makalah hpi pint

29
TUGAS MAKALAH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DAN ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM HUKUM BENDA Oleh : Nama : Resky Pradhana Romli NPM : 0912011234 Ruang : D1 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

Upload: eqygammer

Post on 01-Jul-2015

2.845 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah HPI pint

TUGAS MAKALAH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA

INTERNASIONAL DAN ASAS-ASAS HUKUM PERDATA

INTERNASIONAL DALAM HUKUM BENDA

Oleh :

Nama : Resky Pradhana Romli

NPM : 0912011234

Ruang : D1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

KATA PENGANTAR

Page 2: makalah HPI pint

Puji syukur saya haturkan kepada Allah S.W.T karena atas rahmat dan ridho-NYA lah

saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini di bebankan untuk mengefektifkan

penghayatan dan pemahaman mengenai Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional

dan Asas-asas Hukum Perdata Internasional dalam Hukum Benda agar berguna dalam

kehidupan ke depan.

Tugas ini memuat mengenai Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional dan

Asas-asas Hukum Perdata Internasional dalam Hukum Benda dalam ragka memenuhi

tuntutan mata kuliah dan mempunyai maksud untuk mengkaji lebih dalam dua hal yang

dimaksudkan.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pun dengan tugas yang saya buat ini,

dengan penuh kesadaran saya menyadari banyaknya kekurangan di sini. Saran dan kritik saya

harapkan demi kemajuan kedepan. Semoga dapat bermanfaat bagi semua kedepan.

Penulis

Resky Pradhana Romli

0912011234

DAFTAR ISI

Page 3: makalah HPI pint

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional

1. Awal Perkembangan Hukum Perdata Internasional

2. Masa Pertumbuhan Asas Personal (Abad 6-10M)

3. Pertumbuhan Asas Teritorial (Abad 11-12 M)

4. Pertumbuhan Teori Statuta (Abad ke 13-15 M)

5. Sejarah HPI Indonesia

5.1 Awal Mula HPI Di Indonesia

5.2 Hubungan Quasi Perdata Internasional

5.3 Hubungan Hukum Antar-Golongan

5.4 HPI Indonesia Saat Ini

B. Asas-Asas Hukum Perdata Internasional Dalam Hukum Benda

1. Arti Benda

2. Hukum Benda

3. Pembagian Benda 

BAB III

Page 4: makalah HPI pint

PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Page 5: makalah HPI pint

A. Latar Belakang Masalah

Hukum Perdata Internasional merupakan suatu hukum yang telah berkembang sejak

zaman romawi kuno, sejarah mencatatat pada masa dulu, perdagangan antar negara,

perkawinan antar kerajaan atau perjanjian-perjanian yang dilakukan beda negara telah terjadi.

Perdagangan emas, baju, rempah-remah, buah-buahhan, perjanjian damai ataupun pernyataan

penolakan terhadap perjanjian telah melengkapi sejarah. Dalam makalah kali ini, saya

cenderung membahas mengenai asas-asas hukum keperdataan dalam hukum benda. Hal ini

tidak lain karena hubungan keperdataan Internasional dalam kenyataannya sangat banyak

kegiatan yang melingkupi hubungan keperdataan dalam hal kebendaan. Namun seperti

apakah asas-asas dan prinsip hukum kebendaan yang harus dipegang teguh dalam perbuatan

hukum?

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan di bahas dapat dirinci dan dirumuskan sebagai berikut :

a) Bagaimana perkembangan Hukum Perdata Internasional sejak masa Romawi hingga

kini?

b) Apa saja asas-asas Hukum Perdata Internasional dalam hal hukum kebendaan?

BAB II

PEMBAHASAN

Page 6: makalah HPI pint

A. Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional

1. Awal Perkembangan Hukum Perdata Internasional

Didalam perkembangan sejarah HPI, tampaknya perdagangan (pada taraf permulaan

adalah pertukaran barang atau barter) dengan orang asinglah yang melahirkan kaida-kaidah

HPI. Pada jaman romawi kuno, segala persoalan yang timbul sebagai akibat hubungan antara

orang romawi dan pedagang asing diselesaikan oleh hakim pengadilan khusus yang disebut

praetor peregrinos. Hukum yang digunakan oleh hakim tersebut pada dasarnya adalah hukum

yang berlaku bagi para civies Romawi,yaitu Ius Civile yang telah disesuaikan dengan

pergaulan internasional.Ius Civile yang telah diadaptasi untuk hubungan internasional yang

kemudian disebut Ius Gentium. Ius Gentium juga memuat kaidah kaidah yang dapat

dikategorikan kedalam Ius Privatum dan Ius Publicum. Ius Gentium yang menjadi bagian Ius

privatum berkembang menjadi hukum perdata internasional (HPI), sedangkan Ius Gentium

yang menjadi bagian Ius Publicum telah berkembang menjadi hukum internasional politik.

