makalah nia

36
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang serius. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium. Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause). Program Lembaga Pangan Dunia (WFP) dalam penelitannya pada awal tahun 2008 menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13 juta. Meski data pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari secara resmi menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta, atau naik tiga kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta jiwa.

Upload: julie-hensley

Post on 12-Aug-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Nia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan

dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan

masih merupakan masalah yang serius. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah

malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat

harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,

lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium.

Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki

berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual

UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak

langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).

Program Lembaga Pangan Dunia (WFP) dalam penelitannya pada awal tahun 2008

menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13

juta. Meski data pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari

secara resmi menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta,

atau naik tiga kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta

jiwa.

Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang

kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi “biasa”

dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat

bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit

cacingan.

Page 2: Makalah Nia

Penderita malnutrisi tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan

mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi

serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah

sakit. pemberian terapi di tempat pelayanan kesehatan akan disesuaikan berdasarkan tingkat

keparahan penyakit,pada beberapa kasus bisa diberikan asupan nutrisi melalui

peroral,menggunakan NGT bagi yang tidak memiliki kontraindikasi,dan bisa juga secara

parenteral.

Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan  yang

mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan

yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya

penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan

nutrien oleh tubuh.

1.2         Rumusan Masalah

1.2.1        Apa pengertian dari Malnutrisi?

1.2.2        Etiologi dari Malnutrisi?

1.2.3        Apa tanda dan gejala dari Malnutrisi?

1.2.4        Patofisiologi dari Malnutrisi?

1.2.5        Bagaimana Klasifikasi dari Malnutrisi?

1.2.6        Bagaimana insiden terjadinya Malnutrisi?

1.2.7        Bagaimana penatalaksanaan yang tepat penderita Malnutrisi?

1.2.8        Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada  Malnutrisi?

1.3         Tujuan Penulisan

1.3.1        Tujuan umum

Untuk memenuhi tugas Sistem Pencernaan yang berupa makalah tentang Malnutrisi.

1.3.2        Tujuan khusus

a.       Untuk mengetahui pengertian dari Malnutrisi.

b.      Untuk mengetahui penyebab dari Malnutrisi.

c.       Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Malnutrisi.

d.      Untuk mengetahui Patofisiologi dari Malnutrisi.

e.       Untuk mengetahui Klasifikasi dari Malnutrisi.

f.       Untuk mengetahui Insiden terjadinya Malnutrisi.

Page 3: Makalah Nia

g.      Untuk mengetahui tatalaksana yang tepat pada Malnutrisi.

1.4         Manfaat Penulisan

1.4.1        Bagi institusi:

Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan

1.4.2        Bagi pembaca:

Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda gejala,

serta tatalaksana dari Malnutrisi tersebut.

1.4.3        Bagi penulis:

Terpenuhinya tugas sistem pencernan yang berupa makalah Malnutrisi.

Page 4: Makalah Nia

BAB 2

ISI

2.1.       Definisi

Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif  atau absolute untuk

periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002)

Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam

ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan. (Akhmad Djaeni, 2004).

Malnutrisi adalah defisiensi gizi terjadi pada anak mendapatkan masukan makanan

yang cukup bergizi dalam waktu yang lama. (Ngastiyah, 1997)

Malnutrisi adalah keadaan terang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi

dan protein dalam keadaan sehari-hari sehingga tidak memenuhi dalam angka kecukupan

gizi. (Depkes RI, 1999).

Page 5: Makalah Nia

2.2.       Etiologi

2.2.1.      Penyebab langsung:

a.       Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh

kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan

cara pemberian makanan yang salah.

b.      Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan

penggunaan nutrien oleh tubuh.

Infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun masih ringan

mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

2.2.2.      Penyebab tidak langsung:

a.       Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk menghasilkan atau

mendapatkan makanan. Penyakit kemiskinan malnutrisi merupakan problem bagi golongan

bawah masyarakat tersebut.

b.      Kualitas perawatan ibu dan anak.

c.       Buruknya pelayanan kesehatan.

d.      Sanitasi lingkungan yang kurang.

e.       Faktor Keadaan Penduduk

Dalam World Food Conference di Roma dikemukakan bahwa kepadatan jumlah

penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan tambahnya persediaan bahan makanan

setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan. Ms. Lorent memperkirakan

bahwa marasmus terdapat dalam jumlah yang banyak jika suatu daerah terlalu padat

daerahnya dengan hygiene yang buruk.(Iskandar, 2002)

2.3.       Gejala klinis

Baik pasien dengan kurang gizi maupun gizi buruk, hampir selalu disertai

defisiensi nutrient lain selain kalori dan protein. Gejala yang timbul bergantung pada jenis

nutrient yang kurang di dalam dietnya, seperti .

2.3.1.         Kekurangan vitamin A, akan menderita defisiensi vitamin A (xeroftalmia). Vitamin A

berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya).

Xeroftalmia berlanjut menjadi keratomalasia (buta).

Page 6: Makalah Nia

2.3.2.         Defisiensi vitamin B1 (tiamin) disebut atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai koenzim

dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan

mengakibatkan kelainan saraf, mental, dan jantung.

2.3.3.         Defisiensi vitamin B2 atau ariboflavinosis. Vitamin B2 atau riboflavin berfungsi sebagai

koenzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2menimbulkan stomatitis angularis (retak-retak

pada sudut mulut), glositis, kelainan kulit dan mata.

2.3.4.         Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.

2.3.5.         Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi anemia pernisiosa. Vitamin B12dianggap sebagai

komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik.

2.3.6.         Defisiensi asam folat akan menyebabkan timbulnya anemia makrositik megaloblastik,

granulositopenia, dan trombositopenia.

2.3.7.         Defisiensi vitamin C menyebabkan skorbut (scurvy). Vitamin C diperlukan untuk

pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast karena merupakan bagian dalam pembentukan

zat intrasel. Kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C

diperlukan pula pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang, dan dentin. Vitamin

C mempunyai peranan penting dalam respirasi jaringan.

2.3.8.         Defisiensi mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dengan segala akibatnya

missal osteoporosis tulang dan anemia, yang paling serius adalah kekurangan yodium karena

dapat menyebabkan gondok (goiter) yang merugikan tumbuh kembang anak.

2.4.       Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:

2.4.1.      Kelelahan dan kekurangan energi

2.4.2.      Pusing

2.4.3.      Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan

infeksi)

2.4.4.      Kulit yang kering dan bersisik

2.4.5.      Gusi bengkak dan berdarah

2.4.6.      Gigi yang membusuk

2.4.7.      Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat

2.4.8.      Berat badan kurang

2.4.9.      Pertumbuhan yang lambat

2.4.10.  Kelemahan pada otot

2.4.11.  Perut kembung

Page 7: Makalah Nia

2.4.12.  Tulang yang mudah patah

2.4.13.  Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

2.5.       Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.

Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent

(kuman penyebab), environment(lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang

peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan

hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mem-

pergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk

mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh

sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat

sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme

protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah

jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam

lemak, gliserol dan keton bodies.Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies

sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan

mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan

separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan

untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi

yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.

Page 8: Makalah Nia

2.6.       WOC

ETIOLOGI

(TIDAK LANGSUNG)

        Kemiskinan

        Pendidikan kurang

(LANGSUNG)

        Makanan

tidak bergizi

        Penyakit

MALNUTRISI

Kebutuhan Kalori Tubuh  (    )

Nutrisi  ())

Protein

Defisiensi Protein

Pemecahan Glukosa selain dari karbohidrat

Cadangan

Makanan (    )

Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tubuh butuh kalori untuk metabolisme

(Respon Tubuh)

Memecah cadangan Makanan

Reaksi Glukogenesis

Kalori

Defisiensi Kalori

Marasmus

Kwashiokor

Page 9: Makalah Nia

Marasmus

Sistem Imun

Tubuh (   )

Gangguan Pertumbuhan &

Perkembangan Proses Berfikir

Infeksi Sel Napas

Intoleransi Aktifitas

Resiko Bersihan Jalan Napas tidak Efektif

Infeksi Sel Pencernaan

Rentan Infeksi

Gustroeutesitis (GE)

Penistaltik Usus (   )

Diare

Anoreksia

Eskresi Cairan (   )

Vol. Cairan Kurang dari Keb. Tubuh

Edema

Edema tungkai

Gangguan Citra Diri (    )

Turgor Kulit (    )

Kwashiokor

Kadar Albumin (   )

Kelemahan

Sekresi Mucus (   )

Kelelahan

Page 10: Makalah Nia

  

2.7.       Klasifikasi

Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor.

2.7.1.      Marasmus

Adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori

daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :

a.       Intake kalori yang sedikit.

b.      Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.

c.       Kelainan struktur bawaan.

d.      Prematuritas dan penyakit pada masa neonates.

e.       Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.

f.       Gangguan metabolism.

g.      Tumor hipotalamus.

h.      Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.

i.        Urbanisasi.

