makalah tinja

52
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO 2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat, khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata- rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan

Upload: sherli-zaenal

Post on 03-Jul-2015

6.624 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH TINJA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi

oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus

dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan

CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.

Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban,

masih jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak

dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada

terpenuhinya akses sanitasi masyarakat, khususnya jamban. Namun akses

tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas.

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal

diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan

air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta

maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000

ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah

tersebar. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area

pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari

segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia

merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan

cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran

penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia

(faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.

Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai

macam jalan atau cara.

Page 2: MAKALAH TINJA

B. TUJUAN

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

pengelolaan tinja di daerah pemukiman.

Page 3: MAKALAH TINJA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Tinja

Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh

tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan

salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang

terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini

melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang

kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja

(faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman

itu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan

tersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan

akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam

cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.

Sumber Tinja

Manusia sebagai Individu

Manusia sebagai individu dalam hal ini adalah seorang manusia

yang hidup sendiri dalam suatu tempat tinggal terpisah dari individu yang

menempati tempat tinggal lain, atau kelompok manusia yang satu

individu dengan individu lainnya terikat dalam satu hubungan

kekeluargaan atau kekerabatan yang menempati satu tempat tinggal

sebagai satu keluarga. Tinja yang dihasilkan dari sumber ini biasanya

ditangani secara perorangan oleh individu atau keluarga yang

bersangkutan dengan menggunakan sarana pembuangan tinja berupa

jamban perorangan atau jamban keluarga.

Manusia sebagai Kelompok

Manusia sebagai kelompok adalah kumpulan manusia yang

bertempat tinggal di satu wilayah geografis dengan batas-batas tertentu.

Individu dalam kelompok terikat oleh satu hubungan kemasyarakatan

yang memiliki norma kelompok yang disepakati bersama. Masalah

Page 4: MAKALAH TINJA

penanganan tinja pada kelompok ini sering bersifat sangat kompleks.

Berbagai faktor penyebab, yaitu keterbatasan penyediaan lahan,

kepentingan yang berbeda antara individu, faktor sumber daya, faktor

fisibilitas pengelolaan dan sebagainya sangat menentukan keberhasilan

penanganan tinja dari manusia sebagai kelompok ini. Penanganan tinja

dari manusia sebagai kelompok biasanya dilakukan secara kolektif

dengan menggunakan jamban umum.

Dekomposisi Tinja

Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai

mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah

menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu.

Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :

1. Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi

bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;

2. Pengurangan volume dan massa (kadang – kadang sampai 80%) dari

bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbon

dioksida, amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer;

Bahan – bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap

kedalam tanah di bawahnya; dan

3. Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak

mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak

jasad renik didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi.

Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas

bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan

terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen. Seluruh

proses dapat berlangsung secara anaerobik, seperti yang terjadi pada kakus

air (aqua privy), tangki pembusukan (septic tank), atau pada dasar lubang

yang dalam; atau secara aerobik, seperti pada dekomposisi tertentu.

Disamping itu, dekomposisi dapat terdiri lebih dari satu tahap, sebagian

aerobic dan sebagian lainnya anaerobik, tergantung pada kondisi fisik yang

Page 5: MAKALAH TINJA

ada. Sebagai contoh, proses anaerobik berlangsung dalam tangki

pembusukan, efluen cair meresap kedalam tanah melalui saluran peresapan

dan meninggalkan banyak bahan organik pada lapisan atas tanah. Bahan

organik itu diuraikan secara aerobic oleh bakteri saprofit yang mampu

menembus tanah sampai sedalam 60cm.

Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang

berasal dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,

atau karbonat yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan

campuran tinja dan air seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses

dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama – tama,

senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya.

Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan

nitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkan

oleh amonia yang tetrlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih

stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari pada

dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan,

bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata – rata lubang jamban.

Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak

menguntungkan bagi kehidupan organism pathogen. Bukan hanya karena

temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan organisme

pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang

bersifat predator dan merusak. Pathogen cenderung cepat mati apabila produk

akhir dekomposisi yang berbentuk seperti humus itu di hamparkan diluar dan

mengering. Bakteri pathogen tidak dapat hidup lebih lama dari 2 bulan pada

isi lubang jamban yang dibiarkan begitu saja. Telur cacing tambang akan

tetap hidup lebih lama, tergantung pada kelembaban dan temperature udara,

smapai 5 bulan pada iklim dingin, dan lebih pendek waktunya pada kondisi

tropis. Mereka bahkan menetas dalam kondisi ada udara, dan akan

menghasilkan larva yang dapat hidup selama beberapa minggu pada tanah

yang lembab dan berpasir. Telur ascaris dapat hidup 2 atau 3 pekan dalam

bahan yang terdapat pada lubang jamban.

Page 6: MAKALAH TINJA

Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang

bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk

penyubur tanaman (fertilizer). Kadang – kadang petani mengeluh karena

sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang telah memngalami

dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen,

namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunan nya yang

asli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagia amonia, nitrit, atua

nitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja

segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi

bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh

tanaman.

2. Pengelolaan Pembuangan Kotoran Tinja

Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja

terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola

dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu

atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan

apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

b. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

c. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.

d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan

binatang - binatang lainnya.

e. Tidak menimbulkan bau.

f. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).

g. Sederhana desainnya.

h. Murah

i. Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu

diperhatikan antara lain sebagai berikut :

Page 7: MAKALAH TINJA

a. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung

dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung

dari

pandangan orang (privacy) dan sebagainya.

b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat

berpijak yang kuat, dan sebagainya.

c. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak

mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.

d. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas

pembersih.

3. Metode Pengelolaan Tinja

a. Memisahkan Sampah/Kotoran dari Lumpur Tinja

Lumpur tinja (septage) yang diambil dari dasar tangki septik di

rumah kita. Warnanya hitam, baunya sangat menyengat, menyerupai

telur busuk, karena didalamnya terkandung banyak gas Hidrogen Sulfida

(H2S), dan gas lainnya yang terkandung dalam lumpur tinja tersebut.

Apabila ditempatkan dalam bentuk lapisan titpis diatas dasar padat yang

poreous. Seperti lapisan pasir padat, misalnya, maka air yang

dikandungnya dapat diserap oleh dasar poreous tersebut dan lumpur tinja

ini dapat dikeringkan. Tetapi mengingat baunya yang tidak sedap, sangat

mengganggu lingkungan maka sebelum dikeringkan, lumpur tinja ini

harus diolah lebih lanjut dalam Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

(IPLT). Jangan dibuang langsung ke sungai karena akan menimbulkan

pencemaran lingkungan yang lebih parah, dan menimbulkan bakteri

pathogen ke mana-mana.

Lumpur tinja yang disedot oleh truk tinja, banyak mengandung

sampah padat lainnya yang dibuang kedalam lubang kakus sehingga

sesampainya di IPLT, perlu dilewatkan saringan berjeruji besi, agar

sampah dan kotoran lain dapat dipisahkan tersendiri. Banyak tipe

saringan, yang diperlengkapi dengan alat mekanis yang bergerak otomatis

Page 8: MAKALAH TINJA

mengeruk sampah yang tersangkut pada jeruji besi tersebut, atau yang

secara mekanis/elektris, menghancurkan sampah tersebut (“comminutor”)

dengan gerakan seperti mengunyah makanan. Untuk pemakaian di

Indonesia, sebaiknya digunakan saja saringan dengan pembersih sampah

secara manual.

b. Mengolah Lumpur

Karena lumpur akan memasuki perpipaan, pompa lumpur, dll,

maka dilakukan upaya untuk memeperlancarkan jalannya lumpur didalam

menjalani proses selanjutnya. Karaktristik lumpur dibuat lebih ”uniform”,

sama jenis, lembut, agar tidak menyumbat peralatan instalasi. Beberapa

proses ini biasanya berhasil baik :

Sludge Grinding, dengan peralatan mekanis bongkahan lumpur yang

besar atau panjang dipotong menjadi partikel kecil, atau digerus.

