makalah tbc

36
MAKALAH FARMAKOLOGI TUBERKULOSIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Farmakologi II Vika Septideyani (11 01 01 097) Dosen Pengampu Sari Meisyayati, M.Si., Apt. i

Upload: vika-septideyani

Post on 29-Nov-2015

132 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

farmakologi

TRANSCRIPT

MAKALAH FARMAKOLOGI

TUBERKULOSIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Farmakologi II

Vika Septideyani(11 01 01 097)

Dosen PengampuSari Meisyayati, M.Si., Apt.

PRODI S1 REGULER B SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

BHAKTI PERTIWIPALEMBANG

i

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang “Tuberkulosis” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya dari penyakit Tuberkulosis.

Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita.

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat  minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Palembang, 27 Oktober 2013

Penyusun,

Vika Septideyani

ii

DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar .................................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ............................................................................................. 1

b. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

c. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi ......................................................................................................... 3

b. Etiologi ......................................................................................................... 6

c. Tanda atau Gejala TBC ................................................................................. 6

d. Cara Penularan .............................................................................................. 8

e. Cara Diagnosis TBC ..................................................................................... 9

f. Pengobatan ................................................................................................... 11

g. Pencegahan ................................................................................................... 19

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ................................................................................................... 20

b. Saran ............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

iii

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan

yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat

sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering

menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2009 menyatakan jumlah

penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 429 ribu orang. Lima negara dengan

jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan,

Nigeria dan Indonesia. Di Indonesia, masih banyak masyarakat beranggapan bahwa

TB merupakan penyakit keturunan yang disebabkan kutukan atau guna-guna.

Sehingga pasien yang terkena kuman TB dikucilkan dalam lingkungan sosial.

Penyakit TB dapat menyerang siapa saja baik itu tua, muda, laki-laki dan

perempuan. 

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua

menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap

empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan

mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus

waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Apa itu penyakit TBC?

b. Bagaimana etilogi penyakit TBC itu?

c. Bagaimana tanda atau gejala bagi penderita yang terkena TBC?

d. Bagaimana cara penularannya?

1

e. Bagaimana mendiagnosa penderita yang terkena TBC?

f. Bagaimana pengobatan untuk para penderita TBC?

g. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan dari penyakit TBC?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apa itu penyakit TBC.

b. Untuk mengetahui etiologi penyakit TBC.

c. Untuk mengetahui tanda atau gejala-gejala TBC.

d. Untuk mengetahui cara penularan TBC.

e. Untuk mengetahui cara diagnosa TBC pada penderita.

f. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.

g. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan dari TBC.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang masih keluarga besar

mycobacterium merupakan bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara

yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi,

dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan

parsial tinggi seperti kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. Diantara lebih

dari 30 buah, hanya tiga yang dikenal bermasalah dengan kesehatan masyarakat,

yaitu Mycobacterium bovis, Mycobacterium laprae dan Mycobacterium

tuberculosis.

Faktor resiko pemyakit tuberkulosis paru saling berikatan satu sama lainnya.

Berbagai faktor resiko dapat dikelompokkan menjadi duakelompok besar yaitu:

a. Faktor resiko karakteristik penduduk

Kejadian penyakit tuberkulosis paru merupakan hasil interaksi antara komponen

lingkungan yakni udara yang mengandung basil tuberkulosis, dengan masyarakat

serta dipengaruhi berbagai faktor variabel yang mempengaruhinya. Variabel pada

masyarakat secara umum dikenal sebagai variabel kependudukan. Banyak variabel

kependudukan yang memiliki peran dalam timbulnya atau kejadian penyakit

tuberkulosis paru, yaitu:

1) Jenis Kelamin

Dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas penderita

tuberkulosis paru adalah wanita, hal ini masih perlu penyelidikan dan penelitian

lebih lanjut, baik pada tingkat behavioural, tingkat kejiwaan, sistem pertahanan

tubuh, maupun tingkat molekuler. Untuk sementara, diduga jenis kelamin wanita

merupakan factor resiko yang masih memerlukan evidence pada masing-masing

wilayah sebagai dasar pengendalian atau dasar manajemen.

3

2) Umur

Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru, resiko untuk

mendapatkan panyakit tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti kurva normal

terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena diatas 2 tahun hingga dewasa

memiliki daya tangkal terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya tentu

dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok menjelang tua.

