makalah sistem integumen
TRANSCRIPT
MAKALAH SISTEM INTEGUMEN
PENATALAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN INFEKSI
SISTEM INTEGUMEN
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Ajeng Galu Ramadhani (010114a006)
Defi Puji Lestari (010114a019)
I Wayan Yoga P
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang membahas tentang
“Penatalaksanaan pada klien pada gangguan infeksi sistem integumen”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Sistem Integumen. Makalah
ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu Teknologi Kesehatan bagi kita semua.
Ungaran, 22 Mei 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan kulit perlu diperhatikan karena kulit merupakan bagian yang
paling vital dan mencerminkan kesehatan dan kehidupan. Penyakit kulit seperti
varicella dan variola merupakan penyakit yang mengganggu penampilan.
Varicella adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai
gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di
bagian sentral tubuh. Varicella adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat
menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf,
terutama berlokasi dibagian sentral tubu (Prof. Dr. Maswal Harahap,2000:94)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Varicella?
2. Apa etiologi dari Varicella?
3. Apa manifestasi klinis dari Varicella?
4. Apa saja klasifikasi dari Varicella?
5. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari Varicella ?
6. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan Varicella ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Varicella ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari varicella.
2. Mengetahui etiologi varicella.
3. Mengetahui manifestasi klinis varicella.
4. Mengetahui klasifikasi varicella.
5. Mengetahui patofisiologi dan WOC varicella.
6. Mengetahui penatalaksanaan pada klien varicella.
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien varicella.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini
dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama
Chicken – pox. Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular,
yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta
mukosa,ditandai oleh adanya vesikel-vesikel (Rampengan, 2008).
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang
disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat
akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak,
malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang
kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan
keropeng (Thomson, 1986, p. 1483). Sedangkan menurut Adhi Djuanda, varisela
yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut primer
oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh
(Djuanda, 1993).
B. Epidemiologi
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis
kelamin. Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun
terutama usia 4-6 tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di
Amerika,varicella sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5 %
kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan Jepang. Umumnya terjadi pada
anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4 %. Lima puluh persen kasus
varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia
pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.
C. Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid,
terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S)dan
rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 jutayang
disusun dari 162 capsomir dan sangat infeksius.Varicella Zoster Virus (VZV)
dapat ditemukan dalan cairan vesikel dandalam darah penderita Varicella
sehingga mudah dibiakkan dalam media yangterdiri dari Fibroblast paru embrio
manusia. Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes
Zoster. Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan
Varicella,sedangkan bila terjadi serangan kembali, yang akan muncul adalah
Herpes Zoster,sehingga Varicella sering disebut sebagai infeksi primer virus ini.
D. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 10-21 hari, rata-rata 10-14
hari.Penyebaran varicella terutama secara langsung melalui udara dengan
perantaraan percikan liur. Pada umumnya tertular dalam keluarga atau sekolah.
Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:
1) Stadium prodromal
Pada stadium ini, 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat
gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit
kepala, anoreksia,rasa berat pada punggung dan kadang-kadang disertai
batuk keringdiikuti eritema pada kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau
morbiliform. Panas biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas
tubuh menetap perlu dicurigai adanyakomplikasi atau gangguan imunitas.
2) Stadium erupsi
Dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa jam)
berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahanlalu
menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih,
tidak umbilicated dengan dasar eritematous, mudah pecah serta mongering
membentuk krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan
embun”/”air mata”.Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian
menyebar secara sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas.
( Rampengan,2008 ).