Pada masa romawi perkembangan asas-asas yang dilandasi prinsip atau asas teretorial, yang

dewasa ini dianggab sebagi asas HPI yang penting, misalnya:

1. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs), yang menyatakan bahwa hukum yang harus diberlakukan

atas suatu benda adalah huum dari tempat dimana benda tersebut berada atau terletak.

2. Asas Lex Loci Contractus, yang menyatakan bahwa terhadap perjanjian-perjanjian (yang

bersifat HPI) berlaku kaidah-kaidah hukum dari tempat pembuatan perjanjian.

3. Asas Lex Domicilli, yang menyatakan bahwa hukum yang mengatur hak serta kewajiban

perorangan adalah hukum dari tempat seseorang berkediaman tetap.

Di dalam prisip teritorial, hukum yang berlaku bersifat teretorial. Setiap wilayah (teritorial)

memiliki hukumnya sendiri, dan hanya ada satu hukum yang brlaku terhadap semua orang

atau benda yang berada diwilayah itu, dan perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan di

wilayah itu.

2. Masa Pertumbuhan Asas Personal (Abad 6-10M)

Page 7: makalah HPI pint

Pada akhir abad 6 M, kekaisaran Romawi ditaklukan bangsa “Barbar” dari Eropa.

Bekas wilayah kekaisaran Romawi diduduki berbagai suku bangsa yang satu dengan lainnya

berbeda secara geneologis. Kedudukan ius civile menjadi kurang penting,karena masing-

masing suku bangsa tersebut tetap memberlakukan hukum personal, hukum personal, hukum

yang berlaku digantungkan kepada pribadi yang bersangkutan. Sehingga didalam wilayah

tertentu mungkin akn berlaku beberpa hukum sekaligus. Dalam menyelesaikan sengketa yang

menyangkut dua suku bangsa yang berbeda biasanya ditentukan dulu kaidah-kaidah hukum

adat masing-masing suku, barulah ditetapkan hukum mana yang akan diberlakukan.

Beberapa asas HPI yang tumbuh pada masa tersebut yang dewasa ini dapat

dikategorikan sebagai asas HPI misalnya:

1. Asas yang menetapkan bahwa hukum yang berlaku dalam suatu perkara dalam hukum

personal dari pihak tergugat.

2. Asas yang menyatakan bahwa kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum seseorang

ditentukan hukum personal orang tersebut. Kapasitas para pihak dalam suatu perjanjian harus

ditentukan oleh hukum personal dari masing-masing pihak.

3. Asas yang menyatakan bahwa masalah pewarisan harus diatur berdasarkan hukum

personal si pewaris.

4. Pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukam personal sang suami.

3. Pertumbuhan Asas Teritorial (Abad 11-12 M)

Dikawasan Eropa Utara terjadi peralihan struktur maysrakat genealogis kemasyarakat

teritorial tampak dari tumbunya unit-unit masyarakat yang feodalistis, khususnya di wilayah

inggris, Francis dan jerman sekarang. Semakin banyak tuan tanah (landlords) yang berkuasa

dan memberlakukan hukum mereka sendiri terhadap semua orang dan semua hubungan

hukum yang berlangsung diwilayahnya.

Dengan kata lain, tidak ada pengakuan terhadap hak-hak asing. Hak-hak yang dimiliki

orang asing dapat bugitu saja dicabut penguasa, sehingga dalam keadaan demikian HPI tidak

berkembang sama sekali. Kawasan Eropa bagian selatan transformasi dari asas personal

genealogis keatas teritorial belangsung bersamaan dengan pertumbuhan pusat-pusat

perdagangan khususnya Italia. Dasar ikatan antar manusia disini bukanlah genealogis atau

Page 8: makalah HPI pint

feodalisme, melainkan tempat tinggal yang sama. Kota-kota yang tumbuh pesat itu antara lain

Florence, Pisa, Peruggia, Venetia, Milan, padua,dan genoa.

