makalah kimia farmasi ii.docx

31
MAKALAH KIMIA FARMASI II HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT BERDASARKAN TERAPI GOL.VITAMIN (LARUT DALAM LEMAK) Oleh : KELOMPOK 12 KELAS II A 1. DESI MARIA MOLINA 2. CHAYA NUR AFNI 3. MERSY ADRIANA 4. MARIA GRASELA AKADEMI FARMASI SANDI KARSA

Upload: chaya-nur-afni

Post on 06-Feb-2016

212 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

MAKALAH KIMIA FARMASI II

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT BERDASARKAN TERAPI

GOL.VITAMIN (LARUT DALAM LEMAK)

Oleh :

KELOMPOK 12

KELAS II A

1. DESI MARIA MOLINA

2. CHAYA NUR AFNI

3. MERSY ADRIANA

4. MARIA GRASELA

Page 2: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA

MAKASSAR

2015

A. DEFINISI VITAMIN

Vitamin merupakan nutrien organic yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk

berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh sehingga

harus dipasok dari makanan.Vitamin yang pertama kali ditemukan adalah vitamin A dan

B, dan ternyata masing-masing larut dalam lemak dan larut dalam air.Kemudian

ditemukan lagi vitamin-vitamin yang lain yang juga bersifat larut dalam lemak atau larut

dalam air.Sifat larut dalam lemak atau larut dalam air dipakai sebagai dasar klassifikasi

vitamin.Vitamin yang larut dalam air ,seluruhnya diberi symbol anggota B kompleks

( kecuali vitamin C ) dan vitamin larut dalam lemak yang baru ditemukan diberi symbol

menurut abjad (vitamin A,D,E,K )

B. PENGGOLONGAN VITAMIN

Berdasarkan kelarutannya vitamin terbagi atas dua yaitu :

1. Vitamin yang larut dalam air meliputi :

Tiamin ( vitamin B 1 ).

Riboflavin ( vitamin B2 ).

Niasin (asam nikotinat ,nikotinamida, vitamin B3 )

Asam pantotenat ( vitamin B5 ).

Vitamin B6 ( piridoksin ,pridoksal ,piridoksamin ).

Biotin

Vitamin B12 (kobalamin ).

Asam folat.

2. Vitamin yang larut dalam lemak meliputi :

Vitamin A

Vitamin D

Page 3: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

Vitamin E

Vitamin K

C. HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT

1. Vitamin A (retinol)

Vitamin A (retinol) terdapat pada tanaman dalam bentuk pravitamin, karotena,

zat ini merupakan terpenoid yang sangat tidak jenuh, semua ikatan-gandanya berupa

trans (E) satu sama lain. Minyak hati ikan,susu, dan telur mengandung vitamin A itu

sendiri, yaitu hasil penguraian karotena-β. Vitamin ini perlu untuk pertumbuhan

binatang muda karena dapat mengatur pembentukkan sel tulang dan mengatur bentuk

tulang. Zat ini juga berperan penting dalam penglihatan; cis-retinal, suatu isomer

retinol,terbentuk pada saat tersinari cahaya, dan terikat pada protein redopsin sebagai

basa schiff. Jadi energi cahaya diubah bentuk menjadi gerakan atom, mengakibatkan

hiperpolarisasi membran plasma batang pada retina. Satu fotom dapat merintangi

kepermeabelan memebran batang untuk Na dan melipatkangandakan responsnya⁺

sejuta kali. Efek ini mungkin terjadi melalui kesetaraan cGMP menghasilkan impuls

saraf. Meskipun banyak rincian proses penglihatan yang belum dipahami dengan

baik, Stryer (1981) telah membuat ikhtisarnya dengan baik. Avitam inosis A

mengakibatkan hilangnya daya penglihatan pada malam hari.

Pada metabolisme umum, vitamin A mempengaruhi proses pengangkutan dan

sintesis glikogen, dan bila vitamin tidak ada dalam tubuh maka kornea mata

mengering (xeroftalmia). Orfanos dkk. (1981) melaporkan kemajuan yang pesat

dalam sintesis serta pemakaian retinoid lain. Retinoid aromatik, yaitu etretoin, serta

esternya etretinat (6-17), efektif pada pengobatan psoriasis, yaitu gangguan

pengkeratinan sel kulit. Asam 13-cis-retinoat (isotertinoin, 6-70)menyebabkan atrofi

kelenjar sebascus, dan dapat berguna pada pengobatan baru. Asam retinoat (tretinoin,

6-69)saat ini digunakan pada pengobatan jerawat. Pemakaian vitamin A secara

berlebihan dapat menyebabkan keracunan parah, bahkan fatal.

Page 4: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

Gambar :

2. Vitamin D (kalsiferol)

Vitamin D (kalsiferol)terdapat dalam minyak hati ikan dan susu. Vitamin ini

juga dibuat oleh sinar matahari dalam kulit manusia dari suatu pravitamin steroid.

Ergosterol adalah senyawa pravitamin D yang lain, yang akibat cahaya mengalami

penyusunan ulang menjadi vitamin D₂, sedangkan kolesterol dan turunannya

menghasilkan vitamin D₃ (gambar ). Kedua vitamin ini mempunyai aktivitas yang

sama pada manusia. Penyusunan ulang akibat cahaya ini, yang mengakibatkan

pemutusan cincin B steroidnya, dimanfaatkan diindustri untuk membuat semua jenis

vitamin tersebut.

