makalah paralise n fasialis

40
BLOK : OROMAKSILOFASIAL 1 MODUL : III SKENARIO 3 TUTOR : DRG.NETTY N KAWULUSAN, M.KES PIPI MIRING OLEH : KELOMPOK VII Jennifer A Ratna Juwita Andi Fatima Faradiba Albaar Yadi aditya Kurnia Muh.Arfan Fitriani A Marasabessy Khusnul Ilma Darmayana St.Hardianti Nadya Alifa S Wanty Fajriani Soelistia Ramadhani A.Muh.Arif A.Ika Anggraini FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Upload: yayaxie

Post on 19-Jan-2016

111 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Oromaksilofacial

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Paralise n Fasialis

BLOK : OROMAKSILOFASIAL 1

MODUL : III SKENARIO 3

TUTOR : DRG.NETTY N KAWULUSAN, M.KES

PIPI MIRING

OLEH :

KELOMPOK VII

Jennifer A Ratna Juwita

Andi Fatima Faradiba Albaar

Yadi aditya Kurnia

Muh.Arfan Fitriani A Marasabessy

Khusnul Ilma Darmayana

St.Hardianti Nadya Alifa S

Wanty Fajriani Soelistia Ramadhani

A.Muh.Arif A.Ika Anggraini

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: Makalah Paralise n Fasialis

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah melimpahkan taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyusun dan

menyajikan makalah ini.

Permasalahan yang kami akan kemukakan adalah mengenai Pipi Miring,

dimana akan dibahas mengenai nervus fasialis, kelumpuhan terhadap nervus fasialis

dimana salah satunya adalah paralisis nervus fasialis, penyebab serta penanganannya.

Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk penyempurnaan

makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan kita dengan rahmat-Nya

dan makalah ini kami sampaikan dengan harapan dapat memenuhi apa yang

diharapkan.

Makassar, 22 Mei 2012

Page 3: Makalah Paralise n Fasialis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………....2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………..……………….….

LATAR BELAKANG…………............................................................................

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM……………………………………………

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………..................................................

NERVUS FASIALIS …………………………………………………………….

o Definisi Nervus Fasialis………………………………………………………..

o Anatomi Nervus Fasialis……………………………………………………….

o Perjalanan Nervus Fasialis …………………………………………………….

o Kelumpuhan yang Dapat Terjadi pada Nervus Fasialis…………………….…

o Cara Menegakkan Diagnosis………………..……………………………...….

o Diagnosis pada Kasus……………………………………………..……………

PARALISIS NERVUS FASIALIS ………………………………………………..

o Defenisi Paralisis Nervus Fasialis………………………………………..……

o Mekanisme Terjadinya Paralisis Nervus Fasialis …………………………….

o Etiologi Paralisis Nervus Fasialis………………………………….…………...

o Tanda dan Gejala Paralisis Nervus Fasialis……………………….……………

o Tindakan dan Perawatan Pasien yang Mengalami Paralisis Nervus

Fasialis………………………………………………………………………….

o Prognosis…………………………………………………………………….….

Page 4: Makalah Paralise n Fasialis

BELL’S PALSY………………………………………………………………..

Dampak yang Ditimbulkan Apabila Tidak Ditangani Lebih Lanjut…………..

BAB III PENUTUP...................................................................................................

KESIMPULAN..............................................................................................

BAB IV DAFTAR PUSTAKA……………………………….................................

Page 5: Makalah Paralise n Fasialis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nervus fasialis (N.VII) merupakan saraf dengan tugas utama mempersarafi

otot-otot wajah, persarafan 2/3 bagian ventral dorsum lidah dan sekresi beberapa

kelenjar seperti kelenjar lakrimalis, submandibularis, sublingualis, nasalis, paranasalis

dan palatina.Nervus fasialis keluar dari bagian inferolateral batang otak pada

sambungan pons dan medulla oblongata dan letaknya dan letaknya tepat anterior dari

saraf vestibulokohlearis.Nervus ini terdiri atas saraf fasialis murni yang mengandung

inti motorik dan saraf intermedius yang mengandung inti sensorik dan parasimpatik.

Adanya cedera pada nervus fasialis dapat menimbulkan kelumpuhan pada

nervus tersebut, baik yang bersifat temporer maupun permanen.Pada bidang

kedokteran gigi yang umum terjadi yaitu kelumpuhan nervus fasialis yang bersifat

temporer yang diakibatkan kesalahan saat melakukan anestesi lokal. Salah satu

komplikasi tersebut adalah paralisis nervus fasialis, yang ditandai dengan

kelumpuhan otot wajah, adanya gangguan pada sekresi air liur, kelenjar lakrimalis,

rasa kecap 2/3 anterior lidah, fungsi pendengaran, gerakan bola mata dan reaksi

berkedip atau menutup mata.

B. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan

diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinik, gejala-gejala klinik dan

melakukan pengobatan atau perawatan.

