makalah imunologi (2)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling mendukung.
Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh air mata, sebum, ludah, dan
getah lambung yang mengandung unsur pertahanan kimiawi.
Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan
dalam rseistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh. Jika bakteri pathogen
berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh melawan serangan dengan reaksi
radang(inflamasi) atau reaksi imun yang spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan
molekul-molekul terhadap banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem
imun ini sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang
dapat ditimbulakn oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup.
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan akibat adanya
rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh hewan atau manusia, baik yang
bersifat infeksius maupun non infeksius. Pernyataan ini berkembang dengan pesat semenjak
adanya pembuktian dari Edward Jenner.
Immunoglobulin adalah senyawa protein yang digunakan untuk melawan kuman
penyakit (virus, bakteri, racun bakteri dll.), ada di dalam darah, orang sering menyebutnya
antibodi. Setiap immunoglobulin (disingkat Ig) akan mengenali satu antigen (kuman penyakit)
secara spesifik, artinya satu antigen dikenali satu antibodi spesifik. Ig diproduksi oleh sel darah
putih yang disebut sel B atau lebih spesifik lagi sel plasma.
Imunitas adalah merupakan jawaban reaksi tubuh terhadap bahan asing secara molekuler
maupun seluler. Secara histories imunitas merupakan perlindungan terhadap penyakit, yang lebih
spesifik dikenal dengan infectious disease. Imunitas berasal dari kata latin yaitu Immunitas.
Secara umum, imunitas merupakan respon molekul atau seluler yang mekanismenya terbagi
menjadi dua yaitu innate immunity dan adaptive immunity. Sebagai bahan pemicu respon imun
tersebut dikenal dengan antigen dan sebagai jawaban reaksi imun dikenal dengan antibodi.
Antigen adalah substansi yang dapat dikenali dan diikat dengan baik oleh sistem imun.
Antigen dapat berasal dari organisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit) atau molekul asing bagi
tubuh. Hapten adalah molekul organik kecil yang dapat mengikat bagian reseptor antigen.
Antibodi adalah protein imunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifitasi oleh
antigen. Berat molekul antibodi berkisar 150.000 Da sampai dengan 950.000 Da yang tergantung
pada kelasnya.
Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk sebagai respons terhadap keberadaan benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh kita. Benda-benda asing itu disebut antigen. Tiap kali ada benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi. Antibodi dihasilkan oleh limfosit B atau sel-sel B. Antibodi digunakan untuk menetralkan atau menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Setiap detik sekitar 2.000 molekul antibodi diproduksi oleh sel-sel B. Salah satu contoh peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita terkena infeksi karena luka maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan limfosit atau sel-sel B yang mati setelah berperang melawan antigen.
Antibodi dapat ditemukan pada aliran darah dan cairan nonseluler. Antibodi memiliki struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis tertentu.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas yaitu :
1. Apa saja Fungsi Sistem Imun ?
2. Menjelaskan Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh ?
3. Unsur apa saja yang Berperan dalam Reaksi Imunoglobulin ?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui Fungsi dari Sistem Imun
2. Untuk mengetahui Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh
3. Untuk mengetahui Unsur apa saja yang Berperan dalam Reaksi Imunoglobulin.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar,sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dsan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh jika sistem kekebalan
melemah,kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan pathogen,
termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem
kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor,dan terhambatnya sistem ini juga
telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
II.1 Fungsi Sistem Imun
Sistem Imun adalah sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sebuah sistem dalam
tubuh kita yang memiliki peran vital bagi kelangsungan hidup kita.
Ada 3 (tiga) fungsi penting yang harus dimiliki sistem imun yang sehat :
1. Kemampuannya untuk mengenali benda-benda asing seperti bakteri, virus, parasit, jamur, sel
kanker, dll. Fungsi ini sangat penting, karena harus bisa membedakan mana kawan ( bakteri yang
menguntungkan dan sel tubuh yang baik ) mana lawan ( virus, bakteri jahat, jamur, parasit,
radikal bebas dan sel-sel yang bermutasi yang bisa menjadi tumor/kanker ) dan mana yang orang
biasa ( alergen, pemicu alergi ) yang harus dibiarkan lewat.
2. Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda asing itu
3. Sistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu ( rupa & rumus kimiawi antibodi yang
digunakan untuk mengalahkan mereka yang disimpan didalam Transfer Factor tubuh ) sehingga
bisa dengan cepat menolak serangan ulang di masa depan.
Sistem imun yang sehat adalah sistem imun yang seimbang yang bisa meningkatkan
kemampuan tubuh dalam melawan penyakit.