E. Patofisiologi
VZV merupakan virus yang menular selama 1-2 hari sebelum lesi kulit
muncul, dapat ditularkan melalui jalur respirasi, dan menimbulkan lesi pada
orofaring, lesi inilah yang memfasilitasi penyebaran virus melalui jalur traktus
respiratorius. Pada fase ini, penularan terjadi melalui droplet kepada membran
mukosa orang sehat misalnya konjungtiva. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14
hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar limfe, kemudian menuju ke hati dan
sel-sel mononuklear. VZV yang ada dalam sel mononuklear mulai menghilang 24
jam sebelum terjadinya ruam kulit; pada penderita imunokompromise, virus
menghilang lebih lambat yaitu 24-72 jam setelah timbulnya ruam kulit. Virus-
virus ini bermigrasi dan bereplikasi dari kapiler menuju ke jaringan kulit dan
menyebabkan lesi makulopapular, vesikuler, dan krusta. Infeksi ini menyebabkan
timbulnya fusi dari sel epitel membentuk sel multinukleus yang ditandai dengan
adanya inklusi eosinofilik intranuklear, Perkembangan vesikel berhubungan
dengan peristiwa “ballooning”, yakni degenerasi sel epitelial akan menyebabkan
timbulnya ruangan yang berisi oleh cairan. Penyebaran lesi di kulit diketahui
disebabkan oleh adanya protein ORF47 kinase yang berguna pada proses replikasi
virus. VZV dapat menyebabkan terjadinya infeksi diseminata yang biasanya
berhubungan dengan rendahnya sistem imun dari penderita.21 Infeksi VZV pada
ganglion dorsalis merupakan akibat penjalaran lesi mukokutan melalui akson sel
neuron pada infeksi primer atau disebabkan oleh penularan dari sel mononuklear
terinfeksi sebelum terjadinya ruam-ruam pada kulit. Reaktivasi VZV simptomatik
dapat menyebabkan timbulnya lesi vesikular pada kulit yang terdistribusi hanya
pada dermatom tertentu mengikuti saraf sensori tertentu. Terjadi proses inflamasi,
nekrosis, dan disrupsi morfologi dari sel neuron dan nonneuron menyebabkan
myelitis, defisit fungsi motorik, dan postherpetik neuralgia (PHN).
F. Komplikasi
Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering padaorang
dewasa.
1) Infeksi sekunder
Infeksi sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan
menyebabkan selulitis, furunkel. Infeksi sekunder pada kulit
kebanyakan pada kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10%
anak. Adanya infeksi sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang
dalam3-4 hari atau bahkan memburuk
2) Otak
Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. “Acute
postinfectious cerebellar ataxia” merupakan komplikasi pada otak yang
paling ditemukan (1:4000 kasus varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya
pada 2-3 minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai
dari yang ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun
ataxia berat. Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat
mengalami inkoordinasi atau dysarthria.
3) Pneumonitis
Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus,
imunodefisiensi, dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi 13 hari
dengan komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30hari.Gambaran
klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, batuk, sesak napas,
takipnu dan kadang-kadang sianosis serta hemoptoe.Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan gambaran nodular yang radio-opak pada kedua paru.
4) Sindrom Reye
Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut, yaitu
nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaanlaboratorium
didapatkan peningkatan SPGT dan SGOT serta ammonia.
5) Komplikasi lain
Seperti arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis, keratitis.Penderita
perlu dikonsulkan ke spesialis bila dijumpai adanya gejala-gejala berikut:
a. Varisela yang progesif atau berat.
b. Komplikasi yang dapat mengancam jiwa seperti pneumonia,ensefalitis.
G. Pengobatan
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan
terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup.
Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila
tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila
sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang
pecah.
1) Isolasi untuk mencegah penularan.
2) Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3) Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4) Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian
antiseptik pada air mandi.
5) Upayakan agar vesikel tidak pecah.-Jangan menggaruk vesikel.-Kuku jangan
dibiarkan panjang.-Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan
handuk pada kulit, jangan digosok.
Pengobatan secara farmakologi yang dapat dilakukan adalah:
1) Obat topical
Pengobatan local dapat diberikan Kalamin lotion atau bedak salisil 1%.
Topikal dan antibiotik sistemik dapat diberikan untuk mengatasi superinfeksi
bakteri. Terapi antivirus menurunkan mortalitas karena progresif pneumonia dapat
simptomatik dapat menyebabkan timbulnya lesi vesikular pada kulit yang
terdistribusi hanya pada dermatom tertentu mengikuti saraf sensori tertentu.17
Terjadi proses inflamasi, nekrosis, dan disrupsi morfologi dari sel neuron dan
nonneuron menyebabkan myelitis, defisit fungsi motorik, dan postherpetik
neuralgia (PHN).
2) Antipiretik/analgetik
Biasanya dipakai aspirin, asetaminofen, ibuprofen. Pemberian asetaminofen
untuk mengurangi perasaan tidak nyaman akibat demam antipruritus seperti
difenhidramin 1,25 mg/kg setiap 6 jam atau hidroksin 0,5 mg/kg setiap 6 jam.