Bentuk aktif vitamin D adalah Iα, 25-dihidroksi-vitamin D₃ dan 25-hidroksi-

vitamin D₃. Keduanya terbentuk melalui hidroksilasi enzimatik dalam mikrosomahati

dan kemudian dalam mitokondria ginjal oleh ferredoksin flavoprotein dan sitokrom P-

450 . kemudian 1,25-dihidroksi-vitamin diangkut ketulang, usus, dan organ sasaran

lain (ginjal, kelenjar paratiroid). Dengan demikian zat tersebut dapat dipandang

sebagai hormon, karena dibentuk disatu organ dan dipakai ditempat lain. Zat ini

mengerahkan kalsium dan fosfat dan juga mempengaruhi penyerapan kedua ion ini

diusus, jadi menguatkan mineralisasi tulang. Hormon ini juga aktif dalam meredakan

hipoparatiroidsme dan osteoporosis pasca-menopause, yang mengakibatkan tulang

rapuh pada wanita lanjut usia. Kalsitriol (1α-25,25-trihidroksikolekasiferol) adalah

suatu obat baru yang digunakan pada keadaan seperti itu.

Reseptor vitamin D telah diketahui letaknya, yaitu dalam mukosa usus dan

dalam kulit. Data pemurnian pendahuluannya menunjukkan bahwa reseptor itu berupa

suatu protein 72-kD dengan Kᴅ=5-7 x 10ˉ¹¹ M. De Luca dan Schnoes (1984)

membuat suatu kesimpulan yang bagus tentang hasil mutakhir dibidang ini dan juga

Page 5: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

membuat ulasan tentang analog aktif vitamin ini, seperti 24,24-F₂-25-OH-D₃.

Kelompok O’malley berhasil meng-klon-kan cADN protein reseptor ini dengan

menguraikan urutan asam aminonya. Urutan tersebut ternyata homologi dengan

reseptor steroid lain dan dengan beberapa zat onkogen. Jadi, meskipun vitamin D

merupakan seko-steroid (steroid yang pecah), ia dikenal sebagai steroid tulen oleh

reseptor tersebut (McDonnel dkk, 1987). Dalam bidang vitamin yang umumnya tidak

maju, bidang penelitian vitamin D nampaknya luar biasa aktif.

Keseluruhan metabolisme kalsium diatur oleh kelenjar paratiroid

(parathormon) dan kalsitonin hormon tiroid. Parathormon mengatur sintesis 1,25-

(OH)₂D₃ yang mengelola metabolisme kalsium pada tulang dan ginjal serta

menggiatkan pemungutan Ca²⁺ dalam usus. Peran kalsitonin kurang jelas, tetapi

diketahui bekerja terhadap parathormon. Kalsium serum menekan sintesis

parathormon, melengkapi jerat umpan balik.

Kekurangan vitamin D, dikenal sebagai rakitis, pertama kali diungkapkan

terjadi pada anak-anak pada tahun 1645 oleh daniel Webster. Penemuan ini terjadi di

Inggris yang selalu mendung dan miskin sinar matahari. Wanita arab yang memakai

kerudung hitam juga dapat mengalami esteoporosis karena mereka tidak terkena sinar

matahari sama sekali. Dibanyak negara barat, susu diperkuat dengan kira-kira 400

satuan vitamin D₃ (10 ug/liter), yaitu sebanyak kebutuhan minimum sehari untuk

anak-anak atau dewasa. Karena itu, dengan menu yang tepat serta sinar matahari yang

cukup, rakitis pasti tidak terjadi pada anak-anak. Kebutuhan vitamin hamil lebih

tinggi, tetapi vitamin ini dalam jumlah yang melewati dosis menyebabkan gejala

toksik.

Gambar :

Page 6: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

3. Vitamin E (tokoferol)

Vitamin E (tokoferol) suatu kromana, terdapat dalam hampir setiap sayuran

dan juga dalam minyak, biji-bijian, susu, daging, dan ragi. Kerja utamanya yang

diketahui adalah memelihara kehamilan normal pada tikus yang diberi menu khusus.

Pada tikus yang kekurangan vitamin E, janinnya terserap kembali, sedangkan hal

lain-lain berkembang seperti biasa. Hal ini tidak terbukti terjadi pada manusia.

Vitamin ini bersifat antioksidan, mungkin dengan menstabilkan vitamin A dan asam

lemak yang tak jenuh serta dengan mencegah terjadinya reaksi radikal bebas. Radikal

bebas, menurut beberapa hipotesis, mungkin terlibat dalam proses penuaan.

Defisiensi vitamin E tidak kenal pada manusia tetapi ada saja orang yang secara

berkala mempromosikan pemakaiannya. Alasan yang masuk akal untuk ini tidak ada,

karena vitamin E jelas berlimpah di dalam menu makanan biasa.