II.2 Macam – macam Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imun menyediakan kekebalan terhadap suatu penyakit yang disebut imunitas.
Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadap masuknya
patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Sistem perthanan tubuh terbagi atas 2 bagian yaitu :
1. Sistem Imun Non Spesifik (Innate Immunity System)
Innate Immunity adalah pertahanan tubuh yang mempunyai sifat tidak spesifik dan
merupakan bagian sistem imun yang berfungsi sebagai barier terdepan pada awal terjadinya
infeksi penyakit, oleh karena itu sering disebut natural atau native immunity.
Yang termasuk innate immunity adalah : Makrofage, sel darah merah dan sel assesories,
selain itu juga bahan biokimia dan fisik barier seperti kulit yang mensekresi lisosim dan dapat
merusak bakteri seperti S.aureus. oleh karena itu sistem ini spesifik untuk alam. Sehingga jika
ada organisme melakukan penetrasi melalui permukaan epithel akan dianulir oleh sitem
Retikulum Endothelium (RE) yang merupakan turunan dari sel sumsung tulang yang berfungsi
menangkap, internelisasi dan merusak agen infeksius. Dalam hal ini yang bertindak
memfagositosit adalah sel kuffer. Selain itu juga sel darah merah termasuk eosinophil, PMN dan
monosit dapat migrasi ke dalam jaringan yang dapat merangsang secara invasive.
Sel lainnya adalah natural killer, leukosit, sel ini cocok untuk mengenali perubahan
permukaan pada sel yang terinfeksi, seperti mengikat dan membunuh sel yang dipengaruhi oleh
interferon. Interferon adalah termasuk antibodi spesifik yang diproduksi oleh sel target atau sel
terinfeksi.
Faktor lain yang termasuk innate immunity adalah protein serum yang merupakan protein
fase akut. Protein ini mempunyai efek sebagai perlindungan melalui interaksi komplek dengan
komplemen, yang selanjutnya diikuti lisisnya agen penyakit.
Sebagai tanda awal dari respon imun adalah inflamasi yang merupakan reaksi dari tubuh
terhadap injuri seperti invasi agen infeksius. Terjadinya proses ini dapat ditandai dengan 3 hal
yaitu pertama terjadi peningkatan daerah ke daerah infeksi, kedua peningkatan permeabilitas
kapiler yang menyebabkan reaksi sel endithel, sehingga terjadi reaksi silang antara molekul besar
dan sel endotelial dan ketiga adalah terjadinya migrasi leukosit (PMN) dan makrofage dan
kapiler ke jaringan sekitar.
Pertahanan non spesifik terbagi atas 3 bagian yaitu :
a. Pertahanan Fisik : Kulit, Membran Mukosa
b. Pertahanan Kimiawi : Saliva, Air mata, Lisozim (enzim penghancur)
c. Pertahanan Biologis : Sel darah putih yang bersifat fagosit (neutrofil, monosit, acidofil),
protein antimikroba dan respon pembengkakan (inflammatory).
2. Sistem Imun Spesifik (Adaptive Immunity System)
Adaptive Immunity adalah merupakan sistem pertahanan tibuh lapis kedua, jika innate
immunity tidak mampu mengeliminasi agen penyakit. Hal ini terjadi jika fagosit tidak mengenali
agen infeksius sebab hanya sedikit reseptor yang cocok untuk agen infeksius atau agen tidak
bertindak sebagai faktor antigen terlarut (solube antigen) yang aktif. Jika hal ini terus menerus,
maka akan diperlukan molekul spesifik yang akan berikatan langsung dengan antigen infeksius
yang dikenal dengan antibodi dan selanjutnya akan terjadi proses fagotosis.
Antibodi diproduksi oleh sel B yang merupakan molekul fleksibel dan bertindak sebagai
adaptor antara agen infeksius dan fagosit. Antibodi mempunyai 2 fungsi selain mempunyai
variabel antibodi yang berbeda dan mengikat agen infeksius juga mengikat reseptor sel dan
selanjutnya mengaktifkan komplemen yang diakhiri dengan terjadinya lisis.
Sistem Imun ini disebut Spesifik karena : dilakukan hanya oleh sel darah putih Limfosit,
membentuk kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga terjadi pembentukan
antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen tertentu. Limfosit berperan dalam imunitas
yang diperantarai sel dan antibodi.
II.3 Unsur – unsur yang Berperan dalam Reaksi Imunoglobulin
Sebelumnya telah kita sebutkan bahwa antibodi adalah sejenis protein. Protein-protein
yang berfungsi untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan ini dinamakan “Imuno
globulin”, disingkat “Ig”.