Namun di Indonesia diperkirakan 75% penderita tuberkulosis paru adalah usia

produktif 15 sampai 50 tahun.

Kekuatan untuk melawan infeksi adalah tergantung pertahanan tubuh dan ini

sangat dipengaruhi oleh umur penderita. Pada awal pertahanan tubuh sangat lemah

dan akan meningkat secara perlahan sampai umur 10 tahun, setelah masa pubertas

pertahanan tubuh lebih baik dalam mencegah penyebaran infeksi melalui darah,

tetapi lemah dalam mencegah penyebaran infeksi di paru. Tingkat umur penderita

dapat mempengaruhi kerja obat, karena metabolisme obat dan fungsi organ tubuh

kurang efisien pada bayi dan orangtua, sehingga dapat menimbulkan efek yang lebih

kuat dan panjang pada kedua kelompok umur ini.

3) Status gizi

Status gizi merupakan variabel yang sangat berperan dalam timbulnya kejadian

tuberkulosis paru. Tetapi hal ini masih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya

seperti ada tidaknya kuman TBC pada paru. Karena kuman TBC merupakan kuman

yang daoat “tidur” bertahun-tahun dan apabila memiliki kesempatan “bangun” dan

menimbulkan penyakit maka timbullah kejadian penyakit tuberkulosis paru. Oleh

sebab itu salah satu upaya untuk menangkalnya adalah status gizi yang baik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko

3,7 kali untuk menderita tuberkulosis paru berat dibandingkan dengan orang yang

status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh

terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologic terhadap penyakit.

4) Kondisi sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi

lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan

dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi

makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk

4

maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan

terkena infeksi tuberkulosis paru.

WHO (2003) menyebutkan penderita tuberkulosis paru di dunia menyerang

kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin. Walaupun tidak berhubungan secara

langsung namun dapat merupakan penyebab tidak langsung seperti adanya kondisi

gizi memburuk, perumahan tidak sehat dan akses terhadap pelayanan kesehatan juga

menurun kemampuannya.

5) Kebiasaan merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk

mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan

kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena

tuberkulosis paru sebanyak 2,2 kali.

b. Faktor resiko lingkungan penduduk

1) Kepadatan hunian

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya,

artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping

menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga

terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

2) Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak

terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama

cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang

baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak

cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata.

3) Ventilasi

Yang dimaksud dengan ventilasi adalah proses dimana udara bersih dari luar

ruang sengaja dialirkan kedalam ruang dan udara yang buruk dari dalam ruang

dikeluarkan. Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah

tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh

penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan

5

kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses

penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini merupakan media yang

baik untuk pertumbuhan bakteri pathogen atau bakteri penyebab penyakit misalnya

tuberkulosis. Selain itu dapat berfungsi untuk membebaskan udara ruangan dari

bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen, karena distu selalu terjadi aliran udara

terus menerus.

2.2. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis adalah aerob obligat yang pertumbuhannya dibantu

oleh tekanan CO2 5-10% tetapi dihambat oleh pH dibawah 6,5 dan asam lemak

rantai panjang. Basil tuberkel tumbuh hanya pada suhu 35-370C, yang sesuai

dengan kemampuannya menginfeksi organ terutama paru. Mikroorganisme ini

tidak membentuk spora, basilus tidak bergerak, berukuran sekitar 0.4 x 0,4 µm,

yang dinding selnya terdapat banyak lipid. Basil tuberkel tumbuh sangat lambat,

waktu gandanya adalah 12-20 jam, bila dibandingkan dengan kebanyakan

bakteri pathogen lainnya yang kurang dari 1 jam.

Mycobacterium tuberculosis ini berbentuk batang, berukuran panjang 1-4

mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

asam pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih

tahan asam dan bisa hidup bertahun-tahun. Secara khas kuman membentuk

granula dalam paru menimbulkan nekrosis atau kerusakan jaringan. Kuman TB

cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa

jam ditempat gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh dapat dormant, tertidur

lama selama bertahun-tahun.

2.3. Tanda atau Gejala TBC

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Selain itu penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan

kesehatan, seperti:

a. Demam

6

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi

oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC

yang masuk.

b. Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari

batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif

(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena

terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus

dinding bronkus.

c. Sesak napas

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru.

d. Nyeri dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan

pleuritis).

e. Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit

kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC.

Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai

seorang "suspek tuberkulosis" atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak

penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosa, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak

untuk menegakkan diagnosa dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen

dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan.

7

2.4. Cara penularan

Tuberkulosis adalah penyakit menular, artinya orang yang tinggal serumah

dengan penderita atau kontak erat dengan penderita yang mempunyai risiko

tinggi untuk tertular. Sumber penularannya adalah pasien TB paru dengan BTA

positif terutama pada waktu batuk atau bersin, dimana pasien menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk

dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan umumnya penularan terjadi

dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.

Adanya ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara keberadaan

sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan

selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan

seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari

parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin

menular pasien tersebut.

Secara epidemiologis, seorang penderita TBC paru BTA positif dapat

menularkan 10-15 orang setiap tahunnya. Seseorang akan tertular kuman TBC

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya disebabkan oleh daya tahan tubuh

yang rendah karena gizi yang buruk dan AIDS / HIV. Kuman TBC hanyalah

necessary cause, yaitu bersama dengan faktor nutrisi yang buruk, keadaan

lingkungan yang tidak sehat, umur dan faktor genetik untuk menyebabkan

terjadinya TBC. Seseorang yang telah tertular tidak akan langsung menimbulkan

gejala-gejala klinis yang khas. Gejala-gejala klinis baru timbul bila daya tahan

tubuh penderita semakin melemah atau mengalami gangguan.

Perjalanan penyakit:

Riwayat terjadinya TB paru ada dua yaitu infeksi primer dan pasca primer.

- Infeksi primer

Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet

yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem

pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di

8

alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil

berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Saluran limfe akan

membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut

sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai

pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi

dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif

menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang

masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada

umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan

menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya

tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya

dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa

inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,

diperkirakan sekitar 6 bulan.

- Tuberkulosis pasca primer

Biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi

primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau

status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah

kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

2.5. Cara diagnosis TBC

2.5.1. Diagnosis TBC pada orang dewasa

1. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,

yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS), yaitu sebagai berikut:

- S (sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah

pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

9

- P (pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada

petugas di UPK (Unit Pelayanan Kesehatan).

- S (sewaktu): Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi.

2. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB (BTA). Penemuan BTA melalui pemeriksaan

dahak secara mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan

lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

2.5.2. Diagnosa TB pada anak

1. Uji tuberculin (Mantoux)

Bila uji tuberculin positif, menunjukan adanya infeksi TB dan

kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberculin dapat

negatif pada anak TB berat dengan alergi (malnutrisi, penyakit sangat

berat, dll). Jika uji tuberculin meragukan dilakukan uji silang.

2. Reaksi cepat BCG

Bila dalam penyuntikkan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari)

berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai

telah terinfksi kuman TB.

3. Foto roentgen dada

Gambaran roentgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto

biasanya sulit, harus hati-hati, kemungkinan bisa overdiagnosis atau

underdiagnosis.

4. Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi

Pemeriksaan BTA secara miksroskopis langsung pada anak biasanya

dilakukan dengan bilasan lambung karena dahak biasanya sulit didapat

pada anak. Demikian juga pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP,

dll, masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

10

2.6. Pengobatan

Prinsip pengobatan

Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

- OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yg bersifat

bakterisid, dalam jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan

kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).

Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan. Tujuan pemberian OAT, antara

lain:

Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat

mungkin melalui kegiatan bakterisid.

Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan

dengan kegiatan sterilisasi.

Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan

daya tahan imunologis.

- Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOTS = Directly Observed Treatment Shortcourse) oleh

seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan

lanjutan.

Pada tahap intensif awal, pasien mendapatkan obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Pasien menular biasanya menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2

minggu, bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat.

Obat bersifat bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang

membelah dengan cepat.

Pada tahap lanjutan, pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk

membunuh bakteri (sterilisasi) sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan.

11

Daftar OAT

Jenis OAT Sifat Dosis (mg/kg)

Harian

Dosis (mg/kg)

3 x Seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid (4 – 6) (8 – 12)

Rifampicin (R) Bakterisid (8 – 12) (8 – 12)

Pyrazinamid (Z) Bakterisid (20 – 30) (30 – 40)

Streptomycin (S) Bakterisid (12 – 18) -

Ethambutol (E) Bakteriostati

k

(15 – 20) (20 – 35)

Pengobatan TB paru dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan efek

samping baik yang bersifat ringan maupun yang berat. Dibawah ini akan

menjelaskan efek samping OAT dari yang ringan maupun berat dengan

pendekatan gejala.