4. Vitamin K

Vitamin K adalah fitil-naftokuinon yang terdapat dalam dedaunan hijau

hampir semua tanaman. Beberapa senyawa aktif turunannya berbeda panjang rantai

samping fitilnya. Bila vitamin ini tidak ada, waktu penggumpalan darah bertambah

lama. Hal ini terjadi karena terganggunya proses karboksilasi beberapa sisa

gluutamat pada pasca-translasi dalam protrombin dan juga terganggnya faktor lain

yang terlibat dalam penggumpalan darah. Pada manusia, gangguan ini tidak dikenal,

kecuali bila terjadi kelainan dalam penyerapan vitamin K, karena makanan-biasa

telah dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin ini.

Antagonis vitamin K, seperti dikumarol (suatu bahan alam) dan warfarin,

digunakan sebagai antikoagulan pada manusia (trombosis, aterosklkerosis).

Page 7: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

Selain itu juga sebagai racun tikus yang menyebabkan perdarahan dalam dan

kematian pada binatang pengerat. Heparin, suatu polisakarida yang terdiri dari asam

glukuronat 2-O-tersulfonasi dan glukosamina 2-N,6-O-terdisulfonasi, juga

merupakan antikoagulan yang banyak dipakai, tetapi efeknya tidak dikaitkan dengan

vitamin K, melainkan dengan penghambatan enzim.

Gambar :

Vitamin larut-lemak (lipofil) : A,D,E dan K.

Zat-zat ini larut dalam lemak dan di serap bersamaan dengan lemak,kemudian melalui

sistem limfe masuk ke dalam darah dengan lipoprotein tertentu

(clylomikron).Gangguan ada pencernaan lemak seperti kekurangan asam

empedu,mengurangi resorpsinya.Ekskresinya berlangsung lambat (masa paruh

panjang),sehingga dapat terjadi kumulasi dan efek toksiks.Hati dan jaringan lemak

dapat menimbun zat-zat ini dalam jumlah besar,maka gejala difisiensi baru menjadi

nyata setelah lebih dari satu tahun,kecuali pada vitamin K (lebih cepat).

Toksisitasnya

Vitamin yang larut dalam minyak karena bersifat kumulasi bisa

mengakibatkan efek samping yang tak di inginkan,terutama vitamin A dan vitamin D

(Bemt PMLA van den,et al.Phram Wkbl 1996;131: 154-5). Kedua vitamin ini,asam

Page 8: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

folat,seng,selen dan iodium tergolong nutrien yang indeks terapinya agak sempit,artinya

RDA-nya terletak berdekatan dengan dosis toksisnya yang dapat menimbulkan efek

merugikan.

a. Vitamin A

Penggunaan lama (beberapa bulan) dari retinol dalam dosis di atas 50000 UI/hari

dapat menyebabkan intoksikasi kronis.gejalanya berupa hiperosteosis dengan rasa

nyeri dari tulang kaki,pusing,demam,nyeri kepala atau sendi, keluhan lambung-

usus dan mukosa.pada anak anak vitamin A adalah lebih toksis dari pada bagi

orang dewasa.

b. Vitamin D

Selama waktu dosis tinggi,yakni bagi orang dewasa lebih dari 50000-100000

U kolekalsiferol/hari dan bagi anak anak di atas 1000-4000 U ,dapat menimbulkan

intoksikasi kronois.gejalanya adalah heperkalsiemia akibat terlarutnya kalsium dari

kerangka,dengan endapan kalsium fosfat dari berbagai organ

(kornea,ginjal,lambung,jantung,paru-paru dan sendi).

Juga osteoporosis,penghambatan pertumbuhan pada anak-anak nyeri otot

dan sendi,fungsi ginjal,rasa lemah serta letih.

Kehamilan dan laktasi

Semua vitamin dapat di gunakan selama kehamilan dan laktasi dalam dosis

biasa,juga vitamin D3 (Kolekalsiferol) 400 UI/hari.Hanya dosis vitamin A tidak

boleh melebihi 8000 UI/hari.

ZAT-ZAT TERSENDIRI

1. Kelompok vitamin A

Vitamin A adalah nama umum bagi zat-zat retinoida yang memiliki khasiat

biologis dari retino.Zat ini terutama sebagai ester terdapat dalam zat-zat pangan

hewan,seperti susu dan produknya,kuning telur,hati dan dengan kadar tinggi dalam

minyak ikan.Kebutuhan sehari-hari akan vitamin A sebagian di penuhi oleh

karotenoida(pro-vitamin A ), yakni kompleks dari 2 molekul retinol yang dalam

usus di uraikan menjadi vitamin aktif.Provitamin A terdapat dalam banyak sayuran

hijau tua,berbagai jenis kol dan pigmen kuning-jingga dari banyak buah dan sayur

antara lain wortel dan tomat,lemak susu dan kuning telur.

Page 9: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

2. Kelompok vitamin D

Kelompok vitamin D mencakup ergokal-siferol (D2),kolekalsiferol (D3 alamiah)

dan beberapa turunannya yang semuanya memiliki rumus steroid.Dengan nama

umum vitamin D,selanjutnya di maksudkan zat-zat tersebut dengan aktifitas

biologis dari kolekalsiferol alamiah.

