makalah serbuk

46
BAB II ISI A. Pengertian Serbuk Dalam dunia farmasi, sediaan dalam bentuk serbuk sangat banyak digunakan. Menurut Farmakope Indonesia IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Sediaan serbuk dibagi menjadi dua, yaitu pulvis dan pulveres. Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi, sedangkan pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama dengan dibungkus kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok. Syarat–Syarat Sediaan Serbuk: 1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk. 2. Harus homogen dengan semua komponen. 3. Harus dalam keadaan kering. B. Keuntungan dan Kerugian Serbuk Seperti halnya sediaan farmasi yang lain, sediaan bentuk serbuk memiliki keuntungan dan kerugian. 3

Upload: ayyu-thrye-sartheeqaa

Post on 28-Dec-2015

2.181 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Serbuk

BAB II

ISI

A. Pengertian Serbuk

Dalam dunia farmasi, sediaan dalam bentuk serbuk sangat banyak

digunakan. Menurut Farmakope Indonesia IV, serbuk adalah campuran kering

bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral

atau untuk pemakaian luar. Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih

obat yang diserbukkan.

Sediaan serbuk dibagi menjadi dua, yaitu pulvis dan pulveres. Pulvis

adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi, sedangkan pulveres adalah serbuk yang

dibagi dalam bobot kurang lebih sama dengan dibungkus kertas perkamen

atau bahan pengemas lain yang cocok.

Syarat–Syarat Sediaan Serbuk:

1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk.

2. Harus homogen dengan semua komponen.

3. Harus dalam keadaan kering.

B. Keuntungan dan Kerugian Serbuk

Seperti halnya sediaan farmasi yang lain, sediaan bentuk serbuk

memiliki keuntungan dan kerugian.

Keuntungan bentuk serbuk :

1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang

dipadatkan.

2. Anak–anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih

mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.

3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak

ditemukan dalam sediaan serbuk.

4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat

dalam bentuk serbuk.

3

Page 2: Makalah Serbuk

5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat

dibuat dalam bentuk serbuk.

6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan

keadaan penderita.

Kekurangan bentuk serbuk:

1. Keengganan pasien meminum obat yang mungkin rasa pahit, atau

rasa yang tidak enak.

2. Kesulitan menahan terurainya bahan–bahan higroskopis.

3. Mudah mencair atau menguap zat–zat yang dikandungnya.

4. Waktu dan biaya yang digunakan pada pengelola dan pembungkusan

dalam keseragaman dosis tunggal.

C. Derajat Halus Serbuk

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor

pengayak. Hal ini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus

suatu serbuk harus dilakukan dengan pengayak. Jika derajat halus serbuk

dinyatakan dengan 1 nomor pengayak, dimaksudkan bahwa semua

serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor 20 tersebut. Jika derajat

halus serbuk dinyatakan dengan dua nomor pengayak, dimaksudkan

bahwa semua serbuk dapat melalui/lolos pada pengayak dengan nomor

terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor

tertinggi. Contoh: serbuk 10/40 dimaksudkan bahwa serbuk tersebut

semuanya melalui pengayak nomor 10 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui

pengayak nomor 40. Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang

tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat.

Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat

halus serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikut:

Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)

Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)

Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)

Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)

4

Page 3: Makalah Serbuk

Serbuk halus adalah serbuk (85)

Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)

Serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300)

Tabel nomor pengayak

Nomor

pengayak

Lebar nominal

lubang

(mm)

Garis tengah

nominal kawat

(mm)

Perbandingan kira-

kira jumlah luas

lubang terhadap

pengayak

(%)

Penyimpanan

rata-rata

maksimum

(%)

5

8

10

22

25

30

36

44

60

85

100

120

150

170

200

300

3,35

2,00

1,68

0,710

0,600

0,500

0,420

0,355

0,250

0,180

0,150

0,125

0,105

0,090

0,075

0,053

1,730

1,175

0,860

0,445

0,416

0,347

0,286

0,222

0,173

0,119

0,104

0,087

0,064

0,059

0,052

0,032

43

40

44

38

35

35

35

38

35

36

35

35

39

36

35

39

3,2

3,3

3,3

3,9

4,2

4,4

4,5

4,8

5,2

5,6

6,3

6,5

7,0

7,3

8,1

9,1

Pada pembuatan serbuk kasar, terutama serbuk simplisia nabati, digerus

lebih dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu

tidak lebih dari 50°C. serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah

menguap, dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor ata bahan pengering

lain yang cocok, setelah itu diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk dan

5

Page 4: Makalah Serbuk

digerus sampai diperoleh serbuk yang mempunyai derajat halus sesuai yang

tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk.

Untuk pembuatan serbuk atau serbuk bagi, FI III memberi petunjuk

digunakan zat dengan derajat halus sebagai berikut:

1. Serbuk sangat halus (120): Carbo asorben, Acidum Boricum, Sulfur

Precipitatum, Magnesii Carbonas, Magnesii Oxydum, Talcum.

2. Serbuk halus (100): Digitali Folia, Saccharose, Ipecacuanae Radix,

Cinchonae Cortex, Opii Pulv., Zinci Oxydum, Tannalbin, Kaolin.

3. Serbuk agak halus (44/85): Laktosa, Mira, Caryophylli, Foeniculi

Fructus.