C. Tujuan Instruksional Khusus

Page 6: Makalah Paralise n Fasialis

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat :

1. Dapat menjelaskan anatomi dan perjalanan nervus fasialis

2. Mengetahui penyebab paralisis nervus fasialis

3. Menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinik

4. Dapat mengetahui tanda dan gejala paralisis nervus fasialis

5. Dapat melakukan pengobatan atau perawatan

c. Rumusan masalah

1. Jelaskan defenisi nervus fasialis !

2. Jelaskan anatomi dan perjalanan nervus fasialis !

3. Jelaskan gangguan-gangguan / kelumpuhan yang dapat terjadi pada nervus

fasialis !

4. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ?

5. Apa diagnosis pada kasus ?

6. Jelaskan defenisi dan bagaimana mekanisme dari paralisis nervus fasialis !

7. Jelaskan etiologi paralisis nervus fasialis !

8. Bagaimana tanda dan gejala paralisis nervus fasialis ?

9. Tindakan dan perawatan apa yang dpaat diberikan pada pasien ?

10. Jelaskan prognosis pada kasus !

11. Apa dampak yang ditimbulkan apabila kasus tidak ditangani ?

Page 7: Makalah Paralise n Fasialis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi, anatomi, dan perjalanan nervus fasialis

2.1. Definisi nervus fasialis

Nervus fasialis (N.VII) merupakan nervus yang mempersarafi otot ekspresi

wajah, dari telinga dan kulit kepala serta struktur lainnya meliputi 2/3 bagian ventral

dorsum lidah dan beberapa kelenjar lain meliputi kelenjar lakrimalis,

submandibularis, sublingualis, nasalis, paranasalis dan palatina. Nervus fasialis

sebenarnya terdiri dari serabut motorik, namun pada perjalanannya ke tepi nervus

intermedius bergabung padanya. Nervus intermedius itu tersusun oleh serabut

sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang menghantarkan impuls

pengecap dari 2/3 bagian depan lidah.

2.2. Anatomi nervus fasialis

Nervus fasialis dalam perjalanannya bekerja sama dengan nervus kranialis

yang lain, karena itu dimasukkan ke dalam mix cranial nerve. Nervus fasialis keluar

dari bagian inferolateral batang otak pada sambungan pons dan medulla oblongata

dan letaknya tepat anterior dari saraf vestibulokohlearis.

Nervus fasialis memiliki dua komponen.Bagian yang lebih besar terdiri dari

serabut saraf aferen yang merangsang ekspresi otot wajah.Bagian yang kecil terdiri

dari serabut saraf perasa di 1/3 anterior lidah, serabut sekremotor ke glandula

lacrimalis dan salivarius, dan beberapa serabut saraf nyeri.

Nervus fasialis memiliki empat nukleus (inti) :

Nukleus fasialis, untuk saraf somatomotoris

Page 8: Makalah Paralise n Fasialis

Nukleus salivatorius superior, untuk saraf viseromotoris

Nukleus solitarius, untuk saraf viserosensoris

Nukleus sensoris trigeminus, untuk saraf somatosensoris

Nervus fasialis mengandung empat macam serabut :

Serabut somatomotorik, yang mempersarafi otot-otot wajah (termasuk

buccinators, occipital dan platisma) berjalan kea rah posterior mempersarafi

otot digastricus, stylohyoid dan stapedius

Serabut visero-motorik, yang mengurus glandula dan mukosa faring, palatum,

rongga hidung, sinus paranasal dan glandula submaksilaris serta sublingual

dan lakrimalis

Serabut visero-sensorik, yang menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3

bagian depan lidah

Serabut somato-sensorik, yang menghantar rasa nyeri dan mungkin juga suhu

dan rasa raba dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh

nervus trigeminus (N.V)

Percabangan nervus fasialis dan otot yang diinervasi sebagai berikut :

Temporal, menyilang arcus zygomaticus menuju facies temporalis, mensuplai

auricularis anterior dan superior, bergabung dengan cabang

zygomaticotemporale nervus maksilaris, dan dengan cabang

auriculotemporalis nervus mandibularis. Cabang yang lebih anterior

mensuplai muskulus frontalis, orbicularis oculi dan corrugator supercilli.

Nervus selanjutnyabergabung dengan cabang supraorbital dan lacrimalis

nervus ophtalmicus.

Page 9: Makalah Paralise n Fasialis

Zygomatic, berjalan melewati os zygomaticum menuju angulus lateralis

orbita, kemudian mensuplai muskulus orbicularis oculi dan bergabung dengan

nervus lacrimalis dan zygomaticofacial cabang nervus maksilaris.

