makalah kelompok mitigasi

21
BAB I PENDAHULUAN Sejak masa lalu manusia telah menghadapi bencana alam yang berulang kali melenyapkan populasi mereka. Pada zaman dahulu, manusia sangat rentan akan dampak bencana alam dikarenakan keyakinan bahwa bencana alam adalah hukuman dan simbol kemarahan dewa-dewa. Semua peradaban kuno menghubungkan lingkungan tempat tinggal mereka dengan dewa atau tuhan yang dianggap manusia dapat memberikan kemakmuran maupun kehancuran. Kata bencana dalam Bahasa Inggris "disaster" berasal dari kata Bahasa Latin "dis" yang bermakna "buruk" atau "kemalangan" dan "aster" yang bermakna "dari bintang-bintang". Kedua kata tersebut jika dikombinasikan akan menghasilkan arti "kemalangan yang terjadi di bawah bintang", yang berasal dari keyakinan bahwa bintang dapat memprediksi suatu kejadian termasuk peristiwa yang buruk. Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurricane, badai tropis, topan, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan 1

Upload: nazalul-azmi

Post on 22-Dec-2015

254 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah ini mengenai mitigasi bencana yang harus dilakukan saat terjadinya bencana

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak masa lalu manusia telah menghadapi bencana alam yang berulang kali

melenyapkan populasi mereka. Pada zaman dahulu, manusia sangat rentan akan dampak bencana

alam dikarenakan keyakinan bahwa bencana alam adalah hukuman dan simbol kemarahan dewa-

dewa. Semua peradaban kuno menghubungkan lingkungan tempat tinggal mereka dengan dewa

atau tuhan yang dianggap manusia dapat memberikan kemakmuran maupun kehancuran. Kata

bencana dalam Bahasa Inggris "disaster" berasal dari kata Bahasa Latin "dis" yang bermakna

"buruk" atau "kemalangan" dan "aster" yang bermakna "dari bintang-bintang". Kedua kata

tersebut jika dikombinasikan akan menghasilkan arti "kemalangan yang terjadi di bawah

bintang", yang berasal dari keyakinan bahwa bintang dapat memprediksi suatu kejadian

termasuk peristiwa yang buruk.

Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi

populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,

tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurricane, badai

tropis, topan, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak

secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar

yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana alam yang

diakibatkan dari luar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan badai

matahari.

Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial

dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam

bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan

komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi

daratan. Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya

gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali

lebih banyak daripada korban gunung meletus. Dalam hitungan detik dan menit, jumlah

besar luka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan

1

Page 2: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa.

Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas

manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu

oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan lebat atau topan.

Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana alam, bahkan sejak awal peradabannya.

Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen darurat menyebabkan kerugian

dalam bidang keuangan, struktural dan korban jiwa. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada

kemampuan manusia untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya. Menurut

Bankoff (2003): "Bencana muncul bila bertemu dengan ketidakberdayaan". Artinya adalah

aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah menjadi bencana alam apabila manusia tidak

memiliki daya tahan yang kuat.

Penanggulangan bencana alam atau mitigasi adalah upaya berkelanjutan untuk

mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda. Lebih sedikit orang dan

komunitas yang akan terkena dampak bencana alam dengan menggerakan program ini.

Perbedaan tingkat bencana yang dapat merusak dapat diatasi dengan menggerakan program

mitigasi yang berbeda-beda sesuai dengan sifat masing-masing bencana alam. Persiapan

menghadapi bencana alam termasuk semua aktivitas yang dilakukan sebelum terdeteksinya

tanda-tanda bencana agar bisa memfasilitasi pemakaian sumber daya alam yang tersedia,

meminta bantuan dan serta rencana rehabilitasi dalam cara dan kemungkinan yang paling baik.

Kesiapan menghadapi bencana alam dimulai dari level komunitas local. Jika sumber daya lokal

kurang mencukupi, maka daerah tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional dan

internasional.

Pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat bahaya tinggi ("hazard"), memiliki

kerentanan / kerawanan ("vulnerability'"), bencana alam tidak memberi dampak yang luas jika

masyarakat setempat memiliki ketahanan terhadap bencana ("disaster resilience"). Konsep

ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk

mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius dari bencana alam. Sistem ini

memperkuat daerah rawan bencana yang memiliki jumlah penduduk yang besar.