Obat serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu

sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari

50°C, seperti:

Foeniculi Fructus (40)

Anisi Fructus (44)

Belladonnae Folia atau Herba (100)

Caryophylli (44)

Digitalis Folia (100)

Ipecacuanhae Radix (100)

Zingiberis Rhizoma (100)

Cinnamomi Cortex (100)

Cinchonae Cortex (100)

Myrrhae (44)

Opii Pulvis (100)

Sapo Medicatus (60)

Sennae Folia (100)

Strammonii Folia/Herba (100)

Strychini Semen (100)

Valerianae Radix (100)

Untuk simplisia nabati, tidak boleh menggunakan bagian pertama yang

terayak, tetapi harus terayak habis dan dicampur homogen, karena zat

6

Page 5: Makalah Serbuk

berkhasiat tidak terbagi rata pada semua bagian simplisia. Sebagai contoh daun

kering yang digerus halus dan diayak, maka muka daun yang akan terayak

dulu, setelah itu baru urat daun dapat terayak. Serbuk Secale Cornuti harus

dibuat baru dan tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun.

D. Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)

Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain

1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak). Umumnya, serbuk tabur

harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak

menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Pulvis adspersorius harus

memenuhi persyaratan berikut:

a. Harus halus, tidak boleh ada butiran–butiran kasar.

b. Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri

Clostridium tetani, C. welchii, dan Bacillus anthracis serta

disterilkan dengan cara (cara kering).

c. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka

2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai

pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.

3. Pulvis sternutotarius (serbuk bersin) digunakan untuk dihisap melalui

hidung.

4. Pulvis effervescent adalah serbuk biasa yang sebelum diminum

dilarutkan dahulu dalam air dingin atau air hangat. Jika serbuk ini

dilarutkan akan mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk

larutan jernih. Merupakan campuran dari senyawa asam (asam sitrat,

asam tartrat) dengan basa (natrium bikarbonat).

Aturan pembuatan serbuk tabur:

1. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan

no.100.

2. Serbuk tabur yang mengandung zat berlemak diayak dengan ayakan no.44.

3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan

dihaluskan lagi sampai seluruhnya terayak.

7

Page 6: Makalah Serbuk

Contoh resep:

R/ Ichtyoli 0,5

Talc. 10

Sol. Formaldehide 0,5

Bol.alba 3

m.f.pulv.adsp. ad 20

s.u.e

Penyelesaian :

Ichtyol dilarutkan dalam etanol 96% atau eter dan ditambah bolus alba.

Sol.Formaldehide diganti 1/3 bobotnya paraformaldehide.

Selain pulvis untuk penggunaan luar, juga dikenal pulvis untuk

penggunaan dalam (per oral). Penentuan dosis untuk pulvis penggunaan dalam

menggunakan takaran sendok makan (C), sendok the (cth), sendok bubur

(cp). Penentuan dosis tiap takaran menggunakan serbuk coba.

Dalam resep pulvis (serbuk tak terbagi), khususnya untuk

pemakaian dalam (ditandai dengan adanya petunjuk pemakaian Cth, C,

C.p.) pehitungan dosis sekali pakai untuk setiap sendok teh/sendok

makan/sendok bubur harus dilakukan perhitungan serbuk coba. Sebagai

contoh:

R/ Natrri carbonas 10

Nitras subnitras

NaBr aa 5 (DM 2 g/6 g)

Magnesium Oxyd. 10

Rhei Radix Pulv 5

SL ad 40

S.t.d.d cth I

Pro: Sultan (20 thn)

Penyelesaian:

Hitung dulu serbuk coba

8

Page 7: Makalah Serbuk

Campur dan gerus halus natrium karbonat, NBB, MgO dan rhei

radix sampai homogen. Untuk menghemat bahan dan mempercepat

pengerjaan, dapat diperkecil jumlah bahan dalam resep dengan

perbandingan yang sama (Natrium karbonas 2 g, NBB 1 g, NabR 1 g,

MgO 2, rhei radix 1 g dan SL ad 8 g).

Ambil 3 sendok teh (jika petunjuk dalam resep Cth, kalau C ambil

sendok makan) kemudian timbang dan rata-ratakan sehingga didapat rata-

rata satu sendok teh = X gram (Misalnya = 2,2 gram). Sehingga dalam

resep yang memiliki DM ialah NaBr. Dosis sekali pakai NaBr:

Dosis sekali pakai NaBr= x

Total Serbukx jumlah NaBr=2,2

40x5=0,275 g

Dosis sehari pakai NaBr = 3 x 0,275 =0,825

Berdasarkan perhitungan tidak ada dosis yang melampaui dosis

sekalipakai dan sehari dari NaBr (DM= 2 g/6 g). Jika melebihi,

serbuk tersebut tidak dapat dikerja.

Cara membuat serbuk tabur yang mengandung:

1. Adeps Lanae, Vaselinum, Plumbi Oxydi Emplastrum ialah dengan

melarutkan zat tersebut dalam Aether atau Aceton, lalu ditambahkan

sebagian talk diaduk sampai Aether atau aceton menguap, satelah itu

ditambah bahan lainnya.

2. Paraffinum Liquidum dan Oleum Ricini dicampur dulu dengan sama

banyaknya talk lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dan aduk, sambil

yang melekat pada dinding mortir dilepas dengan spatel atau kertas

film dan diaduk.