Buccal, berdiameter lebih besar daripada cabang mandibularis dan cabang

servikalis, berjalan horizontal ke anterior dan terdistribusi di inferior cavum

orbita dan sekitar mulut. Cabang superficial berjalan di bawah kulit dan di

superior muskulus superfisial muka, beberapa mensuplai muskulus procerus,

bergabung dengan cabang infratrochlearis dan nasociliaris nervus ophtalmicus

di angulus medialis cavum orbita. Mensuplai muskulus pada region inferior

mata dan sekitar mulut sebagai berikut :

o Procerus

o Zygomaticus

o Levator labii superioris

o Buccinators

o Orbicularis oris

Mandibular, berjalan ke anterior di bawah muskulus platysma dan

triangularis, menginervasi muskuli bibir bawah dan dagu, beranastomosis

dengan cabang mentalis nervus alveolaris inferior. Mensuplai otot-otot bibir

dan dagu bagian bawah sebagai berikut :

o Depressor anguli oris

o Depressor labii inferioris

o Mentalis

Servikal, yang berjalan ke anterior di bawah platysma dan membentuk arcus

yang berjalan melewati leher daerah suprahyoid. Satu cabang berjalan ke

inferior bergabung dengan nervus vutaneus cervicalis membentuk pleksus

cervicalis, sedangkan yang lainnya menginervasi platysma.

Page 10: Makalah Paralise n Fasialis

Percabangan nervus fasialis

2.3. Perjalanan nervus fasialis

Inti motorik nervus fasialis terletak di bagian ventrolateral tegmentum

pontis.Akarnya menuju ke dorsomedial dahulu, kemudian melingkari inti nervus

abdusens dan setelah itu baru membelok ke ventrolateral kembali untuk

meninggalkan permukaan lateral pons. Disitu ia berdampingan dengan nervus

oktavus dan intermedius. Bertiga mereka masuk ke dalam os petrosum melalui

meatus akustikus internus.

Nervus fasialis keluar dari os petrosum kembali dan tiba di kavum

timpani.Kemudian turun dan sedikit membelok ke belakang dan keluar dari tulang

tengkorak melalui foramen stylomastoideum. Pada waktu ia turun ke bawah dan

membelok ke belakang di kavum timpani, disitu ia tergabung dengan ganglion

genikulatum. Ganglion tersebut merupakan sel induk dari serabut penghantar impuls

pengecap yang dinamakan korda timpani.Juluran sel-sel tersebut yang menuju ke

Page 11: Makalah Paralise n Fasialis

batang otak ialah nervus intermedius.Di samping itu ganglion tersebut memberikan

cabang-cabang kepada ganglion otikum dan sfenopalatinum yang menghantarkan

impuls sekremotorik untuk kelenjar lendir.Liang os petrosum yang mengandung

nervus fasialis dinamakan akuaduktus fallopi atau kanalis fasialis. Disitu nervus

fasialis memberikan cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia

menerima serabut-serabut korda timpani. Berkas saraf ini menuju ke tepi atas

gendang telinga dan membelok ke depan. Melalui kondilus anterior ia keluar dari

tengkorak dan tiba di bawah muskulus pterigoideus eksternus. Disitu korda timpani

menggabungkan diri pada nervus lingualis yang merupakan cabang dari nervus

mandibularis. Korda timpani menghantarkan impuls pengecap dari 2/3 bagian depan

lidah.

Sebagai saraf motorik mutlak, nervus fasialis keluar dari foramen

stylomastoideum dan memberikan cabang-cabang kepada m. stylohyoid dan venter

posterior m. digastricus dan m. occipitalis.Pangkal sisanya menuju ke glandula

parotis. Disitu ia bercabang-cabang lagi untuk mempersarafi otot wajah dan platysma.

Perjalanan nervus fasialis

2.4. gangguan/kelumpuhan yang dapat terjadi pada nervus fasialis

Page 12: Makalah Paralise n Fasialis

2.5. Cara menegakkan diagnosis

Anamnesis

Keluhan Utama

Riwayat Penyakit sekarang

Riwayat Penyakit terdahulu

Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat Kebiasaan

Pemeriksaan FisiskKesadaran Keadaan umum Tinggi Badan

Tanda VitalTekanan darah : 100/80 mmHgNadi : 90 x/menitSuhu : 37.6 oCPernafasan : 16 x/menit

Pemeriksaan motorik N.VII perifer :   1. m. frontalis Mengangkat alis ke atas

2. m. sourcilier Mengerutkan alis 3. m. piramidalis Angkat & kerutkan hidung ke atas 4. m. orbikularis okuli Pejam mata sekuatnya5. m. zigomatikus Tertawa lebar sehingga tampak gigi 6. m. levator komunis Memoncongkan mulut ke depan sampai terlihat gigi 7. m. businator Menggembungkan kedua2 pipi 8. m. orbikularis oris bersiul 9. m. triangularis Tarik kedua sudut bibir ke bawah 10. m. mentalis Memoncongkan mulut yg tertutup rapat ke depan

Page 13: Makalah Paralise n Fasialis

2.6. Diagnosis

Dari tanda dan gejala yang dialami oleh pasien, yakni setelah anestesi pada

gigi 48 pasien mengeluh pipi miring disertai salah satu kelopak mata tidak bisa

ditutup, disimpulkan bahwa diagnosis pada kasus adalah paralisis nervus fasialis.

