makalah kmb i bu mus golo

23

Click here to load reader

Upload: septian-muna-barakati

Post on 23-Feb-2017

83 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah   kmb  i bu mus golo

MAKALAH KMB I

DOSEN : Ns. MUSRIANI, S.Kep. M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG

DEMAM PADA ANAK

OLEH

KELOMPOK 8

1. LA GOLO2. ELIAS

3. HASRAT4. SAIFUDIN

AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)

PEMKAB. MUNA

2012

Page 2: Makalah   kmb  i bu mus golo

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadiraj Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga

sampai sekarang ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kita haturkan kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya,

pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman. Dimana yang telah mengajarkan iman dan

islam kepada kita, sehingga kita dapat menikmati indahnya keimanan dan Islam.

Dengan penuh rasa syukur kami ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas

KMB I ini, yang diberikan oleh dosen Ns.Musriani,S.Kep.M.Kes, kepada kami

sebagai tugas dalam mengikuti proses pembelajaran mata kuliah KMB I. Dalam

penulisan dan penyusuan kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan penulisan,

untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pambaca demi kesempurnaan makalah ini di masa yang

akan datang.

Akhir kata semoga Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Raha,18 November 2012

Penulis,

Page 3: Makalah   kmb  i bu mus golo

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................... 1

B. Tujuan................................................................................. 1

C. Batasan Masalah ................................................................ 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

KEJANG DEMAM

A. Konsep Dasar...................................................................... 2

1. Pengertian..................................................................... 2

2. Etiologi.......................................................................... 2

3. Klasifikasi..................................................................... 3

4. Patofisiologi.................................................................. 5

5. Manifestasi Klinik......................................................... 6

6. Komplikasi.................................................................... 7

7. Pemeriksaan Penunjang................................................. 8

8. Penatalaksanaan Medik................................................. 8

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan................ 11

1. Pengkajian..................................................................... 11

2. Diagnosa Keperawatan................................................ 12

3. Intervensi Keperawatan................................................ 13

Page 4: Makalah   kmb  i bu mus golo

4. Evaluasi......................................................................... 15

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan......................................................................... 16

B. Saran................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Makalah   kmb  i bu mus golo

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi

atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam

biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa

saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif

untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih

gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali.

Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat

terjadi selama lebih dari 15 menit.

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang

penyakit kejang demam dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan

asuhan keperawatan khususnya kepada anak.

B. Tujuan

Tujuan penuliksan makalah ini adalah agar kami dapat menjelaskan :

1. definisi penyakit kejang demam pada anak.

2. etiologi penyakit kejang demam pada anak.

3. manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .

4. patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.

5. komplikasi penyakit kejang demam pada anak.

6. pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .

7. penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.

8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang

demam.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang dapat kami ajukan, yaitu kami hanya

menjelaskan mengenai Asuhan Keperawatan Kejang Demam Pada Anak.

Page 6: Makalah   kmb  i bu mus golo

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar Kejang Demam

1. Pengertian Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)

Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang

terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. (Taslim. 1989)

Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan

yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan

ekstrakranial. (Livingston, 1954)

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-

tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau

memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).

Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan

gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).

Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-

klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang

ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak

pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau

anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat

terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada

usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada

usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah

bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di

jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

Page 7: Makalah   kmb  i bu mus golo

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling

sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya

kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses

ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan

bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).

2. Etiologi

Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum

diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam

ialah demam yang tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh :

1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

2. Gangguan metabolic

3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media,

bronchitis.

4. Keracunan obat

5. Faktor herediter

6. Idiopatik.

3. Patofisiologi

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel

neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui

membran tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas

muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel

maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut

neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada

umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang

yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea,

meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang

akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan

oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang

tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin

meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak

meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang

mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan

timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan

pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang

berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi

Page 8: Makalah   kmb  i bu mus golo

serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama

dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

4. Klasifikasi Kejang Demam

Menurut Livingston ( 1954) Kejang demam di bagi atas:

Kejang demam sederhana : Kejang demam yang berlangsung singkat. Yang

digolongkan kejang demam sederhana adalah

a. kejang umum

b. waktunya singkat

c. umur serangan kurang dari 6 tahun

d. frekuensi serangan 1-4 kali per tahun

e. EEG normal

Sedangkan menurut subbagian saraf anak FKUI, memodifikasi criteria

Livingston untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu :

a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun

b. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.

c. Kejang bersifat umum.

d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama

e. Pemeriksaan neurologist sebelum dan sesudah kejang normal

f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal

tidak menunjukkan kelainan.

g. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

5. Manifestasi klinis

Gejala berupa

1. Suhu anak tinggi.

2. Anak pucat / diam saja

3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.

4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.

5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan

atau kekakuan fokal.

6. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )

7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit

8. Seringkali kejang berhenti sendiri.

Page 9: Makalah   kmb  i bu mus golo

6. Komplikasi

Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :

1. Kerusakan sel otak

2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15

menit dan bersifat unilateral

3. Kelumpuhan

7. Pemeriksaan Penunjang

1. EEG

Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi

organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang

setelah kejang.

2. CT SCAN

Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema

serebral, dan Abses.

3. Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di

otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis

4. Laboratorium

Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini

apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.

8. Penatalaksanaan Medis

Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :

1. Pengobatan Fase Akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan

untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas

agar oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,

tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi

diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.

Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang

diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5

mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20

mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan,

tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila

diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan

Page 10: Makalah   kmb  i bu mus golo

diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti

dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan

fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-

lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan

pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan

menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital

diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1

bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara

intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat.

Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2

dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan

dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak

melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan

kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan

fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam

setelah dosis awal.

2. Mencari dan mengobati penyebab

Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang

pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi

lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitiss, misalnya

bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.

3. Pengobatan profilaksis

Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau

(2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk

profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5

mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam

dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg

(BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C.

efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.

Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang

demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat

mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus

setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40

Page 11: Makalah   kmb  i bu mus golo

mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang

terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.

Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk

poin 1 atau 2) yaitu :

1. sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau

perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)

2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan

neurologist sementara dan menetap.

3. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.

4. bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau

terjadi kejang multiple dalam satu episode demam

Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka

panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam

dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.

Page 12: Makalah   kmb  i bu mus golo

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktifitas / Istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan umum

Keterbatasan dalam beraktifitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri

sendiri / orang terdekat / pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.

Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot

Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.

b. Sirkulasi

Gejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosis

Posiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan

pernafasan.

c. Eliminasi

Gejala : Inkontinensia episodik.

Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan

tonus sfingter.

Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik urine

/ fekal ).

d. Makanan dan cairan

Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang

berhubungan dengan aktifitas kejang.

e. Neurosensori

Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing.

Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.

f. Nyeri / kenyaman

Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.

Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati –hati.

Perubahan pada tonus otot.

Tingkah laku distraksi / gelisah.

Page 13: Makalah   kmb  i bu mus golo

g. Pernafasan

Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat,

peningkatan sekresi mukus.

Fase posiktal : apnea.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

2. Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan Peningkatan

Sekresi Mukus

3. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan

suhu tubuh

4. Resiko tinggi kejang berulang berhubungan dengan riwayat kejang

5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat.

3. Intervensi Keperawatan

1. Dx 1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan klien

terpenuhi.

Kriteria hasil :

▶ TTV stabil

▶ Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urin

adekuat.

▶ Turgor kulit baik

▶ membrane mukosa mulut lembab

Intervensi :

1. Ukur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.

R/ : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan tubuh

2. Berikan makanan dan cairan

R/ : memnuhi kebutuhan makan dan minum

3. Berikan support verbal dalam pemberian cairan

R/ : meningkatkan konsumsi cairan klien

4. Kolaborasi berikan pengobatan seperti obat antimual.

R/ : menurunkan dan menghentikan muntah klien

Page 14: Makalah   kmb  i bu mus golo

5. Pantau Hasil Pemeriksaan Laboratorium

R/ Untuk mengetahui status cairan klien.

2. Dx 2 Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan Sekresi

Mukus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan

nafas efektif

Kriteria hasil :

▶ sekresi mukus berkurang

▶ tak kejang

▶ gigi tak menggigit

Intervensi :

1. Ukur Tanda-tanda vital klien.

R/ : untuk mengetahui status keadaan klien secara umum.

2. Lakukan penghisapan lendir

R/ : menurunkan resiko aspirasi

3. Letakan klien pada posisi miring dan permukaan datar

R/ : mencegah lidah jatuh kebelakang dan menyumbat jalan nafas

4. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen

R/ : untuk memfasilitasi usaha bernafas

3. Dx. 3 Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d

peningkatan suhu tubuh

Tujuan : Keseimbangan cairan terpenuhi

1. Observasi TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam

R/ peningkatan suhu tubuh dari yang normal membutuhkan

penambahan cairan.

2. Hitung Intak & Output setiap pergantian shift.

R/ Untuk mengetahui keseibangan cairan klien.

3. Anjurkan pemasukan/minum sesuai program.

R/ membantu mencagah kekurangan cairan.

4. Kolaborasi pemeriksaan lab : Ht, Na, K.

R/ mencerminkan tingkat / derajat dehidrasi.

Page 15: Makalah   kmb  i bu mus golo

4. Dx. 4 Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat kejang

Tujuan : Agar tidak terjadi kejang berulang

1. Observasi TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam

R/ peningkatan suhu tubuh dapat mengakibatkan kejang berulang.

2. Observasi tanda-tanda kejang.

R/ untuk dapat menentukan intervensi dengan segera.

3. Kolaborasi pemberian obat anti kejang /konvulsi.

R/ menanggulangi kejang berulang.

5. Dx. 5 Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat.

Tujuan : Peningkatan status nutrisi

1. Tingkatkan intake makanan dengan menjaga privasi klien,

mengurangi gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan

ruangan.

R/ cara khusus meningkatkan napsu makan.

2. Bantu klien makan

R/ membantu klien makan.

3. selingi makan dengan minum

R/ memudahkan makanan untuk masuk.

4. Monitor hasil lab seperti HB, Ht

R/ : Monitor status nutrisi klien

5. Atur posisi semifowler saat memberikan makanan.

R/ : Mengurangi regurtasi.

4. Evaluasi

1. Kekurangan volume cairan tidak terjadi

2. Bersihan Jalan Nafas kembali efektif

3. Keseimbangan kebutuhan cairan klien tercukupi.

4. Resiko tinggi kejang berulang tidak terjadi

5. kebutuhan Nutrisi klien dapat terpenuhi.

Page 16: Makalah   kmb  i bu mus golo

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)

2. Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

(Taslim. 1989)

3. Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang

tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.

(Livingston, 1954)

B. Saran

1. saya mengharapkan kritik dan pesan yang membangun untuk perbaikan

selanjutnya.

Page 17: Makalah   kmb  i bu mus golo

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/askep kejang.diakses tanggal 16 november 2012.raha.

http://www.google.com/askep kejang demam pada anak.diakses tanggal 16

november 2012.raha.

http://www.google.com/makalah asuhan keperawatan kejang demam.diakses tanggal

17 november 2012.raha.