Vitamin D2 di bentuk dalam tubuh dari provitamin ergosterol yang antara lain

Sinar ultraviolet terdiri dari 3 komponen yakni UV-A,UV-B dan UV-C.UV-A

membuat kulit menjadi hitam,UV-B memicu pembentukan vitamin D3 dari

provitaminnya dan bersifat melindungi kulit terhadap pembakaran lebih lanjut

dengan jalan menebalkan lapisan tanduk.Namun eksposisi terlampau lama sering

mengakibatkan pigmentasi dan terbakarnya kulit ,pada orang kulit putih sinar ini

juga bertanggung jawab atas di percepatnya proses menua kulit (menjadi keriput)

serta melanoma dan kanker sel-basal dari kulit akibat penekanan imunitas seluler

kulit dan UV-C sangat merusak kulit,tetapi sinar ini di tahan oleh lapisan ozon.

Vitamin D3 banyak terdapat dalam ikan berlemak dan minyak ikan kabeljauw(cod)

bersama vitamin A dan relatif sedikit dalam susu,kuning telur dan hati.Dalam kulit

terdapat provitamin 7-dehidro-kolestrol,yang di bawah pengaru sinar UV diubah

menjadi vitamin D3.beberapa bahan makanan seperti margarin,lazimnya diperkaya

dengan vitamin A dan D.

Resorpsinya dari usus baik dan melalui limfe memasuki darah dalam bentuk chylo-

microm,suatu lipoprotein besar.metabolisme vitamin D2 dan D3 berlangsung

sejajar,kedua-duanya dalam hati dihidroksilasi menjadi senyawa 25-OH-nya dan

kemudian di tabuli ginjal menjdi derivat 1,25-dihidroksinya.

Khasiatnya.berfungsi mendorong mineralisasi tulang dan dengan demikian

mencega demineralisasi terlampau banyak.selain itu,parathormon juga menstimulir

sintesa kalsitriol dan menghambat reabsorpsi Ca dan P di ginjal dengan efek

naiknya kadar Ca dan turunnya kadar fosfat.

3. Vitamin E

d- α-Tokuoferol:vitamin E,Davitamon E

Vitamin larut minyak ini banyak terdapat dalam minyak nabati,terutama yang

mengandung PUFA,seperti minyak jagung,kedelai,kembang matahari dan minyak

wheat-germ (1 mg per ml).Juga di dalam padi-padian lengkap (whole

grain),ragi,hati,trubuk,kuning telur dan sayur mayur.Di kenal 4 bentuk tokoferol

yakni alfa-,beta-,gamma-,serta delta-tokoferol dan isomer d-alfa memiliki kegiatan

Page 10: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

terbesar.DL-alfa-tokoferol dapat di buat secara sintesis,tetapi 36% kurang

aktif,berdaya melindungi trombosit terhadap oksidasi dan dengan demikian

melancarkan sirkulasi darah,menstimulir pernapasan sel dan menghambat

pembentukan parut(bekas luka).

4. Vitamin K

Dikenal beberapa senyawa dengan aktifitas vitamin K (jerm

koagulation=pembekuan),yakni derifat-naftokinon sbb:K1=fitomena-

dion,K2=menakinon,K3=menadion dan K4=menadiol.Vitamin K1 terdapat dalam

sayur mayur hijau(kol,brocolli,bayam,(1-8 mg/kg)juga tomat dan banyak minyak

nabati Vitamin ini terikat kauat pada sel chloroplast yang mengandung

klorofil.Vitamin K2 terutama terdapat dalam produk-produk fermentasi (seperti

yogurt) juga disintesa oleh kuman gram positif dalam flora usus yang terbatas perlu

tersedianya asm empedu.Vitamin K3 dan K4 adalah zat-zat sintesis yang kini

jarang di gunakan lagi.

Vitamin A (akseroftol, retinol)

Vitamin A merupakan diterpenalkohol yang peka terhadap cahaya dan oksigen,

yang terbentuk pada dinding usus akibat pemecahan oksidatif karotin dengan

bantuan oksigen molekul. Mula-mula akan terbentuk aldehidnya, dan senyawa

alkohol ini akan disimpan terutama dihati dalam bentuk ester asam lemak. Jika

dibutuhkan, dengan biohidrolisis, senyawa ini akan dibebaskan dan masuk kedalam

plasma dan diedarkan dalam bentuk terikat dengan α 1 globulin atau albumin.

Produk ekskresi antara lain retinolglukuronida dan asam yang bebas atau

terkonyugasi (asam vitamoin A, asam retinat). Saat ini vitamin A didapat secara

sintesis. Disamping trans vitamin A terdapat pula berbagai isomer cis-trans, yang

didalam organisme menjadi bentuk trans-trans. Pembentukan rodopsin dan reaksi

biokimia pada proses melihat sudah diketahui dengan pasti. Mula-mula vitamin A

akan mengalami isomerisasi menjadi 11 cis-retinol dan kemudian menjadi

aldehidnya yaitu 11 cis-retinal dengan proses dehidrasi. Ini akan berkaitan dengan

opsin, yaitu bagian protein dari rodopsin, kemudian menjadi rodopsin. Pada

penyinaran, 11-cis-retinal akan menjadi bentuk yang stabil yaitu konfigurasi trans-

trans, pada saat bersamaan struktur ruang opsin akan berubah. Ini akan

Page 11: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

menyebabkan berubahnya permeabilitas ion dari membran terutama terhadap

natrium, dan dengan demikian potensial membran juga berubah. Akibatnya sel

saraf akan terangsang, kemudian terjadi penghantaran rangsang selanjutnya ke

pusat penglihatan. Regenerasi rodopsin terjadi dalam gelap dengan terjadinya

isomerisasi dari trans-trans-retinal menjadi 11-cis-retinal. Disampimg itu retinal

akan direduksi menjadi retinol, yang akan ditukarkan dengan retinol dari aliran

darah.