Paralisis Nervus Fasialis

2.7. Defenisi Paralisis Nervus Fasialis

Paralisis nervus fasialis yaitu suatu kelumpuhan pada nervus fasialis yang

disebabkan adanya kerusakan pada akson, sel Schwan dan selubung myelin yang

dapat bersifat temporer (sementara) dan permanen.Bersifat temporer ketika nervus

fasialis terkena ketika melakukan anestesi lokal, sedangkan bersifat permanen ketika

nervus fasialis terpotong secara tidak sengaja.

2.8. Mekanisme Paralisis Nervus Fasialis

Ketika anestesi lokal diberikan, serabut motorik teranestesi oleh deposisi

anestesi lokal disekitarnya.Contohnya ketika anestetikum mengenai lobus yang dalam

dari glandula parotis, dimana saraf terminal dari enrvus fasialis memanjang.Juga pada

kasus terblokirnya serabut motoris pada quadratus labii inferior dan otot triangularis

sehingga terjadi paralisis bibir bawah.

2.9. Etiologi Paralisis Nervus Fasialis

Dalam bidang kedokteran gigi, etiologi paralisis nervus fasialis sebagai

berikut :

Masuknya anestetikum pada glandula parotis yang terletak di bagian posterior

ramus mandibular, berbatasan dengan m.pterygoideus medialis dan

m.masseter. Mengarahkan jarum terlalu ke posterior atau secara tidak sengaja

membelokkan dalam arah posterior selama blok nervus alveolaris inferior,

Page 14: Makalah Paralise n Fasialis

atau memasukkan jarum berlebihan pada blok Vazirani-Akinosi dapat

menyebabkan jarum masuk ke kelenjar parotis. Jika didepositkan anestetikum

dapat terjadi paralisis dimana memblokir daerah serviko fasial atau kortiko

temporal dari nervus fasialis

Infiltrasi anestetikum yang berlebihan pada anestesi blok infraorbital yang

menyebabkan paralisis otot ekstra-okular

Kesalahan penyuntikan yang menyebabkan terblokirnya serabut motoris pada

quadratus labii inferior dan otot triangularis, menyebabkan paralisis bibir

bawah

Adanya sumber infeksi di daerah mulut (radang parotis)

Trauma pada waktu operasi sendi temporomandibular. Misalnya trauma pada

bagian kondilus mandibula akan menyebabkan gangguan pada pleksus saraf

fasialis pada bagian atas

Trauma sewaktu pembuangan tumor glandula parotis (terpotongnya nervus

fasialis) dimana terjadi gangguan pada pleksus saraf fasialis bagian bawah

Fraktur pada ramus mandibula yang dapat mengakibatkan putusnya saraf

fasialis

Lesi Upper Motor Neuron (UMN) dan Lower Motor Neuron (LMN). Lesi

UMN meliputi tumor dan lesi vaskuler. Lesi LMN, dimana penyebab pada

pons meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia. Pada fossa posterior

meliputi neuroma akustik, meningioma, meningitis kronik. Pada pars petrosa

os temporalis dapat terjadi Bell’s Palsy, fraktur, sindroma Rumsay Hunt dan

otitis media

Gangguan pembuluh darah misalnya thrombosis arteri karotis, arteri

maksilaris dan arteri serebri media

Kongenital. Umumnya bersifat irreversible dan terdapat bersamaan dengan

anomaly pada telinga dan tulang pendengaran

Infeksi. Sebagai akibat dari infeksi pada intracranial atau infeksi telinga

tengah dapat menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis. Infeksi intracranial

Page 15: Makalah Paralise n Fasialis

yang menyebabkan kelumpuhan ini antara lain Sindrom Ramsey-Hunt, herpes

opticus dan infeksi telinga tengah yaitu otitis media akut dan otitis media

supuratif kronis yang telah merusak kanal faloppi. Lesi telinga tengah dapat

mengakibatkan hilangnya rasa kecap unilateral, namun sangat jarang terjadi

Tanda dan Gejala paralisis Nervus fasialis

Secara umum, pasien tidak akan mampu menutup sebelah matanya, refleks

menutup mata untuk protektif tidak ada. Kornea mempertahankan persarafannya,

sehingga ketika mata mengalami iritasi, refleks kornea tidak ada sehingga air mata

akan mengalir untuk melindungi kornea mata. Wajah pasien juga terlihat

miring.Lipatan nasolabial hilang, sudut mulut turun dan bibir tertarik ke sisi yang

sehat. Pasien akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan dimana air ludah

akan keluar dari sudut mulut yang turun.