2

Page 3: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

Bagaimana dengan bencana alam di Indonesia dan penanggulangannya?

Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa

bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan angin puting beliung. Sekitar

13% gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana

alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda. Gempa bumi dan tsunami Samudra

Hindia pada tahun 2004 yang memakan banyak korban jiwa di Provinsi Aceh (NAD)

dan Sumatera Utara memaksa diadakannya upaya cepat untuk mendidik masyarakat agar dapat

mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi bencana alam. Namun, upaya yang

dilaksanakan tidak efektif karena persiapan menghadapi bencana alam belum menjadi mata

pelajaran pokok dalam kurikulum di Indonesia. Materi-materi pendidikan yang berhubungan

dengan bencana alam juga tidak banyak.

Laporan Bencana Asia Pasifik 2010 menyatakan bahwa masyarakat di kawasan Asia

Pasifik 4 kali lebih rentan terkena dampak bencana alam dibanding masyarakat di

wilayah Afrika dan 25 kali lebih rentan daripada di Amerika Utara dan Eropa. Laporan PBB

tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta jiwa terkena dampak bencana alam di

Indonesia dari tahun 1980 sampai 2009. Dari laporan yang sama Indonesia mendapat peringkat 4

sebagai salah satu negara yang paling rentan terkena dampak bencana alam di Asia Pasifik dari

tahun 1980-2009. Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reduksi Resiko Bencana juga

memberikan peringkat yang tinggi untuk Indonesia pada level pengaruh bencana terhadap

manusia – peringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami.

Walaupun perkembangan manajemen bencana di Indonesia meningkat pesat sejak

bencana tsunami tahun 2004, berbagai bencana alam yang terjadi selanjutnya menunjukkan

diperlukannya perbaikan yang lebih signifikan. Daerah-daerah yang rentan bencana alam masih

lemah dalam aplikasi sistem peringatan dini, kewasapadaan resiko bencana dan kecakapan

manajemen bencana. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia yang dimulai tahun 2005, masih

dalam tahap pengembangan.

Menurut kebijakan pemerintah Indonesia, para pejabat daerah dan provinsi diharuskan

berada di garis depan dalam manajemen bencana alam. Sementara Badan Nasional

3

Page 4: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

Penanggulangan Bencana dan tentara dapat membantu pada saat yang dibutuhkan. Namun,

kebijakan tersebut belum menciptakan perubahan sistematis di tingkat lokal. Badan

penanggulangan bencana daerah direncanakan di semua provinsi namun baru didirikan di 18

daerah. Selain itu, kelemahan manajemen bencana di Indonesia salah satunya dikarenakan

kurangnya sumber daya dan kecakapan pemerintah daerah yang masih bergantung

kepada pemerintah pusat.

Makalah ini disusun dengan tujuan memberikan paduan praktis dasar-dasar pengetahuan

pembuatan peta jalur evakuasi di daerah rawan tsunami berbasis ilmu pengetahuan. Diharapkan

dalam jangka panjang, daerah-daerah yang rawan terhadap bencana tsunami dapat membuat peta

jalur evakuasi secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Sasaran

dari pedoman ini adalah meningkatkan pengetahuan bagaimana merancang peta jalur evakuasi

dan tersedianya peta jalur evakuasi serta tempat evakuasi. Dengan tersedianya peta jalur

evakuasi diharapkan masyarakat dapat secara terarah berevakuasi mengikuti jalur yang sudah

diketahui, menuju tempat evakuasi yang sudah disepakati sehingga akan lebih memudahkan

pemerintah atau lembaga yang terkait dalam pemberian bantuan, pencacatan dan pemulihan baik

secara fisik maupun psikologis.

4

Page 5: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peta Bencana Wilayah Banda Aceh

2.2 Peta Evakuasi Bencana Wilayah Banda Aceh (Jeulingke-Tungkop)

5

Page 6: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

6

Page 7: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

2.3 Problema-problema pada jalur evakuasi bencana beserta solusinya

2.3.1 Jalan di depan Cafe Rawa Sakti

Problem: Kapasitas ruas jalan pada jalan tersebut tidak sesuai dengan kapasitas pengguna jalan

yang akan di lalui pada saat evakuasi bencana.

