makalah handling cytotoxic

39
MAKALAH MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT HANDLING CYTOTOXIC” DISUSUN OLEH : KELOMPOK II KELAS A 1. DINAR (F1F1 12 003) 2. ARFAN (F1F1 112 3. HADIJAH (F1F1 12 013) 4. NILA ASTUTI (F1F1 12 5. DESY TRI WAHYUNI (F1F1 12 6. ALBIN (F1F1 12 7. VENNA SINTHARY (F1F1 12 8. JAMILA (F1F1 12 9. CHICHI FAUZIAH (F1F1 12 10. SONY RUBEN (F1F1 12 034) 11. ISTAR FEBRIANTI (F1F1 12 036) 12. WA ODE SARMIMIN (F1F1 12 045)

Upload: chichifauziyah

Post on 28-Jan-2016

1.421 views

Category:

Documents


339 download

DESCRIPTION

Manajemen Famasi Rumah Sakit

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Handling Cytotoxic

MAKALAH MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT

“HANDLING CYTOTOXIC”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

KELAS A

1. DINAR (F1F1 12 003)

2. ARFAN (F1F1 112

3. HADIJAH (F1F1 12 013)

4. NILA ASTUTI (F1F1 12

5. DESY TRI WAHYUNI (F1F1 12

6. ALBIN (F1F1 12

7. VENNA SINTHARY (F1F1 12

8. JAMILA (F1F1 12

9. CHICHI FAUZIAH (F1F1 12

10. SONY RUBEN (F1F1 12 034)

11. ISTAR FEBRIANTI (F1F1 12 036)

12. WA ODE SARMIMIN (F1F1 12 045)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

Page 2: Makalah Handling Cytotoxic

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sitostatika merupakan golongan obat yang digunakan dalam pengobatan

kanker yang paling banyak menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita

kanker. Karena itu pula harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek

pengobatan dengan sitostatika terus meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut

upaya menyembuhkan atau sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan

sitostatika terus meluas.

Namun, penggunaan sitostatika dalam dunia kesehatan memiliki resiko yang

sangat besar. Menurut NIOSH (2004), bekerja dengan atau dekat dengan obat-

obat berbahaya (sitotoksik) di tatanan kesehatan dapat menyebabkan ruam kulit,

kemandulan, keguguran, kecacatan bayi, dan kemungkinan terjadi leukemia dan

kanker lainnya. Selain itu, toksisitas yang sering dilaporkan berkenaan dengan

preparasi dan handling cytotoxic berupa toksisitas pada liver, neutropenia ringan,

fetal malformation, fetal loss, atau kasus timbulnya kanker. Tahun 1983

dilaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja pada ward

oncology. Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian ditemukan

cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf farmasi yang

tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat kanker.

Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanakan untuk

mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi,

transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Potensial paparan pada

petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Perawat yang bekerja pada

ward kemoterapi tanpa perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas

mutagenik yang signifikan lebih besar dari pada control subject.

Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat

kanker, preparasi obat sitostatika secara aseptis (handling citotoxic) diperlukan

untuk melindungi produk dari kontaminasi mikroba dengan teknik aseptis,

melindungi personal dan lingkungan yang terlibat dari exposure bahan berbahaya.

1

Page 3: Makalah Handling Cytotoxic

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam

makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan sitotoksik dan bahaya apa yang dapat

ditimbulkan?

2. Apa yang dimaksud dengan handling cytotoxic?

3. Apa saja yang dibutuhkan dalam handling cytotoxic?

4. Bagaimana SOP handling cytotoxic?

5. Bagaimana penanganan kecelakaan kerja handling cytotoxic?

6. Bagaimana prosedur dalam handling cytotoxic?

7. Bagaimana mengelola limbah bahan sitotoksik?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk :

1. Memahami pengertian dan bahaya yang ditimbulkan dari bahan sitotoksik.

2. Mengetahui definisi dan tujuan handling cytotoxic.

3. Mengetahui sarana dan prasarana dalam handling cytotoxic.

4. Memahami standar kerja (SOP) handling cytotoxic.

5. Mengetahui penanganan kecelakaan kerja handling cytotoxic.

6. Mengetahui prosedur handling cytotoxic.

7. Mengetahui penagelolaan limbah sitotoksik.

D. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Penambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca mengenai handling

cytotoxic dan bekal saat bekerja dengan bahan sitotoksik.

2. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi pembaca mengenai bahaya dan

penanganan bahan sitotoksik.

3. Sebagai pedoman dalam penyiapan, pemberian, hingga pengelolaan limbah

bahan sitotoksik.

2

Page 4: Makalah Handling Cytotoxic

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Bahaya Obat Sitotoksik

Senyawa sittoksik adalah suatu senyawa atau zat yang dapat merusak dan

sel normal dan juga sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan

dari sel tumor maliginan. Istilah dari toksisitas juga dapat digunakan untuk zat-zat

yang bersifat genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan zat-zat yang

bersifat berbahaya (Sarce, 2009).

Obat sitotoksik adalah agen yang ditujukan untuk terapi, khususnya pada

pengobatan kanker. Obat ini diketahui sangat beracun bagi sel-sel, terutama

melalui tindakannya pada reproduksi sel. Obat sitotoksik semakin sering

digunakan dalam berbagai pengaturan kesehatan, laboratorium dan klinik hewan

untuk pengobatan kanker dan kondisi medis lainnya seperti rheumatoidarthritis,

multiple sclerosis dan kelainan auto-imun.

Obat sitotoksik mencakup obat yang menghambat atau mencegah fungsi sel.

Obat sitotoksik termasuk obat-obatan yang terutama digunakan untuk mengobati

kanker, sering sebagai bagian dari rezim kemoterapi. Bentuk yang paling umum

dari obat sitotoksik dikenal sebagai antineoplastik. Obat sitotoksik memiliki efek

mencegah pertumbuhan yang cepat dan pembagian (mitosis) sel kanker . Namun,

obat sitotoksik juga mempengaruhi pertumbuhan sel-sel lain membagi cepat

dalam tubuh seperti folikel rambut dan lapisan dari sistem pencernaan. Sebagai

hasil dari pengobatan, banyak sel-sel normal yang rusak bersama dengan sel-sel

kanker.

Pajanan obat sitotoksik dan limbah yang terkait dapat terjadi di mana

kontrol tindakan gagal atau tidak di tempat. Paparan dapat terjadi melalui kontak

kulit, menghirup aerosol dan partikel obat , dan luka benda tajam .

Paparan dapat terjadi ketika :

mempersiapkan obat

memberikan obat-obatan

mengangkut obat

3

Page 5: Makalah Handling Cytotoxic

penanganan limbah pasien

mengangkut dan membuang limbah

membersihkan tumpahan .

Mereka yang paling mungkin terlibat dalam kegiatan ini meliputi:

Perawat dan petugas medis

Apoteker

Staf laboratorium

Pembersihan, pemeliharaan dan limbah staf pembuangan

Penjaga

Staf kesehatan hewan

Petugas ambulans dan driver

Penandaan obat sitotoksik

Semua bahan sitotoksik universal diidentifikasi oleh simbol ungu yang

menggambarkan sel di akhir telofase.

B. Definisi dan Tujuan Handling Cytotoxic

Handling cytotoxic drugs adalah penanganan penggunaan obat sitostatika.

Hal ini perlu dilakukan karena obat ini dikenal sangat beracun untuk sel, terutama

melalui tindakan mereka pada reproduksi sel. Banyak yang terbukti menjadi

karsinogen, mutagen atau teratogen.

Adapun tujuan Handling Cytotoxid yaitu :

1. Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan terhadap

sitostatika pada waktu pencampuran, pengoplosan , dan pemberian kpd

pasien.

4

Page 6: Makalah Handling Cytotoxic

2. Menjamin sterilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur / dioplos

3. Menjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan material yg dipakai yg telah

terkontaminasi dgn sitostatika

C. Sarana dan Prasarana Handling Cytotoxic

a) Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)

Laminar Air Flow Cabinet adalah alat yang memenuhi kriteria ruangan

bersih kelas 100. LAFC memiliki sistem penyaringan ganda yang memiliki

efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai penyaring bakteri

dan bahan-bahan eksogen dari udara, menjaga aliran udara tetap konstan dan

laminar (teratur), serta mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAFC.