Tindakan dan Perawatan

Tindakan yang dilakukan pada pasien yaitu :

Tenangkan pasien. Jelaskan bahwa keadaan tersebut hanya bersifat sementara

dan akan berlalu dalam beberapa jam tanpa efek/gejala yang tersisa. Jelaskan

Page 16: Makalah Paralise n Fasialis

bahwa itu disebabkan oleh aksi anestetikum terhadap nervus fasialis yang

merupakan saraf motoris otot ekspresi wajah

Tutup mata pasien yang terkena dengan penutup mata hingga tonus otot

kembali. Instruksikan pasien untuk secara periodik menutup kelopak mata

bawah untuk melindungi kornea

Jika pasien menggunakan kontak lensa, kontak lensa harus dikeluarkan dan

disimpan hingga pergerakan otot kembali normal

Catat kejadian tersebut pada kartu status pasien

Meskipun tidak ada kontraindikasi untuk melakukan anestesi ulang pada

pasien, akan lebih baik bila prosedur tidak dilanjutkan

Lakukan fisioterapi berupa massage otot wajah. Massage dilakukan perlahan

kea rah atas pada otot yang terkena selama 5-10 menit. Pasien dilatih untuk

melakukan sendiri di rumah 2-3 kali sehari.

Pemberian obat-obatan kortison atau prednison yang merupakan golongan

kortikosteroid yang mempunyai efek anti inflamasi. Aktivitas anti inflamasi

ini berhubungan dengan konsentrasi hormon steroid pada daerah inflamasi,

dimana steroid akan menurunkan reaksi inflamasi dengan menghambat

peningkatan permeabilitas kapiler yang ditimbulkan oleh inflamasi akut

Operasi, yaitu dekompresi nervus fasialis, nerve graft dan operasi plastik.

Operasi dilakukan apabila :

o Tidak ada penyembuhan setelah beberapa lama (1-2 tahun)

o Pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total

o Tidak ada penyembuhan setelah pemberian obat-obatan

Prognosis

Page 17: Makalah Paralise n Fasialis

Prognosis pada umumnya baik karena hanya bersifat temporer dan dapat

kembali seperti sedia kala dalam beberapa jam. Prognosis buruk apabila paralisis

bersifat permanen sehingga perlu dilakukan operasi saraf yang umumnya hanya akan

berakhir dengan kelumpuhan.

BELL’S PALSY

Defenisi

Bell’s Palsy merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering

mempengaruhi nervus cranialis. Gangguan ini berupa paresis atau paralisis fasial

perifer yang terjadi tiba-tiba, bersifat unilateral tanpa penyebab yang jelas. Sindroma

paralisis fasial idiopatik ini pertama kali dijelaskan lebih dari satu abad yang lalu oleh

Sir Charles Bell, meskipun masih banyak kontroversi mengenai etiologi dan

penatalaksanaannya, Bell’s Palsy merupakan penyebab paralisis fasial yang paling

sering di dunia.

Patofisiologi

Patofisiologi pasti gangguan ini tidak diketahui; hal ini masih diperdebatkan.Sebuah

teori yang paling sering dipakai adalah inflamasi yang terjadi pada nervus fasialis.

Selama proses ini, diameter nervus bertambah dan menjadi terdesak oleh tulang

temporal. Nervus fasialis berjalan melalui bagian tulang temporal yang disebut

kanalis fasialis.Bagian pertama kanalis fasialis (segmen labirintus) merupakan yang

paling sempit. Lubang kecil (diameter sekitar 0,66 mm) pada segmen ini disebut

foramen meatal.Nervus fasialis ditinjau dari perjalanannya yang melalui kanalis

fasialis yang sempit. Maka secara logis dapat terjadi berbagai proses inflamasi,

demielinisasi, iskemia atau penekanan yang kemudian dapat merusak kondisi neuron

pada jalur anatomis ini.

Page 18: Makalah Paralise n Fasialis

Frekuensi

Di Amerika Serikat, insiden Bell’s Palsy adalah sekitar 23 kasus per 100.000 orang.

Kondisi ini memperngaruhi sekitar 1 orang pada 65 kehidupan. Di dunis, insiden

penyakit kurang lebih sama dengan Amerika Serikat.

Akibat yang Ditimbulkan

Bell’s Palsy dapat menyebabkan gangguan estetik, fungsional dan psikologis pasien

yang mengalami disfungsi nervus residual selama fase penyembuhan atau pada

pasien dengan penyembuhan yang tidak sempurna.

Paralisis parsial

Sinkinesis motorik ( gerakan involunter yang menyertai gerakan volunter)

Sinkinesis otonom (lakrimasi involunter setelah gerakan otot volunter)

Faktor yang Mempengaruhi

Ras. Insiden Bell’s Palsy tampak cukup tinggi pada orang-orang keturunan

Jepang

Jenis kelamin. Tidak ada perbedaan distribusi jenis kelamin pada pasien

dengan Bell’s Palsy

Usia. Usia mempengaruhi probabilitas kontraksi Bell’s Palsy. Insiden paling

tinggi pada orang dengan usia antara 15-45 tahun. Bell’s Palsy lebih jarang

pada orang-orang yang berusia dibawah 15 tahun dan yang berusia diatas 60

tahun.

Gejala Klinis

Page 19: Makalah Paralise n Fasialis

Riwayat. Hampir semua pasien yang dibawa ke ruang gawat darurat merasa

bahwa mereka menderita stroke atau tumor intrakranial. Hampir semua

keluhan yang disampaikan adalah kelemahan pada salah satu sisi wajah.