3. Ichtyol diencerkan dulu dengan Aether cum Spiritu lalu dikeringkan

dengan talk, yaitu sambil diaduk dibiarkan aether cum Spiritunya

menguap lalu ditambahkan sisa talk dan serbuk lainnya, sambil yang

melekat pada dinding mortis dilepas dengan spatel atau dengan kertas

film.

9

Page 8: Makalah Serbuk

4. Minyak-minyak eteris dan Formaldehyde Solutio dicampur terakhir

dengan cara memasukkan zat tersebut dalam mortir lalu ditambahkan

campuran serbuk yang telah diayak sedikit demi sedikit.

E. Pulveres (Serbuk Terbagi)

Pulveres/chartulae (serbukbagi) adalah serbuk yang dibagi dalam

bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas

yang cocok untuk sekali minum. Penulisan resep serbuk oleh seorang

dokter dapat dilakukan dengan cara yaitu:

1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk/bungkus, kemudian dibagi

sebanyak serbuk/bungkus yang diminta. Misalnya:

R/ Asam asetilsalisilat2,5

Paracetamol 2

Coffein 0,5

m.f.pulv.divide in partes aequales no.X

2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat berapa

bungkus yang dikehendaki, misalnya:

R/ Asam asetilsalisilat 0,25

Paracetamol 0,2

Coffein 0,05

m.f.pulv.dtd no.X

Pada resep pertama, bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut:

Asam asetilsalisilat = 2,5

Paracetamol = 2

Coffein = 500 mg

Ketiga bahan tersebut diracik/dicampur satu persatu, dan asam

asetilsalisilat yang digerus lebih dahulu sampai halus, kemudian

ditambahkan coffein dan gerus lagi sampai homogen, terakhir paracetamol

sedikit demi sedikit dan digerus sampai homogen. Keluarkan dari lumpang

kemudian bagi menjadi 10 bungkus.

10

Page 9: Makalah Serbuk

Pada resep kedua, bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut

Asam asetilsalisila 10 x 0,25 = 2,5

Paracetamol 10 x 0,2 = 2

Coffein 10 x 0,05 = 0,5

Serbuk terbagi dikemas kedalam wadah kertas perkamen (puyer)

sesuai banyaknya permintaan dalam resep. Pada dasarnya langkah-langkah

melipat atau membungkus kertas pembungkus serbuk adalah sebagai berikut:

1. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan sekitar 1–

1,5 cm ke arah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga

keseragaman, langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan

pertama sebagai petunjuk. Penyusunan kertas hendaknya secara

proporsional, jangan terlalu memanjangkan ke samping, maksimal 5-6

kertas ke samping.

2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah

kertas yang telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas di

sebelah seberang dihadapanmu.

3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada

kira kira garis lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak

berceceran.

4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan

lipatlah kehadapanmu setebal lipatan pertama.

5. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu

dalam dos atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak

boleh ada serbuk dan tidak boleh ada ceceran serbuk.

F. Kapsul

Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang

kapsul atau berupa sediaan cairan, setengah padat yang dibungkus dengan

kapsul dasar. Dalam FI Ed.III. Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus

cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin

dengan atau tanpa zat tambahan lain.

11

Page 10: Makalah Serbuk

Keuntungan sediaan kapsul, antara lain:

1. Bau dan rasa yang tidak enak tertutupi.

2. Pemberian dosis yang tetap.

3. Bahan–bahan obat/zat yang rusak diudara terbuka, bila dimasukkan ke

dalam kapsul akan terlindungi.

4. Mudah pemakaiannya oleh pasien.

5. Dengan kapsul yang berwarna–warni, menambah daya tarik obat.

6. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan

tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.

Macam-Macam Kapsul:

Berdasarkan konsistensinya, kapsul dibagi menjadi:

1. Kapsul keras (capsulae durae, hard capsul)

Kapsul keras adalah sediaan yang terdiri dari dua bagian, bagian atas dan

bawah yang dapat dipisahkan untuk memasukkan bahan obat ke dalamnya.

2. Kapsul lunak (capsulae molles, soft capsul)

Kapsul lunak adalah suatu sediaan yang terdiri dari satu bagian yang utuh

(one piece), tertutup rapat yang dapat mengandung cairan/larutan, suspensi

atau semi padat. Kapsul lunak dapat dijumpai dalam berbegai bentuk

seperti bentuk tabung bulat, elips, bujur, dan bentuk khusus.

Perbedaan kapsul keras dan lunak

Kapsul keras Kapsul lunak

1. terdiri atas tubuh dan tutup

2.  tersedia dalam bentuk kosong

3. isi biasanya padat, dapat juga cair

4. cara pakai per oral

5. bentuk hanya satu macam

1. satu kesatuan

2. selalu sudah terisi

3. isi biasanya cair, dapat juga padat

4. bisa oral, vaginal, rectal, topikal

5. bentuknya bermacam – macam

12

Page 11: Makalah Serbuk

Ukuran Cangkang Kapsul

Pemilihan Ukuran Kapsul

1. Pemilihan dari ukuran paling baik ketika formulasi dikembangkan, karena

jumlah bahan inert yang dibutuhkan tergantung pada ukuran atau

kapasitas kapsul yang dipilih.

2. Apabila formulasi dari bahan tidak memerlukan pengisi untuk

menambah jumlah serbuknya, maka ukuran cangkang kapsul dapat

boleh ditetapkan setelah pengembangan dan persiapan formulasi.

3. Agar kapsul diisi dengan baik, maka bagian badan kapsul yang diisi

campuran bahan obat dan bagian tutupnya diselubungkan rapat– rapat.