Solusi: Untuk jalan tersebut adalah mempelebar ruas jalannya, karena jalan ini sangat vital

perannya pada saat evakuasi bencana

2.3.2 Bundaran Simpang Mesra

7

Page 8: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

Problem: Pada saat terjadi bencana otomatis pengguna jalan akan semakin padat saat terjadinya

evakuasi dengan arus lalu lintas yang dari arah tibang akan melaju lurus ke tungkop atau zona

aman dan arus lalu lintas dari arah kantor gubernur akan membelok di bundaran sp. mesra

kemudian menuju ke tungkop, hal tersebut akan mengakibatkan konflik berbaur dan akan

berakibat pada menjadi lambat proses evakuasinya.

Solusi: Harus ada satu jalan lain untuk arus lalu lintas dari arah kantor gubernur agar tidak

berbaur dengan arus lalu lintas dari arah tibang sehingga pada saat proses evakuasi tidak

terhambat.

2.3.3 Median jalan sebelum jembatan lamnyong

Problem: Median jalan (permanen) di jalan tersebut akan mengganggu proses evakuasi menuju

ke arah Ulee Kareng atau Blang Bintang.

Solusi: Median jalan pada persimpangan jalan tersebut harus dibuka dan diganti dengan median

jalan sementara (warna orange), agar pada saat terjadi bencana dapat mempercepat terjadinya

proses evakuasi.

8

Page 9: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

2.3.4 Jembatan Lamnyong

Problem: Proses evakuasi saat terjadinya bencana akan terkendala karena adanya median jalan

pada jembatan yang akan menjadikan ruas jembatan tersebut semakin kecil, walau tanpa median

jalan pun ruas jalan di jembatan lamnyong tersebut termasuk kecil.

Solusinya: Alangkah baiknya jika pada jembatan tersebut tidak ada median jalannya dan ruas

jalan pada jembatan tersebut diperbesar, karena jembatan ini mempunyai peran penting pada saat

proses evakuasi bencana.

2.3.5 Simpang Bersinyal pada turunan jembatan Lamnyong

9

Page 10: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

Problem: Adanya simpang bersinyal pada turunan setelah jembatan Lamnyong akan

menghambat terjadinya proses evakuasi, walau pada saat tidak terjadi bencana pun pada arus lalu

lintas sehari-hari juga dengan adanya simpang bersinyal tersebut mengakibatkan kemacetan yang

parah pada setiap harinya pada jam-jam sibuk.

Solusi: Simpang tersebut sebaiknya tidak dijadikan simpang bersinyal, cukup dengan bundaran

saja dan ruas pada jalan tersebut harus diperlebar untuk mempermudah proses evakuasi.

2.3.6 Jalan Teuku Nyak Arief arah Darussalam

Problem: Jalan tersebut sangat tidak layak untuk dijadikan jalur evakuasi bencana, karena ruas

jalan tersebut sulit dilalui pada saat terjadi proses evakuasi bencana akibat lebarnya yang terlalu

kecil.

Solusi: Ruas jalan tersebut diperlebar, dengan catatan tidak mengganggu pertokoaan yang ada di

sekitar jalan tersebut.

10

Page 11: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

2.3.7 Jalan di dalam Universitas Syiah Kuala

Problem: Jalan tersebut sebenarnya tidak boleh dijadikan jalur pada saat terjadi evakuasi

bencana, karena jalan tersebut berada di dalam sebuah Universitas. Maka dari itu ruas-ruas jalan

di dalam kampus ini rata-rata tidak lebar. Tapi untuk menuju daerah aman (Tungkop) jalur

tercepat ialah melalui jalan ini. Maka timbullah dilemma untuk menjadikan jalan ini sebagai jalur

evakuasi atau tidak

Solusi: Mencari jalan alternative lain untuk mencapai daerah aman. Namun bila tidak ada dapat

digunakan jalan ini sebagai jalur evakuasi, dikarenakan prinsip evakuasi ialah “membawa semua

orang ke tempat aman secepatnya dan seefektif mungkin”