Nyeri postauricular. Hampir 50% pasien menderita nyeri di region mastoid.

Nyeri sering muncul secara simultan disertai dengan paresis, tetapi paresis

muncul dalam 2-3 hari pada sekitar 25% pasien.

Aliran air mata. 2/3 pasien mengeluh mengenai aliran air mata mereka. Ini

disebabkan akibat penurunan fungsi orbicularis oculi dalam mengalirkan air

mata. Hanya sedikit air mata yang dapat mengalir hingga saccus lacrimalis

dan terjadi kelebihan cairan. Produksi air mata tidak dipercepat.

Perubahan rasa. Hanya 1/3 pasien mengeluh tentang gangguan rasa, 4/5

pasien menunjukkan penurunan rasa. Hal ini terjadi akibat hanya setengah

bagian lidah yang terlibat.

Mata kering

Hyperacusis. Kerusakan toleransi pada tingkatan tertentu pada hidung akibat

peningkatan iritabilitas mekanisme neuron sensoris.

Pemeriksaan Fisik

Gambaran paralisis wajah mudah dikenali pada pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan yang lengkap dan tepat dapat menyingkirkan kemungkinan penyebab

lain paralisis wajah. Pikirkan etiologi lain jika semua cabang nervus fasialis tidak

mengalami gangguan.

Defenisi klasik Bell’s Palsy menjelaskan tentang keterlibatan mononeuron

dari nervus fasialis, meskipun nervus kranialis lain juga dapat terlibat. Nervus

fasialis merupakan satu-satunya nervus kranialis yang menunjukkan gambaran

gangguan pada pemeriksaan fisik karena perjalanan anatomisnya dari otak ke

wajah bagian lateral

Kelemahan dan / atau paralisis akibat gangguan pada nervus fasialis tampak

sebagai kelemahan seluruh wajah (bagian atas dan bawah) pada sisi yang

Page 20: Makalah Paralise n Fasialis

diserang. Perhatikan gerakan volunteer bagian atas wajah pada sisi yang

diserang.

Pada lesi supranuklear seperti stroke kortikal (neuron motorik atas; di atas

nucleus fasialis di pons), dimana 1/3 atas wajah mengalami kelemahan dan

2/3 bagian bawahnya mengalami paralisis. Muskulus orbicularis, frontalis dan

corrugator diinervasi secara bilateral, sehingga dapat dimengerti mengenai

pola paralisis wajah

Lakukan pemeriksaan nervus kranialis lain; hasil pemeriksaan biasanya

normal

Membran timpani tidak boleh mengalami inflamasi; infeksi yang tampak

meningkatkan kemungkinan adanya otitis media yang mengalami komplikasi

Etiologi

Etiologi Bell’s palsy hingga saat ini masih tidak jelas, meskipun penyebab

vaskuler, infeksi, genetik dan imunologis telah dicari. Pasien-pasien dengan penyakit

atau kondisi lain kadang-kadang juga mengalami Palsy nervus fasialis perifer, tetapi

gangguan ini tidak digolongkan sebagai Bell’s Palsy.

Infeksi virus. Data klinis dan epidemiologis menunjukkan adanya suatu

infeksi pada awal gangguan, yang mencetuskan respon imunologis, shingga

terjadi kerusakan nervus fasialis. Kuman-kuman patogem yang mungkin

adalah Herpes Simpleks Virus Tipe 1 (HSV-1); Herpes Simpleks Virus Tipe 2

(HSV-2); Human Herpes Virus (HHV); Varicella Zoster Virus (VZV);

Mycoplasma Pneumonia; Borrelia Burgdorferi; Influenza B; Adenovirus;

Coxsackie Virus; Virus Eibsein-Barr; Hepatitis A, B dan C; Cytomegalovirus

(CMV); dan virus rubella

Kehamilan. Bell’s Palsy jarang terjadi pada kehamilan, tetapi prognosis

adalah lebih buruk pada wanita hamil dengan Bell’s Palsy daripada wanita

tidak hamil yang menderita penyakit ini

Page 21: Makalah Paralise n Fasialis

Genetik. Tingkat rekurensi (4,5-15%) dan insiden familial (4,1%) telah

dinyatakan dalam berbagai penelitian. Faktor genetik mungkin berperan pada

Bell’s Palsy, tetapi mengenai faktor mana yang diwariskan masih belum jelas

Pengobatan

Pengobatan awal bagi pasien dengan Bell’s Palsy di ruang gawat darurat

adalah penanganan farmakologis. Perawatan selanjutnya adalah edukasi pasien,

anjuran perawatan mata dan perawatan lanjutan yang sesuai.