Bagian tutup bukan saja berfungsi sebagai penutup tetapi juga menekan

dan menahan, oleh karena itu ukuran kapsul harus dipilih sesuai

kebutuhan.

Cara Pembuatan Kapsul

1. Kapsul Keras

Ada tiga cara pengisian cangkang kapsul yaitu dengan:

a. Tangan; merupakan cara yang paling sederhana karena

menggunakan tangan langsung tanpa menggunakan bantuan alat

lain. Untuk memasukkan obat ke dalam kapsul, dapat dilakukan

dengan cara membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta.

Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul

lalu ditutup.

13

Page 12: Makalah Serbuk

b. Alat bukan mesin; alat yang dimaksud ini adalah alat dengan

menggunakan tangan manusia. Dengan pengerjaan ini, dapat

diperoleh kapsul yang seragan dan lebih cepat. Caranya:

1) Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang dari

bagian alat yang tidak bergerak.

2) Serbuk yang akan dimasukkan ke dalam kapsul

dimasukkan/ditabutkan pada permukaan kemudian diratakan

dengan kertas film.

3) Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan yang

bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.

c. Alat mesin; digunakan untuk memproduksi kapsul secara besar–

besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat

otomatis mulai dari membuka, mengisi, sampai menutup kapsul.

Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan

memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjamin.

Pengisian Cairan ke Dalam Kapsul Keras

a. Zat-zat setengah cair/cairan kental

Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul

sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi

kalau jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu

banyak bahan inert, maka dapat dibuat seperti masa pil dan dipotong-

potong sebanyak yang diperlukan, baru dimasukkan kedalam cangkang

kapsul keras dan direkat.

b. Cairan-cairan

Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang

tidak melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat

langsung dimasukkan dengan pipet  yang telah ditara.Sesudah itu tutup

kapsul harus ditutup (di seal) supaya cairan yang ada didalamnya tidak

bocor atau keluar

Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap , kreosot atau alkohol

yang akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh , harus

14

Page 13: Makalah Serbuk

diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya

dibawah 40 %. Sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul

diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan

kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak lurus,

setetah itu tutup.

Faktor – Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul

Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut :

a. Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis)

Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap

air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah.

Penambahan lactosa atau amylum  (bahan inert netral) akan

menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI,

NaNO2 dan sebagainya.

b. Mengandung campuran eutecticum

Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik

lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya

kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor

dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-

masing dengan bahan inert baru keduanya dicampur.

c. Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol.

(pemecahan sudah dibahas diatas )

d. Penyimpanan yang salah

Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar

dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab

tersebut.

Di tempat terlalu kering,   kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi

rapuh dan mudah pecah.

Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan:

1) dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering

2) dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi  silika (pengering)

3) dalam wadah plastik yang diberi pengering

15

Page 14: Makalah Serbuk

4)  dalam blitser / strip alufoil

2. Kapsul Lunak

Pembuatan kapsul lunak membutuhkan keahlian khusus menggunakan alat

dan mesin yang canggih, dan tidak dibuat secara manual seperti kapsul

keras. Kapsul lunak dibuat dengan cara proses lempeng menggunakan

seperangkat cetakan untuk membentuk kapsul, atau dengan cara die

process (berputar bolak-balik) yang lebih efisien dan produktif.

a. Proses Lempeng

Selembar gelatin hangat yang tidak berwarna ditempatkan pada

permukaan cetakan bagian bawah dan obat yang cair dituangkan ke

dalamnya, baru kemudian selembar gelatin lainnya diletakkan di

atasnya dan ditekan. Sehingga tekanan ini bertindak sebagai pembuat

kapsul. Pengisian bahan obat dan pemasangan segelnya dilakukan

dalam waktu bersamaan dan serantak. Kapsul yang sudah dicetak

dipindahkan dan dicuci dengan pelarut yang tidak mengganggu atau

merusak kapsul.

b. Rotary die process (Robert P. Scherer)

Cairan gelatin yang dituangkan dari tangki yang terletak diatas,

dibentuk menjadi dua buah pita yang berurutan oleh mesin rotary die.

Dalm waktu yang bersamaan bahan obat yang akan diisikan dan telah

diukur, dimasukkan di antara kedua pita secara tepat, ketika itu dies

membentuk kantung-kantung dari pita gelatin. Kemudian kantung

yang sudah terisi disegel dengan tekanan dan panas, dan akan

terlempar dari pita.

Cara Membersihkan Kapsul

Salah satu tujuan dari pemberian obat berbentuk kapsul adalah untuk

menutup  rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan 

tujuan tersebut maka bagian luar dari kapsul harus bebas dari sisa bahan

obat yang mungkin menempel pada dinding kapsul. Untuk itu kapsul perlu

dibersihkan dahulu. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum

diserahkan pada pasien, terutama untuk kapsul yang dibuat dengan tangan.

16

Page 15: Makalah Serbuk

Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol ) kemudian

digosok-gosokkan sampai bersih.

G. Cara Pembuatan Sediaan Serbuk

Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu, sedikit demi

sedikit dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak,

biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi.

Cara mencampur obat-obatan dan bahan-bahan tambahan harus

cermat, dan di bawah ini disusun petunjuk yang perlu diperhatikan.