2.4 Model jaringan jalan wilayah Banda Aceh

Model jaringan jalan di wilayah Banda Aceh ini mengikuti pola jaringan jalan “radial”,

dimana pusat dari jaringan jalan tersebut ialah Mesjid Raya Baiturrahman. Pola jaringan jalan

seperti ini mengharuskan semua pengguna jalan bila ingin berpergian ke suatu tempat pasti akan

melalui pusat kota tersebut. Namun sekarang tidak semua jalan di Banda Aceh harus melewati

11

Page 12: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

pusat kota dulu sebelum mencapai daerah tujuan, sudah ada beberapa jalan alternatif memotong

ke daerah tujuan yang memungkinkan pengguna jalan dapat sampai ke tujuan dengan cepat dan

aman. Keuntungan dari pola jaringan jalan ini dalam proses evakuasi bencana ialah

mempermudah proses pengevakuasian

dikarenakan bagian pusat kotanya

merupakan daerah kegiatan utama sekaligus

tempat pertahanan terakhir dari suatu

kekuasaan, punya keteraturan geometris,

serta jalan besar menjari dari titik pusat dan

membentuk “asterisk shaped pattern”.

2.5 Perencanaan fasilitas jalur evakuasi berkaitan dengan jarak dan waktu

Fasilitas-fasilitas seperti penujuk arah perlu

diberikan agar mempermudah kemana

masyarakat harus meengevakuasikan dirinya.

Selain itu perlu dibangun gedung evakuasi di

daerah yang rawan bencana dan bila dilakukan

proses evakuasi, masayarakat di daerah tersebut

tidak akan sampai ke daerah aman. Maka dari

itu, gedung evakuasi tersebut diperlukan pada

daerah-daerah seperti itu.

Selain pemberian fasilitas-fasilitas, kepada masyarakat perlu juga diperlukan edukasi agar

mereka mengetahui hal apa saja yang dapat mereka lakukan saat proses pengevakuasian

bencana. Metode-metode tadi diberikan akan proses pengevakuasian dapat berjalan dengan

cepat dan lancar. Karena itu jalur evakuasi harus dibuat sependek mungkin agar evakuasi dari

daerah terdampak ke daerah aman dapat memakan waktu yang singkat. Jadi jarak dan waktu

12

Page 13: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

menjadi pertimbangan yang penting dalam merencanakan fasilitas-fasilitas dan jalur

evakuasi.

13

Page 14: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

BAB III

KESIMPULAN

Penanggulangan bencana alam atau mitigasi adalah upaya berkelanjutan untuk

mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda. Lebih sedikit orang dan

komunitas yang akan terkena dampak bencana alam dengan menggerakan program ini.

Persiapan menghadapi bencana alam termasuk semua aktivitas yang dilakukan sebelum

terdeteksinya tanda-tanda bencana agar bisa memfasilitasi pemakaian sumber daya

alam yang tersedia, meminta bantuan dan serta rencana rehabilitasi dalam cara dan

kemungkinan yang paling baik. Kesiapan menghadapi bencana alam dimulai dari level

komunitas local. Jika sumber daya lokal kurang mencukupi, maka daerah tersebut dapat

meminta bantuan ke tingkat nasional dan internasional.

Peta Bencana dan Peta Evakuasi dibuat untuk memberikan informasi-informasi kepada

masyarakat agar mereka mengetahui daerah-daerah mana yang rawan bencana dan

daerah-daerah mana yang aman dari bencana, dan juga agar mereka mengetahui kemana

mereka akan melarikan diri bila terjadi bencana serta jalur mana yang harus mereka

ambil sehingga dapat dengan cepat sampai ke daerah aman.

Problema pada jalan yang akan dijadikan sebagai jalur evakuasi harus diperhitungkan dan

dipertimbangkan dengan memberikan solusi seefektif mungkin, agar bila terjadi bencana

proses evakuasinya dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan

14

Page 15: MAKALAH KELOMPOK MITIGASI

DAFTAR PUSTAKA

Foto diambil langsung di lapangan pada tanggal 18 april 2014

Http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam (diakses 18 april 2014)

Https://www.google.com/maps/place/Jeulingke/@5.5759669,95.345673,15z/data=!3m1!4b1!

4m2!3m1!1s0x30403703c72fdda9:0xddc4f9a2441e86b1 (diakses 18 april 2014)

15