Jangan sampai lumpur ini menyumbat atau merangkak didalam pipa,

pompa, dll.

Sludge Blending, mencampur bermacam-macam komposisi lumpur

yang terdiri dari endapan kimiawai atau biologi, menjadi suatu

adukan yang uniform, agar memudahkan aliran bagian hilir instalasi.

Apalagi kalau lumpur ini harus mengalami suatu “waktu inap” yang

tertentu. Adukan yang uniform memudahkan terselenggaranya

operasional ini.

c. Proses Stabilisasi Lumpur

Lumpur diproses lebih lanjut dengan melakukan stabilisasi, agar

volumenya menyusut (reduksi), mengalami stabilisasi dan masa lumpur

menjadi berkurang. Beberapa proses dibawah ini dapat meningkatkan

kualitas lumpur karena : (i). Bakteri pathogen berkurang jumlahnya (ii).

Bau yang menyengat bisa berkurang (iii). Mencegah, dan mengurangi

potensi pembusukan. Keberhasilan untuk mencapai ketiga tujuan diatas,

tergantung pada proses stabilisasi yang dilakukan terhadap bagian zat

Page 9: MAKALAH TINJA

organik dari lumpur yang mudah menguap (“volatile”). Kalau

mikroorganisme dibiarkan mengerumuni bagian zat organik dari lumpur

yang diolah, maka stabilisasi, boleh dikatakan kurang berhasil.

Secara nyata dapat dikatakan, bahwa suatu proses stabilisasi

merupakan upaya untuk melakukan

Reduksi secara biologis terhadap kadar zat organik volatile

Oksidasi secara kimiawi terhadap bahan volatile yang ada

dalam lumpur

Penambahan zat kimia tertentu untuk menciptakan kondisi

dimana mikroorganisme tidak memiliki ketahanan untuk

hidup lagi, sehingga akan mati dan berkurang jumlahnya

Pemanasan terhadap lumpur tersebut, sebagai langkah

untuk sterilisasi/desinfectant

Didalam prakteknya, proses stabilisasi dilakukan dengan berbagai

cara seperti :

penambahan kapur tohor, dengan membubuhkan kapur tohor

kedalam lumpur, agar tercipta lingkungan yang tidak kondusif untuk

ketahanan hidup dari mikroorganisme. Dengan demikian pH

diharapkan mencapai angka 12 atau lebih. Bilamana pH dapat

dipertahankan pada tingkatan ini, maka lumpur tidak akan

membusuk, dan tidak menimbulkan bau menyengat, serta tidak

mengganggu kesehatan.

pemanasan dimana lumpur dipanaskan sampai 260o C, pada tekanan

sekitar 2760 kN/m2 , untuk jangka pendek (misalnya 30 menit).

Dengan demikian aktivitas panas yang ditimbulkannya melepakan

air yang terikat dalam lumpur dan menimbulkan koagulasi zat

padatnya. Selain itu terjadi juga hidrolisis terhadap bahan protein,

sehingga sel mengalami kehancuran, dan menimbulkan senyawa

organik dan ammonia nitrogen.

anaerobic digestion, melakukan penguraian bahan organik dan

anorganik tanpa kehadiran molekul zat asam. Dalam hal ini bahan

Page 10: MAKALAH TINJA

organik dirubah secara biologis dalam kondisi anaerobik menjadi gas

methan (CH4), dan zat asam arang (CO2). Dengan demikian zat

organik berkurang jumlahnya, bakteri yang patogen juga semakin

hilang, dan lumpur tidak bisa membusuk lagi.

composting merupakan suatu proses dimana bahan organik

mengalami proses penguraian secara biologis, menjadi suatu produk

yang lebih stabil, tidak berbau, hygienic, dan berbentuk menyerupai

humus. Sekitar 20 sampai 30 persen dari bahan yang mudah

menguap volatile dirubah menjadi karbondioksida dan air. Panas

yang ditimbulkan selama proses ini bisa mencapai 50 sampai 70

derajad Celcius, sehingga mematikan organisme enteric pathogenic.

d. Proses Pemisahan Kandungan Air dalam Lumpur

Setelah lumpur menjadi stabil, maka diupayakan untuk

memisahkan kandungan air agar keluar dari lumpur tersebut. Adapun cara

yang dipergunakan tergantung pada kondisi setempat, yaitu:

thickening (concentration), menggunakan peralatan mekanik untuk

menekan, memutar, atau menyembuhkan udara sehingga lumpur

mengapung di atas air dan dipisahkan tersendiri.

Conditioning, dengan membubuhkaan zat kimia (besi klorida, kapur,

polimer organik), atau memanaskan lumpur pada tekanan tertentu

dalam waktu yang relatif pendek, sehingga lumpur mengalami

koagulasi, dan airnya terpisah. Pengeringan lumpur yang dilakukan

dengan bantuan panas matahari, atau sumber panas lainnya.

Dewatering, bisa dilakukan dengan udara vakum yang bisa

memisahkan air dari lumpur, putaran sentrifugal, sehingga airnya

terlontar meninggalkan lumpur oleh gaya yang ditimbulkannya. Bisa

juga lumpur dihimpit diantara dua buah silinder yang berputar,

sehingga airnya keluar.

Sludge Drying Bed, mengeringkan lumpur yang dituangkan rata

diatas pelataran yang luas, sehingga sinar matahari menguapkan

Page 11: MAKALAH TINJA

airnya. Cara ini termasuk murah, hanya memerlukan sedikit

perhatian dari operator, dan menghasilkan zat padat yang terbanyak.

4. Proses yang Paling Cocok untuk Mengolah Lumpur Tinja di Indonesia

Proses Anaerobic Digestion

Dilakukan didalam suasana tertutup, tanpa zat asam (suasana

anaerobic). Lumpur tinja dimasukkan kedalam suatu tanki tertutup.

Adapun waktu inap yang diperlukan tergantung jenis proses yaitu:

Pencernaan Lumpur Berkecepatan Standar

Lumpur disimpan dalam tangki tertutup, dan diperlukan waktu inap

relatif lama, yaitu berkisar antara 30 – 60 hari. Tipe ini sangat cocok

untuk IPLT di Indonesia, karena fungsi untuk mencerna sludge

thickening dan pembentukan supernatant, dilakukan secara simultan

dalam tangki ini. Gas terkumpul dibawah tutup tangki, dan berturut-

turut dibawah gas ini ada lapisan :

Scuat yang berasal dari minyak dan bahan padat lainnya

Supernatant, limbah cair yang masih harus diolah tersendiri

Lumpur yang sedang dicerna, dimana inlet lumpur baru harus

masuk melalui lapisan ini.

Lumpur yang sudah selesai dicerna berada pada lapisan paling

bawah dan sudah dapat diambil untuk dilakukan proses

pengeringan airnya.