Perawatan farmakologis.

o Steroid. Pengobatan Bell’s Palsy dengan menggunakan steroid masih

merupakan suatu kontroversi. Berbagai artikel penelitian telah

diterbitkan mengenai keuntungan dan kerugian pemberian steroid pada

Bell’s Palsy. Para peneliti lebih cenderung memilih menggunakan

steroid untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Bila telah diputuskan

untuk menggunakan steroid, maka harus segera dilakukan konsensus.

o Zat antiviral. Meskipun pada penelitian yang pernah dilakukan masih

kurang menunjukkan efektifitas obat-obat antiviral pada Bell’s Palsy,

hampir semua ahli percaya pada etiologi virus. Oleh karena itu, zat

antiviral merupakan pilihan yang logis sebagai penatalaksanaan

farmakologis dan sering dianjurkan pemberiannya.

Perawatan mata. Mata sering tidak terlindungi pada pasien-pasien dengan

Bell’s Palsy. Sehingga pada mata beresiko terjadinya kekeringan kornea dan

terpapar benda asing. Atasi dengan pemberian ari mata pengganti, lubrikan

dan pelindung mata.

o Air mata pengganti digunakan selama pasien terbangun untuk

mengganti air mata yang kurang atau tidak ada

Page 22: Makalah Paralise n Fasialis

o Lubrikan digunakan saat sedang tidur. Dapat juga digunakan saat

terbangun jika air mata pengganti tidak cukup melindungi mata. Salah

satu kerugiannya adalah pandangan kabur selama pasien terbangun

o Kacamata atau pelindung yang dapat melindungi mata dari jejas dan

mengurangi kekeringan dengan menurunkan jumlah udara yang

mengalami kontak langsung dengan kornea.

Konsultasi. Dokter yang menangani pasien ini harus melakukan pemeriksaan

lanjutan yang ketat. Dokumentasi yang dilakukan harus mencakup kemajuan

penyembuhan pasien. Berbagai pendapat muncul mengenai perlunya rujukan

ke dokter spesialis. Indikasi untuk merujuk adalah sebagai berikut :

o Ahli neurologi. Bila dijumpai tanda-tanda neurologik pada

pemeriksaan fisik dan tanda-tanda yang tidak khas dari Bell’s Palsy,

maka segera dirujuk

o Ahli penyakit mata. Bila terjadi nyeri okuler yang tidak jelas atau

gambaran yang abnormal pada pemeriksaan fisik, pasien harus dirujuk

untuk pemeriksaan lanjutan

o Ahli otolaryngology. Pada pasien-pasien dengan paralisis persisten,

kelemahan otot wajah yang lama, atau kelemahan yang rekuren,

sebaiknya dirujuk

o Ahli bedah. Pembedahan untuk membebaskan nervus fasialis kadang

dianjurkan untuk pasien dengan Bell’s Palsy. Pasien dengan prognosis

yang buruk setelah pemeriksaan nervus fasialis atau paralisis persisten

cukup baik untuk dilakukan pembedahan.

Obat – Obatan

Page 23: Makalah Paralise n Fasialis

Hampir semua pasien dapat sembuh tanpa pengobatan, maka dokter dapat

menangani pasien tanpa pemberian pengobatan. Pilihannya adalah menunggu, tetapi

beberapa individu dengan Bell’s Palsy tidak sembuh sempurna. Dua jenis obat

dibawah ini menurut penelitian cukup efektif mengobati penyakit ini.

Kortikosteroid. Memiliki efek anti inflamasi dan dapat menyebabkan berbagai

efek metabolik. Mengubah respon imun tubuh untuk menghasilkan rangsang.

Nama Obat Prednisone (Deltasone, Orasone, Sterapred). Efek farmakologis yang

berguna adalah efek anti inflamasinya, yang menurunkan kompresi nervus

fasialis di kanalis fasialis

Dosis Dewasa 1 mg/kg/hari peroral selama 7 hari

Dosis Pediatrik Pemberian sama dengan dosis dewasa

Kontraindikasi Pernah dilaporkan adanya hipersensitivitas; infeksi virus, jamur, jaringan

konektif, dan infeksi kulit tuberkuler; penyakit tukak lambung; disfungsi

hepatik; penyakit gastrointestinal

Interaksi Obat Pemberian bersamaan dengan estrogen dapat menurunkan klirens

prednisone; penggunaan dengan digoksin dapat menyebabkan toksisitas

digitalis akibat hypokalemia; fenobarbital, fenitoin dan rifampin dapat

meningkatkan metabolism hypokalemia bila pemberian bersama dengan

obat diuretik

Kehamilan Biasanya aman, tetapi keuntungan obat ini dapat memperberat resiko

Perhatian Penghentian pemberian glukokortikoid secara tiba-tiba dapat

menyebabkan krisis adrenal; hiperglikemia, edema, osteonecrosis,

miopati, penyakit tukak lambung, hypokalemia, osteoporosis, euphoria,

psikosis, myasthenia gravis, penurunan pertumbuhan, dan infeksi dapat

muncul dengan penggunaan bersama glukokortikoid

Page 24: Makalah Paralise n Fasialis

Antiviral. Infeksi herpes simpleks merupakan penyebab paling sering dari

Bell’s Palsy. Acyclovir merupakan yang paling sering digunakan, tetapi

antiviral lain mungkin lebih sesuai.