Page 11: Makalah Nia

2.7.2.            Kwashiorkor

Adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu,

penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :

a.        Intake protein yang buruk.

b.       Infeksi suatu penyakit.

c.        Masalah penyapihan.

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :

Klasifikasi IMT (kg/ m2)

Malnutrisi berat <16,0

Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7

Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5

Berat badan normal 18,5 – 22,9

Berat badan kurang ≥ 23

Dengan resiko 23 – 24,9

Obes I 25 – 29,9

Obes II ≥ 30

Page 12: Makalah Nia

2.8.       Insidensi

Program Lembaga Pangan Dunia (WFP) dalam penelitannya pada awal tahun 2008

menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13

juta. Meski data pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari

secara resmi menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta,

atau naik tiga kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta

jiwa.

Tentunya, angka ini sangat mencengangkan dunia internasional, kenyataan ini membuat

salah satu produsen makanan ringan terkemuka di Indonesia menggalang aksi kepedulian

dengan mencantumkan data ini dalam kemasan produknya sehingga diharapkan masyarakat

berempati dan kemudian mendonasikan sebagian uangnya untuk penanggulangan gizi buruk.

Hingga akhir April 2008, sejumlah bencana masih melanda berbagai daerah, musim

penghujan belum kunjung usai, angin puting beliung, rob, banjir bandang dan longsor yang

melanda Jawa Tengah dan Jawa Timur dan badai elnina yang berefek pada ombak 4-6 meter

di sebagian wilayah laut Indonesia. Musibah ini mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan

lahan pertanian. Lahan pertanian yang sedianya menjadi sumber pangan bagi masyarakat,

kondisnya hancur, gagal panen (puso). Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan.

2.9.       Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan

tinggi protein serta mencegah kekambuhan.

Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan

mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi

serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap:

2.7.1.      Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk

menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan

pemberian cairan intravena.

a.       Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%.

b.      Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari.

c.       Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.

d.      Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

Page 13: Makalah Nia

2.7.2.      Tahap kedua yaitu penyesuaian.

Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga

dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan.

Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.

Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan

mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula

sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat

menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan

Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama,

memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian

makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/

perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose

intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.

2.10.   Pemeriksaan Diagnostik

Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan yang paling

khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali

menghilang pada stadium akhir. Harga glukosa darah rendah, tetapi kurva toleransi glukosa

dapat bertipe diabetic. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat

turun. Angka asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino

non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria.

Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi

kadar ini kembali ke normal sesudah beberapa hari pengobatan. Angka amilase, esterase,

kolinesterase, transaminase, lipase dan alkalin fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas

enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka ini kembali normal segera sesudah mulai

pengobatan. Anemia dapat normositil, mikrositik, atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi

vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormon

pertumbuhan mungkin bertambah.

Page 14: Makalah Nia

Diagnosa banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang

menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, dan keadaan

ketidakmampuan metabolik untuk mensintesis protein.

Page 15: Makalah Nia

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.       Pengkajian

3.1.1.      Riwayat Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat

badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain

yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

3.1.2.      Riwayat Keperawatan Sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan

pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status

gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus

yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat

kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

3.1.3.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,

pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan

kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang

penyakit klien dan lain-lain.

3.1.4.      Pengkajian Fisik

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,

pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan

kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang

penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too

yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah,

dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran

antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda

dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

a.       Penurunan ukuran antropometri

1.      Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)

2.      Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra

b.      Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)

1.      Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.

Page 16: Makalah Nia

c.       Edema tungkai

Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis

terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki,

paha dan lipat paha)

d.      Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik

normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum

tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan

gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.

Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada

paru.

Page 17: Makalah Nia

3.2.       Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmik-

Kwashiorkor adalah:

3.2.1.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.

3.2.2.      Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan

akibat diare.

3.2.3.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3.2.4.      Resiko Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder

terhadap infeksi saluran pernapasan

3.2.5.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan proses berpikirb/d asupan kalori dan protein

yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan marasmus.

3.2.6.      Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk fisiologis tubuh seperti terjadi moon face dan

akibat turgor kulit yang menurun.

3.3.       Intervensi Keperawatan

3.3.1.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,anoreksia dan diare .

a.       Berikan makan sedikit tapi sering

R/ dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat setelah periode puasa

b.   Berikan pilihan menu makanan sesuai selera klien.kecuali kontraindikasi.

R/ makanan yang sesuai selera diharapkan bisa meningkatkan nafsu makan klien.

c.  Berikan diet cair dan makanan selang melalui NGT.

R/ Bila pasien mengalami gangguan dalam proses mencerna makanan,bisa diberikan sebagai

alternatif untuk tetap mempertahankan asuhan nutrisi bagi pasien.

Page 18: Makalah Nia

3.3.2.      Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan ekskresicairan

tubuh akibat diare.

a.       Awasi jumlah dan tipe masukan cairan.ukur keluaran urine dengan akurat.

R/ pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasiatau mengganti

caira untuk masukan kalori yang yang berdampak pada keseimbangan elektrolit

b.      Kaji hasil tes fungsi elektrolit / ginjal.

R/ perpindahan cairan dan elektrolit,penurunan fungsi ginjal dapat meluasmempengaruhi

penyembuhan pasien / prognosis dan memerlukan intervensi tambahan.

c.       Tambahan kalium oral atau iv sesuai indikasi

R/ dapat diperlukan untuk mencegah disritmia jantung.

3.3.3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian

Intervensi:

a.         Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat

ditolerir.

Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat

yang adekuat.

b.        Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.

Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalamaktivitas perawatan

mandiri.

c.         Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.

Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.

Page 19: Makalah Nia

d.        Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.

Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.

3.3.4.           Resiko Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial

sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan

a.       Auskultasi bunyi napas.catat adanya bunyi napas.

R/ adanya bunyi napas dimanifestasikan dengan adanya obstruksi jalan napas.

b.      Dorong dan bantu pasien melakukan latihan napas abdomen atau bibir.

R/ memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan

menurunkan jebakan udara.

c.       Tingkatkan masukan ciran sampai 3000ml/hari sesuai toleransi jantung.memberikan air

hangat.anjurkan masukan cairan sebagai pengganti makanan.

R/ hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret,mempermudah pengeluaran

sekret.penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

3.3.5.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan proses berpikir b/d asupan kalori dan protein

yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan marasmus.

a.       Sadari penyimpangan kemampuan berpikir pasien

R/ memungkinkan perawat membuat harapan nyata pada pasien dan memberikan informasi

serta dukungan yang tepat.

b.      Ikuti program nutrisi dengan ketat

R/ memperbaiki nutrisi penting untuk memperbaiki fungsi otak.

c.       Kaji tes fungsi ginjal / elektrolit

R/ ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan perbaikan sebelum

intervensi terapeutik dapat dimulai.

3.3.6.      Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk fisiologis tubuh seperti terjadi moon face dan

akibat turgor kulit yang menurun.

a.       Tingkatkan konsep diritanpa penilaian moral

Page 20: Makalah Nia

R/ pasien melihat diri sebagai lemah harapan,meskipun bagian pribadi merasa kuat dan dapat

mengontrol

b.      Biarkan pasien menggambarkan dirinya sendiri.

R/ memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang gambaran diri dan

kenyataan individu.

c.       Catat penolakan pasien dari ketidaknyamanan dalam hubungan sosial.

R/ menunjukkan perasaan isolasi dan takutpenolakan atau penilaian orang lain.penghindaran

situasi sosial dan kontak dengan orang lain dapat membuat perasaan tak berharga.

Page 21: Makalah Nia

3.4. Evaluasi  Keperawatan

3.4.1.  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,anoreksia dan diare .

a.       Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.

b.      Menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat untuk meningkatkan /

mempertahankan berat badan yang ideal.

c.       Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu.

3.4.2.  Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan ekskresicairan

tubuh akibat diare.

a.       Mempertahankan / menunjukkan perubahan keseimbangan cairan,dibuktikan oleh haluaran

urine adekuat,tanda vital stabil,membran mukosa lembab,turgor kulit baik.

b.      Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu untuk memperbaiki

defisit cairan.

3.4.3.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

a.       Melaporkan peningkatan toleransi aktifitas (ternasuk aktifitas sehari-hari).

b.      Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, misal nadi, pernapasan, dan tekanan

darah masih dalam rentan normal pasien.

3.4.4.  Resiko Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder

terhadap infeksi saluran pernapasan

a.       Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi naps bersih atau jelas.

b.      Pasien dapat menunjukkan perilaku untuk memperbaiki jalan napas secara mandiri misal

batuk,mengelarkan sekret,melakukan latihan napas abdomen atau bibir.

3.4.5.  Gangguan pertumbuhan dan perkembangan proses berpikir b/d asupan kalori dan protein

yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan marasmus.

a.       Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor penyebab dan menyadari adanya gangguan.

b.      Pasien menunjukkan perilaku untuk mengubah / mencegah malnurisi.

c.       Pasien menunjukkan perubahan kemampuan untuk membuat keputusan,dan mampu

memecahkan masalah.

