makalah frambusia akper pemkab muna

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit frambusia ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan dan hampir bisa dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum termiskin serta masyarakat kesukuan yang terdapat di daerah- daerah terpencil yang sulit dijangkau. Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui kontak dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan, gigitan, maupun pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia terbatas hanya pada kulit saja, namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian atas dan sendi. Walaupun hampir seluruh lesi frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi bakteri sekunder dan bekas luka merupakan komplikasi yang umum. Setelah 5 - 10 tahun, 10% dari pasien yang tidak menerima pengobatan akan mengalami lesi yang merusak yang mampu mempengaruhi tulang rawan, kulit, serta jaringan halus yang akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta stigma sosial.

Upload: warnet-raha

Post on 08-Aug-2015

29 views

Category:

Devices & Hardware


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah frambusia akper pemkab muna

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit frambusia ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan

dan hampir bisa dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum

termiskin serta masyarakat kesukuan yang terdapat di daerah-daerah terpencil

yang sulit dijangkau.

Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui

kontak dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan,

gigitan, maupun pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia

terbatas hanya pada kulit saja, namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian

atas dan sendi. Walaupun hampir seluruh lesi frambusia hilang dengan sendirinya,

infeksi bakteri sekunder dan bekas luka merupakan komplikasi yang umum.

Setelah 5 -10 tahun, 10% dari pasien yang tidak menerima pengobatan akan

mengalami lesi yang merusak yang mampu mempengaruhi tulang rawan, kulit,

serta jaringan halus yang akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta

stigma sosial.

Beban penyakit Selama periode 1990an, frambusia merupakan permasalahan

kesehatan masyarakat yang terdapat hanya di tiga negara di Asia Tenggara, yaitu

India, Indonesia dan Timor Leste. Berkat usaha yang gencar dalam pemberantasan

frambusia, tidak terdapat lagi laporan mengenai penyakit ini sejak tahun 2004.

Sebelumnya, penyakit ini dilaporkan terdapat di 49 distrik di 10 negara bagian

dan pada umumnya didapati pada suku-suku didalam masyarakat. India kini telah

mendeklarasikan pemberantasan penyakit frambusia dengan sasaran tidak adanya

lagi laporan mengenai kasus baru dan membebaskan India bebas dari penyakit ini

Page 2: Makalah frambusia akper pemkab muna

sebelum tahun 2008. yaitu Zeroincidence + No sero positive cases among < 5

children.

Di Indonesia, sebanyak 4.000 kasus tiap tahunnya dilaporkan 8 dari 30 provinsi

95% dari keseluruhan jumlah kasus yang dilaporkan tiap tahunnya dilaporkan dari

empat provinsi, yaitu : Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Papua dan

Maluku. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit ini sempat tersendat pada

tahun-tahun terakhir, terutama disebabkan oleh keterbatasan sumber daya. Upaya-

upaya harus diarahkan pada dukungan kebijakan dan perhatian yang lebih besar

sangat dibutuhkan demi pelaksanaan yang lebih efektif dan memperkuat program

ini.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Apa Pengertian Frambusia ?

1.2.2        Apa Etiologi Frambusia ?

1.2.3        Bagaimana Patofisiologi Frambusia ?

1.2.4        Bagaimana Cara Penularan Frambusia ?

1.2.5        Apa saja Klasifikasi Frambusia ?

1.2.6        Bagaimana Manifestasi Klinis Frambusia ?

1.2.7        Bagaimana Cara Pencegahan Frambusia ?

1.2.8        Bagaimana Pengobatan Frambusia.

1.3   Tujuan

1.3.1        Mengetahui Pengertian Frambusia.

1.3.2        Mengetahui Etiologi Frambusia.

1.3.3        Mengetahui Patofisiologi Frambusia.

1.3.4        Mengetahui Cara Penyebara Frambusia.

1.3.5        Mengetahui Klasifikasi Frambusia.

1.3.6        Mengetahui Manifestasi Klinis Frambusia.

1.3.7        Mengetahui Cara Pencegahan pada Frambusia.

Page 3: Makalah frambusia akper pemkab muna

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Frambusia

Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema

pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus

seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan

destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini

adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia

kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma.