Gambar.

Vitamin D (kalsiferol)

Kolekalsiferol (vitamin D3),vitamin D fisiologik terbentuk dalam kulit dari

pemecahan 7-dehidrokolesterol dengan cahaya matahari. Asal vitamin D3 alam

yaitu minyak ikan hati dan jaringa lemak hewan. Kuning telur, susu dan mentega

hanya sedikit mengandung vitamin D3. Saat ini senyawa ini dibuat secara sintesis

parsial dari kolesterol. Disamping vitamin D3 dikenal sejumlah vitamin D lain,

yang kesemuanya diadapa dengan menyinari dengan sinar UV sterol tak jenuh

Page 12: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

berikatan rangkap dua ∆5,7. Bentuk vitamin D3 yang sesungguhnya bekerja adalah

1,25-dihidrosida-kolekalsiferol (kalsitriol, Rocaltrol®). Gugus hidroksil pada C-25

didapat dalam hati sedangkan gugus hidroksil pada C-1 dalam ginjal.

Turunan vitamin D terhidroksilasi Pada insufisiensi ginjal kronik, kolekalsiferol

yang berubah menjadi bentuk berkhasiat sesungguhnya yaitu kalsitriol tidak

mencukupi atau hanya sendiri.

Gambar.

Untuk terapi osteopati ginjal, obat lainnya yaitu :

25-hidroksi-kolekalsiferol (Calcifediol, dedrogyl®)

1α – hidroksi – kolekalsiferol (Alfacalcidol, EinsAlpha®)

5,6 – trans – 25 – hidroksi – kolekalsiferol (Delakmin®)

Vitamin E (tokoferol)

Page 13: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

Vitamin E atau tokoferol adalah berbagai turunan kroman, yang pada posisi 2

mengandung rantai samping dengan 16 atom C. Antara vitamin E yang satu dengan

yang lain hanya berbeda jumlah dan letak gugus metil pada cincin benzen. Vitamin

E dapat dianggap produk kondensasi hidrokuinon termetilasi dengan fitol. Yang

mempunyai kerja paling kuat yaitu α-tokoferol.

Peran fisiologik Fungsi biokimia vitamin E belum jelas. Yang pasti adalah bahwa

vitamin E bekerja pada metabolisme antara pada proses oksidasi-reduksi dan

sebagai penangkap radikal, menghambat pembentukan peroksida oleh asam lemak

tinggi tak jenuh pada lipid membran serta menghambat oksidasi zat tubuh lainnya.

Vitamin K

Vitamin K fisiologis adalah menakuinon vitamin K2). Ini dapat diganti dengan

fitomenadion (vitamin K1) yang terdapat dalam tanaman. Vitamin alam K1 dan K2

mempunyai struktur dasar 2-metil-1,4-naftokuinon dan hanya berbeda pada rantai

samping pada C-3 (tab B3-6). 2-metil-1,4-naftokuinon yang dibuat secara sintesis

(vitamin K3, menadion) mempunyai kerja yang sama seperti vitamin alam. Sama

seperti vitamin alami, vitamin ini larut dalam lemak, akan tetapi lebih stabil

terhadap cahaya UV dan basa. Kebutuhan harian vitamin K sekitar 1 mg.

Suplemen : asam lemak esensial

Dalam tubuh hewan mamalia mungkin terjadi dehidrasi asam stearat menjadi asam

oleat. Akan tetapi enzim untuk mengubahnya lebih lanjut menjadi asam lemak tak

jenuh yang lebih tinggi yaitu asam linoleat dn linolenat tidak ada. Asam lemak tak

jenuh dengan dua serta tiga ikatan rangkap dua terpencil dengan konfigurasi cis ini

esensial untuk mamalia. Anehnya senyawa ini kadang-kadang dengan

memperpanjang rantainya – dalam mamalia dapat berubah menjadi asam lemak tak

jenuh yang lebih tinggi lagi, dengan ikatan rangkapnya makin kearah ujung

karboksil. Dengan cara ini dari asam linolenat terbentuk asam C20 yang penting

secara fisiologik yaitu asam arakhidonat.

Page 14: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

D. METODE ANALISIS VITAMIN

A. Vitamin A

a. Metode spektrofotometri

Spektrum absorbsi ultraviolet vitamin A dan vitamin A secara asetat mempunyai

absorbansi maksimal pada panjang gelombang antara 325 sampai 328 nm dalam

berbagai pelarut. Larutan vitamin a dalam isopropanol absorbansinya diukur pada

λmaks  dan pada dua titik, yakni satu disebelah kanan λmaks  dan satunya lagi pada

sebelah kiri λmaks. Absorbansi pada λmaks dikoreksi terhadap senyawa penggangu

dengan menggunakan formula koreksi karena senyawa-senyawa ini akan ikut

menyerap pada daerah UV. Beberapa penggangu, terutama pada minyak ikan

adalah vitamin A2, kitol, anhidro vitamin A, dan asma polien. Pada vitamin A

sintetik senyawa penganggu adalah senyawa-senyawa antar ( intermediet).