Pencernaan Lumpur Berkecepatan Tinggi

Lumpur didalam tangki, dicampur dan dipanaskan sehingga waktu

inap dapat dikurangi menjadi kurang dari 15 hari. Pencampuran

dilakukan dengan sirkulasi gas, alat pencampur mekanis, pompa,

sehingga tidak cocok untuk IPLT di Indonesia. Tentu saja, lapisan

supernatant dan scum tidak terbentuk sama sekali. Selain itu, lumpur

dipanaskan dengan pemanas dari luar, untuk mencapai kecepatan

optimum dari pencernaan. Semburan gas harus merata disemua sudut.

Page 12: MAKALAH TINJA

Jangan ada sudut mati yang tidak menerima semburan. Oleh karena

itu, tangki harus lebih dalam, dan pengambilan lumpur yang selesai

dicerna dan supernatant yang dihasilkan harus dibatasi agar tidak

terlalu sering.

Untuk merubah bahan organic dalam lumpur menjadi gas Methana

dan gas Karbon Dioksida, diperlukan beberapa tahapan kerja berbagai

kelompok mikroorganisme dalam beberapa kondisi zat asam.

Tahapan Hidrolisis dalam suasana anaerobic:

Polimer organik dan lemak dirubah menjadi struktur dasar seperti

monosacharida, asam amino dan senyawa yang terkait lainnya.

Tahapan Fermentasi dalam suasana fakultatip

Melanjutkan kelompok terdahulu, maka dihasilkan asam organic,

berupa asam acetic

Tahapan Terakhir, oleh Kelompok Mikroorganisme

Methanogenik untuk menghasilkan Methana dan Karbon

Dioksida.

Kelompok ini dapat dijumpai pada lambung beberapa jenis

binatang, atau berupa sedimen organis didasar danau dan sungai.

Tahapan proses biologis dengan anaerobic digestion akan

menghasilkan lumpur yang warnanya hitam kecoklatan, dan

mengandung banyak gas didalamnya, tetapi baunya tidak terlalu

menyengat, hanya menyerupai bau aspal panas, karet terbakar atau

lilin cair. Kalau diletakkan diatas dasar yang poreous (menyerap air),

seperti pasir rata misalnya, maka gasnya segera keluar bersama air

bening sehingga lumpur terbenam mencapai permukaan dasar poreous

tersebut. Dengan sistem drainase yang baik, air segera meninggalkan

lumpur, dan oleh sinar matahari, misalnya lumpur ini bisa mulai

kering kemudian retak-retak dan menimbulkan aroma seperti lumpur

taman didepan rumah kita. Produk akhir sudah aman untuk

Page 13: MAKALAH TINJA

lingkungan, dan bisa dipakai untuk pupuk tanaman atau untuk

mengurung lahan yang dirasa kurang tinggi.

Pengeringan Lumpur yang Sudah Stabil

Untuk IPLT di Indonesia, cara paling cocok untuk mengeringkan

lumpur yang sudah mengalami stabilisasi dalam tangki anaerobic digestion

adalah Sludge Drying Bed memakai penyinaran matahari, karena cara lain,

yaitu thickening, conditioning, dewatering memerlukan peralatan mekanis

dan elektris yang mahal perawatannya. Cara ini memerlukan lahan yang

relatif luas.

Lumpur dari dasar tangki anaerobic digestion dialirkan melalui

pipa berdiameter 6 inchi (sedapat mungkin secara gravitaasi).

Sesampainya pada kawasan Sludge Drying Bed yang berupa petak yang

masing-masing berukuran sekitar 8 x 30 meter, lumpur ditumpahkan

(melalui keran pembagi) kedalam saluran pembagi lumpur yang kemudian

mencurahkan kedalam petak yang tersedia melalui suatu ambal peluap.

Pada waktu pengerukan lumpur yang sudah kering, ambal ini bisa disekat

dengan sehelai papan. Lumpur dibiarkan menggenangi permukaan petak,

samapi setebal 20 – 30 cm, sehingga air yang terkandung dalam lumpur

meresapi dasar petak yang terdiri dari pasir halus (paling atas), dan

didukung oleh lapisan dibawahnya yang terdiri dari kerikil halus sampai

kasar. Tentu saja ada air yang menguap karena sinar matahari, atau diterpa

oleh tiupan angin, meskipun jumlahnya tidak banyak. Meskipun lumpur

yang dikeringkan sudah mengalami proses stabilisasi, tetapi sebaiknya

lokasi kawasan Sludge Drying Bed ini diletakkan paling sedikit 100 meter

dari hunian warga.

Sementara lumpur dikeringkan oleh sinar matahari, air meresap

kedalam lapisan bawah pada petak yang ada, dan kemudian ditampung

oleh pipa perforasi (badan pipa dilubangi dan dibalut dengan ijuk).

Kemiringan pipa perforasi ini jangan kurang dari 1% dan air dikumpulkan

bersama dengan supernatant dari tangki untuk selanjutnya menerima

Page 14: MAKALAH TINJA

pengolahan lanjutan, selama BOD5 belum memenuhi persyaratan untuk

dibuang kebadan air penerima.

Lumpur yang sudah dikeringkan sampai 10 hari berhasil berkurang

kadar airnya sampai 40% dan siap diangkut dengan truk. Oleh karena itu,

pada area Sludge Drying Bed ini harus disediakan jalanan truk berikut

tempat parkir, antara 30% – 40% dari luas petak pengering. Adapaun

kebutuhan luas petak pengeringan, biasanya dihitung perkapita penduduk

yang dilayani, yaitu berkisar antara 0,04 – 0,07 m2/orang.

Pengolahan Lanjutan dari Supernatant

Supernatant berupa air yang masih memiliki kandungan BOD5

karena air ini berasal dari tangki septik yang tersedot airnya bersama

lumpur. Sewaktu berada didalam tangki anaerobic digestion air

supernatant ini tidak ikut mengalami proses stabilisasi, karena boleh

dikatakan air ini segera meninggalkan tangki sebelum meengendap dalam

waktu inap yang cukup. Dalam hal ini hanya lumpur yang mengalami

stabilisasi. Oleh karena itu, air supernatant ini harus diolah lebih lanjut

sebelum dibuang ke badan air penerima.

Stabilisasi anaerobic semacam ini, menggantungkan perannya pada bakteri

dan ganggang, sehingga kita kenal dua macam kolam aerobic, yaitu :

Kolam dangkal (15 – 45 cm), yang mengandalkan produksi

ganggang / lumut.

Kolam dalam (1,5 meter), yang mengandalkan bakteri aerobic

untuk mencerna bahan organik. Oleh karena itu, kolam ini diberi

zat asam secara berkesinambungan. Kalau perlu diaduk airnya

dengan aerator atau pompa.

Dalam kolam aerobic yang mengandalkan photosynthetic zat asam

dipasok dari udara bebas, dan oleh ganggang/lumut yang melakukan

photosynthetic, dimana zat asam dilepas oleh ganggang, dan dikonsumsi

oleh bakteri untuk melakukan pembusukan zat organik. Hasil dari proses

Page 15: MAKALAH TINJA

ini adalah zat makanan (nutrient) dan karbondioksida. Keduanya langsung

dimakan oleh ganggang / lumut, sehingga terjadilah simbiose yang saling

menguntungkan.