Frambusia adalah penyakit menular, kumat-kumatan, bukan termasuk penyakit

menular venerik, yang disebabkan oleh Treponema  palidum subs. pertinue

dengan gejala utama pada kulit dan tulang.

Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang).

Dalam bahasa Inggris disebut Yaws, ada juga yang disebut Frambesia tropica dan

dalam bahasa Jawa disebut Pathek. Di zaman dulu penyakit ini amat populer

karena penderitanya sangat mudah ditemukan di kalangan penduduk. Di Jawa

saking populernya telah masuk dalam khasanah bahasa Jawa dengan istilah “ora

Patheken”.

Frambusia termasuk penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat karena penyakit ini terkait dengan, sanitasi lingkungan yang buruk,

kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri, kurangnya fasilitas air

bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum

yang memadai, apalagi di beberapa daerah, pengetahuan masyarakat tentang

penyakit ini masih kurang karena ada anggapan salah bahwa penyakit ini

Page 4: Makalah frambusia akper pemkab muna

merupakan hal biasa dan alami karena sifatnya yang tidak menimbulkan rasa sakit

pada penderita..

2.2  Etiologi Frambusia

Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema

pallidum sub spesies pertenue (merupakan saudara dari Treponema penyebab

penyakit sifilis), penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, tetapi dapat

mudah tersebar melalui kontak langsung antara kulit penderita dengan kulit sehat.

Penyakit ini tumbuh subur terutama didaerah beriklim tropis dengan karakteristik

cuaca panas, dan banyak hujan, yang dikombinasikan dengan banyaknya jumlah

penduduk miskin, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya fasilitas air bersih,

lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang

memadai.

2.3  Patofisiologi Frambusia

Frambusia di sebabkan oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan karena

kontak langsung dengan penderita ataupun kontak tidak langsung. Treponema

palidum ini biasanya menyerang kulit dan tulang.

Pada awal terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan

penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk

seperti buah arbei, yang memiliki permukaan yang basah,  lembab, tidak bernanah

dan tidak sakit, kadang disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala,

nyeri tulang  dan persendian. Apabila tidak segera diobati agen akan menyerang

dan merusak kulit, otot, serta persendian.

Terjadinya kelainan tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang

ektermitas yang menyebabkan atrofi kuku dan deformasi ganggosa yaitu suatu

kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang

Page 5: Makalah frambusia akper pemkab muna

hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung.

Kelainan pada kulit adanya ulkus-ulkus yang meninggalkan jaringan parut dapat

membentuk keloid dan kontraktur.

Klasifikasi Frambusia terdiri dari 4 (empat) tahap meliputi:

1. pertama (primary stage) berbentuk bekas untuk berkembangnya bakteri

frambusia;

2. secondary stage terjadi lesi infeksi bakteri treponema pada kulit;

3. latent stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada;

4. tertiary stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan, (Smith, 2006 ;

Greenwood, et al, 1994 ; Bahmer, et al 1990 ; Jawetz, et al., 2005).

2.4  Cara Penularan Frambusia

Penularan  penyakit  frambusia  dapat  terjadi  secara langsung maupun tidak

langsung (Depkes,2005), yaitu :

a)  Penularan secara langsung (direct contact) .

Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke

orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung

Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan

dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi  dalam

persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir.

b)  Penularan secara tidak langsung (indirect contact) .

Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda

atau serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan

gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenue yang

terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut. 

Page 6: Makalah frambusia akper pemkab muna

2.5  Klasifikasi Frambusia

Frambusia dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain berdasarkan karakteristik

Agen :

1. Infektivitas dibuktikan dengan kemampuan sang Agen untuk berkembang

biak di dalam jaringan penjamu.

2. Patogenesitas dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu terbentuknya

benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah

tanpa nanah.

3. Virulensi penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan

menyerang dan merusak kulit, otot serta persendian sehingga menjadi cacat

seumur hidup. Pada 10% kasus frambusia, tanda-tanda stadium lanjut

ditandai dengan lesi yang merusak susunan kulit yang juga mengenai otot dan

persendian.

4. Toksisitas yaitu dibuktikan dengan kemampuan Agen untuk merusak jaringan

kulit dalam tubuh penjamu.