4. Pertumbuhan Teori Statuta (Abad ke 13-15 M)

Dengan meningkatnya intensitas perdagangan antarkota, asas teritorial tidak sesuai

lagi, maka para ahli hukum Italia mwncari asas hukum yang dianggap adil, wajar dan ilmiah

untuk menyelesaikan konflik-konflik antar kota. Gagasan Accursius adalah bila seseorang

dari suatu kota tertentu dituntut secara hukum di kota lain, maka ia tidak diadili berdasar

hukum dari kota lain, sebab ia bukan subyek hukum di sana.

1. Statute Personalia adalah statuta yang mempunyai lingkungan kuasa berlaku secara

personal. Artinya mengikuti orang dimanapun ia berada. Statute realia adalah statuta

yg mempunyai lingkungan kuasa secara territorial, artinya hanya benda2 yg terletak

di wilayah pembentuk UU tunduk Dibawah statute tsb.

2. Statuta Mixta yaitu statuta yang berlaku bagi tiap perjanjian yang diadakan di tempat

berlakunya statute itu dengan segala akibat hukumnya.

Perkembangan Teori Statuta Di Perancis

Abad 16 M Struktur kenegaraan prancis pada abad ini, mendorong untuk mempelajari

hubiungan perselisihan secara intensif. Para ahli hukum pernacis berusaha menjalanindan

memodifikasi teori statuta italkia dan menerapkannya dalam konflik antar propinsi diprancis.

Memperluas statuta personalia hingga mencakup pilihan hokum memperluas statuta realia

hingga menjadi otonmi wilayah/teritorial.

Perkembangan Teori Statuta Belanda

Abad 17 M Prinsip dasar yang dijadikan pedoman adalah kedaulatan eksklusif negara. Statuta

yang dimaksud adalah negara yang berlaku dalam teritorial di suatu negara.

Teori HPI Universal

Page 9: makalah HPI pint

Abad 19 M Dicetuskan oleh Fredrich Carl V. Savigny dijerman. Dengan

mengembangkan pemikiran-pemikiran dari ahli hukum jerman lain (C.G. Von Wachter) Inti

pemikiran C.G. Von Wachter yaitu meninggalkan klasifikasi alat statuta dan memusatkan

perhatian pada penetapan hukum yangberlaku terhadap hubungan hukum (legal Relationship)

tertentu. Intinya penentuan hukumyang harus diberlakukan dalam perkara HPI sebenarnya

adalah hukum dari tempat yang merupakan legal seat (tempat kedudukan).

5. SEJARAH HPI INDONESIA

5.1 Awal Mula HPI Di Indonesia

Abad ke-17 Belanda ke Indonesia selain membawa budaya barat, juga membawa dan

menerapkan Hukum antar golongan (intergentielrcht). Menurut Kollewijn: “Belanda pada

waktu itu menerapkan politikluarnegeri sebagai berikut: jika suatu daerah ditaklukkan dengan

kekerasan, maka hukum setempat harus dihapuskandan diganti dengan hukum belanda.

Tetapi daerah-daerah yang melakuka perundingan, maka sampai batas-batas tertentu hukum

setempat masih dihormati”. Namun karena lemahnya pengawasan VOC dan perlawanan

rakyat, maka hukum adat masih berlaku.

Abad ke 18 Saat pemerintahan Daendels, masih tetap mengakui berlakunya hukum

asli rakyat Indonesia. Politik ini diperkuat oleh Raflles yang mengikuti politik pemerintah

Inggris, yang membiarkan daerah jajahannya mengunakan hukumnya.

5.2 Hubungan Quasi Perdata Internasional

Abad ke 19 Belanda kembali menguasai wilayah Indonesia dengan kekuatan yang

lebih besar. Kemudian menerbitkan Indische Staatrechgeling (IS) tahun 1925, yang pada

pasal 35 memberi wewenang pada kerajaan belanda untuk mengadalkan perjajian

internasional dengan raja-raja Indonesia. Hubungasn Indonesia-Belanda pada masai ini

merupakan hubungan quasi internasional, maka hubungan orang Indonesia dengan belanda

disebut Hubungan perdata quasi-internasional.