Dengan demikian senyawa penganggu ada vitamin A sintetik dengan minyak

ikan yang berbeda.

Prosedur penetapan vitamin A secara spektrofotometri:

Penetapan dilakukan secepat mugkin, terlindung dari cahaya, dan terlindung dari

senyawa oksidator. Sebelum dilakukan penetapan kadar, skala spektrofotometer

diperiksa terlebih dahulu. Sebagai pedoman dapat digunakan garis raksa pada

313,16 nm dan 334,5 nm serta garis hidrogen pada 379,7 nm dan 486,1 nm.

Ketepatan absorbansi yang telah dikoreksi lebih rendah jika dibandingkan dengan

absorbanasi yang diamati langsung dan digunakan dalma perhitungan. Karena itu

pengukuran absorbansi membutuhkan perhatian khusus dan sekurang-kurangnya

harus dilakukan dua kali penetapan.

Akseroftol dalam bentuk ester

Page 15: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

Zat yang tidak larut dalam sikloheksan dimurnikan dengan cara penyaringan atau

cara lain yang tidak menggunakan cara penyabunan. Jika cara pemurnian tersebut

tidak dilakukan, maka penetapan dilakukan menurut cara yang tertera dalam

akseforol lain.

Cara penetapan akseroftol murni adalah sebagai berikut:

Sejumlah sampel atau sampel yang sudah dimurnikan ditimbang secara saksama

lalu dilarutkan dalam sikloheksan secukupnya hingga diperoleh larutan yang

mengandung antara 9 SI sampai 15 SI tiap mL dan ditetapkan panjang

gelombang maksimalnya. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang

yang tertera dalam daftar berikut dan dihitung sebagai absorbansi relatif terhadap

absorbansi pada λ 328 nm.

Panjang gelombang Absorbansi relatif

300 nm 0,550

316nm 0,907

328nm 1,000

340nm 0,811

360nm 0,299

Jika panjang gelombang absorbansi maksimal terletak antara 326 nm dan 329

nm, tetapai absorbansi relatif yang terbaca lebih besar dari 0,002 dari harga yang

tertera dalam daftar, maka dihitung absorbansi pada 328 nm yang dikoreksi

dengan  rumus: A328 nm (kor) = 3,52( 2A 328 nm – A316 nm – A340 nm)

Jika harga absorbansi yang telah dikoreksi, [A328 nm (kor)] terletak dalam

batas ± 3 % dan harga absorbansi yang belum dikoreksi maka perhitungan

dilakukan dengan menggunakan harga absorbansi yang belum dikoreksi.

Jika harga absorbansi yang telah dikoreksi terletak antara 85% sampai

97% dari harga yang belum dikoreksi, maka perhitungan dilakukan

dengan menggunakan harga absorbansi yang belum dikoreksi.

Jika harga absorbansi yang telah dikoreksi terletak lebih kecil dari 85%

dan lebih besar daari 103% dari harga yang belum dikoreksi atu jika

panjang gelombang absorbansi maksimal tidak terletak antara 326 nm

sampai 329 nm, maka penetapan kadar dilakukan menurut cara yang

tertera pada akseroftol lain.

Page 16: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

Akseroftol lain

Cara penentuan afseroftol lain: sejumlah zat yang ditimbang secara saksama

(mengandung tidak kurang dari 500 SI akseroftol dan tidak lebih dari 1 gram

lemak), dicampur dengan 30 ml etanol mutlak dan m mL kalium hidroksida 50

%. Absorbansi larutan diukur pada  λ 300 nm, 310 nm, 325 nm dan 334 nm.

Selanjutnya dil;akukan penentuan panjang gelombang maksimal. Perhitungan

potensi dilakukan sebagai berikut:

Jika panjang gelombang maksimal terletak antar 323 nm dan 327 nm dan

perbandingan absorbansi pada 300 nm terhadap absorbansi pada 327 nm

tidak lebih dari 0,73, maka absorbanasi yang telah dikoreksi [A325 nm(kor)]

dihitung dengan rumus:

A325 nm (kor) = 6, 815 A325 nm - 2,555 A310 nm – 4,26 A334 nm

Potensi dalam SI tiap zat yang diperiksa dihitung dengan rumus A325 nm  (kor) x

18.000

Jika absorbansi yang telah dikoreksi terletak dalam batas ± 3 % dari harga

absorbansi yang belum dikoreksi, perhitungan dilakukan dengan

menggunakan harga absorbansi yang belum dikoreksi.

Jika panjang gelombang absorbansi maksimal tidak terletak antara 325

nm dan 327 nm atau jika perbandinganabsorbansi pada 300 nm terhadap

absorbansi pada 327 nm lebih dari 0,73, maka yang tidak tersabunkan dari

zat yang diperiksa harus dimurnukan dengan cara kromatorafi.

b. Metode Kolorimetri

1. Metode Carr-price

Metode ini berdasarkan atas reaksi akseroftol dengan antimon triklorida

anhidrat dalam kloroform yang menghasilkan warna biru. Reaksi ini terjadi

antar antimon triklorid dengan rantai tidak jenuh dari akseroftol. Karoten,

asam poliena dan beberapa senyawa dalam minyak ikan mengahasilkan

warna biru juga. Warna yang terjadi intensitasnya cepat maksimun tetapi juga

cepat pucat.