Selain bakteri, terdapat juga protozoa, dan mikroorganisme

lainnya, yang berfungsi memperluas effluent yang dihasilkan. Tentu saja

kehadiran mereka dalam kolam aerobic ini dipengaruhi oleh beberapa

factor, seperti:

Masuknya zat organic, sebagai makanan mereka.

Kadar zat asam dalam kolam.

Sinar matahari, pH.

Suhu air memiliki pengaruh paling paling dominan terhadap

keberadaan zat asam, yang dengan sendirinya mempengaruhi

populasi bakteri maupun ganggang/lumut.

Page 16: MAKALAH TINJA

5. Teknik Pembuangan Tinja dengan Sistem Jamban

Terdapat tiga kelompok teknik pembuangan tinja dengan system

jamban, yaitu :

1) Teknik yang menggunakan jamban tipe utama,

2) Teknik yang menggunakan jamban tipe yang kurang dianjurkan, dan

3) Teknik yang menggunakan jamban untuk situasi khusus.

Teknik yang menggunakan Jamban Tipe Utama

Dua jenis jamban tipe utama yang paling memenuhi ketujuh persyaratan

tetrsebut diatas adalah jamban cubluk dan jamban air.

Jamban Cubluk

Jamban Cubluk digunakan secara luas di Negara barat tremasuk Eropa,

dan Negara di Afrika, serta Timur Tengah. Dengan perhatian sedikit pada

penempatan dan konstruksi, jenis jamban itu tidak akan mencemari tanah ataupun

mengkontaminasi air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan dapat dicapai

oleh lalat apabila lubang jamban selalu tertutup. Bahkan, meskipun lubang

dibiarkan terbuka, masalah lalat tidak terlalu gawat karena lalat tidak akan tertarik

pada lubang dan permukaan yang gelap. Rumah jamban ynag baik akan

membantu mencegah masuknya sinar matahari kedalam lubang. Dengan jamban

cubluk, tidak akan terjadi penanganan langsung tinja. Bau dapat diabaikan dan

tinja biasanya tidak terlihat. Jamban cubluk mudah direncanakan, digunakan, dan

tidak memerlukan pengoperasian. Maa penggunaannya bervariasi, dari 5 sampai

15 tahun, tergantung pada kapasitas lubang dan penggunaan bahan pembersih

yang dimasukkan kedalamnya. Keuntungan yang utama dari jenis jamban itu

adalah dapat dibuat dengan biaya rendah, dapat dibuat di setiap tempat didunia,

dapat dibuat dengan bahan yang tersedia. Jenis jamban itu mempunyai sedikit

kelemahan, tapi dapat berperan utama dalam pencegahan penyakit yang

disebarkan melalui tinja.

Page 17: MAKALAH TINJA

Jamban cubluk terdiri dari lubang dalam tanah yang digali dengan tangan,

dilengkapi dengan lantai tempat berjongkok, dan dibuat rumah jamban diatasnya.

Lubang berfungsi untuk mengisolasi dan menyimpan tinja manusia sedemikian

rupa sehingga bakteri yang berbahaya tidak dapat berpindah ke inang yang baru.

Lubang biasanya berbentuk bulat atau bujur sangkar untuk instalasi jamban

keluarga, dan empat persegi panjang untuk jamban umum. Lubang mempunyai

diameter atau panjang sisi bervariasi, dari 90 sampai 120 cm. Jamban umum

dengan lubang berbentuk empat persegi panjang, biasanya berukuran lebar 90 -

100 cm, dan panjangnya berganntung pada jumlah lubang pemasukan tinja.

Kedalaman lubang sekitar 2,5 meter, tetapi dapat bervariasi, dari 1,8 meter sampai

5 meter.

Penentuan volume dan ukuran lubang jamban untuk periode penggunaan

tertentu perlu memperhatikan tipe lubang yang dipakai : apakah tipe lubang basah

yang menembus permukaan air tanah atau lubang kering yang tidak menembus

permukaan air tanah. Volume dan kedalaman lubang jamban dengan luas

penampang melintang 0,8361 m2, untuk satu keluarga yang terdiri dari lima orang.

Pada tanah yang mudah runtuh, dinding lubang perlu diperkuat dengan

pasangan bata, batu kali, atau anyaman bamboo. Lantai jamban harus dibuat dari

bahan yang kuat, tahan lama, kedap air dengan permukaan yng keras, dan mudah

dibersihkan. Bahan untuk lantai dapat berupa beton bertulang atau susunan kayu

yang diisi dengan campuran semen. Rumah jamban perlu dibuat dengan

memperhatikan persyaratan yang menyangkut factor ukuran, ventilasi,

pencahayaan, serta kebersihan. Bahan untuk rumah jamban disesuaikan dengan

biaya yang tersedia. Dindingnya dapat dibuat dari pasangan bata, kayu, atau

bamboo. Atapnya dapat dibuat dari genting, sirap, atau ilalang,

Jamban Air

Jamban air merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki

pembusukan, yang berasal dari Amerika Serikat kira – kira Sembilan puluh tahun

yang lalu. Kini, jenis jamban itu banyak digunakan di negara – negara di Afrika,

Page 18: MAKALAH TINJA

Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air

tanah, serta air permukaan tidak akan terkontaminasi. Lalat tidak akan tertarik

pada isi tangki, tidak ada bau, ataupun kondisi yang tidak sedap dipandang. Jenis

jamban itu dapat dibangun di dekat rumah. Tinja dan lumpur bersama – sama

dengan batu, batang kayu, kain bekas, dan sampah lain yang mungkin terbuang

kedalamnya akan tertumpuk dalam tangki. Sudah barang tentu, benda itu harus

dihilangkan pada periode tertentu. Apabila kapasitas tangki cukup besar,

penanganan isi tangki dapat diusahakan minimum. Jamban air memerlukan

penambahan air setiap hari agar dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Air itu

biasanya berasal dari air yang digunakan untuk pembersih anus dan untuk

pembersih lantai jamban, serta pipa atau corong pemasukan tinja. Jenis jamban ini

memerlukan sedikit pemeliharaan dan merupakan jenis instalasi yang permanen.

Jamban ini lebih mahal pembuatannya dibandingkan dengan jamban cubluk.

Jamban air terdiri dari sebuah tangki berisi air, di dalamnya terdapat pipa

pemasukan tinja yang tergantung pada lantai jamban. Tinja dan air seni jatuh

melalui pipa pemasukan ke dalam tangki dan mengalami dekomposisi anaerobik,

seperti pada tangki pembusukan. Lumpur hasil dekomposisi, yang hanya

mengandung sekitar 25% dari volume tinja yang dimasukkan, akan berakumulasi

dalam tangki dan harus dipindahkan secara berkala.

Ukuran tangki jamban air bervariasi sesuai dengan jumlah orang yang

akan menggunakan. Kapasitas tangki untuk jamban air keluarga sebaiknya tidak

kurang dari 1 m3 untuk periode pengurasan enam tahun atau lebih. Untuk jamban

umum, kapasitas tangki dapat dibuat dengan pedoman angka 115 liter per orang

dikalikan jumlah maksimum pemakai. Kedalaman cairan dalam tangki dapat

dibuat antara 1,0 dan 1,5 m. Efluen limbahan dari tangki yang potensial

mengandung bakteri pathogen serta telur cacing parasit harus diresapkan ke dalam

tanah melalui sumur atau parit peresapan.

Page 19: MAKALAH TINJA

Jamban Leher Angsa

Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air

bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih

merupakan modifikasi yang penting dari slab atau lantai jamban biasa. Lantai

dengan sekat air dapat dipasang diatas lubang pada jamban cubluk atau diatas

tangki air pada jamban air.

