukan asuhan keperawatan penulis mengemukakan beberapa
saran untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan yang mungkin dapat
berguna bagi usaha peningkatan mutu pelayanan keperawatan di
masa mendatang, saran yang dapat penulis kemukakan adalah
sebagai berikut :
1. Perawat dan keluarga dapat bekerja sama dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
2. Dengan tenaga perawat yang terbatas, perawat diharapkan
dapat
bekerja secara profesional dan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai serta komunikasi yang sesuai dengan
usia anak.
3. Mahasiswa untuk lebih memahami konsep-konsep asuhan
keperawatan pada pasien Pneumotrak
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aescutapius
Carpenito, Lynda Juall . 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta:EGC
Suzanne Mansjoerc. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah
Vol.1.
Jakarta : EGC
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung:Yayasan
IAPK
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika