makalah komunikasi bergerak - sigit … · web viewbagian pertama adalah akses terhadap database...
TRANSCRIPT
MAKALAH KOMUNIKASI BERGERAK
Persamaan Link Budget menggunakan Model Path Loss dan Model Propagasi Outdoor
Intan Pranestya Rahayu - 115060307111015
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013
PEMBAHASAN
1. Desain Praktis dan Perhitungan/Persamaan Link Budget menggunakan Model Path
Loss
Path Loss adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur suatu loss yang
disebabkan oleh cuaca, kontur tanah dan lain lain, agar tidak mengganggu pemancaran antar 2
buah antenna yang saling berhubungan. Nilai path loss menunjukkan level sinyal yang melemah
(mengalami attenuation) yang disebabkan oleh propagasi free space seperti refleksi, difraksi, dan
scattering. Path loss sangat penting dalam perhitungan Link Budget, ukuran cell, ataupun
perencanaan frekuensi. Factor-faktor yang mempengaruhi nilai level daya dan path loss adalah
jarak pengukuran antara Tx dan Rx, tinggi antenna (Tx dan Rx) serta jenis area pengukuran.
Sedangkan, Link Budget merupakan sebuah cara untuk menghitung mengenai semua
parameter dalam transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx samapai Rx melalui media
transmisi. Link merupakan parameter dalam merencanakan suatu jaringan yang menggunakan
media transmisi berbagai macam. Link Budget ini dihitung berdasarkan jarak antara transmitter
(Tx) dan receiver (Rx). Link budget juga dihitung karena adanya penghalang antara Tx dan Rx,
misal gedung atau pepohonan, dan dengan melihat spesifikasi yang ada pada antenna. Manfaat
Link Budget antara lain :
Untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan di receiver
Mengetahui radius sel maksimum sebab loss yang diperoleh
Kebanyakan model propagasi radio itu berasal dari suatu kombinasi antara metode
analisis dan metode empiris. Metode pendekatan secara empiris yaitu dengan menyesuaikan
dengan kurva atau analisis suatu pernyataan yang menciptakan satu set data yang diukur. Hal ini
memiliki keuntungan yaitu memperhitungkan semua factor propagansi secara implisit, melalui
pengukuran lapangan yang sebenarnya. Seiring berjalannya waktu, telah muncul berbagai model
propagansi yang sekarang digunakan untuk memprediksi luas cakupan sinyal untuk desain
system komunikasi bergerak.
1
Dengan menggunakan model Path Loss yang digunakan untuk memperkirakan level
sinyal yang diterima sebagai fungsi jarak, maka ada kemungkinan dapat memperkirakan besar
SNR dalam komunikasi bergerak.
Log-distance Path Loss Model
Kedua model propagasi baik secara teoritis maupun pengukuran menunjukkan bahwa
rata-rata kekuatan sinyal yang diterima menurun secara logaritmis dengan jarak, apakah di
saluran radio dalam atau luar. Rata-rata path loss skala besar untuk pemisahan T-R (Transmitter-
Receiver) yang berubah-ubah dinyatakan sebagai suatu fungsi dari jarak yang menggunakan
eksponen path loss, n.
Atau
Dimana n adalah eksponen path loss yang
mengindikasikan tingkat path loss meningkat bersamaan dengan jarak, d0 adalah jarak referensi
2
dekat yang ditentukan dari pengukuran dekat dengan pemancar, dan d adalah jarak pemisahan T-R.
Kedua persamaan di atas menunjukkan rata-rata ensemble dari seluruh kemungkinan besar path
loss untuk jarak d. Saat diplot pada skala log-log, path loss digambarkan dengan garis lurus
dengan kemiriangan sama dengan 10n dB per decade.
Path loss pada jarak referensi dekat
Seperti yang diketahui bahwa d0 merupakan jarak referensi pada ruang hampa yang
sesuai untuk daerah propagasi. Pada daerah cakupan system seluler yang luas, 1 km merupakan
referensi jarak yang umum digunakan. Sedangkan dalam system mikroseluler, jarak yang
digunakan jauh lebih kecil ( 100 meter atau 1 meter). Jarak referensi harus selalu berada jauh
dari medan antenna sehingga efek near-field tidak mengubah besar path loss. Referensi path loss
dihitung menggunakan persamaan path loss pada ruang hampa yaitu Friis Free Space Equation
atau melalui pengukuran lapangan pada jarak d0.
3
DIbawah ini merupakan daftar besar eksponen path loss yang diperoleh dari berbagai lingkungan radio mobile :
Log-normal Shadowing
Jarak log model path loss tidak mempertimbangkan fakta, bahwa kekacauan lingkungan di
sekitarnya mungkin akan sangat berbeda di dua lokasi yang berbeda dengan pemisahan T-R yang
sama. Pengukuran menunjukan bahwa pada setiap nilai d, path loss PL(d) pada lokasi tertentu
adalah acak dan terdistribusi log secara normal (normal dalam dB) tentang nilai rata-rata
tergantung pada jarak itu yaitu :
dan
(Gain antenna termasuk dalam PL (d)) dimana Xσ merupakan variable acak zero-mean distribusi
Gaussian (dB) dengan devisiasi standar σ (dalam dB).
4
Distribusi log-normal menggambarkan efek bayangan random yang terjadi sepanjang
pengukuran lokasi yang memiliki jarak pemisahan T-R yang sama, tetpai memiliki berbagai
macam tingkat kekacauan pada jalur propagasi. Secara sederhana, Log-normal shadowing
menunjukkan bahwa pengukuran tingkat sinyal pada pemisahan T-R telah mengalami ditribusi
Gaussian tentang rata-rata jarak tergantung dimana tingkat sinyal tersebut diukur (satuan dE).
Dikarenakan PL(d) merupakan suatu variable acak dengan distribusi normal dalam dB
mengenai titik tengah jarak dependen, Pr(d) dan fungsi Q atau fungsi error (erf) dapat digunakan
untuk menunjukkan probabilitas level sinyal yang diterima akan melalui level tertentu.
Dimana,
Probabilitas level sinyal yang diterima yang akan melampaui nilai γ tertentu dapat dihitung dengan :
Dengan cara yang sama, probabilitas level sinyal yang diterima akan dibawah γ yaitu :
Dibawah ini merupakan gambar dari plot penghamburan pengukuran data dan disesuaikan
dengan MMSE model path loss untuk beberapa kota di Jerman. Dimana pada data tersebut, n =
2,7 dan σ = 11,8 dB.
5
Presentase Penentuan Area Cakupan
Hal ini menjelaskan bahwa karena efek bayangan random, beberapa lokasi dalam area
cakupan akan berada di bawah nilai ambang batas tertentu yang diinginkan untuk menerima
sinyal. Sekarang sering digunakan untuk menghitung bagaimana batas cakupan berkaitan dengan
6
presentase area cakupan yang terbatas. Untuk jangkauan area lingkaran memiliki radius R dari
base station.
Gambar diatasmerupakan representasi dari persamaan :
Dimana n = 4 dan σ = 8 dB dan memiliki daerah batasan 75%, maka area cakupan sama dengan
94%. Jika n = 2 dan σ = 8 dB, batas daerah cakupan 75% menyediakan daerah cakupan 91%.
Jika n =3 dan σ = 9 dB, maka batas daerah cakupan 50% menyediakan daerah cakupan 71%.
7
2. Outdoor Propagation Models
Transmisi radio di dalam sebuah system komunikasi bergerak seringkali terjadi medan
yang berlebihan dan tidak teratur. Profil medan dari daerah tertentu dibutuhkan untuk
menentukan besar path loss. Berikut merupakan beberapa model propagasi outdoor :
Longley-Rice Model
Model Longley-Rice Model Longley-Rice ini cocok untuk diterapkan pada system
komunikasi titik ke titik didalam frekuensi dari 400 MHz sampai 100 GHz.. Redaman media
transmisi dihitung dengan mengacu pada bentuk geometri dari profil permukaan daerah layanan
dan efek refraksi dari troposphere. Teknik geometri optik (utamanya model refleksi 2-ray)
digunakan untuk memperkirakan kekuatan sinyal sampai batas horizon gelombang radio.
Redaman karena difraksi dihitung dengan menggunakan model Fresnel-Kirchoff knife-edge.
Sementara itu teori hamburan digunakan untuk membuat perhitungan troposcatter pada jarak
jauh, dan redaman difraksi medan jauh dihitung dengan menggunakan metode Van der Pol-
Bremmer yang dimodifikasi.
Model Longley-Rice juga dapat digunakana dengan menggunakan program komputer
untuk menghitung redaman media transmisi dibandingkan terhadap redaman ruang bebas (free
space loss) pada daerah permukaan tidak teratur untuk selang frekuensi antara 20 MHz sampai
10 GHz. Parameter-parameter sebagai masukan dari program komputer tersebut adalah frekuensi
operasi, panjang lintasan, polarisasi, tinggi antenna, refraksi permukaan, radius effektif bumi,
konduktivitas tanah, konstanta dielektrik bumi, dan cuaca. Program juga dapat dioperasikan pada
parameter khusus seperti jarak horizon antenna, sudut elevasi horizon, jarak angular antar
horizon, ketidakteraturan permukann bumi, dan parameter-parameter khusus lainnya.
Model Longley-Rice bekerja pada dua mode. Jika informasi mengenai profile permukaan
lintasan tersedia secara mendetail maka parameter-parameter khusus lebih mudah untuk
8
menentukan dan menghitung redaman lintasan, mode ini disebut mode prediksi dari titik ke titik
(point to point mode). Pada sisi lain jika profile permukaan lintasan tidak tersedia maka metode
Longley-Rice meyediakan teknik untuk menghitung parameter-parameter khusus dari lintasan.
Mode prediksi ini disebut dengan area mode.
Durkin’s Model – A case Study
Model Durkin merupakan salah satu model propagasi klasik yang hampir memiliki
kesamaan dalam penggunaannya dengan model Longley-Rice. Model yang pertama kali
diterbitkan dalam paper oleh Edwards dan Durkin ini menggunakan komputer sebagai simulasi
untuk memprediksi kuat medan diatas permukaan bumi yang tidak teratur.
Sebagai masukan simulator untuk menghitung path loss, Durkin membaginya menjadi
dua bagian. Bagian pertama adalah akses terhadap database dari topografi dan informasi
profile permukaan bumi sepanjang arah radial dari transmitter ke receiver. Dengan asumsi
bahwa antenna receiver menerima semua energi yang berasal dari arah radial, maka tidak
terjadi efek multipath. Dengan kata lain propagasi yang dimodelkan disederhanakan ke dalam
bentuk Line of Sight (LOS) dan difraksi dari rintangan sepanjang arah radial, dan mengabaikan
pantulan dari benda-benda disekitarnya dan efek scater local. Sedangkan bagian kedua adalah
algoritma simulasi untuk menghitung perkiraan redaman lintasan sepanjang arah radial.
Dengan cara melakukan perhitungan secara iterasi dari pengukuran pada daerah yang
berbeda-beda tetapi masih dalam satu daerah layanan, maka dapat diperoleh kontur dari kuat
sinyalnya
9
Gambar di atas merupakan ilustrasi dari peninggian informasi dua dimensi
Jika kondisi tepi fraksi itu tunggal tidak puas, dengan pengecualinbahwa komputerakan mencaqri
dua asistensi terhat satu sama lain.
Jika profil medan gagal pada zona resnel yang pertama (i.e. V j > -0.8), maka ada dua
kemungkinan :
Non-LOS
LOS, tetapi dengan zona Fresnel tidak berukuran.
Untuk bagain non-LOS, tingkat system untuk 4 kategoru v:
Single diffraction Edge
Two diffraction edges10
• Okumura Model
Model Okumura merupakan salah satu model yang terkenal dan paling banyak
digunakan untuk melakukan prediksi sinyal di daerah urban (kota). Model ini cocok untuk range
frekwensi antara 150-1920 MHz dan pada jarak antara 1-100 km dengan ketinggian antenna
base station (BS) berkisar 30 sampai 1000 m.
Okumura membuat kurva-kurva redaman rata-rata relatif terhadap redaman ruang
bebas (Amu) pada daerah urban melalui daerah quasi-smooth terrain dengan tinggi efektif
antenna base station (hte) 200 m dan tinggi antenna mobile station (hre) 3 m. Kurva-kurva ini
dibentuk dari pengukuran pada daerah yang luas dengan menggunakan antenna
omnidirectional baik pada BS maupun MS, dan digambarkan sebagai fungsi frekuensi (range
100-1920 MHz) dan fungsi jarak dari BS (range 1-100 km). Untuk menentukan redaman lintasan
dengan model Okumura, pertama kita harus menghitung dahulu redaman ruang bebas (free
space path loss), kemudian nilai Amu (f,d) dari kurva Okumura ditambahkan kedalam factor
koreksi untuk menentukan tipe daerah. Model Okumura dapat ditulis dengan persamaan
berikut:
11
Dimana L adalah nilai rata-rata redaman lintasan propagasi, LF adalah redaman lintasan
ruang bebas, Amu adalah rata-rata redaman relatif terhadap redaman ruang bebas, G(h te)
adalah gain antena BS, G(hre) adalah gain antena MS, dan GAREA adalah gain tipe daerah. Gain
antena disini adalah karena berkaitan dengan tinggi antena dan tidak ada hubungannya dengan
pola antena.
Maka secara sederhana, spesifikasi detail dari model Okumura yaitu :
Frekuensi Jarak Tinggi transmitter Tinggi Receiver
150-2000 MHz 1-100 km 30-300 m >3 m
Beberapa koreksi juga dilakukan terhadap model Okumura. Beberapa parameter
penting seperti tinggi terrain undulation (Dh), tinggi daerah seperti bukit atau pegunungan yang
mengisolasi daerah, kemiringan rata-rata permukaan daerah, dan daerah transisi antara
daratan dengan lautan juga harus diperhitungkan. Jika parameter-parameter tersebut dihitung,
maka factor koreksi yang didapat dapat ditambahkan untuk perhitungan redaman propagasi.