5.3 Hubungan Hukum Antar-Golongan

Page 10: makalah HPI pint

Abad ke-20 Awal abad ini Aceh ditaklukkan oleh belanda, maka hubungan quasi-

internasional berubah menjadi hubungan kolonial. Maka hubungan perdata quasi-internasioal

berubah menjadi hubungan Hukum Antar Golongan.

Perkawinan campur dan persoalan hukum tanah membuat Hukum Antar Golongan semakin

berkembang. Ada sebagian ahli hukum yang menggunakan kaidah HPI untuk menyelesaikan

persoalan Hukum Antar-Golongan.

5.4 HPI Indonesia Saat Ini

Awalnya banyak persoalan-persoalan yang mengandung unsur asing masih

diselesaikanmenurut Hukum Antar - Golongan. Oleh sebab itu HPI belum mempunyai

kesempatan untuk berkembang. Baru setelah terbukanya kembali kemungkinan orang asing

menanamkan modalnya diIndonesia, masyarakat Indonesia sadar betapa pentingnya HPI.

Agar kita tidak hanya didikte oleh negara-negara asing dalam hubungan transaksional.

Artinya sekarang kita harus mulai menghilangkan kebiasaan lama untuk menyelesaikan

peristiwa-peristiwa yang ada unsur asingnya dengan menggunakan hukum Antar-Golongan.

Tapi sebaliknya kita gunakan HPI Indonesia secara khusus tersendiri mengatur hubungan

hukum yang mengandung unsur asing.

B. Asas-Asas Hukum Perdata Internasional Dalam Hukum Benda

1. Arti Benda

Benda, (Pasal 499 KUHPer) tiap – tiap barang dan tiap – tiap hak yang dapat dikuasai oleh

hak milik, segala sesuatu yang dapat dihaki atau dijadikan objek hak milik.

Arti sempit, nyata dan dapat dilihat/dipegang

Arti luas :

Berwujud

1. Arti sempit

2. Bagian dari kekayaan

Page 11: makalah HPI pint

                                                              i.      Berwujud : Hasil karena alam (natuurlijke vruchten)

                                                            ii.      Tidak berwujud : Timbul  karena hubungan hukum

                               tertentu atau hasil perdata

Contoh : Piutang dan penagihan – penagihan

lainnya

Tidak berwujud

1. Hak Cipta

2. Hak Paten

3. Hak Merek

2. Hukum Benda

Hukum Benda, adalah hukum tentang benda yaitu kumpulan segala macam aturan

hukum tentang benda yang terdapat di dalam Buku II KUHPer mulai pasal 499 sampai

dengan 1232.

Sistem pengaturan Buku II adalah sistem tertutup, artinya seseorang tidak dapat

mengadakan hak – hak kebendaan yang baru selain yang ada di dalam Buku II tersebut.

Asas-asas Hukum Benda

Hukum Memaksa

Aturan yang berlaku menurut undang – undang wajib dipatuhi atau tidak boleh

disimpangi oleh para pihak.

Dapat dipindahkan

Semua hak kebendaan dapat dipindahkan. Menurut perdata barat, tidak semua dapat

dipindahkan (seperti hak pakai dan hak mendiami) tetapi setelah berlakunya UUHT,

semua hak kebendaan dapat dipindahtangankan.

Individualitas

Page 12: makalah HPI pint

Hak kebendaan selalu benda yang dapat ditentukan secara individu, artinya berwujud

dan merupakan satu kesatuan bukan benda yang ditentukan menurut jenis jumlahnya,

misalnya memiliki rumah, hewan,dll.

 Totalitas

Dalam asas totalitas ini mencakup suatu asas perlekatan. Seseorang memiliki sebuah

rumah, maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu, kunci, gerbang, dan benda –

benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda pokoknya (tanah)

 Tak Dapat Dipisahkan

Seorang pemilik tidak dapat memindahtangankan sebagian dari wewenang yang ada

padanya atas suatu hak kebendaan seperti memindahkan sebagian penguasaan atas

sebuah rumah kepada orang lain. Penguasaan atas rumah harus utuh, karena itu

pemindahannya juga harus utuh.

Tetapi, Eigendom dapat dibebani dengan hak lain seperti hak tanggungan atau hak

memungut hasil. Jika hak – hak tersebut dilepaskan, hal ini tidak berarti pemilik

melepaskan sebagian wewenangnya, karena hak miliknya masih utuh.