3.4.6.  Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk fisiologis tubuh seperti terjadi moon face dan

akibat turgor kulit yang menurun.

Page 22: Makalah Nia

a.       Pasien mampu membuat gambaran dirinya secara nyata.

b.      Mengakui diri sebagai individu yang berharga dengan menumbuhkan rasa percaya diriyang

baik.

c.       Menerima tanggung jawab untuk tindakan sendiri.

Page 23: Makalah Nia

BAB 4

PENUTUP

4.1.       Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Malnutrisi merupakan suatu keadaan di mana tubuh

mengalami gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk

pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.

Penyebab Malnutrisi secara langsung ialah karena kurangnya asupan

makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah

makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian

makanan yang salah. Serta karena adanya penyakit infeksi.

Sedangkan penyebab yang tidak langsung ialah kurangnya ketahanan pangan keluarga,

kualitas perawatan ibu dan anak, sanitasi lingkungan yang kurang, buruknya pelayanan

kesehatan

Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan

mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi

serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.

Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan

mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula

sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat

menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.

4.2.       Saran

Pemenuhan akan kebutuhan gizi dalam tubuh merupakan salah satu cara

meminimaklisir terjadinya Malnutrisi. Cara itu dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi

makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna.

Page 24: Makalah Nia

DAFTAR PUSTAKA

.

Andessa, Hesa. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Protein. http://hesa-

andessa.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-anak-dengan-protein.html. Diakses 12

Maret 2012. Pukul 17.00 WIB

Anonimus. 2010. Asuhan Keperawatan Anak.http://nurse87.wordpress.com/2010/10/09/asuhan-

keperawatan-anak-%E2%80%9Cmarasmik-kwashiorkor%E2%80%9D/. Diakses 12 Maret

2012. Pukul 20.00 WIB.

Anonimus. 2011. Askep Malnutrisi Energi Protein. http://www.askep.net/pdf/ askep-malnutrisi-

energi-protein. Diakses tanggal 13 Maret 2012. Pukul 21.00 WIB.

Anonimus. 2011. Askep Malnutrisi.http://hidupsehat9.blogspot.com/2011/03/askep-

malnutrisi.html. Diakses tanggal 12 Maret 2012. Pukul 22.00 WIB.

Anonimus.2009.Malnutrisi.http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/19/malnutrisi/. Diakses 12

Maret 2012. Pukul 21.00 WIB.

Anonimus.2010.Dukungan Nutrisi pada Kaus Penyakit

Dalam.http://gizisehat.wordpress.com/2010/05/31/dukungan-nutrisi-pada-kasus-penyakit-

dalam/. Diakses 14 Maret 2012. Pukul 20.00 WIB.

Anonimus.2010.Penderita Gizi Buruk di Indonesia Mencapai 13

Juta.http://my.opera.com/stoppenindasan/blog/penderita-gizi-buruk-di-indonesia-mencapai-

13-juta-ji. Diakses 14 Maret 2012. Pukul 19.00 WIB.

Anonimus.2011.Askep Malnutrisi.http://asuhankeperawatanneuromaakustik.blogspot.com/2011/05/

askep-malnutrisi.html. diakses 14 Maret 2012. Pukul 22.00 WIB.

Anonimus.2011.Kenali Tanda dan Gejala Gizi

Buruk.http://medicastore.com/artikel/284/Kenali_Tanda_dan_Gejala_Gizi_Buruk.html.Diaks

es 13 Maret 2012. Pukul 04.00 WIB

Page 25: Makalah Nia

Anonimus.2011.Malnutrisi.http://www.indonesiaindonesia.com/f/11150-malnutrisi/.Diakses 12

Maret 2012. Pukul 24.00 WIB

Corwin, J Elizabeth . 2009 . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC

Doenges, E. Marilyn. Rencana  Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta. 

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Nining. 2008. Asuhan Keperawatan Anak dengan Protein.

http://ns-nining.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anak-dengan-protein.html.

Diakses 13 Maret 2012. Pukul 22.00 WIB.

Pearce, C Evelyn . 2008 . Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis . Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Sediaoetama,A.D.1985.Ilmu Gizi.jil 1.Dian Rakyat : Jakarta.

Sloane, Ethel . 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula . Jakarta : EGC

Suhardjo. 1988 . Perencanaan Pangan dan Gizi . Bumi Aksara : Jakarta.

Supariasa,I. Dewa Nyoman S. 2001.  Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.