Protein paling khas pada sistem pertahanan, molekul imuno globulin mengikatkan diri
pada antigen untuk menginformasikan kepada sel-sel kekebalan lainnya tentang keberadaan
antigen tersebut atau untuk memulai reaksi berantai perang penghancuran.
1) Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun humoral yang
berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi utama sel B adalah untuk
membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen sistem kekebalan tiruan.
Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B, merupakan imunoglobulin.
Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi menjadi sel plasma yang
memproduksi molekul antibodi dari antigen yang terikat pada pencerapnya.
Sel B terbagi menjadi dua jenis:
Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang peritoneal dan pleural
dan memiliki kemampuan untuk berkembangbiak.
Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang yang
memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki kemampuan untuk
berkembangbiak.
Sel B berasal dari sel punca yang berada pada jaringan hemopoietik di dalam sumsum
tulang.
2) Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit
dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu membedakan jenis patogen
dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh
terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori
dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin
terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika
perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan
tiruan.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-
receptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal antar
kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi selular, dikirimkan oleh
sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing
dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan
seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika.
Dengan demikian respon kekebalan tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.
Sel T memiliki prekursor berupa sel punca hematopoietik yang bermigrasi dari sumsum
tulang menuju kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada
rantai-beta pencerapnya, guna membentuk protein TCR yang disebut pre-TCR, pencerap spesial
pada permukaan sel yang disebut pencerap sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR). "T" pada
kata sel T adalah singkatan dari kata timus yang merupakan organ penting tempat sel T tumbuh
dan menjadi matang. Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang
berbeda-beda.
Sel T terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dari ketiga jenis tersebut mempunyai
tugas / fungsi yang berbeda-beda :
Sel T sitotoksik (killer), berfungsi membunuh sel-sel yang terinfekasi, sel ini dapat
membunuh berbagai bibit penyakit, dan sel kanker.
Sel T supressor (penekan), mempunyai efek menstabilkan jumlah sel killer agar sel killer
tidak membunuh sel-sel tubuh yang sehat.
Sel T penolong (helper), berfungsi membantu zat antibodi dan sel B penghasil antibodi. Sel
ini mengatur respons, kekebalan tubuh dengan cara mengenali dan mengaktifkan limfosit yang
lain.
3) Imuno globulin G (IgG)
Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin yang paling
sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah, lymfe dan cairan peritoneal. Ia
mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai
serum transfer). Ia dapat mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satu-satunya
imunoglobulin yang dapat melewati plasenta.
4) Imuno globulin A (IgA)
Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, air mata,
cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktiv adalah bentuk dimer (yy),
sedangkan yang monomer (y) tidak aktif. Jaringan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini
ialah sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA
masuk kedalam lumen.
Fungsi dari IgA ini ialah:
- Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa
- Tidak efektif dlam mengikat komplemen
- Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam cairan sekretori yang
mengandung IgA
- Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif
5) Imuno globulin M (IgM)
Imunoglobulin M ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM mempunyai waktu
paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima valensi. Imunoglobulin ini hanya
dibentuk oleh faetus. Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya
antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM adalah merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan
isohem- aglutinin alamiah. IgM sngat efisien dalam mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk
setelah terbentuk T-independen antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen.
6) Imuno globulin D (IgD)
Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda permukaan
pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B normal. Sel B
membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA.
7) Imuno globulin E (IgE)
Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan dengan mast
sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan eosinpphil. IgE berikatan pada
reseptor Fc pada sel-sel tersebut. Dengan adanya antigen yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin
ini menjadi bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan membebaskan histamin dan
komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi anaphylaksis. IgE sangat berguna untuk
melawan parasit.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Fungsi sistem imun :
1. Penangkal benda asing yang masuk kedalam tubuh
2. Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen tubuh yang
lebih tua.