Jamban leher angsa terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapi leher

angsa. Slab itu dapat langsung dipasang diatas lubang galian, lubang hasil

pengeboran, atau tangki pembusukan. Satu sampai tiga liter air cukup untuk

menggelontor tinja kedalam lubang. Dengan adanya sekat air pada leher angsa,

lalat tidak dapat mencapai bahan yang terdapat pada lubang jamban, dan bau tidak

dapat keluar dari lubang itu.

Teknik yang Menggunakan Jamban untuk Situasi Khusus

Beberapa jenis jamban yang cocok untuk situasi khusus adalah jamban

kompos, jamban kimia, jamban kolam dan jamban gas bio. Kakus kompos

digunakan didaerah yang penduduknya yang suka membuat kompos dari

campuran tinja dan sampah organik di jamban yang digunakannya.

Prosedur pembuatan dan pengopeerasian kakus kompos adalah sebagai

berikut:

1. Galilah lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Dasar lubang harus

selalu diatas permukaan air tanah.

2. Sebelum slab atau lantai diletakkan diatasnya, tutuplah dasar lubang setinggi

50 cm dengan potongan rumput, dan daunan yang kecil, sampah daun, kertas,

dan sebagainya.

3. Tempatkanlah slab dan rumah jamban sedemikian rupa sehingga dipindahkan

secara berkala ke tempat lain.

Page 20: MAKALAH TINJA

4. Selain tinja manusia, masukkan juga sampah daun – daunan yang dihasilkan

setiap hari ke dalam lubang, kemudian kotoran sapi, tanah atau jerami yang

terkena rembesan air seni. Bahan yang disebut terakhir penting karena air

seni kaya akan nitrogen nutrient utama bagi tanaman.

5. Kurang lebih seminggu sekali masukkanlah kedalam lubang beberapa

kilogram guntingan rumput dan daun – daunan yang berstektur halus.

6. Apabila isi lubang telah mencapai ketinggian 50 cm dibawah permukaan

tanah, galilah sebuah lubang baru pada jarak 1,5 – 2 m dari lubang itu dan

slab serta rumah jamban dipindahkan keatasnya. Lubang pertama ditutup,

pertama – tama dengan guntingan rumput dan daun – daunan setinggi 15 cm

kemudian tanah setebal 35 cm.

7. Apabila lubang kedua penuh, lubang pertama dibuka dan komposnya

dikeluarkan. Kompos ini bersifat stabil dan akan menjadi pupuk bagus yang

dapat segera digunakan di kebun atau disimpan.

Volume lubang tergantung pada kebutuhan akan pupuk dan jumlah orang

yang akan menggunakan jamban. Proporsi volume tinja yang dapat ditambahkan

pada volume sampah, agar pembuatan kompos berlangsung memuaskan, kira –

kira 1 : 5.

Jamban kimia merupakan instalasi pembuangan tinja yang efisien dan

memenuhi semua kriteria jamban saniter tersebut diatas. Teknik pembuangan tinja

dengan jamban kimia dapat dikatakan mahal, baik biaya awal maupun

pengoperasiannya. Keuntungan utama dari jamban kimia adalah dapat

ditempatkan didalam rumah. jamban itu sering digunakan dirumah dan sekolah

didaerah yang tingkat ekonominya memungkinkan, serta pada sarana transportasi

jarak jauh, baik darat, laut maupun udara.

Jamban kimia terdiri dari sebuah tangki logam yang berisi larutan soda

kaustik. Tempat duduk atau tempat jongkok dengan penutupnya ditempatkan

langsung diatas tangki. Tangki dilengkapi dengan pipa ventilasi yang ujunganya

Page 21: MAKALAH TINJA

menjorok sampai ke atas atap rumah. larutan soda kaustik yang dimasukkan

tersusun dari 11,3 kg soda kaustik dilarutkan dalam 50 liter air untuk tiap tempat

duduk atau tempat jongkok. Tinja yang tertampung dalam tangki akan dicairkan

dan disterilkan oleh bahan kimia itu, yang akan menghancurkan pula bakteri

pathogen dan telur cacing. Untuk memudahkan pengoperasiannya, tangki

biasanya dilengkapi dengan pengaduk yang akan membantu menghancurkan

bahan padat dan mempercepat penghancurannya oleh bahan kimia. Setelah

beberapa bulan penggunaan, bahan kimia yang telah digunakan serta cairan yang

dihasilkan dibuang atau dialirkan keluar, dan dipindahkan ke kolam pembuangan

rembes air. Untuk sarana transportasi kapal, pesawat udara, kereta api, bus dan

sebagainya jamban kimia dapat dibuat dengan kapasitas kira – kira 40 liter agar

dapat dipindah – pindahkan.

Jamban kolam banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, terutama

didaerah yang penduduknya banyak mengusahakan kolam atau tambak ikan.

Orang yang menggunakan jamban itu memanfaatkan tinja yang dibuangnya secara

langsung untuk makanan ikan yang dipeliharanya. Namun, penggunaan jamban

kolam ini dapat menimbulkan pencemaran yaitu terjadinya pencemaran

bakteriologis pada air permukaan yang mengandung resiko besar terjadinya

penularan penyakit melalui tinja dan air, dari penderita kepada orang yang sehat.

Apabila jamban kolam akan digunakan, ketentuan berikut harus

diperhatikan dan dilaksanakan.

1. Air kolam tidak boleh digunakan untuk keperluan sehari – hari seperti

mandi, cuci dan minum.

2. Kolam harus selalu penuh dengan air.

3. Kolam harus cukup luas, selalu mendapatkan sinar matahari dan tidak

terdapat pohon rindang didekatnya.

4. Letak jamban harus sedemikan rupa sehingga tinja selalu jatuh ke air.

5. Ikan yang diperoleh dari kolam terssebut tidak boleh dimakan mentah

atau setengah masak.

Page 22: MAKALAH TINJA

6. Aman dalam pemakaiannya.

7. Tidak terdapat sumur air minum yang terletak dibawah kolam atau yang

sejajar dengan jarak kurang dari 15 meter.

8. Tidak terdapat tanaman yang tumbuh diatas permukaan air kolam.

Jamban gas bio merupakan instalaasi pembuangan tinja yang

membeerikan keuntungan ganda. Apabila dibuat, dioperasikan, dan dipelihara

sebagaimana mestinya dengan memperhatikan persyaratan sanitasi pembuangan

tinja, teknik pembuangan tinja akan mencegah penularan penyakit saluran

pencernaan. Selain itu, teknik yang sama akan menghasilkan dua bahan yang

bermanfaat, yakni gas bio yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dan kompos

yang berguna untuk menyuburkan tanaman.

Jamban gas bio terdiri dari rumah jamban, tangki pencerna, penampung

gas, dan system perpipaan untuk menyalurkan gas bio dari tangki pencerna ke

penampungan gas dan dari penampungan gas ke tempat pemakaian gas (kompor,

alat penerangan dan sebagainya). Ke dalam tangki pencerna, setiap hari

dimasukkan tinja, sampah organic yang berupa sampah daun, dan kotoran

kandang. Dalam tangki pencerna, bahan isian yang merupakan campuran bahan

organic akan mengalami dekomposisi secara anaerobic dan menghasilkan gas bio.

Gas bio adalah campuran berbagai gas yang dihasilkan dari suatu proses

fermentasi bahan organic oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen.