 Prioritas

Asas ini timbul sebagai akibat dari asas nemoplus yaitu asa yang menyatakan bahwa

seseorang hanya dapat memberikan hak yang tidak melebihi apa yang dimilikinya

atau seseorang tidak dapat memindahkan haknya kepada orang lain lebih besar pada

hak yang ada pada dirinya.

 Asas Percampuran

Percampuran terjadi bila dua atau lebih hak melebur menjadi satu.

 Pengaturan dan Perlakuan yang Berbeda Terhadap Benda Bergerak dan TIdak

Bergerak

Page 13: makalah HPI pint

Pengaturan dan perlakuan dapat disimpulkan dari cara membedakan antara benda

bergerak dengan benda tidak bergerak serta manfaat atau pentingnya pembedaan

antara kedua jenis benda tersebut.

 Asas Publisitas

Asas ini berkaitan dengan pengumuman status kepemilikan suatu benda tidak

bergerak kepada masyarakat. Sedangkan untuk benda tidak bergerak tidak perlu

didaftarkan, artinya cukup melalui penguasaan dan penyerahan nyata.

 Perjanjian Kebendaan

Perjanjian kebendaan, perjanjian yang mengakibatkan berpindahnya hak kebendaan.

Perjanjian disini bersifat obligatoir, artinya dengan selesainya perjanjian, tujuan

pokoknya belum selesai karena baru menimbulkan hak dan kewajiban antara para

pihak artinya hak belum beralih sebab masih harus dilakukan penyerahan bendanya

terlebih dahulu.

3. Pembagian Benda 

Benda – benda berwujud dan tidak berwujud (Pasal 503 KUHPer)

Penting karena : dikaitkan dengan cara penyerahan benda yang bersangkutan sebagai

akibat hubungan hukum (misalnya : karena jual beli, pewarisan, pemberian, dll)

Benda – benda yang bila dipakai habis dan tidak habis (Pasal 505 KUHPer)

- benda  yang dipakai habis : nasi, kopi, gula, uang, lilin

- benda yang dipakai tidak habis : piring, sendok, mobil, dll.

 Benda yang sudah ada dan benda yang akan masih ada

Page 14: makalah HPI pint

Benda yang akan masih ada : ABSOLUT dan RELATIF

- ABSOLUT : benda tersebut pada suatu saat sama sekali belum ada, misalnya panen

padi yang masih akan datang

- RELATIF : benda yang suatu saat sudah ada, tetapi bagi orang – orang tertentu

belum ada, misalnya perabot rumah tangga yang sudah dibeli berdasarkan pesanan

tapi belum diserahkan

 Benda di dalam perdagangan dan benda diluar perdagangan

Pentingnya : terletak pada objek perjanjian

Benda dalam perdagangan : benda – benda yang dalam lapangan harta kekayaan

dapat dijadikan objek suatu perjanjian (dapat diperjual belikan dengan bebas)

Benda di luar perdagangan : benda – benda yang dalam lapangan perdagangan tidak

dapat dijadikan objek perjanjian, tidak dapat diperjualbelikan (jalan umum, lapangan

sepak bola, dll)

 Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi

1. Benda yang dapat dibagi : benda yang wujudnya apabila dibagi tidak akan

menghilangkan sifat dan hakekat benda tersebut (missal : beras, kopi, nasi )

2. Benda yang tidak dapat dibagi : benda yang wujudnya apabila dibagi akan

mengakibatkan hilangnya sifat dan hakekat benda tersebut. (kuda, ayam, sapi

  karena kalau dibagi bukan lagi berupa hewan tetapi berupa daging kuda,

daging ayam, daging sapi, dll)

Benda yang dapat diganti dan tidak dapat diganti

Benda yang terdaftar dan tidak terdaftar

- pentingnya terletak pada pembuktian kepemilikan

Page 15: makalah HPI pint

1. Benda terdaftar (benda atas nama) : benda – benda yang pemindahan dan

pembebanannya harus didaftarkan dalam daftar buku atau register umum, jadi

dapat dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau serifikat atas nama

kepemilikannya.