Terdapat dua tipe LAFC:

LAFC Horizontal

LAFC dengan aliran udara horizontal (aliran udara menuju ke arah

depan), sehingga melindungi obat dari kontaminasi tetapi tidak

melindungi petugas dari paparan obat. Alat ini cocok digunakan untuk

pencampuran obat steril non sitostatika.

LAFC Vertikal

LAFC dengan aliran udara vertikal (aliran udara menuju ke bawah)

sehingga memberikan lingkungan kerja yang lebih aman bagi petugas.

LAFC vertikal disebut juga dengan Biological Safety Cabinet (BSC).

BSC juga memiliki banyak tipe dan yang digunakan untuk pencampuran

5

Page 7: Makalah Handling Cytotoxic

sitostatika adalah BSC kelas II yang dirancang untuk memberikan

perlindungan terhadap petugas, produk, dan lingkungan. Pada tipe ini

terjadi resirkulasi udara di mana hanya 30% udara yang dikeluarkan dan

70% udara dimasukkan kembali ke area kerja.

b) Biological Safety cabinet (BSC)

Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk

melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip

kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari

tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC.

Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada

peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini harus

dikalibrasi setiap 6 bulan.

c) Ruangan

Persyaratan ruang aseptik

Ruang tidak ada sudut atau siku

Dinding terbuat dari epoksi

Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter

Aliran udara diketahui dan terkontrol

Tekanan ruangan diatur

Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat celcius dan

kelembaban 35-50%)

6

Page 8: Makalah Handling Cytotoxic

Tata letak ruangan

Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan dan

peralatan khusus untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan

menjamin keselamatan petugas dan lingkungannya. Penanganan sitostatika

memerlukan ruangan khusus dan terkontrol. Letak ruangan diusahakan tidak

untuk lalu lintas orang.

Ruangan ini terdiri dari:

o Ruang persiapan

Digunakan untuk kegiatan administrasi (perhitungan dosis dan volume

cairan, pembuatan etiket, pelabelan) dan penyiapan bahan obat serta alat

kesehatan yang dibutuhkan.

o Ruang cuci tangan dan ganti

Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan dan

mengenakan APD.

o Ruang antara

Petugas masuk ke clean room melalui ruang antara atau ruang penyangga

udara. Ruangan ini diatur dengan tepat sehingga hanya satu pintu pada

satu sisi saja yang dapat dibuka pada saat yang bersamaan.

o Ruang bersih (clean room)

LAFC harus diletakkan di sebuah clean room (ruang bersih). Clean room

merupakan ruangan khusus yang dibuat dengan pengendalian terhadap

ukuran dan jumlah partikel. Ruangan ini dirancang untuk mencegah

7

Page 9: Makalah Handling Cytotoxic

partikel masuk dan tertahan dalam ruangan, pengendalian juga dilakukan

terhadap suhu, kelembaban, dan tekanan udara.

Jumlah partikel terkontrol

Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000

partikel per meter kubik udara, jumlah mikroorganisme tidak lebih

dari 100 per meter kubik udara.

Konstruksi khusus

Dinding, langit-langit dan lantai tidak bersudut, tidak retak, dan

dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan dan kedap air untuk

mengurangi penyebaran atau penumpukan partikel. Sebaiknya tidak

ada bagian ruangan yang tersembunyi dan sukar dibersihkan.

Suhu dan kelembaban terkontrol

Suhu berkisar 18-28ºC dan kelembaban 35-50% untuk menjaga agar

petugas tetap nyaman dalam ruangan dengan pakaian kerjanya dan

tidak berkeringat secara berlebihan. Di dalam ruangan tersedia

termometer serta barometer untuk mengukur suhu dan kelembaban

ruangan dan dicatat setiap hari.

Barang dalam ruangan diusahakan seminimal mungkin dan mudah

dibersihkan.

Dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter untuk

menyaring udara yang keluar dan masuk ruangan. HEPA filter

merupakan penyaring dengan efisiensi yang sangat tinggi (99,97-

99,99%).

Tekanan udara di dalam ruangan lebih positif daripada tekanan udara

di ruang sekitarnya.

Terdapat pass box yang

menghubungkan ruang persiapan

dengan clean room. Pass box

merupakan tempat untuk keluar

masuknya alat dan obat dari

clean room sebelum dan sesudah

8

Page 10: Makalah Handling Cytotoxic

pencampuran. Idealnya, pass box dilengkapi dengan vakum dan

lampu UV untuk meminimalisasi kontaminasi.

Tersedia alat komunikasi (interkom) dan sebaiknya dirancang agar

mudah dibersihkan.

d) Peralatan

Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan steril

meliputi :

1. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran sediaan

steril meliputi :

a. Baju Pelindung

Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar

Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang tidak

melepaskan debu dan serat.

Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan

Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada

tangan dan kaki.

b. Sarung tangan

Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal

sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup

9

Page 11: Makalah Handling Cytotoxic

panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari

latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan

sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.

c. Tutup Kepala

Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada

partikel kotoran yang dapat mengkontaminasi sediaan.

d. Masker & Kaca mata

Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca mata

dan masker.

Disamping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk

mengurangi kontaminan.

Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari

kemungkinan adanya percikan obat kanker.

e. Sepatu

Terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam

Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam

D. Standar Kerja handling Cytotoxic

Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :

1. Tehnik khusus penanganan sitostatika

2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)

3. Pelatihan petugas

4. Penandaan, pengemasan, transpotasi

5. Penanganan tumpahan obat sitostatika

6. Penanganan limbah

a) Fasilitas Fisik

Australian standard mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs Safety

Cabinet (CDSC) yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean

Room dilengkapi dengan HEPA Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yang

digunakan bisa Type ISOLATOR atau Biological Safety Cabinet dengan

10

Page 12: Makalah Handling Cytotoxic

aliran Vertikal. Tekanan Udara di dalam CDSC lebih negatif dibanding

didalam Clean Room dan tekanan udara didalam Clean lebih positif

dibandingkan diluar. Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan alat-alat

pendukung preparasi obat dilakukan melalui Pass Box, untuk meminimalkan

kontaminasi udara kedalam clean room. Komunikasi petugas didalam clean

room dengan petugas diluar dilakukan dengan intercom.

Perawatan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet & Clean Room :

Cytogard dibersihkan setiap hari dengan desinfectant atau detergent .

Desinfeksi clean room dilakukan 1 kali seminggu.

Uji mikrobiologi dilakukan secara periodik untuk memeriksa apakah

HEPA Filter bekerja dengan baik sehingga dapat menjaga sterilitas

sediaan

Pengukuran jumlah partikel didalam Cytogard maupun dalam clean room

dilakukan secara periodic.

b) Personal

Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika harus

mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik aseptic dan

penanganan obat sitostatika.

Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak

dianjurkan untuk terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika.

Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam

rekonstitusi obat sitostatika

Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus

diistirahatkan dari tugas ini.

Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika

seminggu sebelumnya harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri

dari :

Complete blood count

Liver Function Test

Renal Function Test

11

Page 13: Makalah Handling Cytotoxic

Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodik setiap 6 bulan, jika

terdapat kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih dalam. Semua hasil

harus didokumentasikan.

c) Penyiapan

Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan

pencampuran obat suntik, yaitu :

1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5

BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian).

2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer

batch, tannggal kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.

3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak

jelas/tidak lengkap.

4. Menghitung kesesuaian dosis.

5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.

6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.

7. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang

perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal

pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label obat, lampiran

1)

8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,

ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman, lampiran 2)

12

Page 14: Makalah Handling Cytotoxic

9. Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran dibuku

1: Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril)

10. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan

pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

d) Pencampuran

Proses pencampuran sediaan sitotoksik sebagai berikut :

1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP

2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP

3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum

digunakan.