Teknik Pembuangan Tinja dengan Sistem Aliran Air

Metode ini memenuhi semua criteria sanitasi dan keindahan bagi sarana

pembuangan tinja. Dengan metode itu, kontaminasi tanah dan air permukaan

dapat dihindari. Buangan yang potensial berbahaya diupayakan untuk tidak

dicapai oleh lalat, tikus dan hewan peliharaan. Dengan demikian mekanisme

penularan penyakit saluran pencernaan dapat dicegah.

Berbagai metode dapat digunakan untuk membuang limbah cair metode

itu mencakup :

Page 23: MAKALAH TINJA

1. Pembuangan dengan pengenceran di badan air yang besar

2. Penggunaan kolam pembuangan

3. Penggunaan sumur peresapan

4. Penggunaan system tangki pembusukan yang terdiri dari tangki pengendapan

ruang tunggal atau ruang ganda, diikuti bidang irigasi bawah tanah, parit

penyaring, pasir penyaring, dan penyaring tetes.

Pembuangan Dengan Sistem Pengenceran

Bila disuatu wilayah terdapat badan air permukaan yang besar seperti laut,

telaga dan sungai besar, limbah cair dari perumahan atau dari masyarakat dapat

dibuang ke badan air itu secara langsung atau setelah melalui pengolahan pada

tangki pembusukan. Dalam hal ini, pipa pemasukan limbah cair ke badan air harus

bermuara pada satu titik yang benar – benar berada dibawah permukaan air atau

air laut yang terendah, atau biasanya didekat dasar badan air penerima. Hal ini

untuk menjamin pengenceran secara sempurna limbah cair yang dihasilkan pada

musim panas, atau limbah lebih ringan yang biasanya akan naik dan tersebar

keseluruh badan air pelarut.

Penggunaan Kolam Buangan

Kolam pembuangan merupakan lobang tertutup yang menerima buangan

limbah cair pasar. Kolam buangan dapat berupa tipe kedap air atau tipe rembes

air. Kolam pembuangan kedap air digunakan untuk menampung limbah cair yang

harus dipindahkan secara berkala, kira – kira setiap 6 bulan. Tipe yang rembes air

digali sampai kelapisan tanah yang rembes air agar limbah cair yang masuk

kedalam nya meresap kedalam tanah. Bahan padat yang tertahan pada kolam

pembuangan akan berakumulasi dalam lubang dan secara berangsur – angsur akan

menutup pori – pori tanah.

Kolam pembuangan harus ditempatkan lebih rendah dari sumur, yaitu

dengan jarak minimum 15 meter untuk mencegah pencemaran bakteriologis pada

sumur. Untuk mencegah pencemaran kimiawi, jarak antara sumur dan kolam

pembuangan yang terletak lebih tinggi tidak boleh kurang dari 45 meter. Kolam

Page 24: MAKALAH TINJA

pembuangan tipe rembes air harus ditempatkan sekurang-kurngnya pada jarak 6 m

di luar fondasi rumah. Dinas Kesehatan tidak mengizinkan pembuatan kolam

pembuangan di daerah yang padat penduduknya karena di daerah padat ini sumur

digunakan sebagai sumber penyediaan air minum.

Penggunaan Sumur Peresapan

Sumur peresapan menerima efluen dari jamban air, kolam pembuangan

dan tangki pembusukan dan meresapkannya ke dalam tanah. sumur peresapan

dapat juga dibuat pada ujung terendah dari saluran peresapan efluen di bawah

permukaan tanah untuk menangkap efluen tangki pembusukan yang tidak meresap

di sepanjang saluran.

Penempatan sumur peresapan harus hati – hati. Sumur peresapan harus

ditempatkan pada tanah yang lebih rendah, sekurang – kurangnya pada jarak 15

meter dari sumber air minum dan sumur. Sama halnya dengan kolam

pembuangan, pembuatan sumur resapan biasanya tidak diizinkan oleh petugas

kesehatan di daerah yang padat penduduknya karena air tanahnya digunakan

untuk keperluan rumah tangga.

Penggunaan Sistem Tangki Resapan

Tangki pembusukan merupakan unit sarana yang paling bermanfaat dan

memuaskan di antara unit sarana pembuangan tinja dan limbah cair lain yang

menggunakan system aliran air, yang digunakan untuk untuk menangani buangan

dari rumah perorangan, kelompok kecil rumah, atau kantor yang terletak diluar

jangkauan system saluran limbah cair kota praja. Unit sarana itu terdiri dari

sebuah tangki pengendapan yang tertutup. Limbah cair kasar dimasukkan

kedalamnya melalui saluran limbah cair bangunan. Proses yang terjadi didalam

tangki pembusukan merupakan pengolahan tahap pertama, sedangkan yang terjadi

di bidang peresapan efluen merupakan pengolahan tahap kedua. Perlu di catat

bahwa semua limbah cair, termasuk yang berasal dari kamar mandi dan dapur,

dapat dimasukkan ke dalam tangki pembusukan tanpa membahayakan proses

normal yang terjadi. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa bertentangan dengan

Page 25: MAKALAH TINJA

keyakinan sebelumnya, limbah cair rumah tangga yang tidak mengandung tinja

dapat dan harus dibuang ke tangki pembusukan.

Penangkap Lemak

Limbah cair dari dapur besar, seperti dapur hotel, rumah sakit, dan kantor,

kemungkinan mengandung banyak lemak yang dapat masuk ke tangki

pembusukan bersama – sama dengan efluen dan dapat menyumbat pori – pori

media penyaringan pada bidang peresapan. Dalam keadaan demikian, bak

penangkap atau perangkap lemak dapat dipasang diluar gedung, pada saluran

limbah cair gedung. Penangkap lemak itu berupa tangki pengapungan kecil

dengan inlet yang masuk kebawah permukaan cairan, dan outlet yang ujungnya

dipasang di dekat dasar. Pengoperasian penangkap lemak berdasarkan prinsip

bahwa limbah cair yang masuk lebih panas daripada cairan yang sudah ada dalam

bak dan didinginkan oleh nya. Akibatnnya, kandungan lemak akan membeku dan

naik ke permukaan, yang nantinya akan diambil secara berkala. Oleh karena itu,

penangkap lemak harus dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah

pemeriksaan dan pembersihan. Penangkap lemak tidak perlu dibuat untuk

penanganan limbah cair dari perumahan atau instalasi kecil lainnya.

Saluran Limbah Cair Bangunan

Saluran limbah cair bangunan adalah bagian dari perpipaan horizontal dari

sitem drainase bangunan yang membentang mmulai dari satu titik yang berjarak

1,5 m di luar sisi dalam pondasi tembok bangunan rumah sampai ke sambungan

saluran limbah cair umum atau unit pengolahan limbah cair perorangan (tangki

pembusukan, kolam pembuangan atau tipe sarana pembuangan lainnya). Saluran

limbah cair bangunan dapat dibuat dari beton atau tanah liat yang di glasir dengan

diameter minimum 15 cm, atau besi cor dengan diameter minimum 10 cm.

kemiringan minimum 1%, bila mungkin diusahakan 2%. Kemiringan pada saat

saluran memasuki tangki pembusukan minimum 2%. Semua sambungan harus

kedap air dan dilindungi dari kerusakan akibat akar tumbuh – tumbuhan.

Page 26: MAKALAH TINJA

Tangki Pembusukan

Kapasitas tangki pembusukan ditentukan dengan mempertimbangkan

faktor berikut.