Macam – macam sistem kekebalan tubuh :
1. Sistem Imun Non Spesifik (Innate Immunity System)
2. Sistem Imun Spesifik (Adaptive Immunity System)
Unsur – unsur yang berperan dalam reaksi imunoglobulin :
1. Sel B
2. Sel T
3. Imuno globulin G (IgG)
4. Imuno globulin A (IgA)
5. Imuno globulin M (IgM)
6. Imuno globulin D (IgD)
7. Imuno globulin E (IgE)
III.2 Kritik dan Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah duraikan, kami selaku pemakalah
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun baik bagi pemakalah maupun
masyarakat pada umumnya demi kesempurnaan pemyusunan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
A.Rantam, Fedik. 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press. Surabaya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_B
http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_T
http://www.sodiycxacun.web.id/2010/01/klasifikasi-antibodi.html
http://www.4lifetransferfactormakassar.com/index.php/sistem-imun/fungsi-sistem-imun
Antibodi dan jenis-jenis Antibodi
{ April 29, 2010 @ 1:46 pm } · { Biology }
ANTIBODI
Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk sebagai respons terhadap keberadaan benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh kita. Benda-benda asing itu disebut antigen. Tiap kali ada benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi. Antibodi dihasilkan oleh limfosit B atau sel-sel B. Antibodi digunakan untuk menetralkan atau menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Setiap detik sekitar 2.000 molekul antibodi diproduksi oleh sel-sel B. Salah satu contoh peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita terkena infeksi karena luka maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan limfosit atau sel-sel B yang mati setelah berperang melawan antigen.
Antibodi dapat ditemukan pada aliran darah dan cairan nonseluler. Antibodi memiliki struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis tertentu.
1. Jenis-jenis Antibodi
Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan (immune). Ada lima macam immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.
a. Immunoglobulin G (IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada dan menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan racun. IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan mikroorganisme yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil, IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari kemungkinannya infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang pertama kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi sampai sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.
b. Immunoglobulin A (IgA)
Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi oleh selaput lendir, misalnya hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA juga ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI, getah lambung, dan sekresi usus.
Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat dalam tubuh bayi yang baru lahir.
c. Immunoglobulin M (IgM)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B. Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian menghilang.
Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. IgM banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
d. Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. IgD ini bertindak dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap antigen.
e. Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu, tubuh seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE penting melawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis, yang banayk ditemukan di negara-negara berkembang.
Antibodia (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai sIgA (en:secretory IgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba. Walaupun IgA mempunyai rasio serum 6% dengan waktu paruh sekitar 6 hari dan 2 subtipe yaitu IgA1 dan IgA2, sIgA adalah antibodi yang paling banyak diproduksi oleh tubuh melalui sistem mukosis, terutama pada MALT (en:mucosal-associated lymphoid tissues), daripada akumulasi jumlah immunoglobulin seluruh kelas antibodi,[1] sekitar 3 hingga 5 gram tersekresi kedalam lumen usus setiap hari.[2]
Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan γ, yang saling mengikat dengan ikatan disulfida,
dan mempunyai dua fragmen antigen-binding. Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada manusia[1] dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe. Molekul IgG dibentuk dan diedarkankan oleh sel plasma dalam 4 sub-tipe IgG1, IgG2, IgG3, IgG4.
IgG adalah antibodi pertama yang terlibat dalam respon imunitas lanjutan. Keberadaan IgG tertentu pada umumnya diartikan sebagai puncak respon antibodi terhadap antigen.[2]
IgG dapat mengikat beragam patogen, seperti virus, bakteri, fungi dengan dua rantai epitop dan melindungi tubuh dengan cara aglutinasi dan immobilization, dan aktivasi sistem kekebalan komplemen dengan lintasan klasik, menggunakan fragmen konstan mengikat patogen dalam opsonisasi untuk ditelan makrofaga dan neutrofil dengan proses fagositosis, dan netralisasi toksin. IgG juga memainkan peran penting dalam mengikat sel NK pada ADCC (en:antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity). IgG juga dihubungkan dengan Hipersensitivitas tipe II dan tipe III.
Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1.[1]
IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang merespon cacing parasit [2] (helminth) seperti Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan Fasciola hepatica,[3][4][5] serta terhadap parasit protozoa tertentu seperti Plasmodium falciparum,[6] dan artropoda.
Rasio IgE pada individu normal ("non-atopik") sekitar 0,002% terhadap total serum atau sekitar 0.05% terhadap IgG[7] dengan waktu paruh 2 hari, meskipun demikian IgE memiliki kemampuan untuk mengaktivasi respon kekebalan yang paling dahsyat jika dibandingkan dengan IgG dengan perannya dalam sistem kekebalan adaptif yang sudah sangat klasik.
IgE ditemukan pada tahun 1966 oleh sepasang ilmuwan Jepang Teruka and Kimishige Ishizaka.[8]
Terpaan anafilaktik (bahasa Inggris: anaphylaxis) merupakan suatu reaksi alergi yang bersifat sistemik dan menyebabkan runtuhnya sistem sirkulasi tubuh dan kesulitan bernapas, merupakan akibat dari ikatan yang terjadi antara sel biang yang terdapat di seluruh jaringan tubuh dengan IgE sehingga menimbulkan sekresi hormon peradangan.[9]