4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR

TETAP

Protap Desinfeksi Dan Dekontaminasi

Persiapan Bahan Dan Alat

a) Mempersiapkan bahan yang terdiri dari

Alkohol swab

Alkohol 70 % dalam botol spray

Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan

pelarut dengan menyemprotkan alcohol 70 %

b) Mempersiapkan alat yang terdiri dari

Mensterilkan alas untuk sitostatika

Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin)

Mensterilkan sarung tangan , masker, baju, topi, sarung kaki

Spoit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan.

13

Page 15: Makalah Handling Cytotoxic

Jarum

Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik untuk

disposal dengan menyemprotkan alkohol 70 %.

5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.

6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.

7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.

8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari passbox.

9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas

meja BSC.

10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.

11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi

sediaan sitostatika

12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat

yang harus terlindung cahaya.

13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan

khusus.

14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke

dalam wadah untuk pengiriman.

15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi

melalui pass box.

16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap.

e) Cara pemberian

Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat

suntik kecuali intramuscular

1) Injeksi Intravena (i.v.)

Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk

jangka waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama.

a. Injeksi bolus

Injeksi bolus volumenya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan dalam

waktu 3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.

b. Infus

14

Page 16: Makalah Handling Cytotoxic

Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-

menerus (continuous).

Infus singkat (intermittent infusion)

Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu

pemberiaan infus singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam

per dosis.

Infus kontinu (continuous infusion)

Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat

beragam mulai dari volume infus kecil diberikan secara

subkutan dengan pompa suntik (syringe pump), misalnya 1 ml

per jam, hingga 3 liter atau lebih selama 24 jam, misalnya nutrisi

parenteral.

2) Injeksi intratekal

Injeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang

belakang. Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume

cairan yang dikeluarkan.

3) Injeksi subkutan

Injeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.

E. Penanganan Kecelakaan Kerja

a) Penanganan tumpahan

Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas

tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy

spill kit yang terdiri dari:

1. Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril

Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.

Beri tanda peringatan di sekitar area.

Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat

seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.

15

Page 17: Makalah Handling Cytotoxic

Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong

tersebut.

Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong

tersebut.

Cuci seluruh area dengan larutan detergent.

Bilas dengan aquadest.

Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.

Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.

Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.

Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam,

tempatkan dalam kantong kedua.

Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus

untuk dimusnahkan dengan incenerator.

Cuci tangan.

2. Membersihkan tumpahan di dalam BSC

Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah

untuk tumpahan serbuk.

Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan

baru.

Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas

kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.

Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas

dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah

pada buangan.

Ulangi pencucian 3 x.

Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.

Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.

Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah

buangan akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.

Cuci tangan.

16

Page 18: Makalah Handling Cytotoxic

b) Penanganan kecelakaan kerja

Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:

1. Kontak dengan kulit:

Tanggalkan sarung tangan

Bilas kulit dengan air hangat

Cuci dengan sabun, bilas dengan air hanga

Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan

larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat

Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %

Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus

Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)

Laporkan ke supervisor

Lengkapi format kecelakaan.

2. Kontak dengan mata

Minta pertolongan

Tanggalkan sarung tangan

Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5

menit

Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan  larutan

NaCl 0,9%

Aliri mata dengan larutan pencuci mata

Tanggalkan seluruh pakaian pelindung

Catat jenis obat yang tumpah

Laporkan ke supervisor

Lengkapi format kecelakaan kerja.

3. Tertusuk jarum

Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk

menghisap obat yang mungkin terinjeksi

Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang

Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat

dalam jaringan yang tertusuk

17

Page 19: Makalah Handling Cytotoxic

Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat

Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat

Tanggalkan semua APD

Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi

Laporkan ke supervisor

Lengkapi format kecelakaan kerja

Segera konsultasikan ke dokter.

F. Prosedur Penanganan Sitotoksik

a) Prosedur Tetap Mencuci Tangan yaitu :

1. Basahi tangan dengan air bersih

2. Ambil sabun antiseptik

3. Gosok kedua telapak tangan bagian atas dan bawah serta diantara jari-jari

dan kuku selama 20 detik

4. Bilas tangan dengan air mengalir dan bersih selama 10 detik

5. Tutup kran dengan beralaskan lap bersih atau bila memungkinkan dengan

siku

6. Keringkan tangan dengan lap bersih atau pengering listrik.

b) Prosedur Tetap Berganti Pakaian

1. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian

dimana pakaian biasa diganti dengan pakaian pelindung khusus untuk

mengurangi pencemaran jasad renik dan partikel.

2. Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa setelah

dicuci dan disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad renik dan

debu.

3. Ruangan Ganti Pakaian Pertama

Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian pertama.

Arloji dan perhiasan dilepaskan dan disimpan atau diserahkan

kepada petugas yang ditunjuk.

18

Page 20: Makalah Handling Cytotoxic

Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat

yang telah disediakan.

4. Ruangan Ganti Pakaian Kedua

a. Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan

dengan larutan desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki

hendaklah dicuci dengan sabun dan air dan kemudian dibasuh dengan

larutan desinfektan.

b. Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik

otomatis. Sepasang pakaian steril diambil dari bungkusan dan dipakai

dengan cara berikut.

c. Penutup kepala hendaklah menutupiseluruh rambut dan diselipkan ke

dalam leher baju terusan. Penutup mulut hendaklah juga menutupi

janggut. Penutup kaki hendaklah menyelubungi seluruh kaki dan

ujung kaki.

d. Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup kaki.

Penutup kaki diikat sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung lengan

baju hendaklah diselipkan ke dalamsarung tangan. Kaca mata

pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian.

e. Sarung tangan dibasahi dengan alkohol 70 % atau larutan desinfektan.

f. Membuka pintu untuk memasukiruang penyangga udara dan ruang

steril hendaklah dengan menggunakan siku tangan dan

mendorongnya.

g. Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas

melepaskan sarung tangan dan meletakkannya pada wadah yang

ditentukan untuk itu dan mengganti pakaian sebelum keluar dengan

urutan yang berlawanan ketika memasuki ruangan steril.

c) Prosedur Tetap Penggunaan Pass Box

Untuk passbox yang dilengkapi dengan UV

1. Hubungkan passbox dengan sumber listrik yang sesuai (jika passboxnya

automatik).

19

Page 21: Makalah Handling Cytotoxic

2. Nyalakan passbox dengan menekan tombol ON pada switch, lampu

indikator akan menyala.

3. Jika lampu hijau menyala, pintu passbox dalam keadaan tidak terkunci,

dan siap dibuka.

4. Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox.

5. Tutup kembali pintu passbox.

6. Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril

7. Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati.

Untuk passbox yang manual

1. Bersihkan passbox sesuai denganprosedur tetap pembersihan passbox.

2. Buka pintu passbox (pastikan pintu passbox yang berada dalam ruang

steril dalam keadaan tertutup)

3. Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox

4. Tutup kembali pintu passbox

5. Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril (pastikan pintu passbox yang

satu tetap tertutup)

6. Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati

d) Prosedur Tetap Penggunaan Laminar Air Flow (Laf)

1. Hubungkan LAF dengan sumber listrik yang sesuai (220 volt)

2. Nyalakan blower dan lampu UV minimal 15 menit sebelum digunakan

3. Matikan lampu UV

4. Buka pintu penutup LAF dan letakkan secara horisontal di atas meja

5. Bersihkan permukaan LAF dengan Iso Propol Alkohol (IPA) atau alkohol

70 % menggunakan lap yang tidak berserat:

Dinding : dari atas kebawah dengan gerakan satu arah

Lantai : dari belakang kedepan dengan gerakan satu arah

6. Catatan: jangan menyemprotkan alkohol langsung ke arah HEPA filter

7. Seka semua bahan dan alat yang akan dimasukkan ke dalam LAF dengan

alkohol 70 %

20

Page 22: Makalah Handling Cytotoxic

8. Letakkan bahan dan alat di dalam LAF sesuai tata letak

9. Biarkan 5 menit untuk menghilangkan turbulensi udara .

e) Prosedur Tetap Melepaskan alat Pelindung Diri

Melepaskan pakaian pelindung:

1. Melepaskan sarung tangan luar

Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset.

Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah

telapak tangan. Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh menyentuh

sarung tangan dalam ataupun kulit.

Ulangi prosedur dengan tangan lainnya.

Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di

bagian dalam sarung tangan.

Pegang sarung tangan yang diangkatdari dalam sampai seluruhnya

terangkat.

Buang sarung tangan tersebut kedalam kantong tertutup.

2. Melepaskan baju pelindung

Buka ikatan baju pelindung.

Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak di

dalam.

Tempatkan dalam kantong tertutup.

2. Melepaskan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup.

3. Melepaskan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak boleh

menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup.

4. Tempatkan kantong tersebut dalam kointainer buangan sisa.

5. Cuci tangan.

f) Prosedur Tetap Distribusi

1. Ambil wadah yang telah berisi obat hasil rekonstitusi dari pass box.

2. Periksa kembali isi dan mencocokan formulir permintaan yang telah

dibuat dengan prinsip 5 BENAR dan kondisi obat-obatan yang diterima

21

Page 23: Makalah Handling Cytotoxic

(nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa setelah obat

direkonstitusi).

3. Beri label luar pada wadah.

4. Kirim obat-obat tersebut ke ruang perawatan dengan menggunakan troli

tertutup dan tidak boleh melewati jalur yang banyak kontaminan (seperti:

lift barang, dll) untuk mengurangi kontaminasi.

5. Lakukan serah terima dengan pasien atau petugas perawat

g) Prosedur Tetap Penanganan Limbah Sitostatika

1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Tempatkan limbah pada kontainer buangan tertutup. Untuk benda-benda

tajam seperti syringe, vial, ampul, tempatkan di dalam kontainer yang

tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong

berwarna dan berlogo cytotoxic.

3. Beri label peringatan pada bagian luar kantong.

4. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.

5. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.

6. Cuci tangan.

G. Pengelolaan Limbah Sitotoksik

Saat ini upaya pengolahan limbah sitotoksik yang dilakukan adalah dengan

menggunakan alat berupa incinerator, di mana limbah padat yang terkontaminasi

dengan bahan sitotoksik akan dibakar dengan suhu 600-10000C. Alat ini dapat

memusnahkan banyak materi, khususnya yang mengandung karbon dan bakteri

patogen, dapat mereduksi volume limbah sekitar 80-90%, panas yang dihasilkan

juga dapat dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan uap Akan tetapi, alat ini

dapat menghasilkan emisi gas yang mencemari udara, terutama digoksin dan

fluran yang oleh WHO dinyatakan karsinogenik. Hal tersebut berarti bahwa

belum ditemukannya solusi terbaik untuk penangan limbah, khususnya pada

limbah sitotoksik yang sangat jelas dapat mencemari lingkungan dan

membahayakan kehidupan mahkluk hidup lain.

22

Page 24: Makalah Handling Cytotoxic

Bahan / benda tajam yang terkontaminasi dibuang diberi label sitotoksik,

wadah anti bocor. Linen non - sekali pakai harus ditempatkan dalam wadah anti

bocor berlabel sitotoksik untuk melindungi personil laundry dari residu obat

sitotoksik dan untuk mencegah kontaminasi lainnya dari bahan yang dicuci.

Limbah pasien seperti urin, feses, muntahan, dan isi kantong kolostomi dan

urostomy dapat dibuang dalam sistem pembuangan limbah normal. Wadah dari

limbah pasien yaitu: piring ginjal , panci atau urinal harus dikosongkan segera dan

ditempatkan dalam panci flusher / pencuci piring / macerato untuk sanitasi seperti

biasa

Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika

(seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa

hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah –

langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam

seperti spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus

benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar

internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika

3. Beri label peringatan pada bagian luar wadah.

4. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.

5. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.

6. Cuci tangan.

23

Page 25: Makalah Handling Cytotoxic

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

24

Page 26: Makalah Handling Cytotoxic

DAFTAR PUSTAKA

Bakti Husada, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Sarce, 2009, Proteksi Diri Perawat dalam Pemberian Sitostatika di Rumah Sakit Umum DaerahPropinsi Sulawesi Tenggara, Artikel Riset Keperawatan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Widhiatmoko, A., Yulinah Trihadiningrum, 2010, Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

25