12

Mekanisme Kerja

1. INH (Isoniazaid)

Kerja obat ini adalah dengan menghambat enzimesensial yang

penting untuk sintesis asam mikolat dan dinding selmikobakteri. INH

dapat menghambat hampir semua basil tuberkel, dan bersifat bakterisida

terutama untuk basil tuberkel yang tumbuh aktif. INH dapat bekerja baik

intra maupun ekstraseluler. Aktivitas INH menghambat aksi enoyl–protein

pembawa asil dalam bentuk (InhA).InhA merupakan komponen enzim

penting dari sintesis asam lemak kompleks II (FAS-II). FAS-II yang

terlibat dalam sintesis rantai panjang asam mycolic. Asam mycolic

merupakan komponen struktural penting dari dinding sel mikobakteri

dan melekat ke lapisan arabinogalactan.

13

2. Rifampicin

Obat ini menghambat sintesis DNA bakteri dengan mengikat β

subunit dari DNA dependent–RNA polimerase sehingga menghambat

peningkatan enzim tersebut ke DNA dan menghambat transkripsi

messenger RNA (mRNA). Transkrip RNA adalah persyaratan penting

untuk sintesis protein. In vitrodan in vivo, obat inibersifat bakterisid

terhadap mikobakterium tuberkulosis, M. Bovis dan M. Kansasii baik

intra maupun ekstraseluler. Konsentrasi bakterisid berkisar 3-12 μg/ml/

obat ini dapat meningkatkan aktivitas streptomisin dan INH, tetapi

tidak untuk etambutol.

3. Pirazinamid

PZN adalah pro-drug dan diubah menjadi bentuk aktif (asam

pyrazinoic) oleh enzim peroksidase nicotinamidase dikenal sebagai

pyrazinamidase (PncA). Asam Pyrazinoic menghambat aksisintetase

asam lemak I (FAS I). FAS I adalah terlibat dalam sintesisasam mycolic

rantai pendek merupakan komponen struktural penting dari dinding sel

mikobakteri dan melekat ke lapisan arabinogalactan.Obat ini bersifat

14

bakterisidal, terutama dalam keadaan asam danmempunyai aktivitas

sterilisasi intraseluler.

4. Streptomisin

Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein pada ribosom

mikrobakterium dan bersifat bakterisid, terutama terhadap basil tuberkel

ekstraseluler

15

5. Ethambutol

Obat ini menghambat sintesis metabolisme sel sehingga

menyebabkan kematian sel. EMB menghambat aksi arabinosyl (EmbB).

EmbB adalah enzim membran terkait yang terlibat dalam sintesis

arabinogalaktan. Arabinogalactan merupakan komponen struktural

penting dari dinding sel mikobakteri. Hampir sama strain M.

tuberculosis, M. bovis dan kebanyakan M. kansasii rentan terhadap obat

ini. Obat ini bersifat bakteriostatik dan bekerja baik intra maupun

ekstraseluler.

Efek samping ringan OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

- Tidak ada nafsu makan.

- Warna kemerahan pada

air seni (urine).

Rifampicin - Semua OAT diminum malam

sebelum tidur.

- Tidak perlu diberi apa-apa,

tetapi penjelasan pada pasien.

Nyeri sendi. Pyrazinamid Beri Aspirin

16

Kesemutan sampai dengan

rasa terbakar di kaki.

INH Beri Vitamin B6 (Piridoksin)

100 mg per hari.

Efek samping berat OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT (akan dibahas pada petunjuk

penatalaksanaan dibawah ini)

- Tuli

- Gangguan keseimbangan

Streptomisin - Streptomisin dihentikan

- Streptomisin dihentikan, ganti

dengan Etambutol

- Ikterus tanpa gangguan

penyebab lain

- Bingung dan muntah-

muntah (permulaan ikterus

karena obat)

Hampir semua OAT - Hentikan semua OAT

sampai ikterus menghilang.

- Hentikan semua OAT,

segera lakukan tes fungsi

hati

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol

Purpura dan rejatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin

Penatalaksanaan pasien dengan efek samping “gatal dan kemerahan kulit”

dilakukan dengan menyingkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Sementara

dapat diberikan anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan

ketat. Gatal – gatal tersebut pada sebagian pasien akan hilang, namun pada

sebagian pasien malahan terjadi kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini

terjadi maka OAT yang diberikan harus dihentikan, dan ditunggu sampai

kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat,

pasien perlu dirujuk. Efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi

hipersensitivitas atau karena kelebihan dosis.