2. Pengubahan akseroftol menjadi anhidroakseroftol

Akseroftol mudah diubah  menjadi anhidroakseroftol dengan bantuan

sejumlah kecil asam mineral atau asam organik kuat. Pada metode Budowski

dan bondi, akseroftol diubah menjadi anhidroakseroftol dalam pelarut benzen

dengan katalisator asam toluen –p-sulfonat pada temperatur kamar. Kenaikan

Page 17: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

absorbansi pada 399nm merupakan hasil dehidrasi yang berbanding langsung

dengan jumlah akseroftol yang terkandung.pengukuran absorbansi pada 358

nm, 377 nm, dan 399 nm dalam benzen merupakan cara yang baik untuk

mengetahui kemurnian akseroftol yakni dengan melihat bahwa A 399 nm/ A377 nm

sebesar 0,868 dan A 358 nm / A 377 nm sebesar 0,692.

c. Metode Kromatografi

Aktivis isomer vitamin A cukup berbeda sehingga untuk pemisahannya

dikembangkan dengan kolom mikrobore. Sampel ( 1,0- 10,0 gram)

dihomogenkan. Sebanayk 30 mL air ditambahkan ke dalam sampel (jika

sampelnya padat). Saponifikasi dilakukan dengan mencampur 40 mL sampel

yang telah dihomogenkan dengan 12 mL larutan KOH 60%; 80 mL etanol

mutlak; 0,5 mL terbutilhidroksi toluen- etanolik 1%; dan 0,5 gram asam askorbat

untuk  menghindari terjadinya oksidasi. Sampel diaduk pada suhu kamar selama

16 jam. Setelah selesai saponifikasi, solut diencerkan samapi 250 mL dengan air

etanol untuk memperoleh suatu rasio etanol:air(1:1 v/v). Sebanyak 20 mL aliquot

ditambahkan ke dalam cartidge Kiselguhr dan setelah 20 menit diekstraksi

dengan 50 mL petroleumeter ringan. Eluat selanjutnya diuapkan dan dilarutkan

kembali dengan 2-50 mL isooktana (tergantung pada konsentrasi Vitamin A 

dalam sampel mula-mula).isomer gometri retinol (vitamin A)dipisahkan dengan

kolom pengaman ( 7 x 2 mm i.d) dan kolom analisis (100x 2mm i.d) yang

keduanya berisi silika ggel dengan ukuran partikel 3 mikron. Sebagai eluen

adalah heksan yang mengandung 1-oktanol dalam konsentrasi rendah. Karena

panjang gelombang absorbsi maksimun isomer-isomer ini berbeda maka

digunakan detektor photodiode array(PAD). Metode ini telah sukses

memisahkan 7 isomer vitamin A yakni: 11- cis; 11,13-di-cis: 13-cis;9,13-di-cis;

9-cis ;7-cis; dan semua trans-retinol dengan waktu retensi relatif terhadap trans-

retinol masing-masing sebesar 0,510; 0,568; 0,672; 0,740; 0,877;0,924; dan

1,000.

B. VITAMIN D

Dari beberapa vitamin D, 2 diantaranya dianggap yang paling penting yaitu D2

(ergo kalsiferol) dan vitamin D3 (kole kalsiferol). Struktur kedua vitamin ini sangat

mirip dalam bahan nabati, sementara vitamin D3 banyak terdapat dalam minyak ikan

hati.

Page 18: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

Gambar 2.2. struktur vitamin D2 dan D3

Dalam AOAC, analisis kuantitatif vitamin D dalam minyak yang mengandung ≥ 100.000 SI kolekalsiferol atau vitamin D3/g , dalam resin yang mengandung ≥ 20.000.000 SI kolekalsiferol/gram, dan dalam serbuk atau dispersi cair yang mengandung ≥ 25.000 SI kolekalsiferol/g dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan kolom kromatografi Lichrosorb Si 60 (ukuran partikel 5µm) menggunakan detektor UV 254 nm ( sensitifitas detektor 0,128 AUFS). Fase gerak: n-heksana; n-amil alkohol (977:3 v/v). Kecepatan alir fase gerak 2 mL/menit (1 atmosfer), sementara volume injeksi µl.

C. VITAMIN E

Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Keaktifan

vitamin E dalam beberapa senyawa tokoferol berbeda. Dikenal α-; β-; γ dan δ-

tokoferol. α-tokoferol menujukkan keaktifan vitamin E yang paling tinggi. Struktur

kimia tokoferol adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3. Struktur kimia tokoferol

Gugus R Susunan Berat molekul

Alfa-tokoferol H C29H50O2 430,72

Alfa-tokoferol asetat CH3CO C31H52O3 472,76

Alfa-tokoferol alam memutar memutar bidang polarisasi ke kanan, sedang alfa-tokoferol buatan adalah resemik (DL). Tokoferol lainnya (beta,gama, dan belta) kurang penting karena potensi hayatinya rendah. Berbagai bentuk alfa-tokoferol telah diketahui potensinya yakni :

1 mg L-α-tokoferol asetat 1 SI

1 mg (D-L) -α-tokoferol 1,1 SI

1 mg D-α-tokoferol asetat 1,36 SI

Page 19: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

1 mg D-α-tokoferol 1,49 SI

Tokoferol bebas cepat dioksidasi oleh udara dan sinar, karenanya dalam perdagangan digunakna tokoferol ester yang stabil.