1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan

tidak diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori

dinding mortir. Cara yang baik ialah, pilihlah mortir yang halus, masukkan

dulu kira-kira sama bagian serbuk yang lain, digerus sendirian, baru

dimasukkan dan digerus bersama obat yang berkhasiat keras. Untuk

mencampur tersebut sebaiknya digunakan bagian serbuk yang lain yang

mempunyai warna berlainan dan kotras dengan warna obat berkhasiat

keras tersebut. Bila serbuk berwarna putih, berilah zat warna, biasanya

Carmin.

2. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan, masukkan dulu

serbuk yang BJ-nya besar kemudian masukkan bagian serbuk yang BJ-nya

lebih rendah dan diaduk. Sebagai contoh, jika di dalam resep terdapat

Magnesii Oxydi, Bismuth Subcarbonas, dan Saccharum Lactis, masukkan

bismuth Subcarbonas dulu dalam mortir, gerus sambil diaduk, ditambah

Magnesii Oxydum sedikit demi sedikit setelah itu masukkan Saccharum

Lactis. Magnesii Oxydum adalah serbuk yang sangat ringan.

3. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus.

Hal ini untuk menghindar agar jangan sampai ada bagian serbuk yang

belum halus.

4. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.

Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan

17

Page 16: Makalah Serbuk

mortir panas. Hal ini khusus untuk menggerus Kalii Bromidum, Natrii

Chloridum, Zincy Oxydum, dan sebagainya.

Jangan menggunakan mortir panas untuk bahan-bahan yang mudah

menguap, atau rusak pada pemanasan seperti Ammonii Carbonas, Salol,

Natrii Bicarbonas, Ammonii Chloridum, dan peroksida seperti Magnesii

Peroxydi.

5. Cara mencampur Champora dalam serbuk dilakukan sebagai berikut:

Larutkan Champora dengan Spiritus Fortior dalam mortir sampai cukup

larut, jangan berlebihan, setelah itu diaduk dengan bahan lain misalkan

Saccharum Lactis sampai Spiritus fortiornya menguap. Pada waktu

mengaduk jangan ditekan untuk menghindari Champora menggumpal

kembali. Pada pembuatan serbuk Champora untuk pemakaian luar dapat

digunakan eter sebagai pengganti Spiritus fortior.

6. Cara mencampur Stibii Pentasulfidum dilakukan sebagai berikut:

Dimasukkan serbuk lain dalam mortir, misalkan Saccharum lactis sebagian

lalu masukkan serbuk Stibii Pentasulfidum dan tambahkan Saccharum

Lactis sisanya atau serbuk lain, baru diaduk dan digerus tanpa ditekan.

Dikerjakan demikian untuk menghindari serbuk Stibii Pentasulfidum

melekat dan memberi warna merah pada dinding atau dasar mortir.

Pencampuran ini dalam cukup waktu hingga memperoleh serbuk yang

homogen yang terlihat pada pengadukan tidak ada warna yang lebih tua.

7. Serbuk dengan ekstrak kental. Dalam mortir panas, ekstrak kental

diencerkan dengan cairan penyari, misalnya Spiritus Dilutus atau Spiritus

lainnya secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan

yang cocok, misalkan Saccharum Lactis atau Amylum Oryzae.

8. Serbuk dengan Tinctura atau Extractum Liquidum. Tinctura dan

Extractum liquidum diuapkan pelarutnya di atas tangas air hingga hampir

kering lalu diserbukkan dengan pertolongan bahan tambahan yang cocok,

biasanya digunakan Saccharum Lactis bila untuk obat dalam. Supaya

serbuk yang dipakai pengeringan tidak menjadi keras, maka selalu dilepas

dengan spatel dari dinding mortir.

18

Page 17: Makalah Serbuk

Bila kandungan zat berkhasiat tidak mudah menguap atau rusak dan

jumlahnya kecil, maka digunakan mortir panas dan dikeringkan dengan

penambahan Saccharum Lactis. Bila jumlah ekstrak cair atau tingtur

banyak maka diuapkan dulu di atas tangas air, diaduk dan bila cairan

tinggal sedikit ditambah Saccharum Lactis dan masa selalu dilepas dengan

spatel agar serbuk pengering tidak melekat dinding mortir

Tinctura yang sering dibuat secara tersebut ialah Ratanhiae Tinctura, Opii

Tinctura, Gentianae Tinctura, dan Strophanti Tinctura. Bila zat yang

berkhasiat pada pemanasan di atas tangas air mudah menguap atau rusak

(terurai) oleh pemanasan dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Isi tingtur diketahui secara kualitatif dan kuantitatif. Di sini diambil isi

zat berkhasiatnya saja. Misalkan pada Opii Benzoica Tinctura,

Champore Solutio Spirituosa, dan Iodii Tinctura.

b. Tingtur tidak dapat diganti dengan isi zat berkhasiatnya. Di sini tingtur

diuapkan dengan pemansan serendah mungkin. Dapat dilakukan

sebagai berikut, dalam cawan yang berisi Saccharum Lactis dipanasi di

atas tangas air dan teteskan tingtur sambil diaduk, tetes demi tetes,

penambahan tetes setelah tetes sebelumnya menjadi kering. Dengan

cara seperti ini dilakukan pada Opii Aromatica Tinctura, Valerianae

Tinctura.

Serbuk dengan Nitroglycerini Solutio Spirituosa karena jumlah Solutio

tersebut kecil dapat mudah dikeringkan dengan penambahan campuran

serbuk yang lain.

9. Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram saccharum

lactis dengan 1 tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum

Anisi, Oleum Foeniculi, dan Oleum Menthae Piperitae. Gula

berminyak tidak boleh disimpan sebagai persediaan, dan dikemas

dalam kertas perkamen, jangan dengan kertas paraffin sebab minyak

eterisnya akan diserap. Gula berminyak harus dibuat dengan tetes

minyak eteris penuh tidak pecahan, bila dalam hitungan diperoleh

19

Page 18: Makalah Serbuk

pecahan, dibuat dengan tetes penuh, sisa gula minyak disisihkan

(disimpan).

10. Campuran serbuk yang basah atau mencair disebabkan karena

terbebasnya sebagian atau seluruh air kristal dari tiap bahan, hal ini dapat

diatasi dengan mengambil bahan yang sudah dikeringkan (exsicatus),

bila sekiranya bahan tersebut mempunyai garam exsicatur dengan

perbandingan.

Perbandingan zat yang kering dengan zat yang mengandung air

kristal adalah:

a. Ferrosi sulfat: eksikatur = 100:67 (3:2)

b. Magnesium sulfat: eksikatus = 100:67 (3:2)

c. Natrii sulfas: eksikatus = 100:50 (2:1)

d. Natrii karbonas: eksikatus = 100:50 (2:1)

e. Tawas: eksikatus = 100:67 (3:2)

11. Sering dalam resep serbuk obat ditambah dengan tablet. Bila tersedia zat

aktif yang ada dalam tablet, sebaiknya diganti zat aktifnya yang sesuai,

bila tidak, tablet digerus dahulu, diayak lalu dicampur denga serbuk lain.

Bila jumlah tablet adalah pecahan, maka dibuat pengenceran dulu yang

mudah dibagi, baru ditimbang dalam perbandingan.

Serbuk tidak bagi, adalah serbuk baik untuk pemakaian dalam maupun

pemakaian luar. Untuk pemakaian dalam ialah: serbuk perut atau serbuk

pencahar, untuk pemakaian luar ialah: serbuk tabur, serbuk luka, serbuk

isap, serbuk gigi.

Cara mencampur serbuk tidak terbagi biasanya digunakan kotak panci

alumunium tertutup untuk mencampur serbuk, di dalamnya terdapat 3 bola

besi yang bila kotak digerakkan akan bergerak dan mencampur serbuk.

Cara dan Perhitungan Pengenceran

20

Page 19: Makalah Serbuk

Pengenceran IIPengenceran I

1. Pengenceran biasa

Pengenceran biasa dilakukan jika total berat zat aktif yang tertulis di resep di

bawah 50 mg dan di atas 1 mg (1 mg < zat aktif < 50 mg).

Contoh:

CTM = 40 mg

Cara perhitungan:

Perbandingan = zat aktif : total pengenceran

1 : 5

50 : 200

CTM = 50 mg

Zat tambahan = 150 mg

Total = 200 mg

Hasil pengenceran= total berat zat aktif dalam resepberat zat aktif hasil perbandingan

x total pengenceran

= 40 mg50 mg

x 200 mg = 160 mg

Sisa pengenceran = total pengenceran – hasil pengenceran

= 200 mg – 160 mg = 40 mg

2. Pengenceran bertingkat

Pengenceran bertingkat dilakukan jika total berat zat aktif yang tertulis di

resep di bawah 1 mg (zat aktif < 1 mg).

Contoh:

Atropin = 0,3 mg

Cara perhitungan:

0,3 mg 1 mg 50 mg

Pengenceran I

Perbandingan = zat aktif : total pengenceran

1 : 50

50 : 2500

Atropin = 50 mg

21

Page 20: Makalah Serbuk

Zat tambahan = 2450 mg +

Total = 2500 mg

Hasil pengenceran= total berat zat aktif dalam resepberat zat aktif hasil perbandingan

x total pengenceran

= 1 mg50 mg

x 2 500 mg = 50 mg

Pengenceran II

Perbandingan = hasil pengenceran I : total pengenceran

1 : 4

50 : 200

Hasil pengenceran I= 50 mg

Zat tambahan = 150 mg +

Total = 200 mg

Hasil pengenceran = total berat zat aktif dalam resepb erat minimal zat aktif

xtotal pengenceran

= 0 ,3 mg1 mg

x 200 mg = 60 mg

Jadi, hasil pengenceran yang ditimbang adalah 60 mg untuk digunakan dalam

pembuatan serbuk.

22

Page 21: Makalah Serbuk

Contoh Resep:

1. Resep Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)

Dr. Supriyadi

SIP no. 228/K/84

Jln. Budi Kemuliaan no. 8A, Makassar

No. Telp. 4265

No: 01 Tgl. 22 Januari 2013

R/ Balsem peru          2 %

     ZnO                      3.5   %

     Presip sulfur         1.4   %

     As.salisilat            0.8   %

     Kamfert                0.31 %

     Mentol                  0.47 %

     Talk                 ad    50 g

m.f.pulv adsp.

s.u.e.sns

Pro : Ilham (8 tahun)

Alamat : Bukit Garaganti, Samata

Perhitungan Bahan

Balsem peru          2 % x 50 = 1 g

Zno                        3.5 % x 50 = 1.75 g

Presip Sulfur         1.4 % x 50 = 0.71 g

As.salisilat             0.8 % x 50 = 0.4 g

Kamfert                 0.31 % x 50 = 1.55 g

Mentol                   0.47 % x 50 = 0.235 g

Talk                       100 % x 50 = 4. 25 g

100% - (2% +3.5% + 1.4% +0.8% +0.31% + 0.47% ) 50 = 45.75 g

Cara Pembuatan

Menimbang semua bahan.