Nama Obat Acyclovir (Zovirax). Menunjukkan aktivitas hambatan langsung melawan

HSV-1 dan HSV 2, dan sel yang terinfeksi secara selektif

Dosis Dewasa 4000 mg/ 24 jam peroral selama 7-10 hari

Dosis Pediatrik < 2 tahun tidak dianjurkan

>2 tahun 1000 mg peroral dibagi 4 dosis selama 10 hari

Kontraindikasi Pernah dilaporkan adanya hipersensitivitas

Interaksi Obat Pemberian bersamaan dengan probenecid atau zidovudine dapat

memperpanjang waktu paruh dan meningkatkan toksisitas acyclovir

terhadap SSP

Kehamilan Keamanan penggunaan selama kehamilan belum pernah dilaporkan

Perhatian Hati-hati pada gagal ginjal atau bila menggunakan obat yang bersifat

nefrotoksik

Prognosis

Perjalanan Bell’s Palsy bervariasi mulai dari penyembuhan awal yang komplit

pada jejas nervus disertai dengan gejala sisa yang permanen.Secara prognostik,

pasien terbagi dalam tiga kelompok dengan sejumlah gejala sisa pada masing-masing

kelompok.

Kelompok 1 mengalami perbaikan fungsi motorik wajah secara sempurna

tanpa disertai gejala sisa

Kelompok 2 mengalami perbaikan fungsi motorik wajah yang tidak

sempurna, tetapi tidak mengalami defek kosmetik pada mata yang tidak

dilatih

Kelompok 3 mengalami gejala sisa neurologik yang berat yang tampak secara

kosmetik dan klinis

Page 25: Makalah Paralise n Fasialis

Hampir semua pasien mengalami paralisis fasial incomplete selama fase

akut.Kelompok pasien ini memiliki prognosis yang baik untuk sembuh sempurna.

Pasien yang mengalami paralisis komplit lebih beresiko mengalami gejala sisa yang

berat.

Dari semua pasien dengan Bell’s Palsy, 85% sembuh sempurna. 10% sedikit

terganggu dengan otot wajah yang asimetris, sementara 5% sisanya mengalami gejala

sisa yang berat.

Edukasi Pasien

Perawatan mata :

Lindungi mata dari paparan benda asing dan cahaya matahari

Berikan lubrikasi yang cukup

Edukasi pasien untuk segera berobat jika terjadi gangguan okuler yang

baru seperti nyeri, sulit digerakkan, atau perubahan visual

Dampak Apabila Kasus Tidak Ditangani

Paralisis nervus fasialis yang bersifat temporer pada kasus akan hilang dalam

beberapa jam, sehingga apabila tidak ditangani lebih lanjut tidak akan memberikan

dampak yang negatif. Karena meskipun tidak ditangani, paralisis tersebut pasti akan

hilang. Mungkin yang membedakan jika ditangani dengan tidak lebih dari durasi

waktu hingga paralisis tersebut benar-benar hilang.

.

BAB III

Page 26: Makalah Paralise n Fasialis

PENUTUP

KESIMPULAN

Nervus fasialis (N.VII) merupakan nervus yang mempersarafi otot ekspresi

wajah, dari telinga dan kulit kepala serta struktur lainnya meliputi 2/3 bagian ventral

dorsum lidah dan beberapa kelenjar lain meliputi kelenjar lakrimalis,

submandibularis, sublingualis, nasalis, paranasalis dan palatina.

Apabila terjadi cedera pada nervus tersebut, akan terjadi kelumpuhan-

kelumpuhan, salah satunya yaitu paralisis nervus fasialis dan Bell’s Palsy. Paralisis

dalam bidang kedokteran gigi biasanya disebabkan oleh kesalahan saat melakukan

anestesi lokal dan bersifat temporer.Bell’s Palsy memiliki tanda dan gejala mirip

dengan paralisis, hanya saja penyebabnya tidak diketahui (idiopatik).

Tindakan yang dilakukan apabila pasien mengalami paralisis yaitu istirahat,

fisioterapi, pemberian obat-obatan kortikosteroid serta operasi bila keadaan tidak

membaik.

BAB IV

Page 27: Makalah Paralise n Fasialis

DAFTAR PUSTAKA

1. Malamed SF. 2004. Handbook of Local Anesthesia. 5th ed. St. Louis; Mosby co.

2. Monkhouse S. 2006. Cranial Nerve Functional Anatomy. 2nd ed. New York;

Cambridge University Press

3. Scully C. 1987. Medical Problems in Dentistry. 2nd ed. Bristol; Wright

4. Mardjono M, Sidharta P. 2010. Neurologi Klinis Dasar. 15th ed. Jakarta; Dian Rakyat

5. Antonio CR, Andreo JC, Menezes. 2009. Anatomy of the Facial Nerve and its

Implication in the Surgical Procedures. Int J Morphol. Vol.27 No.1