Obat TB pilihan kedua

1. Aminoglikosida lain

a. Amikasin

17

Toksisitas terhadap pendengaran dan fungsi ginjal. Hanya digunakan

bila kuman penyebab resisten terhadap streptomisin dan kanamisin.

b. Kanamisin.

Efek toksik umum ditemukan pada pasien yg memgkonsumsi sampai 1

gram/hari. Efek toksik cukup berat berupa paralisis neuromuskular,

depresi napas, agranulositosis, tuli, anafilaksis dan nefrotoksisitas.

c. Kapreomisin

Tiritus, ketulian, proteinemia, silinduria dan retensi nitrogen. Dapat

leukositosis, leukopenia, urtikaria dan rwkasi kulit makulopapular dan

demam obat. Obat ini dpt menyebabkan nyeri ditempat suntikan.

2. Golongan tionamid

Efek samping:

- Tersering adalah ganggguan saluran cerna: anoreksia,mual, muntah, dan

diare.

- Serta gangguan fungsi hati yg revesibel bila obat dihentikan.

3. Fluorokuinolon

Efek samping:

- Tersering adalah gangguan saluran cerna, sakit kepala, dan pusing,

- Gangguan SSP berat: halusinasi, delirium dan kejang.

- Artralgia dan pembengkakan sendi (KI: anak, dewasa muda dan wanita

hamil).

- Menghambat metabolisme teofilin.

4. Sikloserin

Efek samping:

- Gangguan SSP: kantuk, sakit kepala, tremor, disatria, vertigo, bingung,

gelisah, iritabilitas, psikosis dengan kecenderungan bunuh diri,

gangguan penglihatan.

5. Asam Paraamino Salisilat (PAS)

18

Efek samping:

- Yang sangat mengganggu, terutama terhadap saluran cerna.

- Hipotiroidisme, hipokalemia, kelainan kulit, dan gangguan fungsi hati.

2.7. Penanggulangan dan pencegahan TBC

Mencegah lebih baik daripada mengobati, kata-kata itu selalu menjadi acuan

dalam penanggulangan penyakit TBC di masyarakat. Adapun upaya pencegahan

yang ahrus dilakukan adalah:

a. Penderita tidak menularkan kepada orang lain;

1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau

tissu.

2. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama

pengobatan.

3. Tidak meludak di sembarang tempat, tetapi di dalam wadah yang diberi

lysol, kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun didalam tanah.

4. Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi hari.

5. Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapat udara bersih dan

cahaya matahari yang cukup sehingga kuman tuberculosis paru dapat mati.

b. Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberculosis paru;

1. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan makanan yang

bergizi.

2. Tidur dan istirahat yang cukup.

3. Tidak merokok dan tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.

4. Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur

dan ruangan lainnya.

5. Imunisasi BCG pada bayi.

6. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari tiga minggu.

7. Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS).

19

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun 50% dari penderita Tuberkulosis paru

akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi

dan 25% sebagai kasus kronik yang tetap menular.

20

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium 

tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru tetapi dapat juga mengenai

organ tubuh lainya.

TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius dengan gejala batuk darah, sesak

napas, nyeri dada, malaise, anoreksia, dahak bercampur darah, sakit kepala, nyeri

otot dan berkeringat di malam hari.

Obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan TBC adalah kombinasi dari:

rifampicin, isonaizid, pyrazinamid, ethambutol dan streptomycin.

b. Saran

Semoga seluruh masyarakat dapat lebih memahami dan mengetahui tentang

penyakit TBC serta dapat meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta

kita dalam penanggulangan TBC.

Diharapkan hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan

yang bermanfaat bagi pembaca.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukmana N. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi III. Jakarta. Balai Penerbit

FKUI, 2001.

2. Evans, F.W. & M. Crockford. Atlas Bantu Pulonologi.

3. Stark, E. John & John M. Shneerson. Manual Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Binarupa

Aksara.

4. Rozali. Meningitis, Tuberkulosa dan Perawatannya. Skripsi Tidak Diterbitkan.

Palembang: Akademi Perawatan Jurusan Umum. 1979.

5. Syarif, Amir & Ari Estuningtyas, dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. Balai

Penerbit FKUI. 2007.

22