2. Benda tidak terdaftar (benda tidak atas nama) : (pada umumnya) benda

bergerak yang tidak sulit membuktikan siapa pemiliknya karena berlaku asas

‘BEZIT berlaku sebagai title yang sempurna’ untuk benda bergerak

 Benda bergerak dan tidak bergerak

Cara membedakannya :

Benda bergerak

a.      Karena sifatnya, yaitu benda – benda yang dapat berpindah (termasuk kapal –

kapal, perahu – perahu dan tempat pemandian yang dipasangi perahu pasal 510

KUHPer)

b.      Karena ketentuan UU (Pasal 511 KUHPer)

-          Hak pakai hasil dan hak pakai atas benda – benda bergerak

-          Hak atas bunga – bunga yang diperjanjikan

-          Penagihan – penagihan atau piutang – piutang

-          Saham – saham atau andil – andil dalam persekutuan dagang, dll

 Benda tidak bergerak

a.      Karena sifatnya, (Pasal 506 KUHPer) tanah dan segala sesuatu yang melekat

diatasnya, demikian juga dengan barang – barang tambang

b.      Karena peruntukannya dan tujuan pemakaian (Pasal 507 KUHPer)

Pabrik dan barang – barang yang dihasilkannya, penggilingan – penggilingan, dsb.

c.      Karena UU

Page 16: makalah HPI pint

Hak pakai hasil, dan hak pakai atas kebendaan tidak bergerak, hak pengabdian

tanah, hak numpang karang, hak usaha, dll (Pasal 508 KUHPer)

Pasal 314 KUHD kapal – kapal berukuran berat kotor 20 M (kubik) keatas juga

termasuk benda tidak bergerak

 Pentingnya dibedakan karena :

Bezit (Kedudukan berkuasa)

Pasal 1977 KUHPer ayat 1 KUHPer, siapa yang menguasai benda bergerak, maka dial

ah pemilik benda tersebut.

Untuk benda bergerak, belum tentu.

 Lavering (Penyerahan)

Pasal 612 KUHPer, lavering benda bergerak dengan penyerahan nyata, dengan

sendirinya penyerahan nyata menjadi penyerahan yuridis.

Pasal 616 KUHPer, lavering benda tidak bergerak dilakukan dengan pengumuman

akta yang bersangkutan (ditentukan dalam Pasal 620 KUHPer) membukukannya

dalam register.

 Bezwaring (Pembebanan)

Pasal 1150 KUHPer, benda bergerak dengan GADAI

Pasal 1162 KUHPer, benda tidak bergerak dilakukan dengan HIPOTIK

 Karena diberlakukannya UUHT, atas tanah hanya dapat dibebankan dengan Hak

Tanggungan. Hipotik hanya untuk pesawat dan helicopter (Pasal 12 UU No. 15 Tahun

1992, tentang “Penerbangan”) dan juga untuk kapal (Pasal 314 KUHD dan Pasal 9

UU No. 21 Tahun 1992 tentang “pelayaran”).

 Daluwarsa (Verjaring)

Page 17: makalah HPI pint

Benda bergerak, tidak mengenal daluwarsa (Pasal 1977 ayat 1) bezit atas benda

bergerak dianggap sebagai eigendom.

 Benda tidak bergerak dikenal daluwarsa (Pasal 610 KUHPer), hak milik atas sesuatu

kebendaan diperoleh karena daluwarsa.

Daluwarsa tersebut adalah :

Seseorang yang telah 20 tahun menguasai suatu benda tidak bergerak, suatu bunga atau suatu

piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk dengan itikad baik dan dengan alas hak

yang sah dapat menjadi pemilik benda / hak yang bersangkutan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

ASAS-ASAS UMUM HUKUM KEBENDAAN

Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, S.H. dalam bukunya “mencari Sistem Hukum

Benda Nasional” menjelaskan ada 10 asas umum yang sifatnya relative konkrit yang ada

dalam bidang tertentu, yaitu:

1. Asas sistem tertutup

Artinya bahwa hak-hak atas benda bersifat limitative, terbatas hanya pada yang diatur

undang-undang. Di luar itu dengan perjanjian tidak diperkenankan menciptakan hak-

hak yang baru

2. Asas hak mengikuti benda/zaaksgevolg, ( droit de suite )

Page 18: makalah HPI pint

Hak kebendaan selalu mengikuti bendanya di mana dan dalam tangan siapapun benda

itu berada.

Asas ini berasal dari hukum romawi yang membedakan hukum harta kekayaan

(vermogensrecht) dalam hak kebendaan (zaakkelijkrecht) dan hak perseorangan

(persoonlijkrecht).