1. Volume aliran limbah cair rata – rata per hari.

2. Waktu penahanan, 1 – 3 hari, biasanya 24 jam.

3. Volume ruang penyimpanan lumpur yang cukup besar, untuk pengurasan

setiap 2 – 3 tahun.

Volume aliran limbah cair rata – rata per hari tergantung pada konsumsi

air rata – rata didaerah yang bersangkutan. Pada umumnya, daerah pedesaan lebih

rendah daripada daerah perkotaan. Untuk daerah pedesaan, angka volume aliran

limbah cair rata – rata per hari sebesar 100 liter / orang. Untuk tangki pembusukan

perumahan yang terdiri dari satu ruangan, kapasitas efektif sebaiknya tidak kurang

dari 1900 liter.

Tangki Ruang Ganda

Tangki pembusukan rumah tangga dengan tangki ruang ganda yang

direncanakan dengan semestinya mempunyai kinerja sama atau bahkan lebih baik

daripada tangki ruang tunggal dengan kapasitas sama, terutama pada tangki kecil.

Pengaruh fluktuasi aliran dan aliran balik mengurangi efisiensi proses pengolahan

primer pada tangki pembusukan kecil ruang tunggal. Oleh karena itu, tangki

pembusukan rumah tangga kecil, yang melayani kurang dari 20 sampai 25 orang,

sebaiknya menggunakan dua ruangan. Dalam hal ini, bagian ruang inlet harus

mempunyai kapasitas setengah sampai dua pertiga kapasitas tangki, dan untuk

instalasi kecil, kapasitas cairan pada bagian ruang inlet tidak boleh kurang dari

1900 lliter.

Untuk tangki besar, yang melayani lebih dari 20 sampai 25 orang,

kebutuhan untuk membagi ruang tangki pembusukan tergantung pada derajat

pengolaahan yang dipersyaratkan oleh pejabat kesehatan setempat dan derajat

permeabilitas tanah. Hasil penelitian itu menyatakan tidak banyak keuntungan

yang dicapai dengan pembagian ruang tangki pembusukan, dan tangki ruang

Page 27: MAKALAH TINJA

tunggal yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan efisiensi penghilangan

bahan padat tersuspensi lebih dari 60%.

Pengaturan Outlet dan Inlet

Kedalam pemasukan inlet dan outlet ke dalam cairan tangki sangat penting

karena akan mempengaruhi volume ruang bebas dan akumulasi lumpur. Untuk

memperoleh hasil yang baik, outlet harus masuk ke bawah permukaan sampai

40% dari kedalaman cairan. Pada tangki horizontal dan berbentuk silinder, angka

tersebut harus dikurangi menjadi 35%. Penahan inlet atau tee harus masuk

sedalam 30 cm dibawah permukaan air. Pemasangan inlet dan outlet harus harus

menjamin adanya ventilasi yang bebas pada seluruh tangki, pipa inlet, dan pipa

outlet. Inlet serta outlet harus muncul sekurang – kurangnya 15 cm di atas garis

air, dan harus menyisakan sekurang – kurangnya 2,5 cm ruang bebas di bawah

tutup tangki untuk keperluan ventilasi. Penahan biasanya ditempatkkan pada jarak

20 – 30 cm dari pipa inlet dan outlet, dan ujung – ujungnya ditempelkan pada

dinding tangki. Masuknya pipa inlet harus pada ketingggian 2,5 cm – 7,5 cm di

atas permukaan air. Penghubungan dua ruangan sebaiknya dilakukan dengan

menggunakan dengan menggunakan pipa L yang ujung bawahnya tidak lebih

rendah dari ujung bawah outlet.

Bentuk Tangki

Benntuk tangki penting karena berpengaruh pada kecepatan aliran yang

melaluinya, kedalaman akumulasi lumpur, dan ada atau tidaknya sudut mati.

Tangki menjadi kecil yang menimbulkan aliran langsung dari inlet ke outlet, dan

mempersingkat waktu penahan. Tangki yang terlalu dangkal menyebabkan ruang

bebas lumpur menjadi terlalu kecil dan penampang melintang efektif tangki

terkurangi. Tangki yang terlalu lebar membentuk kantung mati dalam ukuran

yang besar di sudut – sudut tangki karena gerakan air menjadi kecil. Tangki yang

terlalu sempit meningkatkan kecepatan aliran dan mengurangi efisiensi

sedimentasi. Menurut hasil penelitian, tidak ada perbedaan kinerja antara tangki

berbentuk empat persegi panjang dengan tangki berbentuk silinder yang besarnya

Page 28: MAKALAH TINJA

dan kapasitas penampungan lumpurnya sama. Tangki berbentuk empat persegi

panjang harus dibuat dengan panjang dua sampai tiga kali lebar tangki, kedalaman

cairan 1,2 – 1,7 m. Ruang bebas di atas permukaan air biasanya di buat setinggi

30 cm.

Penempatan Tangki

Tangki pembusukan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga

memudahkan penyaluran limbah cair dari rumah ke system pembuangan efluen.

Apabila system pembuangan efluen menggunakan system saluran bawah tanah,

lokasi tangki harus menjamin tersedianya tanah yang cukup luas untuk

pembuangan efluen, peletakan saluran dengan kemiringan cukup, dan kedalaman

setiap titik maksimum 75 cm. Tangki tidak boleh tertanam dalam tanah lebih dari

30 – 45 cm karena perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala. Lubang pemeriksa

harus dibuat sampai ke permukaan tanah, namun harus dicegah masuknya air

permukaan dan air hujan ke dalam tangki. Tangki harus ditempatkan lebih rendah

dan pada jarak sekurang – kurangnya 15 meter dari sumur dan sumber penyediaan

air bersih lain karena ada kemungkinan terjadi kebocoran , terutama di sekitar

pipa inlet dan outlet.

Konstruksi Tangki

Tangki biasanya dibuat dari beton yang menjamin dan kerapatan air yang

memadai. Dasar dan tutup tangki dibuat dari beton. Dinding dibuat dari pasangan

batu bata, batu pecah, atau blok semen, dengan spasi dan plesteran sisi dalam

tangki dari campuran semen dan pasir (1:3). Campuran beton yang digunakan

harus terdiri dari semen, pasir, kerikil (1:2:4) dengan kandungan 23 liter air per

sak (43 kg) semen. Dinding dan tulang beton memadai. Ukuran lubang pemeriksa

yang berbentuk bujur sangkar panjang sisinya minimum 50 cm dan untuk yang

berbentuk bulat diameter 61 cm.

Page 29: MAKALAH TINJA

Pembuangan Tangki

Efluen tangki pembusukan tidak boleh dibuang ke saluran terbuka atau

dibuang ke atas tanah untuk mengairi tanaman atau ke kolam ikan tanpa izin

pejabat kesehatan setempat. Untuk daerah pedesaan dan masyarakat kecil, metode

yang dapat dipilih untuk mengolah dan membuang efluen terbatas pada :

a. Metode pengenceran;

b. Metode yang menggunakan sumur peresapan;

c. Metode yang menggunakan saluran peresapan;

d. Metode yang menggunakan parit penyaring;

e. Metode yang menggunakan pasir peyaring; dan

f. Metode yang menggunakan penyaring tetes.