23

Page 22: Makalah Serbuk

Menggerus Asam benzoat dalam mortir, kemudian menetesinya dengan

spiritus fortior hingga lembut, kemudian dikeringkan dengan talk dan

mengeluarkanya dari mortir.

Memasukan balsam peruv kedalam mortir kemudian meneteskan sedikit

spiritus fortior hingga encer lalu dikeringkan menggunakan talk dan

sisihkan.

Memasukan Sulfur praecitatum ke mortir,lalu menambahkan asam borat,

calc.carbonat, starch digerus hingga homogen.

Semua bahan dicampur , kemudian tambahkan ZnO yang sudah diayak 

dan tambahkan talk sebagian.

Mengayak bahan dengan ayakan No.60 hingga semua terayak,sisihkan.

Camfert ditetesi spiritus fortior dan mentol aduk hingga mencair, tambah

talk,campur  hingga kering dan homogen.

Campur sampai homogen  Talk yang tadi sudah diayak dengan Talk yang

telah  bercampur dengan  camfert.

Memasukanya ke wadah dan beri etiket yang sesuai.

Etiket

APOTEK SARTIKA PHARMA

JL. S DG. NGEMBA, SAMATA-GOWA

SIA: 70100111016

No. 01 Tgl. 22 Januari 2012

Untuk : Ilham (8 tahun)

Alamat :Bukit Garaganti, Samata

Pemakaian luar bila gatal

Apoteker: Ayu Try Sartika, S.Farm., Apt

Khasiat

Untuk mengatasi gangguan kulit seperti biang keringat dan gatal-gatal.

24

Page 23: Makalah Serbuk

2. Resep Pulveres (Serbuk Bagi)

a. Menggunakan dtd (de tales doses, berdasarkan dosis)

Dr. Supriyadi

SIP no. 228/K/84

Jln. Budi Kemuliaan no. 8A, Makassar

No. Telp. 4265

No: 02 Tgl. 22 Januari 2013

R/ Asetosal 0,1

CTM 0,01

     Lactosa 0,05

m.f.pulv.dtd.no.XX

s.3.dd.I.p.c

Pro : Fizha (18 tahun)

Alamat : Jln. Hertasning Baru, Makassar

Perhitungan bahan

Asetosal = 0,1 g x 20 = 2 g

CTM = 0,01 x 20 = 0,2 g

Lactosa = 0,05 x 20 = 1 g

Perhitungan dosis

DM asetosal = 1 g/8 g

DM CTM = -/40 mg = -/0,04 g

1) Berdasarkan Umur

a) Asetosal

1 x p = n

20x DM

= 1820

x1 g = 0,9 g < 1 g

Sehari = 0,9 x 3 = 2,7 g < 8 g

b) CTM

1 x p = 1820

x−¿ = --

25

Page 24: Makalah Serbuk

Sehari = 1820

x 40 mg = 36 mg < 40 mg

2) Berdasarkan resep

a) Asetosal

1 x p = 1 x 0,1 g = 0,1 g < 0,9 g

Sehari = 0,1 g x 3 = 0,3 g < 2,7 g

b) CTM

1 x p = 1 x 0,01 g = 0,01 g < --

Sehari = 3 x 0,01 g = 0,03 g < 0,036 g

3) Persentase

a) Asetosal

1 x p = 0,10,9

x 100% = 11.11% < 100%

Sehari = 0,32,7

x 100% = 11,11% < 100%

b) CTM

1 x p = --

Sehari = 0,03

0,036x 100 % = 83,33% < 100%

b. Tanpa menggunakan dtd

Dr. Supriyadi

SIP no. 228/K/84

Jln. Budi Kemuliaan no. 8A, Makassar

No. Telp. 4265

No: 02 Tgl. 22 Januari 2013

R/ Asetosal 1

CTM 0,2

     Lactosa 1

m.f.pulv.no.XX

s.3.dd.I.p.c

Pro : Fizha (18 tahun)

26

Page 25: Makalah Serbuk

Alamat : Jln. Hertasning Baru, Makassar

Perhitungan bahan

Asetosal = 2 g

CTM = 0,2 g

Lactosa = 1 g

Perhitungan dosis

1) Berdasarkan Umur

a) Asetosal

1 x p = n

20x DM

= 1820

x1 g = 0,9 g < 1 g

Sehari = 0,9 x 3 = 2,7 g < 8 g

b) CTM

1 x p = 1820

x−¿ = --

Sehari = 1820

x 40 mg = 36 mg < 40 mg

2) Berdasarkan resep

a) Asetosal

1 x p = 1

20x 2 g = 0,1 g < 0,9 g

Sehari = 0,1 g x 3 = 0,3 g < 2,7 g

b) CTM

1 x p = 1

20x 0,2 = 0,01 g < --

Sehari = 3 x 0,01 g = 0,03 g < 0,036 g

3) Persentase

a) Asetosal

1 x p = 0,10,9

x 100 % = 11.11% < 100%

Sehari = 0,32,7

x 100% = 11,11% < 100%

27

Page 26: Makalah Serbuk

b) CTM

1 x p = --

Sehari = 0,03

0,036x 100 % = 83,33% < 100%

Cara pembuatan untuk resep a dan b

Disiapkan alat dan bahan

Dibuat pengenceran untuk CTM, sesuai dengan cara yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Ditimbang hasil pengenceran, dimasukkan ke dalam lumpang.