3. Asas publisitas

Adanya publisitas (openbaarheid) adalah pengumuman kepada masyarakat mengenai

status pemilikan.

Pengumuman hak atas benda tetap/tanah terjadi melalui pendaftaran dalam buku

tanah/register yang disediakan untuk itu sedangkan pengumuman benda bergerak

terjadi melalui penguasaan nyata benda itu.

4. Asas spesialitas

Dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah secara individual harus ditunjukan

dengan jelas ujud, batas, letak, luas tanah. Asas ini terdapat pada hak milik, hak guna

usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.

5. Asas totalitas

Hak pemilikan hanya dapat diletakan terhadap obyeknya secara totalitas dengan

perkataan lain hak itu tidak dapat diletakan hanya untuk bagian-bagian benda.

Misalnya:

Pemilik sebuah bangunan dengan sendirinya adalah pemilik kosen, jendela, pintu dan

jendela bangunan tersebut. Tidak mungkin bagian-bagian tersebut kepunyaan orang

lain.

6. Asas accessie/asas pelekatan

Page 19: makalah HPI pint

Suatu benda biasanya terdiri atas bagian-bagian yang melekat menjadi satu dengan

benda pokok seperti hubungan antara bangunan dengan genteng, kosen, pintu dan

jendela

Asas ini menyelesaikan masalah status dari benda pelengkap (accessoir) yang melekat

pada benda pokok (principal).

Menurut asas ini pemilik benda pokok dengan sendirinya merupakan pemilik dari

benda pelengkap. Dengan perkataan lain status hukum benda pelengkap mengikuti

status hukum benda pokok.

Benda pelengkap itu terdiri dari bagian (bestanddeed) benda tambahan (bijzaak) dan

benda penolong (hulpzaak).

7. Asas pemisahan horizontal

KUHPerdata menganut asas pelekatan sedang UUPA menganut asas horizontal yang

diambil alih dari hukum Adat.

Jual beli hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi bangunan dan tanaman yang

terdapat di atasnya.

Jika bangunan dan tanaman akan mengikuti jual beli hak atas tanah harus dinyatakan

secara tegas dalam akta jual beli.

Pemerintah menganut asas vertical untuk tanah yang sudah memiliki sertifikat untuk

tanah yang belum bersertifikat menganut asas horizontal (Surat menteri

pertanahan/agraria tanggal 8 Februari 1964 Undang-Undang No.91/14 jo S.Dep.

Agraria tanggal 10 desember 1966 No. DPH/364/43/66.

8. Asas dapat diserahkan

Hak pemilikan mengandung wewenang untuk menyerahkan benda.

Page 20: makalah HPI pint

Untuk membahas tentang penyerahan sesuatu benda kita harus mengetahui dulu

tentang macam-macam benda karena ada bermacam-macam benda yang kita kenal.

9. Asas perlindungan

Asas ini dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu perlindungan untuk golongan ekonomi

lemah dan kepada pihak yang beritikad baik (to goeder trouw) walaupun pihak yang

menyerahkannya tidak wenang berhak (beschikkingsonbevoegd). Hal ini dapat kita

lihat dalam Pasal 1977 KUHPerdata.

10. Asas absolute (hukum pemaksa)

Menurut asas ini hak kebendaan itu wajib dihormati atau ditaati oleh setiap orang

yang berbeda dengan hak relative.

Saran

Dalam melakukan perbuatan hukum keperdaaan yang berkaitan benda, hauslah

memahami dengan baik mengenai status mengenai hukum kebendaan tersebut,

terlebih lagi dalam hal hukum perdata internasional. Perbuatan keperdataan akan

menjadi banyak ketentuan yang mengaturnya dikarenakan berbedanya setiap sistem

hukum privat setiap negara.

Page 21: makalah HPI pint

DAFTAR PUSTAKA

R. Subekti, SH, Prof, 1989. “Pokok-pokok Hukum Perdata,” PT Inter masa cetakan. XXII,.

Jakarta.

Seto, Bayu, 1992. Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional. Buku Kesatu. Citra Aditya,

Bandung.

Gautama, Sudargo, 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional, Badan Pebinaan Hukum

Nasional. Bina Cipta, Bandung.

Kitab Undang-undang:

KUHPer

Internet :

id.wikipedia.org/wiki/Hukum_internasional

Page 22: makalah HPI pint