3)Antihistamin
Golongan antihistamin yang dapat digunakan, yaitu Diphenhydramine,
tersedia dalam bentuk cair (12,5mg/5mL), kapsul (25mg/50mg) dan injeksi (10
dan 50 mg/mL). Dosis 5mg/kg/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian.
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian Variola
I. Biodata
1. Identitas Klien
2. Identitas Orang tu
3. Identitas Saudara Kandung
II. Riwayat Kesehatan
A.Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : Panas, pusing, tidak ada nafsu makan, nyeri diotot dan tulang, ruam dikulit, berwarna kemerahan, bentol-bentol, terdapat cairan , nanah, dan darah
Riwayat Keluhan Utama : Hal yang perlu dikaji dari keluhan utama yang muncul adalah sejak kapan keluhan itu muncul dan hal apa saja yang membuat keluhan itu muncul, serta data-data lain yang mendukung untuk mengkaji keluhan utama pasien.
Keluhan Pada Saat Pengkajian : Keluhan saat pengkajian yang sering muncul adalah keluhan utama disertai keluhan lain yaitu adanya rasa gatal
B.Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
Merupakan keadaan anak atau bayi saat masih dalam kandungan. Penyakit variola ini bermula dari infeksi virus Variolae. Meskipun kebanyakan penyakit ini menyerang anak-anak, tidak menutup kemungkinan calon ibu sudah mengalami infeksi virus Variolae tersebut.
2. Natal
Merupakan keadaan bayi saat dilahirkan. Data yang diperlukan meliputi: tempat melairkan, jenis persalinan, penolong persalinan, dan komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan. Data ini
membantu dalam menegakkan etiologi dari penyakit ini, seperti tempat melahirkan yang kurang steril yang memungkinkan bayi terinvasi oleh virus varicella zoster.
3. Post natal
Keadaan bayi atau anak setelah dilahirkan. Penyakit variola ini masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernapasan (droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit.
C.Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dibuat dalam bentuk genogram. Penyakit ini bukan penyakit keturunan. Riwayat kesehatan keluarga dikaji dalam riwayat anggota keluarga yang pernah terserang penyakit ini. Kemungkinan anak terinfikesi melalui droplet pernapasan atau kontak langsung terhadap lesi kulit penderita dari salah satu anggota keluarga sebelumnya.
IV. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)
Imunisasi berfungsi sebagai penunjang sistem pertahanaan tubuh, sehingga apabila seorang anak tidak diberikan imunisasi tepat pada usianya maka anak tersebut dapat beresiko tinggi terserang bakteri-bakteri patogen yang dapat memicu terjadinya penyakit variola.Biasanya bayi yang berusia 1-2 tidak diberikan imunisasi campak sehingga dapat menimbulkan penyakit variola tersebut.
4.2 Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas klien
Identitas klien meliputi: nama/nama panggilan, tempat tinggal lahir/usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, dan rencana terapi. Tempat tinggal dan usia sangat mempengaruhi angka kejadian dari penyakit varisella ini. Tempat tinggal yang memiliki sanitasi yang buruk memiliki resiko lebih besar terserang oleh virus varicella zoster. Usia yang sering mengalami adalah usia sdi bawah 15 tahun karena merupakan masa aktif dari anak dan sistem imun yang belum terbentuk dengan sempurna.
II. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Keluhan yag dirasakan pasien varisella tergantung pada stadium yang diderita. Tanda dan gejala dari varisela dibagi menjadi 2 stadium yaitu:
1. Stadium Prodromal
Pada stadium ini, 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk kering diikuti eritema pada kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform.
2. Stadium erupsi
Dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu menjadi vesikel. Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas.
b. Riwayat keluhan utama
Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni: (1) kronologi atau perjalanan penyakit, (2) gambaran atau deskripsi keluhan utama, (3) keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha berobat. Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertologan medis. Pada pasien penderita varisella biasanya akan mengeluhkan munculnya papula atau lesi yang berisi air pada wajah atau sekitar bagain sentral tubuh yang lain, nyeri kepala, demam, lemah, dan terkadang mual muntah.
c. Keluhan pada saat pengkajian
Demam, nyeri kepala, anoreksia, lemah, dan munculnya vesikel pada permukaan kulit wajah, dada, dan ekstremitas.
2) Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
a. Prenatal care
Merupakan keadaan anak atau bayi saat masih dalam kandungan. Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya varicella intrauterine ataupun varicella neonatal. Varicella intrauterine, terjadi pada 20 minggu pertama kehamilan yang dapat menimbulkan kelainan neurologik maupun okular dan mental retardation. Sedangkan varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu mendapat varicella (varicella maternal) kurang dai 5 hari sebelum atau 2 hari setelah melahirkan. Bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari ibunya yang didapat dengan cara transplasental sedangakan bayi belum mendapat transplasental antibodi dari ibunya. Sehingga bayi lahir berisiko 30% mengalami pneumonia berat dan hepatitis yang fulminan.
b. Natal
Merupakan keadaan bayi saat dilahirkan. Data yang diperlukan
meliputi: tempat melairkan, jenis persalinan, penolong persalinan, dan
komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan. Data ini membantu dalam menegakkan etiologi dari
penyakit ini, seperti tempat melahirkan yang kurang steril yang
memungkinkan bayi terinvasi oleh virus varicella zoster.
c. Post natal
Keadaan bayi atau anak setelah dilahirkan. Penyakit varicella ini masuk
ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernapasan
(droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dibuat dalam bentuk genogram. Penyakit ini bukan penyakit keturunan. Riwayat kesehatan keluarga dikaji dalam riwayat anggota keluarga yang pernah terserang penyakit ini. Kemungkinan anak terinfikesi melalui droplet pernapasan atau kontak langsung terhadap lesi kulit penderita dari salah satu anggota keluarga sebelumnya.
III. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)
Imunisasi berfungsi sebagai penunjang sistem pertahanaan tubuh, sehingga apabila seorang anak tidak diberikan imunisasi tepat pada usianya maka anak tersebut dapat beresiko terserang oleh virus varicella zoster yang dapat memicu terjadinya penyakit varicella.
4.2 Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan invasi virus, reaksi inflamasi dan
pelepasan mediator kimia
2) Nyeri akut berhubungan dengan lesi mengenai saraf nyeri pada kulit
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dnegan kurangnya intake makanan akibat kerusakan membrane mukosa
oral, anoreksia.
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit, adanya papula
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya rasa gatal dan nyeri
pada kulit
7) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Pembentukan energy dan
kebutuhan energy tidak seimbang
9) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
keringat berlebih
4.3 Intervensi
4.3.1 Intervensi Variola
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang.
Kriteria Hasil:
1. Nyeri klien berkurang.
2. Pasien tampak nyaman.
3. pasien tidak mengeluh
atas nyerinya.
1. Kondisikan tempat
tidur yang nyaman.
2. Tutup luka sesegera
mungkin.
3. Kolaborasi pemberian
analgesik.
4. Kaji keluhan nyeri.
5. Ajarkan tehnik
relaksasi.
1. Membantu
menurunkan nyeri.
2. Perubahan suhu
dapat
menyebabkan nyeri
hebat.
3. Untuk menurunkan
nyeri.
4. Mengetahui
seberapa darajat
nyeri yang
dirasakan.
5. Untuk mengurangi
rasa nyeri.
2. 1. Hipertermi
berhubungan
dengan invasi virus,
reaksi inflamasi
dan pelepasan
mediator kimia
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali dalam kondisi normal 36-370C.
Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh kembali
stabil.
2. Pasien tampak nyamn
1. Observasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam.
2. Anjurkan klien untuk
banyak minum ± 1.5-2
liter/hari.
3. Berikan kompres
hangat.
1. Infeksi dapat
mempengaruhi
tanda-tanda vital
sehingga tanda-
Tanda vital setiap
saat dpat berubah.
2. Peningkatan suhu
badan dapat
mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi
asupan cairan yang
banyak.
3. Membantu
menurunkan suhu
tubuh dengan
dilatasi pembuluh
darah
4. Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian tipis.
5. Kolaborasi pemberian
obat antipiretik
4. Agar pasien lebih
nyaman dan tidak
semakin merasa
panas.
5. Obat antipiretik
dapat digunakan
untuk mengurangi
demam dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma, erupsi pada kulit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2×24
jam diharapkan masalah
bisa teratasi
Kriteria Hasil:
1. Mencapai
penyembuhan tepat
waktu
1. Kaji ukuran, warna,
dan kedalaman luka.
2. Siapkan dan bantu
prosedur balutan
3. Tinggikan area graft
bila mungkin/tepat
1. Memberikan
informasi dasar
terhadap kondisi
kulit.