Ditimbang asetosal 2 g, dimasukkan ke dalam lumpang sedikit demi

sedikit, digerus homogen.

Ditimbang lactosa 1 g, dimasukkan ke lupang sedikit demi sedikit,

digerus homogen.

Disiapkan kertas puyer sebanyak 20 kertas, dibagi serbuk sama

banyak ke setiap kertas puyer.

Dimasukkan ke dalam sak obat, dan diberi etiket putih.

Etiket untuk resep a dan b

APOTEK SARTIKA PHARMA

JL. S DG. NGEMBA, SAMATA-GOWA

SIA: 70100111016

No. 02 Tgl. 22 Januari 2012

Untuk : Fizha (18 tahun)

Alamat : Jln. Hertasning Baru, Makassar

Aturan : 3 x sehari, 1 bungkus

setelah makan

Apoteker: Ayu Try Sartika, S.Farm., Apt

3. Resep Kapsul

28

Dr. Supriyadi

SIP no. 228/K/84

Jln. Budi Kemuliaan no. 8A, Makassar

No. Telp. 4265

No: 03 Tgl. 22 Januari 2013

R/ Vitamin C 25

Thiamin HCL 2

     Nicotinic Acid 25

Laktosa 110

m.f.pulv.da in caps.dtd.no.XXV

s.1.dd.caps.I.pc

Pro : Zaky (22 tahun)

Alamat : Barombong

Page 27: Makalah Serbuk

Perhitungan bahan

Vitamin C = 25 mg x 25 = 625 mg

Thiamin HCl = 5 mg x 25 = 50

Nicotinic Acid = 25 mg x 25 = 625 mg

Laktosa = 110 mg x 25 = 2750 mg

Berat total = 4050 mg

Pemilihan kapsul

= berat total bahan

banyak kapsul yang akan dibuat ¿

405025

= 162 mg(berat untuk tiap kapsul)

Kapsul yang digunakan adalah kapsul nomor 3 (kapasitas 0,2 g = 200 mg)

Cara pengisian serbuk ke kapsul

Peracikan obat dilakukan seperti peracikan pembuatan pulveres, yang

membedakan hanyalah pemasukan serbuk ke dalam cangkang kapsul. Cara

tercepat untuk memasukkan serbuk ke kapsul adalah dengan membagi sama

banyak pada kertas puyer sebanyak 25. Kemudian dimasukkan secara manual

dengan tangan dapat juga dengan alat bukan mesin.

Etiket

29

APOTEK SARTIKA PHARMA

JL. S DG. NGEMBA, SAMATA-GOWA

SIA: 70100111016

No. 02 Tgl. 22 Januari 2012

Untuk : Zaky (22 tahun)

Alamat : Barombong

Aturan : 1 x sehari, 1 kapsul

setelah makan

Apoteker: Ayu Try Sartika, S.Farm., Apt

Page 28: Makalah Serbuk

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sediaan serbuk adalah adalah campuran kering bahan obat atau zat

kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian

luar. Sediaan serbuk dibagi menjadi dua, yaitu pulvis dan pulveres. Pulvis

adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi, sedangkan pulveres adalah serbuk

yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama dengan dibungkus kertas

perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok. Dalam beberapa hal

digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat halus serbuk yang

disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikuts erbuk sangat kasar

adalah serbuk (5/8), serbuk kasar adalah serbuk (10/40), serbuk agak kasar

adalah serbuk (22/60), serbuk agak halus adalah serbuk (44/85), serbuk halus

adalah serbuk (85), serbuk sangat halus adalah serbuk (120), serbuk sangat

halus sekali adalah serbuk (200/300). Kapsul adalah sediaan berupa serbuk

yang diisikan dalam cangkang kapsul atau berupa sediaan cairan, setengah

padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Serbuk diracik dengan cara

mencampur satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan yang

jumlahnya sedikit kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor

60 dan dicampur lagi. Dalam pembuatan serbuk, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dan dibutuhkan perlakuan tertentu seperti ekstrak kental, bahan

30

Page 29: Makalah Serbuk

yang higroskopis, bahan aktif dalam jumlah sedikit, bahan aktif dengan berat

jenis yang berbeda, dan lain-lain.

B. Saran

Penulis berharap makalah ini dapat memberkan kontribusi yang cukup

untuk mahasiswa farmasi pada khususnya. Adapun kekurangan dalam

makalah kami ini, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun.

31

Page 30: Makalah Serbuk

DAFTAR PUSTAKA

Arjuna, Andi dkk. 2010. Penuntun Praktikum Farmasetik. Fakultas Farmasi Unhas: Makassar.

Anief, Moh. 2007. Farmasetika Dasar. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.

http://fahmisheika.wordpress.com/2012/07/14/kapsul-sheika-selamaretha-anzelin/.Diakses pada tanggal 3 Februari 2013.

http://mienceubyaan.blogspot.com/2012/06/soft-capsule.html. Diakses pada tang-gal 3 Februari 2013.

http://farmasiputri.blogspot.com/2012/05/kapsul.html. Diakses pada tanggal 3 Februari 2013.

32