Semua faktor koreksi akibat parameter-parameter tersebut juga sudah tersedia dalam bentuk
kurva Okumura.
Model Okumura ini, semuanya berdasarkan pada data pengukuran dan tidak
menjelaskan secara analitis hasil perhitungan yang diperoleh. Untuk kondisi tertentu, kita dapat
melakukan ekstrapolasi terhadap kurva Okumura untuk mengetahui nilai-nilai di luar rentang 12
pengukuran yang dilakukan Okumura, tetapi validitas dari ekstrapolasi yang kita lakukan sangat
bergantung kepada keadaan dan kehalusan kurva ekstrapolasi yang kita buat.
• Hata Model
Model Hatta merupakan bentuk persamaan empirik dari kurva redaman lintasan yang
dibuat oleh Okumura, karena itu model ini lebih sering disebut sebagai model Okumura-Hatta.
Model ini valid untuk daerah range frekuensi antara 150-1500 MHz. Hatta membuat persamaan 13
Gambar di atas menjelaskan bahwa
media dari redaman relative dengan
free space.
Gambar di atas menunjukkan factor
koreksi, GAREA, untuk perbedaan
tipe medan.
standard untuk menghitung redaman lintasan di daerah urban, sedangkan untuk menghitung
redaman lintasan di tipe daerah lain (suburban, open area, dll), Hatta memberikan persamaan
koreksinya.
Persamaan prediksi Hatta untuk daerah urban adalah:
Dimana :
F = frekuensi (MHz)
hb = tinggi antenna BTS (meter)
hm = tinggi antenna MS (meter)
d = jarak antara BTS – MS (km)
C1 = 69.55 untuk 400 ≤ f ≤ 1500
= 46.3 untuk 1500 < f < 2000
C2 = 26.16 untuk 400 ≤ f ≤ 1500
= 33.9 untuk 1500 < f ≤ 2000
dan
Persamaan prediksi Hatta untuk daerah dense urban adalah :
14
Dimana :
F = frekuensi (MHz)
hb = tinggi antenna BTS (meter)
hm = tinggi antenna MS (meter)
d = jarak antara BTS – MS (km)
C1 = 69.55 untuk 400 ≤ f ≤ 1500
= 46.3 untuk 1500 < f < 2000
C2 = 26.16 untuk 400 ≤ f ≤ 1500
= 33.9 untuk 1500 < f ≤ 2000
dan,
Persamaan prediksi Hatta untuk daerah suburban adalah :
Persamaan prediksi Hata untuk daerah rural terbuka adalah :
• PCS Extension to Hata Model
Merupakan formula pengembangan rumus Okumura Hata untuk frekuensi PCS (2 GHz)
15
dimana :
1500 MHz ≤ fC ≤ 2000 MHz
30 m ≤ hT ≤ 200 m ,
1 m ≤ hR ≤ 10 m
1km ≤ d ≤ 20 km
a(hR) adalah faktor koreksi antena mobile yang nilainya sebagai berikut :
• Untuk kota kecil dan menengah,
a(hR) = (1,1 log fC – 0,7 )hR – (1,56 log fC – 0,8 ) dB
dimana, 1 ≤ hR ≤ 10 m
• Untuk kota besar,
a(hR) = 8,29 (log 1,54hR )2 – 1,1 dB fC ≤ 300 MHz
a(hR) = 3,2 (log 11,75hR )2 – 4,97 dB fC ≤ 300 MHz
dan,
• Welfisch and Bertoni Model
Sebuah model yang dikembangkan oleh Walfisch dan Bertoni yang mempertimbangkan
dampak dari atap dan tinggi bangunan dengan menggunakan difraksi untuk memprediksi
kekuatan sinyal rata-rata di jalan. Model ini menganggap path loss, S, menjadi hasil dari tiga
factor.
Dimana P0 merupakan path loss pada ruang hampa antara antenna
isotropis, dinyatakan sebagai berikut :
Dalam dB, besar path loss adalah 16
CM
0 dB untuk kota menengah dan kota suburban
3 dB untuk pusat kota metropolitan
Gambar diatas merupakan propagasi secara geometri oleh Walfisch dan Bertoni
• Wideband PCS Microcell Model
Pada model bumi refleksi datar, jarak df pada Daerah Fresnel pertama hanya menjadi terhalang oleh tanah, dinyatakan dengan :
Untuk kasus LOS, model diasumsikan antenna vertical omnidirectional dan memperkirakan rata-rata path loss adalah :
17
Untuk kasus OBS, path loss ditemukan untuk menyesuaikan standar persamaan log-jarak path loss :
Tabel parameter untuk model mikrosel pita lebar pada frekuensi 1900 MHz
18