2. Digunakan untuk
penutupan luka
3. Menurunkan
pembekakan
2. Menunjukan regenerasi
jaringan
4. Lakukan perawatan
luka pada pasien
4. Menjaga kondisi
jaringan baru dan
menghindari
adanya infeksi
4.3.2 Intervensi Vericella
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan KriteriaHasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan
dengan lesi mengenai saraf
nyeri pada kulit.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,nyeri pasien berkurang.
Kriteria Hasil:
1. Nyeri pasien berkurang
2. Pasien tampak nyaman
1. Kaji TTV klien
2. Kaji karakteristiknyeri
(skalanyeri,karakteris
tik nyeri)
1. Untuk mengidentifikasi kembali intervensi yang dilakukan.
2. Untuk dapat menentukan skala nyeri klien, sehingga mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Agar klien merasa nyaman dan tidak mengalami nyeri.
4. Untuk meredaakan
3. Ajarkan teknik
relaksasi
4. Kolaborasi dengan
dokter terkait
pemberian obat
penghilang nyeri
5. Ciptakan suasana
yang nyaman dan
tenang.
‘
nyeri.
5. Suasana yang tenang dan nyaman akan membuat pasien merasa rileks.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan akibat kerusakan membrane mukosa oral,
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam maka diharapkan Status nutrisi klien kembali seimbang dengan kriteria:
1. Timbang BB sesuai
indikasi
1. Kelebihan atau
penurunan BB
menetap
menunjukkan
bahwa masukan
anoreksia. 1. BB stabil.
2. Turgor kulit membaik.
3. Intake makanan meningkat.
2. Monitor intakeklien
3. Berikan makanan
dalam porsi kecil tapi
sering dan sajikan
dalam keadaan
hangat.
4. Anjuirkan klien
menjaga kebersihan
mulutnya
5. Berikan
nutrisiparenteral
sesuai indikasi jika
kalori tidak
adekuat.
2. Untuk mengkaji
seberapa banyak
masukan makanan
paien
3. Agar asupan
makanan pasien
dapat terpenuhi
dan utuk
mengatasi rasa
mual
4. Meningkatkan
nafsu makan.
5. Nutrisi parenteral
memenuhi
kebutuhan kalori
dibutuhkan dan zat lain
3. Hipertermi berhubungan dengan invasi virus, reaksi inflamasi dan pelepasan mediator kimia
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
suhu tubuh pasien dapat kembali dalam kondisi normal 36-37 derajat C.
Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh kembali
stabil.
2. Pasien tampak nyaman
1. Observasi TT klien
setiap 3 jam.
2. Anjurkan klien untuk
banyak minumkurang
lebih 1,5-2 liter/hari.
3. Berikan kompres
1. Infeksi dapat mempengaruhi tanda-tanda vital sehingga tanda-Tanda vital setiap saat dpat berubah.
2. Peningkatan suhu badan dapat mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan yang banyak.
3. Membantu menurunkan suhu tubuh dengan dilatasi pembuluh darah
4. Agar pasien lebih nyaman dan tidak semakin merasa
hangat.
4. Anjurkan pasien
untuk memakai
pakaian tipis.
5. Kolaborasi pemberian
obat antipiretik
panas.
5. Obat antipiretik dapat digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
4.4 Implementasi
4.4.1 Implementasi Variola:
No Diagnosa Implementasi
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan
1. Telah mengkondisikan tempat
tidur yang nyaman.
2. Telah menutup luka sesegera
mungkin.
3. Telah berkolaborasi pemberian
analgesik.
4. Telah mengkaji keluhan nyeri.
5. Telah mengajarkan tehnik
relaksasi.
2. Hipertermi berhubungan dengan invasi virus, reaksi inflamasi dan pelepasan mediator kimia
1. Telah mengobservasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam.
2. Telah menganjurkan klien untuk
banyak minum ± 1.5-2 liter/hari.
3. Telah memberikan kompres
hangat.
4. Telah menganjurkan pasien untuk
memakai pakaian tipis.
5. Telah berkolaborasi pemberian
obat antipiretik
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma, erupsi pada kulit
1. Telah mengkaji ukuran, warna,
dan kedalaman luka.