5. Invasitas dibuktikan dengan dapat menularnya penyakit antara penjamu yang

satu dengan yang lainnya.

6. Antigenisitas yaitu sebelum menimbulkan gejala awal Agen mampu merusak

antibody yang ada di dalam sang penjamu.

2.6  Manifestasi Klinis Frambusia

Gejala klinis terdiri atas 3 Stadium yaitu :

a)     Stadium I :

Stadium ini dikenal juga stadium menular. Masa inkubasi rata-rata 3 minggu atau

dalam kisaran 3-90 hari. Lesi initial berupa papiloma pada port d’ entre yang

berbentuk seperti buah arbei, permukaan basah, lembab , tidak bernanah, sembuh

spontan tanpa meninggalkan bekas, kadang-kadang disertai peningkatan suhu

Page 7: Makalah frambusia akper pemkab muna

tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian kemudian, papula-papula

menyebar yang sembuh setelah 1-3 bulan. Lesi intinial berlangsung beberapa

minggu dan beberapa bulan kemudian sembuh. Lesi ini sering ditemukan disekitar

rongga mulut, di dubur dan vagina, dan  mirip  kandilomatalata pada sipilis.

Gejala ini pun sembuh tanpa meninggalkan parut, walaupun terkadang dengan

pigmentasi. selain itu terdapat semacam papiloma pada tapak tangan atau kaki,

dan biasanya lembab. Gejala pada kulit dapat berupa macula, macula papulosa,

papula, mikropapula, nodula, tanpa menunjukan kerusakan struktur pada lapisan

epidermis serta tidak bereksudasi. Bentuk lesi primer ini adalah bentuk yang

menular.

b)     Stadium II atau masa peralihan :

Pada stadium ini, di tempat lesi ditemukan treponema palidum pertinue.

Treponema positif ini terjadi setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan

setelah stadium I. Pada stadium ini frambusia tidak menular dengan bermacam-

macam bentuk gambaran klinis, berupa hyperkeratosis. Kelainan pada tulang dan

sendi sering  mengenai jari-jari dan tulang ekstermitas, yang dapat mengakibatkan

terjadi atrofi kuku dan deformasi ganggosa, yaitu suatu kelainan berbentuk

nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan septum nasi 

dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung, gondou ( suatu bentuk

ostitis hipertofi ), meskipun jarang dijumpai. Kelainan sendi, hidrartosis, serta

junksta artikular nodular ( nodula subkutan, mudah bergerak, kenyal, multiple),

biasanya ditemukan di pergelangan kaki dekat kaput fibulae, daerah akral atau

plantar dan palmar.

c)     Stadium III :

Pada stadium ini , terjadi guma atau ulkus-ulkus indolen dengan tepi yang curam

atau bergaung, bila sembuh, lesi ini meninggalkan jaringan parut, dapat

membentuk keloid dan kontraktur. Bila terjadi infeksi pada tulang dapat

Page 8: Makalah frambusia akper pemkab muna

mengakibatkan kecacatan dan kerusakan pada tulang. Kerusakan sering terjadi

pada palatum, tulang hidung, tibia.

2.7  Pencegahan Frambusia

Frambusia bila tidak segera ditangani akan menjadi penyakit kronik, yang bisa

kambuh dan menimbulkan gejala pada kulit, tulang dan persendian. Pada 10%

kasus pasien stadium tersier, terjadi lesi kulit yang destruktif dan memburuk

menjadi lesi pada tulang dan persendian. Kemungkinan kambuh dapat terjadi

lebih dari 5 tahun setelah terkena infeksi pertama. Strategi pemberantasan

frambusia terdiri dari 4 hal pokok yaitu:

a)     Skrining terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun

untuk menemukan  penderita.

b)     Memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan

kesehatan (UPK) dan  dilakukan pencarian kontak.

c)     Penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS).

d)     Perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana

air bersih serta penyediaan sabun untuk mandi.

2.8  Pengobatan Frambusia

Benzatin penisilin diberikan dalam dosis 2, 4 juta unit untuk orang dewasa dan

untuk 1,2 juta unit untuk anak-anak. Hingga saat ini, penisilin merupakan obat

pilihian, tetapi bagi mereka yang peka dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin

2 gr/hari selama 5-10 hari.

Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan pengobatan

utama adalah benzatin penisilin, dan pengobatan alternatif dapat dilakukan dengan

pemberian tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin.

Page 9: Makalah frambusia akper pemkab muna

Anjuran pengobatan secara epidemiologi untuk frambusia adalah sebagai berikut :

1. Bila sero positif  >50%  atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun >5%

maka seluruh penduduk diberikan pengobatan.

2. Bila sero positif 10%-50% atau prevalensi penderita di suatu desa 2%-5%

maka penderita, kontak, dan seluruh usia 15 tahun atau kurang diberikan

pengobatan.

3. Bila sero positif kurang 10% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun <

2% maka penderita, kontak serumah dan kontak erat diberikan pengobatan.

4. Pada anak sekolah untuk setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan 

seluruh murid dalam kelas yang sama.

Page 10: Makalah frambusia akper pemkab muna

BAB III

PENUTUP

3.1   Kesimpulan

Pada awal terjadinya infeksi frambusia, agen akan berkembang biak didalam

jaringan penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang

berbentuk seperti buah arbei, yang memiliki permukaan yang basah,  lembab,

tidak bernanah dan tidak sakit, kadang disertai dengan peningkatan suhu tubuh,

sakit kepala, nyeri tulang  dan persendian. Apabila tidak segera diobati agen akan

menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian. Proses penyebaran

frambusia ada 2, yaitu penularan secara langsung (direct contact), dan penularan

secara tidak langsung (indirect contact).

Gejala klinis frambusia terdiri atas 3 stadium yaitu : Stadium I, Stadium II atau

masa peralihan, dan Stadium III, selain itu juga dibagi lagi dalam beberapa

tahapan, antara lain : tahap prepatogenesis, tahap inkubasi, tahap dini, tahap

lanjut, dan tahap pasca patogenesis.

3.2  Saran

Frambusia merupakan penyakit kulit yang dapat menular, banyak hal yang dapat

membuat penyakit frambusia dapat terjadi, salah satunya yaitu kondisi tempat

tinggal yang kotor dan tidak sehat. Oleh karena itu, di harapkan bagi semua

masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi lingkungannya, dan menjaga

kesehatan baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan tempat tinggal.

      

Page 11: Makalah frambusia akper pemkab muna

DAFTAR PUSTAKA

http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan-

frambusia.html

(diakses pada tanggal 24 februari 2012)

http://ichynurse.blogspot.com/2012/01/askep-frambusia.html

(diakses pada tanggal 23 februari 2012)

Page 12: Makalah frambusia akper pemkab muna

KATA PENGANTAR

            Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas segala limpahan  rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah yang berjudul “Frambusia”.

      Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Komputer.

Dalam penulisan makalah ini juga, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi,

karena kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun

materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Namun saya menyadari

bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat tuntunan-Nya

dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi

dapat teratasi.

     

Untuk itu dalam kesempatan ini Saya ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam

menyelesaikan makalah ini. Selain itu kami juga mengharapkan kritik dan saran

dari semua pihak, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

    

                                                                               Raha, Juli 2014

                                                                                              Penulis

Page 13: Makalah frambusia akper pemkab muna

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i 

DAFTAR ISI................................................................................................. ii 

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah………...…………...……...…………...…....……..2

1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN…………….………………..……..…...…….. 3

2.1 Pengertian Frambusia……....…...............................................................

3

2.2 Etiologi Frambusia……………….............................................. ........ 4

2.3 Patofisiologi Frambusia......................................................................... 4

2.4 Cara Penularan Frambusia……………………..…………………....... 5

2.5 Klasifikasi Frambusia…………………………………………...…..... 5

2.6 Manifestasi Klinis Frambusia………………………………...…....... 6

2.7 Pencegahan Frambusia……………………………………….............. 7

2.8 Pengobatan Frambusia……………………………………........ ......... 8

BAB III PENUTUP………………………………………............... ....... 8

3.1 Kesimpulan.................................................................................. ........ 9

3.2 Saran...................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA…………………..……………………....….. ......... 11

Page 14: Makalah frambusia akper pemkab muna

MAKALAH

FRAMBUSIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUSLIADI

NIM : 12.12.1024

TINGKAT : II B.

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATAN

RAHA

2014