METODE ANALISIS VITAMIN E (TOKOFEROL)

1. Metode Serimetri

Metode serimetri berdasarkan atas sifat mereduksi tokoferol setelah tokoferol asetat dihidrolisis dengan asam. Tokoferol tidak stabil dalam larutan basa.

Cara penetapan kadar tokoferol asetat murni: lebih kurang 250 mg tokoferol astetat yang ditimbang saksama, dimasukkan ke dalam labu coklat kuning dasar bulat 100 mL dan dilarutkan dalam 25 mL etanol mutlak. Larutan ditambahkan 20 mL larutan asam sulfat 15% v/v dalam etanol 95%, lalu direfluks selama 3 jam dan didinginkan. Larutan dipindahkan ke dalam labu takar coklat kuning 200 mL dan diencerkan dengan etanol mutlak secukupnya hingga 200 mL. Sebanyak 50,0 mL larutan yang diukur secara saksama ditambah 50 mL larutan asam sulfat 1,5% v/v dalam etanol 95% dan 20 mL air. Sambil dicampur baik-baik,larutan dititrasi dengan serium (IV) sulfat 0,01 N menggunakan indikator 2 tetes difenilamin. Titrasi dilakukan terlindung dari cahaya langsung, sebaiknya ditempat gelap, dengan tetesan diatur tiap 10 detik. Dilakukan juga titrasi blanko. Tiap mL serium (IV) sulfat 0,01 N setara dengan 2,3638 mg tokoferol asetat.

2. Metode Spektrofotometri

Alfa-tokoferol dalam etanol 95% menunjukkan absorbansi maksimum pada 292 nm dan minumum pada 257 nm. Jika digunakan pelarut sikloheksan maka alfa-tokoferol menunjukkan absorbansi maksimum pada 298 nm dan minimum pada 257 nm.

Alfa-tokoferol asetat dalam etanol 95% menunjukkan absorbansi maksimum pertama pada 284 nm dan kedua pada 279 nm serta absorbansi minimum di 281 nm. Dalam sikloheksan, alfa-tokoferol menunjukkan absorbansi minimum ketiga pada 288 nm dengan minimum pada 286 nm.

Untuk penetapan kadar alfa-tokoferol dalam etanol digunakan panjang gelombang 292 nm atau 298 nm dalam sikloheksan. Sementara itu, untuk alfa-tokoferol asetat panjang gelombang 284 nm dapat digunakan untuk kedua pelarut tersebut.

3. Metode Kolorimetri

Daun AOAC (1995), penetapan kadar vitamin E dalam makanan baik dalam bentuk kering maupun basah dilakukan secara kolorimetri. Prinsipnya: alfa-tokoferol diekstraksi dari sampel dengan palrut organik. Residu lemak disabunkan, α-tokoferol diisolasi dengan kromatografi lapis tipis, dan ditetapkan kadarnya secara kolorimetri.

Page 20: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

D. VITAMIN KPenentuan vitamin K dapat menggunakan metode Kromatografi Cepat Kinerja Tinggi (KCKT). Metode ini digunakan karena spesifik untuk menentukan jenis-jenis dari vitamin K dan dapat memberikan spesifitas yang memuaskan. Menurut Jakob dan Elmadfa (2000), analisis KCKT untuk vitamin K menggunakan fase terbalik dengan menggunakan fase diam kolom C-18 dan deteksi fluoresensi. Fase diam yang digunakan diisi dengan bubuk seng. Sistem fase gerak yang tidak encer digunakan untuk penentuan vitamin K yaitu dengan menggunakanpelarut metanol dan diklorometana yang mengandung seng klorida, natrium asetat dan asam asetat.Ekstraksi pelarut yang digunakan sesuai dengan matriks dalam sampel. Sampel diekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana yang dibutuhkan setelah penguapan menggunakan pelarut yang tidak mengandung n-heksana. Residu yang terbentuk dicuci dengan menggunakan campuran metanol dan air. Lapisan atas n-heksana dipisahkan dan diuapkan pada kondisi vakum. Residu yang dihasilkan dilarutkan dengan eluen dan diinjeksikan ke dalam KCKT untuk dilakukan analisis. Standar internal yang digunakan dalam analisis vitamin K yaitu 2,3-dihidrofilokuinon dalam pelarut etanol.Kelebihan analisis dengan menggunakan metode KCKT untuk penentuan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E dan K) yaitu metode analisis yang cepat, memiliki efisiensi dan spesifitas yang tinggi karena tidak membutuhkan pereaksi yang banyak serta langkah kerja yang terlalu rumit dibandingkan dengan penggunaan metode lain seperti spektrofotometrik dan fluorometrik yang memiliki efisiensi dan spesifitas rendah

Page 21: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx

DAFTAR PUSTAKA

Sudjadi, Abdul Rohman. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press

Mutschler Ernst. 2005.Dinamika Obat. Bandung : ITB Bandung

Nogrady Thomas.1992 . Kimia Medisinal: Pendekatan Secara Biokimia. Bandung : ITB

Tjay Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media Komputindo 

Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Fakultas Kedokteran Sumatera Utara

Page 22: MAKALAH KIMIA FARMASI II.docx