2. Telah menyiapkan dan bantu
prosedur balutan
3. Telah meninggikan area graft bila
mungkin/tepat
4. Telah melakukan perawatan luka
pada pasien
4.4.1 Implementasi Varicella:
No Diagnosa Implementasi
1. Nyeri akut berhubungan
dengan lesi mengenai saraf
nyeri pada kulit.
1. Telah mengkaji TTV klien
2. Telah mengkaji karakteristiknyeri
(skala nyeri, karakteristik nyeri)
3. Telah mengajarkan teknik
relaksasi
4. Telah berkolaborasi dengan
dokter terkait pemberian obat
penghilang nyeri
5. Telah menciptakan suasana yang
nyaman dan tenang.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan akibat kerusakan membrane mukosa oral, anoreksia.
1. Telah menimbang BB sesuai
indikasi
2. Telah memonitor intake klien
3. Telah memberikan makanan
dalam porsi kecil tapi sering dan
sajikan dalam keadaan hangat.
4. Telah menganjurkan klien
menjaga kebersihan mulutnya
5. Telah memberikan nutrisi
parenteral sesuai indikasi jika
dibutuhkan
3. Hipertermi berhubungan dengan invasi virus, reaksi inflamasi dan pelepasan mediator kimia
1. Telah mengobservasi TTV klien
setiap 3 jam.
2. Telah menganjurkan klien untuk
banyak minumkurang lebih 1,5-2
liter/hari.
3. Telah memberikan kompres
hangat.
4. Telah menganjurkan pasien
untuk memakai pakaian tipis.
5. Telah melakukan kolaborasi
pemberian obat antipiretik
4.5 Evaluasi
4.5.1 Evaluasi Keperawatan Variola
1. Dx 1:
S: Pasien mengatakan kini nyerinya mulai berkurang
O: Pasien tampak lebih nyama
A: Masalah Teratasi sebagian
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
2. Dx 2:
S: Pasien mengatakan kini sudah agak nyaman dengan kondisinya
O : Suhu tubuh pasien mulai stabil
A: Masalah Teratasi sebagian.
P : lanjutkan tindakan keperawatan
3. Dx 3:
S: Keluarga mengatakan bahwa luka pasien sudah mulai membaik
O : Pasien tampak merasakan adanya perubahan terhadap kulitnya
A: Masalah Teratasi sebagian.
P : lanjutkan tindakan keperawatan
4.5.2 Evaluasi Keperawatan Varicella
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan:
1. Dx 1:
S: Pasien mengatakan kini nyerinya mulai berkurang
O: Pasien tampak lebih nyaman
A: Masalah Teratasi sebagian
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
2. Dx 2:
S: pasien mengatakan nafsu makannya mulai bagus
O : Tampak turgor kulit pasien membaik
A: Masalah Teratasi sebagian.
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
3. Dx 3:
S: Pasien mengatakan kini sudah agak nyaman dengan kondisinya
O : Suhu tubuh pasien mulai stabil
A: Masalah Teratasi sebagian.
P : lanjutkan tindakan keperawatan
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaan umum yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh. Variola Major menyebabkan penyakit yang lebih serius dengan tingkat kematian 30–35%. Penyebab variola adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik , tetapi menimbulkan 2 tipe variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim). Gejala yang ditimbulakan adalah suhu tubuh naik (40oC), nyeri kepala, nyeri tulang, sedih dan gelisah, lemas dan muntah-muntah.
Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa,ditandai oleh adanya vesikel-vesikel. Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin. Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm.
5.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, mahasiswa keperawatan dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan penelitian terkait variola dan varicella.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A. , Hamzah M. , Aisah S. , 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jaya, Agung. 2010. Asuhan Keperawatan Abak dengan Varicella ( Cacar Air). [Serial Online]
http://www.scribd.com/doc/125081568/Asuhan-Keperawatan-Anak Dengan Varicella-
Cacar-Air) ( 4 November 2013).
Kurniawan, Martin, dkk. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. [Serial Online]. 3http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus- gdl-sukmawatin-6300-4-daftarp-a.pdf ( 7 November 2013).
Lubis D. Ramon. 2008. Varicella dan Herpes Zoster [Serial Online] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf. ( 7 November 2013).
Rampengan. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Victoria Group. 2005. Cacar Air Varisela Informasi Imunisasi [ Serial Online] http://docs.health.vic.gov.au/docs/doc/517E32F61726CE8CCA257906000253D2/$FILE/chicpox_indonesian.pdf. ( 7 November 2013).