Untuk menentukan metode yang paling cocok untuk kondisi khusus

daerah, perlu diketahui :

1. Sifat tanah;

2. Kedalaman permukaan air tanah;

3. Tingkat permeabilitas tanah;

4. Jarak system pembuangan efluen dari sumur dan sumber penyediaan air lain;

5. Volume dan kecepatan aliran air permukaan yang ada untuk pengenceran (di

sungai, kolam, dan badan air lain);

6. Penggunaan air permukaan (untuk penyediaan air, memancing, mandi, dan

sebagainya);

7. Luas tanah yang tersedia untuk pembuangan efluen;

8. Jarak antar rumah;

9. Kecenderungan arah angin;

10. Tanaman penutup yang ada di tanah; dan

11. Kemungkinan perluasan system pada masa yang akan datang.

Page 30: MAKALAH TINJA

Pembuangan Efluen Melalui Saluran Peresapan

Metode ini dilakukan dengan meresapkan efluen ke lapisan atas tanah

melalui pipa – pipa saluran dengan sambungan terbuka, yang ditempatkan pada

parit dan ditutup. Dengan cara ini, efluen dibersihkan oleh aktivitas bakteri

saprofitik aerobic dalam tanah dan merembeskan nya ke dalam tanah.

Namun metode ini tidak dapat digunakan pada :

1. Tanah yang tidak berpori;

2. Tanah yang permukaan air tanahnya dapat naik sampai 1,2 meter dari

permukaan tanah;

3. Tanah yang mengandung resiko bahaya pencemaran sumber penyediaan air;

4. Tanah yang terdiri dari tanah liat kedap; dan

5. Tanah yang lembab.

Bak Pembagi

Bak pembagi adalah bagian dari system pembuangan efluen yang

menjamin terbaginya efluen dari tangki pembusukan secara merata ke saluran

peresapan. Bak ini juga dapat berfungsi sebagai bak pemeriksa, untuk mengetahui

banyaknya bahan padat tersuspensi pada efluen dan adanya pembagian yang

merata dari efluen.

Saluran Peresapan

Saluran peresapan biasanya dibuat dari pipa berujung datar dengan

diameter 10 cm dan panjang 30 – 60 cm, dapat juga digunakan pipa yang satu

ujungnya rata dan ujung lainnya melengkung. Pipa harus dipasang secara

bersambungan pada saluran dengan jarak 0,6 – 1,2 cm supaya efluen dapat keluar

dari pipa. Kedalaman pipa dalam tanah 30 – 75 cm. Kemiringan saluran tidak

boleh terlalu kecil atau terlalu besar. Biasanya digunakan kemiringan 0,16 –

0,32% atau 16,66 – 33,32 cm per 100 m dengan kemiringan maksimum 5%.

Page 31: MAKALAH TINJA

Luas dasar parit yang diperlukan harus dihitung dengan memperhatikan

besarnya angka peresapan dan angka kebutuhan luas bidang peresapan. Parit tidak

boleh terlalu panjang. Panjang maksimum yang dianjurkan adalah 30 m. parit

harus diletakkan lurus. Saluran peresapan harus diletakkan dengan jarak minimum

7,5 m dari pohon besar untuk menghindari hambatan aliran akibat masuknya air

ke dalam pipa. Oleh karena itu, tanah di atas bidang peresapan tidak boleh di

tanami pepohonan. Tanaman yang boleh ditanam di atasnya hanya rumput yang

berakar pendek.

Pemeliharaan Sarana Pembuangan Tinja

Sarana pembuangan tinja, baik yang menggunakan system jamban

maupun yang menggunakan system aliran air, perlu dipelihara dengan baik.

Apabila tidak, maka sarana tersebut akan menjadi sumber penyakit, karena :

1. Apabila tidak dibersihkan / di gelontor setiap selesai di pakai, tinja yang

tertinggal pada sisi lubang pembuangan atau pada leher angsa akan menarik

kedatangan lalat, menimbulkan bau, serta pemandangan ynag tidak sedap;

2. Jamban yang tidak dirawat akan menimbulkan kesan kotor sehingga orang

akan segan bahkan takut untuk menggunakannya;

3. Lubang jamban yang terlambat di kuras akan menimbulkan kesulitan bagi

pemakai karena sulit di gelontor / di bersihkan.

Beberapa kegiatan yang dianjurkan dalam pemeliharaan sarana

pembuangan tinja adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan halaman di sekitar rumah jamban dari sampah dan tumbuhan

rumput atau semak yang tidak di kehendaki.

2. Pembersihan lantai, dinding, dan atap rumah jamban secara teratur, minimal

satu mingggu sekali, dari lumut, debu, tanah, atau sarang laba – laba.

3. Penggelontoran tinja pada lubang pemasukan tinja atau leher angsa setiap

selesai penggunaan.

Page 32: MAKALAH TINJA

4. Pemantauan isi lubang jamban pada jamban cubluk, jamban air, jamban bor,

dan jamban kompos secara berkala terutama pada akhir periode pemakaian

yang direncanakan.

5. Pemantauan isi tangki pembusukan secara berkala (tiap 12 – 18 bulan pada

tangki pembusukan rumah tangga dan tiap 6 bulan pada tangki pembusukan

sekollah dan kantor pelayanan umum) untuk menjaga efisiensi kerjanya.

Lakukan pengurasan bila kedalaman busa serta lumpur sudah melebihi batas

yang dipersyaratkan.

6. Hindarkan pemasukan sampah padat yang sukar atau tidak bisa di uraikan

(kain – kain bekas, pembalut wanita, logam, gelag dan sebagainya) dan bahan

kimia yang beracun bagi bakteri (karbol, Lysol, formalin, dan sebagainya) ke

dalam lubang jamban atau tangki pembusukan.

Dalam pemantauan tangki pembusukan dilakukan pengukuran jarak dasar

busa ke dasar outlet, dan kedalaman akumulasi lumpur di atas dasar tangki. Jarak

antara busa ke dasar outlet minimal 7,5 cm dan kedalaman akumulasi lumpur

maksimal 50 cm.

Page 33: MAKALAH TINJA

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Tinja berpotensi besar sebagai media penularan penyakit, terutama

penyakit saluran pencernaan. Oleh karena itu, berbagai faktor teknis dan non

teknis harus diperhatikan atau dipertimbangkan dalam perencanaan sarana

pembuangan tinja. Pembuangan tinja dengan sistem jamban banyak

digunakan oleh masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah karena

bersifat sederhana dan bukan merupakan tipe permanen.

Teknik pembuangan tinja dengan sistem aliran air (pengenceran,

kolam pembuangan, sumur peresapan, dan tangki pembusukan) dapat

diterapkan di daerah di mana terdapat persediaan air dan aliran air yang

cukup besar.

2. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pembuangan tinja sebaiknya dilakukan dengan baik dan memperhatikan

kondisi lingkungan sekitar sehingga tidak mencemari lingkungan

sekitarnya seperti badan air dan tanah.

2. Sebaiknya limbah tinja jangan dibuang ke badan air seperti sungai atau

waduk, karena dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang

mengkonsumsi air di sungai atau waduk tersebut.

3. Pemeliharaan sarana pembuangan tinja seharusnya dilakukan secara terus

menerus sejak mulai digunakan sampai akhir periode penggunannya.

Page 34: MAKALAH TINJA

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.

Hindarko,S. 2003. Mengolah Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang Lain.

Jakarta. ESHA.

Yandang. 2010. Pembuangan Kotoran Manusia. www.yandang.blogspot.com.

Tanggal Akses 14 Maret 2010.